Saturday, September 30, 2023

Pencitraan (2)

 (sambungan)

Mari saya ambil satu contoh nyata. Ada teman saya yang bekerja di sebuah showroom yang pemiliknya adalah orang yang aktif dalam sebuah gereja. Ia menyandang gelar Pdm, tidak jarang pula ia tampil di mimbar. Teman saya ini bukanlah orang asing melainkan merupakan sepupu dari istrinya, artinya mereka tentu sudah lama saling kenal sebagai saudara. Tapi kelakuannya di kantor, astaga. Kasar, memaki, mengintimidasi sampai bentuk-bentuk penghinaan pun hadir dari dirinya. Bukan hanya teman saya, tapi seluruh karyawan pun sama. "Hei, elo mau pilih huruf "B" atau "T"? Cepat jawab!" Ini contohnya, yang akan ia ucapkan apabila teman saya yang ada di divisi marketing belum berhasil menjual dalam hitungan hari. "B" itu adalah bodoh, "T" adalah tolol. Bayangkan seorang Pdm berperilaku seperti ini. Tak heran kalau teman saya kemudian mengalami kepahitan bukan saja kepada bosnya yang notabene masih hubungan saudara, tapi juga pada gereja. Kenapa bisa begitu? Karena mereka berjemaat di gereja yang sama pula. Bagaimana orang dengan perilaku seperti ini bisa lolos 'screening' di gereja? Faktor politik atau nepotisme bisa jadi penyebabnya. Kalau melihat sosial medianya, wah dia orang paling bijaksana, sempurna dan paling taat di dunia. Pencitraan pun terjadi di dunia ini.

Yang bikin semakin lucu, setiap minggu ia seolah mengadakan 'fellowship' dengan karyawannya yang ia sebut sebagai waktu untuk sharing. Nanti di foto, dipajang di sosial medianya. Di saat seperti itu ia bagaikan pribadi yang berbeda. Ramah, peduli, pintar menasehati. Tapi begitu selesai, ia kembali lagi menjadi bos besar yang sangar dan kasar. Ini adalah kenyataan, karena teman saya ini bukan tipe orang yang suka bohong atau melebih-lebihkan. Ia lebih bertipe cuma mau cerita kepada orang yang ia kenal dekat dan percaya, dan nyaman. Ia saat ini ada dipersimpangan jalan. Kalau diteruskan depresinya bisa semakin parah, sedang kalau ia keluar, betapa sulitnya mencari pekerjaan di masa seperti ini apalagi usianya sudah melewati batas usia yang biasanya dibutuhkan dalam melamar pekerjaan.

Dan biasanya, orang-orang yang merasa sudah sangat rohani ini pun kerap merasa diri paling benar bahkan merasa berhak menghakimi orang lain. Betapa kecewanya Tuhan jika terus mendapati orang-orang yang seharusnya menjadi garam dan terang tapi malah jadi batu sandungan di manapun mereka berada.

Menariknya, hal seperti ini bukan cuma jadi penyakit di jaman sekarang. Tapi di jaman Yesus datang ke dunia pun hal seperti itu sudah terjadi. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat seharusnya merupakan tokoh-tokoh agama yang jadi panutan di masa itu. Mereka mendalami betul isi kitab Taurat dan kitab-kitab nabi, hafal isinya dan seluk beluknya. Tetapi lihatlah bagaimana mereka terjebak kepada kepentingan duniawi.

(Bersambung)

Friday, September 29, 2023

Pencitraan (1)

Ayat bacaan: Matius 6:1
===================
"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga."


Semakin dekat sebuah ajang pemilihan, maka pencitraan politik akan semakin terlihat. Sebuah politik pencitraan merupakan upaya dari (calon) pejabat, partai, organisasi, perusahaan dan lain sebagainya agar terlihat baik di mata orang lain. Menutupi keburukan bukan dengan memberbaiki tapi dengan memoles dan memanipulasi sedemikian rupa sehingga tampak tak bercela. Poster, billboard, selebaran, berbagai iklan di media massa dipakai sebagai salah satu bentuknya. Mereka biasanya berusaha tampil di acara-acara dengan rating tinggi, membagi-bagikan sembako, kaos, agar bisa terpilih atau dilihat punya citra baik. Mereka tidak segan mengeluarkan biaya besar untuk itu, apapun jadi asal tujuannya tercapai. Tidak jarang mereka rela merogoh kocek habis-habisan untuk menyewa konsultan-konsultan besar baik dari dalam dan luar negeri untuk membentuk citra mereka, memberikan persepsi yang baik tentang diri mereka kepada masyarakat dan menyimpan dalam-dalam segala hal yang buruk yang bisa menjatuhkan mereka. Disaat era teknologi digital, dunia internet pun menjadi panggung yang meriah untuk pencitraan. Tidak sedikit yang bahkan tega dan rela melakukan framing-framing negatif terhadap lawan politiknya dengan memanfaatkan segala cara, tak peduli dampak yang ditimbulkan bisa berpotensi menghancurkan bangsa dan negara atau tidak.

Sebagai kandidat atau para pemimpin, tentu saja wajar jika mereka menyampaikan segala pencapaian yang pernah mereka capai dalam karir politik mereka. Itu wajar, bahkan wajib karena biar bagaimanapun akuntabilitas mereka di publik harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Tapi kalau sudah berbentuk pencitraan yang tidak sesuai fakta, membesarkan apa yang tidak benar, bentuk-bentuk glorifikasi yang mungkin saja merebut haknya orang lain, itu tentu sudah tidak lagi wajar. Saya terus berdoa semoga memasuki tahun politik di tahun depan negara ini akan baik-baik saja, dan kita bisa dengan selamat melaluinya tanpa kerusakan parah atau bahkan korban nyawa.

Politik pencitraan sayangnya bukan saja terjadi di area politik tapi juga di antara orang-orang rohani yang seharusnya menjadi panutan. Pakai berbagai atribut agama, cara bicara disetel sereligius mungkin, pintar menyitir ayat, merangkai kata dalam berdoa dan sebagainya. Itu terjadi juga di kalangan kita sendiri. Pintar ngomong, gaya oke, tapi kelakuan aslinya jauh dari apa yang dipertontonkan. Hebat dalam menasihati, hebat dalam casing alias tampilan luar, mengatakan haleluya dan puji Tuhan sudah sangat fasih, tapi dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak mencerminkan itu sama sekali.

(Bersambung)

Thursday, September 28, 2023

Kemiskinan dan Kepedulian (6)

 (sambungan)

Mari kita periksa diri kita masing-masing. Sudahkah kita perduli kepada saudara-saudara kita yang tengah menjerit meminta pertolongan? Pedulikah kita kepada orang-orang yang merasa kesepian dan tidak punya siapa-siapa lagi untuk menolong mereka? Jika pengabdian seperti Bunda Teresa yang meluangkan sepenuh waktunya di tempat kumuh, bersama orang-orang menderita di kota yang jauh dari kemewahan dan jauh pula letaknya terasa begitu jauh dan sulit, sudahkah kita memperhatikan orang-orang yang sangat dekat di sekitar kita? Maukah kita menyisihkan sebagian dari apa yang ada pada kita untuk mereka, atau kita malah kesal, risih atau mengeluh karena merasa terganggu dengan kehadiran mereka?
Jangan lupa bahwa Yesus sudah menyampaikan: "..sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40). Artinya ini adalah sesuatu yang penting dan wajib untuk kita lakukan. Jangan mengaku bahwa kita mengasihi Yesus dan hidup demi Dia kalau orang-orang yang tertolak, tertindas, terbuang atau tertimbun kesusahan disekitar kita saja masih kita abaikan.

Banyak orang disekitar kita yang sudah sangat terluka dan hidup dengan kesedihan dan kesepian. Banyak orang yang tidak lagi bisa merasakan hangatnya kasih Tuhan karena mereka setiap harinya bergumul sendirian tanpa ada yang peduli. Kita seharusnya bisa berperan disana, membantu mereka untuk kembali merasakan kasih Tuhan lewat keberadaan kita di dekat mereka. Bunda Teresa menjalankan panggilannya untuk terjun langsung ke salah satu pusat kemiskinan terparah di dunia, dan ia melihat bahwa yang terparah ternyata bukanlah masalah pemenuhan kebutuhan pokok tetapi justru perasaan terbuang, tertolak, tidak diinginkan, tidak diakui dan tidak ada yang mengasihi. Tidak perlu jauh-jauh ke Kalkuta karena disekitar kita pun sebenarnya ada banyak orang yang tengah mengalami kemiskinan termiskin ini.

Saat ini juga, marilah berperan secara langsung dengan menyatakan kasih kepada mereka. Kita harus menyatakan bahwa mereka tidaklah sendirian, dan kita harus membawa mereka untuk merasakan kasih Tuhan lewat diri kita. Meskipun anda mulai dari sesuatu yang kecil, anda bisa menyaksikan bagaimana indahnya sebuah pemulihan Ilahi turun atas mereka lewat kasih yang anda curahkan ke dalam hidup mereka.

"We think sometimes that poverty is only being hungry, naked and homeless. But the poverty of being unwanted, unloved and uncared for is the greatest poverty. We must start in our own homes to remedy this kind of poverty." - Mother Teresa






Wednesday, September 27, 2023

Kemiskinan dan Kepedulian (5)

 (sambungan)

Yohanes mengatakan "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."  (1 Yohanes 4:11). Bentuk kasih merupakan esensi dasar kekristenan. Karena Tuhan adalah kasih itu sendiri, dan kasihNya kepada manusia sangat besar, begitu besar sampai Dia rela mengorbankan Kristus untuk menebus kita, maka sudah sepantasnya kita tidak menutup mata dan hati dari mereka yang membutuhkan lalu bergerak, mulai membagi kasih kepada sesama kita.

Yesus meminta kita untuk mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri (Matius 22:39), lantas juga memberikan perintah baru kepada kita yaitu "... supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34).

Seperti besarnya kasih Tuhan kepada kita, seperti itu pula kita harus mengasihi orang lain. Level kasih seperti apa yang harus kita lakukan menurut Yesus? Seperti halnya Yesus mengasihi kita. Dan itu level luar biasa berat, karena kasih menggerakkan Yesus untuk mengorbankan diriNya sendiri melewati proses yang luar biasa menyakitkan untuk menebus kita. Itu level yang sangat tinggi sekali. Bandingkan kalau kita cuma berkata kasihan tanpa melakukan apa-apa saat Tuhan ijinkan kita bertemu dengan orang yang membutuhkan, apalagi kalau kita tidak merasa kasihan sama sekali. Selain itu, perhatikan bahwa itu bukan sekedar anjuran tetapi dikatakan perintah. Kalau namanya perintah, itu artinya sesuatu yang harus atau wajib kita laksanakan.

Mengasihi tidaklah harus selalu berbentuk pemberian sedekah lewat materi, tapi juga bisa lewat perhatian, lewat membagikan sebagian waktu kita untuk mendengarkan mereka yang membutuhkan pertolongan, lewat menunjukkan bahwa kita mengasihi atau peduli kepada mereka, bahkan seringkali sebuah senyum tulus bisa berarti besar bagi sebagian orang.

Kita harus bisa menjadi saluran kasih Tuhan untuk menjangkau mereka yang tidak lagi merasakan kasih dari orang lain dalam hidupnya.


(bersambung)

Tuesday, September 26, 2023

Kemiskinan dan Kepedulian (4)

 (sambungan)

Uniknya, saya pernah berhadapan dengan sebuah kasus yang mengejutkan saya. Suatu kali saya dipertemukan dengan orang yang punya masalah dengan kepribadiannya termasuk masuk mencoba bunuh diri tanpa tahu kenapa. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata orang ini mengalami penolakan di masa kecilnya, yaitu berkali-kali diaborsi tapi gagal, dan karenanya ia pun lahir. Hal itu tersimpan jauh sekali di bawah sadarnya, dan baru ia ingat lagi setelah melewati masa konseling yang lama. Ini adalah sebuah fakta bahwa perasaan tertolak atau tidak diinginkan, tidak dicintai bisa saja ada di bawah alam sadar dan kemudian menimbulkan masalah psikis yang bisa jadi fatal bagi yang mengalaminya.

Kita harus bersyukur apabila hari ini, meski kita terdampak dari krisis global, tapi kita tidak sampai mengalami kemiskinan yang termiskin menurut bunda Teresa. Namun pertanyaan selanjutnya, apakah sekedar merasa syukur itu sudah cukup? Seharusnya belum. Kita wajib bersyukur, tapi juga harus menyatakan rasa syukur kita lewat menjadi saluran kasih Tuhan kepada mereka yang tertolak dan terbuang. Di sekitar kita banyak orang-orang yang tidak seberuntung kita, sehingga alangkah indahnya apabila kita bisa menjadi saluran kasih Tuhan buat mereka.

Amsal Salomo berkata: "Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru." (Amsal 21:13).

Lihatlah bahwa Amsal ini mengingatkan kita untuk memiliki telinga peka terhadap jeritan orang yang membutuhkan pertolongan. Kalau tidak, mau berteriak seperti apapun kerasnya dan intensitasnya, Tuhan tidak akan mau mendengar atau mempedulikan kita saat kita membutuhkan pertolongan daripadaNya.  Begitu kerasnya peringatan ini, dan bagi saya hal tersebut menunjukkan bahwa kepedulian terhadap sesama tanpa memandang latar belakang mereka, apalagi kepercayaan mereka seperti yang banyak dijadikan dasar bagi orang-orang dunia hari ini, merupakan hal yang sangat penting di mata Tuhan.

Dengan kata lain, kepedulian kita dalam membagi dan menyatakan kasih kepada sesama menjadi salah satu barometer Tuhan dalam mengukur apakah kita berkenan kepadaNya atau tidak.


(bersambung)

Monday, September 25, 2023

Kemiskinan dan Kepedulian (3)

 (sambungan)

Pengalaman berada ditengah orang-orang dengan kenyataan pahit seperti itu selama sekian dasawarsa membuat Bunda Teresa tahu betul apa sebenarnya yang paling menyedihkan, atau apa yang sebenarnya kemiskinan yang paling parah. Apa yang beliau katakan seharusnya membuka mata kita mengenai kemiskinan terberat atau terburuk yang bisa dialami manusia. Sekali lagi, that is the feeling of unloved, unwanted and uncared.

Dalam kesempatan lain, mendiang Princess Diana alias Lady Di pernah pula berkata seperti ini: "The biggest disease this day and age is that of people feeling unloved."  Penyakit terparah di jaman ini adalah orang yang merasa tanpa kasih, tidak ada yang mengasihi atau merasa tidak ada yang peduli. That is the biggest disease.

Kemiskinan terparah dari mereka yang menjadi teladan dalam hal kemanusiaan ternyata bukanlah kelaparan, tidak punya baju dan tidak punya rumah, melainkan rasa tidak diinginkan, tidak dicintai, tidak dipedulikan. Kalau kita renungkan, apa yang ia katakan bisa jadi benar. Pada kenyataannya ada begitu banyak orang yang menderita dan bermasalah bukan karena mereka tidak mampu secara finansial, tapi karena mereka merasa tertolak, merasa tidak dikasihi dan punya pengalaman pahit tentang cinta yang membuat mereka hambar atau bahkan sulit percaya kepada orang lain. Mereka bisa saja masih bernafas alias masih hidup, tapi menderita secara mental, jauh dari perasaan dikasihi atau dicintai.

Bukankah kita sudah berulang kali melihat di berita tentang ibu-ibu lanjut usia yang harus bertahan hidup sendirian tanpa ada yang peduli? Bahkan ada yang harus rela menerima nasib seperti itu karena tidak dpedulikan atau dibuang oleh anak-anaknya sendiri. Ini sebuah realita sosial yang sudah sering kita dengar atau baca dari berita-berita. Saya sendiri beberapa kali sudah  bertemu dengan orang-orang yang mengalami hal seperti ini. Dalam berbagai dimensi sosial dan kehidupan, mereka butuh waktu untuk bisa pulih. Atau bisa percaya kepada orang lain, itu pun tidak mudah bagi mereka.


(bersambung)

Sunday, September 24, 2023

Kemiskinan dan Kepedulian (2)

 (sambungan)

Suatu kali ada wartawan yang menanyakan kepadanya tentang apa sebenarnya yang dikatakan miskin itu. Bunda Teresa menjawab seperti ini:

"We think sometimes that poverty is only being hungry, naked and homeless. But the poverty of being unwanted, unloved and uncared for is the greatest poverty. We must start in our own homes to remedy this kind of poverty."

Apa yang digambarkan Bunda Teresa mengenai kemiskinan yang termiskin? Berdasarkan pengalamannya sendiri dalam melayani para orang miskin jauh dari negara asalnya, dimana ia menghabiskan waktu hampir sepanjang hidupnya di Kalkuta, India, ia memberi jawaban berbeda.

Bunda Teresa semasa hidupnya berada ditengah-tengah masyarakat yang dianggap sebagai yang termiskin dari yang miskin untuk melayani mereka. Ia menjadi wakil Tuhan untuk mereka yang termiskin dan terbuang. Bunda Teresa melayani orang yang lapar, gelandangan, buta, pincang, dan mereka yang menderita penyakit-penyakit yang bagi orang dianggap menjijikkan seperti lepra atau kusta dan sakit penyakit lainnya. Setiap hari ia ada bersama mereka, menyatakan kasih lewat banyak hal, alias memberikan dirinya dan hidupnya secara penuh bagi mereka.

Dengan profil seperti itu, tentu Bunda Teresa layak menjadi tokoh yang pasti mampu menjelaskan apa sebenarnya kemiskinan itu. Itulah mungkin yang ada di benak si wartawan saat menanyakan tentang kemiskinan kepada bunda Teresa. Apakah ketidakmampuan membeli segala sesuatu yang mewah? Tidak mampu makan? Tidak punya tempat tinggal? Tidak punya penghasilan tetap? Tidak punya cukup baju?

Dan menarik, seperti apa yang dikatakan Bunda Teresa tadi, dan berdasarkan pengalamannya sendiri, ia berkata bahwa the greatest poverty alias kemiskinan terparah justru adalah saat seseorang tidak ada yang mengasihi. The unloved, unwanted and uncared, kata beliau. Orang-orang yang tidak diperhatikan, tidak ada yang mencintai dan orang-orang tertolak. Bayi-bayi hasil hubungan gelap yang kelahirannya tidak diinginkan, mereka yang terbuang.


(bersambung)

Saturday, September 23, 2023

Kemiskinan dan Kepedulian (1)

 Ayat bacaan: Amsal 21:13
========================
"Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru."


Seperti apa definisi miskin itu? Dalam kamus bahasa Inggris, kemiskinan atau poverty itu didefinisikan dengan "the state of one who lacks a usual or socially acceptable amount of money or material possessions" , atau saat orang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasarnya. Kalau kita menanyakan hal itu kepada orang, jawaban yang keluar kemungkinan besar akan berkutat di seputaran masalah ekonomi atau kemampuan finansial. Orang miskin akan mengacu kepada ketidak sanggupan  mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari. Tidak punya uang, itu miskin. Tidak punya tempat tinggal, itu dianggap orang juga sebagai miskin. Tidak punya baju yang layak pakai, itu juga katanya miskin.

Lucunya, di jaman sekarang kata miskin justru semakin meluas, yaitu menyentuh kepada kebutuhan lainnya yang sebenarnya tidaklah penting-penting amat, setidaknya tidak seperti kebutuhan pokok yang kalau tidak terpenuhi maka akan beresiko bagi hidup. Misalnya, orang yang tidak punya mobil dikatakan miskin. Mobil biasa bukan mewah, apalagi keluaran lama, itu miskin. Tidak punya kendaraan, bahkan motor sekalipun, itu lebih parah lagi miskinnya. Bahkan, kalau tidak punya smart phone minimal android dengan fitur lengkap, itu pun bisa dianggap miskin bagi sebagian orang.

Yang juga lucu, ada orang-orang yang sebenarnya sudah lebih dari cukup tapi tetap merasa miskin dan terus mengejar uang dan harta. Dan yang tidak kalah lucu,  ada banyak orang yang memakai kata miskin sebagai modus. Contohnya orang mengaku-ngaku miskin supaya tidak harus keluar uang buat sumbangan, buat menolong orang lain yang terdesak dan sebagainya. Atau, orang yang berpura-pura miskin agar mendapat banyak sumbangan atau sedekah tanpa harus susah payah bekerja. Lihatlah bahwa kata miskin memang semakin jauh meningkat penggunaannya dibanding sekedar memenuhi kebutuhan pokok saja. Kesimpulannya, miskin ternyata relatif dan subyektif sifatnya.

Kalau miskin itu relatif dan subyektif, seperti apakah kemiskinan yang termiskin itu sebenarnya? Kondisi seperti apa sebenarnya yang membuat orang bisa dikatakan sebagai yang paling miskin? Kalau pertanyaannya jadi lebih detail seperti ini, jawaban pun pasti masih beragam dan kebanyakan akan mengarah kepada kesulitan finansial dalam tingkat tinggi atau ekstrim.

Menariknya, ada seorang tokoh yang sangat pantas dijadikan teladan dalam hal kemanusiaan yang memberi gambaran tentang kemiskinan yang termiskin itu dari sebuah sudut pandang yang sama sekali berbeda, yang mungkin tidak pernah, atau setidaknya jarang terpikirkan oleh orang lain. Ia adalah Bunda Teresa.

Suatu kali ada wartawan yang menanyakan kepadanya tentang apa sebenarnya yang dikatakan miskin itu. Bunda Teresa menjawab seperti ini:

(bersambung)

Friday, September 22, 2023

Lebah Malang Dalam Gelas Kopi (5)

 (sambungan)

Daripada fokus kepada masalah, yang seringkali tidak membawa keuntungan apapun bagi kita malah akan memberatkan langkah kita lebih dan lebih lagi, daripada panik mencari solusi dari cara-cara duniawi yang seringkali menyesatkan, mengapa tidak melakukan perubahan dengan memandang ke atas dan mengandalkan Tuhan, yang jauh lebih berkuasa dari apapun juga?

Tentu itu bukan berarti bahwa kita cuma harus berpangku tangan , menyerahkan kepada Tuhan lantas kita diam saja malas-malasan. Tapi hendaknya setiap langkah yang kita ambil melibatkan Tuhan di dalamnya. Bertanya dan mendengar suaraNya, tidak mengambil langkah-langkah yang bertentangan dengan FirmanNya, tidak mengecewakanNya. Jangan sampai kita mengambil langkah-langkah keliru dari kepanikan kita lantas malah mendatangkan berbagai masalah baru yang akan semakin menyengsarakan kita, hingga pada akhirnya kita mengalami nasib yang sama seperti lebah yang malang dalam gelas kopi.

Tuhan tidak menginginkan kita menjadi lebah yang malang, yang harus binasa dalam perangkap masalah karena gagal dan keliru melihat jalan keluar. Dengan penyertaannya, kita dijanjikan seperti ini: "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31).

Firman Tuhan juga berkata: "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7). Seperti apa diberkatinya? Firman Tuhan bilang: "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah." (ay 8). Firman yang tepat sama pun hadir lewat Daud. "Berbahagialah orang yang...kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3).

Saat anda merasa kesulitan dan menderita akibat berbagai masalah yang membebani hidup anda, ingatlah bahwa di atas sana ada Tuhan yang peduli dan mengasihi kita dengan sepenuhnya. Tidak ada masalah yang terlalu sulit untuk diatasi olehNya. Dan selama kita hidup mengandalkan Tuhan, selama kita berjalan bersamaNya, mengapa kita harus takut? Kita bisa belajar dari ketidaksadaran yang dilakukan lebah yang malang agar kita tidak harus berakhir dengan cara yang sama. Solusi selalu ada dalam Tuhan, yang akan selalu menyertai kita dengan setia dan siap melimpahkan pertolonganNya tak peduli sekelam atau sepelik apapun saat ini situasi yang tengah kita hadapi.

Look, up at the sky. There is a light, a beauty up there, that no shadow can touch - JRR Tolkien


Thursday, September 21, 2023

Lebah Malang Dalam Gelas Kopi (4)

 (sambungan)

Bagi teman-teman hari ini yang tengah mengalami situasi yang sama dan masih terus berputar-putar tanpa hasil yang jelas dengan mengandalkan kekuatan anda sendiri, ini saatnya anda mulai melihat ke atas. Seperti lebah dalam ilustrasi renungan ini dan apa yang dialami Yusuf dari dalam sumur yang gelap dan pengap, pandanglah keatas dan cari Tuhan. Serahkan segala beban anda kepadaNya. Percayalah dengan kesungguhan penuh bahwa Tuhan jauh lebih dari sekedar sanggup untuk membantu anda keluar dari masalah. Jangan terjebak pada kekeliruan yang sama dengan lebah yang jatuh ke dalam secangkir kopi, tapi miliki iman yang sama seperti Yusuf.

Ketahuilah dan percayalah bahwa Tuhan akan selalu ada beserta umatNya, bahkan dalam kegelapan yang tergelap sekalipun.

Contoh lain adalah Daud. Daud merupakan orang yang mengalami banyak pergumulan hidup sejak masa kecilnya. Sebagai seorang gembala ternak milik ayahnya, ia harus berhadapan dengan banyak predator yang ingin memangsa ternak yang ia gembalai, lalu ia pun kemudian berhadapan dengan raksasa Goliat yang bukan saja bertubuh tinggi besar tapi senjata dan perlengkapannya pun lengkap. Setelah jadi raja, hidupnya juga tidak mudah. Tapi lihatlah bagaimana keteguhan hatinya untuk percaya kepada penyertaan Tuhan. Ia berseru: "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4).

Daud tahu persis bahwa meski dalam kondisi yang paling parah sekalipun ia tidak perlu takut, sebab ada penyertaan Tuhan yang akan selalu siap memberikan pertolongan. Tidak ada satupun masalah yang terlalu sulit bagi Tuhan. Daud tahu itu dan ia pun mengisi pikirannya dengan kesadaran penuh akan hal ini. Itulah yang menghiburnya untuk menghadapi masalah demi masalah dalam hidupnya, sehingga ia tidak perlu takut akan bahaya, tidak perlu kuatir, kehilangan harapan apalagi menyerah. Diatas segala permasalahan, bahkan yang terkelam sekalipun, Tuhan akan selalu beserta kita. We are not alone, we are never alone. Itu akan kita sadari kalau kita mau memandang ke atas, menyaksikan dengan mata iman kita bahwa Tuhan ternyata ada disana bersama kita.

(bersambung)

Wednesday, September 20, 2023

Lebah Malang Dalam Gelas Kopi (3)

 (sambungan)

Tapi Yusuf tidak berpikir pesimis seperti itu. Saya membayangkan ia memandang ke atas, dan dari dalam sumur yang sekelilingnya gelap dan pengap, ia melihat cahaya terang dari atas. Ia pun kemudian menyadari bahwa kalau ia masih melihat ada  terang dari atas, itu artinya pengharapannya belumlah habis. Masih ada Tuhan, di atas sana, yang sanggup melepaskan dirinya.

Mungkin tidak langsung pada saat itu juga, tapi ia percaya pada waktunya Tuhan pasti mengangkatnya keluar sehingga selamat. Bukan hanya itu, ia pun pasti tetap yakin bahwa Tuhan akan membawanya ke dalam keberhasilan-keberhasilan yang gemilang. Saya rasa itu memenuhi pikiran dan hati Yusuf.

Faktanya, ia tidak langsung mengalami hal itu. Setelah keluar dari sumur, ia masih mengalami banyak hal yang mendatangkan penderitaan hingga beberapa tahun setelahnya, tapi Alkitab mencatat fakta bahwa dalam segala masa-masa kelam yang penuh derita, ia tetap dipenuhi Roh Allah sehingga keberhasilan menyertainya dalam setiap langkah. Perhatikan bahwa ternyata keberhasilan tetap bisa terjadi dari hal buruk sekalipun. Hal buruk bisa jadi salah satu bagian dari sekuens kita dalam menuju penggenapan rencana Tuhan, dan itu bisa jadi sebuah ujian, dimana kalau kita berhasil melewatinya, maka ada keberhasilan-keberhasilan 'kecil' yang keluar dari sana dan terus mengarahkan kita sampai akhirnya kita menggenapi rencana Tuhan atas diri kita.

(bersambung)

Tuesday, September 19, 2023

Lebah Malang Dalam Gelas Kopi (2)

 (sambungan)
 
Ada sesuatu yang menarik kemudian muncul di pikiran saya. Ketidaksadaran lebah yang bisa mendatangkan bahaya ini pun mungkin sering juga terjadi pada kita.
Bukan, bukan kita mengecil lalu tenggelam di dalam segelas kopi. Tapi seperti lebah yang malang yang terperangkap dalam gelas, kita lupa bahwa ada Tuhan di atas segalanya yang sanggup memberikan jawaban, jalan keluar atau pertolongan, tidak peduli seberat apapun masalah yang kita hadapi. Saat kita mengalami masalah, kita seringkali sibuk dan panik berputar-putar mencari cara untuk melepaskan diri kita dari masalah, terus mengandalkan kekuatan sendiri saja, atau berharap pada manusia lain, bahkan terjerumus ke dalam alternatif-alternatif yang jahat di mata Tuhan. Dengan kata lain, kita sibuk mencari solusi dengan cara-cara di sekeliling kita tapi lupa memandang Allah Surgawi kita. Kepanikan dan ketakutan kita membuat kita lupa memandang ke atas, dimana ada Allah yang sanggup menjadi jawaban atas segala permasalahan yang tengah menimpa kita. Dan kalau itu terlalu lama, bisa jadi akhir yang sama seperti lebah mungkin kita alami.

Yusuf pernah mengalami situasi yang sangat mirip seperti lebah malang ini. Suatu kali a dijerumuskan ke dalam sumur sempit yang gelap oleh saudara-saudara kandungnya sendiri. "Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair." (Kejadian 37:24).

Mengingat sumur itu kosong, tidak berair, apakah ia cedera dilempar jatuh ke bawah sumur? Tidak disebutkan di dalam Alkitab, tapi saya rasa mungkin saja ia mengalami cedera. Luka, perih, mudah-mudahan tidak sampai patah tulang, ditambah pasti perasaan sedih sampai harus mengalami hal seperti itu dari saudara-saudara sendiri.

Lalu apa  yang dilakukan Yusuf di dalam sumur? Tidak ada catatan bahwa Yusuf berteriak-teriak ketakutan, memohon belas kasih saudara-saudaranya. Tidak ada catatan bahwa Yusuf merasa panik meski tidak ada yang tahu apakah ia akan mendapat pertolongan atau harus disana sampai mati. Jika kita berada dalam situasi seperti itu, mungkin kita akan berpikir bahwa itulah akhir dari hidup kita, alias mati pelan-pelan tersiksa disana.

(bersambung)

Monday, September 18, 2023

Lebah Malang Dalam Gelas Kopi (1)

 Ayat bacaan: Mazmur 23:4
======================
"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."


Pernahkah anda mengalami lebah masuk ke dalam gelas kopi? Saya kembali mengalami itu kemarin di gelas kopi saya untuk kedua kalinya. Untung saya tidak buru-buru minum dan sempat melihat ada lebah disana. Waktu pertama kali saya mendapati lebah di dalam gelas kopi, saya kaget. Bagaimana bisa ada lebah tercelup dan mati di dalam gelas berisi kopi? Apa yang membuat mereka terjebak untuk masuk kesana, dan kenapa kok bisa sampai mati?

Saat saya mencari tahu alasannya, saya kemudian mendapatkan sebuah fakta menarik yang tidak terpikirkan sebelumnya.  Ternyata apa yang membuat lebah tertarik adalah kandungan gula yang ada di dalam gelas. Jadi bukan cuma kopi, tapi bisa saja teh, sirup atau lainnya yang manis. Itu terjadi karena lebah secara alami akan mencari nektar dalam bunga, jadi kandungan gula yang ada di dalam gelas bisa membuatnya tertipu lalu masuk kesana.

Itu satu hal. Pertanyaan lainnya adalah, kenapa sampai bisa mati disana? Bukankah bagian atas gelas itu terbuka lebar? Lebah itu bisa tinggal terbang saja ke atas, dan dia pasti selamat. Lebah bisa terbang dan tidak membutuhkan landasan pacu terlebih dahulu untuk bisa terbang seperti halnya burung elang atau pesawat terbang misalnya. Tapi ternyata, lebah hanya mencari solusi untuk melepaskan diri dari sekelilingnya dan tidak melihat jalan keluar bagian atasnya yang terbuka. Maka kalau lebah itu masuk ke dalam gelas, itu akan menjadi akhir hidupnya. Mengapa? Karena lebah akan sibuk berputar ke sekeliling gelas untuk mencari jalan keluar sampai akhirnya kehabisan tenaga dan menemui ajalnya.

Segelas kopi atau teh manis  tampaknya bukanlah benda menyeramkan buat seekor lebah, tapi ternyata gelas bekas kopi atau teh bisa jadi perangkap mematikan buat hewan ini. Ini adalah sebuah fenomena alam dari sisi dunia hewan yang akhirnya saya ketahui setelah mengalami sendiri adanya lebah di dalam gelas kopi saya.



(bersambung)

Sunday, September 17, 2023

Be Humble, Stay Humble (8)

 (sambungan)


Sebuah band musik bisa hancur seketika gara-gara sikap seperti ini, karir yang sudah susah payah dibangun bisa hancur dalam seketika, keutuhan keluarga bisa runtuh, begitu pula dengan persekutuan atau ikatan lainnya. Orang yang rendah hati tidak akan bersikap demikian karena mereka akan memikirkan orang lain terlebih dahulu ketimbang kepentingan dirinya sendiri. Firman Tuhan berkata: "..Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:3-4). Sifat rendah hati mampu memunculkan sikap seperti ini.

Dari 4 hal di atas kita bisa melihat kualitas tinggi yang akan tampil apabila kita hidup dengan kerendahan hati. Karena itu tidaklah heran jika Tuhan pun meninggikan orang-orang yang memiliki sifat rendah hati, bahkan siap memahkotai dengan keselamatan. Bukan hanya keselamatan dari bahaya, sakit penyakit dan sebagainya, tetapi keselamatan jiwa yang kekal sifatnya, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan salvation. Itulah yang dimahkotai Tuhan kepada orang-orang yang rendah hati seperti yang bisa kita baca dalam ayat bacaan renungan ini yaitu Mazmur 149:4. Sebaliknya dikatakan "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5).

Seharusnya kita ingat bahwa kita hanyalah berasal dari debu (Mazmur 103:14), dan semua yang kita miliki sesungguhnya berasal dari Tuhan. (Ulangan 8:14-18). Oleh karena itu, milikilah sifat rendah hati, teruslah ingatkan diri kita untuk itu agar kita tidak terjebak untuk menjadi orang berperilaku menyimpang yang nantinya akan merugikan kita sendiri.

"Talent is God-given. Be humble.
Fame is man-given. Be grateful.
Conceit is self-given. Be careful." - John Wooden

Saturday, September 16, 2023

Be Humble, Stay Humble (7)

 (sambungan)

3. Orang yang rendah hati mau diajar dan belajar.

Ada sebuah firman Tuhan berbunyi sebagai berikut: "Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." (Mazmur 25:9). Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa orang-orang yang rendah hati akan memiliki kemauan untuk diajar dan terus belajar. Jalan Tuhan sudah dinyatakan lengkap di dalam Alkitab. Dan hanya orang yang rendah hatilah yang mau terus membenahi diri untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Belajar tentang ilmu pengetahuan, terus meningkatkan pengetahuan dan keahlian itu sangat perlu. Tapi jangan lupa pula untuk belajar terus bijaksana, berhikmat dan terus memperdalam pengetahuan akan hati Allah dan prinsip KerajaanNya.

Tuhan akan selalu siap, bahkan rindu untuk membimbing orang-orang yang mau mengakui kekurangannya dan terus belajar, membaca, meneliti, merenungkan, memperkatakan dan melakukan firman Tuhan. Bagaimana Tuhan mau mengajar orang yang merasa dirinya hebat, bahkan lebih pintar dari Tuhan? Bagaimana firman Tuhan bisa tertanam dan bertumbuh apabila firman itu jatuh di atas tanah yang keras berbatu? Keangkuhan akan merugikan kita sendiri. Dengan memiliki kerendahan hati berarti kita pun memiliki kesempatan untuk dibimbing secara langsung oleh Tuhan, karena kita memang selalu siap untuk terus belajar dan belajar lagi.

4. Orang yang rendah hati tidak mendahulukan kepentingan diri sendiri.

Ini juga merupakan poin penting. Bagaimana sebuah ikatan, persekutuan atau bentuk-bentuk perkumpulan lainnya bisa tetap kokoh apabila anggotanya terus menerus hanya mementingkan diri sendiri saja? Keangkuhan bisa membuat orang besar kepala dan lupa diri, sehingga menganggap diri mereka yang paling penting.

(bersambung)

Friday, September 15, 2023

Be Humble, Stay Humble (6)

 (sambungan)

2. Orang yang rendah hati tidak sombong.

Sombong, tinggi hati, congkak, sombong, angkuh, dan berbagai sinonim lainnya adalah lawan kata dari rendah hati. Artinya orang yang rendah hati tidak akan bersikap sombong, dan begitu juga sebaliknya. Dengan bersikap sombong bukan saja kita dijauhi orang lain, tapi Tuhan pun akan menjauhi kita, bahkan dikatakan menentang kita.

Lihatlah ayat berikut ini: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6b).

Mengasihani dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "gives grace, continually". Lihatlah betapa tingginya penghargaan Tuhan atas sikap rendah hati. Sebaliknya Tuhan sendiri akan menjadi lawan kita apabila kesombongan atau kecongkakan terus kita pertahankan dalam diri kita. Kesuksesan merupakan salah satu penyebab terbesar perubahan sikap orang dari rendah hati menjadi sombong. Godaan kesuksesan, popularitas, peningkatan karir dan sebagainya bisa dengan cepat menyelewengkan manusia untuk jatuh ke dalam dosa kesombongan. Padahal kalau mereka mau berpikir sederhana, semua talenta dan kesempatan yang datang itu adalah dari Tuhan. Berasal dariNya dan atas seijinNya.

Maka seharusnya semua keberhasilan itu bukan dipakai untuk menjadi sombong tetapi dipakai untuk memberkati banyak orang sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan. Kalau itu yang kita ingat, kita seharusnya bisa menghindari sikap sombong. Dalam Amsal 21:4 dikatakan juga bahwa hati yang sombong adalah dosa. Karenanya kita harus berhati-hati .

(bersambung)

Thursday, September 14, 2023

Be Humble, Stay Humble (5)

 (sambungan)

Ada banyak pula orang yang mengira bahwa mengakui kesalahan merupakan bentuk dari mengaku kalah. Padahal masalah kerelaan untuk meminta maaf merupakan hal yang sangat esensial di mata Tuhan. Sebab bagaimana mungkin kita bisa diampuni Tuhan apabila kita tidak mengakui dosa-dosa kita secara terbuka di hadapanNya? Firman Tuhan pun berkata: "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).

Tuhan siap mengampuni dan menyucikan kita sesegera mungkin, tetapi diperlukan kerendahan hati kita untuk mau mengakui dosa-dosa kita. Kerelaan mengaku salah menunjukkan kebesaran hati. Tidak ada satupun manusia yang sempurna. Akan ada waktu dimana kita melakukan kesalahan. Dan apabila itu terjadi, daripada mencari pembenaran atau kambing hitam, tidakkah lebih baik kalau kita cepat menyadari kesalahan kemudian menyelesaikannya dengan orang-orang terkait? Itu akan jauh lebih baik, dan Tuhan pun tidak akan mempersulit kita yang menyesali kekeliruan kita.

Ini adalah salah satu hal yang saya ajarkan pada anak saya sejak usia dini. Ia tidak boleh bohong kalau melakukan kesalahan apapun resikonya. Saya mengajarkan dengan contoh langsung, yaitu papa dan mamanya pun akan minta maaf kalau melakukan sesuatu yang membuatnya kecewa.

Dalam hal mendidik anak, pendidikan budi pekerti termasuk rendah hati menjadi hal penting. Hal ini menjadi sulit karena di saat yang sama saya pun harus mengajarkannya untuk percaya diri. Percaya diri itu harus, tapi harus pula diikuti oleh rendah hati. Kepercayaan diri berlebih bisa mendatangkan sikap tinggi hati, sementara rendah hati yang over bisa mengarah pada rendah diri. Itu tantangannya, dan puji Tuhan, sejauh ini pendidikan itu tampaknya bisa diterima oleh putri saya. Ini akan menjadi bekal yang sangat penting agar ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik saat ia dewasa nanti.

(bersambung)

Wednesday, September 13, 2023

Be Humble, Stay Humble (4)

 (sambungan)

Keselamatan. itu sebuah anugerah yang terbesar yang mampu kita peroleh. Dan itu siap disematkan kepada kita apabila kita memiliki sebuah sikap rendah hati. Atau bacalah ayat ini: "Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan." (Amsal 22:4).

Kalau kita lihat dari ayat-ayat yang sudah saya sebutkan saja, tidakkah kita seharusnya tahu bahwa kesombongan hanya akan merugikan kita sendiri?

Mari kita lihat lebih jauh seperti apa sebenarnya rendah hati itu. Setidaknya ada 4 hal yang bisa kita lihat sebagai gambaran apa yang disebut dengan rendah hati jika melihatnya dari sisi firman Tuhan.

1. Orang yang rendah hati memiliki kerelaan, kebesaran hati atau keberanian untuk mengakui kesalahan.

Saya meletakkan hal ini sebagai yang pertama karena bagi banyak orang mengakui kesalahan merupakan hal yang sungguh sulit untuk dilakukan. Rasa gengsi yang terlalu besar, takut kehilangan harga diri, takut disepelekan dan sebagainya sering membuat kita berat untuk meminta maaf secara terbuka.

(bersambung)

Tuesday, September 12, 2023

Be Humble, Stay Humble (3)

 (sambungan)

Apakah sikap rendah hati itu? Secara umum, sikap rendah hati adalah sikap yang terpuji yang ditandai dengan sikap sederhana, sopan, ramah dan tidak sombong. Orang yang rendah hati akan menyadari bahwa sehebat-hebatnya dirinya, ia pun punya banyak kekurangan dan keterbatasan sehingga tidak boleh sombong. Tidak sombong ketika memiliki harta yang banyak, tidak sombong saat unggul atau berhasil dalam berbagai aspek seperti menjadi juara, dalam karir dalam pendidikan dan lain-lain, tidak membanding-bandingkan dengan orang lain dan merasa lebih dari mereka, tidak bersikap egois dan mau mendengar orang lain. Ini seharusnya menjadi kualitas yang keluar dari para pemimpin besar, public figure dan lain-lain. Bukan untuk dipakai sombong, tapi alangkah baiknya jika semua prestasi yang membuat mereka terkenal itu bisa menginspirasi, mendidik dan jadi teladan buat orang lain. Dengan keterkenalan yang mereka sandang, mereka punya kesempatan besar untuk itu.

Soal rendah hati berulang-ulang diingatkan di dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dan itu saya kira menunjukkan bahwa rendah hati merupakan isu serius bagi manusia dari dulu sampai sekarang. Sepertinya ada tendensi orang mudah menjadi sombong ketika kehidupannya sukses. Ada yang mengira mereka akan terlihat berwibawa dan berpengaruh jika mereka tampil angkuh atau terus omong besar. Padahal kalau hal ini dilakukan, tidak saja orang akan menjauhi, tetapi kita pun akan bermasalah dengan Tuhan.

Bermasalah dengan Tuhan? Ya. Dalam Amsal sudah diingatkan bahwa "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18). Lalu lihat pula ayat keras ini: "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu. Sebab TUHAN semesta alam menetapkan suatu hari untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh serta menghukum semua yang meninggikan diri, supaya direndahkan;" (Yesaya 2:11-12).

Sikap rendah hati merupakan sebuah keharusan untuk dimiliki oleh anak-anak Tuhan. Kalau dalam ayat di atas kita melihat betapa kerasnya Firman Tuhan menegur mereka yang sombong, congkak atau tinggi hati, sebaliknya Tuhan menjanjikan banyak kebaikan buat orang-orang yang rendah hati. Lihatlah salah satunya: "Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mazmur 149:4).

(bersambung)

Monday, September 11, 2023

Be Humble, Stay Humble (2)

 (sambungan)

Sebuah pengalaman yang saya tidak akan lupakan adalah saat saya bertemu dengan seorang penyanyi wanita di lobby hotel. Saya sudah menyukai lagu-lagunya sejak saya masih SMP, dan tiba-tiba sosoknya ada di depan mata saya, baru saja check in. Saya langsung menghampiri dan mengajaknya untuk wawancara (ngobrol) sebentar.

Sekedar informasi, saya bukanlah wartawan dari media besar. Saya hanya mengelola sebuah situs musik online mandiri yang saya rintis dari 0. Tapi ia menyambut saya dengan sangat baik, meski ia baru saja menempuh perjalanan jauh selama sekitar 13 jam penerbangan, dan belum sempat beristirahat karena baru berhasil check in. Kami langsung duduk di lobby dan ngobrol dengan sangat asyik. Tidak sampai disitu, kami bahkan bertukar nomor telepon, berfoto bareng dan ia mengatakan bahwa saat ia tampil nanti di panggung, ia harus melihat saya ada di bagian depan. As a fans, saya merasa sangat istimewa. Sebagai seorang jurnalis, saya berhasil mendapatkan hal-hal menarik dalam wawancara yang belum pernah ditulis orang lain sebelumnya. Dan sebagai teman, saya tentu senang sekali mendapat respon seperti itu.

Saya akan beri contoh lainnya. Saya juga pernah mengelola komunitas musik untuk membantu anak-anak muda mengasah bakat dan kemampuan mereka, memberi panggung agar mereka bisa berlatih dan terlatih untuk tampil di hadapan penonton. Namanya komunitas, bukan komersil, tentu saya tidak punya dana untuk mengundang artis-artis terkenal dalam pertunjukan komunitas. Tapi dalam perjalanannya, ternyata banyak dari mereka yang sudah berhasil, bahkan beberapa legenda hidup di dunia musik kita yang mau datang dan turut bermain tanpa dibayar karena mereka rindu untuk berbagi pengalaman dan ilmu pada anak-anak muda yang sedang merintis karir bermusik mereka. Mereka mau bermain dengan alat musik dan tata suara seadanya, bahkan mau main bersama anak-anak muda ini. Buat saya, hal itu sangat menginspirasi. Sikap rendah hati dari mereka-mereka ini patut diacungi jempol.

Kalau anda baca renungan saya tepat sebelum yang ini, saya sempat memberi contoh artis yang baru populer dalam hitungan tahun tapi sikapnya sudah berubah menjadi angkuh. Sikapnya ini berbanding terbalik dengan para artis yang sangat rendah hati yang saya contohkan dalam renungan kali ini.

Apakah sikap rendah hati itu?

(bersambung)

Sunday, September 10, 2023

Be Humble, Stay Humble (1)

 Ayat bacaan: Mazmur 149:4
====================
"Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan."


Saat saya berkecimpung di dunia jurnalistik musik, saya bertemu dengan begitu banyak artis ternama, baik yang kategorinya sedang populer, pernah populer sampai yang layak menyandang predikat legendaris. Bukan hanya dari dalam negeri sendiri tapi juga dalam skala dunia. Mereka yang tadinya cuma saya lihat di televisi atau dengar dari radio ataupun kaset/cd menjadi sosok nyata yang ada di depan saya. Dengan bertemu langsung, saya bisa melihat bagaimana kepribadian mereka ini aslinya.

Saya sangat maklum bahwa tidak mudah bagi orang untuk bisa cepat santai kepada orang yang baru mereka kenal. Karena itu saya melatih diri saya sebagai seorang jurnalis yang menempatkan diri sebagai tiga sosok sekaligus di hadapan mereka, yaitu sebagai seorang jurnalis, fans, dan teman. Itu kesan yang harus segera muncul dalam pandangan mereka saat bertemu dengan saya.

Sebagai seorang jurnalis saya harus menguasai materi. Tahu siapa sosok yang akan saya wawancarai, apa lagu atau album hitnya, profil dan sebagainya. Dari sisi fans, saya harus menunjukkan hal-hal hebat yang mereka capai, karya-karya mereka yang indah, apa yang keren dari karya mereka dan lain-lain, yang bisa menggambarkan kenapa saya mengagumi mereka. Dan dari sudut teman, layaknya orang yang berteman pasti saling kenal. Tahu siapa dia, bagaimana ia merintis karirnya, kebiasaan-kebiasaannya, kesehariannya dan sebagainya. Karena itulah saya selalu melakukan riset panjang lebar sebelum bertemu dengan artis yang akan saya wawancarai.

Kenapa hal itu penting bagi saya? Karena seringkali wawancara itu dibatasi oleh waktu. Saya harus mendapatkan sesuatu yang eksklusif atau setidaknya punya nilai menarik sebagai berita hanya dalam hitungan menit. Bagaimana saya bisa mendapatkan sesuatu yang berbeda dari mereka kalau saya lambat dalam membuat mereka nyaman untuk ngobrol dengan saya? Jadi saya harus cepat membuat mereka merasa nyaman dan menangkap atensi mereka dengan cepat pula agar saya bisa menggali lebih dalam dalam waktu yang sangat singkat.

Dengan cara itu, saya bisa menembus sekat dan melihat sosok asli di belakang nama besar mereka. Dan dalam banyak kesempatan, saya pun terkagum-kagum dengan sikap rendah hati yang ditunjukkan banyak nama besar. Padahal dengan menyandang popularitas sebesar itu, secara manusiawi mereka layak untuk meninggikan dirinya, bersikap angkuh dan sebagainya. Memang ada sih yang seperti itu, tapi tidak sebanyak mereka yang ternyata humble.

(bersambung)

Saturday, September 9, 2023

Kerendahan Hati Yosua (6)

 (sambungan)

Bahkan jauh sebelumnya hal ini pun sudah diingatkan. "Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN." (Yeremia 9:23-24).

Jangan pernah lupa bahwa tanpa Tuhan kita bukanlah apa-apa. Meski kita wajib untuk bekerja keras dan melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, semua itu tetap dimungkinkan lewat anugerah Tuhan yang Dia berikan kepada kita. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang tidak atau lupa mensyukuri berkat, jangan sampai kita berubah menjadi orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan bersyukur, apalagi kalau sampai merebut apa yang menjadi hak Tuhan.

Sementara dunia ini model pencitraan sedang ngetrend dan dianggap sangat penting menjamin keberhasilan, saat orang berlomba-lomba membesarkan atau melakukan cara glorifying atas apapun yang dicapai, marilah kita menghidupi setiap langkah dengan ucapan syukur dan tetap bersikap rendah hati. Bukan rendah diri, tapi rendah hati. Dengan demikian kita tidak harus kehilangan kedekatan hubungan kita dengan Tuhan, dan kita akan sangat menikmati setiap proses dari apapun yang tengah kita usahakan dimana kita merasakan betul keberadaan Tuhan bersama kita dalam proses tersebut.

Hari ini ketika anda mengalami kemajuan dalam pekerjaan, promosi atau peningkatan-peningkatan lainnya, bersyukurlah dan berikanlah kemuliaan hanya untuk Tuhan. Bagi yang masih berjuang, hendaklah kita terus mengusahakannya sebaik yang kita mampu dengan tetap mendasari dengan kerendahan hati terutama setelah kita sukses nanti. Sudahkah anda memuliakan Tuhan dan bersyukur atas segala anugerahNya atas diri anda hari ini?

Belajarlah dari kerendahan hati Yosua dan jangan rebut kemuliaan yang menjadi milik Tuhan

Friday, September 8, 2023

Kerendahan Hati Yosua (5)

 (sambungan)

Nasihat untuk rendah hati berulang-ulang disampaikan kepada kita. Kepada jemaat Efesus, Firman Tuhan disampaikan lewat Paulus berkata seperti ini: "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2). Kepada jemaat Filipi dikatakan "..tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri" (Filipi 2:3). Kepada jemaat Kolose berbunyi seperti ini: "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran." (Kolose 3:12).

Surat yang ditujukan kepada jemaat-jemaat di tempat yang berbeda-beda, tapi pesannya sama. Dan pesan yang sama ini pula sampai kepada manusia setelahnya selama berabad-abad kemudian hingga hari ini. Itu menunjukkan bahwa Paulus menyadari bahwa manusia punya tendensi untuk berubah wataknya menjadi buruk, karena itulah pesan itu harus disampaikan untuk diingat dan dicermati, supaya jangan sampai nanti semuanya hancur hanya karena kita tidak bisa menjaga hati.

Ada banyak lagi nasihat untuk rendah hati, dan ini penting bagi kita, karena "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6, 1 Petrus 5:5). Ada banyak orang yang terjatuh dalam dosa kesombongan setelah sukses, karenanya ketika kita mulai menapak naik, nasihat untuk rendah hati ini harus selalu kita ingat.

Ketika kita diberkati dan mengalami peningkatan, saat apa yang kita rintis mulai menghasilkan tunas atau bahkan berbuah, bersyukurlah kepada Tuhan. Berikan kemuliaan hanya bagiNya dengan berkarya dan memberkati lebih lagi, dan jangan merebut hak Tuhan dengan memegahkan diri sendiri. Tuhan Yesus sudah mengingatkan kita dengan jelas "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Dan lewat Paulus firman Tuhan berkata: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." (1 Korintus 1:31).

(bersambung)

Thursday, September 7, 2023

Kerendahan Hati Yosua (4)

 (sambungan)

Perhatikan kata-kata yang dipakai Yosua untuk menyampaikan pesan Tuhan itu kepada bangsa Israel. "Lagi kata Yosua: "Dari hal inilah akan kamu ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu dan bahwa sungguh-sungguh akan dihalau-Nya orang Kanaan, orang Het, orang Hewi, orang Feris, orang Girgasi, orang Amori dan orang Yebus itu dari depan kamu." (ay 10). Perhatikan, Yosua tidak berkata "Pandang aku dan dengar baik-baik! Lihatlah hari ini kamu semua akan melihat bagaimana Tuhan membesarkan namaku, meninggikan aku ditengah-tengah kamu sekalian!" Yosua tidak berkata, "akulah yang terpilih, lebih tinggi dari kalian semua, dan jika kalian selamat itu semua berkat saya." Tidak, Yosua sama sekali tidak berlaku seperti itu. Ia tidak tergoda untuk bersikap sombong, pamer dan membesarkan diri. Dia bukan tipe yang senang pencitraan. Apa yang dikatakan Yosua adalah "Dari hal inilah akan kamu ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu."

Meski Yosua bisa saja dianggap berhak mengulangi pesan Tuhan yang mengangkatnya setingkat Musa kepada bangsa yang akan ia pimpin, tapi ia tidak melakukan itu. Yosua bersikap rendah hati dan menyadari betul bahwa bukan karena hebat atau kuat kuasanya bangsa Israel nantinya akan bisa melewati sungai Yordan, melainkan karena penyertaan Tuhan. Yosua memusatkan perhatian bukan kepada dirinya sendiri melainkan kepada Tuhan. Fokusnya hanyalah Tuhan satu-satunya yang dimuliakan dalam segala peristiwa yang pernah, sedang dan akan terjadi. Dia menyadari bahwa dia hanyalah pelaksana di lapangan. Karenanya Yosua memilih untuk tidak merebut apa yang menjadi hak Tuhan.

Selanjutnya Yosua pun menjelaskan secara rinci bagaimana mereka harus menyeberang (ay 11-13), dan itu dia lakukan untuk menunjukkan bahwa apa yang akan terjadi bukanlah kebetulan semata, atau bukan karena kehebatan bangsa Israel atau dirinya sendiri, melainkan karena ada kuasa Tuhan yang bekerja untuk melindungi dan menyelamatkan mereka.

(bersambung)

Wednesday, September 6, 2023

Kerendahan Hati Yosua (3)

 (sambungan)

Seharusnya semakin kita sukses, semakin pula kita rendah hati karena kita semakin bersyukur pada Tuhan atas semua yang Dia sediakan. Sebab kalau tidak, kita bisa terjerumus ke dalam dosa kesombongan yang sama sekali tidak disukai Tuhan, dan itu akan menghancurkan semua yang kita bangun dalam sekejap mata. Rendah hati, itulah yang seharusnya ada pada diri orang percaya. Tidak ada tempat bagi kesombongan mau seberapa besar sekalipun sukses yang ada pada kita. Prinsip padi, semakin berisi semakin merunduk merupakan hal yang wajib untuk terus kita perhatikan dan awasi agar tetap ada dalam diri kita.

Berbicara mengenai kerendahan hati, kita bisa belajar lewat banyak tokoh. Untuk kali ini mari kita belajar akan hal itu dari kisah hidup Yosua.

Apa yang terjadi pada Yosua bukanlah sesuatu yang biasa. Ia tadinya hanyalah seorang abdi Musa. Tapi ia kemudian dipilih Tuhan untuk melanjutkan kepemimpinan Musa atas bangsa Israel. Ketekunan, kesetiaan dan imannya sudah teruji sejak semula ketika ia masih menjadi abdi Musa. Saya percaya Tuhan melihat sikap hatinya sejak muda sehingga Tuhan pun mempersiapkan dirinya dari awal hingga waktunya tiba. Seorang abdi atau pelayan dipilih menggantikan Musa untuk membawa bangsa Israel?  Itu sebuah kehormatan yang sangat besar yang tidak sering terjadi, bahkan hampir-hampir mustahil. Dari sekian banyak orang, Tuhan memilihnya. Yosua bisa punya banyak alasan untuk menjadi sombong, tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda seperti itu sama sekali.

Sekarang mari kita lihat kisah ketika Yosua hendak memimpin bangsa Israel untuk menyeberangi sungai Yordan. (Yosua 3:1-17). Sebelum memasuki sungai Yordan, Tuhan berbicara kepada Yosua. "Dan TUHAN berfirman kepada Yosua: "Pada hari inilah Aku mulai membesarkan namamu di mata seluruh orang Israel, supaya mereka tahu, bahwa seperti dahulu Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau." (ay 7). Tuhan menyatakan kepada Yosua bahwa sama seperti ketika Tuhan menyertai Musa untuk melewati Laut Merah, demikian pula Tuhan akan menyertai Yosua dalam memimpin bangsa Israel dalam menghadapi sungai Yordan. Setelah Yosua menerima pesan Tuhan itu, ia pun bergegas menyampaikan hal tersebut kepada bangsa Israel.

Perhatikan kata-kata yang dipakai Yosua untuk menyampaikan pesan Tuhan itu kepada bangsa Israel. "Lagi kata Yosua: "Dari hal inilah akan kamu ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu dan bahwa sungguh-sungguh akan dihalau-Nya orang Kanaan, orang Het, orang Hewi, orang Feris, orang Girgasi, orang Amori dan orang Yebus itu dari depan kamu." (ay 10).

(bersambung)

Tuesday, September 5, 2023

Kerendahan Hati Yosua (2)

 (sambungan)

Saya ambil contoh dari seorang artis yang kalau saya sebut namanya semua pasti kenal, karena ia masih sangat aktif dan cukup populer hingga hari ini. Ia mulai sebagai artis independen yang mengupload video-videonya bernyanyi di salah satu channel di internet. Karena banyak yang suka dan memang ia sangat berbakat, ia pun kemudian naik namanya apalagi setelah ia tampil di festival-festival bergengsi. Pada suatu kali, saya sedang ada di belakang panggung ngobrol dengan band pengiringnya yang rata-rata saya kenal baik. Lantas ia dan ayahnya lewat disana. Kebetulan tas dari salah satu anggota bandnya agak ketengah jalan. Dengan tidak melihat ia menggerutu lantas menendang tas itu karena dianggap menghalangi jalannya. Ayahnya kemudian melakukan hal sama agar tas itu lebih ke pinggir, menggunakan kaki sama seperti si artis. Hm... padahal dua tahun sebelumnya saat ia belum terkenal, artis yang satu ini sangat ramah. Ini baru satu contoh dari puluhan atau bahkan ratusan contoh lainnya dari mereka-mereka yang menjadi berubah perilakuknya karena ketenaran atau keberhasilan, baik di dunia seni, karir, dan sebagainya.

Begitulah manusia. Orang-orang yang sifatnya seperti ini biasanya tidak bertahan lama. Perlahan tapi pasti, para panitia atau organizer akan mencoret mereka dari daftar, lalu meredup dan tamat. Sudah sangat banyak orang-orang berbakat yang seharusnya bisa sukses untuk jangka waktu lama tapi karirnya singkat bak meteor karena mereka tidak menjaga hati. Saya sedih melihat hal itu, tapi tampaknya memang manusia tidak pernah bisa belajar dari sejarah karena terus melakukan kesalahan yang sama dari masa ke masa.

Kita diberkati dengan talenta tertentu yang bisa membuat kita tampil baik dan istimewa dalam hidup, seistimewa rencana Tuhan bagi kita. Itu sangat pantas jika kita syukuri. Kita bekerja keras, berusaha dan belajar agar bisa menjadi orang-orang yang sukses dalam pekerjaan, kita terus mengasah bakat yang diberikan Tuhan sampai benar-benar tajam, dan itu membutuhkan waktu panjang. Talenta dan usaha kita meningkatkan kemampuan dan ilmu pengetahuan memang sangat menentukan keberhasilan kita. Tetapi hendaknya jangan sampai kita lupa bahwa semua itu merupakan anugerah dari Tuhan dan bukan karena kehebatan diri kita sendiri. Kenyataannya begitu banyak orang lupa diri ketika sudah sukses, dan mengira bahwa kehebatannyalah yang membuat semua itu terjadi. Mereka jumawa, lupa diri, lantas terjerumus dosa kesombongan.

Seharusnya semakin kita sukses, kita harus semakin bersyukur karena menyadari bahwa semua itu merupakan berkat dari Tuhan.

(bersambung)

Monday, September 4, 2023

Kerendahan Hati Yosua (1)

 Ayat bacaan: Yosua 3:10
=======================
"Lagi kata Yosua: "Dari hal inilah akan kamu ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu.."


Apa yang paling saya suka dari sebuah karir atau bisnis? Saya suka kalau karir atau bisnis itu kemudian sukses. Tapi yang paling saya suka bukan itu, melainkan saat saya merintisnya dari bawah alias dari 0, mengusahakan, mengupayakan dan memperjuangkannya agar tumbuh setapak demi setapak. Itu yang paling saya nikmati. Saya sangat suka merintis, dan menikmati prosesnya. Dalam hal rumah tangga pun pemikiran saya sama. Hingga hari ini, setelah kami bukan lagi cuma berdua di rumah tapi sudah bertiga dengan kehadiran putri kami dan menjalani pernikahan hampir 15 tahun (kalau ditambah masa pacaran berarti sudah lebih 20 tahun), saya masih menganggap rumah tangga saya ini sebagai sebuah proses yang masih harus terus dijaga, dirawat dan ditingkatkan lagi agar bisa terus bertumbuh semakin bahagia dan semakin baik jalannya.

Dalam perjalanannya, baik karir, bisnis maupun rumah tangga, saya melihat bahwa semakin tinggi kita naik, maka semakin berat pula perjuangannya. Semakin banyak yang harus dipikirkan, semakin banyak yang harus dipertimbangkan, itu artinya saya harus semakin berhati-hati pula dalam melangkah. Dan itu rasanya memang sesuatu yang alamiah. Bukankah semakin tinggi kita naik angin pun semakin kencang? Kalau semua proses ini diibaratkan sebuah game, maka setiap level pasti akan semakin berat, dimana masing-masing level akan punya kesulitan atau tantangannya sendiri dengan tingkat kesulitan yang makin tinggi pula. Hidup pun sama seperti itu. Semakin sukses karir, bisnis, keluarga/rumah tangga atau apapun dalam hidup kita yang sedang berproses, tantangan bahkan godaannya akan semakin besar pula. Dengan sendirinya, faktor resikonya pun akan semakin besar juga.

Ada banyak contoh dari kisah mereka-mereka yang merintis karir dari bawah, bertahun-tahun menapak naik, dan saat sudah di atas kemudian lupa diri, melakukan tindakan yang salah dan akibatnya semuanya runtuh dalam seketika. Rata-rata dari mereka biasanya bermula sebagai pemuda-pemuda dengan tekad baja dan awalnya baik. Tetapi saat sudah berada di atas, popularitas atau kesuksesan membuat mereka tidak lagi memakai akal sehat dan hati yang bersih lantas lupa diri. Kesombongan, perilaku-perilaku tidak terpuji, berbagai kebohongan dan penipuan atau apapun yang sifatnya menguntungkan diri sendiri menjadi hal yang lumrah bagi mereka.

Kalau di kalangan politisi kita melihat hal itu, di bidang-bidang pekerjaan lain hal seperti itu pun terjadi. Buat saya yang hidup di dunia musik, itu pun terjadi. Ada banyak artis yang tadinya baik, rendah hati dan serius dalam menciptakan karya terbaik mereka kemudian berubah total setelah sukses. Seperti yang saya ceritakan dalam renungan kemarin, ada yang tiba-tiba sombong dan kasar, bukan saja kepada pihak pengundang tapi juga kepada teman-teman se-band nya sendiri. Ada yang memberi riders yang sudah tidak lagi menapak bumi. Dari perilaku, riders, tata krama dan sopan santun, semuanya merefleksikan kesombongan tingkat tinggi.

(bersambung)

Sunday, September 3, 2023

Belalang (5)

 (sambungan)

Jika anda mengambil sebatang lidi, tentu sangat mudah bagi anda untuk mematahkannya. Tapi saat lidi bersatu menjadi sebuah sapu, bakal sulit pula bagi kita untuk bisa mematahkannya. Demikian juga dengan belalang. Belalang jika hanya seekor akan mudah ditangkap, tetapi saat bersatu itu akan menjadi sangat-sangat sulit sekali.

Kalau belalang yang tidak punya raja saja bisa kompak dalam persatuan untuk mencapai satu tujuan bersama, kita seharusnya malu. Kita punya bukan sekedar raja tetapi Raja di atas segala raja. Seharusnya kitalah yang menjadi role model tentang persatuan, sebuah bentuk persatuan yang seperti apa yang didoakan Yesus : "Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." (Yohanes 17:20-21).

Sesungguhnya bentuk persatuan seperti ini bukan saja akan sangat membantu kita untuk melewati hari-hari yang sulit tetapi juga mampu membawa pengenalan akan Kristus pada dunia. Seringkali kita terjebak untuk mengandalkan kata-kata untuk memenangkan jiwa, tapi yang kita pertontonkan sama sekali jauh dari cerminan Kristus, termasuk atau mungkin terutama dalam hal persatuan.
Karenanya mari kita belajar dari belalang. Mereka tidak punya raja, kita punya Raja di atas segala raja. Soal bersatu, seharusnya kita ahlinya, bukan malah sebaliknya.

Belalang saja bisa, masa kita tidak?


Saturday, September 2, 2023

Belalang (4)

 (sambungan)

Meskipun Perjanjian Baru banyak memberi penekanan kepada pertumbuhan iman kita secara individu, Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang eksklusif. Gereja dan umat Tuhan tidak akan pernah bisa menjadi terang dan garam jika keimanannya hanya dibatasi oleh dinding-dinding gereja dan tidak pernah berpikir untuk menjangkau lebih banyak jiwa yang berada di luar dinding itu. Itu sama saja dengan garam yang diam di dalam botol tertutup.  Tanpa dipakai, garam tidak akan membawa manfaat atau berfungsi apa-apa. Atau kalau garam dipakai menggarami garam, itu pun tidak akan membawa manfaat apa-apa.

Penulis Ibrani menyampaikan: "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24). Marilah kita 'saling'. Kata saling menunjukkan bahwa bukan terpisah-pisah tapi bersama-sama. Prinsip saling yang positif harus terus kita tumbuh kembangkan, karena kita harus menyadari bahwa manusia pada hakekatnya terbatas dan lemah, sama seperti seekor belalang.

Menghadapi hari-hari yang sukar dan terus semakin sukar ini, kita harus lebih menekankan kebersamaan, membangun hubungan kekeluargaan dan persaudaraan erat dengan saudara-saudari kita lainnya. Apa yang diiinginkan Tuhan itu jelas. Kita harus berhenti menjadi pribadi yang eksklusif. Tak peduli berapa seringnya kita berdoa dan membaca Alkitab di rumah, beribadah bersama saudara seiman, menghidupi kehidupan persekutuan yang aktif tetaplah menjadi kebutuhan penting bagi kita. "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (ay 25). Ayat ini jelas mengacu kepada pentingnya kita untuk membangun kehidupan berfellowship, saling dukung, saling bantu, saling menguatkan. Ini adalah hal yang penting untuk dilakukan terlebih ketika hari Tuhan semakin mendekat.

Dalam kesempatan lain Firman Tuhan berkata: "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkotbah 4:9-10). Lalu  "Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan." (ay 12).

(bersambung)

Friday, September 1, 2023

Belalang (3)

 (sambungan)

Agur bin Yake  berkata: "belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur." (Amsal 30:27). Dalam versi Bahasa Inggris Amplified ditulis: "The locusts have no king, yet they go forth all of them by bands".

Ya, kita tidak pernah mendengar ada raja belalang kan? Tapi meskipun belalang  tidak memiliki raja, lihatlah mereka bisa bersatu dengan kuat dalam sebuah kelompok besar untuk mencapai tujuan yang sama.Kalau mau menyerang pun mereka tahu bahwa akan lebih efektif jika dilakukan bersama.

Ini berbanding terbalik dengan bagaimana sikap manusia yang semakin hari semakin sulit untuk bersatu. Manusia saat ini cenderung justru memperbesar jurang perbedaan dan mengabaikan kesamaan yang bisa membuat kita untuk bersatu. Perbedaan ideologi, kepentingan, kepercayaan, semuanya bisa menjadi alasan yang dianggap valid untuk perpecahan. Tidak heran kalau perpecahan atau disintegrasi bangsa ini terus berada pada titik yang mengkhawatirkan pada saat ini.

Lupakan dulu bersatu antara orang yang berbeda kepercayaan, ideologi atau kepentingan. Di kalangan sendiri saja perpecahan masih terus terjadi. Orang saling curiga satu sama lain, terus bertikai, saling mencemooh dan menghina, saling menjelekkan, saling merendahkan, merasa paling benar dan merasa berhak untuk menghakimi. Perbedaan dikedepankan, kesamaan disisihkan. Bercerai lebih baik dari bersatu.

Bukan hal baru lagi bahwa meski sama-sama beriman kepada Kristus, tapi tetap saling hujat saudara sendiri hanya karena tata cara peribadatan yang berbeda, bahkan sampai  mengatakan sesat. Padahal kita memiliki Raja yang sama, Raja diatas segala raja yaitu Yesus Kristus. Jika belalang yang tidak memiliki raja saja bisa bersatu dan membawa dampak untuk tujuan tertentu, betapa memalukannya kita yang memiliki Raja malah tidak bisa melakukannya. Kalau kita saja tidak bisa bersatu, lupakan berharap adanya kegerakan apapun di dunia ini.

(bersambung)

Lanjutan Sukacita Kedua (5)

 (sambungan) Satu jiwa pun begitu berharga di mata Tuhan. Ketika jiwa itu kembali ditemukan, sang gembala akan menggendongnya dengan gembira...