Saturday, August 31, 2013

Iman Teguh Abraham

webmaster | 10:00:00 PM | 1 Comment so far
Ayat bacaan: Roma 4:19-20
======================
"Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah"

Mungkin mudah bagi kita untuk menyebut kata iman, tetapi kenyataannya sulit bagi kita untuk bisa tetap teguh terutama ketika terus menerus berada dalam kondisi sulit. Berbagai tekanan, pergumulan dan kesulitan yang kerap kita alami membuat iman kita rentan. Belum lagi ketika kita merasa sudah berjalan sesuai rencana Tuhan tetapi belum juga memperoleh keberhasilan sesuai janji Tuhan. Itu bisa membuat iman kita seperti berada pada persimpangan jalan, dan kalau tidak hati-hati kita bisa menjadi kecewa dan mengira bahwa iman adalah sesuatu yang tidak nyata.

Masalahnya, menunggu bisa sangat melelahkan. Bayangkan ketika kaki anda terjepit dan tidak ada yang menolong, sehingga anda harus menunggu pertolongan datang sementara kaki tetap sakit dalam posisi terjepit itu. Anda tahu bahwa kelak akan ada yang menolong, tetapi rasa sakit dalam menunggu bisa membuat anda kehilangan harapan. Belum lama saya menonton di televisis mengenai pria yang berada tepat di ujung air terjun Niagara. Suhu yang sangat dingin bisa mengakibatkan hypotermia, kondisi suhu tubuh yang sangat rendah yang tentu sangat membahayakan. Ia bisa kehilangan kesadaran lalu jatuh dan mati. Tapi pria ini kuat dalam menanti meski wajahnya terlihat sangat takut. Ketika tim penolong datang dengan helikopter, masalah belumlah selesai sampai disitu. Tim penolong kesulitan untuk memberi bantuan karena posisi pria ini sulit dijangkau, terutama karena arus yang sangat deras di tepi jurang. Akhirnya tim mencoba meraih dan melemparkan tali. Ia berhasil mengikatkan tali di tubuhnya, tapi lagi-lagi ada masalah karena ia menyangkut di sebuah tebing. Itu sudah berlangsung hampir setengah jam dan sewaktu-waktu ia bisa kehilangan kesadaran. Ia pun terlempar kembali ke posisi semula dalam keadaan lemah dan terluka. Tim penolong melemparkan ban yang diikat tali, tapi tidak sampai ke posisinya. Ia harus mampu meraih ban itu, dan itu tidaklah gampang karena ia sudah sangat lemah dan hampir pingsan. Tetapi kemudian dengan kekuatan terakhirnya ia mampu menjangkau ban dan berhasil diangkat keluar dari posisi mengerikan itu. Rekaman adegan nyata ini memang menegangkan, tetapi ia selamat dan kembali pulih seperti biasa.
Seperti itulah dalam urusan menanti pertolongan Tuhan, dimana iman akan sangat menentukan apakah kita bisa meraihnya atau tidak. Dalam kitab Ibrani, seperti yang saya sampaikan kemarin, dikatakan bahwa "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Artinya, iman bisa mendasari apa yang kita harapkan dan berfungsi menjadi bukti dari apa yang tidak atau belum kita lihat. So, in order to wait for God's helping hand, we definitely need faith.

Dalam surat Roma Paulus memberikan contoh akan keteguhan iman dan hasil yang dicapai lewat kisah Abraham. Tuhan memberi janji kepada Abraham, janji yang menurut logika teramat sangat mustahil, tetapi kita bisa melihat bahwa iman Abraham membuat apa yang sepertinya mustahil menjadi nyata. Dikatakan: "Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah" (Roma 4:19-20). Coba renungkan ayat ini baik-baik dan bayangkan situasinya apabila anda ada di posisi Abraham. Saat itu ia sudah kakek-kakek berusia mendekati 100 tahun, dengan istri yang sudah puluhan tahun melewati masa menopausenya. Janji akan anak diberikan pada saat itu. Bagaimana reaksi anda? Abraham ternyata tidak memakai logika manusianya, melainkan mempergunakan iman sebagai sumber kekuatan untuk menerima penggenapan janji Tuhan itu. Ia tetap percaya. Imannya tetap sekuat batu karang meski tubuhnya sudah lemah. Iman yang kuat ini membuat ia percaya penuh tanpa ragu. Dengan jelas dalam ayat ini dikatakan bahwa ia bahkan diperkuat dalam iman dan ia terus memuliakan Allah.

Abraham tidak melihat kesulitan dan kemustahilan tetapi mengarahkan dirinya kepada kemampuan Tuhan. Dia tidak seperti kebanyakan dari kita yang terombang-ambing ditengah keadaan riil dan daya jangkau logika manusia di dunia dan janji Tuhan. Abraham memilih untuk mengabaikan keadaan fisik yang secara alamiah tidak lagi memungkinkan dan logika manusia, tapi memutuskan untuk mempercayai Tuhan secara total. "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Roma 4:18). Dan ia berhasil memperolehnya, janji Tuhan menjadi kenyataan secara penuh.

Jika Abraham membuktikan bagaimana iman bisa berperan penting dalam menanti-nantikan Tuhan, kita pun seharusnya mau belajar akan hal yang sama. Akibat deraan permasalahan, kondisi fisik dan psikis kita mungkin bisa lemah. Tapi ingatlah bahwa manusia pada hakekatnya terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Jika tubuh (fisik) dan jiwa (psikis) kita sudah mencapai titik nadir, kita harus memastikan agar roh kita tetap kuat, memiliki Roh Allah yang menyala-nyala yang akan meneguhkan kita untuk tetap tegar menantikan Tuhan dengan iman yang teguh. Tubuh dan jiwa yang lelah bakan bisa mengalami pemulihan apabila roh kita kuat dalam iman. Itu akan memampukan kita untuk bisa terus berjalan dengan penuh percaya sampai pertolongan Tuhan sampai kepada kita. Abraham terus memuliakan Allah dengan penuh keyakinan, bahwasanya Allah punya lebih dari cukup kuasa untuk menepati apa yang telah Dia janjikan (Roma 4:21), dan Tuhan pun memperhitungkan itu sebagai kebenaran. (ay 22). Abraham has done it. He has proven it. If he can, why can't we? Jika anda saat ini tengah lelah berada dalam himpitan masalah, kini saatnya untuk bangkit. Iman akan membuat anda kuat dalam menantikan Tuhan. Tetap muliakan Tuhan dalam menanti, sampai apa yang Dia janjikan dapat anda genapi sepenuhnya, tanpa ada sesuatu yang kurang.

Iman akan menguatkan kita dalam menunggu jawaban dan pertolongan dari Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, August 30, 2013

Indikator Kasih

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: 1 Korintus 13:4-7
========================
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."

Hampir pada semua panel dashboard mobil terdapat lampu indikator aki atau baterai mobil. Biasanya lampu ini akan menyala begitu mobil dinyalakan dan normalnya akan berhenti setelah mesin mobil mulai bekerja. Apabila lampu masih menyala terus saat kendaraan sudah berjalan, itu artinya ada yang tidak normal dengan sistem pengisian aki, dan anda akan sangat disarankan untuk segera menuju bengkel agar anda tidak mengalami apa-apa yang buruk ketika anda sedang berkendara di jalan. Mobil-mobil keluaran baru memiliki lampu indikator apakah pintu-pintu sudah tertutup rapat atau belum, kondisi oli, bensin dan sebagainya. Berbagai peralatan elektronik kita pun memiliki lampu-lampu indikator sebagai tanda penunjuk, seperti perangkat seluler anda dan lain-lain.
Indikator merupakan penanda akan sesuatu, bisa berupa lampu peringatan, bentuk-bentuk statistik dari pencapaian keberhasilan, parameter, indeks, ukuran dan sebagainya. Sebuah indikator adalah variabel yang bisa membantu kita mengukur tingkat perubahan baik secara langsung maupun tidak langsung, ukuran dari kejadian/kondisi dan bisa membantu kita untuk membuat sebuah penilaian yang komprehensif dari waktu ke waktu.

Beberapa hari terakhir kita membahas mengenai kasih yang berfungsi sebagai sumber energi atau sumber daya dari iman. Hidup yang tidak disertai kasih akan sangat berbahaya, baik bagi orang lain maupun diri sendiri. Jika kasih begitu penting, apakah ada indikator kasih yang bisa kita pakai untuk mengukur besarnya kasih dalam diri kita, seberapa jauh kasih itu sudah berfungsi menyentuh dan membawa kebaikan baik bagi kita sendiri maupun orang lain? Adakah tolok ukur atau acuan yang bisa kita pakai untuk melihat apakah kasih dalam diri kita sudah berada pada jalur yang benar, on the right track, atau belum?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu kita harus mengerti tingkatan kasih yang diwajibkan dalam kekristenan. Kasih dalam kekristenan harus mampu menjangkau area yang jauh lebih luas dari sekedar menyayangi orang-orang terdekat kita atau yang kita kenal baik. Artinya, ukuran kasih yang diwajibkan itu jauh lebih besar dari apa yang dipercaya oleh prinsip-prinsip dunia pada umumnya. seperti apa tingkatannya? Yesus sudah menyebutkan tingkatan yang harus kita capai. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Kita harus mengasihi seperti Yesus? Itu tingkatan atau level yang teramat sangat tinggi. Yesus bukan datang ke bumi untuk sekedar menyembuhkan banyak orang dan melakukan mukjizat-mukjizat dimana-mana, tetapi kasih yang dimiliki Kristus membuatnya rela untuk menjalani penderitaan dan kesakitan hingga mati di atas kayu salib, demi menyelamatkan kita. Lewat karya penebusanNya kita dianugerahkan keselamatan, sebuah bentuk dari kasih karunia yang justru diberikan pada saat kita tengah penuh dosa. Paulus menyatakan hal itu lewat kalimat berikut: "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Waktu Yesus berkata "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13), Yesus bukan hanya berteori atau menyampaikan retorika saja melainkan sudah melakukannya sendiri. Sesuai dengan pesan Yesus tentang level kasih, maka kita diminta untuk bisa mencapai levelnya, setidaknya semakin mendekati dari hari kehari.  Ada banyak aspek di dalamnya yang bukan hanya sekedar menyampaikan ungkapan rasa cinta, tetapi juga mengandung pengorbanan, kerelaan untuk menderita dan kesanggupan untuk mengampuni. Sangat sulit, tetapi kasih seperti itulah yang harus ada dalam diri kita.

Jika kita sudah mengetahui tingkatan yang diwajibkan, apa saja indikator yang dapat menunjukkan sejauh mana pencapaian kita? Di dalam Alkitab anda bisa menemukan indikatornya secara terperinci, yaitu dalam surat 1 Korintus. Berikut indikator kasih tersebut.

"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7).

Kesabaran, kemurahan hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, berlaku sopan, tidak mencari keuntungan sendiri, tidak pemarah, mau mengampuni, tidak mendendam, tidak senang dengan kejahatan, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tahan menghadapi segala sesuatu, mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang, hidup dalam pengharapan tanpa henti dan sabar dalam menanggung segala sesuatu. Itulah indikator-indikator kasih yang akan membantu kita untuk mengetahui atau memeriksa diri kita, apakah kasih berfungsi baik atau tidak, atau sudah sampai di titik mana kasih itu berperan dalam hidup kita. Jika kita masih suka memperhitungkan kejahatan yang dilakukan orang lain, cepat emosi, menyimpan dendam, masih mudah iri terhadap kesuksesan orang lain, masih berkompromi terhadap banyak penyimpangan dan gemar melakukan tindakan-tindakan yang jahat, itu artinya kita belum berjalan dalam kasih.

Dengan kemampuan sendiri akan sulit bagi kita untuk bisa mencapai kasih seperti level yang ditentukan Yesus. Tapi ingatlah bahwa selama kita berjalan bersama Tuhan dan tetap dipenuhi Roh Kudus, kasih Allah akan hidup dalam diri kita. Dan itulah yang akan memampukan kita untuk memenuhi indikator-indikator kasih di atas.

Yohanes menghimbau kita untuk saling mengasihi dengan sebuah hubungan sebab-akibat sederhana.  "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah." (1 Yohanes 4:7). Kita tidak bisa mengaku sebagai anak Allah yang mengenal Bapanya apabila kita tidak memiliki kasih dalam diri kita. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (ay 8). Dan Yohanes kemudian melanjutkan: "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita." (ay 11-12).

Tingkat kekristenan kita akan tergambar dari sejauh mana kasih bekerja dalam hidup kita masing-masing. Yesus telah mengingatkan kita untuk saling mengasihi, seperti halnya Dia sendiri mengasihi kita. Dan itulah yang akan bisa menunjukkan kualitas hidup sebagai murid Yesus. "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Kristus akan tergambar di dunia lewat perilaku dan perbuatan kita. Tanpa kasih, kita bukan saja akan mengalami banyak kerugian tetapi juga berpotensi mengenalkan sosok Kristus yang keliru. Lewat indikator-indikator ini, mari kita periksa sejauh mana kasih bekerja dalam diri kita. Berapa banyak indikator yang sudah anda capai dan berapa banyak lagi yang masih harus dibenahi? 

Indikator kasih akan membantu kita menganalisa pencapaian dan pertumbuhan kasih dalam diri kita untuk mencapai level Yesus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, August 29, 2013

Asal Iman dan Sumber Dayanya (2)

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
(sambungan)

Apa yang memiliki arti, something that really counts, bukanlah berbagai tata cara, ritual dan sejenisnya, melainkan kasih. Kata "iman yang bekerja oleh kasih" dalam versi bahasa Inggris amplified-nya dijabarkan secara detail yaitu: "...faith activated and energized and expressed and working through love." Iman diaktivasi, diberi tenaga dan diekspresikan lewat kasih. Jadi setelah benih-benih Firman Tuhan mulai menghasilkan tunas dan buah, kita harus memiliki sebuah sumber daya yang bisa menggerakkan iman agar tetap bekerja dalam hidup kita. Dan sumber daya itu ialah kasih.

Apa yang terjadi jika tidak ada kasih dalam diri kita? Iman akan kehilangan motor yang mengaktivasinya. Iman tidak lagi memiliki aliran energi yang bisa membuatnya hidup atau menyala. Lalu lihat pula bagaimana efeknya dalam hidup kita. Kita akan mudah membenci, dendam, iri kepada orang lain. Kita akan menjadi orang yang tidak punya empati dan akan tega mengorbankan orang lain demi kepentingan sendiri. Dan ini akan menjadi pintu masuk bagi begitu banyak perbuatan jahat lainnya, seperti yang dikatakan dalam Yakobus 3:16 "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." Itu akan menjadi sebuah tempat bermain yang mengasyikkan bagi iblis untuk memasukkan segala hasutan jahatnya. Lihatlah betapa berbahayanya hidup tanpa didasari kasih.
Apabila anda memeras Alkitab dan mengambil intisarinya, maka yang keluar adalah kasih. Perhatikanlah bahwa kasih termasuk salah satu buah Roh (Galatia 5:22) dan segala keinginan daging akan selalu berlawanan dengan keinginan Roh. (ay 17). Artinya ketika kita hidup tanpa kasih dan memilih untuk memuaskan keinginan-keinginan daging, maka iman tidak akan ada lagi bekerja di dalam hidup kita. Jika itu yang terjadi maka kita akan terus dikuasai oleh hal-hal yang merugikan bahkan mematikan. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut" (ay 14).

Paulus menyimpulkan dengan singkat bahwa "kasih bisa menutupi banyak sekali dosa" (1 Petrus 4:8). Kalau begitu ini saatnya bagi kita untuk memeriksa apakah kita mendengar Firman Tuhan secara teratur hingga iman sudah timbul dalam diri kita, apakah kita sudah menerapkannya dalam kehidupan kita, lalu memastikan apakah kabel kasih masih terpasang dalam diri kita agar bisa mengalirkan sumber daya bagi iman tersebut. Singkatnya, kita tidak akan bisa memiliki iman tanpa memiliki kasih.

Iman timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan dan digerakkan oleh sumber daya yang menjadi esensi dasar Kekristenan yaitu kasih

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, August 28, 2013

Asal Iman dan Sumber Dayanya (1)

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Roma 10:17
==============
"Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."

Dalam dua renungan terdahulu kita sudah melihat bahwa iman dan kesabaran haruslah berjalan beriringan secara seimbang agar kita bisa mengalami penggenapan janji Tuhan. Hari ini saya ingin fokus lebih dalam tentang iman. Dari mana iman itu timbul, lalu apa yang menjadi 'sumber daya' dari iman ini agar tetap hidup dan menyala dengan baik dalam diri kita.

Dari mana iman timbul? Firman Tuhan menyebutkan dengan jelas dari mana iman itu datang. "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). So, faith comes by hearing and what is heard comes by the preaching of Christ. Iman bukanlah sesuatu yang otomatis ada, melainkan hadir dan bertumbuh lewat pendengaran akan firman Tuhan. Ini tentu saja bukan berarti kita cukup hanya satu kali mendengar, tetapi harus menjadi sebuah proses terus menerus. Ayat selanjutnya dalam Roma pasal 10 kemudian disambung dengan kalimat berikut: "Tetapi aku bertanya: Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: "Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi." Tetapi aku bertanya: Adakah Israel menanggapnya?" (ay 18-19a). Ayat ini dengan jelas mengingatkan bahwa meski iman timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan, kita jangan sampai berpuas diri dan berhenti pada mendengar saja, tetapi juga harus menanggapinya dengan menerapkan firman Tuhan itu dalam setiap sisi kehidupan kita.

Sekarang kita lihat apa yang menjadi sumber tenaga atau sumber daya dari iman ini, agar bisa tetap menyala dalam hidup kita. Is there any such thing? Actually yes, there is. Mari kita baca ayat berikut ini: "Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih." (Galatia 5:6).

Saya akan beri sebuah ilustrasi sederhana. Hidup kita saat ini sangatlah tergantung dari listrik. Hampir semua peralatan di rumah kita memerlukan sumber energilistrik agar bisa menyala dan berfungsi. Di dapur, di kamar, di ruang kerja, bahkan di kamar mandi. Kulkas, rice cooker, oven, komputer, televisi, hair dryer, air conditioner, itu hanyalah sebagian dari benda-benda yang bisa ditemukan hampir disetiap rumah saat ini yang semuanya memerlukan listrik. Jika listrik padam, kita pun akan bingung karena tidak bisa berbuat apa-apa. Di Indonesia kebutuhan akan listrik mencapai 173 terra-watt per jam (tWh) dan mengalami peningkatan sekitar 8%-10% setiap tahunnya. Ini menunjukkan bahwa kita sangatlah tergantung pada sumber energi listrik agar bisa beraktivitas.

Seperti itu pula iman kita. Dari ayat Galatia 5:6 di atas kita harus menyadari bahwa ada sesuatu yang terus menggerakkan iman untuk bekerja. Dalam surat Galatia Paulus banyak mengingatkan jemaat tentang apa yang penting atau punya makna menyangkut keselamatan. Ia menyinggung tentang banyaknya orang yang lebih bergantung kepada prosesi, tata cara atau ritual-ritual lengkap dengan perulangannya. Banyak yang menganggap ini sebagai hal penting untuk mendatangkan keselamatan, Dan Paulus pun memperbaiki pemikiran seperti itu. Apa yang dikatakan Paulus sesungguhnya mudah untuk dicerna.

(bersambung)

Tuesday, August 27, 2013

Iman + Kesabaran dalam Menuai Janji Tuhan (2)

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
(sambungan)

Ya, iman sangat dahsyat. Tapi ingatlah bahwa selain iman, kesabaran pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya. Tanpa kesabaran kita akan mudah putus asa, kehilangan harapan lalu menyerah. Kita akan mudah menyalahkan Tuhan dan menganggapNya sebagai pembohong besar ketika doa-doa kita belum dijawab.  Tapi Alkitab sudah mengingatkan kita akan hal ini. "Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang." (Ibrani 6:10). Tuhan bukannya tidak adil, tidak peduli atau malah melupakan kita, not at all. Tetapi bingkai hitungan waktu kita memang berbeda dengan waktunya Tuhan. Sementara Dia tentu jauh lebih tahu apa yang terbaik buat kita. Jika kita sudah memastikan bahwa kita hidup seturut dengan kehendakNya dan sudah berjalan dengan iman, tetapi kita merasa bahwa Tuhan rasanya terlalu lambat untuk turun tangan, sebuah kesabaran akan menjadi sangat penting untuk kita terapkan sepenuhnya. Sikap inilah yang bisa menjamin kita untuk tidak buru-buru merasa putus asa dan kehilangan harapan. Kesabaran mampu memperkuat dan menopang iman kita sampai anda memperoleh apa yang anda harapkan dari Tuhan.

Seorang hamba Tuhan dari Amerika bernama Kenneth Copeland menggambarkannya seperti ini: "To get results in the faith walk, it's an absolute necessity that you develop the force of patience." Untuk bisa menuai hasil dalam perjalanan iman, adalah amat sangat penting untuk menumbuhkan kekuatan kesabaran. Ketika Tuhan berjanji, Tuhan pasti akan menggenapi karena Dia adalah Tuhan yang setia. Tapi selain setia, Tuhan juga adil, sehingga penuaian janji akan sangat tergantung dari seberapa besar iman kita dan seberapa besar ketahanan kita dalam bersabar. Keduanya haruslah berjalan beriringan dalam irama yang sama, seimbang, sama tinggi. Salah satu timpang maka akan sangat sulit bagi kita untuk mengalami penggenapan janji Tuhan tersebut.

Kesabaran akan membuat kita terus maju dalam iman sampai kita memperoleh jawaban dari Tuhan. Dalam surat Yakobus kita menemukan ayat yang secara inspiratif mengingatkan hal ini. "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi." (Yakobus 5:7). Adalah baik jika kita sudah berjalan dengan firman Tuhan, menerapkan hidup seturut kehendakNya dan mempercayai Tuhan sepenuhnya dalam urusan pemenuhan kebutuhan. Itu akan membuat iman anda tumbuh dengan baik. Akan tetapi ketika hasil dari itu sepertinya lambat tiba, jangan tidak sabaran. Tetap gantungkan pengharapan sepenuhnya, dan teruslah pegang firman Tuhan dengan kesabaran dan iman.

Pastikan bahwa iman dan kesabaran menjadi bagian hidup anda secara murni, tidak tercemari oleh berbagai rasa takut, kekhawatiran, kecemasan. Meski anda belum melihat janji Tuhan hadir secara nyata, iman akan memampukan anda untuk melihat apa yang belum anda lihat, dan untuk sampai kesana jelas diperlukan sebuah kesabaran yang kuat. Berjalanlah dengan memiliki keduanya, anda akan bersukacita melihat betapa luar biasa rasanya ketika janji Tuhan digenapi dalam hidup anda.

Iman dan kesabaran harus bekerjasama agar bisa menuai janji Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, August 26, 2013

Iman + Kesabaran dalam Menuai Janji Tuhan (1)

webmaster | 10:00:00 PM | 2 Comments so far
Ayat bacaan: Ibrani 6:12
=================
"agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah."

Pada suatu kali saya menemani istri di dapur ketika sedang membuat kue. Saya melihatnya mengocok campuran beberapa bahan baku dengan penuh kesabaran agar adonan kue bisa menjadi bagus. Sambil tersenyum saya berkata kepadanya bahwa pekerjaan itu terlihat melelahkan dan tampaknya membosankan. Tapi ia menjawab bahwa meski pegal, itu akan menentukan berhasil tidaknya kue yang dimasak. Setelah beberapa waktu, saya mulai melihat hasilnya. Dan pada saat disajikan, kue terasa lezat dan bagus bentuknya. Kue sukses dibuat.

Sambil mencicipi potongan kue itu, saya pun berpikir bahwa proses pembuatan kue hingga bisa dinikmati ini menggambarkan proses kita dalam menanti janji Tuhan untuk digenapi dalam hidup kita. Jika kue saya ibaratkan sebagai janji Tuhan, maka segala bahan baku dan wadah adalah iman, lalu pekerjaan tangan dalam mengocok adonan menggambarkan kesabaran. Jadi untuk menuai janji Tuhan diperlukan kerjasama yang sinergis antara iman dan kesabaran. Salah satu kurang maka keberhasilan tidak akan bisa dicapai. Gambar dalam renungan hari ini memberi ilustrasi sederhana mengenai hal ini.

Iman dan kesabaran merupakan syarat utama untuk menerima apa yang dijanjikan Tuhan. Itu disebutkan dalam Ibrani 6:12 : "agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah." Penulis Ibrani mengingatkan agar kita jangan menjadi malas, tetapi supaya hidup seperti orang-orang yang menerima janji Tuhan lewat iman dan kesabaran. Ayat selanjutnya memberi contoh nyata lewat pengalaman Abraham. "Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, kata-Nya: "Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak." Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya." (ay 13-15). Kesabaran Abraham menyempurnakan imannya sehingga ia pun menuai janji Tuhan. Kita tahu bahwa janji Tuhan yang diberikan kepada Abraham tidaklah langsung terjadi melainkan butuh waktu tahunan untuk digenapi. Abraham punya keduanya: iman dan kesabaran sehingga pada akhirnya kita melihat ia berhasil menerima berkat luar biasa sesuai janji Tuhan kepadanya.

Iman tanpa kesabaran akan membuat kita terjebak untuk berkompromi dengan berbagai tawaran dunia, mencoba menjawab sendiri doa-doa kita lewat berbagai alternatif yang menyesatkan. Sedang kesabaran tanpa iman hanya akan membuat kita hidup tanpa makna, sabar menanti sesuatu yang tidak pernah datang atau hanya mendasari hidup dengan apa yang kita lihat, dan itu berarti kita sama seperti orang yang tidak mengenalNya. Mengetahui janji Tuhan tanpa didasari iman dan kesabaran akan membawa kita pada kesalahan-keslaahan pemahaman akan Tuhan dan membuat hidup kita terombang ambing tanpa arah pasti. Tetapi sebuah gabungan antara iman dan kesabaran yang berjalan beriringan dengan stabil (tidak timpang) akan memampukan kita untuk menuai janji-janji Tuhan secara nyata. Bukan lagi hanya wacana, bukan sesuatu yang utopia, bukan hanya kata orang, tetapi kita mengalaminya secara nyata dalam hidup kita. Jadi iman dan kesabaran itu sama pentingnya dan harus berada dalam posisi sejajar dalam urusan menerima sesuatu dari Tuhan. Apakah itu berkat, pertolongan, pemulihan dan sebagainya, iman dan kesabaran akan sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya kita memperoleh jamahan Tuhan dan menerima kucuran berkatNya.

Apa yang dimaksud dengan iman? Dalam Ibrani 11:1 dengan jelas dikatakan bahwa "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Iman bukan saja dasar, tapi juga bukti. Ketidaktahuan kita akan apa yang akan terjadi di depan bisa dengan mudah membuat kita khawatir atau malah takut. Mengapa? Karena kita tidak bisa melihat atau mengetahuinya. Karena itulah kita membutuhkan kacamata iman, yang mampu bertindak sebagai dasar dan bukti dari segala sesuatu yang belum terlihat itu. Iman punya kekuatan luar biasa, yang jika ukurannya hanya sebesar biji sesawi saja, itu sudah bisa memindahkan gunung bahkan dikatakan tidak akan ada lagi yang mustahil bagi kita (Matius 17:20).  Ada banyak tokoh Alkitab yang sudah membuktikan kekuatan luar biasa dari iman yang bisa kita teladani, sebaliknya banyak pula yang gagal justru karena iman mereka yang lemah dan ketidaksabaran terus menguasai mereka. Itu seharusnya mampu membuat kita menyadari betapa dahsyatnya peran iman dalam menentukan keberhasilan hidup kita, termasuk di dalamnya menentukan keberhasilan menuai janji-janji Tuhan.
(bersambung)

Sunday, August 25, 2013

Berlayar Mengarungi Kehidupan

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Markus 6:48
====================
"Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka."

Pergumulan. Ini kata yang tidak asing lagi bagi kita karena siapa, kapan dan dimanapun kita tentu pernah mengalami hal ini. Layaknya kapal yang tengah berlayar, ada kalanya hidup tenang, ada kalanya bergelombang dan ada pula waktu dimana badai datang menggoncang. Semua orang mengalami, tapi apa yang membedakan adalah bagaimana dan dengan siapa kita menghadapinya. Apakah kita hanya mengandalkan kekuatan sendiri, harta yang kita miliki, orang lain atau mengandalkan Tuhan, pencipta segala yang ada di alam semesta.

Hari ini mari kita baca kisah yang tepat terjadi setelah Yesus melakukan mukjizat memberi makan 5000 orang dengan menggunakan hanya lima roti dan dua ikan dalam Injil Markus pasal 6. Murid-murid Yesus diperintahkan untuk berlayar terlebih dahulu menuju Betsaida, sementara Yesus sendiri ingin mengambil waktu pribadi untuk bersama Bapa dan pergi ke atas bukit untuk berdoa. Setelah beberapa waktu, mereka sampai di tengah-tengah dan mengalami deraan angin sakal. Sedikit informasi, angin sakal adalah angin yang berlawanan dengan arah berlayar dan bertiup datang dari depan. Karenanya merekapun mulai lelah karena harus mendayung kapal untuk melawan arah angin.

Di saat tengah malam sekitar jam tiga, dan disaat mereka mungkin merasakan kelelahan yang amat sangat, datanglah Yesus dengan berjalan di atas air. Markus menuliskan situasi saat itu sebagai berikut: "Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka." (Markus 6:48). Seharusnya para murid gembira karena Yesus sudah kembali bersama mereka. Tapi mungkin karena sempat kelelahan mendayung, konsentrasi mereka menjadi lemah. Mereka sempat kaget mengira bahwa yang mendatangi mereka adalah hantu. Tidak hanya kaget, mereka juga panik hingga berteriak=teriak (ay 49). Tapi Yesus berkata: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" (ay 50). Begitu Yesus naik ke perahu, serta merta angin pun reda. (ay 51). Mereka pun bisa mendayung dengan tenang hingga sampai ke tujuan.

Seperti cerita pelayaran murid-murid Yesus ini, kita pun bisa bertemu dengan angin sakal ditengah perjalanan mengarungi laut kehidupan. Mungkin saat ini kita sudah sampai di pertengahan perjalanan dan mulai kelelahan melawan terpaan 'angin sakal' agar bisa terus berlayar ke depan untuk sampai ke tujuan. Pada suatu saat kita bisa lelah melawan 'angin sakal' dalam hidup kita seperti arus dunia yang penuh tipu muslihat, ketidakadilan dan kesesatan. Pergaulan yang buruk, lingkungan yang tidak sehat, hal-hal negatif yang kita lihat dan dengar di sekitar kita, segala kedagingan duniawi, dan sebagainya yang berlawanan dengan jalan Tuhan, sewaktu-waktu bisa membuat kita menjadi lemah ketika kita berusaha melawannya. 
Kembali kepada kisah para murid Yesus tadi, di antara murid-murid Yesus sebenarnya terdapat beberapa nelayan handal yang seharusnya sudah pengalaman dalam menghadapi berbagai jenis angin dalam berlayar. Mereka tentu paham betul bagaimana cara berlayar yang baik dan benar. Tapi perhatikan bahwa mereka sekali waktu bisa saja kepayahan dan menemui masalah dalam perjalanan ketika didera angin seperti itu. Di saat lelah seperti itu kita bisa menjadi lemah dan lengah, sehingga kalau tidak hati-hati kita bisa menyerah kalah.

Pada saat seperti inilah kita bisa mulai belajar untuk mengandalkan Tuhan dan berhenti bergantung hanya pada kekuatan sendiri. Di dalam Alkitab kita menjumpai begitu banyak kata "Jangan takut" yang berasal dari Tuhan.  Jika kita menyadari bahwa ada penyertaan Tuhan dalam hidup kita, kita memang seharusnya tidak perlu takut. Dalam kisah diatas, lihatlah bahwa tepat setelah Yesus naik ke dalam kapal, angin sakal langsung berhenti saat itu juga. Ketika ada Tuhan dalam perahu hidup kita, kita pun tidak perlu takut, meski sedang berlayar melawan arus dan dalam kekelaman malam sekalipun. Bersama Yesus ada jaminan keselamatan, ada jaminan penyertaan, jaminan pertolongan dan ada jaminan kelegaan. Itulah yang akan memampukan kita untuk terus berlayar hingga mencapai tujuan akhir dengan baik.

Mazmur Daud berkata demikian: "TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:1-4). Jika ilustrasinya dibawa kepada berlayar, Tuhan akan menjadi nahkoda yang memastikan agar kita aman, tidak kekurangan dan tidak perlu khawatir lewat perlindunganNya yang sempurna. Itu janji Tuhan kepada setiap orang yang berlayar dengan penyertaan Tuhan. Bahkan "Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya." (Mazmur 37:24). Dan itu bisa menjadi bagian hidup kita jika kita tetap menjaga hidup agar selalu berkenan di hadapanNya. (ay 23).

Dalam perjalanan hidup akan "Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang...Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat." (Matius 24:11,13). Agar dapat bertahan mengayuh bahtera kehidupan kita butuh penyertaan Tuhan Yesus dalam hidup kita. Angin sakal akan terus kita hadapi, bahkan angin badai sekalipun akan ada dalam perjalanan kita. Tapi bersama Yesus kita akan mampu bertahan dan memperoleh kemenangan. Karenanya janganlah mengandalkan kekuatan sendiri, tapi milikilah sebuah perjalanan manis bersama Yesus hingga selamat sampai ke seberang. Ingatlah bahwa "Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus." (1 Korintus 1:8).

Anda akan kuat menghadapi angin sakal bahkan badai yang ganas jika berlayar bersama Yesus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, August 24, 2013

Gelas Kecil dalam Gelas Besar

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Ibrani 12:26-28
===================
"Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga. Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut."

Pada suatu kali saya pernah merasa takut melihat kondisi perekonomian kita yang semakin lama semakin buruk. Pemerintah selalu mengumandangkan tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi makro, tetapi faktanya di lapangan daya beli semakin menurun. Harga melambung tinggi, uang yang masuk tetap sama jika tidak malah berkurang. Harga daging sempat dikatakan tertinggi di dunia, lantas bandingkanlah pendapatan perkapita kita dengan negara-negara lain. Ini bisa menimbulkan kekhawatiran bagi banyak orang, terutama kalangan menengah ke bawah yang akan terkena dampak terbesar dari situasi ini. Saat itu rasa khawatir mulai timbul dalam hati saya. Tidak mau terus-terusan merasa cemas, saya pun kemudian berdoa dan terus tidur. Di saat itu saya mendapatkan sebuah mimpi yang sepertinya menjawab kecemasan saya lewat ilustrasi yang menarik. Ini yang akan saya bagikan hari ini.
Dalam mimpi itu saya melihat sebuah gelas besar yang diisi dengan gelas lebih kecil. Sebuah kelereng diletakkan didalam gelas yang kecil berisi air, lalu ditutup rapat. Gelas besar lalu diisi dengan air hingga hampir penuh dan ada tangan yang mulai mengaduk-aduk gelas besar itu. Air mulai bergolak dan ada sebagian yang tumpah. Semakin kuat adukannya, semakin besar pula air bergolak dan semakin banyak pula yang tumpah ke luar. Tapi gelas kecil dengan kelereng di dalamnya terlihat tetap tenang seperti tidak mengalami apa-apa. Tidak ada yang tumpah meski diluar air tengah tergoncang kesana kemari. Saya terbangun dan teringat akan ayat yang saya pakai menjadi ayat bacaan hari ini. Saya pun kemudian mengucap syukur dan berterima kasih karena Tuhan mengingatkan saya bahwa ada sesuatu yang tetap bisa memastikan bahwa kita tidak harus ikut tergoncang di tengah dunia yang sedang tergoncang dengan hebatnya.

Mari kita liat ayat bacaan hari ini. "Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga. Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." (Ibrani 12:26-28). Kalaupun memang belum mulai terjadi saat ini, akan ada saat dimana semua yang dapat terguncang akan diguncangkan. Seperti layaknya pengayak pasir, Tuhan akan mengayak bumi dan langit untuk menyaring mana yang bisa terbuang dan mana tidak. Bumi dan langit, itu bisa terguncang. Perekonomian kita bahkan dunia bisa atau sudah tergoncang. Popularitas, status, karir, kedudukan, itu bisa tergoncang. Tapi Firman Tuhan jelas berkata bahwa ada yang tidak akan pernah terpengaruh oleh guncangan apapun. Ada yang akan tetap stabil dan penuh sukacita, damai sejahtera dan penuh kasih yang tidak ada habisnya. Dan itu adalah Kerajaan Allah.

Sekarang mari kita lihat Firman berikut: "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah...Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia." (Roma 8:14,17). Lihatlah ada janji Tuhan yang luar biasa yang berlaku pada semua anak-anakNya yang mengasihi Dia. Jika kita gabungkan ayat dalam kitab Roma dengan ayat bacaan hari ini, Tuhan ternyata menjanjikan kita menjadi ahli waris dari sesuatu yang tidak akan pernah dan bisa tergoncangkan. Not before, not now, not ever. Dalam menghadapi masa yang sukar di hari-hari sekarang ini, janji Tuhan ini harus kita pegang teguh dan imani. Menjadi ahli waris dari kerajaan yang tidak tergoncangkan sudah diberikan kepada kita sebagai bagian dari kasih karunia. Tapi ingat bahwa ahli waris Kerajaan hanyalah dijanjikan kepada siapapun yang mau turut menderita bersama-sama dengan Kristus dan mengasihi Tuhan, seperti yang tertulis dalam Yakobus 2:5.

Dalam kitab Ibrani dikatakan karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan maka kita harus mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya dengan hormat dan takut, lalu dalam kitab Roma tadi dikatakan bahwa ahli waris kerajaan hanya akan disematkan kepada orang yang mau pikul salib seperti halnya Kristus lantas dalam Yakobus disebutkan bahwa itu akan menjadi milik orang-orang yang mengasihi Tuhan. Ini semua berbicara mengenai cara kita hidup dengan kudus, hidup berkenan di hadapan Tuhan. Ini berbicara mengenai percaya sepenuhnya dan menyerahkan hidup secara total ke dalam tangan Tuhan, mengenai mengenal pribadi Tuhan dan beriman kepada Yesus Kristus. Ini berbicara mengenai waktu-waktu kita untuk datang pada Tuhan dengan pujian dan penyembahan, mempersembahkan korban syukur yang terbaik dalam doa-doa, saat teduh maupun persekutuan, juga mengenai sebuah hidup yang kita jalani sepenuhnya bersama Tuhan, baik dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan dan lingkungan. Lihatlah bahwa dalam goncangan luar biasa yang melanda dunia saat ini dan yang akan datang nanti, ada sebuah janji Tuhan untuk meluputkan kita dari itu semua. Ketika kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, ketika kita berada di dalamnya, kita tidak akan tergoncang.

Menghadapi hari yang semakin sulit kedepannya kita tidak lagi punya waktu untuk main-main. Mari periksa diri kita apakah kita berada dalam gelas yang kecil atau yang besar. Apakah kita menjadi bagian yang ikut tergoncang dan tercampak keluar atau menjadi bagian dari yang tidak tergoncang, meski diluar sana semuanya sedang gonjang-ganjing, apakah kita masih merupakan bagian dari dunia yang fana atau menjadi ahli waris Kerajaan Surga sebagai anak-anak Tuhan. Sangatlah keliru jika kita berpikir akan bisa bertumpu kepada banyaknya harta kekayaan, kekuatan manusia atau hal-hal lain yang sifatnya hanya sementara. Bergantung sepenuhnya pada Tuhan, Raja dari Kerajaan yang tidak tergoncangkan akan membawa anda tetap tenang meski keadaan disekitar anda sedang sangat tidak kondusif. Dia menjanjikan keselamatan ditengah badai kesulitan yang menerpa dunia saat ini. Ketenangan anda pun bisa membawa dampak positif bagi orang-orang disekeliling anda. Karena itu mengucap syukurlah. Beribadahlah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Berbuatlah sama seperti Kristus yang rela mengosongkan diri demi keselamatan umat manusia, lalu kasihi Tuhan dengan sebentuk kasih sejati, tulus, murni dan sungguh-sungguh. Disaat itulah anda akan menerima status sebagai ahli waris dari sebuah Kerajaan yang tidak akan pernah tergoncangkan.

Langit dan bumi bisa digoncang, tetapi ahli waris Kerajaan tidak akan pernah ikut didalamnya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, August 23, 2013

Kembali Murni

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: 1 Yohanes 1:9
======================
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."

Beberapa tahun lalu ketika saya berkunjung ke sebuah negara di Eropa, saya sempat kagum melihat orang disana dapat langsung minum air dari keran. Mereka mengambil gelas, menampung air dari keran tanpa dimasak terlebih dahulu dan langsung diminum. Secara umum air di Indonesia belumlah siap minum. Anda bisa sakit perut karena air baik dari ledeng atau melalui sumur/pompa air tersebut belum dimasak, demikian kata orang-orang tua kita. Tetapi teknologi filterisasi hari ini sudah bisa membuat air murni dan aman diminum tanpa harus direbus terlebih dahulu. Bahkan air laut pun sudah bisa diproses dengan teknologi tertentu sehingga terbebas dari kandungan-kandungan baik bakteri dan ion-ion atau logam-logam yang ada dalam air. Secara sepintas air yang ada bisa jadi terlihat segar dan bersih, berwarna biru cerah, tetapi kita harus memastikan bahwa air itu murni agar aman diminum.

Ketika kita menerima Yesus, kita mendapat kesempatan untuk menerima anugerah untuk menjadi manusia baru ( "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." - 2 Korintus 5:17). Kita pun dikatakan sudah suci oleh ketaatan akan kebenaran karena kita dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana melainkan benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal (1 Petrus 22:23-24). Itu artinya kita sudah dimurnikan, dilepaskan dari berbagai ikatan dan dosa-dosa kita di masa lalu. Tugas kita selanjutnya adalah memastikan agar apa yang sudah murni jangan sampai kotor kembali. Seperti itu seharusnya. Tapi dalam perjalanan hidup kita bisa saja kembali jatuh ke dalam jebakan dosa mulai dari yang kecil sampai yang besar. Maka ibarat air, bisa saja kita terlihat jernih dari luar tetapi sesungguhnya mengandung banyak kandungan yang membahayakan. Jika kotornya sudah keterlaluan, maka kita bisa terlihat seperti air lumpur yang pekat. Apakah ada 'filter' yang bisa kembali memurnikan kita jika ini yang terjadi? Kabar baiknya, itu ada. Tuhan tetap membuka pintu kesempatan kepada siapapun untuk berbalik dari jalan-jalan yang salah dan kembali kepada jalan kebenaran yang mengarah kepada keselamatan.

Akan hal inil, mari kita baca kitab 1 Yohanes. Saya tidak tahu untuk siapa/jemaat mana surat ini ditujukan. Tapi yang pasti, surat ini ditujukan untuk orang-orang percaya. Dengan kata lain, surat ini dituliskan secara khusus untuk orang-orang Kristen yang sudah bertobat dan menerima Kristus. Yohanes tahu bahwa setelah kita bertobat, akan selalu ada godaan yang berpotensi mengembalikan kita ke dalam perangkap dosa. Misalnya kembali melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk yang seharusnya sudah kita tinggalkan ketika kita telah menjadi ciptaan yang baru. Lantas jika sudah terlanjur, apa yang harus kita lakukan? Yohanes menyebut seperti ini: "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).

Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa  apabila kita mengakui dosa kita dengan jujur, ada dua hal yang akan Tuhan lakukan, yaitu:
1. mengampuni dosa kita
2. menyucikan kita

He will forgive our sins and cleanse us from all unrighteousness, artinya dari semua pikiran, perasaan dan perbuatan yang tidak sesuai dengan ketetapanNya. Dan ini sesuai dengan sifat Tuhan yang sangat menonjol yaitu adil dan setia. Pintu pengampunan ternyata masih dibuka lebar-lebar bagi anak-anakNya yang terlanjur kembali tersesat.

Selanjutnya Yohanes mengatakan: "Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia." (1 Yohanes 2:1-2). Sebagai ciptaan baru seharusnya kita tidak lagi berbuat dosa. Tetapi kalaupun kita kembali terjatuh, ingatlah bahwa kita punya Kristus yang akan bertindak sebagai perantara atau pembela buat kita di hadapan Allah. Ini janji Tuhan yang dihadirkan lewat Yohanes dan ditujukan buat kita, orang-orang percaya.

Ketika kita kembali berbuat dosa setelah bertobat, itu artinya kita memilih untuk kembali hidup dalam penghukuman. Arah jalan yang sudah menuju hidup kekal pun kemudian berbelok menuju jurang kebinasaan. Tetapi Tuhan ternyata masih mau mengampuni, tidak lagi mengingat-ingat pelanggaran kita apabila kita mengakui dosa kita di hadapanNya. Bukan hanya itu, diri kita pun akan dibersihkan atau disucikan kembali.

Kebenaran akan kembali muncul setelah kita disucikan atau dimurnikan. Idealnya kita sudah meninggalkan berbagai perbuatan salah masa lalu dan sedang menatap ke depan untuk menuai janji-janji Tuhan. Akan tetapi kita bisa kembali terjebak dalam berbagai perbuatan dosa. Apabila itu yang terjadi, ingatlah bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi kita orang yang sudah percaya untuk mengakui dosa di hadapan Tuhan. Jika itu dilakukan, maka Tuhan sendiri yang akan mengambil langkah: mengampuni dan menyucikan. He will forgive and cleanse us from our sins, and put us back to the path He's destined to us.

Mengakui dosa adalah awal dari pemulihan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, August 22, 2013

Mengasihi Jangan Pura-Pura (2)

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
(sambungan)

Kasih yang didasari kepura-puraan seharusnya tidak boleh ada dalam kehidupan orang percaya. Kita diminta untuk melakukan kasih yang sejati seperti halnya Tuhan sendiri mengasihi kita. Untuk bisa terhindar dari kasih pura-pura ini, kita terlebih dahulu harus tahu dari mana sumbernya, dari mana itu sebenarnya berasal. Kepura-puraan atau kepalsuan merupakan salah satu ciri dari sifat iblis dan antek-anteknya seperti yang disebutkan dalam 2 Korintus 11:14 ("Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang."). Oleh sebab itu kita harus menjaga agar kepalsuan atau kepura-puraan menjadi bagian dari kasih yang kita berikan kepada sesama, apalagi kepada Tuhan.

Bentuk kepura-puraan atau kepalsuan biasanya menyelinap dalam hati dan pikiran kita. Seperti yang sudah pernah saya singgung sebelumnya, hati (perasaan) dan benak (pikiran) merupakan lahan terbuka yang berpotensi menjadi pintu masuk iblis untuk merusak kita. Kita bisa lihat dalam Perjanjian Lama, hal ini sudah diingatkan Tuhan melalui Yeremia. "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" (Yeremia 17:9). Hati kita sangat mudah diliputi kelicikan karena gampang tercemar oleh dosa. Itulah sebabnya penting bagi kita untuk tetap memeriksa hati dan meminta Tuhan untuk menyelidiki isi hati kita hingga kepada bagian yang terdalam. Selain ayat selanjutnya dalam kitab Yeremia menyebutkan bahwa Tuhan menyelidiki hati dan menguji batin (ay 10), Daud pun menunjukkan hal yang sama. " Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mazmur 139:23-24). Lihatlah bagaimana Daud merasa penting untuk memastikan bahwa hati dan pikirannya tidak tercemar oleh hal-hal yang bisa membuatnya terlempar keluar dari jalan yang kekal.

Pikiran dan perasaan kita haruslah kita tundukkan ke dalam Kristus, ini disebutkan dalam Filipi 2:5. Ini adalah cara agar pikiran dan perasaan kita terhindar dari berbagai kecemaran dan pengaruh iblis untuk menyuntikkan sifat-sifatnya ke dalam diri kita. Selain itu tidak kalah pentingnya bagi kita untuk menyucikan diri lewat ketaatan kepada kebenaran yaitu lewat pemahaman dan kesetiaan kepada ajaran-ajaran dan ketetapan-ketetapan Allah. Petrus mengatakan sebagai berikut: "Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal." (1 Petrus 22:23-24). Kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, kasih yang sejati dan bukan kasih yang pura-pura akan menjadi bagian hidup kita ketika kita menyucikan diri kepada ketaatan akan kebenaran. Kita harus ingat bahwa kita sudah dilahirkan kembali menjadi manusia baru bukan lewat benih fana tetapi benih kekal oleh Firman yang hidup. Bagi kita yang sudah mengalami hal ini, tidak ada satupun alasan lagi untuk merasa boleh melakukan kasih yang pura-pura.

Jangan cemari lagi diri kita yang sudah disucikan dengan berbagai bentuk kepalsuan, terlebih dalam kaitannya dengan pernyataan kasih. Sebuah kasih yang sungguh-sungguh, yang tulus dan ikhlas pada hakekatnya merupakan cerminan dari kasih Allah kepada kita, yang seharusnya bisa kita perlihatkan untuk menunjukkan bahwa kasih seperti ini sungguh ada dan nyata. Jangan beri ruang bagi iblis untuk kembali meracuni pikiran dan perasaan kita. Tundukkan selalu pada Kristus dan mintalah Roh Kudus untuk memampukan anda mencapai tingkatan atau standar kasih seperti yang diwajibkan Tuhan. If you're a believer, don't show fake love. Instead, show the kind of real love which reflects God's love to others.

Kasih sejati nyata adanya, dan harus tercermin lewat pernyataan kasih kita terhadap sesama

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, August 21, 2013

Mengasihi Jangan Pura-Pura (1)

webmaster | 10:00:00 PM | 1 Comment so far
Ayat bacaan: Roma 12:9
=================
"Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik."

Suatu kali seorang teman saya memutuskan untuk berhenti dari tempatnya bekerja karena merasa tidak nyaman disana. Ia bercerita bahwa suasana di kantornya penuh kepalsuan. Di permukaan semua tampak baik-baik saja. Senyum, sopan, tapi di belakang ada banyak intrik dengan kepentingan masing-masing. Uang yang digelapkan, menyebarkan isu-isu miring terhadap rekan sekerja, cari muka kepada pimpinan agar mendapat posisi tinggi lewat gaya menjilat tapi dibelakang mereka menghujat dan menghina bahkan dari hal-hal yang sama sekali tidak perlu seperti model pakaian, cara jalan dan lain-lain. "Daripada saya lama-lama gila disana, lebih baik saya keluar dan mencari tempat kerja lain dengan suasana yang lebih nyaman." katanya. Di sisi lain saya mendengar pula teman lain yang bercerita tentang kantornya yang penuh kemunafikan. "Bayangkan, mereka melakukan doa pagi sebelum mulai bekerja lho.. tapi ketika sampai pada urusan duit, mereka bisa melakukan mark-up atau menipu tanpa rasa bersalah sedikitpun." kata teman saya ini. Tipikal orang-orang 'bermuka dua' seperti ini tentu tidak asing bagi kita karena tentu kita pernah berjumpa dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari, bahkan mungkin di antara orang-orang yang dekat dengan kita. Ironisnya hal seperti ini bukan hanya terjadi diluar tapi gereja pun mulai terjangkit hal yang sama. Saya sudah sering mendengar keluhan jemaat yang dinomorduakan, dikucilkan atau dihakimi karena satu dan lain hal. Ada gereja yang menyediakan kursi berbeda, di depan bagi jemaat kaya, VIP, orang penting sedangkan jemaat biasa dibelakang saja, meski kursi di depan masih kosong. Ada yang tampil hebat di depan tetapi dibelakang penuh iri hati dan gemar mengeluarkan kata-kata negatif, termasuk menjelek-jelekkan teman sendiri kepada orang lain. Bahkan tidak jarang kita bertemu dengan orang yang seperti terpaksa senyum lantas mengabaikan kita.

Inilah contoh-contoh kasih yang pura-pura. Kasih yang pura-pura membungkus segala motivasi terselubung, keinginan-keinginan daging dan berbagai kejahatan lainnya dengan perbuatan atau sikap yang baik. Kasih yang pura-pura adalah kasih yang ditunjukkan kalau ada maunya, pamrih atau sekedar karena terpaksa saja. Jadi jika ditanya apakah ada kasih yang pura-pura? Jawabannya tentu saja ada. Selain beberapa contoh di atas, ada banyak lagi contoh lain yang akan sangat panjang jika disebutkan disini.

Alkitab pun mengatakan bahwa bentuk kasih yang pura-pura itu memang ada. Bahkan ketika Paulus mengunjungi jemaat di Roma, ia merasa perlu untuk mengingatkan para jemaat disana akan bahayanya kasih pura-pura. Jika Paulus menasihati akan hal ini, tentu artinya hal semacam ini terjadi disana. Sebagian jemaat disana tampaknya belum mengerti tentang bagaimana bentuk kasih yang sesungguhnya, mengira bahwa kasih cukuplah hanya berupa ucapan mulut atau tampak depan saja tanpa disertai oleh bentuk-bentuk tindakan nyata. Sebagian dari kita hari ini ternyata masih sama seperti jemaat di Roma, oleh karena itulah pesan Paulus ini tetap relevan dan penting untuk kita ketahui dan renungkan.

Paulus mengingatkan jemaat dengan pesan seperti yang tertulis dalam ayat bacaan kita hari ini: "Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik." (Roma 12:9). Kalau mengasihi hendaklah tulus. Hindari yang jahat dan perbuat yang baik. Demikian kata Paulus. So if you want to love, you should be sincere and real. Kenapa? Sebab kasih seperti itulah yang ditunjukkan Tuhan kepada kita. Sebuah kasih yang tidak mencari kepentingan sendiri, kasih yang peduli, tidak kenal batas dan berisi pengorbanan. Tuhan sudah melakukan kasih seperti itu kepada kita, alangkah memalukannya apabila kita masih tidak menyadari dan merasa boleh untuk mengasihi secara palsu.

Jika demikian, bagaimana sebenarnya bentuk-bentuk kasih yang sesungguhnya dan tidak pura-pura ini? Paulus menyebutkan sederetan bentuk kasih yang sungguh-sungguh dalam rangkaian ayat selanjutnya dari perikop yang sama.
- Saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat (ay 10)
- Bekerjalah dengan rajin. Jangan malas. Bekerjalah untuk Tuhan dengan semangat dari Roh Allah (ay 11)
- Tetap bersukacita dalam pengharapan, sabar dalam kesesakan dan terus berdoa dengan tekun (ay 12)
- Bantu orang-orang yang dalam kekurangan, beri mereka tumpangan dengan keramahan dan senang hati (ay 13)
- berkati orang-orang yang jahat kepada kita, jangan mengutuk mereka (ay 14)
- turutlah bersukacita dengan orang yang sedang bersukacita, menangislah dengan orang yang sedang menangis, ini menunjukkan sikap berbagi rasa dengan tulus (ay 15)
- jangan sombong merasa lebih pintar dari yang lain, tetapi sesuaikan diri kita dengan orang lain dan hiduplah rukun (ay 16)
- jangan balas kejahatan dengan kejahatan, tetapi fokuslah dengan melakukan hal yang baik (ay 17)
- hiduplah dalam damai bukan hanya dengan sesama saudara/i seiman tetapi dengan semua orang (ay 18)
- jangan hidup dengan keinginan untuk membalas dendam (ay 19)
- bahkan seandainya orang yang jahat kepada kita sedang mengalami kesusahan, kita harus siap membantu mereka (ay 20)
- jaga diri baik-baik agar tidak kalah terhadap hasutan-hasutan jahat tetapi kalahkan dengan kebaikan (ay 21)

Jika kita memperhatikan baik-baik sederetan kriteria di atas, kita bisa melihat bahwa sebenarnya kasih yang sungguh-sungguh tidaklah mudah untuk dilakukan. Untuk mengadopsi kasih yang sungguh-sungguh menurut kriteria Allah kita perlu melibatkan niat yang serius, mengalahkan kepentingan-kepentingan diri sendiri dan melakukan usaha ekstra yang memerlukan kerja keras dan pengorbanan. Jika itu belum menjadi bagian dari kita, artinya kita termasuk dalam golongan orang-orang yang belum bisa mengamalkan kasih sungguh-sungguh dalam standar Kerajaan Surga.

(bersambung)

Tuesday, August 20, 2013

Rubah Kecil yang Merusak Kebun Anggur (2)

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
(sambungan)

Seperti yang saya katakan kemarin, rubah bukanlah hewan berukuran besar dan bertubuh perkasa seperti halnya harimau atau beruang. Rubah dewasa ukuran tubuhnya sedikit lebih kecil dari anjing berukuran sedang dan secara umum tidak begitu berbahaya jika dibandingkan dengan hewan-hewan buas seperti yang saya sebut tadi. Lantas mengapa Salomo mengacu kepada rubah, bahkan dikatakan rubah-rubah kecil (little foxes) bukan hewan-hewan yang lebih menakutkan bagi kita? Itu menggambarkan kecendrungan kita untuk tidak memperhatikan bahaya dosa-dosa 'ringan' yang seolah sepele dan tidak berbahaya. Kita mungkin tidak melakukan dosa-dosa yang tampaknya besar seperti membunuh, merampok, melukai orang lain dengan senjata tajam atau senjata api. Mungkin kita tidak korupsi milyaran atau trilyunan seperti yang sering kita lihat di televisi. Mungkin kita tidak memperkosa secara fisik. Tapi pedulikah kita terhadap 'duri-duri' yang berukuran lebih kecil? Kita tidak membunuh atau melukai secara fisik, tetapi kita mengolok-olok, merendahkan, menyebarkan isu-isu terhadap orang lain sehingga kepercayaan atau bahkan gambar dirinya hancur. Kita mungkin tidak memperkosa secara harafiah tetapi kita menyebabkan kerugian terhadap orang lain dengan merampas apa yang bukan milik kita. Kita mungkin tidak korupsi besar-besaran tetapi menghalalkan bentuk-bentuk suap kecil-kecilan dengan dalih uang diluar prosedur dengan dalih uang lelah sebagai pembenaran.

Kita memakai bentuk hukuman dunia untuk menentukan besar-kecilnya dosa, kita awas terhadap yang besar lantas cuek terhadap yang kecil. Padahal dosa dalam ukuran apapun tetaplah merupakan hal yang bisa merusak hubungan kita dengan Tuhan. Jangan lupa pula bahwa dosa-dosa seperti rubah kecil ini jika kita biarkan bisa menjadi awal untuk masuknya dosa-dosa lain yang akan meningkat intensitasnya. Pada suatu saat kita terjerat disana, menjadi terbiasa hidup berkubang dosa dan berujung kepada kebinasaan. Bagai ranting anggur yang kering, yang sudah terpisah dari pohonnya, hanya untuk dikumpulkan, dicampakkan ke dalam api lantas dibakar.

Kita harus sadar bahwa iblis tidak akan suka melihat manusia membangun hubungan yang karib dengan Tuhan, terlebih ketika hubungan anda sedang hangat-hangatnya seperti kebun anggur yang tengah berkembang subur. Iblis sangat benci melihat itu. Jika dosa-dosa yang kita anggap fatal bisa kita hindari, dosa-dosa yang relatif dirasa lebih ringan dan diberi toleransi merupakan pintu masuk iblis untuk menghancurkan kita. Itu merupakan umpan empuk yang mudah ia gunakan. Dalam pepatah dikatakan "karena nilai setitik, rusak susu sebelanga. Dan pepatah ini pun ada padanannya di dalam Alkitab: "Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan." (Galatia 5:9). Sedikit kesalahan kecil bisa digunakan iblis untuk merusak tatanan kehidupan dalam Tuhan yang sudah kita bangun dengan tekun selama ini. Karena itulah apabila kita selama ini awas dalam memperhatikan dosa-dosa besar, sekarang kita harus pula waspada pelanggaran-pelanggaran yang mungkin kita anggap sepele. Apapun itu, segala bentuk dosa sama seriusnya di hadapan Tuhan. Kelak dalam penghakiman semuanya harus kita pertanggungjawabkan nanti. Apalagi jika mengingat keberadaan kita sebagai anak-anak terang, tentu kita harus mampu menjaga diri baik-baik agar tidak terjerumus ke dalam kegelapan, seperti yang disebutkan di dalam Matius 12:35. 

Waspadai serangan rubah kecil yang bisa memporak-porandakan kebun anggur anda yang tengah berbuah subur. Rubah-rubah meski berukuran kecil siap menutup pintu surga dan membuat kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keselamatan. Seperti duri, yang kecil dan tampaknya sepele sekalipun bisa sangat menyakitkan dan menghambat langkah kita jika terus dibiarkan. Jika anda masih belum waspada, mulai sekarang waspadalah. Bereskanlah segera apapun yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Berdoalah dan teruslah berjalan dalam tuntunan Roh Kudus agar bentuk penyimpangan sekecil apapun bisa kita hindari sehingga kita tidak perlu menangis menyesal melihat kerusakan dari apa yang sudah kita bangun dengan baik.

Say no to sin, no matter what it is

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, August 19, 2013

Rubah Kecil yang Merusak Kebun Anggur (1)

webmaster | 10:00:00 PM | 1 Comment so far
Ayat bacaan: Kidung Agung 2:15
=======================
"Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!"

Rubah bukanlah hewan yang familiar di Indonesia, tetapi sering dijumpai di beberapa negara bagian Amerika dan juga sebagian negara-negara Eropa seperti Inggris dan Rusia. Ukuran rubah rata-rata sedikit lebih kecil dari anjing berukuran sedang, dan secara umum bukanlah hewan berbahaya meski dilaporkan sering memasuki halaman belakang rumah penduduk. Rubah biasanya memangsa hewan-hewan berukuran kecil seperti tikus, tetapi dalam beberapa kasus rubah pernah menggigit manusia, bayi yang tidak diawasi. Selain itu rubah kerap memangsa hewan ternak berukuran kecil seperti ayam, atau hewan peliharaan seperti kucing dan anjing-anjing ras kecil. Rubah bukanlah hewan berbahaya seperti harimau atau beruang yang bisa membunuh kita. Biasanya rubah akan segera kabur jika bertemu pandang dengan manusia, bahkan seringkali terlihat imut-imut seperti dalam banyak gambaran kartun. Tetapi rubah tetap tidak bisa dipercaya begitu saja karena pada suatu ketika bisa menimbulkan kerugian. Kalaupun tidak menyakiti manusia atau hewan peliharaan, kehadiran rubah bisa memporak-porandakan taman yang sudah kita tata baik.

Menarik apabila melihat bahwa dalam rangkaian syair romantis dalam Kidung Agung, dalam pasal 2 tiba-tiba ada ayat berubah mendadak dengan berseru agar mewaspadai rubah, termasuk rubah kecil. Ayatnya berbunyi sebagai berikut: "Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!" (Kidung Agung 2:15). Menangkap rubah-rubah kecil yang merusak kebun anggur yang sedang berbunga? Ayat ini bisa jadi sepertinya hanya selintas saja, tetapi sesungguhnya berisi pesan yang sangat penting bagi kita semua.

Sebelum kita melihat lebih jauh rubah-rubah termasuk yang masih kecil yang harus kita waspadai, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu kitab Kidung Agung tulisan Salomo ini. Tulisan romansa di dalam kitab ini melambangkan keindahan cinta yang teguh, lekat dan setia, tak tergoyahkan antara Kristus dan kita, mempelaiNya. Jadi jika serangkaian keindahan cinta tiba-tiba terpotong oleh satu ayat yang mengingatkan agar kita mewaspadai rubah-rubah baik yang sudah dewasa maupun yang masih kecil, tentu ini merupakan sesuatu yang dapat merusak hubungan indah yang sudah terjalin selama ini.

Akan halnya kebun anggur, mari kita lihat apa kata Yesus dalam Injil Yohanes. "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:4-5). Yesus menggambarkan diriNya sebagai pohon anggur, dan kita adalah ranting-rantingnya. Bayangkan jika ranting dipotong, maka ranting tidak akan punya kemampuan apapun untuk menghasilkan buah. Tetapi jika ranting tetap bagian dari pohon, maka ranting akan bisa menghasilkan anggur-anggur yang ranum dalam jumlah banyak. Ranting tanpa pohon hanyalah akan berupa ranting kering, tidak lagi mampu berbuah, sehingga tidak ada lagi yang bisa diperbuat atasnya kecuali dikumpulkan dan dibuang ke dalam api (ay 6). Seperti itulah kita yang harus tinggal di dalam Yesus agar bisa menghasilkan buah-buah yang baik menurut perumpamaan Yesus ini.

Dengan mengerti gambaran dasar di atas, akan lebih mudah bagi kita untuk memahami pesan yang disampaikan dalam  Kidung Agung 2:15. Dalam bahasa sehari-hari ayat ini berkata: "Tangkaplah rubah-rubah itu, rubah-rubah kecil yang merusak kebun anggur, sebab anggur kami sedang berkembang." Jadi anda bisa membayangkan ketika hubungan kita dengan Kristus sedang mekar, berkembang dengan indahnya, bagaikan kebun anggur yang tumbuh subur penuh buah, tiba-tiba datanglah 'rubah-rubah kecil' menghancurkan, mengobrak-abrik kebun yang sudah kita tanam dan rawat dengan baik itu. Bukankah itu hanya akan membuat segala usaha dan ketekunan kita sia-sia? Tidakkah itu hanya mendatangkan kerugian apabila tidak diwaspadai secara serius?

(bersambung)

Sunday, August 18, 2013

Taat pada Pemimpin

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Ibrani 13:17
=================
"Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu."

Dari tahun ke tahun kita memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan kita. Setiap tahun kita berharap menyongsong masa depan yang lebih baik, berharap bangsa ini tumbuh menjadi bangsa yang bermartabat, makmur, sejahtera, aman sejahtera dan hidup dalam damai. Sebanyak kita berharap, sebanyak itu pula kita terus dikejutkan akan berbagai kejadian yang bukan saja mempermalukan kita di mata dunia tetapi juga mengecewakan Tuhan. Disintergrasi, kekerasan, penindasan, ketidakadilan, pemaksaan kehendak, harga-harga yang terus melambung, korupsi, mengorbankan orang banyak demi kepentingan kelompok, kecurangan-kecurangan dan sebagainya terus menciptakan instablitas negeri ini dengan skala yang makin tinggi. Pemerintah seakan tak berdaya melihat negara ini porak poranda dihancurkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, dengan situasi tidak menentu kita sulit membayangkan kemana negara ini akan melangkah.

Apa peran kita sebagai orang percaya yang tinggal di negeri ini? Apakah kita tidak bisa berbuat sesuatu? Apakah baik buat kita untuk diam berpangku tangan lalu mengeluh berkepanjangan? Atau tinggalkan saja negeri ini ke tempat yang lebih menjamin? Tidak, tentu tidak demikian. Tuhan tidak sembarangan atau secara kebetulan menempatkan anda sebagai bagian dari negara ini. Ada banyak peran umat Tuhan yang bisa dilakukan, yang akan sangat menentukan masa depan bangsa meski jumlah anda masih tergolong minoritas. Satu hal yang bisa kita lakukan secara langsung, tapi tidak banyak diketahui orang adalah perintah untuk taat kepada pemimpin kita.

Ayatnya berbunyi demikian: "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu." (Ibrani 13:17). Taat kepada pemimpin, dan tunduklah. Mengapa? Sebab terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, mereka tetap bertanggungjawab atas jiwa kita yang dipimpin mereka. Bentuk-bentuk keluhan, protes, demonstrasi atau lain-lain seperti yang kerap dilakukan orang tidaklah membawa keuntungan apa-apa malah mendatangkan kerugian lebih banyak lagi bagi kita. Sebaliknya, ketika kita tidak menambah masalah, mereka akan lebih tenang dalam bekerja sehingga kita pun akan diuntungkan.

Petrus pun mengingatkan hal yang sama, untuk tunduk kepada pemerintah demi nama Allah. "Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi.." (1 Petrus 2:13). Kita tunduk bukan karena siapa-siapa melainkan karena Tuhan. Bagaimana jika mereka masih belum benar? Anda bisa berperan untuk terus mendoakan mereka, agar memiliki roh yang takut akan Tuhan sehingga bisa memimpin dengan benar.

Seruan untuk doa syafaat bagi para pemimpin sudah disampaikan Paulus dalam 1 Timotius 2:1-2. "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan." Bisa tidaknya kita hidup tenang dan tenteram, itu tergantung dari bagaimana keadaan bangsa dan negara kita sendiri, jadi jelas kepedulian kita merupakan sebuah hal yang tidak bisa ditawar-tawar. Dan dikatakan "Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran." (ay 3-4).

Selain berdoa, kepada kita sudah diberikan tugas agar ikut berperan aktif dalam mensejatherakan kota dimana kita tinggal. "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7). Dari ayat ini jelas terlihat bahwa ada korelasi antara kesejahteraan kita dengan kesejahteraan kota tempat kita menetap saat ini. Jadi berperan aktif dan berdoa sama-sama punya peranan penting yang akan bisa membawa kebaikan bagi bangsa dan negara ini, dan dengan sendirinya bagi kita.

Jika kota dimana kita tinggal berada dalam kondisi nyaman, aman, tentram dan damai, bukankah itu juga akan membuat kita sejahtera? Jika kita menginginkan kondisi seperti itu, peran nyata kita tentu sangat dibutuhkan. Anda bisa mulai dari lingkungan tempat tinggal dan kerja, kemudian kota, kemudian propinsi lalu kemudian meningkat kepada negara. Anda mungkin sulit membayangkan seandainya hanya anda sendirian yang berbuat, akankah itu bisa berpengaruh? Tapi coba bayangkan jika ada multitude effect. Orang percaya di seantero negeri melakukan hal yang sama, membawa hal positif baik lewat tindakan nyata maupun doa, dan itu menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk melakukan hal yang sama. Kemakmuran negeri ini tidak lagi menjadi sebuah utopia belaka, melainkan menjadi nyata. Mari mulai tampil dan berkontribusi positif. Jangan ikut-ikutan menambah masalah, tapi taat dan patuhlah karena Tuhan menginginkan kita untuk melakukan seperti itu. Dirgahayu Republik Indonesia, Tuhan mengasihimu.

Peran aktif secara nyata dan keseriusan mendoakan akan menentukan kemana arah bangsa ini ke depan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, August 17, 2013

Pondasi Keluarga menurut Amsal 3:3 (4)

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
(sambungan)

3. Takut akan Tuhan merupakan sumber utama

Kita tentu sudah tahu bahwa hikmat bermula dari takut akan Tuhan (Amsal 9:10, Mazmur 111:10). Tapi kita harus ingat bahwa kasih dan kesetiaan pun bermula dari sumber yang sama. Itu bisa kita ketahui dari ayat berikut ini: "Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan." (Amsal 16:6). Jika kita buka 1 Yohanes 4:8 maka kita akan mendapatkan ayat yang berbunyi: "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."
Gabungan dari kedua ayat ini sangatlah sederhana. Takut akan Tuhan akan membawa kita menjauhi kejahatan, dan ketika kebencian, kemarahan, kekecewaan, dendam dan kepahitan yang mendominasi hati kita, maka dikatakan kita tidak mengenal Allah.

Apa yang dimaksud takut akan Tuhan sama sekali tidak sama dengan bentuk ketakutan-ketakutan negatif seperti rasa takut dibunuh, takut hantu, takut dimarahi atau berbagai bentuk phobia. Takut akan Tuhan berbicara mengenai pengenalan dan hormat kita akan kekuatan, kebesaran, kemuliaan, ororitas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan itu positif, menggambarkan sebuah bentuk ketakutan yang sehat. Menerapkan takut akan Tuhan berarti kita menghormati Tuhan, patuh dan taat kepada perintahNya, tunduk secara total, berpegang kepadaNya dan percaya penuh kepadaNya. Takut akan Tuhan adalah sebuah sumber atau modal utama untuk bisa memiliki dan menjadikan kasih dan kesetiaan hidup dalam diri kita, dan itu juga merupakan sumber untuk mendapatkan hikmat. Karena itu tepatlah apabila Pengkotbah menyimpulkan demikian: "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." (Pengkotbah 12:13).

Hari-hari ini perceraian bukan saja menjadi sesuatu yang lumrah di kalangan orang dunia, tetapi banyak keluarga Kristen pun mulai terjangkit penyakit yang sama. Ini terjadi akibat banyak hal, dan kita mungkin bisa mencari pembenaran. Tapi secara umum semuanya berakar pada satu hal: yaitu hilangnya kasih dan kesetiaan di dalam keluarga, atau ketika sejak semula keluarga dibangun tanpa memakai kasih dan kesetiaan sebagai pondasinya. Kasih dan kesetiaan ditinggalkan, lalu digantikan oleh ego, rasa ingin menang sendiri, rasa pamrih dan kesombongan. Selagi anda masih punya kesempatan, benahilah segera. Kasih dan kesetiaan akan membuka keran pengampunan, perbaikan, pemulihan. Sebaliknya jika itu hilang, yang akan timbul adalah perselisihan, perpecahan hingga saling balas dendam. Jika ada diantara teman-teman yang tengah mengalami keretakan keluarga atau bahkan berpikir untuk berpisah, mari renungkan kembali kasih dan kesetiaan Tuhan kepada kita. Itu akan memberi anda akses merasakan mata air kasih Tuhan yang mampu memberi kesegaran, kekuatan, ketabahan dan kemampuan untuk saling mengampuni dan saling memperbaiki, sehingga anda bisa menjaga keutuhan keluarga anda.

Kalungkan kasih dan kesetiaan pada leher, tuliskan pada loh hati dan alami indahnya keluarga yang berjalan bersama-sama dengan Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, August 16, 2013

Pondasi Keluarga menurut Amsal 3:3 (3)

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
(sambungan)

2. Jangan lupakan kasih anda mula-mula

Anda memakai cincin kawin sebagai tanda bahwa anda sudah menikah, memiliki pasangan dan tidak mencari pasangan lain. Jika anda suka terhadap seseorang tapi ia sudah memakai cincin kawin, anda tentu harus berpikir ulang untuk mendekatinya bukan? Itulah gambaran dari kasih dan kesetiaan yang harus anda kalungkan di leher seperti yang dikatakan dalam Amsal 3:3.

Kita harus sadar bahwa dari dulu iblis sangat suka bekerja menghancurkan keluarga bukan dengan tampil menakut-nakuti dengan sosok seram tetapi dengan menembakkan api kekecewaan, kebencian dan kepahitan. Suami kecewa karena istri dianggap sering terlalu cerewet, kurang mengerti atau menghargai usaha, istri kecewa karena suami kurang perhatian, terlalu sibuk sendiri atau malah mudah marah, anak-anak kecewa karena orang tuanya terlalu sibuk dengan urusan masing-masing sehingga tidak memperhatikan mereka. Semua ini bisa menjadi retakan yang jika tidak diatasi bisa meruntuhkan bangunan keluarga. Ada satu cara yang saya rasa sangat efektif selagi anda dalam proses pembenahan: kembalilah kepada kasih mula-mula. Coba ingat kembali ketika anda baru jatuh cinta terhadap pasangan anda. Masa-masa pacaran serasa dunia milik berdua, apapun siap dilakukan demi mendapatkannya. Anak-anak bisa kembali merenungkan bagaimana ayah dan ibunya merawat sejak kecil, bekerja siang malam untuk memenuhi kebutuhan dan memberi pendidikan yang baik hingga tumbuh seperti sekarang. Kasih mula-mula seperti ini bisa mengobati perasaan kecewa, kepahitan atau bahkan kebencian yang mulai tumbuh bagai benalu di dalam hati anda.

Terhadap pasangan anda bisa meninggalkan kasih mula-mula, kepada Tuhan pun demikian. Manusia punya kecenderungan untuk merasa bosan dan bisa sangat sulit menetapkan prioritas. Ketika Tuhan menunjukkan kesetiaan yang luar biasa besar kepada manusia, bahkan berjanji untuk menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20) dan akan selalu berjalan menyertai kita tanpa membiarkan dan meninggalkan (Ulangan 31:6b), kita sebagai manusia bisa melupakan atau menomorduakanNya pada suatu ketika.

Oleh karena itu kita harus berpegang pada kasih mula-mula dan menjaga api kasih itu agar tetap menyala. Dalam Wahyu 2:4 pun kita bisa melihat teguran kepada orang-orang yang mulai kehilangan kasih mula-mula. Baik kepada Tuhan maupun kepada pasangan kita, api cinta atau kasih mula-mula ini haruslah kita jaga supaya jangan sampai meredup lalu padam. Ada kalanya kita kecewa terhadap pasangan atau anak, ada kalanya kita membuat anak-anak kecewa kepada kita. Sebelum retak itu menghancurkan, perbaikilah segera dan jangan pelihara segala rasa negatif dalam diri anda atas mereka. God loves you with an unconditional love, that's the way you have to do with your family. Jangan cepat marah, membenci, kesal atau kecewa. Jangan biarkan hal-hal seperti itu tumbuh seperti semak duri di dalam hati anda, karena itu bisa membuka banyak kehancuran yang pada suatu ketika sulit anda atasi.

(bersambung)

Thursday, August 15, 2013

Pondasi Keluarga menurut Amsal 3:3 (2)

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
(sambungan)

Oleh sebab itu, mari kita fokus kepada Amsal 3:3-4. Ayat ini sangat singkat dan sederhana, juga tidak sulit dimengerti, tetapi memiliki kedalaman luar biasa dengan implikasi yang begitu luas dalam menyentuh setiap aspek kehidupan kita. Salah satu saja hilang, anda akan sulit merasakan kebahagiaan dan damai sejahtera dalam keluarga anda. Ada beberapa poin yang ingin saya angkat secara khusus berdasarkan ayat ini. Mari kita lihat satu persatu.

1. Untuk membangun kasih dan kesetiaan butuh proses

Jika anda membeli sebuah kalung mahal, anda tentu tidak akan memakainya hanya sekali saja atau menyimpannya secara asal-asalan. Mungkin anda perlu proses lama dalam mengumpulkan uang/menabung agar bisa membelinya. Selain itu, kalung juga bisa digunakan sebagai sarana agar kita tidak lupa, misalnya orang tua yang mengalungkan kacamatanya di leher atau beberapa teman yang memakai kalung salib sebagai pengingat bahwa mereka berjalan bersama Tuhan dalam hidupnya. Akan halnya loh hati yang disebutkan dalam amsal 3:3, bayangkan apabila anda hendak menulis sesuatu di atas sebuah loh batu. Pada jaman dulu untuk menulis tidaklah semudah sekarang. Belum ada pena dan kertas sehingga untuk menulis orang perlu memahat di atas lempengan atau loh batu. Itu jelas memerlukan keahlian, ketekunan, kekuatan dan usaha. Artinya, ada proses yang harus dijalani agar sebuah tulisan bisa tampil terukir dengan indah di atas loh batu.

Di jaman serba instan seperti sekarang, orang ingin segala sesuatunya serba cepat. Dalam hal kasih dan kesetiaan, banyak orang menganggap sepele dan mengira bahwa itu pun bisa diperoleh dalam sekejap mata. Faktanya tidaklah demikian. Kasih dan kesetiaan bukan sesuatu yang hanya teori semata tetapi memerlukan sebuah proses lewat praktek terus menerus untuk bisa berakar kuat lalu berbuah dalam diri kita. Jadi kasih dan kesetiaan bukanlah hal yang instan, yang bisa diperoleh dalam sekejap mata, melainkan harus melalui proses pertumbuhan dan pembangunan dengan usaha yang serius agar bisa berhasil.

Di saat kita mau mulai belajar untuk mengasihi maka Tuhan akan mengalirkan kasihNya yang memampukan kita untuk bisa mengasihi lebih dari ukuran orang dunia pada umumnya. Mengasihi orang yang baik itu mudah, tetapi mengasihi musuh atau yang jahat kepada kita tentu butuh usaha ekstra, dan kemampuan untuk itu sudah disediakan Tuhan bagi kita. Yesus berkata: "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu." (Lukas 6:27-28). Agar bisa mengasihi orang-orang seperti ini, tentu kita butuh latihan lama dan perlu bantuan Tuhan. Itu artinya ada proses yang harus kita lalui terlebih dahulu agar kita bisa mencapai tingkatan seperti itu.

Demikian pula halnya dengan kesetiaan. Bentuk kesetiaan tidak bisa muncul hanya sekejap mata tetapi harus melalui perjuangan melawan segala perasaan-perasaan seperti kecewa, sedih, bosan, marah dan sebagainya. Sebuah kesetiaan sejati terlihat ketika kita bisa melakukannya tanpa menuntut imbalan apa-apa. Di jaman sekarang kesetiaan menjadi semakin langka, tergerus oleh begitu banyak godaan perasaan. Oleh karena itu untuk bisa mencapai tingkat seperti halnya kesetiaan Tuhan terhadap manusia tentu ada proses pendewasaan jiwa yang harus kita jalani. Tanpa itu, kita akan mudah terombang-ambing, mudah mencari kambing hitam sebagai pembenaran atas ketidaksetiaan. Ini merupakan sebuah racun yang sangat berbahaya dalam keluarga. Betapapun hebatnya anda dalam karir, anda bisa mengaku mengasihi keluarga, tapi itu tidaklah berarti apa-apa tanpa adanya sifat setia dalam diri anda. Anda akan mudah mencari alasan untuk menyakiti istri dan anak anda. Jadi baik kesetiaan maupun kasih bukan sesuatu yang instan. Keduanya butuh proses yang harus terus menerus diperjuangkan dan dijalankan dengan penuh ketekunan, tanggung jawab dan keseriusan.
(bersambung)

Wednesday, August 14, 2013

Pondasi Keluarga menurut Amsal 3:3 (1)

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Amsal 3:3
==============
"Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia."

Tinggal di daerah pegunungan membuat saya harus memperhatikan kekuatan pondasi bangunan agar tidak terkena bahaya longsor. Ada banyak perumahan di sekitar saya yang sepintas dari depan tampak indah, tetapi alangkah riskannya apabila sang calon pembeli tidak mempelajari baik-baik seperti apa pondasi ketika dibangun, terutama apabila rumah itu langsung berada di sisi jurang. Kira-kira setahun lalu ada rumah yang ikut hancur karena tanahnya longsor. Untung penghuninya sedang tidak di rumah. Tapi meski selamat, kerugian yang diderita sang pemilik secara finansial tetaplah tidak sedikit. Jika anda membangun rumah sendiri, anda pun tentu harus memperhatikan betul kekuatan pondasi agar daya tahan rumah bisa kuat untuk jangka waktu yang panjang. Kalau anda berpikir akan menaikkan satu lantai lagi, sejak awal pondasi seharusnya disesuaikan untuk kebutuhan itu agar anda tidak dua kali kerja pada saat hendak menambah lantai. Kalau tiga tingkat, itu tentu lain lagi ceritanya. Seperti itulah kira-kira pentingnya memperhatikan pondasi dalam membangun rumah atau gedung.

Saya rasanya sudah sering berbicara tentang tips-tips membangun keluarga yang bahagia menurut Firman Tuhan. Setiap orang yang memasuki jenjang pernikahan tentu ingin memiliki hubungan yang langgeng, penuh rasa bahagia dan sejahtera. Tapi pada kenyataannya kita melihat begitu banyak hubungan yang retak dan roboh bahkan dalam waktu singkat. Seandainya anda membangun rumah dengan pondasi asal-asalan, rumah anda tentu tidak akan bertahan lama. Mungkin anda sudah mulai menemukan retakan sebelum anda menempatinya. Seperti itu pula halnya dengan membangun keluarga. Pondasi yang kuat akan menentukan seberapa kokoh pernikahan dan keluarga anda dalam menghadapi berbagai goncangan. Intinya kira-kira demikian. Jadi seperti halnya membangun rumah, dalam membangun keluarga pun kita perlu memperhatikan betul pondasi seperti apa yang akan menopang keutuhan keluarga kita.

Apa yang bisa kita pakai sebagai pondasinya? Hari ini mari kita lihat sebuah pondasi kuat yang bisa anda pakai sebagai penopang paling utama dalam membangun keluarga, yaitu dari kitab Amsal pasal 3. Pada ayat 3 dan 4 dikatakan demikian: "Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia." Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa ada dua hal yang akan sangat berfungsi untuk dijadikan pondasi, yaitu KASIH dan KESETIAAN.

Dalam Amsal 3:3-4 ini kita bisa melihat seruan agar kasih dan setia harus kita jaga baik-baik sehingga tidak hilang dari diri kita. Sebegitu pentingnya sehingga dikatakan bahwa kita harus:
- mengalungkannya pada leher, dan
- menuliskannya dalam loh hati
Jika ini kita lakukan, maka kita akan melihat bahwa ada penghargaan yang datang bukan saja dari manusia tetapi juga dari Allah.

Kasih dan kesetiaan merupakan sifat dasar Tuhan yang sangat menonjol. Kalau anda membaca isi seluruh Alkitab, maka kedua hal ini akan sangat terasa dalam hubungannya dengan kita, manusia yang diciptakan seperti imageNya sendiri. Atas dasar kasih Tuhan memberikan AnakNya yang tunggal untuk mati bagi kita. Dan kesetiaan Tuhan kepada manusia bisa tergambar jelas dari janji-janji Tuhan yang sudah berumur ribuan tahun, kesetiaan dalam memberi pengampunan, pelepasan, pengharapan, damai sejahtera, pemulihan dan berbagai berkat lainnya masih berlaku sama hingga hari ini bahkan sampai akhir jaman. Jadi jika dua sifat Tuhan yang paling menonjol adalah Kasih dan Kesetiaan, itu tentu menunjukkan bahwa kedua hal ini punya 'power' atau kekuatan yang sangat luar biasa apabila kita jadikan dasar dalam hidup, terutama dalam membangun rumah tangga.


(bersambung)

Tuesday, August 13, 2013

Menghadapi Tuduhan Iblis (2)

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
(sambungan)

Sebagai manusia kita tentu tidak luput dari berbuat kesalahan, apalagi di masa lalu sebelum kita bertobat. Tapi itu bukan berarti bahwa kita boleh membiarkan berbagai kesalahan terus berkepanjangan lantas memakai alasan kita manusia yang lemah sebagai pembenaran. Kita harus mengawasi betul masuknya dosa agar tidak memberi amunisi kepada iblis untuk menjebak kita. Kalau sudah terlanjur terjadi, bereskanlah segera, baik langsung kepada orang yang bersangkutan maupun mengakuinya di depan Tuhan dan memohon pengampunan untuk turun atas kita.

Satu hal lagi yang perlu diingat adalah bahwa Alkitab mengatakan bahwa iblis itu dikalahkan oleh darah anak domba dan kesaksian kita. Ini bisa kita temukan dalam kitab Wahyu 12:11 yang berkata demikian: "Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka." (Wahyu 12:11a). Apa kesaksian akan kemurahan Allah yang pernah terjadi atas diri anda? Itu bisa anda pakai untuk mengalahkan iblis, melucuti semua senjatanya dan menumbangkan segala dustanya. Minimal anda bisa memakai kesaksian anda itu untuk menguatkan diri anda sendiri agar tidak terjebak pada berbagai dusta iblis. Anda bisa mengatakan dengan lantang bahwa anda sudah diampuni dan diselamatkan. "I am saved, I am forgiven and I am restored! So go away devil, you have nothing to do here!" Dalam nama Yesus, anda bisa menolak segala bentuk tipu muslihat iblis yang ingin mencoba melemahkan anda.

Jadi jangan pernah ragu akan pengampunan Tuhan. "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian." (Efesus 1:7). Kita memilki Allah yang besar kasih dan setianya. Keselamatan kita merupakan agenda terpenting yang anda dibenakNya. Untuk itu Tuhan sampai rela mengorbankan Yesus untuk mati bagi kita, menggantikan kita di atas kayu salib agar kita bisa kembali memiliki hubungan dengan Tuhan, tidak terhalang dari kasih karuniaNya dan bisa menerima segala janjiNya hingga berkelimpahan. Jika masih ada dosa yang belum anda bereskan, segera bereskan lalu hiduplah dalam terang. "Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." (1 Yohanes 1:7).

Adakah diantara teman-teman yang masih merasa dakwaan iblis seakan membelenggu anda? Masih membuat anda tertuduh dan karenanya sulit maju? Katakan sekarang juga bahwa anda telah mengakui segalanya dan menerima pengampunan dari Yesus. Anda sudah menerimanya! Bebaslah dari dakwaan iblis dan bertumbuhlah dalam pengenalan akan Tuhan.

Belas kasih Tuhan itu nyata, jangan beri ruang bagi iblis untuk menuduh kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, August 12, 2013

Menghadapi Tuduhan Iblis (1)

webmaster | 10:00:00 PM | 1 Comment so far
Ayat bacaan: Yohanes 8:44
=================
"... Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta."

Saya sering bertemu dengan orang yang sulit pulih dari kesalahan masa lalunya. Mereka terus terbelenggu oleh rasa bersalah dan merasa tidak pernah layak menerima pengampunan dari Tuhan. "Saya sudah terlalu banyak melakukan kesalahan, tidak mungkin saya masih bisa terima pengampunan dari Tuhan. Semua sudah terlambat." demikian kata seorang ibu pada suatu kali. Ia tidak pernah bisa merasa nyaman meski sudah bertobat. Ia terus menjadi tertuduh atas kesalahan yang pernah ia perbuat di masa lalunya. Orang-orang yang masih didera perasaan bersalah seperti ini tidaklah jarang kita temui. Saya yakin anda setidaknya pernah bertemu dengan mereka, atau jangan-jangan anda masih merasakan hal yang sama meski dalam skala yang lebih kecil. Tertuduh. Being accused. Bagaikan mantan narapidana yang masih mendapat gelar 'mantan napi' meski sudah bebas. Sepertinya ada yang terus menunjuk muka dan mengingatkan bahwa mereka pernah bersalah dan karenanya tidak layak menerima pengampunan, pemulihan dan keselamatan. Tidak jarang pula kita mendengar orang yang kemudian memilih mengakhiri hidupnya karena merasa kesempatannya sudah tertutup habis. Benarkah demikian? Jika itu masih menjadi bagian dari hidup sebagian kita, itu artinya kita masih terpengaruh kepada jebakan iblis.

Jebakan iblis? Ya. Tahukah anda bahwa cara iblis mengganggu bukanlah seperti apa yang anda saksikan di film-film horror. Iblis bisa tampil dalam bentuk-bentuk seram untuk menakut-nakuti anda, tapi apa yang paling efektif dan menjadi favorit iblis untuk mengganggu orang-orang bertobat adalah dengan menjadi penuduh. Iblis suka memakai kesalahan anda di masa lalu sebagai senjata ampuhnya mengganggu pemulihan anda. Jika anda tidak hati-hati, maka anda bisa jadi tertuduh sepanjang hidup anda. Anda akan sulit pulih, sulit maju dan menjadi sulit bertumbuh dalam iman. Mengapa ini menjadi senjata ampuh? Sebab apa yang dipakai iblis adalah sesuatu yang memang pernah anda lakukan sehihgga anda tidak menyangka bahwa itu adalah bentuk tipuan atau dusta iblis. Anda mengira bahwa itu merupakan penghakiman atau hukuman atas kesalahan yang memang harus anda jalani seumur hidup anda.

Alkitab mengatakan bahwa dusta merupakan ciri khas iblis. Yesus menyampaikan hal itu secara langsung. "... Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta." (Yohanes 8:44). Kata Yesus adalah seperti ini: kalau iblis berdusta, itu wajar karena memang demikianlah sifatnya. Iblis itu pendusta dan asal segala dusta. Kebohongan iblis bahkan sudah dilakukan sejak awal penciptaan manusia di taman Eden. (bacalah Kejadian 3). Iblis berdusta dengan menjadi penuduh manusia, sehingga kita seolah-olah tidak akan pernah bisa diampuni. Jika anda melihat kitab Ayub pasal 1 ayat 12 dalam versi bahasa Inggris amplified, disana ada penekanan yang diletakkan di depan kata iblis yaitu "the adversary and the accuser", yang terjemahannya adalah "musuh dan penuduh". Jelaslah bahwa ini merupakan senjata favorit iblis untuk menjatuhkan kita. Iblis tidak akan pernah mau melihat kita selamat. Dia akan terus berusaha menjadikan kita terdakwa sampai akhirnya kita putus asa dan merasa semakin jauh dari keselamatan.

Apa yang dipakai iblis adalah dosa kita sendiri. Oleh karena itu untuk mematahkan tuduhan iblis kita harus segera mengakui dosa kita. Jangan ada lagi yang disimpan, karena begitu kita mengakui dosa kita dan memohon pengampunan Tuhan, saat itu pula Allah mengampuni kita. Bukti dari hal itu sudah tertulis di dalam Alkitab. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Dosa semerah kirmizi akan putih kembali seperti salju, dosa semerah kain kesumba sekalipun bisa dipulihkan hingga seputih bulu domba seperti yang dituliskan di dalam Yesaya 1:18. Jadi caranya adalah mengakui dosa, tidak lagi menyimpan dosa apapun dalam diri kita karena iblis tetap bisa memakai dosa sekecil apapun untuk menuduh kita.

Dosa yang tidak diakui selain bisa dipakai iblis untuk menuduh kita, itu juga akan merintangi dan merusak hubungan antara kita dengan Tuhan seperti bunyi ayat berikut: "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (59:1-2). Jadi apabila anda masih menyimpan dosa, anda bisa bayangkan kerugian yang bisa anda derita. Selain anda bisa terus menjadi korban permainan dusta iblis, anda juga akan terhalang dari kasih karunia Tuhan.

Pengampunan, pemulihan akan segera menjadi bagian anda tepat setelah anda mengakui segalanya dan bertobat. Tidak ada alasan untuk meragukan itu, karena itu berasal dari janji Tuhan sendiri. Karenanya imani dan percayalah akan hal itu. Jadi intinya, untuk mematahkan dakwaan iblis, kita harus mengakui dosa dan segera bertobat. Jika anda melakukan itu, iblis akan kehilangan senjatanya untuk mendakwa kita sehingga kita bisa mengalami pertumbuhan iman dan menerima segala kebaikan Tuhan tepat seperti yang Dia inginkan.
(bersambung)

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker