Sunday, August 21, 2022

Untuk Apa Kita Hidup? (3)

webmaster | 9:00:00 PM |

 

(sambungan)

Ada begitu banyak ayat di dalam surat Filipi yang menunjukkan sekuat dan seteguh apa iman Paulus. Coba gambarkan dalam benak teman-teman ada sosok pria berusia sekitar 60 tahun sedang duduk di dalam penjara yang gelap, pengap dan lembab. Ia tengah menanti hukuman mati dengan cara sadis, bukan karena ia kriminal tapi atas kerja kerasnya melayani Tuhan selama puluhan tahun. Dan disana, dalam keadaan seperti itu, ia terus menulis beberapa surat untuk jemaat di beberapa tempat. Surat-surat seperti apa yang ia tulis? Surat berisi kebencian? Kekecewaan? Kesedihan? Protes? Amarah? Sama sekali tidak. Hebatnya, jika ditelaah, surat Filipi justru bisa digambarkan sebagai 'surat sukacita'. Ambil satu contoh saja misalnya Filipi 4:4 yang mengingatkan "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!". Selain itu ada banyak hal esensial yang bisa menjadi pondasi kokoh buat kita. Misalnya seruan untuk jangan kuatir (4:6), kekuatan dari Tuhan akan memampukan kita menanggung segala perkara (4:13), bersyukur dan bersukacita dalam segala keadaan hingga bagaimana seharusnya seorang pengikut Kristus itu hidup: sehati, sepikir, sejiwa, satu tujuan, hidup dalam kasih, memiliki belas kasih, rendah hati dan meneladani Kristus menjadi seorang hamba yang melayani (pasal 2). Bukan main besarnya pelajaran yang bisa kita ambil dari Paulus justru pada saat-saat akhir hidupnya.

Sekali lagi, mari kita lihat ayat bacaan renungan kali ini. "Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (1:22a). Paulus bilang: kalau ia masih diberikan kesempatan untuk hidup di dunia ini, itu artinya ia harus berbuah. Dalam keadaan jauh dari baik seperti itu, ia masih bisa mengingatkan hakekat dari hidup. Tujuan, arti dari hidup. Orang bisa punya beragam alasan berbeda untuk memaknai hidupnya, tapi Paulus mengingatkan bahwa buat umat Tuhan, setiap kesempatan hidup yang masih diberikan seharusnya dimaknai dengan kesempatan untuk terus menghasilkan buah. Tidak ada waktu untuk dibuang sia-sia, tidak ada waktu untuk kecewa, berlama-lama, bermalas-malasan, kuatir dan sebagainya, melainkan terus dipakai untuk berbuah. Mengacu pada prinsip pohon, buah adalah bukti kita berakar. Selain itu buah pun merupakan tanda dari kondisi iman. Dari buahlah akan terlihat apakah iman kita kuat berakar dan tumbuh dalam Kristus atau tidak, dari buahlah kita bisa menunjukkan apakah kita sudah menjadi muridNya yang benar atau tidak.

Kita setiap hari berjuang, bergumul dan bersinggungan dengan segala bentuk kesulitan. Ada kalanya kita harus mengalami ketidakadilan, merasakan beratnya masalah ditengah banyaknya godaan, disamping harus bergumul dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup terlebih di masa sulit seperti sekarang. Ada banyak hal yang menyita pikiran, hati, tenaga, perasaan dan waktu setiap hari. Kalau tidak hati-hati, kita bisa melenceng dari alasan paling mendasar kenapa kita masih diijinkan Tuhan ada hari ini. Dan sekali lagi, itu adalah menghasilkan buah.

Secara garis besar, ada dua hal yang saya rasa penting untuk kita renungkan dari Filipi 1:22a ini, yaitu:
- Kenapa Tuhan masih memberi kesempatan buat kita hidup, apa tujuan kita hidup.
- Apa panggilan dan tugas kita, dan buah seperti apa yang bisa kita hasilkan dari sana.

Paulus mengingatkan kita bahwa apabila Tuhan masih mengijinkan kita bernapas, itu jelas bukan dimaksudkan agar kita bisa hidup semau kita atau sekehendak hati kita. Bukan juga agar kita tetap sibuk menggejar pemenuhan kebutuhan, terus menimbun harta lantas mengabaikan tujuan terutama kita. Benar, kita memang harus terus berjuang mencari nafkah, tetapi ingatlah bahwa diatas semua itu, apabila kita masih diberi kesempatan hidup kita harus bisa menghasilkan buah melalui profesi atau panggilan kita masing-masing yang lebih dari sekedar memperoleh pendapatan. Untuk bisa seperti itu diperlukan iman yang berakar teguh. Kita bisa meneladani Paulus yang terus berbuah hingga akhir meski situasi ril yang ia alami terlihat sangat tidak kondusif. Ia tidak kecewa, tidak kepahitan, karena ia terus mengarahkan pandangannya pada Tuhan. Ia tahu bahwa apa yang ia tuju bukanlah di dunia yang fana ini melainkan berada pada sebuah kehidupan kekal sesudahnya. Karenanya saat akhirnya tiba, Paulus bisa dengan lantang berkata: "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." (2 Timotius 4:7). Hingga batas akhir tiba, Paulus membuktikan bahwa ia mencapai garis akhir sebagai pemenang. Ia telah berhasil terus memelihara iman dan ia masih terus menghasilkan buah hingga ke titik akhir masa hidupnya di dunia.

Hingga hari ini dan generasi-generasi yang akan datang bisa terus belajar tentang esensi hidup seorang pengikut Kristus lewat pesan dan keteladanan Paulus. Sudahkah motivasi kita dalam bekerja dan melayani benar? Apakah kita tahu apa yang menjadi panggilan kita? Apakah kita berakar kuat di dalam Kristus dan tumbuh di atasNya? Apakah kita sudah atau masih berbuah? Jangan lupa bahwa jika kita masih hidup saat ini, itu artinya kita harus berbuah. Berbuahlah dengan subur dalam bidang pekerjaan dan pelayanan anda masing-masing.

"Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker