Saturday, March 31, 2018

Daging yang Lemah (1)

Ayat bacaan: Matius 26:41
======================
"Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

Apakah anda pernah merasa frustasi menghadapi kelemahan-kelemahan dari kedagingan anda? Pernahkan anda bertekad untuk tidak lagi menyerah kepada dosa tertentu yang bolak balik menjerumuskan anda, sudah berusaha sangat keras tapi pada akhirnya lagi-lagi anda terjatuh dan gagal lagi?

Pernahkah anda mengalami sebuah pemulihan ketika mengikuti retret atau altar call, tetapi tidak lama setelahnya anda kembali jatuh pada kebiasaan buruk yang lama? Semua itu mungkin pernah menjadi bagian dari perjuangan kita, termasuk saya.

Kalau ada pepatah yang mengatakan keledai saja tidak akan jatuh di lubang yang sama, saya harus mengakui bahwa saya pernah lebih bodoh dari keledai, berkali-kali. Dalam hidup kita biasanya ada hal-hal yang menjadi titik lemah kita, kebiasaan buruk atau perbuatan dosa yang tampaknya enggan pergi dari kita dan terus menerus menjatuhkan kita. Kalau dosa-dosa lain biasanya bisa kita atasi, titik-titik lemah ini kerap sangat sulit untuk dilepaskan. Ada seorang teman yang berkata bahwa ia kesulitan lepas dari jerat pornografi. "No matter how I tried, I keep failing", katanya. Ada yang sulit lepas dari kebiasaan menipu atau berbohong, ada yang sulit lepas dari pengaruh minuman keras, obat-obatan terlarang atau rokok, cepat emosi, mudah iri hati dan sebagainya. Masing-masing dari kita punya titik lemahnya sendiri, dan kalau mau lepas tentu membutuhkan perjuangan yang lebih keras dibandingkan masalah lainnya.

Menariknya beberapa rasul pun pernah mengalaminya. Petrus misalnya. Ia baru saja bersumpah untuk tidak akan pernah menyangkal Yesus. "Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua murid yang lainpun berkata demikian juga." (Matius 26:35). Tapi beberapa saat kemudian ia terjatuh bahkan melakukannya berkali-kali. "Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." (ay 72). Paulus juga pernah mengalami perasaan seperti ini. "Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat." (Roma 7:19).

Betapa sulitnya menundukkan diri kita meski kita sudah bertekad penuh untuk berubah. Ini permasalahan banyak orang dari dulu sampai sekarang Bagaikan menyusun bangunan dengan kartu, sedikit tersentuh saja atau tertiup angin kartu-kartu itu bisa rontok kembali. Atau seringkali kita seperti tikus yang terus saja terjebak dalam perangkap tikus dengan umpan yang memikat daging kita. Daging, kedagingan, keinginan dan perbuatan daging, itu sering menjadi sumber masalah bagi kita untuk bisa terus bertumbuh dalam pengenalan dan perjalanan untuk bisa terus semakin menyerupai Kristus. Sebagai manusia Kita memang merupakan pribadi yang sangat rentan. Dan Yesus tahu itu. Karenanya ia berkata: "roh memang penurut, tapi daging lemah."

Tuhan Yesus paham betul bahwa itu kelemahan yang menjadi masalah bagi semua manusia. Di taman Getsemani sesaat sebelum Yesus ditangkap, kita menyaksikan gambaran rentannya manusia dikuasai kedagingannya. Berkali-kali Yesus mendapati murid-muridNya sulit berjaga-jaga. Mereka lengah dan kembali tertidur, tidak sanggup berjaga bahkan untuk satu jam saja. Disanalah Yesus mengingatkan para murid: "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).

(bersambung)


Friday, March 30, 2018

Daging vs Roh (3)

(sambungan)

Paulus mengingatkan juga bahwa menuruti keinginan daging berarti perseteruan terhadap Allah, dan siapapun yang hidup dalam daging tidak mungkin berkenan kepada Allah. (ay 7-8). Jika kita terus memberi kelonggaran untuk memenuhi berbagai keinginan daging, kita akan mati. Sebaliknya jika Roh lebih berkuasa dalam hidup kita, kita akan hidup. "Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup." (ay 13).

Jika kita hidup oleh Roh, kita tidak akan lagi menuruti keinginan daging (Galatia 5:16). Kalau keinginan daging dijabarkan dalam pasal 19 sampai 21, maka buah Roh bertolak belakang dengan itu semua. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (ay 22-23). Betapa berbedanya keinginan daging dan keinginan Roh, dan kita tahu dimana masing-masing akan membawa kita berlabuh, apa yang akan kita dapatkan dari keduanya.

Lantas kita harus ingat pesan ini: "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh." (ay 24-25). Jadi kalau kita berkomitmen untuk hidup oleh Roh, maka hidup kita sudah seharusnya dipimpin oleh Roh. Dan kalau kita memang mengaku sebagai milik Kristus, maka sudah seharusnya pula kita menyalibkan kedagingan beserta segala hawa nafsu dan keinginan di dalamnya. Keduanya tidak akan bisa dijalankan bersama-sama. Kita tidak bisa mengaku sebagai pengikut Yesus tapi tetap memuaskan keinginan-keinginan daging. Kita tidak bisa terus mencari kenikmatan yang memuaskan daging lantas berharap mendapat bagian dalam KerajaanNya juga.

Salah satu pintu masuknya dosa yang paling utama adalah lewat keinginan-keinginan daging. Ini merupakan salah satu celah favorit yang dipergunakan untuk mengalihkan pandangan kita dari kebenaran. Kenikmatan dan kesenangan yang ditawarkan bisa begitu menggoda sehingga kita mudah memberi toleransi, membuka pintu terhadap dosa dan membiarkannya di dalam kita sampai kita benar-benar hancur dibuatnya.

Ingatlah bahwa Yesus sudah menyatakan bahwa roh memang penurut tetapi daging lemah (Matius 26:41). Daging itu lemah, mudah menyerah dan tergoda. Pemahaman kebenaran yang lemah dan toleransi yang besar yang diberikan kepada keinginan-keinginan daging ini akan membuat kita terus jatuh semakin jauh dan tenggelam semakin dalam, sampai-sampai kita tidak lagi sadar bahwa pemuasan keinginan daging ini sudah membuat kita gagal menuai rencana Tuhan dan akan kehilangan bagian dalam Kerajaan Allah.

Oleh karena itulah dalam ayat yang sama ini Yesus mengajak kita untuk terus berjaga-jaga dan berdoa supaya jangan sampai kita menuruti keinginan daging yang lemah lalu menuai konsekuensi buruk. Tidak bisa tidak, kita harus benar-benar menyalibkan daging supaya kita bisa mengalami sebuah hidup yang dipimpin oleh Roh, bukan dikuasai oleh segala yang diinginkan daging.

Godaan akan selalu hadir untuk menjebak kita. Itu tidak akan pernah mudah. Antara roh dan daging akan selalu tarik menarik Tapi kita harus berkomitmen secara serius agar kita jangan sampai kalah terhadap segala yang diinginkan daging. Hidup yang kita jalani jangan sampai dikuasai oleh daging tapi seharusnya oleh Roh. Itulah yang akan membuat kita bisa hidup dalam damai sejahtera dan penuh dengan buah Roh.

Keinginan daging merupakan hal yang berasal dari dunia bukan dari Allah. Hiduplah dipimpin oleh Roh bukan daging

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, March 29, 2018

Daging vs Roh (2)

(sambungan)

Banyak juga yang menghubungkan keinginan daging ini dengan 7 deadly sins yaitu pride (kesombongan), greed (tamak), lust (nafsu), envy (iri), gluttony (rakus), wrath (murka) dan sloth (malas). Perhatikan poin-poinnya, bukankah ada banyak hal yang bisa membuat kita nikmat? Keinginan untuk mengejar kekayaan, status, popularitas, jabatan akan mudah membuat kita mementingkan diri sendiri dan iri terhadap orang lain, dan disana bisa muncul perselisihan, perseteruan, amarah, dan sebagainya. Dan dengan tegas Paulus mengatakan bahwa orang-orang yang hidup seperti ini, artinya hidup mengikuti keinginan daging atau melakukan perbuatan daging tidak akan bisa mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Keinginan daging ini terus mencoba masuk ke dalam diri kita lewat banyak cara. Acara-acara hiburan dan iklan secara langsung maupun tidak langsung membuat kita terbiasa akan pola dunia yang memuaskan daging ini. Kalau tidak waspada, kita bisa menganggap semua itu wajar dan kemudian kita anggap benar. Lagu-lagu jaman sekarang ada banyak yang berisi pesan yang mengarah kepada kedagingan juga, baik yang nyata-nyata lewat liriknya maupun pesan-pesan subliminal yang masuk ke alam bawah sadar kita. Bahkan lagu atau acara yang tampaknya ditujukan buat anak-anak saat ini banyak yang berisi pesan yang tidak mendidik, sehingga orang tua harus lebih hati-hati memilah tontonan atau lagu yang baik didengar oleh anak-anaknya terutama yang masih kecil dan sedang bertumbuh menuju dewasa.

Karena keinginan daging ini begitu menggoda ditambah dengan penyesatan lewat berbagai arah, orang-orang percaya dan hamba Tuhan pun bisa terkontaminasi. Ada diantara mereka yang  aktif melayani sementara masih pula terikat dengan berbagai keinginan daging. Ada diantara mereka yang jatuh akibat dosa selingkuh, korupsi, minum minuman keras, kesombongan, egois atau mementingkan diri sendiri dan sebagainya.

Banyak dari keinginan-keinginan daging ini sepintas terlihat lumrah sehingga kerap tidak dianggap sebagai sebuah dosa besar. Alasan cuma sekali-kali menjadi sebuah pembenaran atau berkompromi. Padahal kalau kita biarkan, cepat atau lambat keinginan-keinginan daging ini akan menggiring kita untuk masuk ke dalam bahaya. Semakin jauh berpaling dari Tuhan, semakin jauh masuk dalam tipu daya iblis. Kita akan kehilangan kesempatan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah yang padahal sudah diberikan sebagai kasih karunia lewat pengorbanan Tuhan Yesus sendiri.

Alkitab memberi begitu banyak contoh kejatuhan pelayan-pelayan Tuhan akibat terjerumus dalam keinginan daging. Misalnya imam besar Eli (1 Samuel 2:11-17) atau Simson yang jatuh akibat godaan Delila (Hakim Hakim 13-17). Daud seorang yang berkenan di hati Allah pun tidak luput dari dosa akibat keinginan daging. Lihat apa yang terjadi ketika Daud menyuruh Yoab dan seluruh orang Israel pergi berperang sementara ia santai-santai di istana. Apa akibatnya? Ketika itulah Daud mengintip Batsyeba mandi, dan selanjutnya berzinah, bahkan sampai membunuh Uria, suami Batsyeba. Kisah ini dapat dibaca pada 2 Samuel 11. Dimulai dari keinginan mata, lantas masuk ke dalam pemuasan keinginan daging. Dan lihatlah dosa demi dosa kemudian datang dalam ukuran yang makin besar. Dari mengintip hingga membunuh. Bagaimana pandangan Tuhan mengenai perbuatan Daud? "Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN." (2 Samuel 11:27).

Ada banyak lagi contoh kejatuhan tokoh-tokoh alkitab yang disebabkan oleh keinginan daging, dan ini harusnya bisa menjadi pelajaran bagi kita bahwa tidak satupun dari kita yang benar-benar kebal terhadap kecemaran lewat keinginan daging. Oleh karena itu kita benar-benar harus serius memperhatikan hal ini.

Lantas harusnya bagaimana? Firman Tuhan dengan jelas berkata bahwa kita seharusnya hidup sesuai keinginan Roh, bukan daging. Orang yang hidup menurut daging akan memikirkan hal-hal yang dari daging, sebaliknya orang yang hidup menurut Roh akan memikirkan hal-hal menurut Roh, bukan menurut keinginan manusia atau dagingnya (Roma 8:5). Lebih lanjut, dikatakan bahwa "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera." (Roma 8:6).


(bersambung)


Wednesday, March 28, 2018

Daging vs Roh (1)

Ayat bacaan: Roma 8:7
=====================
"Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya."

Sejak beberapa renungan terdahulu saya memusatkan fokus pada apa yang disampaikan dalam 1 Yohanes 2. Perikop 1 Yohanes 2:7-17 menyampaikan betapa pentingnya paradigma yang benar dalam menjalani hidup. Apa yang ia sampaikan seperti sebuah perintah baru tetapi sebenarnya tidak baru-baru amat juga. Baru bagi yang sudah lama melupakan perintah-perintah tersebut, tidak baru karena semuanya sudah pernah disampaikan jauh sebelumnya apalagi Yesus sendiri sudah menunjukkan seperti apa hidup menurut paradigma Kerajaan dalam masa kedatanganNya turun ke bumi dan apa yang harus kita lakukan menjelang kedatangannya untuk kali kedua.

Apa yang membuat banyak orang melenceng dari ketetapan Tuhan yang sebenarnya sudah seharusnya diketahui tidak lain adalah pola kehidupan menurut cara dunia yang bertentangan dengan semua itu. Dunia akan terus menggiring kita kepada hal-hal yang dianggap bisa mendatangkan kebahagiaan atau kepenuhan yang sebenarnya bertolak belakang dengan prinsip-prinsip Kerajaan. Kita mungkin tahu apa yang seharusnya kita lakukan. Tapi masalahnya, kita hidup di dalam dunia sehingga kalau tidak hati-hati paradigma kita pun akan bergeser lantas menerima semua itu sebagai sebuah kebenaran.

Kita menghidupi berbagai 'ajaran' dunia' selama bertahun-tahun, mengadopsi tawaran-tawarannya sebagai sebuah gaya dan cara hidup sampai-sampai kita merasa aneh ketika diingatkan mengenai prinsip yang benar menurut Kerajaan Allah. Banyak yang menganggap orang-orang yang hidup sesuai dengan prinsip Allah sebagai orang yang aneh, bego atau bodoh. Itu menunjukkan betapa paradigma manusia secara umum sudah terlalu jauh melenceng dari kebenaran dan sudah berakar terlalu kuat dalam diri mereka sehingga sudah terlalu sulit untuk diubah.

Secara umum ada tiga hal yang menjadi 'titik serang' yang harus kita waspadai seperti yang disebutkan Yohanes dalam 1 Yohanes 2 ayat 15-16. "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."

Dari ayat ini Yohanes menyebutkan ketiga hal tersebut yaitu: keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan/kesombongan. Dalam renungan sebelumnya saya sudah membahas tentang keangkuhan/kesombongan dan keinginan mata. Kali ini mari kita lanjutkan pada poin pertama, Keinginan Daging.

Apakah yang dimaksud dengan keinginan daging? Keinginan daging adalah rupa-rupa keinginan yang berasal dari tubuh kita yang dianggap bisa memenuhi kebutuhan akan kenikmatannya. Keinginan daging cenderung berhubungan dengan hal-hal yang nikmat dan menyenangkan, karena berhubungan dengan keinginan manusia itu sendiri tanpa memperhatikan keinginan Tuhan, yang justru ada dalam keinginan roh. Hidup dalam daging berarti memikirkan dan mencari hal-hal yang memuaskan daging. Dan disana ada banyak jebakan lewat segala sesuatu yang menggoda. Kalau kita hanya melihat kenikmatannya, kita bisa terperangkap dosa yang tentu saja akan membawa kita menuju maut.

Apa saja sebenarnya keinginan daging itu? Dalam Galatia kita bisa menemukan penjelasan secara detail yang disampaikan oleh Paulus.  "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (Galatia 5:19-21).

(bersambung)


Tuesday, March 27, 2018

Peeping Tom (2)

(sambungan)

Selain kepada mata, Yesus juga menyampaikan hal penting yang harus diingat tentang tangan. "Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka." (ay 30).

Kedua anggota tubuh ini menjadi contoh mewakili anggota-anggota tubuh lainnya yang harus kita jaga dengan sangat serius. Mengapa? Karena Alkitab sudah mengatakan bahwa "roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Markus 14:38). Daging yang lemah sering membuat kita tak berdaya, dan berbagai godaan itu seringkali masuk lewat berbagai indera tertentu yang tidak terkawal baik. Banyak yang memasang pagar batas Firman Tuhan dengan terlalu fleksibel tergantung dari kemauannya sendiri. Ada yang sama sekali tidak ada pagarnya, bahkan tidak jarang ada yang dengan sengaja atau penuh kesadaran untuk menggunakan anggota tubuhnya untuk hal-hal jahat yang mengandung dosa. Kalau itu kita tidak mempedulikan hal ini, ada banyak bentuk kenikmatan kedagingan yang akan dengan mudah dan segera mempengaruhi kita yang bisa dipakai iblis sebagai pintu masuk untuk membinasakan kita.

Yohanes mengingatkan kita: "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:17). Ayat ini mengatakan bahwa dunia sedang lenyap dengan kenginannya, dan itu menjadi semakin jelas terlihat hari-hari belakangan ini. Ketika kita memilih untuk bergabung dengan segala kenikmatan yang ditawarkan dunia maka itu berarti kitapun sedang lenyap dengan keinginan-keinginan daging kita. Hanya orang yang melakukan kehendak Allah-lah yang akan tetap hidup selama-lamanya alias kekal.

Agar bisa melakukan kehendak Allah maka kita harus mampu menyalibkan semua keinginan-keinginan daging kita dan hidup seturut kehendak Allah dengan ketaatan penuh. Ketika itulah kita menjadi milik Kristus seutuhnya. Hal ini pun disampaikan lewat Paulus yang bunyinya: "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24).

Kembali pada ayat bacaan kita di atas, apakah Yesus bermaksud kejam dan sadis untuk menyuruh kita benar-benar mencungkil mata atau memotong tangan sendiri? Tentu saja tidak. Apa yang menjadi pesan Kristus adalah bahwa kita harus benar-benar memperhatikan segala sesuatu secara cermat, menjaga setiap anggota tubuh kita dengan kewaspadaan penuh agar tetap kudus dan jauh dari segala kecemaran. Daripada tubuh kita secara utuh disiksa di neraka untuk jangka waktu yang tidak terbatas alias selamanya, bukankah jauh lebih baik kita mencungkil saja mata kita atau memotong lengan?  Jangan sampai karena satu atau dua anggota tubuh kita celaka berakhir di posisi di luar kasih karunia dan harus masuk di neraka. Jadi, daripada kelak kita harus menerima konsekuensi dilempar ke neraka lebih baik buang saja anggota tubuh yang mengganggu itu. Tapi tentu saja itu menjadi pilihan terakhir kalau memang kita benar-benar tidak mampu lagi mengendalikannya. Selama kita masih mampu, tentu tidak perlu seperti itu.

Karenanya penting bagi kita untuk menjaga benar-benar mata dan berbagai organ tubuh lainnya. Yesus tidak menginginkan satupun dari kita untuk menderita dengan cara demikian, tetapi Dia memberikan peringatan keras akan konsekuensi yang sangat serius yang menanti di depan sana jika kita mengabaikan pentingnya menjaga berbagai organ tubuh ini.

Yesus rindu melihat kita semua berhasil menerima keselamatan yang kekal dimana tidak lagi ada penderitaan apapun. Untuk itu Dia bahkan rela menyerahkan diriNya sendiri menggantikan kita di atas kayu salib. Oleh karena itulah Yesus mengingatkan dengan tegas akan pentingnya menjaga anggota-anggota tubuh kita agar tetap kudus, termasuk di dalamnya mata yang seringkali menjadi pintu masuk dosa yang membinasakan kita. Memakai mata untuk hal-hal yang buruk bisa membuat kita kehilangan seluruh janji Allah dan membuat segala pengorbanan Kristus menjadi sia-sia. Tidak satupun dari kita yang ingin mata kita dicungkil, atau seperti kisah kuno tentang Peeping Tom di atas, jangan sampai pula kita kemudian harus menerima konsekuensi serius akibat melakukan pelanggaran. Karena itu jagalah mata dengan baik dan pergunakanlah selalu untuk hal yang baik yang bisa memuliakan Tuhan.

Pastikan dan jaga bahwa segala yang dibawa mata untuk masuk ke hati hanyalah segala sesuatu yang baik

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, March 26, 2018

Peeping Tom (1)

Ayat bacaan: Matius 5:29
====================
"Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka."

Ada sebuah kisah kuno dari jaman Anglo Saxon (Inggris Kuno) sekitar abad ke 11. Pada masa itu hiduplah seorang ratu bernama Godiva. Ratu ini merasa iba melihat suaminya, sang raja memasang tarif pajak yang sangat tinggi bagi rakyatnya. Berkali-kali ia memohon agar suaminya mengurangi beban pajak rakyat, tapi suaminya tetap menolak. Suatu ketika raja merasa kesal karena terus menerus diminta istrinya menurunkan pajak. Dan dia pun mengatakan bahwa ia siap mengabulkan permohonan istrinya, hanya saja dengan satu kondisi: istrinya harus mengendarai kuda mengelilingi kota tanpa memakai apa-apa. Karena rasa belas kasihnya yang begitu besar bagi rakyatnya, ratu pun setuju untuk merendahkan dirinya sampai sehina itu.

Sebelum ia melakukan syarat tersebut, sang ratu pun memberi pengumuman terlebih dahulu agar rakyatnya jangan ada yang keluar dan melihatnya berkeliling kota. Semua ini dia lakukan untuk mereka, para rakyat yang dihimpit beban pajak besar. Jadi setidaknya mereka bisa menunjukkan rasa syukur dengan mematuhi permintaan ratu mereka. Dan tibalah saatnya. Semua penduduk patuh untuk tidak melihat sang ratu. Mereka menutup pintu dan jendela rapat-rapat. Kecuali satu orang, seorang penjahit muda bernama Tom. Tom tidak kuasa untuk menahan rasa penasarannya melihat ratu tanpa busana. Apa yang terjadi selanjutnya? Kisah legendaris ini mengatakan bahwa Tom kemudian menjadi buta akibat perbuatannya. Penyesalan menjadi terlambat. Ia tidak pernah bisa melihat lagi sampai akhir hayatnya. Tom si pengintip, dalam bahasa Inggrisnya disebut Peeping Tom. Hingga hari ini Peeping Tom di luar sana masih dipakai untuk menggambarkan pria asusila yang gemar mengintip.

Saya masih ingin melanjutkan apa yang sudah kita bahas kemarin mengenai keinginan mata. Mata berfungsi bagaikan lensa kamera yang menangkap sesuatu secara visual lalu dibawa dan diolah dalam hati hingga terbentuk sebuah rasa. Mata secara bebas bergerak leluasa untuk menangkap gambar demi gambar dari apa yang berada disekitar kita. Kita bisa memandang wajah orang tua, anak, istri/suami, melihat keindahan alam, menonton film, berkendara dan melakukan kebanyakan pekerjaan karena mata kita masih berfungsi baik. Kalau mata dipakai untuk hal-hal yang positif tentu baik, tapi yang jadi masalah kalau mata dipakai untuk hal-hal yang berkaitan dengan dosa. Dari mata turun ke hati dan menjadi tertarik, itu wajar. Yang tidak wajar adalah kalau dari mata kemudian menjadi berbagai fantasi-fantasi yang berorientasi kepada hal-hal yang tidak pantas, kalau mata dipakai untuk jelalatan dalam melihat lawan jenis misalnya.

Itu baru satu dari sekian banyak hal buruk yang bisa dilakukan lewat penyalahgunaan mata. Ada begitu banyak hal yang bisa menyesatkan justru berawal dari penglihatan lewat mata. Bukan hanya hal-hal yang berbau pornografi atau amoral, mata juga bisa menggoda kita untuk memiliki sesuatu benda yang membuat kita rela menghalalkan segala cara untuk bisa memilikinya. Ada banyak penyesatan yang berasal dari mata, dan Tuhan pun sudah mengingatkan dengan tegas agar kita benar-benar menyaring dengan seksama apa yang dilihat oleh mata seperti yang tertera dalam banyak ayat di sepanjang Alkitab. .

Ada sebuah ungkapan dari Jepang menjadi sesuatu yang sangat dikenal dunia, berkata: "See no evil, hear no evil, speak no evil." Ungkapan ini sering digambarkan dengan keberadaan tiga ekor monyet yang masing-masing menutup sebuah indera seperti mata, telinga dan mulut. Mengapa tiga indera ini yang ditutup? Karena memang ketiga indra inilah yang sering menjadi awal dari masuknya dosa apabila tidak diawasi dengan benar. Ungkapan ini menggambarkan pentingnya mengawasi celah-celah yang bisa menjadi pintu masuk dosa agar kita tidak terjebak ke dalam hal-hal yang bisa merintangi hubungan kita dengan Tuhan lalu menggagalkan kita untuk menerima janji-janji Tuhan. Seringkali dosa-dosa ini berawal kecil, tetapi kemudian terakumulasi menjadi awal dari serangkaian dosa yang lebih besar lagi. Dan mata jelas merupakan salah satu titik lemah yang mudah diserang. Kalau kita tidak menjaganya baik-baik, celakalah kita.

Alkitab mencatat bagaimana tegasnya dan kerasnya Yesus mengingatkan bahayanya mata yang tidak dijaga. Begitu keras, sehingga Dia berkata: "Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka." (Matius 5:29). Ayat ini menunjukkan sebuah peringatan yang sangat keras agar kita serius menjaga mata. Sebelum menyampaikan itu, Yesus mengawali dengan sebuah pesan penting mengenai standar tinggi prinsip Kerajaan terhadap zinah. Yesus mengatakan dengan memandang seorang wanita dan menginginkannya meski hanya dalam hati saja, itu sudah sama artinya dengan berzinah. (ay 28). Tentu tidak ada yang ingin dengan sengaja ingin matanya dicungkil bukan? Tapi itu lebih baik daripada membiarkan diri kita binasa, terus berjalan mendekati api neraka yang menyala-nyala.

(bersambung)


Sunday, March 25, 2018

Lapar Mata (3)

(sambungan)

Bahayanya perzinahan yang kerap dimulai dari mata ini pun sudah diingatkan oleh Yesus. Perhatikan apa kata Yesus berikut ini: "Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya." (Matius 5:27-28).

Sejauh mana perbuatan itu hingga dianggap zinah? Banyak yang menganggap bahwa zinah terjadi saat ada persetubuhan dengan lawan jenis yang bukan pasangan resmi. Tapi Yesus menegaskan bahwa apabila kita melihat dan menginginkannya saja sekalipun, itu sudah dianggap sebagai sebuah zinah. Memandang atau melihat, itu pasti menggunakan mata. Dari melihat, kemudian menginginkan, selanjutnya bermacam-macam kejahatan siap menelan.

Dalam kisah lain pada kitab 1 Raja Raja 21, kita bisa melihat kisah raja Ahab yang menginginkan kebun anggur milik Nabot. Waktu Nabot menolak karena kebun itu merupakan harta pusaka nenek moyang, raja Ahab pun termakan godaan istrinya Izebel untuk membunuh Nabot. Akibatnya pun cukup fatal. Apa yang dilakukan Ahab dikatakan sebagai sebuah hal yang jahat di mata Tuhan. (1 Raja Raja 21:25). Keinginan mata bisa membuat kita serakah ingin menguasai harta orang lain, atau menghamba pada harta agar bisa memiliki harta benda yang mungkin belum saatnya kita miliki.  Ini baru dua dari sisi negatif mata yang tidak dijaga dengan baik.

Salomo mengatakan bahwa mata manusia tidak akan pernah puas. "Dunia orang mati dan kebinasaan tak akan puas, demikianlah mata manusia tak akan puas." (Amsal 27:20). Apa yang dimunculkan oleh keinginan mata bisa meracuni hati kita dengan berbagai keinginan yang tidak pada tempatnya, menginginkan apa yang bukan milik kita. Mata juga kalau dibiarkan akan selalu menuntut lebih alias tidak pernah puas.

Mata sangat bermanfaat dalam hidup, tapi tidak semua yang diinginkan mata mendatangkan manfaat bagi kita, bahkan bisa menjebak kita untuk tidak lagi hidup menuruti kehendak Allah. Kalau demikian, mata perlu kita awasi baik-baik dan ditundukkan dalam hukum Roh. Jika keinginan mata mulai menggoda, berdoalah seperti Pemazmur "Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!" (Mazmur 119:37)

Dengan mengetahui bahwa serangan kerap masuk lewat mata, marilah kita selalu menjaga mata kita dari berbagai keinginan-keinginan yang sifatnya duniawi agar kita tidak tersandung ke dalam jebakan dosa, turut hilang bersama dunia yang sedang lenyap bersama keinginan-keinginannya tapi bisa tetap hidup selama-lamanya dengan melakukan kehendak Allah. Jangan pernah abaikan fakta bahwa mata bisa membutakan hati untuk menginginkan banyak hal yang jahat di hadapan Tuhan.

Pergunakan anugerah Tuhan untuk memuliakanNya dan memberkati sesama

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, March 24, 2018

Lapar Mata (2)


(sambungan)

Jadi kalau kita masih dikuasai oleh ketiga hal ini, maka itu artinya hidup kita belumlah berakar pada kasih Bapa melainkan kepada cinta dunia. Ayat ini mengingatkan kita akan tolok ukur apakah kita sudah hidup dalam kasih Allah atau masih berpusat pada dunia dan segala hal buruk yang ditawarkannya.

Jika dalam beberapa renungan sebelumnya kita sudah melihat bahayanya keangkuhan atau kesombongan, hal kedua yang patut kita waspadai adalah keinginan mata. Betapa pentingnya mata bagi kita, itu sudah pasti. Tuhan begitu baik memberikan kita mata untuk memudahkan kita bekerja dan tentu saja agar kita bisa melihat kreasiNya yang begitu artistik dan indah dalam segala keragaman yang tak terhitung jumlahnya. Meski demikian, kalau mata tidak dijaga dan dikendalikan, mata bisa menjadi salah satu jendela dosa yang paling efektif.

Lewat mata kita melihat hal-hal baik, lewat mata juga kita bisa melihat yang tidak baik atau tidak pantas untuk dilihat. Selain itu apa yang kita lihat bisa menimbulkan berbagai keinginan, yang kalau tidak dikendalikan dapat membuat kita tersandung dalam proses perjalanan hidup kita. Ada banyak orang yang akhirnya tergoda untuk korupsi karena tidak tahan melihat gemerlap kekayaan orang-orang disekitarnya. Ada yang sulit menabung bahkan jadi berhutang karena ingin menyamai gaya hidup dalam lingkungan pertemanan. Kita mendengar banyak berita perkosaan yang diawali dari menonton film porno.

Mata bisa menggiring kita untuk menginginkan apa yang bukan menjadi milik kita. Bukankah gawat kalau kita menginginkan istri orang misalnya? Atau harta benda milik orang lain? Itu jelas bisa mendatangkan begitu banyak dosa yang akan menghancurkan kita. Atau, kalau orang mau menipu, salah satu kode yang paling populer adalah dengan mengedipkan mata. Semua ini berhubungan dengan mata yang bisa mejadi awal kejatuhan orang dalam dosa.

Sebuah bukti kuat tentang bahayanya keinginan mata bisa kita lihat lewat kisah hidup salah satu tokoh besar dalam Alkitab, yaitu Daud. Kurang terbukti apa lagi iman Daud? Kita bisa melihat bagaimana ia terus tegar dan percaya penuh pada Tuhan dalam menghadapi setiap kesulitan dalam hidupnya. Ia tampil di depan menghadapi Goliat dengan gagah berani dan menang karena mengandalkan Tuhan. Sejak kecil ia menghalau binatang-binatang buas yang hendak memangsa ternak yang ia gembalakan karena ia percaya ada Tuhan bersamanya. Dalam masa-masa sulit saat hendak dibunuh Saul, ia kembali menunjukkan kekuatan otot imannya. Tapi dalam hidup Daud ada catatan kelam, dan itu terbukti dimulai dari mata.

Berawal dari mata yang ia pakai untuk mengintip Batsyeba mandi, Daud terus terperosok pada dosa yang terus bertumbuh semakin besar. Ia melakukan perbuatan zinah sampai merancang pembunuhan secara tidak langsung dengan mempergunakan akal. Dosa-dosa perselingkuhan dan zinah pun sering berawal dari ketidakmampuan mengendalikan mata. Dan seperti Daud, perbuatan ini bisa menjadi hanya sebuah awal untuk datangnya serangkaian perbuatan dosa lainnya yang mengikuti setelahnya.

Kalau ada yang mengira bahwa tidak apa-apa melakukan dosa-dosa kecil saja, sesungguhnya memberi kesempatan sekecil apapun terhadap perbuatan dosa bisa menjadi pintu masuk si jahat untuk menghancurkan kita secara habis-habisan. Itu sama seperti membuka jalan air yang bisa jadi pada suatu ketika mendatangkan banjir yang sebelum bisa ditangani sudah keburu menimbulkan bencana. Atau sama seperti bermain korek api, kita bisa terbakar. Meski hanya bermain di tepi sungai, kita bisa terbawa arus kalau lengah bahkan sedikit saja. Karena itu kita tidak boleh memberi kesempatan apapun terhadap masuknya dosa.

(bersambung)


Friday, March 23, 2018

Lapar Mata (1)

Ayat bacaan: Amsal 27:20
========================
"Dunia orang mati dan kebinasaan tak akan puas, demikianlah mata manusia tak akan puas."

Ada istilah "lapar mata" yang mengacu kepada keinginan untuk makan diluar kebutuhan. Seorang ahli psikologi asal Amerika membagi rasa lapar atas dua kategori: physical hunger dan emotional hunger. Lapar yang 'palsu' ini biasanya datang bukan dari perut melainkan dari pandangan mata. Misalnya saat melihat makanan yang tampaknya menarik dari sisi penyajian, melihat roti atau makanan di etalase, iklan dan sebagainya, seseorang merasa ingin makan padahal sedang tidak lapar. Karena lapar yang satu ini lahir lewat pandangan mata dan menggerakkan sisi emosional bukan kebutuhan fisik, makanya kita menyebutnya lapar mata.

Sebuah penelitian menyebutkan 34 persen orang mengalami masalah dengan berat badannya berawal dari lemahnya mereka mengatasi lapar mata. Jadi kalau lapar mata dituruti, kita bisa dapat masalah dengan kondisi kesehatan kita. Dan pastinya, lapar mata ini akan membuat kita harus keluar uang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak kita butuhkan.

Tidak ada orang yang tidak ingin punya mata. Bahkan banyak orang rela menghabiskan dana jutaan hingga puluhan juta rupiah agar bisa memiliki mata yang indah dan bagus. Diluar keindahan mata, keadaan kemampuan mata pun sangatlah penting. Kalau mata sudah mulai kabur, kacamata, lensa kontak atau mungkin operasi atau dengan menggunakan laser diusahakan orang agar mata bisa kembali berfungsi dengan baik. Lalu bagi yang pernah jatuh cinta atau minimal tertarik pada seseorang tentu familiar dengan pepatah 'dari mata turun ke hati' alias 'love at first sight'.

Mata bisa menjadi jendela hati untuk memunculkan perasaan-perasaan tertentu yang berawal dari sesuatu yang visual. Ada pepatah lain yang mengatakan bahwa "mata adalah jendela hati yang menyimpan seribu cerita". Apa yang dimaksud oleh pepatah ini adalah bahwa semua yang dirasakan hati kita bisa tercermin dari mata.

Ada banyak manfaat positif yang bisa kita peroleh dari indera yang satu ini, tapi jangan lupa pula bahwa lewat mata pula ada banyak masalah yang bisa muncul lewat mata seperti lapar mata tadi misalnya. Lebih dari itu, banyak jebakan dosa bisa menyelinap masuk lalu menghancurkan kita. Other than the ability to capture love at first sight,  so many danger can cost us and our life to die starting from our pair of eyes. Bayangkan kalau kita menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar makanan, yaitu menginginkan yang bukan milik kita. Bukankah itu bisa mendatangkan masalah besar dalam hidup kita?

Ayat 1 Yohanes 2:15-16 berkata: "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:15-16). Yohanes mengatakan bahwa apabila kita mencintai dunia maka tidak ada kasih Bapa dalam diri kita. Mengapa? Karena tiga hal yang secara umum sesungguhnya bukan berasal dari Bapa, melainkan dari dunia yang bisa menghancurkan kita. Apa saja? Itu adalah:
- keinginan daging
- keinginan mata
- keangkuhan hidup

(bersambung)

Thursday, March 22, 2018

Raja Hizkia dan Nebukadnezar (3)

(sambungan)

Untunglah ia memiliki sikap yang benar setelah hukuman itu. Ia segera sadar dan mengakui kebesaran Tuhan. Bentuk pengakuannya atas kesalahannya tertulis jelas dalam ayat selanjutnya.

"Tetapi setelah lewat waktu yang ditentukan, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun. Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya: "Apa yang Kaubuat?" Pada waktu akal budiku kembali kepadaku, kembalilah juga kepadaku kebesaran dan kemuliaanku untuk kemasyhuran kerajaanku. Para menteriku dan para pembesarku menjemput aku lagi; aku dikembalikan kepada kerajaanku, bahkan kemuliaan yang lebih besar dari dahulu diberikan kepadaku. Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga, yang segala perbuatan-Nya adalah benar dan jalan-jalan-Nya adalah adil, dan yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak." (ay 34-37).

Dari kisah kehidupan dua raja pada jaman yang berbeda ini kita bisa melihat betapa berbahayanya keangkuhan atau kesombongan itu. Hukuman yang bisa jatuh tidak main-main. Itu bisa mendatangkan murka Allah yang hanya akan merugikan kita sendiri maupun bisa mendatangkan malapetaka yang lebih luas. Kita cenderung menganggap itu sebagai hal wajar, atau mengira boleh dilakukan sekali-sekali, tapi sesungguhnya itu bisa mendatangkan konsekuensi yang berat.

Keangkuhan sangatlah berlawanan dengan kerendahan hati yang menjadi ciri khas kekristenan. Allah sangat menentang keangkuhan seperti yang disampaikan Yakobus. "Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."(Yakobus 4:6) Tinggi hati akibat keangkuhan membuat orang menolak bergantung pada Allah dan memberikan kepada diri sendiri kehormatan yang seharusnya diberikan pada Tuhan. Seperti halnya keinginan daging dan keinginan mata, perkara keangkuhan pun dapat membuat kita tersandung dalam proses pertumbuhan kita. Ada banyak dosa mengintip dari kesombongan, dan Tuhan sangat membenci sikap ini.

Kita harus terus meneladani perilaku Kristus yang melayani siapapun dengan penuh kasih. Dan ingatlah bahwa keangkuhan tidak akan pernah mendapat tempat dalam kasih. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong." (1 korintus 13:4).

Ketika kita mendapat limpahan berkat baik dari segi kemakmuran, ketrampilan maupun talenta, bersyukurlah pada Tuhan dan pakailah itu untuk memberkati sesama. Hindari sikap sombong dalam kondisi apapun, dalam alasan apapun. Marilah kita semua belajar hidup rendah hati dan penuh kasih seperti Kristus.

"A person full of the Holy Spirit cannot be full o self. Pride never accompanies power in the fully yielded life." - Beth Moore

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, March 21, 2018

Raja Hizkia dan Nebukadnezar (2)


(sambungan)

Pertama, kisah raja Hizkia dalam kitab 2 Raja Raja dan 2 Tawarikh. Siapa Hizkia itu? Hizkia adalah seorang raja yang disebutkan saleh yang punya hubungan dekat dengan Tuhan. Hizkia dikenal selalu berpaut pada Tuhan dan berpegang pada perintah-perintah Tuhan sehingga bahkan dikatakan bahwa tidak ada lagi yang sama seperti dia diantara raja-raja Yehuda. (2 Raja Raja 18:5-6). Arti dari Hizkia adalah "Yahwe adalah kekuatanku", yang membuatnya jelas mengawali dengan sangat baik. Hizkia pun disebut 'melakukan apa yang benar di mata Tuhan, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya." (2 Tawarikh 29:2). Ia memerintah sekitar 700 tahun Sebelum Masehi, menjabat raja pada usia muda dan memerintah selama hampir 30 tahun.

Ia mencatat begitu banyak kegemilangan dalam karirnya. Dialah yang membuka pintu-pintu Rumah Tuhan dan memperbaikinya serta mendatangkan para imam kesana (2 Tawarikh 29:3-4), ia meremukkan tugu-tugu berhala, menebangnya dan menghancurkan ular tembaga dimana pada masa itu orang Israel membakar korban bagi ular ini sebagai bentuk penghormatan. Dalam melawan bangsa yang memerangi mereka, Hizkia mengandalkan Tuhan (2 Tawarikh 32:1-23, 2 Raja Raja 18:1-19). Betapa hebatnya raja Israel yang satu ini.

Sayangnya ditengah kelimpahan berkat Tuhan yang selalu menyertainya, Hizkia sempat jatuh dalam keangkuhan menjelang tahun-tahun terakhir pemerintahannya. 2 Tawarikh 32:24 ia menderita sakit dan meminta Tuhan menyembuhkannya. Ia pun mendapatkan kesembuhan dari Tuhan. Tapi bukannya bersyukur, ia malah terjebak menjadi sombong. Akibatnya Tuhan pun marah. Hampir saja Yehuda dan Yerusalem ditimpa murka Allah karena kesalahan raja mereka Hizkia. "Tetapi Hizkia tidak berterima kasih atas kebaikan yang ditunjukkan kepadanya, karena ia menjadi angkuh, sehingga ia dan Yehuda dan Yerusalem ditimpa murka." (2 Tawarkih 32:25).

Untunglah Hizkia cepat sadar akan keangkuhannya sehingga murka Allah tidak sampai menimpa bangsa yang dipimpin Hizkia pada masa pemerintahannya (2 Tawarikh 32:25-26). Bukan saja Tuhan mengampuni dan menjauhkan murkanya segera setelah Hizkia dan rakyatnya berbalik merendahkan diri, Tuhan pun kemudian memberkati Hizkia dengan kekayaan dan kemuliaan yang sangat besar yang segera ia pakai untuk memakmurkan bangsanya. Kisah yang hampir berakhir tragis karena dosa kesombongan pun kemudian berujung hal yang indah.

Dari kisah lain, mari kita lihat apa yang terjadi pada raja Nebukadnezar dalam kitab Daniel. Nebukadnezar sebagai raja juga memiliki kekuasaan dan keagungan. Sayangnya ia lupa dari mana semua itu berasal. Saat ia tengah berjalan di atap istana, "berkatalah raja: "Bukankah itu Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?" (Daniel 4:30). Lihatlah sikap angkuhnya lewat ucapan yang memegahkan dirinya sendiri.


Akibatnya fatal. Belum habis ia bicara, tiba-tiba terdengarlah suara dari langit. "Kepadamu dinyatakan, ya raja Nebukadnezar, bahwa kerajaan telah beralih dari padamu; engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!" (ay 31-32).

Dan tepatnya itulah yang langsung terjadi. "Pada saat itu juga terlaksanalah perkataan itu atas Nebukadnezar, dan ia dihalau dari antara manusia dan makan rumput seperti lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit, sampai rambutnya menjadi panjang seperti bulu burung rajawali dan kukunya seperti kuku burung." (ay 33). Hukuman ini jatuh kepadanya bukan hanya sesaat melainkan harus ia tanggung selama tujuh musim.

(bersambung)


Tuesday, March 20, 2018

Raja Hizkia dan Nebukadnezar (1)

Ayat bacaan: Amsal 8:13
=======================
"Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat."

Berkecimpung di dalam dunia musik membuat saya mengenal banyak musisi atau penyanyi. Sebagian dari mereka sudah saya kenal sebelum mereka sukses alias pada saat mereka masih dengan susah payah meniti karirnya dari bawah. Sikap mereka bermacam-macam. Ada yang tetap rendah hati dan ramah kepada semua orang saat mereka sudah sukses, ada yang berubah menjadi sombong. Tadinya senang kumpul-kumpul di belakang panggung, sekarang ia minta ruang sendiri. Bahkan ada yang punya syarat kalau mau mengundang mereka harus mengosongkan full satu lantai buat dirinya. Ada pula artis yang sudah senior hingga legendaris yang ternyata bisa tetap rendah hati dan bersikap sangat ramah baik kepada orang yang mereka kenal, penggemar dan lain-lain. Yang paling kacau adalah mereka yang sudah sombong sebelum terkenal. Apakah ada orang-orang seperti ini? Ada, dan jumlahnya lumayan. Sangat disayangkan bahwa kesuksesan lewat talenta yang mereka miliki seringkali harus berakhir sebelum saatnya hanya karena tidak bisa menjaga sikap.

Suatu kali pada perhelatan festival musik berskala internasional di negara kita, saya berpapasan dengan seorang musisi, pencipta lagu, arranger dan pentolan band terkenal dunia yang berasal dari Eropa. Di saat kebanyakan artis terkenal memilih untuk 'sembunyi' karena tidak mau/takut diserbu penggemar, artis yang satu ini dengan santai berjalan-jalan melihat booth-booth jualan yang ada di sana. Karena sosoknya sudah sangat dikenal, ia pun harus rela 'diganggu' dengan banyaknya permintaan foto dari orang-orang yang kebetulan ada di sana. Ia menyambut ramah siapapun yang menegurnya.

Saat bersalaman, saya melihat bagaimana ia dengan hangat menjabat tangan fansnya, tersenyum sambil menatap mata mereka dengan antusias yang menandakan bahwa ia menghargai orang yang menghampiri dan minta tanda tangan atau foto bareng. Ia bahkan tidak segan menggendong anak kecil agar sang ibu bisa memotret anaknya berdua dengan artis idola banyak orang ini. Apakah ia terganggu dan menyesal berada di tengah-tengah penonton festival di luar panggung? Menurutnya: sama sekali tidak. Menurutnya ia sadar bahwa sebagus apapun karyanya, semua itu tidak ada artinya tanpa penggemar. Tidak ada gunanya berkreasi membuat lagu-lagu jika tidak ada yang mendengar. Karena itu dia tidak pernah keberatan untuk temu ramah dengan fans dimanapun dia pergi. Ketika kita kerap mendengar artis-artis yang menuntut penghargaan dan fasilitas berlebihan untuk tampil di sebuah kota atau negara, apa yang dibuat artis terkenal asal Eropa ini bagi saya sangat menginspirasi dari sisi kerendahan hati.

Kemarin kita sudah melihat bahwa kesombongan tidaklah mendapat tempat dalam prinsip kebenaran Kerajaan Allah, apapun alasannya. Baik ketika kita secara tidak sadar atau tidak sengaja terjebak pada sikap menyombongkan diri apalagi kalau memang kita melakukannya dengan sengaja karena sudah lupa diri, Agur bin Yake dalam Amsal 30:32 mengatakan segeralah tekapkan tangan pada mulut, sebelum kita makin jauh terperosok pada sikap yang tidak disukai Tuhan ini.

Ketika kita berada dalam posisi yang tinggi dalam jabatan, ketika kita memiliki suatu kelebihan dibanding orang lain, baik dalam hal harta, kemampuan atau skill dan lain-lain, dosa keangkuhan ini diam-diam bisa menyelinap dalam diri kita tanpa kita sadari. Keangkuhan dapat membutakan rohani, sehingga membuat kita terlupa bahwa semua yang kita dapat sesungguhnya berasal dari berkat Tuhan, bukan atas kemampuan dan usaha kita semata. Betapa ironisnya jika orang yang diberkati Tuhan dengan talenta atau kemakmuran bukannya bersyukur dan semakin peduli, tapi malah menjadi sombong, tidak lagi peduli terhadap orang lain tapi malah merendahkan dan menghina, lantas juga merasa tidak lagi perlu Tuhan. Sikap ini menghinggapi jemaat Korintus diantara begitu banyak sikap amoral dan kejahatan lainnya yang terus mereka lakukan meski mereka sudah berakar dalam gereja. Dan Paulus pun menegur mereka dengan keras seperti yang bisa kita baca dalam surat 1 Korintus.

Sikap angkuh atau sombong menjadi salah satu dari tujuh hal yang dibenci Tuhan seperti yang diuraikan Salomo dalam Amsal 6:16-17. "Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya:mata sombong...." Seperti yang saya sampaikan dalam renungan sebelumnya, mata sombong dalam bahasa Inggrisnya disebutkan "Proud look", sikap yang meninggikan diri sendiri dan memandang rendah orang lain.

Ada begitu banyak kisah dalam Alkitab mengenai kesombongan dan bahaya maut yang bisa diakibatkan dari sikap yang bagi banyak orang dianggap biasa ini. Hari ini mari kita lihat dua diantaranya, yaitu dari dua raja di jaman berbeda.

(bersambung)

Monday, March 19, 2018

Tekapkan Tangan pada Mulut (3)

(sambungan)

Apabila kita memang harus mengungkapkan keberhasilan atau pencapaian yang berhasil kita capai, ungkapkanlah sewajarnya dengan disertai ucapan syukur. jangan terjebak pada dosa kesombongan. Kesombongan sesungguhnya tidak membawa manfaat apapun melainkan sangat berpotensi menjadi awal datangnya kehancuran. Dan itu pun sudah disebutkan pada sebuah ayat dalam Alkitab:  "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18).

Hanya dengan menjaga hati dengan baik kita bisa menghindari pembusukan yang terjadi di dalam diri kita, dimana salah satu produknya adalah kesombongan. Tuhan benci kepada kesombongan dan tidak suka saat kita melakukan itu, "Karena Allah merendahkan orang yang angkuh tetapi menyelamatkan orang yang menundukkan kepala!"(Ayub 22:29). Pada suatu saat nanti akan datang hukuman Tuhan atas orang-orang yang congkak dan angkuh. "Sebab TUHAN semesta alam menetapkan suatu hari untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh, serta menghukum semua yang meninggikan diri, supaya direndahkan." (Yesaya 2:12).

Menjadi sukses dalam segala hal menjadi kerinduan semua orang. Tidak satupun dari kita yang bercita-cita untuk gagal. Kita sekolah setinggi mungkin, membekali diri dengan banyak ilmu pengetahuan, mengasah kemampuan dan terus membawa segala usaha kita dalam doa agar diberkati Tuhan sehingga kita bisa berhasil dalam perjalanan hidup ini. Ketika kesuksesan tiba, jika tidak disikapi hati-hati kita bisa terjerumus dalam dosa kesombongan. Terlalu meninggikan atau membanggakan diri sendiri, selain tidak enak di dengar orang, tapi juga menunjukkan lupanya kita kepada peran Tuhan dibalik kesuksesan kita. Memang, mungkin kesuksesan hadir atas kerja keras kita. Tapi tanpa seijin Tuhan, tidak akan ada kesuksesan yang mungkin hadir. Selain itu, bukankah Tuhan juga yang memberikan talenta dan kemampuan ke dalam diri kita sehingga kita mampu berusaha hingga akhirnya sukses?

Semakin tinggi tingkat keberhasilan kita, semakin berpotensi pula kita terjebak pada dosa kesombongan. Pepatah yang berbunyi: "Ibarat padi, semakin berisi semakin merunduk" pun menjadi penting untuk kita ingat. Kita harus semakin rendah hati ketika kita semakin menapak naik. Benar, terkadang sulit bagi manusia untuk tidak merasa senang dan bangga ketika mereka mencapai sesuatu yang membanggakan. Tentu kita boleh bangga, tetapi jangan sampai itu hadir secara berlebihan sehingga menimbulkan sikap sombong. Kita harus hati-hati karena secara spontan terkadang kesombongan bisa keluar tanpa direncanakan.

Jika kita menyadari bahwa kesombongan ini bisa timbul tanpa direncanakan dan akan selalu mencari celah untuk masuk disela-sela keberhasilan kita, tips dari Agur bin Yake di atas bisa menjadi solusi cepat dan mudah untuk dilakukan. Jadi "Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!"

Seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, March 18, 2018

Tekapkan Tangan pada Mulut (2)

(sambungan)

Mengapa kita tidak boleh sombong? Sebagian orang menganggap itu sebagai 'reward' atas usaha keras, perjuangan dan pergumulan mereka terhadap sesuatu sampai sukses. Karenanya mereka merasa punya hak untuk itu. Tapi dalam prinsip Kerajaan Surga, itu jelas tidak boleh. Menyombongkan diri bukanlah perbuatan yang berkenan di hadapan Tuhan. Kenapa? Karena perbuatan ini sebenarnya menggambarkan sebuah sikap mencuri apa yang menjadi hak Tuhan demi kebanggaan diri sendiri.

Lihatlah apa yang disampaikan Paulus kepada jemaat Korintus berikut ini. "Siapakah yang menjadikan Saudara lebih dari orang lain? Bukankah segala sesuatu Saudara terima dari Allah? Jadi, mengapa mau menyombongkan diri, seolah-olah apa yang ada pada Saudara itu bukan sesuatu yang diberi?" (1 Korintus 4:7-versi BIS). Itulah sebabnya kenapa tidak boleh ada kesombongan yang muncul dari dalam kita walau dengan alasan apapun.

Lebih lanjut lagi, masih dari kitab Amsal dikatakan: "Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat." (Amsal 8:13). Selanjutnya dikatakan "Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara." (Amsal 6:16-17). Dengan jelas sikap sombong disebutkan menjadi satu dari perkara yang dibenci Tuhan. Akan halnya 'mata sombong' dalam ayat ini, dalam versi Bahasa Inggris disebutkan sebagai 'proud look', yaitu sikap angkuh, sombong atau arogan yang tercermin lewat air muka atau sikap yang kasat mata dilihat orang lain.

Dari mana sikap sombong muncul? Kesombongan ini merupakan salah satu produk yang keluar dari dalam, yaitu dari hati yang tidak dijaga dengan baik. Itu bisa kita dapatkan dari Injil Markus pasal 7 yang mencatat perkataan Yesus mengenai hal ini. "sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21-23). Kita harus sadar bahwa ada hubungan antara apa yang keluar dari mulut dengan kondisi hati kita, "karena yang diucapkan mulut meluap dari hati." (Matius 12:34b). Jika demikian, supaya terhindar dari sikap ini kita juga harus terus menjaga hati kita, karena Alkitab sudah mengatakan bahwa kita harus menjaga hati dengan segala kewaspadaan, karena dari hati lah kehidupan sebenarnya terpancar. (Amsal 4:23).

Mengenai bentuk kesombongan yang lahir lewat perkataan yang sia-sia, Yesus pun mengingatkan demikian: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman." (ay 36). Kita harus berhati-hati dengan apa yang kita ucapkan. Dari mulut yang sama bisa keluar berkat, tapi bisa pula keluar kutuk. (Yakobus 3:10), karenanya kita perlu untuk menjaga mulut kita. Lalu ingat pula ayat ini: "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."(Matius 12:37).

(bersambung)


Saturday, March 17, 2018

Tekapkan Tangan pada Mulut (1)

Ayat bacaan: Amsal 30:32
======================
"Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!"

Waktu masih kecil saya dinilai orang tua saya sebagai anak yang cepat belajar dari kesalahan. Ibu saya pernah bercerita bahwa sekali waktu saya mengucapkan kata-kata yang kotor, dan saya pun harus mendapat hukuman dari ayah saya. Hukumannya tidaklah berat sampai bagaimana, telapak tangan saya ditepuk pakai telapak tangannya. Tidak sampai biru lebam, tidak luka, cuma pedas kesemutan saja. Itu bentuk hukuman yang diterapkan ayah saya kepada anak-anaknya kalau berbuat salah. Tapi meski tidak begitu menyakitkan, saya langsung belajar setiap kali hukuman itu saya dapatkan atas kesalahan yang saya perbuat. Yang lucu, menurut ibu saya sejak saat itu setiap kali saya mengucapkan kata-kata yang tidak pantas, termasuk ngomongin orang atau berkomentar buruk, saya buru-buru menutup mulut saya pakai telapak tangan. "Ups, salah. Maaf.." Itu saya katakan sambil menekapkan tangan pada mulut. Karena itu dilakukan oleh saya yang masih balita, menurut ibu saya itu terlihat lucu tapi juga membanggakan hatinya sehingga itu ia ingat terus sampai saya besar.

Apa yang terjadi saat kita menutup mulut dengan tangan atau menekapkan tangan pada mulut? Itu akan membuat mulut yang bersangkutan berhenti bicara. Coba saja lakukan itu saat teman anda tengah bicara, ia pasti kaget dan akan segera berhenti ngomong. Orang yang ingin meminta orang lain untuk diam pun akan mempergunakan jari telunjuk yang ditekapkan ke mulut. Orang yang melihatnya akan seketika berhenti, minimal mengecilkan suaranya. Dan itu berlaku secara universal. Cara ini ternyata bisa juga efektif untuk menghindari kita dari terus mengeluarkan kata-kata yang tidak baik, menghentikan kita dari terus berbohong atau saat kita terjebak pada kesombongan yang keluar lewat perkataan.

Bicara soal orang yang sombong, selain lewat sikap, gestur dan air muka, seringkali perilaku sombong ini hadir lewat kata-kata atau omongan. Anda tentu pernah bertemu orang-orang yang suka omong besar. Bukan saja suka melebih-lebihkan, tapi mereka ini kerap mengisi pembicaraan dengan meninggikan diri sendiri. Tanpa mereka, dunia ini akan hancur berantakan, begitu kira-kira. Secara psikologis, seringkali hal ini dilakukan orang untuk menutupi kelemahannya sendiri. Ada juga yang setiap ketemu terus menceritakan kehebatan di masa lalu bisa jadi agar tetap terlihat wah meski kondisi mereka saat ini tidaklah sebaik dahulu. Ada juga yang tidak siap mental saat menjadi sukses sehingga sikapnya berubah menjadi angkuh dan sombong. Kesombongan bisa terpancar keluar dari banyak hal, salah satu bentuknya adalah lewat ucapan.

Dalam hal ucapan, bentuk ucapan yang bermuara pada kesombongan pun bisa banyak modelnya. Ada yang membesarkan atau meninggikan diri, ada pula yang merasa perlu untuk melakukannya melalui ucapan-ucapan yang merendahkan, menyepelekan atau menghina orang lain. Semua itu tentu tidak baik dan merupakan hal yang dilarang dalam Kekristenan. Adalah dosa kalau kita menyombongkan diri apalagi jika kesombongan itu digabungkan dengan merendahkan orang lain. Menariknya, ada tips yang diberikan dalam Alkitab tentang bagaimana agar kita tidak menyombongkan diri, baik sadar atau tidak. Dan tipsnya ternyata kebetulan mirip dengan apa yang saya lakukan kalau salah omong saat masih balita.

Ayatnya bisa kita lihat dalam kitab Amsal. "Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!" (Amsal 30:32). Dalam versi New International Version (NIV) nya dikatakan: "If you play the fool and exalt yourself, or if you plan evil, clap your hand over your mouth!" Kalau kamu melakukan kebodohan dan meninggikan diri sendiri, atau kalau memang merencanakan perbuatan itu, tekapkan tangan pada mulut. Tips ini sangat gampang untuk dilakukan tapi ternyata bisa efektif. Seperti yang dicatat dalam Amsal 30 ini, Agur bin Yake mengatakan bahwa apabila kita mulai meninggikan atau menyombongkan diri baik sadar atau tidak, tanpa atau dengan berpikir, sengaja atau tidak sengaja, segeralah tekapkan tangan pada mulut. Itu artinya kita harus segera berhenti begitu kita mulai menyombongkan diri, sebelum kesombongan itu bertambah parah dan menelan kita lantas melumat kita dan segala yang sudah kita bangun selama ini.

(bersambung)


Friday, March 16, 2018

Menghindari Kesombongan (2)

(Sambungan)

Jemaat di gereja yang terletak di Yunani ini lupa jati diri mereka dan tenggelam dalam kesombongan. Kesombongan membuat mereka merasa tidak lagi memerlukan apa-apa, termasuk tidak lagi membutuhkan hamba Tuhan dalam hidup mereka. "Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?" (ay 7) Kalau ayat ini terasa membingungkan atau kurang jelas, dalam versi BIS kita bisa lebih mudah menangkap ucapan Paulus ini. "Siapakah yang menjadikan Saudara lebih dari orang lain? Bukankah segala sesuatu Saudara terima dari Allah? Jadi, mengapa mau menyombongkan diri, seolah-olah apa yang ada pada Saudara itu bukan sesuatu yang diberi?" 

Perilaku mereka seolah-olah mereka tidak lagi memerlukan apa-apa, "as if you are already filled and think you have enough (you are full and content, feeling no need of anything more)!" Itulah yang disebutkan pada ayat berikutnya yaitu ayat 8. Mereka melupakan bahwa semua itu berasal dari Tuhan, dan untuk itu tidak boleh ada orang yang menyombongkan dirinya.

Untuk itu Paulus pun mengingatkan dengan tegas bahwa keselamatan itu adalah pemberian Tuhan, (1:18, 15:10). Tuhan pula yang memilih (1:27-28), mengaruniakan RohNya sendiri untuk menyingkapkan rahasia-rahasia Ilahi (2:10-12), serta memberikan berbagai anugerah atas kasih karuniaNya (1:4-5). Semua berasal dari Tuhan, dan kerenanya tidak seorangpun layak atau berhak menyombongkan diri apapun alasannya. Semua yang kita miliki saat ini, kecil atau besar, biasa atau istimewa, itu berasal dari Tuhan. Ini tidak boleh kita lupakan dan jangan pernah tidak kita hargai. Paulus mengingatkan: "Karena itu seperti ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." (1:31).

Akan halnya kasih karunia, sebuah kasih karunia dikatakan kasih karunia karena bukan berasal dari perbuatan kita melainkan pemberian dari Tuhan yang diberikan atas dasar kasih kepada kita yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Firman Tuhan berkata: "Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia." (Roma 11:6). Kesombongan merupakan penyangkalan dari hal itu, karena itu artinya mereka berpikiran seolah-olah semua itu adalah hasil pekerjaan mereka atau beranggapan bahwa karena mereka hebatlah maka semua itu diberikan kepada mereka. Menyadari bahwa kasih karunia merupakan pemberian Tuhan, milik Tuhan yang diberikan kepada kita akan membuat kita tetap sadar bahwa tidak ada satupun yang pantas kita sombongkan.

Marilah kita menyadari betul anugerah kasih karunia yang telah Tuhan berikan kepada kita. Semua yang ada pada kita hari ini sesungguhnya berasal dari Tuhan. (Ulangan 8:14-18). Ingatlah bahwa semua itu dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan. (Roma 11:36). Tidak ada tempat bagi orang sombong di hadapan Tuhan, dan ini bisa kita lihat dalam banyak ayat. Kesombongan itu ditentang Tuhan (Yakobus 4:6), akan berakibat pada kehancuran (Amsal 16:18) bahkan disebutkan merupakan kekejian bagi Allah sehingga tidak akan luput dari hukuman (Amsal 16:5).

Oleh karena itu syukurilah semua yang telah dikaruniakan Tuhan kepada diri kita saat ini. Berkatalah seperti Paulus dalam 1 Korintus 15:10 bahwa kita ada sebagaimana kita ada sekarang semata-mata karena kasih karunia Allah. Bukan karena kehebatan kita, bukan karena kuat kuasa kita. Juga berkatalah seperti kata Pastor yang juga melayani lewat musik di awal renungan ini, bahwa semua kemuliaan bagi Tuhan, dan kita harusnya bersyukur Tuhan mau pakai kita lewat panggilan yang juga Dia yang berikan. Pakailah segala karunia atau kemampuan unik yang kita miliki masing-masing sesuai panggilan kita untuk memuliakan Tuhan, muliakan Tuhan di dalamnya dan jangan terjebak pada sikap sombong.

Kesombongan mengingkari kasih karunia Tuhan, jauhi dan hindari

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, March 15, 2018

Menghindari Kesombongan (1)

Ayat bacaan: 1 Korintus 4:6
=======================
"Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain."

Ada banyak hal yang saya rasa sangat memberkati saya, salah satunya adalah sebuah pengalaman dan perjumpaan dengan figur penting yang semasa hidupnya membawa karya-karyanya yang bernafaskan rohani ke dalam dunia sekuler secara luas. Beliau berprofesi sebagai pastor dan juga penyanyi/penulis lagu, beliau juga sudah pernah memenangkan Grammy dan cap tangannya tercetak di Hollywood Hall of Fame. Karirnya berlangsung lebih dari 50 tahun, ia berkeliling ke begitu banyak tempat untuk memberkati, mengalirkan kasih Tuhan tanpa henti hingga akhir hayatnya.

Dalam sesi wawancara tersebut, ia menceritakan salah satu terobosan rohani yang ia alami justru terjadi di negara kita di awal tahun 70an. Ia bercerita pada waktu itu ia melakukan tour dan sedang naik kereta api dari Jakarta menuju Bali. Dalam perjalanan, ia melihat banyaknya rumah-rumah kumuh di pinggiran kali. Ia lalu berkata dalam hatinya, "Baru saja kemarin saya berada di sebuah aula yang begitu mewah di depan banyak orang yang tampil rapi memakai pakaian bagus. Tapi lihatlah, di sisi lain ada begitu banyak orang yang hidupnya susah. Mereka tidak punya waktu dan kesempatan untuk mengenal Tuhan karena tekanan hidup yang sudah begitu sulit." Hal itu membuka matanya bahwa kalau ia diijinkan Tuhan untuk sukses dalam menyampaikan kabar gembira lewat panggilannya di musik, itu tidak boleh dipakai untuk menyombongkan diri melainkan harus ia pergunakan untuk memberkati lebih banyak orang lagi di belahan dunia manapun sebagai bentuk ungkapan rasa syukurnya. Sejak saat itu ia memutuskan untuk membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, yang terbukti terus ia pegang teguh sampai ia dipanggil Tuhan.

Pertemuan ini sangat memberkati saya. Meski terkenal, beliau sangatlah rendah hati dan ramah. Wawancara itu jauh dari kesan formal melainkan seperti bincang-bincang santai yang akrab, padahal ia belum pernah bertemu saya sebelumnya. Atas segala pencapaiannya, ia bisa saja sombong. Bukankah ada banyak orang yang tidak sampai setengah atau bahkan seperempat pencapaiannya tapi sudah lupa diri? Ada begitu banyak orang yang baru mencari Tuhan kalau hidup terasa berat atau sulit, ketika mengalami masalah tapi merasa tidak butuh Tuhan kalau sedang di atas angin, lupa bahwa semua itu berasal dari Tuhan dan malah bersikap sombong memegahkan diri sendiri. Tapi pastor yang satu ini berbeda. Ia kotbah, ia melayani jemaat gerejanya, ia juga aktif menyampaikan kabar gembira tentang Kristus dan keselamatan Yang Dia bawa ke seluruh pelosok dunia.

Ketika saya tanya bagaimana ia menyikapi kesuksesannya, ia menjawab dengan sangat indah. "Semua kemuliaan bagi Tuhan, saya hanyalah orang yang beruntung Dia mau pakai untuk menjadi penyampai pesanNya lewat panggilan yang juga berasal dariNya." kata pastor ini. Kata-katanya ini melekat kuat di ingatan saya dan menjadi sesuatu yang harus selalu saya ingat dalam apapun yang saya lakukan. "Bagi Tuhan semua kemuliaan, saya hanyalah orang beruntung yang Tuhan mau pakai lewat panggilan yang tidak lain juga berasal dariNya sendiri." Kalau itu yang ada di benak kita, kita bisa menjaga diri dari potensi hadirnya sikap sombong saat kita sukses. Di sisi lain, kita juga terhindar dari sikap merendah yang bisa negatif, yang tanpa sadar malah mengecilkan kasih karunia dan berkat Tuhan yang sudah Dia curahkan tanpa henti atas hidup kita.

Mari kita hari ini belajar dari jemaat Korintus. Korintus adalah sebuah kota yang terletak di Yunani, kurang lebih di tengah-tengah antara Athena dan Sparta. Gereja Korintus dari surat-surat Paulus merupakan gereja dengan banyak masalah. Ada banyak isu disana yang memerlukan pembenahan radikal. Apa saja masalah yang ada disana? Lihat apa yang dikatakan Paulus dalam 1 Korintus 6:9-10.  "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit (hubungan sesama jenis), pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah."

Daftar yang bukan main memperihatinkan bukan? Selain itu, mereka juga bermasalah dalam hal kekompakan, karena kita bisa mendapatkan dengan jelas fakta bahwa mereka mengalami perpecahan, lalu satu hal lagi yang akan saya fokuskan untuk renungan kali ini, yaitu sombong.

Ada banyak ayat yang mengindikasikan tentang kesombongan jemaat Korintus ini seperti yang bisa kita lihat dalam banyak ayat seperti 1 Korintus 4:6, 18,19, 5:2, 8:1, 13:4 dan sebagainya. Paulus merasa bahwa sudah sangat perlu untuk menegur mereka. "Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain." (1 Korintus 4:6).

(bersambung)


Wednesday, March 14, 2018

Murid yang Dikasihi Yesus (3)

(sambungan)

Apa yang melayakkan kita menjadi orang-orang yang dikasihi adalah kasih karunia. Kasih karunia dari Allah itu jelas diberikan kepada semua orang tanpa terkecuali. "Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa." (Efesus 6:24). Baca pula ayat-ayat berikut ini:  "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata." (Titus 2:11) dan "Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia." (Ibrani 2:9). Kita bisa menarik sebuah kesimpulan penting, bahwa kasih karunia diberikan Tuhan kepada semua orang, tetapi yang membedakan adalah apakah kita mau menerima dan percaya sepenuhnya dengan iman atau tidak.

Kembali kepada topik bahasan kita mengenai "murid yang dikasihi Yesus", mengapa kita tidak berani mengarahkan sosok itu kepada diri kita sendiri? Tuhan menganugerahkan kasih karuniaNya kepada semua orang tanpa terkecuali, sama besarnya, tetapi iman kita akan memberi perbedaan sejauh mana kita sanggup menerima atau menampungnya.

Kita percaya bahwa Tuhan Yesus mengasihi kita, tetapi mengapa kita sulit percaya bahwa sebagaimana Yesus menganugerahkan kasih karuniaNya kepada Yohanes, seperti itu pula Dia memberikan ukuran yang tepat sama kepada kita? Mengapa sulit bagi kita untuk percaya dan menerima bahwa kuasa besar yang dilakukan para rasul seperti yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 4:33 yang berasal dari "kasih karunia yang melimpah-limpah" bisa pula hadir lewat kita? Bukankah Yesus sudah mengatakan: "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu" (Lukas 10:19)? Mau pendeta, pengerja, hamba Tuhan atau bukan, kuasa itu sudah diberikan Tuhan kepada semua orang yang menjadi muridNya, termasuk kita hari ini. Itu pun merupakan bentuk kasihNya yang berlaku sama bagi kita semua orang percaya.

Beranikah kita berkata bahwa "murid yang dikasihi Yesus" itu adalah kita sendiri? Bagaimana luar biasanya kasih karunia Allah menghasilkan kuasa besar dalam diri setiap orang yang percaya sudah dialami oleh para rasul pada masanya, dan itupun bisa terjadi kepada kita. Iman. Itulah yang membuat perbedaan sampai sejauh mana kita bisa berbuat, sampai sejauh mana kita sanggup menampung kasih karunia Allah itu dicurahkan pada kita. Iman lah yang menentukan sebesar apa kepercayaan kita akan kasih Yesus pada diri kita.

Pada akhirnya, apakah "Murid yang dikasihi Yesus" memang benar Yohanes sendiri atau bukan, itu bukan soal. Karena kalau kita menyadari sebesar apa sebetulnya kasih Kristus pada kita, seharusnya kita pun harus dengan bangga dan yakin bisa mengatakan bahwa kitalah orangnya.

Jadi jika saya ditanya, siapa "murid yang dikasihi Yesus" itu, saya akan menjawab itu adalah saya. Dan jika anda yang ditanya, seharusnya anda pun dengan penuh sukacita mengatakan bahwa murid yang dikasihi Yesus itu adalah anda. Jangan pernah ragukan hal itu.

Saya dan anda adalah murid yang dikasihi Yesus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, March 13, 2018

Murid yang Dikasihi Yesus (2)

(sambungan)

Coba pikir. Kalau 2000 tahun lalu Yesus sudah melakukan karya penebusan saat mereka masih berselimutkan dosa-dosa itu, saat Dia yang menanggung semua itu di atas kayu salib menggantikan kita, kemudian bangkit dan mengalahkan semua yang merintangi kita dari Allah Bapa, apakah mungkin ia masih membeda-bedakan kasihNya pada kita hari ini? Kalau kita menyadari hal ini, kenapa kita harus ragu menyatakan bahwa kita adalah orang atau murid yang dikasihi Yesus?

Akan hal ini, ada sebuah fakta menarik yang ingin saya bagikan tentang kata-kata Yohanes mengenai "murid yang dikasihi Yesus." Kalimat ini disebutkan oleh Yohanes tidak kurang dari 5 kali dalam Injil yang ia tulis sendiri. Salah satunya bisa kita lihat ketika Perjamuan Malam Terakhir, tepat sebelum Yesus mengungkapkan penghianatan yang akan dilakukan Yudas. Yohanes menuliskan begini. "Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya." (Yohanes 13:23). Kita bisa menemukan kata-kata yang sama dalam beberapa ayat lainnya seperti 19:26, 20:2, 21:7 dan 21:20.

Pertanyaannya: siapa sebenarnya sosok istimewa  yang disebut sebagai "murid yang dikasihi Yesus" itu? Kebanyakan orang yang mendalami alkitab akan mengacu kepada dirinya sendiri. Jika kita membaca Yohanes 21:20-23 (terutama di ayat 23), kita bisa sampai pula kepada kesimpulan tersebut.

Apa yang menarik adalah bahwa kalimat 'murid yang dikasihi' ini cuma Yohanes yang menyebutkannya. Anggaplah bahwa memang benar sosok murid yang dikasihi Yesus itu mengacu kepada Yohanes sendiri. Ia yang menulis, ia yang mengaku sendiri bahwa ia adalah murid yang dikasihi Yesus. Tidak ada satupun ayat yang menyebutkan bahwa Yesus pernah secara langsung mengatakan hal itu, misalnya: "Hai Yohanes, kamu adalah murid yang Aku kasihi." Tidak ada ayat seperti itu, bahkan yang mirip-mirip pun tidak ada.

Apakah itu berarti Yohanes ke-ge-er-an, narsis atau merasa paling istimewa di banding yang lainnya? Atau apakah ia merendahkan sosok murid-murid Yesus lainnya dan bermaksud mengatakan bahwa dirinyalah yang paling spesial dan mendapat perlakuan khusus? Saya yakin tidak. Kalaupun benar bahwa orang yang ia katakan sebagai murid yang dikasihi Yesus itu adalah dirinya sendiri, saya percaya itu karena ia benar-benar menyadari dan merasakan kasih karunia Allah mengalir di dalam dirinya, seperti halnya kepada murid-murid lainnya (seperti yang ia katakan dalam Yohanes 20:2).

Yohanes menyadari betul dan tentunya merasakan benar-benar bagaimana kasih dari Yesus itu mengalir deras ke dalam hidupnya. Saya murid yang dikasihi Yesus, seperti itulah cara Yohanes menyebut dirinya, dan itu merupakan sebuah bentuk pengakuan akan kasih Kristus kepadanya, yang juga mencerminkan perasaan sukacitanya akan hal ini. Para murid lainnya tentu boleh menulis sama seperti itu, tetapi ternyata hanya Yohanes yang begitu dalam menyadari hal tersebut sampai-sampai ia berani menuliskannya berulang kali di dalam Alkitab.

Kalau Yohanes berani menyebut dirinya sebagai murid yang dikasihi Yesus, harusnya kita pun punya keberanian atau keyakinan yang sama untuk bisa tanpa ragu berkata hal yang sama, yaitu bahwa kita adalah murid yang dikasihi Yesus. Kenapa tidak? Bukankah Yesus sudah membuktikannya dengan menggantikan pelanggaran kita semua di atas kayu salib, menebus kita dengan lunas sehingga dengan demikian kita tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal seperti yang tertulis dalam Yohanes 3:16? Kurang bukti apa lagi bahwa Dia mengasihi kita sampai sedemikian besar?

Selain itu, mari kita lihat pula seperti atau sebesar apa sebenarnya kasihNya itu terhadap kita sesuai dengan apa yang Yesus katakan sendiri. "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13). Yesus telah memberikan nyawaNya untuk kita semua tanpa terkecuali. Karena itu jelaslah bahwa kasihNya kepada kita adalah yang terbesar pula. Jika demikian, mengapa kita masih harus ragu akan besarnya kasih Yesus kepada diri kita?

(bersambung)


Monday, March 12, 2018

Murid yang Dikasihi Yesus (1)

Ayat bacaan: Yohanes 13:23
=====================
"Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya."

Saya memiliki kedekatan yang sangat istimewa kepada ayah saya. Ditengah kesibukannya bekerja, ia tidak pernah tidak menyempatkan waktu untuk bermain bersama saya. Saya masih ingat bagaimana amannya jika berada di dekatnya. Saya masih ingat betul waktu kecil saya sering dibawanya jalan-jalan keliling sekitaran rumah naik sepeda, meski sebelumnya ban sepeda selalu harus dipompa dulu. Atau, hampir setiap kali paman dari ibu saya datang berkunjung, ia meminjam vespanya hanya untuk berkeliling sejenak hanya dengan saya. Ia mengajari saya begitu banyak hal esensial buat kehidupan yang sampai sekarang masih saya ingat betul.

Sebagai dokter yang praktek di pinggir kota pada jaman dulu, ia kerap dibayar bukan pakai uang melainkan pakai hasil kebun seperti pisang atau seikat sayur. Ia tidak menolak dan tetap memperlakukan pasien-pasien ini sama dengan pasien yang membayar dengan uang. Dan ia pusayasn mengajarkan saya bahwa kita harus setia pada profesi terlebih sebagai dokter ada sumpah jabatan yang harus ia pegang. Ia tidak pernah mengamuk kalau saya melakukan kesalahan. Yang ia minta hanyalah agar saya belajar dari kesalahan tersebut dan jangan mengulanginya lagi. Ada masa-masa sulit hubungan saya dengan ayah saya yaitu pada saat saya memasuki masa puber. Seperti banyak anak laki-laki, masa puber merupakan masa sulit dimana kita seolah bermusuhan dengan dunia. Menjadi pemberontak, pembangkang dan menjauh dari semua orang. Itu pun saya alami, dan itu membuat hubungan saya dengannya tidak lagi sedekat sebelumnya. Tapi selama masa itu pun saya tidak pernah meragukan kasih sayangnya pada saya.

Hari ini di usia senjanya ia masih dikaruniai kesehatan dan hubungan kami, meski tinggal beda kota tetap sangat dekat, hangat dan akrab. Seringkali kami saling bertelepon hanya untuk bercerita hal-hal sepele tentang kejadian sehari-hari, sekedar bercanda tawa dan saling menguatkan atau menghibur disaat yang satu sedang membutuhkan hal itu. Karenanya saya bisa dengan yakin berkata bahwa saya adalah anak yang dikasihi ayah saya. Itu tidak pernah saya ragukan. Kalau ditanya, siapa anak kesayangan ayah saya? Meski saya yakin adik saya pun sama ia kasihi, saya akan dengan bangga berkata bahwa sayalah anak kesayangannya.

Ilustrasi hubungan saya dan ayah sejak masa kecil di atas menjadi pengantar mengenai hubungan kita dengan Kristus. Kita semua tentu tahu bahwa Yesus mengasihi kita. Kalau di gereja ditanya: Siapa yang tahu bahwa ia dikasihi Yesus? Semua mungkin akan tunjuk atau angkat tangan. Tetapi kalau pertanyannya lebih dalam, sampai sejauh mana kita percaya bahwa Yesus mengasihi kita, maka jawaban bisa beragam.

Maksud saya begini. Saya bertemu dengan banyak orang yang percaya bahwa Yesus mengasihi mereka, namun mereka tidak yakin bahwa kasih Yesus kepada mereka sama seperti Yesus mengasihi hamba-hamba Tuhan yang besar, para gembala atau pengerja. "Saya tahu Yesus mengasihi saya, tapi bapak pendeta pasti lebih dikasihi. Dia melayani, saya tidak. Doanya pasti lebih didengar ketimbang doa saya.." kata salah seorang jemaat pada suatu kali. Pola pikir seperti ini sangat banyak terdapat di antara para jemaat yang merasa bahwa mereka biasa-biasa saja. Makanya tidak banyak orang yang berani mendoakan orang sakit, karena mereka tidak percaya bahwa kasih karunia Tuhan kepada mereka itu sebenarnya tidak berbeda dengan yang diberikan kepada hamba-hamba Tuhan lainnya. Sayangnya, ada saja hamba Tuhan yang justru senang dengan pola pikir ini. Supaya ada efek ketergantungan sehingga mereka bisa tampak hebat, dihormati, bukannya melayani tapi malah pengen dilayani, dan juga, supaya jemaatnya tetap stay.

Apakah Yesus membeda-bedakan kasihNya pada setiap orang? Apakah panggilan yang berbeda menunjukkan besaran kasih yang berbeda? Apakah kita harus berusaha mati-matian berbuat sesuatu supaya bisa mendapatkan kasihNya? Apakah Yesus baru akan mengasihi atau memberkati kalau kita memberi persembahan dalam jumlah besar? Saya setuju, iman harus terus ditumbuh-kembangkan. Pemahaman atau pengenalan kita akan Tuhan merupakan proses kontinu yang harus terus berlangsung, demikian pula tujuan utama kita untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus, termasuk di dalamnya menjadi pelaku Firman yang terus lebih baik dari sebelumnya. Tapi itu bukan berarti bahwa kasih Yesus berkurang, bisa naik-turun atau tergantung dari segala usaha atau perbuatan baik kita.

(bersambung)


Sunday, March 11, 2018

Kasih : Sumber Daya Iman (2)

(sambungan)

Dari mana iman itu timbul? Firman Tuhan mengatakan bahwa "..Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Dari sanalah iman itu berasal. Benih-benih Firman Tuhan yang kita tabur dan jatuh di tanah yang baik akan membuat benih-benih itu bertunas dan tumbuh subur. Selanjutnya kita butuh sumber daya yang akan menggerakkan agar iman itu bisa terus berbuah baik untuk kebaikan kita sendiri maupun kebaikan sesama, dan sumber daya itu ternyata, dan tidak lain adalah kasih. Sedemikian pentingnya arti kasih itu, jauh lebih penting dari hal-hal lainnya.

Bagaimana jika tidak ada aliran kasih dalam diri kita? Itu akan sama dengan peralatan elektronik kita tanpa adanya listrik. Bayangkan bagaimana hidup tanpa kasih. Kita akan dengan mudahnya membenci orang lain, mendendam atau merasa iri hati dan cepat tersinggung. Kita akan hidup mencari kepentingan sendiri dan tega mengorbankan siapapun demi diri kita. Jika itu terjadi maka berbagai perbuatan jahat lainnya akan mengintip dan siap menerkam kita, Dan hal itu sudah diingatkan oleh Firman Tuhan. "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:16). \

Membiarkan diri tanpa kasih itu sangatlah berbahaya. Disanalah akan terbuka banyak lahan subur bagi iblis untuk berpesta di dalam kita. Perhatikanlah bahwa kasih termasuk salah satu buah Roh (Galatia 5:22), sementara iri hati dan berbagai sikap jahatlainnya adalah bagian dari keinginan daging (ay 19-21). Kemudian lihatlah ayat ini: "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki" (ay 17).

Artinya, ketika hal ini terjadi, aliran kasih dalam diri kitapun akan terganggu. Hubungan kita dengan Tuhan terputus, iman kita tidak bekerja lagi dan tentu semua itu merugikan bahkan siap menghancurkan kita sampai habis.

Kasih adalah prinsip dasar dalam kekristenan. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika Yohanes dengan tegas mengingatkan kita agar terus saling mengasihi."Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi..." (1 Yohanes 3:11). Kemudian Yohanes mengingatkan kita pula akan akibat yang timbul jika kita tidak mengasihi atau memiliki kasih, "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut" (ay 14), dan dengan lebih keras melanjutkan bahwa "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia" (ay 15).

Maka dengan tegas kita harus menolak kehadiran iri hati dan berbagai kebencian serta bentuk kejahatan lainnya untuk masuk ke dalam kehidupan kita. Kita harus mencegah apapun yang bisa membuat kabel kasih kita terputus dari sumber dayanya.

Kasih adalah esensi dasar ajaran Kristus. Sedemikian pentingnya sehingga dikatakan "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1 Korintus 13:13). Ingat pula bahwa aliran kasih itu akan mampu menghindarkan kita dari banyak kejahatan, sekaligus menyembuhkan berbagai luka dan membawa pengampunan bagi orang yang pernah menyakiti kita. "Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa." "For love covers a multitude of sins [forgives and disregards the offenses of others]."  (1 Petrus 4:8).

Sekarang waktunya kita memeriksa kembali apakah iman masih terhubung dengan sumber dayanya yaitu kasih, dan apakah sumber daya kasih itu masih hidup dalam diri kita. Kita harus memastikan bahwa kasih menggerakkan iman dalam hidup kita, sehingga kita bisa terus melangkah dengan kepastian dan jaminan dari Tuhan. Adalah percuma jika kita mengikuti tata cara, ritual dan kebiasaan tetapi melupakan esensi terpenting yang menjadi dasar utama kekristenan. Hari ini kita belajar bahwa kita tidak bisa mengaku beriman tanpa memiliki kasih, iman tidak akan bisa bekerja tanpa adanya kasih.

Iman hanya bisa berfungsi jika ada aliran dari sumber dayanya yaitu kasih

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, March 10, 2018

Kasih : Sumber Daya Iman (1)

Ayat bacaan: Galatia 5:6
==================
"...faith activated and energized and expressed and working through love." (English AMP)

Kebutuhan manusia akan perangkat komunikasi terus meningkat. Saya masih ingat saat telepon seluler atau handphone (hp) mulai menjamur di Indonesia di sekitar pertengahan dekade 90'an. Telepon seluler sebenarnya sudah ada sejak awal tahun 70an, dan kemudian mulai diperkenalkan di Indonesia sekitar 10 tahun kemudian. Tapi berbagai penyempurnaan dan berdirinya operator seluler membuat telepon seluler ini bisa eksis dan berkembang pesat dengan jumlah pemakai yang terus meningkat dengan cepat.

Dahulu di awal-awal layarnya tidak berwarna dan nada dering alias ringtonenya masih monphonic. Lantas layar mulai berwarna meski terbatas dan nada dering juga tidak lagi mono melainkan polyphonic. Karena pada masa itu telepon seluler hanya berfungsi untuk menelepon dan sms an, baterainya sangat awet. Standby time nya bisa tahan berhari-hari, yang artinya telepon seluler anda akan tetap aktif  meski tidak di charge selama beberapa hari. Metamorfosis dan revolusi telepon genggam terjadi begitu cepat.

Hari ini sulit rasanya membayangkan bagaimana jadinya tanpa adanya smart phone dalam genggaman kita. Seperti namanya yang 'smart', kegunaannya jauh melebihi fungsi dasar sebagai alat menelepon dan teks. Beberapa aplikasi tetap stand by agar pesan yang masuk bisa segera kita terima. Karenanya baterainya pun jauh lebih cepat habis dibanding telepon seluler jadul. Orang yang aktif memakai smart phone akan butuh men-charge ulang gadgetnya beberapa kali dalam sehari.

Tidaklah heran jika di pusat-pusat perbelanjaan, cafe atau tempat hang-out/pusat keramaian menyediakan colokan listrik untuk menjaring konsumennya. Tempat hang-out yang tidak 'peka' terhadap kebutuhan terkini orang akan sulit bersaing. Alternatifnya, kita pun wajib dilengkapi dengan power bank agar kita bisa kembali mengisi daya unit baterai saat mengalami lowbat kapanpun dan dimanapun. Pendek kata, di jaman yang serba elektronik dan elektrik ini kita sangat tergantung pada sumber daya agar semua gadget dan kebanyakan perangkat penting kita bisa tetap berfungsi.

Bagaimana dengan iman? Dengan apa iman sebenarnya bekerja? Apakah iman juga butuh sumber daya seperti halnya perangkat-perangkat elektrik kita? Banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa ternyata iman pun butuh 'sumber daya' agar iman tetap bisa aktif. Dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup, kita jelas butuh iman supaya bisa tetap melangkah maju tanpa diganggu rasa kuatir akan ketidakpastian atau kendala-kendala yang menyusahkan kita. Agar iman itu tetap menyala dan bekerja dengan baik, ada yang dibutuhkan sebagai sumber dayanya. Apakah itu?

Sumber daya yang mampu menggerakkan iman bisa kita lihat dalam surat Galatia, yang disampaikan Paulus saat mengingatkan jemaat tentang apa yang penting atau mempunyai makna mengenai keselamatan. Ia menyinggung tentang banyaknya orang yang lebih bergantung kepada prosesi, tata cara atau ritual-ritual lengkap dengan perulangannya. Banyak orang keliru menganggap hal ini sebagai yang terpenting dalam beribadah dan mengira hal itu mampu membawa keselamatan, sementara kita lupa akan hal lain yang justru jauh lebih penting, berarti atau bermakna dalam menerima janji-janji Tuhan.

Mari kita lihat ayat berikut ini: "Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih." (Galatia 5:6).

Paulus memulai bagian ini dengan penegasan tentang kemerdekaan yang sesungguhnya sudah diberikan kepada orang percaya lewat Kristus. (ay 1). Tapi banyak yang tidak mengetahuinya dan masih bergantung kepada prosesi atau ritual, bahkan menganggap prosesi dan ritual sebagai hal yang terpenting lalu melupakan apa yang justru seharusnya menjadi yang terutama yang harus kita lakukan. Maka Paulus pun mengatakan sia-sialah semua itu tanpa adanya satu hal yang terpenting dalam hidup untuk kita miliki, yaitu iman.

Iman. Itulah yang dikatakan Paulus sebagai hal yang "mempunyai sesuatu arti", alias bermakna,atau  something that really counts. Lantas perhatikan ayat Galatia 5:6 bagian terakhir, disana dikatakan bahwa iman itu bekerja oleh kasih. Dalam versi English Amplified bagian ini tertulis dengan sangat detil, yaitu: "...faith activated and energized and expressed and working through love." Iman diaktivasi, diberi tenaga/daya dan diekspresikan dan bekerja lewat kasih.

(bersambung)


Friday, March 9, 2018

Love Never Fails (3)

(sambungan)

Kalau Allah mengasihi kita sebegitu besar, bukankah kita pun harus mengasihi Tuhan kembali, dan harus pula bisa mengaplikasikan kasih yang sama kepada sesama? Tidakkah keterlaluan jika kita malah mengisi hidup dengan banyak kebencian, iri hati, dengki dan sejenisnya? Firman Tuhan tegas berkata: "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Dan itu wajar mengingat Allah sendiri mengasihi kita semua dengan kasih setiaNya yang melimpah.

Lalu bagaimana kalau ada yang berdalih bahwa ia tidak memiliki kasih seperti itu dalam hidupnya? Alkitab sudah menyebutkan bahwa kita semua telah memiliki bentuk kasih yang seperti itu dalam hidup kita. Dalam Roma 5:5 kita bisa membaca dengan jelas bahwa kasih Tuhan telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Lihatlah bahwa yang dipakai adalah "telah dicurahkan", bukan akan, bukan bakal atau bukan pula mudah-mudahan dicurahkan. Artinya, semua itu sebenarnya sudah kita miliki sepenuhnya lewat Roh Kudus. Tinggal kita yang memutuskan apakah kita mau berjalan dalam hidup ini dengan digerakkan oleh kasih atau kita masih terus berpusat pada kepentingan diri sendiri dan sulit untuk mengasihi dan bersyukur buat orang lain.

Kasih merupakan elemen terpenting yang seharusnya menjadi pola dasar kehidupan kekristenan. Dikatakan bahwa ketika yang lain akan berakhir, tidak demikian halnya dengan kasih. "Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap...Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1 Korintus 13:8,13). Kasih akan terus menuntun kita ke dalam koridor yang benar menuju keselamatan, dan masih akan berlaku di kehidupan kekal nanti. Sepenting itulah kasih yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita semua.

Apakah ada diantara teman-teman yang saat ini frustasi keluarga atau anggota keluarga anda tidak kunjung mengalami pemulihan? Apakah anda putus asa melihat orang yang dekat dengan anda terus kesulitan keluar dari dosa? Atau anda stres akibat berbagai permasalahan yang seakan tidak selesai? Apakah ada diantara teman-teman yang sulit melepaskan pengampunan? Masih menyimpan kepahitan, trauma akan masa lalu? Kesulitan untuk menjangkau seseorang? Ingatlah bahwa kasih tidak berkesudahan, dan kasih tidak pernah gagal. Kasih mampu mengatasi berbagai permasalahan dan menjaga agar sukacita senantiasa hadir dalam kehidupan kita.

Jika anda lelah menghadapi orang-orang yang sulit, frustasi karena mereka tidak kunjung berubah, merasa putus asa dalam kesedihan, atau sudah terlalu lelah hidup dalam kebencian atau iri hati terhadap orang lain, mengapa tidak menggantikannya dengan kasih? Ingatlah kasih tidak pernah gagal. Kasih mampu membawa perubahan dan perbaikan bagi kita dan orang lain, bahkan sanggup menurunkan surga ke bumi. Jika kepada hewan saja kasih mampu membuat mereka hidup lebih baik dalam damai apalagi terhadap manusia yang punya akal budi.

Sentuhlah orang lain dengan kasih yang berasal dari Tuhan, dan saksikanlah bagaimana kasih mampu mengubahkan segalanya menjadi sangat baik, jauh dari sebelumnya. Apapun yang anda alami saat ini, tetaplah dasarkan segalanya dalam kasih. Why? Because love never fails.

Bertumbuh dan hiduplah dalam kasih sebab kasih tidak pernah gagal 

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Kacang Lupa Kulit (4)

 (sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...