Ayat bacaan: 1 Korintus 15:10
========================
"Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku."
Urusan melayani tidaklah gampang. Apalagi bagi orang yang bukan melayani full time seperti saya. Ada pekerjaan sehari-hari yang harus dijalankan, ada urusan-urusan rumah tangga yang perlu ditanggulangi, terkadang rasanya waktu 24 jam masih kurang untuk bisa melakukan semuanya dengan baik. Jika stamina menurun, jatuh sakit pun menjadi salah satu masalah yang harus diwaspadai. Kemarin untuk pertama kalinya saya melakukan pelayanan pelepasan, dan ternyata hal itu sungguh melelahkan. Bukan hanya yang dilepaskan yang terkulai lemah dan muntah, tapi saya yang melakukannya pun merasa letih. Saya merasa bersyukur bahwa Tuhan mau pakai saya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan demi kerajaanNya di dunia ini, disamping itu saya juga bersyukur dikaruniai istri yang mendukung segala yang saya kerjakan dan hidup berbahagia bersamanya, juga pekerjaan-pekerjaan sehari-hari yang diberkati Tuhan luar biasa. Padahal saya hanyalah tamatan SMA, yang menurut hukum alam di Indonesia tidak akan bisa mendapat porsi yang baik seperti halnya sarjana, S2, S3 dan sebagainya. Tapi lihatlah Tuhan yang bisa memakai dan memberkati siapa saja, termasuk saya yang secara logika manusia ini tidak ada apa-apanya. Semua itu patut disyukuri, dan saya sendiri tidak ada habis-habisnya mensyukuri segala yang Tuhan beri. Ketika hidup, pekerjaan, rumah tangga, termasuk pelayanan mengalami peningkatan dan mulai mencapai keberhasilan demi keberhasilan, saya menganggap sangat penting untuk tidak terlena dan menjadi lupa bahwa semua itu adalah hasil karya Tuhan, dan bukan karena kehebatan diri saya sendiri. Ya, saya bekerja dengan sungguh-sungguh dan serius seperti bekerja untuk Tuhan, tapi saya tahu, tanpa kasih karuniaNya, tidak akan ada yang dapat saya kerjakan, dan tidak akan ada pencapaian-pencapaian luar biasa yang penuh berkat. Adakah sesuatu yang bisa saya banggakan terhadap diri saya sendiri tanpa penyertaan dan campur tangan Tuhan? Tidak ada sama sekali. I'm nothing without God.
Paulus mengakui hal ini. Dalam keadaan apapun, jika kita mampu bertahan hidup, jika kita mengalami peningkatan pencapaian dalam berbagai aspek kehidupan dan pelayanan, meskipun dunia melihat kerja keras kitalah yang membuahkan hasil, namun semua itu sia-sia adanya tanpa kasih karunia Allah. "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku." (1 Korintus 15:10). Dalam kesempatan lain Paulus berkata: "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." (2 Korintus 4:7). Bukankah semangat, kekuatan, kemampuan, kepintaran dan talenta-talenta lainnya juga berasal dari Tuhan? Dan, bukannya semua itu bisa mengarah pada kesia-siaan jika tidak ada kasih karunia Tuhan menyertai setiap yang kita lakukan? Saya pernah mengalami masa-masa dimana saya berada di luar Tuhan dan mengandalkan kekuatan saya sendiri dan orang lain, dan saya sudah mengalami sendiri bagaimana semuanya berakhir sia-sia. Paulus begitu tulus mengakui bahwa semua keberhasilan yang ia alami, semua pekerjaan dan pelayanannya dari kota ke kota bukanlah karena kehebatan dirinya. Bukan karena kepintaran, kekuatan dan kesanggupannya semata, namun semua itu adalah hasil karunia Allah yang menyertainya. Semua berasal dari Tuhan, maka kemuliaan adalah milik Tuhan juga.
Yesus mengingatkan demikian: "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Di dalam Kristus, kita akan berbuah banyak, dan hanya karena penyertaanNya lah kita mampu berbuat sesuatu dan mencapai keberhasilan dan peningkatan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Maka ingatlah bahwa tidak ada alasan apapun bagi kita untuk memegahkan diri, merasa hebat dan menjadi sombong ketika kita mengalami keberhasilan dalam apa saja yang kita lakukan. Dalam Mazmur kita membaca hal yang sama, bahwa orang yang suka melakukan firman Tuhan dan merenungkannya siang dan malam mendapat janji Tuhan agar apapun yang diperbuatnya menjadi berhasil. "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Jika kita mundur ke kitab Kejadian, kita pun melihat bagaimana Yusuf bisa tetap keluar dari masalah, meskipun berbagai masalah luar biasa menjerumuskan dia ke dalam penderitaan berkali-kali. Semua itu bukan karena kehebatannya, melainkan karena Tuhan menyertai dia. "..karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil." (Kejadian 39:23b). Roh Tuhan yang memampukan semuanya dalam kehidupan kita. Dalam Zakharia kita membaca "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6).
Ada banyak orang terjatuh ketika mereka mulai mencicipi keberhasilan. Bahkan ada banyak diantaranya anak-anak Tuhan dan para hamba Tuhan yang juga terjatuh karena menyombongkan keberhasilannya. Jangan sampai kita mencuri hak Tuhan beserta kemuliaanNya dengan menganggap bahwa semua itu adalah hasil usaha keras kita semata, dengan menjadi sombong membanggakan kehebatan, kepintaran dan kekuatan kita. Semakin tinggi kita naik, hendaklah kita semakin rendah hati. Ingatlah bahwa Roh Kudus hanya bisa bekerja dengan leluasa dalam sebentuk hati yang tetap penuh dengan kerendahan dan terus berserah sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan. Paulus menyadari bahwa tanpa campur tangan Tuhan, ia tidak akan pernah bisa berbuat apa-apa. Mari kita teladani hal ini. Tetaplah bersyukur, lakukan yang terbaik, dan jangan pernah lupa untuk memuliakan Tuhan atas segala yang kita peroleh hari ini.
Kasih karunia Tuhan memampukan kita mencapai keberhasilan, tanpa itu kita bukanlah apa-apa
Sunday, May 31, 2009
Saturday, May 30, 2009
Menyikapi Kemerdekaan
Ayat bacaan: Galatia 5:13
====================
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih."
Menjelang Pemilihan Presiden yang akan datang sebentar lagi, saya teringat akan perjalanan panjang bangsa ini dalam berdemokrasi. Sudah 11 tahun kita menjalani masa reformasi. Masa-masa dimana kebebasan berpendapat dikekang oleh rezim lama sudah berlalu. Orang bebas menyampaikan unek-uneknya, keluhannya, bahkan berdemo pun sepanjang tidak mengarah pada tindak anarkis sudah menjadi hal yang biasa saat ini. Kebebasan, kemerdekaan, adalah sesuatu yang patut disyukuri. Tapi sayang, ada banyak orang yang terlena dengan kemerdekaan di era reformasi, sehingga mereka menyikapi kemerdekaan dengan salah kaprah. Mereka menganggap mereka boleh bebas berbuat apa saja tanpa batas. Memaksakan kehendak dengan kekerasan adalah salah satunya, bahkan ada kelompok-kelompok yang berani mengatasnamakan Tuhan untuk menindas saudara-saudara sebangsa dan setanah airnya sendiri. Salah seorang teman pernah berkata bahwa tampaknya negara kita belum siap untuk dihadiahi kemerdekaan dan kebebasan. "Belum saatnya kita reformasi. Jauh lebih baik keadaannya ketika kita masih dikekang. Kita ternyata masih bangsa yang harus diikat, dicambuk dan disuapi agar aman.." katanya. Terdengar agak berlebihan memang, but he got a point. Ada banyak orang yang terlena dalam sebuah kemerdekaan sehingga tidak tahu bagaimana harus menyikapi sebuah kemerdekaan itu.
Alkitab memberi peringatan mengenai bagaimana cara menyikapi kemerdekaan. Kita adalah orang-orang yang sudah dimerdekakan dari dosa dan berbagai kuk perhambaan. Kristus sendirilah yang telah memerdekakan kita. (Galatia 5:1). Demikian kata Yesus: "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." (Yohanes 8:36). Tuhan memberikan kebebasan untuk melakukan apa saja. Dalam hal penggunaan waktu, bergaul, berusaha/bekerja/berbisnis, dan sebagainya. Tuhan tidak memperlakukan manusia seperti robot, atau seperti kerbau dicocok hidung. Tidak, Tuhan mengasihi kita sehingga Dia memberi kehendak bebas kepada kita, termasuk di dalamnya segala konsekuensi yang menyertai apapun keputusan yang kita ambil. Kita bisa hidup sesuai firman Tuhan, tapi kita bisa pula terjerumus dalam berbagai bentuk dosa. Dan ingatlah semua itu ada konsekuensinya. Kita diberikan kemerdekaan, namun hendaklah kita mempergunakan kemerdekaan itu dengan baik dan tidak memanfaatkan itu untuk malah berbuat dosa. Demikian yang diingatkan oleh Paulus. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Benar bahwa Allah menyediakan pengampunan untuk dosa kita, tapi janganlah menyalahgunakan kasih Tuhan itu sebagai kesempatan untuk terus hidup dalam dosa. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa mengelak dari konsekuensi akibat dosa-dosa yang kita lakukan. Dan pada saatnya nanti, segala perbuatan dan perkataan kita haruslah kita pertanggungjawabkan di hadapanNya.
"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Itu pesan Petrus mengenai cara hidup yang baik sebagai orang merdeka. Lebih lanjut Petrus mengatakan: "Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!" (ay 17). Ini pesan penting dalam menyikapi kemerdekaan yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Jika hari ini Tuhan memberikan berkat kesehatan, keuangan, keluarga yang bahagia, pekerjaan yang baik dengan segala kebebasan yang ada di dalamnya, pergunakanlah itu semua dengan penuh tanggung jawab. Tetaplah berhati-hati dalam menyikapi kemerdekaan yang ada, dan janganlah jatuh pada godaan yang siap membuat kita ingin menyalahgunakan kemerdekaan yang telah Dia berikan.
Kebebasan diberikan Tuhan bukanlah sebagai peluang untuk berbuat dosa
====================
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih."
Menjelang Pemilihan Presiden yang akan datang sebentar lagi, saya teringat akan perjalanan panjang bangsa ini dalam berdemokrasi. Sudah 11 tahun kita menjalani masa reformasi. Masa-masa dimana kebebasan berpendapat dikekang oleh rezim lama sudah berlalu. Orang bebas menyampaikan unek-uneknya, keluhannya, bahkan berdemo pun sepanjang tidak mengarah pada tindak anarkis sudah menjadi hal yang biasa saat ini. Kebebasan, kemerdekaan, adalah sesuatu yang patut disyukuri. Tapi sayang, ada banyak orang yang terlena dengan kemerdekaan di era reformasi, sehingga mereka menyikapi kemerdekaan dengan salah kaprah. Mereka menganggap mereka boleh bebas berbuat apa saja tanpa batas. Memaksakan kehendak dengan kekerasan adalah salah satunya, bahkan ada kelompok-kelompok yang berani mengatasnamakan Tuhan untuk menindas saudara-saudara sebangsa dan setanah airnya sendiri. Salah seorang teman pernah berkata bahwa tampaknya negara kita belum siap untuk dihadiahi kemerdekaan dan kebebasan. "Belum saatnya kita reformasi. Jauh lebih baik keadaannya ketika kita masih dikekang. Kita ternyata masih bangsa yang harus diikat, dicambuk dan disuapi agar aman.." katanya. Terdengar agak berlebihan memang, but he got a point. Ada banyak orang yang terlena dalam sebuah kemerdekaan sehingga tidak tahu bagaimana harus menyikapi sebuah kemerdekaan itu.
Alkitab memberi peringatan mengenai bagaimana cara menyikapi kemerdekaan. Kita adalah orang-orang yang sudah dimerdekakan dari dosa dan berbagai kuk perhambaan. Kristus sendirilah yang telah memerdekakan kita. (Galatia 5:1). Demikian kata Yesus: "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." (Yohanes 8:36). Tuhan memberikan kebebasan untuk melakukan apa saja. Dalam hal penggunaan waktu, bergaul, berusaha/bekerja/berbisnis, dan sebagainya. Tuhan tidak memperlakukan manusia seperti robot, atau seperti kerbau dicocok hidung. Tidak, Tuhan mengasihi kita sehingga Dia memberi kehendak bebas kepada kita, termasuk di dalamnya segala konsekuensi yang menyertai apapun keputusan yang kita ambil. Kita bisa hidup sesuai firman Tuhan, tapi kita bisa pula terjerumus dalam berbagai bentuk dosa. Dan ingatlah semua itu ada konsekuensinya. Kita diberikan kemerdekaan, namun hendaklah kita mempergunakan kemerdekaan itu dengan baik dan tidak memanfaatkan itu untuk malah berbuat dosa. Demikian yang diingatkan oleh Paulus. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Benar bahwa Allah menyediakan pengampunan untuk dosa kita, tapi janganlah menyalahgunakan kasih Tuhan itu sebagai kesempatan untuk terus hidup dalam dosa. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa mengelak dari konsekuensi akibat dosa-dosa yang kita lakukan. Dan pada saatnya nanti, segala perbuatan dan perkataan kita haruslah kita pertanggungjawabkan di hadapanNya.
"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Itu pesan Petrus mengenai cara hidup yang baik sebagai orang merdeka. Lebih lanjut Petrus mengatakan: "Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!" (ay 17). Ini pesan penting dalam menyikapi kemerdekaan yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Jika hari ini Tuhan memberikan berkat kesehatan, keuangan, keluarga yang bahagia, pekerjaan yang baik dengan segala kebebasan yang ada di dalamnya, pergunakanlah itu semua dengan penuh tanggung jawab. Tetaplah berhati-hati dalam menyikapi kemerdekaan yang ada, dan janganlah jatuh pada godaan yang siap membuat kita ingin menyalahgunakan kemerdekaan yang telah Dia berikan.
Kebebasan diberikan Tuhan bukanlah sebagai peluang untuk berbuat dosa
Friday, May 29, 2009
Say No to Batu Sandungan!
Ayat bacaan: 2 Korintus 6:3
======================
"Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela."
Hidup bermasyarakat dalam kemajemukan tidaklah mudah. Apalagi ketika kita menjadi kaum minoritas. Apa yang kita lakukan, bagaimana kita bertingkah laku, semua akan menjadi bahan pengamatan banyak orang. Karena itulah saya selalu berusaha, terutama selama setahun terakhir ini, untuk menjaga diri dari berbagai kelakuan yang buruk. Berhasil atau gagal? Saya tahu masih banyak yang harus dibenahi, karena sebagai manusia saya tidak akan bisa 100% sempurna. Namun setidaknya saya terus berusaha untuk terus menjadi lebih baik lagi. Itu tekad saya, may God keeps on helping me on that. Adalah sangat penting bagi saya untuk terus berproses lebih baik, menjaga setiap langkah saya, agar saya tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Sebuah cerita hari ini saya peroleh dari adik saya yang sedang kuliah di sebuah institut swasta IT di Jawa Barat. Rektor dari universitas itu adalah seorang bergelar pendeta yang artinya juga melakukan pelayanan. Namun alangkah ironisnya ketika kata-kata yang ia keluarkan dan sikapnya di kampus tidak mencerminkan pribadi yang membawa terang dan garam. Demikian katanya dalam sebuah pertemuan di hadapan seluruh mahasiswa/i nya. "Seandainya kampus ini tutup, seandainya kalian semua keluar, saya tidak rugi apa-apa. Saya tetap ditawari banyak peluang yang lebih baik bisa menjadi pilihan saya. Saya tetap hidup melimpah ada atau tidak ada kalian disini." Wah, wah, wah... bukankah ini sebuah bentuk kesombongan? Tidakkah ia sadar bahwa semua berkat itu berasal dari Tuhan, dan karenanya tidak ada kekayaan atau kelimpahan yang perlu disombongkan? Belum lagi dalam beberapa kesempatan sikapnya yang merendahkan orang lain, atau melakukan diskriminasi suku dan agama berlangsung di depan banyak orang. Perlu dicatat, bahwa di kampus itu terdapat beragam agama dan suku, baik mahasiswa maupun dosennya. Betapa mengerikannya kekristenan di mata mereka. Bukannya menjadi berkat, saya khawatir kelakuannya sebagai orang teratas di institut itu malah menjadi bahan tertawaan, bahan cercaan, dan batu sandungan bagi banyak orang.
Kita harus ingat bahwa kedatangan Yesus ke dunia ini pun bertujuan untuk menggenapi kehendak Bapa, dan untuk melayani, bukan untuk dilayani. Tidak ada kamus kesombongan dalam pelayanan Yesus. Dia tidak pernah minta dilayani laksana raja, disediakan karpet merah, hotel mewah, fasilitas-fasilitas lengkap, walaupun Dia sebenarnya jauh lebih dari layak untuk itu. Tapi bukan itu yang menjadi tujuanNya ke dunia. Keselamatan kita, pemulihan hubungan dengan Bapa, itu menjadi prioritasNya. Dan dengan keteladanan luar biasa, Yesus sendiri menunjukkan seperti apa seharusnya anak-anak Tuhan bersikap dan melayani, menjadi hamba Tuhan yang bisa membawa terang dan garam di dunia. Bercermin dari sikap Yesus itu, para pelayanNya seperti Paulus misalnya, menganggap bahwa adalah sangat penting untuk menjaga diri dalam melakukan pelayanan, supaya segala kasih karunia Allah yang telah diterima, segala berkat-berkat yang telah Dia curahkan janganlah sampai menjadi sia-sia. "Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima......Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela." (2 Korintus 6:1,3). Sungguh disayangkan jika lewat diri kita orang bukannya mengenal Kristus Sang Juru Selamat, tapi malah menjadi takut, antipati atau alergi. Sikap ekslusif, sikap merasa paling benar, kesombongan dan sebagainya, over acting, memamerkan kekayaan, semua itu bukanlah sikap yang baik yang dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan.
Agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, saya percaya terlebih dahulu kita perlu membuang batu-batu sandungan yang ada di dalam diri dan hidup kita. Adalah sangat perlu untuk terus menjaga hati kita, karena seperti apa hati kita, seperti itu pula terpancar kehidupan kita. (Amsal 4:23). Demikian pula Yesus berkata: "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21-23). Inilah batu-batu sandungan dalam diri kita yang terlebih dahulu harus kita singkirkan jika kita mau berusaha untuk tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, hingga bisa menjadi berkat bagi siapapun orang yang kita temui, tanpa memandang siapa mereka, dari mana dan apa latar belakangnya.
"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Inilah yang diinginkan Kristus bagi kita. Terang atau tidak akan terlihat dari bagaimana kita hidup. Sudahkah kita hidup sesuai firmanNya dalam kasih, atau malah menjadi batu sandungan bagi banyak orang? Tidak ada gunanya kita rajin berdoa, rajin melayani, rajin membaca Alkitab, rajin meneriakkan nama Tuhan jika tidak didukung perbuatan nyata dalam kehidupan kita. Setiap detik dari hidup kita bisa menjadi kesaksian yang manis, sebaliknya bisa pula menjadi batu sandungan bagi orang lain. Orang bisa mengenal Kristus atau malah membenci Kristus beserta pengikutNya lewat sikap, tingkah laku dan perbuatan kita. Maka adalah penting bagi kita untuk menjaga sikap, tingkah laku dan perbuatan kita dalam hidup bermasyarakat. Say no to batu sandungan!
Hiduplah dengan rendah hati dan penuh cinta kasih, seperti yang Yesus ajarkan
======================
"Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela."
Hidup bermasyarakat dalam kemajemukan tidaklah mudah. Apalagi ketika kita menjadi kaum minoritas. Apa yang kita lakukan, bagaimana kita bertingkah laku, semua akan menjadi bahan pengamatan banyak orang. Karena itulah saya selalu berusaha, terutama selama setahun terakhir ini, untuk menjaga diri dari berbagai kelakuan yang buruk. Berhasil atau gagal? Saya tahu masih banyak yang harus dibenahi, karena sebagai manusia saya tidak akan bisa 100% sempurna. Namun setidaknya saya terus berusaha untuk terus menjadi lebih baik lagi. Itu tekad saya, may God keeps on helping me on that. Adalah sangat penting bagi saya untuk terus berproses lebih baik, menjaga setiap langkah saya, agar saya tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Sebuah cerita hari ini saya peroleh dari adik saya yang sedang kuliah di sebuah institut swasta IT di Jawa Barat. Rektor dari universitas itu adalah seorang bergelar pendeta yang artinya juga melakukan pelayanan. Namun alangkah ironisnya ketika kata-kata yang ia keluarkan dan sikapnya di kampus tidak mencerminkan pribadi yang membawa terang dan garam. Demikian katanya dalam sebuah pertemuan di hadapan seluruh mahasiswa/i nya. "Seandainya kampus ini tutup, seandainya kalian semua keluar, saya tidak rugi apa-apa. Saya tetap ditawari banyak peluang yang lebih baik bisa menjadi pilihan saya. Saya tetap hidup melimpah ada atau tidak ada kalian disini." Wah, wah, wah... bukankah ini sebuah bentuk kesombongan? Tidakkah ia sadar bahwa semua berkat itu berasal dari Tuhan, dan karenanya tidak ada kekayaan atau kelimpahan yang perlu disombongkan? Belum lagi dalam beberapa kesempatan sikapnya yang merendahkan orang lain, atau melakukan diskriminasi suku dan agama berlangsung di depan banyak orang. Perlu dicatat, bahwa di kampus itu terdapat beragam agama dan suku, baik mahasiswa maupun dosennya. Betapa mengerikannya kekristenan di mata mereka. Bukannya menjadi berkat, saya khawatir kelakuannya sebagai orang teratas di institut itu malah menjadi bahan tertawaan, bahan cercaan, dan batu sandungan bagi banyak orang.
Kita harus ingat bahwa kedatangan Yesus ke dunia ini pun bertujuan untuk menggenapi kehendak Bapa, dan untuk melayani, bukan untuk dilayani. Tidak ada kamus kesombongan dalam pelayanan Yesus. Dia tidak pernah minta dilayani laksana raja, disediakan karpet merah, hotel mewah, fasilitas-fasilitas lengkap, walaupun Dia sebenarnya jauh lebih dari layak untuk itu. Tapi bukan itu yang menjadi tujuanNya ke dunia. Keselamatan kita, pemulihan hubungan dengan Bapa, itu menjadi prioritasNya. Dan dengan keteladanan luar biasa, Yesus sendiri menunjukkan seperti apa seharusnya anak-anak Tuhan bersikap dan melayani, menjadi hamba Tuhan yang bisa membawa terang dan garam di dunia. Bercermin dari sikap Yesus itu, para pelayanNya seperti Paulus misalnya, menganggap bahwa adalah sangat penting untuk menjaga diri dalam melakukan pelayanan, supaya segala kasih karunia Allah yang telah diterima, segala berkat-berkat yang telah Dia curahkan janganlah sampai menjadi sia-sia. "Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima......Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela." (2 Korintus 6:1,3). Sungguh disayangkan jika lewat diri kita orang bukannya mengenal Kristus Sang Juru Selamat, tapi malah menjadi takut, antipati atau alergi. Sikap ekslusif, sikap merasa paling benar, kesombongan dan sebagainya, over acting, memamerkan kekayaan, semua itu bukanlah sikap yang baik yang dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan.
Agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, saya percaya terlebih dahulu kita perlu membuang batu-batu sandungan yang ada di dalam diri dan hidup kita. Adalah sangat perlu untuk terus menjaga hati kita, karena seperti apa hati kita, seperti itu pula terpancar kehidupan kita. (Amsal 4:23). Demikian pula Yesus berkata: "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21-23). Inilah batu-batu sandungan dalam diri kita yang terlebih dahulu harus kita singkirkan jika kita mau berusaha untuk tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, hingga bisa menjadi berkat bagi siapapun orang yang kita temui, tanpa memandang siapa mereka, dari mana dan apa latar belakangnya.
"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Inilah yang diinginkan Kristus bagi kita. Terang atau tidak akan terlihat dari bagaimana kita hidup. Sudahkah kita hidup sesuai firmanNya dalam kasih, atau malah menjadi batu sandungan bagi banyak orang? Tidak ada gunanya kita rajin berdoa, rajin melayani, rajin membaca Alkitab, rajin meneriakkan nama Tuhan jika tidak didukung perbuatan nyata dalam kehidupan kita. Setiap detik dari hidup kita bisa menjadi kesaksian yang manis, sebaliknya bisa pula menjadi batu sandungan bagi orang lain. Orang bisa mengenal Kristus atau malah membenci Kristus beserta pengikutNya lewat sikap, tingkah laku dan perbuatan kita. Maka adalah penting bagi kita untuk menjaga sikap, tingkah laku dan perbuatan kita dalam hidup bermasyarakat. Say no to batu sandungan!
Hiduplah dengan rendah hati dan penuh cinta kasih, seperti yang Yesus ajarkan
Thursday, May 28, 2009
Tuhan Menguatkan
Ayat bacaan: 1 Yohanes 5:10a
=======================
"Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya"
Malam ini hp saya tiba-tiba berdering. Ternyata saya mendapatkan telepon dari seorang penyanyi legendaris jazz Indonesia yang usianya sudah lebih setengah abad. Beliau ini memang luar biasa. Di usianya yang sudah tidak lagi muda itu, bukannya melemah, malah vokalnya semakin luar biasa. Dia masih sanggup mengisi panggung selama berjam-jam. Ketika banyak artis yang hanya separuh dari usianya sudah mulai merasakan menurunnya kemampuan mereka, ketika ada banyak penyanyi yang kualitas vokalnya semakin menurun seiring perjalanan waktu, beliau justru mengalami peningkatan. Jika saya bandingkan kemampuan olah suara beliau saat ini dengan saat ia baru memulai karirnya lebih dari 30 tahun yang lalu, maka jelaslah bahwa kualitasnya jauh lebih baik saat ini dibanding dulu. Beliau sempat mengalami musibah patah kaki akibat terjatuh, tapi sekarang hal tersebut seolah-olah tidak membekas sama sekali. Beliau justru semakin lincah. Setelah berbincang-bincang, dia bercerita tentang sebuah wawancara yang dilakukannya beberapa waktu lalu. Si wartawan bertanya, apa rahasia beliau untuk bisa menjaga kualitas vokal dan kondisi tubuh tetap prima? Apa yang ia makan? Jenis vitamin apa yang ia konsumsi? Jawaban dari sang legenda adalah, "kuncinya cuma satu, yaitu Yesus. Tuhan Yesus lah yang memberi kekuatan, sehingga saya masih bisa seperti saat ini." Ini sebuah kesaksian yang luar biasa, yang beliau ucapkan dengan berani di depan orang yang mungkin belum mengenal Kristus. Beliau kemudian melanjutkan, "saya percaya pada Yesus, saya alami begitu banyak mukjizat, Dia tidak pernah berhenti memberi saya kekuatan. Dan itulah yang saya sampaikan kepada mereka dengan jujur." Saya pun kemudian teringat akan ayat bacaan hari ini.
Yohanes menuliskan demikian: "Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya" (1 Yohanes 5:10). Ketika kita percaya dengan iman yang teguh pada Kristus, maka sudah pada tempatnya kita memiliki segudang kesaksian yang bisa kita bagikan kepada orang lain untuk memberkati mereka. Dengan iman kita bukan saja mengenal Tuhan, tapi terlebih kita mengalami Tuhan. Mengalami Tuhan dalam berbagai pengalaman dan kisah hidup kita, bagaimana nyata kuasaNya yang ajaib, sehingga semua itu bisa kita pakai sebagai kesaksian yang memberkati banyak orang. Sebagai manusia, segala kemampuan dan kuasa kita terbatas sifatnya. Tapi kemampuan Tuhan tidaklah pernah terbatas. "Bagi Allah tidak ada yang mustahil!" (Lukas 1:37). Maka alangkah ironisnya jika kita masih terus mengandalkan orang lain dan kekuatan sendiri, dan melupakan Tuhan yang justru memiliki kuasa yang tidak terbatas. Satu persatu mukjizat atau keajaiban akan terjadi dalam hidup anak-anak Tuhan yang secara penuh menyerahkan hidupnya ke dalam tangan Tuhan, dan adalah sangat indah apabila semua itu dikumpulkan menjadi rangkaian kesaksian kita mengenai Kristus. Lihatlah Daud, dalam kesesakan sekalipun ia tahu bahwa ia selalu bisa mengandalkan Tuhan, sumber kekuatan dan perisainya. Dan demikian kata Daud: "TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!" (Mazmur 28:7-8).
Apakah kita merasa lelah hari-hari ini akibat terus ditimbun pekerjaan yang tidak kunjung usai? Apakah anda saat ini merasa letih dan merasa performa anda memburuk? Berdoalah, datanglah pada Tuhan. Dia akan memberikan kekuatan dan semangat baru. Mari kita lihat apa yang tertulis dalam kitab Yesaya. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:29-31). Ya, Tuhan sanggup memberi kekuatan. Bahkan ketika orang yang lebih muda bisa menjadi lelah, tersandung dan terjatuh, kita akan terus kuat dan bersemangat. Bukan karena kehebatan kita, bukan karena kemampuan kita, tapi Tuhanlah yang memampukan! Dan lihatlah apa yang dikatakan Yesus. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Bukan saja diberi kekuatan dan semangat, tapi juga diberikan kelegaan, dimana kita tetap bisa bersukacita dalam pekerjaan-pekerjaan berat kita sehari-hari. Usia boleh bertambah, namun bukan berarti semangat dan kekuatan kita harus menurun. Tuhan sanggup memberi kekuatan dan semangat, serta memberkati kita dengan sukacita berlimpah. Alami kekuatan yang berasal dari Tuhan, dan jadikanlah sebagai kesaksian kita akan Kristus untuk memberkati sesama.
Percaya pada Kristus akan membawa kita mengalami banyak hal yang selalu bisa dijadikan kesaksian
=======================
"Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya"
Malam ini hp saya tiba-tiba berdering. Ternyata saya mendapatkan telepon dari seorang penyanyi legendaris jazz Indonesia yang usianya sudah lebih setengah abad. Beliau ini memang luar biasa. Di usianya yang sudah tidak lagi muda itu, bukannya melemah, malah vokalnya semakin luar biasa. Dia masih sanggup mengisi panggung selama berjam-jam. Ketika banyak artis yang hanya separuh dari usianya sudah mulai merasakan menurunnya kemampuan mereka, ketika ada banyak penyanyi yang kualitas vokalnya semakin menurun seiring perjalanan waktu, beliau justru mengalami peningkatan. Jika saya bandingkan kemampuan olah suara beliau saat ini dengan saat ia baru memulai karirnya lebih dari 30 tahun yang lalu, maka jelaslah bahwa kualitasnya jauh lebih baik saat ini dibanding dulu. Beliau sempat mengalami musibah patah kaki akibat terjatuh, tapi sekarang hal tersebut seolah-olah tidak membekas sama sekali. Beliau justru semakin lincah. Setelah berbincang-bincang, dia bercerita tentang sebuah wawancara yang dilakukannya beberapa waktu lalu. Si wartawan bertanya, apa rahasia beliau untuk bisa menjaga kualitas vokal dan kondisi tubuh tetap prima? Apa yang ia makan? Jenis vitamin apa yang ia konsumsi? Jawaban dari sang legenda adalah, "kuncinya cuma satu, yaitu Yesus. Tuhan Yesus lah yang memberi kekuatan, sehingga saya masih bisa seperti saat ini." Ini sebuah kesaksian yang luar biasa, yang beliau ucapkan dengan berani di depan orang yang mungkin belum mengenal Kristus. Beliau kemudian melanjutkan, "saya percaya pada Yesus, saya alami begitu banyak mukjizat, Dia tidak pernah berhenti memberi saya kekuatan. Dan itulah yang saya sampaikan kepada mereka dengan jujur." Saya pun kemudian teringat akan ayat bacaan hari ini.
Yohanes menuliskan demikian: "Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya" (1 Yohanes 5:10). Ketika kita percaya dengan iman yang teguh pada Kristus, maka sudah pada tempatnya kita memiliki segudang kesaksian yang bisa kita bagikan kepada orang lain untuk memberkati mereka. Dengan iman kita bukan saja mengenal Tuhan, tapi terlebih kita mengalami Tuhan. Mengalami Tuhan dalam berbagai pengalaman dan kisah hidup kita, bagaimana nyata kuasaNya yang ajaib, sehingga semua itu bisa kita pakai sebagai kesaksian yang memberkati banyak orang. Sebagai manusia, segala kemampuan dan kuasa kita terbatas sifatnya. Tapi kemampuan Tuhan tidaklah pernah terbatas. "Bagi Allah tidak ada yang mustahil!" (Lukas 1:37). Maka alangkah ironisnya jika kita masih terus mengandalkan orang lain dan kekuatan sendiri, dan melupakan Tuhan yang justru memiliki kuasa yang tidak terbatas. Satu persatu mukjizat atau keajaiban akan terjadi dalam hidup anak-anak Tuhan yang secara penuh menyerahkan hidupnya ke dalam tangan Tuhan, dan adalah sangat indah apabila semua itu dikumpulkan menjadi rangkaian kesaksian kita mengenai Kristus. Lihatlah Daud, dalam kesesakan sekalipun ia tahu bahwa ia selalu bisa mengandalkan Tuhan, sumber kekuatan dan perisainya. Dan demikian kata Daud: "TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!" (Mazmur 28:7-8).
Apakah kita merasa lelah hari-hari ini akibat terus ditimbun pekerjaan yang tidak kunjung usai? Apakah anda saat ini merasa letih dan merasa performa anda memburuk? Berdoalah, datanglah pada Tuhan. Dia akan memberikan kekuatan dan semangat baru. Mari kita lihat apa yang tertulis dalam kitab Yesaya. "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:29-31). Ya, Tuhan sanggup memberi kekuatan. Bahkan ketika orang yang lebih muda bisa menjadi lelah, tersandung dan terjatuh, kita akan terus kuat dan bersemangat. Bukan karena kehebatan kita, bukan karena kemampuan kita, tapi Tuhanlah yang memampukan! Dan lihatlah apa yang dikatakan Yesus. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Bukan saja diberi kekuatan dan semangat, tapi juga diberikan kelegaan, dimana kita tetap bisa bersukacita dalam pekerjaan-pekerjaan berat kita sehari-hari. Usia boleh bertambah, namun bukan berarti semangat dan kekuatan kita harus menurun. Tuhan sanggup memberi kekuatan dan semangat, serta memberkati kita dengan sukacita berlimpah. Alami kekuatan yang berasal dari Tuhan, dan jadikanlah sebagai kesaksian kita akan Kristus untuk memberkati sesama.
Percaya pada Kristus akan membawa kita mengalami banyak hal yang selalu bisa dijadikan kesaksian
Wednesday, May 27, 2009
Fungsi Ayah Dalam Keluarga
Ayat bacaan: Keluaran 12:42
=======================
"Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN."
Ada banyak kehancuran keluarga diawali dari hilangnya fungsi ayah di dalamnya. Ketika seorang ayah tidak lagi berfungsi sebagai kepala keluarga, tidak lagi mempedulikan istri dan anak-anaknya, ketika seorang ayah terlalu disibukkan dengan pekerjaan dan karirnya, atau malah terjerumus dalam dosa, maka tiang penyangga keluarga pun goyah. Kondisi broken home akan memicu anak-anak untuk mengalami kehancuran masa depan mereka. Banyak dari korban obat-obat terlarang ternyata berasal dari keluarga yang hancur. Anak perempuan remaja banyak yang jatuh ke tangan pria hidung belang karena mereka rindu belaian kasih, pujian dan perhatian yang seharusnya mereka dapatkan dari ayah mereka. Tidak mudah memang peran seorang ayah. Disamping tanggung jawab untuk menafkahi keluarga, mereka juga diserahi tanggung jawab untuk menjaga keutuhan rumah tangganya, menjadi tulang punggung dan tiang yang menentukan kokoh tidaknya sebuah keluarga berdiri di atasnya.
Sebuah ayat luar biasa dicatat dalam Alkitab. Setelah menetap di Mesir sebagai budak selama 430 tahun, akhirnya tibalah masa bagi mereka untuk keluar dari Mesir dan menuju tanah terjanji. Perjalanan mereka langsung dipimpin oleh Tuhan. Dan ayat hari ini berbicara jelas mengenai bagaimana hebatnya penyertaan Tuhan atas umatNya. Tuhan berjaga-jaga atas mereka! "Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN." (Keluaran 12:42). Ini sebuah gambaran bagaimana fungsi bapa/ayah. Seperti halnya Bapa kita di Surga yang menjalankan fungsiNya sebagai Bapa dari umatNya, seperti itu pula seharusnya kita, para pria, suami dari istri dan ayah dari anak-anak kita untuk menjalankan peran dengan baik.
Sebuah peringkat yang menggambarkan posisi seorang ayah/suami digambarkan dalam surat Paulus kepada jemaat Korintus. "Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah." (1 Korintus 11:3). Tuhan adalah kepala atas umatNya, dan pria adalah kepala atas keluarganya. Para pria, perhatikanlah bahwa kata "berjaga-jaga" berbicara mengenai keharusan kita untuk mengawasi dan melindungi keluarga kita dari apapun yang dapat menimbulkan potensi untuk menghancurkan hidup istri dan anak-anak kita. Kita harus tetap waspada, karena iblis tidak akan pernah berhenti mencari mangsa. Iblis akan selalu siap menelan siapapun yang dapat ditelannya. Oleh karena itu para ayah haruslah selalu sadar dan berjaga-jaga, melindungi keluarganya agar tidak rapuh dan berpotensi untuk disesatkan. "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Tuhan telah menempatkan kita para pria sebagai kepala atas keluarga kita. Dia telah menitipkan seorang istri dan anak-anak ke dalam tangan pria lewat ikatan pernikahan yang langsung Dia materaikan sendiri. Karena itu para suami/ayah haruslah menjaga apa yang telah dititipkan Tuhan kepada mereka. Berjaga-jagalah atas istri dan anak-anak kita. Berperanlah sebagai kepala keluarga yang bijaksana dan mengasihi keluarga, memberi waktu yang cukup bagi mereka, senantiasa berdoa dan menjadi imam bagi mereka, selalu memperlengkapi mereka semua dengan senjata rohani, dan mengawasi keadaan kerohanian mereka dari waktu ke waktu. Bukan hanya secara teoritis, tapi terutama dengan menjadi teladan bagi mereka lewat sikap, tingkah laku dan perbuatan kita. Jangan beri peluang kepada iblis, walau sekecil apapun. Jangan tunda lagi. Segeralah berjaga-jaga atas istri dan anak-anak kita, perkokohlah keluarga sebelum iblis menyentuh mereka atau malah anda terlebih dahulu.
Berjaga-jagalah setiap waktu agar keluarga anda tetap terlindungi dan bahagia
=======================
"Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN."
Ada banyak kehancuran keluarga diawali dari hilangnya fungsi ayah di dalamnya. Ketika seorang ayah tidak lagi berfungsi sebagai kepala keluarga, tidak lagi mempedulikan istri dan anak-anaknya, ketika seorang ayah terlalu disibukkan dengan pekerjaan dan karirnya, atau malah terjerumus dalam dosa, maka tiang penyangga keluarga pun goyah. Kondisi broken home akan memicu anak-anak untuk mengalami kehancuran masa depan mereka. Banyak dari korban obat-obat terlarang ternyata berasal dari keluarga yang hancur. Anak perempuan remaja banyak yang jatuh ke tangan pria hidung belang karena mereka rindu belaian kasih, pujian dan perhatian yang seharusnya mereka dapatkan dari ayah mereka. Tidak mudah memang peran seorang ayah. Disamping tanggung jawab untuk menafkahi keluarga, mereka juga diserahi tanggung jawab untuk menjaga keutuhan rumah tangganya, menjadi tulang punggung dan tiang yang menentukan kokoh tidaknya sebuah keluarga berdiri di atasnya.
Sebuah ayat luar biasa dicatat dalam Alkitab. Setelah menetap di Mesir sebagai budak selama 430 tahun, akhirnya tibalah masa bagi mereka untuk keluar dari Mesir dan menuju tanah terjanji. Perjalanan mereka langsung dipimpin oleh Tuhan. Dan ayat hari ini berbicara jelas mengenai bagaimana hebatnya penyertaan Tuhan atas umatNya. Tuhan berjaga-jaga atas mereka! "Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN." (Keluaran 12:42). Ini sebuah gambaran bagaimana fungsi bapa/ayah. Seperti halnya Bapa kita di Surga yang menjalankan fungsiNya sebagai Bapa dari umatNya, seperti itu pula seharusnya kita, para pria, suami dari istri dan ayah dari anak-anak kita untuk menjalankan peran dengan baik.
Sebuah peringkat yang menggambarkan posisi seorang ayah/suami digambarkan dalam surat Paulus kepada jemaat Korintus. "Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah." (1 Korintus 11:3). Tuhan adalah kepala atas umatNya, dan pria adalah kepala atas keluarganya. Para pria, perhatikanlah bahwa kata "berjaga-jaga" berbicara mengenai keharusan kita untuk mengawasi dan melindungi keluarga kita dari apapun yang dapat menimbulkan potensi untuk menghancurkan hidup istri dan anak-anak kita. Kita harus tetap waspada, karena iblis tidak akan pernah berhenti mencari mangsa. Iblis akan selalu siap menelan siapapun yang dapat ditelannya. Oleh karena itu para ayah haruslah selalu sadar dan berjaga-jaga, melindungi keluarganya agar tidak rapuh dan berpotensi untuk disesatkan. "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Tuhan telah menempatkan kita para pria sebagai kepala atas keluarga kita. Dia telah menitipkan seorang istri dan anak-anak ke dalam tangan pria lewat ikatan pernikahan yang langsung Dia materaikan sendiri. Karena itu para suami/ayah haruslah menjaga apa yang telah dititipkan Tuhan kepada mereka. Berjaga-jagalah atas istri dan anak-anak kita. Berperanlah sebagai kepala keluarga yang bijaksana dan mengasihi keluarga, memberi waktu yang cukup bagi mereka, senantiasa berdoa dan menjadi imam bagi mereka, selalu memperlengkapi mereka semua dengan senjata rohani, dan mengawasi keadaan kerohanian mereka dari waktu ke waktu. Bukan hanya secara teoritis, tapi terutama dengan menjadi teladan bagi mereka lewat sikap, tingkah laku dan perbuatan kita. Jangan beri peluang kepada iblis, walau sekecil apapun. Jangan tunda lagi. Segeralah berjaga-jaga atas istri dan anak-anak kita, perkokohlah keluarga sebelum iblis menyentuh mereka atau malah anda terlebih dahulu.
Berjaga-jagalah setiap waktu agar keluarga anda tetap terlindungi dan bahagia
Tuesday, May 26, 2009
Kreatiflah
Ayat bacaan: Kejadian 2:19
======================
"Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu."
Nada cuma ada 7, tapi lagu tidak pernah mati. Dalam menekuni dunia jurnalisme di bidang musik selama beberapa waktu, saya selalu melihat kenyataan ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Bayangkan cuma 7 nada, tapi ada berapa trilyun atau jutaan trilyun jumlah lagu yang pernah ada hingga kini? Ada begitu banyak corak dan ragam dari ratusan genre yang berbeda dari masa ke masa. Ketika kita mendengarkan karya musik klasik Johann Sebastian Bach, rock and roll ala Elvis Presley, lagu-lagu The Beatles yang merubah corak musik dunia modern, hingga saat ini ketika anda mendengarkan lagu Michael Buble misalnya, semua itu dibentuk dari tatanan komposisi yang terdiri dari 7 not. Tapi dengarlah hasil yang begitu jauh berbeda dari nama-nama yang saya sebutkan di atas. Dalam dunia musik dituntut adanya sebuah kreativitas dalam menciptakan sebuah lagu, atau lama-lama band yang tidak kreatif akan tersingkir di tengah persaingan ketat sesama musisi. Ini baru bicara soal lagu. Sebenarnya di semua lini kehidupan kita tetap dituntut untuk bisa berpikir kreatif, baik dalam menciptakan sesuatu yang baru, yang innovatif, ataupun dalam menyelesaikan persoalan-persoalan. Allah adalah sosok yang sangat kreatif, dan manusia diciptakan menurut gambar dan rupaNya. Maka kreatifitas sejatinya merupakan bagian dari manusia.
Allah adalah sosok yang maha kreatif. Dari proses penciptaan alam semesta beserta isinya kita bisa melihat buktinya. Jutaan jenis binatang dari berbagai spesies, jenis-jenis tanaman yang berbeda-beda di berbagai belahan bumi, atau lihatlah manusia yang mukanya tidak pernah sama persis. Komponen pengisi muka boleh sama, namun tidak akan ada yang pernah sama persis hasilnya. Lalu lihatlah bagaimana kreatifnya Tuhan memberikan jawaban bagi berbagai permasalahan hidup manusia. Sebagai contoh, kita bisa melihat kreativitas Tuhan dalam membantu umat Israel dari Mesir menuju tanah terjanji, Kanaan. Tiang awan, tiang api, manna, daging dari burung puyuh, membelah Laut Teberau dan seterusnya memperlihatkan kreativitas tinggi Tuhan. Yesus dalam pelayananNya di dunia pun banyak menggunakan metode kreatif. Menggunakan perumpamaan, berdiskusi, tanya jawab, menyembuhkan bahkan membangkitkan, memberi contoh keteladanan, dan seterusnya. Yesus tidak pernah monoton dalam pelayananNya. Sehubungan dengan diciptakannya manusia sebagai sosok yang istimewa, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri, sudah selayaknya kita pun mewarisi kreativitas ini. Alangkah ironisnya jika kita terlalu malas untuk mempergunakan sisi-sisi kreativitas yang telah Dia sediakan bagi kita.
Sebelum proses pembentukan Hawa, Tuhan terlebih dahulu membentuk segala binatang hutan dan burung-burung. Dan semua ini dibawa kepada Adam untuk ia beri nama. "Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu." (Kejadian 2:19). Tuhan ingin melihat bagaimana kreativitas manusia untuk menamainya. Jika kita mundur beberapa ayat sebelumnya, Tuhan juga menempatkan Adam di taman Eden bukan untuk berleha-leha dan bersantai, tapi untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (ay 15). Perhatikan kata mengusahakan dan memelihara. Manusia bukan saja ditugaskan untuk memelihara kelestarian lingkungan, tapi juga mengembangkan apa yang sudah ada untuk menjadi lebih baik lagi. Ini membutuhkan proses kreatif. Memaksimalkan, mengembangkan dan menciptakan inovasi atau kreasi baru menuju suatu kehidupan yang lebih baik melalui segala sesuatu yang telah disediakan Tuhan. Itu yang harus dilakukan manusia, bukan sebaliknya merusak alam dengan segala isinya.
Kreativitas ada di dalam diri setiap orang. Tapi tidak semua orang mau mempergunakannya. Sebagian orang terlalu malas untuk mengolah kreativitas yang ada di dalam mereka. Kemalasan tidak akan pernah bisa membawa orang mengalami peningkatan dalam hidupnya. Yang ada malah keruntuhan, seperti apa yang dikatakan Pengkotbah. "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Semua yang disediakan Tuhan di dunia ini bagi kita hendaklah dikelola dengan baik, dipelihara, dijaga dan dikembangkan untuk kebaikan kita semua. Agar kita tetap bisa bertumbuh dan mengalami peningkatan, tetaplah rajin bekerja, dan kreatiflah dalam setiap yang anda usahakan. Tuhan akan selalu melihat bagaimana usaha kita, apakah kita selalu berusaha melakukan yang terbaik atau tidak, sebelum Tuhan mempercayakan perkara-perkara yang lebih besar lagi. Kreatiflah. Tuhan memberkati.
Tuhan mengharapkan manusia agar selalu berpikir kreatif dalam bekerja
======================
"Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu."
Nada cuma ada 7, tapi lagu tidak pernah mati. Dalam menekuni dunia jurnalisme di bidang musik selama beberapa waktu, saya selalu melihat kenyataan ini sebagai sesuatu yang luar biasa. Bayangkan cuma 7 nada, tapi ada berapa trilyun atau jutaan trilyun jumlah lagu yang pernah ada hingga kini? Ada begitu banyak corak dan ragam dari ratusan genre yang berbeda dari masa ke masa. Ketika kita mendengarkan karya musik klasik Johann Sebastian Bach, rock and roll ala Elvis Presley, lagu-lagu The Beatles yang merubah corak musik dunia modern, hingga saat ini ketika anda mendengarkan lagu Michael Buble misalnya, semua itu dibentuk dari tatanan komposisi yang terdiri dari 7 not. Tapi dengarlah hasil yang begitu jauh berbeda dari nama-nama yang saya sebutkan di atas. Dalam dunia musik dituntut adanya sebuah kreativitas dalam menciptakan sebuah lagu, atau lama-lama band yang tidak kreatif akan tersingkir di tengah persaingan ketat sesama musisi. Ini baru bicara soal lagu. Sebenarnya di semua lini kehidupan kita tetap dituntut untuk bisa berpikir kreatif, baik dalam menciptakan sesuatu yang baru, yang innovatif, ataupun dalam menyelesaikan persoalan-persoalan. Allah adalah sosok yang sangat kreatif, dan manusia diciptakan menurut gambar dan rupaNya. Maka kreatifitas sejatinya merupakan bagian dari manusia.
Allah adalah sosok yang maha kreatif. Dari proses penciptaan alam semesta beserta isinya kita bisa melihat buktinya. Jutaan jenis binatang dari berbagai spesies, jenis-jenis tanaman yang berbeda-beda di berbagai belahan bumi, atau lihatlah manusia yang mukanya tidak pernah sama persis. Komponen pengisi muka boleh sama, namun tidak akan ada yang pernah sama persis hasilnya. Lalu lihatlah bagaimana kreatifnya Tuhan memberikan jawaban bagi berbagai permasalahan hidup manusia. Sebagai contoh, kita bisa melihat kreativitas Tuhan dalam membantu umat Israel dari Mesir menuju tanah terjanji, Kanaan. Tiang awan, tiang api, manna, daging dari burung puyuh, membelah Laut Teberau dan seterusnya memperlihatkan kreativitas tinggi Tuhan. Yesus dalam pelayananNya di dunia pun banyak menggunakan metode kreatif. Menggunakan perumpamaan, berdiskusi, tanya jawab, menyembuhkan bahkan membangkitkan, memberi contoh keteladanan, dan seterusnya. Yesus tidak pernah monoton dalam pelayananNya. Sehubungan dengan diciptakannya manusia sebagai sosok yang istimewa, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri, sudah selayaknya kita pun mewarisi kreativitas ini. Alangkah ironisnya jika kita terlalu malas untuk mempergunakan sisi-sisi kreativitas yang telah Dia sediakan bagi kita.
Sebelum proses pembentukan Hawa, Tuhan terlebih dahulu membentuk segala binatang hutan dan burung-burung. Dan semua ini dibawa kepada Adam untuk ia beri nama. "Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu." (Kejadian 2:19). Tuhan ingin melihat bagaimana kreativitas manusia untuk menamainya. Jika kita mundur beberapa ayat sebelumnya, Tuhan juga menempatkan Adam di taman Eden bukan untuk berleha-leha dan bersantai, tapi untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (ay 15). Perhatikan kata mengusahakan dan memelihara. Manusia bukan saja ditugaskan untuk memelihara kelestarian lingkungan, tapi juga mengembangkan apa yang sudah ada untuk menjadi lebih baik lagi. Ini membutuhkan proses kreatif. Memaksimalkan, mengembangkan dan menciptakan inovasi atau kreasi baru menuju suatu kehidupan yang lebih baik melalui segala sesuatu yang telah disediakan Tuhan. Itu yang harus dilakukan manusia, bukan sebaliknya merusak alam dengan segala isinya.
Kreativitas ada di dalam diri setiap orang. Tapi tidak semua orang mau mempergunakannya. Sebagian orang terlalu malas untuk mengolah kreativitas yang ada di dalam mereka. Kemalasan tidak akan pernah bisa membawa orang mengalami peningkatan dalam hidupnya. Yang ada malah keruntuhan, seperti apa yang dikatakan Pengkotbah. "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Semua yang disediakan Tuhan di dunia ini bagi kita hendaklah dikelola dengan baik, dipelihara, dijaga dan dikembangkan untuk kebaikan kita semua. Agar kita tetap bisa bertumbuh dan mengalami peningkatan, tetaplah rajin bekerja, dan kreatiflah dalam setiap yang anda usahakan. Tuhan akan selalu melihat bagaimana usaha kita, apakah kita selalu berusaha melakukan yang terbaik atau tidak, sebelum Tuhan mempercayakan perkara-perkara yang lebih besar lagi. Kreatiflah. Tuhan memberkati.
Tuhan mengharapkan manusia agar selalu berpikir kreatif dalam bekerja
Monday, May 25, 2009
Pendisiplinan Tuhan
Ayat bacaan: Ibrani 12:7
========================
"Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?"
Perubahan arah jalan di kota besar memang bisa membingungkan. Semakin bertambahnya jumlah kendaraan dan ruas jalan yang masih itu-itu saja bisa membuat jalanan semakin padat. Jalan tidak lagi cukup menampung jumlah kendaraan yang melintasinya, dan akibatnya kemacetan pun terjadi. Untuk mengatasi hal itu, salah satu cara adalah merubah ruas jalan, mengalihkan sebagian kendaraan ke jalan alternatif yang mungkin relatif lebih sedikit dilalui kendaraan. Mungkin dengan membuat jalan menjadi satu arah. Jalan satu arah bisa membuat kita harus berputar sedikit lebih jauh untuk bisa mencapai tujuan. Seringkali arahnya terlihat berlawanan, karena kita harus berputar terlebih dahulu, namun pada akhirnya kita akan mencapai tujuan. Seandainya kita mengambil jalur tercepat dan melanggar peraturan? Kita bisa terkena tilang dan akibatnya hanya akan menambah masalah, malah akibatnya kita bisa lebih lama untuk mencapai tujuan.
Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan berpikir yang terbatas. Ada kalanya kita tidak mengerti apa yang menjadi rencana Tuhan, dan kemudian menjadi bingung. Akibat ketidakpahaman ini kita bisa jadi memprotes Tuhan, menganggap Tuhan tidak adil, atau bahkan menyalahkan Tuhan ketika Dia sepertinya mengijinkan hal-hal yang "aneh", yang mungkin memberatkan, untuk terjadi dalam kehidupan kita. Ketika kita merasa berada dalam pihak yang menjadi korban misalnya, terkadang Tuhan malah menyuruh kita untuk memulai perdamaian terlebih dahulu. Ada hal-hal yang secara manusiawi sulit kita terima pada saat-saat tertentu. Ketika Tuhan mendisiplinkan kita, dan itu sakit rasanya, kita pun bisa berteriak dan menganggap Tuhan terlalu keras atau pilih kasih. Ketika Dia menghukum kita, kita menganggap bahwa Tuhan berlaku kasar dan tidak sesuai dengan sosokNya yang penuh kasih. We tend to take everything only according to our thoughts and knowledge. Tapi kita harus tahu bahwa terkadang kita butuh teguran bahkan hukuman, bukan dengan tujuan menyakiti kita, melainkan untuk membangun diri kita agar menjadi layak di hadapanNya, seperti apa yang Dia rindukan bagi kita semua.
Penulis Ibrani melukiskan serangkaian penjelasan mengenai bentuk pendisplinan dan pengajaran Tuhan. "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Tuhan menegur kita bukan karena kejam, namun justru karena Dia mengasihi kita. Justru karena kita dianggapNya sebagai anak-anakNya, yang harus diajar agar benar hidupnya, tidak melenceng sana sini. Anak-anak kita yang masih kecil pun harus kita ganjar dengan hukuman sekali waktu, agar mereka bisa belajar dari kesalahannya dan tidak mengulangi lagi. Seperti itu pula-lah kita dihadapan Tuhan. Betapa inginnya Tuhan menjadikan kita anak-anakNya yang tidak bercela. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." (ay 7,8). Bukan saat kita ditegur dan didisplinkan kita harus bersedih, tapi bersedihlah jika Tuhan justru tidak menunjukkan teguran apapun, dan membiarkan kita terus terseret arus kesesatan semakin jauh dan semakin dalam.
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Kita sering melihat ayat ini dan menganggap bahwa ini adalah ayat yang berbicara hanya soal "kebaikan" menurut pandangan kita, seperti kenyamanan, pertolongan Tuhan, hidup tanpa masalah dan sebagainya. Tapi ingatlah bahwa sebentuk teguran, peringatan atau hukuman, lembut atau keras, semua itupun termasuk hal-hal yang bertujuan untuk mendatangkan kebaikan. Kita ditegur agar lebih baik, kita dimarahi agar tidak terus melakukan kesalahan, kita dihukum agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Itu juga mendatangkan kebaikan. Yang pasti, Tuhan menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak, menghajar anak-anakNya agar menjadi pribadi yang benar, sehingga layak di hadapanNya dan layak menerima janji-janjiNya. Tidak selamanya hidup ini mudah dan menyenangkan. Ada masa-masa dimana kita harus menangis akibat penderitaan atau kegagalan. Tapi jangan menyerah, jangan putus asa. Yakobus mengingatkan hal ini, dan menganjurkan agar kita merasa beruntung dan tetap bertekun ketika mengalami pencobaan. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4). Jangan mundur, dan jangan sakit hati ketika kita didisplinkan. Bisa jadi ada "masa-masa di padang gurun" yang harus kita lewati agar layak memasuki "tanah terjanji". Malam ini, bersyukurlah atas pergumulan atau permasalahan yang tengah Dia biarkan untuk terjadi dalam kehidupan kita. Tetaplah bertekun hingga memperoleh buah yang matang, hingga anda kembali ke jalur jalan yang benar dan bisa mencapai garis akhir dengan kemenangan yang gilang gemilang. Pada saatnya, anda akan diangkat keluar dan dinyatakan lulus sebagai manusia baru yang telah layak untuk menerima kemuliaan Tuhan.
Bersyukurlah ketika ditegur Tuhan, karena itu tandanya kita dikasihi sebagai anak
========================
"Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?"
Perubahan arah jalan di kota besar memang bisa membingungkan. Semakin bertambahnya jumlah kendaraan dan ruas jalan yang masih itu-itu saja bisa membuat jalanan semakin padat. Jalan tidak lagi cukup menampung jumlah kendaraan yang melintasinya, dan akibatnya kemacetan pun terjadi. Untuk mengatasi hal itu, salah satu cara adalah merubah ruas jalan, mengalihkan sebagian kendaraan ke jalan alternatif yang mungkin relatif lebih sedikit dilalui kendaraan. Mungkin dengan membuat jalan menjadi satu arah. Jalan satu arah bisa membuat kita harus berputar sedikit lebih jauh untuk bisa mencapai tujuan. Seringkali arahnya terlihat berlawanan, karena kita harus berputar terlebih dahulu, namun pada akhirnya kita akan mencapai tujuan. Seandainya kita mengambil jalur tercepat dan melanggar peraturan? Kita bisa terkena tilang dan akibatnya hanya akan menambah masalah, malah akibatnya kita bisa lebih lama untuk mencapai tujuan.
Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan berpikir yang terbatas. Ada kalanya kita tidak mengerti apa yang menjadi rencana Tuhan, dan kemudian menjadi bingung. Akibat ketidakpahaman ini kita bisa jadi memprotes Tuhan, menganggap Tuhan tidak adil, atau bahkan menyalahkan Tuhan ketika Dia sepertinya mengijinkan hal-hal yang "aneh", yang mungkin memberatkan, untuk terjadi dalam kehidupan kita. Ketika kita merasa berada dalam pihak yang menjadi korban misalnya, terkadang Tuhan malah menyuruh kita untuk memulai perdamaian terlebih dahulu. Ada hal-hal yang secara manusiawi sulit kita terima pada saat-saat tertentu. Ketika Tuhan mendisiplinkan kita, dan itu sakit rasanya, kita pun bisa berteriak dan menganggap Tuhan terlalu keras atau pilih kasih. Ketika Dia menghukum kita, kita menganggap bahwa Tuhan berlaku kasar dan tidak sesuai dengan sosokNya yang penuh kasih. We tend to take everything only according to our thoughts and knowledge. Tapi kita harus tahu bahwa terkadang kita butuh teguran bahkan hukuman, bukan dengan tujuan menyakiti kita, melainkan untuk membangun diri kita agar menjadi layak di hadapanNya, seperti apa yang Dia rindukan bagi kita semua.
Penulis Ibrani melukiskan serangkaian penjelasan mengenai bentuk pendisplinan dan pengajaran Tuhan. "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6). Tuhan menegur kita bukan karena kejam, namun justru karena Dia mengasihi kita. Justru karena kita dianggapNya sebagai anak-anakNya, yang harus diajar agar benar hidupnya, tidak melenceng sana sini. Anak-anak kita yang masih kecil pun harus kita ganjar dengan hukuman sekali waktu, agar mereka bisa belajar dari kesalahannya dan tidak mengulangi lagi. Seperti itu pula-lah kita dihadapan Tuhan. Betapa inginnya Tuhan menjadikan kita anak-anakNya yang tidak bercela. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." (ay 7,8). Bukan saat kita ditegur dan didisplinkan kita harus bersedih, tapi bersedihlah jika Tuhan justru tidak menunjukkan teguran apapun, dan membiarkan kita terus terseret arus kesesatan semakin jauh dan semakin dalam.
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Kita sering melihat ayat ini dan menganggap bahwa ini adalah ayat yang berbicara hanya soal "kebaikan" menurut pandangan kita, seperti kenyamanan, pertolongan Tuhan, hidup tanpa masalah dan sebagainya. Tapi ingatlah bahwa sebentuk teguran, peringatan atau hukuman, lembut atau keras, semua itupun termasuk hal-hal yang bertujuan untuk mendatangkan kebaikan. Kita ditegur agar lebih baik, kita dimarahi agar tidak terus melakukan kesalahan, kita dihukum agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Itu juga mendatangkan kebaikan. Yang pasti, Tuhan menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak, menghajar anak-anakNya agar menjadi pribadi yang benar, sehingga layak di hadapanNya dan layak menerima janji-janjiNya. Tidak selamanya hidup ini mudah dan menyenangkan. Ada masa-masa dimana kita harus menangis akibat penderitaan atau kegagalan. Tapi jangan menyerah, jangan putus asa. Yakobus mengingatkan hal ini, dan menganjurkan agar kita merasa beruntung dan tetap bertekun ketika mengalami pencobaan. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4). Jangan mundur, dan jangan sakit hati ketika kita didisplinkan. Bisa jadi ada "masa-masa di padang gurun" yang harus kita lewati agar layak memasuki "tanah terjanji". Malam ini, bersyukurlah atas pergumulan atau permasalahan yang tengah Dia biarkan untuk terjadi dalam kehidupan kita. Tetaplah bertekun hingga memperoleh buah yang matang, hingga anda kembali ke jalur jalan yang benar dan bisa mencapai garis akhir dengan kemenangan yang gilang gemilang. Pada saatnya, anda akan diangkat keluar dan dinyatakan lulus sebagai manusia baru yang telah layak untuk menerima kemuliaan Tuhan.
Bersyukurlah ketika ditegur Tuhan, karena itu tandanya kita dikasihi sebagai anak
Sunday, May 24, 2009
Berikan Yang Terbaik
Ayat bacaan: Maleakhi 1:8a
=======================
"Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?"
Saya ingat sebuah kebiasaan untuk saling berkirim parcel pada perayaan hari besar kira-kira sepuluh tahun yang lalu. Ketika itu, untuk menyampaikan ucapan terima kasih, ucapan selamat dan sebagainya, orang mengirimkan berbagai bentuk parcel kepada teman/keluarga/atasan/kolega/rekanan bisnis mereka dan sebagainya. Parcel itu disusun sedemikian rupa sehingga terlihat indah, berisikan berbagai macam produk atau benda di dalamnya, dan dibungkus dengan rapi dan indah. Paketnya pun bermacam-macam. Bisa parcel produk makanan/minuman, parcel peralatan, aksesoris, produk kecantikan atau buah-buahan. Saya pernah berbisnis parcel bersama beberapa teman saya ketika masih kuliah, dan saya tahu bahwa merangkai produk-produk itu agar terlihat indah tidaklah semudah yang diperkirakan. Yang pasti, pemberian itu tidak boleh terlihat asal-asalan, dan yang paling penting lagi, jangan sampai isi di dalamnya mengandung barang kadaluarsa, jika isinya adalah produk snack, minuman atau produk-produk yang dikonsumsi. Tidak ada satupun orang yang mau memberikan parcel berisi produk kadaluarsa, atau benda-benda yang sudah retak atau sompel. Maka ketika saya dan teman-teman membeli, merangkai hingga mengantar, kami harus benar-benar memastikan bahwa paket-paket parcel itu masih berada dalam kondisi baik dan layak untuk diterima orang yang dituju.
Jika kepada manusia kita berhati-hati dan selalu mau memberikan yang terbaik, bagaimana ketika kita memberi persembahan? Mari ambil salah satu contoh ketika kita memberi persembahan di Gereja. Setelah saya melayani sebagai diaken, saya sering melihat kondisi uang yang ada di dalam kantung persembahan ketika kami menghitungnya. Ada begitu banyak uang yang dalam kondisi "lecek", terlipat-lipat, kusut, lusuh, bahkan ada yang sobek. Memang secara nominal uang itu masih utuh dan bisa dipergunakan, namun jelas itu bukanlah dalam kondisi yang baik secara fisik. Jika kita kembali pada analogi parcel di atas, bukankah makanan di dalam parcel itu masih bisa dimakan tanpa disusun rapi? Tapi kita menyusunnya dengan baik, dibungkus indah, karena kita menghormati orang yang diberi dan ingin memberikan yang terbaik buat mereka. Seperti itu pula seharusnya ketika kita memberi persembahan,dan seharusnya kita lebih memperhatikan, karena kita memberi persembahan bagi Tuhan. Betul, kita memberikan kepada Gereja, dan tidak langsung kepada Tuhan. Tapi bukankah apa yang kita persembahkan itu akan dipergunakan oleh Gereja untuk pekerjaan Tuhan, pelebaran kerajaanNya dimana Allah sendiri yang dimuliakan? Bukankah ketika kita memberi persembahan itu sebenarnya kita sedang memberi persembahan kita kepada Tuhan?
Ayat hari ini diambil dari kitab Maleakhi, dimana Tuhan menunjukkan kekesalannya ketika Dia hanya diberikan kurban binatang dalam kondisi yang tidak selayaknya Dia terima. Apa yang dipersembahkan orang Israel waktu itu cukup keterlaluan. Bukannya memberikan persembahan terbaik, namun mereka malah memberikan binatang yang timpang dan sakit. Dan Tuhanpun menganggap itu jahat. "Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?" (Maleakhi 1:8a). Selanjutnya Tuhan pun membandingkan dengan pemberian kepada bupati atau para pemimpin/atasan duniawi. "Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam." (ay 8b). Ya, bukankah ironis ketika kita memberi yang terbaik kepada orang-orang yang kita hormati di dunia, tapi di sisi lain kita memberikan asal-asalan kepada Tuhan semesta alam? Ingatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia selalu memberikan rancangan yang terbaik bagi kita, menyediakan yang terbaik bagi kita, bahkan menganugrahkan Kristus, anakNya sendiri untuk menyelamatkan kita. Alangkah keterlaluan jika kita membalasnya dengan sekedar memberikan tanpa ada rasa hormat, misalnya dengan memberikan uang yang kondisinya paling jelek dalam dompet kita, atau melipat-lipat/meremas uang sebelum memasukkannya ke dalam kantong kolekte. Tuhan pantas dihormati jauh dari itu. Mari kita lihat ayat sebelumnya. "Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?" (ay 6). Singkatnya, Tuhan mempertanyakan kepada kita demikian: "Jika benar Aku BapaMu, dimana hormat dan takutmu kepadaKu?"
Ketika memberi, memberilah dengan hormat. Kita memberikan persembahan kepada Tuhan yang bukan saja telah menciptakan kita, tapi juga melindungi, menyertai dan mengasihi kita lebih dari segalanya. Tuhan sangat layak menerima pemberian yang terbaik dari anak-anakNya. Ketika kita memberikan dengan sungguh hati atas besarnya kasih kita kepadaNya, kita seharusnya juga memberikan apa yang terbaik dari kita. Di atas segalanya itu, Yesus mengingatkan kita bahwa mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi manusia seperti diri sendiri jauh lebih baik daripada semua korban. "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33). Artinya, jika kita mau mempersembahkan yang terbaik, maka kita tidak boleh hanya berhenti dengan memberikan persepuluhan/ persembahan syukur dengan nominal-nominal tertentu saja, tidak boleh juga hanya berhenti pada memberi dengan hormat, tapi kita juga harus memberikan hidup kita sendiri kepada Tuhan, mempersembahkan seluruh hidup kita yang telah kita jaga untuk selalu kudus agar berkenan di hadapanNya. Hal ini juga dijelaskan Paulus kepada jemaat Roma. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Tidak terpengaruh dunia, terus memperbaharui budi untuk menjadi lebih baik, mampu membedakan kehendak Allah, dan tahu apa yang berkenan dan sempurna untuk diberikan kepada Allah, itulah tubuh kita yang layak dipersembahkan kepada Tuhan.
Dalam bersyukur kepada Tuhan, hendaklah kita memberi yang terbaik kepadaNya dengan penuh hormat dan takut, karena kita mengasihiNya. Dalam pemberian kolekte, berikanlah persembahan dengan rapi dan pilih uang dalam kondisi yang terbaik. Dan lebih dari itu, persembahkanlah hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan, bukan hidup yang acak-acakan dan penuh dosa, tapi hidup yang sudah menjadi ciptaan baru, hidup yang bertumbuh dan berbuah dalam Roh, sebagai sebuah persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Allah sudah memberikan segala yang terbaik untuk kita. Mari kita melakukan giliran kita untuk memberikan segala yang terbaik pula bagi Tuhan.
Berikan hanya yang terbaik bagi Allah kita yang luar biasa
=======================
"Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?"
Saya ingat sebuah kebiasaan untuk saling berkirim parcel pada perayaan hari besar kira-kira sepuluh tahun yang lalu. Ketika itu, untuk menyampaikan ucapan terima kasih, ucapan selamat dan sebagainya, orang mengirimkan berbagai bentuk parcel kepada teman/keluarga/atasan/kolega/rekanan bisnis mereka dan sebagainya. Parcel itu disusun sedemikian rupa sehingga terlihat indah, berisikan berbagai macam produk atau benda di dalamnya, dan dibungkus dengan rapi dan indah. Paketnya pun bermacam-macam. Bisa parcel produk makanan/minuman, parcel peralatan, aksesoris, produk kecantikan atau buah-buahan. Saya pernah berbisnis parcel bersama beberapa teman saya ketika masih kuliah, dan saya tahu bahwa merangkai produk-produk itu agar terlihat indah tidaklah semudah yang diperkirakan. Yang pasti, pemberian itu tidak boleh terlihat asal-asalan, dan yang paling penting lagi, jangan sampai isi di dalamnya mengandung barang kadaluarsa, jika isinya adalah produk snack, minuman atau produk-produk yang dikonsumsi. Tidak ada satupun orang yang mau memberikan parcel berisi produk kadaluarsa, atau benda-benda yang sudah retak atau sompel. Maka ketika saya dan teman-teman membeli, merangkai hingga mengantar, kami harus benar-benar memastikan bahwa paket-paket parcel itu masih berada dalam kondisi baik dan layak untuk diterima orang yang dituju.
Jika kepada manusia kita berhati-hati dan selalu mau memberikan yang terbaik, bagaimana ketika kita memberi persembahan? Mari ambil salah satu contoh ketika kita memberi persembahan di Gereja. Setelah saya melayani sebagai diaken, saya sering melihat kondisi uang yang ada di dalam kantung persembahan ketika kami menghitungnya. Ada begitu banyak uang yang dalam kondisi "lecek", terlipat-lipat, kusut, lusuh, bahkan ada yang sobek. Memang secara nominal uang itu masih utuh dan bisa dipergunakan, namun jelas itu bukanlah dalam kondisi yang baik secara fisik. Jika kita kembali pada analogi parcel di atas, bukankah makanan di dalam parcel itu masih bisa dimakan tanpa disusun rapi? Tapi kita menyusunnya dengan baik, dibungkus indah, karena kita menghormati orang yang diberi dan ingin memberikan yang terbaik buat mereka. Seperti itu pula seharusnya ketika kita memberi persembahan,dan seharusnya kita lebih memperhatikan, karena kita memberi persembahan bagi Tuhan. Betul, kita memberikan kepada Gereja, dan tidak langsung kepada Tuhan. Tapi bukankah apa yang kita persembahkan itu akan dipergunakan oleh Gereja untuk pekerjaan Tuhan, pelebaran kerajaanNya dimana Allah sendiri yang dimuliakan? Bukankah ketika kita memberi persembahan itu sebenarnya kita sedang memberi persembahan kita kepada Tuhan?
Ayat hari ini diambil dari kitab Maleakhi, dimana Tuhan menunjukkan kekesalannya ketika Dia hanya diberikan kurban binatang dalam kondisi yang tidak selayaknya Dia terima. Apa yang dipersembahkan orang Israel waktu itu cukup keterlaluan. Bukannya memberikan persembahan terbaik, namun mereka malah memberikan binatang yang timpang dan sakit. Dan Tuhanpun menganggap itu jahat. "Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?" (Maleakhi 1:8a). Selanjutnya Tuhan pun membandingkan dengan pemberian kepada bupati atau para pemimpin/atasan duniawi. "Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam." (ay 8b). Ya, bukankah ironis ketika kita memberi yang terbaik kepada orang-orang yang kita hormati di dunia, tapi di sisi lain kita memberikan asal-asalan kepada Tuhan semesta alam? Ingatlah betapa Tuhan mengasihi kita. Dia selalu memberikan rancangan yang terbaik bagi kita, menyediakan yang terbaik bagi kita, bahkan menganugrahkan Kristus, anakNya sendiri untuk menyelamatkan kita. Alangkah keterlaluan jika kita membalasnya dengan sekedar memberikan tanpa ada rasa hormat, misalnya dengan memberikan uang yang kondisinya paling jelek dalam dompet kita, atau melipat-lipat/meremas uang sebelum memasukkannya ke dalam kantong kolekte. Tuhan pantas dihormati jauh dari itu. Mari kita lihat ayat sebelumnya. "Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?" (ay 6). Singkatnya, Tuhan mempertanyakan kepada kita demikian: "Jika benar Aku BapaMu, dimana hormat dan takutmu kepadaKu?"
Ketika memberi, memberilah dengan hormat. Kita memberikan persembahan kepada Tuhan yang bukan saja telah menciptakan kita, tapi juga melindungi, menyertai dan mengasihi kita lebih dari segalanya. Tuhan sangat layak menerima pemberian yang terbaik dari anak-anakNya. Ketika kita memberikan dengan sungguh hati atas besarnya kasih kita kepadaNya, kita seharusnya juga memberikan apa yang terbaik dari kita. Di atas segalanya itu, Yesus mengingatkan kita bahwa mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi manusia seperti diri sendiri jauh lebih baik daripada semua korban. "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33). Artinya, jika kita mau mempersembahkan yang terbaik, maka kita tidak boleh hanya berhenti dengan memberikan persepuluhan/ persembahan syukur dengan nominal-nominal tertentu saja, tidak boleh juga hanya berhenti pada memberi dengan hormat, tapi kita juga harus memberikan hidup kita sendiri kepada Tuhan, mempersembahkan seluruh hidup kita yang telah kita jaga untuk selalu kudus agar berkenan di hadapanNya. Hal ini juga dijelaskan Paulus kepada jemaat Roma. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Tidak terpengaruh dunia, terus memperbaharui budi untuk menjadi lebih baik, mampu membedakan kehendak Allah, dan tahu apa yang berkenan dan sempurna untuk diberikan kepada Allah, itulah tubuh kita yang layak dipersembahkan kepada Tuhan.
Dalam bersyukur kepada Tuhan, hendaklah kita memberi yang terbaik kepadaNya dengan penuh hormat dan takut, karena kita mengasihiNya. Dalam pemberian kolekte, berikanlah persembahan dengan rapi dan pilih uang dalam kondisi yang terbaik. Dan lebih dari itu, persembahkanlah hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan, bukan hidup yang acak-acakan dan penuh dosa, tapi hidup yang sudah menjadi ciptaan baru, hidup yang bertumbuh dan berbuah dalam Roh, sebagai sebuah persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Allah sudah memberikan segala yang terbaik untuk kita. Mari kita melakukan giliran kita untuk memberikan segala yang terbaik pula bagi Tuhan.
Berikan hanya yang terbaik bagi Allah kita yang luar biasa
Saturday, May 23, 2009
Segera Membekap Mulut
Ayat bacaan: Amsal 30:32
======================
"Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!"
Kesuksesan tentu didambakan semua orang. Tidak ada manusia yang tidak ingin sukses. Tapi sayangnya, sebuah kesuksesan jika tidak disikapi hati-hati bisa mendatangkan kesombongan. Terlalu meninggikan atau membanggakan diri sendiri, selain tidak enak di dengar orang, tapi juga menunjukkan kesombongan. Padahal semua itu datangnya dari Tuhan. Memang, mungkin kesuksesan hadir atas kerja keras kita, tapi tanpa seijin Tuhan, tidak akan ada kesuksesan yang mungkin hadir. Selain itu, Tuhan jugalah yang memberikan talenta dan kemampuan ke dalam diri kita sehingga kita mampu berusaha untuk menghasilkan suatu keberhasilan. Semakin tinggi tingkat keberhasilan kita, semakin banyak pula orang yang mengamati gerak gerik dan tingkah laku kita. Maka saya merasa pepatah yang berbunyi: "Ibarat padi, semakin berisi semakin merunduk" adalah sangat tepat. Kita harus semakin rendah hati ketika kita semakin menapak naik. Meskipun demikian, terkadang sulit bagi manusia untuk tidak menyombongkan diri ketika mereka mencapai sesuatu yang membanggakan. Secara spontan terkadang kesombongan bisa mencelat keluar tanpa direncanakan. Ayat hari ini memberikan tips menarik yang mudah untuk diterapkan.
"Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!" (Amsal 30:32). Demikian kata Agur Bin Yake. Menyombongkan diri bukanlah perbuatan yang berkenan di hadapan Tuhan. Perbuatan ini menggambarkan sebuah sikap mencuri apa yang menjadi hak Tuhan demi kebanggaan diri sendiri. Kesombongan ini merupakan salah satu produk yang keluar dari dalam, dari hati, yang tidak dijaga dengan baik. Dalam Markus 7 kita membaca perkataan Yesus yang berbunyi demikian: "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21-23). Kita harus ingat bahwa ada hubungan antara apa yang keluar dari mulut dengan seperti apa hati kita. "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Yesus pun mengingatkan demikian: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman." (ay 36). Kita harus berhati-hati dengan apa yang kita ucapkan. Dari mulut yang sama bisa keluar berkat, tapi bisa pula keluar kutuk. (Yakobus 3:10). Dan ingatlah hal berikut: "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."(Matius 12:37).
Apabila kita memang harus mengungkapkan keberhasilan atau pencapaian yang berhasil kita capai, ungkapkanlah secukupnya saja, dan jangan terjebak pada dosa kesombongan. Kita juga harus terus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, karena dari hati lah terpancar kehidupan. (Amsal 4:23). Hanya dengan menjaga hati dengan baik kita bisa menghindari pembusukan dari dalam, yang salah satu produknya adalah kesombongan. Tuhan tidak senang pada orang sombong. "Karena Allah merendahkan orang yang angkuh tetapi menyelamatkan orang yang menundukkan kepala!"(Ayub 22:29). Pada suatu saat nanti akan datang hukuman Tuhan atas orang-orang yang congkak dan angkuh. "Sebab TUHAN semesta alam menetapkan suatu hari untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh, serta menghukum semua yang meninggikan diri, supaya direndahkan." (Yesaya 2:12). Mengingat kesombongan ini bisa timbul tanpa direncanakan dan biasanya mengintip disela-sela keberhasilan kita, tips dari Agur bin Yake di atas bisa menjadi solusi cepat yang tidaklah sulit untuk dilakukan untuk menghindari kita dari jerat maut. "Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!"
Tutup mulut dengan segera begitu kesombongan mulai mengintip
======================
"Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!"
Kesuksesan tentu didambakan semua orang. Tidak ada manusia yang tidak ingin sukses. Tapi sayangnya, sebuah kesuksesan jika tidak disikapi hati-hati bisa mendatangkan kesombongan. Terlalu meninggikan atau membanggakan diri sendiri, selain tidak enak di dengar orang, tapi juga menunjukkan kesombongan. Padahal semua itu datangnya dari Tuhan. Memang, mungkin kesuksesan hadir atas kerja keras kita, tapi tanpa seijin Tuhan, tidak akan ada kesuksesan yang mungkin hadir. Selain itu, Tuhan jugalah yang memberikan talenta dan kemampuan ke dalam diri kita sehingga kita mampu berusaha untuk menghasilkan suatu keberhasilan. Semakin tinggi tingkat keberhasilan kita, semakin banyak pula orang yang mengamati gerak gerik dan tingkah laku kita. Maka saya merasa pepatah yang berbunyi: "Ibarat padi, semakin berisi semakin merunduk" adalah sangat tepat. Kita harus semakin rendah hati ketika kita semakin menapak naik. Meskipun demikian, terkadang sulit bagi manusia untuk tidak menyombongkan diri ketika mereka mencapai sesuatu yang membanggakan. Secara spontan terkadang kesombongan bisa mencelat keluar tanpa direncanakan. Ayat hari ini memberikan tips menarik yang mudah untuk diterapkan.
"Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!" (Amsal 30:32). Demikian kata Agur Bin Yake. Menyombongkan diri bukanlah perbuatan yang berkenan di hadapan Tuhan. Perbuatan ini menggambarkan sebuah sikap mencuri apa yang menjadi hak Tuhan demi kebanggaan diri sendiri. Kesombongan ini merupakan salah satu produk yang keluar dari dalam, dari hati, yang tidak dijaga dengan baik. Dalam Markus 7 kita membaca perkataan Yesus yang berbunyi demikian: "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21-23). Kita harus ingat bahwa ada hubungan antara apa yang keluar dari mulut dengan seperti apa hati kita. "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Yesus pun mengingatkan demikian: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman." (ay 36). Kita harus berhati-hati dengan apa yang kita ucapkan. Dari mulut yang sama bisa keluar berkat, tapi bisa pula keluar kutuk. (Yakobus 3:10). Dan ingatlah hal berikut: "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."(Matius 12:37).
Apabila kita memang harus mengungkapkan keberhasilan atau pencapaian yang berhasil kita capai, ungkapkanlah secukupnya saja, dan jangan terjebak pada dosa kesombongan. Kita juga harus terus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, karena dari hati lah terpancar kehidupan. (Amsal 4:23). Hanya dengan menjaga hati dengan baik kita bisa menghindari pembusukan dari dalam, yang salah satu produknya adalah kesombongan. Tuhan tidak senang pada orang sombong. "Karena Allah merendahkan orang yang angkuh tetapi menyelamatkan orang yang menundukkan kepala!"(Ayub 22:29). Pada suatu saat nanti akan datang hukuman Tuhan atas orang-orang yang congkak dan angkuh. "Sebab TUHAN semesta alam menetapkan suatu hari untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh, serta menghukum semua yang meninggikan diri, supaya direndahkan." (Yesaya 2:12). Mengingat kesombongan ini bisa timbul tanpa direncanakan dan biasanya mengintip disela-sela keberhasilan kita, tips dari Agur bin Yake di atas bisa menjadi solusi cepat yang tidaklah sulit untuk dilakukan untuk menghindari kita dari jerat maut. "Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!"
Tutup mulut dengan segera begitu kesombongan mulai mengintip
Friday, May 22, 2009
Diberkati Untuk Memberkati
Ayat bacaan: Lukas 8:2-3
=====================
"dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka."
Memang ada banyak artis yang bagaikan kacang lupa kulit. Tenar sedikit saja, perilakunya berubah dan menjadi angkuh. Dalam dunia media yang saya jalani, saya mendapatkan banyak kisah dari para kuli tinta lainnya atau para promotor mengenai perilaku artis-artis yang bisa begitu menjengkelkan. Tapi tidak semua artis punya perilaku negatif. Di antara mereka yang tersesat akibat glamor dan popularitas yang mereka alami, masih banyak pula yang rindu untuk terus memberkati dan melayani. Ada yang aktif di berbagai bidang. Menyumbangkan uangnya untuk riset-riset medis, membuat berbagai foundation, aktif di bidang sosial atau kegiatan kemanusiaan, lingkungan hidup, atau tetap aktif dalam pelayanan. Dalam perjalanan saya menekuni salah satu karir di bidang media, puji Tuhan, saya masih mendapati banyak artis yang punya komitmen tinggi untuk memberkati sesamanya. Artinya mereka sadar betul bahwa berkat berlimpah yang mereka terima dari Tuhan bukanlah sesuatu yang bisa mereka simpan sendiri saja, melainkan harus dipakai untuk memberkati sesamanya pula. Menjadi saluran berkat. Tidak perlu takut untuk itu, karena Tuhan sanggup memberkati lebih lagi kepada orang-orang yang selalu memegang prinsip teguh dan memiliki kerinduan untuk memberkati orang lain. Saya sendiri juga mengalami itu semua. Kesimpulan saya adalah seperti ini: ketika kita memberi dengan niat tulus, dimana Tuhan dipermuliakan dan bukan dengan motivasi-motivasi yang salah, tidak ada yang berkurang ketika kita memberi berkat, malah yang ada kita akan ditambahkan lebih, lebih dan lebih lagi.
Hari ini mari kita lihat sepenggal kisah mengenai para wanita yang melayani Yesus. Dalam Lukas 8:1-3 kita bisa melihat bahwa dalam perjalanan Yesus dan kedua belas murid-muridNya berkeliling dari kota ke kota dan desa ke desa dalam pelayananNya, mereka juga disertai oleh beberapa orang wanita yang pernah mengalami mukjizat kesembuhan. Maria Magdalena yang pernah disembuhkan dari tujuh roh jahat/setan (ini ditegaskan lagi pada Markus 16:9), Yohana istri bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Di dalam Lukas 3, ditulis mengenai keterlibatan mereka disana, yaitu: "Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka." (Lukas 8:3). Para wanita ini adalah orang-orang yang telah diselamatkan, dan tampaknya mereka juga diberkati dengan kekayaan. Tapi lihatlah bahwa mereka tidak menjadi lupa diri, mereka bukan termasuk kategori kacang yang lupa kulit. Mereka melayani bersama-sama dengan Yesus, dan mempergunakan kekayaan mereka untuk melayani dan memberkati sesama. Saya yakin mereka sadar betul bahwa Tuhan sanggup memberkati secara berlimpah, dan mereka tidak akan kekurangan meskipun mereka mempergunakan harta kekayaan mereka untuk memberkati orang lain. Mereka sadar betul, Tuhan memberkati mereka agar dapat menjadi berkat bagi sesamanya.
Sudahkah kita memiliki kerinduan untuk memberkati orang lain lewat apa yang kita miliki? Harta, talenta, ilmu, apapun itu yang berasal dari Tuhan bisa kita pergunakan untuk memberkati orang lain. Tidak ada gunanya bersikap pelit. Dalam Lukas 6 kita membaca demikian: "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38). Dalam Amsal kita baca demikian: "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:24-25). Dalam kesempatan lain, Yesus berkata: "Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya." (Matius 10:42). Lihatlah bahwa Tuhan selalu menekankan pentingnya membagi berkat kepada orang lain. Apa yang Dia berikan kepada kita, bukanlah untuk kita simpan sendiri, namun haruslah dipakai untuk bisa memberkati sesama kita, siapapun mereka.
Saat ini, sejauh mana kita telah mempergunakan berkat yang telah kita terima dari Tuhan? Tidak akan ada pemberian yang kita lakukan dengan tulus didasari kerinduan dan cinta kita pada Tuhan akan berakhir sia-sia. Tidak peduli berapapun yang bisa anda berikan saat ini, sekalipun sangat kecil jumlahnya, namun semua itu sangatlah berharga di mata Tuhan. Tuhan selalu sanggup mencukupkan, bahkan memberkati berkelimpahan. Ketika kita memberi, kita akan diberi. Ketika kita memberi minum, kita akan diberi minum. Ketika kita banyak menabur berkat, kita akan menuai kelimpahan. Paulus mengingatkan hal ini juga. "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35). Jangan pernah merasa bosan untuk memberkati, karena Tuhan pun tidak pernah merasa bosan untuk memberkati anda.
Jangan jemu untuk menjadi berkat bagi sesama manusia
=====================
"dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka."
Memang ada banyak artis yang bagaikan kacang lupa kulit. Tenar sedikit saja, perilakunya berubah dan menjadi angkuh. Dalam dunia media yang saya jalani, saya mendapatkan banyak kisah dari para kuli tinta lainnya atau para promotor mengenai perilaku artis-artis yang bisa begitu menjengkelkan. Tapi tidak semua artis punya perilaku negatif. Di antara mereka yang tersesat akibat glamor dan popularitas yang mereka alami, masih banyak pula yang rindu untuk terus memberkati dan melayani. Ada yang aktif di berbagai bidang. Menyumbangkan uangnya untuk riset-riset medis, membuat berbagai foundation, aktif di bidang sosial atau kegiatan kemanusiaan, lingkungan hidup, atau tetap aktif dalam pelayanan. Dalam perjalanan saya menekuni salah satu karir di bidang media, puji Tuhan, saya masih mendapati banyak artis yang punya komitmen tinggi untuk memberkati sesamanya. Artinya mereka sadar betul bahwa berkat berlimpah yang mereka terima dari Tuhan bukanlah sesuatu yang bisa mereka simpan sendiri saja, melainkan harus dipakai untuk memberkati sesamanya pula. Menjadi saluran berkat. Tidak perlu takut untuk itu, karena Tuhan sanggup memberkati lebih lagi kepada orang-orang yang selalu memegang prinsip teguh dan memiliki kerinduan untuk memberkati orang lain. Saya sendiri juga mengalami itu semua. Kesimpulan saya adalah seperti ini: ketika kita memberi dengan niat tulus, dimana Tuhan dipermuliakan dan bukan dengan motivasi-motivasi yang salah, tidak ada yang berkurang ketika kita memberi berkat, malah yang ada kita akan ditambahkan lebih, lebih dan lebih lagi.
Hari ini mari kita lihat sepenggal kisah mengenai para wanita yang melayani Yesus. Dalam Lukas 8:1-3 kita bisa melihat bahwa dalam perjalanan Yesus dan kedua belas murid-muridNya berkeliling dari kota ke kota dan desa ke desa dalam pelayananNya, mereka juga disertai oleh beberapa orang wanita yang pernah mengalami mukjizat kesembuhan. Maria Magdalena yang pernah disembuhkan dari tujuh roh jahat/setan (ini ditegaskan lagi pada Markus 16:9), Yohana istri bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Di dalam Lukas 3, ditulis mengenai keterlibatan mereka disana, yaitu: "Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka." (Lukas 8:3). Para wanita ini adalah orang-orang yang telah diselamatkan, dan tampaknya mereka juga diberkati dengan kekayaan. Tapi lihatlah bahwa mereka tidak menjadi lupa diri, mereka bukan termasuk kategori kacang yang lupa kulit. Mereka melayani bersama-sama dengan Yesus, dan mempergunakan kekayaan mereka untuk melayani dan memberkati sesama. Saya yakin mereka sadar betul bahwa Tuhan sanggup memberkati secara berlimpah, dan mereka tidak akan kekurangan meskipun mereka mempergunakan harta kekayaan mereka untuk memberkati orang lain. Mereka sadar betul, Tuhan memberkati mereka agar dapat menjadi berkat bagi sesamanya.
Sudahkah kita memiliki kerinduan untuk memberkati orang lain lewat apa yang kita miliki? Harta, talenta, ilmu, apapun itu yang berasal dari Tuhan bisa kita pergunakan untuk memberkati orang lain. Tidak ada gunanya bersikap pelit. Dalam Lukas 6 kita membaca demikian: "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38). Dalam Amsal kita baca demikian: "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:24-25). Dalam kesempatan lain, Yesus berkata: "Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya." (Matius 10:42). Lihatlah bahwa Tuhan selalu menekankan pentingnya membagi berkat kepada orang lain. Apa yang Dia berikan kepada kita, bukanlah untuk kita simpan sendiri, namun haruslah dipakai untuk bisa memberkati sesama kita, siapapun mereka.
Saat ini, sejauh mana kita telah mempergunakan berkat yang telah kita terima dari Tuhan? Tidak akan ada pemberian yang kita lakukan dengan tulus didasari kerinduan dan cinta kita pada Tuhan akan berakhir sia-sia. Tidak peduli berapapun yang bisa anda berikan saat ini, sekalipun sangat kecil jumlahnya, namun semua itu sangatlah berharga di mata Tuhan. Tuhan selalu sanggup mencukupkan, bahkan memberkati berkelimpahan. Ketika kita memberi, kita akan diberi. Ketika kita memberi minum, kita akan diberi minum. Ketika kita banyak menabur berkat, kita akan menuai kelimpahan. Paulus mengingatkan hal ini juga. "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35). Jangan pernah merasa bosan untuk memberkati, karena Tuhan pun tidak pernah merasa bosan untuk memberkati anda.
Jangan jemu untuk menjadi berkat bagi sesama manusia
Thursday, May 21, 2009
Kenaikan
Ayat bacaan: Yohanes 16:7
======================
"Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu."
Menggenapi kehendak Bapa. Melakukan berbagai pekerjaan seperti yang diperintahkan Bapa. Mukjizat kesembuhan, membangkitkan orang mati dan banyak mukjizat lainnya. Menebus dosa manusia secara lunas lewat kematianNya di atas kayu salib. Bangkit di hari ketiga mengalahkan maut. Berulang-ulang menampakkan diri di hadapan murid-muridNya dan berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah selama 40 hari seperti yang tertulis pada Kisah Para Rasul 1:3. Lalu setelah memberikan Amanat Agung, Yesus pun terangkat naik ke surga, dan secara perlahan menghilang dari pandangan para murid menembus awan. (ay 9). Demikian ringkasan singkat dari perjalanan kehidupan Yesus selama berada di dunia dalam tubuh manusia. Hari ini kita merayakan kenaikan Yesus ke surga, dan ayat bacaan di atas adalah ayat bacaan yang saya peroleh hari ini.
Kenaikan Yesus menembus langit terjadi di depan banyak murid-muridNya, yang memandang Yesus hingga hilang sepenuhnya dari pandangan mereka. Mengapa Yesus harus kembali ke surga? Atau mungkin kita bisa balik pertanyaan ini menjadi, bagaimana jika Yesus tidak kembali ke surga? Sebelum peristiwa penangkapan, penyaliban, kebangkitan dan kenaikan, Yesus sudah menjelaskan tujuanNya, seperti yang kita baca dalam injil Yohanes. "Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." (Yohanes 16:7). Ini adalah salah satu alasan kenapa Yesus harus naik kembali ke tahta surgawi. Roh Kudus datang menggantikan Kristus untuk mendampingi kita. Menghibur, menasehati, menegur, membimbing kita, sehingga kita tidak akan pernah sendirian lagi menjalani hidup yang berat ini di dunia. Jika sebelum kedatangan Kristus Roh Penolong, atau Roh Allah yang juga kita kenal dengan Roh Kudus ini hanya hadir pada orang-orang tertentu, pada para nabi yang ditugaskan Allah sepanjang Perjanjian Lama, kini Roh Kudus diutus Kristus sendiri untuk hadir kepada siapapun yang percaya kepadaNya dan mengakuiNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Bukankah ini indah? Kita tidak perlu sendirian menghadapi segalanya, in fact, we are and will be never alone! Kepada kita semua yang percaya pada Kristus dan hidup benar, ada Roh Kudus yang akan selalu bersama-sama dengan kita.
Mari kita mundur 2 pasal. Yesus berkata demikian: "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." (Yohanes 14:1-4). Yesus kembali ke tempat dimana Dia seharusnya berada, to the place where He belong, dan Dia telah menyediakan tempat bagi kita semua. Dan pada saatnya nanti, Yesus sendiri akan datang kembali ke dunia untuk membawa kita semua ke suatu tempat yang indah bersama-sama dengan Dia. Bagaimana kita bisa tahu jalan yang dituju? Perhatikan ayat ini: "Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya." (Yohanes 10:4). Ya, kita akan tahu kemana Yesus akan membawa kita, ke sebuah tempat tinggal kekal di rumah Bapa, karena kita mengenal suaraNya. Apa yang terjadi pada orang yang tidak mengenal Sang Gembala? "Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." (ay 5).
Saya menganjurkan teman-teman juga untuk membaca Kisah Para Rasul 1:1-11. Ayat-ayat di sini menjelaskan ulang semua yang saya tuliskan di atas. Yesus datang ke dunia untuk menggenapi kehendak Bapa, yang begitu mengasihi kita, untuk menganugerahkan karya keselamatan bagi semua manusia. Dalam kehidupanNya di bumi, Kristus memberi teladan luar biasa dalam menyatakan kasih Allah. Lewat penderitaanNya, mati dan bangkit mengalahkan maut, Yesus menuntaskan kehendak Bapa secara sempurna. Kenaikan Kristus ke surga menyatakan kemuliaanNya, menyediakan tempat bagi kita di rumah Bapa, sementara Roh Kudus turun atas kita. Hari ini kita bisa datang memasuki hadiratNya dan memiliki Roh Kudus, Pembimbing, Penolong dan Penghibur yang seharusnya membuat kita bisa lebih teguh dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan di dunia yang berat ini. Thanks to Jesus. What a wonderful God we have.
Suatu hari nanti Yesus akan kembali membawa kita ke tempat yang telah Dia sediakan, persiapkan diri anda sebagai salah seorang yang akan turut dibawa
======================
"Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu."
Menggenapi kehendak Bapa. Melakukan berbagai pekerjaan seperti yang diperintahkan Bapa. Mukjizat kesembuhan, membangkitkan orang mati dan banyak mukjizat lainnya. Menebus dosa manusia secara lunas lewat kematianNya di atas kayu salib. Bangkit di hari ketiga mengalahkan maut. Berulang-ulang menampakkan diri di hadapan murid-muridNya dan berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah selama 40 hari seperti yang tertulis pada Kisah Para Rasul 1:3. Lalu setelah memberikan Amanat Agung, Yesus pun terangkat naik ke surga, dan secara perlahan menghilang dari pandangan para murid menembus awan. (ay 9). Demikian ringkasan singkat dari perjalanan kehidupan Yesus selama berada di dunia dalam tubuh manusia. Hari ini kita merayakan kenaikan Yesus ke surga, dan ayat bacaan di atas adalah ayat bacaan yang saya peroleh hari ini.
Kenaikan Yesus menembus langit terjadi di depan banyak murid-muridNya, yang memandang Yesus hingga hilang sepenuhnya dari pandangan mereka. Mengapa Yesus harus kembali ke surga? Atau mungkin kita bisa balik pertanyaan ini menjadi, bagaimana jika Yesus tidak kembali ke surga? Sebelum peristiwa penangkapan, penyaliban, kebangkitan dan kenaikan, Yesus sudah menjelaskan tujuanNya, seperti yang kita baca dalam injil Yohanes. "Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." (Yohanes 16:7). Ini adalah salah satu alasan kenapa Yesus harus naik kembali ke tahta surgawi. Roh Kudus datang menggantikan Kristus untuk mendampingi kita. Menghibur, menasehati, menegur, membimbing kita, sehingga kita tidak akan pernah sendirian lagi menjalani hidup yang berat ini di dunia. Jika sebelum kedatangan Kristus Roh Penolong, atau Roh Allah yang juga kita kenal dengan Roh Kudus ini hanya hadir pada orang-orang tertentu, pada para nabi yang ditugaskan Allah sepanjang Perjanjian Lama, kini Roh Kudus diutus Kristus sendiri untuk hadir kepada siapapun yang percaya kepadaNya dan mengakuiNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Bukankah ini indah? Kita tidak perlu sendirian menghadapi segalanya, in fact, we are and will be never alone! Kepada kita semua yang percaya pada Kristus dan hidup benar, ada Roh Kudus yang akan selalu bersama-sama dengan kita.
Mari kita mundur 2 pasal. Yesus berkata demikian: "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." (Yohanes 14:1-4). Yesus kembali ke tempat dimana Dia seharusnya berada, to the place where He belong, dan Dia telah menyediakan tempat bagi kita semua. Dan pada saatnya nanti, Yesus sendiri akan datang kembali ke dunia untuk membawa kita semua ke suatu tempat yang indah bersama-sama dengan Dia. Bagaimana kita bisa tahu jalan yang dituju? Perhatikan ayat ini: "Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya." (Yohanes 10:4). Ya, kita akan tahu kemana Yesus akan membawa kita, ke sebuah tempat tinggal kekal di rumah Bapa, karena kita mengenal suaraNya. Apa yang terjadi pada orang yang tidak mengenal Sang Gembala? "Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." (ay 5).
Saya menganjurkan teman-teman juga untuk membaca Kisah Para Rasul 1:1-11. Ayat-ayat di sini menjelaskan ulang semua yang saya tuliskan di atas. Yesus datang ke dunia untuk menggenapi kehendak Bapa, yang begitu mengasihi kita, untuk menganugerahkan karya keselamatan bagi semua manusia. Dalam kehidupanNya di bumi, Kristus memberi teladan luar biasa dalam menyatakan kasih Allah. Lewat penderitaanNya, mati dan bangkit mengalahkan maut, Yesus menuntaskan kehendak Bapa secara sempurna. Kenaikan Kristus ke surga menyatakan kemuliaanNya, menyediakan tempat bagi kita di rumah Bapa, sementara Roh Kudus turun atas kita. Hari ini kita bisa datang memasuki hadiratNya dan memiliki Roh Kudus, Pembimbing, Penolong dan Penghibur yang seharusnya membuat kita bisa lebih teguh dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan di dunia yang berat ini. Thanks to Jesus. What a wonderful God we have.
Suatu hari nanti Yesus akan kembali membawa kita ke tempat yang telah Dia sediakan, persiapkan diri anda sebagai salah seorang yang akan turut dibawa
Wednesday, May 20, 2009
Menurut Keputusan Tuhan
Ayat bacaan: Amsal 19:21
====================
"Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."
Seorang teman pernah bercerita bahwa ia tidak tahu apa tujuan hidupnya. Apa yang harus ia lakukan agar berhasil. Imannya berjalan seperti rollercoaster, yang akan menukik tajam apabila permintaanNya tidak dikabulkan Tuhan. Kita sering merasa lebih tahu apa yang terbaik buat kita dibanding menyerahkan itu sepenuhnya kedalam keputusan Tuhan. Dalam permintaan-permintaan yang kita utarakan kepada Tuhan kita tidak melihat hal-hal lain selain memenuhi kepuasan kita di dunia, yang seringkali hanyalah sebuah permintaan untuk memuaskan kedagingan semata. Salah seorang siswa saya berkata dia sudah berdoa minta diberikan Blackberry, karena semua teman-teman sudah memilikinya, tapi belum mendapatkannya. "katanya Tuhan maha adil... kalau adil, saya dapat Blackberry juga dong.." demikian katanya sambil tersenyum kecut. Itulah yang terjadi bila kita hanya fokus pada sebuah permintaan akan kemewahan yang memuaskan daging semata, lupa bahwa penyertaan Tuhan dalam hidup kita jauh lebih penting ketimbang sekadar Blackberry.
Salomo menulis demikian: "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21). Manusia boleh berencana, tapi Tuhanlah yang memutuskan. Dalam diri kita bisa saja ada banyak rencana, pendapat, konsep bahkan doktrin sekalipun, tetapi yang terlaksana adalah kehendak Tuhan. Ketika kita mengandalkan pengertian kita sendiri untuk menggenapi tujuan-tujuan kita, pada satu saat kita akan mengalami kesulitan, bahkan kegagalan. Saya pernah mengalami hal ini. Se-mati-matian apapun kita berusaha dengan mengandalkan kekuatan sendiri, pada satu saat segalanya hanya berujung pada kesia-siaan. Akan tetapi, ketika bisa mengerti rencana-rencana Allah bagi hidup kita, kita akan dapat memenuhi segala kebutuhan yang muncul seiring dengan rencana itu. Berbagai hal yang tidak masuk di akal sekalipun bisa terjadi. Tuhan kita adalah Tuhan yang ajaib yang tidak pernah kehilangan akal untuk memberkati segala sesuatu yang berjalan sesuai dengan rencanaNya.
Ada banyak diantara kita yang memiliki masalah dalam hidup karena kita tidak mengetahui apa yang menjadi tujuan hidup kita sendiri, tidak mengerti apa yang menjadi tujuan Allah kepada kita. Berjalan dalam ketidaktahuan bisa berdampak negatif, menyakiti hati kita dan membuat kita merasa tertekan. Tetapi dengan mengikuti rancangan Tuhan, dengan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan Tuhan atas diri kita, kita pun bisa menjalani hidup yang memuaskan penuh dengan sukacita, meski sedang mengalami masalah sekalipun dalam prosesnya.
Yakobus menuliskan demikian: "Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa." (Yakobus 4:2). Adalah sulit untuk mengetahui apa yang menjadi tujuan Tuhan dalam hidup kita jika kita tidak berdoa. Ketika keinginan kita tidak terpenuhi, kita akan menjadi iri kepada orang-orang lain yang hidupnya kita anggap lebih "nikmat" dibanding kita. Ini bisa mengarahkan kita kepada berbagai macam dosa, kita menjadi dingin dengan Tuhan. Padahal itu semua bisa jadi karena kita tidak berdoa meminta hikmatNya agar kita mengetahui apa yang Dia rancangkan ke dalam hidup kita. Atau ada juga yang sudah berdoa siang malam, namun doa kita sulit terkabul karena kita masih hidup dalam dosa dan hanya terpusat pada pemuasan hawa nafsu semata. "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (ay 3). Ini paralel dengan ayat ini: "Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya." (Yohanes 9:31).
"Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu." (Amsal 16:3). Ini merupakan sebuah pesan penting untuk menyerahkan segala-galanya ke dalam rencana Tuhan. Melakukan atau mengusahakan sesuatu yang sejalan dengan rencana Tuhan akan membawa kita kepada keberhasilan yang gilang gemilang. Dalam Efesus, kita membaca demikian: "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Hendaklah kita mengetahui diciptakan dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik seperti apa yang direncanakan Tuhan bagi kita. Jangan meminta untuk menuruti nafsu kedagingan, dan memintalah dalam nama Yesus. "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku." (Yohanes 16:23b). Ingatlah bahwa semua yang direncanakan Tuhan bagi kita adalah rancangan damai sejahtera untuk memberikan hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11). Maka adalah penting bagi kita untuk mengetahui tujuan hidup kita seperti yang digariskan Tuhan. Berdoalah senantiasa, ucapkan syukur senantiasa, agar kita mengetahui apa yang dikehendaki Tuhan untuk terjadi dalam hidup kita.
Berjalanlah sesuai dengan rencana Tuhan menuju kemenangan gilang gemilang
====================
"Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."
Seorang teman pernah bercerita bahwa ia tidak tahu apa tujuan hidupnya. Apa yang harus ia lakukan agar berhasil. Imannya berjalan seperti rollercoaster, yang akan menukik tajam apabila permintaanNya tidak dikabulkan Tuhan. Kita sering merasa lebih tahu apa yang terbaik buat kita dibanding menyerahkan itu sepenuhnya kedalam keputusan Tuhan. Dalam permintaan-permintaan yang kita utarakan kepada Tuhan kita tidak melihat hal-hal lain selain memenuhi kepuasan kita di dunia, yang seringkali hanyalah sebuah permintaan untuk memuaskan kedagingan semata. Salah seorang siswa saya berkata dia sudah berdoa minta diberikan Blackberry, karena semua teman-teman sudah memilikinya, tapi belum mendapatkannya. "katanya Tuhan maha adil... kalau adil, saya dapat Blackberry juga dong.." demikian katanya sambil tersenyum kecut. Itulah yang terjadi bila kita hanya fokus pada sebuah permintaan akan kemewahan yang memuaskan daging semata, lupa bahwa penyertaan Tuhan dalam hidup kita jauh lebih penting ketimbang sekadar Blackberry.
Salomo menulis demikian: "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21). Manusia boleh berencana, tapi Tuhanlah yang memutuskan. Dalam diri kita bisa saja ada banyak rencana, pendapat, konsep bahkan doktrin sekalipun, tetapi yang terlaksana adalah kehendak Tuhan. Ketika kita mengandalkan pengertian kita sendiri untuk menggenapi tujuan-tujuan kita, pada satu saat kita akan mengalami kesulitan, bahkan kegagalan. Saya pernah mengalami hal ini. Se-mati-matian apapun kita berusaha dengan mengandalkan kekuatan sendiri, pada satu saat segalanya hanya berujung pada kesia-siaan. Akan tetapi, ketika bisa mengerti rencana-rencana Allah bagi hidup kita, kita akan dapat memenuhi segala kebutuhan yang muncul seiring dengan rencana itu. Berbagai hal yang tidak masuk di akal sekalipun bisa terjadi. Tuhan kita adalah Tuhan yang ajaib yang tidak pernah kehilangan akal untuk memberkati segala sesuatu yang berjalan sesuai dengan rencanaNya.
Ada banyak diantara kita yang memiliki masalah dalam hidup karena kita tidak mengetahui apa yang menjadi tujuan hidup kita sendiri, tidak mengerti apa yang menjadi tujuan Allah kepada kita. Berjalan dalam ketidaktahuan bisa berdampak negatif, menyakiti hati kita dan membuat kita merasa tertekan. Tetapi dengan mengikuti rancangan Tuhan, dengan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan Tuhan atas diri kita, kita pun bisa menjalani hidup yang memuaskan penuh dengan sukacita, meski sedang mengalami masalah sekalipun dalam prosesnya.
Yakobus menuliskan demikian: "Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa." (Yakobus 4:2). Adalah sulit untuk mengetahui apa yang menjadi tujuan Tuhan dalam hidup kita jika kita tidak berdoa. Ketika keinginan kita tidak terpenuhi, kita akan menjadi iri kepada orang-orang lain yang hidupnya kita anggap lebih "nikmat" dibanding kita. Ini bisa mengarahkan kita kepada berbagai macam dosa, kita menjadi dingin dengan Tuhan. Padahal itu semua bisa jadi karena kita tidak berdoa meminta hikmatNya agar kita mengetahui apa yang Dia rancangkan ke dalam hidup kita. Atau ada juga yang sudah berdoa siang malam, namun doa kita sulit terkabul karena kita masih hidup dalam dosa dan hanya terpusat pada pemuasan hawa nafsu semata. "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (ay 3). Ini paralel dengan ayat ini: "Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya." (Yohanes 9:31).
"Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu." (Amsal 16:3). Ini merupakan sebuah pesan penting untuk menyerahkan segala-galanya ke dalam rencana Tuhan. Melakukan atau mengusahakan sesuatu yang sejalan dengan rencana Tuhan akan membawa kita kepada keberhasilan yang gilang gemilang. Dalam Efesus, kita membaca demikian: "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Hendaklah kita mengetahui diciptakan dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik seperti apa yang direncanakan Tuhan bagi kita. Jangan meminta untuk menuruti nafsu kedagingan, dan memintalah dalam nama Yesus. "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku." (Yohanes 16:23b). Ingatlah bahwa semua yang direncanakan Tuhan bagi kita adalah rancangan damai sejahtera untuk memberikan hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11). Maka adalah penting bagi kita untuk mengetahui tujuan hidup kita seperti yang digariskan Tuhan. Berdoalah senantiasa, ucapkan syukur senantiasa, agar kita mengetahui apa yang dikehendaki Tuhan untuk terjadi dalam hidup kita.
Berjalanlah sesuai dengan rencana Tuhan menuju kemenangan gilang gemilang
Tuesday, May 19, 2009
Pendengar Yang Baik
Ayat bacaan: Mazmur 116:1-2
========================
"Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya."
Selama saya mengajar, saya melihat bahwa seni berbicara memegang peranan penting dalam mengajar. Seberapa hebat kita memiliki ilmu, namun ketika kita tidak tahu bagaimana menyampaikannya dengan baik, maka semua ilmu yang kita miliki itu tidak akan bisa sampai secara baik kepada para murid. Tapi bukan itu saja. Ada satu hal lagi yang sangat penting, yaitu seni mendengar. Sebagai pengajar, saya harus meluangkan waktu untuk mendengar kesulitan atau keluhan anak-anak didik saya. Itu perlu, supaya saya tahu apa yang harus saya perbaiki atau bantu dari kelemahan mereka. Masing-masing orang pasti berbeda masalahnya, dan saya harus meluangkan waktu mendengar mereka satu persatu. Mungkin karena mereka tahu saya mau mendengar, banyak diantara mereka yang malah curhat mengenai hidup mereka, keluar dari konteks belajar. Akhirnya saya bisa melihat betapa banyaknya masalah di dalam kehidupan ini, dan tiap orang punya problema yang berbeda. Sesampainya di rumah, saya pun harus meluangkan waktu untuk mendengar istri saya. Bagi saya, saya tidak akan bisa menjadi suami/kepala rumah tangga yang baik jika saya tidak menyempatkan diri untuk mendengar istri saya. Mungkin ada masalah, mungkin bertanya ini itu, atau mungkin cuma menyempatkan diri ngobrol santai walaupun sebentar, itu semua adalah sangat penting. Lelah atau tidak, saya akan selalu berusaha meluangkan waktu untuknya.
Pernah suatu hari saya berpikir, mengapa Tuhan memberikan hanya satu mulut, tapi dua telinga. Yang saya dapatkan sebagai jawaban adalah, karena orang cenderung ingin didengar ketimbang mendengar. Orang lebih tertarik untuk berbicara dan didengar, tapi tidak begitu tertarik untuk mendengarkan. Bayangkan jika ada dua mulut, apa jadinya dunia? Satu saja sudah sulit untuk dikendalikan, apalagi dua. Indera pendengar dipasang Tuhan di kiri dan kanan dan karena segala yang diciptakan Tuhan itu baik adanya, maka sepasang telinga ini pun harusnya kita pergunakan dengan efektif untuk tujuan-tujuan yang baik. Dalam keluarga, kampus, sekolah atau lingkungan kerja, tetap saja ada orang-orang yang butuh pertolongan, dan salah satunya yang mungkin paling sulit untuk diperoleh adalah kehadiran seorang pendengar yang baik. Seringkali kita bisa memberi pertolongan maksimal bukan dengan menyumbang saran, melainkan ketika kita mendengarkan berbagai keluhan mereka dengan sabar. Menjadi ayah yang baik bukan hanya berbicara mengenai pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dari anak-anaknya, tapi juga harus menyediakan cukup waktu bagi keluarganya. Menjadi pendengar yang baik dari apa yang Tuhan katakan, juga apa yang keluarga katakan. Mengapa? Karena Tuhan pun selalu dengan penuh kasih mendengarkan kita. Lihatlah ayat bacaan hari ini Daud mengasihi Tuhan, sebab Tuhan selalu mau mendengarkan suaranya. "Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya." (Mazmur 116:1-2).
Berkali-kali Yesus menyebutkan "siapa bertelinga hendaklah ia mendengar". Tidak ada ciptaan Tuhan yang sia-sia, termasuk di dalamnya telinga. Tapi seringkali kita mengabaikan fungsi telinga. Masuk kiri keluar kanan, atau bahkan pura-pura tidak mendengar sudah menjadi bagian hidup kita. Seni mendengar yang baik bukanlah sekedar mendengar dengan telinga, atau cukup dengan bantuan pandangan mata, namun juga mendengar dengan hati. Dalam keluarga, hadiah yang terindah bisa jadi adalah mendengarkan. Ayah yang mau mendengarkan seruan istri dan anak-anaknya, ibu yang mendengarkan suami dan anak-anaknya, atau kakak yang mendengar seruan adik-adiknya. Betapa indahnya jika komunikasi dalam keluarga bisa berjalan lancar.
Ketika banyak ayah yang merasa waktunya terbuang atau terlalu sibuk untuk mendengarkan anak-anaknya, Yesus menunjukkan hal yang sebaliknya. Yesus tidak menganggap anak-anak itu sebagai hal yang tidak penting. Dia memeluk anak-anak dan memberkati mereka. (Markus 10:13-16). Ini salah satu contoh bagaimana Yesus mau meluangkan waktuNya yang singkat di dunia ini untuk memberkati anak-anak. Dia tidak pernah terlalu sibuk untuk mereka. Perempuan Samaria yang bercerita mengenai dahaga hidupnya dalam Yohanes 4 pun Dia layani. Sementara para suami banyak yang merasa terlalu sibuk untuk mendengarkan istrinya. Banyak pria berpikir bahwa mereka sudah terlalu sibuk mencari nafkah sehingga tidak punya waktu lagi untuk mendengarkan. Tapi mendengarkan adalah bagian hadiah berharga yang bisa diberikan seorang ayah/suami bagi keluarganya. Demikian pula antara istri/ibu dengan keluarganya, atau kakak dengan adik-adiknya. Menjadi pendengar yang baik menunjukkan betapa kita peduli dengan keadaan mereka. Sebaliknya, ketika kita malas mendengar, itu menunjukkan betapa kurangnya perhatian dan kasih sayang kepada mereka. Allah sendiri begitu mengasihi kita, maka Dia selalu mempunyai waktu untuk mendengarkan dan menjawab kita.
Petrus mengatakan demikian: "Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.." (1 Petrus 3:8). Bagaimana mungkin kita bisa memberikan sikap seperasaan, sepenanggungan, menyayangi, mengasihi dan rendah hati jika kita tidak pernah mau mendengar? Marilah kita belajar untuk mau mendengarkan keluarga/teman-teman/tetangga atau saudara-saudara kita, seperti Tuhan pun mau mendengarkan kita.
Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk mendengarkan kita, bagaimana dengan kita sendiri?
========================
"Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya."
Selama saya mengajar, saya melihat bahwa seni berbicara memegang peranan penting dalam mengajar. Seberapa hebat kita memiliki ilmu, namun ketika kita tidak tahu bagaimana menyampaikannya dengan baik, maka semua ilmu yang kita miliki itu tidak akan bisa sampai secara baik kepada para murid. Tapi bukan itu saja. Ada satu hal lagi yang sangat penting, yaitu seni mendengar. Sebagai pengajar, saya harus meluangkan waktu untuk mendengar kesulitan atau keluhan anak-anak didik saya. Itu perlu, supaya saya tahu apa yang harus saya perbaiki atau bantu dari kelemahan mereka. Masing-masing orang pasti berbeda masalahnya, dan saya harus meluangkan waktu mendengar mereka satu persatu. Mungkin karena mereka tahu saya mau mendengar, banyak diantara mereka yang malah curhat mengenai hidup mereka, keluar dari konteks belajar. Akhirnya saya bisa melihat betapa banyaknya masalah di dalam kehidupan ini, dan tiap orang punya problema yang berbeda. Sesampainya di rumah, saya pun harus meluangkan waktu untuk mendengar istri saya. Bagi saya, saya tidak akan bisa menjadi suami/kepala rumah tangga yang baik jika saya tidak menyempatkan diri untuk mendengar istri saya. Mungkin ada masalah, mungkin bertanya ini itu, atau mungkin cuma menyempatkan diri ngobrol santai walaupun sebentar, itu semua adalah sangat penting. Lelah atau tidak, saya akan selalu berusaha meluangkan waktu untuknya.
Pernah suatu hari saya berpikir, mengapa Tuhan memberikan hanya satu mulut, tapi dua telinga. Yang saya dapatkan sebagai jawaban adalah, karena orang cenderung ingin didengar ketimbang mendengar. Orang lebih tertarik untuk berbicara dan didengar, tapi tidak begitu tertarik untuk mendengarkan. Bayangkan jika ada dua mulut, apa jadinya dunia? Satu saja sudah sulit untuk dikendalikan, apalagi dua. Indera pendengar dipasang Tuhan di kiri dan kanan dan karena segala yang diciptakan Tuhan itu baik adanya, maka sepasang telinga ini pun harusnya kita pergunakan dengan efektif untuk tujuan-tujuan yang baik. Dalam keluarga, kampus, sekolah atau lingkungan kerja, tetap saja ada orang-orang yang butuh pertolongan, dan salah satunya yang mungkin paling sulit untuk diperoleh adalah kehadiran seorang pendengar yang baik. Seringkali kita bisa memberi pertolongan maksimal bukan dengan menyumbang saran, melainkan ketika kita mendengarkan berbagai keluhan mereka dengan sabar. Menjadi ayah yang baik bukan hanya berbicara mengenai pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dari anak-anaknya, tapi juga harus menyediakan cukup waktu bagi keluarganya. Menjadi pendengar yang baik dari apa yang Tuhan katakan, juga apa yang keluarga katakan. Mengapa? Karena Tuhan pun selalu dengan penuh kasih mendengarkan kita. Lihatlah ayat bacaan hari ini Daud mengasihi Tuhan, sebab Tuhan selalu mau mendengarkan suaranya. "Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya." (Mazmur 116:1-2).
Berkali-kali Yesus menyebutkan "siapa bertelinga hendaklah ia mendengar". Tidak ada ciptaan Tuhan yang sia-sia, termasuk di dalamnya telinga. Tapi seringkali kita mengabaikan fungsi telinga. Masuk kiri keluar kanan, atau bahkan pura-pura tidak mendengar sudah menjadi bagian hidup kita. Seni mendengar yang baik bukanlah sekedar mendengar dengan telinga, atau cukup dengan bantuan pandangan mata, namun juga mendengar dengan hati. Dalam keluarga, hadiah yang terindah bisa jadi adalah mendengarkan. Ayah yang mau mendengarkan seruan istri dan anak-anaknya, ibu yang mendengarkan suami dan anak-anaknya, atau kakak yang mendengar seruan adik-adiknya. Betapa indahnya jika komunikasi dalam keluarga bisa berjalan lancar.
Ketika banyak ayah yang merasa waktunya terbuang atau terlalu sibuk untuk mendengarkan anak-anaknya, Yesus menunjukkan hal yang sebaliknya. Yesus tidak menganggap anak-anak itu sebagai hal yang tidak penting. Dia memeluk anak-anak dan memberkati mereka. (Markus 10:13-16). Ini salah satu contoh bagaimana Yesus mau meluangkan waktuNya yang singkat di dunia ini untuk memberkati anak-anak. Dia tidak pernah terlalu sibuk untuk mereka. Perempuan Samaria yang bercerita mengenai dahaga hidupnya dalam Yohanes 4 pun Dia layani. Sementara para suami banyak yang merasa terlalu sibuk untuk mendengarkan istrinya. Banyak pria berpikir bahwa mereka sudah terlalu sibuk mencari nafkah sehingga tidak punya waktu lagi untuk mendengarkan. Tapi mendengarkan adalah bagian hadiah berharga yang bisa diberikan seorang ayah/suami bagi keluarganya. Demikian pula antara istri/ibu dengan keluarganya, atau kakak dengan adik-adiknya. Menjadi pendengar yang baik menunjukkan betapa kita peduli dengan keadaan mereka. Sebaliknya, ketika kita malas mendengar, itu menunjukkan betapa kurangnya perhatian dan kasih sayang kepada mereka. Allah sendiri begitu mengasihi kita, maka Dia selalu mempunyai waktu untuk mendengarkan dan menjawab kita.
Petrus mengatakan demikian: "Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.." (1 Petrus 3:8). Bagaimana mungkin kita bisa memberikan sikap seperasaan, sepenanggungan, menyayangi, mengasihi dan rendah hati jika kita tidak pernah mau mendengar? Marilah kita belajar untuk mau mendengarkan keluarga/teman-teman/tetangga atau saudara-saudara kita, seperti Tuhan pun mau mendengarkan kita.
Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk mendengarkan kita, bagaimana dengan kita sendiri?
Monday, May 18, 2009
Manusia Sebagai Objek Kasih
Ayat bacaan: 1 Yohanes 4:8
=======================
"Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."
Sebuah perintah Tuhan untuk mengasihi tanpa syarat mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan. Apalagi jika kita dihadapkan kepada berbagai corak dan ragam sifat, kepribadian maupun perilaku manusia yang terkadang sulit kita terima. Untuk tidak bereaksi negatif saja mungkin sudah sulit, apalagi mengasihi. Padahal kita tahu dua perintah yang paling utama dari Yesus, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, lalu mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Matius 22:37-40), bahkan lebih lanjut kita diperintahkan untuk mengasihi tidak hanya seperti mengasihi diri sendiri, melainkan seperti Kristus sendiri telah mengasihi kita. (Yohanes 13:34). Yesus juga mengingatkan demikian: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (15:13). Hal ini sudah dipraktekkan langsung oleh Yesus, yang mengorbankan nyawaNya demi menebus diri kita. Semua ini sudah kita ketahui, namun prakteknya tidaklah mudah. Kekecewaan demi kekecewaan bisa membuat kita menjadi tawar hati bahkan antipati terhadap orang lain.
Hari ini saya ingin melihat sebuah sisi lain dari penerapan kasih Allah. Ayat bacaan hari ini berbunyi demikian: "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Ayat ini berbicara jelas mengenai hubungan antara mengenal pribadi Allah dengan mengasihi orang lain, bahkan musuh sekalipun. Seberapa besar kita mengasihi sesama kita mencerminkan sejauh mana kita mengenal Allah. Dalam ayat berikut kita membaca "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (ay 16). Sedemikian pentingnya sebuah ungkapan kasih kepada sesama manusia, sedemikian pentingnya untuk hidup dikuasai oleh kasih dan bukan kebencian. Ada hal menarik dari pernyataan ayat ini, yaitu Tuhan tidak hanya menunjukkan kasih, tapi Dia sendiri adalah kasih. Tuhan selalu rindu untuk memberikan kasihNya kepada kita, karena sifat dasar Tuhan adalah kasih.
Tuhan mempunyai banyak sifat lainnya, seperti adil, kudus, maha kuasa, maha besar dan sebagainya. Lihatlah, bahwa sifat-sifat ini bisa dimiliki Tuhan tanpa membutuhkan kita. Tuhan tidak perlu anda dan saya untuk menjadi kudus, tidak membutuhkan kita untuk menjadi adil, maha besar dan sebagainya. Tapi ada yang berbeda dengan kasih. Sifat kasih yang menjadi sifat dasar Tuhan ini tidak dapat Dia berikan tanpa kehadiran kita, manusia-manusia yang dibentuk sesuai dengan gambar dan rupaNya. Artinya, kita diciptakan sebagai objek dimana Tuhan bisa menyatakan kasihNya. Kasih akan berlangsung jika ada yang mengasihi dan ada yang dikasihi, dimana kasih harus diberikan kepada orang yang dikasihi.
Berkali-kali Tuhan menyatakan betapa Dia mengasihi kita manusia. Kita dikatakan sebagai ciptaan yang dahsyat dan ajaib. Tuhan membentuk setiap bagian tubuh kita, menenun kita langsung dalam rahim ibu kita (Mazmur 139:13-14), kita dilukiskan Tuhan dalam telapak tanganNya dan terukir di ruang mataNya (Yesaya 39:16), dan lain-lain. Bahkan begitu besar Tuhan mengasihi kita sehingga Kristus pun Dia berikan agar kita semua selamat dari maut. (Yohanes 3:16). Semua kisah kasih Tuhan terhadap manusia yang penuh dosa ini begitu menggugah hati, sehingga seharusnya jika kita mengenal pribadiNya yang punya sifat dasar kasih, kita pun sudah pada tempatnya senantiasa termotivasi untuk mengasihi orang lain pula.
Tuhan sungguh merindukan hubungan dengan kita anak-anakNya, yang khusus diciptakan segambar dan serupa dengan Dia, yang dapat Dia kasihi. Tuhan menciptakan manusia, baik pria maupun wanita dengan begitu istimewa, dalam gambarNya sendiri, karena Dia menginginkan kita sebagai sosok untuk berbagi kasih. Ini sebuah pesan menakjubkan. Kita objek-objek yang menerima kasih Allah, sosok kasih yang sempurna. Terlebih ketika Allah sudah terlebih dahulu mengulurkan tanganNya untuk mengasihi kita. Wujud mengasihi Tuhan ini tidaklah bisa lepas dari wujud mengasihi sesama kita, seperti apa yang dipesankan Tuhan Yesus. Yohanes menuliskan demikian: "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1 Yohanes 4:19-21). Rangkaian pesan ini menegaskan pesan kasih yang harus kita jalankan di dunia jika kita mengaku mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita.
Tidak mudah memang untuk mengasihi orang yang mengecewakan atau menyakiti kita, namun setidaknya kita bisa belajar untuk melakukannya dengan mengimani pribadi Tuhan yang tidak lain adalah kasih, seperti yang terus menerus Dia curahkan pada kita yang sebenarnya jauh dari layak untuk menerima itu semua. Ketika Tuhan begitu mengasihi kita, tidakkah kita yang mengaku anak-anakNya sudah sepantasnya berusaha pula untuk mengasihi orang lain? Let's learn to spread the love today to everybody!
Sebagai objek kasih Tuhan, hendaklah kita juga belajar mengasihi orang lain
=======================
"Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."
Sebuah perintah Tuhan untuk mengasihi tanpa syarat mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan. Apalagi jika kita dihadapkan kepada berbagai corak dan ragam sifat, kepribadian maupun perilaku manusia yang terkadang sulit kita terima. Untuk tidak bereaksi negatif saja mungkin sudah sulit, apalagi mengasihi. Padahal kita tahu dua perintah yang paling utama dari Yesus, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, lalu mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Matius 22:37-40), bahkan lebih lanjut kita diperintahkan untuk mengasihi tidak hanya seperti mengasihi diri sendiri, melainkan seperti Kristus sendiri telah mengasihi kita. (Yohanes 13:34). Yesus juga mengingatkan demikian: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (15:13). Hal ini sudah dipraktekkan langsung oleh Yesus, yang mengorbankan nyawaNya demi menebus diri kita. Semua ini sudah kita ketahui, namun prakteknya tidaklah mudah. Kekecewaan demi kekecewaan bisa membuat kita menjadi tawar hati bahkan antipati terhadap orang lain.
Hari ini saya ingin melihat sebuah sisi lain dari penerapan kasih Allah. Ayat bacaan hari ini berbunyi demikian: "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Ayat ini berbicara jelas mengenai hubungan antara mengenal pribadi Allah dengan mengasihi orang lain, bahkan musuh sekalipun. Seberapa besar kita mengasihi sesama kita mencerminkan sejauh mana kita mengenal Allah. Dalam ayat berikut kita membaca "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (ay 16). Sedemikian pentingnya sebuah ungkapan kasih kepada sesama manusia, sedemikian pentingnya untuk hidup dikuasai oleh kasih dan bukan kebencian. Ada hal menarik dari pernyataan ayat ini, yaitu Tuhan tidak hanya menunjukkan kasih, tapi Dia sendiri adalah kasih. Tuhan selalu rindu untuk memberikan kasihNya kepada kita, karena sifat dasar Tuhan adalah kasih.
Tuhan mempunyai banyak sifat lainnya, seperti adil, kudus, maha kuasa, maha besar dan sebagainya. Lihatlah, bahwa sifat-sifat ini bisa dimiliki Tuhan tanpa membutuhkan kita. Tuhan tidak perlu anda dan saya untuk menjadi kudus, tidak membutuhkan kita untuk menjadi adil, maha besar dan sebagainya. Tapi ada yang berbeda dengan kasih. Sifat kasih yang menjadi sifat dasar Tuhan ini tidak dapat Dia berikan tanpa kehadiran kita, manusia-manusia yang dibentuk sesuai dengan gambar dan rupaNya. Artinya, kita diciptakan sebagai objek dimana Tuhan bisa menyatakan kasihNya. Kasih akan berlangsung jika ada yang mengasihi dan ada yang dikasihi, dimana kasih harus diberikan kepada orang yang dikasihi.
Berkali-kali Tuhan menyatakan betapa Dia mengasihi kita manusia. Kita dikatakan sebagai ciptaan yang dahsyat dan ajaib. Tuhan membentuk setiap bagian tubuh kita, menenun kita langsung dalam rahim ibu kita (Mazmur 139:13-14), kita dilukiskan Tuhan dalam telapak tanganNya dan terukir di ruang mataNya (Yesaya 39:16), dan lain-lain. Bahkan begitu besar Tuhan mengasihi kita sehingga Kristus pun Dia berikan agar kita semua selamat dari maut. (Yohanes 3:16). Semua kisah kasih Tuhan terhadap manusia yang penuh dosa ini begitu menggugah hati, sehingga seharusnya jika kita mengenal pribadiNya yang punya sifat dasar kasih, kita pun sudah pada tempatnya senantiasa termotivasi untuk mengasihi orang lain pula.
Tuhan sungguh merindukan hubungan dengan kita anak-anakNya, yang khusus diciptakan segambar dan serupa dengan Dia, yang dapat Dia kasihi. Tuhan menciptakan manusia, baik pria maupun wanita dengan begitu istimewa, dalam gambarNya sendiri, karena Dia menginginkan kita sebagai sosok untuk berbagi kasih. Ini sebuah pesan menakjubkan. Kita objek-objek yang menerima kasih Allah, sosok kasih yang sempurna. Terlebih ketika Allah sudah terlebih dahulu mengulurkan tanganNya untuk mengasihi kita. Wujud mengasihi Tuhan ini tidaklah bisa lepas dari wujud mengasihi sesama kita, seperti apa yang dipesankan Tuhan Yesus. Yohanes menuliskan demikian: "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1 Yohanes 4:19-21). Rangkaian pesan ini menegaskan pesan kasih yang harus kita jalankan di dunia jika kita mengaku mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita.
Tidak mudah memang untuk mengasihi orang yang mengecewakan atau menyakiti kita, namun setidaknya kita bisa belajar untuk melakukannya dengan mengimani pribadi Tuhan yang tidak lain adalah kasih, seperti yang terus menerus Dia curahkan pada kita yang sebenarnya jauh dari layak untuk menerima itu semua. Ketika Tuhan begitu mengasihi kita, tidakkah kita yang mengaku anak-anakNya sudah sepantasnya berusaha pula untuk mengasihi orang lain? Let's learn to spread the love today to everybody!
Sebagai objek kasih Tuhan, hendaklah kita juga belajar mengasihi orang lain
Sunday, May 17, 2009
Damai Sejahtera Sejati Dari Tuhan
Ayat bacaan: Yesaya 26:3
=====================
"Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya."
Mungkin teman-teman masih ingat, saya pernah bercerita bahwa saya terlahir sebagai orang yang mudah stres. Dulu saya selalu menghadapi sesuatu secara berlebihan, artinya yang belum jelas sekalipun mudah membuat saya stres. Padahal seringkali setelah dihadapi, hasilnya tidak se"menakutkan" apa yang saya pikir sebelumnya. Tapi namanya sifat, tetap saja saya berulang-ulang mengalaminya. Saya selalu takut melakukan hal baru. Bayangkan betapa capainya diteror perasaan stres, cemas, khawatir dan sebagainya seperti itu, padahal apa yang dihadapi terkadang tidak serius-serius amat. Ditambah lagi saya adalah tipe orang yang perfeksionis, maka semakin bertambah-tambah lah tekanan bagi saya dalam melakukan atau menghadapi apapun dalam perjalanan hidup. Yang seperti itu jelas tidak baik. Tidak hanya membuat lelah diri sendiri, namun juga bisa menjadi pintu masuk berbagai macam penyakit. Stroke,darah tinggi, depresi, jantung, atau kanker, seringkali muncul akibat stres yang berlebihan. Untunglah, puji Tuhan, saya mengenal Yesus beberapa tahun yang lalu, dan sejak saat itu saya secara perlahan diubahkan. Dulu dan sekarang, bahkan nanti, yang namanya masalah, kesulitan dan lain-lain tidak akan pernah berhenti datang. Apakah saya sekarang sibuk? ya. Apakah sekarang saya saat ini bebas dari kesulitan dan masalah 100%? Sama sekali tidak. Seperti anda juga, saya punya banyak masalah dalam hidup ini. Apakah ada hal-hal yang sulit dihadapi dalam pekerjaan? Banyak. Namun sikap saya menghadapi itu semua berbeda antara dulu dan sekarang. Saat ini ditengah banyaknya tekanan, masalah dan kesulitan, saya punya damai sejahtera, bahkan sukacita. Itu ada di dalam diri saya, yang membuat saya bisa jauh lebih tenang menghadapi kendala apapun dalam hidup. Saya tidak perlu khawatir, sebab ada Tuhan yang selalu ada bersama saya dalam setiap masalah yang saya hadapi. Bagaimana saya tahu Tuhan itu ada bersama saya? Sebab saya merasakan ketenangan pikiran dan damai sejahtera di hati. Haleluya!
Dalam hidup ini, kita akan senantiasa berhadapan dengan ribuan ketidakpastian. Mungkin ada diantara kita saat ini yang tengah berada dalam kondisi sulit. Ada banyak hal sulit dalam hidup, itu wajar dan boleh-boleh saja. Namun apabila kita selalu berjalan bersama Tuhan, jika kita mengenal pribadi Tuhan, jika kita percaya akan janji-janjiNya dan selalu taat mengikuti kehendakNya, maka kita akan tetap memiliki ketenangan pikiran dan damai sejahtera dalam hati kita. Saya merasakannya sendiri, dan saya rindu untuk membagikan ini kepada teman-teman. Saat ini justru tekanan-tekanan dalam pekerjaan membutuhkan keseriusan yang sebenarnya jauh lebih sulit dibanding apa yang saya alami dulu sebelum bertobat, namun saat ini saya memiliki ketenangan dan damai sukacita sehingga saya bisa mengadapi masalah-masalah itu satu persatu dengan tenang. Apa kuncinya? Saya percaya akan kebenaran firman Tuhan sepenuhnya. Ayat bacaan hari ini jelas menjelaskan hal itu. "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya."(Yesaya 26:3). Dalam beberapa pasal berikutnya, Yesaya kembali berkata "dimana ada kebenaran disitu akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran adalah ketenangan dan ketenteraman." (Yesaya 32:17). Ya, ada korelasi antara kebenaran firman Tuhan dengan damai sejahtera, ketenangan dan ketentraman. Kita akan sulit hidup dengan perasaan stres, takut, atau cemas setiap saat. Tapi bagi orang percaya, bagi anak-anakNya yang selalu hidup seturut kehendak Allah, Allah menghadiahkan kita dengan damai sejahtera dan ketenangan, sesuatu yang tidak akan bisa kita beli dengan uang atau apapun juga.
Damai sejahtera sejati hanya berasal dari Allah. Artinya, Tuhan sanggup mengaruniakan damai sejahtera dan ketenangan untuk mengubah diri kita. Sifat yang sudah turun temurun sekalipun bukan menjadi faktor penghalang, karena Allah sanggup bekerja secara luar biasa untuk merubah kita menjadi manusia baru. Dengarlah apa kata Yesus. "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu." (Yohanes 14:27). Demikian janji Yesus, dan hal itu pasti Dia genapi. Jika saya bisa mendapatkan ketenangan dan damai sukacita yang berasal daripadaNya, berbeda dari apa yang bisa diberikan dunia lewat berbagai fasilitas dan harta benda, saya percaya anda pun bisa mendapatkannya. Dalam pembuka salah satu suratnya, Petrus mengatakan demikian: "Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita." (2 Petrus 1:2). Pengenalan akan Allah dan Yesus akan membuat kita dilimpahi oleh kasih karunia dan damai sejahtera.
Pikiran dan perasaan adalah salah satu titik lemah kita yang paling rentan. Apakah kita berpikir akan beratnya masalah, apakah kita fokus pada kesulitan, apakah kita stres, cemas, depresi, atau berpikir negatif terhadap segala sesuatu atau setiap orang, semua itu bisa meracuni pikiran kita sehingga lama-lama kita tidak lagi merasakan damai di hati kita, ketenangan di pikiran, apalagi sukacita. Betapa ironisnya jika kita yang sudah percaya masih juga terus dihantui masalah pikiran dan perasaan seperti ini. Seperti apa yang dikatakan Paulus, kita harus bisa memusatkan pikiran kita pada Yesus, sumber Damai Sejahtera. "..Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2 Korintus 10:5b). Tuhan sudah menyediakan damai sejahtera dan ketenangan pikiran bagi kita, yang akan memampukan kita untuk menghadapi segala sesuatu tanpa kehilangan sukacita. Yang dibutuhkan adalah iman kita untuk percaya kepadaNya dengan sepenuh hati. Tidak ada janji Tuhan yang tidak Dia genapi.Akan selalu ada situasi sulit dalam hidup kita. Namun kita akan senantiasa tenang jika kita percaya pada Tuhan, karena Tuhan membekali kita dengan damai sejahtera dan ketenangan. Tuhan punya rencana untuk setiap kehidupan kita, dan tidak ada satupun yang tidak sempurna. Tetaplah berada dalam jalanNya, berjalanlah sesuai kehendakNya, dan terimalah damai sejahtera sejati yang berasal dari Tuhan.
Tidak ada tempat bagi stres dan cemas karena Tuhan menyediakan damai sejahtera dan ketenangan yang penuh sukacita
=====================
"Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya."
Mungkin teman-teman masih ingat, saya pernah bercerita bahwa saya terlahir sebagai orang yang mudah stres. Dulu saya selalu menghadapi sesuatu secara berlebihan, artinya yang belum jelas sekalipun mudah membuat saya stres. Padahal seringkali setelah dihadapi, hasilnya tidak se"menakutkan" apa yang saya pikir sebelumnya. Tapi namanya sifat, tetap saja saya berulang-ulang mengalaminya. Saya selalu takut melakukan hal baru. Bayangkan betapa capainya diteror perasaan stres, cemas, khawatir dan sebagainya seperti itu, padahal apa yang dihadapi terkadang tidak serius-serius amat. Ditambah lagi saya adalah tipe orang yang perfeksionis, maka semakin bertambah-tambah lah tekanan bagi saya dalam melakukan atau menghadapi apapun dalam perjalanan hidup. Yang seperti itu jelas tidak baik. Tidak hanya membuat lelah diri sendiri, namun juga bisa menjadi pintu masuk berbagai macam penyakit. Stroke,darah tinggi, depresi, jantung, atau kanker, seringkali muncul akibat stres yang berlebihan. Untunglah, puji Tuhan, saya mengenal Yesus beberapa tahun yang lalu, dan sejak saat itu saya secara perlahan diubahkan. Dulu dan sekarang, bahkan nanti, yang namanya masalah, kesulitan dan lain-lain tidak akan pernah berhenti datang. Apakah saya sekarang sibuk? ya. Apakah sekarang saya saat ini bebas dari kesulitan dan masalah 100%? Sama sekali tidak. Seperti anda juga, saya punya banyak masalah dalam hidup ini. Apakah ada hal-hal yang sulit dihadapi dalam pekerjaan? Banyak. Namun sikap saya menghadapi itu semua berbeda antara dulu dan sekarang. Saat ini ditengah banyaknya tekanan, masalah dan kesulitan, saya punya damai sejahtera, bahkan sukacita. Itu ada di dalam diri saya, yang membuat saya bisa jauh lebih tenang menghadapi kendala apapun dalam hidup. Saya tidak perlu khawatir, sebab ada Tuhan yang selalu ada bersama saya dalam setiap masalah yang saya hadapi. Bagaimana saya tahu Tuhan itu ada bersama saya? Sebab saya merasakan ketenangan pikiran dan damai sejahtera di hati. Haleluya!
Dalam hidup ini, kita akan senantiasa berhadapan dengan ribuan ketidakpastian. Mungkin ada diantara kita saat ini yang tengah berada dalam kondisi sulit. Ada banyak hal sulit dalam hidup, itu wajar dan boleh-boleh saja. Namun apabila kita selalu berjalan bersama Tuhan, jika kita mengenal pribadi Tuhan, jika kita percaya akan janji-janjiNya dan selalu taat mengikuti kehendakNya, maka kita akan tetap memiliki ketenangan pikiran dan damai sejahtera dalam hati kita. Saya merasakannya sendiri, dan saya rindu untuk membagikan ini kepada teman-teman. Saat ini justru tekanan-tekanan dalam pekerjaan membutuhkan keseriusan yang sebenarnya jauh lebih sulit dibanding apa yang saya alami dulu sebelum bertobat, namun saat ini saya memiliki ketenangan dan damai sukacita sehingga saya bisa mengadapi masalah-masalah itu satu persatu dengan tenang. Apa kuncinya? Saya percaya akan kebenaran firman Tuhan sepenuhnya. Ayat bacaan hari ini jelas menjelaskan hal itu. "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya."(Yesaya 26:3). Dalam beberapa pasal berikutnya, Yesaya kembali berkata "dimana ada kebenaran disitu akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran adalah ketenangan dan ketenteraman." (Yesaya 32:17). Ya, ada korelasi antara kebenaran firman Tuhan dengan damai sejahtera, ketenangan dan ketentraman. Kita akan sulit hidup dengan perasaan stres, takut, atau cemas setiap saat. Tapi bagi orang percaya, bagi anak-anakNya yang selalu hidup seturut kehendak Allah, Allah menghadiahkan kita dengan damai sejahtera dan ketenangan, sesuatu yang tidak akan bisa kita beli dengan uang atau apapun juga.
Damai sejahtera sejati hanya berasal dari Allah. Artinya, Tuhan sanggup mengaruniakan damai sejahtera dan ketenangan untuk mengubah diri kita. Sifat yang sudah turun temurun sekalipun bukan menjadi faktor penghalang, karena Allah sanggup bekerja secara luar biasa untuk merubah kita menjadi manusia baru. Dengarlah apa kata Yesus. "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu." (Yohanes 14:27). Demikian janji Yesus, dan hal itu pasti Dia genapi. Jika saya bisa mendapatkan ketenangan dan damai sukacita yang berasal daripadaNya, berbeda dari apa yang bisa diberikan dunia lewat berbagai fasilitas dan harta benda, saya percaya anda pun bisa mendapatkannya. Dalam pembuka salah satu suratnya, Petrus mengatakan demikian: "Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita." (2 Petrus 1:2). Pengenalan akan Allah dan Yesus akan membuat kita dilimpahi oleh kasih karunia dan damai sejahtera.
Pikiran dan perasaan adalah salah satu titik lemah kita yang paling rentan. Apakah kita berpikir akan beratnya masalah, apakah kita fokus pada kesulitan, apakah kita stres, cemas, depresi, atau berpikir negatif terhadap segala sesuatu atau setiap orang, semua itu bisa meracuni pikiran kita sehingga lama-lama kita tidak lagi merasakan damai di hati kita, ketenangan di pikiran, apalagi sukacita. Betapa ironisnya jika kita yang sudah percaya masih juga terus dihantui masalah pikiran dan perasaan seperti ini. Seperti apa yang dikatakan Paulus, kita harus bisa memusatkan pikiran kita pada Yesus, sumber Damai Sejahtera. "..Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2 Korintus 10:5b). Tuhan sudah menyediakan damai sejahtera dan ketenangan pikiran bagi kita, yang akan memampukan kita untuk menghadapi segala sesuatu tanpa kehilangan sukacita. Yang dibutuhkan adalah iman kita untuk percaya kepadaNya dengan sepenuh hati. Tidak ada janji Tuhan yang tidak Dia genapi.Akan selalu ada situasi sulit dalam hidup kita. Namun kita akan senantiasa tenang jika kita percaya pada Tuhan, karena Tuhan membekali kita dengan damai sejahtera dan ketenangan. Tuhan punya rencana untuk setiap kehidupan kita, dan tidak ada satupun yang tidak sempurna. Tetaplah berada dalam jalanNya, berjalanlah sesuai kehendakNya, dan terimalah damai sejahtera sejati yang berasal dari Tuhan.
Tidak ada tempat bagi stres dan cemas karena Tuhan menyediakan damai sejahtera dan ketenangan yang penuh sukacita
Saturday, May 16, 2009
Membangun Kehidupan di Atas Dasar yang Kokoh
Ayat bacaan: Matius 7:25
=====================
"Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu."
Masih ingat dengan salah satu kartun Walt Disney yang terkenal tentang tiga ekor babi? Lagunya sangat terkenal, berjudul "Who's Afraid of the Big Bad Wolf?". Kisahnya menceritakan tiga ekor babi yang harus membangun tempat perlindungan paling aman dari ancaman serigala jahat. Mereka sama-sama membangun rumah, dengan cara dan dasar yang berbeda. Yang satu membangunnya dari jerami, yang satu dari kayu, sedang saudaranya satu lagi membangun dengan batu bata dan semen. Yang membangun dengan jerami dan kayu tentu pekerjaannya lebih cepat selesai sehingga mereka sempat menertawakan saudara tertuanya yang masih tekun menumpuk batu bata demi batu bata dan menyatukannya dengan semen. Tapi si abang tertua tetap tekun membangunnya. Pada satu ketika, serigala jahat pun datang. Rumah dari tumpukan jerami dengan mudah diluluh lantakkan dengan sekali hembus, dan kaburlah si adik terkecil dengan ketakutan. Ia lari berlindung di rumah kakaknya yang dibangun dari kayu. Rumah itu pun dengan mudah dirobohkan oleh si serigala jahat. Seketika mereka berdua berhamburan ketakutan, dan lari ke rumah abang tertuanya. Di sana mereka aman dari kejaran serigala jahat karena sang serigala tidak mampu merubuhkan rumah yang kokoh dibangun di atas dasar kuat.
Seperti halnya tiga babi kecil, demikianlah kita dalam kehidupan harus senantiasa mewaspadai iblis yang terus mengaum-aum mencari mangsa. (1 Petrus 5:8). Untuk itu, dasar yang kita pilih untuk menghindari serangan iblis itu menjadi sangat penting. Apa yang harus kita lakukan? Apakah cukup dengan rajin mendengar firman Tuhan? Alkitab berkata tidak cukup. Yesus mengingatkan kita bahwa sekedar mendengar tidaklah cukup untuk membuat kita aman dari hal itu. Ada banyak di antara kita yang sejak lahir sudah dengan setia beribadah ke Gereja, rajin mendengar kotbah, kerap mengunjungi kebaktian-kebaktian rohani, membaca buku-buku rohani, namun ternyata mereka masih belum menunjukkan pribadi yang sesuai dengan apa yang telah bertahun-tahun mereka pelajari dan dengar. Perumpamaan singkat mengenai "Dua Macam Dasar" yang diajarkan oleh Yesus sendiri menggambarkan hal ini dengan jelas.
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:24-27).
Kita lihat kedua orang yang membangun rumah ini adalah orang yang sama-sama mendengar perkataan Yesus. Artinya keduanya adalah orang yang sudah menerima Yesus. Tapi ada perbedaan nyata di antara keduanya. Keduanya sama-sama mendengar, namun hanya satu yang mempraktekkannya dalam hidup, sementara yang satu berhenti pada mendengar saja. Akibatnya, ketika hujan dan banjir masalah datang, si orang bijaksana yang melakukan apa yang telah ia dengar tidak tergoncang dan tidak rubuh karena didirikan di atas batu yang kokoh. Sedangkan orang yang bodoh, yang mendirikan kehidupannya di atas pasir, hidupnya akan rubuh dan porak poranda. Perumpamaan sederhana yang sangat singkat ini merupakan penutup dari rangkaian kotbah Yesus di atas bukit. Memang singkat, namun maknanya sungguh dalam sehingga patut kita cermati baik-baik dalam proses perjalanan kehidupan kita di dunia ini.
Yesus mengingatkan bahwa apa yang telah Dia katakan, Dia ajarkan, Dia firmankan hendaklah tidak berhenti hanya pada sebatas mendengar saja, melainkan justru harus dilanjutkan dengan melakukannya, mempraktekkannya dalam hidup sehari-hari. Yakobus pun mengingatkan agar kita menjadi para pelaku firman. "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri...Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya." (Yakobus 1:21-25). Sebuah kehidupan yang kokoh haruslah diletakkan di atas dasar Yesus Kristus, sang Batu Penjuru. (Efesus 2:20). Selanjutnya mari kita lihat ayat berikut: "Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus." (1 Korintus 3:11). Kehidupan yang dibangun dasar iman kuat dalam Kristus akan kokoh dari segala situasi. Untuk mencapai itu, kita harus melakukan lebih dari sekedar pendengar yang baik. Kita harus menjadi pelaku firman, menerapkan segala firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dengan membangun di atas dasar Kristus, kita tidak akan gampang goyah ketika angin ribut, badai hujan dan banjir datang menghampiri kita. Kita akan tetap kuat, tetap penuh oleh ucapan syukur, karena kita bukan hanya mendengar, tapi sudah melakukannya dalam kehidupan kita. Pemahaman akan firman Tuhan, rajin beribadah, rajin mendengar kotbah, rajin membaca buku-buku rohani, rajin membaca Alkitab, semua itu adalah sungguh baik, namun tidaklah cukup untuk menghasilkan sebuah kedewasaan rohani dan pertumbuhan iman yang baik. Semua itu juga tidak akan cukup untuk mengatasi berbagai persoalan, kecuali dengan mempraktekkan dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Hidup kita bukanlah ditentukan oleh pengalaman, kekayaan, pendidikan, status dan sebagainya, melainkan oleh di atas dasar apa kita membangunnya.
Jangan berhenti jadi pendengar, jadilah pelaku Firman
=====================
"Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu."
Masih ingat dengan salah satu kartun Walt Disney yang terkenal tentang tiga ekor babi? Lagunya sangat terkenal, berjudul "Who's Afraid of the Big Bad Wolf?". Kisahnya menceritakan tiga ekor babi yang harus membangun tempat perlindungan paling aman dari ancaman serigala jahat. Mereka sama-sama membangun rumah, dengan cara dan dasar yang berbeda. Yang satu membangunnya dari jerami, yang satu dari kayu, sedang saudaranya satu lagi membangun dengan batu bata dan semen. Yang membangun dengan jerami dan kayu tentu pekerjaannya lebih cepat selesai sehingga mereka sempat menertawakan saudara tertuanya yang masih tekun menumpuk batu bata demi batu bata dan menyatukannya dengan semen. Tapi si abang tertua tetap tekun membangunnya. Pada satu ketika, serigala jahat pun datang. Rumah dari tumpukan jerami dengan mudah diluluh lantakkan dengan sekali hembus, dan kaburlah si adik terkecil dengan ketakutan. Ia lari berlindung di rumah kakaknya yang dibangun dari kayu. Rumah itu pun dengan mudah dirobohkan oleh si serigala jahat. Seketika mereka berdua berhamburan ketakutan, dan lari ke rumah abang tertuanya. Di sana mereka aman dari kejaran serigala jahat karena sang serigala tidak mampu merubuhkan rumah yang kokoh dibangun di atas dasar kuat.
Seperti halnya tiga babi kecil, demikianlah kita dalam kehidupan harus senantiasa mewaspadai iblis yang terus mengaum-aum mencari mangsa. (1 Petrus 5:8). Untuk itu, dasar yang kita pilih untuk menghindari serangan iblis itu menjadi sangat penting. Apa yang harus kita lakukan? Apakah cukup dengan rajin mendengar firman Tuhan? Alkitab berkata tidak cukup. Yesus mengingatkan kita bahwa sekedar mendengar tidaklah cukup untuk membuat kita aman dari hal itu. Ada banyak di antara kita yang sejak lahir sudah dengan setia beribadah ke Gereja, rajin mendengar kotbah, kerap mengunjungi kebaktian-kebaktian rohani, membaca buku-buku rohani, namun ternyata mereka masih belum menunjukkan pribadi yang sesuai dengan apa yang telah bertahun-tahun mereka pelajari dan dengar. Perumpamaan singkat mengenai "Dua Macam Dasar" yang diajarkan oleh Yesus sendiri menggambarkan hal ini dengan jelas.
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:24-27).
Kita lihat kedua orang yang membangun rumah ini adalah orang yang sama-sama mendengar perkataan Yesus. Artinya keduanya adalah orang yang sudah menerima Yesus. Tapi ada perbedaan nyata di antara keduanya. Keduanya sama-sama mendengar, namun hanya satu yang mempraktekkannya dalam hidup, sementara yang satu berhenti pada mendengar saja. Akibatnya, ketika hujan dan banjir masalah datang, si orang bijaksana yang melakukan apa yang telah ia dengar tidak tergoncang dan tidak rubuh karena didirikan di atas batu yang kokoh. Sedangkan orang yang bodoh, yang mendirikan kehidupannya di atas pasir, hidupnya akan rubuh dan porak poranda. Perumpamaan sederhana yang sangat singkat ini merupakan penutup dari rangkaian kotbah Yesus di atas bukit. Memang singkat, namun maknanya sungguh dalam sehingga patut kita cermati baik-baik dalam proses perjalanan kehidupan kita di dunia ini.
Yesus mengingatkan bahwa apa yang telah Dia katakan, Dia ajarkan, Dia firmankan hendaklah tidak berhenti hanya pada sebatas mendengar saja, melainkan justru harus dilanjutkan dengan melakukannya, mempraktekkannya dalam hidup sehari-hari. Yakobus pun mengingatkan agar kita menjadi para pelaku firman. "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri...Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya." (Yakobus 1:21-25). Sebuah kehidupan yang kokoh haruslah diletakkan di atas dasar Yesus Kristus, sang Batu Penjuru. (Efesus 2:20). Selanjutnya mari kita lihat ayat berikut: "Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus." (1 Korintus 3:11). Kehidupan yang dibangun dasar iman kuat dalam Kristus akan kokoh dari segala situasi. Untuk mencapai itu, kita harus melakukan lebih dari sekedar pendengar yang baik. Kita harus menjadi pelaku firman, menerapkan segala firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dengan membangun di atas dasar Kristus, kita tidak akan gampang goyah ketika angin ribut, badai hujan dan banjir datang menghampiri kita. Kita akan tetap kuat, tetap penuh oleh ucapan syukur, karena kita bukan hanya mendengar, tapi sudah melakukannya dalam kehidupan kita. Pemahaman akan firman Tuhan, rajin beribadah, rajin mendengar kotbah, rajin membaca buku-buku rohani, rajin membaca Alkitab, semua itu adalah sungguh baik, namun tidaklah cukup untuk menghasilkan sebuah kedewasaan rohani dan pertumbuhan iman yang baik. Semua itu juga tidak akan cukup untuk mengatasi berbagai persoalan, kecuali dengan mempraktekkan dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Hidup kita bukanlah ditentukan oleh pengalaman, kekayaan, pendidikan, status dan sebagainya, melainkan oleh di atas dasar apa kita membangunnya.
Jangan berhenti jadi pendengar, jadilah pelaku Firman
Friday, May 15, 2009
From RHO-ers: "Perjalanan Iman"
From: Roeby CH < roeby99 @ xxxx . com>
==============================
Dunia bekerja sebagai salah satu bentuk dunia yang kita jalani selalu
tidak pernah lepas dari ketegangan atau kekhawatiran yang terkait di
dalamnya baik akibat dari hubungan yang sederhana ataupun yang
kompleks seperti sebuah proyek baru.
Untuk sebuah proyek baru jelas sekali kita dapat melihat sumber dari
kekhawatiran tersebut, ya kekhawatiran karena belum pernah ada yang
menjalankan proyek tersebut jadi tidak tahu jalan / cara yang pasti
karena hal tersebut adalah sama sekali baru apalagi membayangkan
hasilnya.. karena begitu banyak pertimbangan, perhitungan, perkiraan
manusia yang terlibat di situ, dan yang mengherankan kebanyakan dari
kita membayangkan hal yang menakutkan bahkan bagi diri kita sendiri
seperti gagal dalam proyek alias tidak mencapai apa yang diharapkan ..
ataupun hubungan yang sederhana seperti hubungan antara rekan sekerja,
atasan dan bawahan, yang seringkali saling “jilat” dan saling “sikut”.
Dan banyak orang ingin dan sangat tertarik menghilangkan ketegangan /
stress tersebut dengan berbagai cara yang instan seperti contohnya
adalah banyak di jual seminars – seminar ataupun ajaran – ajaran yang
menawarkan kelepasan dari stress, kebebasan, menjadi cepat kaya dan
lain sebagainya yang intinya adalah memberikan kelepasan terhadap
masalah – masalah dunia ini. Dan pada banyak kesempatan juga kita
manusia termasuk saya “lupa” akan adanya Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juru selamat yang menawarkan kelepasan total dan juga gratis
asalkan kita mau taat pada Nya dan mengikuti ajaranNya. Pertanyaan Nya
adalah mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jawaban singkatnya adalah
kita lebih yakin dengan apa yang kelihatan dan berbicara langsung
dengan kita itulah sebabnya dibutuhkan iman bukan pikiran karena
memang Yesus tidak bisa kita pahami dengan pikiran kita namun dapat
kita pahami dengan iman.
Apakah iman itu? Ibrani 11:1 menyatakan “Iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak
kita lihat.” …Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun
percaya…”Yohanes 20:29. Mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan,
namun akan menjadi sangat sederhana dan lebih mudah dipahami bila itu
tidak kita pikirkan dengan logika kita namun melalui mata hati kita.
Untuk sejenak kita kembali pada hari kemarin, seminggu yang lalu atau
beberapa waktu silam, pernahkah kita pergi ke tempat yang sama sekali
baru atau alamat teman kita yang baru, coba kita ingat – ingat apakah
kita pernah belajar naik sepeda atau berenang? Atau bermain suatu
permainan baru?
Apa yang kita rasakan saat itu? Apa yang kita lakukan untuk hal
tersebut, kenapa kita mau melakukan nya? Apa yang membuat kita pada
waktu itu rela membayar harganya supaya bisa naik sepeda walaupun kita
bisa terluka karena jatuh, atau kenapa kita mau untuk bisa berenang
atau bisa memainkan permainan yang baru itu? Kenapa tidak kita lakukan
hal itu untuk belajar beriman? Lain tidak adalah kita punya motivasi
yang luar biasa pada saat itu yang mengalahkan semua pikiran dan
perasaan kita bahwa bila kita sudah bisa maka kita akan merasa puas
dan bangga padahal yang kita lakukan lain tidak adalah lebih untuk
kepentingan diri kita sendiri, coba Anda bayangkan sejenak bila Anda
belajar untuk bisa beriman seperti hal nya belajar bersepeda maka saya
rasa Anda akan mulai sekarang juga karena bila Anda beriman maka
relasi Anda dengan Tuhan menjadi lebih indah lagi, lebih memahami
ajarannya dan mengenal Tuhan itu sendiri dengan lebih cepat lebih
dalam dan lebih mengasikan dari sebelumnya dan dari apa yang pernah
kita pikirkan, bukan dengan pikiran sendiri yang terkadang malah
me-logikakan ajaranNya dan menjadi jauh dari arti sebenarnya.
Pertanyaan selanjutanya adalah bagaimana caranya? Memangnya mudah
belajar menjadi beriman? Dan Anda sudah mengetahui jawabannya seperti
Anda belajar bersepeda dulu, ya kenapa tidak? Anda dapat bertanya
kepada orang yang sudah lebih mahir atau lebih paham daripada Anda dan
berkumpul bersam-sama dengan mereka serta bisa belajar dari Alkitab
dan tentu saja berlatih dengan tekun bila ingin lebih cepat
menguasainya.
Namun lebih penting adalah kemauan kita untuk memulai nya seperti
halnya belajar bersepeda dulu.
Mulailah dengan berdoa mintalah Tuhan membimbing kita agar kita dapat
meluangkan serta mempersiapkan waktu untuk belajar, mulailah dengan
benar, bukalah injil Matius 6:33 yang isinya: “Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu. Sebab itu janganlah kuatir akan hari besok, karena hari
besok mempunyai mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari
cukuplah untuk sehari.” Lengkapnya bacalah Matius 6:25-34, renungkan
dan mulailah sekarang juga serta hiduplah dalam bimbingan Tuhan!
==============================
Dunia bekerja sebagai salah satu bentuk dunia yang kita jalani selalu
tidak pernah lepas dari ketegangan atau kekhawatiran yang terkait di
dalamnya baik akibat dari hubungan yang sederhana ataupun yang
kompleks seperti sebuah proyek baru.
Untuk sebuah proyek baru jelas sekali kita dapat melihat sumber dari
kekhawatiran tersebut, ya kekhawatiran karena belum pernah ada yang
menjalankan proyek tersebut jadi tidak tahu jalan / cara yang pasti
karena hal tersebut adalah sama sekali baru apalagi membayangkan
hasilnya.. karena begitu banyak pertimbangan, perhitungan, perkiraan
manusia yang terlibat di situ, dan yang mengherankan kebanyakan dari
kita membayangkan hal yang menakutkan bahkan bagi diri kita sendiri
seperti gagal dalam proyek alias tidak mencapai apa yang diharapkan ..
ataupun hubungan yang sederhana seperti hubungan antara rekan sekerja,
atasan dan bawahan, yang seringkali saling “jilat” dan saling “sikut”.
Dan banyak orang ingin dan sangat tertarik menghilangkan ketegangan /
stress tersebut dengan berbagai cara yang instan seperti contohnya
adalah banyak di jual seminars – seminar ataupun ajaran – ajaran yang
menawarkan kelepasan dari stress, kebebasan, menjadi cepat kaya dan
lain sebagainya yang intinya adalah memberikan kelepasan terhadap
masalah – masalah dunia ini. Dan pada banyak kesempatan juga kita
manusia termasuk saya “lupa” akan adanya Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juru selamat yang menawarkan kelepasan total dan juga gratis
asalkan kita mau taat pada Nya dan mengikuti ajaranNya. Pertanyaan Nya
adalah mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jawaban singkatnya adalah
kita lebih yakin dengan apa yang kelihatan dan berbicara langsung
dengan kita itulah sebabnya dibutuhkan iman bukan pikiran karena
memang Yesus tidak bisa kita pahami dengan pikiran kita namun dapat
kita pahami dengan iman.
Apakah iman itu? Ibrani 11:1 menyatakan “Iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak
kita lihat.” …Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun
percaya…”Yohanes 20:29. Mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan,
namun akan menjadi sangat sederhana dan lebih mudah dipahami bila itu
tidak kita pikirkan dengan logika kita namun melalui mata hati kita.
Untuk sejenak kita kembali pada hari kemarin, seminggu yang lalu atau
beberapa waktu silam, pernahkah kita pergi ke tempat yang sama sekali
baru atau alamat teman kita yang baru, coba kita ingat – ingat apakah
kita pernah belajar naik sepeda atau berenang? Atau bermain suatu
permainan baru?
Apa yang kita rasakan saat itu? Apa yang kita lakukan untuk hal
tersebut, kenapa kita mau melakukan nya? Apa yang membuat kita pada
waktu itu rela membayar harganya supaya bisa naik sepeda walaupun kita
bisa terluka karena jatuh, atau kenapa kita mau untuk bisa berenang
atau bisa memainkan permainan yang baru itu? Kenapa tidak kita lakukan
hal itu untuk belajar beriman? Lain tidak adalah kita punya motivasi
yang luar biasa pada saat itu yang mengalahkan semua pikiran dan
perasaan kita bahwa bila kita sudah bisa maka kita akan merasa puas
dan bangga padahal yang kita lakukan lain tidak adalah lebih untuk
kepentingan diri kita sendiri, coba Anda bayangkan sejenak bila Anda
belajar untuk bisa beriman seperti hal nya belajar bersepeda maka saya
rasa Anda akan mulai sekarang juga karena bila Anda beriman maka
relasi Anda dengan Tuhan menjadi lebih indah lagi, lebih memahami
ajarannya dan mengenal Tuhan itu sendiri dengan lebih cepat lebih
dalam dan lebih mengasikan dari sebelumnya dan dari apa yang pernah
kita pikirkan, bukan dengan pikiran sendiri yang terkadang malah
me-logikakan ajaranNya dan menjadi jauh dari arti sebenarnya.
Pertanyaan selanjutanya adalah bagaimana caranya? Memangnya mudah
belajar menjadi beriman? Dan Anda sudah mengetahui jawabannya seperti
Anda belajar bersepeda dulu, ya kenapa tidak? Anda dapat bertanya
kepada orang yang sudah lebih mahir atau lebih paham daripada Anda dan
berkumpul bersam-sama dengan mereka serta bisa belajar dari Alkitab
dan tentu saja berlatih dengan tekun bila ingin lebih cepat
menguasainya.
Namun lebih penting adalah kemauan kita untuk memulai nya seperti
halnya belajar bersepeda dulu.
Mulailah dengan berdoa mintalah Tuhan membimbing kita agar kita dapat
meluangkan serta mempersiapkan waktu untuk belajar, mulailah dengan
benar, bukalah injil Matius 6:33 yang isinya: “Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu. Sebab itu janganlah kuatir akan hari besok, karena hari
besok mempunyai mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari
cukuplah untuk sehari.” Lengkapnya bacalah Matius 6:25-34, renungkan
dan mulailah sekarang juga serta hiduplah dalam bimbingan Tuhan!
Thursday, May 14, 2009
Kesaksian: "Use Me or Take Me, God.."
From: jefky q
=============================
Syalom team renungan harian online,
Nama saya Jefky dan saya sangat diberkati dengan adanya RH-online ini. saya juga tergerak untuk menjadi berkat bagi orang lain melalui kesaksian hidup saya bersama Tuhan Yesus..baiklah saya akan bersaksi
Pada saat saya memasuki usia 19 thn, waktu itu saya masih kelas 3 SMA..saya tiba2 mendapat penyakit sinusitis akut, waktu itu penyakit saya tersebut sudah menyebabkan pendarahan pada hidung saya sehingga muka saya menjadi bengkak dan sakit.bukan hanya itu, Dokter juga mengatakan ada daging menumpang(kanker) pada bag.belakang kepala saya.
Saya sudah melayani Tuhan di bidang musik sejak kls 6 SD, saya selalu setia didalam pelayanan saya. Waktu mendapat vonis seperti itu saya sangat kaget dan sempat kecewa sama Tuhan. parahnya lagi setelah pemeriksaan sinar X-ray, dokter mengharuskan saya segera di operasi. kalau tidak saya hanya bisa hidup selama 6 bulan saja karena pendarahan yg terjadi pada hidung saya sudah mulai mengenai paru-paru.
Dokter juga melarang saya untuk bermain alamat musik karena setiap kali saya bergerak banyak dan berpikir, maka darah akan keluar dari kedua lubang hidung saya(mimisan). saya berdoa pada Tuhan, saya berkata :"Tuhan kalau Engkau masih mau memakaiku sebagai alatmu, maka sembuhkanlah saya. Kalau tidak bawalah saya kepadaMu". singkat cerita saya dioperasi selama beberapa jam dan operasi berjalan lancar. Saya keluar dari RS setelah satu minggu.
Tetapi ada masalah yang timbul, pendarahan di hidung saya tidak bisa di hentikan pasca operasi. Akhirnya saya harus ke dokter ahli THT untuk sedot darah dari hidung saya seminggu dua kali. Saya merasa sangat kecewa pada Tuhan, kenapa saya yang setia melayani Tuhan harus mengalami ini? Kemudian papi saya melarang saya untuk melayani dulu (bid.musik, drum & bass) sampai saya sembuh total.
Akhirnya saya tidak kuat lagi dan sering membenturkan kepala saya ditembok karena rasa sakit yang tidak tertahankan dan keadaan semakin buruk sampai-sampai saya harus bernapas melalui mulut karena kedua lubang hidung saya diganjal kapas yg tebal oleh dokter.
Hingga pada suatu hari minggu saya tidak bisa lagi ke gereja karena tidak bisa kena debu. Lalu saya berdoa; "God...use me or take me away with you" saya sudah pasrah dan sudah siap untuk dipanggil Tuhan. Kira-kira jam 3 atau 4 sore, saya nonton acara rohani yg dibawakan oleh Rev.Jhon Hartman (maaf kl salah tulis) dan di penghujung acara Ev.Evelyn mendapat penglihatan dari Tuhan mengenai anak muda yg mengalami pendarahan di hidung dan tidak bisa sembuh yang mana ciri2nya sama dengan saya,seketika itu saya tiba2 dipenuhi kuasa ROh Kudus dan kedua HambaNYA tersebut mendoakan saya via TV dan meyakinkan saya bahwa saya sudah sembuh.
Besoknya saya check up ke dokter ahli THT.....dan....hasilnya....Puji Tuhan...dokter tersebut kaget setengah mati :) karena dia melihat hidung saya sudah normal seperti tidak pernah terjadi apa2....haleluyah..saya sembuh total! saya mengalami mujizat penciptaan baru....haleluyah..Yesus luar biasa...sampai sekarang saya tetap melayani Tuhan, semoga kesaksian ini bisa menjadi berkat bagi semua orang.
Tuhan tidak pernah meninggalkan anak-anakNya yang setia, karena disaat kita tidak setia pun Tuhan tetap setia
Tuhan mengasihi kita lebih dari apapun juga di dunia ini...GBU
Tolong kesaksian saya dimuat ya..thx team renungan harian online
=============================
Syalom team renungan harian online,
Nama saya Jefky dan saya sangat diberkati dengan adanya RH-online ini. saya juga tergerak untuk menjadi berkat bagi orang lain melalui kesaksian hidup saya bersama Tuhan Yesus..baiklah saya akan bersaksi
Pada saat saya memasuki usia 19 thn, waktu itu saya masih kelas 3 SMA..saya tiba2 mendapat penyakit sinusitis akut, waktu itu penyakit saya tersebut sudah menyebabkan pendarahan pada hidung saya sehingga muka saya menjadi bengkak dan sakit.bukan hanya itu, Dokter juga mengatakan ada daging menumpang(kanker) pada bag.belakang kepala saya.
Saya sudah melayani Tuhan di bidang musik sejak kls 6 SD, saya selalu setia didalam pelayanan saya. Waktu mendapat vonis seperti itu saya sangat kaget dan sempat kecewa sama Tuhan. parahnya lagi setelah pemeriksaan sinar X-ray, dokter mengharuskan saya segera di operasi. kalau tidak saya hanya bisa hidup selama 6 bulan saja karena pendarahan yg terjadi pada hidung saya sudah mulai mengenai paru-paru.
Dokter juga melarang saya untuk bermain alamat musik karena setiap kali saya bergerak banyak dan berpikir, maka darah akan keluar dari kedua lubang hidung saya(mimisan). saya berdoa pada Tuhan, saya berkata :"Tuhan kalau Engkau masih mau memakaiku sebagai alatmu, maka sembuhkanlah saya. Kalau tidak bawalah saya kepadaMu". singkat cerita saya dioperasi selama beberapa jam dan operasi berjalan lancar. Saya keluar dari RS setelah satu minggu.
Tetapi ada masalah yang timbul, pendarahan di hidung saya tidak bisa di hentikan pasca operasi. Akhirnya saya harus ke dokter ahli THT untuk sedot darah dari hidung saya seminggu dua kali. Saya merasa sangat kecewa pada Tuhan, kenapa saya yang setia melayani Tuhan harus mengalami ini? Kemudian papi saya melarang saya untuk melayani dulu (bid.musik, drum & bass) sampai saya sembuh total.
Akhirnya saya tidak kuat lagi dan sering membenturkan kepala saya ditembok karena rasa sakit yang tidak tertahankan dan keadaan semakin buruk sampai-sampai saya harus bernapas melalui mulut karena kedua lubang hidung saya diganjal kapas yg tebal oleh dokter.
Hingga pada suatu hari minggu saya tidak bisa lagi ke gereja karena tidak bisa kena debu. Lalu saya berdoa; "God...use me or take me away with you" saya sudah pasrah dan sudah siap untuk dipanggil Tuhan. Kira-kira jam 3 atau 4 sore, saya nonton acara rohani yg dibawakan oleh Rev.Jhon Hartman (maaf kl salah tulis) dan di penghujung acara Ev.Evelyn mendapat penglihatan dari Tuhan mengenai anak muda yg mengalami pendarahan di hidung dan tidak bisa sembuh yang mana ciri2nya sama dengan saya,seketika itu saya tiba2 dipenuhi kuasa ROh Kudus dan kedua HambaNYA tersebut mendoakan saya via TV dan meyakinkan saya bahwa saya sudah sembuh.
Besoknya saya check up ke dokter ahli THT.....dan....hasilnya....Puji Tuhan...dokter tersebut kaget setengah mati :) karena dia melihat hidung saya sudah normal seperti tidak pernah terjadi apa2....haleluyah..saya sembuh total! saya mengalami mujizat penciptaan baru....haleluyah..Yesus luar biasa...sampai sekarang saya tetap melayani Tuhan, semoga kesaksian ini bisa menjadi berkat bagi semua orang.
Tuhan tidak pernah meninggalkan anak-anakNya yang setia, karena disaat kita tidak setia pun Tuhan tetap setia
Tuhan mengasihi kita lebih dari apapun juga di dunia ini...GBU
Tolong kesaksian saya dimuat ya..thx team renungan harian online
Subscribe to:
Posts (Atom)
Kacang Lupa Kulit (5)
(sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...