Ayat bacaan: 2 Tawarikh 15:7
======================
"Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!"
Jika anda seorang pekerja keras, anda tentu paham betul dengan sebuah kata bernama semangat. Semangat bukanlah tenaga, tetapi seringkali punya kekuatan besar yang mampu mendorong kita untuk terus maju meski tenaga sudah terkuras. Dan seringkali semangatlah yang justru berperan penting dalam keberhasilan seseorang. Semangat bisa kembali memulihkan stamina dan kekuatan untuk terus berjuang walau tubuh dan pikiran sedang terasa lemah. Dan kita bisa lihat dengan mudah dari pengalaman banyak orang bahwa sepintar apapun kita, tanpa adanya semangat maka kita tidak akan bisa berbuat banyak untuk mencapai kesuksesan. Bukankah kita sering membaca, mengetahui atau bahkan mengenal orang-orang dengan tingkat pendidikan relatif rendah tetapi semangat juang mereka membuat mereka akhirnya bisa berhasil dalam perjuangannya?
Orang banyak mengira bahwa keberhasilan hanya tergantung dari kepandaian atau tingkat pendidikan saja seperti yang diajarkan dunia. Lihatlah lowongan-lowongan pekerjaan yang mengharuskan gelar agar dapat bekerja, ditambah lagi peraturan negara yang malah ikut-ikutan melihat tingginya gelar ketimbang hal lainnya. Padahal punya semangat juang tinggi atau tidak akan sangat menentukan ketahanan seseorang dalam menghadapi masalah dalam pekerjaannya dan sampai sejauh mana ia mampu memperoleh pencapaian-pencapaian dengan tingkat keberhasilan memuaskan. Saya tidak anti gelar, saya tidak anti pendidikan. Saya tahu itu sangat penting. Tetapi yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kita jangan sampai melupakan faktor yang dinamakan semangat dalam diri kita. Jangan sampai itu redup karena tidak pernah kita anggap penting, karena selain itu sangat berguna terutama dalam menghadapi saat-saat berat, Bagaimana dengan Tuhan? Apakah Tuhan menghargai yang namanya semangat? Pentingkah semangat di mata Tuhan?
Dengarlah. Tuhan pun sangat menghargai semangat tinggi dari anak-anakNya. Kita bisa melihat hal tersebut dalam begitu banyak ayat dalam Alkitab. Salah satunya adalah ayat bacaan hari ini yang diambil dari kisah dalam kitab 2 Tawarikh pasal 15. Disana dikisahkan tentang seorang raja bernama Asa yang melakukan reformasi terhadap bangsa Yehuda yang dipimpinnya. Sebelum ia melakukannya, ia terlebih dahulu didatangi oleh nabi Azarya bin Oded yang rupanya diberikan mandat langsung dari Allah untuk menyampaikan pesan khusus untuk sang raja. Rangkaian pesan dari Allah pun disampaikan, dan salah satu diantara pesan itu ternyata mengenai semangat. "Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!" (2 Tawarikh 15:7). Perhatikan bahwa Tuhan menjanjikan upah bagi orang-orang yang memiliki semangat tinggi dan punya mental baja. Syukurlah Asa mendengar pesan itu, dan proses reformasi menyeluruh pun ia lakukan. Alkitab pun kemudian mencatat hasil signifikan dari usahanya. "Tidak ada perang sampai pada tahun ketiga puluh lima pemerintahan Asa." (ay 19). Ini sebuah pencapaian besar mengingat pada saat itu perang begitu sering terjadi.
Lebih lanjut mengenai semangat bisa kita lihat dari Amsal Salomo. "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14). Semangat mampu memberi kekuatan untuk menanggung penderitaan dan beban berat. Tetapi apa yang bisa kita perbuat ketika kita tidak memiliki semangat lagi? Orang yang patah semangat cenderung sulit untuk bangkit. Semakin lama dibiarkan, semakin sulit pula untuk pulih, dan semakin jauh pula seseorang dari keberhasilan dan peningkatan serta kemajuan.
Jika anda pernah mengalaminya, anda tentu tahu itu. Semangat bisa berfungsi bagaikan bahan bakar yang membuat kita bisa terus maju. Tanggung jawab yang besar ataupun kecil apabila dilakukan dengan antusiasme, gairah dan semangat yang tinggi akan mampu kita selesaikan dengan hasil terbaik. Sebaliknya jangan pernah bermimpi untuk menggapai sesuatu yang besar jika semangat tidak kita miliki.
Masalah boleh saja datang, tetapi semangat juang yang tinggi apabila kita miliki akan mampu memberi perbedaan yang sangat besar dalam memperoleh hasil akhirnya. Kita harus ingat bahwa Tuhan sudah menjanjikan penyertaanNya. Dan Tuhan yang menjanjikan itu adalah Tuhan yang setia. Dia mau agar kita hidup di dalam rencanaNya, dimana Dia akan membimbing dan menyertai kita dalam setiap langkah untuk menuai apa yang telah Dia sediakan bagi kita. Kalau begitu kenapa kita harus mudah patah semangat dalam menghadapi berbagai ujian atau tekanan? Berbagai problema kehidupan datang silih berganti, dan kita harus menghadapinya dengan semangat. Itu akan menguatkan kita untuk terus bertahan melewati batu-batu ujian dan mengatasinya dengan baik. Ada upah yang disediakan Tuhan bagi mereka yang tahan banting dalam membangun usahanya. Selain lewat kisah dalam 2 Tawarikh di atas, Paulus juga kembali menegaskan hal itu seperti yang bisa kita baca dalam kitab 2 Korintus. "Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." (2 Korintus 3:14).
Mari kita masuki tahun yang baru dengan semangat baru. Mungkin tahun yang akan kita tinggalkan ini tidak ringan, dan tahun yang baru mungkin akan punya kesusahannya sendiri. Tapi apapun yang akan anda hadapi, hadapilah dengan semangat. Percayalah kepada janji-janji Tuhan, rasakan kebaikan dan penyertaanNya dan terus pegang itu dengan iman. Itu seharusnya lebih dari cukup untuk menumbuhkan dan mengobarkan semangat dalam diri anda, dan tentu saja menjaga agar baranya jangan sampai meredup. Jangan pernah lupa bahwa Tuhan menjanjikan upah bagi orang-orang yang memiliki semangat tinggi dan tahan uji. Ada banyak orang biasa yang tampil luar biasa dengan bermodalkan semangat juang tinggi yang pantang menyerah. So let's become one of them. Selamat tahun baru, isilah dengan semangat baru. Tuhan memberkati anda semua.
Tahun baru, semangat baru, pencapaian baru
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, December 31, 2015
Wednesday, December 30, 2015
Hati untuk Tuhan
Ayat bacaan: 1 Petrus 3:15
==================
"Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!"
Stetoskop adalah alat yang sangat identik dengan dokter dan dunia medis. Penemuan yang ada sejak awal tahun 1800an ini memungkinkan dokter untuk memeriksa suara dalam tubuh seperti suara jantung, pernafasan atau juga aliran darah, bagian usus/pencernaan dan sebagainya. Apabila stetoskop sanggup dipakai bukan hanya untuk memeriksa normal tidaknya keadaan diri kita lewat suara, bagaimana jika alat itu juga bisa memeriksa kondisi hati kita dari sisi keimanan? Apa yang ada dalam hati kita saat ini, apakah isinya Firman Tuhan dengan kerinduan untuk mengaplikasikannya secara langsung, hati yang mengasihi Tuhan dan sesama, atau hati yang terus mengejar harta benda dan sebagainya yang menurut pengajaran dunia mampu menjamin kebahagiaan kita? Apa isinya hati kita dan kemana orientasinya?
Saat menerangkan tentang hal mengumpul harta dalam Matius 6:19-24, Yesus agar mengingatkan agar jangan salah oritentasi dalam mengumpul harta. Bukan harta di bumi yang penting untuk dikumpulkan tapi di surga. Kebanyakan orang keliru mengira bahwa sebuah hidup yang berpusat pada pengumpulan harta kekayaan bisa menjamin kebahagiaan dan kesempurnaan hidup. Pada kenyataannya seringkali tidak demikian. Bukankah kita sering melihat hal tersebut, atau mungkin pernah mengalaminya? Kalau kata Yesus harta di dunia itu ada ngengat, karat dan pencuri yang siap menghabiskan berapapun jumlahnya dalam sekejap mata, itu sudah seringkali terbukti benar. Saya sendiri pernah mengalaminya dan sejak itu mengerti bahwa mementingkan uang dalam hidup adalah sesuatu yang sia-sia dan keliru.
Tuhan Yesus mengatakan "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). Coba renungkan, saya percaya cepat atau lambat anda akan sampai pada kesimpulan bahwa apa yang dikatakan Yesus itu sangatlah benar. Kita akan selalu menaruh seluruh hati kita kepada apa yang kita anggap paling berharga. Pertanyaannya, dimana kita meletakkan hati kita hari ini? Apakah masih pada hal-hal yang didoktrin oleh dunia sebagai penjamin kebahagiaan atau kepada Penjaga Israel yang tidak terlelap dan tidak tertidur (Mazmur 121:4)? Pertanyaan kedua, jika kita mengaku meletakkan Yesus pada posisi paling utama, sebagai apa kita menempatkanNya? Apakah sebagai Tuhan atau hanya sebagai provider harta, bodyguard, dokter dan sejenisnya? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting yang harus sering-sering kita periksa agar jangan sampai ada motivasi-motivasi yang bergeser dalam hati kita.
Secara umum ada tiga kerajaan yang bisa bertahta di hati manusia. The Kingdom of Myself yang menempatkan semuanya pada diri sendiri, The Kingdom of Evil yang berpusat pada iblis dan segala kejahatannya, atau The Kingdom of God yang menempatkan Tuhan sebagai yang memerintah dan berkuasa dalam diri kita. Dimana hati kita berada hari ini? Sebuah ayat yang dengan tegas menyebutkan apa yang seharusnya kita camkan dalam hati kita. Anggaplah diri kita seperti sebuah lembaga kerajaan, maka siapa yang memimpin akan sangat menentukan seperti apa diri kita. Kalau kita menyadari hal ini, maka kita harus menentukan siapa yang menjadi pemimpin di dalamnya.
Petrus mengatakan sebuah pesan penting yang berbunyi sangat tegas: "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!" (1 Petrus 3:15). Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "But in your hearts set Christ apart as hold (and acknowledge Him) as Lord." Ada versi lain pula yang mengatakannya dengan "Sanctify the Lord God in your hearts." Dari versi-versi tersebut kita bisa melihat bahwa itu berarti kita harus menguduskan, menjadikan dan mendeklarasikan atau mendedikasikan Yesus sebagai Penguasa tertinggi dalam hidup kita. Dan Petrus secara jelas mengatakan bahwa itu semua di mulai dari hati. Hatilah yang menjadi pusat kerajaan, dan siapa yang berkuasa disana akan sangat menentukan siapa dan bagaimana diri kita hari ini.
Begitu pentingnya hati, maka Alkitab berbicara banyak mengenai pentingnya menjaga hati tersebut. Sebuah ayat dalam Amsal berkata: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Mengapa hati harus dijaga dengan segala kewaspadaan? Lewat Yesus kita bisa mengetahui alasannya. "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan." (Markus 7:21-22). Ini adalah sebuah daftar yang mengerikan. Dan Dia berkata: "Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (ay 23). Jika demikian, adalah sangat penting bagi kita untuk menguduskan hati kita lalu terus mempertahankan dan menjaga kekudusannya. Itu tidak mungkin kita lakukan jika kita membiarkan hal-hal selain Tuhan Yesus untuk menjadi Penguasa di dalamnya. Sebagaimana nasib sebuah negara atau kerajaan akan sangat tergantung dari siapa pemimpin atau rajanya, seperti itu pulalah hidup kita. Dan hati, sebagai pusat dari kehidupan butuh Sosok Pemimpin yang benar.
Kembali kepada ayat bacaan kita diatas, kita kembali diingatkan kali ini lewat Petrus. "sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:16). Hal ini harus dicermati dengan sangat serius, "sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14). Agar bisa menjadikan Yesus sebagai Raja yang bertahta dalam hati kita, kita harus benar-benar menjaga hati kita, mematikan segala sesuatu yang bisa merusak atau menggagalkan hal itu. Keinginan daging, hawa nafsu, godaan-godaan, pengaruh-pengaruh buruk dan lain-lain, semua itu haruslah bisa kita matikan. Tanpa itu hati kita tidak akan pernah bisa memperoleh Raja yang tepat. Firman Tuhan berkata "Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu." (Yakobus 4:10).
Sadar atau tidak, ada banyak hal di dalam diri kita masing-masing yang sebenarnya ingin memegang kendali atas hidup kita. Jangan-jangan Tuhan sudah terpinggirkan sejak lama dalam hati kita, hanya menempati sebagian kecil saja disana atau bahkan sudah tidak lagi punya tempat, sementara hal-hal lainnya justru lebih berkuasa atas diri kita. Kita mungkin merasa itulah arti dan nilai kebebasan, padahal disanalah kita justru terbelenggu dan terus menuju kepada kematian yang kekal. Sesungguhnya sebuah kebebasan atau kemerdekaan sejati hanya akan datang jika kita mengijinkan Yesus sendiri untuk berkuasa atas hati dan hidup kita. Siapa yang menjadi raja atas diri kita hari ini? Mari periksa hati kita masing-masing, dan tetapkanlah dengan benar, karena itu akan sangat menentukan arah hidup kita.
Hidup yang dipimpin Tuhan akan membawa kita ke dalam jalan keselamatan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==================
"Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!"
Stetoskop adalah alat yang sangat identik dengan dokter dan dunia medis. Penemuan yang ada sejak awal tahun 1800an ini memungkinkan dokter untuk memeriksa suara dalam tubuh seperti suara jantung, pernafasan atau juga aliran darah, bagian usus/pencernaan dan sebagainya. Apabila stetoskop sanggup dipakai bukan hanya untuk memeriksa normal tidaknya keadaan diri kita lewat suara, bagaimana jika alat itu juga bisa memeriksa kondisi hati kita dari sisi keimanan? Apa yang ada dalam hati kita saat ini, apakah isinya Firman Tuhan dengan kerinduan untuk mengaplikasikannya secara langsung, hati yang mengasihi Tuhan dan sesama, atau hati yang terus mengejar harta benda dan sebagainya yang menurut pengajaran dunia mampu menjamin kebahagiaan kita? Apa isinya hati kita dan kemana orientasinya?
Saat menerangkan tentang hal mengumpul harta dalam Matius 6:19-24, Yesus agar mengingatkan agar jangan salah oritentasi dalam mengumpul harta. Bukan harta di bumi yang penting untuk dikumpulkan tapi di surga. Kebanyakan orang keliru mengira bahwa sebuah hidup yang berpusat pada pengumpulan harta kekayaan bisa menjamin kebahagiaan dan kesempurnaan hidup. Pada kenyataannya seringkali tidak demikian. Bukankah kita sering melihat hal tersebut, atau mungkin pernah mengalaminya? Kalau kata Yesus harta di dunia itu ada ngengat, karat dan pencuri yang siap menghabiskan berapapun jumlahnya dalam sekejap mata, itu sudah seringkali terbukti benar. Saya sendiri pernah mengalaminya dan sejak itu mengerti bahwa mementingkan uang dalam hidup adalah sesuatu yang sia-sia dan keliru.
Tuhan Yesus mengatakan "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). Coba renungkan, saya percaya cepat atau lambat anda akan sampai pada kesimpulan bahwa apa yang dikatakan Yesus itu sangatlah benar. Kita akan selalu menaruh seluruh hati kita kepada apa yang kita anggap paling berharga. Pertanyaannya, dimana kita meletakkan hati kita hari ini? Apakah masih pada hal-hal yang didoktrin oleh dunia sebagai penjamin kebahagiaan atau kepada Penjaga Israel yang tidak terlelap dan tidak tertidur (Mazmur 121:4)? Pertanyaan kedua, jika kita mengaku meletakkan Yesus pada posisi paling utama, sebagai apa kita menempatkanNya? Apakah sebagai Tuhan atau hanya sebagai provider harta, bodyguard, dokter dan sejenisnya? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan penting yang harus sering-sering kita periksa agar jangan sampai ada motivasi-motivasi yang bergeser dalam hati kita.
Secara umum ada tiga kerajaan yang bisa bertahta di hati manusia. The Kingdom of Myself yang menempatkan semuanya pada diri sendiri, The Kingdom of Evil yang berpusat pada iblis dan segala kejahatannya, atau The Kingdom of God yang menempatkan Tuhan sebagai yang memerintah dan berkuasa dalam diri kita. Dimana hati kita berada hari ini? Sebuah ayat yang dengan tegas menyebutkan apa yang seharusnya kita camkan dalam hati kita. Anggaplah diri kita seperti sebuah lembaga kerajaan, maka siapa yang memimpin akan sangat menentukan seperti apa diri kita. Kalau kita menyadari hal ini, maka kita harus menentukan siapa yang menjadi pemimpin di dalamnya.
Petrus mengatakan sebuah pesan penting yang berbunyi sangat tegas: "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!" (1 Petrus 3:15). Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "But in your hearts set Christ apart as hold (and acknowledge Him) as Lord." Ada versi lain pula yang mengatakannya dengan "Sanctify the Lord God in your hearts." Dari versi-versi tersebut kita bisa melihat bahwa itu berarti kita harus menguduskan, menjadikan dan mendeklarasikan atau mendedikasikan Yesus sebagai Penguasa tertinggi dalam hidup kita. Dan Petrus secara jelas mengatakan bahwa itu semua di mulai dari hati. Hatilah yang menjadi pusat kerajaan, dan siapa yang berkuasa disana akan sangat menentukan siapa dan bagaimana diri kita hari ini.
Begitu pentingnya hati, maka Alkitab berbicara banyak mengenai pentingnya menjaga hati tersebut. Sebuah ayat dalam Amsal berkata: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Mengapa hati harus dijaga dengan segala kewaspadaan? Lewat Yesus kita bisa mengetahui alasannya. "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan." (Markus 7:21-22). Ini adalah sebuah daftar yang mengerikan. Dan Dia berkata: "Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (ay 23). Jika demikian, adalah sangat penting bagi kita untuk menguduskan hati kita lalu terus mempertahankan dan menjaga kekudusannya. Itu tidak mungkin kita lakukan jika kita membiarkan hal-hal selain Tuhan Yesus untuk menjadi Penguasa di dalamnya. Sebagaimana nasib sebuah negara atau kerajaan akan sangat tergantung dari siapa pemimpin atau rajanya, seperti itu pulalah hidup kita. Dan hati, sebagai pusat dari kehidupan butuh Sosok Pemimpin yang benar.
Kembali kepada ayat bacaan kita diatas, kita kembali diingatkan kali ini lewat Petrus. "sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:16). Hal ini harus dicermati dengan sangat serius, "sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14). Agar bisa menjadikan Yesus sebagai Raja yang bertahta dalam hati kita, kita harus benar-benar menjaga hati kita, mematikan segala sesuatu yang bisa merusak atau menggagalkan hal itu. Keinginan daging, hawa nafsu, godaan-godaan, pengaruh-pengaruh buruk dan lain-lain, semua itu haruslah bisa kita matikan. Tanpa itu hati kita tidak akan pernah bisa memperoleh Raja yang tepat. Firman Tuhan berkata "Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu." (Yakobus 4:10).
Sadar atau tidak, ada banyak hal di dalam diri kita masing-masing yang sebenarnya ingin memegang kendali atas hidup kita. Jangan-jangan Tuhan sudah terpinggirkan sejak lama dalam hati kita, hanya menempati sebagian kecil saja disana atau bahkan sudah tidak lagi punya tempat, sementara hal-hal lainnya justru lebih berkuasa atas diri kita. Kita mungkin merasa itulah arti dan nilai kebebasan, padahal disanalah kita justru terbelenggu dan terus menuju kepada kematian yang kekal. Sesungguhnya sebuah kebebasan atau kemerdekaan sejati hanya akan datang jika kita mengijinkan Yesus sendiri untuk berkuasa atas hati dan hidup kita. Siapa yang menjadi raja atas diri kita hari ini? Mari periksa hati kita masing-masing, dan tetapkanlah dengan benar, karena itu akan sangat menentukan arah hidup kita.
Hidup yang dipimpin Tuhan akan membawa kita ke dalam jalan keselamatan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, December 29, 2015
Is There Room for Christ at Your Inn? (2)
(sambungan)
Pantaskah kita memperlakukan Tuhan yang sudah meninggalkan tahtaNya untuk turun ke dunia yang penuh penderitaan ini untuk menyelamatkan kita dengan sikap dan perlakuan seperti itu? Kalau hari ini kita bisa hidup dengan janji yang teguh akan keselamatan, hari ini kita bisa memasuki tahta Allah yang kudus dengan keberanian, hari ini kita bisa berhak untuk menerima segala janji Allah dalam kelimpahan, semua itu adalah berkat Yesus. Sudah seharusnya Dia mendapatkan posisi yang paling utama kapanpun, dimanapun dari kita. Sudah seharusnya Yesus mendapatkan yang terbaik dari kita. Sudah seharusnya kita menyerahkan seluruh diri kita kepadaNya, mengasihiNya dan bersyukur tanpa henti kepadaNya.
FirmanNya berkata: "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10). Semua untuk kita, sama sekali bukan untuk kesenanganNya. Yesus bukan turun ke dunia dalam rangka berlibur atau mau bersenang-senang. "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya..tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:4-5). Setelah semua itu, apakah pantas kalau Yesus kita tempatkan hanya dalam posisi-posisi kesekian, atau bahkan tidak mendapat posisi sama sekali dalam hati, diri dan hidup kita?
Yesus sudah mengingatkan: "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Renungkanlah. Hanya agar kita memiliki hidup yang sesungguhnya, yang tidak terbatas hanya di muka bumi ini, dan memiliki itu semua dalam segala kelimpahan. Bayangkan sebuah gelas yang diisi air yang mengucur deras sehingga keluar dari wadahnya secara melimpah-limpah. Seperti itulah yang dijanjikan Tuhan lewat kehadiran Yesus. Yesus adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan. Tidak ada apapun yang bisa menjadi alternatif untuk itu. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6).
Kerinduan Yesus jelas. Dia ingin tinggal diam bersama-sama dengan Allah di dalam diri kita. Bukan hanya sekedar numpang lewat, bukan menginap, tetapi tinggal berdiam. Dalam bahasa Inggrisnya yang dipakai adalah kata "dwell" dan bukan "stay". Semua itu hanyalah dimungkinkan apabila kita benar-benar mengasihi Yesus dan menuruti firmanNya. (ay 14). Dengan menjadi milikNya kita pun dilayakkan untuk menerima janji-janji Allah seperti yang Dia janjikan kepada Abraham. Ayat bacaan kemarin menyatakan dengan jelas akan hal ini: "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29).
Untuk keselamatan dan segala kebaikan untuk kita, dengan digerakkan oleh rasa kasih yang begitu besar, Yesus rela menggantikan kita di atas salib dan menebus semua itu dengan lunas. Tidak satupun yang Dia lakukan untuk kepentinganNya. Alangkah keterlaluan apabila kita tidak menghargai sedikitpun anugerah luar biasa yang telah Dia berikan kepada kita. Pikirkanlah. Dalam segala kesibukan dan hal-hal yang harus kita lakukan, masihkah kita menempatkan Kristus pada posisi teratas atau kita masih terus mengabaikan atau menyisihkan Dia yang telah menciptakan dan begitu mengasihi kita? Mari hari ini kita membuka hati kita sepenuhnya untuk Kristus. Katakanlah kepadaNya bahwa selalu ada ruang yang luas bagiNya di dalam hati kita dan undang Dia untuk hadir dan tinggal menetap disana.
Is there room for Christ at your inn?
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Pantaskah kita memperlakukan Tuhan yang sudah meninggalkan tahtaNya untuk turun ke dunia yang penuh penderitaan ini untuk menyelamatkan kita dengan sikap dan perlakuan seperti itu? Kalau hari ini kita bisa hidup dengan janji yang teguh akan keselamatan, hari ini kita bisa memasuki tahta Allah yang kudus dengan keberanian, hari ini kita bisa berhak untuk menerima segala janji Allah dalam kelimpahan, semua itu adalah berkat Yesus. Sudah seharusnya Dia mendapatkan posisi yang paling utama kapanpun, dimanapun dari kita. Sudah seharusnya Yesus mendapatkan yang terbaik dari kita. Sudah seharusnya kita menyerahkan seluruh diri kita kepadaNya, mengasihiNya dan bersyukur tanpa henti kepadaNya.
FirmanNya berkata: "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10). Semua untuk kita, sama sekali bukan untuk kesenanganNya. Yesus bukan turun ke dunia dalam rangka berlibur atau mau bersenang-senang. "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya..tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:4-5). Setelah semua itu, apakah pantas kalau Yesus kita tempatkan hanya dalam posisi-posisi kesekian, atau bahkan tidak mendapat posisi sama sekali dalam hati, diri dan hidup kita?
Yesus sudah mengingatkan: "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Renungkanlah. Hanya agar kita memiliki hidup yang sesungguhnya, yang tidak terbatas hanya di muka bumi ini, dan memiliki itu semua dalam segala kelimpahan. Bayangkan sebuah gelas yang diisi air yang mengucur deras sehingga keluar dari wadahnya secara melimpah-limpah. Seperti itulah yang dijanjikan Tuhan lewat kehadiran Yesus. Yesus adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan. Tidak ada apapun yang bisa menjadi alternatif untuk itu. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6).
Kerinduan Yesus jelas. Dia ingin tinggal diam bersama-sama dengan Allah di dalam diri kita. Bukan hanya sekedar numpang lewat, bukan menginap, tetapi tinggal berdiam. Dalam bahasa Inggrisnya yang dipakai adalah kata "dwell" dan bukan "stay". Semua itu hanyalah dimungkinkan apabila kita benar-benar mengasihi Yesus dan menuruti firmanNya. (ay 14). Dengan menjadi milikNya kita pun dilayakkan untuk menerima janji-janji Allah seperti yang Dia janjikan kepada Abraham. Ayat bacaan kemarin menyatakan dengan jelas akan hal ini: "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29).
Untuk keselamatan dan segala kebaikan untuk kita, dengan digerakkan oleh rasa kasih yang begitu besar, Yesus rela menggantikan kita di atas salib dan menebus semua itu dengan lunas. Tidak satupun yang Dia lakukan untuk kepentinganNya. Alangkah keterlaluan apabila kita tidak menghargai sedikitpun anugerah luar biasa yang telah Dia berikan kepada kita. Pikirkanlah. Dalam segala kesibukan dan hal-hal yang harus kita lakukan, masihkah kita menempatkan Kristus pada posisi teratas atau kita masih terus mengabaikan atau menyisihkan Dia yang telah menciptakan dan begitu mengasihi kita? Mari hari ini kita membuka hati kita sepenuhnya untuk Kristus. Katakanlah kepadaNya bahwa selalu ada ruang yang luas bagiNya di dalam hati kita dan undang Dia untuk hadir dan tinggal menetap disana.
Is there room for Christ at your inn?
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, December 28, 2015
Is There Room for Christ at Your Inn? (1)
Ayat bacaan: Lukas 2:7
=================
"dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
Ada sebuah pengalaman berharga yang membuat saya selalu mempersiapkan penginapan dari jauh hari sebelum bepergian ke luar kota. Sekian tahun yang lalu saya pergi ke sebuah kota di negara tetangga. Saya sudah beberapa kali kesana dan tidak pernah ada masalah dengan penginapan. Ada begitu banyak hotel dengan berbagai rate harga disana, mulai dari yang berbintang hingga penginapan sederhana super murah yang tidak jelek-jelek amat untuk sekedar mengistirahatkan tubuh. Saya sampai disana saat hari mulai gelap dan dengan tenang pergi ke hotel yang sudah beberapa kali saya tempati. Ternyata hotel itu penuh. Tenang, kan ada banyak lagi. Begitu pikir saya. Dan yang terjadi, dari satu tempat ke tempat lain jawabannya sama, penuh. Entah ada apa pada malam itu, tapi faktanya mulai dari penginapan kecil sampai hotel berbintang semua mengaku penuh. Menjelang tengah malam saya akhirnya mendapatkan sebuah kamar di tempat yang jauh dari baik, lebih mirip rumah tua yang reot ketimbang penginapan tapi harganya sekelas hotel bintang 2. Betapa berharganya pengalaman itu buat saya. Semenjak saat itu, saya tidak lagi mau ambil resiko kalau bepergian.
Hari ini saat saya mengingat pengalaman tersebut, saya terpikir akan pentingnya memeriksa keadaan hati kita setelah merayakan hari kelahiran Yesus Kristus dan menjelang memasuki tahun yang baru. Kalau hati kita diibaratkan kota yang saya datangi, apakah hati kita masih punya ruang untuk Yesus atau sudah terlanjur penuh dengan berbagai keinginan daging dan hal duniawi yang seringkali kita anggap lebih penting dari spiritual? Do we still have any room in our heart for Jesus or it's already too crowded for Him? Is He still in us or He's no longer there since many years ago?
Yesus adalah Raja atas segala raja. The King of kings. Ironisnya, proses kelahiranNya di dunia yang tujuannya untuk menyelamatkan kita sama sekali tidak menggambarkan statusNya. Apakah ada "red carpet" yang dibentangkan buat menyambut kedatanganNya? Hotel bintang 5? Fasilitas terbaik yang ada di muka bumi ini? Pelayanan 24 jam? Box bayi bertahta berlian dan berselimutkan emas? Kain terlembut dan terhangat untuk membungkusNya? Perawat yang siap 24 jam untuk merawat? Sama sekali tidak. Yang terjadi justru sebaliknya. Tidak ada satupun tempat penginapan yang ada pada waktu itu mau menampung Yesus dan kedua orang tuaNya di bumi. Ayat bacaan kita hari ini menegaskan hal itu. "Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:7). Yesus harus lahir di palungan, bukan di rumah sakit bersalin, di bidan atau penginapan yang baik setidaknya, melainkan di palungan alias tempat makanan ternak. Kenapa? Lukas menyebutkan alasannya: "Karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
Saya membayangkan betapa repotnya Yusuf waktu itu membawa istri yang sedang hamil tua berkeliling dari satu tempat penginapan ke tempat penginapan lainnya. Bagi Maria sendiri situasi itu pasti sangat menyiksa dan menyedihkan. Coba bayangkan, adakah seorang ibu yang bermimpi untuk melahirkan dan kemudian meletakkan bayinya di palungan, tempat makanan ternak? Palungan tentu jauh dari kondisi bersih. Tapi itulah kondisi yang harus dihadapi Yusuf dan Maria, juga bayi Yesus. Dan semua ini berawal dari ketidak-adaan tempat sedikitpun di semua rumah penginapan. Ayat hari ini membuat saya berpikir, tidakkah ada ruang sedikitpun untuk Raja diatas segala raja? Nyatanya tidak ada. Bagi orang lain dan hal-hal lain, ruang itu ada, tetapi bagi Yesus? Tidak ada. Bayangkan, Tuhan yang menciptakan seluruh dunia ini datang, tapi justru tidak ada sedikitpun ruang yang tersedia bahkan tersisa bagiNya.
Apa yang terjadi di sebuah malam istimewa di Betlehem dua ribu tahun lebih yang lalu belumlah berubah hingga hari ini. Alangkah memprihatinkan ketika Kristus masih saja berada di bagian belakang, terpinggirkan, dalam kehidupan sebagian besar dari kita. Kita mengaku percaya, tetapi Dia hanya mendapat tempat kalau itu menguntungkan daging kita. Ketika ada perintah-perintah dan larangan Tuhan yang terasa mengganggu kesenangan kita, maka dengan segera Tuhan pun dipinggirkan. Kita ingin Dia segera menolong kesesakan kita, tetapi begitu pertolongan itu tiba, secepat itu pula Dia kembali kita sisihkan. Tidak ada tempat buat Yesus. Itu terjadi dua ribu lebih tahun yang lalu, hari ini hal yang sama pun masih terjadi.
(bersambung)
=================
"dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
Ada sebuah pengalaman berharga yang membuat saya selalu mempersiapkan penginapan dari jauh hari sebelum bepergian ke luar kota. Sekian tahun yang lalu saya pergi ke sebuah kota di negara tetangga. Saya sudah beberapa kali kesana dan tidak pernah ada masalah dengan penginapan. Ada begitu banyak hotel dengan berbagai rate harga disana, mulai dari yang berbintang hingga penginapan sederhana super murah yang tidak jelek-jelek amat untuk sekedar mengistirahatkan tubuh. Saya sampai disana saat hari mulai gelap dan dengan tenang pergi ke hotel yang sudah beberapa kali saya tempati. Ternyata hotel itu penuh. Tenang, kan ada banyak lagi. Begitu pikir saya. Dan yang terjadi, dari satu tempat ke tempat lain jawabannya sama, penuh. Entah ada apa pada malam itu, tapi faktanya mulai dari penginapan kecil sampai hotel berbintang semua mengaku penuh. Menjelang tengah malam saya akhirnya mendapatkan sebuah kamar di tempat yang jauh dari baik, lebih mirip rumah tua yang reot ketimbang penginapan tapi harganya sekelas hotel bintang 2. Betapa berharganya pengalaman itu buat saya. Semenjak saat itu, saya tidak lagi mau ambil resiko kalau bepergian.
Hari ini saat saya mengingat pengalaman tersebut, saya terpikir akan pentingnya memeriksa keadaan hati kita setelah merayakan hari kelahiran Yesus Kristus dan menjelang memasuki tahun yang baru. Kalau hati kita diibaratkan kota yang saya datangi, apakah hati kita masih punya ruang untuk Yesus atau sudah terlanjur penuh dengan berbagai keinginan daging dan hal duniawi yang seringkali kita anggap lebih penting dari spiritual? Do we still have any room in our heart for Jesus or it's already too crowded for Him? Is He still in us or He's no longer there since many years ago?
Yesus adalah Raja atas segala raja. The King of kings. Ironisnya, proses kelahiranNya di dunia yang tujuannya untuk menyelamatkan kita sama sekali tidak menggambarkan statusNya. Apakah ada "red carpet" yang dibentangkan buat menyambut kedatanganNya? Hotel bintang 5? Fasilitas terbaik yang ada di muka bumi ini? Pelayanan 24 jam? Box bayi bertahta berlian dan berselimutkan emas? Kain terlembut dan terhangat untuk membungkusNya? Perawat yang siap 24 jam untuk merawat? Sama sekali tidak. Yang terjadi justru sebaliknya. Tidak ada satupun tempat penginapan yang ada pada waktu itu mau menampung Yesus dan kedua orang tuaNya di bumi. Ayat bacaan kita hari ini menegaskan hal itu. "Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:7). Yesus harus lahir di palungan, bukan di rumah sakit bersalin, di bidan atau penginapan yang baik setidaknya, melainkan di palungan alias tempat makanan ternak. Kenapa? Lukas menyebutkan alasannya: "Karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
Saya membayangkan betapa repotnya Yusuf waktu itu membawa istri yang sedang hamil tua berkeliling dari satu tempat penginapan ke tempat penginapan lainnya. Bagi Maria sendiri situasi itu pasti sangat menyiksa dan menyedihkan. Coba bayangkan, adakah seorang ibu yang bermimpi untuk melahirkan dan kemudian meletakkan bayinya di palungan, tempat makanan ternak? Palungan tentu jauh dari kondisi bersih. Tapi itulah kondisi yang harus dihadapi Yusuf dan Maria, juga bayi Yesus. Dan semua ini berawal dari ketidak-adaan tempat sedikitpun di semua rumah penginapan. Ayat hari ini membuat saya berpikir, tidakkah ada ruang sedikitpun untuk Raja diatas segala raja? Nyatanya tidak ada. Bagi orang lain dan hal-hal lain, ruang itu ada, tetapi bagi Yesus? Tidak ada. Bayangkan, Tuhan yang menciptakan seluruh dunia ini datang, tapi justru tidak ada sedikitpun ruang yang tersedia bahkan tersisa bagiNya.
Apa yang terjadi di sebuah malam istimewa di Betlehem dua ribu tahun lebih yang lalu belumlah berubah hingga hari ini. Alangkah memprihatinkan ketika Kristus masih saja berada di bagian belakang, terpinggirkan, dalam kehidupan sebagian besar dari kita. Kita mengaku percaya, tetapi Dia hanya mendapat tempat kalau itu menguntungkan daging kita. Ketika ada perintah-perintah dan larangan Tuhan yang terasa mengganggu kesenangan kita, maka dengan segera Tuhan pun dipinggirkan. Kita ingin Dia segera menolong kesesakan kita, tetapi begitu pertolongan itu tiba, secepat itu pula Dia kembali kita sisihkan. Tidak ada tempat buat Yesus. Itu terjadi dua ribu lebih tahun yang lalu, hari ini hal yang sama pun masih terjadi.
(bersambung)
Sunday, December 27, 2015
Bintang
Ayat bacaan: Yesaya 40:26
=====================
"Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu..."
Melihat keindahan kerlap kerlip bintang selalu menyenangkan buat saya. Saya betah berlama-lama memandang ke atas dan membiarkan pikiran saya rileks, seolah melayang damai di tengah bintang-bintang itu. Beruntunglah saya yang tinggal bukan di tengah kota, karena pemandangan indah langit di malam hari masih sering bisa saya nikmati tanpa tertutup gedung atau asap polusi. Ada berapa bintang yang bisa kita lihat? Seorang ahli astronomi pernah berkata bahwa apabila kita memiliki mata yang baik maka kita akan bisa melihat 5000 bintang. 5000 itu bukan angka yang kecil, dan bisa jadi terdengar seperti berlebihan. Tapi begitulah kata ahli. Ada banyak bintang yang tidak terlihat secara kasat mata, dan para ahli pun kemudian mengunakan teleskop untuk bisa menyelidiki dan mengamati lebih jauh lagi tentang bintang-bintang ini. Penelitian para ahli astronomi ini menyimpulkan bahwa ada milyaran galaksi di angkasa raya, dan setiap galaksi ini memiliki milyaran bintang pula. Jadi ada berapa jumlah bintang sebenarnya yang ada di atas sana? Seorang ahli pernah berkata, ada lebih dari 10 bintang di alam semesta ini untuk setiap butir pasir di bumi. Pasir saja sudah tak terhitung, apalagi bintang. Itu sebuah perbandingan yang mencengangkan yang mungkin belum pernah kita pikirkan sebelumnya.
Abraham tidak tahu kesimpulan ahli ini. Entah sudah ada peneliti bintang atau angkasa pada masa itu, tapi ada atau tidak, Abraham tentu tahu bahwa jumlah bintang itu sama sekali tidak sedikit. Sangat mungkin ia terpana atau tercengang ketika mendapatkan janji Tuhan kepadanya yang dihubungkan dengan jumlah bintang. "Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Kejadian 15:5). Hitunglah, kalau kamu dapat, kata Tuhan. Abraham merasa tak perlu menghabiskkan waktu untuk menghitung bintang. Ia pun merasa tak perlu berbantah-bantah dulu meski janji Tuhan itu terdengar aneh dan tidak masuk akal. Alkitab mencatat respon Abraham, yang pada masa itu masih bernama Abram. "Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (ay 6).
Lalu lihatlah bintang yang menuntun orang-orang Majus dari Timur untuk bertemu dan menyembah bayi Yesus. (Matius 2:1-12). Daud pun berulang kali menuliskan perenungannya sambil melihat ke arah bintang-bintang. Lihatlah salah satunya berbunyi: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5).
Satu hal yang bisa kita ambil sebagai kesimpulan ialah bahwa bintang bisa membawa begitu banyak pesan Tuhan kepada kita, termasuk menjadi sebuah bukti tak terbantahkan akan keberadaan Tuhan dan kehebatanNya dalam mencipta. Bintang selalu hadir setiap malam, dan kita bisa menyaksikannya ketika langit cerah, berkilauan gemerlap di langit gelap. Di bentangan langit gelap itu Tuhan ternyata berbicara dan menyatakan kehadiranNya kepada kita.
Lihatlah apa bunyi firman Tuhan lewat Yesaya berikut ini. "Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat." (Yesaya 40:26). Ayat ini mengingatkan kita akan kebesaran kuasa Tuhan, yang sanggup menyuruh milyaran bintang-bintang itu keluar tanpa terkecuali. Itu menunjukkan keberadaanNya ditengah kita, itu menunjukkan penyertaanNya kepada kita.
Lalu ayat selanjutnya berkata: "Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?" Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (ay 27-29). Seperti halnya Tuhan memperhatikan milyaran bintang di langit, Dia pun memperhatikan milyaran individu yang hidup di bumi. Tidak satupun yang Dia lupakan, tidak satupun yang Dia abaikan. Artinya jelas. Jika Tuhan sanggup menggerakkan segenap penghuni langit untuk keluar satu persatu, Dia pun dapat membawa kita keluar dari gelap menuju kepada terangNya.
Apabila ada di antara anda yang hari ini dicekam kekuatiran menghadapi datangnya tahun yang baru atau tengah ditimpa beban berat, arahkanlah mata ke langit dan lihatlah bahwa di balik bintang-bintang yang anda amati itu ada Tuhan yang bertahta disana. Dia sedang berbicara mengingatkan anda bahwa anda tidaklah sendirian. Dia peduli dan selalu siap untuk membawa anda keluar dari kegelapan menuju kepada terangNya yang damai dan penuh sukacita. Malam ini jika anda melihat bintang-bintang bertaburan dengan gemerlapnya yang indah, bersyukur dan bersukacitalah. Sebab itu tandanya Allah peduli dan mengasihi anda.
"Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya...Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mazmur 136:3,9)
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=====================
"Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu..."
Melihat keindahan kerlap kerlip bintang selalu menyenangkan buat saya. Saya betah berlama-lama memandang ke atas dan membiarkan pikiran saya rileks, seolah melayang damai di tengah bintang-bintang itu. Beruntunglah saya yang tinggal bukan di tengah kota, karena pemandangan indah langit di malam hari masih sering bisa saya nikmati tanpa tertutup gedung atau asap polusi. Ada berapa bintang yang bisa kita lihat? Seorang ahli astronomi pernah berkata bahwa apabila kita memiliki mata yang baik maka kita akan bisa melihat 5000 bintang. 5000 itu bukan angka yang kecil, dan bisa jadi terdengar seperti berlebihan. Tapi begitulah kata ahli. Ada banyak bintang yang tidak terlihat secara kasat mata, dan para ahli pun kemudian mengunakan teleskop untuk bisa menyelidiki dan mengamati lebih jauh lagi tentang bintang-bintang ini. Penelitian para ahli astronomi ini menyimpulkan bahwa ada milyaran galaksi di angkasa raya, dan setiap galaksi ini memiliki milyaran bintang pula. Jadi ada berapa jumlah bintang sebenarnya yang ada di atas sana? Seorang ahli pernah berkata, ada lebih dari 10 bintang di alam semesta ini untuk setiap butir pasir di bumi. Pasir saja sudah tak terhitung, apalagi bintang. Itu sebuah perbandingan yang mencengangkan yang mungkin belum pernah kita pikirkan sebelumnya.
Abraham tidak tahu kesimpulan ahli ini. Entah sudah ada peneliti bintang atau angkasa pada masa itu, tapi ada atau tidak, Abraham tentu tahu bahwa jumlah bintang itu sama sekali tidak sedikit. Sangat mungkin ia terpana atau tercengang ketika mendapatkan janji Tuhan kepadanya yang dihubungkan dengan jumlah bintang. "Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Kejadian 15:5). Hitunglah, kalau kamu dapat, kata Tuhan. Abraham merasa tak perlu menghabiskkan waktu untuk menghitung bintang. Ia pun merasa tak perlu berbantah-bantah dulu meski janji Tuhan itu terdengar aneh dan tidak masuk akal. Alkitab mencatat respon Abraham, yang pada masa itu masih bernama Abram. "Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (ay 6).
Lalu lihatlah bintang yang menuntun orang-orang Majus dari Timur untuk bertemu dan menyembah bayi Yesus. (Matius 2:1-12). Daud pun berulang kali menuliskan perenungannya sambil melihat ke arah bintang-bintang. Lihatlah salah satunya berbunyi: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5).
Satu hal yang bisa kita ambil sebagai kesimpulan ialah bahwa bintang bisa membawa begitu banyak pesan Tuhan kepada kita, termasuk menjadi sebuah bukti tak terbantahkan akan keberadaan Tuhan dan kehebatanNya dalam mencipta. Bintang selalu hadir setiap malam, dan kita bisa menyaksikannya ketika langit cerah, berkilauan gemerlap di langit gelap. Di bentangan langit gelap itu Tuhan ternyata berbicara dan menyatakan kehadiranNya kepada kita.
Lihatlah apa bunyi firman Tuhan lewat Yesaya berikut ini. "Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat." (Yesaya 40:26). Ayat ini mengingatkan kita akan kebesaran kuasa Tuhan, yang sanggup menyuruh milyaran bintang-bintang itu keluar tanpa terkecuali. Itu menunjukkan keberadaanNya ditengah kita, itu menunjukkan penyertaanNya kepada kita.
Lalu ayat selanjutnya berkata: "Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?" Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (ay 27-29). Seperti halnya Tuhan memperhatikan milyaran bintang di langit, Dia pun memperhatikan milyaran individu yang hidup di bumi. Tidak satupun yang Dia lupakan, tidak satupun yang Dia abaikan. Artinya jelas. Jika Tuhan sanggup menggerakkan segenap penghuni langit untuk keluar satu persatu, Dia pun dapat membawa kita keluar dari gelap menuju kepada terangNya.
Apabila ada di antara anda yang hari ini dicekam kekuatiran menghadapi datangnya tahun yang baru atau tengah ditimpa beban berat, arahkanlah mata ke langit dan lihatlah bahwa di balik bintang-bintang yang anda amati itu ada Tuhan yang bertahta disana. Dia sedang berbicara mengingatkan anda bahwa anda tidaklah sendirian. Dia peduli dan selalu siap untuk membawa anda keluar dari kegelapan menuju kepada terangNya yang damai dan penuh sukacita. Malam ini jika anda melihat bintang-bintang bertaburan dengan gemerlapnya yang indah, bersyukur dan bersukacitalah. Sebab itu tandanya Allah peduli dan mengasihi anda.
"Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya...Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mazmur 136:3,9)
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, December 26, 2015
Kemerdekaan dan Keselamatan
Ayat bacaan: Yesaya 9:5
====================
"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."
Terus berada dalam penindasan, ketidakadilan tentunya bisa membuat orang sangat menderita, apalagi kalau itu berlangsung lama hingga beberapa generasi. Warga kulit hitam mengalami situasi itu di masa lalu, yang sisa-sisanya masih terus terjadi bahkan di jaman modern seperti sekarang. Di masa lalu mereka bisa dibunuh tanpa sebab, hanya karena mereka terlahir berkulit hitam. Kalau tidak sampai dibunuh, mereka dijadikan budak, dicambuk, dianiaya dan dijadikan permainan seolah mereka tak berharga. Bagi saya yang mendalami sejarah musik, kepedihan mereka terekam jelas baik lewat nada maupun lirik. Mulai dari blues, jazz sampai yang lebih modern seperti rap, disana banyak terdapat teriakan, protes dan tangisan dari ketidakadilan yang mereka alami. Hebatnya, selain bentuk curahan perasaan akan penderitaan, mereka juga mengungkapkan harapan dan harapan-harapan positif perasaan mereka secara positif ke dalam musik. Dan itu pun pengaruhnya masih terasa hingga hari ini. Misalnya, banyak lagu Natal yang berasal dari jaman itu, dan lagu-lagu itu pun bernuansakan pengharapan. Jelas, di dalam kondisi yang penuh penderitaan seperti itu, mereka tahu bahwa kelahiran Kristus turun ke dunia memberi jaminan akan keselamatan, dan tentu saja kemerdekaan. Kelahiran Kristus di mata mereka merupakan bukti nyata betapa besar kasih Tuhan kepada mereka. Manusia meremehkan dan menindas mereka, tapi di mata Tuhan mereka sangatlah berharga. Mereka tahu itu.
Kita bisa belajar dari mereka tentang bagaimana menyikapi kerasnya kehidupan. Mereka ditindas oleh sesamanya manusia, mereka dianggap tidak punya harga, tetapi mereka tahu bahwa serendah-rendahnya mereka di dunia, di mata Tuhan mereka berharga sangat tinggi. Begitu berharga sehingga Tuhan Yesus datang menebus dosa manusia dan memberikan kemerdekaan, bebas dari kutuk dan dosa. Bukan hanya untuk sekelompok orang tetapi kepada seluruh umat manusia, termasuk mereka. Di dunia mungkin mereka tidak seberuntung orang lain, tetapi pintu keselamatan terbuka sama besar bagi mereka. Yesus turun ke dunia dan melakukan karya penebusan sebagai wujud besarnya kasih Tuhan kepada manusia tanpa terkecuali.
Betapa mudahnya dosa berkuasa atas hidup kita, sampai-sampai banyak manusia yang tidak mampu keluar dari jerat dosa itu sama sekali. Kelahiran Kristus bermakna sangat besar. Lewat kehadiran dan karya penebusanNya kita semua dimerdekakan, berubah dari hamba dosa berubah menjadi hamba kebenaran. Mari kita lihat sejenak apa yang difirmankan Tuhan lewat Paulus. "Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:17-18). Selanjutnya Paulus menjelaskan "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran...Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (ay 20,22-23). Semua itu merupakan anugerah yang kita peroleh dari Tuhan atas kasihNya yang begitu besar, dan hanya diberikan lewat AnakNya yang tunggal, Yesus Kristus. Lewat karya Kristus kita dibebaskan dan dimerdekakan dari dosa. Kita memperoleh buah yang akan membawa kita menuju sebuah hidup penuh sukacita yang tidak lagi fana, melainkan kekal.
Yesaya menyampaikan nubuatan mengenai kelahiran Kristus. "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Ini sebuah berita besar bagi dunia yang seharusnya bisa membuat semua yang hidup bersorak sorai penuh sukacita. Di awal pasal 9 ini disebutkan bahwa "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." (ay 1). Kedatangan Kristus mengubahkan keadaan dunia yang gelap gulita dan menggantikannya dengan sebuah harapan dan kehidupan baru yang terang benderang. Oleh karenanya sorak sorai dan sukacita besar pun hadir bagi setiap orang percaya. (ay 2). Kenapa? "Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian." (ay 3). Selain memberikan terang baru yang penuh harapan, Yesus Sang Raja Damai pun membawa kedamaian ke dalam hati kita, mengubahkan hati kita menjadi sebentuk hati yang penuh kasih. Atas semua itu, tidakkah kita seharusnya bersukacita?
Baru saja kita merayakan kelahiran Tuhan Yesus di dunia. KedatanganNya bukan untuk bersenang-senang tapi demi menuntaskan misi yang diberikan Bapa kepadaNya, yaitu menyelamatkan semua manusia, meluputkan kita dari kebinasaan atau kematian dan membawa kita beroleh kehidupan kekal. Mungkin sebagian dari kita masih tertindas, tidak merasakan hak-hak pribadi sebagai manusia, hidup tersiksa, tetapi seperti halnya para budak kulit hitam di masa lalu, ingatkan diri untuk terus bersukacita dengan mengingat bahwa Yesus telah turun ke dunia untuk memerdekakan siappaun tanpa terkecuali.
Yesus mematahkan segala belenggu yang mengikat kita. Meskipun ada diantara kita yang mengalami kerugian karena dirampas hak-haknya oleh sesama, tetapi keselamatan menuju kehidupan kekal sudah dianugerahkan bagi mereka dan tidak akan pernah bisa dirampas oleh siapapun selama kita benar-benar menjaganya. Di dunia boleh saja tertindas, tetapi pastikan bahwa kita adalah orang-orang yang merdeka secara spiritual, dan dengan sadar telah mendapatkan hak waris Allah dalam kerajaanNya. Kemerdekaan dan keselamatan telah dianugerahkan bagi kita semua. For that we definately should rejoice.
Bersukacitalah sebab Yesus telah turun ke dunia bagi kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
====================
"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."
Terus berada dalam penindasan, ketidakadilan tentunya bisa membuat orang sangat menderita, apalagi kalau itu berlangsung lama hingga beberapa generasi. Warga kulit hitam mengalami situasi itu di masa lalu, yang sisa-sisanya masih terus terjadi bahkan di jaman modern seperti sekarang. Di masa lalu mereka bisa dibunuh tanpa sebab, hanya karena mereka terlahir berkulit hitam. Kalau tidak sampai dibunuh, mereka dijadikan budak, dicambuk, dianiaya dan dijadikan permainan seolah mereka tak berharga. Bagi saya yang mendalami sejarah musik, kepedihan mereka terekam jelas baik lewat nada maupun lirik. Mulai dari blues, jazz sampai yang lebih modern seperti rap, disana banyak terdapat teriakan, protes dan tangisan dari ketidakadilan yang mereka alami. Hebatnya, selain bentuk curahan perasaan akan penderitaan, mereka juga mengungkapkan harapan dan harapan-harapan positif perasaan mereka secara positif ke dalam musik. Dan itu pun pengaruhnya masih terasa hingga hari ini. Misalnya, banyak lagu Natal yang berasal dari jaman itu, dan lagu-lagu itu pun bernuansakan pengharapan. Jelas, di dalam kondisi yang penuh penderitaan seperti itu, mereka tahu bahwa kelahiran Kristus turun ke dunia memberi jaminan akan keselamatan, dan tentu saja kemerdekaan. Kelahiran Kristus di mata mereka merupakan bukti nyata betapa besar kasih Tuhan kepada mereka. Manusia meremehkan dan menindas mereka, tapi di mata Tuhan mereka sangatlah berharga. Mereka tahu itu.
Kita bisa belajar dari mereka tentang bagaimana menyikapi kerasnya kehidupan. Mereka ditindas oleh sesamanya manusia, mereka dianggap tidak punya harga, tetapi mereka tahu bahwa serendah-rendahnya mereka di dunia, di mata Tuhan mereka berharga sangat tinggi. Begitu berharga sehingga Tuhan Yesus datang menebus dosa manusia dan memberikan kemerdekaan, bebas dari kutuk dan dosa. Bukan hanya untuk sekelompok orang tetapi kepada seluruh umat manusia, termasuk mereka. Di dunia mungkin mereka tidak seberuntung orang lain, tetapi pintu keselamatan terbuka sama besar bagi mereka. Yesus turun ke dunia dan melakukan karya penebusan sebagai wujud besarnya kasih Tuhan kepada manusia tanpa terkecuali.
Betapa mudahnya dosa berkuasa atas hidup kita, sampai-sampai banyak manusia yang tidak mampu keluar dari jerat dosa itu sama sekali. Kelahiran Kristus bermakna sangat besar. Lewat kehadiran dan karya penebusanNya kita semua dimerdekakan, berubah dari hamba dosa berubah menjadi hamba kebenaran. Mari kita lihat sejenak apa yang difirmankan Tuhan lewat Paulus. "Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:17-18). Selanjutnya Paulus menjelaskan "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran...Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (ay 20,22-23). Semua itu merupakan anugerah yang kita peroleh dari Tuhan atas kasihNya yang begitu besar, dan hanya diberikan lewat AnakNya yang tunggal, Yesus Kristus. Lewat karya Kristus kita dibebaskan dan dimerdekakan dari dosa. Kita memperoleh buah yang akan membawa kita menuju sebuah hidup penuh sukacita yang tidak lagi fana, melainkan kekal.
Yesaya menyampaikan nubuatan mengenai kelahiran Kristus. "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Ini sebuah berita besar bagi dunia yang seharusnya bisa membuat semua yang hidup bersorak sorai penuh sukacita. Di awal pasal 9 ini disebutkan bahwa "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." (ay 1). Kedatangan Kristus mengubahkan keadaan dunia yang gelap gulita dan menggantikannya dengan sebuah harapan dan kehidupan baru yang terang benderang. Oleh karenanya sorak sorai dan sukacita besar pun hadir bagi setiap orang percaya. (ay 2). Kenapa? "Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian." (ay 3). Selain memberikan terang baru yang penuh harapan, Yesus Sang Raja Damai pun membawa kedamaian ke dalam hati kita, mengubahkan hati kita menjadi sebentuk hati yang penuh kasih. Atas semua itu, tidakkah kita seharusnya bersukacita?
Baru saja kita merayakan kelahiran Tuhan Yesus di dunia. KedatanganNya bukan untuk bersenang-senang tapi demi menuntaskan misi yang diberikan Bapa kepadaNya, yaitu menyelamatkan semua manusia, meluputkan kita dari kebinasaan atau kematian dan membawa kita beroleh kehidupan kekal. Mungkin sebagian dari kita masih tertindas, tidak merasakan hak-hak pribadi sebagai manusia, hidup tersiksa, tetapi seperti halnya para budak kulit hitam di masa lalu, ingatkan diri untuk terus bersukacita dengan mengingat bahwa Yesus telah turun ke dunia untuk memerdekakan siappaun tanpa terkecuali.
Yesus mematahkan segala belenggu yang mengikat kita. Meskipun ada diantara kita yang mengalami kerugian karena dirampas hak-haknya oleh sesama, tetapi keselamatan menuju kehidupan kekal sudah dianugerahkan bagi mereka dan tidak akan pernah bisa dirampas oleh siapapun selama kita benar-benar menjaganya. Di dunia boleh saja tertindas, tetapi pastikan bahwa kita adalah orang-orang yang merdeka secara spiritual, dan dengan sadar telah mendapatkan hak waris Allah dalam kerajaanNya. Kemerdekaan dan keselamatan telah dianugerahkan bagi kita semua. For that we definately should rejoice.
Bersukacitalah sebab Yesus telah turun ke dunia bagi kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, December 25, 2015
A Perfect Gift for Jesus (2)
(sambungan)
Orang-orang Majus dari Timur berangkat menempuh perjalanan panjang yang melelahkan untuk menyembah bayi Yesus. (Matius 2:2). Tapi kelelahan itu segera sirna berubah menjadi sebentuk sukacita luar biasa ketika mereka melihat bintang yang menunjukkan arah dimana Yesus dilahirkan. (ay 10). Kalau kita mundur satu pasal maka kita bisa melihat apa yang dikatakan malaikat kepada Yusuf lewat mimpi. "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka...Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel (arti Imanuel adalah Allah ada bersama kita)" (Matius 1:21,23).
Imanuel, itu artinya Allah ada bersama kita. Renungkanlah baik-baik makna Imanuel itu. Kelahiran Yesus ke dunia sesungguhnya membawa dampak yang begitu besar bagi perjalanan hidup dan keselamatan kita. Dan itulah seharusnya sumber sukacita kita dalam menyambut Natal. Jika Yesus memberikan sebuah kado luar biasa kepada kita, apa yang bisa kita berikan kepadaNya? Betapa seringnya kita melupakan ini. Kita sering meminta Yesus untuk memenuhi segala keinginan kita, tetapi kita tidak mau berpikir apa yang bisa kita berikan sebagai hadiah yang terindah yang berkenan untuk Yesus.
Lantas apa hadiah yang sebenarnya bisa kita berikan kepadaNya? Bingkisan? Karangan bunga? Parcel? Rumah? Mobil? Uang? Tidak, semua itu tidak ada artinya. Apa yang menyenangkan hati Yesus sesungguhnya hanya satu, dan itu tidak lain adalah kualitas hati kita. Hati yang terbuka, lembut, mau dibentuk, percaya kepadaNya dan selalu bersungguh-sungguh menyembah dan mengasihiNya. Hati yang takut akan Tuhan, bersih yang siap untuk menerima Kristus untuk berdiam di dalamnya, dan juga hati yang penuh kasih terhadap sesama manusia, seperti halnya Kristus mengasihi kita.
Ini bisa kita lihat dari dua hukum yang terutama. Pada suatu kali seorang ahli Taurat mengatakan "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33), Lalu apa tanggapan Yesus? Yesus mengiyakan perkataan orang itu dan berkata "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" (ay 34). Jadi jelaslah lewat ayat ini kita bisa melihat apa hadiah sesungguhnya yang bisa kita berikan kepada Yesus. Hati yang mengasihi Tuhan dan sesama, itulah hadiah yang sangat indah untuk kita berikan kepada Yesus dalam memperingati kelahiranNya di dunia.
Itu juga bisa kita lihat dari pernyataan Yesus berikut: "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40). Tuhan Yesus tidak memerlukan bingkisan-bingkisan duniawi berupa harta benda, perhiasan, materi dan sejenisnya. Apa yang akan menyenangkanNya adalah kasih terhadap Tuhan (kasih dalam bentuk horizontal) dan kepada sesama (vertikal). Kasih berasal dari hati, jadi sebentuk sikap hati yang mengarah penuh kepadaNya dan berpusat pada kehendakNya, itu akan menjadi sebuah hadiah yang sangat indah bagi Yesus.
Hadiah-hadiah yang dibungkus indah itu tidak salah. Keceriaan bertukar kado? Tentu boleh. Tetapi ada yang jauh lebih penting dari itu yang tidak boleh kita lupakan. Marilah kita merenungkan makna kelahiran Kristus di dunia. Dia sudah memberikan kita hadiah terindah dan terbesar, the greatest gift of all, maka saatnya kita mempersiapkan sebuah hadiah istimewa bagi Yesus kali ini. Masukilah Natal yang penuh sukacita, bukan didasarkan kepada gemerlap dan kemeriahan pesta dan timbunan hadiah, tetapi didasarkan oleh rasa syukur kita akan kasihNya yang begitu besar kepada kita semua dan kerinduan kita untuk mengalirkan kasih Kristus untuk menyentuh sesama. Selamat hari Natal, Tuhan memberkati!
Hati yang mengasihiNya dan menjadi saluran kasih terhadap sesama, itu kado yang terindah buat Yesus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Orang-orang Majus dari Timur berangkat menempuh perjalanan panjang yang melelahkan untuk menyembah bayi Yesus. (Matius 2:2). Tapi kelelahan itu segera sirna berubah menjadi sebentuk sukacita luar biasa ketika mereka melihat bintang yang menunjukkan arah dimana Yesus dilahirkan. (ay 10). Kalau kita mundur satu pasal maka kita bisa melihat apa yang dikatakan malaikat kepada Yusuf lewat mimpi. "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka...Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel (arti Imanuel adalah Allah ada bersama kita)" (Matius 1:21,23).
Imanuel, itu artinya Allah ada bersama kita. Renungkanlah baik-baik makna Imanuel itu. Kelahiran Yesus ke dunia sesungguhnya membawa dampak yang begitu besar bagi perjalanan hidup dan keselamatan kita. Dan itulah seharusnya sumber sukacita kita dalam menyambut Natal. Jika Yesus memberikan sebuah kado luar biasa kepada kita, apa yang bisa kita berikan kepadaNya? Betapa seringnya kita melupakan ini. Kita sering meminta Yesus untuk memenuhi segala keinginan kita, tetapi kita tidak mau berpikir apa yang bisa kita berikan sebagai hadiah yang terindah yang berkenan untuk Yesus.
Lantas apa hadiah yang sebenarnya bisa kita berikan kepadaNya? Bingkisan? Karangan bunga? Parcel? Rumah? Mobil? Uang? Tidak, semua itu tidak ada artinya. Apa yang menyenangkan hati Yesus sesungguhnya hanya satu, dan itu tidak lain adalah kualitas hati kita. Hati yang terbuka, lembut, mau dibentuk, percaya kepadaNya dan selalu bersungguh-sungguh menyembah dan mengasihiNya. Hati yang takut akan Tuhan, bersih yang siap untuk menerima Kristus untuk berdiam di dalamnya, dan juga hati yang penuh kasih terhadap sesama manusia, seperti halnya Kristus mengasihi kita.
Ini bisa kita lihat dari dua hukum yang terutama. Pada suatu kali seorang ahli Taurat mengatakan "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33), Lalu apa tanggapan Yesus? Yesus mengiyakan perkataan orang itu dan berkata "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" (ay 34). Jadi jelaslah lewat ayat ini kita bisa melihat apa hadiah sesungguhnya yang bisa kita berikan kepada Yesus. Hati yang mengasihi Tuhan dan sesama, itulah hadiah yang sangat indah untuk kita berikan kepada Yesus dalam memperingati kelahiranNya di dunia.
Itu juga bisa kita lihat dari pernyataan Yesus berikut: "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40). Tuhan Yesus tidak memerlukan bingkisan-bingkisan duniawi berupa harta benda, perhiasan, materi dan sejenisnya. Apa yang akan menyenangkanNya adalah kasih terhadap Tuhan (kasih dalam bentuk horizontal) dan kepada sesama (vertikal). Kasih berasal dari hati, jadi sebentuk sikap hati yang mengarah penuh kepadaNya dan berpusat pada kehendakNya, itu akan menjadi sebuah hadiah yang sangat indah bagi Yesus.
Hadiah-hadiah yang dibungkus indah itu tidak salah. Keceriaan bertukar kado? Tentu boleh. Tetapi ada yang jauh lebih penting dari itu yang tidak boleh kita lupakan. Marilah kita merenungkan makna kelahiran Kristus di dunia. Dia sudah memberikan kita hadiah terindah dan terbesar, the greatest gift of all, maka saatnya kita mempersiapkan sebuah hadiah istimewa bagi Yesus kali ini. Masukilah Natal yang penuh sukacita, bukan didasarkan kepada gemerlap dan kemeriahan pesta dan timbunan hadiah, tetapi didasarkan oleh rasa syukur kita akan kasihNya yang begitu besar kepada kita semua dan kerinduan kita untuk mengalirkan kasih Kristus untuk menyentuh sesama. Selamat hari Natal, Tuhan memberkati!
Hati yang mengasihiNya dan menjadi saluran kasih terhadap sesama, itu kado yang terindah buat Yesus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, December 24, 2015
A Perfect Gift for Jesus (1)
Ayat bacaan: Markus 12:33
====================
"Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
Tukaran kado merupakan salah satu hal yang menyenangkan banyak orang pada hari-hari perayaan, termasuk Natal. Seorang teman dengan gembira mengatakan bahwa menjelang perayaan Natal setiap tahun setidaknya ia melakukan itu empat kali. Tukaran kado di kantor, di antara teman, di lingkungan persekutuan dan di keluarga. Siapa sih yang tidak senang menerima kado? Meski judulnya tukaran yang artinya kita pun harus membeli sesuatu untuk diberikan kepada yang lain, tetap saja kegembiraan menerima sesuatu dari orang-orang terdekat itu mendatangkan kebahagiaan tersendiri. Sekarang mari kita renungkan sejenak. Seandainya Yesus merupakan sosok yang bertukar kado kepada kita, kira-kira apa kado atau hadiah yang akan paling menyenangkan hatiNya dari kita?
Dalam memasuki hari Natal yang harus kita renungkan dan syukuri adalah kedatangan Yesus ke muka bumi ini untuk menebus dosa-dosa kita sebagai perwujudan nyata besarnya kasih Allah kepada kita. Atas dasar kasih Allah yang begitu besar itu, Yesus datang menghapus dosa dunia dan membuka jalan bagi kita untuk masuk ke dalam keselamatan. Ini bukan hal sepele, bukan pemberian biasa-biasa. Coba pikir, siapalah kita ini sehingga kita begitu berharga dalam pandangan Tuhan untuk diselamatkan?
Daud pernah mempertanyakan hal ini ketika ia tengah terpukau dalam kekaguman saat memandang indahnya langit. "apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:5). Daud benar. Kenapa kita sebegitu penting dan berhaga di mata Tuhan? Apakah kita:
- berjasa sedemikian besar sehingga Tuhan berhutang budi pada kita?
- begitu luar biasa hebatnya sehingga Tuhan harus membayar kita?
- sangat suci tanpa cacat sehingga Tuhan merasa bersalah jika tidak menyelamatkan kita?
Sama sekali tidak. Kita jauh dari itu semua. Kita adalah manusia yang terus menerus berbuat dosa, terus mengecewakan Tuhan dengan segala perilaku kita. Tetapi meski demikian, Tuhan ternyata tetap mengasihi kita. Seindah-indahnya alam semesta ini Dia ciptakan, tetap saja manusia merupakan ciptaanNya yang paling berharga, yang diciptakan seperti gambar dan rupaNya sendiri (Kejadian 1:26), dengan kata lain "dibuat sama seperti Allah" dan dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat (Mazmur 8:6). Oleh karena itu keselamatan kita pun menjadi agenda penting bagi Tuhan, didasari oleh kasihNya yang begitu besar kepada kita. Dan itu Dia anugerahkan kepada manusia.
Anugerah? Ya, anugerah. Sebuah anugerah bukanlah anugerah apabila diberikan atas balas jasa. Justru karena kita sebenarnya tidak layak, tetapi Dia tetap memberikan, itulah yang disebut dengan anugerah. Alkitab menggambarkan dengan begitu menyentuh. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16) Adalah kasih yang begitu besar dari Allah yang sanggup menggerakkan hatiNya untuk mengorbankan Kristus untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, membayar lunas semua pelanggaran dan dosa kita, melepaskan kita dari kutuk dan menganugerahkan keselamatan yang seharusnya tidak layak kita miliki. Semua itu berasal dari sebuah anugerah yang diberikan Tuhan atas dasar besarnya kasihNya kepada kita. Bayangkan bagaimana hidup kita saat ini seandainya Yesus tidak datang ke dunia dan menebus dosa-dosa kita, mematahkan belenggu dosa dan kutuk, menggantikan kita di atas kayu salib dan menyelamatkan kita dari kematian. Itu jelas mengerikan.
(bersambung)
====================
"Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
Tukaran kado merupakan salah satu hal yang menyenangkan banyak orang pada hari-hari perayaan, termasuk Natal. Seorang teman dengan gembira mengatakan bahwa menjelang perayaan Natal setiap tahun setidaknya ia melakukan itu empat kali. Tukaran kado di kantor, di antara teman, di lingkungan persekutuan dan di keluarga. Siapa sih yang tidak senang menerima kado? Meski judulnya tukaran yang artinya kita pun harus membeli sesuatu untuk diberikan kepada yang lain, tetap saja kegembiraan menerima sesuatu dari orang-orang terdekat itu mendatangkan kebahagiaan tersendiri. Sekarang mari kita renungkan sejenak. Seandainya Yesus merupakan sosok yang bertukar kado kepada kita, kira-kira apa kado atau hadiah yang akan paling menyenangkan hatiNya dari kita?
Dalam memasuki hari Natal yang harus kita renungkan dan syukuri adalah kedatangan Yesus ke muka bumi ini untuk menebus dosa-dosa kita sebagai perwujudan nyata besarnya kasih Allah kepada kita. Atas dasar kasih Allah yang begitu besar itu, Yesus datang menghapus dosa dunia dan membuka jalan bagi kita untuk masuk ke dalam keselamatan. Ini bukan hal sepele, bukan pemberian biasa-biasa. Coba pikir, siapalah kita ini sehingga kita begitu berharga dalam pandangan Tuhan untuk diselamatkan?
Daud pernah mempertanyakan hal ini ketika ia tengah terpukau dalam kekaguman saat memandang indahnya langit. "apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:5). Daud benar. Kenapa kita sebegitu penting dan berhaga di mata Tuhan? Apakah kita:
- berjasa sedemikian besar sehingga Tuhan berhutang budi pada kita?
- begitu luar biasa hebatnya sehingga Tuhan harus membayar kita?
- sangat suci tanpa cacat sehingga Tuhan merasa bersalah jika tidak menyelamatkan kita?
Sama sekali tidak. Kita jauh dari itu semua. Kita adalah manusia yang terus menerus berbuat dosa, terus mengecewakan Tuhan dengan segala perilaku kita. Tetapi meski demikian, Tuhan ternyata tetap mengasihi kita. Seindah-indahnya alam semesta ini Dia ciptakan, tetap saja manusia merupakan ciptaanNya yang paling berharga, yang diciptakan seperti gambar dan rupaNya sendiri (Kejadian 1:26), dengan kata lain "dibuat sama seperti Allah" dan dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat (Mazmur 8:6). Oleh karena itu keselamatan kita pun menjadi agenda penting bagi Tuhan, didasari oleh kasihNya yang begitu besar kepada kita. Dan itu Dia anugerahkan kepada manusia.
Anugerah? Ya, anugerah. Sebuah anugerah bukanlah anugerah apabila diberikan atas balas jasa. Justru karena kita sebenarnya tidak layak, tetapi Dia tetap memberikan, itulah yang disebut dengan anugerah. Alkitab menggambarkan dengan begitu menyentuh. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16) Adalah kasih yang begitu besar dari Allah yang sanggup menggerakkan hatiNya untuk mengorbankan Kristus untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, membayar lunas semua pelanggaran dan dosa kita, melepaskan kita dari kutuk dan menganugerahkan keselamatan yang seharusnya tidak layak kita miliki. Semua itu berasal dari sebuah anugerah yang diberikan Tuhan atas dasar besarnya kasihNya kepada kita. Bayangkan bagaimana hidup kita saat ini seandainya Yesus tidak datang ke dunia dan menebus dosa-dosa kita, mematahkan belenggu dosa dan kutuk, menggantikan kita di atas kayu salib dan menyelamatkan kita dari kematian. Itu jelas mengerikan.
(bersambung)
Wednesday, December 23, 2015
Kesukaan Besar Bagi Semua (2)
(sambungan)
Wow, betapa hebatnya kejadian yang mereka saksikan itu. Dan merekapun bergegas ke Betlehem untuk melihat langsung apa yang disampaikan Tuhan kepada mereka melalui perantaraan malaikat. Mereka segera menjumpai Maria, Yusuf dan Bayi Yesus yang tengah terbaring di dalam palungan atau yang dikenal dengan istilah lying in a manger. (ay 16). Mereka segera menyampaikan apa yang mereka alami sebelumnya. Dan setelah itu, "Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka." (ay 20). Saya membayangkan sorak sorai penuh semangat, perasaan sukacita yang melimpah memenuhi diri mereka sepanjang jalan. Apa yang mereka alami, apa yang disampaikan Tuhan, apa yang dianugerahkan Tuhan di malam itu sungguh merupakan kesukaan besar. Bukan hanya bagi sekumpulan gembala, tapi terlebih untuk seluruh bangsa. Bukan hanya pada saat itu, tapi sampai sekarang dan hingga dunia ini berakhir.
Kedatangan malaikat di depan para gembala seringkali dipakai untuk menggambarkan pesan kepada para gembala atau hamba Tuhan. Tapi bagi saya ini sebuah pesan yang sangat penting dari Tuhan buat semua kita yang percaya kepadaNya. Lihatlah serangkaian percakapan antara Yesus dan Simon Petrus pada Yohanes 21:15-19. Yesus tiga kali bertanya, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Tiga kali pula Petrus menjawab "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Lalu Yesus membalas jawaban Petrus tiga kali pula dengan kalimat yang sama. "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kepada setiap orang yang mengasihi Kristus telah diberikan tanggungjawab yang sama. Jika kita mengasihi Kristus, kita harus pula menggembalakan domba-dombaNya. Oleh sebab itulah pesan malaikat kepada gembala-gembala dalam Lukas 2 di atas merupakan pesan yang diberikan kepada kita semua, orang percaya yang mengasihi Kristus.
Kembali kepada topik hari ini, mari kita baca sekali lagi pesan tersebut. "Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa" (Lukas 2:10). Kedatangan Kristus ke dunia di awali dengan pesan ini, dan tepat sebelum Yesus terangkat ke surga, Dia meninggalkan pesan berupa Amanat Agung yang berbunyi: "pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20). Nyatalah bahwa kedatangan Kristus sungguh membawa keselamatan bukan saja kepada sekelompok orang, tapi berlaku kepada seluruh bangsa dalam semua generasi. Dan kepada kita semua telah diberikan tanggungjawab yang sama, bukan dalam bentuk keterpaksaan, tapi justru seharusnya hadir lewat suasana kesukaan besar. Penuh sukacita memberitahukan kabar gembira ini kepada semua orang. Penyelamat telah lahir, Dia telah menebus semuanya dengan lunas, dan lewat Dia kita diberikan jalan untuk menuju keselamatan yang kekal. Tidakkah itu merupakan kabar gembira yang seharusnya sanggup membuat kita semua bersorak sorai? Bukan hanya bagi kita, tapi kepada mereka yang belum mendengarnya pula, agar mereka pun bisa turut bersorak sorai dalam jaminan keselamatan lewat karya penebusan Kristus ke dunia.
Sekali lagi, pesan ini hadir buat semua kita, orang percaya yang mengasihi Tuhan, dan berlaku untuk seluruh bangsa. Siapapun berhak dan layak menerimanya, tidak peduli dari latar belakang atau golongan mana kita berasal. Dalam Kristus kita semua merupakan ciptaan baru (2 Korintus 5:17) yang sudah dilayakkan untuk menerima hak waris dalam KerajaanNya. Tidak ada perbedaan, kaya miskin, tua muda, status, jabatan dan sebagainya, semua mendapat kabar sukacita yang sama. Paulus mengatakan itu seperti ini: "Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya" (Roma 10:12). Atau lihatlah ini: "dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu." (Kolose 3:11).
Menjelang Natal tahun ini, apapun beban permasalahan yang menimpa anda saat ini, ingatlah pesan dari Tuhan di atas. Jangan takut! "Do not be afraid; for behold, I bring you good news of a great joy which will come to all the people." Juru Selamat telah lahir. Kita tidak perlu takut lagi, "sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Saatnya mengganti kesedihan, kegelisahan, keraguan, segala ratap tangis menjadi sukacita besar. Jika kita sudah mengimaninya, mari kita beritahukan pula kabar kesukaan besar ini kepada sesama kita yang belum mendengarnya, dan mari kita bersama-sama bersorak memuliakan Allah yang begitu peduli dan mengasihi kita.
Keselamatan merupakan anugerah Allah bagi seluruh bangsa yang diberikan lewat Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wow, betapa hebatnya kejadian yang mereka saksikan itu. Dan merekapun bergegas ke Betlehem untuk melihat langsung apa yang disampaikan Tuhan kepada mereka melalui perantaraan malaikat. Mereka segera menjumpai Maria, Yusuf dan Bayi Yesus yang tengah terbaring di dalam palungan atau yang dikenal dengan istilah lying in a manger. (ay 16). Mereka segera menyampaikan apa yang mereka alami sebelumnya. Dan setelah itu, "Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka." (ay 20). Saya membayangkan sorak sorai penuh semangat, perasaan sukacita yang melimpah memenuhi diri mereka sepanjang jalan. Apa yang mereka alami, apa yang disampaikan Tuhan, apa yang dianugerahkan Tuhan di malam itu sungguh merupakan kesukaan besar. Bukan hanya bagi sekumpulan gembala, tapi terlebih untuk seluruh bangsa. Bukan hanya pada saat itu, tapi sampai sekarang dan hingga dunia ini berakhir.
Kedatangan malaikat di depan para gembala seringkali dipakai untuk menggambarkan pesan kepada para gembala atau hamba Tuhan. Tapi bagi saya ini sebuah pesan yang sangat penting dari Tuhan buat semua kita yang percaya kepadaNya. Lihatlah serangkaian percakapan antara Yesus dan Simon Petrus pada Yohanes 21:15-19. Yesus tiga kali bertanya, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Tiga kali pula Petrus menjawab "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Lalu Yesus membalas jawaban Petrus tiga kali pula dengan kalimat yang sama. "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kepada setiap orang yang mengasihi Kristus telah diberikan tanggungjawab yang sama. Jika kita mengasihi Kristus, kita harus pula menggembalakan domba-dombaNya. Oleh sebab itulah pesan malaikat kepada gembala-gembala dalam Lukas 2 di atas merupakan pesan yang diberikan kepada kita semua, orang percaya yang mengasihi Kristus.
Kembali kepada topik hari ini, mari kita baca sekali lagi pesan tersebut. "Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa" (Lukas 2:10). Kedatangan Kristus ke dunia di awali dengan pesan ini, dan tepat sebelum Yesus terangkat ke surga, Dia meninggalkan pesan berupa Amanat Agung yang berbunyi: "pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20). Nyatalah bahwa kedatangan Kristus sungguh membawa keselamatan bukan saja kepada sekelompok orang, tapi berlaku kepada seluruh bangsa dalam semua generasi. Dan kepada kita semua telah diberikan tanggungjawab yang sama, bukan dalam bentuk keterpaksaan, tapi justru seharusnya hadir lewat suasana kesukaan besar. Penuh sukacita memberitahukan kabar gembira ini kepada semua orang. Penyelamat telah lahir, Dia telah menebus semuanya dengan lunas, dan lewat Dia kita diberikan jalan untuk menuju keselamatan yang kekal. Tidakkah itu merupakan kabar gembira yang seharusnya sanggup membuat kita semua bersorak sorai? Bukan hanya bagi kita, tapi kepada mereka yang belum mendengarnya pula, agar mereka pun bisa turut bersorak sorai dalam jaminan keselamatan lewat karya penebusan Kristus ke dunia.
Sekali lagi, pesan ini hadir buat semua kita, orang percaya yang mengasihi Tuhan, dan berlaku untuk seluruh bangsa. Siapapun berhak dan layak menerimanya, tidak peduli dari latar belakang atau golongan mana kita berasal. Dalam Kristus kita semua merupakan ciptaan baru (2 Korintus 5:17) yang sudah dilayakkan untuk menerima hak waris dalam KerajaanNya. Tidak ada perbedaan, kaya miskin, tua muda, status, jabatan dan sebagainya, semua mendapat kabar sukacita yang sama. Paulus mengatakan itu seperti ini: "Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya" (Roma 10:12). Atau lihatlah ini: "dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu." (Kolose 3:11).
Menjelang Natal tahun ini, apapun beban permasalahan yang menimpa anda saat ini, ingatlah pesan dari Tuhan di atas. Jangan takut! "Do not be afraid; for behold, I bring you good news of a great joy which will come to all the people." Juru Selamat telah lahir. Kita tidak perlu takut lagi, "sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Saatnya mengganti kesedihan, kegelisahan, keraguan, segala ratap tangis menjadi sukacita besar. Jika kita sudah mengimaninya, mari kita beritahukan pula kabar kesukaan besar ini kepada sesama kita yang belum mendengarnya, dan mari kita bersama-sama bersorak memuliakan Allah yang begitu peduli dan mengasihi kita.
Keselamatan merupakan anugerah Allah bagi seluruh bangsa yang diberikan lewat Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, December 22, 2015
Kesukaan Besar bagi Semua (1)
Ayat bacaan: Lukas 2:10
=======================
"Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa"
Seorang guru sekolah minggu memberi pertanyaan: apa yang paling menyenangkan buat anak-anak didiknya menjelang Natal. Jawaban pun muncul beragam. Mulai dari hadiah atau kado Natal dari orang tua dan kerabat terdekat lain, pohon terang yang memperindah ruangan rumah, berlibur ke tempat-tempat wisata dan yang paling menyentuh adalah ketika seorang anak dengan sinar mata gembira mengatakan bahwa yang paling menyenangkan hati di hari Natal adalah karena artinya kakek dan neneknya akan datang menginap di rumah dan orang tuanya ada di rumah merayakan bersama, tidak sibuk terus di luar seperti biasa. Dalam memasuki Natal banyak keluarga yang berkumpul merayakan bersama-sama. Sukacita begitu terasa. Jika kehadiran kakek dan nenek saja sudah bisa membuat hidup seorang anak kecil lebih bahagia, apalagi kehadiran Sang Juru Selamat ke dunia ini.
Sekarang coba bayangkan ini. Seandainya anda tengah terkurung, tidak bisa keluar dari sebuah ruangan penjara yang gelap dan lembab, tanpa kepastian kapan kita bisa menghirup kebebasan. Terpasung di ruangan pengap tanpa ada cahaya sedikitpun, dan kemungkinan akan berakhir pula di sana. Saat anda merasa semua sudah berakhir, tidak ada lagi harapan, tiba-tiba pintu terbuka dan cahaya terang segera menyeruak masuk membawa Sosok yang akan membebaskan kita. Bagaimana rasanya? Tentu perasaan bahagia yang luar biasa. Perasaan lega, gembira dan penuh sukacita akan segera mengisi hati kita.
Manusia pada dasarnya begitu mudah terjerat dan terikat, terkurung dalam selubung dosa. Tidak jarang dosa-dosa begitu erat mengikat kita, sehingga kita tidak kuasa untuk melepaskan diri darinya seperti ilustrasi barusan. Ada banyak yang terbelenggu oleh dosa sedemikian parah sehingga mereka tidak pernah bisa melangkah maju menatap ke depan. Ada yang sudah begitu terbiasa dalam kegelapan, sehingga sudah begitu asing dengan sinar terang. Tuhan tahu pergumulan kita. Tuhan tahu persis apa yang kita alami dan rasakan. Dan tidak hanya sekedar tahu, tapi Dia juga peduli, dan begitu mengasihi kita semua. Jurang menganga di depan kita yang akan menelan kita ke dalam kematian yang menyakitkan untuk selamanya. Tapi Tuhan tidak membiarkan itu terjadi. Dia sayang kepada anda dan saya, Dia ingin tidak satupun dari kita untuk binasa. Atas dasar itu Yesus pun lahir ke dunia.
Mari kita melihat sebuah catatan dalam Lukas 2:8-20 menjelang kelahiran Yesus yaitu dari pengalaman sekawanan gembala yang tengah menggembalakan ternak di padang rumput tepat pada malam kelahiran Yesus. Ketika mereka sedang menjaga ternak di malam hari terjadilah hal yang bisa membuat siapapun terpana. "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan." (ay 9). Untuk apa malaikat ini datang? Kedatangannya adalah untuk menyampaikan kabar gembira. "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa." (ay 10). Dan inilah berita besarnya "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." (ay 11). Sang Penebus, Sang Juru Selamat, Kristus Tuhan telah lahir! Malaikat memberitahukan tanda kepada mereka. Dan tiba-tiba pada saat itu mereka melihat "bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah." (ay 13)
(bersambung)
=======================
"Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa"
Seorang guru sekolah minggu memberi pertanyaan: apa yang paling menyenangkan buat anak-anak didiknya menjelang Natal. Jawaban pun muncul beragam. Mulai dari hadiah atau kado Natal dari orang tua dan kerabat terdekat lain, pohon terang yang memperindah ruangan rumah, berlibur ke tempat-tempat wisata dan yang paling menyentuh adalah ketika seorang anak dengan sinar mata gembira mengatakan bahwa yang paling menyenangkan hati di hari Natal adalah karena artinya kakek dan neneknya akan datang menginap di rumah dan orang tuanya ada di rumah merayakan bersama, tidak sibuk terus di luar seperti biasa. Dalam memasuki Natal banyak keluarga yang berkumpul merayakan bersama-sama. Sukacita begitu terasa. Jika kehadiran kakek dan nenek saja sudah bisa membuat hidup seorang anak kecil lebih bahagia, apalagi kehadiran Sang Juru Selamat ke dunia ini.
Sekarang coba bayangkan ini. Seandainya anda tengah terkurung, tidak bisa keluar dari sebuah ruangan penjara yang gelap dan lembab, tanpa kepastian kapan kita bisa menghirup kebebasan. Terpasung di ruangan pengap tanpa ada cahaya sedikitpun, dan kemungkinan akan berakhir pula di sana. Saat anda merasa semua sudah berakhir, tidak ada lagi harapan, tiba-tiba pintu terbuka dan cahaya terang segera menyeruak masuk membawa Sosok yang akan membebaskan kita. Bagaimana rasanya? Tentu perasaan bahagia yang luar biasa. Perasaan lega, gembira dan penuh sukacita akan segera mengisi hati kita.
Manusia pada dasarnya begitu mudah terjerat dan terikat, terkurung dalam selubung dosa. Tidak jarang dosa-dosa begitu erat mengikat kita, sehingga kita tidak kuasa untuk melepaskan diri darinya seperti ilustrasi barusan. Ada banyak yang terbelenggu oleh dosa sedemikian parah sehingga mereka tidak pernah bisa melangkah maju menatap ke depan. Ada yang sudah begitu terbiasa dalam kegelapan, sehingga sudah begitu asing dengan sinar terang. Tuhan tahu pergumulan kita. Tuhan tahu persis apa yang kita alami dan rasakan. Dan tidak hanya sekedar tahu, tapi Dia juga peduli, dan begitu mengasihi kita semua. Jurang menganga di depan kita yang akan menelan kita ke dalam kematian yang menyakitkan untuk selamanya. Tapi Tuhan tidak membiarkan itu terjadi. Dia sayang kepada anda dan saya, Dia ingin tidak satupun dari kita untuk binasa. Atas dasar itu Yesus pun lahir ke dunia.
Mari kita melihat sebuah catatan dalam Lukas 2:8-20 menjelang kelahiran Yesus yaitu dari pengalaman sekawanan gembala yang tengah menggembalakan ternak di padang rumput tepat pada malam kelahiran Yesus. Ketika mereka sedang menjaga ternak di malam hari terjadilah hal yang bisa membuat siapapun terpana. "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan." (ay 9). Untuk apa malaikat ini datang? Kedatangannya adalah untuk menyampaikan kabar gembira. "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa." (ay 10). Dan inilah berita besarnya "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." (ay 11). Sang Penebus, Sang Juru Selamat, Kristus Tuhan telah lahir! Malaikat memberitahukan tanda kepada mereka. Dan tiba-tiba pada saat itu mereka melihat "bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah." (ay 13)
(bersambung)
Monday, December 21, 2015
Mempersiapkan Diri
Ayat bacaan: Matius 3:2
=================
"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
Episode perjalanan hidup kita di tahun 2015 sebentar lagi selesai, dan sebentar lagi kita akan merayakan kelahiran Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat yang telah membebaskan kita dari belenggu kutuk dan dosa, dilayakkan menerima keselamatan sehingga bisa masuk ke tahta Allah. Tidak ada salahnya untuk mempersiapkan perayaan-perayaan yang bisa mewakili rasa sukacita kita akan anugerah luar biasa yang diberikan Tuhan Yesus, tetapi jangan sampai itu membuat kita lupa akan esensi Natal yang sesungguhnya, dan juga lupa untuk mempersiapkan diri kita menjelang datangnya hari istimewa yang akan kita rayakan sebentar lagi.
Yohanes Pembaptis adalah nabi yang ditugaskan untuk mempersiapkan jalan untuk kedatangan Tuhan turun ke bumi untuk melakukan pelayanan dan misi penyelamatan. Yohanes berseru: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 3:2). He said, "Repent, for the kingdom of heaven is at hand!". Matius mencatat bahwa "Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya." (ay 3). Apa yang dikatakan Matius adalah mengingatkan kembali tentang nubuat nabi Yesaya sekian ratus tahun sebelumnya. "Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!" (Yesaya 40:4). Nubuat ini kemudian kembali diulang oleh Maleakhi. "Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam." (Maleakhi 3:1).
Persiapkan. Demikian kata nubuatan itu. Apa sebenarnya yang harus dipersiapkan? Melanjutkan ayat dalam Yesaya di atas, kita bisa melihat pesan Tuhan mengenai apa yang harus kita persiapkan. "Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya." (Yesaya 40:4-5). Kita harus mempersiapkan diri kita, terlebih hati kita menjelang memperingati kelahiran Kristus di bulan ini. Meratakan segala yang berbukit, berliku, membersihkan segala kotoran dalam hati kita sangat penting untuk kita persiapkan. Tanpa itu maka kedatangan Kristus hanya akan sia-sia saja bagi kita, berlalu tanpa makna. Dan dengan singkat Yohanes Pembaptis menggambarkannya dengan sangat sederhana: "bertobatlah."
Yohanes mempersiapkan jalan bagi Sang Penebus dengan menyerukan pesan penting mengenai pertobatan. (Lukas 3:3). Ini adalah sebuah persiapan yang seharusnya lebih kita pentingkan lebih dari segala yang lain di bulan ini. Adalah sangat penting bagi kita untuk memasuki Natal dengan sebentuk hati yang suci. Meratakan hati kita dari berbagai timbunan dosa adalah persiapan terbaik untuk menyambut kehadiran Tuhan dalam hati kita. Untuk melakukannya, kita perlu mengakui segala dosa dan kesalahan kita, berpaling dari itu semua dan memperbaharui atau meningkatkan hubungan kita dengan Tuhan dengan lebih baik lagi. Dengan melakukan itu semua, maka kita pun akan mampu merayakan Natal dengan damai dan sukacita yang sejati.
Tuhan begitu mengasihi kita dengan menganugerahkan Yesus Kristus untuk menebus segala dosa kita. Mari kita persiapkan hati kita sebaik-baiknya menjelang perayaan Natal tahun ini, mari kita renungkan segala kebaikanNya, mengucap syukur dan berterimakasih atas semua anugerahNya. Mari kita ratakan jalan-jalan yang masih belum baik dalam diri kita agar kita semakin serupa denganNya. Jaga diri kita, perilaku dan cara/gaya hidup kita agar tetap seturut kehendak Allah, menjadi pelaku-pelaku Firman yang nyata di tengah dunia. Lebih dari persiapan-persiapan pesta dan sebagainya, mempersiapkan hati kita dengan sepenuhnya untuk menerima Kristus hadir di dalamnya akan jauh lebih bermanfaat dalam menyambut Natal.
Jadikan Natal bermakna dengan mempersiapkan hati kita untuk menerima Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=================
"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
Episode perjalanan hidup kita di tahun 2015 sebentar lagi selesai, dan sebentar lagi kita akan merayakan kelahiran Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat yang telah membebaskan kita dari belenggu kutuk dan dosa, dilayakkan menerima keselamatan sehingga bisa masuk ke tahta Allah. Tidak ada salahnya untuk mempersiapkan perayaan-perayaan yang bisa mewakili rasa sukacita kita akan anugerah luar biasa yang diberikan Tuhan Yesus, tetapi jangan sampai itu membuat kita lupa akan esensi Natal yang sesungguhnya, dan juga lupa untuk mempersiapkan diri kita menjelang datangnya hari istimewa yang akan kita rayakan sebentar lagi.
Yohanes Pembaptis adalah nabi yang ditugaskan untuk mempersiapkan jalan untuk kedatangan Tuhan turun ke bumi untuk melakukan pelayanan dan misi penyelamatan. Yohanes berseru: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 3:2). He said, "Repent, for the kingdom of heaven is at hand!". Matius mencatat bahwa "Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya." (ay 3). Apa yang dikatakan Matius adalah mengingatkan kembali tentang nubuat nabi Yesaya sekian ratus tahun sebelumnya. "Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!" (Yesaya 40:4). Nubuat ini kemudian kembali diulang oleh Maleakhi. "Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam." (Maleakhi 3:1).
Persiapkan. Demikian kata nubuatan itu. Apa sebenarnya yang harus dipersiapkan? Melanjutkan ayat dalam Yesaya di atas, kita bisa melihat pesan Tuhan mengenai apa yang harus kita persiapkan. "Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya." (Yesaya 40:4-5). Kita harus mempersiapkan diri kita, terlebih hati kita menjelang memperingati kelahiran Kristus di bulan ini. Meratakan segala yang berbukit, berliku, membersihkan segala kotoran dalam hati kita sangat penting untuk kita persiapkan. Tanpa itu maka kedatangan Kristus hanya akan sia-sia saja bagi kita, berlalu tanpa makna. Dan dengan singkat Yohanes Pembaptis menggambarkannya dengan sangat sederhana: "bertobatlah."
Yohanes mempersiapkan jalan bagi Sang Penebus dengan menyerukan pesan penting mengenai pertobatan. (Lukas 3:3). Ini adalah sebuah persiapan yang seharusnya lebih kita pentingkan lebih dari segala yang lain di bulan ini. Adalah sangat penting bagi kita untuk memasuki Natal dengan sebentuk hati yang suci. Meratakan hati kita dari berbagai timbunan dosa adalah persiapan terbaik untuk menyambut kehadiran Tuhan dalam hati kita. Untuk melakukannya, kita perlu mengakui segala dosa dan kesalahan kita, berpaling dari itu semua dan memperbaharui atau meningkatkan hubungan kita dengan Tuhan dengan lebih baik lagi. Dengan melakukan itu semua, maka kita pun akan mampu merayakan Natal dengan damai dan sukacita yang sejati.
Tuhan begitu mengasihi kita dengan menganugerahkan Yesus Kristus untuk menebus segala dosa kita. Mari kita persiapkan hati kita sebaik-baiknya menjelang perayaan Natal tahun ini, mari kita renungkan segala kebaikanNya, mengucap syukur dan berterimakasih atas semua anugerahNya. Mari kita ratakan jalan-jalan yang masih belum baik dalam diri kita agar kita semakin serupa denganNya. Jaga diri kita, perilaku dan cara/gaya hidup kita agar tetap seturut kehendak Allah, menjadi pelaku-pelaku Firman yang nyata di tengah dunia. Lebih dari persiapan-persiapan pesta dan sebagainya, mempersiapkan hati kita dengan sepenuhnya untuk menerima Kristus hadir di dalamnya akan jauh lebih bermanfaat dalam menyambut Natal.
Jadikan Natal bermakna dengan mempersiapkan hati kita untuk menerima Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sunday, December 20, 2015
Mempertanggungjawabkan Kebebasan (2)
(sambungan)
Selanjutnya hal yang tidak kalah penting bisa kita peroleh dari ayat berikutnya. "Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain." (ay 24). Dari sini kita bisa melihat bahwa sebuah kebebasan yang kita miliki seharusnya tidak dipakai untuk kepentingan diri sendiri, tetapi melihat apa yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Marilah kita pikirkan bersama segala sesuatu yang kita lakukan sehari-hari. Apakah itu memberkati orang lain atau malah mengganggu? Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang kita anggap baik bagi diri kita tetapi itu mengganggu kepentingan orang lain atau bahkan merugikan mereka.
Satu hal lagi yang bisa kita peroleh dari surat 1 Korintus pasal 10 ini adalah: apakah segala sesuatu yang kita lakukan itu memuliakan Allah atau tidak? Sebab Firman Tuhan berkata: "Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (ay 31).
Perhatikanlah bahwa sudah menjadi kewajiban kita untuk memuliakan Allah, Sang Pencipta kita dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Memaksakan kehendak dengan cara-cara yang tidak baik, memusuhi orang lain, menghakimi, memupuk dendam, berusaha membalas kejahatan dengan kejahatan dan lain-lain akan membuat kita justru menjadi batu sandungan yang malah akan mempermalukan Allah.
Sebuah kesimpulan yang sangat baik dalam menyikapi kebebasan bisa kita baca dalam surat Galatia. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13).
Jangan pergunakan kemerdekaan atau kebebasan seenaknya sehingga kita merasa wajar untuk hidup dalam dosa, tetapi hendaklah itu kita pergunakan untuk melayani atas dasar kasih. Alangkah pentingnya memiliki kasih sejati dalam hidup kita, yang akan mampu membuat pola pikir kita berbeda dari pola pikir dunia terhadap arti sebuah kebebasan.
Petrus berkata: "Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Sebuah kehidupan yang merdeka seharusnya dipakai untuk menjadi hamba Allah, yang akan memuliakanNya lebih lagi, dan bukan untuk berbuat berbagai kejahatan yang akan menghancurkan diri kita sendiri, keluarga kita dan orang lain. Dalam Kristus kita sudah menjadi ciptaan baru, dengan pola pikir yang seharusnya baru pula yang akan memampukan kita untuk menyikapi kebebasan dengan rasa penuh tanggung jawab.
Kebebasan diberikan kepada kita bukan untuk membuat segalanya semakin buruk, tetapi justru agar kehidupan manusia bisa semakin baik. Meski mungkin dunia masih berpikir berbeda, janganlah kita malah ikut-ikutan. Mari nyatakan bagaimana bentuk kebebasan yang semestinya seperti apa yang dikatakan firman Tuhan. Inilah saatnya untuk menunjukkan bagaimana cara menyikapi kemerdekaan yang sebenarnya dengan penuh tanggungjawab seperti yang sudah seharusnya dilakukan oleh umat Tuhan.
Gunakanlah setiap kemerdekaan yang kita peroleh untuk memberkati orang lain
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Selanjutnya hal yang tidak kalah penting bisa kita peroleh dari ayat berikutnya. "Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain." (ay 24). Dari sini kita bisa melihat bahwa sebuah kebebasan yang kita miliki seharusnya tidak dipakai untuk kepentingan diri sendiri, tetapi melihat apa yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Marilah kita pikirkan bersama segala sesuatu yang kita lakukan sehari-hari. Apakah itu memberkati orang lain atau malah mengganggu? Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang kita anggap baik bagi diri kita tetapi itu mengganggu kepentingan orang lain atau bahkan merugikan mereka.
Satu hal lagi yang bisa kita peroleh dari surat 1 Korintus pasal 10 ini adalah: apakah segala sesuatu yang kita lakukan itu memuliakan Allah atau tidak? Sebab Firman Tuhan berkata: "Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (ay 31).
Perhatikanlah bahwa sudah menjadi kewajiban kita untuk memuliakan Allah, Sang Pencipta kita dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Memaksakan kehendak dengan cara-cara yang tidak baik, memusuhi orang lain, menghakimi, memupuk dendam, berusaha membalas kejahatan dengan kejahatan dan lain-lain akan membuat kita justru menjadi batu sandungan yang malah akan mempermalukan Allah.
Sebuah kesimpulan yang sangat baik dalam menyikapi kebebasan bisa kita baca dalam surat Galatia. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13).
Jangan pergunakan kemerdekaan atau kebebasan seenaknya sehingga kita merasa wajar untuk hidup dalam dosa, tetapi hendaklah itu kita pergunakan untuk melayani atas dasar kasih. Alangkah pentingnya memiliki kasih sejati dalam hidup kita, yang akan mampu membuat pola pikir kita berbeda dari pola pikir dunia terhadap arti sebuah kebebasan.
Petrus berkata: "Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Sebuah kehidupan yang merdeka seharusnya dipakai untuk menjadi hamba Allah, yang akan memuliakanNya lebih lagi, dan bukan untuk berbuat berbagai kejahatan yang akan menghancurkan diri kita sendiri, keluarga kita dan orang lain. Dalam Kristus kita sudah menjadi ciptaan baru, dengan pola pikir yang seharusnya baru pula yang akan memampukan kita untuk menyikapi kebebasan dengan rasa penuh tanggung jawab.
Kebebasan diberikan kepada kita bukan untuk membuat segalanya semakin buruk, tetapi justru agar kehidupan manusia bisa semakin baik. Meski mungkin dunia masih berpikir berbeda, janganlah kita malah ikut-ikutan. Mari nyatakan bagaimana bentuk kebebasan yang semestinya seperti apa yang dikatakan firman Tuhan. Inilah saatnya untuk menunjukkan bagaimana cara menyikapi kemerdekaan yang sebenarnya dengan penuh tanggungjawab seperti yang sudah seharusnya dilakukan oleh umat Tuhan.
Gunakanlah setiap kemerdekaan yang kita peroleh untuk memberkati orang lain
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, December 19, 2015
Mempertanggungjawabkan Kebebasan (1)
Ayat bacaan: 1 Korintus 10:23
======================
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun."
Kebebasan merupakan keinginan semua orang. Tidak ada satupun orang yang mau terkungkung, dikekang dan dibatasi dalam hidupnya. Tapi kemudian saat kebebasan diberikan, pertanyaannya adalah, apakah kita mampu mempertanggungjawabkan kebebasan itu dengan baik? Adalah sebuah fakta bahwa tidak semua orang siap menerima kebebasan dan menyikapinya dengan benar.Ada banyak yang mengira bahwa kebebasan membuatnya bisa melakukan apapun semaunya tanpa halangan, termasuk di dalamnya memaksakan kehendak. Bahkan kalau perlu dengan kekerasan. Kata saling pengertian dan toleransi semakin lama semakin menghilang dari tatanan masyarakat, digantikan pemaksaan kaum mayoritas terhadap minoritas. Bisa brutal dan merusak bahkan menghilangkan nyawa. Menyuarakan aspirasi tentu saja tidak salah. Itu hak setiap warga negara. Tapi sebuah kemerdekaan tanpa rambu-rambu jelas akan membahayakan bahkan menghancurkan, bukan saja diri kita tetapi juga orang banyak atau bahkan negara. Kemerdekaan yang dijalankan atas kepentingan pribadi atau golongan akan menimbulkan banyak masalah. Bayangkan jika setiap orang merasa dirinya paling benar dan berhak menghancurkan yang tidak sepaham dengan mereka, apa jadinya dunia ini?
Dunia ini merupakan sebuah titipan Tuhan kepada manusia. Kita diijinkan untuk menikmatinya, tetapi jangan lupa bahwa ada tugas penting bagi kita untuk mengelola bumi dengan segala isinya dengan sebaik-baiknya, dan itu sudah digariskan Tuhan sejak pada awal penciptaan. (Kejadian 1:26,28). Bagaimana bentuk pertanggungjawaban kita kelak seandainya kita bukannya melestarikan tapi malah ambil bagian dari proses kehancuran bumi yang kita diami sekarang ini?
Kebebasan bukanlah berarti bisa melakukan apapun seenaknya. Sebuah kebebasan seharusnya bisa dipertanggungjawabkan dan dipakai untuk tujuan-tujuan yang positif. Sebuah kebebasan seharusnya membuat kehidupan di muka bumi ini semakin damai dan sejahtera, bukannya semakin hancur dan berjalan tidak karu-karuan.
Masalah salah kaprah dalam menyikapi kebebasan dan kemerdekaan bukan saja menjadi isu bagi manusia di jaman sekarang, tetapi sudah berlangsung sejak dahulu kala. Kita bisa belajar dari apa yang dikatakan Paulus dalam surat 1 Korintus pasal 10. Paulus berkata: "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun." (1 Korintus 10:23).
Dari ayat ini kita bisa belajar apa yang bisa kita jadikan sebuah dasar pertimbangan dalam menyikapi kebebasan, yaitu:
- apakah kebebasan itu bermanfaat bagi kita dan sesama atau tidak?
- apakah kebebasan yang kita peroleh itu membangun kehidupan kita atau tidak?
- Apakah itu memberkati kota dimana kita tinggal atau malah membuatnya semakin kacau?
Ini merupakan hal yang penting untuk kita sikapi dalam alam kebebasan. Sebab apalah gunanya kita melakukan sesuatu apabila itu malah membuat kita semakin menjauh dari Tuhan, semakin menghancurkan hidup kita atau menyengsarakan orang lain? Apakah kita harus tega menghancurkan hidup orang lain hanya demi memuaskan hasrat yang ada dalam diri kita? Itu bukanlah gambaran sikap yang diinginkan Tuhan dalam memberikan kemerdekaan atau kebebasan bagi umatNya.
(bersambung)
======================
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun."
Kebebasan merupakan keinginan semua orang. Tidak ada satupun orang yang mau terkungkung, dikekang dan dibatasi dalam hidupnya. Tapi kemudian saat kebebasan diberikan, pertanyaannya adalah, apakah kita mampu mempertanggungjawabkan kebebasan itu dengan baik? Adalah sebuah fakta bahwa tidak semua orang siap menerima kebebasan dan menyikapinya dengan benar.Ada banyak yang mengira bahwa kebebasan membuatnya bisa melakukan apapun semaunya tanpa halangan, termasuk di dalamnya memaksakan kehendak. Bahkan kalau perlu dengan kekerasan. Kata saling pengertian dan toleransi semakin lama semakin menghilang dari tatanan masyarakat, digantikan pemaksaan kaum mayoritas terhadap minoritas. Bisa brutal dan merusak bahkan menghilangkan nyawa. Menyuarakan aspirasi tentu saja tidak salah. Itu hak setiap warga negara. Tapi sebuah kemerdekaan tanpa rambu-rambu jelas akan membahayakan bahkan menghancurkan, bukan saja diri kita tetapi juga orang banyak atau bahkan negara. Kemerdekaan yang dijalankan atas kepentingan pribadi atau golongan akan menimbulkan banyak masalah. Bayangkan jika setiap orang merasa dirinya paling benar dan berhak menghancurkan yang tidak sepaham dengan mereka, apa jadinya dunia ini?
Dunia ini merupakan sebuah titipan Tuhan kepada manusia. Kita diijinkan untuk menikmatinya, tetapi jangan lupa bahwa ada tugas penting bagi kita untuk mengelola bumi dengan segala isinya dengan sebaik-baiknya, dan itu sudah digariskan Tuhan sejak pada awal penciptaan. (Kejadian 1:26,28). Bagaimana bentuk pertanggungjawaban kita kelak seandainya kita bukannya melestarikan tapi malah ambil bagian dari proses kehancuran bumi yang kita diami sekarang ini?
Kebebasan bukanlah berarti bisa melakukan apapun seenaknya. Sebuah kebebasan seharusnya bisa dipertanggungjawabkan dan dipakai untuk tujuan-tujuan yang positif. Sebuah kebebasan seharusnya membuat kehidupan di muka bumi ini semakin damai dan sejahtera, bukannya semakin hancur dan berjalan tidak karu-karuan.
Masalah salah kaprah dalam menyikapi kebebasan dan kemerdekaan bukan saja menjadi isu bagi manusia di jaman sekarang, tetapi sudah berlangsung sejak dahulu kala. Kita bisa belajar dari apa yang dikatakan Paulus dalam surat 1 Korintus pasal 10. Paulus berkata: "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun." (1 Korintus 10:23).
Dari ayat ini kita bisa belajar apa yang bisa kita jadikan sebuah dasar pertimbangan dalam menyikapi kebebasan, yaitu:
- apakah kebebasan itu bermanfaat bagi kita dan sesama atau tidak?
- apakah kebebasan yang kita peroleh itu membangun kehidupan kita atau tidak?
- Apakah itu memberkati kota dimana kita tinggal atau malah membuatnya semakin kacau?
Ini merupakan hal yang penting untuk kita sikapi dalam alam kebebasan. Sebab apalah gunanya kita melakukan sesuatu apabila itu malah membuat kita semakin menjauh dari Tuhan, semakin menghancurkan hidup kita atau menyengsarakan orang lain? Apakah kita harus tega menghancurkan hidup orang lain hanya demi memuaskan hasrat yang ada dalam diri kita? Itu bukanlah gambaran sikap yang diinginkan Tuhan dalam memberikan kemerdekaan atau kebebasan bagi umatNya.
(bersambung)
Friday, December 18, 2015
Penonton Pasif dan Pelaku Aktif (2)
(sambungan)
Sulitkah? Mungkin. Repot? Mungkin saja. Mungkin perlu banyak waktu yang harus rela kita bagikan, waktu-waktu senggang kita, dan sebagian dari yang kita miliki. Tapi terlalu sulit, ya tidak juga. Kita seharusnya tidak perlu merasa kesulitan untuk menjalankan peran sebagai imamat yang rajani karena sebenarnya Tuhan sudah mempersiapkan kita secara baik. Selain itu Yesus juga sudah berjanji untuk senantiasa menyertai kita, Dia juga telah membekali kita dengan kuasa-kuasa luar biasa. Ketahuilah bahwa Tuhan tidak pernah hanya menyuruh kita tanpa menyediakan semua kebutuhan yang diperlukan dalam menjalankan tugas.
Sejauh mana yang Tuhan sediakan? Lihatlah ayat berikut ini: "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19). Lantas lihat pula ayat berikut ini: "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8). Kuasa tidak ditahan tapi diberikan agar kita mampu berperan langsung menjadi saksi Kristus baik di lingkungan kita bahkan bisa meningkat sampai ke ujung bumi. Semua ini dengan jelas menyatakan bahwa tidak satupun dari kita yang dipanggil hanya untuk berpangku tangan hanya duduk diam di kursi penonton saja sambil menanti semua yang terbaik datang pada kita tanpa melakukan apa-apa. Kita semua dituntut untuk menjadi pelaku yang siap berbuat yang terbaik dengan segala yang kita miliki, berperan secara langsung dan nyata sesuai dengan panggilan kita masing-masing, untuk menjadi rekan-rekan sekerja Tuhan di muka bumi ini. Disanalah anda akan mengalami berbagai perbuatanNya yang ajaib, bukan untuk disimpan sendiri melainkan untuk menjadi kesaksian bagi orang lain akan kuasa dan kasih Allah yang tak terbatas.
Kerajaan Allah tidak akan turun ke muka bumi ini tanpa peran orang-orang percaya. Anda tidak bisa berharap atau bermimpi untuk sebuah dunia yang damai, aman, sejahtera, sentosa jika anda tidak mulai berpikir untuk melakukan sesuatu yang nyata. Dengan status setinggi imamat yang rajani dan disematkan tugas untuk menjadi terang dan garam, itu artinya kita punya tugas sesuai dengan bidang kita masing-masing. Jika anda rindu untuk melihat Kerajaan Allah terus diperluas di dunia ini, maka itu artinya anda harus pula terjun dan berperan secara langsung di dalamnya. Bukan lagi sekedar menempatkan diri sebagai jemaat biasa yang datang ke gereja hanya sebagai penonton saja, hanya mencari berkat bagi diri mereka sendiri dan tidak mempedulikan keselamatan orang-orang di sekitarnya, bukan lagi berdiri sebagai umat yang hanya mau menerima tanpa pernah mau memberi, melainkan harus mulai berpikir untuk tampil secara langsung sebagai pelaku-pelaku yang menyandang gelar imamat yang rajani. Yesus sendiri sudah menyatakan, "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Matius 9:37).
Ini saatnya menjadi terang yang bercahaya bagi sekitar kita. Inilah waktunya untuk mulai melakukan karya nyata. Yesus menghimbau kita "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 9:16). Terang tidak akan berfungsi apa-apa jika hanya disimpan dibawah kolong atau ditutup rapat dalam kotak. Terang hanya akan bercayaha jika diletakkan di atas dalam kegelapan. Jika terang sudah berfungsi sebagaimana mestinya, maka tidak ada satupun kegelapan yang mampu mengalahkan terang. Demikian pula kita semua, anak-anak Tuhan hendaklah bertindak sebagai pemain-pemain andalan Tuhan secara langsung dan tidak berhenti hanya sebagai penonton saja, apalagi kalau sudah tidak bikin apa-apa tapi malah sibuk mengomentari, mengeluh, memprotes dan mencela tanpa mau berbuat sesuatu yang nyata.
Kita dipersiapkan Tuhan untuk menjadi pelaku-pelaku, rekan sekerjaNya dalam menuai di dunia ini dan bukan penonton pasif yang tidak pernah merasakan apa-apa daripadaNya. Siapkah anda berperan sebagai pelaku langsung dalam arena Kerajaan Allah? Menjelang perayaan Natal, mari renungkan dan persiapkan diri kita. Jadilah pelaku-pelaku tangguh sebagai rekan sekerjaNya, sandanglah gelar imamat yang rajani dengan penuh rasa syukur dan jalankan dengan penuh tanggung jawab.
Sesuai jabatan yang disandang, jadilah pelaku-pelaku yang aktif, giat dan tangguh, bukan penonton pasif, malas dan hanya mau dilayani saja
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sulitkah? Mungkin. Repot? Mungkin saja. Mungkin perlu banyak waktu yang harus rela kita bagikan, waktu-waktu senggang kita, dan sebagian dari yang kita miliki. Tapi terlalu sulit, ya tidak juga. Kita seharusnya tidak perlu merasa kesulitan untuk menjalankan peran sebagai imamat yang rajani karena sebenarnya Tuhan sudah mempersiapkan kita secara baik. Selain itu Yesus juga sudah berjanji untuk senantiasa menyertai kita, Dia juga telah membekali kita dengan kuasa-kuasa luar biasa. Ketahuilah bahwa Tuhan tidak pernah hanya menyuruh kita tanpa menyediakan semua kebutuhan yang diperlukan dalam menjalankan tugas.
Sejauh mana yang Tuhan sediakan? Lihatlah ayat berikut ini: "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19). Lantas lihat pula ayat berikut ini: "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8). Kuasa tidak ditahan tapi diberikan agar kita mampu berperan langsung menjadi saksi Kristus baik di lingkungan kita bahkan bisa meningkat sampai ke ujung bumi. Semua ini dengan jelas menyatakan bahwa tidak satupun dari kita yang dipanggil hanya untuk berpangku tangan hanya duduk diam di kursi penonton saja sambil menanti semua yang terbaik datang pada kita tanpa melakukan apa-apa. Kita semua dituntut untuk menjadi pelaku yang siap berbuat yang terbaik dengan segala yang kita miliki, berperan secara langsung dan nyata sesuai dengan panggilan kita masing-masing, untuk menjadi rekan-rekan sekerja Tuhan di muka bumi ini. Disanalah anda akan mengalami berbagai perbuatanNya yang ajaib, bukan untuk disimpan sendiri melainkan untuk menjadi kesaksian bagi orang lain akan kuasa dan kasih Allah yang tak terbatas.
Kerajaan Allah tidak akan turun ke muka bumi ini tanpa peran orang-orang percaya. Anda tidak bisa berharap atau bermimpi untuk sebuah dunia yang damai, aman, sejahtera, sentosa jika anda tidak mulai berpikir untuk melakukan sesuatu yang nyata. Dengan status setinggi imamat yang rajani dan disematkan tugas untuk menjadi terang dan garam, itu artinya kita punya tugas sesuai dengan bidang kita masing-masing. Jika anda rindu untuk melihat Kerajaan Allah terus diperluas di dunia ini, maka itu artinya anda harus pula terjun dan berperan secara langsung di dalamnya. Bukan lagi sekedar menempatkan diri sebagai jemaat biasa yang datang ke gereja hanya sebagai penonton saja, hanya mencari berkat bagi diri mereka sendiri dan tidak mempedulikan keselamatan orang-orang di sekitarnya, bukan lagi berdiri sebagai umat yang hanya mau menerima tanpa pernah mau memberi, melainkan harus mulai berpikir untuk tampil secara langsung sebagai pelaku-pelaku yang menyandang gelar imamat yang rajani. Yesus sendiri sudah menyatakan, "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Matius 9:37).
Ini saatnya menjadi terang yang bercahaya bagi sekitar kita. Inilah waktunya untuk mulai melakukan karya nyata. Yesus menghimbau kita "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 9:16). Terang tidak akan berfungsi apa-apa jika hanya disimpan dibawah kolong atau ditutup rapat dalam kotak. Terang hanya akan bercayaha jika diletakkan di atas dalam kegelapan. Jika terang sudah berfungsi sebagaimana mestinya, maka tidak ada satupun kegelapan yang mampu mengalahkan terang. Demikian pula kita semua, anak-anak Tuhan hendaklah bertindak sebagai pemain-pemain andalan Tuhan secara langsung dan tidak berhenti hanya sebagai penonton saja, apalagi kalau sudah tidak bikin apa-apa tapi malah sibuk mengomentari, mengeluh, memprotes dan mencela tanpa mau berbuat sesuatu yang nyata.
Kita dipersiapkan Tuhan untuk menjadi pelaku-pelaku, rekan sekerjaNya dalam menuai di dunia ini dan bukan penonton pasif yang tidak pernah merasakan apa-apa daripadaNya. Siapkah anda berperan sebagai pelaku langsung dalam arena Kerajaan Allah? Menjelang perayaan Natal, mari renungkan dan persiapkan diri kita. Jadilah pelaku-pelaku tangguh sebagai rekan sekerjaNya, sandanglah gelar imamat yang rajani dengan penuh rasa syukur dan jalankan dengan penuh tanggung jawab.
Sesuai jabatan yang disandang, jadilah pelaku-pelaku yang aktif, giat dan tangguh, bukan penonton pasif, malas dan hanya mau dilayani saja
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, December 17, 2015
Penonton Pasif dan Pelaku Aktif (1)
Ayat bacaan: 1 Petrus 2:9
==================
"Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib"
Hanya menyaksikan dari kursi penonton dan langsung jadi pemain tentu sangat berbeda rasanya. Ambil contoh di lapangan bola. Betapa mudahnya penonton memaki-maki pemain dan wasit. Padahal kalau mereka yang ditaruh di lapangan belum tentu bisa lebih baik dari sang pemain atau wasit itu sendiri. Banyak orang yang cuma pintar komentar, jago mengkritik tapi kalau jadi pemain hasilnya nol besar. Dan kebanyakan orang seperti itu sifatnya. Hanya mau jadi penonton dan menolak jadi pelaku, sudah begitu ribut lagi. Padahal jelas, segala komentar itu biasanya sirna kalau sudah menjadi pelaku langsung yang secara langsung pula merasakan sulitnya menjadi pemain dan bukan hanya penonton.
Ada perbedaan nyata antara penonton dan pelaku atau pemain. Dalam hal kerohanian hal yang sama berlaku. Bagaimana dalam kehidupan kerohanian kita sekarang, dimanakah posisi kita berdiri saat ini? Apakah kita berada di posisi pelaku atau masih berada di kursi penonton? Apakah kita hanya tercengang dan merasa wah atau wow mendengar berbagai kesaksian orang lain atas mukjizat ajaib Tuhan yang terjadi atas mereka atau kita sudah mengalaminya sendiri secara langsung kemudian sudah membawa orang untuk mengalami Tuhan baik lewat kesaksian maupun perbuatan kita? Apakah kita sudah berkontribusi dan berperan langsung sebagai saluran berkat, menjadi duta-duta Kerajaan yang menyampaikan Amanat Agung secara nyata atau masih pada posisi yang hanya menyaksikan dari kejauhan? Apakah kita sudah memberi atau masih hanya mau menerima saja?
Pada kenyataannya lebih banyak orang Kristen yang terlanjur puas dengan hanya berada di bangku penonton ketimbang aktif secara langsung dalam melakukan pekerjaan Tuhan atau menjadi rekan sekerjaNya. Kebanyakan lebih suka untuk berpangku tangan, hanya ingin menerima berkat buat diri sendiri dan tidak mau terlibat langsung untuk menjadi agen-agen Tuhan. Mau diberkati, tapi tidak mau memberkati. Mau mendapat, tapi tidak mau repot memberi. Kepingin menerima, tapi tidak mau repot. Melayani Tuhan itu hanya tugas pendeta atau para pengerja. Urusan duniawi saja sudah merepotkan, jangan sampai ditambah dengan urusan menjadi pelayan Tuhan. Itu buang waktu, lebih baik dipakai buat cari uang tambahan. Salah kaprah, mengira bahwa karunia jemaat itu cuma terima berkat dan dilayani saja. Tinggal memerintah pelayan Tuhan, tinggal panggil kapan perlu, tinggal minta didoakan, pokoknya tinggal enak saja. Itu menjadi pola pikir dari banyak orang percaya. Kalau pemikiran ini yang terus ada, kabar gembira tidak akan pernah bisa menjangkau banyak orang. Gereja hanya akan jadi sekumpulan orang yang hanya berada di dalam kotak, bersifat eksklusif dan tidak berfungsi sama sekali menjadi terang dan garam. Kalau diibaratkan garam, orang percaya hanya akan jadi garam yang berada dalam botolnya. Garam baru akan bermanfaat kalau dikeluarkan dan dipakai untuk memasak. Kalau hanya dalam botol, garam tidak akan berguna sama sekali.
Pertanyaan selanjutnya, apakah benar hanya sebagian yang punya panggilan melayani sementara yang lain boleh berpangku tangan dan hanya menerima segala curahan berkatNya saja? Apakah Tuhan hanya butuh sebagian saja untuk dipilih berperan secara aktif mewartakan Injil? Firman Tuhan tidak berkata seperti itu. "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (1 Petrus 2:9).
Mari kita telaah baik-baik ayat ini. Disana dikatakan "kamulah bangsa yang terpilih". Bangsa. Itu berbicara tentang keseluruhan orang percaya dan bukan hanya segelintir orang saja. Artinya kita orang percaya berada dalam bangsa yang terpilih itu, sebuah bangsa yang kudus, yang berisi umat kepunyaan Allah sendiri.
Selanjutnya ada kata-kata "imamat yang rajani." Imamat yang rajani artinya adalah imam-imam yang melayani raja atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan royal priesthood. Gelar yang besar dan sangat terhormat, tentu saja. Gelar sebesar ini diberikan Tuhan kepada kita tentu bukan tanpa maksud. Itu menunjukkan panggilan bagi setiap kita untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar Tuhan secara aktif lewat berbagai kesaksian akan karya nyata Tuhan dalam hidup kita, menjadi imam-imam di dunia yang melayani Raja di atas segala raja. Ini adalah sebuah panggilan untuk semua anak-anak Tuhan tanpa terkecuali. Yesus sendiri sudah berpesan dengan sangat jelas agar kita menjadi rekan sekerjaNya lewat Amanat Agung yang Dia berikan tepat sebelum kenaikanNya kembali ke Surga. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20).
(bersambung)
==================
"Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib"
Hanya menyaksikan dari kursi penonton dan langsung jadi pemain tentu sangat berbeda rasanya. Ambil contoh di lapangan bola. Betapa mudahnya penonton memaki-maki pemain dan wasit. Padahal kalau mereka yang ditaruh di lapangan belum tentu bisa lebih baik dari sang pemain atau wasit itu sendiri. Banyak orang yang cuma pintar komentar, jago mengkritik tapi kalau jadi pemain hasilnya nol besar. Dan kebanyakan orang seperti itu sifatnya. Hanya mau jadi penonton dan menolak jadi pelaku, sudah begitu ribut lagi. Padahal jelas, segala komentar itu biasanya sirna kalau sudah menjadi pelaku langsung yang secara langsung pula merasakan sulitnya menjadi pemain dan bukan hanya penonton.
Ada perbedaan nyata antara penonton dan pelaku atau pemain. Dalam hal kerohanian hal yang sama berlaku. Bagaimana dalam kehidupan kerohanian kita sekarang, dimanakah posisi kita berdiri saat ini? Apakah kita berada di posisi pelaku atau masih berada di kursi penonton? Apakah kita hanya tercengang dan merasa wah atau wow mendengar berbagai kesaksian orang lain atas mukjizat ajaib Tuhan yang terjadi atas mereka atau kita sudah mengalaminya sendiri secara langsung kemudian sudah membawa orang untuk mengalami Tuhan baik lewat kesaksian maupun perbuatan kita? Apakah kita sudah berkontribusi dan berperan langsung sebagai saluran berkat, menjadi duta-duta Kerajaan yang menyampaikan Amanat Agung secara nyata atau masih pada posisi yang hanya menyaksikan dari kejauhan? Apakah kita sudah memberi atau masih hanya mau menerima saja?
Pada kenyataannya lebih banyak orang Kristen yang terlanjur puas dengan hanya berada di bangku penonton ketimbang aktif secara langsung dalam melakukan pekerjaan Tuhan atau menjadi rekan sekerjaNya. Kebanyakan lebih suka untuk berpangku tangan, hanya ingin menerima berkat buat diri sendiri dan tidak mau terlibat langsung untuk menjadi agen-agen Tuhan. Mau diberkati, tapi tidak mau memberkati. Mau mendapat, tapi tidak mau repot memberi. Kepingin menerima, tapi tidak mau repot. Melayani Tuhan itu hanya tugas pendeta atau para pengerja. Urusan duniawi saja sudah merepotkan, jangan sampai ditambah dengan urusan menjadi pelayan Tuhan. Itu buang waktu, lebih baik dipakai buat cari uang tambahan. Salah kaprah, mengira bahwa karunia jemaat itu cuma terima berkat dan dilayani saja. Tinggal memerintah pelayan Tuhan, tinggal panggil kapan perlu, tinggal minta didoakan, pokoknya tinggal enak saja. Itu menjadi pola pikir dari banyak orang percaya. Kalau pemikiran ini yang terus ada, kabar gembira tidak akan pernah bisa menjangkau banyak orang. Gereja hanya akan jadi sekumpulan orang yang hanya berada di dalam kotak, bersifat eksklusif dan tidak berfungsi sama sekali menjadi terang dan garam. Kalau diibaratkan garam, orang percaya hanya akan jadi garam yang berada dalam botolnya. Garam baru akan bermanfaat kalau dikeluarkan dan dipakai untuk memasak. Kalau hanya dalam botol, garam tidak akan berguna sama sekali.
Pertanyaan selanjutnya, apakah benar hanya sebagian yang punya panggilan melayani sementara yang lain boleh berpangku tangan dan hanya menerima segala curahan berkatNya saja? Apakah Tuhan hanya butuh sebagian saja untuk dipilih berperan secara aktif mewartakan Injil? Firman Tuhan tidak berkata seperti itu. "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (1 Petrus 2:9).
Mari kita telaah baik-baik ayat ini. Disana dikatakan "kamulah bangsa yang terpilih". Bangsa. Itu berbicara tentang keseluruhan orang percaya dan bukan hanya segelintir orang saja. Artinya kita orang percaya berada dalam bangsa yang terpilih itu, sebuah bangsa yang kudus, yang berisi umat kepunyaan Allah sendiri.
Selanjutnya ada kata-kata "imamat yang rajani." Imamat yang rajani artinya adalah imam-imam yang melayani raja atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan royal priesthood. Gelar yang besar dan sangat terhormat, tentu saja. Gelar sebesar ini diberikan Tuhan kepada kita tentu bukan tanpa maksud. Itu menunjukkan panggilan bagi setiap kita untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar Tuhan secara aktif lewat berbagai kesaksian akan karya nyata Tuhan dalam hidup kita, menjadi imam-imam di dunia yang melayani Raja di atas segala raja. Ini adalah sebuah panggilan untuk semua anak-anak Tuhan tanpa terkecuali. Yesus sendiri sudah berpesan dengan sangat jelas agar kita menjadi rekan sekerjaNya lewat Amanat Agung yang Dia berikan tepat sebelum kenaikanNya kembali ke Surga. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20).
(bersambung)
Wednesday, December 16, 2015
Simeon, Hana dan Bayi Yesus (2)
(sambungan)
Hati yang terbuka disertai karakter yang benar dan saleh dengan kerinduan yang tulus untuk menantikan kedatangan Kristus membuat Simeon dan Hana bisa melihat dengan terang dan jelas akan sosok Mesias yang ada di depan mereka. Hadirnya Roh Allah membuat Simeon bisa melihat sosok Yesus dalam penggenapan rencana Allah seperti yang sudah berulangkali dinubuatkan para nabi sebelumnya. akan halnya Hana, kerinduannya yang dinyatakan dengan terus mengisi dirinya dengan doa dan puasa membuatnya bisa melihat Yesus secara benar. Itulah yang membedakan kedua orang ini dari orang-orang lainnya.
Dalam Galatia tertulis "Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan." (Galatia 5:5). Lewat Roh dan iman kita bisa melihat kebenaran yang kita harapkan. Mata kita dicelikan sehingga mampu mengenali Yesus dan kebenaran dalam diriNya. Seperti halnya di Bait Allah waktu itu, hari ini pun Yesus hadir ditengah-tengah kita, meski tidak terlihat langsung secara kasat mata. Yesus hadir dalam ibadah-ibadah yang kita lakukan. Dia hadir lewat doa-doa kita, Dia hadir dalam kehidupan kita. Tetapi apakah kita merasakan kehadiranNya? Apakah kita cukup merindukan kehadiran Yesus seperti halnya kerinduan yang dimiliki Simeon dan Hana, terutama menjelang Natal yang akan datang sebentar lagi? Masihkah kita merindukan kehadiran Yesus ditengah hiruk pikuk kesibukan sehari-hari dan segala sesuatu yang kita lakukan? Singkatnya, di posisi mana kita saat ini berada, apakah di posisi Simeon dan Hana atau justru di posisi jemaat lainnya pada waktu itu? Semua ini hendaknya bisa menjadi perhatian kita, agar sebuah perayaan Natal tidak berlalu sia-sia karena hanya mengarah kepada sesuatu yang seremonial belaka lalu kehilangan esensi terpentingnya.
Kita harus mengingatkan diri kita akan pentingnya beribadah dengan tujuan yang benar. Jangan sampai ibadah-ibadah kita hanya didasari oleh rutinitas atau sekedar menjalankan agama saja atau malah sudah lari jauh dari substansi. Jangan sampai kita sibuk akan begitu banyak tata cara dan perayaan tapi tidak ada lagi kerinduan yang murni akan Tuhan disana. Hidup dalam Roh akan membuat kita mampu melihat segala yang kebenaran dalam Yesus. Paulus berkata "Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." (Roma 8:9). Yesus mengatakan "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." (Yohanes 9:39).
Ada cahaya pengharapan dan keselamatan yang disediakan bagi kita, dan kedatangan Kristus seharusnya bisa membuka mata kita dengan jelas untuk melihat segala kebaikan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, anak-anak yang Dia kasihi. Tentu saja bukan hanya karena ingin memperoleh berkat dan pertolonganNya semata, tetapi kerinduan untuk mengenalNya, itulah yang mampu memberikan sukacita penuh rasa syukur dalam hidup kita. Kelahiran Yesus menjadi sebuah penggenapan janji Tuhan kepada Simeon dan Hana, yang telah menanti dengan penuh pengharapan sepanjang hidup mereka dengan melakukan pola hidup benar dan kudus. Janji yang sama pun berlaku bagi kita semua sampai hari ini. Siapa yang kita nantikan dalam setiap ibadah yang kita lakukan? Apa yang menjadi dasar pemikiran kita dalam merayakan Natal tahun ini?
Bukan pesta dan seremonial, tapi rayakan Natal sebagai wujud rasa syukur akan kehadiran Sang Juru Selamat bagi kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Hati yang terbuka disertai karakter yang benar dan saleh dengan kerinduan yang tulus untuk menantikan kedatangan Kristus membuat Simeon dan Hana bisa melihat dengan terang dan jelas akan sosok Mesias yang ada di depan mereka. Hadirnya Roh Allah membuat Simeon bisa melihat sosok Yesus dalam penggenapan rencana Allah seperti yang sudah berulangkali dinubuatkan para nabi sebelumnya. akan halnya Hana, kerinduannya yang dinyatakan dengan terus mengisi dirinya dengan doa dan puasa membuatnya bisa melihat Yesus secara benar. Itulah yang membedakan kedua orang ini dari orang-orang lainnya.
Dalam Galatia tertulis "Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan." (Galatia 5:5). Lewat Roh dan iman kita bisa melihat kebenaran yang kita harapkan. Mata kita dicelikan sehingga mampu mengenali Yesus dan kebenaran dalam diriNya. Seperti halnya di Bait Allah waktu itu, hari ini pun Yesus hadir ditengah-tengah kita, meski tidak terlihat langsung secara kasat mata. Yesus hadir dalam ibadah-ibadah yang kita lakukan. Dia hadir lewat doa-doa kita, Dia hadir dalam kehidupan kita. Tetapi apakah kita merasakan kehadiranNya? Apakah kita cukup merindukan kehadiran Yesus seperti halnya kerinduan yang dimiliki Simeon dan Hana, terutama menjelang Natal yang akan datang sebentar lagi? Masihkah kita merindukan kehadiran Yesus ditengah hiruk pikuk kesibukan sehari-hari dan segala sesuatu yang kita lakukan? Singkatnya, di posisi mana kita saat ini berada, apakah di posisi Simeon dan Hana atau justru di posisi jemaat lainnya pada waktu itu? Semua ini hendaknya bisa menjadi perhatian kita, agar sebuah perayaan Natal tidak berlalu sia-sia karena hanya mengarah kepada sesuatu yang seremonial belaka lalu kehilangan esensi terpentingnya.
Kita harus mengingatkan diri kita akan pentingnya beribadah dengan tujuan yang benar. Jangan sampai ibadah-ibadah kita hanya didasari oleh rutinitas atau sekedar menjalankan agama saja atau malah sudah lari jauh dari substansi. Jangan sampai kita sibuk akan begitu banyak tata cara dan perayaan tapi tidak ada lagi kerinduan yang murni akan Tuhan disana. Hidup dalam Roh akan membuat kita mampu melihat segala yang kebenaran dalam Yesus. Paulus berkata "Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." (Roma 8:9). Yesus mengatakan "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." (Yohanes 9:39).
Ada cahaya pengharapan dan keselamatan yang disediakan bagi kita, dan kedatangan Kristus seharusnya bisa membuka mata kita dengan jelas untuk melihat segala kebaikan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, anak-anak yang Dia kasihi. Tentu saja bukan hanya karena ingin memperoleh berkat dan pertolonganNya semata, tetapi kerinduan untuk mengenalNya, itulah yang mampu memberikan sukacita penuh rasa syukur dalam hidup kita. Kelahiran Yesus menjadi sebuah penggenapan janji Tuhan kepada Simeon dan Hana, yang telah menanti dengan penuh pengharapan sepanjang hidup mereka dengan melakukan pola hidup benar dan kudus. Janji yang sama pun berlaku bagi kita semua sampai hari ini. Siapa yang kita nantikan dalam setiap ibadah yang kita lakukan? Apa yang menjadi dasar pemikiran kita dalam merayakan Natal tahun ini?
Bukan pesta dan seremonial, tapi rayakan Natal sebagai wujud rasa syukur akan kehadiran Sang Juru Selamat bagi kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, December 15, 2015
Simeon, Hana dan Bayi Yesus (1)
Ayat bacaan: Lukas 2:25
================
"Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,"
Anggaplah ada seorang raja yang mengatakan akan datang mengunjungi anda. Bukan sekedar buat bertamu tapi untuk mengangkat anda menjadi bagian dari dirinya. Menyelamatkan, memberi pengampunan atas kesalahan apapun yang pernah anda lakukan sebelumnya dan melimpahi dengan berkat yang berasal dari perbendaharaannya sendiri. Bagaimana sikap anda menghadapinya? Rasanya siapapun pasti akan berbenah dan bersiap-siap menyambut kedatangan sang raja, menantikan kedatangannya dengan penuh sukacita, rasa syukur dan bangga. Alangkah aneh dan keterlaluan kalau kita justru malas-malasan atau sibuk berpesta sendiri. Tidak ada orang normal yang akan melakukan itu bukan?
Sekarang mari kita lihat dalam konteks perayaan kelahiran Kristus yang mengambil rupa manusia untuk menebus dosa kita. Hari Natal, itulah saat kita merayakannya. Mengapa orang merayakan Natal? Ada banyak orang senang hari Natal karena itu artinya mereka bisa liburan, tidak harus bekerja dan bisa tidur nyenyak di rumah. Ada pesta-pesta yang bakal asyik, mal bakalan terlihat indah dan diskon bertebaran dimana-mana. Pesta, dekor indah, lagu-lagu Natal yang nge-jazz, santai di rumah, makan malam istimewa atau liburan bersama keluarga. Tapi benarkah hanya itu yang kita nantikan dalam setiap perayaan Natal? Kita mungkin mudah berkata tidak, tapi kenyataannya ada banyak orang yang lebih tertarik kepada pesta dan hal-hal seremonial lainnya seperti itu ketimbang memperingati hal yang paling substansial: menantikan hari lahir dari Sang Juru Selamat yang memberikan keselamatan kekal penuh sukacita kepada kita semua.
Hari ini saya ingin mengajak anda untuk melihat kisah ketika Yesus dibawa ke bait Allah untuk diserahkan kepada Tuhan. Seperti layaknya sebuah gereja, saya yakin pada saat itu ada begitu banyak orang yang hadir di sana. Bisa ratusan hingga ribuan orang. Yusuf dan Maria pun hadir disana membawa bayi Yesus untuk memenuhi hukum Taurat Musa yang menyatakan bahwa "semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah." (Lukas 2:23). Tetapi dari sekian banyak orang itu, ada berapa orang dari yang hadir mengenal Yesus sebagai Juru Selamat yang sudah sejak lama mereka nantikan kehadirannya lewat bebagai nubuatan? Sang Juru Selamat sudah hadir disana. Ada diantara sebegitu banyak orang. Tapi ternyata tidak banyak yang menyadarinya. Alkitab bahkan secara jelas menyatakan bahwa hanya dua orang saja, yaitu Simeon dan Hana. Bayangkan, hanya dua dari banyak orang orang.
Siapa Simeon itu? Alkitab mencatat mengenai Simeon. "Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan." (Lukas 2:26). Sedangkan Hana adalah seorang janda tua berusia 84 tahun. Dikatakan bahwa "Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa." (ay 37). Kita bisa melihat bahwa karakter seperti itu membawa mereka mampu melihat kehadiran Juru Selamat yang sudah sejak lama dinantikan.
Hanya kedua orang inilah yang mampu melihat bayi Yesus sebagai Mesias yang sesungguhnya. Kerinduan mereka untuk melihat Yesus dapat kita lihat dari ketekunan dan usaha mereka dalam menantikan Kristus. Bahkan kepada Simeon Roh Kudus sendiri menyatakan bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias dengan mata kepalanya sendiri. (ay 26). Simeon terus menanti dengan pengharapan penuh, hatinya haus untuk bertemu dengan Yesus. Pada hari itu Roh Kudus membimbingnya untuk menuju Bait Allah (ay 27) dan akhirnya ia pun bertemu dengan Mesias yang dijanjikan. Dengan lantang Simeon berkata "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (ay 29-32). Simeon mendapat kehormatan untuk menggendong Bayi Yesus, ia pun mampu melihat dengan jelas siapa bayi yang tengah ia gendong itu. Demikian pula Hana yang langsung mengucap syukur kepada Allah. (ay 38).
Apakah jemaat lain melihat hal yang sama? Unfortunately they didn't. Sayangnya tidak. Selain Simeon dan Hana, yang lain tampaknya tidak memiliki kerinduan yang sama. Mereka tidak bisa melihat siapa Yesus sebenarnya. Kehadiran Yesus tepat di depan mereka nyatanya tidak kunjung menggerakkan hati mereka untuk bersyukur atas keselamatan yang akan hadir sebagai anugerah dari Allah.
(bersambung)
================
"Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,"
Anggaplah ada seorang raja yang mengatakan akan datang mengunjungi anda. Bukan sekedar buat bertamu tapi untuk mengangkat anda menjadi bagian dari dirinya. Menyelamatkan, memberi pengampunan atas kesalahan apapun yang pernah anda lakukan sebelumnya dan melimpahi dengan berkat yang berasal dari perbendaharaannya sendiri. Bagaimana sikap anda menghadapinya? Rasanya siapapun pasti akan berbenah dan bersiap-siap menyambut kedatangan sang raja, menantikan kedatangannya dengan penuh sukacita, rasa syukur dan bangga. Alangkah aneh dan keterlaluan kalau kita justru malas-malasan atau sibuk berpesta sendiri. Tidak ada orang normal yang akan melakukan itu bukan?
Sekarang mari kita lihat dalam konteks perayaan kelahiran Kristus yang mengambil rupa manusia untuk menebus dosa kita. Hari Natal, itulah saat kita merayakannya. Mengapa orang merayakan Natal? Ada banyak orang senang hari Natal karena itu artinya mereka bisa liburan, tidak harus bekerja dan bisa tidur nyenyak di rumah. Ada pesta-pesta yang bakal asyik, mal bakalan terlihat indah dan diskon bertebaran dimana-mana. Pesta, dekor indah, lagu-lagu Natal yang nge-jazz, santai di rumah, makan malam istimewa atau liburan bersama keluarga. Tapi benarkah hanya itu yang kita nantikan dalam setiap perayaan Natal? Kita mungkin mudah berkata tidak, tapi kenyataannya ada banyak orang yang lebih tertarik kepada pesta dan hal-hal seremonial lainnya seperti itu ketimbang memperingati hal yang paling substansial: menantikan hari lahir dari Sang Juru Selamat yang memberikan keselamatan kekal penuh sukacita kepada kita semua.
Hari ini saya ingin mengajak anda untuk melihat kisah ketika Yesus dibawa ke bait Allah untuk diserahkan kepada Tuhan. Seperti layaknya sebuah gereja, saya yakin pada saat itu ada begitu banyak orang yang hadir di sana. Bisa ratusan hingga ribuan orang. Yusuf dan Maria pun hadir disana membawa bayi Yesus untuk memenuhi hukum Taurat Musa yang menyatakan bahwa "semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah." (Lukas 2:23). Tetapi dari sekian banyak orang itu, ada berapa orang dari yang hadir mengenal Yesus sebagai Juru Selamat yang sudah sejak lama mereka nantikan kehadirannya lewat bebagai nubuatan? Sang Juru Selamat sudah hadir disana. Ada diantara sebegitu banyak orang. Tapi ternyata tidak banyak yang menyadarinya. Alkitab bahkan secara jelas menyatakan bahwa hanya dua orang saja, yaitu Simeon dan Hana. Bayangkan, hanya dua dari banyak orang orang.
Siapa Simeon itu? Alkitab mencatat mengenai Simeon. "Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan." (Lukas 2:26). Sedangkan Hana adalah seorang janda tua berusia 84 tahun. Dikatakan bahwa "Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa." (ay 37). Kita bisa melihat bahwa karakter seperti itu membawa mereka mampu melihat kehadiran Juru Selamat yang sudah sejak lama dinantikan.
Hanya kedua orang inilah yang mampu melihat bayi Yesus sebagai Mesias yang sesungguhnya. Kerinduan mereka untuk melihat Yesus dapat kita lihat dari ketekunan dan usaha mereka dalam menantikan Kristus. Bahkan kepada Simeon Roh Kudus sendiri menyatakan bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias dengan mata kepalanya sendiri. (ay 26). Simeon terus menanti dengan pengharapan penuh, hatinya haus untuk bertemu dengan Yesus. Pada hari itu Roh Kudus membimbingnya untuk menuju Bait Allah (ay 27) dan akhirnya ia pun bertemu dengan Mesias yang dijanjikan. Dengan lantang Simeon berkata "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (ay 29-32). Simeon mendapat kehormatan untuk menggendong Bayi Yesus, ia pun mampu melihat dengan jelas siapa bayi yang tengah ia gendong itu. Demikian pula Hana yang langsung mengucap syukur kepada Allah. (ay 38).
Apakah jemaat lain melihat hal yang sama? Unfortunately they didn't. Sayangnya tidak. Selain Simeon dan Hana, yang lain tampaknya tidak memiliki kerinduan yang sama. Mereka tidak bisa melihat siapa Yesus sebenarnya. Kehadiran Yesus tepat di depan mereka nyatanya tidak kunjung menggerakkan hati mereka untuk bersyukur atas keselamatan yang akan hadir sebagai anugerah dari Allah.
(bersambung)
Monday, December 14, 2015
Katakan Tidak pada Dosa (2)
(sambungan)
Terus membiarkan dosa terus menumpuk itu berbahaya. Itu bisa menjadi kebiasaan yang terus semakin parah. Lama-lama kita tidak lagi peka atau menjadi tuli terhadap teguran Tuhan. Jika kita terbiasa atau membiasakan diri untuk terus melakukan dosa, pada suatu saat hati kita bisa menjadi dingin, mengeras membatu dan ketika itulah kita tidak lagi memiliki kontrol atas diri kita. Kita tidak lagi bisa membedakan yang salah dan benar, baik dan buruk, dan ketika itu terjadi maka dosa pun memiliki kuasa penuh atas hidup kita. Itu jelas hal yang sangat serius. Hati tidak lagi peka, bahkan berbagai kesaksian yang jelas-jelas menyatakan kuasa Kristus pun tidak lagi bisa membuka mata orang-orang seperti ini. "Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya." (Yohanes 30:36).
Kita harus benar-benar waspada karena dosa itu punya daya pikat luar biasa besar. Kalau tidak hati-hati kita akan tergoda untuk mulai bermain-main dengannya. Mulai dari keinginan-keinginan daging yang tampaknya sederhana, itu bisa memunculkan dosa dan ketika dosa itu terus diperam hingga matang, maka mautlah yang datang. Lewat Yakobus pesan ini sudah pernah disampaikan: "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15). Dari keinginan mengarah kepada dosa dan berujung maut. Kalau kita terus membangkang satu saat kita bisa hancur tanpa punya kesempatan pulih lagi. "Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi." (Amsal 29:1).
Kekerasan hati, ketidaksadaran untuk bertobat, terus membiarkan dosa menguasai diri itu berbahaya. Kalau kita masih punya kepekaan untuk menyadari jalan-jalan yang salah, bersyukurlah dan jangan abaikan. Pakai kesempatan yang ada untuk kembali sepenuhnya kepada jalan Tuhan. Lewat perantaraan nabiNya sejak masa Perjanjian Lama Tuhan sudah mengingatkan bahwa pintu pertobatan tetap Dia bukakan pada kita atas dasar kasihNya yang begitu besar pada kita. Dia akan memeluk kita yang kembali kepadaNya dan selamanya akan berada di dalam rancanganNya yang indah. "Kata mereka: Bertobatlah masing-masing kamu dari tingkah langkahmu yang jahat dan dari perbuatan-perbuatanmu yang jahat; maka kamu akan tetap diam di tanah yang diberikan TUHAN kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya." (Yeremia 25:5). Ambil keputusan untuk putus total dari dosa dan jangan beri toleransi lagi sekecil apapun, sebab konsekuensinya bukan main-main. Bagi yang bertobat akan diberikan hak sebagai ahli waris Tuhan, namun yang terus menolak akan dibuang selamanya dari tanah yang diberikan Tuhan, diremukkan tanpa bisa dipulihkan lagi, berakhir pada maut. Sesungguhnya ini merupakan hal serius karena apa yang dikatakan Tuhan bukan hanya sekedar berbicara mengenai hilangnya berkat akibat dosa, tapi juga berbicara mengenai hilangnya keselamatan dan kasih karunia Tuhan bagi kita.
Jangan lengah, jangan cuek, jangan biarkan dosa menjajah diri kita. Kita perlu sadar sepenuhnya, sadar sebaik-baiknya agar tidak berbuat dosa lagi (1 Korintus 15:34). Ingatlah bahwa terus menerus melakukan dosa, sudah tobat tapi kemudian kumat lagi berulang-ulang bisa membawa akibat yang semakin buruk. Yesus sudah mengingatkan hal itu lewat kisah mukjizat kesembuhannya atas seorang lumpuh di Betesda: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (Yohanes 5:14). Jangan lupa bahwa kedatangan Yesus ke dunia bertujuan untuk menghapus segala dosa kita seperti kehendak Allah. Tuhan merasa perlu untuk menganugerahkan apa yang sesungguhnya tidak layak kita terima, yaitu keselamatan atas dasar kasihNya yang begitu besar kepada kita. Dan Yesus sudah menggenapinya. Bersyukurlah untuk itu, jangan sampai penebusan Kristus menjadi sia-sia karena kita terus menerus membiarkan dosa berkuasa dalam hidup kita. Dan jangan lupa kita tidak akan pernah bisa berjalan bersama Kristus dan menerima janji-janjinya jika sementara pada saat yang sama masih terus hidup di dalam dosa.
Choose to sin means choose to suffer. So say no to sin, no matter how small it is
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyhrho
Terus membiarkan dosa terus menumpuk itu berbahaya. Itu bisa menjadi kebiasaan yang terus semakin parah. Lama-lama kita tidak lagi peka atau menjadi tuli terhadap teguran Tuhan. Jika kita terbiasa atau membiasakan diri untuk terus melakukan dosa, pada suatu saat hati kita bisa menjadi dingin, mengeras membatu dan ketika itulah kita tidak lagi memiliki kontrol atas diri kita. Kita tidak lagi bisa membedakan yang salah dan benar, baik dan buruk, dan ketika itu terjadi maka dosa pun memiliki kuasa penuh atas hidup kita. Itu jelas hal yang sangat serius. Hati tidak lagi peka, bahkan berbagai kesaksian yang jelas-jelas menyatakan kuasa Kristus pun tidak lagi bisa membuka mata orang-orang seperti ini. "Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya." (Yohanes 30:36).
Kita harus benar-benar waspada karena dosa itu punya daya pikat luar biasa besar. Kalau tidak hati-hati kita akan tergoda untuk mulai bermain-main dengannya. Mulai dari keinginan-keinginan daging yang tampaknya sederhana, itu bisa memunculkan dosa dan ketika dosa itu terus diperam hingga matang, maka mautlah yang datang. Lewat Yakobus pesan ini sudah pernah disampaikan: "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15). Dari keinginan mengarah kepada dosa dan berujung maut. Kalau kita terus membangkang satu saat kita bisa hancur tanpa punya kesempatan pulih lagi. "Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi." (Amsal 29:1).
Kekerasan hati, ketidaksadaran untuk bertobat, terus membiarkan dosa menguasai diri itu berbahaya. Kalau kita masih punya kepekaan untuk menyadari jalan-jalan yang salah, bersyukurlah dan jangan abaikan. Pakai kesempatan yang ada untuk kembali sepenuhnya kepada jalan Tuhan. Lewat perantaraan nabiNya sejak masa Perjanjian Lama Tuhan sudah mengingatkan bahwa pintu pertobatan tetap Dia bukakan pada kita atas dasar kasihNya yang begitu besar pada kita. Dia akan memeluk kita yang kembali kepadaNya dan selamanya akan berada di dalam rancanganNya yang indah. "Kata mereka: Bertobatlah masing-masing kamu dari tingkah langkahmu yang jahat dan dari perbuatan-perbuatanmu yang jahat; maka kamu akan tetap diam di tanah yang diberikan TUHAN kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya." (Yeremia 25:5). Ambil keputusan untuk putus total dari dosa dan jangan beri toleransi lagi sekecil apapun, sebab konsekuensinya bukan main-main. Bagi yang bertobat akan diberikan hak sebagai ahli waris Tuhan, namun yang terus menolak akan dibuang selamanya dari tanah yang diberikan Tuhan, diremukkan tanpa bisa dipulihkan lagi, berakhir pada maut. Sesungguhnya ini merupakan hal serius karena apa yang dikatakan Tuhan bukan hanya sekedar berbicara mengenai hilangnya berkat akibat dosa, tapi juga berbicara mengenai hilangnya keselamatan dan kasih karunia Tuhan bagi kita.
Jangan lengah, jangan cuek, jangan biarkan dosa menjajah diri kita. Kita perlu sadar sepenuhnya, sadar sebaik-baiknya agar tidak berbuat dosa lagi (1 Korintus 15:34). Ingatlah bahwa terus menerus melakukan dosa, sudah tobat tapi kemudian kumat lagi berulang-ulang bisa membawa akibat yang semakin buruk. Yesus sudah mengingatkan hal itu lewat kisah mukjizat kesembuhannya atas seorang lumpuh di Betesda: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (Yohanes 5:14). Jangan lupa bahwa kedatangan Yesus ke dunia bertujuan untuk menghapus segala dosa kita seperti kehendak Allah. Tuhan merasa perlu untuk menganugerahkan apa yang sesungguhnya tidak layak kita terima, yaitu keselamatan atas dasar kasihNya yang begitu besar kepada kita. Dan Yesus sudah menggenapinya. Bersyukurlah untuk itu, jangan sampai penebusan Kristus menjadi sia-sia karena kita terus menerus membiarkan dosa berkuasa dalam hidup kita. Dan jangan lupa kita tidak akan pernah bisa berjalan bersama Kristus dan menerima janji-janjinya jika sementara pada saat yang sama masih terus hidup di dalam dosa.
Choose to sin means choose to suffer. So say no to sin, no matter how small it is
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyhrho
Sunday, December 13, 2015
Katakan Tidak pada Dosa (1)
Ayat bacaan: Wahyu 9:21
====================
"Dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian"
Terkadang kita bisa heran melihat adanya manusia yang bisa begitu kejam terhadap sesamanya. Kita berpikir, "kok bisa sebegitu tega ya..", dan keheranan itu wajar karena mereka sama seperti kita, manusia dengan hati dan perasaan yang harusnya tidak jauh-jauh amat bedanya. Bagaimana ada orang yang bisa membunuh dengan tenang dan dingin, ada yang bahkan berani membawa-bawa Tuhan saat melakukan itu dan setelahnya tidak merasa menyesal sama sekali? Kok bisa ada orang yang terus menerus melakukan dosa tanpa rasa bersalah, malah bangga atas dosanya? Bangga berselingkuh, bangga bisa korupsi, bangga bisa menipu dan sebagainya, itu sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Rasanya semua orang tahu bahwa dosa itu jahat dan harus dihindari. Kita harus terus katakan 'tidak', 'tidak' dan 'tidak' pada dosa. Tapi seperti iklan sebuah partai pada masa pemerintahan sebelumnya, itu hanya sebatas ucapan atau lips service saja. Bayangkan petinggi partai itu dengan gagah tampil di televisi untuk mengatakan tidak pada korupsi, tapi satu persatu dari mereka kemudian pindah alamat ke penjara sebagai pelaku tindak korupsi. Banyak orang yang seperti itu juga dengan dosa. Mereka mengatakan tidak, tapi masih terus melakukannya.
Aneh memang, tapi ada banyak orang yang bangga berkubang dalam dosa. Mereka lupa bahwa bahaya yang mengintai pun juga besar, bahwa bermain-main dengan dosa itu bisa mendatangkan malapetaka. Ada saja orang yang mengira bahwa mereka masih punya kesempatan untuk merasakan berbagai kenikmatan yang berasal dari dosa. Mereka terus melakukan berbagai bentuk penyimpangan dengan pertimbangan bahwa nanti mereka bisa bertobat setelah puas melakukan dosa-dosa tersebut. Tapi yang sering terjadi adalah, satu dosa akan mengarah kepada dosa lainnya. Hati menjadi keras sehingga tidak lagi ada perasaan bersalah setelah melakukannya. Berbuat dosa menjadi terasa semakin ringan, dan itu sangatlah berbahaya. Bukan saja karena kita tidak tahu kapan waktunya kita dipanggil, tetapi kita pun harus sadar Tuhan sudah mengingatkan bahwa meski Dia panjang sabar, setiap kesalahan itu biar bagaimanapun tetap ada hukumannya. (Nahum 1:3).
Selalu saja ada orang-orang yang terlena dalam dosa dan sulit untuk putus dari dosa. Dahulu, hari ini dan kelak hal ini masih dan akan terus terjadi. Bahkan dalam kitab terakhir yaitu Wahyu yang berisi nubuatan tentang akhir zaman kita bisa melihat bahwa pola pikir atau sikap yang sama masih saja ada. Dalam kitab Wahyu pasal 9 kita bisa melihat contohnya. Dikatakan disana, bahkan setelah sangkakala ke enam ditiup dan penghukuman berlanjut, masih saja ada manusia yang belum kapok dan tidak kunjung berhenti dari perbuatan-perbuatan dosanya. Ayatnya berbunyi demikian: "Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka: mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan, dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian." (Wahyu 9:20-21).
Sampai saat-saat terakhir sekalipun masih saja ada orang yang tidak jera dan tidak kunjung sadar, meski malapetaka bukan lagi bakal atau akan, tapi sudah hadir tepat di depan mereka. Fakta berbicara, dalam hidup kita hari ini ada begitu banyak orang yang mengambil keputusan sama seperti mereka. Meski berbagai hukuman berat sudah nyata di depan mereka, meski berbagai bencana seharusnya membuka mata mereka, masih saja ada banyak orang yang berani bermain dengan dosa. Hati mereka sudah sedemikian keras sehingga apapun tidak lagi bisa membuat mereka bertobat. Mereka tidak lagi mendengar hati nurani mereka, atau mungkin hati nuraninya pun sudah berhenti berbicara. Bisa dibayangkan apa jadinya orang-orang seperti ini kelak. Kalaupun di dunia mereka bisa berkelit, tetapi di tahta penghakiman Allah tidak satupun yang luput dari setiap kejahatan atau penyimpangan yang dilakukan.
Bentuk ketidakpedulian terhadap dosa, kebiasaan yang akhirnya mendatangkan kebebalan akan membawa masuk dosa yang semakin besar dan semakin banyak. Orang akan terus semakin jahat. Dan inipun sudah diingatkan sejak dahulu dalam Alkitab. "sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:13) Orang yang terbiasa berbuat jahat akan membuat orang semakin dingin dan tidak lagi bisa mendengar teguran Tuhan. Mereka akan terus semakin jahat dan saling menyesatkan. Tuhan Yesus sejak jauh hari sudah bahwa perbuatan-perbuatan jahat itu juga akan membuat kasih lenyap dari diri mereka. "Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12).
(bersambung)
====================
"Dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian"
Terkadang kita bisa heran melihat adanya manusia yang bisa begitu kejam terhadap sesamanya. Kita berpikir, "kok bisa sebegitu tega ya..", dan keheranan itu wajar karena mereka sama seperti kita, manusia dengan hati dan perasaan yang harusnya tidak jauh-jauh amat bedanya. Bagaimana ada orang yang bisa membunuh dengan tenang dan dingin, ada yang bahkan berani membawa-bawa Tuhan saat melakukan itu dan setelahnya tidak merasa menyesal sama sekali? Kok bisa ada orang yang terus menerus melakukan dosa tanpa rasa bersalah, malah bangga atas dosanya? Bangga berselingkuh, bangga bisa korupsi, bangga bisa menipu dan sebagainya, itu sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Rasanya semua orang tahu bahwa dosa itu jahat dan harus dihindari. Kita harus terus katakan 'tidak', 'tidak' dan 'tidak' pada dosa. Tapi seperti iklan sebuah partai pada masa pemerintahan sebelumnya, itu hanya sebatas ucapan atau lips service saja. Bayangkan petinggi partai itu dengan gagah tampil di televisi untuk mengatakan tidak pada korupsi, tapi satu persatu dari mereka kemudian pindah alamat ke penjara sebagai pelaku tindak korupsi. Banyak orang yang seperti itu juga dengan dosa. Mereka mengatakan tidak, tapi masih terus melakukannya.
Aneh memang, tapi ada banyak orang yang bangga berkubang dalam dosa. Mereka lupa bahwa bahaya yang mengintai pun juga besar, bahwa bermain-main dengan dosa itu bisa mendatangkan malapetaka. Ada saja orang yang mengira bahwa mereka masih punya kesempatan untuk merasakan berbagai kenikmatan yang berasal dari dosa. Mereka terus melakukan berbagai bentuk penyimpangan dengan pertimbangan bahwa nanti mereka bisa bertobat setelah puas melakukan dosa-dosa tersebut. Tapi yang sering terjadi adalah, satu dosa akan mengarah kepada dosa lainnya. Hati menjadi keras sehingga tidak lagi ada perasaan bersalah setelah melakukannya. Berbuat dosa menjadi terasa semakin ringan, dan itu sangatlah berbahaya. Bukan saja karena kita tidak tahu kapan waktunya kita dipanggil, tetapi kita pun harus sadar Tuhan sudah mengingatkan bahwa meski Dia panjang sabar, setiap kesalahan itu biar bagaimanapun tetap ada hukumannya. (Nahum 1:3).
Selalu saja ada orang-orang yang terlena dalam dosa dan sulit untuk putus dari dosa. Dahulu, hari ini dan kelak hal ini masih dan akan terus terjadi. Bahkan dalam kitab terakhir yaitu Wahyu yang berisi nubuatan tentang akhir zaman kita bisa melihat bahwa pola pikir atau sikap yang sama masih saja ada. Dalam kitab Wahyu pasal 9 kita bisa melihat contohnya. Dikatakan disana, bahkan setelah sangkakala ke enam ditiup dan penghukuman berlanjut, masih saja ada manusia yang belum kapok dan tidak kunjung berhenti dari perbuatan-perbuatan dosanya. Ayatnya berbunyi demikian: "Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka: mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan, dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian." (Wahyu 9:20-21).
Sampai saat-saat terakhir sekalipun masih saja ada orang yang tidak jera dan tidak kunjung sadar, meski malapetaka bukan lagi bakal atau akan, tapi sudah hadir tepat di depan mereka. Fakta berbicara, dalam hidup kita hari ini ada begitu banyak orang yang mengambil keputusan sama seperti mereka. Meski berbagai hukuman berat sudah nyata di depan mereka, meski berbagai bencana seharusnya membuka mata mereka, masih saja ada banyak orang yang berani bermain dengan dosa. Hati mereka sudah sedemikian keras sehingga apapun tidak lagi bisa membuat mereka bertobat. Mereka tidak lagi mendengar hati nurani mereka, atau mungkin hati nuraninya pun sudah berhenti berbicara. Bisa dibayangkan apa jadinya orang-orang seperti ini kelak. Kalaupun di dunia mereka bisa berkelit, tetapi di tahta penghakiman Allah tidak satupun yang luput dari setiap kejahatan atau penyimpangan yang dilakukan.
Bentuk ketidakpedulian terhadap dosa, kebiasaan yang akhirnya mendatangkan kebebalan akan membawa masuk dosa yang semakin besar dan semakin banyak. Orang akan terus semakin jahat. Dan inipun sudah diingatkan sejak dahulu dalam Alkitab. "sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:13) Orang yang terbiasa berbuat jahat akan membuat orang semakin dingin dan tidak lagi bisa mendengar teguran Tuhan. Mereka akan terus semakin jahat dan saling menyesatkan. Tuhan Yesus sejak jauh hari sudah bahwa perbuatan-perbuatan jahat itu juga akan membuat kasih lenyap dari diri mereka. "Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12).
(bersambung)
Saturday, December 12, 2015
God's Fatherly Love (2)
(sambungan)
Mari kita renungkan pula Firman Kristus berikut ini: "Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Matius 7:9-11). Dia tidak akan menunda apalagi berpelit kasih, Dia siap memberikan setiap yang meminta kepadaNya, tapi lihatlah bahwa apa yang akan Dia berikan tidak akan pernah berupa sesuatu yang menjerumuskan kita. Dia hanya akan memberikan "yang baik", seperti yang dikatakan Yesus.
Ada banyak orang juga yang menyalah artikan Tuhan sebagai Bapa. Mereka menganggap bahwa apabila Tuhan itu Bapa yang baik, maka Tuhan seharusnya terus memberi apapun yang mereka minta. Seperti halnya bapa duniawi, inipun tidak akan mendidik jika dilakukan Tuhan. Ada kalanya kita tidak tahu apa yang kita minta, tidak menyadari bahwa itu bisa merusak dan menghancurkan kita. Dan hal ini diingatkan oleh Yakobus yang berkata "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3). Percayalah bahwa Tuhan sayang kepada kita dan hanya menginginkan kebaikan buat kita. For our own good. Dia tahu kapan harus memberi, kapan harus menunda dan kapan harus menolak. Dan itu semua demi kebaikan kita sendiri juga.
Ada kalanya seorang anak harus diperingatkan bahkan dihukum agar menyadari dan bisa belajar dari kesalahannya, Tuhan pun akan melakukannya apabila kita kedapatan bersalah. Kalaupun kita mendapatkan hajaran dan didikan dari Tuhan yang mungkin saja dirasa keras, semua itu pun tetap demi kebaikan kita sendiri juga. "Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya." (Ibrani 12:10). Ayat berikut dari Penulis Ibrani mengatakan bahwa ada kalanya pengajaran itu terasa perih, tetapi pada suatu ketika kelak kita akan bersyukur karenanya. "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya." (ay 11).
Bapa duniawi yang baik tahu kapan harus memberi, menunda dan menolak. Dia tahu kapan harus mengingatkan, menasihati, menegur dan menghukum. Jika bapa dunia yang notabene manusia juga seperti kita tahu apa yang terbaik bagi anak-anaknya, apalagi Bapa Surgawi kita. Sadari kasih sayang Tuhan senantiasa, dan percayakan segalanya ke dalam tanganNya, karena Dia yang paling tahu apa yang kita perlukan, dan Dia sungguh mengasihi anak-anakNya.
Be thankful for we're wrapped with God's Fatherly love
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Mari kita renungkan pula Firman Kristus berikut ini: "Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Matius 7:9-11). Dia tidak akan menunda apalagi berpelit kasih, Dia siap memberikan setiap yang meminta kepadaNya, tapi lihatlah bahwa apa yang akan Dia berikan tidak akan pernah berupa sesuatu yang menjerumuskan kita. Dia hanya akan memberikan "yang baik", seperti yang dikatakan Yesus.
Ada banyak orang juga yang menyalah artikan Tuhan sebagai Bapa. Mereka menganggap bahwa apabila Tuhan itu Bapa yang baik, maka Tuhan seharusnya terus memberi apapun yang mereka minta. Seperti halnya bapa duniawi, inipun tidak akan mendidik jika dilakukan Tuhan. Ada kalanya kita tidak tahu apa yang kita minta, tidak menyadari bahwa itu bisa merusak dan menghancurkan kita. Dan hal ini diingatkan oleh Yakobus yang berkata "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3). Percayalah bahwa Tuhan sayang kepada kita dan hanya menginginkan kebaikan buat kita. For our own good. Dia tahu kapan harus memberi, kapan harus menunda dan kapan harus menolak. Dan itu semua demi kebaikan kita sendiri juga.
Ada kalanya seorang anak harus diperingatkan bahkan dihukum agar menyadari dan bisa belajar dari kesalahannya, Tuhan pun akan melakukannya apabila kita kedapatan bersalah. Kalaupun kita mendapatkan hajaran dan didikan dari Tuhan yang mungkin saja dirasa keras, semua itu pun tetap demi kebaikan kita sendiri juga. "Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya." (Ibrani 12:10). Ayat berikut dari Penulis Ibrani mengatakan bahwa ada kalanya pengajaran itu terasa perih, tetapi pada suatu ketika kelak kita akan bersyukur karenanya. "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya." (ay 11).
Bapa duniawi yang baik tahu kapan harus memberi, menunda dan menolak. Dia tahu kapan harus mengingatkan, menasihati, menegur dan menghukum. Jika bapa dunia yang notabene manusia juga seperti kita tahu apa yang terbaik bagi anak-anaknya, apalagi Bapa Surgawi kita. Sadari kasih sayang Tuhan senantiasa, dan percayakan segalanya ke dalam tanganNya, karena Dia yang paling tahu apa yang kita perlukan, dan Dia sungguh mengasihi anak-anakNya.
Be thankful for we're wrapped with God's Fatherly love
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Posts (Atom)
Kacang Lupa Kulit (5)
(sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...