(sambungan)
Bagaimana mereka bisa seperti itu? Apakah mereka tidak pernah berbeda pendapat? Apa mereka tidak pernah berselisih paham? Melakukan hal yang tidak disengaja menyinggung pasangannya? Salah ngomong? Saya yakin mereka pun pernah mengalaminya. Tetapi mereka pasti tahu bagaimana menyikapi pernikahan dengan benar. Setelah melewati pahit manisnya hidup bersama, mereka tetap bisa menikmati setiap waktu yang mereka lalui sebagai suami dan istri. Cinta tidak lekang dari hidup mereka, kehangatan masih tetap hidup dalam hubungan mereka. Saling mengerti, saling menghargai, saling memaafkan dan saling mengasihi. "Di saat ada begitu banyak orang bercerai, disaat begitu banyak rumah tangga runtuh, apa yang mereka tunjukkan benar-benar indah. Aku iri melihat mereka." katanya sambil tertawa.
Jika anda juga pria yang sudah menikah seperti saya, mari kita sama-sama ingat bahwa sangatlah penting bagi kita untuk menghormati istri. Tidak membohongi mereka, mengasihi mereka, hidup bijaksana bersama mereka. Jadilah kepala rumah tangga yang bertanggungjawab bukan hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi moril. Jadikan diri anda sebagai pemimpin yang mengasihi, seperti halnya Yesus dan bukan pemimpin otoriter yang hanya mau dilayani dan boleh bertindak seenaknya.
Kehangatan antar suami dan istri akan membuat anak-anak kita bisa melihat contoh baik yang pasti akan berguna bagi hidup mereka kelak setelah dewasa. Suatu hari nanti mereka pun akan menjadi suami atau istri, ayah atau ibu, bekali mereka dengan bentuk kasih sejati seperti kerinduan Tuhan untuk dimiliki anak-anakNya.
Mari kita lihat keluarga kita saat ini. Apakah keluarga kita tengah berlangsung dengan hangat seperti isi hati Tuhan bagi kita atau masih ada yang perlu dibereskan? Puji Tuhan jika ya, jika belum segeralah benahi. Let's make our family a real example of heaven on earth, not hell break loose. Let's become a good example of how love is in Christ.
Istri harus dihormati sebagai pasangan yang sepadan, untuk dikasihi dan dilindungi, dibahagiakan bukan untuk dilecehkan
Friday, June 30, 2023
Suami Bijaksana (5)
Thursday, June 29, 2023
Suami Bijaksana (4)
(sambungan)
Seperti apa sebenarnya posisi istri itu? Kita bisa melihat tentang hal ini dalam kitab Kejadian. Ketika melihat Adam sendirian, "TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18). Tuhan membentuk wanita dengan dasar alasan untuk memberikan seorang penolong, yang sepadan. Bukan tanpa tujuan dan bukanlah sebagai sosok yang lebih rendah statusnya dibanding pria. Tapi dengan jelas dan tegas dikatakan: sebagai PENOLONG yang SEPADAN. Sepadan, selevel, setingkat. Itulah ide awal dari penciptaan wanita, yang secara istimewa justru dibuat dengan mengambil tulang rusuk pria. (ay 21). Seorang wanita diciptakan secara spesial bukan untuk direndahkan, bukan untuk diremehkan. Bukan untuk ditindas apalagi diinjak-injak. Wanita tidak ditempatkan lebih rendah dibawah pria pria, tidak pula hanya sebagai pelengkap penderita atau sebagai objek saja.
Para suami Kristiani seharusnya bisa memahami hakekat kehadiran wanita, dalam hal ini istri, dalam rumah tangga yang dibangun. Sebuah pernikahan adalah lembaga yang dimateraikan langsung oleh Tuhan, itu artinya pernikahan merupakan ikatan perjanjian yang harus kita hormati selayaknya kita membuat surat perjanjian bermaterai yang dilindungi hukum. Kalau surat perjanjian di dunia saja yang bermaterai tidak berani kita langgar karena bisa terjerat hukum, apalagi sebuah ikatan perjanjian yang dimateraikan oleh Tuhan.
Cintai mereka, lindungi mereka, dan hormati mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia. Hiduplah bijaksana bersama mereka dalam kasih yang dibangun indah dalam Kristus. Benar, ada kalanya kita berbeda pendapat dengan mereka atau mungkin ada tindakan atau ucapan mereka yang menyinggung perasaan kita. Tapi itu tidak berarti bahwa kita boleh memperlakukan mereka seenaknya. Jika anda menghormati seseorang, anda tentu tidak berlaku kasar terhadap mereka bukan? Anda tentu akan menghargai mereka. Kalaupun anda kesal anda tentu tidak akan bertindak tak sopan terhadap mereka. Seperti itulah hakekatnya sikap seorang suami terhadap istri.
Berbeda dengan cerita pembuka dalam renungan ini, seorang teman lama pernah menceritakan sesuatu yang sangat menginspirasinya. Ketika ia sedang makan di sebuah restoran, ada pasangan yang sudah berusia lanjut duduk tepat di depannya. Pasangan ini saling memegang tangan dan sangat menikmati detik demi detik yang mereka lewatkan disana. Mereka saling bercerita, tertawa sambil terus saling memandang dengan lembut satu sama lain. Ada sekuntum bunga di meja mereka dan setelah makanan dihidangkan, sesekali mereka saling suap.
(bersambung)
Wednesday, June 28, 2023
Suami Bijaksana (3)
(sambungan)
Para pria, perhatikanlah bahwa perlakuan buruk terhadap istri tidaklah berkenan di mata Tuhan. Perbuatan seperti itu sudah mengemplang begitu banyak Firman Tuhan sehingga bisa merugikan diri sendiri dalam banyak hal. Perilaku itu tidak mencerminkan kasih dan tidak memberi gambaran yang benar tentang Tuhan yang kita sembah, sehingga menjadikan pelakunya batu sandungan dalam hal mencerminkan kebenaran. Bahkan, itu akan menyebabkan Tuhan tidak lagi mendengarkan doa-doa apapun dari para pelakunya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan doa-doa yang kita panjatkan tidak didengar Tuhan apalagi dikabulkan. Misalnya ketika dalam doa kita minta sesuatu yang hanya untuk memuaskan keinginan pribadi atau hanya didasarkan pada hawa nafsu. Hari ini kita lihat bahwa doa pun bisa terhalang apabila para suami tidak menghormati istrinya.
Firman Tuhan menyatakan: "Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang." (1 Petrus 3:7).
Kalau dalam renungan kemarin kita sempat membahas soal hidup bijaksana, suami ternyata juga harus berkomitmen untuk hidup bijaksana dengan istrinya. Suami harus menghormati istri bukan hanya sebagai pendamping atau pasangan saja tetapi juga sebagai teman pewaris dari kasih karunia Tuhan berupa kehidupan. Jika kita menyadari ayat ini, kita tentu tahu bahwa perlakuan terhadap istri merupakan sesuatu yang penting yang harus kita jaga dengan benar. Jika tidak, jangan berharap Tuhan mau menjawab apapun isi dari doa kita.
(bersambung)
Tuesday, June 27, 2023
Suami Bijaksana (2)
(sambungan)
Kalau mereka berdalih mereka seperti itu karena istri mereka tidak berperilaku baik, apakah itu memberi mereka hak untuk mengasari hingga memukuli istri? Wanita saja sudah tidak boleh diperlakukan kasar, apalagi istri sendiri. Kedua suami ini berjemaat dan rutin beribadah setiap minggu, lantas kemana hilangnya hasil ibadah itu? Atau, buat apa beribadah kalau hal itu tidak mendatangkan kebaikan dalam hidup mereka? Kalau kita dengar atau lihat berita-berita yang ada, kasus-kasus lebih parah yang sampai tega menghabisi nyawa pun sudah terlalu sering terjadi.
Saya merasa sangat sedih melihat fakta bahwa keluarga tidak lagi menjadi surga di dunia bagi banyak orang. Kalaupun tidak terjadi kekerasan baik fisik maupun verbal, ada banyak yang sudah tidak lagi hangat dan manis, melainkan dingin dan pahit. Tidak lagi ada rasa cinta seperti semasa pacaran, sudah digantikan oleh alasan bertahan demi anak atau demi lain-lainnya. Seharusnya keluarga bisa menjadi surga bagi kita selama berada di dunia. Disana kita bisa merasakan dan menghidupi kasih, tempat terdamai dan terhangat yang akan selalu mampu menenangkan, meneduhkan dan membahagiakan kita ditengah segala kesulitan dan tekanan hidup.
Tapi yang terjadi bukan itu. It's not heaven on earth anymore, but turn into hell break loose. Keluarga jadi tempat pelampiasan emosi, tempat bisa menunjukkan kuasa yang seringkali menjadi pelarian karena di luar tertindas. Hubungan yang menjadi dingin lalu pahit, tempat bisa berlaku seenaknya dan hal-hal buruk lainnya. Tinggal serumah tapi hidup sendiri-sendiri. Berbagai keputusan dibuat hanya seenaknya tanpa pertimbangan, tidak lagi memikirkan pasangan hidup yang sudah dinikahi dimana saat itu Tuhan sendiri yang memateraikannya.
Ada banyak pria yang menjadikan wanita hanya seolah sebuah komoditas saja, yang seperti membeli pasangan lewat pernikahan. Namanya sudah membeli, ya bisa sesuka hati. Mungkin begitu pikir mereka. Maka banyak pria berlaku buruk terhadap istrinya. Salah sedikit dimarahi, jika berbicara dianggap mengganggu, dinomor-duakan bahkan direndahkan di depan orang lain.
(bersambung)
Monday, June 26, 2023
Suami Bijaksana (1)
Ayat bacaan: 1 Petrus 3:7
==============
"Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang."
Kekerasan dalam rumah tangga, itu bukan lagi hal yang baru. Begitu banyak kasusnya, hingga undang-undang yang mengatur dan ada ancaman hukumannya pun sekarang sudah dibuat. Dalam banyak kasus, kaum wanita memang harus dilindungi karena seringkali posisi pria sebagai kepala rumah tangga seolah memberi hak kepada para suami untuk bisa berlaku absolut, seenaknya bak raja besar di negeri kecil. Ada beberapa teman saya yang pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangganya, bahkan ada yang masih terus hingga hari ini. Bertahan demi anak, itu membuat mereka harus rela menerima perlakuan tidak pantas dari suaminya entah sampai kapan.
Ada seorang teman saya yang sempat bertahun-tahun mendapat kekerasan baik fisik maupun verbal dari suaminya. Ini kisah nyata. Kalau soal dikatakan bodoh, dihina, direndahkan bahkan di depan orang lain, itu sudah biasa. Ia tidak boleh memilih menu sendiri apabila mereka makan di luar. Ia dilarang bicara kepada pria dan tidak boleh menatap mata pria, termasuk mata suaminya sendiri. Untuk duduk di mobil saja ia harus hati-hati dan dilarang menyentuh apapun di dalam. Kalau sampai ia atau anaknya bikin bercak pada jok mobil, habislah dia. Mengalami perlakuan kasar lain seperti dibentak misalnya sudah makanan sehari-hari. Tidak jarang pula ia mengalami kekerasan fisik apabila menunjukkan reaksi seperti melawan atau membantah. Jangan kaget, mereka adalah orang percaya. Sang suami bahkan aktif di gereja.
Ada teman lainnya yang juga bernasib sama. Suaminya di ktp tercatat sebagai orang percaya, sementara ia sendiri memilih agnostik karena sang suami tidak menunjukkan hal baik sebagai seorang yang katanya percaya. Mereka masih tinggal serumah, tapi pisah kamar dan hanya bertahan seperti itu demi anak semata wayangnya. "Nanti kalau anak saya sudah besar, saya akan tinggalkan semua ini." katanya lirih pada suatu kali.
Betapa menyedihkan. Apa yang mereka alami ini adalah satu contoh dari keadaan yang dialami oleh banyak wanita lain yang senasib di negeri ini atau bahkan juga di dunia. Dan dua contoh diatas adalah dalam rumah tangga orang percaya. Bagi saya itu sangat keterlaluan dan memalukan. Dimana letak kasih itu yang seharusnya ada dalam diri setiap orang percaya?
(bersambung)
Sunday, June 25, 2023
Bijaksana (4)
(sambungan)
Ada kalanya kita perlu menyampaikan pendapat, ada kalanya kita harus memberi kesempatan pada orang lain untuk berbicara dan mendengar mereka baik-baik. Di saat kita diam dan mendengar, disana kita menghargai mereka dan memiliki kesempatan untuk menyerap dan memahami hal-hal baru. Memasang gengsi terlalu tinggi atau bersikap sok tahu hanya akan merugikan kita sendiri.
Bekali diri dengan kebenaran Firman Tuhan agar kita bisa memilah mana yang sesuai dengan kebenaran, mana yang tidak. Terhadap suara Tuhan pun demikian. Jangan berdoa hanya satu arah, hanya menjadikan doa sebagai sarana untuk menyampaikan berbagai keinginan dan permintaan ini-itu saja, tapi pakailah doa sebagai saat-saat indah dalam hubungan dengan Tuhan, dimana kita mendengarkan apa kata Tuhan, pesan, nasihat maupun teguran dengan hati yang lapang. "..."Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7).
Kitab Amsal sendiri berisi begitu banyak hikmat yang masih sangat-sangat relevan hingga hari ini. Baca dan renungkan baik-baik, karena Salomo sudah mengingatkan itu diperlukan "untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak." (Amsal 1:6). Kita perlu membaca atau mendengarnya secara serius agar bisa mengerti atau menyelami arti-arti yang tersembunyi di dalamnya.
Ingatlah bahwa sesungguhnya Tuhan terus berbicara mengingatkan diri kita agar jangan sampai tersesat dan terjatuh. Jangan sampai kita lalai,melewatkan banyak kesempatan untuk bertumbuh dan menjadi orang bebal. "Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya." (Amsal 1:32).
Bijaksana dalam hidup akan mendatangkan perbedaan nyata, baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun orang lain.
Mau menjadi orang bijak atau bijaksana? Banyak-banyaklah mendengar dan jangan berhenti belajar.
Orang bijaksana suka mendengar masukan dan pertimbangan
Saturday, June 24, 2023
Bijaksana (3)
(sambungan)
Salomo mengatakannya seperti ini. "baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan-" (Amsal 1:5). Dalam versi bahasa Inggris amplifiednya dikatakan "The wise also will hear and increase in learning, and the person of understanding will acquire skill and attain to sound counsel [so that he may be able to steer his course rightly]". Orang yang bijaksana akan mendengar dan terus belajar, dan orang yang berpengertian akan mengembangkan kemampuan dan memiliki pertimbangan, sehingga ia bisa mengarahkan tujuannya dengan benar. Belajar tentu saja bukan hanya mengenai ilmu pengetahuan, tetapi juga belajar tentang kebenaran dengan terus mendalami Firman Tuhan. Ada begitu banyak pelajaran, tuntunan dan peringatan disana yang kalau kita cermati dan dalami terus secara kontinu akan sangat menentukan dalam membentuk karakter yang bijaksana.
Ada banyak orang yang bingung menentukan masa depannya, kemana mereka harus melangkah, jurusan apa yang harus ia ambil sesuai talenta dan panggilannya, dan sebagainya. Salah langkah, maka akan banyak waktu terbuang sia-sia dan akan menderita banyak kerugian, baik rugi waktu, tenaga, uang, dan sebagainya. Selain itu masih ada begitu banyak hal yang belum kita ketahui, yang dapat menambah pengetahuan kita akan segala sesuatu, dan akhirnya bisa menjadikan kita sebagai orang dengan wawasan pemikiran luas serta bijaksana.
Jadi buat saya, bijaksana haruslah dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Karena, bagaimana kita bisa berharap bisa bijaksana sebagai pemimpin dalam level apapun kalau hidup kita sendiri saja masih kacau atau malah hancur-hancuran? Setidaknya, keduanya harus berjalan bersamaan sebagai sebuah proses paralel yang berjalan secara kontinu, karena pada hakekatnya hidup merupakan rangkaian proses dimana tujuan kita adalah agar bisa semakin serupa dengan Kristus.
Orang yang bijaksana dalam menghadapi masalah mampu melihat dari berbagai sisi dengan lebih tenang. Kita seringkali hanya ingin mendapat jawaban yang cepat, tapi sesungguhnya untuk membuat hidup menjadi lebih kuat, kita membutuhkan lebih banyak lagi hikmat yang bisa kita peroleh dengan banyak mendengar dan mau tetap belajar. Sekali lagi, tidak ada orang yang langsung tahu segalanya. Kita masih harus terus belajar selama kita masih mampu untuk itu. Jangan pernah gengsi untuk bertanya kepada orang lain. Kemudian dengarkan lawan bicara dengan baik, dan berilah kesempatan pada mereka untuk mengungkapkan ide, pola pikir, kebiasaan, pengalaman, nasihat, tips, trik dan lain-lain.
(bersambung)
Friday, June 23, 2023
Bijaksana (2)
(sambungan)
Kenapa saya masih harus terus belajar? Karena saya percaya tidak ada seorang pun yang menguasai seluruh bidang, tahu segalanya. Agar keputusan-keputusan bisa diambil dengan bijaksana, saya merasa perlu banyak pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu. Dan itu bisa saya dapatkan dengan banyak belajar, baik dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, mungkin dari beragam literatur, atau dengan meminta pandangan orang lain yang saya anggap sudah lebih pengalaman.
Pemimpin yang bijaksana bahkan perlu mendengar suara rakyatnya agar tahu apa yang terjadi di bawah, apa yang menjadi keluhan dan kesulitan mereka. Dalam rumah tangga, sebagai pemimpin saya pun sama seperti itu. Ada istri dan anak saya dalam keluarga yang saya pimpin, sehingga saya perlu tahu persis bagaimana keadaan dan perasaan mereka. Apakah mereka menganggap suami atau ayahnya terlalu sering diluar dan kurang membagi waktu buat mereka, apakah mereka dalam keadaan baik-baik saja, saya harus mendengar semua itu. Jika memang ada keluhan, maka saya harus belajar untuk lebih bijaksana membagi waktu. Yang tidak kalah penting adalah terus menjaga hubungan dengan Tuhan, karena hikmat akan sangat berdampak pada kebijaksanaan. Belajar dan mau mendengar, tidak egois dengan mau menang sendiri dan tidak bersikap absolut, lalu menjaga kedekatan dengan Tuhan akan membuat saya semakin tahu dan dengan demikian tentu semakin bijaksana. Saya selalu percaya akan hal itu.
Apakah untuk jadi bijaksana harus seperti tokoh-tokoh animasi dalam ilustrasi di awal, yang artinya harus tua, berjanggut putih, dahulu? Pengalaman memang penting. Tapi pada kenyataannya masih ada banyak sekali orang yang secara usia sudah dewasa atau tua tapi sikapnya masih jauh dari bijaksana.
Bagaimana agar kita jadi orang yang bijaksana? Salomo bilang mendengarlah dan teruslah meningkatkan kerinduan untuk belajar. Meski anda orang yang berpendidikan, teruslah mendengar agar memperoleh bahan pertimbangan. Orang yang bijaksana hendaknya kaya dengan bahan pertimbangan dan tidak terlalu cepat menyimpulkan sesuatu hanya menurut pendapatnya sendiri.
(bersambung)
Thursday, June 22, 2023
Bijaksana (1)
Ayat bacaan: Amsal 1:5
=================
"The wise also will hear and increase in learning, and the person of understanding will acquire skill and attain to sound counsel [so that he may be able to steer his course rightly]" (English Ampilified)
Kalau anda suka menonton film animasi, maka tokoh-tokoh bijaksana biasanya akan memakai karakter tokoh lanjut usia yang terlihat kalem, lembut, senyum, tapi berwibawa, biasanya juga ada janggut putihnya. Suara karakternya pun biasanya disesuaikan yang terdengar berat. Karakter umum seperti ini biasanya menjadi pilihan karena mereka sudah banyak makan asam garam dalam hidup. Pengalaman hidup yang telah lama mereka lalui mereka akan membuat mereka menjadi sosok yang bijaksana sehingga mampu bertindak adil dan bersifat mengayomi. Dalam kehidupan nyata, orang-orang yang bijaksana pun biasanya akan terlihat berbeda dari orang pada umumnya. Wajah mereka tenang, kalem, biasanya tidak memperlihatkan riak emosi, panik, cemas, tegang atau juga seram, dan orang pun biasanya suka berada di dekat mereka, juga nyaman untuk curhat dan meminta nasihat.
Apakah sebagai pemimpin sebuah perusahaan, rumah tangga, atau bahkan pemimpin daerah atau negara, sikap bijaksana pun menjadi hal yang mutlak. Dan memang, di negara manapun tidak ada satupun pemimpin yang menjalankan tugasnya sendirian. Mereka selalu punya pembantu-pembantu, baik menteri maupun kepala berbagai jawatan atau dewan penasihat, jajaran menteri dan sebagainya agar bisa menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Raja pun demikian, mereka biasanya punya tim penasihat yang memberi masukan setiap diperlukan.
Dalam rumah tangga? Alangkah baiknya apabila suami dan istri sama-sama terlibat dalam mengambil suatu keputusan, apalagi kalau sifatnya krusial atau penting. Meski saya adalah kepala rumah tangga, tapi kami terbiasa berdiskusi dahulu sebelum memutuskan apa-apa, agar apapun yang kami lakukan itu tetap satu suara, termasuk dalam hal mendidik dan membesarkan anak.
Satu keluarga, satu suara, itu sejak awal kami sepakati untuk dijalankan, dan hingga hari ini hal tersebut masih kami pegang. Selain itu, tentu saja saya terus belajar banyak hal agar bisa terus menjadi lebih bijaksana. Apalagi sekarang. Kalau dulu hanya terhadap istri, sekarang agar bijaksana terhadap anak saya pun meski masih balita menjadi hal mutlak untuk saya perhatikan. Menilai kadar kesalahannya, menghukum sesuai porsi jika memang harus, atau segera memaafkan dengan hanya dinasihati, itu akan sangat bergantung pada kebijaksanaan saya dan istri saya sebagai orang tuanya.
(bersambung)
Wednesday, June 21, 2023
Iri (5)
(sambungan)
Mari kita lihat lebih jauh, ternyata iri hati termasuk salah satu dari keinginan daging yang berlawanan dengan keinginan roh, yang dapat menyebabkan kita kehilangan bagian dalam Kerajaan Allah (Galatia 5:19-21). Lihatlah bahwa iri hati berada dalam kategori yang sama dengan dosa-dosa yang kita anggap "lebih serius" seperti percabulan, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir dan sebagainya. Alangkah sayangnya jika kita sudah bersusah payah menghindari dosa-dosa itu, namun kita berkompromi pada iri hati yang menyelinap secara diam-diam.
Hendaklah kita menyadari betapa pentingnya kita untuk berjaga-jaga sepenuhnya karena waktunya sudah dekat. Paulus mengatakan: "Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati." (Roma 13:12-13).
Sudah waktunya bagi kita untuk berhenti mengijinkan iblis membawa masuk hal-hal yang membinasakan, pada hidup, pekerjaan dan pelayanan kita, termasuk hal-hal yang seolah dianggap ringan seperti iri hati. Kita harus terus berusaha agar tidak serupa dengan dunia ini. "Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?" (1 Korintus 3:3). Apa yang harus kita lakukan? Bergantunglah pada Kristus. "Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya." (Roma 13:14).
Mari kita waspadai sikap iri hati yang hendak masuk ke dalam diri kita agar jangan sampai kekacauan dan perbuatan jahat merebut kita dari keselamatan yang sudah dianugerahkan kepada kita.
Jangan pernah berkompromi dengan iri hati walau sekecil apapun
Tuesday, June 20, 2023
Iri (4)
(sambungan)
Lalu ada juga kisah anak-anak Yakub, yakni Yusuf dan saudara-saudaranya di kitab Kejadian 37. Mereka begitu iri pada Yusuf, sehingga mereka berpikir bahwa dengan menyingkirkan Yusuf, hidup mereka akan otomatis menjadi lebih baik. Maka mereka pun merancang dan melakukan perbuatan jahat yang sudah masuk tindak pidana kriminal. Apakah hidup mereka jadi lebih baik? Yang terjadi justru sebaliknya. Mereka kemudian bahkan harus pergi ke negeri lain agar tidak mati kelaparan.
Bukan hanya dua contoh ini saja, ada banyak lagi kisah mengenai kekacauan dan perbuatan jahat yang berawal dari iri hati yang dicatat alkitab. Saya yakin dalam kehidupan anda masing-masing anda pun mudah menemukan contohnya dari kejadian di sekitar anda.
Mulanya bisa saja biasa, cuma karena dengki atau kesal melihat orang lain (lebih) sukses. Misalnya, ketika usaha kita sepi tapi usaha di sebelah berjalan lancar. Dari sana bisa muncul rasa benci kepada pelaku usaha di sebelah, padahal dia tidak salah apa-apa pada kita. Dari rasa benci kalau dibiarkan bisa timbul keinginan untuk melihat mereka terjatuh, menjadi susah, bahkan bisa jadi pada suatu ketika muncul keinginan agar mereka celaka. Itu bisa dan banyak sekali terjadi dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Sifat egois atau mementingkan diri sendiri pun tak kalah berbahayanya. Kenapa? Karena pada satu ketika sifat egois itu bisa membuat kita mampu menghalalkan segala cara, bahkan tega mengorbankan orang lain. Bukankah orang-orang yang menipu, mencuri atau berbagai tindak kejahatan itu pun umumnya karena mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri? Dalam konstelasi politik pun sama, karena ada banyak juga yang tega dan rela mengorbankan kepentingan rakyat banyak, bangsa dan negara demi keuntungan mereka sendiri saja.
Jika demikian, iri hati jelas adalah masalah yang serius yang harus kita singkirkan sepenuhnya, secepatnya, tanpa kompromi. Tanpa menimbang iri hati itu ringan atau berat, wajar atau tidak. Begitu rasa itu muncul, saat itu juga kita harus memadamkannya.
(bersambung)
Monday, June 19, 2023
Iri (3)
(sambungan)
"Sebab di mana ada IRI HATI dan MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI di situ ada KEKACAUAN dan SEGALA MACAM PERBUATAN JAHAT." (Yakobus 3:16).
Iri hati dan mementingkan diri sendiri alias bersifat egois akan membuka pintu bagi iblis untuk masuk ke dalam kehidupan kita. Dimana iri hati dan mementingkan diri sendiri itu ada, maka potensi kekacauan dan segala macam (bukan hanya beberapa atau sedikit tapi disebutkan segala macam) perbuatan jahat pun sangat besar. Perbuatan jahat apa saja yang akan dibawa iblis melalui pintu yang satu ini? Banyak sekali, mulai dari "sekedar" cemburu, depresi bahkan hingga pembunuhan.
Pembunuhan? Tepat sekali. Berawal dari iri hati yang katanya sederhana dan manusiawi, akibatnya bisa sampai sejauh itu. Bahkan kisah pembunuhan pertama yang dicatat dalam Alkitab justru berawal dari iri hati. Itu bisa kita lihat dalam Kejadian pasal 4.
Pada suatu kali Kain merasa iri pada saudaranya Habel karena mendapati bahwa korban persembahannya "kalah". Hatinya pun kemudian panas, dan wajahnya berubah menjadi muram.
Apa kata Tuhan melihat Kain? Mari kita lihat ayat 6 dan 7: "Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."
Perhatikan, Tuhan tidak berkata: "AnakKu Kain, itu adalah hal yang wajar, santai saja... nanti lama-lama juga reda." Tidak. Sebaliknya Tuhan berkata: "Kain, berhati-hatilah. Dosa sudah mengintip di depan pintu." Tapi Kain tidak mengindahkan peringatan itu. Dan kita tahu apa yang terjadi kemudian. Berawal dari iri hati, ia dikuasai si jahat dan kemudian membunuh adiknya (ay 8).
(bersambung)
Sunday, June 18, 2023
Iri (2)
(sambungan)
Saya akan beri ilustrasi sederhana. Dahulu saat istri saya masih kuliah, pada suatu kali ia mendapati ular ada di dalam kamar kosnya. Pada waktu itu saya sudah pindah ke sana dan kos juga tidak terlalu jauh dari tempatnya. Ia lalu segera memanggil saya dan terlihat panik dan ketakutan. Siapa yang tidak takut dengan adanya ular di dalam kamar? Untungnya saya kebetulan dari kecil termasuk tertarik kepada hewan ini dan tahu kalau ular yang masuk ke dalam kamarnya itu bukanlah ular berbisa atau agresif. Ular itu hanyalah ular biasa yang hidup umumnya dari hewan-hewan kecil seperti tikus. Saya pun kemudian menangkap dan mengeluarkannya kembali ke habitatnya, yaitu sungai di belakang kosnya. Saya yakin ular itu datang dari sana.
Masih untung ular yang masuk itu ular yang tidak berbisa. Bagaimana kalau sampai berbisa, tidak terlihat lalu tidak sengaja terinjak atau terhimpit? Itu bisa fatal akibatnya. Tidak ada satupun orang yang mau ular berbisa ada di dalam rumah atau kamarnya, yang artinya masuk ke dalam kehidupannya. Jadi secara sengaja, saya rasa tidak ada orang yang mau memasukkan dengan sengaja ular berbisa ke dalam kamar dan dilepas berkeliaran. Tapi bagaimana kalau ular berbisa itu menyusup tanpa kelihatan? Itu jelas berbahaya. Iri hati sebagai bagian dari dosa pun seperti itu. Dan seperti itulah memang dosa sering masuk ke dalam hidup kita. Mungkin kita mudah menghindari dosa yang jelas-jelas kasat mata (meski tidak jarang pula orang menikmati dosa bahkan yang terlihat jelas sekalipun), tapi bagaimana dengan dosa yang tidak terlihat nyata tapi saat kita lengah dosa itu bisa menyerang dan mendatangkan akibat mematikan? Itu pun tidak kalah bahaya.
Iri hati sama seperti ular berbisa yang menyelinap diam-diam dan bersembunyi di dalam rumah, bisa mengancam nyawa pemiliknya. Iri hati yang kelihatan sepele dan manusiawi itu? Ya, betul. Mari kita lihat ayat berikut.
"Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:16).
(bersambung)
Saturday, June 17, 2023
Iri (1)
Ayat bacaan: Yakobus 3:16
======================
"Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."
Senang melihat orang susah, susah melihat orang senang. Tentu anda sering mendengar permainan kata yang dibalik-balik ini untuk menggambarkan salah satu sifat yang sepertinya menjangkiti banyak manusia terutama di masa-masa sukar seperti sekarang. Kalau diibaratkan produk, ini adalah produk dari sebuah hati yang tercemar dengan rasa iri, atau kalau disingkat biasa disebut dengan iri hati.
Seperti apa iri hati itu? Iri hati adalah sebuah perasaan tidak senang atau tidak puas yang timbul saat melihat kelebihan atau keuntungan yang dimiliki oleh orang lain. Secara umum kalau mendengar kata iri hati orang cenderung mengasosiasikan pada kepemilikan harta benda seperti iri melihat rumah lebih mewah, mobil, aksesoris dan sebagainya. Tapi iri hati sebenarnya bisa muncul dari banyak hal selain materi. Misalnya iri terhadap kesuksesan, kebahagiaan, karir, pekerjaan, kesempatan dan lain-lain.
Iri hati bisa jadi tampak sepele, karena seringkali rasa ini muncul tanpa sadar dan rasanya pernah dialami hampir semua orang dengan kadar berbeda-beda. Karenanya iri hati sering dianggap sebagai sesuatu yang manusiawi, tidak berbahaya bahkan sesuatu yang alami. Tapi apakah benar demikian? Ternyata tidak. Karena alkitab banyak mengingatkan kita agar waspada terhadap sikap atau sifat yang satu ini. Itu artinya, iri hati itu berbahaya kalau terus dibiarkan. Lihatlah ayat bacaan hari ini yang secara tegas mengingatkan kita akan bahaya dari iri hati yang dibiarkan bercokol mencemari hati kita.
Seperti yang saya sebutkan barusan, iri hati seringkali muncul tanpa sadar, alias menyusup, menyelinap masuk ke dalam hati kita secara diam-diam. Tahu- tahu kita tidak senang melihat orang sukses, bersungut-sungut bahkan bisa sampai kemudian membenci dan seterusnya. Sekali menyusup, itu bisa mendatangkan bahaya karena berbagai perbuatan jahat bisa menjadi kelanjutannya.
(bersambung)
Friday, June 16, 2023
Filosofi Mawar Berduri (6)
(sambungan)
Apa yang diberikan Tuhan pada kita sebenarnya adalah baik, meski ketika pada saat ini terlihat sepertinya jauh dari itu. Dia adalah Allah yang tidak pernah berubah. "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran."(Yakobus 1:17) Karena itulah, dalam kondisi sulit sekalipun kita pantas mengucap syukur. Paulus pun menyadari berbagai pengalaman dari tokoh-tokoh alkitab di masa lalu, ia pun berulang kali menyatakan bahwa dirinya dipenuhi ucapan syukur meski dalam penderitaan berat. "Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. " (2 Timotius 1:3).
Dunia kita boleh gonjang ganjing, namun kita harus tetap tegar dan percaya pada Tuhan lewat berbagai pujian, penyembahan dan ucapan syukur kita. Dia ingin kita tampil sebagai terang, seperti lentera di tengah kegelapan, sebuah posisi yang tidak akan mampu kita jalani jika kita sendiri goyah imannya.
Jika anda percaya bahwa Tuhan setia mengasihi anda, dan tidak ada satupun dari janjiNya yang Dia ingkari, mengucap syukurlah sekarang juga. Tuhan mengasihi anda lebih dari apapun. Bahkan setiap helai rambut di kepala kita pun dihitungNya. (Matius 10:30). Dia telah melukiskan kita dalam telapak tanganNya dan kita selalu ada di ruang mataNya. (Yesaya 49:16).
Saya terus membiasakan diri untuk belajar mengucap syukur setiap hari apapun kondisinya, dan saya merasakan hidup yang jauh lebih ringan, tenang dan gembira. Pandanglah filosofi setangkai mawar dengan pola pandangan baru. Jangan bersungut-sungut melihat duri, tapi bersyukurlah bahwa duri yang tajam itu memiliki mawar yang sungguh indah.
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:18)
Thursday, June 15, 2023
Filosofi Mawar Berduri (5)
(sambungan)
Karena itu alkitab pun mencatat banyak nasihat untuk mengucap syukur dalam segala hal. Salah satunya yang saya jadikan ayat bacaan hari ini, sebuah kalimat yang rasanya sudah tidak asing lagi bagi kita. "Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Kalimat ini dituliskan berkali-kali dalam kitab Mazmur, bahkan tampil juga dalam kitab Tawarikh dan Yeremia. Saya yakin Tuhan menyadari benar sulitnya berada dalam sebuah situasi berat sehingga Dia merasa perlu mengingatkan kita berkali-kali bahwa kasih setiaNya bagi kita berlaku untuk selama-lamanya lewat para nabiNya. Bukankah itu pun patut kita syukuri?
Jika kita membaca Alkitab, ada banyak tokoh disana yang tetap mampu memandang lewat iman ketika masalah menghadang mereka. Lihatlah Ayub yang memuji Tuhan meski mengalami penderitaan (Ayub 1:20-22). Selanjutnya Daud, yang pada suatu ketika dikejar, hendak dibunuh oleh Saul dan terjebak di dalam gua. Apa yang dilakukan Daud? Dia malah memuji Tuhan dan bermazmur! (Mazmur 57:1-12). Lalu apa yang terjadi ketika Paulus dan Silas tengah dipasung dalam penjara? Mereka bukannya menyesali nasib tapi malah berdoa dan menyanyikan puji-pujian pada Allah dengan lantang, hingga semua orang dipenjara itu mendengarkan. Apa yang terjadi selanjutnya? Terjadilah gempa sehingga semua pintu dan belenggu terbuka membebaskan mereka. Bukan itu saja, namun terjadi pertobatan pada diri kepala penjara dan keluarganya. (Kisah Para Rasul 16:19-40).
Lihatlah bukti kasih setia Tuhan, Dia tetap menyertai dalam segala hal. Tidak ada yang harus kita takutkan. Yang harus kita lakukan adalah tetap mengucap syukur dan memuji Tuhan. Percayalah bahwa Dia ada melihat semuanya dan selalu siap untuk membawa kita keluar dari situasi yang paling sulit sekalipun.
(bersambung)
Wednesday, June 14, 2023
Filosofi Mawar Berduri (4)
(sambungan)
Masalahnya, sulit bagi kita untuk memeriksa atau menguji kekuatan iman kita jika tidak sedang berada dalam kesukaran. Karena itulah, saya mempergunakan masa-masa seperti ini untuk menguji sampai sejauh dan sekuat mana otot-otot iman saya, dan sejauh mana saya meyakini bahwa Yesus ada berdiam di dalam diri saya. Jadi, dibalik masa sulit ini, ada hal positif yang bisa saya dapatkan, yang justru akan sangat ironis jika kesempatan seperti itu saya lewatkan dengan sia-sia.
Tetap bersyukur dalam segala situasi dan kondisi itu sangatlah penting. Ajakan untuk bersyukur pun sebenarnya bukan hal baru. Kita sudah sering berhadapan dengan ajakan ini baik lewat tulisan, kotbah dan sebagainya. Namun pola pikir untuk selalu bersyukur ini memang bukanlah semudah membalik telapak tangan, apalagi jika kita sedang berada dalam tekanan. Yang lebih ironis lagi, banyak orang berusaha mencari Tuhan ketika mereka tengah membutuhkan bantuan, namun lupa bersyukur saat mereka diberkati. Banyak orang memandang mukjizat dari Tuhan hanyalah datang dari hal-hal ajaib yang "bombastis" seperti orang sakit parah disembuhkan, orang lumpuh berjalan,orang buta melihat, bahkan orang mati dibangkitkan. Padahal, ketika kita masih memiliki kesehatan dan kemampuan untuk berjuang di tengah kesulitan, itu pun merupakan mukjizat dan berkat yang berasal dari Tuhan. Kalau kita masih berdiri hari ini, masih punya kesempatan untuk melakukan sesuatu, masih diberi nalar dan pikiran untuk menghasilkan buah-buah pikir yang produktif, masih bisa tidur dan sebagainya, bukankah untuk semua ini pun kita seharusnya mengucap syukur?
Sebaliknya, bagi yang meragukan Tuhan, bukankah segala kesehatan dan lain-lain di atas juga seharusnya layak untuk disyukuri, dan menjadi bukti bahwa Tuhan selalu ada dengan segala kasihNya atas hidup kita?
Begitu sulitnya untuk mengucap syukur pada saat sulit, sehingga ada orang yang berusaha mengucapkan syukur namun terbatas hanya pada kata-kata saja, tidak didasarkan dari hati. Bahkan kebanyakan orang sulit mengucap syukur tapi mudah mengeluh. Karena itu alkitab pun mencatat banyak nasihat untuk mengucap syukur dalam segala hal.
(bersambung)
Tuesday, June 13, 2023
Filosofi Mawar Berduri (3)
(sambungan)
Paulus pun pernah menyampaikan perihal menguji iman secara langsung dalam suratnya kepada jemaat di Korintus.
"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji." (2 Korintus 13:5).
Ujilah diri kita, and find out if we are still living by faith or not. Do we still realize that Jesus is still dwelling inside us? Karena tanpa menyadari hal itu, betapa rentannya kita dalam menghadapi masa-masa sulit, betapa lemahnya kita dalam menghadapi ujian alias tidak tahan uji.
Hal ini sesungguhnya penting, karena apapun yang kita miliki memang seharusnya diperiksa secara berkala. Alat-alat elektonik, instalasi, bahkan parit di depan rumah saja kita bersihkan dan periksa kalau kita tidak mau kebanjiran saat hujan lebat kan? Kondisi kesehatan tubuh kita pun juga begitu. Ada orang yang rajin melakukan cek rutin agar kalau mendapati ada masalah bisa segera menanganinya sebelum keburu parah. Idealnya seperti itu. Dalam hal keimanan pun sama. Kita seharusnya melakukan cek secara rutin agar kita tidak kelabakan saat badai kesulitan tiba-tiba memasuki hidup kita, juga agar hidup kita bisa tetap berada dalam koridor atau track yang benar.
(bersambung)
Monday, June 12, 2023
Filosofi Mawar Berduri (2)
(sambungan)
Intinya, apa keuntungan yang kita bisa dapat jika kita 'membuang' Tuhan dari hidup kita, sementara kekuatan maupun kelegaan justru adanya di saat diri kita masih memiliki Tuhan dalam diri kita? Itu yang saya sampaikan kepada beberapa orang yang pernah menyampaikan keraguan mereka akan Tuhan. Saya tidak tahu apakah mereka menyadari kekeliruan pemikiran mereka dan kembali sadar atau tidak, tapi setidaknya, mudah-mudahan apa yang saya sampaikan bisa jadi bahan pemikiran dan perenungan mereka.
Saya pun teringat akan 'filosofi mawar' yang pernah saya sampaikan kepada komunitas remaja sebuah gereja beberapa tahun lalu. Bunga mawar itu indah, tidak perlu diragukan dan saya yakin tidak ada yang membantah. Tapi anehnya, bunga mawar yang indah itu memiliki duri-duri yang tajam pada tangkainya, yang kalau tertusuk sakitnya bukan main.
Pertanyaannya: kenapa bunga secantik mawar harus berduri? Kita bisa mengeluh karena mawar memiliki duri, tapi kalau kita balik posisinya, saya kira kita seharusnya bersyukur karena duri memiliki mawar. Orang yang tertusuk duri mungkin menyesalkan kenapa bunga mawar yang begitu indah harus berduri, tapi seandainya duri bisa bicara, saya yakin duri akan bersyukur bahwa ia memiliki mawar.
Kita bisa memandang dari banyak sisi akan benda yang sama, baik dengan kacamata positif atau negatif, dengan keluhan ataupun bersyukur. It depends on how we look at it, most of the times it's in the state of mind. Kalau kita mau melihat dengan pandangan lebih luas, hal buruk tidaklah berarti semuanya buruk. Pasti ada hal baik dibalik situasi buruk yang kita alami.
Misalnya, saya memakai kondisi sukar seperti sekarang untuk belajar banyak tentang hal baru. Mencoba lebih pintar, mencoba lebih gesit dan cerdik dalam berdagang seperti membuat kemasan-kemasan lebih kecil yang lebih terjangkau, mencoba merintis usaha lain yang artinya mempelajari dunia baru, belajar lepas dari kenyamanan, dan belajar untuk lebih bergantung pada Tuhan. Selain itu, saya mempergunakan waktu-waktu seperti ini untuk menguji iman saya.
Menguji iman? Ya, menguji iman. Saat keadaan baik-baik saja kita susah untuk menguji iman. Justru disaat sulit seperti sekarang saya bisa memeriksa, atau menguji apakah iman saya masih kuat atau sudah lemah, atau jangan-jangan sudah tidak lagi bisa diandalkan saking lemahnya.
(bersambung)
Sunday, June 11, 2023
Filosofi Mawar Berduri (1)
Ayat bacaan: Mazmur 106:1
=========================
"Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya."
Kemarin ada sorang teman saya yang datang berkunjung. Seperti saya, ia pun sedang mengalami kesulitan dengan kondisi ekonominya saat ini. Sebagai musisi, ia menjadi sulit untuk bertahan sejak pandemi melanda. Bukan saja karena untuk 'ngamen' alias mencari uang dengan bermusik lama terputus akibat pembatasan kegiatan dan pelarangan keramaian, tapi job-job lain seperti pernikahan dan mengajar les pun lenyap. Ia mencoba beralih dengan menjual makanan, tapi itu pun gagal. Pertama virus utama, lalu varian demi varian terus silih berganti membuat kita tidak kunjung lepas dari masalah yang sudah terlalu lama merusak tatanan hidup ini.
Hingga hari ini ia masih kesulitan, seperti halnya banyak dari kita yang bukan pegawai bergaji tetap. Tapi satu hal yang menarik dari cara pemikirannya adalah, ia berkata bahwa ia tahu ini masa-masa sulit yang harus ia hadapi tanpa harus menyalahkan Tuhan. "Puji Tuhan, saya dan keluarga masih diberi kesehatan sehingga bisa terus berusaha." katanya. Ia melanjutkan bahwa biar bagaimanapun, Tuhan itu tetap baik. Karena meski ia tengah mengalami kesulitan, ia masih bisa melihat hal-hal baik yang Tuhan kerjakan atas diri dan keluarganya.
Saya jadi teringat beberapa orang yang saya kenal kemudian mulai meragukan Tuhan, menyalahkan Tuhan atas kondisi sukar yang tengah dialami bukan saja oleh kita tapi terjadi secara global. Menurut mereka, kalau Tuhan benar ada dan benar mengasihi kita, kenapa Tuhan mengijinkan virus ini muncul, membunuh banyak orang dan membuat kondisi mereka berubah drastis?
Pemikiran seperti itu bisa saja muncul saat kita tengah terdesak atau terjepit akan kondisi faktual, tapi seharusnya kita tidak membiarkan pemikiran seperti itu menguasai dan mengambil alih diri kita. Karena, kalau mau berjalan tanpa Tuhan, mau jadi apa kita nanti? Saya pernah hidup di luar Tuhan, lama pula, sehingga saya tahu betapa sia-sianya dan ruginya berjalan tanpa Tuhan. Bukankah dalam masa-masa sulit seperti ini kita justru dikuatkan oleh iman? Setidaknya agar kita merasa bahwa kita tidak sedang sendirian menghadapi semuanya tapi ada Tuhan yang bersama-sama kita.
(bersambung)
Saturday, June 10, 2023
Kisah Sebidang Tanah Kosong (4)
(sambungan)
Tidak ada tempat bagi hal-hal negatif di dalam kasih. Jika kita berbuah kasih, maka pikiran dan perasaan kita bisa terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif yang siap menenggelamkan diri kita. Selain itu, janganlah kita memenuhi diri kita dengan berbagai ketakutan atau kekhawatiran yang seringkali tidak beralasan dan belum tentu terjadi seperti yang kita takutkan. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Jika ini kita lakukan maka hidup kita pun menjadi lebih indah sebab damai sejahtera Allah akan selalu hadir di dalam diri kita. "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:7).
Dalam pelayanannya, Paulus dan teman-teman berkomitmen untuk menaklukkan pikiran mereka kepada Kristus. "Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2 Korintus 10:5b). Mengingat betapa pentingnya pikiran untuk menentukan kemana hidup kita selanjutnya menuju, kita harus memastikan bahwa dalam pikiran kita tertanam benih-benih Firman dan bukan yang lain. Jangan sampai yang tumbuh adalah hal-hal yang buruk lantas kita membiarkan diri kita dikendalikan oleh pikiran yang sudah tercemar itu. Kita harus mampu mengendalikan pikiran kita, menabur hal-hal yang positif, yang baik dan yang benar sesuai firman Tuhan, serta menaklukkannya kepada Kristus.
Jika hal-hal baik dan benar yang tumbuh disana, itu akan mempengaruhi perasaan kita kepada hal-hal baik pula, sehingga yang tumbuh adalah buah-buah kebaikan. Sebaliknya, jika kita membiarkan hal-hal buruk yang tertabur dan tertanam disana, maka diri kita pun akan dipenuhi hal negatif yang bukan saja membuat kita hidup dalam kegelapan tanpa sukacita, tapi akan berpengaruh pula kepada masa depan kita.
Marilah kita mengendalikan dan memperhatikan pikiran kita, sebab apapun benih yang kita tanam di dalamnya akan sangat menentukan seperti apa diri kita dan arah perjalanan hidup kita ke depan.
"Don't judge each day by the harvest you reap, but by the seeds you plant" - Robert Louis Stevenson
Friday, June 9, 2023
Kisah Sebidang Tanah Kosong (3)
(sambungan)
Lebih jauh mengenai menjaga hal yang masuk ke dalam pikiran kita, Paulus mengingatkan kita untuk selalu menanam hal-hal yang positif disana. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Lihatlah bahwa kita dianjurkan untuk selalu mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang baik. Memandang dari sisi negatif akan membuat kita menjadi negatif pula, karena itulah yang akan ditumbuhkan oleh pikiran kita dan kemudian berbuah subur dalam hidup kita.
Kalau kita mengikuti pesan yang tertulis dalam Filipi 4:8 di atas, maka kita pun akan menuai persis seperti apa yang kita tanam, yaitu hal-hal yang benar, adil, mulia, suci, manis dan baik. Adalah sangat penting bagi kita untuk terus menabur firman Tuhan dalam pikiran kita secara teratur, sehingga tidak ada celah lagi bagi benih-benih negatif untuk bertumbuh di dalam pikiran kita.
Selain sumber kasih, Allah merupakan kasih itu sendiri. Firman-firmanNya yang kita tabur tentu akan menumbuhkan kasih pula. Jika kasih yang tumbuh, maka di dalam kita akan berbuah banyak kebajikan.
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7).
Ini semua akan membentuk pribadi kita menjadi pribadi yang berkenan di mata Tuhan.
(bersambung)
Thursday, June 8, 2023
Kisah Sebidang Tanah Kosong (2)
(sambungan)
Seperti yang saya katakan di awal, saya mendapatkan pencerahan dari apa yang terjadi pada tanah di samping rumah saya ini. Pikiran saya kemudian ingat bahwa Yesus pernah memakai ilustrasi menanam sebagai perumpamaan, yaitu tentang lalang dan gandum yaitu dalam Matius 13:24-30. Demikian ayat pembukanya. "Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya." (Matius 13:24).
Pemilik ladang atau tanah yang baik dan benar pasti akan selalu menaburkan benih yang baik di ladangnya, dan tidak akan pernah mau menabur benih yang bisa merusak lahan taninya bukan? Tapi kemudian, musuh bisa menaburkan benih yang tidak baik di sana. "Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi." (ay 25). Perhatikan, tanahnya sama, tapi benih yang baik dan yang tidak baik keduanya bisa sama-sama tumbuh dengan subur di tanah yang sama.
Seperti halnya tanah, demikian pula yang terjadi dengan diri kita. Diri kita ibarat tanah. Hati dan pikiran kita selalu menerima, memberi respon, menumbuhkan apapun yang ditabur masuk di dalamnya. Apakah itu baik atau buruk, apakah itu bermanfaat atau merusak, apakah itu positif atau negatif, semuanya akan tumbuh disana. Baik atau buruk, keduanya bisa tumbuh subur. Itulah sebabnya kita harus mampu menguasai pikiran dan perasaan kita agar jangan sampai benih yang buruk yang hidup disana lalu balik menguasai diri kita.
Jika kita menanam hal-hal yang tidak baik, seperti pikiran negatif, berprasangka buruk, menduga-duga, atau malah menghakimi orang lain dalam pikiran kita, maka itulah yang akan tumbuh subur dan merajai hidup kita. Jika kita menabur hal-hal seperti mengasihani diri berlebihan, menganggap diri rendah, kebencian, dendam, atau bahkan kutuk, maka itulah yang akan direspon pikiran kita, ditumbuhkan dan akan berbuah tindakan-tindakan yang negatif pula. Alkitab berkata: "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7) ("For as he thinketh in his heart, so is he." - KJV). Kita bisa menjadi pribadi yang baik, kudus dan berkenan, atau sebaliknya menjadi pribadi yang buruk, penuh kebencian dan kepahitan, semua tergantung dari apa yang kita tabur ke dalam pikiran kita untuk ditumbuhkan.
(bersambung)
Wednesday, June 7, 2023
Kisah Sebidang Tanah Kosong (1)
Ayat bacaan: Matius 13:24
====================
"Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya."
Tepat di sebelah rumah saya ada sepetak tanah kosong. Dahulu, tanah itu terbengkalai begitu saja tanpa pernah diurus oleh pemiliknya. Jangankan mengurusi, datang melihat saja tidak pernah. Karena itulah ada warga yang kemudian mempergunakan tanah itu untuk ditanami sayur-sayuran. Ia memilih jenis sayur-sayur yang masa panennya cepat seperti selada dan kol. Apakah ia sudah minta ijin kepada pemilik tanah? Entahlah. Buat saya yang tinggal tepat disebelahnya, tanah yang diurusi dan dimanfaatkan seperti itu akan jauh lebih baik ketimbang dibiarkan menjadi semak rimbun.
Belakangan sang pemilik tanah meninggal, dan tanah itu kemudian diwariskan kepada dua anaknya, alias dibagi dua. Yang satu kemudian membangun rumah dan tinggal disana, sementara bagian yang tepat disamping saya lagi-lagi dibiarkan terbengkalai.
Karena kali ini tanah tersebut sebagian sudah ditempati, maka si warga yang tadinya suka memanfaatkan lahan tampaknya jadi segan dan tidak lagi menanam disana. Sekarang, tanah itu pun terbengkalai. Semak rimbun penuh tanaman dan rumput liar memenuhi lahan. Bukan saja terlihat kotor dan jelek, saya pun kuatir kalau-kalau ada binatang seperti ular bisa bersarang disana.
Ada hal menarik yang saya amati dari sebidang tanah di sebelah saya ini. Dari dulu sampai sekarang tanahnya sama. Tapi tanaman yang tumbuh disana bisa berbeda-beda. Dan hasilnya pun akan berbeda, tergantung apa yang ditanam. Kalau yang ditanam daun selada, ya tumbuhnya selada. Kalau kembang kol maka yang tumbuh juga pasti kembang kol. Tidak akan mungkin wortel yang tumbuh disana. Kalau tidak ditanami, maka yang tumbuh adalah tanaman dan rumput liar.
Sekali lagi, tanahnya sama, tapi yang tumbuh bisa berbeda. Apakah tanaman yang bermanfaat yang ditanam atau tanaman pengganggu, semua aka tergantung yang tanam. Apa benih yang kita tabur ke atas tanah atau tanam, maka itulah yang akan tumbuh. Kalau tidak, ya tanaman liar yang ambil alih. Tanah tidak bisa dan tidak akan pernah memilih. Tanah akan menumbuhkan apapun yang kita tabur atau dibawa angin untuk jatuh ke atasnya.
(bersambung)
Tuesday, June 6, 2023
Present Time (5)
(sambungan)
Tuhan Yesus sendiri sebenarnya telah mengingatkan agar kita bisa menghargai waktu yang ada dan memakainya semaksimal mungkin untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang telah dibebankan kepada kita. "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4). Ada waktu dimana kita tidak lagi bisa melakukan apa-apa, oleh karena itulah kita harus bisa mempergunakan waktu dengan semaksimal mungkin selagi 'hari masih siang'.
Lalu Yakobus juga mengingatkan kita akan singkatnya masa hidup kita. "sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap." (Yakobus 4:14). Musa menyadari betul akan hal itu, sehingga ia berkata dalam doanya: "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12).
Apabila anda masih punya 'HARI INI', pakailah kesempatan itu untuk melakukan hal-hal yang benar. Itu akan sangat bermanfaat baik untuk diri kita sendiri maupun untuk menasihati orang lain, marilah kita mempergunakan waktu dan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Jangan sia-siakan waktu yang ada, jangan lewatkan HARI INI dengan sia-sia, jangan tunda lagi. Mari kita periksa diri kita lalu memperhatikan orang-orang di sekeliling kita. Bukan besok, bukan nanti, bukan kapan-kapan, tetapi mulailah lakukan HARI INI juga, selagi kesempatan untuk itu masih ada. Ingatlah apa yang anda lakukan HARI INI akan sangat menentukan masa depan anda. Di dunia maupun dalam masa kekekalan.
Bersyukurlah atas HARI INI dan manfaatkan untuk melakukan hal yang baik dan benar semaksimal mungkin
Monday, June 5, 2023
Present Time (4)
(sambungan)
Perhatikanlah bahwa Penulis Ibrani menekankan kata "HARI INI". Mengapa sang Penulis memberi penekanan pada kata itu? Jawabannya jelas, karena selain yang sudah berlalu tidak bisa kita ulang lagi, kita semua tidak akan pernah tahu kapan waktu dan kesempatan kita berakhir. Bisa puluhan tahun lagi, bisa beberapa tahun lagi, beberapa bulan, beberapa hari, atau bahkan bukan tidak mungkin pula ini hari atau mungkin saja detik terakhir kita di muka bumi.
Pemazmur mengakui itu dengan berkata "Masa hidupku ada dalam tangan-Mu." (Mazmur 31:16). Panjang pendeknya usia kita memang ada dalam tangan Tuhan. Menyia-nyiakan waktu yang masih ada untuk membawa yang sesat kembali ke jalan Tuhan akan membuat kita melewatkan sebuah kesempatan untuk memenuhi tugas sesuai panggilan kita di bumi ini. HARI INI mungkin merupakan kesempatan terakhir kita untuk memperoleh pengampunan Tuhan, atau jika kita sudah berjalan sesuai dengan kehendakNya, HARI INI bisa menjadi kesempatan terakhir kita untuk membagikan kasih dan keselamatan yang telah dihadiahkan Tuhan kepada orang-orang terdekat dan yang kita kasihi maupun sesama manusia yang ada di sekitar kita. Mau menyikapi itu dengan sungguh-sungguh atau masih mau menunda? Keputusan ada di tangan kita.
Ada banyak alasan yang bisa kita kemukakan untuk menghindari seruan Tuhan ini. Mungkin kita merasa segan, merasa tidak cukup bisa, tidak berani, tidak tahu caranya atau merasa itu bukan tugas kita. Rasa individualisme dan ego manusia semakin lama semakin menebal. Untuk menolong orang yang jelas-jelas menangis di depan kita saja sudah semakin sulit, apalagi untuk mengingatkan orang lain masih berada dalam situasi tersesat. Di sekeliling kita ada banyak orang yang masih tenggelam dalam jerat-jerat dosa. Waktu mereka sama seperti kita, tidak ada satupun dari kita yang tahu kapan pastinya kita dipanggil pulang. Kita cenderung menunggu sampai orang lain yang menghampiri dan mengingatkan mereka. Kita bisa memutuskan untuk berdiam diri membiarkan saja, tetapi tidakkah kita sadari bahwa kita pun sebenarnya bisa melakukan sesuatu untuk itu?
(bersambung)
Sunday, June 4, 2023
Present Time (3)
(sambungan)
Dalam bahasa Inggrisnya, ayat dalam Ibrani 3:12-13 bunyinya demikian: "but instead warn (admonish, urge, and encourage) one another every day, as long as it is called Today, that none of you may be hardened [into settled rebellion] by the deceitfulness of sin [by the fraudulence, the stratagem, the trickery which the delusive glamor of his sin may play on him]. Tetapi hendaklah kamu saling mengingatkan, mendesak, dan menyemangati satu sama lain, selama masih dikatakan 'HARI INI', agar tidak satupun dari kamu yang keras hati/kepala tetap memberontak dengan segala tipu muslihat dosa (segala bentuk penipuan dimana dosa bisa bermain di atasnya).
Lihatlah betapa pentingnya pesan ini yang mengingatkan kita agar saling mengingatkan untuk tidak terjebak tipu daya dosa, pada HARI INI juga, selama kesempatan atau masa untuk itu masih ada. Kita tidak boleh menutup mata dan membiarkan diri kita terus dipermainkan oleh dosa, terus memberi toleransi atasnya untuk terus menggerogoti kita.
Di satu sisi kita perlu mengingatkan orang yang tersesat, disisi lain kita sendiri pun pasti masih membutuhkan nasihat, teguran atau peringatan dari orang lain yang dekat dengan kita. Jika mereka menutup mata dan membiarkan kita tersesat, bukankah kita sendiri yang rugi? Begitu pula saudara-saudari kita yang masih melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan membutuhkan orang yang mau mengingatkan mereka, dan itu menjadi tugas kita. Sebuah panggilan untuk menjadi terang dan garam bukan saja berarti bahwa kita harus berbuat baik dalam hidup kita, tetapi termasuk pula di dalamnya untuk menerapkan prinsip "saling", saling mengingatkan, saling menasihati dan saling mendukung dalam proses untuk terus semakin serupa dengan Kristus. Dan ini sangat penting untuk kita ingat pada HARI INI, at present time, bagian dari waktu yang masih bisa kita isi, lakukan sesuatu, atau ubah.
(bersambung)
Saturday, June 3, 2023
Hikmat (3)
(Sambungan)
Apakah permata itu berharga atau bernilai tinggi? Rasanya tidak akan ada orang yang menyanggah bahwa permata itu adalah benda berharga. Tidak saja indah, tapi permata juga bisa menaikkan gengsi, menjadi ukuran kekayaan, mengangkat martabat seseorang, dan sebagainya. Pada masa Perjanjian Lama, adalah hal lumrah untuk menjadikan permata sebagai persembahan bagi raja-raja, sebagai simbol tanda penghormatan.
Saya yakin Salomo sebagai raja terkaya yang pernah ada tentu punya permata yang tidak terhingga banyaknya. Seperseratusnya saja kalau kita punya mungkin sudah membuat kita hidup mewah sampai beberapa keturunan.
Maka menjadi sangat menarik kalau kita melihat ayat bacaan hari ini. Permata itu berharga, tentu saja. Tapi si raja terkaya justru mengatakan bahwa ada sesuatu yang lebih berharga dari permata. Dan itu ternyata adalah hikmat.
Mari kita lihat ayatnya. "Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya." (Amsal 8:11).
Kalau Salomo mengatakan hikmat itu lebih berharga daripada permata, itu tidak berarti bahwa Salomo menganggap sepele nilai permata. Salomo bilang ada sesuatu yang jauh lebih penting daripada permata, kemewahan dan kekayaan, dan itu adalah hikmat. Apapun yang termahal yang pernah diinginkan orang tidak akan pernah bisa menyamai harga dari hikmat.
(Bersambung)
Present Time (2)
(sambungan)
Satu-satunya masa yang bisa kita isi, lakukan sesuatu di dalamnya adalah HARI INI. Today, the present time, saat ini, sekarang. Pertanyaannya mau diisi dengan apa? Isi dengan malas-malasan atau dengan hal-hal yang buruk, atau isi dengan melakukan yang terbaik, yang sesuai dengan Firman, yang berkenan padaNya, yang memberkati banyak orang, yang memuliakan Tuhan bukan mempermalukan Tuhan.
Hari ini, itulah satu-satunya yang ada dalam kontrol kita. Mungkin ada banyak kesalahan yang pernah kita buat di masa lalu dan kita tidak bisa mundur ke waktu yang sudah berlalu dan memperbaikinya. Seperti saya, sebelum bertobat ada begitu banyak kesalahan bahkan yang besar-besar, tetapi kita bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat di masa lalu dengan perubahan ke arah yang lebih baik yang kita lakukan hari ini, selama waktu dan kesempatan masih ada. Dan apa yang kita putuskan hari ini akan sangat mempengaruhi seperti apa kita kelak di masa depan. Seperti itulah hubungannya waktu dalam perjalanan hidup kita.
Waktu saat ini yang sedang kita jalani sangatlah penting dan akan sangat menentukan arah kemana kita akan menuju. Ayat bacaan hari ini mengingatkan kita akan pentingnya memperhatikan baik-baik segala sesuatu yang sedang kita jalani sekarang. Mari kita baca ayatnya.
"Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa." (Ibrani 3:12-13).
(bersambung)
Friday, June 2, 2023
Present Time (1)
Ayat bacaaan: Ibrani 3:13
==================
"Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa."
Salah satu hal menarik dari bahasa Inggris dan kebanyakan bahasa di Eropa adalah perbedaan kata yang dipakai untuk masa, yaitu masa yang sekarang sedang berlangsung (present), masa lalu (past) dan masa yang akan datang (future). Misalnya, untuk menggambarkan 'saya pergi ke sana', kita bisa langsung tahu apakah saya sedang kesana sekarang, saya kesana di waktu yang sudah lewat,atau saya bakal ke sana. I go there, I'm going there, I went there, I will go there, atau yang lebih spesifik lagi ' I will be going there ', yang berarti nanti saya bakal sedang berangkat ke sana.' Dari kalimatnya kita bisa langsung tahu rentang masa yang ingin digambarkan di sana.
Dalam renungan kali ini, we are going to talk about time. Waktu. Waktu akan terus berjalan dengan kecepatan yang konstan, meski terkadang kita bisa merasa waktu itu berjalan begitu cepat atau lambat menurut perasaan kita. Kalau kita sedang bosan, mungkin waktu bisa terasa sangat lambat, tapi sebaliknya saat kita sedang bersenang-senang, waktu seolah cepat sekali berlalu.
Jaman terus berubah selama bumi masih berputar. Meski bumi berputar, waktu berjalan secara linear dan bukan sirkular. Dalam artian, masa yang sudah kita lewati tidak dapat kita ulangi lagi. Dengan kata lain kita tidak bisa memutar mundur waktu.
Masa secara garis besar dibagi atas tiga rentang waktu yaitu masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Past, Present, Future. Atau bisa juga kita bagi dengan hari kemarin, hari ini dan besok. Yesterday, Today, Tomorrow. Atau bisa juga kita bagi dengan dulu, sekarang dan nanti. Before, now, and later.
Kita tidak bisa mengulang masa lalu. Apa yang sudah berlalu akan tetap berlalu. Sekali waktu berjalan, waktu di belakangnya tidak lagi bisa kita utak atik. Kita tidak bisa memutar balik jam untuk kembali ke masa lalu.The past, or yesterday, is done. We can never turn back the clock and change anything that has happened in the past. Sementara untuk masa depan, tidak satupun kita yang bisa tahu pasti apa yang akan terjadi disana. Kita hanya bisa memprediksi, tetapi tidak akan pernah secara pasti mengetahuinya. Kita bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi sedetik lagi.
Satu-satunya masa yang bisa kita isi, lakukan sesuatu didalamnya adalah HARI INI.
(bersambung)
Thursday, June 1, 2023
Kabut Tebal Penghalang Pandangan (4)
(sambungan)
Segala kekuatiran akan selalu ada mengikuti setiap permasalahan atau kesukaran yang kita hadapi setiap harinya. Jika kita hanya memandang pada masalah, ketika kita membiarkan segala kekuatiran atau ketakutan menguasai hidup kita, itu bisa menjadi penghalang pandangan kita untuk mengarah pada Tuhan. Tidak ada jalan lain selain membiasakan diri kita untuk belajar memandang pada Tuhan dalam menghadapi situasi atau kondisi apapun. Kita harus sadar bahwa kita selalu bisa datang kepadaNya setiap saat. He is just a prayer away, bahkan Tuhan Yesus pun sebenarnya berdiam di dalam diri kita yang sayangnya seringkali kita lupa akan hal itu.
Kalau faktanya seperti itu, kenapa kita masih terus lebih suka untuk memupuk rasa kuatir dan ketakutan kita? Kenapa kita tidak segera membawanya dalam doa dan bertanya kepada Tuhan tentang apa langkah yang harus kita lakukan? Why can't we rest all of our worries to Him, figure out what He wants us to do to deal with the current situation and do exactly that with Him by our side? Sekali lagi, kita harus belajar dan terus membiasakan diri untuk bisa seperti itu. Mungkin tidak instan, tapi percayalah jika kita terus tekun melakukannya, kita akan terbiasa dan menjadikan hal tersebut sebagai gaya hidup kita.
Adakah sesuatu yang membuat anda tidak lagi mengenaliNya hari ini, menghalangi pandangan anda akan kebaikan, besar kasih, kuasa dan kesetiaanNya? Itu bisa berupa permasalahan yang sepertinya tidak punya jawaban, gelisah, rasa cemas akan sesuatu, sakit yang diderita, atau mungkin pula berbagai godaan daging yang sulit kita tolak. Semua itu bisa menjadi penghalang pandangan kita kepada Tuhan.
Oleh karena itu kita harus memastikan betul bahwa fokus pandangan kita dalam memandang ke depan bebas dari segala sekat yang merintangi atau membatasinya. Agar bisa tetap melihat dan mengenal Tuhan kita harus memiliki pandangan yang bersih dari segala hambatan yang menutupi pandangan kita. Mari singkirkan semua awan kelabu, dan miliki pandangan jernih ke arah Tuhan dan kenali serta imani kembali semua janjiNya.
Hal-hal negatif bisa menghalangi pandangan untuk melihat kebaikan dan kasih Tuhan
Belajar dari Rehabeam (2)
(sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...