Monday, December 31, 2012

Merespon Teguran Dengan Positif

Ayat bacaan: Ayub 5:17
=================
"Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa."

Sadarkah anda bahwa kita manusia cenderung cepat merasa tersinggung ketika diingatkan atau ditegur? Our pride stands in the way, we feel like loosing our dignity, feeling embarrased and often hurts too soon. Terutama ketika mulai menginjak masa puber, kita mulai lekas tersinggung dan melawan ketika diingatkan orang tua, guru atau orang-orang yang lebih tua dari kita. Apalagi jika yang mengingatkan atau menegur itu lebih muda usianya, bisa repot urusannya. Tidak sedikit orang yang lari dari keluarganya ketika ditegur, menentang peraturan sekolah dan melawan guru, bekerja asal-asalan, mencari jalan untuk membalas dendam terhadap perusahaan tempat bekerja atau mengundurkan diri karena merasa sakit hati ketika mendapat teguran. Istri yang melawan suami, suami yang bandel terhadap nasihat istri, inipun merupakan hal sehari-hari yang sangat sering kita lihat. Dan seperti itulah kecenderungan manusia. People are tend to be overly sensitive. Jika terhadap mahluk sejenis saja kita sudah begitu, terhadap Tuhan pun kita menunjukkan polah dan tingkah yang sama. Kita menolak untuk ditegur, kita menuduh Tuhan jahat atau bahkan kejam ketika mendapat teguran meski yang bentuknya ringan sekalipun. Kita membangkang dengan hebat ketika bentuknya berat. Cepat marah, cepat merasa terhina, padahal belum introspeksi terlebih dahulu atas teguran yang diberikan pada kita. That's not the way at all. That's not the way it should be. Alkitab justru mengingatkan bahwa apabila kita ditegur, seharusnya kita merasa bersyukur dan berbahagia. Mengapa? Hari ini mari kita lihat alasannya.

Alkitab mencatat banyak hal mengenai teguran Tuhan ini. Intinya, teguran Tuhan bukanlah bermaksud untuk menyiksa atau melukai kita, tetapi justru sebaliknya bertujuan untuk kebaikan kita sendiri, untuk menyelamatkan kita baik dari resiko-resiko berbahaya semasa hidup terlebih untuk keselamatan. Lihatlah apa yang dikatakan Ayub berikut: "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa." (Ayub 5:17). Mengapa Ayub bisa mengatakan ini? Ia memberi penjelasan panjang lebar yang sangat lengkap mengenai keuntungan-keuntungan ketika mendapatkan teguran Tuhan. Mari kita lihat sama-sama rinciannya.

"Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula. Dari enam macam kesesakan engkau diluputkan-Nya dan dalam tujuh macam engkau tidak kena malapetaka. Pada masa kelaparan engkau dibebaskan-Nya dari maut, dan pada masa perang dari kuasa pedang. Dari cemeti lidah engkau terlindung, dan engkau tidak usah takut, bila kemusnahan datang. Kemusnahan dan kelaparan akan kautertawakan dan binatang liar tidak akan kautakuti. Karena antara engkau dan batu-batu di padang akan ada perjanjian, dan binatang liar akan berdamai dengan engkau. Engkau akan mengalami, bahwa kemahmu aman dan apabila engkau memeriksa tempat kediamanmu, engkau tidak akan kehilangan apa-apa. Engkau akan mengalami, bahwa keturunanmu menjadi banyak dan bahwa anak cucumu seperti rumput di tanah. Dalam usia tinggi engkau akan turun ke dalam kubur, seperti berkas gandum dibawa masuk pada waktunya.Sesungguhnya, semuanya itu telah kami selidiki, memang demikianlah adanya; dengarkanlah dan camkanlah itu!" (ay 18-27).

Lihatlah bahwa ada  begitu banyak kebaikan dari teguran Tuhan yang ditulis secara rinci dalam kitab Ayub. Terhindar dari malapetaka, tidak perlu takut kelaparan, ada perlindungan, keamanan, kemurahan, umur panjang dan lain-lain, semua ini bisa kita peroleh lewat teguran Tuhan. Dan jelas, teguran bukanlah dimaksudkan untuk menyakiti kita, membuat kita tersiksa atau menghalangi kesenangan kita, tetapi justru sangat berguna baik dalam hidup sekarang maupun untuk keselamatan kelak setelah fase dunia ini kita selesaikan. Ada begitu banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan, sehingga tidaklah mengherankan apabila Salomo pun menganggap teguran sebagai jalan kehidupan. "Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan." (Amsal 6:23). Jika dikatakan bahwa teguran itu sebagai jalan kehidupan, bukankah itu artinya teguran merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat bagi kita?

Penulis Ibrani kembali mengingatkan betapa pentingnya bagi kita untuk menanggapi secara benar ketika teguran Tuhan datang pada kita. Seperti halnya yang dikatakan Ayub, kali ini Penulis Ibrani pun menuliskan panjang lebar akan hal tersebut, terutama dalam menyoroti mengapa dan apa tujuan Tuhan sebenarnya dalam memberi teguran. Ia menulis: "Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya." (Ibrani 12:5).  Jangan putus asa, jangan anggap remeh, kata si Penulis. Mengapa? "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."(ay 6). Bagi anda yang sudah memiliki anak, tidakkah anda tahu bahwa terkadang teguran bahkan hukuman harus anda jatuhkan kepada anak-anak anda agar mereka tidak mengulangi kesalahan? Bukankah itu baik buat masa depan mereka, meski mungkin hati anda menangis ketika memberi hukuman itu? Tuhan pun demikian. Dia tidak ingin kita menderita dan merasa sakit, tetapi atas kesalahan kita ada kalanya kita harus ditegur dan dihukum, meski hati Tuhan pun menangis ketika melakukannya atas kita. Dibalik itu semua Tuhan punya maksud baik, karena lebih dari apapun Dia menginginkan kita selamat, menjadi ahli warisNya dan hidup bersama-sama denganNya di Surga kelak dalam kebahagaiaan kekal, dimana tidak lagi ada ratap tangis, penderitaan, kesusahan dan sejenisnya.

Kembali kepada Ibrani 12 di atas, mari kita lihat lanjutannya dimana Penulisnya menjelaskan dengan terperinci akan tujuan Tuhan menegur kita.

"Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya." (ay 7-11).

Penulis Ibrani sangatlah paham bahwa tidaklah enak rasanya ketika kita tengah mengalami ganjaran atas kesalahan kita. Teguran Tuhan bisa terasa menyakitkan. Tetapi pada akhirnya itu bertujuan untuk menghasilkan buah-buah kebenaran yang akan mampu membawa kita ke dalam arah yang benar seperti yang diinginkan Tuhan. Anggaplah kita ini anak-anak yang terkadang tidak bisa berpikir panjang untuk masa depan dan hanya terfokus pada keinginan untuk mendapat kesenangan atau kenikmatan sesaat untuk jangka pendek. Jika kita dibiarkan berada dalam keadaan seperti itu, bukankah nanti kita sendiri juga yang rugi? Tuhan merasa perlu untuk memberi teguran jika kita bersalah agar kita tidak lagi melakukannya kelak. Semua itu bisa merampas apa yang sudah dianugerahkan kepada kita lewat penebusan Kristus. Alangkah besar resikonya apabila Tuhan tidak merasa perlu untuk memperingatkan, menegur atau menghukum dan membiarkan segalanya terjadi sekehendak kita.

Apabila Tuhan masih mau bersusah payah berusaha menegur kita, bersyukurlah untuk itu. Rasanya memang tidak enak, tetapi berikanlah respon yang tepat dengan belajar dari kesalahan, menyadarinya dan bangkit kembali dengan tidak mengulangi lagi kesalahan itu, bukan dengan bersungut-sungut, merasa tersinggung, marah atau membangkang. Teguran Tuhan datang justru karena Dia mengasihi kita, memperhatikan kita dan tidak ingin satupun dari kita binasa. Tuhan bisa menegur kita lewat banyak hal. Apakah secara langsung lewat teguran lembut dalam hati, lewat orang lain, lewat Firman Tuhan yang disampaikan atau yang kita dengar hingga lewat hukuman langsung yang membuat kita menderita dalam hidup kita. Apapun itu bentuknya, semua itu bertujuan baik agar kita tidak kehilangan hak kesulungan kita sebagai ahli warisNya, dimana nanti kita berhak menerima segala kebaikan Tuhan selama-lamanya dengan status kita sebagai anak-anakNya sendiri. Kita Dia tegur karena Dia ingin kita selamat. Ketika kita harus mengalami teguran, sikapilah dengan benar. Bersyukurlah dan belajarlah dari kesalahan itu. Ijinkan Tuhan untuk terus menuntun kita menuju apa yang sudah Dia rencanakan bagi kita.Memasuki tahun yang baru yang tinggal sebentar lagi, mari kita ubah mind set atau pola pikir kita dalam menerima teguran.

Teguran Tuhan bukanlah bermaksud untuk menyiksa, tetapi untuk menyelamatkan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, December 30, 2012

Kuasa Untuk Menikmati

Ayat bacaan: Pengkhotbah 6:1-2
=========================
"Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit."

Pernahkah anda melihat orang-orang yang lebih dari cukup secara finansial tetapi kelihatannya sangat sulit untuk bahagia? Saya sering bertemu dengan orang-orang seperti itu. Seorang teman saya pernah berkata, "seandainya saya memiliki uang sebanyak mereka, mungkin saya sudah senang-senang sekarang, tidak perlu repot bekerja dan pusing memikirkan biaya hidup keluarga dan kebutuhan anak-anak." Kita mungkin sering berpikir seperti itu. Kenyataannya, mereka yang punya harta berlimpah pun tidak serta merta hidup bahagia. Harta tidak pernah menjamin kebahagiaan. Ya, kita tentu butuh uang untuk bisa hidup, tetapi hidup tidaklah pernah tergantung oleh sedikit banyaknya uang. Mungkin anda akan seperti saya yang sampai kepada pertanyaan, bagaimana mungkin orang yang kaya bisa tidak bahagia? Dan ternyata Alkitab sudah memberi jawaban atas pertanyaan itu, karena kuasa untuk menikmati apa yang kita punya, itu berasal dari Tuhan juga.

Dunia akan terus menggiring kita untuk berpikir bahwa harta kekayaan pasti akan membuat kita bahagia dan hidup tenang. Iklan-iklan akan selalu berusaha membuat kita percaya bahwa dengan memiliki produk mereka maka kita akan sempurna. Manusia terus berusaha menjadi kaya namun melupakan satu hal yang teramat sangat penting, bahwa kuasa menikmati pun sangatlah kita perlukan. Ini bahkan lebih penting daripada terus mencari uang, karena jika ini tidak kita miliki maka kita tidak akan bisa menikmati berkat-berkat dalam hidup kita, tak peduli seberapa berlimpahnya harta itu ada pada kita. Itulah sebabnya ada orang-orang yang sangat kaya raya tetapi hidupnya tidak bahagia, itu karena mereka tidak memperoleh kuasa untuk menikmatinya. Sebaliknya ada orang-orang yang pendapatannya biasa-biasa saja, hanya secukupnya dari hari ke hari, tetapi mereka masih bisa bersyukur dan merasakan kebahagiaan yang indah bersama keluarganya. Jadi jelas, kita butuh kuasa untuk menikmati. Dan sekali lagi, semua itu berasal dari Tuhan.

Ayat yang menyatakan hal ini justru berasal dari Salomo, orang terkaya yang pernah berjalan di muka bumi ini. Katanya: "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkhotbah 6:1-2). Jika kita heran bagaimana banyak orang yang sungguh kaya raya, tapi tidak bisa menikmati kekayaannya, maka itu terjawab pada ayat bacaan hari ini. Ternyata kemampuan untuk menikmati kekayaan pun merupakan karunia Tuhan juga. Ketika motivasi kita beralih dari mengasihi Tuhan dan membagi berkat buat sesama yang membutuhkan kepada menimbun harta sebanyak-banyaknya tanpa pernah merasa cukup, ketika kita mulai mengorbankan waktu kita bersama Allah dan mulai fokus mencari uang sebanyak-banyaknya, pada saat itu pula kita mulai meninggalkan Tuhan. Semakin jauh hal itu terjadi, semakin jauh pula karunia-karunia pergi meninggalkan kita, termasuk didalamnya karunia untuk menikmati apa yang telah kita miliki. Padahal karunia menikmati adalah hal paling mendasar yang dapat membuat kita merasa bahagia. Di saat itulah kita akan merasa bahwa apa yang kita kumpulkan ternyata sia-sia adanya tanpa kehadiran karunia untuk menikmati. Betapa malangnya, betapa menyedihkan, how unfortunate, how pity. Itulah yang disorot oleh Pengkotbah dan ia pun mengingatkan kita agar jangan terjatuh dalam lubang yang sama.

Mari kita lihat ayat selanjutnya. "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (Pengkotbah 5:19). Kekayaan, harta benda atau berkat-berkat jasmani itu merupakan karunia Allah yang patut disyukuri, demikian pula kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bagian kita dan bisa bersukacita menikmati hasil jerih payah tersebut, itu pun merupakan karunia Allah pula. Ayat ini pun berbicara jelas akan kuasa untuk menikmati sebagai karunia dari Tuhan yang
tidak boleh kita abaikan atau lupakan. Jika Pengkotbah mengangkat pesan ini beberapa kali tentulah hal ini sangat penting. Apa yang dituliskan Pengkotbah ini adalah hasil pengalaman atau kesaksiannya sendiri yang ia tulis dari sebuah perenungan panjang. Kita hendaknya bisa belajar dari apa yang telah ia alami dan tuliskan, karena sang Pengkotbah pun menuliskan itu agar menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk tidak melupakan bahwa ada yang namanya kuasa untuk menikmati yang berasal dari Allah. Inilah yang memampukan kita untuk bisa menikmati setiap hasil jerih payah kita dengan bersukacita. Dan itu tidak tergantung dari besaran harta yang kita miliki, melainkan dari sejauh mana kedekatan, kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan, Sang Pemberi baik berkat berbentuk fisik, kesehatan maupun sebuah kesempatan bagi kita untuk menikmati berkat-berkatNya.

Tuhan sanggup menyediakan segalanya buat kita, dan semua itu diberikan kepada orang yang sungguh-sungguh mengasihiNya. "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Tetapi apalah gunanya itu semua jika tidak disertai dengan karunia untuk bisa menikmatinya? Tidak ada gunanya bagi kita untuk terus fokus hanya kepada mencari harta tanpa memikirkan pentingnya sebuah karunia untuk menikmati. Semua akan sia-sia saja tanpa itu. Karena itu, hendaklah kita bijaksana untuk hidup dalam ketaatan penuh kepada Tuhan, mengasihiNya sepenuh hati, memiliki hidup yang berakar di dalam Tuhan. Membuang hubungan dengan Tuhan tidak saja menghalangi berkat Tuhan tercurah buat kita, tapi juga membuat kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh karunia untuk menikmati. Jangan sampai terlambat, mari kita periksa diri kita masing-masing. Apakah kita telah mengucap syukur dan puas terhadap segala sesuatu yang telah kita miliki? Apakah kita masih saja selalu merasa kekurangan? Apakah kita saat ini bisa menikmati hasil kerja kita atau semua itu masih saja tidak membuat kita bahagia? Jika ini yang terjadi, sekarang waktunya untuk kembali berpaling kepada Tuhan yang selalu merindukan kita. Mintalah hikmat dari Tuhan agar kita bisa memandang segala sesuatu dengan bijaksana. Banyak atau sedikit tidak masalah, yang penting kita bisa bersukacita dan bersyukur dalam menikmati setiap berkat yang dikaruniakan Tuhan kepada kita.

Kuasa untuk menikmati merupakan karunia Allah yang memungkinkan kita untuk bersukacita atas berkatNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, December 29, 2012

Susah Tidur

Ayat bacaan: Mazmur 3:6
====================
"Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!"

"Ganti tahun, nasib tetap sama." Demikian kata seorang tukang ojek yang sering mangkal di dekat rumah saya. Bagi banyak orang sepertinya itu menjadi sebuah hal yang lazim. Mereka lelah menanti perubahan nasib ke arah yang lebih baik dan berhenti berharap untuk itu. Tidur tidak pernah menjadi lebih nyaman, malah yang ada kita semakin sulit tidur. Gelisah, cemas atau bahkan takut menanti seburuk apa tahun yang akan datang. Tidur adalah sesuatu yang mudah dan gratis, begitu kata ayah saya pada suatu kali. Apakah ia merupakan orang yang senang-senang saja tanpa masalah? Tidak juga. Sama seperti kita, ia pun berhadapan dengan berbagai masa naik dan turun. Tetapi ternyata itu tidak pernah mengganggu waktu tidurnya. Di usianya yang sudah lanjut, ia masih sangat bugar dan aktif.

Mungkin seperti itu bagi orang-orang seperti ayah saya, tapi sama sekali tidak demikian bagi orang yang gampang cemas dan mengalami kesulitan menutup mata. Bagi mereka yang seperti ini, tidur bisa jadi menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan dan mahal harganya. Hidup di dunia yang semakin lama semakin sulit akan membuat hal-hal yang bisa mengganggu kedamaian kita bertambah banyak pula. Berbagai masalah, konflik, situasi sulit bisa menimbulkan stres dan depresi, dan hal-hal seperti itu tentu bisa mengganggu bahkan merampas damai sejahtera maupun sukacita dari diri kita. Akibatnya jangankan bisa nyenyak, untuk bisa memejamkan mata saja sudah sulit. Ada yang bahkan memerlukan obat terlebih dahulu agar bisa tidur setidaknya sebentar. Ternyata, tidur nyenyak atau tidak bukan tergantung dari ada tidaknya masalah melainkan akan sangat tergantung dari kondisi hati kita. Ketenangan, kedamaian, sukacita, itu semua akan membuat kita bisa tidur dengan nyaman. Sebaliknya ketika membiarkan semua itu dirampas oleh masalah-masalah yang kita alami, maka kita pun tidak akan pernah bisa menikmati tidur yang berkualitas lagi.

Daud pernah mengalami masa-masa sulit ketika Absalom, puteranya sendiri melakukan makar untuk menggulingkan dirinya dari tampuk kepemimpinan. Kisah ini bisa kita baca dalam kitab 2 Samuel 15. Pemberontakan Absalom begitu parah hingga membuat Daud harus melarikan diri dari Yerusalem untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang buruk. Bayangkan bagaimana rasanya dikudeta, apalagi oleh anak sendiri. Tentu situasi itu berat untuk dialami. Bagaimana reaksi Daud menghadapi itu? Mazmur 3 mencatatnya dengan lengkap. Mari kita lihat bagian dari Mazmur ini.

Perikop yang bertajuk "Nyanyian pagi dalam menghadapi musuh" dimulai dari seruan Daud akan banyaknya musuh yang bangkit menyerangnya. (ay 2). Bahkan mereka begitu merasa di atas angin sehingga dengan sombong berkata "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." (ay 3). Habislah riwayat Daud kali ini, begitu pikir mereka. Tapi Daud tidak terpengaruh. Ia berkata "Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku." (ay 4). Dalam keadaan berat seperti itu, Daud masih bisa mendengar jawaban Tuhan. (ay 4). Oleh sebab itulah Daud bisa tetap tenang, bahkan ia bisa tetap tidur dengan tentram. "Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!" (ay 6). Daud tetap bisa beristirahat dengan tenang karena ia tahu pasti bahwa Tuhan ada bersamanya dan akan tetap menopangnya. Dan itulah kunci dari ketenangan kita. Damai sejahtera dan sukacita sejati itu sesungguhnya berasal dari Tuhan dan tidak tergantung dari kondisi di sekitar kita dan apa yang tengah kita alami. seperti apa yang sudah dibagikan dalam renungan kemarin, kita harus terus meneguhkan hati kita dan tetap mempercayakan segalanya ke dalam tangan Tuhan untuk bisa menerimanya. "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya." (Yesaya 26:3).

Masalah bisa sangat besar, bahkan diatas kekuatan kita. Tetapi bisakah kita tetap yakin bahwa Tuhan lebih besar dari masalah apapun itu? Daud tahu pasti tentang itu. Berkali-kali dalam kesesakan dan himpitan masalah ia tahu harus berseru kepada siapa untuk mendapatkan ketenangan. Baginya, Allah adalah gunung batu yang teguh, dimana ia bisa bersandar dengan aman. "Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah." (Mazmur 62:8). Hal yang sama pun berlaku bagi kita. Damai sukacita sejati tidaklah terletak pada ada tidaknya masalah, tetapi bagaimana sikap kita dalam memandang sebuah masalah. Kalau kita percaya masalah itu lebih besar dari Tuhan, maka jangan heran apabila kita akan terus menerus tenggelam dalam stres dan depresi sehingga tidur pun menjadi sesuatu yang langka bagi kita. Sebaliknya, jika iman anda berkata bahwa Tuhan itu lebih besar dari masalah seberat apapun, anda akan bisa melewati rintangan badai apapun dalam keadaan tenang dalam damai sejahtera dan sukacita sejati dari Tuhan. Memasuki Tahun yang baru yang tinggal sebentar lagi, mari kita perkuat iman kita. Masalah mungkin akan tetap ada, tetapi bersama Tuhan tidak ada yang perlu kita cemaskan.

Sleep tight, sweet dream, because God is far greater than any problems

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, December 28, 2012

Berbagi Kasih di Masa Natal

Ayat bacaan: Roma 5:8
==================
"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."

"Love can make the world go round" demikian kata peribahasa yang populer yang beberapa kali diadopsi untuk menjadi judul serta tema lagu oleh banyak artis. Jika kita menilik lirik lagu-lagu sejak dulu, setidaknya 70-80% isinya akan berbicara tentang cinta dalam berbagai aspek. Betapa langkanya menemukan sebuah film tanpa kisah cinta sama sekali di dalamnya. Saya tidak tahu bagaimana hidup jadinya jika harus dilalui tanpa cinta. Cinta bisa membuat kita tenang. Cinta membuat kita kuat. Cinta membuat kita mampu bertahan. Cinta bisa membuat kita menangis, cinta bisa membuat kita tertawa riang. Tapi meski menangis, tidak satupun orang yang suka hidup tanpa rasa cinta. Cinta, atau kasih sulit diartikan secara ilmiah. It's like a chemical reaction, kata seorang filsuf pada suatu kali untuk menggambarkan sulitnya menerjemahkan asal muasal cinta dan apa yang terjadi ketika rasa cinta atau kasih itu mulai mengenai seseorang. Hari Natal yang baru kita lewati adalah sebuah kisah cinta juga, yang justru begitu besarnya berasal dari Sang Pencipta kepada kita semua ciptaanNya.

Sebuah kisah cinta dari Tuhan. Wow..that would simply be the greatest story ever told. Hari Natal adalah hari dimana kita merayakan kelahiran Kristus turun ke dunia. KedatanganNya membawa misi yang luar biasa, yaitu menyelamatkan umat manusia dari kebinasaan, memindahkan kita dari kematian untuk masuk ke dalam kehidupan kekal, ke dalam keselamatan. Misi yang benar-benar mencengangkan, dan membuat saya berpikir apa yang membuat kita layak untuk menerima anugerah yang begitu besar. Apakah kita begitu luar biasa baiknya sehingga Allah berhutang budi kepada kita? Apakah kita begitu berkuasa sehingga Allah segan kepada kita? Tentu saja tidak. Yang terjadi justru sebaliknya, kita terus saja menyakiti dan mengecewakanNya dengan perbuatan-perbuatan kita yang seringkali tidak sedikitpun menghargai Pencipta kita. Tetapi lihatlah apa yang terjadi. Dalam keadaan kita masih penuh dosa, Tuhan ternyata memutuskan untuk tidak tinggal diam membiarkan kita binasa melainkan berbuat sesuatu yang luar biasa besar demi kita. Tidak tanggung-tanggung, AnakNya pun diberikan kepada kita untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, memikul seluruh dosa dan pelanggaran kita dan menebus semua itu dengan lunas. Firman Tuhan secara jelas menyatakan "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Kekuatan apa yang mampu menggerakkan Allah untuk mengambil keputusan yang sangat mencengangkan ini? Jawabannya adalah KASIH. Adalah kekuatan kasih yang sanggup menggerakkan hati Tuhan untuk menganugerahkan kita semua, yang seharusnya tidak layak, dengan keselamatan. Itu kekuatan cinta kasih yang luar biasa besar yang ternyata bahkan mampu menggerakkan Tuhan untuk melakukan semua itu.

Mari kita renungkan baik-baik ayat emas berikut ini: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Tuhan mengaruniakan AnakNya yang tunggal, agar kita yang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Mengapa? Karena kasih Allah yang begitu besar kepada kita. Begitu besarnya kekuatan kasih atau cinta ini sehingga mampu menggerakkan hati Tuhan. Tidak ada kekuatan apapun lagi yang mampu menandinginya. Paulus mengingatkan kita bahwa ada tiga hal yang tetap harus kita lakukan. "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1 Korintus 13:13). Diantara ketiganya, kasih adalah yang terbesar.

Jika Tuhan saja mau bersikap pro-aktif di saat kita masih berdosa, dan itu jelas karena kekuatan kasih yang memang sulit kita analisa secara ilmiah, tidakkah seharusnya kita pun bisa bersikap demikian, mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh seperti halnya kasih Tuhan kepada kita, dan menyatakan kasih pula kepada sesama kita? Tidakkah seharusnya kita tidak menutup mata melihat orang-orang yang masih berada dalam penderitaan, mereka yang butuh pertolongan, bahkan yang masih terikat dalam dosa? Betapa pentingnya hal ini kita camkan, karena alangkah percuma kita mengaku orang Kristen yang berarti pengikut Kristus apabila kita sama sekali tidak memiliki kasih dalam diri kita.

Yohanes berkata "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Jika kita sanggup merayakan Natal dengan pesta, maukah kita memberikan sebagian dari itu untuk berbagi kasih dengan sesama yang tidak seberuntung kita? Sebenarnya, apabila kita menyadari betapa besarnya kasih Allah kepada kita sehingga Dia rela menyerahkan AnakNya sendiri demi keselamatan kita, ada satu hal yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan hatiNya. Yesus sudah mengatakan hal ini: "Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:45). Itu salah satu cara bagi kita untuk sedikit membalas kebaikan dan kasih Tuhan. Menjaga diri agar tetap kudus, tetap berjalan dengan mematuhi firmanNya, membiarkan Tuhan bertahta atas segala sesuatu yang kita perbuat, itulah hal-hal lainnya yang menunjukkan seberapa besar kita menghargai besarnya kasih Tuhan kepada kita.

Tentu saja sah-sah saja merayakan momen istimewa ini bersama keluarga maupun teman-teman. Tetapi maukah kita mulai berbuat sesuatu dengan memikirkan orang lain atas dasar kasih? Maukah kita belajar untuk berempati dan mengasihi orang lain lebih lagi dan bergerak untuk melakukan sesuatu bagi mereka? Hari Natal ada karena kasih yang begitu besar dari Tuhan kepada kita, dan sudah seharusnya kasih Allah ini bisa menjangkau lebih banyak orang lagi. Let's make them all feel the Heavenly love through us. Let's give love on Christmas time.

Extend God's love to others in Christmas

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, December 27, 2012

Terang Dunia

Ayat bacaan: Yohanes 8:12
=====================
"Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."

Baru sehari kita melewati peringatan hari kelahiran Sang Juru Selamat. Mungkin hari ini sudah ada yang kembali bekerja, ada juga yang masih berlibur hingga memasuki tahun baru 2013 yang sebentar lagi akan tiba. Apakah anda masih berlibur atau sudah kembali aktif bekerja, saya ingin mengajak teman-teman untuk merenungkan sebuah hal yang sangat penting. Masihkah anda merasakan terang Kristus? Adalah penting bagi kita untuk memeriksa diri kita sendiri, apakah terangNya masih menyinari kita atau kita sudah kembali berada dalam kegelapan hanya beberapa saat setelah kita memperingati hari kelahiranNya ke dunia.

Mari kita lihat apa yang terjadi di Betlehem lebih dari dua ribu tahun yang lalu ketika Yesus lahir di dalam palungan. Itu adalah sebuah malam yang teramat sangat bersejarah dan sangat penting artinya bagi kehidupan manusia sampai kapanpun selama eksistensi manusia di muka bumi ini masih ada. Itu adalah malam dari segala malam, malam yang paling besar dan paling berarti dalam sejarah. Itu adalah sebuah malam yang membawa terang. Kelahiran Kristus ke dunia akan mengalahkan kegelapan sampai kapanpun, sebuah malam dimana siapapun yang duduk dalam kegelapan akan melihat sebuah cahaya terang yang sempurna yang langsung berasal dari tahta Bapa di surga. Sebuah malam dimana Tuhan rela memberikan AnakNya turun ke dunia sebagai "Terang Dunia."

Kita semua tentu menyadari bagaimana kegelapan dari dunia ini bisa menyelubungi kita dan membuat kita takluk di dalamnya. Semakin lama semakin terperosok ke dalam dan semuanya akan semakin gelap. Pada suatu ketika kita akan terbiasa dalam gelap dan terputus total dari terang. Tapi ingatlah bahwa kedatangan Kristus ke muka bumi ini sebagai Terang Dunia yang mampu membawa kita keluar dari kegelapan itu untuk senantiasa berjalan dalam cahaya terangNya. "Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Cobalah masuk ke dalam sebuah ruangan yang sangat pekat gelapnya, lalu nyalakan sebuah lilin kecil. Lilin kecil itu akan segera menyinari kegelapan disekitarnya dan tidak ada gelap yang sanggup menggulung sinar kecil dari lilin itu. Gelap tidak akan mampu berbuat apa-apa jika ada setitik saja cahaya terang menerobosnya. Begitu juga kehidupan kita. Tidak ada satu kegelapanpun yang mampu menguasai kita jika kita memiliki Kristus, Sang Terang Dunia dalam dalam diri kita.

Petrus mengingatkan kepada kita, para orang percaya bahwa sesungguhnya merupakan bangsa yang terpilih, imamat yang rajani alias the royal priesthood, dan kita semuanya sebenarnya sudah dipanggil keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangnya yang ajaib. Ayat itu berbunyi demikian: "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." (1 Petrus 2:9). Seperti itulah hakekatnya diri kita. Seharusnya tidak ada gelap yang bisa menaungi kita, tetapi kita seringkali tidak menyadari bahwa terang Kristus itu ada pada kita. Sama seperti kita memasukkan lampu ke dalam sebuah kotak dan menutupnya, maka sinar terang itu tidak akan pernah bisa berfungsi menggantikan kegelapan.

Yesus juga berkata "Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan." (Yohanes 12:46). Kita harus menyadari dan mensyukuri hal itu. Kita punya Tuhan yang luar biasa yang selalu siap untuk menarik kita keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangNya yang ajaib. Sebuah terang yang kapan saja bisa menyingkirkan gelap jika saja kita mengizinkan hal itu terjadi. Di saat seperti itulah kita akan bisa berkata seperti Daud, "Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang." (Mazmur 139:12).

Kemarin kita memperingati datangnya Kristus ke dunia ini membawa terangNya yang ajaib. Terang itu siap terus menyinari kita, memindahkan kita dari kegelapan untuk berjalan dalam terang Tuhan. Sadarilah hal ini dan berhentilah untuk membiarkan kita terus terperangkap dalam gelap. Mulai saat ini, pastikan bahwa Terang Kristus senantiasa ada bersama kita, menyertai dan membimbing kita sepanjang waktu. Kiranya terang Kristus selalu bersinar dalam hidup teman-teman kita semua.

Tidak ada kegelapan yang mampu mengalahkan terang

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, December 26, 2012

White Christmas

Ayat bacaan: Mazmur 51:9
====================
"Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!"

Keindahan Natal seringkali dikaitkan dengan salju yang putih. Salah satunya bisa kita lihat dalam sebuah lagu Natal yang tidak asing lagi berjudul White Christmas, yang menjadi populer ketika dibawakan oleh Bing Crosby dalam film "Holiday Inn" pada tahun 1942. Lagu ini kemudian menjadi lagu legendaris dan lagu natal wajib terlebih setelah tampil dalam film berjudul sama di tahun 1954. Kartu-kartu Natal pun banyak yang menggambarkan keindahan pohon atau rumah yang ditutupi putihnya salju. Kita yang tinggal di Indonesia dan Asia Tenggara tidak memiliki musim salju seperti halnya Eropa dan beberapa belahan bumi lainnya. Tapi itu tidak membuat kita menghilangkan momen indah salju yang putih dalam menyambut Natal. Hiasan pohon Natal kerap ditambahkan kapas untuk menciptakan kesan salju memenuhi hiasan pohon natal mereka. Selain dari keindahan yang tercipta lewat turunnya salju, warna putih yang menjadi warna salju pun sering dijadikan sebuah lambang akan sesuatu yang bersih bahkan kesucian.

Malam ini saya ingat akan kisah Daud. Daud dikenal sebagai pribadi yang sangat dekat dan mengenal hati Tuhan. Tapi pada suatu ketika ia terperosok begitu jauh ke dalam dosa dengan melakukan serangkaian perbuatan yang tercela. Ia berzinah dengan Batsyeba, lalu berbohong dan kemudian membunuh Uria, suami sah dari Batsyeba. Serangkaian perbuatan  yang dibuat Daud secara beruntun ini sontak merubahnya menjadi sosok yang begitu kejam dan tidak sadar akan perbuatannya yang dikuasai hawa nafsu. Ia dikuasai dosa. Dan Alkitab mengatakan, apa yang Daud lakukan dianggap sebagai perbuatan jahat di mata Tuhan. (2 Samuel 11:27). Maka Tuhan pun mengutus Nabi Natan untuk datang kepada Daud dan memperingatkannya. Ketika dihadapkan kepada pelanggaran-pelanggarannya, untunglah Daud tidak berkelit untuk membela diri. Daud dengan jantan mengakui bahwa ia berdosa kepada Tuhan. "Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada Tuhan." (2 Samuel 12:13a). Apa jawaban Natan? "Dan Natan berkata kepada Daud: "Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati." (ay 13b). Meskipun tetap ada konsekuensi atas dosa yang telah Daud lakukan seperti yang kita ketahui lewat kisah hidup Daud setelah kejadian itu, tapi Tuhan memberi jaminan pengampunan kepadanya ketika ia menyadari dan mengakui kesalahannya.

Dari sana, Mazmur 51 pun kemudian ditulis. Dalam Mazmur 51 Daud menuliskan rangkaian syair nyanyian yang sangat mendalam berisi pengakuan dosa, pertobatan dan permohonannya atas pengampunan Allah. Salah satu bagian syair ini berkata: "Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!" (Mazmur 51:9). Daud menyadari bahwa Tuhan mampu mentahirkan dirinya dan membasuhnya agar bersih dari dosa-dosa dan pelanggaran yang ia perbuat, dan menjadikannya kembali putih, bahkan lebih putih dari salju. Untuk memperoleh pengampunan dan kembali memutihkan dosa-dosa kita, kita harus membasuh diri kita dengan jalan mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan, segera bertobat dan memohon pengampunan turun atas diri kita. "Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku.." (Yesaya 1:17) Dan jika kita melakukan ini, firman Tuhan berkata demikian: "..Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (ay 18).

Hari Natal adalah momen dimana kita memperingati kelahiran Yesus Kristus ke dunia sebagai bentuk anugerah terbesar dari Bapa untuk menebus dosa-dosa kita dan membawa kita keluar dari kematian untuk masuk kepada kehidupan kekal. Mari kita menguduskan diri, mengakui segala dosa kita, dan mintalah agar Tuhan mengampuni serta membersihkan hati kita. Tuhan selalu siap untuk memberi pengampunan, bahkan memulihkan sukacita ketika kita berbalik dari jalan-jalan yang jahat dan kembali kepada jalanNya. Tuhan akan memutihkan dosa yang sangat merah sekalipun untuk menjadi seputih salju. Salju yang putih bersih memang sangat indah dalam menyambut Natal, tetapi ingatlah bahwa bukan salju asli yang penting dalam momen ini melainkan kekudusan kita yang seputih salju, itulah yang penting. So, let's have a White Christmas. Selamat Hari Natal buat teman-teman dimanapun anda berada, Tuhan Yesus memberkati anda.

Jadilah tahir seputih salju untuk merayakan kelahiran Kristus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, December 25, 2012

Kesukaan Besar Bagi Semua

Ayat bacaan: Lukas 2:10
=======================
"Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa"

Kakek dan nenek cenderung memanjakan cucu mereka dengan penuh kasih. Tidaklah heran kunjungan kakek dan nenek ke rumah mereka biasanya akan mereka sambut dengan kegembiraan penuh sukacita. Anak teman saya yang masih berumur 5 tahun suatu kali pernah bercerita kepada saya dengan raut wajah sangat gembira akan kedatangan kakek dan neneknya menginap selama dua minggu di rumah. "Kakek membawa banyak oleh-oleh untuk saya.. dan selama dua minggu saya selalu dibela kalau dimarahin mama", katanya polos. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa selama dua minggu ia seolah punya orang yang menurut untuk diajak main apa saja yang ia mau, berbeda dengan kedua orang tuanya yang biasanya terlalu sibuk untuk meluangkan waktu sebanyak itu bersamanya. Di hari Natal banyak keluarga yang berkumpul merayakan bersama-sama. Sukacita begitu terasa. Jika kehadiran kakek dan nenek saja sudah membuat hidup seorang anak kecil bisa menjadi lebih bahagia, apalagi kehadiran Sang Juru Selamat ke dunia ini. Dan itulah yang menjadi inti dari apa yang kita rayakan saat ini.

Sekarang coba bayangkan jika kita saat ini terkurung, tidak bisa keluar dari sebuah ruangan penjara yang gelap dan pengap, tanpa kepastian kapan kita bisa menghirup kebebasan. Tidak ada jaminan keselamatan, kita mugkin mulai berpikir akan berakhir pula di tempat seperti itu. Tapi tiba-tiba pintu terbuka, cahaya terang menyeruak masuk membawa Sosok yang akan membebaskan kita. Bagaimana rasanya? Tentu perasaan bahagia, lega, gembira dan penuh sukacita akan segera mengisi hati kita. Demikianlah manusia pada dasarnya begitu mudah terjerat dan terikat, terkurung dalam selubung dosa. Seringkali dosa-dosa begitu erat mengikat kita sehingga kita tidak lagi mampu untuk melepaskan diri darinya. Ada banyak orang yang terbelenggu oleh perbuatan di masa lalu mereka sehingga mereka tidak pernah bisa melangkah maju menatap ke depan. Ada yang sudah begitu terbiasa dalam kegelapan sehingga tidak lagi percaya ketika melihat sinar terang.

Dengar ini: Tuhan tahu pergumulan kita. Tuhan tahu persis apa yang kita alami dan rasakan. Dan luar biasanya, Dia tidak hanya sekedar tahu, tapi Dia juga peduli dan mengasihi kita semua dengan begitu besar. Jurang menganga di depan kita yang akan menelan kita ke dalam kematian yang menyakitkan untuk selamanya. Tapi Tuhan tidak membiarkan itu terjadi. Dia sayang kepada kita semua, kepada anda dan saya. Dia ingin tidak satupun dari kita untuk binasa. Yesus pun lahir ke dunia, buat setiap umat manusia.

Mari kita lihat pengalaman sekawanan gembala yang tengah menggembalakan ternak di padang rumput pada malam kelahiran Yesus yang tertulis dalam Lukas 2:8-20. Ketika mereka tengah menjaga ternak di malam hari, "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan." (ay 9). Malaikat itu pun kemudian menyapa dan menyampaikan sebuah berita besar. "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa.Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." (ay 11). Sang Penebus, Sang Juru Selamat, Kristus Tuhan telah lahir! Malaikat lantas memberitahukan tanda kepada mereka. Dan tiba-tiba pada saat itu mereka melihat "bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah." (ay 13) Sungguh pengalaman yang sangat hebat. Kemudian mereka segera bergegas ke Betlehem untuk melihat langsung apa yang disampaikan Tuhan kepada mereka melalui perantaraan malaikat tadi. Mereka pun menjumpai Maria, Yusuf dan Bayi Yesus yang tengah terbaring di dalam palungan. (ay 16). Mereka segera menyampaikan apa yang mereka alami sebelumnya. Dan setelah itu, "Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka." (ay 20). Saya membayangkan sorak sorai penuh semangat, perasaan sukacita yang melimpah memenuhi diri mereka sepanjang jalan. Apa yang mereka alami, apa yang disampaikan Tuhan, apa yang dianugerahkan Tuhan di malam itu sungguh merupakan kesukaan besar. Bukan hanya bagi sekumpulan gembala, tapi terlebih untuk seluruh bangsa. Termasuk buat anda dan saya hari ini.

Kedatangan malaikat di depan para gembala sering dipakai untuk menggambarkan pesan kepada para gembala atau hamba Tuhan. Tapi bagi saya ini sebuah pesan yang sangat penting dari Tuhan buat semua kita yang percaya kepadaNya. Lihatlah serangkaian percakapan antara Yesus dan Simon Petrus pada Yohanes 21:15-19. Yesus tiga kali bertanya, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Tiga kali pula Petrus menjawab "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Lalu Yesus membalas jawaban Petrus tiga kali pula dengan kalimat yang sama. "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kepada setiap orang yang mengasihi Kristus telah diberikan tanggungjawab yang sama. Jika kita mengasihi Kristus, kita harus pula menggembalakan domba-dombaNya. Oleh sebab itulah pesan malaikat kepada gembala-gembala dalam Lukas 2 di atas merupakan pesan yang diberikan kepada kita semua, orang percaya yang mengasihi Kristus.

Mari kita baca sekali lagi pesan tersebut. "Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa" (Lukas 2:10). Kedatangan Kristus ke dunia diawali dengan pesan ini. Lantas tepat sebelum Yesus terangkat ke surga, Dia meninggalkan pesan berupa Amanat Agung yang berbunyi: "pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." (Matius 28:19-20). Nyatalah bahwa kedatangan Kristus sungguh membawa keselamatan bukan saja kepada sekelompok orang, tapi berlaku kepada seluruh bangsa dalam semua generasi. Dan kepada kita semua telah diberikan tanggungjawab yang sama, bukan dalam bentuk keterpaksaan, tapi justru dalam suasana kesukaan besar. Kita seharusnya dengan penuh sukacita memberitahukan kabar gembira ini kepada semua orang. Penyelamat telah lahir, Dia telah menebus semuanya dengan lunas, dan lewat Dia kita diberikan jalan untuk menuju keselamatan yang kekal. Tidakkah itu merupakan kabar gembira yang sanggup membuat kita semua bersorak sorai? Bukan hanya bagi kita, tapi kepada mereka yang belum mendengarnya pula, agar mereka pun bisa turut bersorak sorai dalam jaminan keselamatan lewat karya penebusan Kristus ke dunia.

Sekali lagi, pesan ini hadir buat semua kita dan berlaku untuk seluruh bangsa. Siapapun berhak dan layak menerimanya, tidak peduli dari latar belakang atau golongan mana kita berasal. Dalam Kristus kita semua merupakan ciptaan baru (2 Korintus 5:17) yang sudah dilayakkan untuk menerima hak waris dalam KerajaanNya. Tidak ada perbedaan dalam bentuk atau status apapun. semua mendapat kabar sukacita yang sama. Paulus mengatakan itu seperti ini: "Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya" (Roma 10:12). Atau lihatlah ini: "dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu." (Kolose 3:11).

Di hari Natal tahun ini, jika anda tengah mengalami situasi yang tidak   "Do not be afraid; for behold, I bring you good news of a great joy which will come to all the people." Juru Selamat telah lahir. Kita tidak perlu takut lagi, "sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Jika kita sudah mengimaninya, mari kita beritahukan pula kabar kesukaan besar ini kepada sesama kita yang belum mendengarnya, dan mari kita bersama-sama bersorak memuliakan Allah yang begitu peduli, begitu mengasihi kita.Selamat Hari Natal, semoga damai dan kasih Kristus senantiasa menyertai anda.

Keselamatan merupakan anugerah Allah bagi seluruh bangsa yang diberikan lewat Kristus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, December 24, 2012

Dahsyat dan Ajaib

Ayat bacaan: Mazmur 139:14
====================
"Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya."

Apa yang anda lihat saat bercermin? Selain orang bercermin untuk mematut diri atau berdandan sebelum keluar rumah, ternyata ada banyak orang yang akan langsung melihat segala kekurangan mereka. Ada seorang teman yang selalu menghindari cermin yang ia rasa seolah menunjukkan kekurangannya secara fisik. Ironisnya, iklan di televisi pun seringkali secara sadar atau tidak dengan tega mengekspos hal-hal seperti ini. Ambil contoh sebuah iklan pelangsing yang pernah ada menunjukkan seorang wanita sibuk menyilang-nyilang bagian tubuhnya yang dianggap masih kurang ideal dengan spidol. Betapa mudahnya kita terpancing untuk melihat kekurangan-kekurangan atas diri kita, sebaliknya sulit sekali melihat sisi kelebihan yang sebenarnya ada pada diri kita seperti halnya pada setiap orang. Wajah kurang cantik bagi wanita atau tampan bagi pria, tubuh kurang langsing, kurang tinggi, kurang berotot, hidung kurang mancung, kulit kurang putih dan sebagainya, semua itu akan sangat mudah menjadi titik fokus kita ketika bercermin ketimbang memperhatikan dengan seksama betapa luar biasanya Tuhan dalam menciptakan kita dan bersyukur akan semua anugerahNya itu.

Apa yang sedang Daud lakukan ketika ia menuliskan bagian Mazmur pada ayat bacaan hari ini? Apakah ia sedang bercermin atau sedang merenung saja, entahlah. Tapi yang pasti ia sampai pada sebuah kesimpulan:  "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:14). Daud mengetahui dengan pasti bahwa dirinya bukanlah sebuah hasil kebetulan saja, atau diciptakan asal-asalan tanpa makna. Daud tahu bahwa ia ada untuk satu tujuan, dan jiwanya menyadari bahwa Tuhan telah menyiapkan segalanya dengan cara yang dahsyat dan ajaib. Dia tahu pasti dirinya adalah hasil mahakarya Tuhan yang indah. Daud tidak berbicara mengenai ketampanan atau kesempurnaan secara fisik, tetapi ia melihat dirinya sebagai sebuah kesatuan yang utuh, dan ia pun mengucapkan rasa syukurnya secara penuh kepada Tuhan atas anugerah yang ia terima tersebut.

Keindahan ayat dalam Mazmur 139:14 ini. Tidakkah rasanya sangat melegakan jika kita bisa menyadari bahwa kita bukanlah hasil dari sebuah kesalahan, was not made as a mistake, bukan diciptakan sebagai pecundang tanpa arah tujuan atau tanpa rencana? Kita bukanlah dibuat diciptakan seadanya dengan setengah hati, tetapi Tuhan justru mencurahkan segala yang terindah dalam menciptakan kita. Bak Seniman Agung Dia menciptakan manusia secara sangat istimewa. Tidak seperti ciptaan lainnya, kita diciptakan dengan gambar dan rupa Allah sendiri (Kejadian 1:26). Kita mendapatkan nafas hidup langsung dari hembusan Allah (2:7), tetap berada dalam telapak tangan dan ruang mataNya (Yesaya 49:16), dan sungguh semua itu memang benar-benar dahsyat dan ajaib. Bagi Daud, sulit rasanya untuk bisa memahami jalan pikiran Tuhan ketika Dia membentuk buah pinggang dan menenun kita sejak dalam kandungan. (Mazmur 139:13). Ia pun berseru: "Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!" (ay 17).

Apa yang Tuhan pikirkan ketika Dia menciptakan kita secara istimewa dan menjanjikan begitu banyak hal yang indah penuh berkat bagi kita? Apapun alasan Tuhan bisa jadi sulit untuk bisa kita pahami, tetapi setidaknya maukah kita menyadari betul bahwa kita diciptakan secara khusus sebagai ciptaanNya yang teristimewa dan berhenti hanya memandang kekurangan-kekurangan kita? Maukah kita untuk fokus kepada apa kelebihan yang ditanamkan Allah sejak semula ketika Dia menciptakan kita dan bersyukur untuk itu? Jika kita menyadari hal ini dengan baik, kita akan mampu menyadari kebaikan Tuhan dalam diri kita, dan disaat itulah kita baru bisa menggali potensi-potensi yang ada untuk kemudian dipergunakan dalam segala hal yang memuliakan Allah.

Daud mampu melihat segala yang indah dalam dirinya sebagaimana ia diciptakan Tuhan. Ia menggambarkannya sebagai sesuatu yang "dahsyat dan ajaib." Itu Daud. Bagaimana kita memandang diri kita hari ini? Yang pasti, Tuhan sangat menganggap kita istimewa. Begitu istimewanya sehingga keselamatan pun Dia berikan kepada kita atas dasar kedahsyatan kasihNya lewat Kristus. Menjelang hari Natal yang hanya tinggal dua hari lagi, marilah kita merubah cara pandang kita terhadap diri sendiri. Mengertilah bahwa siapapun anda, anda adalah ciptaanNya yang istimewa, indah, mulia dan berharga. Kita adalah karya orisinil Tuhan, Bapa yang begitu luar biasa besar kasihNya kepada kita.

We are all created special

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, December 23, 2012

Ruang Bagi Yesus (2)

 (sambungan)

Lihatlah apa tujuan Yesus untuk datang ke dunia. "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10). Semua untuk kita, sama sekali bukan untuk kesenanganNya. Yesus bukan turun ke dunia dalam rangka berlibur atau mau bersenang-senang, "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya..tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:4-5). Setelah semua itu, masih pantaskah kita menempatkanNya hanya dalam posisi-posisi kesekian, atau bahkan tidak mendapat posisi sama sekali?

Selanjutnya dalam kesempatan lain Yesus juga berkata "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Renungkanlah apa yang dikatakan Yesus dalam ayat ini. Hanya agar kita memiliki hidup yang sesungguhnya, yang tidak terbatas hanya di muka bumi ini, dan memiliki itu semua dalam segala kelimpahan. Seperti apa sesuatu yang disebut kelimpahan itu? Bayangkan sebuah gelas yang anda isi dengan air yang terus dikucurkan deras tanpa henti sehingga keluar dari wadahnya secara melimpah-limpah. Seperti itulah yang dijanjikan Tuhan lewat kehadiran Yesus.

Yesus adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan. Tidak ada apapun yang bisa menjadi alternatif lain untuk itu. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Kerinduan Yesus sangatlah jelas. Dia ingin kita semua selamat. Dia ingin tinggal diam bersama-sama dengan Allah di dalam diri kita. Bukan hanya sekedar numpang lewat, bukan menginap sementara, tetapi tinggal berdiam, menetap atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan kata "dwell" dan bukan "stay". Semua itu hanyalah dimungkinkan apabila kita benar-benar mengasihi Yesus dan menuruti firmanNya. (ay 14). Dengan menjadi milikNya kita pun dilayakkan untuk menerima janji-janji Allah seperti yang Dia janjikan kepada Abraham. Ayat berikut menyatakan dengan jelas akan hal ini: "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29).

Untuk keselamatan dan segala kebaikan untuk kita, dengan digerakkan oleh rasa kasih yang begitu besar, Yesus rela menggantikan kita di atas salib dan menebus semua itu dengan tuntas. Tidak satupun yang Dia lakukan untuk kepentinganNya. Alangkah keterlaluan apabila kita tidak menghargai sedikitpun anugerah luar biasa yang telah Dia berikan kepada kita. Mari kita renungkan lagi. Dalam segala kesibukan dan hal-hal yang harus kita lakukan, masihkah kita menempatkan Kristus pada posisi teratas atau kita masih terus mengabaikan atau menyisihkan Dia yang telah menciptakan dan begitu mengasihi kita? Mari hari ini kita membuka hati kita sepenuhnya untuk Kristus. Katakanlah kepadaNya bahwa selalu ada ruang yang luas untukNya di dalam hati kita, dan undang Dia untuk hadir dan tinggal menetap disana.

Berikan ruang bagi Yesus untuk tinggal diam di dalam diri kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, December 22, 2012

Ruang Bagi Yesus (1)

Ayat bacaan: Lukas 2:7
=================
"dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."

Ada-ada saja permintaan artis yang merasa dirinya sudah besar. Industri dengan cepat membuat mereka naik daun lantas seperti tidak lagi menjejak bumi. Ada yang minta harus tinggal di hotel termewah, harus disediakan beberapa botol wine atau whisky di kamar hotelnya, bahkan ada yang aneh-aneh seperti coklat merek ini dan itu dalam jumlah tertentu dan sebagainya. Pejabat sama saja tingkahnya. Baru gabung di parlemen gayanya sudah berubah dan minta keistimewaan dalam segala hal. Mengantri dan macet pun tidak lagi bisa mereka tolerir. Jika manusia yang baru ngetop atau punya kekuasaan saja sudah berlaku seperti ini, saya berpikir bagaimana seharusnya Yesus, Raja di atas segala raja, disambut ketika mengunjungi dunia ini.

Sebagai Raja diatas segala raja yang turun ke bumi, apakah ada red carpet' yang dibentangkan buat Dia? Hotel bintang 5? Fasilitas terbaik yang ada di muka bumi ini? Pelayanan 24 jam? Adakah box bayi bertahta berlian dan berselimutkan emas, kain terlembut dan terhangat dengan mutu terbaik untuk membungkusnya? Tempat yang terbaik di dunia yang pernah ada? Sama sekali tidak. Yang terjadi justru sebaliknya. Ketika Yesus lahir, ternyata tidak ada satupun tempat penginapan yang ada pada waktu itu mau menampung kelahirannya berserta kedua orang tuaNya di bumi.

Bayangkan betapa repotnya Yusuf waktu itu membawa istri yang sedang hamil tua berkeliling dari satu tempat penginapan ke tempat penginapan lainnya untuk bisa merebahkan diri. Bagi Maria sendiri situasi itu tentu sangat menyiksa. Selain tersiksa harus berjalan jauh kesana kemari di saat hampir melahirkan seperti itu, adakah seorang ibu yang bermimpi untuk meletakkan bayinya di palungan yang notabene adalah tempat makanan ternak? Palungan tentu jauh dari kondisi bersih. Tapi itulah kondisi yang harus dihadapi Yusuf dan Maria, juga bayi Yesus. Alkitab mencatat jelas kondisi saat itu. "Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:7). Ironis sekali bukan? Disaat artis-artis atau pejabat yang baru naik menuntut fasilitas mewah dengan harga super mahal, Yesus justru sulit untuk sekedar mendapatkan tempat yang layak ketika lahir. Bagi orang lain dan hal-hal lain, ruang itu ada, tetapi bagi Yesus ternyata tidak ada. Bayangkan, Tuhan yang menciptakan seluruh dunia ini datang, tapi justru tidak ada sedikitpun ruang bagiNya.

Apa yang terjadi malam itu di Betlehem dua ribu tahun lebih yang lalu sesungguhnya masih sama hingga hari ini. Alangkah memprihatinkan ketika Kristus masih saja berada di bagian belakang atau terpinggirkan dalam kehidupan sebagian besar dari kita. Kita mengaku percaya, tetapi Dia hanya mendapat tempat jika kita butuh sesuatu saja, atau selama tidak mengganggu kesenangan kita. Ketika ada perintah-perintah dan larangan Tuhan yang terasa menghalangi kesenangan, maka dengan segera Tuhan pun dipinggirkan. Kita ingin Dia segera menolong kesesakan kita, tetapi begitu pertolongan itu tiba, secepat itu pula Dia kembali kita sisihkan. Tidak ada cukup tempat buat Yesus. Itu terjadi dua ribu lebih tahun yang lalu, hari ini hal yang sama pun masih terjadi.

Pantaskah kita memperlakukan Tuhan yang sudah meninggalkan tahtaNya untuk turun ke dunia yang penuh penderitaan ini untuk menyelamatkan kita dengan perlakuan seperti itu? Apabila hari ini kita bisa hidup dengan janji yang teguh akan keselamatan, jika hari ini kita bisa memasuki tahta Allah yang kudus dengan keberanian, hari ini kita bisa berhak untuk menerima segala janji Allah dalam kelimpahan, semua itu adalah berkat Yesus. Sudah seharusnya Dia mendapatkan posisi yang paling utama dan yang terbaik dari kita. Sudah seharusnya kita menyerahkan seluruh diri kita kepadaNya, mengasihiNya dan bersyukur kepadaNya kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun.

(bersambung)

Friday, December 21, 2012

Menantikan Kristus (2)

 (sambungan)

Dalam Galatia tertulis "Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan." (Galatia 5:5). Lewat Roh dan iman kita bisa melihat kebenaran yang kita harapkan. Mata kita dicelikan sehingga mampu mengenali Yesus dan kebenaran dalam diriNya. Seperti halnya di Bait Allah waktu itu, hari ini pun Yesus hadir ditengah-tengah kita, meski tidak terlihat langsung secara kasat mata. Yesus hadir dalam ibadah-ibadah yang kita lakukan, Dia hadir lewat doa-doa kita, Dia hadir dalam kehidupan kita. Tetapi apakah kita merasakan kehadiranNya? Apakah kita cukup merindukan kehadiran Yesus seperti halnya kerinduan yang dimiliki Simeon dan Hana, terutama menjelang Natal yang akan datang sebentar lagi? Masihkah kita merindukan kehadiran Yesus ditengah hiruk pikuk kesibukan sehari-hari dan segala sesuatu yang kita lakukan? Singkatnya, di posisi mana kita saat ini berada, apakah di posisi Simeon dan Hana atau justru di posisi jemaat lainnya pada waktu itu? Semua ini hendaknya bisa menjadi perhatian kita, agar sebuah perayaan Natal tidak berlalu sia-sia karena hanya mengarah kepada sesuatu yang seremonial belaka lalu kehilangan esensi terpentingnya.

Kita harus mengingatkan diri kita akan pentingnya beribadah dengan tujuan yang benar. Jangan sampai ibadah-ibadah kita hanya didasari oleh rutinitas atau sekedar menjalankan agama saja tanpa memiliki kerinduan yang murni akan Tuhan. Hidup dalam Roh akan membuat kita mampu melihat segala yang kebenaran dalam Yesus. Paulus berkata "Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." (Roma 8:9). Yesus mengatakan "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." (Yohanes 9:39).

Ada cahaya pengharapan dan keselamatan yang disediakan bagi kita, dan kedatangan Kristus seharusnya bisa membuka mata kita dengan jelas untuk melihat segala kebaikan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, anak-anak yang Dia kasihi. Tentu saja bukan hanya karena ingin memperoleh berkat dan pertolonganNya semata, tetapi kerinduan untuk mengenalNya, itulah yang mampu memberikan sukacita penuh rasa syukur dalam hidup kita. Kelahiran Yesus menjadi sebuah penggenapan janji Tuhan kepada Simeon dan Hana, yang telah menanti dengan penuh pengharapan sepanjang hidup mereka dengan melakukan pola hidup benar dan kudus. Janji yang sama pun berlaku bagi kita semua sampai hari ini. Siapa yang kita nantikan dalam setiap ibadah yang kita lakukan? Apa yang menjadi dasar pemikiran kita dalam merayakan Natal tahun ini? Hendaklah kita tetap hidup di dalam Roh dan tidak terpengaruh oleh berbagai keinginan daging. Itu akan membuat kita mampu mengenal Kristus secara pribadi, dengan sangat dekat.

Bukan pesta dan seremonial, tapi rayakan Natal sebagai wujud rasa syukur akan kehadiran Sang Juru Selamat bagi kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, December 20, 2012

Menantikan Kristus (1)

Ayat bacaan: Lukas 2:25
================
"Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,"

"Saya senang hari Natal karena itu artinya saya tidak harus bekerja dan bisa tidur nyenyak di rumah. Ada pesta-pesta yang bakal asyik, mal bakalan terlihat indah dan diskon dimana-mana." kata salah seorang yang saya kenal dengan wajah sumringah. Tentu saja hal-hal seperti itu benar akan menjadi bagian dalam menyongsong hari Natal yang tinggal sebentar lagi. Tapi benarkah hanya itu yang kita nantikan dalam setiap perayaan Natal? Kita mungkin mudah berkata tidak, tapi kenyataannya ada banyak orang yang lebih tertarik kepada pesta dan hal-hal ceremonial lainnya seperti itu ketimbang menantikan hari lahir dari Sang Juru Selamat yang memberikan keselamatan kekal penuh sukacita kepada kita semua.

Hari ini saya ingin mengajak anda untuk melihat kisah ketika Yesus dibawa ke bait Allah untuk diserahkan kepada Tuhan. Seperti layaknya sebuah gereja, saya yakin pada saat itu ada begitu banyak orang yang hadir di sana. Bisa ratusan hingga ribuan orang. Yusuf dan Maria pun hadir disana membawa bayi Yesus untuk memenuhi hukum Taurat Musa yang menyatakan bahwa "semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah."  (Lukas 2:23). Tetapi dari sekian banyak orang itu, mari kita lihat ada berapa orang dari yang hadir mengenal Yesus sebagai Juru Selamat yang sudah sejak lama mereka nantikan kehadirannya lewat bebagai nubuatan? Meski Sang Juru Selamat sudah hadir disana, ternyata tidak banyak yang menyadarinya. Alkitab bahkan secara jelas menyatakan bahwa hanya dua orang saja, yaitu Simeon dan Hana. Bayangkan, hanya dua dari banyak orang orang.

Mengenai Simeon, alkitab mencatat "Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan." (Lukas 2:26). Sedangkan Hana adalah seorang janda tua berusia 84 tahun. Dikatakan bahwa "Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa." (ay 37). Kita bisa melihat bahwa ketaatan mereka membawa mereka mampu melihat kehadiran Juru Selamat yang sudah sejak lama dinantikan. Hanya kedua orang inilah yang mampu melihat bayi Yesus sebagai Mesias yang sesungguhnya. Kerinduan mereka untuk melihat Yesus dapat kita lihat dari ketekunan dan usaha mereka dalam menantikan Kristus. Bahkan kepada Simeon Roh Kudus menyatakan bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias dengan mata kepalanya sendiri. (ay 26). Simeon terus menanti dengan pengharapan penuh, hatinya haus untuk bertemu dengan Yesus. Pada hari itu Roh Kudus membimbingnya untuk menuju Bait Allah (ay 27) dan akhirnya ia pun bertemu dengan Mesias yang dijanjikan. Dengan lantang Simeon berkata "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (ay 29-32). Simeon mendapat kehormatan untuk menggendong Bayi Yesus, ia pun mampu melihat dengan jelas siapa bayi yang tengah ia gendong itu. Demikian pula Hana yang langsung mengucap syukur kepada Allah. (ay 38). Apakah jemaat lain melihat hal yang sama? Unfortunately they didn't. Selain Simeon dan Hana, yang lain tampaknya tidak memiliki kerinduan yang sama. Mereka tidak bisa melihat siapa Yesus sebenarnya. Kehadiran Yesus tepat di depan mereka nyatanya tidak kunjung menggerakkan hati mereka untuk bersyukur atas keselamatan yang akan hadir sebagai anugerah dari Allah.

Hati yang terbuka untuk menantikan kedatangan Kristus membuat Simeon dan Hana bisa melihat dengan terang dan jelas akan sosok Mesias yang ada di depan mereka. Hadirnya Roh Allah membuat Simeon bisa melihat sosok Yesus dalam penggenapan rencana Allah seperti yang sudah berulangkali dinubuatkan para nabi sebelumnya. akan halnya Hana, kerinduannya yang dinyatakan dengan terus mengisi dirinya dengan doa dan puasa membuatnya bisa melihat Yesus secara benar. Itulah yang membedakan kedua orang ini dari orang-orang lainnya.

(bersambung)

Wednesday, December 19, 2012

Daniel: Kuasa di Balik Doa

Ayat bacaan: Daniel 6:11
====================
"Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."

Selama dua hari kemarin kita sudah melihat pentingnya untuk terus berdisplin dalam jam-jam doa meski kesibukan dalam bekerja mendera kita setiap harinya. Dari keteladanan yang ditunjukkan oleh Yesus sendiri kita bisa melihat bahwa ditengah jadwal yang begitu padat, sangatlah penting bagi kita untuk tetap meluangkan waktu secara khusus dalam membangun hubungan yang erat dengan Tuhan lewat doa. Kemarin saya sudah menyinggung sekilas soal Daniel yang dikenal sebagai sosok yang tetap memegang teguh kedisplinannya dalam berdoa. Hari ini saya ingin mengajak teman-teman melihat lebih jauh mengenai Daniel dan bagaimana kedisplinannya dalam berdoa membawa keselamatan yang luar biasa bagi dirinya.

Daniel dikatakan punya kebiasaan dan disiplin berdoa, dan itu bisa kita lihat dari ayat bacaan hari ini. "Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya." (Daniel 6:11).  Daniel jelas orang yang sibuk. Tidak hanya sibuk dalam bekerja, ia pun berhadapan dengan begitu banyak orang yang iri melihat kesuksesannya. Tapi perhatikan bahwa ditengah semua itu, ia biasa melakukan doa, berlutut dan memuji Allah sebanyak tiga kali sehari. Ada atau tidak ada kegiatan, sibuk atau tidak sibuk, dia tetap berdoa dengan disiplin. Tidaklah heran apabila Alkitab mencatat kecerdasan Daniel sepuluh kali lipat dibanding semua orang berilmu di seluruh kerajaannya. (Daniel 1:20),  juga diketahui memiliki roh yang luar biasa. (6:4). Kecerdasan Daniel dikatakan melebihi 120 wakil raja dan dua pejabat tinggi lainnya. Empat kali raja berganti, Daniel masih tetap menjabat. Itu membuktikan bahwa Daniel memang berbeda. Kebiasaannya berdoa ternyata bisa membawa pengaruh sangat besar.

Kesuksesan Daniel membuat iri para pejabat tinggi dan wakil raja. Mereka lalu mencari-cari kesalahan atas Daniel. Namun dalam Alkitab disebutkan mereka tidak mendapati kesalahan apapun. "Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya." (ay 5). Namanya mencari-cari kesalahan dan memang niatnya sudah buruk dari awal, mereka kemudian menemukan sebuah metode untuk menjebak. "Maka berkatalah orang-orang itu: "Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!" (ay 6). Dan itulah yang mereka hembuskan pada raja. Mereka tahu betul kebiasaan Daniel dalam berdoa, dan itu mereka pakai untuk menyingkirkan Daniel. "Semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan bupati telah mufakat, supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa." (ay 8). Raja Darius ternyata menyetujuinya. Begitu disahkan, mereka pun langsung bergegas untuk menangkap Daniel.

Ketika Daniel mendengar perihal peraturan baru ini, takutkah Daniel? apakah ia lalu segera berhenti berdoa? Sama sekali tidak. Daniel tidak gentar. Dia tidak berusaha melarikan diri atau berdoa secara sembunyi-sembunyi. Apa yang dilakukan Daniel menggambarkan sebuah iman yang luar biasa, seperti yang bisa kita ketahui dari ayat bacaan hari ini. Karena membangkang, Daniel kemudian ditangkap, dan dimasukkan ke gua singa. Dilempar ke dalam gua berisi singa lapar? Tamatlah sudah. Begitu logika normal kita berbicara. Namun kita tahu apa yang kemudian terjadi. Daniel selamat tanpa disentuh sedikitpun! Demikian kata Daniel: "Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan." (ay 23). Apa yang terjadi pada para wakil dan pejabat yang memfitnah dan menjebak Daniel? "Raja memberi perintah, lalu diambillah orang-orang yang telah menuduh Daniel dan mereka dilemparkan ke dalam gua singa, baik mereka maupun anak-anak dan isteri-isteri mereka. Belum lagi mereka sampai ke dasar gua itu, singa-singa itu telah menerkam mereka, bahkan meremukkan tulang-tulang mereka." (ay 25). Daniel selamat karena imannya, dan dalam keteguhannya untuk terus percaya dan berpegang kepada Allah lewat doa-doanya. Ia terus berdoa dan tidak berhenti sedikitpun. Ketika masalah datang, Daniel tidak kecewa lantas meninggalkan Tuhan, tetapi ia justru datang pada Tuhan. Ketika ia hendak dicelakakan, ia tetap percaya dengan iman teguh pada Tuhan. Maka yang terjadi adalah, bukannya celaka tapi ia malah memberikan sebuah kesaksian luar biasa atas kuasa Tuhan yang dahsyat dan ajaib. Orang banyak pun melihat bahwa Daniel diselamatkan, karena kepercayaan penuh pada Allah. "Maka ditariklah Daniel dari dalam gua itu, dan tidak terdapat luka apa-apa padanya, karena ia percaya kepada Allahnya." (ay 24).

Alkitab dengan jelas mengatakan: "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b). Kita bisa melihat salah satu buktinya lewat Daniel. Kisah Daniel selayaknya membuka mata kita bahwa ada kuasa luar biasa di balik sebentuk doa. Daud menyadari betul bagaimana kuasa Tuhan mampu bekerja atas anak-anakNya yang percaya. Dalam contoh lain, ketika ia dikejar-kejar musuhnya, Daud berkata: "Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan. Terpujilah TUHAN, seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku. Sesungguhnya gelora-gelora maut telah mengelilingi aku, banjir-banjir jahanam telah menimpa aku, tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berseru. Dan Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong masuk ke telinga-Nya." (2 Samuel 22:3-7). "Mereka menghadang aku pada hari sialku, tetapi TUHAN adalah sandaran bagiku." (ay 19). Mengapa Daud bisa diselamatkan Tuhan? Berikut jawabannya: "sebab aku tetap mengikuti jalan TUHAN dan tidak menjauhkan diri dari Allahku sebagai orang fasik. Sebab segala hukum-Nya kuperhatikan, dan dari ketetapan-Nya aku tidak menyimpang; aku berlaku tidak bercela kepada-Nya dan menjaga diri terhadap kesalahan." (ay 22-24).

Tuhan sanggup melepaskan kita dari hal apapun, bahkan yang paling tidak mungkin  menurut logika manusia. Tuhan kita adalah Allah yang dahsyat dan ajaib. Tapi ingatlah bahwa hubungan kita dengan Tuhan memegang peranan penting akan terjadi atau tidaknya hal-hal dahsyat dan ajaib seperti itu. Karenanya jangan abaikan jam-jam doa kita. Mintalah hikmat dan pertolongan, dengarkan suaraNya, dan patuhlah kepadaNya. Tuhan akan selalu mendengar dan menghargai doa yang dipanjatkan anak-anakNya dengan sungguh-sungguh.

Ada kuasa besar dibalik doa orang benar

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, December 18, 2012

Sibuk (2)

(sambungan)

Kita tentu tidak asing lagi dengan ajaran Kristus yang berbunyi: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Yesus mengingatkan agar kita mendahulukan untuk mencari Kerajaan Allah dan segala kebenarannya terlebih dahulu, dan semuanya yang selama ini kita pentingkan akan ditambahkan kepada kita. Meski kita tidak asing lagi dengan ayat ini, kenyataannya banyak orang yang terbalik dalam mengaplikasikannya. Mereka mati-matian mengumpulkan materi dan melakukan hal-hal lainnya lantas baru mempergunakan sedikit waktu yang tersisa untuk Tuhan. Itupun dengan catatan apabila tidak terlalu capai, mengantuk atau malas. Padahal ketika kita mengabaikan waktu untuk membangun hubungan dengan Tuhan, kita sesungguhnya sedang membuang pengggunaan waktu yang justru paling penting. Begitu banyak orang yang salah kaprah mengira bahwa arti dari tidak membuang waktu adalah ketika ada keuntungan materi yang dihasilkan. Mereka mengukur segalanya dengan uang.

Lucunya, ada banyak orang pula yang mengaku terlalu sibuk untuk berdoa/bersaat teduh apalagi untuk melayani, tetapi mereka punya waktu untuk rekreasi, menonton film atau konser musik, jalan-jalan, berolahraga dan sebagainya. Mereka bisa melakukan itu, tetapi langsung memproteksi diri dengan kata 'sibuk' untuk segala perkara yang berhubungan dengan kerohanian. Berjam-jam kita rela untuk memakai waktu kita dalam mencari kepuasan dunia, tetapi satu jam atau bahkan setengah jam saja untuk berdoa sulit sekali rasanya. Ini adalah pola pikir keliru yang harus segera kita buang jauh-jauh karena sangat beresiko membahayakan kehidupan rohani kita.

Daud menyadari betul betapa berharganya untuk mengetahui hukum-hukum Tuhan yang mengajarkan kita akan kebenaran. Pada suatu kali dalam salah satu bagian Mazmurnya ia berkata: "...hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah." (Mazmur 19:10-11). Emas itu indah dan mahal. Emas tua akan jauh lebih tinggi nilainya. Madu yang manis dan sangat bermanfaat bagi kesehatan itu juga tidak murah, lalu madu tetesan langsung dari sarang lebah alias madu murni tentu lebih tinggi lagi nilainya. Namun semua itu sama sekali tidak sebanding nilainya dengan kebenaran Firman Tuhan. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa mengetahui hukum-hukum Tuhan yang mengandung kebenaran itu apabila kita malas meluangkan waktu untuk membaca alkitab? Bagaimana kita bisa berharap bisa peka mendengar suara Tuhan apabila kita malas membangun hubungan yang dekat lewat doa? Bagaimana kita bisa kuat menghadapi dunia dengan segala penyimpangan dan jebakan di dalamnya?

Daud mengerti betapa berharganya hukum-hukum Tuhan itu. Lewat Yesus seperti dalam bagian pertama kemarin, kita tahu bahwa meski sibuk dalam bekerja, kita tidak boleh membuang waktu-waktu khusus kita untuk berhubungan dengan Bapa lewat doa. Di dalam Alkitab ada begitu banyak contoh mengenai orang-orang yang sibuk dalam bekerja tetapi tetap disiplin dengan jam-jam doanya. Daniel dan Abraham misalnya, dan banyak lagi. Semakin jauh kita mengabaikan doa dan membaca/merenungkan Firman Tuhan, semakin mudah pula bagi iblis untuk memporak-porandakan kehidupan kita. Kita tentu tidak mau hal itu terjadi. Oleh karenanya kita harus betul-betul hati-hati dalam mempergunakan waktu yang ada di dalam kehidupan kita yang singkat ini. Mari tetapkan prioritas yang benar dan pastikan agar kita jangan sampai keliru. Benar, bekerja itu penting, dan kita semua memang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita. Tapi jangan sampai itu semua membuat hubungan kita justru terputus dengan Tuhan, sumber segalanya. Bagi teman-teman yang terlanjur keliru dalam mengartikan 'time is money', ini saatnya untuk menata ulang penggunaan waktu.

Jangan abaikan pentingnya membangun hubungan dengan Tuhan lewat doa

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, December 17, 2012

Sibuk (1)

Ayat bacaan: Matius 9:35
==================
"Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan."

Ada peribahasa yang mengatakan "Waktu Adalah Uang" atau juga dikenal dengan "Time is Money". Peribahasa ini sebenarnya bagus untuk mengingatkan kita agar tidak membuang waktu secara sia-sia tetapi memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Sayangnya ada banyak orang yang sepertinya mengartikan peribahasa ini hanya secara harafiah saja, yaitu mati-matian berburu waktu untuk mempertebal pundi-pundi uangnya tanpa memikirkan hal lain. Keluarga dinomorduakan, Tuhan pun demikian. Tidak lagi ada waktu luang untuk hal lain selain mencari uang. Salah seorang yang saya kenal betul hidup dengan cara seperti ini. Ia bekerja tanpa henti bahkan seringkali melewatkan waktu makan dan tidur. Pernah pada suatu kali saya bertanya apakah ia masih meluangkan waktu untuk berdoa, dan ia pun menjawab, "Hah, doa? Saya sudah terlalu sibuk untuk itu." Ia merasa bahwa doa termasuk dari salah satu hal 'buang waktu' ketika dilakukan. Baginya waktu hanyalah akan berguna apabila dipakai untuk menghasilkan uang. Itu artinya ia mempraktekkan Time is Money secara sempit hanya harafiah saja.

Mereka-mereka yang memilik pola pikir seperti seseorang yang saya kenal itu sepertinya lupa atau tidak menganggap penting pesan Kristus yang berbunyi: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Atau jangan-jangan mereka bahkan tidak pernah tahu ada ayat yang bunyinya seperti itu. Alangkah berbahayanya apabila kita berpikir seperti itu. Secara materi kita mungkin lebih dari cukup, tetapi rohani kita akan mengalami dehidrasi alias kekeringan. Bayangkan apabila kita tidak makan dan minum selama dua hari saja, tidakkah kita akan lemas? Jika dibiarkan kita pun bisa mati. Seperti itu pula kerohanian kita jika tidak kita perhatikan. Masalah sibuk, semua orang yang bekerja tentu punya kesibukannya masing-masing. Dan itu bukan lagi hal baru. Kita bisa belajar langsung lewat Kristus sendiri mengenai bagaimana pentingnya untuk tetap memelihara persekutuan dengan Tuhan ditengah-tengah kesibukan kita.

Apakah Yesus santai dalam pelayananNya secara langsung saat Dia datang ke muka bumi ini? Sama sekali tidak. Yesus bekerja tanpa henti. Lihatlah ayat bacaan hari ini yang menunjukkan secara singkat namun jelas bagaimana sibuknya Yesus bekerja. "Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan." (Matius 9:35). Dikatakan bahwa Yesus berkeliling ke semua kota dan desa untuk mengajar dan memberitakan Injil serta melakukan berbagai mukjizat di tengah-tengah orang di kota atau desa yang Dia kunjungi. Bisa dibayangkan bagaimana sibuknya Yesus saat itu, apalagi transportasi pada masa itu tidaklah segampang sekarang.

Yesus berkata: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Kita bisa melihat bahwa bukan hanya kita, tapi Tuhan pun terus bekerja. Begitu sibuknya Yesus sehingga dalam sebuah ayat lain kita bisa mengetahui bahwa Yesus bahkan tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya. (Matius 8:20). Tetapi kita bisa melihat sebuah hal penting, bahwa meski sangat sibuk melayani dari pagi sampai malam, Yesus tidak mengabaikan waktu-waktu untuk berdoa kepada Bapa di Surga. Kita bisa melihat bahwa Yesus bangun pagi-pagi benar lalu mengasingkan diriNya untuk berdoa, "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana." (Markus 1:35) dan pada kesempatan lain Injil mencatat bahwa di waktu malam Yesus pun menyepi sejenak untuk berdoa: "Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ." (Matius 14:23) atau bahkan berdoa semalam penuh seperti yang tertulis dalam ayat berikut ini: "Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah." (Lukas 6:12). Dari sini kita bisa melihat bahwa meski sibuk sekali dalam menggenapi perintah Bapa, Yesus menunjukkan keteladanan penting agar kita tidak mengabaikan jam-jam doa dan bersaat teduh. Itu tidak kalah pentingnya, bahkan jauh lebih penting dari sekedar mencari uang sebanyak-banyaknya.

(bersambung)

Sunday, December 16, 2012

Crown of Creation

Ayat bacaan: Mazmur 8:6
===================
"Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat."

Ketika saya makan di sebuah tempat, Penobatan Miss Universe 2012 tengah dihadirkan di televisi disana untuk menemani tamu menyantap hidangan disana. Ada seorang wanita di belakang saya sambil tertawa berkata kepada temannya: "Cantik-cantik ya.. ini gadis-gadis sempurna. Betapa beruntungnya mereka. Saya tidak akan pernah bisa mendapatkan mahkota seperti itu." Untuk mahkota Miss Universe mungkin saja, tetapi sadarkah kita bahwa kepada setiap manusia sesungguhnya ada mahkota yang jauh lebih berharga dari mahkota sekelas Miss Universe yang telah disematkan kepada kita?

Banyak orang yang tidak menyadari hal ini. Seringkali kita hanya memikirkan kekurangan dan keterbatasan kita. Berbagai kesulitan dalam hidup membuat kita lupa hakekat keberadaan kita di muka bumi ini, dan siapa kita sebenarnya seperti yang direncanakan Tuhan. Ketika kita khawatir terhadap masa depan, tidak tahu apa yang harus kita lakukan, kita pun mudah goyah dalam menjalani hidup. Lantas kita pun tidak lagi tahu seperti apa sebenarnya kita diciptakan Tuhan dan bagaimana kita di dalam pandanganNya.

Alkitab dengan jelas berkata bahwa manusia adalah ciptaanNya yang istimewa. Pada suatu kali Daud sepertinya sedang menerawang memandang langit di malam hari yang dipenuhi bintang-bintang. Ia berkata "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5). Dibandingkan keindahan langit penuh bintang dan cahaya bulan, ternyata manusia jauh lebih berharga di mata Tuhan. Daud melanjutkan,  "Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat." (ay 6). Tidak terkira keindahan dan kesempurnaan alam semesta ini diciptakan, tetapi tetap manusia merupakan ciptaan Tuhan yang berbeda, teristimewa dibandingkan ciptaan-ciptaan lainnya. Lewat ayat tadi kita bahkan disebut telah dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat. Kita dibuat mirip sepertiNya, menurut gambar dan rupaNya. Kita dirancang memiliki citra Allah dalam diri kita. Kita dibentuk secara unik dari debu tanah langsung dari tanganNya, lalu menghembuskan nafas hidup ke dalam kita. (Kejadian 2:7). Itu menyatakan dengan jelas bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang teristimewa. Dan kepada kita pun diberikan kuasa. Daud mengatakannya seperti ini: "Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya." (Mazmur 8:7).

Jika kita bandingkan dengan apa yang dikatakan Tuhan dalam masa awal penciptaan, kita pun akan melihat rencana yang sama dari Tuhan dalam menciptakan manusia. "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Tuhan menginginkan kita untuk mengisi bumi, menaklukkan dan berkuasa atas segala isi bumi ini. Tuhan yang menciptakan, tetapi kita yang diberikan otoritas untuk menaklukkan dan menguasainya. Ini bukan berarti bahwa kita bisa semena-mena menghancurkan alam yang indah yang diciptakan Tuhan karena punya kuasa, tetapi justru untuk menjaga dan mengelolanya dengan sebaik-baiknya. Lewat apapun yang kita lakukan hari ini, dimanapun kita ditempatkan, Tuhan menginginkan kita untuk melakukan itu. Otoritas, kuasa sudah Dia berikan lewat mahkota kemuliaan dan hormat. Seperti itulah istimewanya kita di mata Tuhan. Bukan hanya untuk segelintir orang, tetapi ini berlaku terhadap semua manusia ciptaanNya tanpa terkecuali.

Petrus menyebutkan hal ini juga. "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." (1 Petrus 2:9). Kita disebutkan sebagai yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa kudus, milik Allah sendiri. Sebegitu istimewanya kita diciptakan. Tetapi dari ayat ini ingatlah bahwa kita punya tugas untuk menyatakan kemuliaan Tuhan pula di dunia. Menjadi penyampai berita perbuatan-perbuatan besarNya. Menjadi sosok anak-anak terang yang mewakili nama baik Bapa, Sang Raja diatas segala raja. Kita dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, kita terpilih sebagai imamat yang rajani, kehidupan kita pun seharusnya mencerminkan prinsip Kerajaan dan menggambarkan citra Sang Raja. Kita diciptakan secara istimewa dengan tujuan mulia, dibuat penuh hormat dan kemuliaan untuk menjadi anak-anakNya yang menyinari bumi dengan terang kemuliaanNya. Oleh karena itu kita harus belajar untuk hidup sesuai prinsip Kerajaan, menjadi anak-anak Allah yang benar-benar menghidupi segala hak-hak yang telah diberikan kepada kita dan melakukan tanggung jawab kita pula. Ada mahkota kemuliaan dan hormat yang sudah dianugerahkan kepada kita, dan jangan sampai kita melupakan itu atau membiarkan anugerah seperti itu melayang sia-sia. Sudahkah kita benar-benar menghayati jati diri kita sebagai ciptaan istimewa yang segambar dengan Allah?

We are the crown of creation

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, December 15, 2012

Keselamatan Berlaku Bagi Semua Orang

Ayat bacaan: 1 Timotius 2:4
======================
"yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran."

"Buat apa didoakan lagi? Percuma, sudah terlanjur rusak... mending doain yang pantas didoain aja.." demikian kata seorang teman pada suatu kali menanggapi saudaranya yang memang kerap berurusan dengan aparat. Kita terkadang punya rasa jenuh, punya batas dalam berusaha membimbing orang yang kita sayangi untuk berhenti melakukan hal-hal yang jahat. Lihat teman saya tadi, bahkan untuk mendoakan saja ia merasa sudah buang-buang waktu. Saya pun berpikir, seandainya Tuhan punya reaksi yang sama seperti itu, apa jadinya kita? Kalau mendoakan saja sudah berat, itu artinya kita sudah sampai pada tahap dimana kita menganggap mereka tidak lagi layak untuk menerima pengampunan Tuhan. Ada orang-orang yang mengira bahwa kasih karunia Tuhan hanya berlaku bagi sebagian orang tertentu, atau sampai pada tingkat kejahatan tertentu. Kalau sudah terlalu sesat, percuma didoakan. Atau ada pula yang hanya terpusat pada kalangan sendiri, merasa tidak perlu mendoakan saudara-saudaranya yang berbeda. Hari ini mari kita lihat bahwa Firman Tuhan tidak berkata demikian. Kedatangan Kristus ke dunia ini bukanlah untuk menebus dosa sebagian kalangan tertentu saja. Yesus hadir di dunia dan melakukan misiNya untuk menyelamatkan bukan hanya sebagian atau sekelompok saja, melainkan untuk seluruh umat manusia, tanpa terkecuali. Itu termasuk untuk the sinnest of sinners, orang-orang yang paling jahat sekalipun. Justru untuk mereka inilah Yesus mau merelakan diriNya untuk menjalani serangkaian penderitaan yang mengerikan hingga mati di atas kayu salib. Karena Tuhan tidak mau satupun dari manusia ini untuk berakhir sia-sia dalam penyiksaan. Apa yang Tuhan mau sebenarnya jelas, Dia mau semua manusia diselamatkan.

Kuasa doa sesungguhnya besar, apalagi jika doa itu dipanjatkan dengan iman yang kuat oleh orang benar. (baca Yakobus 5:16b). Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang berada di luar jangkauan Allah atau diluar lingkup kepeduliannya. Selama masih ada kesempatan untuk berubah selagi masih hidup di dunia ini, peluang keselamatan tetap terbuka bagi siapapun tanpa terkecuali. Menghadapi orang yang sulit memang tidaklah mudah atau mungkin malah merepotkan kita. Mungkin kita sudah lelah menasihati namun mereka tidak peduli. Tapi apakah itu cukup jadi alasan untuk berhenti mendoakan mereka? Saya percaya Tuhan mendengar doa-doa yang kita panjatkan dengan tulus sepenuh hati. Saya percaya pemulihan bisa terjadi lewat doa orang percaya. Jika kebenaran masih punya 'blank spot'alias ada sebagian orang yang tidak mendapatkannya,  kita bisa berperan sebagai pengantar yang membuat "sinyal" kasih karunia Tuhan mampu menjangkau mereka.

Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengingatkan agar kita jangan melupakan pentingnya berdoa syafaat, menaikkan permohonan dan ucapan syukur untuk orang lain. "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang". (1 Timotius 2:1). Semua orang tanpa terkecuali, termasuk pula untuk para pemimpin. (ay 2). Tetap dukung doa para pemimpin kita agar mereka memiliki roh yang takut akan Tuhan sehingga mereka bisa bekerja dengan maksimal dan benar demi kesejahteraan bangsa atau rakyat yang berada di bawah kepemimpinannya. Paulus mengatakan hal yang demikianlah yang berkenan kepada Juru Selamat kita (ay 3), Juru Selamat "yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran." (ay 4). Lihatlah dalam serangkaian pesan Paulus ini tercantum kata semua orang. Bukan hanya orang percaya yang perlu didoakan, tapi ayat ini dengan jelas mengatakan SEMUA orang. Allah menghendaki tidak hanya satu-dua atau sekelompok, tapi semua orang bisa memperoleh kesempatan untuk selamat dan mengetahui kebenaran.

Siapa Paulus sebelum bertobat? Dia dengan besar hati mengakui siapa dia di masa lalu. "aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman." (1 Timotius 1:13) Bukan hanya seorang penhujat, penganiaya dan ganas, tapi ia bahkan mengakui bahwa ia adalah orang yang paling berdosa. Tapi untuk orang-orang seperti dialah sesungguhnya Yesus datang ke dunia ini. "Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa." (ay 15). He mentioned himself as the sinnest of sinners. Dan kasih karunia Tuhan itu pun diterima oleh Paulus dengan melimpah dengan iman dan kasih dalam Kristus. (ay 14). Intinya, Paulus menjadikan dirinya sebagai contoh. Jika Paulus yang begitu kelam masa lalunya, the worst of sinners, bisa diselamatkan dan menerima kelimpahan kasih karunia Allah, maka siapapun orangnya dengan berbagai latar belakang masa lalu yang terburuk sekalipun bisa menerimanya juga.

Firman Tuhan berkata bahwa siapapun yang menerima Kristus merupakan ciptaan baru (2 Korintus 5:17), yang akan terus menerus diperbaharui untuk semakin mengenal gambar Tuhan, yang telah menciptakan kita semua menurut gambar dan rupaNya sendiri. (Kolose 3:10). Ini berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali. "dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu." (ay 11). Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Christ is all and in all, everything and everywhere, to all men, without distinction of person. Karena itulah kita orang-orang yang sudah diselamatkan wajib memiliki "belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran" untuk bisa menjangkau saudara-saudara kita yang masih belum mengenalNya. Karena bagi merekapun sebenarnya keselamatan disediakan Allah seperti halnya bagi kita.

Tuhan meminta kita untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa (Matius 28:19). Kita diminta untuk menjadi garam dan terang (Matius 5:13-16), bahkan diminta untuk bercahaya terang seperti matahari (13:43) bagi dunia, yang artinya secara universal, kepada siapapun karena merekapun layak untuk mendapatkan anugerah keselamatan. Sinar matahari tidak pernah pilih kasih dalam menyinari segala sisi dunia ini bukan? Kasih karunia Kristus sungguh tidak terbatas dan mampu menjangkau siapa saja meski yang paling sesat sekalipun. God can save anyone, and He does wish everyone to be saved. Karena itulah kita harus terus ingat untuk memanjatkan doa permohonan, syafaat dan ucapan syukur bagi semua orang. Kuasa doa sesungguhnya besar, dan Tuhan mendengar doa anak-anakNya yang berasal dari hati yang tulus. Allah begitu mengasihi semua manusia sehingga Dia rela mengaruniakan AnakNya untuk turun ke dunia ini, agar semua orang bisa memperoleh kesempatan untuk selamat dari kebinasaan dan beroleh hidup yang kekal. Tidak akan pernah sia-sia doa yang kita mohonkan, pada suatu saat nanti anda akan melihat bagaimana indahnya kuasa Tuhan menjamah dan mengubahkan hidup mereka.

Don't pray only for yourself, but pray for everyone, because God cares about them too

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, December 14, 2012

Meneladani Kristus Menjelang Natal

Ayat bacaan: Filipi 2:5
=================
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus"

Tidak terasa kita sudah hampir sampai pada pertengahan bulan Desember, dan sebentar lagi kita akan merayakan Natal. Ada yang sudah mengambil cuti dan sebentar lagi pergi berlibur bersama keluarga, atau bersiap-siap untuk merayakan Natal dengan pesta bersama keluarga atau teman-teman terdekat. Ada yang tukar menukar kado dan berbagai bentuk perayaan lainnya. Dekorasi di pusat-pusat perbelanjaan pun sebagian sudah penuh dengan ornamen-ornamen yang identik dengan sebuah perayaan Natal. Sebuah pertanyaan hadir dari seorang teman, salahkah jika kita merayakan Natal dengan pesta atau bentuk-bentuk perayaan lainnya? Tentu saja tidak. Kelahiran Yesus sudah sepantasnya kita sikapi dengan sukacita. KedatanganNya ke dunia ini membawa misi penting untuk menebus kita semua, sebagai bukti nyata betapa Tuhan mengasihi manusia dan tidak ingin satupun dari kita untuk binasa. Ayat emas yang sudah tidak asing lagi bagi kita menuliskan isi hati Bapa akan kasih dan kepedulianNya terhadap diri kita.  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Sukacita hadir di dalam diri kita, dan sebagai manusia tentu kita akan merayakannya melalui berbagai kegiatan yang diisi dengan kegembiraan. Tapi kemudian, apakah semangat Natal hanyalah berbicara atau berkaitan dengan pesta, tukar menukar kado, mendengar dan menyanyikan lagu-lagu Natal dari artis ternama serta hal-hal sejenis lainnya saja? Jika itu yang menjadi gambaran bagi kita, maka itu tandanya kita belumlah sepenuhnya mengerti apa yang seharusnya menjadi semangat Natal yang sesungguhnya.

Natal adalah saat dimana kita merayakan kelahiran Yesus Kristus ke dunia. Seperti yang saya sebutkan di atas tadi, Natal ada karena kasih Tuhan yang begitu besar atas kita. Tuhan merelakan anakNya yang tunggal turun ke dunia ini, membuatNya turun mengambil rupa sama seperti kita untuk menebus dosa-dosa kita semua agar kita tidak binasa, melainkan bisa memperoleh kehidupan yang kekal. Hubungan kita dengan Tuhan dipulihkan, sehingga hari ini kita bisa "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia" (Ibrani 4:16), merasakan kedamaian berdiam dalam hadirat Tuhan. Ini adalah anugerah yang luar biasa yang bisa kita nikmati lewat penebusan Kristus.

Mari kita lihat bagaimana cara Paulus menggambarkan hal ini dalam Filipi 2. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Filipi 2:5). Pertama, lihatlah bahwa Yesus tidak menganggap bahwa kesetaraanNya dengan Allah harus dipertahankan. Yesus adalah Allah. Tapi meski demikian, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (ay 6-7) Yesus mengosongkan diriNya. Maknanya, Dia rela mengambil rupa seorang hamba dan dilahirkan seperti manusia. Kedua, Yesus mau merendahkan diriNya untuk taat sepenuhnya menjalankan misi yang digariskan Tuhan sampai kepada kematianNya di atas kayu salib. Semua dilakukan demi kita semua manusia. "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (ay 8). Ini semua Dia lakukan karena kasih yang begitu besar kepada kita. Dan bagi kita manusia yang telah ditebus, sudah seharusnya kita meneladani apa yang telah diperbuat Kristus kepada sesama kita pula. We should think the way He thinks. Tuhan Yesus memikirkan nasib manusia, karena itulah Natal ada. Jika Dia memikirkan nasib kita, tidakkah itu berarti bahwa kita pun harus merepresentasikan itu dengan mengasihi sesama kita juga?

Lewat pertobatan kita meninggalkan kehidupan lama kita yang penuh cacat dan diperbaharui dalam roh dan pikiran kita dan menggantikannya dengan sebuah hidup sebagai manusia baru yang telah sesuai kehendakNya dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya sesuai kehendak Tuhan. (Efesus 4:22-24). Be constantly renewed in the spirit of your mind. Roh kita sudah diperbaharui, maka pemikiran kita pun seyogyanya mengikuti itu. Ironis sekali jika kita yang seharusnya sudah diubahkan menjadi manusia baru tapi masih juga belum bisa menanggalkan berbagai pola pemikiran lama, masih terpusat pada kepentingan dan hal-hal yang menyenangkan secara pribadi lalu tidak tergerak untuk memikirkan saudara-saudara kita lainnya yang tengah menghadapi pergumulan berat terutama menjelang peringatan turunnya Kristus ke dunia buat kita semua seperti saat ini.

Di saat kita tengah merencanakan dan mempersiapkan berbagai kegiatan seperti pesta, liburan ke luar kota atau ke luar negeri atau bentuk-bentuk perayaan lainnya, ada banyak saudara kita yang mungkin makan sehari sekali saja masih sulit. Ada banyak yang tengah meratap memohon belas kasih akibat beratnya beban hidup. Ketika Yesus sudah melakukan itu semua lewat kedatanganNya ke dunia ini, sudahkah kita merepresentasikan semangat Kristus itu? Apakah kita mau merendahkan diri kita juga untuk berkorban, melayani dan membantu saudara-saudara kita yang sedang menderita? Itulah yang menjadi semangat Natal yang sesungguhnya. Tidaklah salah jika kita merencanakan berbagai perayaan dlaam menyambut kelahiranNya di dunia, namun jangan lupakan pula saudara-saudari kita yang tengah membutuhkan uluran tangan dari kita. Memasuki Natal tahun ini, marilah kita lebih peka dan peduli lagi terhadap sesama kita. Tidak akan ada perayaan Natal jika Kristus tidak datang ke dunia untuk menebus kita. Dia telah mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba dan taat sampai mati di kayu salib sehingga kita bisa menikmati hadirat Tuhan hari ini dan mendapat jaminan keselamatan dalam kehidupan kekal. Demikian pula seharusnya kita bersikap. Semangat Natal sesungguhnya adalah semangat yang meneladani Kristus, dimana kita mau meluangkan waktu, tenaga dan sebagian dari yang kita miliki untuk membantu sesama kita yang menderita. Mereka pun ada dalam kasih Tuhan, mereka pun terlukis dalam telapak tanganNya dan tergambar dalam ruang mataNya. Tuhan mengasihi mereka sama seperti Tuhan mengasihi kita. Dan jika Tuhan saja mengasihi mereka, kita pun sudah selayaknya mengasihi mereka juga. Membantu mereka yang kekurangan, membagi sukacita dan berkat kepada mereka, sehingga mereka bisa tersenyum dan dapat merayakan kelahiran Kristus bersama kita tanpa harus menangis lagi, itulah semangat Natal yang sesungguhnya. Mari masuki masa Natal dengan semangat Natal yang benar.

Portret semangat Natal sepantasnya tergambar dari kepedulian kita terhadap sesama

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sukacita Kedua (7)

 (sambungan) Menempatkan diri dari sisi sang pemilik rumah, saya merasa ia sadar bahwa itu adalah bagian atau resiko dari pelayanan. Saat ki...