(sambungan)
Ini baru bicara soal virus. Bagaimana dengan kasus gagal ginjal pada anak-anak yang sempat membuat para orang tua yang punya anak balita menjadi ketakutan? Korban berjatuhan dan itu nyata adanya. Resesi ekonomi, disintegrasi, jurang pemisah yang terus semakin besar akibat adanya orang-orang yang mempergunakan metode itu untuk mencari posisi. Betapa banyaknya permasalahan yang dihadapi. Belum beres satu sudah muncul lagi yang lain. Di satu sisi harus mengatasi bencana global, di sisi lain harus berusaha menyelamatkan banyak nyawa, di sisi lainnya harus terus melawan berbagai berita bohong yang akan membuat semua masa sukar menjadi bertambah sukar dan berlarut-larut. Dalam kondisi seperti ini resesi pun muncul. Daya beli menurun, banyak pengusaha gulung tikar, banyak karyawan dirumahkan, sehingga banyak orang yang berpikir, kalau tidak mati karena virus ya mati karena tidak makan. Itu menunjukkan adanya masa sukar.
Masa sukar. Saya lalu diingatkan akan ayat ini. "Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar." (2 Timotius 3:1). Masa yang sukar. Bukankah itu yang kita rasakan hari ini? Sukar, sulit, berat. Ketika mendengar kata 'masa yang sukar', sebagian besar orang akan segera berpikir akan kesulitan ekonomi yang memang dirasakan kebanyakan dari kita.
Kesulitan ekonomi merupakan salah satu hal dari masa yang sukar? Jelas. Tapi apakah kesulitan ekonomi alias resesi yang berlangsung global merupakan satu-satunya ekses dari masa sukar? Tidak. Kalau anda baca kelanjutan dari ayat di atas, masa yang sukar sebenarnya bukan berbicara hanya mengenai kesulitan ekonomi atau bencana kelaparan yang terjadi di banyak tempat saja, tetapi jauh lebih luas dari itu.
Mari kita lihat ayat-ayat berikutnya.
"Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu! Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu, yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran." (ay 2-7).
(bersambung)
Sunday, April 30, 2023
Mempersiapkan Anak di Masa Sukar (2)
Saturday, April 29, 2023
Mempersiapkan Anak di Masa Sukar (1)
Ayat bacaan: 2 Timotius 3:1
=======================
"Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar."
Saya tidak pernah membayangkan harus mengalami masa menyeramkan seperti saat pandemi mulai muncul di penghujung 2019 lalu masuk ke Indonesia sejak sekitar Februari atau Maret 2020. Mendadak kita seolah disuguhi horror dengan adanya virus yang belum dikenal, sehingga jelas butuh waktu panjang untuk mempelajari virus ini, membuat anti virusnya sementara korban mulai berjatuhan. Di masa-masa awal, kita pun bingung bagaimana harus melindungi diri karena belum kenal dan belum terbiasa dengan situasi baru yang menakutkan. Tidaklah heran jika kemudian terjadi panic buying karena menghadapi ketidakpastian. Beberapa produk mulai hilang dari pasaran, dan kalaupun ada harganya langsung melonjak berkali-kali lipat. Selain karena hukum ekonomi, orang-orang yang masih saja memanfaatkan kesempatan tanpa rasa perikemanusiaan mencoba mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Yang membuat saya miris adalah orang-orang yang memanfaatkan situasi dengan terus menyebarkan berita-berita yang salah tentang virus. Media tanpa peduli terus membombardir kita dengan berita berlebihan hanya karena ingin membuat click bait demi keuntungan mereka. Para oposan membuat berita-berita menyerang pemerintah, tak peduli perbuatan itu akan memakan banyak jiwa dari orang yang termakan kebohongan yang mereka jual. Ingatkah saat mereka menyerang pemerintah saat berhasil mendapatkan vaksin untuk memerangi pandemi? Selain negara asal vaksin yang mereka serang, mereka pun mengatakan bahwa pemerintah buang uang untuk membeli vaksin yang belum terbukti. Bagaimana mau terbukti kalau kita berhadapan dengan virus yang baru saja nongol di bumi? Mau tunggu setengah populasi mati dulu? Dan yang paling keterlaluan, di satu sisi mereka mencoba membuat masyarakat tidak percaya dengan vaksin, bahkan virus, sementara mereka sendiri ikutan vaksin.
Seandainya saja di saat genting kita bisa melupakan dulu kepentingan pribadi dan perbedaan lalu bergandengan tangan menghadapi bersama-sama, kita pasti bisa lebih kuat menghadapi situasi ini. Tapi begitulah manusia. Jika hati nurani tidak lagi berfungsi, jika iman bukannya membuat diri menjadi manusia yang lebih baik tapi malah dipakai untuk kepentingan-kepentingan pribadi yang hanya sesaat, maka mereka akan tega mengorbankan siapapun demi mereka sendiri.
Sampai hari ini entah sudah berapa banyak varian hasil mutasi virus ini. Namanya virus, ya memang alaminya seperti itu. Jika anda ingat bagaimana saat flu pertama muncul dan mendatangkan situasi seperti hari ini ratusan tahun lalu, hari ini pun kita berhadapan dengan tidak kurang dari 3000 varian flu. Kabar baiknya, semakin banyak mutasinya, virus akan semakin melemah. Kalau dulu flu bisa membunuh yang tertular, hari ini flu jadi hal biasa yang bisa dikalahkan hanya dengan obat beli di warung, atau bahkan dengan makan vitamin dan beristirahat yang cukup.
(bersambung)
Friday, April 28, 2023
Melayani Semua Orang (5)
(sambungan)
Tugas untuk membawa banyak orang memperoleh keselamatan merupakan tugas yang harus kita semua jalankan. Jangan menutup diri terlalu kaku, jangan terlalu cepat menghakimi. Jangan belum apa-apa sudah memusuhi, jangan cepat sakit hati atau tersinggung. Meski mungkin anda bukan bertipe intim, tapi tetaplah berusaha menjangkau orang dan mengenalkan mereka pada keselamatan. Jangan berat hati dan menolak meluangkan atau mengorbankan waktu, tenaga dan sebagainya, karena semua ini merupakan hal-hal yang diperlukan dalam memperluas Kerajaan Allah di muka bumi ini.
Semakin sulit orangnya maka pengorbanan yang diperlukan akan semakin besar, tapi lakukanlah dengan sukacita dengan didasari belas kasih. Berbagai hal sederhana seperti memberi pertolongan, menunjukkan kepedulian, atau bahkan memberi sedikit waktu saja bagi mereka untuk mendengarkan, bukan karena didasari agenda-agenda tertentu, melainkan atas dasar kasih, kasih kepada sesama manusia dan mengasihi Tuhan, bisa menjadi sesuatu yang indah untuk mengenalkan bagaimana kasih Kristus berlaku sama bagi siapapun itu tanpa terkecuali.
Dan yang bagi saya terpenting, bagaimana cara dan gaya kita hidup akan menjadi contoh nyata yang seringkali justru lebih efektif dalam mengenalkan Yesus ketimbang omongan panjang lebar. Kasih akan tetap dan selalu menjadi dasar dalam hal apapun. Selama kita masih bersifat eksklusif, masih suka membeda-bedakan, masih gampang memusuhi, bersikap anti pati, mudah dikuasai kebencian, jangan berharap akan adanya perubahan di dunia ini.
Nyatakan kasih kepada semua orang tanpa terkecuali
Thursday, April 27, 2023
Melayani Semua Orang (4)
(sambungan)
Contoh keseriusan Paulus dalam melayani bisa kita lihat lebih jauh saat ia berada di Roma. Saat itu ia dikawal dan diawasi oleh seorang prajurit. Tetapi untunglah ia masih diijinkan untuk menyewa sebuah rumah sendiri meski harus tetap hidup dalam pengawasan. "Setelah kami tiba di Roma, Paulus diperbolehkan tinggal dalam rumah sendiri bersama-sama seorang prajurit yang mengawalnya." (Kisah Para Rasul 28:16).
Keterbatasan gerak sebagai tahanan rumah ternyata tidak menyurutkan langkahnya untuk menyebarkan kabar keselamatan.
Dalam beberapa ayat berikutnya kita bisa melihat ia tetap beraktivitas seperti sebelumnya, dan itu dalam waktu yang tidak pula singkat. "Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya. Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus." (ay 30-31).
Apa yang bagi saya luar biasa, ia tidak pilih-pilih tebu. Dengan jelas ayat ini mengatakan bahwa Paulus 'menerima SEMUA orang yang datang kepadanya.' Mungkin tidak semua orang yang haus akan kebenaran yang datang. Saya membayangkan mungkin ada yang ingin memprovokasi, memancing emosi, menantang dan sebagainya. Mungkin saja kan? Saya tidak tahu apakah Paulus bertipe introvert atau ekstrovert, apakah ia termasuk tipe orang yang supel dan mudah bergaul atau ia butuh usaha ekstra agar bisa seperti itu, tapi yang pasti, ia teguh melakukan pelayanan terhadap semua orang tanpa terkecuali, tanpa memandang kondisi atau keterbatasan yang ia hadapi saat melakukannya.
Paulus tidak menutup diri dan tidak berhenti melayani. Ia ternyata membuka rumahnya seluas-luasnya bagi semua orang tanpa terkecuali, memberi waktu dan tenaganya sepenuhnya untuk dengan terbuka memberitakan tentang Kerajaan Allah dan Yesus Kristus. Semua ini agar mereka yang datang ke rumahnya mengenal kebenaran dan bisa ikut dilayakkan mendapat anugerah keselamatan.
Ada keragaman manusia yang luas di sekitar kita menunggu untuk dijangkau. Yesus sudah memanggil kita untuk menjadi saksiNya dan telah menganugerahkan Roh Kudus untuk turun atas kita demi panggilan tersebut. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8). Menjadi saksi baik di lingkungan terdekat kita dan terus bertumbuh hingga kita bisa menjadi saksi Kristus dalam sebuah lingkungan yang lebih besar, bahkan sampai ke ujung bumi tidaklah bisa kita lakukan jika kita terus memandang perbedaan sebagai alasan untuk menutup diri dari sebagian orang yang kita anggap berbeda atau berseberangan dengan kita.
(bersambung)
Wednesday, April 26, 2023
Melayani Semua Orang (3)
(sambungan)
Kita memiliki tugas sendiri-sendiri. Paulus menggambarkannya seperti ini: "Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain." (Roma 12:4-5). Jika diantara kita saja sudah saling tuding dan merendahkan, bagaimana mungkin kita bisa menunaikan tugas kita seperti Amanat Agung yang sudah dipesankan Yesus kepada setiap muridNya, termasuk kita didalamnya?
Mari kita lihat sedikit bagian dari perjalanan pelayanan Paulus. Selama bertahun-tahun setelah pertobatannya, Paulus terus bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mewartakan kabar keselamatan. Perjalanan yang ia tempuh bukan pendek. Ia terus bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain bahkan hingga menyentuh Asia Kecil sebelum akhirnya ia ditangkap dan dipenjarakan di Roma. Walaupun ia banyak mendapat hambatan dalam pelayanannya, Paulus dikenal sebagai figur yang teguh dan taat dalam menjalankan tugasnya. Ia mengabdikan sisa hidupnya sepenuhnya untuk memperluas Kerajaan Allah di muka bumi ini. Paulus terus berusaha menyentuh orang dengan pemberitaan Injil karena ia peduli terhadap keselamatan orang lain, rindu agar semakin banyak orang yang mengenal dan percaya kepada Sang Juru Selamat.
Meski dalam penjara sekalipun ia terus menulis surat. Ia ditangkap, didera, disiksa, dan menunggu waktu dieksekusi mati, tapi secara luar biasa ia tetap teguh melayani. Bagi sebagian besar orang apa yang dialami Paulus mungkin akan dianggap sebagai akhir dari pelayanan. Mendapat beban seperseratus Paulus saja sudah berpotensi mendatangkan kepahitan. Bukankah secara manusiawi kesulitan bisa membuat kita patah semangat dan menyerah? Tapi tidak demikian bagi Paulus. Dia tidak memandang halangan sebagai akhir dari segalanya. Justru Paulus memandang keterbatasan-keterbatasannya bergerak sebagai sebuah kesempatan. Kemanapun ia pergi, apapun resiko yang ia hadapi, seperti apapun keadaan yang ia hadapi, ia terus maju menjangkau banyak jiwa, meski jiwanya sendiri harus menjadi taruhannya.
(bersambung)
Tuesday, April 25, 2023
Melayani Semua Orang (2)
(sambungan)
Hal ini akan menjadi semakin menarik kalau kita hubungkan dengan sebuah tugas, atau lebih tepatnya disebut Amanat yang Agung yang diberikan Yesus langsung kepada kita, murid-muridNya. Lebih mudah bagi kita menjangkau orang yang bersahabat, itu jelas. Tapi akan menjadi sulit saat berhadapan dengan orang yang tertutup apalagi kalau bertipe keras, tidak ramah apalagi kasar. Padahal, apa yang ditugaskan Tuhan Yesus adalah seperti ini: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20).
Kita semua mengemban tugas untuk menyampaikan kebenaran kepada semua orang tanpa terkecuali. Tugas ini tentu saja bukan berbicara tentang berkotbah atau membacakan Alkitab, atau bagai orang Farisi yang berkotbah di jalan-jalan atau gang-gang di masa Yesus turun ke bumi, bersikap norak atau bahkan kasar, tetapi secara luas berbicara mengenai hidup yang menghasilkan buah, menjadi surat Kristus, alias menyatakan pribadi Kristus lewat cara hidup kita di dunia. Berarti bukan hanya orang-orang yang 'mudah' saja yang harus dijangkau, tetapi orang yang 'sulit' yang ditempatkan disekitar kita pun harus pula mendapat perhatian serius. Ada keragaman manusia yang sangat luas di sekitar kita. Untuk bisa melakukan Amanat Agung dibutuhkan kerelaan untuk meluangkan atau mengorbankan sebagian waktu, tenaga dan lain-lain termasuk kesabaran dan keteguhan, dan pengorbanan akan semakin besar diperlukan ketika berhadapan dengan orang-orang yang sulit. Selain caranya, bagaimana sikap dan reaksi kita saat bertemu orang atau berada di tengah orang-orang yang belum kita kenal akan sangat menentukan.
Tuhan menciptakan manusia dengan variasi yang tidak terbatas. Tidak ada yang persis sama, baik wajah, postur maupun sifat. Semua punya sesuatu yang unik dan berbeda yang membuat hidup ini penuh warna. Ada yang memandang perbedaan itu sebagai berkat Tuhan yang patut disyukuri, ada pula yang memandangnya sebagai alasan untuk menjauhkan diri, atau bahkan menjadikannya landasan untuk berbuat jahat. Ada orang yang bisa melihat perbedaan sebagai sesuatu yang bisa dijadikan kesempatan untuk belajar banyak, ada orang yang menganggap hal itu sebagai rahmat, ada yang menyikapinya sebagai pembatas, ada yang memandang perbedaan sebagai sebuah ancaman. Jangankan dengan yang tidak seiman, dengan saudara seiman saja perbedaan masih sering disikapi secara negatif. Kalau berbeda denominasi saja masih membuat orang membangun pagar pembatas dan saling menjelekkan, bagaimana mungkin kita berani bermimpi untuk melihat Kerajaan Allah turun di muka bumi ini?
(bersambung)
Monday, April 24, 2023
Melayani Semua Orang (1)
Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 28:30
==========================
"Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya."
Didikan untuk bersosialisasi bagi saya penting dalam pembentukan karakter anak. Karena itulah meski saya harus tetap waspada karena anak saya bertumbuh menuju balita di saat pandemi, saya harus membiasakannya bertemu orang tanpa membedakan apapun. Mungkin anak saya pun terbantu membawa sifat papanya yang extrovert, sebagian lagi usaha kami mengajarkannya untuk bersosialisasi dan tidak takut orang, saat ini di usia 4 tahun ia tumbuh menjadi anak yang sangat supel, periang dan sangat mudah berteman.
Mungkin sedikit terlalu mudah, karena terkadang saya kasihan melihatnya sedih ketika ia mencoba berteman dengan anak yang baru ketemu tapi tidak mendapat sambutan yang sama. Pada kenyataan ada banyak orang tua yang mengajarkan anaknya agar menyingkir saat ketemu orang meski sebaya, mungkin demi keamanan mereka juga dari sisi penilaian orang tuanya. Mungkin juga karena pandemi masih terus menghantui, dan selain itu tentu saja, karakter anak pun berbeda-beda. Tapi bagi saya itu tetap lebih baik ketimbang anak saya menjadi anak yang penyendiri, sulit berteman, apalagi kalau sampai menjauh dari orang.
Kenapa? Sebab dari pengalaman hidup saya, saya merasakan sendiri bahwa sikap supel dan mudah bersosialisasi sangat bermanfaat dalam hidup. Sementara di lain sisi, istri saya bertipe sebaliknya mengakui bahwa dengan tidak mudah bergaul ia kerap mengalami kesulitan ini dan itu sejak lama. Saya tahu anak saya akan sangat terbantu jika bisa supel dan luwes dalam pergaulan. Di sisi lain, kami harus mengajarkannya agar tetap waspada dalam berteman agar jangan nanti terbawa arus pergaulan yang salah. Butuh lebih ekstra effort ketimbang hanya melarang dan mengajari agar tetap jauh dari orang, tapi tidak apa-apa asal ia mendapat bekal awal yang baik dan cukup dari kami orang tuanya sejak di usia dini.
Dalam kenyataannya, selalu saja ada manusia yang gemar membeda-bedakan orang berdasarkan banyak hal yang rasanya tidak perlu saya sebutkan. Cuma mau berteman dengan yang setipe, sejenis, sealiran atau senada dan seirama dengannya, sementara yang lain dianggap musuh sehingga harus dijauhi, dimusuhi atau bahkan yang lebih ekstrim. Padahal sikap seperti itu tidak pernah membawa manfaat apa-apa selain hanya akan merugikan kita sendiri.
Dalam renungan kali ini saya ingin melanjutkan lagi tentang mengemban tugas Amanat Agung seperti yang disampaikan Yesus sebelum Dia naik ke surga.
(bersambung)
Sunday, April 23, 2023
Dinas Luar Kota (4)
(sambungan)
Tugas mewartakan kasih Tuhan Yesus, mewartakan siapa pribadi Yesus kepada saudara-saudara kita bukanlah tugas yang ringan, alias berat. Meski berat, tapi bukan pula tugas yang tidak mungkin dilakukan. Jika kita mengalami kasih Yesus dan bersungguh-sungguh dalam komitmen mengabarkan Injil, kitapun akan mendapat kekuatan dari Allah. Dan ingatlah agar maksimal, akan sangat baik apabila dilakukan dalam kapasitas sebagai mahluk sosial dengan membangun hubungan bersama anak-anak Tuhan lainnya. Jika anda terlibat dalam pelayanan, jangan hitung usaha yang anda keluarkan dengan honor atau fasilitas yang anda dapat. Jangan sampai kita menghargai bentuk pelayanan kita untuk Tuhan hanya senilai uang atau failitas, jangan sampai kita termasuk orang yang menggadaikan Tuhan demi profit pribadi.
Faktanya, ada banyak hamba Tuhan yang memilih-milih pelayanan mereka, hanya mencari gereja bonafit, gereja besar dengan banyak jemaat kaya, gereja yang saat mengundang termasuk royal dengan menyediakan hotel dan makanan mewah, dan amplop tebal. Kalau yang mengundang gereja kecil apalagi di pelosok atau pedalaman, maka mereka akan menolak dengan seribu satu macam alasan. Atau, ada pula yang bersemangat menjalankan Amanat Agung supaya ia mendapat pujian, menjadi terkenal atau mengincar jabatan dalam gereja atau komunitasnya. Semua ini pun merupakan hal yang tidak aneh lagi di jaman sekarang. Karena itulah cara penugasan Yesus atas keduabelas muridNya tadi justru menjadi semakin relevan untuk dicermati saat ini.
Teman-teman, pergunakanlah talenta dan kemampuan yang anda miliki dalam menyampaikan isi hati dan surat cinta Tuhan kepada orang lain, bersinergilah dengan saudara seiman lainnya. Ketahuilah bahwa bukan urusan besar kecilnya yang anda lakukan hari ini, bukan soal berapa modal yang anda punya, tetapi penyertaan Tuhan pada kesungguhan anda memulikakanNya dalam menjalankan tugas lah yang menentukan. Bukan pula soal keuntungan hasil usaha seperti honor, fasilitas, akomodasi dan sebagainya, tapi kesungguhan hati karena kita mengasihi Tuhan dan rindu untuk melihat lebih dan lebih lagi keselamatan turun atas seisi bumi.
Ketahui dan ingatlah bahwa menjalankan Amanat Agung sebagai perwakilan Tuhan di muka bumi ini sesungguhnya merupakan sebuah kehormatan, karenanya mari lakukan yang terbaik agar kita bisa memuliakan Tuhan atas setiap usaha yang kita kerjakan.
Bukan karena kekuatan kita, bukan karena materi, tapi karena kuasa Tuhan bekerja dalam kebersatuan kita
Saturday, April 22, 2023
Dinas Luar Kota (3)
(sambungan)
Sepintas ayat ini mungkin terkesan aneh kalau dipikir dengan menggunakan logika. Dulu saat pertama kali bertemu ayat ini, saya cukup lama merenungkannya untuk mencari alasan pengutusan Yesus terhadap keduabelas muridNya dengan cara diluar kebiasaan atau bahkan kewajaran menurut ukuran kita manusia. Tapi kemudian, saya mendapati setidaknya ada empat hal penting yang melandasi keputusan Yesus dalam menugaskan murid-muridNya ini. Ada hal-hal yang ingin diajarkan Yesus lewat cara ini, yaitu:
1. Yesus mendidik para muridNya untuk percaya sepenuhnya pada Dia. Tidak bergantung pada harta, materi dan atribut-atribut duniawi lainnya, tapi berharap penuh pada apa yang disediakan Allah buat mereka.
2. agar para murid belajar bahwa kesungguhan dan keseriusan dalam bekerja jangan tergantung pada fasilitas yang diberikan, tapi murni karena menghargai bentuk penugasan dan Dia yang memberi tugas.
3. segala kemewahan mudah untuk membuat orang berubah menjadi sombong, tapi sebagai murid Yesus, kita harus selalu berpegang pada kasih setia Allah dan itu akan menjaga kita terhindar dari kesombongan.
4. Yesus tahu bahwa sebagai manusia, para murid-muridNya, termasuk kita, bisa setiap saat menjadi lemah, terkadang bisa hilang motivasi, lelah dan sebagainya, maka Dia mengutus berpasang-pasangan, bukan sendirian, agar bisa saling membantu dan menguatkan.
Khusus untuk poin ketiga ini, kita bisa melihat bahwa Yesus menunjukkan hakekat manusia seperti yang ada di benak Allah saat menciptakan. Manusia sejatinya tidak diciptakan untuk menjadi mahluk individual yang hidup sendiri melainkan sebagai mahluk sosial. Kita tidak akan bisa berbuat banyak kalau hanya melakukan apa-apa sendirian saja. Talenta yang berbeda-beda telah diberikan Tuhan kepada masing-masing pribadi, yang kalau disatukan akan mampu menghasilkan pekerjaan-pekerjaan besar.
Tuhan Yesus menunjukkan bahwa dengan berdua itu jauh lebih baik dari sendirian. Itu sejalan dengan ayat berikut: "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkotbah 4:9-10). Selain itu Yesus sendiri sudah berkata: "di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."(Matius 18:20). Jadi saat mereka melaksanakan tugas, mereka pun disertai Yesus langsung. Oleh karena itu dalam berinteraksi menjalani hidup sesuai hakekat sebagai mahluk sosial sangatlah penting untuk diperhatikan.
(bersambung)
Friday, April 21, 2023
Dinas Luar Kota (2)
(sambungan)
Sekarang, mari kita lihat bagaimana saat murid-murid Yesus mendapat tugas luar kota bukan dari instansi atau negara, tapi langsung dari Yesus sendiri. Apakah mereka disediakan fasilitas mewah, red carpet, hotel bintang lima, panitia penjemputan, makanan mahal? Sama sekali tidak seperti itu, karena pada saat Yesus mengutus kedua belas muridNya untuk melakukan tugas, Yesus mengirim mereka dengan cara yang sama sekali berbeda. Kisah inilah yang ingin saya ambil sebagai ayat bacaan hari ini.
Begini cara Yesus mengutus mereka.
"Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat,dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan" (Markus 6:7-8).
Apa yang dilakukan Yesus mungkin bagi kita terlihat sangat aneh. Dia mengutus murid-muridNya secara spesifik dengan formasi berdua-dua alias berpasangan, dan melarang mereka membawa apapun, termasuk bekal dan uang.
Coba anda bayangkan seandainya anda mendapat tugas mewakili sebuah tempat anda bekerja, anda tentu akan menolak kalau tidak dibekali lebih dari cukup. Masa sudah harus bekerja tapi tidak dibekali apa-apa? Jangankan bayar sendiri, bawa uang dan bekal pun tidak boleh. Saya yakin tidak ada yang mau berangkat kalau seperti itu kan?
Tugas dari Yesus kepada murid-muridNya ini merupakan bentuk utusan Tuhan, untuk sebuah tugas Kerjaan Allah. Kalau dipikir-pikir, untuk tugas biasa dari atasan yang orang biasa juga kita bisa jadi protes kalau ditugasi tanpa dibekali apa-apa. Tampil rapi, kalau bisa dengan stelan jas mewah dan berpenampilan ekstra keren pun sering menjadi keharusan. Bagaimana dengan sebuah tugas dari Tuhan? Lupakan soal penampilan yang keren. Tuhan Yesus malah melarang utusan-Nya membawa bekal.
(bersambung)
Thursday, April 20, 2023
Dinas Luar Kota (1)
Ayat bacaan: Markus 6:7-8
===================
"Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat,dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan"
Bagi yang bekerja di perusahaan tentu pernah merasakan saat mendapat tugas ke luar kota. Biasanya sebuah penugasan keluar kota itu dibiayai sepenuhnya oleh perusahaan. Tidak perlu bayar hotel, tidak perlu pusing soal makan, transportasi juga akan sepenuhnya dibiayai. Dan ada juga yang dibekali dnengan uang saku. Para pejabat negara dan wakil rakyat juga sama, kalau kunjungan kerja ke luar kota maka biayanya akan ditanggung negara. Kalau yang jujur akan mempergunakan fasilitas dan dana yang dikeluarkan sesuai kebutuhannya bertugas, yang nakal akan memanfaatkan dengan sekalian membawa keluarganya. Dia bekerja, keluarganya jalan-jalan gratis. Itu pun sudah menjadi hal yang tidak lagi membuat kita kaget. Begitu lumrahnya, sampai orang yang jujur malah dikatain bodoh karena tidak memanfaatkan kesempatan.
Saat saya masih menjalankan profesi saya sebagai jurnalis sebelum masa pandemi, jika saya harus meliput ke luar kota maka biaya perjalanan saya pun ditanggung oleh event yang mengundang. Demikian pula untuk masuk ke venue, saya sudah disediakan id pers sehingga tidak perlu membayar tiket masuk lagi. Makan, atau apabila eventnya berjalan lebih dari satu hari dan/atau letaknya cukup jauh dan perlu menginap, maka penginapan pun mereka yang sediakan. Dengan akomodasi dan fasilitas yang disediakan itu maka saya tinggal bekerja saja tanpa perlu memikirkan hal-hal lainnya, yang tentu saja memudahkan saya dalam bertugas.
Saat menjalankan tugas mewakili sebuah instansi, lembaga atau negara, biaya yang dikeluarkan selama perjalanan ditanggung oleh instansi dimana seseorang itu bekerja. Itu tentu hal yang wajar. Semakin bonafit perusahaan tempat bekerja, semakin tinggi jabatan, maka fasilitas pun akan menjadi semakin mewah. Itupun wajar. Bagi sebagian orang itu dirasa membanggakan karena biasanya tidak semua bisa mendapat kesempatan itu.
Sekarang, mari kita lihat bagaimana saat murid-murid Yesus mendapat tugas luar kota bukan dari instansi atau negara, tapi langsung dari Yesus sendiri.
(bersambung)
Wednesday, April 19, 2023
Rehabeam (4)
(sambungan)
Untunglah Rehabeam cepat sadar bahwa tanpa campur tangan Tuhan ia tidaklah ada apa-apanya. Lalu ia segera datang merendahkan dirinya dan bertobat. Melihat kesungguhan hati Rehabeam tersebut, Tuhan yang penuh belas kasih pun segera mengurungkan niatnya untuk menghukum Rehabeam dan rakyatnya. "Oleh sebab raja merendahkan diri, surutlah murka TUHAN dari padanya, sehingga ia tidak dimusnahkan-Nya sama sekali. Lagipula masih terdapat hal-hal yang baik di Yehuda." (ay 12).
Kesombongan tidak akan pernah mendapat tempat di mata Tuhan. Lihatlah bahwa kehancuran tidak jadi ditimpakan karena sang raja merendahkan dirinya. Selain itu, di Yehuda sebenarnya masih ada hal-hal baik yang menjadi pertimbangan Tuhan untuk mengampuni mereka. Perihal kerendahan hati, Firman Tuhan sudah berkata: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6). Jauh sebelumnya, ayah Rehabeam sendiri yaitu Salomo mengatakan "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5), juga "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (ay 8).
Mencegah sikap seperti itu sejak dini akan sangat baik agar kita terhindar dari lupa diri yang mencelakakan seperti itu. Apabila itu sudah terlanjur terjadi, berbaliklah segera dengan merendahkan diri dan bertobat selagi kesempatan masih ada. Kita punya Tuhan yang panjang sabar dan penuh kasih yang akan segera mengampuni kita begitu kita datang kepadaNya membawa pertobatan sungguh-sungguh. Jangan lupa bahwa kita hanyalah berasal dari debu (Mazmur 103:14), tidak ada apapun yang bisa kita banggakan, karena semua yang kita miliki sesungguhnya berasal dari Tuhan (Ulangan 8:14-18).
Mari kita periksa diri kita hari ini, apakah bentuk-bentuk kesombongan, keangkuhan, kepongahan, sikap tinggi hati atau lupa diri masih ada dalam diri kita? Apakah kita masih menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama atau tanpa sadar kita sudah beralih kepada hal-hal lainnya? Jika masih ada benih-benih yang salah, bereskanlah segera. Datanglah merendahkan diri dan bertobat dengan sungguh-sungguh, sebelum kehancuran terlanjur menimpa diri kita. Kekayaan dan berbagai berkat seharusnya disikapi dengan rasa syukur dan kerinduan untuk menjadi saluran kasih Tuhan, bukan malah menjadi awal masuknya berbagai dosa yang menggagalkan kita menerima anugerah keselamatan.
Never forget that without God we are nothing
Tuesday, April 18, 2023
Rehabeam (3)
(sambungan)
Kisah tentang raja bernama Rehabeam ini bisa kita baca dalam kitab 2 Tawarikh. Dikatakan: "Rehabeam beserta seluruh Israel meninggalkan hukum TUHAN, ketika kerajaannya menjadi kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh." (2 Tawarikh 12:1).
Ketika kerajaannya berjalan baik, ketika kedudukannya kuat, yang terjadi justru raja beserta rakyatnya meninggalkan hukum Tuhan. Lihatlah betapa menyedihkan fakta ini. Menyandang status sebagai anak Salomo dan cucu Daud ternyata tidak menjamin seseorang untuk menjadi pribadi berintegritas dan berakhlak. Rehabeam lupa diri ketika berada di puncak kejayaannya. Dia merasa tidak butuh Tuhan dan mengira bahwa semua itu adalah hasil usahanya sendiri. Dia terlena dalam kebanggaan berlebihan dengan apa yang ia miliki. Ia terlena dengan kekayaannya dan negerinya, juga kekuatan pasukannya.
Sifat seperti ini adalah sesuatu yang sangat salah di mata Tuhan, karena dalam kesempatan lain Tuhan sudah memberi teguran: "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN." (Yesaya 31:1).
Kembali kepada kisah Rehabeam, apa yang terjadi sebagai akibatnya adalah datangnya malapetaka lewat serangan dari Mesir dan aliansinya yaitu orang Libia, Suki dan Etiopia yang dipimpin oleh raja Sisak. Serangan ini dengan segera memporakporandakan Yehuda. Nabi Semaya pun kemudian datang untuk menyampaikan teguran Tuhan kepada Rehabeam. "Nabi Semaya datang kepada Rehabeam dan pemimpin-pemimpin Yehuda yang berkumpul di Yerusalem berhubung dengan ancaman Sisak, dan berkata kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN: Kamu telah meninggalkan Aku, oleh sebab itu Akupun meninggalkan kamu juga dalam kuasa Sisak." (2 Tawarikh 12:5). Kalau Tuhan sudah meninggalkan kita, celakalah kita. Tak peduli sehebat dan sekuat apapun kita, tak peduli sebanyak apapun yang sudah kita miliki, semua bisa musnah dalam sekejap mata.
(bersambung)
Monday, April 17, 2023
Rehabeam (2)
(sambungan)
Salah uangnya? Bukan. Kita semua butuh uang untuk hidup. Tapi yang harus kita sadari adalah bahwa uang punya daya tarik atau daya pikat yang sangat kuat, dimana kalau kita tidak hati-hati maka kita bisa terjebak, terjerumus dan jatuh pada hal-hal yang membinasakan. Jadi selain kita berharap akan datangnya berkat, kita pun harus bijaksana dalam menyikapinya.
Mengharap berkat itu satu hal, menyikapi berkat itu hal lain. Salah menyikapi berkat bukannya baik tapi malah bisa mendatangkan kemalangan bagi kita. Akan sangat baik jika berkat yang diperoleh itu dipakai untuk hal-hal baik, tidak hambur, atau luar biasa jika kita berpikir menggunakannya untuk memberkati orang lain, karena pada hakekatnya kita memang diberkati untuk memberkati. Tapi kalau itu dipakai untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang jahat di mata Tuhan, menyakiti hatinya, kalau semakin banyak harta malah membuat semakin pelit dan semakin tidak peduli kepada sesama, kalau itu malah membuat orang berusaha mengejar lebih lagi alias menjadi hamba uang, bahkan tega mengorbankan atau merugikan orang lain demi hal tersebut, tentu itu sangat berbahaya. Selain ada banyak resiko yang muncul di kehidupan yang sekarang, semua itu punya potensi kuat untuk menggagalkan seseorang dari kasih karunia Tuhan yang sudah memberikan keselamatan kekal. Singkatnya, saat kekuasaan, kekayaan, keberuntungan, popularitas dan hal-hal sejenis datang, kalau tidak hati-hati itu bisa mendatangkan malapetaka bagi kita.
Ironis sekali jika setelah kita lama berharap, kita lalu keliru menyikapi berkat Tuhan saat berkat itu turun atas kita. Saat kita berdoa meminta pertolongan Tuhan di kala kita hidup berkekurangan, lalu Tuhan menurunkan berkatNya, kita bukannya bersyukur dan memuliakanNya dengan menjadi saluran berkat bagi orang lain, tapi itu malah membuat kita jauh dariNya. Menjadi orang yang sombong, tidak peduli sesama dan juga Tuhan. Saat dalam keadaan pas-pasan manusia rajin beribadah dan berdoa, tetapi ketika dipulihkan secepat itu pula manusia berubah dan menggantikan prioritasnya dengan harta. Tuhan tidak lagi ada di posisi teratas dalam hidupnya, digantikan oleh harta kekayaan dan lainnya.
Haruskah kita menolak kekayaan, jabatan, popularitas dan sebagainya? Haruskah itu kita anggap tabu dan kita harus memilih untuk hidup susah? Tentu tidak. Apa yang kita harus perhatikan betul adalah bagaimana kita harus menyikapinya dan tahu untuk apa itu semua diberikan kepada kita. Tapi namanya manusia, sangat banyak orang yang mengalami perubahan sikap menjadi lebih buruk setelah mengalami kesuksesan. Dan itu sudah terjadi sejak dahulu kala. Salah satunya adalah raja Rehabeam, seorang raja Yehuda yang juga merupakan anak Salomo, cucu Daud.
(bersambung)
Sunday, April 16, 2023
Rehabeam (1)
Ayat bacaan: 2 Tawarikh 12:1
==============================
"Rehabeam beserta seluruh Israel meninggalkan hukum TUHAN, ketika kerajaannya menjadi kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh."
Tidak satupun dari kita yang ingin hidup pas-pasan, apalagi kekurangan. Apalagi di jaman serba sulit seperti sekarang ini. Di satu sisi resesi, di sisi lain serangan budaya konsumerisme yang semakin dahsyat. Dengan situasi seperti itu maka banyak orang yang akhirnya merubah perhatian dan fokus untuk mengejar uang. Mencari Tuhan pun jadi salah satu alternatif agar bisa memperoleh berkat, yang tentu saja menjadi pemahaman keliru dari kenapa kita beriman kepadaNya.
Di saat sulit seperti sekarang, saya mempergunakan masa-masa kesukaran ini untuk belajar banyak. Kalau dulu hidup relatif lebih mudah, sekarang saya harus berpikir banyak dalam membagi uang agar bisa mencukupi hal-hal yang penting dulu dan mengesampingkan hal-hal yang tidak terlalu penting. Apa yang anak dan istri saya butuh dulu, urusan saya belakangan saja. Memenuhi kebutuhan nutrisi untuk anak yang masih dalam usia pertumbuhan dulu, soal makan papa dan mamanya kita bisa kompromi saja. Setidaknya saya mau mempergunakan masa-masa sukar ini untuk belajar lebih menghargai apapun yang ada, belajar menata pengeluaran lebih baik lagi, dan tentunya mempersiapkan diri agar tetap bisa bijaksana dalam mengelola keuangan saat nanti kehidupan menjadi berangsur membaik.
Mempersiapkan diri? Dari pengalaman dan pengamatan saya, saya mendapatkan kesimpulan bahwa ketika kekayaan dan kesuksesan datang pada saat kita belum siap, itu berpotensi mendatangkan bahaya. Orang bisa jatuh ke dalam berbagai dosa mencari kenikmatan sesaat yang menyesatkan yang bisa dihadirkan oleh uang. Di saat orang berburu uang, maka cara memperolehnya pun tidak lagi penting. Yang penting dapat sebanyak-banyaknya, tidak peduli caranya. Dosa kesombongan juga menjadi salah satu sumber penghancur yang paling sering menerpa mereka yang mentalnya belum siap untuk menerima dan mempertanggungjawabkan kekayaan atau popularitas terebut. Sombong merasa tidak lagi perlu orang lain, merasa bisa membeli siapapun, dan kemudian meninggalkan Tuhan karena tidak lagi merasa butuh akan kehadiranNya.
(bersambung)
Saturday, April 15, 2023
Intan (4)
(sambungan)
Banyak orang menganggap hati hanyalah sebagai kata lain atau pengganti dari perasaan. Ada juga yang menganggap bahwa hati hanyalah pusat emosi semata. Padahal Alkitab mengatakan bahwa lebih dari itu. Hati adalah pusat diri, pusat dari segala keinginan yang terkuat. Dari hati lahir berbagai kehendak dan keinginan. Hati dapat memberi gambaran yang lebih besar dari apa yang bahkan tidak bisa dilihat melalui persepsi otak. Dari hati lah kita bisa membuat pilihan-pilihan bijaksana, penuh hikmat, penuh kasih, atau sebaliknya. Kalau kita membiarkan hati tidak terjaga, ada banyak hal buruk yang bisa kita lakukan bermula dari keinginan atau perasaan hati yang tidak lagi dikuasai kasih.
Betapa penting fungsi hati bagi manusia, dan itu pun ditegaskan di dalam Alkitab dalam banyak kesempatan. Karena itu pula adalah sangat penting bagi kita untuk menjaga hati kita dengan baik. Firman Tuhan berkata: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23)
Betapa banyak diantara kita gagal menjadi anak Allah karena kita tidak memiliki keteguhan hati sekeras intan. Kita seringkali terlalu mudah terbawa arus pergaulan, ikut-ikutan teman dan berubah menjadi "pemberontak", sesuatu yang sangat tidak Allah inginkan dari kita. Dengan begitu cepat kita terpengaruh oleh hal-hal kedagingan yang berpusat kepada kenikmatan duniawi, hal-hal yang mengakibatkan dosa, hanya karena hati kita begitu lemah dan tidak sanggup untuk mengatakan "tidak" kepada segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah. Jika kondisi hati kita seperti ini, akan sanggupkah kita untuk melakukan tugas yang sudah diamanatkan kepada setiap orang percaya? Sebentuk hati yang teguh akan selalu memotivasi kita, mengingatkan kita untuk memberikan yang terbaik dari diri kita bagi kemuliaan Tuhan. Hati yang teguh akan selalu memberi peringatan apabila berbagai bentuk dosa mulai mendekati kita.
Kita tinggal di dalam dunia yang berada dibawah kuasa si jahat seperti yang tertulis di dalam 1 Yohanes 5:19. Setiap saat godaan mengintai kita, setiap saat orang-orang pemberontak dan berkepala batu akan siap meruntuhkan kita. Maka adalah sangat penting bagi anak-anak Allah untuk memiliki hati seteguh intan. Tetaplah jaga dan pelihara diri kita agar tetap memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan. Kita punya tugas yang tak kalah berat hari ini, tapi jangan gentar karena Tuhan siap memberikan hati yang teguh sekeras intan seperti yang diberikanNya kepada Yehezkiel.
Hati seteguh intan akan membuat kita mampu menembus tantangan yang terkeras sekalipun
Friday, April 14, 2023
Intan (3)
(sambungan)
Demikian firman Tuhan: "Lihat, Aku meneguhkan hatimu melawan mereka yang berkepala batu dan membajakan semangatmu melawan ketegaran hati mereka. Seperti batu intan, yang lebih keras dari pada batu Kuteguhkan hatimu; janganlah takut kepada mereka dan janganlah gentar melihat mukanya, sebab mereka adalah kaum pemberontak." (Yehezkiel 3:8-9a). Untuk menghadapi situasi-situasi sulit, bukankah kita membutuhkan hati yang sekeras atau seteguh intan?
Intan memang sangatlah istimewa. Sebagai sebuah mineral yang berasal dari substansi karbon yang mengalami tekanan dan panas sangat tinggi pada kerak bumi dan mengalami proses selama jutaan tahun, intan menjadi sebuah batu yang punya keindahan dan kekuatan luar biasa. Mulai dari proses terbentuknya, keindahan dan pesonanya, hingga tingkat kesulitan tinggi untuk mendapatkannya membuat intan berharga sangat mahal. Tidak hanya keindahannya, tetapi keistimewaan intan pun bisa tampak dari tingkat kekerasannya. Intan bisa memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi yang bisa dijumpai dari alam akibat kerapatan atomnya yang luar biasa padat.
Seperti yang bisa kita baca dalam ayat bacaan di atas, Tuhan sudah mempergunakan intan sebagai contoh untuk menganalogikan anugerahnya dalam meneguhkan hati kepada anak-anakNya sejak jauh hari. Saya tidak tahu apakah pada masa itu sudah ada penelitian yang menyimpulkan bahwa intan adalah batu mineral dengan tingkat kekerasan tertinggi, atau apakah sudah dipakai untuk memotong benda-benda keras, tapi faktanya Tuhan sudah memakai intan untuk menggambarkan seperti apa Dia akan meneguhkan hati kita dalam menghadapi situasi atau/dan orang-orang sulit.
Untuk menghadapi bangsa keras kepala yang memberontak, Allah mengatakan memberikan hati sekeras batu intan agar Yehezkiel sanggup menunaikan tugasnya dengan baik walau tingkat kesulitannya terbilang tinggi. Seperti masa Yehezkiel, ada kalanya kita pun hari ini kesulitan menembus penghalang-penghalang dalam menunaikan tugas-tugas kita. Orang-orang yang disebutkan pemberontak dan berkepala batu seperti yang ada di masa Yehezkiel masih kita jumpai di sekeliling kita hingga hari ini. Situasi-situasi sulit seperti tidak bisa kita lewati karena kita tidak cukup kuat untuk melakukan itu. Seperti mata bor yang tidak akan sanggup menembus kerasnya sebuah benda tanpa memakai intan, seperti itu pula hati kita apabila tidak memiliki kekerasan setara intan.
(bersambung)
Thursday, April 13, 2023
Intan (2)
(sambungan)
Perubahan paradigma yang terus terjadi di dunia cenderung mengarah kepada degradasi moral dan makin jauh dari kebenaran. Jangankan kebenaran, dari sisi sopan santun, tata krama, adat ketimuran dan akhlak saja semua makin terdegradasi. Orang yang jahat makin banyak, orang yang memaksakan kehendak, bersikap intoleran pun semakin terang-terangan ada di sekitar kita. Kalau dulu manusia masih bisa hidup dalam harmoni meski berbeda keyakinan, sekarang fanatisme ekstrim membuat orang berhak memusuhi bahkan melukai atau membunuh orang lain yang berbeda.
Kalau dulu perceraian itu dianggap memalukan, sekarang itu dianggap sebagai realita sosial yang wajar. Kalau dulu orang korupsi itu malu, sekarang malah bangga. Mereka bisa tetap tersenyum sumringah meski sudah memakai baju tahanan di depan wartawan. Bahkan melambaikan tangan seperti superstar. Kalau dulu orang yang gampang marah itu dianggap aneh, sekarang terlihat biasa saja. Alasannya pun bisa sangat banyak sebagai pembenaran. Sudah tahu kalau bermain-main dengan obat-obatan terlarang itu berbahaya, masih saja banyak orang yang melakukannya. Pemakai bisa kehilangan nyawa, pengedarnya pun bisa menghadapi konsekuensi hukum yang tidak main-main, yaitu menghadapi regu penembak yang siap menempatkan peluru di dadanya. Tapi tetap saja setiap hari kita melihat ada yang tertangkap dan ada yang kehilangan nyawanya.
Hidup sekarang makin sulit, dan banyak yang beralasan terpaksa, dan disisi lain tekanan secara mental bisa membuat orang tidak lagi stabil emosinya. Tapi apa benar kita harus melakukan semua yang membinasakan dan lupa kalau Tuhan bisa memberkati kita berlimpah tanpa harus melakukan sesuatu yang berbahaya? Satu hal yang mau tidak mau harus kita akui, penyesatan tetap saja ada dimana-mana. Kalau kita lemah dan lengah, maka kita bisa tersedot masuk ke pusarannya dan kemudian kehilangan kesempatan untuk selamat.
Ribuan tahun yang lalu Yehezkiel harus menghadapi sebuah bangsa yang memberontak terhadap Allah. Itu bukanlah sebuah tugas mudah. Tuhan pun tahu benar akan hal itu. Karenanya, Tuhan tidak hanya menyuruh, Dia juga memperlengkapi Yehezkiel dengan hati yang keras, seteguh intan.
(bersambung)
Wednesday, April 12, 2023
Intan (1)
Ayat bacaan: Yehezkiel 3:8-9a
======================
"Lihat, Aku meneguhkan hatimu melawan mereka yang berkepala batu dan membajakan semangatmu melawan ketegaran hati mereka. Seperti batu intan, yang lebih keras dari pada batu Kuteguhkan hatimu; janganlah takut kepada mereka dan janganlah gentar melihat mukanya, sebab mereka adalah kaum pemberontak."
"Say it with diamonds." Nyatakan cinta dengan batu berlian. Wow. Ini menjadi sebuah keharusan saat mau menikah di jaman modern karena dianggap melambangkan keabadian, kemilau indah dan berharga. Seorang pelanggan saya bercerita bahwa ia lumayan kelimpungan di masa pasca pandemi ini saat hendak menikahkan anaknya. Kalau dulu di masa bapak dan ibu hendak menikah biaya yang dibutuhkan cukup mahar dan pesta ala kadarnya, sekarang ada biaya cincin berlian, foto pre wedding yang membuat biaya makin membengkak. Saya hanya tersenyum, karena gaya hidup di jaman sekarang memang berbeda dari jaman saat orang tua kita. Mau pro atau kontra dengan hal yang sepertinya wajib di jaman sekarang ini, tapi setidaknya kita akan setuju kalau berlian memang sebuah produk batu mulia yang punya nilai tinggi dan indah.
Selanjutnya, apa bedanya intan dan berlian? Begini. Intan adalah batu mulia yang masih mentah alias raw material yang diperoleh dari hasil penambangan. Secara kimia intan merupakan bentuk kristal dari karbon. Sedangkan berlian adalah bentuk jadi dari intan, yang sudah diolah melalui proses penggosokan, pemotongan sesuai kaidah dan siap dijadikan perhiasan. Batu berlian sering digunakan untuk saat-saat spesial seperti pernikahan misalnya, karena seperti yang saya sebut di awal, selain indah dan bernilai tinggi, berlian juga dianggap menggambarkan keabadian. Batu berlian bisa begitu menakjubkan keindahannya karena bisa mendispersikan cahaya sehingga terlihat berkilauan.
Tapi ada lagi keistimewaan intan selain dipakai untuk membuat berlian yang mahal dan indah, dan keistimewaan lain itu adalah tingkat kekerasannya. Intan disebut sebagai batu mineral dengan tingkat kekerasan yang paling tinggi di antara batu-batu lainnya sehingga kerap dipakai untuk memotong benda-benda yang sangat keras. Karena itu intan dipakai sebagai mata bor untuk menembus atau memotong benda-benda dengan tingkat kekerasan yang sangat tinggi.
Dunia yang kita hadapi bukanlah dunia yang mudah. Ada banyak godaan, ada banyak tantangan, dan selain itu ada banyak pula penyesatan yang datang dari berbagai sisi. Ada yang jelas-jelas kasat mata, ada yang terselubung. Saking terselubungnya kita bisa tertipu, bahkan mengira kalau itu adalah sesuatu yang benar kalau kita tidak se-benar-benar-nya mengetahui apa saja Firman Tuhan yang disampaikan di dalam Alkitab.
(bersambung)
Tuesday, April 11, 2023
Representatif Kristus (6)
(sambungan)
Petrus mengatakan "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu" (1 Petrus 3:15-16). Lemah lembut, hormat dan dengan hati nurani yang murni, itulah yang harus menjadi dasar dalam hati kita dalam mewartakan berita keselamatan ini.
Paulus juga mengingatkan hal yang sama dalam suratnya kepada Timotius: "sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran." (2 Timotius 2:24-25).
Jadi pintar-pintarlah dalam menjalankan tugas. Tetap tulus, tapi cerdiklah juga. Perhatikan apa yang menjadi pergumulan mereka, berikan bantuan dengan tulus dan biar hati mereka sendiri yang menilai. Bukan dengan paksaan, apalagi dengan cara menjelekkan. Pilihlah jalan-jalan yang bijaksana dengan dasar kasih sehingga kita bisa menjamah hati orang lain untuk mengenal Yesus dengan baik dan benar. Dan yang tak kalah penting, kenali betul 'produk-produk' Kekristenan, agar kita bisa menjadi representatif yang baik. Ingatlah baik tidaknya kita akan terlihat dari buah yang dihasilkan. Semua petunjuk dan pelajaran penting ada di dalam Alkitab, sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengenal Kristus secara benar.
Pakai seni ular dan merpati dalam mewartakan keselamatan
Monday, April 10, 2023
Representatif Kristus (5)
(sambungan)
Ingatlah dua hukum yang terutama seperti yang dikatakan Yesus dimana didalamnya tercakup seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu...Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37,39). Ingatlah bahwa "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.." (1 Korintus 13:4-5). Tidak ada tempat untuk kasar, memaksa, tidak sopan dan sebagainya dalam kasih, dan ketika kita berjalan dengan dasar kasih, maka kita pun seharusnya melakukan semuanya dengan sikap-sikap seperti yang dijelaskan dalam ayat tersebut.
Lihat pula apa kata Paulus berikut: "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku." (1 Korintus 13:1-3).
Paulus mengatakan bahwa tanpa adanya kasih, sehebat apapun dia dalam misinya, sebesar-besarnya kemampuan rohani, talenta dan kemampuan yang ada, dia tidak akan bisa berhasil. Kasih akan memampukan kita melakukan tugas dengan elegan. Kasih akan membuat kita memandang orang lain dengan keramahan dan kelembutan, dan menjauhkan kita dari sikap-sikap yang negatif dan tidak terpuji.
Dahulu Yesus melihat melihat ada banyak orang yang terlantar yang butuh pertolongan. "Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala." (Matius 9:36). Pemandangan yang sama pun masih ada hingga hari ini. Kita bisa mengenalkan Yesus, Gembala yang baik kepada orang lain, namun perhatikan baik bagaimana cara kita untuk melakukannya. Lewat pemaksaan, kasar atau menjelek-jelekkan jelas bukan pilihan. Bersikap tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular, itu seninya yang seharusnya kita lakukan, dan keduanya harus pula berjalan beriringan. Cerdik tapi tidak tulus itu tidak baik, sebaliknya tulus tapi tidak cerdik pun tidak baik juga.
(bersambung)
Sunday, April 9, 2023
Representatif Kristus (4)
(sambungan)
Lebih lanjut mengenai cerdik dalam ayat ini, bahasa Yunani yang dipakai dalam ayat bacan kita Matius 10:16 adalah ' phronimos', yang dalam bahasa Inggrisnya adalah wise, prudent and intelligent, alias bijaksana, memiliki wawasan atau pandangan ke depan dan cerdas. Maka kata 'kecerdikan' di ayat ini berbicara tentang kecerdasan saat ini yang berdampak bagi masa depan. Jadi bukan licik yang merugikan orang lain demi kepentingan sendiri.
Kenapa ular yang diambil Yesus sebagai contoh? Ular yang merupakan hewan dengan citra negatif sejak jaman Adam dan Hawa? Ada banyak hal yang menarik mengenai ular. Lihatlah bahwa matanya sebenarnya terlalu rabun untuk melihat. Tapi ular memiliki kemampuan heat dan sense censor yang membuat mereka mampu mengenali mangsa dan bahaya di sekitar mereka. Gerakan mereka yang tidak bisa berlari tapi cuma merayap membuat mereka bisa jadi rentan. Mereka tidak bisa menyergap atau menerkam, tapi ular tetap dapat bereaksi cepat sesuai sensor mereka. Bagi saya, Yesus sangat tepat mengambil ular sebagai gambaran dari 'phronimos' yaitu kemampuan untuk membaca situasi secara cerdas dan bereaksi sesuai kondisi atau yang dibutuhkan. Tulus, tapi cerdik/cerdas, itu harus dimiliki oleh kita. Tanpa itu, akan sangat sulit sekali kalaupun mungkin, untuk kita bisa menjalankan Amanat Agung.
Tidak satupun firman Tuhan yang mengajarkan kita untuk bersikap kasar atau memaksakan kehendak. Itu bukan cara yang benar menurut kekristenan. Tidak dalam hal pekerjaan atau kehidupan, apalagi dalam menyebarkan Injil. Kita justru diingatkan untuk memiliki hati yang lemah lembut. Lihatlah pesan yang sangat indah dan esensial dalam Kolose berikut: "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan." (Kolose 3:12-14). Ini sikap yang seharusnya ada pada kita dalam menjalani kehidupan kita termasuk didalamnya untuk menjalankan tugas sesuai dengan Amanat Agung.
(bersambung)
Saturday, April 8, 2023
Representatif Kristus (3)
(sambungan)
Kalau dengan sesama murid Yesus saja sikapnya seperti itu, bayangkan gambaran seperti apa yang diperoleh mereka yang ada di luar. Jika itu yang dipertontonkan, bukannya menjadi garam dan terang tetapi mereka malah menjadi batu sandungan bagi orang lain. Jangankan membawa jiwa, dekat saja mungkin tidak ada yang mau, atau malah membuat orang pergi menjauh. Jangankan tertarik, yang ada anti pati.
Bersikap buruk sama sekali bukanlah gambaran sikap yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan. Melakukannya harus dengan seni, dan menurut Yesus seni yang pas adalah seperti ular dan merpati. Yesus mengatakan seperti ini: "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati." (Matius 10:16).
Seringkali medan yang kita hadapi itu berat, kita harus berhadapan dengan situasi-situasi yang beresiko, penolakan dan lain sebagainya, bahkan bisa jadi ada ancaman dan tindak-tindak kekerasan yang berpotensi untuk terjadi. Dalam posisi seperti itu bisa jadi kita bagaikan domba ditengah serigala. Domba dilempar di tengah-tengah serigala? Kalau tidak pintar-pintar, habislah kita.
Oleh karena itulah kita diingatkan agar pintar memilih momen dan bersikap. Tetap tulus seperti merpati, bukan karena adanya agenda-agenda pribadi tetapi semata-mata atas dasar kerinduan membawa kabar keselamatan kepada banyak orang. Disamping tulus, hendak pula kita cerdik dalam melakukannya. Bukan dengan paksaan, kasar, dengan menjelek-jelekkan, atau melakukan bentuk-bentuk negatif yang membuat risih orang lain. Melakukan dengan tulus atas dasar kasih dan mengambil jalan-jalan yang baik, elegan dengan rasa hormat dan lemah lembut, itulah yang seharusnya kita pilih dalam mewartakan Injil keselamatan kepada orang lain.
(bersambung)
Friday, April 7, 2023
Representatif Kristus (2)
(sambungan)
Sadar atau tidak, kita pun seharusnya menjadi representatif dari Kerajaan Allah, mewartakan kebenaran dan keselamatan yang sudah dianugerahkan Allah Bapa lewat Yesus. Pertanyaannya, seperti apa kita merepresentasikan Kerajaan Allah beserta kebenaran dan keselamatan di dalamnya dalam hidup kita bermasyarakat? Apakah kita sudah mengenal betul prinsip-prinsip Kerajaan, atau kita hanya tahu sedikit-sedikit atau malah tidak tahu apa-apa mengenai hal itu? In short, what kind of Christian are we?
Betapa seringnya kita gagal menjadi representatif yang baik karena kita tidak paham betul mengenai kekristenan. Kita pikir menjadi Kristen saja sudah cukup, dan kita tidak ambil pusing mengenai apa dan bagaimana kita hidup ditengah masyarakat. Di satu sisi kita mengaku pengikut Kristus, tapi di sisi lain kita tidak mencerminkan Kristus secara benar lewat hidup kita. Orang tidak mendapatkan gambaran yang benar dan utuh tentang Kristus. Bersikap kasar, diskriminatif, curang, culas, itu masih banyak menjadi bagian hidup 'the so called Christians', sehingga bukannya kebenaran, keadilan, keramahan/kesopanan, damai sejahtera, bahagia yang ada bersama kita tapi justru sebaliknya, sehingga figur Kristus yang kita representasikan justru mendapatkan gambaran negatif dari mereka yang belum mengenalNya.
Selain itu, kita juga seringkali gagal melakukan Amanat Agung yang ditugaskan Yesus sendiri sebelum Dia naik ke Surga karena tidak tahu mengambil momen yang tepat. Ada banyak anak-anak Tuhan yang merasa bertanggung jawab untuk mewartakan berita keselamatan, tetapi sayang sekali ada banyak pula dari mereka yang tidak tahu seni melakukan itu secara elegan. Akibatnya mereka terjebak untuk mengikuti cara-cara dunia. Memaksakan kehendak dengan kasar atau bahkan kekerasan. Atau menganggap perlu untuk menjelek-jelekkan orang lain terlebih dahulu agar apa yang mereka sampaikan bisa diterima.
Ada beberapa teman yang pernah bercerita bahwa mereka pernah bertemu dengan orang-orang yang bersikap seperti ini. Mereka memaksakan kehendak dan mudah marah ketika orang tidak mengikuti kemauan mereka, hanya karena mereka berasal dari denominasi yang berbeda. Mereka begitu mudahnya menjelek-jelekkan gereja dan jemaat selain mereka dan bersikap sangat tidak simpatik.
(bersambung)
Thursday, April 6, 2023
Representatif Kristus (1)
Ayat bacaan: Matius 10:16
====================
"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati."
Di jaman seperti sekarang, sebuah produk bukan usaha lagi hanya tergantung pada kualitas semata tetapi juga banyak faktor, termasuk layanan purna jual. Ada banyak perusahaan yang menyediakan nomer hotline 24 jam yang akan bisa menangani pertanyaan, masalah atau keluhan dari konsumen, dan ini termasuk salah satu kelengkapan yang penting keberadaannya, bahkan termasuk penting atau vital bagi sebagian perusahaan. Para customer service ini sadar atau tidak kerap menjadi tolok ukur bagi konsumen dalam menilai apakah sebuah perusahaan baik penghasil produk maupun jasa itu kualitasnya baik atau buruk.
Karena itu, perusahaan yang menyadari hal ini tentu akan mempersiapkan mereka dengan baik. Mengenal seluruh produk dengan baik dan benar, prosedur penanganan keluhan atau masalah, sigap dan lugas dalam menjawab berbagai pertanyaan, dan yang seringkali terpenting: ramah. Apalagi kalau itu menyangkut penanganan komplain, karena mereka yang komplain biasanya sedikit banyak sudah ada rasa kesalnya, sehingga sedikit saja tersulut maka akan mudah marah.
Dari pengamatan saya, semakin lama memang para customer service ini rata-rata semakin baik servisnya. Kalau dulu saya masih sering menemukan customer service yang tidak menguasai bidangnya, atau menjawab kurang baik. Jika bertemu model yang seperti ini, selain bisa bikin kesal, kita juga sulit untuk mendapatkan solusi, seringnya kita harus bolak balik menghubungi mereka untuk mendapatkan kejelasan.
Seperti yang saya sebut di awal, mereka ini bisa jadi ujung tombak terdepan yang merepresentasikan perusahaan ke konsumen. Artinya, baik buruknya perusahaan dikenal orang akan sangat tergantung dari seperti apa kualitas dan attitude dari representatifnya.
Sadar atau tidak, kita pun seharusnya menjadi representatif dari Kerajaan Allah, mewartakan kebenaran dan keselamatan yang sudah dianugerahkan Allah Bapa lewat Yesus.
(bersambung)
Wednesday, April 5, 2023
Lupa Akan Kebaikan Tuhan Di Waktu Lalu (4)
(sambungan)
Tuhan pasti tahu kesulitan kita saat ini dan apa yang masih harus kita hadapai dalam perjalanan kita ke depan. Dia ingin agar kita tahu betul bahwa penyertaanNya lebih dari sanggup untuk mengangkat kita lebih tinggi dari persoalan dan krisis yang terjadi nyata saat ini. Bahkan Tuhan sudah mengatakan bahwa di dalam kelemahan kita justru kuasaNya menjadi sempurna. (2 Korintus 12:9). Itu seharusnya bisa menyadarkan kita betapa cukupnya karunia Tuhan bagi kita. Kalau mau lihat lebih banyak bukti, bacalah Alkitab anda. Berbagai kisah dalam Alkitab, seperti kisah bangsa Israel di masa Musa adalah bukti kuat akan kuasa Tuhan. Saya masih terus mendengar dan membaca berbagai kesaksian yang dialami banyak orang hingga hari ini pun bisa menjadi bukti nyata bahwa Tuhan masih terus bekerja hingga kini.
Mungkin memang sudah menjadi sifat dasar manusia untuk mudah cemas, tapi justru karena itulah baik bagi kita untuk mengingatkan diri sendiri tentang segala sesuatu yang pernah dibuat Tuhan di waktu lalu. Kita harus tetap percaya dengan iman yang teguh, terus bersyukur dan memuliakan Tuhan, bertekun dalam doa, rajin membaca, merenungi dan melakukan firman Tuhan, sambil terus melakukan pekerjaan dan tanggung jawab kita dengan sebaik mungkin. Percayalah, Tuhan tidak akan membiarkan satu pun anak-anakNya terlantar.
Jika ada diantara anda yang diliputi kekuatiran hari ini, serahkanlah semuanya pada Tuhan dan pegang janjiNya. "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Mari kita jalani tahun yang katanya berat ini dengan kepercayaan penuh kepadaNya. Hari ini juga, marilah kita belajar dari bukti penyertaan Tuhan di masa lalu agar kita kuat melangkah ke depan tanpa rasa takut dan gentar.
"Jangan takut, percaya saja!" (Markus 5:36)
Tuesday, April 4, 2023
Lupa Akan Kebaikan Tuhan Di Waktu Lalu (3)
(sambungan)
Mari kita perhatikan perkataan Yesus: "Hai orang-orang yang kurang percaya!" Kalimat yang sama dikatakan Yesus ketika angin ribut melanda perahu yang sedang Dia tumpangi bersama murid-muridNya. Para murid ketakutan melihat angin ribut dan gelombang badai. Dan Yesus menegur dengan kalimat yang sama: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?"(Matius 8:26). Yesus sampai mengatakan berulang-ulang, itu menunjukkan bahwa murid-murid pun berulang kali menunjukkan keraguan mereka.
Berulang kali Yesus mengingatkan, berulang kali pula para murid ketakutan. Bukankah hal yang sama masih saja terjadi pada kita hari ini, masih sering diliputi ketakutan meski kita pun adalah murid Kristus dan sudah pula mengalami banyaknya kebaikan dariNya?
Sekarang coba bayangkan seandainya kita ada di pihak Yesus, tidakkah itu mengecewakan dan sangat mendukakan hati? Kita mengaku percaya, tetapi iman kita tidak cukup kuat untuk benar-benar percaya secara nyata. Kita mengaku punya Yesus, tapi kita terus saja dibelenggu ketakutan. Murid-murid Yesus seperti itu, kita pun sama. Meski kita sudah berulang kali menyaksikan kebaikan Tuhan melepaskan kita dari berbagai masalah, tetap saja kita takut dan takut lagi dalam menatap hidup. Itu tidak boleh kita biarkan berlarut-larut.
Benar, kita tidak boleh terbelenggu dengan masa lalu dan terus menatap ke depan. Tapi disisi lain kita pun harus bisa belajar dari pengalaman-pengalaman di masa lalu. Termasuk pula didalamnya untuk jangan melupakan segala berkat dan mukjizat Tuhan yang sudah pernah Dia lakukan dalam sejarah panjang manusia, bahkan dalam kehidupan kita masing-masing atau orang-orang yang dekat dengan kita. Kalau Tuhan mampu melakukan itu di masa lalu, sekarang pun Dia sanggup, di masa depan pun Dia tetap sanggup.
(bersambung)
Monday, April 3, 2023
Lupa Akan Kebaikan Tuhan Di Waktu Lalu (2)
(sambungan)
Sadarilah bahwa rasa takut, kuatir apalagi panik membuat iman kita justru melemah. Itu bisa membuat daya juang kita anjlok drastis dan malah bisa mendatangkan masalah baru. Jadi kalau itu kita biarkan, kita sendiri yang rugi. Bukan cuma kita tapi orang lain pun bisa terkena dampaknya. Alih-alih menjadi berkat, jangan-jangan kita malah jadi batu sandungan.
Masalah mudah takut lantas lupa akan pertolongan Tuhan di masa lalu sepertinya memang menjadi kebiasaan manusia alias masalah klasik alias sudah terjadi sejak dahulu, bahkan para para murid Yesus sendiri. Padahal kalau dipikir-pikir, apa yang harus mereka takutkan kalau Yesus ada tepat disamping mereka secara fisik? Dan bukankah mereka sudah berulangkali melihat bagaimana mukjizat dilakukan Yesus di depan mereka? Tapi tetap saja mereka cepat merasa cemas.
Ambil contoh tidak lama setelah mereka menyaksikan bagaimana Yesus mampu membuat 5 roti dan 2 ikan menjadi cukup untuk memberi makan 5000 orang laki-laki, belum termasuk wanita dan anak-anak. Itu adalah mukjizat luar biasa yang mereka saksikan dengan mata dan kepala sendiri. Tapi ternyata, mereka masih juga memperbincangkan soal kelupaan mereka membawa roti ketika menyeberangi danau.
Kisah ini bisa dilihat dalam perikop pembuka di Matius 16. Ketika itu Yesus mengingatkan mereka agar waspada terhadap ragi orang Farisi dan Saduki. Lihatlah lucunya reaksi mereka. "Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak membawa roti." (Matius 16:7). Lihatlah, belum apa-apa mereka sudah menunjukkan kecemasannya dengan mengaitkan ucapan Yesus dengan kealpaan mereka membawa roti. Maka Yesus pun menegur mereka. "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya! Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian?" (ay :8-9).
(bersambung)
Sunday, April 2, 2023
Lupa Akan Kebaikan Tuhan Di Waktu Lalu (1)
Ayat bacaan: Matius 16:8
===================
"Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya!"
Bagaimana kabar teman-teman setelah memasuki bulan ke 4 tahun 2023 ini? Puji Tuhan kalau anda baik-baik saja. Bagi yang terdampak secara ekonomi akibat masa pandemi yang berlangsung sangat lama dan situasi secara global yang masih saja penuh riak, ditambah kondisi politik menjelang tahun depan yang panasnya sudah dimulai bahkan sejak tahun lalu, semoga keadaan anda sudah membaik dibanding tahun lalu. Jika belum, anda tidak sendirian. Mari kita sama-sama bersabar dan terus berjuang. Jangan lupa tetap jalani bersama Tuhan, dan jangan lupa pula mengingat semua yang Tuhan pernah berikan atau lakukan pada anda dan keluarga.
Bagi kita yang keadaannya masih belum membaik sesuai seperti yang kita harapkan,akan mudah bagi kita untuk cemas, kuatir atau bahkan takut. Takut itu adalah sesuatu yang manusiawi kan? Benar. Ada kalanya rasa takut akan sesuatu bisa positif dalam artian membuat kita lebih hati-hati dan lebih giat berusaha. Tetapi rasa takut terus menerus secara berlebihan sama sekali tidak produktif dan hanya akan menambah masalah saja. Sementara rasa takut membuat kita lemah, itu pun tidak membawa manfaat apa-apa bagi kesehatan kita.
Sayangnya ada banyak orang yang lebih suka memanjakan rasa takutnya, mempergunakan energi yang ada untuk memanjakan rasa takut ketimbang memakainya untuk mencari solusi dan memperkuat hubungan dengan Tuhan. Kecenderungan manusia adalah terlalu sibuk fokus melihat masalah dan lupa bahwa sepanjang hidup kita, campur tangan Tuhan ternyata sudah berulang kali melepaskan kita dari masalah tersebut. Kalau kita balik pola pikir kita dengan: jika dulu Tuhan bisa, kenapa sekarang tidak, itu akan jauh lebih baik buat kita. Tapi ya, seringnya kita melupakan itu. Kesukaran dan tekanan itu faktual dan real time, itu membuat pikiran kita seringkali tidak cukup untuk berpikir jernih. But that's one of the challenges, karena kalau kita mampu mengarahkan pikiran dan pandangan kita ke arah yang bukan masalah faktual yang tengah kita alami, itu akan membuat kita jauh lebih baik.
(bersambung)
Saturday, April 1, 2023
Pilihan Dalam Kehidupan (5)
(sambungan)
Hidup sesungguhnya penuh dengan pilihan. Firman Tuhan berkata: "Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka." (Ulangan 30:19-20).
Sebuah pertanyaan, kenapa harus ada pilihan yang membutuhkan pengambilan keputusan dari kita jika Tuhan mau kita semua selamat? Bukankah lebih mudah jika kita dibuat untuk ikut saja seperti robot yang diprogram? No, Tuhan membentuk kita sebagai manusia, bukan robot. Tuhan membentuk kita sebagai pribadi-pribadi yang dibuat mengambil gambar diriNya dan Dia ingin berinteraksi dengan kita, anak-anakNya, bukan menjadikan kita robot terprogram. Karena itu kita diberi kehendak bebas. Kehendak bebas membuat kita diijinkan untuk memutuskan apa yang akan menjadi pilihan kita. Dari satu pilihan kepada pilihan lain, itulah hidup kita. Satu pilihan salah akan mengarahkan anda untuk melakukan pilihan lainnya yang salah. Kalau pilihan yang salah yang terus terjadi, kita akan gagal mengalami hidup sesuai rencana Tuhan.
Lalu bagaimana agar kita tidak mengambil pilihan keliru? Base your life on the bible. Itu kuncinya. Disana segala hal esensi tentang kebenaran sudah ada, itu adalah panduan bagi kita dalam menjalani hidup dengan benar dalam kemerdekaan, kehendak bebas yang ada pada diri kita. Jika kita malas atau enggan mendalami Alkitab, kita tidak akan tahu apa yang benar dan salah, sehingga keputusan-keputusan kita berpotensi besar untuk keliru. Saya sudah mengalami hal itu sehingga saya paham betul konsekuensinya berdasarkan pengalaman saya sendiri.
Mengikuti rencana Tuhan mungkin tidak serta merta mudah. Mungkin ada penderitaan di dalamnya, mungkin ada yang harus kita korbankan, sesuatu yang bisa jadi begitu kita nikmati, kesulitan dan sebagainya. Tapi itu semua pasti membentuk karakter anda lebih kuat dan mengerti bahwa anda harus mengandalkan Tuhan lebih dari apapun. Saat ini terlihat berat, tetapi percayalah pada akhirnya kita akan menerima segala janji Tuhan tanpa kurang sedikitpun. PMari belajar lewat Musa dan imannya. Kapanpun anda dihadapkan pada pilihan, pastikan anda mengambil pilihan yang tepat. Pastikan berkat yang menjadi bagian anda, bukan kutuk.
Life is full of choice. One thing lead to another. Make sure to make the right decision in every step
Kacang Lupa Kulit (4)
(sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...