Ayat bacaan: Yeremia 1:11
=====================
"Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?" Jawabku: "Aku melihat sebatang dahan pohon badam."
Ada sebuah pohon yang disebutkan dalam beberapa kesempatan di dalam Alkitab tapi kurang kita kenal dan jarang sekali disebut namanya, yaitu Pohon Badam. Pohon Badam merupakan pohon yang mampu tumbuh pada keempat musim. Bahkan ketika musim salju, ketika pohon-pohon lainnya kebanyakan meranggas, pohon badam mampu berbunga dengan indahnya. Bunganya yang putih berpadu dengan kemilau salju akan memberi kesan keindahan tersendiri bagi mata kita. Pohon badam ini juga seringkali diasosiasikan dengan pohon yang berbunga lebih awal, karena kemampuannya untuk berbunga disaat pohon-pohon lain masih "tidur" ketika musim salju tiba. Tidak banyak pohon yang bisa bertahan selama empat musim penuh dan terus berbunga, tetapi pohon badam memiliki kelebihan itu. Adalah menarik apabila pohon badam ini berulang kali disebutkan di dalam Alkitab, Tentu ada alasan tertentu mengapa pohon ini dipakai Tuhan dalam beberapa kesempatan untuk menyampaikan sesuatu bagi kita.
Hari ini mari kita lihat sebuah kisah yang tertulis dalam kitab Yeremia. Ketika Yeremia mendapatkan tugas dari Tuhan, Tuhan memberikannya dua buah penglihatan. Yang pertama ia lihat adalah sebatang dahan pohon badam."Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?" Jawabku: "Aku melihat sebatang dahan pohon badam." (Yeremia 1:11). Apa yang ia lihat merupakan visi yang diberitahukan Tuhan kepadanya. Kita bisa mengetahui bahwa apa yang dilihat Yeremia itu memang benar dahan pohon badam, sebab kemudian Tuhan membenarkan apa yang ia lihat. (ay 12). Kemudian penglihatan kedua pun datang. "Firman TUHAN datang kepadaku untuk kedua kalinya, bunyinya: "Apakah yang kaulihat?" Jawabku: "Aku melihat sebuah periuk yang mendidih; datangnya dari sebelah utara." (ay 13). Jika penglihatan pertama terlihat indah, penglihatan kedua tidaklah demikian. Yeremia menyaksikan datangnya periuk yang mendidih dari utara. Ini menyatakan akan adanya malapetaka yang bakal menimpa penduduk yang jahat di mata Tuhan berasal dari utara. Bahkan Tuhan sendiri memberi penjelasan tentang penglihatan ini. "Lalu firman TUHAN kepadaku: "Dari utara akan mengamuk malapetaka menimpa segala penduduk negeri ini. Sebab sesungguhnya, Aku memanggil segala kaum kerajaan sebelah utara, demikianlah firman TUHAN, dan mereka akan datang dan mendirikan takhtanya masing-masing di mulut pintu-pintu gerbang Yerusalem, dekat segala tembok di sekelilingnya dan dekat segala kota Yehuda." (ay 14-15). Ini merupakan hukuman Tuhan atas segala kejahatan bangsa Yehuda yang sudah sangat keterlaluan pada masa itu. Lihatlah apa kata Tuhan selanjutnya. "Maka Aku akan menjatuhkan hukuman-Ku atas mereka, karena segala kejahatan mereka, sebab mereka telah meninggalkan Aku, dengan membakar korban kepada allah lain dan sujud menyembah kepada buatan tangannya sendiri." (ay 16). Menduakan Allah, itu fatal akibatnya. Bagi mereka yang jahat ini Tuhan menghukum dengan kemurkaanNya seperti periuk mendidih. Namun lihatlah di sisi lain, dahan pohon badam tersedia bagi Yeremia dan siapapun yang tetap teguh, taat dan setia kepada Tuhan. Tuhan mengatakan kepada Yeremia: "Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!" (ay 17). Inilah tugas Yeremia, menyampaikan bahwa saatnya sudah tiba bagi hukuman Tuhan untuk jatuh kepada bangsa itu atas kejahatan mereka. pesan Tuhan agar mereka segera berbalik dari kejahatan mereka, kembali kepada Bapa yang telah begitu banyak menunjukkan kasih dan kebaikanNya kepada mereka. Bertobatlah, agar jangan sampai periuk mendidih ini jatuh atas mereka. Janganlah periuk mendidih yang menjadi bagian mereka, tetapi hendaknya pohon badam, pohon yang terus tumbuh, berbunga dan berbuah empat musim penuh.
Saya tertarik untuk membandingkan ayat ini dengan apa yang tertulis pada awal kitab Mazmur. "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Pohon badam memiliki karakteristik seperti itu. Ia tidak layu dan terus berhasil tumbuh meski dalam iklim atau musim yang berbeda. Dan kitab Mazmur ini memberikan kunci bagi kita agar bisa memiliki karakteristik yang sama, sama seperti seruan dari Tuhan yang diberikan kepada Yeremia untuk mengingatkan bangsa Yehuda pada saat itu agar bertobat.
Umat Tuhan yang benar seharusnya hidup seperti pohon badam. Di tengah badai apapun, ditengah kesulitan atau lingkungan yang tidak mendukungpun tetap bisa mengeluarkan tunas, berbunga dan berbuah. Seperti itulah gambaran umat Tuhan yang ideal, dan seperti itu pula sebenarnya Tuhan menginginkan kita. Tuhan sendiri telah menyediakan segala yang diperlukan agar kita bisa seperti itu. Dia siap untuk terus menggendong kita sampai tua, "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4), Tuhan bahkan siap untuk berperang bagi kita. "Janganlah takut kepada mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berperang untukmu." (Ulangan 3:22). Atau lihat pula apa yang dikatakan Yahaziel ketika ia dihinggapi Roh Tuhan dalam kitab 2 Tawarikh: "Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman TUHAN kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah." (2 Tawarikh 20:15). Tentu saja ada banyak lagi janji-janji Tuhan lainnya yang akan memampukan kita untuk terus tumbuh berbunga dan berbuah subur sepanjang musim yang akan luput apabila kita tidak tertarik untuk mencari tahu ribuan janji Tuhan yang terdapat di dalam Alkitab. Bagian mana yang akan hadir pada kita dari penglihatan Yeremia, apakah pohon badam atau periuk yang mendidih, semua tergantung dari keputusan kita sendiri dalam menjalani hidup. Oleh karena itu mari kita perhatikan baik-baik cara hidup kita. Sudah sejauh mana kita mengaplikasikan Firman Tuhan dalam hidup, sudah seberapa jauh kita taat dan setia kepadaNya. Itu akan sangat menentukan apa yang akan menjadi bagian kita, apakah pohon badam atau periuk mendidih.
Hidup bagai pohon badam, itulah yang diinginkan Tuhan untuk menjadi bagian kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, October 31, 2011
Sunday, October 30, 2011
Tuhan Mengerti
Ayat bacaan: Mazmur 139:1
=======================
"TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku"
Pernahkah anda merasa kecewa bahwa tidak ada satupun orang yang sepertinya mau mengerti anda? Saya pernah mengalaminya, dan terkadang masih juga merasakan hal itu pada waktu-waktu tertentu. Perasaan seperti ini bisa muncul ketika kita merasa semua orang sibuk dengan dirinya masing-masing. Terkadang kita bisa merasa bahwa orang hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak mau tahu tentang kita. Dalam keluarga sekalipun hal seperti ini bisa kita rasakan. Orang tua terlalu sibuk, mereka hanya menginginkan anak mereka untuk mengikuti perintah mereka secara sepihak tanpa mau melihat apa yang menjadi masalah dalam diri anak-anaknya. Suami terlalu sibuk kerja sehingga tidak lagi punya cukup waktu untuk mendengarkan istrinya. Istri terlalu sibuk mengurusi rumah dan sebagainya sehingga tidak lagi punya waktu untuk suaminya. Teman-teman tidak mengikuti secara serius apa yang anda rasakan, atau bagai lenyap ditelan angin justru disaat anda membutuhkan mereka. Pendeknya, tidak ada orang yang mau mengerti, tidak ada yang peduli apakah anda sedang bergembira atau bersedih. "I'm nobody's child..nobody cares", ucap seorang teman di twitternya hari ini. Apakah anda termasuk orang yang merasakannya saat ini? Apakah benar sama sekali tidak ada satupun yang mengerti dan peduli?
Ada kalanya kita berada dalam situasi seperti itu. Terkadang kita sulit mengharapkan orang untuk mengerti atau peduli keadaan kita, karena mereka pun seringkali bergumul dengan banyak masalah juga. Atau mungkin mereka peduli, tetapi mereka tidak tahu bagaimana menunjukkannya sehingga terlihat seperti tidak bagi kita. Tidak menutup kemungkinan pula mereka memang tidak peduli, dan kita tidak bisa memaksa mereka. Jika anda tengah menghadapi masa-masa seperti itu, ingatlah satu hal: ada Tuhan yang sangat mengenal anda. Dia tahu pasti apa yang menjadi permasalahan anda. Dia mengenal anda luar dalam dengan sangat baik. Tidak ada yang tersembunyi bagiNya, Dia tahu isi hati kita yang terdalam sekalipun. Dia yang menciptakan kita, tentu Dia pula yang paling tahu segalanya tentang kita. Dan Tuhan adalah Bapa yang sangat mengasihi kita. Bentuk kasih itu pun diwujudkan dengan kepedulian yang luar biasa besar pula terhadap anak-anakNya. Dia siap tertawa gembira bersama kita, Dia pun turut bersedih bersama kita. Daud menyadari betul hal itu. "TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku" (Mazmur 139:1). Ayat ini adalah pembuka dari sebuah perikop yang berjudul "Doa di hadapan Allah yang maha tahu" (Mazmur 139:1-24), yang menggambarkan pemahaman Daud akan pengenalan Tuhan tentang dirinya secara penuh. Lanjut Daud lagi: "Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi." (ay 2-3).
Sebuah Firman Tuhan dalam Yesaya 29 menggambarkan betapa Tuhan sungguh mengetahui kita, karena kita adalah ciptaanNya sendiri. Jika Tuhan diibaratkan sebagai tukang periuk, dan kita adalah bejana yang dibentuk dari tanah liat olehNya sendiri, mungkinkah Tuhan, Sang Pencipta, tidak mengenal apa-apa tentang kita? "..Apakah tanah liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat berkata tentang yang membuatnya: "Bukan dia yang membuat aku"; dan apa yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya: "Ia tidak tahu apa-apa"? (Yesaya 29:16). Jika orang tua kita di dunia saja mengenal kita secara pribadi dan mendalam, apalagi Bapa di Surga. Tuhan sungguh mengenal kita dengan baik, Dia sungguh peduli, namun seringkali kita-lah tidak mau mengenal Dia dengan sungguh-sungguh. Ketika Tuhan peduli, kita malah tidak peduli padaNya dan hanya menggantungkan harapan kepada manusia. Kita hanya berharap bisa dimengerti oleh orang lain dan melupakan kasih Tuhan yang selalu dicurahkan atas kita semua. Manusia bisa mengecewakan, tapi Tuhan tidak akan pernah mengecewakan. Karenanya, andalkanlah Tuhan selalu."Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7). Ayat ini menyebutkan dengan jelas bahwa menaruh pengharapan kepada Tuhan tidak akan pernah berujung sia-sia.
Sebuah penegasan lainnya disampaikan pula oleh Yesus yang mengenal hati BapaNya dengan sangat baik. "Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah,bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Lukas 12:6-7). Kalau burung saja diperhatikan Tuhan, apalagi kita yang diciptakan secara sangat istimewa menurut gambarNya sendiri. Bayangkan, sampai jumlah rambut kita helai demi helai pun Dia ketahui. Sedekat-dekatnya dan sepeduli-pedulinya manusia, adakah yang sampai tahu jumlah rambut kita? Tuhan tahu itu. Itu menunjukkan bagaimana kepedulian dan pengenalanNya akan kita dengan sangat detail. Betapa indahnya janji Tuhan akan penyertaan dan perlindunganNya atas kita yang tertulis berulang kali di dalam Alkitab. Lihatlah ayat berikut: "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8). Atau lihatlah pesan berikut: "Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya; sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara.." (Mazmur 37:27-28). Peringatan yang disampaikan Penulis Ibrani pun mengacu akan hal ini: Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5). Tuhan Yesus sendiri sudah berjanji untuk menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20), dan siap memberi kita kelegaan. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (11:28). Ini janji yang menunjukkan betapa Tuhan mengenal kita dan betapa Dia peduli terhadap segala pergumulan kita.
Ketika tidak ada orang mengerti, ada Tuhan yang mengerti. Ketika tidak ada yang peduli, Tuhan selalu peduli. Ketika tidak ada yang mau mengenal anda lebih jauh, Tuhan sudah mengenal anda bahkan lebih dari anda mengenal diri anda sendiri. Tuhan tahu pasti apa yang menjadi pergumulan anda saat ini. Bahkan hal-hal yang mungkin terlalu berat untuk dikemukakan, sulit untuk diucapkan, Tuhan pun mengetahui itu semua. Tuhan sungguh mendengar jeritan hati kita. Anda merasa sendirian saat ini menghadapi segala sesuatu? Datanglah pada Tuhan. Dia sangat mengenal anda, mengerti anda, dan peduli.
Tuhan tidak pernah mengecewakan, Dia sangat mengenal kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=======================
"TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku"
Pernahkah anda merasa kecewa bahwa tidak ada satupun orang yang sepertinya mau mengerti anda? Saya pernah mengalaminya, dan terkadang masih juga merasakan hal itu pada waktu-waktu tertentu. Perasaan seperti ini bisa muncul ketika kita merasa semua orang sibuk dengan dirinya masing-masing. Terkadang kita bisa merasa bahwa orang hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak mau tahu tentang kita. Dalam keluarga sekalipun hal seperti ini bisa kita rasakan. Orang tua terlalu sibuk, mereka hanya menginginkan anak mereka untuk mengikuti perintah mereka secara sepihak tanpa mau melihat apa yang menjadi masalah dalam diri anak-anaknya. Suami terlalu sibuk kerja sehingga tidak lagi punya cukup waktu untuk mendengarkan istrinya. Istri terlalu sibuk mengurusi rumah dan sebagainya sehingga tidak lagi punya waktu untuk suaminya. Teman-teman tidak mengikuti secara serius apa yang anda rasakan, atau bagai lenyap ditelan angin justru disaat anda membutuhkan mereka. Pendeknya, tidak ada orang yang mau mengerti, tidak ada yang peduli apakah anda sedang bergembira atau bersedih. "I'm nobody's child..nobody cares", ucap seorang teman di twitternya hari ini. Apakah anda termasuk orang yang merasakannya saat ini? Apakah benar sama sekali tidak ada satupun yang mengerti dan peduli?
Ada kalanya kita berada dalam situasi seperti itu. Terkadang kita sulit mengharapkan orang untuk mengerti atau peduli keadaan kita, karena mereka pun seringkali bergumul dengan banyak masalah juga. Atau mungkin mereka peduli, tetapi mereka tidak tahu bagaimana menunjukkannya sehingga terlihat seperti tidak bagi kita. Tidak menutup kemungkinan pula mereka memang tidak peduli, dan kita tidak bisa memaksa mereka. Jika anda tengah menghadapi masa-masa seperti itu, ingatlah satu hal: ada Tuhan yang sangat mengenal anda. Dia tahu pasti apa yang menjadi permasalahan anda. Dia mengenal anda luar dalam dengan sangat baik. Tidak ada yang tersembunyi bagiNya, Dia tahu isi hati kita yang terdalam sekalipun. Dia yang menciptakan kita, tentu Dia pula yang paling tahu segalanya tentang kita. Dan Tuhan adalah Bapa yang sangat mengasihi kita. Bentuk kasih itu pun diwujudkan dengan kepedulian yang luar biasa besar pula terhadap anak-anakNya. Dia siap tertawa gembira bersama kita, Dia pun turut bersedih bersama kita. Daud menyadari betul hal itu. "TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku" (Mazmur 139:1). Ayat ini adalah pembuka dari sebuah perikop yang berjudul "Doa di hadapan Allah yang maha tahu" (Mazmur 139:1-24), yang menggambarkan pemahaman Daud akan pengenalan Tuhan tentang dirinya secara penuh. Lanjut Daud lagi: "Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi." (ay 2-3).
Sebuah Firman Tuhan dalam Yesaya 29 menggambarkan betapa Tuhan sungguh mengetahui kita, karena kita adalah ciptaanNya sendiri. Jika Tuhan diibaratkan sebagai tukang periuk, dan kita adalah bejana yang dibentuk dari tanah liat olehNya sendiri, mungkinkah Tuhan, Sang Pencipta, tidak mengenal apa-apa tentang kita? "..Apakah tanah liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat berkata tentang yang membuatnya: "Bukan dia yang membuat aku"; dan apa yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya: "Ia tidak tahu apa-apa"? (Yesaya 29:16). Jika orang tua kita di dunia saja mengenal kita secara pribadi dan mendalam, apalagi Bapa di Surga. Tuhan sungguh mengenal kita dengan baik, Dia sungguh peduli, namun seringkali kita-lah tidak mau mengenal Dia dengan sungguh-sungguh. Ketika Tuhan peduli, kita malah tidak peduli padaNya dan hanya menggantungkan harapan kepada manusia. Kita hanya berharap bisa dimengerti oleh orang lain dan melupakan kasih Tuhan yang selalu dicurahkan atas kita semua. Manusia bisa mengecewakan, tapi Tuhan tidak akan pernah mengecewakan. Karenanya, andalkanlah Tuhan selalu."Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7). Ayat ini menyebutkan dengan jelas bahwa menaruh pengharapan kepada Tuhan tidak akan pernah berujung sia-sia.
Sebuah penegasan lainnya disampaikan pula oleh Yesus yang mengenal hati BapaNya dengan sangat baik. "Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah,bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Lukas 12:6-7). Kalau burung saja diperhatikan Tuhan, apalagi kita yang diciptakan secara sangat istimewa menurut gambarNya sendiri. Bayangkan, sampai jumlah rambut kita helai demi helai pun Dia ketahui. Sedekat-dekatnya dan sepeduli-pedulinya manusia, adakah yang sampai tahu jumlah rambut kita? Tuhan tahu itu. Itu menunjukkan bagaimana kepedulian dan pengenalanNya akan kita dengan sangat detail. Betapa indahnya janji Tuhan akan penyertaan dan perlindunganNya atas kita yang tertulis berulang kali di dalam Alkitab. Lihatlah ayat berikut: "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8). Atau lihatlah pesan berikut: "Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya; sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara.." (Mazmur 37:27-28). Peringatan yang disampaikan Penulis Ibrani pun mengacu akan hal ini: Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5). Tuhan Yesus sendiri sudah berjanji untuk menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20), dan siap memberi kita kelegaan. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (11:28). Ini janji yang menunjukkan betapa Tuhan mengenal kita dan betapa Dia peduli terhadap segala pergumulan kita.
Ketika tidak ada orang mengerti, ada Tuhan yang mengerti. Ketika tidak ada yang peduli, Tuhan selalu peduli. Ketika tidak ada yang mau mengenal anda lebih jauh, Tuhan sudah mengenal anda bahkan lebih dari anda mengenal diri anda sendiri. Tuhan tahu pasti apa yang menjadi pergumulan anda saat ini. Bahkan hal-hal yang mungkin terlalu berat untuk dikemukakan, sulit untuk diucapkan, Tuhan pun mengetahui itu semua. Tuhan sungguh mendengar jeritan hati kita. Anda merasa sendirian saat ini menghadapi segala sesuatu? Datanglah pada Tuhan. Dia sangat mengenal anda, mengerti anda, dan peduli.
Tuhan tidak pernah mengecewakan, Dia sangat mengenal kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, October 29, 2011
Tahayul
Ayat bacaan: 1 Timotius 4:7
====================
"Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah."
Anda suka punya gigi ompong? Hampir pasti orang akan tertawa minimal tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tetapi hari ini teman saya bercerita bahwa anaknya malah bangga dengan gigi ompongnya. Bagaimana bisa? Itu karena dia mengatakan kepada anaknya bahwa ompong itu tanda menjadi dewasa, semata-mata agar anaknya tidak sedih ketika gigi susunya harus dicabut. Ternyata apa yang ia ajarkan itu membuat anaknya bangga. Si anak pun bercerita dengan bangga kepada teman-temannya bahwa ia sudah ompong, dan kata mamanya itu artinya ia sudah dewasa. Maka keesokan harinya datanglah salah seorang temannya yang tinggal dekat, dengan bangga pula memamerkan gigi ompongnya. Beberapa teman yang belum pun kemudian mereka tertawakan, karena dianggap masih kecil sebab giginya belum ada yang copot. Saya tertawa mendengar ceritanya, membayangkan anak-anak itu sibuk memamerkan keompongannya dan menganggap bahwa diri mereka sudah dewasa. Dan saya pun berpikir, hal yang sama dalam bentuk berbeda seringkali membuat kita tertipu. Betapa banyaknya tahayul atau kepercayaan-kepercayaan yang kita anggap benar padahal itu malah menjauhkan kita dari ajaran Allah yang sebenarnya.
Ada begitu banyak bentuk-bentuk kepercayaan turun temurun atau ajaran-ajaran yang dipercaya dunia yang sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Tuhan seperti yang tertulis di dalam Alkitab. Dan seringkali itu semua menyesatkan kita, membuat antara mana yang benar dan tidak menjadi kabur atau semu terlihat di mata kita. Tidak jarang diantara orang-orang yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya ternyata masih mempertahankan kepercayaan-kepercayaan turun temurun yang bahkan bertentangan. Dan banyak orang mengelompokkannya ke dalam adat istiadat untuk menunjukkan pemisahan antara agama dan budaya. Tidak jarang pula semua ini dikemas dalam bentuk-bentuk yang terlihat seolah ilmiah atau bahkan mirip dengan ajaran Kristus. Pertanyaannya, bagaimana jika apa yang dipercaya itu ternyata jelas-jelas bertentangan dengan Firman Tuhan? Yang jelas, Tuhan sudah mengatakan bahwa kita tidak bisa menghamba kepada dua hal yang berbeda. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Secara khusus ayat ini memang menuju kepada peringatan untuk tidak terikat kepada harta kekayaan duniawi, tetapi jika kita baca keseluruhan ayat ini, maka kita bisa melihat bahwa inti dari segalanya adalah peringatan untuk tidak menduakan Tuhan dengan apapun. Ketika Yesus dicobai iblis di padang gurun, satu sentakan keras Yesus berbunyi: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (Matius 4:10).
Paulus pun mengingatkan hal yang sama. "Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7). Ada hubungan erat antara menjauhi tahayul dan dongeng-dongeng yang dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "irrevent legends (profane and impure and godless fictions, mere grandmothers' tales) and silly myths" dengan melatih diri beribadah. Beribadah bukanlah berbicara secara sempit mengenai pergi ke gereja atau berdoa saja, tetapi aspek yang lebih luas tercakup disana. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Itulah bentuk ibadah sejati, ketika kita mempersembahkan hidup kita sepenuhnya sebagai sebuah persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Sebuah ibadah yang sejati bukanlah hanya mengenai kerajinan kita rutin beribadah tiap minggu, meski itu tidak salah, tetapi lebih jauh lagi menyangkut bagaimana kita mengerti kebenaran Firman Tuhan dan mengaplikasikannya dalam setiap sendi hidup kita. Masalahnya, bagaimana mungkin kita bisa melakukan itu kalau kita masih saja kabur dengan kebenaran-kebenaran Firman Tuhan, tidak bisa membedakan mana yang benar dan tidak? Dan pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita bisa membedakan itu semua jika kita tidak tahu pasti apa saja yang dikatakan Tuhan? Alkitab berisi petunjuk lengkap mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan. Disana ada perintah, larangan, peringatan, janji-janji Tuhan, apa yang harus dilakukan dan harus dihindari, ada solusi atas berbagai permasalahan dan bagaimana seharusnya kita menghadapinya. Firman itu hidup dan punya kuasa. "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Kita akan luput dari semua ini apabila kita terus mengabaikan pentingnya membaca Alkitab dan membiarkan Tuhan berbicara banyak kepada kita lewat itu.
Ada hubungan antara menjauhi tahayul dengan melatih diri untuk beribadah. Kita harus tahu terlebih dahulu apa yang dikatakan Tuhan mengenai kebenaran dan melakukannya secara nyata dalam hidup kita. Itulah yang bisa membuat kita menjauhi berbagai kepercayaan atau pengajaran yang bertentangan dengan ajaran Tuhan. Jika kita tidak tahu, bagaimana mungkin kita menjauhkan diri? Kitapun akan terus disesatkan semakin jauh lagi dan lagi. Apalagi berbagai ajaran yang menyesatkan akan terus ada, dan Yesus sudah mengingatkan kita terlebih dahulu untuk waspada. "Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu." (Matius 24:24-25).
Berbagai tahayul ini seringkali terlihat bertujuan baik. Jika tidak, maka kita tidak akan terpengaruh olehnya. Di luar kelihatan baik, tapi di dalam menghancurkan dan membawa manusia pada kebinasaan. Pengaruh ini bukan hanya marak terjadi di jaman sekarang seperti tawaran-tawaran okultisme dan sebagainya yang bisa dengan mudah membanjiri berbagai media, tapi jauh sebelumnya sudah pula menimpa jemaat Galatia. Kita bisa melihat bagaimana Paulus pun menegur mereka. "Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus." (Galatia 1:6-7). Anak teman saya yang masih kecil beserta sahabat-sahabatnya menganggap benar bahwa mereka sudah dewasa jika bergigi ompong, namun kita tahu bahwa itu tidak benar. Seperti itu pula kita bisa tersesat jika tidak mengetahui kebenaran. Kita tidak akan pernah tahu apa yang benar dan salah jika kita tidak pernah mau meluangkan waktu untuk membaca berbagai suara Tuhan yang sudah dituliskan di dalam Alkitab. Kita harus mulai mendisplinkan diri untuk menyediakan waktu-waktu khusus untuk itu agar kita bisa membedakan dengan baik apa yang benar dan mana yang tidak, mana yang tahayul atau dongeng dan mana yang berasal dari Tuhan. Jangan biarkan Alkitab anda terus berdebu tanpa disentuh, mulailah gali kebenaran Firman Tuhan sekarang juga dan jadilah pelaku-pelakunya dalam kehidupan nyata.
Tanpa mengetahui kebenaran Firman Tuhan kita akan gampang disesatkan berbagai tahayul, dongeng atau pengajaran-pengajaran sesat
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
====================
"Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah."
Anda suka punya gigi ompong? Hampir pasti orang akan tertawa minimal tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tetapi hari ini teman saya bercerita bahwa anaknya malah bangga dengan gigi ompongnya. Bagaimana bisa? Itu karena dia mengatakan kepada anaknya bahwa ompong itu tanda menjadi dewasa, semata-mata agar anaknya tidak sedih ketika gigi susunya harus dicabut. Ternyata apa yang ia ajarkan itu membuat anaknya bangga. Si anak pun bercerita dengan bangga kepada teman-temannya bahwa ia sudah ompong, dan kata mamanya itu artinya ia sudah dewasa. Maka keesokan harinya datanglah salah seorang temannya yang tinggal dekat, dengan bangga pula memamerkan gigi ompongnya. Beberapa teman yang belum pun kemudian mereka tertawakan, karena dianggap masih kecil sebab giginya belum ada yang copot. Saya tertawa mendengar ceritanya, membayangkan anak-anak itu sibuk memamerkan keompongannya dan menganggap bahwa diri mereka sudah dewasa. Dan saya pun berpikir, hal yang sama dalam bentuk berbeda seringkali membuat kita tertipu. Betapa banyaknya tahayul atau kepercayaan-kepercayaan yang kita anggap benar padahal itu malah menjauhkan kita dari ajaran Allah yang sebenarnya.
Ada begitu banyak bentuk-bentuk kepercayaan turun temurun atau ajaran-ajaran yang dipercaya dunia yang sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Tuhan seperti yang tertulis di dalam Alkitab. Dan seringkali itu semua menyesatkan kita, membuat antara mana yang benar dan tidak menjadi kabur atau semu terlihat di mata kita. Tidak jarang diantara orang-orang yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya ternyata masih mempertahankan kepercayaan-kepercayaan turun temurun yang bahkan bertentangan. Dan banyak orang mengelompokkannya ke dalam adat istiadat untuk menunjukkan pemisahan antara agama dan budaya. Tidak jarang pula semua ini dikemas dalam bentuk-bentuk yang terlihat seolah ilmiah atau bahkan mirip dengan ajaran Kristus. Pertanyaannya, bagaimana jika apa yang dipercaya itu ternyata jelas-jelas bertentangan dengan Firman Tuhan? Yang jelas, Tuhan sudah mengatakan bahwa kita tidak bisa menghamba kepada dua hal yang berbeda. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Secara khusus ayat ini memang menuju kepada peringatan untuk tidak terikat kepada harta kekayaan duniawi, tetapi jika kita baca keseluruhan ayat ini, maka kita bisa melihat bahwa inti dari segalanya adalah peringatan untuk tidak menduakan Tuhan dengan apapun. Ketika Yesus dicobai iblis di padang gurun, satu sentakan keras Yesus berbunyi: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (Matius 4:10).
Paulus pun mengingatkan hal yang sama. "Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7). Ada hubungan erat antara menjauhi tahayul dan dongeng-dongeng yang dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "irrevent legends (profane and impure and godless fictions, mere grandmothers' tales) and silly myths" dengan melatih diri beribadah. Beribadah bukanlah berbicara secara sempit mengenai pergi ke gereja atau berdoa saja, tetapi aspek yang lebih luas tercakup disana. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Itulah bentuk ibadah sejati, ketika kita mempersembahkan hidup kita sepenuhnya sebagai sebuah persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Sebuah ibadah yang sejati bukanlah hanya mengenai kerajinan kita rutin beribadah tiap minggu, meski itu tidak salah, tetapi lebih jauh lagi menyangkut bagaimana kita mengerti kebenaran Firman Tuhan dan mengaplikasikannya dalam setiap sendi hidup kita. Masalahnya, bagaimana mungkin kita bisa melakukan itu kalau kita masih saja kabur dengan kebenaran-kebenaran Firman Tuhan, tidak bisa membedakan mana yang benar dan tidak? Dan pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita bisa membedakan itu semua jika kita tidak tahu pasti apa saja yang dikatakan Tuhan? Alkitab berisi petunjuk lengkap mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan. Disana ada perintah, larangan, peringatan, janji-janji Tuhan, apa yang harus dilakukan dan harus dihindari, ada solusi atas berbagai permasalahan dan bagaimana seharusnya kita menghadapinya. Firman itu hidup dan punya kuasa. "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Kita akan luput dari semua ini apabila kita terus mengabaikan pentingnya membaca Alkitab dan membiarkan Tuhan berbicara banyak kepada kita lewat itu.
Ada hubungan antara menjauhi tahayul dengan melatih diri untuk beribadah. Kita harus tahu terlebih dahulu apa yang dikatakan Tuhan mengenai kebenaran dan melakukannya secara nyata dalam hidup kita. Itulah yang bisa membuat kita menjauhi berbagai kepercayaan atau pengajaran yang bertentangan dengan ajaran Tuhan. Jika kita tidak tahu, bagaimana mungkin kita menjauhkan diri? Kitapun akan terus disesatkan semakin jauh lagi dan lagi. Apalagi berbagai ajaran yang menyesatkan akan terus ada, dan Yesus sudah mengingatkan kita terlebih dahulu untuk waspada. "Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu." (Matius 24:24-25).
Berbagai tahayul ini seringkali terlihat bertujuan baik. Jika tidak, maka kita tidak akan terpengaruh olehnya. Di luar kelihatan baik, tapi di dalam menghancurkan dan membawa manusia pada kebinasaan. Pengaruh ini bukan hanya marak terjadi di jaman sekarang seperti tawaran-tawaran okultisme dan sebagainya yang bisa dengan mudah membanjiri berbagai media, tapi jauh sebelumnya sudah pula menimpa jemaat Galatia. Kita bisa melihat bagaimana Paulus pun menegur mereka. "Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus." (Galatia 1:6-7). Anak teman saya yang masih kecil beserta sahabat-sahabatnya menganggap benar bahwa mereka sudah dewasa jika bergigi ompong, namun kita tahu bahwa itu tidak benar. Seperti itu pula kita bisa tersesat jika tidak mengetahui kebenaran. Kita tidak akan pernah tahu apa yang benar dan salah jika kita tidak pernah mau meluangkan waktu untuk membaca berbagai suara Tuhan yang sudah dituliskan di dalam Alkitab. Kita harus mulai mendisplinkan diri untuk menyediakan waktu-waktu khusus untuk itu agar kita bisa membedakan dengan baik apa yang benar dan mana yang tidak, mana yang tahayul atau dongeng dan mana yang berasal dari Tuhan. Jangan biarkan Alkitab anda terus berdebu tanpa disentuh, mulailah gali kebenaran Firman Tuhan sekarang juga dan jadilah pelaku-pelakunya dalam kehidupan nyata.
Tanpa mengetahui kebenaran Firman Tuhan kita akan gampang disesatkan berbagai tahayul, dongeng atau pengajaran-pengajaran sesat
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, October 28, 2011
Belalang dan Persatuan
Ayat bacaan: Amsal 30:27
========================
"The locusts have no king, yet they go forth all of them by bands"
Ketika masih kecil, ada salah satu jenis belalang yang saya sukai bentuknya karena terlihat seperti sedang memasang kuda-kuda kungfu. Saya pun menyebutnya belalang kungfu, yang belakangan saya ketahui disebut dengan praying mantis karena bagi sebagian orang belalang ini pun terlihat seperti melipat tangan mengambil posisi berdoa. Saya tidak tahu pasti apakah praying mantis tergolong belalang atau tidak, tetapi yang pasti postur fisik dan warnanya memang menyerupai belalang. Hewan ini termasuk jenis karnivora. Tidak seperti belalang biasa yang memakan tanam-tanaman seperti daun, gandum, serbuk bunga dan sebagainya, praying mantis memakan serangga-serangga lainnya seperti belalang biasa, lalat, kumbang atau bahkan laba-laba. Meski tergolong karnivora, sesungguhnya belalang ini pun tidak bisa dikatakan kuat. Ukurannya kecil dan begitu rawan dimangsa oleh predator-predator yang lebih besar seperti burung misalnya. Jika jenis yang karnivora ini saja sudah termasuk lemah, apalagi belalang biasa yang berlompatan di rerumputan. Ukurannya rata-rata lebih kecil dan tidak memiliki pertahanan apa-apa selain daya lompatnya yang cukup jauh dan bisa pula terbang. Bayangkan betapa lemahnya seekor belalang jika berada sendirian di lingkungan yang keras. Setiap saat ia bisa mati menjadi santapan pemangsanya. Bagi kita seekor belalang kecil dan lemah mungkin terlihat lucu. Tetapi apa yang terjadi ketika belalang secara beramai-ramai menyerbu pertanian? Hasil tani bisa ludes seketika. Bagi para petani, serangan belalang ini tergolong hama yang tidak boleh diabaikan. Berabad-abad lamanya serangan belalang ini mengancam penghasilan pertanian di berbagai belahan bumi. Bahkan di Alkitab kita pun bisa menyaksikan bagaimana dahsyatnya serangan yang dilakukan belalang jika berkelompok.
Perhatikanlah apa yang tertulis dalam Alkitab mengenai serangan belalang ini. Serentetan situasi mengerikan pernah terjadi di Mesir pada jaman Musa ketika Firaun tetap mengeraskan hatinya untuk melepaskan Israel dari perbudakan di negaranya Mesir. Meski sudah diingatkan Tuhan lewat Musa dan Harun, ia ternyata masih memilih untuk membangkang. Akibatnya serangkaian tulah pun hadir menimpa bangsanya. Tulah ke delapan yang dijatuhkan adalah segerombolan belalang dalam jumlah yang begitu besar. Persisnya situasi pada saat itu adalah sebagai berikut. "Datanglah belalang meliputi seluruh tanah Mesir dan hinggap di seluruh daerah Mesir, sangat banyak; sebelum itu tidak pernah ada belalang yang demikian banyaknya dan sesudah itupun tidak akan terjadi lagi yang demikian. Belalang menutupi seluruh permukaan bumi, sehingga negeri itu menjadi gelap olehnya; belalang memakan habis segala tumbuh-tumbuhan di tanah dan segala buah-buahan pada pohon-pohon yang ditinggalkan oleh hujan es itu, sehingga tidak ada tinggal lagi yang hijau pada pohon atau tumbuh-tumbuhan di padang di seluruh tanah Mesir." (Keluaran 10:14-15). Lihatlah bagaimana mengerikannya belalang yang lucu, lemah dan kecil itu jika sudah bergabung dalam menyerang. Jika kita pernah melihat bagaimana kesulitan yang dihadapi penduduk di suatu daerah ketika menghadapi serangan belalang, disini dikatakan bahwa pada saat itu serangan jauh lebih besar dari yang pernah ada, dan tidak akan pernah ada serangan belalang yang lebih besar lagi setelahnya. Dalam sekejap mata Mesir berubah menjadi lautan belalang yang mengubah Mesir menjadi gurun gersang dalam waktu singkat.
Satu belalang tidak akan berpengaruh apa-apa. Ia hanya akan melompat-lompat dan mudah kita tangkap. Tapi dalam jumlah banyak belalang bisa sangat merepotkan dan sulit dikendalikan. Hal ini dijadikan contoh oleh Agur bin Yake yang mengatakan: "belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur." (Amsal 30:27). Dalam versi Bahasa Inggris Amplified ditulis: "The locusts have no king, yet they go forth all of them by bands". Kata berbaris dengan teratur dalam bahasa Inggrisnya digambarkan dengan bergabung dalam sebuah kelompok besar. Satu kelompok besar yang bergerak bersama untuk tujuan yang sama pula. Jika melihat bagaimana manusia hari-hari ini yang begitu sulit untuk bersatu, selalu memperbesar jurang perbedaan dan terus bertikai, kita pantas merasa malu terhadap belalang ini. Satu gereja sekalipun masih juga bisa saling curiga, apalagi dengan saudara saudari seiman yang berbeda tempat bertumbuhnya. Segala perbedaan selalu dijadikan alasan, kita terus menerus merendahkan, memandang negatif dan curiga terhadap saudara seiman yang memiliki tata cara peribadatan yang berbeda dengan kita. Padahal kita memiliki Raja yang sama, Raja diatas segala raja, Tuhan Yesus. Jika belalang yang tidak memiliki raja bisa bersikap demikian, betapa menyedihkannya kita yang memiliki Raja tidak bisa melakukannya.
Alkitab dalam banyak kesempatan menyatakan pentingnya bagi kita untuk tidak berjalan sendiri-sendiri. Lihatlah apa yang dikatakan Pengkotbah berikut: "Berdua lebih menguntungkan daripada seorang diri. Kalau mereka bekerja, hasilnya akan lebih baik. Kalau yang seorang jatuh yang lain dapat menolongnya. Tetapi kalau seorang jatuh, padahal ia sendirian, celakalah dia, karena tidak ada yang dapat menolongnya." (Pengkotbah 4:9-10 BIS). Dalam Perjanjian Baru pun demikian. Meski Perjanjian Baru banyak memberi penekanan kepada pertumbuhan iman kita masing-masing, tetapi Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk menjadi individu-individu yang eksklusif dan merasa paling hebat tanpa merasa perlu untuk bergandeng tangan bersama saudara-saudari lainnya. Gereja tidak akan pernah bisa menjadi terang dan garam jika jemaatnya memelihara sikap egois dan menutup diri dari yang lain, gereja pun tidak akan bisa berfungsi jika hanya dibatasi oleh dinding-dinding tanpa pernah berpikir untuk bersatu dengan saudara seiman lainnya. Jika sikap seperti ini terus dipertahankan, jangan bermimpi untuk menjangkau lebih banyak jiwa yang berada di luar sana. Penulis Ibrani menyampaikan firman Tuhan yang berbunyi: "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24). Prinsip saling yang positif harus terus kita kembangkan, karena kita harus menyadari bahwa kita ini terbatas dan lemah, seperti halnya belalang. Menghadapi hari-hari yang semakin sukar ini, kita harus lebih menekankan kebersamaan, membangun hubungan kekeluargaan dan persaudaraan erat dengan saudara-saudari kita lainnya. Apa yang dikatakan Tuhan sesungguhnya jelas. Berhentilah menjadi pribadi yang egocentris. Belalang akan sangat lemah dan rentan jika sendirian di tengah rerumputan luas. Begitu banyak ancaman yang bisa mencelakakan hidupnya. Kita pun demikian di tengah dunia yang jahat ini. Sehebat-hebatnya kita, kita tidak akan bisa mencapai apa-apa jika kita terus menutup diri dari orang lain.
Kita harus mulai berpikir sedini mungkin untuk membangun hubungan atau relasi dengan orang lain, juga membangun link atau network untuk bisa mencapai terobosan-terobosan besar. Tidak hanya dalam urusan pertumbuhan iman, tetapi dalam pekerjaan dan berbagai aspek-aspek kehidupan lainnya pun sama. Kita bisa belajar memulainya dengan membangun hubungan yang erat dimana kita beribadah. Dan Firman Tuhan pun menganjurkan hal yang sama. "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Lanjutan hikmat dari Pengkotbah diatas selanjutnya berkata: "Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan." (Pengkotbah 4:12). Ingatlah bahwa bekerja sama dengan sikap saling tolong menolong ini begitu penting untuk kita lakukan, begitu pentingnya sehingga dikatakan bahwa sikap ini merupakan bentuk dari pemenuhan/penerapan hukum Kristus. (Galatia 6:2). Bacalah 1 Korintus 12:12-31 dimana Paulus berbicara dengan rinci mengenai "Banyak Anggota tetapi satu tubuh", maka anda akan mendapatkan gambaran yang lebih lengkap lagi. Belalang cuma mahluk yang ukurannya jauh lebih kecil dari kita dan tidak berbahaya. Tetapi kita perlu melembutkan hati untuk mau belajar dari hewan ini. Belalang jika hanya seekor akan mudah dipatahkan, tetapi akan memiliki kekuatan yang luar biasa yang bahkan sanggup mengalahkan kita yang jauh lebih besar, lebih pintar dan lebih kuat ketika mereka bersatu. Hari-hari yang kita jalani sesungguhnya sulit. Oleh karena itu marilah kita lebih giat lagi bersekutu, saling dukung, saling bantu, saling dorong, agar kita bisa bertumbuh bersama-sama di dalam Tuhan dan kemudian menjadi terang dan garam yang membawa manfaat besar bagi sesama.
Satu lidi mudah dipatahkan, tapi sulit jika seikat
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
========================
"The locusts have no king, yet they go forth all of them by bands"
Ketika masih kecil, ada salah satu jenis belalang yang saya sukai bentuknya karena terlihat seperti sedang memasang kuda-kuda kungfu. Saya pun menyebutnya belalang kungfu, yang belakangan saya ketahui disebut dengan praying mantis karena bagi sebagian orang belalang ini pun terlihat seperti melipat tangan mengambil posisi berdoa. Saya tidak tahu pasti apakah praying mantis tergolong belalang atau tidak, tetapi yang pasti postur fisik dan warnanya memang menyerupai belalang. Hewan ini termasuk jenis karnivora. Tidak seperti belalang biasa yang memakan tanam-tanaman seperti daun, gandum, serbuk bunga dan sebagainya, praying mantis memakan serangga-serangga lainnya seperti belalang biasa, lalat, kumbang atau bahkan laba-laba. Meski tergolong karnivora, sesungguhnya belalang ini pun tidak bisa dikatakan kuat. Ukurannya kecil dan begitu rawan dimangsa oleh predator-predator yang lebih besar seperti burung misalnya. Jika jenis yang karnivora ini saja sudah termasuk lemah, apalagi belalang biasa yang berlompatan di rerumputan. Ukurannya rata-rata lebih kecil dan tidak memiliki pertahanan apa-apa selain daya lompatnya yang cukup jauh dan bisa pula terbang. Bayangkan betapa lemahnya seekor belalang jika berada sendirian di lingkungan yang keras. Setiap saat ia bisa mati menjadi santapan pemangsanya. Bagi kita seekor belalang kecil dan lemah mungkin terlihat lucu. Tetapi apa yang terjadi ketika belalang secara beramai-ramai menyerbu pertanian? Hasil tani bisa ludes seketika. Bagi para petani, serangan belalang ini tergolong hama yang tidak boleh diabaikan. Berabad-abad lamanya serangan belalang ini mengancam penghasilan pertanian di berbagai belahan bumi. Bahkan di Alkitab kita pun bisa menyaksikan bagaimana dahsyatnya serangan yang dilakukan belalang jika berkelompok.
Perhatikanlah apa yang tertulis dalam Alkitab mengenai serangan belalang ini. Serentetan situasi mengerikan pernah terjadi di Mesir pada jaman Musa ketika Firaun tetap mengeraskan hatinya untuk melepaskan Israel dari perbudakan di negaranya Mesir. Meski sudah diingatkan Tuhan lewat Musa dan Harun, ia ternyata masih memilih untuk membangkang. Akibatnya serangkaian tulah pun hadir menimpa bangsanya. Tulah ke delapan yang dijatuhkan adalah segerombolan belalang dalam jumlah yang begitu besar. Persisnya situasi pada saat itu adalah sebagai berikut. "Datanglah belalang meliputi seluruh tanah Mesir dan hinggap di seluruh daerah Mesir, sangat banyak; sebelum itu tidak pernah ada belalang yang demikian banyaknya dan sesudah itupun tidak akan terjadi lagi yang demikian. Belalang menutupi seluruh permukaan bumi, sehingga negeri itu menjadi gelap olehnya; belalang memakan habis segala tumbuh-tumbuhan di tanah dan segala buah-buahan pada pohon-pohon yang ditinggalkan oleh hujan es itu, sehingga tidak ada tinggal lagi yang hijau pada pohon atau tumbuh-tumbuhan di padang di seluruh tanah Mesir." (Keluaran 10:14-15). Lihatlah bagaimana mengerikannya belalang yang lucu, lemah dan kecil itu jika sudah bergabung dalam menyerang. Jika kita pernah melihat bagaimana kesulitan yang dihadapi penduduk di suatu daerah ketika menghadapi serangan belalang, disini dikatakan bahwa pada saat itu serangan jauh lebih besar dari yang pernah ada, dan tidak akan pernah ada serangan belalang yang lebih besar lagi setelahnya. Dalam sekejap mata Mesir berubah menjadi lautan belalang yang mengubah Mesir menjadi gurun gersang dalam waktu singkat.
Satu belalang tidak akan berpengaruh apa-apa. Ia hanya akan melompat-lompat dan mudah kita tangkap. Tapi dalam jumlah banyak belalang bisa sangat merepotkan dan sulit dikendalikan. Hal ini dijadikan contoh oleh Agur bin Yake yang mengatakan: "belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur." (Amsal 30:27). Dalam versi Bahasa Inggris Amplified ditulis: "The locusts have no king, yet they go forth all of them by bands". Kata berbaris dengan teratur dalam bahasa Inggrisnya digambarkan dengan bergabung dalam sebuah kelompok besar. Satu kelompok besar yang bergerak bersama untuk tujuan yang sama pula. Jika melihat bagaimana manusia hari-hari ini yang begitu sulit untuk bersatu, selalu memperbesar jurang perbedaan dan terus bertikai, kita pantas merasa malu terhadap belalang ini. Satu gereja sekalipun masih juga bisa saling curiga, apalagi dengan saudara saudari seiman yang berbeda tempat bertumbuhnya. Segala perbedaan selalu dijadikan alasan, kita terus menerus merendahkan, memandang negatif dan curiga terhadap saudara seiman yang memiliki tata cara peribadatan yang berbeda dengan kita. Padahal kita memiliki Raja yang sama, Raja diatas segala raja, Tuhan Yesus. Jika belalang yang tidak memiliki raja bisa bersikap demikian, betapa menyedihkannya kita yang memiliki Raja tidak bisa melakukannya.
Alkitab dalam banyak kesempatan menyatakan pentingnya bagi kita untuk tidak berjalan sendiri-sendiri. Lihatlah apa yang dikatakan Pengkotbah berikut: "Berdua lebih menguntungkan daripada seorang diri. Kalau mereka bekerja, hasilnya akan lebih baik. Kalau yang seorang jatuh yang lain dapat menolongnya. Tetapi kalau seorang jatuh, padahal ia sendirian, celakalah dia, karena tidak ada yang dapat menolongnya." (Pengkotbah 4:9-10 BIS). Dalam Perjanjian Baru pun demikian. Meski Perjanjian Baru banyak memberi penekanan kepada pertumbuhan iman kita masing-masing, tetapi Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk menjadi individu-individu yang eksklusif dan merasa paling hebat tanpa merasa perlu untuk bergandeng tangan bersama saudara-saudari lainnya. Gereja tidak akan pernah bisa menjadi terang dan garam jika jemaatnya memelihara sikap egois dan menutup diri dari yang lain, gereja pun tidak akan bisa berfungsi jika hanya dibatasi oleh dinding-dinding tanpa pernah berpikir untuk bersatu dengan saudara seiman lainnya. Jika sikap seperti ini terus dipertahankan, jangan bermimpi untuk menjangkau lebih banyak jiwa yang berada di luar sana. Penulis Ibrani menyampaikan firman Tuhan yang berbunyi: "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24). Prinsip saling yang positif harus terus kita kembangkan, karena kita harus menyadari bahwa kita ini terbatas dan lemah, seperti halnya belalang. Menghadapi hari-hari yang semakin sukar ini, kita harus lebih menekankan kebersamaan, membangun hubungan kekeluargaan dan persaudaraan erat dengan saudara-saudari kita lainnya. Apa yang dikatakan Tuhan sesungguhnya jelas. Berhentilah menjadi pribadi yang egocentris. Belalang akan sangat lemah dan rentan jika sendirian di tengah rerumputan luas. Begitu banyak ancaman yang bisa mencelakakan hidupnya. Kita pun demikian di tengah dunia yang jahat ini. Sehebat-hebatnya kita, kita tidak akan bisa mencapai apa-apa jika kita terus menutup diri dari orang lain.
Kita harus mulai berpikir sedini mungkin untuk membangun hubungan atau relasi dengan orang lain, juga membangun link atau network untuk bisa mencapai terobosan-terobosan besar. Tidak hanya dalam urusan pertumbuhan iman, tetapi dalam pekerjaan dan berbagai aspek-aspek kehidupan lainnya pun sama. Kita bisa belajar memulainya dengan membangun hubungan yang erat dimana kita beribadah. Dan Firman Tuhan pun menganjurkan hal yang sama. "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Lanjutan hikmat dari Pengkotbah diatas selanjutnya berkata: "Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan." (Pengkotbah 4:12). Ingatlah bahwa bekerja sama dengan sikap saling tolong menolong ini begitu penting untuk kita lakukan, begitu pentingnya sehingga dikatakan bahwa sikap ini merupakan bentuk dari pemenuhan/penerapan hukum Kristus. (Galatia 6:2). Bacalah 1 Korintus 12:12-31 dimana Paulus berbicara dengan rinci mengenai "Banyak Anggota tetapi satu tubuh", maka anda akan mendapatkan gambaran yang lebih lengkap lagi. Belalang cuma mahluk yang ukurannya jauh lebih kecil dari kita dan tidak berbahaya. Tetapi kita perlu melembutkan hati untuk mau belajar dari hewan ini. Belalang jika hanya seekor akan mudah dipatahkan, tetapi akan memiliki kekuatan yang luar biasa yang bahkan sanggup mengalahkan kita yang jauh lebih besar, lebih pintar dan lebih kuat ketika mereka bersatu. Hari-hari yang kita jalani sesungguhnya sulit. Oleh karena itu marilah kita lebih giat lagi bersekutu, saling dukung, saling bantu, saling dorong, agar kita bisa bertumbuh bersama-sama di dalam Tuhan dan kemudian menjadi terang dan garam yang membawa manfaat besar bagi sesama.
Satu lidi mudah dipatahkan, tapi sulit jika seikat
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, October 27, 2011
Belajar dari Pelanduk (2)
(sambungan)
Dari kerabat pelanduk yaitu rusa kita pun kita bisa mendapatkan pesan yang sama di dalam Alkitab. "Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata; yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit" (Mazmur 18:33-34). Ayat yang kurang lebih sama bisa kita dapati dalam kitab Habakuk. "ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:19). Sebagai mahluk yang lemah, seberapa jauh kita bisa berjalan mengandalkan kekekuatan kita sendiri? Cepat atau lambat kita akan menyerah kalah oleh kesulitan-kesulitan hidup. Kita tidak akan mampu keluar dari beban persoalan jika hanya bergantung pada kemampuan diri sendiri. Kita harus menyadari keterbatasan kita. Ketika kita sendiri mengetahui batas kemampuan kita, disanalah kita akan sadar bahwa Tuhan siap menjadi jawaban atas segala yang kita alami. Kita harus naik ke tempat yang lebih tinggi agar bisa selamat, dan Tuhan siap memberikan kaki-kaki yang kuat untuk menapak naik kesana. Tuhan siap membuat kita naik lebih tinggi di atas semua masalah dan keluar menjadi pemenang. Berada di tempat tinggi di atas bukit menggambarkan sebuah tempat di mana masalah tidak lagi mampu menyulitkan kita. Dalam Yesaya dikatakan di tempat tinggi itulah rumah Tuhan akan berdiri tegak, tak peduli sekencang apapun badai yang mencoba mengguncang. "Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." (Yesaya 2:2-3). Rumah Tuhan yang dikatakan disini, atau bait Allah, itu berbicara mengenai diri kita. (1 Korintus 3:16). Jadi apa yang dijanjikan Tuhan adalah sebuah pertolongan yang akan memampukan diri kita untuk meloncat dengan lincah melewati batu-batu masalah untuk sampai di atas bukit dan berdiri dengan tegak disana.
Untuk lepas dari masalah, naiklah ke tempat yang lebih tinggi, dan bangunlah kehidupan anda di atas Gunung Batu, Allah yang mengasihi dan akan selalu melindungi kita. Daud menyadari itu dengan berkata: "Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!" (Mazmur 18:3), dan menyimpulkan satu hal penting: "Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?" (ay 32).
Seperti pelanduk kita pun adalah mahluk lemah yang rentan dalam menghadapi bahaya. Setiap saat berbagai hal di dunia ini bisa mengancam kita bagai predator yang siap menerkam dan melumat kita. Oleh karena itulah kita sebaiknya belajar dari kebijaksanaan pelanduk yang mau menyadari kelemahannya dan memilih untuk membangun rumah di atas bukit batu. Pelanduk tahu dimana ia harus berada agar bisa aman, dimana ia bisa berlindung, itu karena hewan ini menyadari keterbatasannya. Demikian pula halnya dengan kita. Terus latih kehidupan rohani kita agar semakin meningkat dan terus tumbuh. Teruslah menapak naik, terus kenali Tuhan lebih jauh dan lebih dekat lagi dan bangunlah seluruh sendi-sendi kehidupan di dalam Tuhan. Semakin tinggi kita berada, semakin sulit pula bagi masalah untuk menggoyahkan kita. Di tempat tinggi kita berdiri tegak, tidak mudah terseret ke dalam hal-hal yang sifatnya duniawi, tidak mudah goyah meski digoyang masalah berat sekalipun. Di bukit atau gunung batu kita akan terlindung dari berbagai ancaman yang siap membinasakan kita. Di tempat seperti itulah kita akan mampu mendirikan rumah Tuhan yang kokoh dan tahan terhadap goncangan apapun. Hanya disanalah kita akan mampu berkata: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." (Habakuk 3:17-18). Bergantung kepada kekuatan diri sendiri yang terbatas lambat laun kita tidak akan sanggup mendakit naik ke atas. Sekali lagi, kita mahluk yang lemah dan terbatas. Karena itu andalkanlah Tuhan dan bangunlah pondasi yang kokoh berakar kepadaNya.
Belajarlah dari pelanduk yang mengetahui ada perlindungan di bukit batu
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Dari kerabat pelanduk yaitu rusa kita pun kita bisa mendapatkan pesan yang sama di dalam Alkitab. "Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata; yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit" (Mazmur 18:33-34). Ayat yang kurang lebih sama bisa kita dapati dalam kitab Habakuk. "ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:19). Sebagai mahluk yang lemah, seberapa jauh kita bisa berjalan mengandalkan kekekuatan kita sendiri? Cepat atau lambat kita akan menyerah kalah oleh kesulitan-kesulitan hidup. Kita tidak akan mampu keluar dari beban persoalan jika hanya bergantung pada kemampuan diri sendiri. Kita harus menyadari keterbatasan kita. Ketika kita sendiri mengetahui batas kemampuan kita, disanalah kita akan sadar bahwa Tuhan siap menjadi jawaban atas segala yang kita alami. Kita harus naik ke tempat yang lebih tinggi agar bisa selamat, dan Tuhan siap memberikan kaki-kaki yang kuat untuk menapak naik kesana. Tuhan siap membuat kita naik lebih tinggi di atas semua masalah dan keluar menjadi pemenang. Berada di tempat tinggi di atas bukit menggambarkan sebuah tempat di mana masalah tidak lagi mampu menyulitkan kita. Dalam Yesaya dikatakan di tempat tinggi itulah rumah Tuhan akan berdiri tegak, tak peduli sekencang apapun badai yang mencoba mengguncang. "Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." (Yesaya 2:2-3). Rumah Tuhan yang dikatakan disini, atau bait Allah, itu berbicara mengenai diri kita. (1 Korintus 3:16). Jadi apa yang dijanjikan Tuhan adalah sebuah pertolongan yang akan memampukan diri kita untuk meloncat dengan lincah melewati batu-batu masalah untuk sampai di atas bukit dan berdiri dengan tegak disana.
Untuk lepas dari masalah, naiklah ke tempat yang lebih tinggi, dan bangunlah kehidupan anda di atas Gunung Batu, Allah yang mengasihi dan akan selalu melindungi kita. Daud menyadari itu dengan berkata: "Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!" (Mazmur 18:3), dan menyimpulkan satu hal penting: "Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?" (ay 32).
Seperti pelanduk kita pun adalah mahluk lemah yang rentan dalam menghadapi bahaya. Setiap saat berbagai hal di dunia ini bisa mengancam kita bagai predator yang siap menerkam dan melumat kita. Oleh karena itulah kita sebaiknya belajar dari kebijaksanaan pelanduk yang mau menyadari kelemahannya dan memilih untuk membangun rumah di atas bukit batu. Pelanduk tahu dimana ia harus berada agar bisa aman, dimana ia bisa berlindung, itu karena hewan ini menyadari keterbatasannya. Demikian pula halnya dengan kita. Terus latih kehidupan rohani kita agar semakin meningkat dan terus tumbuh. Teruslah menapak naik, terus kenali Tuhan lebih jauh dan lebih dekat lagi dan bangunlah seluruh sendi-sendi kehidupan di dalam Tuhan. Semakin tinggi kita berada, semakin sulit pula bagi masalah untuk menggoyahkan kita. Di tempat tinggi kita berdiri tegak, tidak mudah terseret ke dalam hal-hal yang sifatnya duniawi, tidak mudah goyah meski digoyang masalah berat sekalipun. Di bukit atau gunung batu kita akan terlindung dari berbagai ancaman yang siap membinasakan kita. Di tempat seperti itulah kita akan mampu mendirikan rumah Tuhan yang kokoh dan tahan terhadap goncangan apapun. Hanya disanalah kita akan mampu berkata: "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku." (Habakuk 3:17-18). Bergantung kepada kekuatan diri sendiri yang terbatas lambat laun kita tidak akan sanggup mendakit naik ke atas. Sekali lagi, kita mahluk yang lemah dan terbatas. Karena itu andalkanlah Tuhan dan bangunlah pondasi yang kokoh berakar kepadaNya.
Belajarlah dari pelanduk yang mengetahui ada perlindungan di bukit batu
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, October 26, 2011
Belajar dari Pelanduk (1)
Ayat bacaan: Amsal 30:26
====================
"pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu"
Pelanduk adalah sejenis mamalia yang berukuran kecil. Hewan ini masih tergolong keluarga rusa, tapi ukuran pelanduk dewasa kira-kira sama dengan kelinci. Hewan ini kecil dan lemah dan tidak memiliki senjata apapun yang bisa melindungi mereka. Mereka tidak memiliki tubuh besar, mereka tidak memiliki sistem pertahanan yang mumpuni, tidak memiliki bisa atau gigi-gigi yang tajam dan sebagainya. Bayangkan jika hewan berukuran kecil ini berkeliaran bebas di hutan belantara. Pelanduk akan dengan mudah menjadi santapan hewan-hewan lain yang lebih besar darinya. Burung elang misalnya, akan dengan mudah menyambar pelanduk dan memangsanya. Begitu pula ular, dan hewan-hewan buas lainnya. Lantas bagaimana pelanduk mampu melindungi dirinya? Ternyata pelanduk cukup bijaksana untuk membuat rumahnya di bukit batu. Pelanduk melindungi dirinya dari keganasan rimba dengan cara berlindung di balik bebatuan di bukit-bukit yang tinggi letaknya. Jika tidak demikian, rasanya mustahil bagi pelanduk untuk dapat bertahan hidup. Nalurinya menyadari bahwa dirinya akan jauh lebih aman jika berada di perbukitan berlindung di balik batu ketimbang berada di bawah dimana ada banyak predator yang siap memangsa mereka dengan seketika.
Salah satu hikmat mengenai empat hewan kecil yang berasal dari Agur bin Yake dalam kitab Amsal pasal 30 adalah mengenai pelanduk. Ayat ini sungguh menarik, karena menggambarkan bagaimana seekor hewan lemah mampu bertahan hidup dengan cara membangun rumahnya di bukit batu. "pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu" (Amsal 30:26). Dalam Mazmur pun kita bisa mendapatkan gambaran mengenai pelanduk ini yang bisa menjadi sebuah pelajaran bagi kita. "...bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk." (Mazmur 104:18). Tidak jauh berbeda dengan pelanduk, kita manusia pun sangat lemah. Terjangan masalah, badai problema hidup, kegoncangan dan pergumulan yang kita hadapi sehari-hari cepat atau lambat akan membuat kita menjadi lemah dan tidak berdaya. Ketika hal seperti itu terjadi, celah untuk masuknya dosa pun akan terbuka. Betapa rentan nya manusia, seperti halnya pelanduk. Oleh karena itu kita bisa belajar dari cara bertahan hidup (system of survival) hewan kecil dan lemah ini.
Mengapa harus di atas bukit batu? Mari kita lihat apa yang diajarkan Yesus berikut ini. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu." (Matius 7:24-25). Bagi orang yang mau mendengar dan melakukan Firman Tuhan, mereka tidak akan gampang goyah karena mereka akan kokoh bagaikan rumah yang didirikan di atas batu. Jika sebaliknya? Inilah yang akan terjadi: "Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (ay 26-27). Ketika kita menyadari bahwa sekuat-kuatnya kita manusia, kita tetaplah manusia yang lemah, hendaknya kita mau membangun hidup kita di atas "batu". Rumah yang dibangun dengan pondasi kuat tentu tidak rubuh meski digoncang angin badai sekalipun.
Sekarang mari kita fokus pada kata "batu". Dalam Perjanjian Lama dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan bukit/gunung batu itu tidak lain adalah Tuhan sendiri. "Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?" (Mazmur 18:32). Atau lihat ayat lainnya: "TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!" (Mazmur 18:2). Daud begitu menyadari bahwa gunung batu tempat perlindungan yang kuat dan teguh ada pada Tuhan sendiri. Lalu dalam Perjanjian Baru kita melihat bahwa yang dimaksud dengan batu itu adalah Kristus. "dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus." (1 Korintus 10:4).
(bersambung)
====================
"pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu"
Pelanduk adalah sejenis mamalia yang berukuran kecil. Hewan ini masih tergolong keluarga rusa, tapi ukuran pelanduk dewasa kira-kira sama dengan kelinci. Hewan ini kecil dan lemah dan tidak memiliki senjata apapun yang bisa melindungi mereka. Mereka tidak memiliki tubuh besar, mereka tidak memiliki sistem pertahanan yang mumpuni, tidak memiliki bisa atau gigi-gigi yang tajam dan sebagainya. Bayangkan jika hewan berukuran kecil ini berkeliaran bebas di hutan belantara. Pelanduk akan dengan mudah menjadi santapan hewan-hewan lain yang lebih besar darinya. Burung elang misalnya, akan dengan mudah menyambar pelanduk dan memangsanya. Begitu pula ular, dan hewan-hewan buas lainnya. Lantas bagaimana pelanduk mampu melindungi dirinya? Ternyata pelanduk cukup bijaksana untuk membuat rumahnya di bukit batu. Pelanduk melindungi dirinya dari keganasan rimba dengan cara berlindung di balik bebatuan di bukit-bukit yang tinggi letaknya. Jika tidak demikian, rasanya mustahil bagi pelanduk untuk dapat bertahan hidup. Nalurinya menyadari bahwa dirinya akan jauh lebih aman jika berada di perbukitan berlindung di balik batu ketimbang berada di bawah dimana ada banyak predator yang siap memangsa mereka dengan seketika.
Salah satu hikmat mengenai empat hewan kecil yang berasal dari Agur bin Yake dalam kitab Amsal pasal 30 adalah mengenai pelanduk. Ayat ini sungguh menarik, karena menggambarkan bagaimana seekor hewan lemah mampu bertahan hidup dengan cara membangun rumahnya di bukit batu. "pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu" (Amsal 30:26). Dalam Mazmur pun kita bisa mendapatkan gambaran mengenai pelanduk ini yang bisa menjadi sebuah pelajaran bagi kita. "...bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk." (Mazmur 104:18). Tidak jauh berbeda dengan pelanduk, kita manusia pun sangat lemah. Terjangan masalah, badai problema hidup, kegoncangan dan pergumulan yang kita hadapi sehari-hari cepat atau lambat akan membuat kita menjadi lemah dan tidak berdaya. Ketika hal seperti itu terjadi, celah untuk masuknya dosa pun akan terbuka. Betapa rentan nya manusia, seperti halnya pelanduk. Oleh karena itu kita bisa belajar dari cara bertahan hidup (system of survival) hewan kecil dan lemah ini.
Mengapa harus di atas bukit batu? Mari kita lihat apa yang diajarkan Yesus berikut ini. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu." (Matius 7:24-25). Bagi orang yang mau mendengar dan melakukan Firman Tuhan, mereka tidak akan gampang goyah karena mereka akan kokoh bagaikan rumah yang didirikan di atas batu. Jika sebaliknya? Inilah yang akan terjadi: "Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (ay 26-27). Ketika kita menyadari bahwa sekuat-kuatnya kita manusia, kita tetaplah manusia yang lemah, hendaknya kita mau membangun hidup kita di atas "batu". Rumah yang dibangun dengan pondasi kuat tentu tidak rubuh meski digoncang angin badai sekalipun.
Sekarang mari kita fokus pada kata "batu". Dalam Perjanjian Lama dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan bukit/gunung batu itu tidak lain adalah Tuhan sendiri. "Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?" (Mazmur 18:32). Atau lihat ayat lainnya: "TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!" (Mazmur 18:2). Daud begitu menyadari bahwa gunung batu tempat perlindungan yang kuat dan teguh ada pada Tuhan sendiri. Lalu dalam Perjanjian Baru kita melihat bahwa yang dimaksud dengan batu itu adalah Kristus. "dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus." (1 Korintus 10:4).
(bersambung)
Tuesday, October 25, 2011
Kasih Sebagai Motor Penggerak Iman
Ayat bacaan: Galatia 5:6
==================
"...faith activated and energized and expressed and working through love." (English AMP)
Jika anda tengah menonton televisi lalu ada orang yang mencabut kabelnya dari stop kontak, apa yang terjadi? Tentu televisi itu akan mati. Stasiun televisi yang tengah menyiarkan acara yang sedang anda tonton masih terus berjalan, tetapi anda tidak lagi bisa melihatnya karena tidak ada lagi listrik yang mengalir agar televisi bisa beroperasi. Sama halnya dengan berbagai peralatan elektronik lainya yang mengunakan listrik sebagai sumber dayanya. Ketika kabel tercabut, aliran listik yang menjadi sumber daya dari peralatan-peralatan itu pun terputus. Dan akibatnya alat-alat elektronik itu pun tidak lagi bisa berfungsi. Ada kalanya hal ini sepele, tetapi ada saatnya pula dimana terputusnya aliran listrik ini merepotkan kita. Beberapa hari yang lalu secara tidak sengaja kabel listrik laptop saya tercabut ketika saya menggerakkan kaki. Ternyata kabelnya tersangkut pada gerakan itu dan kemudian membuat kabel lepas dari stop kontak. Saya kebetulan tengah melepas baterainya karena sedang menggunakan listrik. Laptop mendadak mati, sedang ketikan yang sedang saya kerjakan belum disimpan. Maka saya harus mengulang lagi dari awal, dan itu cukup merepotkan dan memakan waktu ekstra yang tidak sedikit.
Dengan apa iman sebenarnya bekerja? Banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang menggerakkan iman untuk terus bekerja. Ada "sumber daya" yang membuat iman kita tetap menyala, sesuatu yang bisa membuat kita tetap berada dalam proses yang benar dari hari ke hari. Hal itu bisa kita lihat dalam surat Galatia, dimana Paulus mengingatkan jemaat disana tentang apa yang penting atau mempunyai makna mengenai keselamatan. Ia menyinggung tentang banyaknya orang yang lebih bergantung kepada prosesi, tata cara atau ritual-ritual lengkap dengan perulangannya. Ini dianggap penting dan mampu membawa keselamatan, sementara kita lupa akan hal lain yang justru jauh lebih penting, bahkan dikatakan berarti atau bermakna dalam menerima janji-janji Tuhan. Mari kita lihat ayat berikut ini: "Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih." (Galatia 5:6). Paulus memulai bagian ini dengan penegasan jelas tentang kemerdekaan yang sesungguhnya sudah hadir bagi orang percaya lewat Kristus. (ay 1). Tapi banyak yang tidak mengetahuinya dan masih bergantung kepada prosesi atau ritual bahkan menganggapnya sebagai hal yang terpenting dan malah melupakan apa yang terutama yang harus kita lakukan. Maka Paulus pun mengatakan sia-sialah semua itu tanpa adanya satu hal yang terpenting dalam hidup untuk kita miliki, yaitu iman. Itulah yang dikatakan Paulus sebagai hal yang "mempunyai sesuatu arti", alias bermakna,atau something that really counts. Dan perhatikan ayat Galatia 5:6 bagian terakhir, disana dikatakan bahwa iman itu bekerja oleh kasih. Dalam versi English Amplified bagian ini tertulis sangat detail, "...faith activated and energized and expressed and working through love."
Kita mengetahui dari mana iman itu timbul. "..Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Dari sanalah iman itu berasal. Benih-benih Firman Tuhan yang kita tabur dan jatuh di tanah yang baik akan membuat benih-benih itu bertunas dan tumbuh subur. Selanjutnya ada "motor" yang menggerakkan agar iman itu bisa terus berbuah baik untuk kebaikan kita sendiri maupun kebaikan sesama, dan motor penggerak atau sumber daya itu adalah kasih. Sedemikian pentingnya arti kasih itu, jauh lebih penting dari hal-hal lainnya.
Bagaimana jika tidak ada aliran kasih dalam diri kita? Bayangkan bagaimana hidup tanpa kasih. Kita akan dengan mudahnya membenci, mendendam atau merasa iri hati kepada orang lain. Kita akan hidup mencari kepentingan sendiri dan tega mengorbankan orang lain. Sementara jika itu terjadi maka berbagai perbuatan jahat lainnya akan mengintip dan siap menerkam kita, "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:16).Perasaan-perasaan seperti itu akan mudah menguasai kita ketika kita tidak memiliki kasih, dan itu akan menjadi lahan subur bagi iblis untuk berpesta di dalam kita. Mengijinkan iri hati masuk pada diri kita adalah seperti membuka pintu bagi segala kekacauan dan kejahatan untuk masuk. Perhatikanlah bahwa kasih termasuk salah satu buah Roh (Galatia 5:22), sementara iri hati adalah bagian dari keinginan daging (ay 19-21). Kemudian lihatlah ayat ini: "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki" (ay 17). Artinya, ketika hal ini terjadi, aliran kasih dalam diri kitapun akan terganggu. Hubungan kita dengan Tuhan terputus, iman kita tidak bekerja lagi dan tentu semua itu merugikan bahkan mematikan.
Kasih adalah prinsip dasar kekristenan. Karena itu tidaklah heran jika Yohanes dengan tegas mengingatkan kita agar terus saling mengasihi."Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi..." (1 Yohanes 3:11). Kemudian Yohanes mengingatkan kita pula akan akibat yang timbul jika kita tidak mengasihi atau memiliki kasih, "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut" (ay 14), dan dengan lebih keras melanjutkan bahwa "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia" (ay 15). Maka dengan tegas kita harus menolak kehadiran iri hati dan berbagai kebencian lainnya untuk masuk ke dalam kehidupan kita. Kita harus berhenti mencoba mengganggu kabel kasih kita. Kasih adalah esensi dasar ajaran Kristus, sedemikian pentingnya sehingga dikatakan "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1 Korintus 13:13). Ingat pula bahwa aliran kasih itu akan mampu menghindarkan kita dari banyak kejahatan, sekaligus menyembuhkan berbagai luka dan membawa pengampunan bagi orang yang pernah menyakiti kita. "Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa." "For love covers a multitude of sins [forgives and disregards the offenses of others]." (1 Petrus 4:8). Ini waktunya kita memeriksa kembali apakah kabel kasih masih terpasang pada tempatnya dalam diri kita atau sudah lama tercabut. Selanjutnya kita harus memastikan bahwa kabel itu terus bekerja mengalirkan kasih ke dalam diri kita, lalu mengalirkannya keluar dari diri kita untuk menjangkau orang-orang lain. Adalah percuma jika kita mengikuti tata cara dan kebiasaan tetapi melupakan esensi terpenting yang menjadi dasar utama kekristenan. Kita tidak bisa mengaku beriman tanpa memiliki kasih. Itu tidak akan membawa arti atau makna apa-apa, sebab Iman tidak akan berfungsi apa-apa tanpa adanya kasih dalam diri kita.
Iman bekerja oleh kasih
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==================
"...faith activated and energized and expressed and working through love." (English AMP)
Jika anda tengah menonton televisi lalu ada orang yang mencabut kabelnya dari stop kontak, apa yang terjadi? Tentu televisi itu akan mati. Stasiun televisi yang tengah menyiarkan acara yang sedang anda tonton masih terus berjalan, tetapi anda tidak lagi bisa melihatnya karena tidak ada lagi listrik yang mengalir agar televisi bisa beroperasi. Sama halnya dengan berbagai peralatan elektronik lainya yang mengunakan listrik sebagai sumber dayanya. Ketika kabel tercabut, aliran listik yang menjadi sumber daya dari peralatan-peralatan itu pun terputus. Dan akibatnya alat-alat elektronik itu pun tidak lagi bisa berfungsi. Ada kalanya hal ini sepele, tetapi ada saatnya pula dimana terputusnya aliran listrik ini merepotkan kita. Beberapa hari yang lalu secara tidak sengaja kabel listrik laptop saya tercabut ketika saya menggerakkan kaki. Ternyata kabelnya tersangkut pada gerakan itu dan kemudian membuat kabel lepas dari stop kontak. Saya kebetulan tengah melepas baterainya karena sedang menggunakan listrik. Laptop mendadak mati, sedang ketikan yang sedang saya kerjakan belum disimpan. Maka saya harus mengulang lagi dari awal, dan itu cukup merepotkan dan memakan waktu ekstra yang tidak sedikit.
Dengan apa iman sebenarnya bekerja? Banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang menggerakkan iman untuk terus bekerja. Ada "sumber daya" yang membuat iman kita tetap menyala, sesuatu yang bisa membuat kita tetap berada dalam proses yang benar dari hari ke hari. Hal itu bisa kita lihat dalam surat Galatia, dimana Paulus mengingatkan jemaat disana tentang apa yang penting atau mempunyai makna mengenai keselamatan. Ia menyinggung tentang banyaknya orang yang lebih bergantung kepada prosesi, tata cara atau ritual-ritual lengkap dengan perulangannya. Ini dianggap penting dan mampu membawa keselamatan, sementara kita lupa akan hal lain yang justru jauh lebih penting, bahkan dikatakan berarti atau bermakna dalam menerima janji-janji Tuhan. Mari kita lihat ayat berikut ini: "Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih." (Galatia 5:6). Paulus memulai bagian ini dengan penegasan jelas tentang kemerdekaan yang sesungguhnya sudah hadir bagi orang percaya lewat Kristus. (ay 1). Tapi banyak yang tidak mengetahuinya dan masih bergantung kepada prosesi atau ritual bahkan menganggapnya sebagai hal yang terpenting dan malah melupakan apa yang terutama yang harus kita lakukan. Maka Paulus pun mengatakan sia-sialah semua itu tanpa adanya satu hal yang terpenting dalam hidup untuk kita miliki, yaitu iman. Itulah yang dikatakan Paulus sebagai hal yang "mempunyai sesuatu arti", alias bermakna,atau something that really counts. Dan perhatikan ayat Galatia 5:6 bagian terakhir, disana dikatakan bahwa iman itu bekerja oleh kasih. Dalam versi English Amplified bagian ini tertulis sangat detail, "...faith activated and energized and expressed and working through love."
Kita mengetahui dari mana iman itu timbul. "..Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Dari sanalah iman itu berasal. Benih-benih Firman Tuhan yang kita tabur dan jatuh di tanah yang baik akan membuat benih-benih itu bertunas dan tumbuh subur. Selanjutnya ada "motor" yang menggerakkan agar iman itu bisa terus berbuah baik untuk kebaikan kita sendiri maupun kebaikan sesama, dan motor penggerak atau sumber daya itu adalah kasih. Sedemikian pentingnya arti kasih itu, jauh lebih penting dari hal-hal lainnya.
Bagaimana jika tidak ada aliran kasih dalam diri kita? Bayangkan bagaimana hidup tanpa kasih. Kita akan dengan mudahnya membenci, mendendam atau merasa iri hati kepada orang lain. Kita akan hidup mencari kepentingan sendiri dan tega mengorbankan orang lain. Sementara jika itu terjadi maka berbagai perbuatan jahat lainnya akan mengintip dan siap menerkam kita, "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:16).Perasaan-perasaan seperti itu akan mudah menguasai kita ketika kita tidak memiliki kasih, dan itu akan menjadi lahan subur bagi iblis untuk berpesta di dalam kita. Mengijinkan iri hati masuk pada diri kita adalah seperti membuka pintu bagi segala kekacauan dan kejahatan untuk masuk. Perhatikanlah bahwa kasih termasuk salah satu buah Roh (Galatia 5:22), sementara iri hati adalah bagian dari keinginan daging (ay 19-21). Kemudian lihatlah ayat ini: "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki" (ay 17). Artinya, ketika hal ini terjadi, aliran kasih dalam diri kitapun akan terganggu. Hubungan kita dengan Tuhan terputus, iman kita tidak bekerja lagi dan tentu semua itu merugikan bahkan mematikan.
Kasih adalah prinsip dasar kekristenan. Karena itu tidaklah heran jika Yohanes dengan tegas mengingatkan kita agar terus saling mengasihi."Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi..." (1 Yohanes 3:11). Kemudian Yohanes mengingatkan kita pula akan akibat yang timbul jika kita tidak mengasihi atau memiliki kasih, "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut" (ay 14), dan dengan lebih keras melanjutkan bahwa "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia" (ay 15). Maka dengan tegas kita harus menolak kehadiran iri hati dan berbagai kebencian lainnya untuk masuk ke dalam kehidupan kita. Kita harus berhenti mencoba mengganggu kabel kasih kita. Kasih adalah esensi dasar ajaran Kristus, sedemikian pentingnya sehingga dikatakan "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1 Korintus 13:13). Ingat pula bahwa aliran kasih itu akan mampu menghindarkan kita dari banyak kejahatan, sekaligus menyembuhkan berbagai luka dan membawa pengampunan bagi orang yang pernah menyakiti kita. "Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa." "For love covers a multitude of sins [forgives and disregards the offenses of others]." (1 Petrus 4:8). Ini waktunya kita memeriksa kembali apakah kabel kasih masih terpasang pada tempatnya dalam diri kita atau sudah lama tercabut. Selanjutnya kita harus memastikan bahwa kabel itu terus bekerja mengalirkan kasih ke dalam diri kita, lalu mengalirkannya keluar dari diri kita untuk menjangkau orang-orang lain. Adalah percuma jika kita mengikuti tata cara dan kebiasaan tetapi melupakan esensi terpenting yang menjadi dasar utama kekristenan. Kita tidak bisa mengaku beriman tanpa memiliki kasih. Itu tidak akan membawa arti atau makna apa-apa, sebab Iman tidak akan berfungsi apa-apa tanpa adanya kasih dalam diri kita.
Iman bekerja oleh kasih
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, October 24, 2011
Tanpa Mukjizat
Ayat bacaan: Yohanes 10:41
======================
"Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar."
Kita mengenal beberapa hamba Tuhan yang benar-benar diberkati secara luar biasa dengan menjadi perantara Tuhan dalam melakukan berbagai mukjizat. Lewat mereka Tuhan bekerja memberi kesembuhan, pelepasan dan sebagainya. Menyaksikan semua ini bisa membuka mata kita akan kuasa Tuhan, betapa tidak ada yang mustahil bagi Dia. Hanya saja sangat disayangkan, ada banyak orang mendasarkan keimanannya secara sempit hanya pada mukjizat, keajaiban, hal-hal mustahil yang jadi nyata dan sebagainya. Jika tidak ada mukjizat terjadi, berarti Tuhan tidak ada, minimal sedang dianggap sedang tidak berada ditempat, sedang tidak peduli, atau malah menganggap bahwa mereka mungkin dianggap Tuhan tidak sepenting orang lain. Ada banyak orang juga yang bersikap apatis, merasa bahwa menjalankan amanat agung itu bukanlah tugas mereka karena mereka tidak mampu membuat mukjizat seperti halnya para hamba Tuhan dalam KKR-KKR besar dan sebagainya. Hanya mau melayani jika bisa membuat mukjizat, kalau tidak berarti itu bukan panggilan. Benarkah demikian?
Jika kita baca perjalanan para tokoh dalam alkitab, kita akan mendapatkan banyak mukjizat dilakukan oleh mereka. Ambil contoh beberapa tokoh seperti Musa, Elia, Yesaya dan sebagainya, semua pernah membuat mukjizat. Yesus pun menyembuhkan banyak orang sakit dan membangkitkan orang mati. Para rasul dalam pelayanan mereka setelah kebangkitan Yesus pun melakukan hal yang sama berulang kali. Pertanyaannya, apakah orang hanya bisa percaya dan menerima Tuhan hanya lewat mukjizat semata? Fakta membuktikan tidak selamanya. Yesus masih dihujat dan diminta untuk disalibkan, meski mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus mereka saksikan langsung dengan mata kepala sendiri. Pertanyaan kedua, apakah cara memberitakan injil hanya bisa dilakukan lewat kuasa kesembuhan dan talenta-talenta yang mendatangkan keajaiban? Tidak juga. Dalam hal ini, kita bisa belajar dari cerita tentang Yohanes Pembaptis.
Sepanjang masa hidupnya, Yohanes Pembaptis tidak pernah melakukan tanda-tanda atau mukjizat apapun. Tapi hal tersebut tidak membuat dia menjadi tokoh yang dilupakan. Dan yang lebih penting lagi, tanpa kemampuan membuat mukjizat, Yohanes tetap bisa memberitakan tentang Kristus dan akibatnya ia menyelamatkan banyak orang. Bagaimana cara yang dilakukan Yohanes? Bukan dengan menyembuhkan, melainkan dengan menjadi saksi Kristus, memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia. Katanya: "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29). Yohanes mengabarkan berita keselamatan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu memperkatakan tentang Yesus. Ternyata hal tersebut cukup untuk membuat banyak orang percaya dan diselamatkan. Selain memperkatakan dan menjadi saksi Kristus, Yohanes juga memberitakan injil lewat memberi nasihat. Hal ini bisa kita ketahui dari Injil Lukas yang berbunyi: "Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak." (Lukas 3:18).
Adalah benar bahwa sebenarnya kita semua telah diberi kuasa untuk melakukan hal-hal yang sama, bahkan lebih jika kita percaya pada Yesus. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;" (Yohanes 14:12), atau dalam kesempatan lain Yesus mengatakan: "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19). Tapi bisa dimaklumi bahwa sebagian besar orang mungkin belum siap untuk itu, atau masih perlu waktu untuk bertumbuh imannya, atau mungkin juga karena mereka kurang percaya atau masih terhambat oleh dosa-dosa yang belum dibereskan. Atau mungkin juga memang panggilan kita bukan di bidang itu. Ada 5 jawatan seperti yang disebutkan dalam Efesus 4:11-13, dimana masing-masing punya bagian dan tugasnya sendiri-sendiri dalam menjalankan amanat Tuhan. Semua sama pentingnya. Yang pasti, jika kita tidak bisa melakukan mukjizat, bukan berarti bahwa kita lepas dari tanggung jawab kita dalam menjalankan amanat agung seperti yang dipesankan Kristus. Bukan pula berarti kita tidak sanggup menjadi duta-duta Kerajaan Allah. Untuk memberitakan injil kita tidak dituntut untuk mampu membuat KKR, mampu menghidupkan orang mati, mampu menyembuhkan orang sakit, mampu melakukan berbagai mukjizat dan sebagainya, tapi secara sederhana lewat memperkatakan Yesus, mengenalkan siapa Yesus kepada saudara-saudara kita lewat kesaksian-kesaksian hidup kita, itu pun merupakan bentuk menjalankan tanggungjawab yang tidak kalah baiknya. Apa yang kita alami ketika kita berjalan bersama Yesus, dan saat kita telah mengalami Tuhan bisa kita angkat dalam serangkaian kata sebagai kesaksian kita.
Yohanes Pembaptis adalah orang yang tidak membuat satu mukjizat pun, tetapi ia dipilih menjadi satu-satunya orang yang mendapat kehormatan untuk membaptis Yesus. Lewat caranya yang sederhana ia mampu membawa banyak orang mendengar kebenaran dan bertobat. Sebuah ayat jelas menggambarkan hal ini."Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." (Yohanes 10:41). Karunia yang disediakan Tuhan bermacam-macam. Apapun karunia yang kita miliki tentu bisa dipakai untuk menjalankan tugas yang agung ini. Kita bisa belajar dari Yohanes yang memperkatakan apa yang ia lihat, ia alami dan ia saksikan, meski tanpa lewat mukjizat, sehingga kita pun bisa mulai dari sekarang untuk menjadi murid Yesus sesungguhnya.
Bukan hanya melakukan mukjizat, tapi memperkatakan dan menjadi saksi Kristus pun merupakan cara untuk memberitakan Injil
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
======================
"Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar."
Kita mengenal beberapa hamba Tuhan yang benar-benar diberkati secara luar biasa dengan menjadi perantara Tuhan dalam melakukan berbagai mukjizat. Lewat mereka Tuhan bekerja memberi kesembuhan, pelepasan dan sebagainya. Menyaksikan semua ini bisa membuka mata kita akan kuasa Tuhan, betapa tidak ada yang mustahil bagi Dia. Hanya saja sangat disayangkan, ada banyak orang mendasarkan keimanannya secara sempit hanya pada mukjizat, keajaiban, hal-hal mustahil yang jadi nyata dan sebagainya. Jika tidak ada mukjizat terjadi, berarti Tuhan tidak ada, minimal sedang dianggap sedang tidak berada ditempat, sedang tidak peduli, atau malah menganggap bahwa mereka mungkin dianggap Tuhan tidak sepenting orang lain. Ada banyak orang juga yang bersikap apatis, merasa bahwa menjalankan amanat agung itu bukanlah tugas mereka karena mereka tidak mampu membuat mukjizat seperti halnya para hamba Tuhan dalam KKR-KKR besar dan sebagainya. Hanya mau melayani jika bisa membuat mukjizat, kalau tidak berarti itu bukan panggilan. Benarkah demikian?
Jika kita baca perjalanan para tokoh dalam alkitab, kita akan mendapatkan banyak mukjizat dilakukan oleh mereka. Ambil contoh beberapa tokoh seperti Musa, Elia, Yesaya dan sebagainya, semua pernah membuat mukjizat. Yesus pun menyembuhkan banyak orang sakit dan membangkitkan orang mati. Para rasul dalam pelayanan mereka setelah kebangkitan Yesus pun melakukan hal yang sama berulang kali. Pertanyaannya, apakah orang hanya bisa percaya dan menerima Tuhan hanya lewat mukjizat semata? Fakta membuktikan tidak selamanya. Yesus masih dihujat dan diminta untuk disalibkan, meski mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus mereka saksikan langsung dengan mata kepala sendiri. Pertanyaan kedua, apakah cara memberitakan injil hanya bisa dilakukan lewat kuasa kesembuhan dan talenta-talenta yang mendatangkan keajaiban? Tidak juga. Dalam hal ini, kita bisa belajar dari cerita tentang Yohanes Pembaptis.
Sepanjang masa hidupnya, Yohanes Pembaptis tidak pernah melakukan tanda-tanda atau mukjizat apapun. Tapi hal tersebut tidak membuat dia menjadi tokoh yang dilupakan. Dan yang lebih penting lagi, tanpa kemampuan membuat mukjizat, Yohanes tetap bisa memberitakan tentang Kristus dan akibatnya ia menyelamatkan banyak orang. Bagaimana cara yang dilakukan Yohanes? Bukan dengan menyembuhkan, melainkan dengan menjadi saksi Kristus, memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia. Katanya: "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29). Yohanes mengabarkan berita keselamatan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu memperkatakan tentang Yesus. Ternyata hal tersebut cukup untuk membuat banyak orang percaya dan diselamatkan. Selain memperkatakan dan menjadi saksi Kristus, Yohanes juga memberitakan injil lewat memberi nasihat. Hal ini bisa kita ketahui dari Injil Lukas yang berbunyi: "Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak." (Lukas 3:18).
Adalah benar bahwa sebenarnya kita semua telah diberi kuasa untuk melakukan hal-hal yang sama, bahkan lebih jika kita percaya pada Yesus. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;" (Yohanes 14:12), atau dalam kesempatan lain Yesus mengatakan: "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19). Tapi bisa dimaklumi bahwa sebagian besar orang mungkin belum siap untuk itu, atau masih perlu waktu untuk bertumbuh imannya, atau mungkin juga karena mereka kurang percaya atau masih terhambat oleh dosa-dosa yang belum dibereskan. Atau mungkin juga memang panggilan kita bukan di bidang itu. Ada 5 jawatan seperti yang disebutkan dalam Efesus 4:11-13, dimana masing-masing punya bagian dan tugasnya sendiri-sendiri dalam menjalankan amanat Tuhan. Semua sama pentingnya. Yang pasti, jika kita tidak bisa melakukan mukjizat, bukan berarti bahwa kita lepas dari tanggung jawab kita dalam menjalankan amanat agung seperti yang dipesankan Kristus. Bukan pula berarti kita tidak sanggup menjadi duta-duta Kerajaan Allah. Untuk memberitakan injil kita tidak dituntut untuk mampu membuat KKR, mampu menghidupkan orang mati, mampu menyembuhkan orang sakit, mampu melakukan berbagai mukjizat dan sebagainya, tapi secara sederhana lewat memperkatakan Yesus, mengenalkan siapa Yesus kepada saudara-saudara kita lewat kesaksian-kesaksian hidup kita, itu pun merupakan bentuk menjalankan tanggungjawab yang tidak kalah baiknya. Apa yang kita alami ketika kita berjalan bersama Yesus, dan saat kita telah mengalami Tuhan bisa kita angkat dalam serangkaian kata sebagai kesaksian kita.
Yohanes Pembaptis adalah orang yang tidak membuat satu mukjizat pun, tetapi ia dipilih menjadi satu-satunya orang yang mendapat kehormatan untuk membaptis Yesus. Lewat caranya yang sederhana ia mampu membawa banyak orang mendengar kebenaran dan bertobat. Sebuah ayat jelas menggambarkan hal ini."Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." (Yohanes 10:41). Karunia yang disediakan Tuhan bermacam-macam. Apapun karunia yang kita miliki tentu bisa dipakai untuk menjalankan tugas yang agung ini. Kita bisa belajar dari Yohanes yang memperkatakan apa yang ia lihat, ia alami dan ia saksikan, meski tanpa lewat mukjizat, sehingga kita pun bisa mulai dari sekarang untuk menjadi murid Yesus sesungguhnya.
Bukan hanya melakukan mukjizat, tapi memperkatakan dan menjadi saksi Kristus pun merupakan cara untuk memberitakan Injil
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sunday, October 23, 2011
All We Need Is Just A Little Patience
Ayat Bacaan: Ibrani 6:12
==================
"agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah."
Sambil duduk pagi ini saya mendengar sebuah lagu lawas milik Guns n Roses yang berjudul Patience. Saya tertarik mendengar salah satu bagian lagu itu yang berkata, "All we need is just a little patience.." Apa yang dikatakan bagian ini sesungguhnya benar. Seringkali apa yang menghambat kita bukan hal-hal lainnya tetapi justru kesabaran. Kita cenderung kurang sabar dalam melakukan atau menghadapi sesuatu, dan akibatnya kerugian pun datang, atau malah mungkin juga kita malah menambah masalah lain hanya gara-gara kurang sabar. Maka kesabaran menjadi sebuah kata yang mudah diucapkan tetapi sangat sulit untuk diterapkan. Hampir di setiap lini kehidupan kita bertemu dengan situasi-situasi dimana kesabaran kita harus diuji. Dan seringkali apa yang menentukan berhasil tidaknya kita melewati ujian-ujian itu adalah faktor kesabaran kita.
Dalam hal kerohanian pun sama. Ada banyak orang yang sudah berjalan dengan iman. Mereka sudah menerapkan hidup kudus dan mau menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Tetapi ada kalanya apa yang kita harapkan seolah tidak kunjung datang. terutama ketika kita memakai "time frame" atau ukuran waktu yang kita inginkan. Pertanyaannya adalah,ketika anda sudah mencoba berjalan dengan iman tetapi tangan Tuhan terasa tidak kunjung turun untuk melepaskan anda dari berbagai masalah, apa yang akan anda lakukan? Apakah anda akan terus berjalan dengan pengharapan penuh, atau anda akan tergoda untuk menyerah dan putus asa? Sejauh mana tingkat kesabaran anda dalam menanti datangnya jawaban Tuhan?
Firman Tuhan yang saya angkat sebagai ayat bacaan hari ini menggambarkan dengan jelas ada kaitan erat antara iman dan kesabaran yang sama pentingnya dalam urusan menerima sesuatu dari Tuhan, entah itu berkat, pertolongan, pemulihan dan sebagainya. Iman dan kesabaran akan sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya kita memperoleh jawaban dari Tuhan dan segala yang baik yang mengikutinya. Ketika banyak dari kita yang menuduh Tuhan berlaku tidak adil atau berlama-lama dalam menjawab doa kita, ketika kita mengira bahwa kita kurang penting di banding orang lain untuk didengar Tuhan, apa yang dikatakan Penulis kitab Ibrani ini baik untuk kita renungkan. "Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang. Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah." (Ibrani 6:10-12). Perhatikanlah bahwa disana dikatakan bahwa Tuhan itu bukan tidak adil atau mengabaikan segala pekerjaan dan kasih sungguh-sungguh yang sudah kita lakukan, akan tetapi kita harus sadar bahwa frame waktu kita memang berbeda dengan waktunya Tuhan. Kita menganggap kita lebih tahu yang terbaik buat kita, tetapi percayakah kita bahwa Tuhan yang menciptakan kita tentu jauh lebih tahu apa yang terbaik buat kita? Jika kita sudah memastikan bahwa kita hidup seturut dengan kehendakNya dan sudah berjalan dengan iman, tetapi kita merasa bahwa Tuhan rasanya terlalu lambat untuk turun tangan, sikap bersabar akan menjadi sangat penting untuk kita terapkan sepenuhnya. Dan itulah yang dikatakan pula oleh Penulis Ibrani ini. Mari kita lihat sekali lagi bagian berikut: "agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah." (ay 12). Iman dan kesabaran, itu harus berjalan beriringan dan harus keduanya ada dalam diri kita. Satu tidak ada, maka kita akan gagal menerima apa-apa. Dalam Bahasa Inggrisnya dikatakan lebih rinci: "through faith (by their leaning of the entire personality on God in Christ in absolute trust and confidence in His power, wisdom, and goodness) and by practice of patient endurance and waiting." Iman yang berakar pada pribadi Tuhan dalam Kristus dengan kepercayaan dan keyakinan penuh kepada kekuatanNya, kebijaksanaan dan kebaikanNya, lalu disertai pula dengan kesabaran dan ketahanan dalam menanti, yang bukan hanya sebatas kata-kata tetapi juga dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Sikap seperti inilah yang sebenarnya mampu menjamin kita untuk tidak buru-buru merasa putus asa dan kehilangan harapan. Kesabaran mampu memperkuat dan menopang iman kita hingga saatnya tiba untuk memperoleh apa yang diharapkan dari Tuhan.
Setelah kita merenungkan janji-janji Tuhan dan memiliki itu tertanam dalam roh dan jiwa kita lewat iman, selanjutnya kesabaranlah yang akan mendorong kita untuk terus bertahan. Percayalah pada suatu ketika kesabaran akan mengantarkan kita kepada sebuah kesimpulan bahwa firman Tuhan tidak pernah gagal. Kesabaran membuat kita tidak akan pernah melangkah mundur karena ketakutan, tetapi sebaliknya akan memampukan kita untuk terus maju dalam iman sampai kita memperoleh jawaban dari Tuhan. Lewat Yakobus kita menemukan ayat yang secara inspiratif mengingatkan hal yang sama. "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." (Yakobus 5:7). Ada begitu banyak tokoh dalam Alkitab yang sudah membuktikan bahwa kesabaran mereka akan berbuah manis pada akhirnya, sebaliknya ada banyak pula tokoh yang akhirnya gagal karena ketidaksabaran mereka, meski mereka sudah memulai segala sesuatu dengan baik. Sebaliknya kesabaran akan selalu berbuah manis.
Sangat baik jika kita sudah berjalan dengan firman Tuhan, menerapkan hidup selaras dengan kehendakNya dan mempercayai Tuhan sepenuhnya dalam urusan pemenuhan kebutuhan. Akan tetapi ketika hasil dari itu sepertinya lambat tiba, jangan menyerah apalagi putus asa. Tetaplah bersabar dan gantungkan pengharapan sepenuhnya.Teruslah pegang firman Tuhan dengan kesabaran dan iman. Maka pada suatu ketika nanti, anda akan menerima penggenapan janji Tuhan sebagai sesuatu yang pasti.
Kesabaran dan iman akan sangat menentukan keberhasilan kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==================
"agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah."
Sambil duduk pagi ini saya mendengar sebuah lagu lawas milik Guns n Roses yang berjudul Patience. Saya tertarik mendengar salah satu bagian lagu itu yang berkata, "All we need is just a little patience.." Apa yang dikatakan bagian ini sesungguhnya benar. Seringkali apa yang menghambat kita bukan hal-hal lainnya tetapi justru kesabaran. Kita cenderung kurang sabar dalam melakukan atau menghadapi sesuatu, dan akibatnya kerugian pun datang, atau malah mungkin juga kita malah menambah masalah lain hanya gara-gara kurang sabar. Maka kesabaran menjadi sebuah kata yang mudah diucapkan tetapi sangat sulit untuk diterapkan. Hampir di setiap lini kehidupan kita bertemu dengan situasi-situasi dimana kesabaran kita harus diuji. Dan seringkali apa yang menentukan berhasil tidaknya kita melewati ujian-ujian itu adalah faktor kesabaran kita.
Dalam hal kerohanian pun sama. Ada banyak orang yang sudah berjalan dengan iman. Mereka sudah menerapkan hidup kudus dan mau menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Tetapi ada kalanya apa yang kita harapkan seolah tidak kunjung datang. terutama ketika kita memakai "time frame" atau ukuran waktu yang kita inginkan. Pertanyaannya adalah,ketika anda sudah mencoba berjalan dengan iman tetapi tangan Tuhan terasa tidak kunjung turun untuk melepaskan anda dari berbagai masalah, apa yang akan anda lakukan? Apakah anda akan terus berjalan dengan pengharapan penuh, atau anda akan tergoda untuk menyerah dan putus asa? Sejauh mana tingkat kesabaran anda dalam menanti datangnya jawaban Tuhan?
Firman Tuhan yang saya angkat sebagai ayat bacaan hari ini menggambarkan dengan jelas ada kaitan erat antara iman dan kesabaran yang sama pentingnya dalam urusan menerima sesuatu dari Tuhan, entah itu berkat, pertolongan, pemulihan dan sebagainya. Iman dan kesabaran akan sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya kita memperoleh jawaban dari Tuhan dan segala yang baik yang mengikutinya. Ketika banyak dari kita yang menuduh Tuhan berlaku tidak adil atau berlama-lama dalam menjawab doa kita, ketika kita mengira bahwa kita kurang penting di banding orang lain untuk didengar Tuhan, apa yang dikatakan Penulis kitab Ibrani ini baik untuk kita renungkan. "Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang. Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah." (Ibrani 6:10-12). Perhatikanlah bahwa disana dikatakan bahwa Tuhan itu bukan tidak adil atau mengabaikan segala pekerjaan dan kasih sungguh-sungguh yang sudah kita lakukan, akan tetapi kita harus sadar bahwa frame waktu kita memang berbeda dengan waktunya Tuhan. Kita menganggap kita lebih tahu yang terbaik buat kita, tetapi percayakah kita bahwa Tuhan yang menciptakan kita tentu jauh lebih tahu apa yang terbaik buat kita? Jika kita sudah memastikan bahwa kita hidup seturut dengan kehendakNya dan sudah berjalan dengan iman, tetapi kita merasa bahwa Tuhan rasanya terlalu lambat untuk turun tangan, sikap bersabar akan menjadi sangat penting untuk kita terapkan sepenuhnya. Dan itulah yang dikatakan pula oleh Penulis Ibrani ini. Mari kita lihat sekali lagi bagian berikut: "agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah." (ay 12). Iman dan kesabaran, itu harus berjalan beriringan dan harus keduanya ada dalam diri kita. Satu tidak ada, maka kita akan gagal menerima apa-apa. Dalam Bahasa Inggrisnya dikatakan lebih rinci: "through faith (by their leaning of the entire personality on God in Christ in absolute trust and confidence in His power, wisdom, and goodness) and by practice of patient endurance and waiting." Iman yang berakar pada pribadi Tuhan dalam Kristus dengan kepercayaan dan keyakinan penuh kepada kekuatanNya, kebijaksanaan dan kebaikanNya, lalu disertai pula dengan kesabaran dan ketahanan dalam menanti, yang bukan hanya sebatas kata-kata tetapi juga dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Sikap seperti inilah yang sebenarnya mampu menjamin kita untuk tidak buru-buru merasa putus asa dan kehilangan harapan. Kesabaran mampu memperkuat dan menopang iman kita hingga saatnya tiba untuk memperoleh apa yang diharapkan dari Tuhan.
Setelah kita merenungkan janji-janji Tuhan dan memiliki itu tertanam dalam roh dan jiwa kita lewat iman, selanjutnya kesabaranlah yang akan mendorong kita untuk terus bertahan. Percayalah pada suatu ketika kesabaran akan mengantarkan kita kepada sebuah kesimpulan bahwa firman Tuhan tidak pernah gagal. Kesabaran membuat kita tidak akan pernah melangkah mundur karena ketakutan, tetapi sebaliknya akan memampukan kita untuk terus maju dalam iman sampai kita memperoleh jawaban dari Tuhan. Lewat Yakobus kita menemukan ayat yang secara inspiratif mengingatkan hal yang sama. "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." (Yakobus 5:7). Ada begitu banyak tokoh dalam Alkitab yang sudah membuktikan bahwa kesabaran mereka akan berbuah manis pada akhirnya, sebaliknya ada banyak pula tokoh yang akhirnya gagal karena ketidaksabaran mereka, meski mereka sudah memulai segala sesuatu dengan baik. Sebaliknya kesabaran akan selalu berbuah manis.
Sangat baik jika kita sudah berjalan dengan firman Tuhan, menerapkan hidup selaras dengan kehendakNya dan mempercayai Tuhan sepenuhnya dalam urusan pemenuhan kebutuhan. Akan tetapi ketika hasil dari itu sepertinya lambat tiba, jangan menyerah apalagi putus asa. Tetaplah bersabar dan gantungkan pengharapan sepenuhnya.Teruslah pegang firman Tuhan dengan kesabaran dan iman. Maka pada suatu ketika nanti, anda akan menerima penggenapan janji Tuhan sebagai sesuatu yang pasti.
Kesabaran dan iman akan sangat menentukan keberhasilan kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, October 22, 2011
Perubahan Itu Perlu
Ayat bacaan: 2 Korintus 3:18
======================
"Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar."
Ada sebuah iklan produk beberapa waktu lalu mempergunakan slogan yang tidak asing lagi untuk menyampaikan perubahan kemasan mereka. Slogan itu berbunyi: "Perubahan Itu Perlu". Sejauh mana perubahan itu dibutuhkan? Bayangkan apabila orang diam di satu titik saja, tidak ada inovasi, tidak ada perkembangan, semua berjalan datar dan hambar. Jika itu terjadi, maka kita tidak akan pernah bisa maju. Seorang penyanyi legendaris Indonesia pernah berkata: "Kalau kita tetap berpegang pada prinsip lama dan tidak memahami dengan apa yang sedang digandrungi di masa sekarang atau masa yang akan datang, niscaya perjalanan tersebut akan berhenti dan tidak akan bisa bertahan lama." Ini sebuah prinsip yang dipegangnya sejak awal, sehingga tidak heran ia tetap bisa berkarir dengan baik semenjak memulainya di pertengahan tahun 60'an. Hari ini ia masih aktif dan bersemangat bernyanyi di mana-mana, bahkan masih kerap dipanggil untuk tampil di luar negeri. Ini adalah buah dari prinsip hidupnya yang tidak pernah mau berhenti untuk belajar, berkembang dan berinovasi mengikuti perkembangan jaman.
Rasanya semua setuju dengan slogan ini, bahwa sebuah perubahan ke arah yang lebih baik itu jelas diperlukan. Masalahnya, ada banyak orang yang merasa tidak bisa atau tidak sanggup berubah. Mereka punya niat itu, tetapi merasa tidak punya cukup kekuatan untuk melakukannya. Mereka ini biasanya akan diam di tempat dan tidak berkembang sama sekali. Kemarin sama, hari ini sama, besok lusa pun akan seperti itu juga. Masih untung sama, seringkali kemalasan atau keengganan untuk berubah ini malah menjadi kontra produktif dan merugikan. Sebagian lainnya bahkan berpikir bahwa Tuhan telah menakdirkan mereka untuk menjadi orang-orang lemah. Benarkah demikian? Sama sekali tidak. Tuhan pun setuju bahwa perubahan itu perlu. Buktinya ada banyak ayat di dalam Alkitab yang menyuarakan pentingnya perubahan ke arah yang lebih baik untuk bisa mencapai garis akhir sebagai pemenang, memperoleh mahkota kehidupan dan dilayakkan untuk masuk ke dalam KerajaanNya kelak.
Lewat Paulus kita bisa mendapati sebuah ayat yang menunjukkan pentingnya sebuah proses perubahan yang berkelanjutan. "Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar." (2 Korintus 3:18). Kita diubah untuk semakin mendekati gambaran Tuhan dengan intensitas yang terus meningkat. Dalam versi English AMP tertulis: "constantly being transfigure into His very own image in ever increasing splendor and from one degree of glory to another." Itu sebuah proses yang akan membawa kita untuk semakin lebih baik lagi dari hari ke hari agar bisa semakin mendekati gambarNya. Ini menunjukkan bahwa Tuhan menyatakan kita mampu mengalami perubahan dalam sebuah proses berkelanjutan agar semakin serupa dengan gambaranNya, dengan pribadiNya, dengan sifatNya, lengkap dengan segala kemuliaan. Tidak peduli seburuk apa perilaku, sifat atau perbuatan kita pada waktu lalu, tidak peduli sebesar apa kesalahan kita dahulu, tidak peduli seberapa lekatnya pola-pola negatif dalam pikiran atau hati kita sebelumnya, tidak peduli sekelam apa masa lalu kita, di dalam Kristus kita bisa menjadi ciptaan yang benar-benar baru.
Menjadi ciptaan baru? Ya, tepat seperti itu bunyi janji Tuhan. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa di dalam Kristus kita bukan lagi sosok yang lama. Ada anugerah untuk mengalami perubahan dari manusia lama menjadi ciptaan baru, the whole new person. Dan itu terjadi secara otomatis ketika kita menerima Kristus secara sungguh-sungguh dalam hidup kita. Sebagai ciptaan baru, itu artinya kita bisa mengalami perubahan secara menyeluruh atau bahkan radikal. Ada banyak contoh di dalam Alkitab yang mengalami transformasi diri, seperti Petrus atau yang paling jelas adalah lewat Paulus. Paulus dahulu dikenal sebagai orang yang sangat kejam, teroris, pembantai orang percaya. Dia tidak segan-segan menyiksa atau membunuh orang yang tidak sejalan dengannya. Kita bisa melihat catatan kekejaman Paulus yang waktu itu masih bernama Saulus dalam Kisah Para Rasul 8. Tetapi perhatikan pasal selanjutnya. Melalui perjumpaan dengan Yesus, Paulus pun mengalami transformasi diri. Ia berubah menjadi ciptaan yang benar-benar baru. Selanjutnya kita pun mengenal Paulus sebagai sosok yang sangat berani dalam menjalankan panggilannya. Ia pergi mewartakan Injil kemanapun bahkan hingga ke Asia kecil. Dia tidak mempedulikan resiko atau bahaya yang mengancam nyawanya. Dan lihatlah bagaimana Paulus mewarnai Perjanjian Baru lewat surat-suratnya. Bukankah itu sebuah bukti perubahan yang sangat nyata, yang jelas-jelas terjadi hanya dalam waktu singkat? Secara manusiawi itu tidak mungkin, tetapi bagi Tuhan segalanya bisa terjadi. Jika Tuhan menjanjikan sebuah perubahan kepada kita, bukan lagi ciptaan lama melainkan ciptaan baru, itu telah Dia berikan di dalam Kristus. Artinya, kemampuan untuk berubah bukanlah sebuah utopia semata. Tuhan sendiri sudah menganugerahkan itu kepada kita lewat AnakNya.
Setelah perubahan menjadi ciptaan baru kita peroleh, adalah penting bagi kita untuk menjaga diri kita agar jangan kembali terjerumus ke dalam kebiasaan, sifat atau kelakuan buruk kita di masa lalu. Dalam surat kepada jemaat Kolose Paulus memesankan hal ini. "Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya." (Kolose 3:9-10). Kita harus bisa menjaga segala perubahan kita sebagai ciptaan yang baru agar tidak sia-sia dengan kembali tercemar dengan kebiasaan dan perbuatan buruk kita di masa lalu. Ini sangat penting agar kita bisa berproses terus menerus menjadi lebih baik dan semakin mendapatkan gambar Tuhan yang benar, bukan sebaliknya kembali kepada keburukan, menjadi semakin menjauh dari image Tuhan tersebut dan semakin sesat.
Anda bisa beranggapan bagaimana mungkin sesuatu yang sudah mendarah daging, pola pikir yang sudah terbiasa negatif sejak kecil, berbagai kebiasaan buruk yang sudah berakar dan sebagainya bisa diubah. Tetapi percayalah, semua itu mungkin. Tuhan sudah memberikannya di dalam Kristus. Paulus sudah membuktikannya, tokoh-tokoh lain sudah membuktikannya, dan saya sendiri sudah membuktikan pula bahwa itu semua bisa. Perubahan itu mungkin terjadi. Dalam Kristus kita bukan lagi ciptaan lama melainkan sudah menjadi ciptaan baru yang bisa terus berproses untuk semakin mendekati gambaranNya. We are the whole new creation, and we can keep walking towards the process of being more and more like Him.
Perubahan itu perlu, dan Tuhan telah memberikannya di dalam Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
======================
"Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar."
Ada sebuah iklan produk beberapa waktu lalu mempergunakan slogan yang tidak asing lagi untuk menyampaikan perubahan kemasan mereka. Slogan itu berbunyi: "Perubahan Itu Perlu". Sejauh mana perubahan itu dibutuhkan? Bayangkan apabila orang diam di satu titik saja, tidak ada inovasi, tidak ada perkembangan, semua berjalan datar dan hambar. Jika itu terjadi, maka kita tidak akan pernah bisa maju. Seorang penyanyi legendaris Indonesia pernah berkata: "Kalau kita tetap berpegang pada prinsip lama dan tidak memahami dengan apa yang sedang digandrungi di masa sekarang atau masa yang akan datang, niscaya perjalanan tersebut akan berhenti dan tidak akan bisa bertahan lama." Ini sebuah prinsip yang dipegangnya sejak awal, sehingga tidak heran ia tetap bisa berkarir dengan baik semenjak memulainya di pertengahan tahun 60'an. Hari ini ia masih aktif dan bersemangat bernyanyi di mana-mana, bahkan masih kerap dipanggil untuk tampil di luar negeri. Ini adalah buah dari prinsip hidupnya yang tidak pernah mau berhenti untuk belajar, berkembang dan berinovasi mengikuti perkembangan jaman.
Rasanya semua setuju dengan slogan ini, bahwa sebuah perubahan ke arah yang lebih baik itu jelas diperlukan. Masalahnya, ada banyak orang yang merasa tidak bisa atau tidak sanggup berubah. Mereka punya niat itu, tetapi merasa tidak punya cukup kekuatan untuk melakukannya. Mereka ini biasanya akan diam di tempat dan tidak berkembang sama sekali. Kemarin sama, hari ini sama, besok lusa pun akan seperti itu juga. Masih untung sama, seringkali kemalasan atau keengganan untuk berubah ini malah menjadi kontra produktif dan merugikan. Sebagian lainnya bahkan berpikir bahwa Tuhan telah menakdirkan mereka untuk menjadi orang-orang lemah. Benarkah demikian? Sama sekali tidak. Tuhan pun setuju bahwa perubahan itu perlu. Buktinya ada banyak ayat di dalam Alkitab yang menyuarakan pentingnya perubahan ke arah yang lebih baik untuk bisa mencapai garis akhir sebagai pemenang, memperoleh mahkota kehidupan dan dilayakkan untuk masuk ke dalam KerajaanNya kelak.
Lewat Paulus kita bisa mendapati sebuah ayat yang menunjukkan pentingnya sebuah proses perubahan yang berkelanjutan. "Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar." (2 Korintus 3:18). Kita diubah untuk semakin mendekati gambaran Tuhan dengan intensitas yang terus meningkat. Dalam versi English AMP tertulis: "constantly being transfigure into His very own image in ever increasing splendor and from one degree of glory to another." Itu sebuah proses yang akan membawa kita untuk semakin lebih baik lagi dari hari ke hari agar bisa semakin mendekati gambarNya. Ini menunjukkan bahwa Tuhan menyatakan kita mampu mengalami perubahan dalam sebuah proses berkelanjutan agar semakin serupa dengan gambaranNya, dengan pribadiNya, dengan sifatNya, lengkap dengan segala kemuliaan. Tidak peduli seburuk apa perilaku, sifat atau perbuatan kita pada waktu lalu, tidak peduli sebesar apa kesalahan kita dahulu, tidak peduli seberapa lekatnya pola-pola negatif dalam pikiran atau hati kita sebelumnya, tidak peduli sekelam apa masa lalu kita, di dalam Kristus kita bisa menjadi ciptaan yang benar-benar baru.
Menjadi ciptaan baru? Ya, tepat seperti itu bunyi janji Tuhan. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa di dalam Kristus kita bukan lagi sosok yang lama. Ada anugerah untuk mengalami perubahan dari manusia lama menjadi ciptaan baru, the whole new person. Dan itu terjadi secara otomatis ketika kita menerima Kristus secara sungguh-sungguh dalam hidup kita. Sebagai ciptaan baru, itu artinya kita bisa mengalami perubahan secara menyeluruh atau bahkan radikal. Ada banyak contoh di dalam Alkitab yang mengalami transformasi diri, seperti Petrus atau yang paling jelas adalah lewat Paulus. Paulus dahulu dikenal sebagai orang yang sangat kejam, teroris, pembantai orang percaya. Dia tidak segan-segan menyiksa atau membunuh orang yang tidak sejalan dengannya. Kita bisa melihat catatan kekejaman Paulus yang waktu itu masih bernama Saulus dalam Kisah Para Rasul 8. Tetapi perhatikan pasal selanjutnya. Melalui perjumpaan dengan Yesus, Paulus pun mengalami transformasi diri. Ia berubah menjadi ciptaan yang benar-benar baru. Selanjutnya kita pun mengenal Paulus sebagai sosok yang sangat berani dalam menjalankan panggilannya. Ia pergi mewartakan Injil kemanapun bahkan hingga ke Asia kecil. Dia tidak mempedulikan resiko atau bahaya yang mengancam nyawanya. Dan lihatlah bagaimana Paulus mewarnai Perjanjian Baru lewat surat-suratnya. Bukankah itu sebuah bukti perubahan yang sangat nyata, yang jelas-jelas terjadi hanya dalam waktu singkat? Secara manusiawi itu tidak mungkin, tetapi bagi Tuhan segalanya bisa terjadi. Jika Tuhan menjanjikan sebuah perubahan kepada kita, bukan lagi ciptaan lama melainkan ciptaan baru, itu telah Dia berikan di dalam Kristus. Artinya, kemampuan untuk berubah bukanlah sebuah utopia semata. Tuhan sendiri sudah menganugerahkan itu kepada kita lewat AnakNya.
Setelah perubahan menjadi ciptaan baru kita peroleh, adalah penting bagi kita untuk menjaga diri kita agar jangan kembali terjerumus ke dalam kebiasaan, sifat atau kelakuan buruk kita di masa lalu. Dalam surat kepada jemaat Kolose Paulus memesankan hal ini. "Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya." (Kolose 3:9-10). Kita harus bisa menjaga segala perubahan kita sebagai ciptaan yang baru agar tidak sia-sia dengan kembali tercemar dengan kebiasaan dan perbuatan buruk kita di masa lalu. Ini sangat penting agar kita bisa berproses terus menerus menjadi lebih baik dan semakin mendapatkan gambar Tuhan yang benar, bukan sebaliknya kembali kepada keburukan, menjadi semakin menjauh dari image Tuhan tersebut dan semakin sesat.
Anda bisa beranggapan bagaimana mungkin sesuatu yang sudah mendarah daging, pola pikir yang sudah terbiasa negatif sejak kecil, berbagai kebiasaan buruk yang sudah berakar dan sebagainya bisa diubah. Tetapi percayalah, semua itu mungkin. Tuhan sudah memberikannya di dalam Kristus. Paulus sudah membuktikannya, tokoh-tokoh lain sudah membuktikannya, dan saya sendiri sudah membuktikan pula bahwa itu semua bisa. Perubahan itu mungkin terjadi. Dalam Kristus kita bukan lagi ciptaan lama melainkan sudah menjadi ciptaan baru yang bisa terus berproses untuk semakin mendekati gambaranNya. We are the whole new creation, and we can keep walking towards the process of being more and more like Him.
Perubahan itu perlu, dan Tuhan telah memberikannya di dalam Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, October 21, 2011
Roh Kudus Sang Penyambung Lidah
Ayat bacaan: Roma 8:26
====================
"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."
Masalah bisa menyerang kapan saja dan dimana saja, bahkan bisa hadir pada saat yang tidak disangka-sangka.Reaksi akan hal itu bisa beraneka ragam. Ada yang kehilangan kontrol atas emosinya, kemudian meledak kemana-mana sehingga orang-orang di sekitar kita yang tidak bersalah menjadi korbannya, ada yang meratapi nasib tak kunjung henti, ada yang terus mengisinya dengan keluh kesah dan sebagainya. Ada kalanya pula masalah itu hadir sedemikian sulitnya sehingga membuat kita tidak mampu berkata-kata lagi. Untuk berdoa pun bisa bingung, karena beban berat itu membuat kita sulit merangkainya dalam bentuk perkataan. Seperti yang kita lihat kemarin, ternyata Daud pun pernah mengalaminya. "Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat." (Mazmur 39:3).Kita tahu bahwa Tuhan sanggup, kita tahu kuasa Tuhan itu sungguh besar, namun kita tidak tahu bagaimana menyampaikannya karena kita sudah tidak lagi bisa berkata-kata. Atau kita tahu Tuhan itu Maha Tahu, tapi kita merasa kurang lengkap jika kita tidak mengatakannya. Ini seringkali jadi permasalahan banyak orang, terutama yang tengah ditimbuni beberapa persoalan berat sekaligus seperti teman saya tadi. Lidah serasa kelu, kita tidak lagi bisa berpikir jernih dan mulai gelisah bahkan stres. Sesungguhnya Tuhan mengerti mengenai hal ini, dan Dia pun telah menyediakan solusi yang bisa membantu kita dalam menghadapi persoalan, terutama persoalan berat yang membuat kita tidak lagi bisa menyampaikannya.
Apakah ada "alat bantu" yang disediakan Tuhan untuk itu? Jawabannya ada. Tuhan tahu bahwa ada masa dimana kita tidak lagi bisa berkata-kata, maka Tuhan telah menganugerahkan Roh Kudus untuk kita lewat Kristus. Ada sosok Roh Kudus yang diberikan Tuhan sebagai Penolong seperti yang dijanjikan Yesus sendiri. "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu." (Yohanes 14:16-17). Roh Kudus inilah yang akan berperan sebagai Penolong atau Pembimbing dalam kehidupan kita yang sulit ini. Urusan menolong bukan cuma terbatas dari sisi membantu kita untuk membedakan mana yang baik dan buruk atau benar dan salah, tapi juga termasuk menolong kita yang mengalami kesulitan untuk menyampaikan permasalahan kita ke hadapan Allah. Sekali lagi, Tuhan tahu persis bahwa terkadang kita bisa bagai terikat lidahnya ketika tertimpa beban berat dan menjadikan kita tidak lagi tahu harus bilang apa. Disaat-saat seperti itulah kita bisa mengandalkan Roh Kudus. Roh kita dengan perantaraan Roh Kudus mampu menyampaikan itu kepada Tuhan. "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." (Roma 8:26). Dalam versi English AMP dikatakan "So too the [Holy] Spirit comes to our aid and bears us up in our weakness; for we do not know what prayer to offer nor how to offer it worthily as we ought, but the Spirit Himself goes to meet our supplication and pleads in our behalf with unspeakable yearnings and groanings too deep for utterance." Karunia Roh ini merupakan sebuah sarana yang ampuh untuk membantu kita dalam segala hal, terutama dalam keadaan dimana kita tidak lagi bisa berpikir jernih ketika ditimpa berbagai kesulitan. Karena itulah sangat penting bagi kita untuk menjaga diri kita agar senantiasa menjadi bait Allah yang kudus sehingga Roh Kudus berkenan tinggal diam di dalam kita. Firman Tuhan berkata "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" (1 Korintus 6:19).
Roh Kudus selalu siap untuk menjadi "Penyambung lidah" kita untuk menyampaikan berbagai persoalan yang tidak lagi bisa kita katakan. Memiliki hubungan dengan Tuhan melalui Roh sungguh sangat penting. Dan semua itu telah dikaruniakan Tuhan kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus, dan telah dijanjikan untuk menyertai kita untuk selama-lamanya seperti yang dinyatakan Kristus dalam Yohanes 14:16 tersebut. Inilah senjata ampuh yang akan bisa mengatasi timbunan permasalahan yang tidak lagi bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Selain daripada itu, adalah penting pula bagi kita untuk terus mengucap syukur. Firman Tuhan berkata: "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Semua permohonan kita baik yang terkatakan maupun tidak hendaklah disertai dengan ucapan syukur. Apakah kita dalam keadaan baik atau buruk, tetaplah biasakan diri kita untuk mengucap syukur dan tidak terjebak dalam keluh kesah berkepanjangan. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Ini bukanlah hal yang bisa dicapai dalam sekejap saja, oleh karena itu kita harus sering-sering melatih diri untuk tetap bersyukur terlepas dari apapun situasi yang tengah kita hadapi saat ini.
Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah miliki iman yang percaya penuh kepada Tuhan dalam berdoa. Tanpa iman maka sia-sia pula semua doa permohonan kita. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:23-24).
Permasalahan bisa hadir dalam kehidupan kita kapanpun dan dimanapun. Ada kalanya kita kesulitan untuk dapat menyampaikannya dengan kata-kata ketika beban-beban berat itu seakan mengunci mulut kita. Dalam menghadapi situasi seperti itu, ingatlah bahwa Sang Penolong, Roh Kudus telah dikaruniakan untuk menyertai dan tinggal di dalam kita untuk selama-lamanya. Dia selalu siap untuk menjadi "Penyambung lidah" kita. Berdoalah dalam Roh, naikkanlah doa disertai ucapan syukur dan miliki iman yang percaya bahwa tidak ada satupun hal yang mustahil bagi Tuhan. Sesungguhnya Tuhan berkuasa lebih dari apapun, Dia tahu, mengerti dan peduli dengan keadaan kita. Apa yang diberikan dan dijanjikan Tuhan sesungguhnya sangat lengkap. Dia membantu kita dalam menyampaikan keluhan yang tidak terkatakan, Dia akan selalu membimbing dan menguatkan kita dalam menghadapi permasalahan apapun dan Dia siap untuk melepaskan kita dari itu semua. Masalah boleh sedemikian berat dan bertimbun, kita bisa merasa kesulitan untuk mengungkapkan dalam doa, namun jangan pernah lupa bahwa ada Roh Kudus ada di dalam diri anda dan selalu rindu untuk membantu kita.
Roh Kudus siap menjadi "Penyambung lidah" bagi kita yang tidak lagi sanggup berkata-kata
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
====================
"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."
Masalah bisa menyerang kapan saja dan dimana saja, bahkan bisa hadir pada saat yang tidak disangka-sangka.Reaksi akan hal itu bisa beraneka ragam. Ada yang kehilangan kontrol atas emosinya, kemudian meledak kemana-mana sehingga orang-orang di sekitar kita yang tidak bersalah menjadi korbannya, ada yang meratapi nasib tak kunjung henti, ada yang terus mengisinya dengan keluh kesah dan sebagainya. Ada kalanya pula masalah itu hadir sedemikian sulitnya sehingga membuat kita tidak mampu berkata-kata lagi. Untuk berdoa pun bisa bingung, karena beban berat itu membuat kita sulit merangkainya dalam bentuk perkataan. Seperti yang kita lihat kemarin, ternyata Daud pun pernah mengalaminya. "Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat." (Mazmur 39:3).Kita tahu bahwa Tuhan sanggup, kita tahu kuasa Tuhan itu sungguh besar, namun kita tidak tahu bagaimana menyampaikannya karena kita sudah tidak lagi bisa berkata-kata. Atau kita tahu Tuhan itu Maha Tahu, tapi kita merasa kurang lengkap jika kita tidak mengatakannya. Ini seringkali jadi permasalahan banyak orang, terutama yang tengah ditimbuni beberapa persoalan berat sekaligus seperti teman saya tadi. Lidah serasa kelu, kita tidak lagi bisa berpikir jernih dan mulai gelisah bahkan stres. Sesungguhnya Tuhan mengerti mengenai hal ini, dan Dia pun telah menyediakan solusi yang bisa membantu kita dalam menghadapi persoalan, terutama persoalan berat yang membuat kita tidak lagi bisa menyampaikannya.
Apakah ada "alat bantu" yang disediakan Tuhan untuk itu? Jawabannya ada. Tuhan tahu bahwa ada masa dimana kita tidak lagi bisa berkata-kata, maka Tuhan telah menganugerahkan Roh Kudus untuk kita lewat Kristus. Ada sosok Roh Kudus yang diberikan Tuhan sebagai Penolong seperti yang dijanjikan Yesus sendiri. "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu." (Yohanes 14:16-17). Roh Kudus inilah yang akan berperan sebagai Penolong atau Pembimbing dalam kehidupan kita yang sulit ini. Urusan menolong bukan cuma terbatas dari sisi membantu kita untuk membedakan mana yang baik dan buruk atau benar dan salah, tapi juga termasuk menolong kita yang mengalami kesulitan untuk menyampaikan permasalahan kita ke hadapan Allah. Sekali lagi, Tuhan tahu persis bahwa terkadang kita bisa bagai terikat lidahnya ketika tertimpa beban berat dan menjadikan kita tidak lagi tahu harus bilang apa. Disaat-saat seperti itulah kita bisa mengandalkan Roh Kudus. Roh kita dengan perantaraan Roh Kudus mampu menyampaikan itu kepada Tuhan. "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." (Roma 8:26). Dalam versi English AMP dikatakan "So too the [Holy] Spirit comes to our aid and bears us up in our weakness; for we do not know what prayer to offer nor how to offer it worthily as we ought, but the Spirit Himself goes to meet our supplication and pleads in our behalf with unspeakable yearnings and groanings too deep for utterance." Karunia Roh ini merupakan sebuah sarana yang ampuh untuk membantu kita dalam segala hal, terutama dalam keadaan dimana kita tidak lagi bisa berpikir jernih ketika ditimpa berbagai kesulitan. Karena itulah sangat penting bagi kita untuk menjaga diri kita agar senantiasa menjadi bait Allah yang kudus sehingga Roh Kudus berkenan tinggal diam di dalam kita. Firman Tuhan berkata "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" (1 Korintus 6:19).
Roh Kudus selalu siap untuk menjadi "Penyambung lidah" kita untuk menyampaikan berbagai persoalan yang tidak lagi bisa kita katakan. Memiliki hubungan dengan Tuhan melalui Roh sungguh sangat penting. Dan semua itu telah dikaruniakan Tuhan kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus, dan telah dijanjikan untuk menyertai kita untuk selama-lamanya seperti yang dinyatakan Kristus dalam Yohanes 14:16 tersebut. Inilah senjata ampuh yang akan bisa mengatasi timbunan permasalahan yang tidak lagi bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Selain daripada itu, adalah penting pula bagi kita untuk terus mengucap syukur. Firman Tuhan berkata: "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Semua permohonan kita baik yang terkatakan maupun tidak hendaklah disertai dengan ucapan syukur. Apakah kita dalam keadaan baik atau buruk, tetaplah biasakan diri kita untuk mengucap syukur dan tidak terjebak dalam keluh kesah berkepanjangan. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Ini bukanlah hal yang bisa dicapai dalam sekejap saja, oleh karena itu kita harus sering-sering melatih diri untuk tetap bersyukur terlepas dari apapun situasi yang tengah kita hadapi saat ini.
Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan adalah miliki iman yang percaya penuh kepada Tuhan dalam berdoa. Tanpa iman maka sia-sia pula semua doa permohonan kita. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:23-24).
Permasalahan bisa hadir dalam kehidupan kita kapanpun dan dimanapun. Ada kalanya kita kesulitan untuk dapat menyampaikannya dengan kata-kata ketika beban-beban berat itu seakan mengunci mulut kita. Dalam menghadapi situasi seperti itu, ingatlah bahwa Sang Penolong, Roh Kudus telah dikaruniakan untuk menyertai dan tinggal di dalam kita untuk selama-lamanya. Dia selalu siap untuk menjadi "Penyambung lidah" kita. Berdoalah dalam Roh, naikkanlah doa disertai ucapan syukur dan miliki iman yang percaya bahwa tidak ada satupun hal yang mustahil bagi Tuhan. Sesungguhnya Tuhan berkuasa lebih dari apapun, Dia tahu, mengerti dan peduli dengan keadaan kita. Apa yang diberikan dan dijanjikan Tuhan sesungguhnya sangat lengkap. Dia membantu kita dalam menyampaikan keluhan yang tidak terkatakan, Dia akan selalu membimbing dan menguatkan kita dalam menghadapi permasalahan apapun dan Dia siap untuk melepaskan kita dari itu semua. Masalah boleh sedemikian berat dan bertimbun, kita bisa merasa kesulitan untuk mengungkapkan dalam doa, namun jangan pernah lupa bahwa ada Roh Kudus ada di dalam diri anda dan selalu rindu untuk membantu kita.
Roh Kudus siap menjadi "Penyambung lidah" bagi kita yang tidak lagi sanggup berkata-kata
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, October 20, 2011
Silence is Golden
Ayat bacaan: Mazmur 46:11
=======================
"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"
Mengalami tekanan beban masalah bertubi-tubi akan terasa sangat menyiksa, apalagi jika masalah itu seolah betah tinggal pada kita untuk jangka waktu lama. Belum beres satu masalah, masalah lain datang, perginya pun tidak cepat. Kita bisa gelagapan, kalang kabut, stres atau menjadi sangat labil. Lama kelamaan kita merasa muak dengan situasi yang sedang kita hadapi. Kita marah, kehilangan kontrol, mengamuk, meradang penuh emosi, rasanya ingin memberontak keluar dari keadaan yang sudah terlalu menyesakkan kita. Dalam keadaan seperti itu tenaga kita terkuras, mental kita pun bisa anjlok ke titik terendah. Jangankan masalah, pekerjaan yang menumpuk tak habis-habisnya saja bisa membuat kita kehlangan kontrol diri seperti ini. Ada kalanya saya pun merasakannya disaat tugas-tugas mengalir deras bak air bah menerpa saya. Ada kalanya saya ingin berteriak, "I'm fed up, I need a break!" Dalam banyak bentuk perasaan seperti ini bisa kita alami. Mendapatkan perlakuan tidak adil dari orang lain, orang-orang yang menyebalkan yang bagai tak punya hati terus mengusik kita, orang-orang yang kita anggap dekat ternyata mengecewakan kita atau malah menusuk dari belakang dan banyak lagi. Di saat seperti ini, ketika anda merasa sangat marah terhadap kondisi yang anda rasakan saat ini kita rawan mengambil tindakan yang salah yang pada suatu ketika bisa kita sesali. Emosi yang tidak terkontrol bisa lepas menerkam orang yang tidak bersalah. Kita pun beresiko mengalami berbagai serangan penyakit jika dibiarkan terus menerus. Setidaknya, sukacita akan hilang dari diri kita. Tidak baik bagi kita sendiri, tidak baik juga buat orang di sekitar kita, padahal mereka tidak salah apa-apa. Ada kalanya pula tekanan-tekanan itu membuat kita tidak lagi sanggup berkata apa-apa. Lidah terasa kelu, kita hanya bisa terdiam membisu karena tidak tahu lagi harus bagaimana. Daud pernah mengalaminya, "Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat." (Mazmur 39:3). Jika hal-hal seperti ini yang tengah menimpa anda hari ini, mungkin inilah saat yang paling tepat untuk mengambil sebuah tindakan penting. Dari pada terus berteriak, mengeluh, mengaduh, menangis atau malah melakukan tindakan-tindakan yang didasari emosi hinga merugikan diri sendiri dan orang lain, ada baiknya kita memilih untuk melakukan sebaliknya, yaitu memilih untuk diam dan mengingat Bapa, Sang Pencipta yang begitu mengasihi kita.
Sebuah pepatah mengatakan diam itu emas. Silence is golden. Dengan diam itu bisa mencegah kita melakukan kesalahan-kesalahan yang hanya akan menambah masalah. Tuhan sendiri sudah mengingatkan kita lewat suaraNya sendiri. "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mazmur 46:11). Let be and be still, and know that I am God. Ambil jeda, berhentilah sebentar, dan diamlah. Lalu ambil momen perenungan dan ajak pikiran dan hati anda kembali mengingat bahwa ada Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu. Masalah mungkin belum selesai, peperangan atau pergumulan masih akan terus berlangsung, tapi ada saatnya kita harus mengambil langkah tersebut sebelum kita mengambil tindakan yang tidak rasional dan hanya dilandasi oleh emosi belaka, dan itu akan lebih baik daripada kita terus merintih, meraung dan menangis tanpa henti.
Sebuah kisah mengenai kedatangan Yesus berkunjung ke rumah Maria dan Marta bisa kita jadikan sebagai sebuah pelajaran berharga. Mendapat kunjungan istimewa ini, Marta pun segera sibuk. Tapi Maria justru melakukan yang sebaliknya, yaitu duduk diam di dekat kaki Tuhan Yesus untuk terus mendengarkan perkataanNya. "Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya" (Lukas 10:39). Ketika Marta protes menganggap Maria seperti tidak peduli dan hanya diam saja, Yesus pun meresponnya dengan: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (ay 41-42). Kita pun cenderung berlaku seperti ini. Kita sibuk melakukan segala sesuatu semampu kita, dan terus merasa kesal apabila situasi tidak kunjung menjadi baik meski kita sudah mati-matian berusaha mengatasinya. Di saat seperti itu, kita seringkali lupa bahwa ada waktu dimana kita harus berhenti dan kemudian mendatangi Tuhan, berdiam di hadiratNya untuk mendengar suaraNya. Kita terlalu sibuk berusaha lalu kemudian lupa untuk duduk diam di kakiNya dan menikmati kedekatan terhadap Tuhan yang sangat mengasihi kita serta mendengarkan suaraNya. Kita lupa bahwa Tuhan sanggup menghadirkan kelegaan (Matius 11:28), bahkan menggendong, menanggung dan memikul dan menyelamatkan kita sampai kapanpun. "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4). We tend to forget those when we are too busy trying with everything we can. Kita lupa bahwa di atas segalanya, ada Tuhan yang berkuasa lebih dari apapun di dunia ini. Kita lupa bahwa ada Tuhan yang tak terbatas jauh yang lebih hebat dibanding kita yang terbatas.
Sekali lagi, pesan Tuhan hari ini sungguh jelas."Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mazmur 46:11). Let be and be still, and know that I am God. Diamlah dan pandanglah Tuhan. Dalam situasi sulit, kita mungkin menganggap bahwa semua janji Tuhan dalam alkitab terasa sangat jauh dari jangkauan kita, atau sangat lambat datangnya. Tapi ingatlah bahwa meski saat ini kita mengalami kekecewaan dari harapan yang belum juga kunjung tercapai, ada saat dimana kita harus menunggu disertai harapan yang tetap menyala.Sementara menunggu, tetaplah pegang janji Tuhan, dan luangkan waktu lebih banyak bukan untuk terus berkeluh kesah dan meratap dalam doa-doa kita, tapi untuk diam dan mendengarkan suara Tuhan lebih lagi. Ingatlah bahwa sesungguhnya "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita.." (Ibrani 6:19) Percayakan kepadaNya dengan iman yang teguh, maka pertolongan Tuhan pun akan datang, cerah dan membahagiakan seperti melihat fajar menyingsing yang membawa terang dan sukacita ke muka bumi. Seruan ini pun pernah disampaikan melalui Hosea. "Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." (Hosea 6:3). Mungkin jawaban Tuhan belum datang saat ini, tapi apa yang disediakan Tuhan adalah segala yang terbaik bagi kita dan akan tepat pada waktunya. Itu janji Tuhan yang sangat baik untuk kita imani. Sementara anda belum mendapatkannya tetaplah tenang dan jangan panik. Diamlah dan ketahuilah bahwa Dia adalah Tuhan yang setia terhadap janji-janjiNya. After all, "Salvation belongs to the Lord." "Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu!"(Mazmur 3:9). Dari Tuhanlah datangnya pertolongan. Jadi, mengapa tidak mengarahkan pandangan kepadaNya? Ambil masa-masa untuk diam sejenak, dan datanglah kepadaNya serta pandanglah wajahNya. Tuhan tidak pernah kekurangan cara untuk melepaskan anda.
Tuhan adalah sumber pertolongan sejati
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=======================
"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"
Mengalami tekanan beban masalah bertubi-tubi akan terasa sangat menyiksa, apalagi jika masalah itu seolah betah tinggal pada kita untuk jangka waktu lama. Belum beres satu masalah, masalah lain datang, perginya pun tidak cepat. Kita bisa gelagapan, kalang kabut, stres atau menjadi sangat labil. Lama kelamaan kita merasa muak dengan situasi yang sedang kita hadapi. Kita marah, kehilangan kontrol, mengamuk, meradang penuh emosi, rasanya ingin memberontak keluar dari keadaan yang sudah terlalu menyesakkan kita. Dalam keadaan seperti itu tenaga kita terkuras, mental kita pun bisa anjlok ke titik terendah. Jangankan masalah, pekerjaan yang menumpuk tak habis-habisnya saja bisa membuat kita kehlangan kontrol diri seperti ini. Ada kalanya saya pun merasakannya disaat tugas-tugas mengalir deras bak air bah menerpa saya. Ada kalanya saya ingin berteriak, "I'm fed up, I need a break!" Dalam banyak bentuk perasaan seperti ini bisa kita alami. Mendapatkan perlakuan tidak adil dari orang lain, orang-orang yang menyebalkan yang bagai tak punya hati terus mengusik kita, orang-orang yang kita anggap dekat ternyata mengecewakan kita atau malah menusuk dari belakang dan banyak lagi. Di saat seperti ini, ketika anda merasa sangat marah terhadap kondisi yang anda rasakan saat ini kita rawan mengambil tindakan yang salah yang pada suatu ketika bisa kita sesali. Emosi yang tidak terkontrol bisa lepas menerkam orang yang tidak bersalah. Kita pun beresiko mengalami berbagai serangan penyakit jika dibiarkan terus menerus. Setidaknya, sukacita akan hilang dari diri kita. Tidak baik bagi kita sendiri, tidak baik juga buat orang di sekitar kita, padahal mereka tidak salah apa-apa. Ada kalanya pula tekanan-tekanan itu membuat kita tidak lagi sanggup berkata apa-apa. Lidah terasa kelu, kita hanya bisa terdiam membisu karena tidak tahu lagi harus bagaimana. Daud pernah mengalaminya, "Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat." (Mazmur 39:3). Jika hal-hal seperti ini yang tengah menimpa anda hari ini, mungkin inilah saat yang paling tepat untuk mengambil sebuah tindakan penting. Dari pada terus berteriak, mengeluh, mengaduh, menangis atau malah melakukan tindakan-tindakan yang didasari emosi hinga merugikan diri sendiri dan orang lain, ada baiknya kita memilih untuk melakukan sebaliknya, yaitu memilih untuk diam dan mengingat Bapa, Sang Pencipta yang begitu mengasihi kita.
Sebuah pepatah mengatakan diam itu emas. Silence is golden. Dengan diam itu bisa mencegah kita melakukan kesalahan-kesalahan yang hanya akan menambah masalah. Tuhan sendiri sudah mengingatkan kita lewat suaraNya sendiri. "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mazmur 46:11). Let be and be still, and know that I am God. Ambil jeda, berhentilah sebentar, dan diamlah. Lalu ambil momen perenungan dan ajak pikiran dan hati anda kembali mengingat bahwa ada Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu. Masalah mungkin belum selesai, peperangan atau pergumulan masih akan terus berlangsung, tapi ada saatnya kita harus mengambil langkah tersebut sebelum kita mengambil tindakan yang tidak rasional dan hanya dilandasi oleh emosi belaka, dan itu akan lebih baik daripada kita terus merintih, meraung dan menangis tanpa henti.
Sebuah kisah mengenai kedatangan Yesus berkunjung ke rumah Maria dan Marta bisa kita jadikan sebagai sebuah pelajaran berharga. Mendapat kunjungan istimewa ini, Marta pun segera sibuk. Tapi Maria justru melakukan yang sebaliknya, yaitu duduk diam di dekat kaki Tuhan Yesus untuk terus mendengarkan perkataanNya. "Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya" (Lukas 10:39). Ketika Marta protes menganggap Maria seperti tidak peduli dan hanya diam saja, Yesus pun meresponnya dengan: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (ay 41-42). Kita pun cenderung berlaku seperti ini. Kita sibuk melakukan segala sesuatu semampu kita, dan terus merasa kesal apabila situasi tidak kunjung menjadi baik meski kita sudah mati-matian berusaha mengatasinya. Di saat seperti itu, kita seringkali lupa bahwa ada waktu dimana kita harus berhenti dan kemudian mendatangi Tuhan, berdiam di hadiratNya untuk mendengar suaraNya. Kita terlalu sibuk berusaha lalu kemudian lupa untuk duduk diam di kakiNya dan menikmati kedekatan terhadap Tuhan yang sangat mengasihi kita serta mendengarkan suaraNya. Kita lupa bahwa Tuhan sanggup menghadirkan kelegaan (Matius 11:28), bahkan menggendong, menanggung dan memikul dan menyelamatkan kita sampai kapanpun. "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4). We tend to forget those when we are too busy trying with everything we can. Kita lupa bahwa di atas segalanya, ada Tuhan yang berkuasa lebih dari apapun di dunia ini. Kita lupa bahwa ada Tuhan yang tak terbatas jauh yang lebih hebat dibanding kita yang terbatas.
Sekali lagi, pesan Tuhan hari ini sungguh jelas."Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mazmur 46:11). Let be and be still, and know that I am God. Diamlah dan pandanglah Tuhan. Dalam situasi sulit, kita mungkin menganggap bahwa semua janji Tuhan dalam alkitab terasa sangat jauh dari jangkauan kita, atau sangat lambat datangnya. Tapi ingatlah bahwa meski saat ini kita mengalami kekecewaan dari harapan yang belum juga kunjung tercapai, ada saat dimana kita harus menunggu disertai harapan yang tetap menyala.Sementara menunggu, tetaplah pegang janji Tuhan, dan luangkan waktu lebih banyak bukan untuk terus berkeluh kesah dan meratap dalam doa-doa kita, tapi untuk diam dan mendengarkan suara Tuhan lebih lagi. Ingatlah bahwa sesungguhnya "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita.." (Ibrani 6:19) Percayakan kepadaNya dengan iman yang teguh, maka pertolongan Tuhan pun akan datang, cerah dan membahagiakan seperti melihat fajar menyingsing yang membawa terang dan sukacita ke muka bumi. Seruan ini pun pernah disampaikan melalui Hosea. "Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." (Hosea 6:3). Mungkin jawaban Tuhan belum datang saat ini, tapi apa yang disediakan Tuhan adalah segala yang terbaik bagi kita dan akan tepat pada waktunya. Itu janji Tuhan yang sangat baik untuk kita imani. Sementara anda belum mendapatkannya tetaplah tenang dan jangan panik. Diamlah dan ketahuilah bahwa Dia adalah Tuhan yang setia terhadap janji-janjiNya. After all, "Salvation belongs to the Lord." "Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu!"(Mazmur 3:9). Dari Tuhanlah datangnya pertolongan. Jadi, mengapa tidak mengarahkan pandangan kepadaNya? Ambil masa-masa untuk diam sejenak, dan datanglah kepadaNya serta pandanglah wajahNya. Tuhan tidak pernah kekurangan cara untuk melepaskan anda.
Tuhan adalah sumber pertolongan sejati
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, October 19, 2011
Kerjasama dalam Satu Kesatuan
Ayat bacaan: Ibrani 10:24
=====================
"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik."
Bagus tidaknya sebuah tim sepakbola bukan hanya tergantung dari satu dua pemain, melainkan bagaimana kerjasama tim sebagai suatu kesatuan. Benar bahwa ada beberapa pemain kunci yang akan sangat menentukan aliran serangan dan kekuatan pertahanan, tetapi mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa jika pemain lainnya bermain buruk. Ada pula yang dikenal dengan "pemain keduabelas" yang tidak lain adalah penonton. Dukungan dari suporter atau penonton ini sering pula memberi nyawa tambahan tersendiri bagi tim yang bermain. Semua itu adalah satu kesatuan, satu unit, yang saling bersinergi satu sama lain untuk mencapai kesuksesan. Dalam perkembangan musik pun demikian. Saya bergelut di dunia musik dari sisi media mengetahui dengan pasti bahwa jika semua elemen di dalamnya berjalan sendiri-sendiri, maka tidak ada yang bisa kita capai. Musisinya luar biasa, tetapi jika tidak ada pihak media yang mendukung dengan serius maka mereka tidak akan bisa menapak naik. Sebaliknya untuk apa media musik seperti saya tanpa musisi yang punya kemampuan baik? Elemen-elemen lainnya seperti event organizer, promotor, manajer termasuk juga fans dan keluarga pun harus turut ambil bagian mengerjakan bagiannya masing-masing. Hanya dengan itulah kita bisa mencapai sesuatu hasil yang baik.
Manusia adalah mahluk sosial yang tetap membutuhkan kehadiran orang lain yang bisa menyemangati atau mendorong untuk tidak menyerah dan terus maju. Manusia tidak bisa hidup sendirian, no one is an island. Dan memang seperti itulah sejatinya kita diciptakan Tuhan. Tuhan jelas berkata di awal penciptaan bahwa "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja..." (Kejadian 2:16). Ini menunjukkan dengan jelas bagaimana manusia sejak awal bukan dirancang untuk menjadi individualis-individualis egois yang berjalan sendirian, tetapi dibentuk menjadi mahluk sosial yang terhubung atau connected dengan sesamanya. Tidakkah kita pernah merasa bagai mendapat tenaga baru ketika mendapat dukungan dari teman-teman atau keluarga di saat kita mungkin sudah mulai "kehabisan bensin" dan berpikir untuk menyerah? Secara alamiah faktanya manusia adalah mahluk yang lemah dan terbatas Sejauh mana sih kita bisa melakukan sesuatu apabila hanya sendirian? Kelemahan dan keterbatasan ini cepat atau lambat bisa membuat kita patah semangat, frustasi dan kemudian menyerah. Di saat tekanan begitu intens menerpa kita bertubi-tubi kita bisa kehabisan tenaga lalu mulai putus asa kehilangan harapan. Di saat seperti inilah kita butuh orang-orang yang peduli pada kita. Kita butuh tambahan "bensin" agar bisa terus bergerak, kita butuh "pemain keduabelas" dan "rekan-rekan satu tim" yang bisa saling dukung untuk mencapai kesuksesan bersama. Kita butuh orang yang mampu memberikan dukungan moril. Dorongan semangat seperti ini sungguh sangat berarti bagaikan setetes embun di padang gurun. Di sisi lain, ketika teman kita yang mulai kehabisan tenaga, giliran kita pula yang menjadi penyemangat dan mendukung mereka agar bisa kembali bangkit.
Mengingat kemampuan dan daya tahan manusia yang terbatas inilah sebuah pesan dari penulis Ibrani mengingatkan "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24). Saling memperhatikan, saling mendorong, saling support dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. We need a teamwork, we need to work as a team. Ketika yang satu lemah, yang lain menguatkan, begitu seterusnya. Bekerja sama, saling bahu membahu dan menguatkan, bukan sebaliknya saling iri, dengki dan menjatuhkan. Perhatikan baik-baik ayat tersebut. Kita harus saling memperhatikan. Mengapa? Supaya kita mengetahui satu sama lain dan bisa saling mendorong, mensuport, mendukung atau menguatkan. Di dalam apa? Di dalam kasih dan pekerjaan baik. Bukan pekerjaan yang buruk apalagi jahat, tetapi pekerjaan baik, untuk tujuan baik, untuk memuliakan Tuhan di dalamNya. Seperti itulah gambaran bagaimana seharusnya kita bergerak. Bukan sendiri-sendiri, tetapi dengan bekerjasama, saling dukung dan saling bantu antara satu dengan lainnya.
Penyemangat. Betapa indahnya kata ini terdengar terutama ketika kita sedang kelelahan menghadapi beratnya hidup. Sosok seperti ini dibutuhkan semua orang tanpa terkecuali, apalagi dalam urusan iman. Hidup di dunia hari ini tidaklah gampang. Tekanan krisis dan rupa-rupa penyesatan hadir di mana-mana menekan kita dari setiap arah. Cepat atau lambat, tenaga kita akan melemah dan kita bisa menyerah, terjatuh dan masuk ke dalam jurang kegelapan. Di saat seperti inilah pesan Penulis Ibrani begitu penting. Artinya kebersamaan di antara saudara-saudari seiman haruslah terbina erat dalam dasar saling mengasihi, memperhatikan, mengingatkan dan menguatkan satu sama lain. Ini penting dalam menghadapi hari-hari yang semakin sulit seperti apa yang kita hadapi saat ini. Jalan terasa makin terjal, langkah terasa makin berat. Karena itu kita harus tetap meluangkan waktu untuk berkumpul bersama-sama agar saling mengingatkan, mendukung maupun menguatkan. "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (ay 25). Kita bisa saja beribadah sendiri di rumah, dan benar bahwa ibadah yang sejati bukanlah ibadah di gereja atau persekutuan melainkan cara kita hidup sehari-hari dengan mempersembahkan diri kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah seperti yang disebutkan dalam Roma 12:1. Tetapi kita akan mengabaikan jati diri kita sebagai mahluk sosial dan dengan sendirinya mengabaikan kehendak Tuhan apabila kita melewatkan ibadah bersama saudara-saudari lainnya baik di gereja maupun di persekutuan. Hal ini sangatlah penting untuk kita ingat, begitu pentingnya sehingga bertolong-tolong dalam menanggung beban sehingga orang yang melakukannya dikatakan memenuhi hukum Kristus. (Galatia 6:2).
Sepanjang Perjanjian Baru kita membaca berulang-ulang mengenai kepastian kedatangan Kristus untuk kali kedua. Dan berulang kali pula kita diingatkan bahwa kedatanganNya yang kedua sudah dekat. "Tuhan sudah dekat!" (Filipi 4:5b). "..kedatangan Tuhan sudah dekat!" (Yakobus 5:8) Kitab Wahyu pun berkata: "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya." (Wahyu 22:12). Adalah penting bagi kita untuk terus berjalan di jalur yang benar menjelang kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya yang sudah semakin dekat, sehingga kita akhirnya bisa mencapai garis akhir yang baik dan bisa berkata seperti Paulus,"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman" (2 Timotius 4:7). Kelak akan ada hari dimana kemudian kita dianugerahkan mahkota kebenaran oleh Tuhan. (ay 8). Untuk itulah kita perlu saling menyemangati, saling mendorong, menasehati, menguatkan dalam kasih, agar jangan ada di antara kita yang tergelincir keluar dari jalur, sehingga kita semua bisa mencapai garis akhir dengan baik. Marilah kita mulai hari ini. Bangunlah hubungan yang kuat, utuh dan erat dengan orang lain, dan isilah hubungan itu dengan segala sesuatu yang positif. Saling menguatkan, membangun, mengingatkan, mendorong, tolong menolong, peduli satu sama lain, itu akan membuat kita bisa tetap kuat menghadapi hari-hari yang berat.
There is no superman but surely there is superteam
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=====================
"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik."
Bagus tidaknya sebuah tim sepakbola bukan hanya tergantung dari satu dua pemain, melainkan bagaimana kerjasama tim sebagai suatu kesatuan. Benar bahwa ada beberapa pemain kunci yang akan sangat menentukan aliran serangan dan kekuatan pertahanan, tetapi mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa jika pemain lainnya bermain buruk. Ada pula yang dikenal dengan "pemain keduabelas" yang tidak lain adalah penonton. Dukungan dari suporter atau penonton ini sering pula memberi nyawa tambahan tersendiri bagi tim yang bermain. Semua itu adalah satu kesatuan, satu unit, yang saling bersinergi satu sama lain untuk mencapai kesuksesan. Dalam perkembangan musik pun demikian. Saya bergelut di dunia musik dari sisi media mengetahui dengan pasti bahwa jika semua elemen di dalamnya berjalan sendiri-sendiri, maka tidak ada yang bisa kita capai. Musisinya luar biasa, tetapi jika tidak ada pihak media yang mendukung dengan serius maka mereka tidak akan bisa menapak naik. Sebaliknya untuk apa media musik seperti saya tanpa musisi yang punya kemampuan baik? Elemen-elemen lainnya seperti event organizer, promotor, manajer termasuk juga fans dan keluarga pun harus turut ambil bagian mengerjakan bagiannya masing-masing. Hanya dengan itulah kita bisa mencapai sesuatu hasil yang baik.
Manusia adalah mahluk sosial yang tetap membutuhkan kehadiran orang lain yang bisa menyemangati atau mendorong untuk tidak menyerah dan terus maju. Manusia tidak bisa hidup sendirian, no one is an island. Dan memang seperti itulah sejatinya kita diciptakan Tuhan. Tuhan jelas berkata di awal penciptaan bahwa "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja..." (Kejadian 2:16). Ini menunjukkan dengan jelas bagaimana manusia sejak awal bukan dirancang untuk menjadi individualis-individualis egois yang berjalan sendirian, tetapi dibentuk menjadi mahluk sosial yang terhubung atau connected dengan sesamanya. Tidakkah kita pernah merasa bagai mendapat tenaga baru ketika mendapat dukungan dari teman-teman atau keluarga di saat kita mungkin sudah mulai "kehabisan bensin" dan berpikir untuk menyerah? Secara alamiah faktanya manusia adalah mahluk yang lemah dan terbatas Sejauh mana sih kita bisa melakukan sesuatu apabila hanya sendirian? Kelemahan dan keterbatasan ini cepat atau lambat bisa membuat kita patah semangat, frustasi dan kemudian menyerah. Di saat tekanan begitu intens menerpa kita bertubi-tubi kita bisa kehabisan tenaga lalu mulai putus asa kehilangan harapan. Di saat seperti inilah kita butuh orang-orang yang peduli pada kita. Kita butuh tambahan "bensin" agar bisa terus bergerak, kita butuh "pemain keduabelas" dan "rekan-rekan satu tim" yang bisa saling dukung untuk mencapai kesuksesan bersama. Kita butuh orang yang mampu memberikan dukungan moril. Dorongan semangat seperti ini sungguh sangat berarti bagaikan setetes embun di padang gurun. Di sisi lain, ketika teman kita yang mulai kehabisan tenaga, giliran kita pula yang menjadi penyemangat dan mendukung mereka agar bisa kembali bangkit.
Mengingat kemampuan dan daya tahan manusia yang terbatas inilah sebuah pesan dari penulis Ibrani mengingatkan "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24). Saling memperhatikan, saling mendorong, saling support dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. We need a teamwork, we need to work as a team. Ketika yang satu lemah, yang lain menguatkan, begitu seterusnya. Bekerja sama, saling bahu membahu dan menguatkan, bukan sebaliknya saling iri, dengki dan menjatuhkan. Perhatikan baik-baik ayat tersebut. Kita harus saling memperhatikan. Mengapa? Supaya kita mengetahui satu sama lain dan bisa saling mendorong, mensuport, mendukung atau menguatkan. Di dalam apa? Di dalam kasih dan pekerjaan baik. Bukan pekerjaan yang buruk apalagi jahat, tetapi pekerjaan baik, untuk tujuan baik, untuk memuliakan Tuhan di dalamNya. Seperti itulah gambaran bagaimana seharusnya kita bergerak. Bukan sendiri-sendiri, tetapi dengan bekerjasama, saling dukung dan saling bantu antara satu dengan lainnya.
Penyemangat. Betapa indahnya kata ini terdengar terutama ketika kita sedang kelelahan menghadapi beratnya hidup. Sosok seperti ini dibutuhkan semua orang tanpa terkecuali, apalagi dalam urusan iman. Hidup di dunia hari ini tidaklah gampang. Tekanan krisis dan rupa-rupa penyesatan hadir di mana-mana menekan kita dari setiap arah. Cepat atau lambat, tenaga kita akan melemah dan kita bisa menyerah, terjatuh dan masuk ke dalam jurang kegelapan. Di saat seperti inilah pesan Penulis Ibrani begitu penting. Artinya kebersamaan di antara saudara-saudari seiman haruslah terbina erat dalam dasar saling mengasihi, memperhatikan, mengingatkan dan menguatkan satu sama lain. Ini penting dalam menghadapi hari-hari yang semakin sulit seperti apa yang kita hadapi saat ini. Jalan terasa makin terjal, langkah terasa makin berat. Karena itu kita harus tetap meluangkan waktu untuk berkumpul bersama-sama agar saling mengingatkan, mendukung maupun menguatkan. "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (ay 25). Kita bisa saja beribadah sendiri di rumah, dan benar bahwa ibadah yang sejati bukanlah ibadah di gereja atau persekutuan melainkan cara kita hidup sehari-hari dengan mempersembahkan diri kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah seperti yang disebutkan dalam Roma 12:1. Tetapi kita akan mengabaikan jati diri kita sebagai mahluk sosial dan dengan sendirinya mengabaikan kehendak Tuhan apabila kita melewatkan ibadah bersama saudara-saudari lainnya baik di gereja maupun di persekutuan. Hal ini sangatlah penting untuk kita ingat, begitu pentingnya sehingga bertolong-tolong dalam menanggung beban sehingga orang yang melakukannya dikatakan memenuhi hukum Kristus. (Galatia 6:2).
Sepanjang Perjanjian Baru kita membaca berulang-ulang mengenai kepastian kedatangan Kristus untuk kali kedua. Dan berulang kali pula kita diingatkan bahwa kedatanganNya yang kedua sudah dekat. "Tuhan sudah dekat!" (Filipi 4:5b). "..kedatangan Tuhan sudah dekat!" (Yakobus 5:8) Kitab Wahyu pun berkata: "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya." (Wahyu 22:12). Adalah penting bagi kita untuk terus berjalan di jalur yang benar menjelang kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya yang sudah semakin dekat, sehingga kita akhirnya bisa mencapai garis akhir yang baik dan bisa berkata seperti Paulus,"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman" (2 Timotius 4:7). Kelak akan ada hari dimana kemudian kita dianugerahkan mahkota kebenaran oleh Tuhan. (ay 8). Untuk itulah kita perlu saling menyemangati, saling mendorong, menasehati, menguatkan dalam kasih, agar jangan ada di antara kita yang tergelincir keluar dari jalur, sehingga kita semua bisa mencapai garis akhir dengan baik. Marilah kita mulai hari ini. Bangunlah hubungan yang kuat, utuh dan erat dengan orang lain, dan isilah hubungan itu dengan segala sesuatu yang positif. Saling menguatkan, membangun, mengingatkan, mendorong, tolong menolong, peduli satu sama lain, itu akan membuat kita bisa tetap kuat menghadapi hari-hari yang berat.
There is no superman but surely there is superteam
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, October 18, 2011
Kejutan
Ayat bacaan: 1 Korintus 2:9
=======================
"Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
Seorang teman pada suatu kali bercerita bahwa ia dikatakan sebagai ayah tanpa kejutan oleh anak-anaknya. Semua yang ia lakukan sangat terpola, dalam memberi pun demikian, sehingga anak-anaknya sudah bisa mengetahui apa yang akan ia berikan sebagai hadiah kepada mereka. "Itu sama persis dengan apa yang dikatakan istriku.." katanya sambil tertawa. Teman saya itu memang termasuk orang yang teratur, terpola atau seolah "terprogram" sehingga orang mudah membaca dirinya meski belum terlalu lama mengenalnya. Buat saya ini menunjukkan bahwa manusia cenderung suka mendapatkan kejutan, terutama dalam momen-momen istimewa dalam kehidupannya. Hadiah yang tak terduga atau surprise party misalnya dalam hari ulang tahun, biasanya akan membawa sesuatu yang berkesan bagi sang penerimanya. Kejutan yang menyenangkan ini tidak selalu harus berharga mahal, karena seringkali hal-hal kecil seperti sekuntum bunga, sebuah puisi atau kehadiran disaat tak terduga pun bisa menjadi kejutan yang tidak akan mudah mereka lupakan. Coba perhatikan wajah anak-anak ketika mendapat hadiah kejutan dari orang tuanya atau ketika mereka tiba-tiba diajak berlibur ke sebuah tempat yang mereka sukai. Mata mereka akan berbinar, senyum mengambang dan seringkali akan disertai sorak dan tawa dari mereka saking riangnya. Mereka akan mudah menangkap rasa sayang kita lewat kejutan-kejutan yang menyenangkan seperti itu.
Jika teman saya dikenal anak-anaknya sebagai ayah yang tertebak atau tanpa kejutan, bagaimana dengan Bapa kita di Surga? Apakah Dia sosok ayah yang datar, sulit mengapresiasikan kasih dan tidak menganggap penting kejutan atau sebaliknya? Allah adalah Bapa yang begitu penuh kejutan, yang senang memberi kejutan kepada anak-anakNya. He is a Father who loves to give surprises. Dia punya seribu satu atau bahkan jutaan cara untuk memberi kejutan bagi anak-anakNya, sesuatu yang tak terduga yang seringkali datang pada saat tak terduga pula. Sejak saya bertobat, berualngkali bentuk-bentuk kejutan dihadiahkan Tuhan bagi kami sekeluarga. Berkat, mukjizat kesembuhan, pertolongan yang tidak terduga, itu sudah berkali-kali kami alami, dan saya pun juga melihat orang-orang lain yang bersorak sorai karena memperoleh kejutan dari Tuhan. Semakin anda mengasihi seseorang, semakin pula anda ingin menyenangkannya. Bukankah demikian? Tuhan pun seperti itu. Hubungan yang erat dan intim dengan Tuhan akan membuat anda bisa merasakan kasih Bapa yang tak terhingga, yang akan Dia berikan secara berlimpah-limpah dan bukan ala kadarnya seperti yang sudah kita lihat dalam renungan kemarin. Apa yang dikatakan kejutan biasanya adalah sesuatu yang menyenangkan, berharga atau indah yang diberikan kepada kita pada saat-saat tak terduga. Dan Tuhan punya begitu banyak cara untuk itu. He is a loving father who love to give suprises.
Mari kita lihat kembali sebuah ayat yang sudah saya singgung kemarin."Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Ayat ini dengan jelas menggambarkan betapa Allah suka memberi kejutan. Betapa tidak. Dia dikatakan menyediakan segala sesuatu yang tidak kita duga, tidak terbayangkan, tidak terpikirkan, sesuatu yang mungkin kita anggap terlalu muluk buat kita sehingga membayangkannya saja kita tidak berani, atau bahkan kita tidak merasa layak menerimanya. semua itu disediakan Tuhan bagi siapapun yang mengasihiNya. Tuhan mampu, mau dan dengan senang hati menyediakan itu semua sebagai bentuk kejutan bagi anak-anakNya yang mengasihiNya dengan sepenuh hati. Apa yang menggerakkan Tuhan untuk itu? Ayat diatas menyebutkan satu hal, yaitu kasih. Itulah yang membuat Tuhan dengan senang hati melimpahi kita dengan segala sesuatu yang tidak terbayangkan atau terpikirkan oleh kita. Dan itu menunjukkan betapa pentingnya atau tingginya nilai kasih di mata Tuhan. Kasih bukanlah sekedar salah satu kepribadian atau sifat Tuhan, tetapi Alkitab menyatakan bahwa Tuhan adalah kasih itu sendiri. (1 Yohanes 4:8).
Saya pernah memberi kesaksian beberapa kali tentang kejutan-kejutan yang diberikan Tuhan dalam keluarga saya. Misalnya ketika anjing saya salah lompat sehingga tulang dadanya sampai terlihat menonjol keluar. Itu sangat menyakitkan baginya dan ia pun tidak bisa bergerak. Tersentuh sedikit ia pun menjerit kesakitan. Bagaimana mungkin hanya dalam beberapa jam ia tiba-tiba mulai bisa berjalan dan keesokan harinya kembali normal? Apa yang saya lakukan ketika melihat kondisinya hanya satu: berdoa bersama istri saya. Kami sempat panik karena kejadian itu tepat pada hari libur sehingga tidak ada dokter hewan yang buka, tetapi kami kemudian memilih untuk berdoa dan menyerahkannya ke dalam tangan Tuhan. Tuhan pun kemudian memberi mukjizatNya yang mengejutkan. Momen lainnya yang juga tidak bisa saya lupakan ketika kami bisa memiliki rumah tanpa harus mencicil, meski uang tabungan yang ada hanya cukup untuk membayar seperempatnya saja. Bagaimana itu mungkin? Seperti itulah Tuhan bisa menghadirkan kejutan-kejutan dalam kehidupan kita sebagai pernyataan kasih, keberadaan dan penyertaanNya dalam perjalanan hidup ini.
Dalam surat kepada jemaat Efesus kita bisa pula melihat pernyataan akan hal ini. "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita." (Efesus 3:20). Bukankah itu luar biasa? Tuhan sanggup melakukan jauh lebih banyak dari apa yang kita doakan atau pikirkan, dan kabar baiknya, Dia mau memberikan itu dengan senang hati. Bersyukurlah kita punya Bapa yang sudah merencanakan "rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan" (Yeremia 29:11), Bapa yang sudah berjanji tidak akan sekali-kali meninggalkan kita sendirian, dan semua itu Dia berikan lengkap dengan berbagai kejutan di dalamnya. Kuncinya hanya satu: kasih. Kasih kita yang tulus dan sepenuh hati kepadaNya akan membuat semuanya ditambahkan kepada kita bahkan hal-hal yang mungkin tidak atau belum kita minta sekalipun.
Apa yang menjadi kebutuhan anda hari ini? Adakah impian anda yang belum terealisasi? Apakah anda khawatir anda tidak dapat memenuhinya? Apakah anda putus asa dan patah semangat terlebih ketika tidak satupun logika yang mendukung anda? Apakah semuanya terlihat tidak mungkin untuk anda peroleh? Anda tidak perlu kuatir tentang itu. Ingatlah baik bahwa kita sesungguhnya punya Bapa yang penuh kejutan. Dia siap memberikan kita lebih dari apapun yang pernah kita lihat, dengar atau pikirkan. Hebatnya lagi, Dia siap memberikan itu semua secara berkelimpahan. Tuhan adalah Bapa yang suka memberi kejutan bagi anak-anakNya. Sekali lagi syaratnya hanya satu: mengasihiNya dengan sungguh-sungguh. Mengasihi bukan hanya berbicara mengenai lips service atau sekedar lewat kata-kata atau pengakuan saja, tetapi di dalamnya terkandung ketaatan, kehidupan yang takut akan Tuhan, menjauhi laranganNya, mendengar, mematuhi dan menjalankan perintahNya dalam aplikasi atau perbuatan nyata dalam hidup kita. Dia mengenal kita, Dia tahu apa yang kita butuhkan bahkan lebih dari itu. Yang jelas, Allah adalah Bapa yang penuh dengan kejutan. He is full of surprises. Tuhan siap melimpahkan kejutan-kejutan, dan hendaklah semua itu kita pakai untuk memuliakan Dia lebih lagi dan bukan untuk dihabiskan sia-sia, ditimbun atau malah dipakai untuk tujuan yang salah.
Bapa Surgawi senang memberi kejutan indah kepada setiap anak yang mengasihiNya dengan sungguh-sungguh
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=======================
"Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
Seorang teman pada suatu kali bercerita bahwa ia dikatakan sebagai ayah tanpa kejutan oleh anak-anaknya. Semua yang ia lakukan sangat terpola, dalam memberi pun demikian, sehingga anak-anaknya sudah bisa mengetahui apa yang akan ia berikan sebagai hadiah kepada mereka. "Itu sama persis dengan apa yang dikatakan istriku.." katanya sambil tertawa. Teman saya itu memang termasuk orang yang teratur, terpola atau seolah "terprogram" sehingga orang mudah membaca dirinya meski belum terlalu lama mengenalnya. Buat saya ini menunjukkan bahwa manusia cenderung suka mendapatkan kejutan, terutama dalam momen-momen istimewa dalam kehidupannya. Hadiah yang tak terduga atau surprise party misalnya dalam hari ulang tahun, biasanya akan membawa sesuatu yang berkesan bagi sang penerimanya. Kejutan yang menyenangkan ini tidak selalu harus berharga mahal, karena seringkali hal-hal kecil seperti sekuntum bunga, sebuah puisi atau kehadiran disaat tak terduga pun bisa menjadi kejutan yang tidak akan mudah mereka lupakan. Coba perhatikan wajah anak-anak ketika mendapat hadiah kejutan dari orang tuanya atau ketika mereka tiba-tiba diajak berlibur ke sebuah tempat yang mereka sukai. Mata mereka akan berbinar, senyum mengambang dan seringkali akan disertai sorak dan tawa dari mereka saking riangnya. Mereka akan mudah menangkap rasa sayang kita lewat kejutan-kejutan yang menyenangkan seperti itu.
Jika teman saya dikenal anak-anaknya sebagai ayah yang tertebak atau tanpa kejutan, bagaimana dengan Bapa kita di Surga? Apakah Dia sosok ayah yang datar, sulit mengapresiasikan kasih dan tidak menganggap penting kejutan atau sebaliknya? Allah adalah Bapa yang begitu penuh kejutan, yang senang memberi kejutan kepada anak-anakNya. He is a Father who loves to give surprises. Dia punya seribu satu atau bahkan jutaan cara untuk memberi kejutan bagi anak-anakNya, sesuatu yang tak terduga yang seringkali datang pada saat tak terduga pula. Sejak saya bertobat, berualngkali bentuk-bentuk kejutan dihadiahkan Tuhan bagi kami sekeluarga. Berkat, mukjizat kesembuhan, pertolongan yang tidak terduga, itu sudah berkali-kali kami alami, dan saya pun juga melihat orang-orang lain yang bersorak sorai karena memperoleh kejutan dari Tuhan. Semakin anda mengasihi seseorang, semakin pula anda ingin menyenangkannya. Bukankah demikian? Tuhan pun seperti itu. Hubungan yang erat dan intim dengan Tuhan akan membuat anda bisa merasakan kasih Bapa yang tak terhingga, yang akan Dia berikan secara berlimpah-limpah dan bukan ala kadarnya seperti yang sudah kita lihat dalam renungan kemarin. Apa yang dikatakan kejutan biasanya adalah sesuatu yang menyenangkan, berharga atau indah yang diberikan kepada kita pada saat-saat tak terduga. Dan Tuhan punya begitu banyak cara untuk itu. He is a loving father who love to give suprises.
Mari kita lihat kembali sebuah ayat yang sudah saya singgung kemarin."Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Ayat ini dengan jelas menggambarkan betapa Allah suka memberi kejutan. Betapa tidak. Dia dikatakan menyediakan segala sesuatu yang tidak kita duga, tidak terbayangkan, tidak terpikirkan, sesuatu yang mungkin kita anggap terlalu muluk buat kita sehingga membayangkannya saja kita tidak berani, atau bahkan kita tidak merasa layak menerimanya. semua itu disediakan Tuhan bagi siapapun yang mengasihiNya. Tuhan mampu, mau dan dengan senang hati menyediakan itu semua sebagai bentuk kejutan bagi anak-anakNya yang mengasihiNya dengan sepenuh hati. Apa yang menggerakkan Tuhan untuk itu? Ayat diatas menyebutkan satu hal, yaitu kasih. Itulah yang membuat Tuhan dengan senang hati melimpahi kita dengan segala sesuatu yang tidak terbayangkan atau terpikirkan oleh kita. Dan itu menunjukkan betapa pentingnya atau tingginya nilai kasih di mata Tuhan. Kasih bukanlah sekedar salah satu kepribadian atau sifat Tuhan, tetapi Alkitab menyatakan bahwa Tuhan adalah kasih itu sendiri. (1 Yohanes 4:8).
Saya pernah memberi kesaksian beberapa kali tentang kejutan-kejutan yang diberikan Tuhan dalam keluarga saya. Misalnya ketika anjing saya salah lompat sehingga tulang dadanya sampai terlihat menonjol keluar. Itu sangat menyakitkan baginya dan ia pun tidak bisa bergerak. Tersentuh sedikit ia pun menjerit kesakitan. Bagaimana mungkin hanya dalam beberapa jam ia tiba-tiba mulai bisa berjalan dan keesokan harinya kembali normal? Apa yang saya lakukan ketika melihat kondisinya hanya satu: berdoa bersama istri saya. Kami sempat panik karena kejadian itu tepat pada hari libur sehingga tidak ada dokter hewan yang buka, tetapi kami kemudian memilih untuk berdoa dan menyerahkannya ke dalam tangan Tuhan. Tuhan pun kemudian memberi mukjizatNya yang mengejutkan. Momen lainnya yang juga tidak bisa saya lupakan ketika kami bisa memiliki rumah tanpa harus mencicil, meski uang tabungan yang ada hanya cukup untuk membayar seperempatnya saja. Bagaimana itu mungkin? Seperti itulah Tuhan bisa menghadirkan kejutan-kejutan dalam kehidupan kita sebagai pernyataan kasih, keberadaan dan penyertaanNya dalam perjalanan hidup ini.
Dalam surat kepada jemaat Efesus kita bisa pula melihat pernyataan akan hal ini. "Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita." (Efesus 3:20). Bukankah itu luar biasa? Tuhan sanggup melakukan jauh lebih banyak dari apa yang kita doakan atau pikirkan, dan kabar baiknya, Dia mau memberikan itu dengan senang hati. Bersyukurlah kita punya Bapa yang sudah merencanakan "rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan" (Yeremia 29:11), Bapa yang sudah berjanji tidak akan sekali-kali meninggalkan kita sendirian, dan semua itu Dia berikan lengkap dengan berbagai kejutan di dalamnya. Kuncinya hanya satu: kasih. Kasih kita yang tulus dan sepenuh hati kepadaNya akan membuat semuanya ditambahkan kepada kita bahkan hal-hal yang mungkin tidak atau belum kita minta sekalipun.
Apa yang menjadi kebutuhan anda hari ini? Adakah impian anda yang belum terealisasi? Apakah anda khawatir anda tidak dapat memenuhinya? Apakah anda putus asa dan patah semangat terlebih ketika tidak satupun logika yang mendukung anda? Apakah semuanya terlihat tidak mungkin untuk anda peroleh? Anda tidak perlu kuatir tentang itu. Ingatlah baik bahwa kita sesungguhnya punya Bapa yang penuh kejutan. Dia siap memberikan kita lebih dari apapun yang pernah kita lihat, dengar atau pikirkan. Hebatnya lagi, Dia siap memberikan itu semua secara berkelimpahan. Tuhan adalah Bapa yang suka memberi kejutan bagi anak-anakNya. Sekali lagi syaratnya hanya satu: mengasihiNya dengan sungguh-sungguh. Mengasihi bukan hanya berbicara mengenai lips service atau sekedar lewat kata-kata atau pengakuan saja, tetapi di dalamnya terkandung ketaatan, kehidupan yang takut akan Tuhan, menjauhi laranganNya, mendengar, mematuhi dan menjalankan perintahNya dalam aplikasi atau perbuatan nyata dalam hidup kita. Dia mengenal kita, Dia tahu apa yang kita butuhkan bahkan lebih dari itu. Yang jelas, Allah adalah Bapa yang penuh dengan kejutan. He is full of surprises. Tuhan siap melimpahkan kejutan-kejutan, dan hendaklah semua itu kita pakai untuk memuliakan Dia lebih lagi dan bukan untuk dihabiskan sia-sia, ditimbun atau malah dipakai untuk tujuan yang salah.
Bapa Surgawi senang memberi kejutan indah kepada setiap anak yang mengasihiNya dengan sungguh-sungguh
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Posts (Atom)
Lanjutan Sukacita Kedua (5)
(sambungan) Satu jiwa pun begitu berharga di mata Tuhan. Ketika jiwa itu kembali ditemukan, sang gembala akan menggendongnya dengan gembira...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...