Sunday, June 30, 2013

Kebahagiaan dan Damai Sejahtera yang Tak Pernah Habis/Berhenti Mengalir (1)

Ayat bacaan: Yesaya 48:18
======================
"Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti."

Jika memiliki kesempatan ke pantai, saya paling senang melihat gelombang laut yang terus menerpa ke pantai. Ada yang gelombangnya kecil, ada pula yang agak besar. Jika saya berada agak ke dalam, maka gelombang itu akan lebih terasa ketika menabrak saya. Saya bisa terlempar kembali ke pinggir pantai dalam keadaan jungkir balik apabila gelombangnya cukup besar. Bagi peselancar, gelombang besar akan sangat menantang adrenalin mereka. Mereka akan sangat bangga apabila bisa menaklukkan gelombang yang dahsyat. Salah seorang peselancar dari luar negeri pernah bercerita kepada saya bahwa ketinggian gelombang di laut-laut Indonesia sangatlah 'merangsang' untuk ditaklukkan. Kembali kepada 'hobi' saya di pantai yang suka memperhatikan gelombang, satu hal yang saya simpulkan adalah bahwa besar atau kecil, kapanpun, gelombang tidak akan pernah berhenti menerpa pantai.

Masih bicara soal air, dahulu dari teras samping rumah di lantai dua ketika saya masih mengontrak, saya bisa melihat sebuah sungai yang sebenarnya tidak terlalu besar tetapi airnya tidak pernah berhenti mengalir. Menurut cerita penduduk asli yang sudah lama bermukim disana, dahulu kala sungai itu menjadi sumber air utama penduduk. Kehidupan di area sana juga ternyata bermula dari pinggiran sungai. Kebanyakan peradaban juga biasanya bermula dari pinggiran sungai karena siapapun tentu membutuhkan akses yang baik untuk memperoleh mata air. Sungai-sungai di India juga tercatat tidak pernah kering meski daerahnya sangat panas, dan sejauh yang saya ketahui, itu karena sumber airnya berasal dari pegunungan Himalaya yang selalu menyediakan air sepanjang tahun.

Gelombang laut tidak akan pernah berhenti tanpa peduli waktu. Malam pun jika anda berjalan di tepi pantai, anda akan tetap mendapati bahwa gelombang-gelombang itu tetap ada mengombak di tengah laut dan bergulung menuju kaki anda. Sungai yang tidak kering akan menjamin kesuburan tanah di sekitarnya sekaligus menjamin kehidupan yang baik bagi orang-orang yang tinggal disana. Jadi kita bisa membayangkan bagaimana hebatnya apabila damai sejahtera dan kebahagiaan bisa kita miliki seperti kedua ilustrasi ini. Kebahagiaan kita bisa hadir bagai gelombang laut yang tidak pernah berhenti mendatangi pantai, dan damai sejahtera selalu ada di dalam kita bagaikan sungai yang tidak pernah kering. Bukankah itu terdengar sangat luar biasa indahnya?

Sadar atau tidak, seperti itulah tepatnya yang Tuhan janjikan kepada kita. Lihatlah ayat bacaan hari ini: "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti." (Yesaya 48:18).

Wow, ini janji Tuhan yang luar biasa. Itu semua bisa menjadi milik kita dengan satu catatan atau syarat, yaitu apabila kita memperhatikan perintah-perintah Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Dalam versi Bahasa Inggrisnya dikatakan: "Oh, that you had hearkened to My commandments! Then your peace and prosperity would have been like a flowing river, and your righteousness [the holiness and purity of the nation] like the [abundant] waves of the sea." Kata 'hearken' berarti mendengar, memperhatikan dan mematuhi. Dengan kata lain, if we listen, give attention to Lord's commandments with full obedience, we will gain peace and prosperity like a flowing river, then our righteousness will never stop just like the waves of the sea. Jika kita mendengar, mencermati dan mematuhi ketetapan Tuhan, semua itu dijanjikan Tuhan untuk menjadi milik kita.

(bersambung)

Saturday, June 29, 2013

Kuasa untuk Menikmati

Ayat bacaan: Pengkhotbah 6:1-2
=========================
"Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit."

Uang atau harta dipercaya dunia bisa menjamin kebahagiaan kita dan keluarga. Banyak orang yang percaya akan hal ini, terlebih ketika kita dibombardir oleh begitu banyak iklan yang menjanjikan itu apabila membeli produknya. Senyum bahagia, deretan gigi putih, hidup yang berkepenuhan, itu seolah akan langsung menjadi milik kita kalau membeli produk yang diiklankan. Tapi pada kenyataannya, bukankah kita melihat ada banyak orang yang hidupnya berantakan meski secara finansial lebih dari cukup? Ada seorang yang saya kenal terus membeli tanah dan mobil, tapi kehidupan rumah tangganya sama sekali jauh dari bahagia. Terus ribut, suasana panas, tidak ada damai sejahtera. Jelas terlihat bahwa memiliki uang dan kelengkapan fasilitas atau barang-barang tidaklah serta merta menjamin kebahagiaan. Kalau begitu apa yang salah dengan prinsip dunia ini? Bukankah secara logikapun kita akan mengira bahwa memiliki cukup uang akan membuat hidup kita lebih mudah?

Jawaban akan hal ini ada di dalam Alkitab, tapi tidak banyak orang yang mengetahuinya. Perhatikan ayat bacaan hari ini: "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkhotbah 6:1-2). Dari ayat ini kita bisa melihat satu kuasa yang berasal dari anugerah Tuhan yang jarang diketahui orang, yaitu kuasa untuk menikmati. Ternyata berkat bukan hanya bicara soal harta dan benda tetapi juga kuasa untuk menikmati semua itu. Kita bisa bergelimang harta, tapi tanpa adanya kuasa untuk menikmati, maka semua itu tidaklah berguna, sia-sia dan tidak akan pernah bisa membuat kita bahagia. Pengkotbah bahkan menggambarkan hal itu sebagai sebuah kemalangan, kesia-siaan bahkan penderitaan yang pahit.

Kita harus ingat bahwa kitab ini ditulis oleh Salomo, anak Daud, raja di Yerusalem yang merupakan orang terkaya yang pernah ada di muka bumi. Sangatlah menarik jika kita mencermati bahwa peringatan akan kesia-siaan kekayaan tanpa adanya kuasa menikmati justru berasal dari Salomo. Kalau kita baca ayat tersebut dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari, dikatakan bahwa "Ada kalanya Allah memberi kekayaan, kehormatan dan harta benda kepada seseorang, sehingga tak ada lagi yang diinginkannya. Tetapi Allah tidak mengizinkan dia menikmati semua pemberian itu. Sebaliknya, orang yang tidak dikenal-Nya akan menikmati kekayaan itu. Jadi, semua itu sia-sia dan menyedihkan." Tuhan memang menyediakan berkat melimpah termasuk pula kelimpahan termasuk dalam hal finansial, tapi kita harus mengetahui betul bahwa kita pun butuh kuasa untuk menikmati agar bisa memperoleh manfaat yang baik dari itu semua.

Di dalam Pengkotbah pasal 3 kita kembali menemukan pesan Salomo lainnya. "Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah." (Pengkotbah 3:13). Jika kita bisa menikmati makan, minum serta menikmati hasil kerja kita, itu pun merupakan pemberian atau anugerah dari Tuhan dan bukan atas usaha kita. Lantas dalam pasal 5 kembali kita diingatkan  bahwa "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (Pengkotbah 5:19)

Kekayaan, harta benda atau berkat-berkat jasmani merupakan karunia Allah yang tentunya patut disyukuri. Tapi jangan lupa bahwa kita pun memerlukan kuasa (the power and capacity) untuk menikmatinya. Agar bisa menikmati hasil jerih payah dan berbahagia lewat perolehan kita, itu pun juga merupakan karunia Tuhan. Rangkaian ayat hari ini berbicara jelas akan kuasa untuk menikmati sebagai karunia dari Tuhan yang tidak boleh kita abaikan atau lupakan.

Jika Pengkotbah merasa perlu mengingatkan pesan ini berulang-ulang tentulah itu artinya hal ini sangat penting. Kita hendaknya bisa belajar dari apa yang telah dialami Pengkotbah, karena ia menuliskan itu agar menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk tidak melupakan bahwa ada yang namanya kuasa untuk menikmati, yang berasal dari Tuhan. Itulah kunci yang memampukan kita untuk bisa menikmati setiap hasil jerih payah kita dengan penuh bersukacita, bukan tergantung dari besaran harta yang kita miliki. Sejauh mana kedekatan, kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan, itulah yang akan menentukan apakah kita bisa menerima berkat yang lengkap dari Sang Pemberi baik berkat-berkat jasmani, kesehatan, kecukupan, kelengkapan maupun sebuah kesempatan bagi kita untuk menikmati itu semua.

Bukan hanya berkat jasmani, tapi kuasa untuk menikmati juga merupakan karunia yang berasal dari Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, June 28, 2013

Menggantungkan Pekerjaan

Ayat bacaan: Amsal 16:4
===================
"Roll your works upon the Lord [commit and trust them wholly to Him; He will cause your thoughts to become agreeable to His will, and] so shall your plans be established and succeed."

Kemarin kita sudah melihat bahwa pekerjaan sebaiknya dilakukan dengan hati gembira dan penuh sukacita. Itu akan membawa anda untuk mencapai hasil-hasil yang maksimal, berprestasi baik dan reaksi hati demikian juga akan merupakan sebuah wujud rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberkati anda dengan pekerjaan yang anda geluti sekarang. Hari ini mari kita lanjutkan kepada hal berikutnya. Pepatah mengatakan gantunglah cita-citamu setinggi langit. Tapi kemana kita harusnya menggantungkan atau mendasarkan pekerjaan kita? Pertanyaan ini terlihat gampang, tetapi pada kenyataannya ada banyak orang yang menggantungkan pekerjaannya di tempat yang salah. Ada yang mendasarkan pada uang, fasilitas, gengsi, jabatan, basah tidaknya lahan atau hal-hal lainnya yang cenderung mengacu kepada apa yang dipercaya dunia bisa mendatangkan kebahagiaan dan kemakmuran.

Mari kita ambil sebuah contoh. Dimana anda menggantungkan alat penggorengan? Anda tentu tidak meletakkannya di garasi atau di gantungan kamar mandi, karena selain salah tempat anda tidak akan bisa memfungsikan penggorengan itu karena tidak ada satupun yang bisa dilakukan dengan penggorengan di kamar mandi atau garasi. Seperti itu pula halnya dengan menggantungkan pekerjaan. Jika anda letakkan di tempat yang salah, maka anda tidak akan memperoleh yang terbaik.

Mari kita lihat ayat bacaan hari ini yang diambil dari kitab Amsal. "Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu." (Amsal 16:3). Jika kita lihat versi bahasa Inggrisnya, dikatakan "Roll your works upon the Lord [commit and trust them wholly to Him; He will cause your thoughts to become agreeable to His will, and] so shall your plans be established and succeed." (Amsal 16:3). Roll your works upon the Lord, percayakanlah pekerjaan dan rencanamu kepada Tuhan. Seperti apa bentuknya mempercayakan pekerjaan? Dari ayat ini kita bisa melihat beberapa poin seperti berkomitmen dan mempercayai Tuhan secara penuh, sepakat dengan rencanaNya, dan itulah yang akan membuat rencana dan pekerjaan kita terlaksana dengan sukses.

Dalam Mazmur kita bisa membaca Firman yang berkaitan dengan hal ini. "Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!" (Mazmur 128:1-2). Lihat bagaimana Tuhan bisa memberkati pekerjaan yang sepakat dengan rencana Tuhan dan dilakukan dengan dasar takut akan Tuhan. Kita akan bisa menikmati hasilnya, berbahagia atasnya dan membuat kita menjadi lebih baik. Lantas doa Musa yang dicatat dalam Mazmur 90 juga menggambarkan hal yang sama. "Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu." (Mazmur 90:17). Musa berdoa meminta Tuhan memberkati pekerjaannya agar berhasil. Itu artinya Musa menggantungkan pekerjaan atau segala perbuatan yang ia lakukan ke dalam Tuhan, karena ia tahu bahwa itulah yang akan menjadikannya berhasil.

Benar kita tetap perlu bekerja keras secara serius dan sungguh-sungguh, tapi kita harus ingat pula bahwa keberhasilan tergantung dari Tuhan bukan semata-mata atas jerih payah kita sendiri saja. Ini hal yang sering dilupakan orang, yang mengira kesuksesan yang mereka raih hari ini adalah hanya berasal dari kegigihan atau jerih payah mereka sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Apakah ada Firman Tuhan yang mengatakan hal ini secara spesifik? Tentu saja. Perhatikan ayat berikut: "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya." (Amsal 10:22). Dengan memperhatikan semua ini, hendaklah kita menjadi orang-orang yang tahu dimana kita harus menggantungkan pekerjaan, rencana bahkan harapan. Salah tempat hanyalah akan membuat segalanya sia-sia. Gantungkanlah kepada Tuhan, roll your works upon the Lord, rest everything to Him, karena hanya itulah yang akan membuat usaha dan impian anda terealisasi dengan sukses.

Gantungkan kepada Tuhan dan bukan yang lain

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, June 27, 2013

Sukacita Seorang Tukang Parkir

Ayat bacaan: Pengkhotbah 3:22
=============================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"

Saya sudah bertemu dengan banyak orang yang bekerja hanya sekedar untuk mencukupi kebutuhan hidup alias karena terpaksa. Mereka ini tidak menikmati pekerjaannya dan semata-mata melakukan itu cuma untuk memperoleh penghasilan. Saya berpikir, jika bekerja itu hanya karena terpaksa saja, bagaimana mungkin kita mengharapkan performance terbaik dari mereka? Sebuah hal kontras baru saja saya temui kemarin. Saya bertemu dengan seorang penjaga parkir yang gembira dengan pekerjaannya. Ia tersenyum lebar, menyapa setiap orang yang parkir bahkan bernyanyi-nyanyi kecil ditengah aktivitasnya. Semakin lama saya perhatikan, ia begitu bersemangat dalam mengatur posisi-posisi mobil yang ingin parkir. Penasaran, saya pun menanyakan kenapa ia gembira dalam bekerja. "Kenapa tidak? Ini pekerjaan halal yang bermanfaat buat banyak orang, baik yang butuh parkir maupun yang lalu lalang di depan jalan." katanya sambil terus tersenyum. Bagi sebagian orang pekerjaan sebagai tukang parkir dianggap rendah jika dibanding dengan bisnis perusahaan atau kerja kantoran. Tetapi si tukang parkir itu benar. Selain halal, ia juga berfungsi besar dalam mengatur kelancaran jalan, minimal di depan tempatnya bertugas. Meski harus tetap siap baik di bawah terik matahari maupun guyuran hujan, pekerjaannya baik dan berguna. Bukankah itu jauh lebih baik ketimbang menganggur atau malah mengganggu orang lain? Lalu coba bayangkan seandainya tidak ada tukang parkir, kita bisa repot berkendara di jalan karena banyak yang parkir secara sembrono atau asal-asalan. Jadi jelas, ia punya segala alasan untuk bersukacita. Dan itulah yang ia refleksikan dari tingkah lakunya dalam bekerja.

Apa yang terlihat dari tukang parkir ini merupakan cerminan dari bagaimana seharusnya kita menyikapi pekerjaan. Pengkotbah menulis: "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). Perhatikanlah bahwa ditengah banyaknya alasan untuk cinta atau tidak terhadap profesi atau pekerjaan, Pengkotbah menyimpulkan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada bergembira dalam bekerja. Coba pikir, jika kita tidak bahagia dengan pekerjaan, apakah ada gunanya? Adakah yang lebih baik yang bisa kita peroleh? Kalau kita terus mengeluh sepanjang hari, merasa kasihan terhadap diri sendiri karena menganggap bahwa pekerjaan yang sekarang kurang bergengsi atau kurang besar pendapatanya, lalu merasa kesal bahkan marah terhadap situasi itu, adakah semua ini membawa manfaat atau malah membuat performance kerja kita menurun, mengganggu/merugikan orang lain bahkan bisa pula mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri?

Di dalam Amsal ada sebuah ayat yang berbunyi: "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Ayat lainnya berbunyi: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu adalah obat yang manjur dan menjaga kita agar tetap memiliki semangat untuk melakukan yang terbaik. Baik dalam artian kita bisa berprestasi, juga baik dalam artian kita tetap sehat dan bugar karena terhindar dari berbagai penyakit seperti stres, depresi hingga serangan jantung atau stroke yang banyak diakibatkan oleh suasana hati yang tidak gembira dalam bekerja.
Bisa saja ada di antara kita yang sekarang mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya. Mungkin ada yang merasa kecewa bahwa pekerjaan saat ini tidak cukup baik, itu tergantung bagaimana anda melihatnya. Tetapi saya ingin mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk memberkati kita. Pekerjaan yang paling kecil sekalipun selama tidak bertentangan dengan Firman Tuhan bisa dijadikannya sebidang lahan yang subur untuk ditaburi berkat. Apa yang diminta dari kita sesungguhnya adalah melakukan pekerjaan sungguh-sungguh dengan segenap hati, serius, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23).

Seperti yang saya sampaikan kemarin, sukacita bukanlah tergantung dari keadaan terkini yang kita alami, termasuk pula pekerjaan yang kita jalani saat ini melainkan berasal dan berakar dari Tuhan. Tinggi rendahnya pendapatan bukanlah alasan untuk bersukacita atau bersusah hati. Kemarin bertemu dengan orang yang profesinya bagi sebagian orang lain dianggap rendah, tetapi lihatlah bahwa mereka pun bisa tetap bersukacita dalam melakukan kerjanya. Di sisi lain, tidak jarang pula kita melihat keluarga yang hancur, kehidupan yang jauh dari bahagia meski memiliki kekayaan yang besar atau jabatan yang sangat baik. Yang jelas performance kita akan sangat berhubungan dengan seperti apa kita mencintai pekerjaan kita. Itu akan membuat anda lebih baik dan bisa mencapai prestasi-prestasi yang membanggakan, itu juga akan membuat anda tetap sehat, jauh dari banyak penyakit. Kalau begitu, mengapa kita tidak mencoba memberikan setitik cinta pada pekerjaan kita, mengucap syukur atas pekerjaan itu kepada Tuhan yang telah memberi tanggungjawab kepada kita untuk menjalankannya? Dengan memiliki hati yang bersukacita, kita akan mampu melihat bagaimana luar biasanya Tuhan bisa memberkati kita lewat apapun yang kita kerjakan. Bukan lagi kata orang, bukan lagi hanya menurut tulisan di Alkitab, tetapi menjadi orang-orang yang mengalami langsung bagaimana berkat Tuhan bisa tercurah secara melimpah lewat yang terbaik yang anda beri lewat bekerja. Marilah belajar untuk bersyukur dan bergembiralah dalam bekerja bersama Tuhan. 
Bergembiralah dalam bekerja, nikmatilah itu sebagai bentuk kasih Tuhan atas diri anda

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, June 26, 2013

Bersukacita dan bersukacitalah

Ayat bacaan: Nehemia 8:10b
======================
"Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!"

Berbagai tekanan hidup sepertinya terus berusaha untuk membuat kita semakin jauh dari rasa sukacita. Harga bahan pokok yang terus meningkat sementara gaji masih menyangkut ditempat yang sama, para siswa yang galau karena tidak tahu harus melanjutkan kemana, orang-orang yang kehilangan arah, kehilangan sesuatu yang berharga, sedang bimbang, merasa takut untuk melangkah/mengambil keputusan atau dalam skala kecil dalam rumah tangga ketika anda tengah capai bekerja seharian tapi masih mendapat reaksi tidak mengenakkan di rumah, semua ini hanyalah sedikit contoh dari betapa banyak kejadian dalam hidup yang siap merampas sukacita dari diri kita. Benar, berbagai hal seperti itu memang bisa membuat kita kehilangan kegembiraan, itu normal. Yang salah adalah ketika kita menggantungkan gembira-tidaknya kita kepada situasi yang tengah kita alami. Problems may come, but to be joyful or not depends on our decision. Masalah boleh saja datang, situasi tidak menyenangkan boleh saja ada, tapi bersukacita atau tidak sesungguhnya tergantung dari keputusan kita. Lantas apa yang bisa membuat kita tidak harus kehilangan sukacita ditengah himpitan masalah? 

Alkitab sudah memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Bukan hanya dalam satu kalimat saja tetapi bisa kita temukan dalam banyak bagian di dalamnya. Coba lihat ayat bacaan hari ini yang secara jelas memberikan jawaban: "Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!" (Nehemia 8:10b) Firman Tuhan berkata bahwa kita tidak perlu bersusah hati, bersedih atau kecewa. Mengapa? Sebab sukacita seharusnya bukan tergantung dari dunia tapi karena kita memiliki Tuhan. Itulah perlindungan kita, itulah benteng kita yang teguh, itulah yang akan memampukan kita untuk tetap bisa dipenuhi sukacita meski situasi sedang tidak kondusif. Be not grieved and depressed, for the joy of the Lord is your strength and stronghold. Amin.

Tuhan berulang kali mengingatkan kita untuk senantiasa bersukacita dan memahami betul dari mana sumber sukacita itu berasal. Bersukacita tentu mudah jika kita sedang dalam kondisi baik dan berlimpah, tapi biasanya menjadi sulit ketika tengah didera masalah. Masalah kecil saja sudah bisa merusak mood atau suasana hati kita, apalagi kalau masalah besar.Mampukah kita? Tergantung kita sendiri, tetapi ingatlah bahwa Tuhan mau kita mampu, karena disanalah kita bisa mengukur seberapa besar kepercayaan kita pada Tuhan. Kalau saja kita mau belajar untuk percaya sepenuhnya dengan menyerahkan seluruh hidup kita ke dalam tanganNya, kita pun akan berada dalam pemeliharaan Tuhan yang luar biasa. Itu janji Tuhan yang akan selalu ditepati. Oleh karena itu kita jangan sampai kehilangan sukacita. Kita harus bisa terus bersukacita, sekali lagi bukan tergantung situasi hidup tetapi karena Tuhan, dan sesungguhnya itulah kuncinya karena disana terletak perlindungan atas kita.

Jika kita membaca Galatia 5:22-23, maka kita bisa melihat bahwa sukacita merupakan salah satu buah Roh. Itu artinya, selama kita hidup dengan bimbingan Roh Kudus yang diam dalam diri kita, maka sukacita sudah seharusnya atau secara otomatis menjadi bagian dari hidup kita. Ingatlah bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Seberat apapun beban yang anda hadapi hari ini, yang paling mustahil bisa selesai menurut logika terpintar kita sekalipun, itu hanya akan menjadi sebuah lahan subur bagi Tuhan untuk menyatakan kuasaNya. Dalam sukacita karena Tuhan terletak perlindungan kita, bukan dari baik tidaknya hidup yang tengah anda jalani hari ini.

Daud berkata: "dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4). Meski hati sedang tidak enak, mood sedang kacau, kita harus ingat bahwa Tuhan bisa memberi kelegaan dan menggantikan perasaan yang penuh kemelut dengan sebentuk hati penuh sukacita. Anda mungkin sulit untuk bisa menggantikannya sendiri, tetapi ayat ini mengatakan bahwa Tuhan sendirilah yang akan mengabulkan keinginan hati untuk terus bisa dipenuhi sukacita. Sukacita harus bersumber dari Tuhan, sukacita berasal dari Tuhan dan sukacita bergantung pada Tuhan. Sukacita tidak boleh berakar pada dunia dan situasi terkini kita tetapi harus berpusat pada Tuhan.

Adakah diantara anda yang saat ini tengah galau, berbeban berat, merasa kosong dan kehilangan sukacita? Atau anda merasa terlalu sulit untuk bisa mengembalikan sukacita dalam diri anda? Malam ini, datanglah kepadaNya, bukan untuk mengais harapan kosong, bukan untuk sekedar mencoba, tapi untuk membuktikan bahwa Tuhan bisa mengembalikan sukacita sepenuhnya tidak peduli apapun suasana hati anda saat ini. sandarkan seluruh hidup anda padaNya dengan sukacita, seperti halnya Daud yang berkata: "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!" (Mazmur 100:2). Mengapa? "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (ay 5). Percayakan hidup anda sepenuhnya pada Tuhan, dan nikmatilah sukacita sesungguhnya ditengah kesulitan. "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4) God bless you all.

Percayakan segalanya pada Tuhan, dan bersukacitalah, maka Tuhan akan melepaskan kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, June 25, 2013

Rajin Introspeksi

Ayat bacaan: Efesus 5:15
===================
"Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif"

Sebuah band yang saya kenal dekat baru saja rampung mengerjakan album barunya. Pentolannya bercerita kepada saya bahwa proses pembuatannya membutuhkan waktu beberapa tahun. Itu waktu yang tidak sedikit. Ketika saya tanya mengapa harus sampai selama itu, ia pun menjawab bahwa untuk menghasilkan album yang maksimal ia perlu waktu tidak hanya untuk proses penulisan komposisi dan latihan, tapi juga karena mereka perlu waktu untuk mengevaluasi sampai dimana pencapaian mereka dalam album-album terdahulu, dimana kekurangannya, apa yang menjadi kekuatan mereka. Kemudian mereka pun harus memperbaiki apa yang masih kurang dan menggodok konsep lebih baik lagi agar album ini bisa sukses baik di pasaran maupun bagi karir mereka. Berkecimpung di dunia seperti ini saya sudah biasa menyaksikan berbagai pola band atau musisi di dapur rekaman. Ada yang serius seperti band yang saya baru saya ceritakan, ada pula yang kejar tayang karena ingin memperoleh keuntungan sebesar-besarnya selagi bisa. Orang-orang yang kejar tayang biasanya menomor duakan pentingnya menghasilkan album dengan kualitas bagus. Lebih cepat, lebih baik, supaya untungnya pun bisa cepat. Begitu pikir mereka. Meniru, mengikuti trend pun menjadi alternatif agar album bisa lekas rampung. Bisa saja mereka sukses di pasar, tapi biasanya band-band seperti ini hanya numpang lewat saja. Hari ini sukses, besok sudah dilupakan orang. Band yang serius dalam berkarir biasanya tidak terlalu sering mengeluarkan album. Bisa makan waktu lama, tapi mereka punya ketahanan lebih kuat dalam meniti karir di dunia industri musik. Band yang saya ceritakan di atas sudah berjalan lebih dari 20 tahun. Selalu saja ada inovasi baru yang keluar dari proses pemikiran, introspeksi, evaluasi, penelitian, pengembangan dan berbagai proses evaluasi lainnya.

Tidak hanya bagi band, dalam segala aspek kehidupan kita perlu melakukan hal yang sama. Alangkah baiknya apabila kita rajin mengevaluasi apa yang sudah kita capai dalam hidup kita. Mencari titik-titik lemah yang harus diperbaiki. Mempertahankan dan meningkatkan pencapaian-pencapaian yang sudah baik. Bukan hanya mengenai karir dan pekerjaan saja, tetapi dalam aspek lainnya termasuk keluarga kita pun sebaiknya melakukan hal yang sama. Apakah kita sudah menjadi pemimpin rumah tangga (pria) atau ibu rumah tangga (wanita) yang baik? Apakah kita sudah mendidik anak dengan baik, menjalankan peran sebagai orang tua yang mengasihi mereka, sudah membagi waktu yang cukup buat mereka? Melakukan introspeksi, mengevaluasi dan memperbaiki, itu proses yang akan sangat menentukan seperti apa kita sekian tahun ke depan. 

Kepada jemaat Efesus, Paulus memberi pesan agar mereka jangan terlena tapi mau terus memperhatikan bagaimana mereka menjalani hidup. "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif". (Efesus 5:15). Ini tentu merupakan pesan yang sangat positif dan penting untuk kita ingat. Perhatikan setiap langkah kehidupan agar bisa tetap menjadi orang yang arif atau bijaksana, bukan orang bebal.

Selanjutnya Paulus melanjutkan pula, "dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (ay 16). Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Jika hari-hari pada masa itu dikatakan jahat, sekarang pun tidak ada bedanya, atau mugkin malah lebih parah. Dosa mengintip dari segala aspek kehidupan kita, dimanapun kita berada. Sekarang kita malah bisa dijebak dosa tanpa harus beranjak dari kursi atau melangkah pergi lewat gadget-gadget teknologi tinggi yang kita miliki. Di dunia hiburan, lingkungan rumah/pekerjaan/pendidikan, di mana-mana ada jebakan yang siap menjerat kita.

Paulus menggambarkan celah masuknya dosa-dosa ini lewat tiga hal yang saling berhubungan yaitu mengikuti jalan dunia, kedagingan dan iblis. (Efesus 2:1-3). Keterkaitan ketiga aspek ini bagaikan pusaran air yang bisa menyeret kita yang bisa menenggelamkan kita dalam seketika jika tidak hati-hati. Hal ini sangat penting untuk dicermati, bahkan Yesus pun mengajarkan agar kita senantiasa berjaga-jaga dan berdoa untuk mencegah masuknya pencobaan lewat kelemahan daging kita. "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."(Matius 26:41).
Semua pencapaian baik yang sudah kita perjuangkan dengan susah payah bisa sia-sia dalam sekejap mata kalau kita tidak berhati-hati menjaga kehidupan kita. Bukankah sangat disayangkan kalau ketika kita telah mulai dengan Roh, tapi harus berakhir dalam daging dan kehilangan janji-janji Tuhan? Itulah yang juga disinggung oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat Galatia. "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!" (Galatia 3:3-4).

Agar bisa terhindar dari hal tersebut, kita harus sering-sering mengevaluasi diri dan melakukan introspeksi akan membuat kita lebih awas dalam mencermati berbagai jebakan di segala lini kehidupan. Kita bukan diminta untuk bersikap aneh dengan menarik diri dari sekitar kita, tetapi kita harus tetap mewaspadai segala langkah. Selain itu, tekunlah berdoa. Biarkan Roh Tuhan bekerja dan memimpin langkah-langkah kita, sehingga kita bisa terhindar dari jebakan yang mengarah kepada maut. Mulailah rajin mengintrospeksi dan mengevaluasi hidup mulai sekarang agar tetap hidup bijaksana, bertumbuh lebih baik dari waktu ke waktu.

Lakukan introspeksi teratur agar bisa hidup sebagai orang bijaksana

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, June 24, 2013

Mau Mendengar (2)

Ayat bacaan: Amsal 25:12
===================
"Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar."

Saya masih ingin melanjutkan mengenai pentingnya mendengar. Dalam Yakobus 1:19 dikatakan: "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah." Tapi ini bukanlah hal yang dilakukan manusia karena sering yang terjadi justru sebaliknya, lambat untuk mendengar dan cepat berkata-kata, lebih cepat lagi untuk marah. Sulit sekali bagi kita untuk mau melembutkan hati untuk mendengar. Secepat orang mengingatkan, lebih cepat lagi kita membantah tanpa mendengar lalu mencerna terlebih dahulu.

Kita bisa melihat sulitnya Musa menghadapi orang-orang Israel yang keras kepala dan sangat ahli dalam hal bersungut-sungut untuk membawa mereka keluar dari Mesir setiap hari selama puluhan tahun. Entah bagaimana Musa bisa terus bersabar menerima omelan atau komentar-komentar pedas dari bangsa yang terkenal bebal dan tegar tengkuk ini. Coba pikirkan. Adalah merupakan perintah Tuhan untuk membawa mereka ke tanah terjanji, keluar dari perbudakan di Mesir. Tuhan bertujuan memerdekakan mereka dan memberi mereka masuk ke sebuah tanah yang subur dan kaya. Senangkah mereka? Balasannya justru sebaliknya. Lihatlah komentar mereka berikut ini: "dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." (Keluaran 14:11-12). Bukan hanya satu ini komentar sinis yang mereka lontarkan. Perjalanan mereka yang panjang itu penuh dengan gerutu, keluh kesah, protes dan komentar-komentar yang bisa setiap saat. Tidak mudah bagi Musa, dan jika kita diposisinya tentu kita pun akan merasakan hal yang sama. Tetapi Musa bisa tetap fokus kepada tugasnya dan taat menerima perintah Tuhan. Itu membuatnya bisa terus bertahan dalam badai cercaan sebegitu lama dalam proses mengantarkan bangsanya menuju tanah terjanji.

Kita harus sadar bahwa tidak semua kritik disampaikan untuk tujuan yang buruk. Ada saatnya kita harus siap mendengar lalu menerima kritik dengan lapang dada, meski terkadang rasanya sama sekali tidak enak atau bahkan pahit. Kita  harus pandai-pandai menyaring, tetapi apa yang penting kita lakukan terlebih dahulu adalah mendengarnya dengan kelembutan dan kelapangan hati. Jangan belum apa-apa sudah langsung menentang, membantah lalu menuduh orang berniat jahat kepada kita. Jika komentar-komentar negatif yang kita terima, buanglah itu. Tetapi jika teguran itu positif, terimalah itu dengan lapang hati. Jadi Intinya adalah, dengarlah terlebih dahulu. Telinga diberikan Tuhan untuk tujuan mendengar, jadi jangan sia-siakan.

Dalam Amsal perihal pentingnya mendengar disampaikan dalam banyak bagian. Lihatlah pentingnya untuk menerima nasihat yang tentu diawali dengan mendengar. "Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." (Amsal 15:22). Lalu ada juga: "Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak." (24:6).  Bahkan lebih jauh Amsal berkata: "Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." (11:14).

Jelaslah bahwa kemenangan atau kesuksesan tergantung dari banyaknya masukan yang kita terima, dan tergantung pula dari sejauh mana kita menyikapinya dengan baik. Terbiasa menolak untuk mendengar bisa merugikan kita sendiri. Pergunakanlah sepasang telinga yang telah diperlengkapi Tuhan untuk mendengar agar bisa bertumbuh menjadi orang-orang bijaksana yang maju dari hari ke hari. Selain kerendahan hati untuk mendengar, miliki pula telnga yang selektif dalam mendengar. Pandai-pandailah menyaring komentar dan kritik yang masuk. Simpan yang positif, buang yang negatif. Teguran yang membangun sangatlah berharga. Salomo menggambarkannya demikian: "Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar." (25:12). Kalau sampai dikatakan bahwa teguran orang yang bijak itu begitu berharga bagai cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar, tentu itu artinya mendengar merupakan sesuatu yang bukan saja berguna tapi juga sangat tinggi nilai harganya. Satu hal yang lebih penting, pekalah terhadap suara Tuhan. Dengarkan perintahNya, terima teguranNya dan patuhi kehendakNya. Sebelum bereaksi, alangkah baiknya jika kita mau mendengarkan terlebih dahulu dan mencerna dengan baik pula. Tetap ingat pesan Kristus yang ditulis berulang kali di dalam Alkitab: "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Dengar dan cerna terlebih dahulu sebelum bereaksi

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, June 23, 2013

Mau Mendengar

Ayat bacaan: Matius 11:15
======================
"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Secara umum, orang lebih mudah untuk berbicara ketimbang mendengar. Seringkali sulit bagi kita untuk bisa mendapatkan teman yang mau mendengar curahan hati kita, tetapi biasanya mudah untuk menemukan orang yang hobinya bercerita panjang lebar. Ada banyak istri yang mengeluh karena suaminya tidak lagi mau menyediakan waktu untuk mendengar mereka karena merasa sudah terlalu lelah bekerja sehari penuh. Para suami tampaknya lupa bahwa istri mereka ingin berbicara dengan mereka mengenai segala sesuatu setelah tidak bertemu seharian dan mengira bahwa mencukupi kebutuhan secara finansial merupakan satu-satunya tugas atau peran suami dalam rumah tangga. Saya sehari-hari sibuk menjalani begitu banyak pekerjaan yang berbeda. Hampir setiap harinya saya masih harus bekerja hingga lewat tengah malam seperti misalnya renungan yang anda baca ini sedang saya tulis ketika jam sudah menunjukkan pukul 2:15 dini hari. Ditengah kesibukan yang luar biasa seperti ini, saya sadar harus membagi waktu untuk istri. Terkadang kami pergi makan malam keluar, nonton film, jalan-jalan atau setidaknya menyediakan waktu untuk mendengarkan ceritanya. Konsekuensinya, saya harus lembur extra karena waktu di jam produktif sudah terpakai untuknya, tetapi itu harus saya jalani dengan sukacita karena untuk mendengarkan istri pun merupakan tugas yang tidak kalah pentingnya jika mau rumah tangga berlangsung bahagia. Baru saja seorang teman mengatakan bahwa ia malas mendengar istrinya karena bisa ada kritik disana. "Saya sudah terlalu capek bekerja, jadi tidak mau lagi mendengar komentar-komentarnya." demikian katanya. Benar, ada kalanya kita sudah terlalu lelah sehingga cepat kesal ketika mendengar kritik, tapi kalau kritiknya bertujuan membangun dan bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, kenapa kita harus anti terhadap itu walau dalam keadaan lelah sekalipun? Mengapa kita sulit untuk menerima kenyataan bahwa istri punya kebutuhan untuk didengar oleh suaminya? Satu pertanyaan lagi, jika terhadap istri yang notabene manusia seperti kita saja kita sudah tidak lagi mau mendengar, bagaimana kita bisa mendengar ajaran-ajaran Kristus yang terkadang bisa seperti menegur apakah itu lewat kotbah, membaca Alkitab dan sebagainya? Apakah kita bisa tetap baik dengan menjadi orang-orang yang alergi mendengar tapi hobi mengomel?

Ada kritik konstruktif, ada pula yang destruktif. Kita tentu perlu menyaring semuanya dengan baik. Kritik yang baik kita terima agar lebih baik kedepannya, kritik yang negatif jangan sampai melemahkan kita. Tetapi biar bagaimanapun ada baiknya jika kita terlebih dahulu membiasakan diri  rela untuk mendengar.  Mendengar. Dengar. Listen. Not hear, but listen. Serignkali ini menjadi bagian yang sulit untuk dilakukan.
Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia Dia isi dengan banyak peringatan untuk membuat kita menjadi orang-orang yang lebih baik. Banyak hal-hal yang dibukakan Yesus yang sebelumnya tidak atau belum diketahui orang. Tampaknya sejak masa itupun manusia sudah cenderung malas mendengar nasihat, wejangan, peringatan apalagi teguran. Maka berkali-kali Yesus menegur kita dengan berkata "siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" seperti dalam Matius 11:15, Matius 13:9, Matius 13:43, Markus 7:16, juga beberapa kali dalam Wahyu 2, 3 dan juga 13. Saya merasa bahwa kita diberi dua telinga dan satu mulut bukan tanpa maksud. Sudah punya dua telinga pun kita masih cenderung cepat membantah dan menolak untuk mendengar. Alangkah baiknya apabila sepasang telinga yang diberikan Tuhan difungsikan untuk mendengar, sehingga kita bisa mengerti dan memperbaiki diri.

Dalam Amsal peringatan yang sama juga sudah ditulis. Bunyinya: "Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak." (Amsal 15:31). Untuk itu tidak ada jalan lain. Kita harus melembutkan hati, dengan lapang dada, untuk menerima kritik atau teguran konstruktif untuk bertumbuh menjadi orang-orang yang lebih baik dari sebelumnya.

Kapanpun, dimanapun kita akan berhadapan dengan kritik. Kalau tidak di rumah, dalam pekerjaan, di lingkungan tempat pendidikan, pertemanan dan sebagainya itu bisa saja datang. Kita memerlukan kritikan yang konstruktif atau membangun, agar kita bisa menata sesuatu lebih baik lagi. Bisa jadi terkadang pedas, namun jika untuk kebaikan kita sendiri, sebaiknya kita iklas menerimanya dengan lapang hati. Benar, ada kalanya kritik yang datang terlalu kejam sehingga bukan lagi bertujuan membangun tapi menjatuhkan. Ketika ini terjadi, penting bagi kita untuk menjaga diri kita supaya tidak menjadi lemah dan berhenti berusaha. Jangan menjadi patah semangat karenanya, apalagi ketika  kita sudah berusaha dengan sebaik mungkin. Tapi yang penting, biasakan diri untuk terlebih dahulu mau membuka diri dan hati untuk mendengar. Ingatlah bahwa dalam Yakobus kita sudah diingatkan seperti ini: "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yakobus 1:19). Bersyukurlah ketika masih ada yang mengkritik, karena itu artinya masih ada orang yang peduli. Bersyukurlah pula ketika masih ada kesempatan dan masih punya sepasang telinga yang berfungsi baik untuk mendengar.

Lembutkan hati untuk mendengar agar bisa lebih baik

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, June 22, 2013

Bangsa Edom yang Congkak

Ayat bacaan: Obaja 1:3
==============
"Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau, ya engkau yang tinggal di liang-liang batu, di tempat kediamanmu yang tinggi; engkau yang berkata dalam hatimu: "Siapakah yang sanggup menurunkan aku ke bumi?"

"Orang angkuh itu mudah terlihat bro... sepintas saja sudah ketahuan. Apa nggak capek kepala terangkat seperti itu dan mulut melengkung kebawah?" demikian kata seorang teman pada suatu hari sambil tertawa. Saya tentu tidak ingin menghakimi hanya dari sepintas penglihatan saja, biarlah itu menjadi penilaian Tuhan dan bukan manusia. Tapi saya ingin mengangkat hal mengenai keangkuhan yang ternyata menjadi perilaku banyak orang.

Kapan orang biasanya menjadi angkuh atau sombong? Biasanya ini menjadi penyakit yang timbul ketika orang mulai menjadi sukses, berhasil dalam karir, bisnis, atau aspek-aspek kehidupan lainnya. Tidaklah heran apabila kita melihat orang yang tiba-tiba berubah sikapnya begitu mereka mencapai keberhasilan. Singkatnya, begitu orang berhasil, seketika itu pula bahaya kesombongan mulai mengancam.
Kemarin kita sudah melihat sebuah pesan penting yang disampaikan lewat Paulus: "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:12). Saya pun sudah mengambil sebuah contoh mengenai Korah yang karena ambisi dan kesombongannya memberontak dan kemudian mengalami nasib yang tragis dengan cara mati ditelan bumi, turun hidup-hidup ke dunia orang mati dan binasa ditengah-tengah mereka itu. (Bilangan 16:32-33). Melanjutkan pembahasan perihal keangkuhan atau kesombongan ini, mari kita lihat isi dari kitab yang sangat singkat di dalam Alkitab, yaitu kitab Obaja.

Obaja mendapat sebuah penglihatan mengenai situasi yang mengancam negeri Edom. Lewat Tuhan ia mengetahui bahwa Tuhan sedang mengirim utusan ke tengah bangsa itu untuk memeranginya. "Sesungguhnya, Aku membuat engkau kecil di antara bangsa-bangsa, engkau dihinakan sangat." (ay 2). Mengapa Tuhan sampai sedemikian marah? Sebab Tuhan sangatlah tidak berkenan melihat keangkuhan bangsa itu. Demikian Tuhan berkata: "Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau, ya engkau yang tinggal di liang-liang batu, di tempat kediamanmu yang tinggi; engkau yang berkata dalam hatimu: "Siapakah yang sanggup menurunkan aku ke bumi?" (ay 3). Kalau dilihat dari segi geografis, Edom sebenarnya berada pada posisi yang sangat strategis dan aman. Letaknya ada di puncak gunung yang tinggi, kuat dan terlindung, seperti gambar di atas. Menyadari ini, orang Edom merasa sangat aman sehingga lupa diri. Mereka berpikir bahwa tidak akan ada bangsa manapun yang akan mampu menandingi mereka, mengganggu pun tidak mungkin bisa. Mereka tidak menyadari bahwa sikap mereka yang angkuh sedang mengarahkan mereka ke dalam kehancuran. Mereka lupa bahwa meski keadaan geografis yang strategis dan terlihat sangat aman, kekuatan mereka tidaklah berarti apa-apa karena Tuhan mampu menjungkir balikkan segalanya semudah membalikkan telapak tangan. "Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau, --demikianlah firman TUHAN." (ay 4).

Kita boleh sukses, boleh menikmati keberhasilan atas hasil kerja keras kita, karir menanjak, bisnis bagus dan meningkat tajam, tapi kita harus ingat bahwa semua itu tidak akan terjadi tanpa perkenan Tuhan.  Orang-orang Edom akhirnya harus memetik buah pahit akibat perilaku lupa diri mereka. Tuhan sangat tidak suka orang yang sombong. Firman Tuhan berkata: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6). Jika kita lupa, itu artinya kita tengah membiarkan diri kita berjalan menuju kehancuran. Sebab Firman Tuhan lewat Salomo berkata "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18). Tidak ada alasan bagi kita untuk menyombongkan diri, karena ketika Tuhan menentang kita, Dia bisa menjungkir-balikkan semuanya dalam seketika semudah membalik telapak tangan.  Kehancuran atau kejatuhan yang terjadi bisa sangat serius, karena seringkali bukan hanya terjadi untuk pribadi atau individu saja, tapi bisa menjadi kolektif seperti halnya kisah Korah bahkan menimpa satu bangsa besar sekalipun, seperti yang terjadi pada bangsa Edom. Inilah yang harus kita sikapi dengan baik agar kehidupan kita bisa terus diberkati Tuhan hingga kesudahannya.

Kita harus ingat bahwa kita diselamatkan untuk menyelamatkan. Kita diberkati untuk memberkati. Semua itu bukanlah untuk ditimbun sendiri, atau malah dipakai untuk menyombongkan diri. Bukan karena kuat dan hebat kita, bukan karena kepandaian atau kehebatan kita, tapi semua itu berasal dari Tuhan. Oleh karena itulah kita jangan sampai merasa berada di atas angin lantas mengabaikan bahwa keberhasilan tetap merupakan berkat dari Tuhan. Bukankah kepandaian kita pun berasal dari anugerahNya juga? Bukankah kesehatan untuk terus bisa bekerja keras, peluang-peluang yang terbuka, kepintaran kita dalam berpikir, talenta-talenta yang kita miliki, itupun semuanya berasal dari Tuhan?

Firman Tuhan berkata "Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain." (Mazmur 75:7-8). Perkara naik dan turun pun berada dalam keputusan Tuhan. Oleh karena itulah Petrus berkata "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya." (1 Petrus 5:6). Tanpa Tuhan kita tidak akan mungkin bisa mempertahankan apa yang sudah sukses kita peroleh hari ini, tidak peduli sehebat apapun diri kita. Dalam sekejap mata semua itu bisa berlalu dari kita, lenyap tanpa bekas. Dengan berkaca pada konsekuensi yang diterima bangsa Edom, mari kita menjaga diri kita untuk terhindar dari kesombongan, sikap angkuh atau congkak. Pakai segala yang diberikan Tuhan untuk anda bukan untuk membanggakan atau meninggikan diri tetapi untuk memuliakan Tuhan lebih, lebih dan lebih lagi.

"Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah." (Yakobus 4:16)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, June 21, 2013

Hati-Hati Jatuh

Ayat bacaan: 1 Korintus 10:12
==========================
"Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"

Semua orang ingin sukses dalam hidupnya. Tidak satupun orang yang ingin tetap jalan ditempat atau malah menurun, terus menerus terbelit kesulitan hidup yang tidak kunjung habisnya. Karena itulah kita menimba ilmu, terus belajar dan bekerja keras untuk bisa berhasil dalam hidup. Sayangnya, ada banyak yang hidupnya hancur justru ketika mereka berhasil berjuang untuk mencapai posisi tinggi. Hampir setiap hari kita dikejutkan oleh berita-berita mengenai orang-orang terkenal yang jatuh ketika mereka ada di puncak ketenarannya. Ada yang masuk ke dalam jebakan korupsi, skandal, narkoba, ketamakan, perceraian dan sebagainya. Tidak sedikit yang tadinya mengikut Tuhan dengan baik dalam hidup mereka, tetapi kemudian terjebak oleh bermacam jerat dosa dan pada akhirnya harus berhadapan dengan kehancuran. Dalam seketika hidup mereka luluh lantak dan itu sama sekali tidak sebanding dengan tahun-tahun sulit perjuangan mereka untuk mencapai ketenaran.

Menjadi sukses memang impian semua orang, dan itu baik karena Tuhan memang ingin kita semua menjadi orang-orang yang berada di kepala dan bukan di ekor, terus naik dan tidak turun, menginspirasi banyak orang dan berdampak bagi lingkungan sekitarnya, kota, negara bahkan dunia. Tapi kita harus ingat bahwa mempertahankan itu jauh lebih sulit daripada memulai. Di saat kesuksesan ada dalam genggaman tangan kita, ada banyak pula jebakan di setiap sisi yang siap menjatuhkan kita. Oleh karena itu kita harus selalu mewaspadai setiap langkah dan selalu bersama Tuhan di dalamnya. Kita harus ingat bahwa iblis akan selalu berkeliling seperti singa mengaum-aum untuk mencari orang yang dapat ditelannya seperti yang tertulis dalam 1 Petrus 5:8. Kesuksesan bisa membuat kita lupa diri, sombong, merasa hebat dan disitulah kita membuka diri untuk diterkam lantas binasa. Firman Tuhan sudah mengingatkan hal ini sejak lama. Lewat Paulus peringatan diberikan, yang bunyinya "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:12).

Ada banyak tokoh di dalam Alkitab yang bisa kita jadikan pelajaran akan hal ini. Para tokoh ini tadinya punya potensi besar untuk berhasil, sangat menjanjikan tetapi sayang mereka kemudian tersandung dan jatuh justru di saat-saat emas mereka. Lihatlah kisah Korah yang tertulis di dalam Bilangan 16. Korah silau oleh kekuasaan dan kemudian membentuk orang-orangnya untuk memberontak, semuanya merupakan para pemimpin terkenal (ay 2). Korah haus akan kekuasaan, ia menginginkan jabatan dan memimpin anggotanya untuk memberontak terhadap Musa dan Harun. Akibatnya, bukannya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi justru akhir yang tragis dan mengerikanlah yang menimpa Korah beserta pengikutnya. Alkitab mencatat kematian tragis yang menimpa mereka. "bumi membuka mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya dan dengan semua orang yang ada pada Korah dan dengan segala harta milik mereka. Demikianlah mereka dengan semua orang yang ada pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati; dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu." (ay 32-33). Di dalam pasal 26 kembali hal ini ditulis untuk dijadikan peringatan. "tetapi bumi membuka mulutnya dan menelan mereka bersama-sama dengan Korah, ketika kumpulan itu mati, ketika kedua ratus lima puluh orang itu dimakan api, sehingga mereka menjadi peringatan." (Bilangan 26:10) Lihatlah bagaimana ambisi dan kesombongan membuka celah untuk menghancurkan dan membinasakan kita.

Bukan hanya Korah, bBeberapa raja Israel bisa kita jadikan contoh. Daud jatuh akibat dosa perzinaan, Salomo jatuh dalam dosa penyembahan berhala, atau lihatlah Saul yang tadinya begitu cemerlang namun akhirnya binasa akibat serangkaian dosa yang ia perbuat. Lantas peringatan juga bisa kita dapati lewat kisah menara Babel, dari jemaat Laodikia di dalam kitab Wahyu dan sebagainya. Semua ini menunjukkan bahwa ketika situasi sedang amat baik, ketika semua sedang tenang dan lancar, justru disana ada banyak jebakan mengintai. Kesombongan, ambisi, popularitas itu bisa menjadi celah untuk menghancurkan kita. Apakah dalam jenjang karir, jabatan baik dalam pekerjaan atau dalam pelayanan di Gereja, kita harus tetap mengawasi setiap langkah. Belajarlah dari kegagalan tokoh-tokoh terdahulu dan jangan terjatuh dalam lubang yang sama.

Ketika berada di puncak, perhatikan setiap langkah agar jangan jatuh

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, June 20, 2013

Siapa yang Kita Andalkan? (2)

(sambungan)

Kalau kita buka kitab Yeremia, kita akan mendapatkan Firman Tuhan yang berbicara sangat jelas akan hal ini. "Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Ini jelas merupakan peringatan yang sangat keras. Seperti apa jadinya orang yang terus memilih untuk bergantung kepada kekuatan dirinya sendiri dan manusia lain? "Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk." (ay 6). Sebaliknya, lihatlah apa yang akan terjadi kepada orang yang mengandalkan Tuhan. "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (ay 7). Janji Tuhan kepada orang yang menaruh pengharapan sepenuhnya kepada Tuhan sangatlah indah. "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah." (ay 8). Sungguh sebuah pemandangan yang kontras terlihat kepada orang yang mengandalkan Tuhan dan dengan yang mengandalkan kekuatannya sendiri, bergantung kepada manusia atau kepada alternatif-alternatif palsu yang membinasakan.

Apakah ini artinya kita tidak boleh sama sekali meminta tolong kepada orang lain? Tentu saja boleh. Tidaklah salah berharap kepada pertolongan orang lain seperti teman atau keluarga sepanjang itu tidak bertentangan dengan prinsip kebenaran Tuhan atau menggantikan kedudukanNya. Kita harus ingat bahwa sehebat-hebatnya manusia, kita tetaplah mahluk yang terbatas kemampuan dan kekuatannya. Oleh karena itu jangan menggantungkan harapan pada tempat yang salah. Pada hakekatnya sebuah hidup yang bisa mengalami penyertaan Allah hanyalah hidup yang sepenuhnya berpusat kepada Allah. Ingatlah bahwa semua harus berpusat pada Tuhan. Mengapa? "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36). Tuhan punya kuasa tertinggi jauh dari segala sesuatu, dan dengan mengandalkanNya kita akan bisa berbuat lebih jauh melebihi keterbatasan kita. Bersama Tuhan kita bisa melakukan hal-hal di atas kemampuan kita. Sebaliknya salah memilih jalan akan membuat kita celaka, habis binasa bersama berbagai orang yang menyajikan sesuatu yang menyesatkan.

Bersama Tuhan terletak kemenangan sejati.Bersama Tuhan ada solusi, tak peduli seberapa pelik masalah anda. Ingatlah bahwa letak kekuatan sebenarnya bukan di tangan kita atau mannusia melainkan ada di tangan Tuhan. Cobalah praktekkan ini dalam hidup anda, anda akan melihat sebuah perbedaan nyata antara luar biasanya kehidupan yang mengandalkan Tuhan dibanding terus mengandalkan diri sendiri atau kekuatan manusia. Berhati-hatilah terhadap segala penawaran yang seolah menawarkan jalan keluar padahal berisi kesesatan yang membinasakan. Andalkan Tuhan, dan alamilah pengalaman-pengalaman yang akan mencengangkan anda. Tuhan menawarkan hal-hal luar biasa kepada orang-orang yang dengan setia mengandalkanNya lebih dari apapun.

Andalkan Tuhan bukan yang lain

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, June 19, 2013

Siapa yang Kita Andalkan? (1)

Ayat bacaan: Yesaya 31:1-3
====================
"Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN. Akan tetapi Dia yang bijaksana akan mendatangkan malapetaka, dan tidak menarik firman-Nya; Ia akan bangkit melawan kaum penjahat, dan melawan bala bantuan orang-orang lalim. Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tangan-Nya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama."

Semua orang pasti pada suatu ketika akan berhadapan dengan masalah. Tidak ada satupun dari kita yang hidupnya terus mulus tanpa kendala. Mau kaya raya, mau sukses, mau terkenal, mau sudah cukup segala-galanya, selalu saja ada saat-saat dimana kita berhadapan dengan situasi sulit dan butuh pertolongan. Kemana kita mencari pertolongan di saat seperti itu? Ini pertanyaan yang gampang-gampang sulit. Kita tahu bahwa kita seharusnya datang kepada Tuhan, tapi jangan lupa bahwa dunia menawarkan begitu banyak jalan yang seolah-olah bisa membantu kita. Ada banyak orang yang terjebak dan akan segera pergi ke tempat yang salah untuk mencari jalan keluar seperti ke orang pintar, ilah lain, dukun dan sebagainya. Sepintas mungkin bisa terlihat seperti solusi cepat, tapi kita lupa bahwa semua itu sementara dan palsu. Ada banyak jebakan dibalik itu semua yang bisa membinasakan kita.


Tuhan bersikap keras terhadap orang-orang yang memilih alternatif seperti itu. Kita bisa melihat hal tersebut dalam banyak ayat. Salah satunya bisa kita simak dalam ayat bacaan hari ini. "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang  percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN. Akan tetapi Dia yang bijaksana akan mendatangkan malapetaka, dan tidak menarik firman-Nya; Ia akan bangkit melawan kaum penjahat, dan melawan bala bantuan orang-orang lalim. Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tangan-Nya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama." (Yesaya 31:1-3).

Lihatlah kesalahan fatal orang Israel pada masa itu. Meski sepanjang perjalanan sejarah sebelumnya mereka sudah mengalami penyertaan Tuhan berulang kali, mereka masih tetap lebih percaya kepada kekuatan Mesir daripada kembali mengandalkan Tuhan. Mereka tahu bahwa itu salah, tapi mereka masih saja menentang, tidak mentaati Tuhan yang sudah jelas melarang mereka untuk melakukan itu. Yang terjadi adalah bukannya menolong, tapi justru Mesir dikalahkan oleh Asyur. Sungguh sebuah keputusan yang keliru ketika Israel menganggap bahwa Mesir mampu menolong mereka karena memiliki pasukan kuda yang kuat dan lincah, kereta-kereta yang kokoh dan mengira bahwa Mesir bisa menjadi sekutu yang dapat dipercaya. Mereka lupa bagaimana tentara Firaun dahulu pernah hendak memusnahkan bangsanya dibawah pimpinan Musa tenggelam di tengah-tengah Laut Teberau, tepat setelah laut itu terbelah dua untuk memungkinkan mereka lewat ditengahnya (Keluaran 14).

Dalam ayat bacaan diatas jelas terlihat bangsa Israel lupa bahwa Mesir hanyalah manusia biasa. Kuda hanyalah kuda yang jelas tidak sebanding dengan Roh Allah yang punya kuasa. Maka, celakalah orang-orang yang mengganti sumber pengharapan kekal dengan sesuatu yang sementara dan palsu.

(bersambung)

Tuesday, June 18, 2013

Bersikap Buruk Terhadap Istri Menghalangi Doa

Ayat bacaan: 1 Petrus 3:7
==============
"Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang."

Ada seorang teman saya yang bertahun-tahun dilecehkan oleh suaminya. Ia sering dikatakan bodoh, dihina, dan tidak mendapat perlakuan pantas dari pasangannya. Ia tidak boleh memilih menu sendiri apabila di restoran, untuk duduk di mobil saja ia harus hati-hati dan dilarang menyentuh apapun di dalam. Tidak jarang pula ia mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan berbagai perlakuan kasar lain seperti dibentak misalnya. Miris sekali melihat teman saya ini sebagai satu contoh dari keadaan yang dialami oleh banyak wanita lain yang senasib. Ada banyak pria yang menjadikan wanita hanya sebagai sebuah komoditas saja, yang seperti membeli pasangan lewat pernikahan. Namanya sudah membeli, ya bisa sesuka hati. Begitu pikir mereka. Maka banyak pria berlaku buruk terhadap istrinya. Salah sedikit dimarahi, jika berbicara dianggap mengganggu, dinomor-duakan bahkan direndahkan di depan orang lain. Para pria, perhatikanlah bahwa perlakuan buruk terhadap istri tidaklah berkenan di mata Tuhan. Itu bisa merugikan anda sendiri dalam banyak hal.

Jika kemarin kita sudah melihat bahwa doa bisa tidak didengar apabila kita salah dalam berdoa, meminta sesuatu yang hanya untuk memuaskan keinginan pribadi atau hanya didasarkan pada hawa nafsu, hari ini kita lihat bahwa doa pun bisa terhalang apabila para suami tidak menghormati istrinya. Firman Tuhan berkata "Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang." (1 Petrus 3:7). Suami harus berkomitmen untuk hidup bijaksana dengan istrinya. Suami harus menghormati istri bukan hanya sebagai pendamping atau pasangan saja tetapi juga sebagai teman pewaris dari kasih karunia Tuhan berupa kehidupan. Jika kita menyadari ayat ini, kita tentu tahu bahwa perlakuan terhadap istri merupakan sesuatu yang penting yang harus kita jaga dengan benar. Jika tidak, jangan berharap Tuhan mau menjawab apapun isi dari doa kita.

Seperti apa sebenarnya posisi istri itu? Kita bisa melihat tentang hal ini dalam kitab Kejadian. Ketika melihat Adam sendirian, "TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18). Tuhan membentuk wanita dengan dasar alasan untuk memberikan seorang penolong, yang sepadan. Bukan tanpa tujuan dan bukanlah sebagai sosok yang lebih rendah statusnya dibanding pria. Itulah ide awal dari penciptaan wanita, yang secara istimewa justru dibuat dengan mengambil tulang rusuk pria. (ay 21). Seorang wanita diciptakan secara spesial bukan untuk direndahkan, bukan untuk diremehkan. Wanita tidak ditempatkan lebih rendah dibawah pria pria, tidak pula hanya sebagai pelengkap penderita atau sebagai objek saja.

Para suami Kristiani seharusnya bisa memahami hakekat kehadiran wanita, dalam hal ini istri, dalam rumah tangga yang dibangun. Hormati mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, hiduplah bijaksana bersama mereka dalam kasih yang dibangun indah dalam Kristus. Benar, ada kalanya kita berbeda pendapat dengan mereka atau mungkin ada perilaku/ucapan mereka yang menyinggung perasaan kita. Tapi itu tidak berarti bahwa kita boleh memperlakukan mereka seenaknya. Jika anda menghormati seseorang, anda tentu tidak berlaku kasar terhadap mereka. Anda tentu akan menghargai mereka. Kalaupun anda kesal anda tentu tidak akan bertindak tak sopan terhadap mereka bukan? Seperti itulah hakekatnya sikap seorang suami terhadap istri.

Ada pasangan lanjut usia yang saya kenal ternyata bisa hidup dengan bahagia, masih saling cinta seperti saat mereka mengikat janji lebih dari 50 tahun yang lalu. Apa rahasia mereka? "Saling mengerti, saling menghargai, saling memaafkan dan saling mengasihi." Itu kunci yang mereka berikan. Seperti kita, mereka pun tentu pernah mengalami saat-saat sulit. Berselisih paham, berbeda pendapat, berlaku salah. Tapi dengan mendasari hubungan pada keempat point itu mereka ternyata bisa mengatasi kendala apapun dan tetap saling mencintai dalam kehidupan rumah tangga yang bahagia. Buat para pria seperti saya, ingatlah bahwa sangat penting bagi kita untuk menghormati istri. Tidak membohongi mereka, mengasihi mereka, hidup bijaksana bersama mereka. Jadilah kepala rumah tangga yang bertanggungjawab bukan hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi moril. Jadikan diri anda sebagai pemimpin yang mengasihi, seperti halnya Yesus dan bukan pemimpin otoriter yang hanya mau dilayani dan boleh bertindak seenaknya.

Istri harus dihormati dan dikasihi bukan untuk dilecehkan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, June 17, 2013

Salah Berdoa

Ayat bacaan: Yohanes 4:3
================
"Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu."

Kemarin saya memberi ilustrasi tentang anak kecil yang terus merengek meminta coklat. Coklat yang manis memang enak rasanya, itulah sebabnya anak-anak suka makan coklat. Mereka hanya fokus kepada rasanya tetapi tidak tahu bahwa jika terlalu banyak maka itu tidaklah baik untuk pertumbuhan dan kesehatan mereka. Gigi bisa berlubang dan rusak, atau mereka bisa kekurangan gizi karena biasanya mereka tidak mau makan lagi akibat sudah keburu kenyang. Anak-anak bisa menangis dan mengira orang tuanya pelit jika tidak membelikan, padahal itu semua untuk kebaikan mereka juga.

Perilaku seperti ini bukan cuma dimiliki oleh anak-anak tetapi bagi yang sudah dewasa pun bisa terjebak dalam kekeliruan yang sama. Akibat tidak ingin disisihkan dalam lingkungan pergaulan, banyak orang yang akan berusaha memiliki barang-barang mewah yang sebenarnya tidak atau belum mereka perlukan. Hanya sekedar ikut trend, ingin gaya, tidak mau kalah atau ingin terlihat hebat, padahal secara finansial mereka kesulitan. Saya mengenal banyak orang yang menganut pola pikir seperti ini. Bahkan ada yang berdoa meminta mobil mewah atau gadget-gadget mahal yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

Masih berhubungan dengan perihal doa, kita seringkali berdoa meminta sesuatu yang keliru. Kita bersungut-sungut kecewa ketika doa kita tidak dijawab tapi lupa bahwa bisa jadi itu untuk kebaikan kita juga. Salah satu hal yang membuat doa kita tidak dijawab adalah apabila kita salah berdoa karena meminta sesuatu bukan untuk hal yang perlu atau baik tetapi untuk pemuasan nafsu duniawi. Firman Tuhan berkata: "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3).  Doa seperti ini tidak ditanggapi karena apa yang kita minta adalah untuk kesenangan diri sendiri. Jika melihat ayat sebelumnya, dikatakan "Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa." (ay 3). Kita tidak boleh berlaku curang atau jahat ketika menginginkan sesuatu. Doa memang bisa dijadikan jalan bagi kita untuk meminta pertolongan dari Tuhan yang punya segalanya, tetapi kita juga harus ingat bahwa doa kita tidak pula boleh diisi dengan permintaan-permintaan yang sifatnya hanyalah untuk pemuasan diri sendiri. Doa-doa yang seperti ini tidaklah mendapat tanggapan dari Tuhan.

Tuhan memang sanggup memberi segalanya dan akan selalu dengan senang hati membantu kita. Tetapi Tuhan tidak ingin pula kita menjadi pribadi-pribadi manja yang tidak mau berusaha. Selain itu Tuhan juga tidak mau kita meminta hal-hal yang bisa merugikan diri kita sendiri seperti halnya ilustrasi diatas. Bisa jadi apa yang kita minta itu baik menurut kita tapi belum tentu itu yang terbaik dalam pandangan Tuhan. Jadi jika apa yang hendak kita mohon dalam doa masih berupa hal-hal yang hanya untuk memuaskan kesenangan pribadi dan sebenarnya tidaklah perlu atau penting benar, lebih baik kita tunda dahulu sampai kita siap untuk itu, atau sampai kita memang benar-benar memerlukannya. Jauh lebih baik mengisi doa-doa kita sebagai sarana menyampaikan ucapan syukur kita kepada Tuhan dan memintanya untuk memberi apa yang terbaik menurutNya untuk kita, menyerahkan semuanya kepada Tuhan, seturut kehendakNya karena biar bagaimanapun Tuhan tentu jauh lebih tahu apa yang terbaik untuk diberikan kepada kita daripada apa yang penting menurut kita.

Doa yang salah adalah doa yang dipanjatkan salah tujuan, hanya untuk meminta hal-hal yang tujuannya hanya pemuasan diri sendiri

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, June 16, 2013

Hati yang Tidak Bersih Menghambat Doa

Ayat bacaan: Mazmur 66:18
======================
"Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar."

Beberapa hari yang lalu ruang belakang di rumah saya kebanjiran. Ditengah hujan lebat, air ternyata tidak mengalir melalui lubang saluran pembuangan seperti biasa tetapi meluber ke dalam rumah. Saya segera mengecek lubang pembuangan untuk melihat penyebabnya. Ternyata ada kertas yang sempat ikut terseret air lalu menyumbat saluran pembuangan itu. Begitu kertas itu diangkat, air pun kembali mengalir keluar dengan normal.

Ilustrasi ini mungkin baik dipakai untuk menggambarkan bahwa doa kita bisa terhalang apabila terbentur sesuatu. Biasanya ini akan berhubungan dengan suasana atau situasi hati kita, karena biar bagaimanapun Tuhan selalu menguji hati kita, apakah sudah bersih atau masih terdapat noda-noda kotor yang bisa menyekat laju doa kita untuk sampai ke hadiratNya.
Dengarlah apa yang dikatakan Pemazmur berikut ini: "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar." (Mazmur 66:18). Ini merupakan hal yang seringkali luput dari perhatian kita. Kita pikir doa kita akan tetap didengar dan dikabulkan tanpa harus memeriksa terlebih dahulu kondisi hati kita. Kita mengira bahwa tidak ada hubungan antara hati yang bersih dengan efektif-tidaknya doa. Melalui ayat ini kita tahu bahwa itu adalah anggapan yang keliru. Hati yang masih kotor terselubung dosa, kebencian terhadap seseorang, iri hati atau bahkan mendendam baik sedikit maupun banyak bisa menghambat langkah doa kita untuk sampai kepada Tuhan.

Dalam Yesaya kita bisa melihat ayat selanjutnya yang berbicara mengenai hal ini. Disana dikatakan "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:1-2). Jika anda melihat judul perikopnya, maka anda akan menemukan kalimat: "Dosa adalah penghambat keselamatan". Dan keseluruhan ayat disana berbicara mengenai perihal dosa sebagai penghambat atau penghalang keselamatan kita. Apakah itu kejahatan besar atau 'cuma' berbuat curang sedikit, berbohong kecil, itu pun bisa menjadi penghalang yang menghambat pertumbuhan kita, menghambat doa kita dan pada akhirnya keselamatan kita. "Sebab tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan." (ay 3). Bukankah berbohong, gosip dan curang sudah merupakan hal yang lumrah ditengah masyarakat sekarang ini? Kita pikir kita hebat karena tidak pernah membunuh, mencuri atau merampok, tetapi dengan terbiasa untuk tidak menjaga mulut dan pikiran kita itu pun sebenarnya sama bahayanya. Kesalahan yang kita anggap sepele seperti ini sebenarnya cukup punya kekuatan untuk membuat Tuhan memalingkan mukanya dan menolak mendengar doa kita.

Selain itu berhati-hatilah kepada perasaan tertuduh di hati apabila kita melakukan kecurangan. mendekati Tuhan. Yohanes mengatakan "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." (1 Yohanes 3:21-22). Agar kita tidak menjadi terdakwa lewat penghakiman hati nurani, berjalanlah dengan bersih. Jangan biarkan kecurangan sekecil apapun mendapat pembenaran dalam pemikiran kita.

Kebersihan dan kemurnian hati sungguh penting untuk diperhatikan sebelum kita mendatangi Tuhan baik lewat doa dan puji-pujian. Yesus sendiri sudah bersabda: "Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu." (Matius 5:23-24). Ganjalan apapun yang ada dalam hati kita, misalnya ketika kita masih menyimpan kebencian atau sekedar belum membereskan masalah yang mengganjal dengan orang lain akan mampu menghambat kelancaran doa kita. Itulah sebabnya Yesus mengingatkan kita agar segera membereskan semua ganjalan terlebih dahulu sebelum kita datang kepada Tuhan. Mengampuni dan berdamai dengan orang yang memiliki masalah dengan kita menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar apabila kita ingin doa kita mengalir mulus kepada Tuhan.

"... manusia melihat apa yang di depan mata,   tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, June 15, 2013

Tidak Tahu Cara Berdoa

Ayat bacaan: Roma 8:26
================
"...sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa..."

Teman saya selalu saja mengalami kesulitan ketika berbelanja ke supermarket apabila bersama anaknya yang masih berumur kurang lebih 2 tahun. Pasalnya, si anak sangat menyukai cokelat dan selalu merengek minta dibelikan. Jika tidak dituruti anaknya akan menangis, jika dimarahi pun demikian. Kalau mau gampang, belikan saja agar diam. Tapi kita tahu bagaimana efeknya nanti kepada kesehatan si anak terutama di giginya dan juga gizi, karena si anak biasanya akan fokus kepada cokelat dan tidak mau makan makanan yang benar lagi. Sekali waktu saya berbelanja bersama teman saya dan keluarga. Saya pun melihat sendiri bagaimana anaknya merengek kepada ayah dan ibunya demi mendapatkan cokelat yang ia inginkan. Saya mencoba membantu dengan mengatakan kepada si anak bahwa makan cokelat terlalu banyak itu tidak baik bagi kesehatannya, tapi ia tak peduli dan terus berusaha memaksa kedua orang tuanya.
Melihat aksi anak ini, saya pun berpikir betapa seringnya kita berlaku demikian ketika memohon sesuatu kepada Tuhan lewat doa-doa kita. Bukan saja time frame kita yang kita paksakan kepada Tuhan, tetapi kita juga sering memaksa Tuhan untuk mengabulkan permintaan sesuai dengan apa yang kita mau. Kalau tidak, kita akan menuduh Tuhan bersikap kejam atau tidak adil, menjadi uring-uringan atau dalam tahap selanjutnya menjadi malas berdoa atau malah berani membantah eksistensi Tuhan. Makin pintar manusia bukannya makin berhikmat dalam pengertiannya, tetapi malah semakin merasa berkuasa. Jangan-jangan mereka menganggap bahwa Tuhan hanyalah hamba yang bisa disuruh dan punya keharusan untuk mengabulkan apapun yang diperintahkan. Ketika ini yang terjadi, itu artinya kita sudah keliru dalam memahami bagaimana hubungan antara manusia dengan Tuhan itu seharusnya berjalan, dan satu hal lagi, kita tidak tahu bagaimana seharusnya caranya berdoa.

Sangat menarik jika melihat bahwa jauh-jauh hari Alkitab ternyata sudah menyebutkan bahwa kita tidak tahu bagaimana seharusnya kita berdoa, seperti yang tertulis dalam Roma 8:26. Selengkapnya ayatnya berbunyi seperti berikut: "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." Dalam versi bahasa Inggris (amplified) bagian ini dikatakan dengan "for we do not know what prayer to offer nor how to offer it worthily as we ought...". Kita tidak tahu harus memanjatkan doa seperti apa, kita tidak tahu bagaimana cara yang layak dalam berdoa. Paulus menyadari betul kelemahan ini dan mengingatkan bahwa Tuhan sebenarnya telah mengirimkan Roh-Nya untuk mengatasi titik lemah ini, terutama ketika kita terhimpit beban yang sedemikian berat sehingga kita tidak lagi sanggup mengatakannya. Kita mungkin bisa dengan mudah menyanggah dengan berkata "ah, doa kan cuma itu-itu saja..apa sih susahnya?" Tetapi untuk mengujinya kita bisa membandingkan bentuk doa kita dengan doa yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri seperti yang bisa dibaca dalam Matius 6:9-13. Kita juga bisa melihat apakah sikap kita sudah benar lewat bagaimana reaksi kita dalam menanti jawaban Tuhan lewat doa-doa yang kita panjatkan. Apakah kita cepat marah ketika jawaban sepertinya tidak kunjung datang, apakah kita malah menambah porsi dengan berputar-putar dengan doa yang bertele-tele, apakah kita kemudian merasa jemu dan merasa bahwa doa tidaklah ada gunanya, atau kita terus mengucap syukur dan mengijinkan kehendak Tuhan jadi di bumi seperti halnya di surga, menyelaraskan hati kita dengan hati Tuhan, menjadikan dunia kehidupan kita selaras dengan surga.

Adalah penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara berdoa yang benar. Kita seringkali merasa lebih tahu akan apa yang terbaik daripada sepakat dengan rencana Tuhan. Kita menganggap Tuhan tidak cukup mengerti kebutuhan kita dibanding kita mengerti diri kita sendiri. Akibatnya, kita memaksakan Tuhan untuk mengabulkan setiap yang kita minta, sesuai yang kita minta, tepat seperti waktu yang kita inginkan. Padahal Tuhan sudah mengingatkan bahwa "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9). Artinya, kita harus mengakui bahwa renana Tuhan adalah yang terbaik, demikian pula dari segi waktu. Tuhan tahu pasti apa yang menjadi kebutuhan kita dan kapan waktu terbaik untuk memberikannya. Bahkan sekiranya Tuhan tidak mengabulkan, itu pun pasti merupakan hal yang terbaik bagi kita. Apabila anda masih kesulitan dalam mengaplikasikannya, ingatlah bahwa Tuhan telah mengutus Roh-Nya untuk membantu anda untuk itu. Berdoa tidaklah sulit asal kita bisa menaklukkan keinginan-keinginan pribadi kita, menundukkan ego kita dan bisa bersabar terutama dengan mengetahui bahwa rancangan Tuhan adalah yang terbaik bagi diri kita.

Jadikan doa sebagai sarana untuk mempersembahkan ucapan syukur dan membangun komunikasi yang indah dengan Bapa

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, June 14, 2013

Doa sebagai Etalase Pameran Diri?

Ayat bacaan: Matius 6:5
===============
"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya."

Saya masih ingin melanjutkan perihal berdoa. Jika dalam beberapa renungan terdahulu kita sudah melihat beberapa hal penting yang harus diingat mengenai doa seperti jangan jemu-jemu, jangan bertele-tele dan belajar langsung dari doa yang diajarkan Yesus, hari ini mari kita lihat betapa kelirunya apabila orang mempergunakan doa sebagai etalase memamerkan diri. Ada saja orang yang menyalahgunakan doa sebagai sarana untuk kepentingan pribadi. Mereka sangat ingin dikenal orang sebagai sosok yang jago merangkai kata, 'holy banget', pendeknya sempurna. Suatu kali di televisi saya melihat sebuah acara religi dimana pembicaranya bersuara bombastis seolah sedang menjadi MC di pertandingan tinju, ada yang berlaku layaknya orator dalam sebuah demonstrasi, berapi-api sekali. Ada juga yang menyuntikkan efek emosionil berlebihan dalam pengucapannya. Apakah itu menunjukkan bahwa doa mereka mujarab apabila dilihat hebat di mata orang? Apakah kita harus 'pameran doa' di depan banyak orang untuk menghasilkan doa berkualitas? No, that's not the way, according to the Bible.

Tentang hal ini kita bisa melihat reaksi Yesus melihat gaya orang-orang Farisi. Di masa itu orang Farisi terkenal sebagai orang-orang yang seolah sangat religius dan menguasai Taurat luar dalam. Mereka gemar berdoa di sudut-sudut jalan yang ramai, apakah ditengah pasar atau di tengah kerumunan orang. Mereka adalah pemuka agama yang dianggap paling mengerti segalanya, merasa seperti wakil Tuhan di muka bumi. Pokoknya dimana ada keramaian, mereka pun segera pasang aksi. Dalam anggapan mereka, Tuhan pasti terkesan dengan perilaku mereka. Masih adakah sosok-sosok seperti ini dalam kehidupan kita sehari-hari saat ini? Saya yakin anda pun masih sering melihat orang-orang seperti ini. Jika tidak mengerti kita mungkin menganggap mereka hebat, tetapi tidaklah demikian halnya reaksi Tuhan. Tuhan sangat tidak suka dengan sikap yang demikian bahkan bereaksi keras. "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Matius 6:5). Menjadikan doa sebagai etalase pamer kehebatan diri demi popularitas pribadi akan diganjar keras oleh Tuhan.

Cara berdoa yang diajarkan Yesus sangatlah bertolak belakang. Yesus mengajarkan bahwa berdoa tidak perlu dipamerkan tetapi justru dilakukan dengan mencari tempat yang sepi dan tenang agar kita bisa memusatkan seluruh diri kita untuk mencari Bapa dan mendengarkan suaraNya. "Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 6). Kamar berbicara mengenai ruang pribadi yang biasanya menjadi tempat ternyaman bagi kita. Tidak cukup sampai disitu, Yesus melanjutkan peringatan agar kita jangan bertele-tele dalam berdoa. Berpanjang lebar, berulang-ulang seolah-olah Tuhan itu pelupa atau sulit mengerti isi hati kita seperti yang saya sampaikan dalam renungan terdahulu. "Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan." (ay 7). Mengapa begitu? "karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya." (ay 8).

Pengajaran Yesus sesungguhnya tidak sulit dimengerti. Dia mengingatkan kita bahwa doa itu seharusnya dipanjatkan hanya untuk Tuhan saja, dan bukan untuk tujuan-tujuan lain seperti kepentingan diri sendiri atau pemuasan manusiawi. Ini berarti bahwa Tuhan mementingkan isi hati kita yang tulus, datang dan mengatakan apa adanya di hadapan Tuhan. Mencurahkan isi hati kita tanpa ada agenda-agenda terselubung, tanpa ada maksud lain selain menjalin hubungan secara langsung dengan Tuhan. Ingatlah bahwa dalam 1 Samuel 16:7 Tuhan sudah mengingatkan bahwa "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati". Ketika berdoa dilakukan agar mendapat pujian, supaya dinilai hebat secara rohani oleh orang lain, agar terlihat pintar menyusun kata-kata puitis, punya banyak perbendaharaan kata dan sebagainya, ketika itu pula kita menjadi orang yang munafik. Dalam kemunafikan tidak ada lagi ketulusan, dan apabila kita berlaku seperti itu, sesungguhnya kita sudah menerima upahnya.  Motivasi berdoa yang benar itu sungguh penting. Mau berdoa nonstop 24 jam pun akan percuma apabila dilakukan dengan motivasi yang hanya mencari perhatian dari orang lain.

Ketulusan sungguh memegang peranan penting dalam menjalin hubungan yang dekat dengan Tuhan. Dengan menerima Kristus sebagai Juru Selamat dan mendapatkan anugerah Roh Kudus dalam diri kita, sudah seharusnya kita datang kepada Bapa dengan hati yang tulus ikhlas dan iman yang teguh. "Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." (Ibrani 10:2). Janganlah sama dengan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, yang mengira bahwa doa yang dijawab adalah doa yang dirangkai dengan kata-kata mutiara, berpanjang lebar, berupa hafalan kemudian menjadikannya etalase pameran kehebatan diri. Bukan cara, rupa dan gaya kita berdoa di hadapan orang yang paling penting, tetapi sikap hati kita ketika melakukannya, itulah yang dilihat Tuhan.

Cari tempat yang paling nyaman tanpa gangguan sekitar untuk mendengar suaraNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, June 13, 2013

Doa Bapa Kami

Ayat bacaan: Matius 6:9
=================
"Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu..."

Doa adalah sebuah anugrah yang luar biasa, anugrah berupa kesempatan dimana kita bisa menghampiri tahta kasih karunia, menghampiri Bapa dan berkomunikasi atau berhubungan secara timbal balik denganNya. Kemarin saya sudah menyampaikan bahwa doa seharusnya tidak disampaikan bertele-tele tetapi sederhana dan jujur dari hati yang bersih. Pertanyaannya, bagaimana sebenarnya doa yang sederhana itu? Apakah Yesus pernah memberi contoh mengenai bentuk doa yang baik?

Tentu saja. Kita bisa melihatnya dalam Matius 6:9-13 atau Lukas 11:1-4. Yesus memberi contoh lewat doa yang bagi saudara-saudari yang beriman Katolik dikenal sebagai doa Bapa Kami. Mari kita lihat bunyinya:

"Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)" (Matius 6:9-13)

Perhatikan bahwa Yesus memberi sebuah formula doa yang luar biasa dan sangat sempurna. Ini adalah bentuk doa yang sederhana, yang mengajarkan bahwa kita seharusnya mengikuti kehendak Tuhan dan bukan memaksakan kehendak kita. Ada hubungan sebab akibat antara memohon pengampunan Tuhan dan keikhlasan kita untuk mengampuni orang lain, dan ini sejalan dengan peringatan Kristus yang berkata "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (ay 14-15), atau lewat sebuah perumpamaan dalam Matius 18:21-35 dimana Yesus berkata: "Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (ay 35).

Kemudian dalam doa yang diajarkan Yesus terdapat kalimat "datanglah Kerajaan-Mu." Kerajaan Allah sesungguhnya berbicara tentang banyak hal seperti:
- damai sejahtera
- sukacita
- kuasa
- kesehatan yang sempurna
- kelimpahan berkat surgawi
dan segala yang terbaik yang siap Dia berikan buat kita.

Kerajaan Allah juga menjadi sebuah prioritas utama karena apalah artinya memiliki segalanya di bumi tapi tidak punya keselamatan. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33).

Ketika Yesus dalam doa yang Dia ajarkan mengatakan "jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga", Yesus juga menunjukkan pentingnya sebuah keselarasan antara hati kita dengan Tuhan. Bagian ini menunjukkan bagaimana bumi dan surga seharusnya menjadi satu, dimana kehendak atau keputusan Tuhan menjadi acuan yang terbaik untuk kita.

Doa yang diajarkan Yesus juga mengajarkan tentang pentingnya bersyukur. "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya", ini memberi pengajaran bagi kita untuk menysyukuri apa yang kita punya saat ini tanpa perlu menginginkan milik orang lain atau merasa iri terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.

Doa Bapa Kami merupakan bentuk doa yang sempurna yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Doa ini menunjukkan kerinduan hati Kristus agar kita hidup seperti apa yang kita doakan. Ini tentu tidak mudah karena manusia cenderung memiliki keinginannya sendiri-sendiri dan seringkali sulit menerima kehendak Tuhan. Lewat doa ini Yesus mengajak kita untuk bersepakat denganNya dalam hal cara pandang hidup seperti keinginan Bapa. Lihatlah bahwa sebuah doa tidak harus berbentuk puitis, memutar-mutar atau bertele-tele tetapi disampaikan dengan cara sederhana, tulus, jujur dengan prioritas yang benar. Jika anda ingin tahu seperti apa formula doa yang luar biasa dan sempurna, mengaculah kepada doa yang diajarkan Yesus ini.

Berdoalah dengan benar seperti apa yang sudah dicontohkan langsung oleh Yesus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Lanjutan Sukacita Kedua (5)

 (sambungan) Satu jiwa pun begitu berharga di mata Tuhan. Ketika jiwa itu kembali ditemukan, sang gembala akan menggendongnya dengan gembira...