Wednesday, October 31, 2012

Serius Dalam Mengemban Tanggung Jawab

webmaster | 12:00:00 PM | 2 Comments so far
Ayat bacaan: 1 Samuel 17:34-35
==========================
"Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya..."

Seberapa jauh kita mau menjalankan tanggung jawab terhadap sesuatu yang dipercayakan kepada kita? Maksud saya begini. Ketika tanggung jawab itu besar dan disertai imbalan yang besar pula, mungkin kita akan bertanggungjawab penuh tanpa masalah. Tapi bagaimana ketika itu sepertinya tidak menguntungkan bagi kita alias kita anggap tidak penting dengan imbalan yang kecil atau tidak ada sama sekali? Banyak orang akan mengerjakannya asal-asalan dan tidak lagi menganggap penting tanggung jawabnya. Tetangga di depan rumah saya pergi ke luar kota selama seminggu dan meminta seorang pemuda yang tinggal tidak jauh dari tempatnya untuk memeriksa rumah sekali-kali dan menyiram tanaman di depan rumahnya sekali dua hari. Ia menyanggupi bahkan memegang kunci rumah. Tapi ia sama sekali tidak pernah datang dalam seminggu itu. Tanaman pun kering, sebagian mati. Masih untung rumahnya aman-aman saja. Tetangga saya pun menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa memang sulit mengharapkan tanggung jawab dari orang lain, meski sudah dikenal baik. Saya pernah tidak digaji dalam mengajar sampai berbulan-bulan. Ketika dosen-dosen lain menolak mengajar bahkan merencanakan untuk mogok bersama, saya memilih untuk terus mengajar normal. Mengapa? Karena buat saya itu adalah tanggung jawab yang harus saya lakukan. Kasihan siswa-siswa yang tidak bersalah jika harus menjadi korban dari sebuah sistem buruk di tempat saya mengajar. Mengapa harus mereka yang terkena? Bagaimana dengan masa depan mereka? Kepada saya sudah dipercayakan sejumlah siswa untuk diajar dan dibina, itu tanggung jawab saya, maka saya harus melakukannya dengan keseriusan yang sama apapun keadaannya. Selain saya ingin belajar untuk menjaga dan melakukan tanggung jawab saya dengan baik, saya percaya Tuhan pun ingin kita melakukan seperti itu.

Tentang hal ini kita bisa belajar dari kisah hidup Daud. Ayat yang saya hari ini adalah bagian ketika Daud tidak tahan menghadapi provokasi dan cara pandang Goliat merendahkan bangsa Israel. Apa yang membuat Daud berani menghadapi Goliat, raksasa yang bersenjata dan memakai pelindung tubuh lengkap adalah pengalamannya bersama Tuhan dalam menjalankan tanggung jawabnya sehari-hari sebagai gembala kambing domba milik ayahnya. Dari beberapa ayat kita bisa mengetahui bahwa Daud muda dipekerjakan sebagai gembala oleh ayahnya. Sementara beberapa dari saudaranya dipercaya sebagai prajurit dan maju bertempur di garis depan. Dibandingkan status prajurit, status gembala pada saat itu tentu sangat rendah dan tidak ada apa-apanya. Tapi Daud tidak berkecil hati dengan pekerjaan tersebut. Ia menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Ada berapa banyak domba yang ia gembalakan? Saya tidak tahu pasti, tapi tentu bukan hanya satu dua ekor. Dan saya yakin ia pun tidak dibayar untuk itu.

Meski tidak banyak dan tidak dibayar, Daud menunjukkan betapa seriusnya ia mengemban tanggung jawabnya. Dari mana kita bisa tahu itu? Bacalah ayat berikut ini ketika ia menjawab keraguan Saul atas dirinya untuk maju menghadapi Goliat sendirian. "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya.." (1 Samuel 17:34-35). Jika anda memperhatikan ayat ini dengan seksama, anda akan melihat bahwa Daud rela mempertaruhkan nyawanya demi sekumpulan domba, yang notabene hanyalah hewan yang bahkan bukan miliknya. Di mata manusia mungkin itu merupakan hal yang aneh, bahkan bodoh. Untuk apa manusia harus rela mempertaruhkan nyawa melawan binatang buas demi binatang yang digembalakannya? Tapi tidak demikian bagi Daud. Daud rela menghadapi singa dan beruang dalam melakukan pekerjaannya. Ia tidak ingin satupun dari ternak yang digembalakannya binasa, dan untuk itu ia harus berhadapan dengan maut. Tapi lihatlah pula bagaimana penyertaan Tuhan mampu membuatnya tampil sebagai pemenang. Ia mampu menghadapi ganasnya singa dan beruang, dan kemudian setelah itu berhasil pula mengatasi Goliat. Daud memperlihatkan tanggungjawab  yang luar biasa tanpa memperhitungkan untung rugi secara pribadi. Dan apa yang ia perbuat pun menjadi gambaran yang sama mengenai bagaimana Yesus, yang lahir ke dunia sebagai salah satu dari silsilah keturunannya, menyelamatkan kita semua. Lihat apa kata Yesus berikut: "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu." (Yohanes 10:11-12).

Tuhan menghendaki kita untuk serius dalam melakukan segala hal, baik itu bekerja, belajar maupun melayani, apalagi jika menyangkut tanggung jawab yang dibebankan kepada kita. Dalam Alkitab kita sudah dipesankan seperti berikut: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Itu menyatakan bentuk kerinduan Tuhan agar anak-anakNya selalu bekerja dengan serius dan sungguh-sungguh seperti ketika kita melakukan sesuatu untuk Tuhan.  That's the state He wants us to reach. Dalam pelayanan pun sama. Ada banyak orang yang bersungut-sungut dan tidak serius jika hanya melayani sedikit orang, apalagi satu orang saja. Itu sesungguhnya bukanlah gambaran yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan. Bacalah Lukas 15, ada tiga perumpamaan disana yang sudah tidak asing lagi bagi kita mengenai hal ini. "Perumpamaan tentang domba yang hilang" (ay 4-7), "Perumpamaan tentang dirham yang hilang" (ay 8-10) dan "Perumpamaan tentang anak yang hilang" (ay 11-32). Semua ini menunjukkan kerinduan Tuhan untuk menemukan kembali anak-anakNya yang hilang tanpa memperhitungkan jumlah. Satu saja sudah bisa membuat Tuhan penuh dengan sukacita. Bahkan dikatakan: "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (ay 10). Satu jiwa bertobat, itu sudah merupakan kebahagiaan besar bagi Tuhan dan seisi Surga.

Lakukanlah apapun yang dikehendaki Tuhan bagi kita secara serius dan sungguh-sungguh. Belajarlah mengemban tanggung jawab seperti cara pandang Kerajaan Allah. Mungkin kita tidak mendapat upah sepantasnya menurut ukuran dunia, tapi jangan lupa, bukankah Tuhan mampu memberkati kita lewat banyak hal? Mungkin apa yang kita terima tidak sebanding dengan jerih payah kita hari ini, tapi apakah tidak mungkin kelak kita akan menuai secara luar biasa? Atau tidakkah mungkin Tuhan menurunkan berkatNya lewat cara lain dan dalam kesempatan lain? Saya mengalami itu ketika tetap mengajar seperti biasa meski tidak dibayar. Tuhan menjaga saya agar tidak kekurangan lewat caraNya yang ajaib. Ingat pula bahwa satu hal yang pasti, segala sesuatu yang kita lakukan secara sungguh-sungguh dan sesuai dengan rencana Tuhan tidak akan pernah ada yang sia-sia. "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Daud tahu itu, dan dia sudah membuktikannya sendiri. Lewat keteladanan Yesus pun kita bisa belajar mengenai hal yang sama. Kerjakanlah semuanya dengan sebaik-baiknya. Always do your best, hold your responsibilities at the best you can.  Tuhan akan memperhitungkan segalanya, dan percayalah, tidak akan ada yang jatuh sia-sia.

Laksanakan dan emban segala tanggung jawab yang sudah dipercayakan kepada kita dengan sebaik-baiknya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, October 30, 2012

Panjangnya Kesabaran Tuhan

webmaster | 12:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Nahum 1:3,7
=====================
"TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya... TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya"

Jika anda mencoba menelepon seseorang lewat ponsel anda dan mendapat jawaban "please try again in a few more minutes" berulang-ulang, mungkin anda akan merasa kesal, apalagi jika ada hal yang penting yang hendak anda sampaikan. Itulah yang saya alami beberapa hari terakhir ini. Mau tidak mau saya pun menjadi lebih 'akrab' terhadap mesin penjawab dan kalimat yang dikatakannya. Please try again, dan please try again lagi. Tiba-tiba saya berpikir bahwa keadaan tidak tersambung ini pun kerap terjadi antara kita dengan Sang Pencipta kita yang begitu mengasihi kita semua. Jika kita kesal, Tuhan pun mungkin kesal melihat kita yang terus saja melakukan perbuatan-perbuatan yang mengecewakan dan menyedihkan hatiNya. Tapi ternyata kasih Tuhan masih jauh lebih besar ketimbang rasa kecewaNya. Berulang-ulang kita berbuat salah, tetapi Tuhan masih terus dengan sabar memberikan kata "please try again" kepada kita, memberikan kesempatan kepada kita semua untuk terus berproses dan berubah menjadi lebih baik dan taat lagi dari hari ke hari.

Jika kita mau merenungkan, betapa kita sebenarnya melakukan begitu banyak hal yang salah di mata Tuhan setiap harinya. Tetapi lihatlah betapa panjangnya kesabaran Tuhan. Dalam kitab Nahum dikatakan demikian: "TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya." (Nahum 1:3) Meski Tuhan tidak akan pernah membebaskan orang yang berdosa dari hukuman, Dia selalu siap mengampuni dan akan terus menerus memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri, kembali ke jalan yang benar, yang lurus yang menuju kepada keselamatan kekal. Jika kita bisa hidup hari ini dengan baik, jika hari ini kita sudah berada di rel yang benar dan terus menjaga hidup kita untuk tidak keluar jalur, semua itupun dimungkinkan karena Tuhan masih terus dengan sabar memberikan kesempatan bagi kita untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Tanpa itu semua, mungkin sejak dulu kita sudah binasa. Kesalahan kita tidak akan pernah luput dari penghakiman Tuhan, itu benar. Namun di atas itu, Tuhan sesungguhnya panjang sabar. Dia sungguh baik memberikan kita waktu dan kesempatan untuk terus berusaha menjadi lebih baik lagi. Tidak hanya itu saja, Tuhan pun besar kuasaNya. Lihatlah bagaimana Tuhan mengatur segala alam semesta beserta isinya, sehingga tidak satupun dari planet atau gugus bintang bertabrakan dan saling menghancurkan satu sama lain. Segala yang baik yang disediakan Tuhan dalam pemeliharaanNya pun berperan untuk memberi kesempatan bagi kita untuk terus berbenah diri. Bayangkan jika tiba-tiba alam semesta menjadi kacau, kesempatan kita untuk memperbaiki diri pun sirna. Daud begitu menyadari hal ini dan ia juga berkata "Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah." (Mazmur 135:5).

Selain terus berpanjang sabar memberi kesempatan bagi kita, Tuhan pun selalu memposisikan diriNya untuk selalu menjadi tempat perlindungan yang utama. "TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya" (Nahum 1:7). Kuasa Tuhan yang besar, yang mampu melebihi akal mengatasi segala kemustahilan akan selalu membuat kita aman ketika berlindung di dalamnya. Dalam hal ini pun Daud menyadarinya dan berkata "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8). Daud benar. Kebaikan Tuhan yang luar biasa itu bukan hanya "pepesan kosong" belaka namun sudah sangat nyata terbukti baik lewat perjalanan hidup tokoh-tokoh Alkitab maupun banyak kesaksian dari masa ke masa. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:1).

Kita pantas bersyukur atas kebesaran kuasa Tuhan yang jauh melebihi kemampuan nalar manusia dan atas kesabaran Tuhan terhadap proses perbaikan diri kita. Kebaikan Tuhan seharusnya membuat kita berdiri dan bersorak sorai dalam sukacita, bukannya malah terus menjauh, melupakan atau menyalahkan Tuhan atas segala kesulitan yang kita alami. Menyadari hal ini, marilah kita menyadari betul segala perbuatan dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita dan mengucap syukur atasnya. Lewat Kristus kita semua sudah dimerdekakan, oleh sebab itu kita harus menyikapinya dengan terus menjaga diri kita agar tidak kembali terjatuh kepada kebiasaan-kebiasaan buruk atau dosa-dosa di masa lalu. "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Demikianlah Tuhan mengasihi kita dan tidak menginginkan satupun dari kita binasa. Dan begitulah baiknya Tuhan yang dengan sabar terus menantikan kita untuk menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Bersyukurlah kepadaNya bahwa Dia tidak menggunakan kuasaNya yang dahsyat untuk menghancurkan kita, namun justru untuk menyelamatkan kita. Bersyukurlah bahwa Tuhan senantiasa menganugerahkan kasih karuniaNya kepada kita semua yang punya begitu banyak kesalahan ini. Dan bersyukurlah bahwa Tuhan menggunakan kebaikanNya bukan untuk menolak kita, melainkan justru untuk menggapai dan menyentuh hati kita. Tuhan memberi kita kesempatan luas, tapi jangan sia-siakan kesabaran dan kebaikan Tuhan. Let's praise the Lord today, for He is so good to you and me.

Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, October 29, 2012

Mencegah Pertengkaran

webmaster | 12:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Amsal 17:14
====================
"Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai."

Ada banyak orang yang menyepelekan sebuah perselisihan atau pertengkaran kecil. Mungkin mereka atau kita berpikir bahwa itu manusiawi, wajar dan biasa saja. Tapi sadarkah kita bahwa pertengkaran-pertengkaran yang kecil itu bagaikan melubangi sebuah bendungan? Bocor-bocor kecil pada bendungan mungkin tidaklah berbahaya. Tapi apa yang terjadi jika lubang bocor itu terus bertambah banyak? Dinding akan mudah retak dari satu lubang ke lubang lain, terus tersambung sehingga pada suatu ketika bendungan bisa jebol sehingga air bah pun akan menghancurkan atau bahkan menewaskan banyak orang tanpa bisa dikendalikan. Perselisihan atau pertengkaran pun bisa berpotensi seperti itu. Satu-dua perselisihan kecil mungkin masih tidak apa-apa, tetapi jika tidak segera disikapi serius, eskalasinya bisa meningkat besar sehingga pada suatu saat kita tidak lagi sanggup menghindar dari kehancuran yang timbul setelahnya.

Betapa mengerikannya bencana yang bisa diakibatkan oleh pecahnya tanggul atau bendungan yang bertugas menahan air. Sudah beberapa kali tragedi seperti ini terjadi di negara kita dan membuat banyak orang menderita, kehilangan tempat tinggal, ternak, mata pencaharian atau anggota keluarganya. Firman Tuhan mengatakan bahwa akibat yang ditimbulkan dari sebuah pertengkaran pun bisa seperti itu, tak peduli meski itu hanya pertengkaran kecil. Alkitab menggambarkan memulai pertengkaran sama seperti membobol dinding penahan air. Jika tanggul terbuka, meski sedikit saja pada awalnya, air pasti akan terus mendorong tanggul, memperbesar retaknya sehingga air akan memancar semakin deras dan menenggelamkan sekitarnya. Tidak lagi terkendali, liar dan ganas, berpotensi menghancurkan orang lain dan tentunya diri kita sendiri. Itu tertulis dalam kitab Amsal. "Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai." (Amsal 17:14). Tidaklah sembarangan bila Tuhan mengingatkan akan bahaya pertengkaran seperti ini, karena pertengkaran merupakan satu dari masalah yang paling umum terdapat dalam kehidupan, yang bahkan masih saja sering menyerang orang-orang percaya. Kita seringkali menganggap sepele dan membiarkan hal ini masuk kemana-mana. Di rumah, di tempat kerja, di kampus, sekolah, lingkungan rumah bahkan gereja sekalipun tidak luput dari bahaya pertengkaran.

Tidak seorangpun di antara kita dengan sengaja membiarkan hadirnya sebuah pertengkaran dan merencanakan hal itu, tentu saja. Kita tidak pernah bangun di pagi hari dan langsung berkata, "saya lagi kepingin bertengkar hari ini, yang besar sekalian.." Tidak. Yang terjadi biasanya adalah kita tidak waspada dan membiarkan kekesalan kecil hinggap pada diri kita, kemudian membiarkannya terus membesar hingga tidak terkendali, seperti tanggul jebol. Tanpa sadar, kita sudah masuk ke dalam sebuah pertengkaran yang sulit dikendalikan. Coba pikirkan, bukankah pertengkaran besar seringkali bermula dari rasa kesal yang kecil, yang kita biarkan sedemikian rupa sehingga akhirnya berubah menjadi amarah atau emosi besar yang sudah sulit untuk dikendalikan? Bukankah pada saat kekesalan itu masih baru, masih lebih mudah bagi kita untuk meredamnya ketimbang ketika kekesalan itu sudah berubah menjadi emosi tingkat tinggi? Begitu banyak rumah tangga yang hancur akibat tingginya frekuensi pertengkaran di rumah. Rumah tidak lagi nyaman. Suasana menjadi panas, penghuninya saling benci. Kita mungkin berkata: "Tapi saya manusia, bukan robot, jadi wajar dong kalau sesekali saya merasa kesal dengan perlakuan orang lain?" Tentu saja. Ada saatnya mungkin kita merasa kesal dengan perilaku seseorang, bahkan yang paling dekat sekalipun. Namun yang harus kita lakukan, kita harus mampu mengendalikannya sebelum menjadi besar. Dalam kehidupan rumah tangga saya, ada kalanya kami saling kesal karena berbeda pendapat dan lain-lain. Tapi saya tidak pernah mau membiarkan kekesalan itu berlarut-larut. Sebagai pria, saya selalu menjaga hati agar tetap dingin dan secepatnya menormalkan suasana. Kalaupun masih kesal dan belum bisa berbaikan, saya akan lebih memilih untuk diam dan menarik diri dari potensi pertengkaran. Saya menenangkan diri, ia pun demikian. Setelah reda, sebuah pelukan hangat biasanya akan mengakhiri segala permasalahan. Satu komitmen yang kami pegang, perselisihan harus selesai sebelum pergi tidur. Ini sebenarnya mirip dengan apa yang disampaikan dalam Alkitab yaitu dalam kitab Efesus. "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26). Based on my own experience, it works really, really well.

Pertengkaran bisa berawal dari berbagai sebab yang biasanya dimulai dengan perselisihan akan hal kecil. Yakobus mengatakan bahwa pertengkaran berasal dari nafsu duniawi yang ada dalam diri kita. "Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi." (Yakobus 1:4-5a). Menyimpan kekesalan atau sakit hati berlarut-larut pun berpotensi menimbulkan pertengkaran. "Sebab, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung ditekan, darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul." (Amsal 30:33). Selain itu, ego, keangkuhan, sikap tidak mau kalah dan sejenisnya juga bisa menjadi awal timbulnya pertengkaran. Karena itulah kita diminta untuk bisa memaafkan orang dengan segera dan bersikap rendah hati, mau belajar untuk lebih memahami dan menerima orang lain apa adanya. Kita harus menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Masalah seperti apapun yang timbul bisa diselesaikan baik-baik pada saat yang tepat, tidak terburu-buru. Alkitab juga mencatat fakta yang menarik dan memang benar: orang yang suka bertengkar biasanya juga suka pada pelanggaran atau dosa. "Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan pintunya mencari kehancuran." (Amsal 17:19).

Jika kita terbiasa untuk cepat tersinggung dan naik darah, mudah naik pitam untuk hal-hal yang kecil sekalipun, ini saatnya untuk mulai belajar menghilangkannya. Bersikap tegaslah terhadap pertengkaran. Jangan membiarkannya merusak hidup kita sendiri dan orang lain. Mungkin untuk itu anda perlu waktu, tapi setidaknya itu harus dimulai sesegera mungkin sebelum anda terlanjur menyakiti orang lain dan diri sendiri. Ambillah sebuah komitmen bahwa dengan kuasa Tuhan dan pertolongan Roh Kudus, tidak akan ada hal yang bisa merampas sukacita dari diri kita, termasuk didalamnya kekesalan yang bisa mengarah kepada pertengkaran. Sedini mungkin kita harus terus menjaga agar dinding pertahanan emosi kita tetap kuat sehingga tidak bisa dijebol oleh kemarahan yang pada suatu saat tidak lagi bisa kita kendalikan. Ingatlah penyesalan biasanya datang terlambat, oleh karenanya kita harus senantiasa menjaga kestabilan emosi kita dan tidak cepat menuruti emosi dalam diri kita. Jika mengontrol emosi terasa sulit, mintalah Roh Kudus membantu kita dalam mengatasinya. Cepat lakukan itu sebelum kita mulai berbuat dosa. Selain itu ingatlah bahwa amarah manusia itu tidaklah pernah menyenangkan hati Tuhan. "Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1:20). Firman Tuhan juga berkata "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:18). Selagi masih sadar dan masih bisa mengendalikan emosi, redamlah segera sebelum semuanya menjadi runyam dan terlambat. Tolaklah emosi sejak awal, dan katakan pada diri anda bahwa anda ingin berjalan dalam sejahtera dan damai sukacita Tuhan hari ini. Selain itu baik bagi kesehatan, anda pun akan merasa heran betapa hidup ini ternyata lebih indah jika dijalani tanpa emosi atau pertengkaran.

Don't open something we can't control. Jangan buka pintu pertengkaran yang nantinya tidak bisa kita kendalikan


Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, October 28, 2012

Keras Hati

webmaster | 12:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Markus 3:4
=====================
"Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja."

Kalau kita mau jujur, betapa seringnya kekerasan hati menghambat kita untuk maju, baik dalam kehidupan maupun dalam iman. Ambil satu contoh sederhana saja, ketika kita merasa terlalu gengsi untuk berbaikan dengan sahabat atau anggota keluarga sendiri. Kita ingin mereka yang memulai lebih dahulu, meski dalam hati kita sudah digerakkan untuk itu. Bukankah itu sering sekali terjadi pada kita? Jika untuk masalah sepele saja sudah sulit, apalagi ketika kita jelas-jelas salah dan harus meminta maaf. Wah, beratnya bukan main. Rasa gengsi membuat kita lebih suka mengeraskan hati membiarkan perselisihan berlarut-larut ketimbang segera menyelesaikannya. Tuhan kerap berbicara lewat hati nurani kita dan mengingatkan kita akan banyak hal, tetapi kekerasan hati seringkali menjadi penghambat bagi kita untuk melakukan segera tepat seperti apa yang dikehendaki Tuhan. Kita berlaku bagai orang paling benar, paling tahu segalanya dan tidak pernah salah. Sikap buruk seperti ini sudah dilakukan oleh orang-orang Farisi pada masa Yesus turun ke bumi dahulu kala.

Mari kita lihat sebagian dari Markus pasal 3 mengenai "Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat". Pada saat itu Yesus menjumpai seseorang yang lumpuh sebelah tangannya. Di sana ada sekumpulan orang Farisi yang sejak awal memang sudah bertujuan tidak baik. Mereka ingin mencari-cari kesalahan Yesus, dan ketika Yesus ada disana, mereka pun senang karena merasa bahwa itulah saat yang tepat untuk mengecam Yesus.Mereka tahu Yesus pasti akan melakukan sesuatu terhadap orang yang lumpuh tangannya, dan itu akan terjadi pada hari Sabat dimana menurut hukum Taurat seharusnya tidak ada yang boleh melakukan pekerjaan pada hari itu. Sikap yang dipertontonkan orang-orang Farisi ini sungguh ironis. Ketika mereka seharusnya peka terhadap permasalahan umatnya, ketika mereka seharusnya menjadi teladan, yang mereka lakukan malah mencari-cari kesalahan dan menghakimi. Mereka terjatuh kepada dosa kesombongan, merasa diri paling benar, paling kudus, paling sempurna, sehingga hati mereka pun mengeras seperti batu. Setidaknya kita bisa melihat hal-hal berikut dari perilaku orang Farisi disana: mengecam Tuhan, mendahulukan tradisi keagamaan lebih dari mematuhi kehendak Tuhan, mementingkan keselamatan dan kesejahteraan diri sendiri ketimbang orang lain di sekitar mereka, juga kesombongan merasa diri paling benar.

Sudah barang tentu Yesus pun merasa kecewa dan kesal dengan sikap mereka. Inilah yang terjadi kemudian. "Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang? " Tetapi mereka itu diam saja." (Markus 3:4). Perhatikanlah bagian ini. Bahkan setelah ditegur Tuhan sekalipun mereka tetap diam tanpa menyadari sedikitpun kesalahan mereka. Disini kita bisa melihat bagaimana kekerasan hati itu membuat orang tidak lagi peka terhadap kebenaran, bahkan atas suara Tuhan sendiri. Kedegilan mereka dikatakan mendatangkan dukacita dan kemarahan bagi Yesus. (ay 5).

Orang Farisi melakukannya ribuan tahun yang lalu, dan kita tahu bagaimana reaksi Tuhan terhadap sikap keras hati seperti ini. Sayangnya meski kita tahu, sikap seperti ini masih saja sering kita dapati pada orang-orang di sekitar kita, malah mungkin kita pun sekali waktu pernah melakukan hal seperti itu. Jika kita melakukannya, tanpa sadar kita akan mengulangi persis seperti orang Farisi, dan dengan sendirinya mendatangkan dukacita dan kemarahan Tuhan atas diri kita. Kita seringkali membiarkan hati kita terus mengeras sehingga tanpa sadar kita telah membiarkan hangatnya kasih Tuhan menjadi beku. Ketika itu terjadi, kita pun akan dengan mudah jatuh kepada kesombongan, mementingkan diri sendiri dan tidak lagi peka terhadap persoalan yang dihadapi orang-orang di sekeliling kita. Bukannya menolong tapi malah bergunjing, mengkritik dan mengata-ngatai mereka.

Jangan pernah berharap bahwa gerakan kebangunan rohani secara besar-besaran bisa terjadi jika kita orang percaya saja masih terjebak dalam lubang yang sama seperti para Farisi ini. Oleh karena itulah jika kita ingin menyaksikan itu terjadi, jika kita ingin mengalami kuasa Tuhan dalam hidup kita dan juga dalam gereja kita, atas kota, bangsa dan negara kita, maka kita harus memeriksa diri kita sendiri secepatnya terlebih dahulu. Jika disaat memeriksa kita masih menemukan kedegilan atau kekerasan hati seperti itu, maka itu tandanya kita harus segera bertobat dan segera melembutkan hati. Firman Tuhan juga berkata "Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini", ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7), yang mengacu pada Firman Tuhan dalam Mazmur 94:8. Hati yang keras akan membuat kita tidak lagi bisa mendengar perintah Tuhan, tidak lagi memiliki empati kepada sesama. Hati yang keras akan membuat kita semakin lama semakin degil. Hati yang keras akan menghambat curahan berkat dari Tuhan, bahkan menyekat hubungan kita dengan Tuhan. Maka Tuhan mengingatkan agar kita segera melembutkan hati. Bukan nanti, besok atau lusa, tapi hari ini, sekarang juga.

Kita harus mau memeriksa diri kita sendiri terlebih dahulu untuk melihat apakah sikap-sikap kita yang menghambat pertumbuhan rohani sesuai dengan yang diinginkan Tuhan sedikit banyak masih ada dalam diri kita. Yakobus mengatakan "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." (Yakobus 1:27). Itulah yang seharusnya kita lakukan. Jika tidak, maka itu artinya kita melewatkan kesempatan untuk memperoleh firman yang tertanam dengan baik dalam hati kita, dan dengan sendirinya membuang peluang untuk mendapatkan kuasa yang menyelamatkan.

Sangatlah baik apabila anda saat ini sudah rajin mendalami firman Tuhan, tetapi pastikan pula bahwa anda memiliki hati yang lembut agar firman itu bisa tertanam dengan baik. Tidak hanya berhenti pada diri sendiri, tapi juga tersalur ke luar agar menjadi berkat bagi orang lain. Jadilah anak-anak Tuhan yang peka terhadap pergumulan saudara-saudara kita. Bukan menghakimi, tapi bantulah mereka. Jika anda masih menemukan bagian-bagian keras dalam hati anda, mintalah Tuhan memberi hati yang lembut saat ini juga, sebentuk hati yang akan memungkinkan tuhan untuk melimpahkan rahmatNya pada anda untuk dialirkan memberkati orang lain di sekeliling kita.

Keep our heart soft so His Words can grow nicely in it

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, October 27, 2012

Memperhatikan Pergaulan

webmaster | 12:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Amsal 1:10
==================
"Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut"

Seberapa jauh pergaulan bisa mempengaruhi kita? Kenyataannya, seringkali bagaimana sikap dan perilaku kita hidup sangat tergantung dari pertemanan kita. Jika lingkungan pertemanan baik maka kita pun begitu, tapi sebaliknya apabila ada dalam 'circle of friends' yang buruk maka kita pun ikut-ikutan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan pula. Mungkin awalnya kita bisa menolak, tetapi lama kelamaan kita akan mulai memberi toleransi dan terjerumus dalam dosa. Ada banyak orang-orang yang tadinya hidup baik lalu kemudian berubah menjadi sosok baru yang tidak lagi peka terhadap dosa. Semua yang buruk jadi biasa-biasa saja, hati nurani kita tidak lagi berfungsi dan disanalah iblis akan berpestapora merusak dan menghancurkan kita.

Sejak dahulu Salomo sudah mengingatkan kita akan pentingnya memperhatikan lingkungan pertemanan kita. "Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut." (Amsal 1:10). Ini sebuah pesan singkat yang sesungguhnya sangat penting untuk kita cermati. Salomo dengan hikmatnya sudah melihat kecenderungan manusia untuk jatuh ke dalam dosa akibat bujukan dari orang lain. Orang yang bisa membujuk kita tentu orang yang dekat dengan kita, setidaknya kita kenal. Orang-orang yang dikuasai dosa akan selalu mencari orang lain untuk mengikuti gaya hidup mereka yang salah. Dan kita kerap menuruti mereka lewat banyak alasan. Gengsi jika menolak, takut dianggap kuno, ketinggalan jaman, kampungan dan sebagainya bisa menjadi awal bagi kita untuk mulai menuruti bujukan mereka. Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita untuk mengindahkan pesan Salomo ini.

Jika kita rajin membaca Alkitab, kita tentu sudah paham betul akan bahaya dosa yang begitu banyak ditulis disana. Mungkin semua berawal dengan sederhana lewat keinginan-keinginan daging yang menjanjikan kesenangan, kenikmatan dan hal-hal menggiurkan lainnya yang ditawarkan pada kita. Tetapi ingatlah bahwa meski terlihat sepele namun hal seperti ini bisa menjadi awal datangnya bencana. Dalam Yakobus kita bisa melihat firman Tuhan berbunyi seperti ini: "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15). Sebuah keinginan untuk sedikit-sedikit keluar dari kehendak Tuhan bisa jadi biasa saja di mata kita. Tapi ketika keinginan kemudian akan dibuahi dan melahirkan dosa. Dan ketika dosa menjadi matang dalam diri kita, maut pun akan hadir. Ini adalah hal yang sangat serius yang harus kita perhatikan mengingat kita hidup di dunia yang dipenuhi orang-orang sesat. Mereka akan terus menawarkan banyak kenikmatan yang sangat dirindukan oleh daging kita. Itulah sebabnya kita benar-benar harus berhati-hati dalam lingkungan pergaulan kita. Jangan-jangan bukannya menjadi terang dan garam tetapi malah ikut terseret arus kesesatan dunia.

Seperti apa bentuk keinginan-keinginan yang bisa berbuah dosa dan melahirkan maut itu? Paulus pernah merincinya."Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Galatia 5:19-21a). Dan terhadap pelaku dari semua itu dikatakan tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. (ay 21b). Lihatlah poin-poin keinginan yang dikatakan bisa melahirkan maut itu. Bukankah itu bukan lagi hal yang asing bagi kita hari ini? Dimana-mana ada potensi penyesatan, dan apabila tidak hati-hati maka kita bisa dengan mudah masuk di dalamnya.

Firman Tuhan mengingatkan kita agar berhati-hati dalam bergaul. "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Kita harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepada siapa kita bergaul. Kita memang tidak boleh memusuhi mereka, kita bahkan perlu menjangkau orang lain agar bisa diselamatkan. Tetapi penting pula bagi kita untuk berhati-hati agar jangan termakan bujukan mereka, dan bukannya kita yang membawa mereka ke dalam terang tapi malah kita yang terjerumus masuk ikut-ikutan ke dalam dosa.

Perhatikanlah hikmat Salomo kemudian berkata:  "..mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri" (Amsal 1:18). Inilah yang dialami oleh orang-orang yang melakukan dosa. Peran kita adalah untuk menyadarkan dan menyelamatkan mereka dari kebinasaan bukannya malah ikut-ikutan masuk ke dalamnya. Dunia yang kita tinggali saat ini memang penuh dengan kegelapan lengkap dengan berbagai penyesatannya. Tetapi kita jangan sampai serupa dengannya. Firman Tuhan pun mengingatkan "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Segala perbuatan dosa sesungguhnya berasal dari Iblis. Dan Yesus pun sudah hadir ke dunia atas besarnya kasih Allah pada diri kita untuk membinasakan semua itu. Alkitab menyatakan demikian: "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu." (1 Yohanes 3:8). Semua sudah dikalahkan Yesus lebih dari 2000 tahun yang lalu, oleh karena itu kita seharusnya tidak lagi terjebak ke dalam tipu muslihat iblis yang akan terus berusaha menggiring kita untuk binasa lewat banyak cara. Dosa-dosa memang bisa dikemas dengan indah dan penuh kenikmatan, tetapi apa yang sesaat itu sama sekali tidak sebanding dengan akibat yang harus kita tanggung selamanya kelak. Hari ini marilah kita sama-sama mawas diri memperhatikan pergaulan kita dan terlebih lagi menjaga diri kita agar tidak termakan bujuk rayu mereka yang berdosa. Jadilah agen-agen Tuhan yang berperan dalam menyelamatkan mereka dan bukan sebaliknya, menuruti mereka untuk turut berbuat dosa.

Say no to sin right away before it overcomes you

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, October 26, 2012

Pertumbuhan Iman

webmaster | 12:00:00 PM | Be the first to comment!
 Ayat bacaan: 1 Timotius 4: 7b-8
========================
"Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."

Tanaman yang sama di tempat yang sama tidak serta merta membuat semua tanaman itu akan tumbuh sama baiknya atau pesatnya. Di depan rumah saya menanam tiga pohon pinus yang masing-masingnya berjarak sekitar setengah meter dengan tinggi awal yang sama, tetapi kemudian ketiganya tumbuh dalam kecepatan yang berbeda. Yang paling kiri paling cepat, sedang yang diujung kanan itu paling lambat tumbuhnya. Ada banyak faktor yang menentukan cepat tidaknya atau berhasil atau tidaknya sebuah tanaman untuk bisa tumbuh baik. Ada tanaman yang langsung mati jika tidak terawat, ada pula yang hidup segan mati tak mau. Tidak mengalami pertumbuhan, tetapi mati pun tidak. Atau kalaupun bertumbuh prosesnya sangat lambat. Dalam hal ketiga pinus itu, tampaknya posisi terdekat dari sinar matahari pagi membuat perbedaan diantara ketiganya. Dengan perawatan yang lebih baik pada pohon pinus yang relatif lebih lambat tumbuhnya, lama kelamaan pohon itu mulai menyusul pesat pertumbuhan pohon disebelahnya. Perhatian yang diberikan terhadap tanaman bisa membawa hasil yang berbeda. Semua pohon punya potensi untuk tumbuh baik, tetapi perhatian kita dalam merawatnya akan memberi perbedaan. Dalam hal rohani pun keadaan bisa sama seperti itu.

Ada banyak orang yang memiliki kerinduan yang besar agar imannya bertumbuh, tapi dia merasa seolah berjalan di tempat selama bertahun-tahun. Mereka sudah berdoa, tapi tetap saja tidak merasakan adanya pertumbuhan. Hidup masih diliputi keraguan. Segala hal keduniawian masih terus lebih mendominasi ketimbang merasakan hadirat Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada kerinduan untuk mendalami Alkitab, secara teratur menyediakan waktu untuk saat teduh, bahkan kerinduan untuk beribadah bersama saudara-saudari seiman. Saya pernah mengalami hal-hal seperti itu. Ada masa dimana saya mudah mengantuk di gereja, ada masa dimana saya begitu malas membuka Alkitab, bahkan malas berdoa kalau sedang tidak ada yang saya butuhkan. Tapi sekarang berbeda. Saya merasakan sendiri betapa indahnya hidup bersama Tuhan. Living from glory to glory, that makes my life different, better than ever. Apakah itu artinya saya orang yang 'problem free'?  Sama sekali tidak. saya adalah manusia biasa yang tetap punya masalah-masalah dalam hidup. Tetapi kedekatan bersama Tuhan setiap harinya membuat saya tidak mudah terganggu dengan adanya masalah. Saya tahu Tuhan ada bersama saya dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah satu per satu, dan itu memberi kekuatan serta keyakinan tersendiri sehingga saya bisa tenang dan tidak harus kehilangan sukacita. Saya tidak harus takut, karena saya tahu Tuhan tidak akan pernah meninggalkan saya. Itu tidak akan bisa kita rasakan apabila kita hanya terus berjalan di tempat tanpa mengalami pertumbuhan.

Sebuah pertumbuhan iman. Itu terdengar sangat indah. Kita tidak akan bisa berharap untuk bertumbuh dengan instan, dan berharap bahwa dengan satu doa, lalu kita tiba-tiba langsung bertumbuh dalam dia. Sebuah pohon tidak pernah mendadak tumbuh besar dalam sekejap mata bukan? Iman kita pun sama seperti itu. Seperti pohon, iman bisa bertumbuh. Diawali dari benih Firman Tuhan yang kita tanam, benih itu bisa membuat iman bertumbuh semakin besar dan semakin tinggi. Demikianlah Yesus menggambarkan hal itu: "Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Matius 13:23).

Jika kita membaca 1 Korintus 3:7, kita akan melihat bahwa Allah-lah yang memberi pertumbuhan. Itu benar. Namun bukan berarti kita bisa berpangku tangan dan hanya menunggu hingga Tuhan untuk memberikan itu, karena ada bagian yang harus kita lakukan. God does his part, but we have to do our part first. Dan kita tidak bisa pula berharap untuk bisa tekun dalam sekejap mata. Seperti dalam banyak hal, kita harus terlebih dahulu melatih diri kita dan membiasakan untuk tekun secara perlahan dari hari ke hari. Itu tepat seperti yang disebutkan dalam ayat bacaan hari ini "Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7b). Seperti halnya orang yang ingin tubuhnya sehat, mereka pun harus melatih diri mereka agar berolahraga secara teratur. Makan makanan yang bergizi secukupnya secara teratur, dan lakukan senam atau lari pagi secara teratur pula. Kalau ingin pintar, tentu kita harus sungguh-sungguh. Everything in life is a process. It's never instant. Itu termasuk juga dalam hal pertumbuhan iman. Pertumbuhan iman haruslah melalui proses dimana ada bagian Tuhan, dan ada pula bagian kita, yang harus kita lakukan. Melatih diri untuk beribadah itu sangat penting, karena ada janji yang terkandung disana. Janji yang tidak saja berguna untuk kehidupan di dunia, namun juga untuk kehidupan yang akan datang. (ay 8).

Selain tekun berlatih, adalah penting pula untuk mematikan segala hal yang bersifat duniawi. "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi..." (Kolose 3:5). Kita tidak akan pernah bisa bertumbuh dan hidup dalam Roh jika diri kita masih terus dikuasai oleh berbagai keinginan daging. Apabila kita menuruti apa yang diinginkan daging, maka kita akan mati, sebaliknya jika kita mematikan hal-hal duniawi dan membiarkan diri kita dipimpin oleh Roh, maka kita pun akan hidup. (Roma 8:13). Agar kita bisa bertumbuh dan menjadi milik Kristus, kita harus hidup dalam Roh, karena menjadi milik Kristus berarti ada Roh Allah yang diam di dalam kita. (ay 9). Roh Allah tidak akan diam di dalam kita jika kita terus membiarkan kedagingan mengambil alih kehidupan kita.

Dengan terus melatih diri untuk beribadah dan mematikan keinginan-keinginan duniawi, disanalah iman kita akan bertumbuh. Saya sudah merasakan sendiri bagaimana luar biasanya bertumbuh dari hari ke hari. Akan ada banyak sekali hal luar biasa yang akan anda lewatkan jika anda tidak bertumbuh. Ada damai dan sukacita disana, ada kasih, ada kesabaran, ada pengharapan, ada pertolongan dan lain-lain, semua itu begitu menguatkan saya dalam menjalani profesi dan kehidupan. Hidup dipimpin Tuhan itu rasanya luar biasa. Ada banyak hal yang disingkapkan, mata kita akan melihat segala sesuatu dari sebuah sudut pandang yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Itu semua saya katakan berdasarkan pengalaman yang saya alami sendiri dan bukan sekedar teori. Berdoalah, minta Tuhan untuk melakukan bagianNya, dan lakukan pula bagian kita, maka kita akan bertumbuh. "Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya." (2 Petrus 3:18).

Do our part first then let God do His part

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, October 25, 2012

Phototaxis

webmaster | 12:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Yesaya 60:3
======================
"Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu."

Laron atau ngengat selalu tertarik kepada cahaya. Mereka bisa bergerombol ke arah lampu-lampu yang menyala di malam hari hingga ke dalam rumah sekalipun. Ngengat-ngengat tersebut tidak peduli walaupun jika mereka bertabrakan. Dan itu yang sering terjadi. Ketika bertabrakan sayapnya bisa patah dan laron itu pun akan jatuh. Meski demikian mereka tidak peduli dan terus berebutan mendekati cahaya. Jika itu terjadi, kita pun akan repot membersihkan laron yang berserakan di lantai. Cara paling mudah untuk mengusirnya adalah dengan mematikan lampu. Begitu ruangan menjadi gelap, gerombolan ngengat itu akan segera pergi menuju sumber cahaya yang terdekat. Pada suatu kali saya melewati jalan tol ketika menjelang subuh, dan saya melihat begitu banyak serangga terbang mengerubungi lampu mobil anda. Selain laron ada juga beberapa jenis serangga terbang lainnya yang bersifat phototaxis alias selalu tertarik kepada cahaya. Saya tidak tahu mengapa mereka tertarik kepada cahaya, tapi yang jelas ketertarikan mereka sungguh amat besar.

Hidupkan sebuah lilin kecil di ruangan gelap, maka anda akan melihat bahwa terang akan selalu mampu mengatasi gelap. Semakin gelap ruangannya, maka cahaya lilin pun akan semakin terang pula terlihat. Seperti ngengat, manusia pun sebenarnya menunjukkan sifat phototaxis positif alias selalu butuh terang dalam hidupnya. Bisakah anda membayangkan seandainya tidak ada lampu di dunia hingga hari ini? Akan sangat sulit untuk bekerja di dalam gelap, dan banyak orang yang takut berlama-lama dalam kegelapan. Tidak itu saja, nyatanya berada lama dalam kegelapan pun bisa menjatuhkan mental kita, membuat depresi dan hal-hal negatif lainnya. Ada sebuah kota di Eropa dimana di musim dingin bisa 24 jam penuh tanpa matahari selama beberapa hari, dan ternyata tingkat depresi bahkan bunuh diri disana sangat tinggi. Padahal tingkat kesejahteraan masyarakatnya secara umum termasuk tinggi. Dalam hal apapun kita tampaknya tidak berbeda dengan ngengat yang selalu membutuhkan terang.

Selain menerangi dalam gelap, terang ternyata juga mampu berfungsi sebagai penarik. Sebagai anak-anak Tuhan, kita sudah diingatkan untuk berfungsi sebagai terang di dunia. Tuhan Yesus berkata "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:14-16). Ini merupakan panggilan bagi kita semua yang mendapat terang Kristus untuk mampu menjadi sumber terang di dunia. Artinya, lewat tindakan dan perbuatan, tingkah laku dan gaya hidup kita, seharusnya kita mampu menjadi terang yang bisa menarik perhatian orang lain dalam hal-hal yang positif.

Terang berbicara mengenai menjadi contoh yang baik, memancarkan cahaya yang mampu membuat orang lain bisa melihat kemuliaan Tuhan dan menarik orang untuk mengenal dan masuk ke dalam terang. Kita bisa menjadi contoh dengan hidup berbeda dengan kebiasaan dunia yang tidak baik. Tapi yang seringkali kita lakukan sayangnya seringkali sebaliknya. Ada banyak orang kristen hari ini yang hidup eksklusif, egois, hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya. Ada pula yang tidak memberikan contoh baik sama sekali. Mengaku kristen, tapi hidupnya penuh ketakutan, kekhawatiran, selalu terlihat cemas, atau bersikap tidak jujur, tipu sana tipu sini dan sebagainya. Ada pula yang bersikap tidak bersahabat dan kasar terhadap orang lain. Atau keluarganya penuh pertengkaran dan keributan. Perilaku-perilaku seperti ini memang bisa menjadi pusat perhatian orang, tapi sayangnya bukan dari segi positif. Itu namanya bukan menjadi terang, tapi malah menjadi batu sandungan. Akibatnya orang yang melihat bukannya mengenal pribadi Kristus, tapi malah menjadi anti-pati. Bukannya memberikan teladan, tapi malah menjadi tertawaan.

Meski dunia terlihat semakin modern dan semakin gemerlap, tapi sebenarnya di balik itu semua dunia hari ini semakin jauh masuk ke dalam kegelapan. Artinya inilah saatnya kita bisa berperan menjadi terang di dunia, di sekitar kita, sehingga orang akan bisa menyaksikan bagaimana terang Kristus yang berada di dalam kita sungguh memberikan perbedaan nyata. Dan itu semua akan terlihat jelas dari bagaimana kita hidup bermasyarakat.

Panggilan untuk menjadi terang juga bisa kita peroleh dalam kitab Yesaya. "Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu." (Yesaya 60:1). Meski kota-kota metropolitan semakin terang benderang penuh cahaya gemerlap, tapi itu hanyalah sesuatu yang tampak di permukaan saja. "Sebab sesungguhnya kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu." (ay 2). Apa yang terjadi kepada kita jika kita menjadi terang? Firman Tuhan mencatat hal-hal luar biasa di balik itu. "Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong....Segala kambing domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayot akan tersedia untuk ibadahmu; semuanya akan dipersembahkan di atas mezbah-Ku sebagai korban yang berkenan kepada-Ku, dan Aku akan menyemarakkan rumah keagungan-Ku." (ay 3,4,7). Bukan saja jiwa-jiwa akan datang untuk mengenal Tuhan lewat kita, tapi Tuhan pun melimpahi berkat-berkat lainnya. "Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN." (ay 6). Dan ada banyak lagi yang akan dilimpahkan Tuhan kepada anak-anakNya yang mau bangkit dan menjadi terang. Bacalah selengkapnya Yesaya 60:1-22, maka anda akan melihat gambaran keseluruhan yang sungguh sangat jelas.

Menjadi terang merupakan kewajiban kita yang percaya kepadaNya. Lebih ari itu, Tuhan masih pula melimpahkan begitu banyak berkat jika kita mau menjadi pelaku-pelaku firman yang benar. Seperti ngengat di pembuka renungan ini, demikian pula orang-orang bisa berhimpun datang menuju Kristus jika kita semua mampu menjadi terang tepat seperti yang diharapkan Tuhan. Oleh karenanya kita harus senantiasa menjaga diri kita, segala yang kita perbuat, gaya dan cara hidup kita agar dapat selalu memancarkan terang. Jangan sampai terang kita meredup dan kalah dikuasai kegelapan. "Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan." (Lukas 11:35). Hiduplah senantiasa dengan menjaga kekudusan dan ketaatan, berikan keteladanan yang baik, hingga kehidupan kita bisa menjadi kesaksian nyata dimana orang akan bisa melihat bagaimana luar biasanya hidup berjalan bersama Kristus. Bangkitlah, dan menjadi teranglah, agar semua orang bisa melihat kemuliaan Tuhan bersinar terbit bercahaya atas kita.

Jadilah terang yang penuh daya tarik dan mampu menyatakan betapa luar biasanya hidup bersama Kristus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, October 23, 2012

Tumpukan Batu dan Dosa

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Mikha 7:19
==================
"Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut."

Renovasi sebuah jembatan memerlukan banyak batu-batu berukuran besar. Karena itu batu-batu besar itu pun membuat jalan terganggu untuk waktu yang cukup lama. Setiap hari saya melewatinya dan melihat batu-batu itu menumpuk disana, dan saya pun berpikir bahwa seringkali baik disadari atau tidak dosa kita bisa begitu banyak sehingga akhirnya menggunung seperti tumpukan batu-batu itu. Batu yang berukuran besar dengan banyak sisi yang tajam, bisa melukai atau bahkan mengakhiri nyawa orang. Ironisnya, banyak orang yang lebih suka untuk mengangkat batu-batu berat tersebut dalam perjalanan hidupnya ketimbang membuangnya jauh-jauh dan hidup sebagai orang yang bebas. Maksud saya, sudah tahu dosa, masih juga terus dilakukan. Padahal dengan bertobat, menerima hidup baru, dipulihkan dan hidup dengan damai penuh kasih, itu jelas jauh lebih "ringan" dan akan membawa kita menuju keselamatan.

Ijinkan saya melanjutkan renungan terdahulu mengenai pengampunan Tuhan atas dosa-dosa kita. Apa yang terjadi pada jaman Mikha sungguh mengerikan. Dosa sudah begitu parah mencemari manusia sehingga jika anda baca maka anda bisa bergidik atas situasi saat itu. Tapi uniknya, dalam kitab ini pula kita diingatkan akan kebaikan dan kasih Tuhan yang luar biasa. "Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut." (Mikha 7:18-19). Begitulah kasih Tuhan. Dosa-dosa yang membuat kita seharusnya berakhir dalam kematian kekal penuh siksaan semua sudah dibayar lunas oleh Kristus sendiri. Itu adalah wujud kasih Tuhan yang begitu besar pada kita. Ketika kita sudah diselamatkan, tidakkah keterlaluan jika kita malah memilih untuk terus menimbun dosa-dosa besar dan terus mengangkutnya dari masa ke masa dalam hidup kita, atau bahkan terus menambah beban sendiri dengan batu-batu besar yang baru?  Kasih setia Tuhan terus tercurah, Dia menyayangi kita, dan siap untuk melemparkan dosa-dosa kita yang besar itu jauh ke dalam tubir laut.

Jika kita menyadari betapa besar kasih Tuhan, seharusnya kita pun segera bertobat. Dan pertobatan kita akan segera berbuah pengampunan. Tidak hanya diampuni, tapi Tuhan juga berjanji untuk tidak lagi mengingat dosa kita. "..sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." (Yeremia 31:34). Dalam kesempatan lain, Daud pun menyadari hal itu. Mari kita lihat kutipan dari Mazmur 103. "TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." (Mazmur 103: 8-13). Seperti itulah besarnya kasih Tuhan dan kerinduanNya agar kita tidak harus berakhir dengan siksaan kekal.

Sudah saatnya bagi kita untuk meninggalkan batu-batu besar yang penuh sisi-sisi tajam. Bertobatlah, agar Tuhan segera melemparkan batu-batu itu jauh ke dalam tubir laut, kemudian tidak lagi mengingat dosa masa lalu kita. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat, dan Tuhan rindu untuk segera melemparkan semua itu sejauh-jauhnya. Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa Dia adalah sahabat dari orang berdosa (Lukas 7:34). Dia datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Itu luar biasa. Tuhan siap kapan saja untuk membuang tumpukan batu dosa kita sejauh mungkin dengan cepat dan tidak lagi mengingatnya. Semua itu tergantung kita, oleh karenanya ambil keputusan sekarang juga.

Tidak sulit bagi Tuhan untuk mengangkut tumpukan batu dosa kita dan membuangnya jauh-jauh, yang sulit adalah kesediaan kita untuk berbalik padaNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, October 22, 2012

The God of Second Chance (2)

webmaster | 10:00:00 PM | 1 Comment so far
(sambungan)

Daud pernah mengalami kebaikan Tuhan juga atas dosa besar yang ia lakukan. Tidak tanggung-tanggung, seorang pahlawan yang mengalahkan raksasa Goliat dan diangkat langsung menjadi raja oleh Tuhan pernah jatuh begitu parah. Dosa skandal perzinahan dengan istri orang lain lalu diikuti dengan pembunuhan berencana pernah menodai perjalanan hidupnya. Namun nyatanya Tuhan masih berkenan membukakan pintu pertobatan. Mengapa Tuhan berkenan mengampuninya? Itu karena Daud adalah orang yang dengan besar hati selalu mau mengakui kesalahannya. Berkali-kali Daud menuliskan tentang pengakuan dan pertobatannya. "TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.....Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu." (Mazmur 25:8). "Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku." (Mazmur 32:5) dan banyak lagi. Lalu mari kita lihat Petrus yang sempat menyangkal Yesus tiga kali. Ia melakukan kesalahan besar, tapi ia dipulihkan secara luar biasa ketika ia menyadari kesalahannya. Lantas lihatlah Paulus. Dia punya kesalahan yang sungguh parah. Ia adalah pembunuh dan penyiksa orang percaya. Tetapi Tuhan berkenan memberinya kesempatan kedua yang kemudian ia pakai untuk melakukan pekerjaan Tuhan secara luar biasa hingga akhir hayatnya.

Kepada kita pun Tuhan selalu melimpahkan kesabaran. Meski kita terus terjatuh dalam dosa, Dia terus memberikan kesempatan untuk memperoleh pengampunan. Dosa sebesar dosa Yunus, Daud, Petrus dan Paulus tidaklah main-main. Namun bagi mereka pun tetap tersedia pengampunan. Kesempatan yang sama dibukakan Tuhan untuk kita hari ini. Seberapa besarpun kesalahan kita sebelumnya, Tuhan siap untuk mengampuni,tidak lagi mengingat pelanggaran kita.

Our God is the God of mercy. He is the God of second chance. Apa yang harus kita lakukan adalah mengakui dosa kita dan bertobat. Jika kita bertobat secara sungguh-sungguh, mengakui dosa kita secara jujur dan berjanji untuk tidak lagi mengulangi kesesatan kita, saat itu pula Tuhan akan langsung mengampuni kita. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Bandingkan ayat ini dengan Mazmur 32:5 di atas, dimana Daud pun mengatakan hal yang sama. Selama kita masih hidup di dunia ini, kesempatan akan selalu terbuka. Tuhan terus menanti kita untuk kembali pada sang Gembala, dan berhenti menjadi domba-domba yang sesat. Tapi meski demikian, kita harus ingat bahwa itu bukan berarti kita boleh mempergunakan itu sebagai alasan untuk terus berbuat dosa. Never take God's mercy for granted! Benar, kesempatan masih terbuka saat ini bagi kita semua, namun ingatlah bahwa kesempatan itu pada suatu saat akan sirna. Pada suatu saat nanti, kesempatan akan tertutup untuk selamanya. Dan pada saat itulah akan terlihat perbedaan nyata dari orang yang tahu mempergunakan kesempatan keduanya dengan baik dan orang yang tidak mempergunakannya. Bagi yang tidak menghargai kesempatan yang diberikan Tuhan, Tuhan akan berkata dengan tegas: "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:23).

Tidak satupun dari kita yang tahu kapan waktu dan tugas kita selesai di dunia ini. Bagaimana jika kita sudah dipanggil sebelum sempat bertobat? Maka Yesus pun mengingatkan: "Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya." (Matius 25:13).Kita tidak akan pernah tahu kapan kesempatan itu akan berakhir. Oleh karena itu hendaklah kita senantiasa berjaga-jaga dan menghargai setiap kesempatan yang diberikan Tuhan untuk mengakui dosa dan bertobat. Pintu pengampunan Tuhan masih terbuka, apapun kesalahan anda saat ini. Jika ada hal-hal yang belum anda bereskan, datanglah kepadaNya sekarang juga dan bertobatlah segera sebelum semuanya terlambat.

God is full of mercy, but don't take it for granted!

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Kemana Mata Memandang

webmaster | 12:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Mazmur 26:3
====================
"Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu."

Sebaik-baiknya kondisi mata, kita harus mengakui bahwa mata kita memang terbatas kemampuannya dalam melihat. Anda akan kesulitan mengenali orang dari jarak pandang sekitar 100 meter. Anda akan sulit membaca tulisan yang letaknya sudah terlalu jauh dari jarak pandang normal. Belum lagi jika anda mengalami gangguan pada mata. Kacamata plus diperlukan apabila kita kesulitan melihat yang dekat, sebaliknya kacamata minus akan membantu bagi orang yang punya masalah dalam melihat jauh. Apabila ada hal-hal yang membatasi jarak pandang seperti asap, kabut dan sebagainya, maka jarak pandang kita pun akan menurun drastis. Mata kita tidak bisa tembus pandang, kita tidak bisa melihat apa yang ada dibalik sebuah tembok atau tirai dan benda-benda lain yang menyekat pandangan kita. Kita juga tidak bisa melihat masa depan dengan mata kepala sendiri. Kesimpulannya, dengan mata kita memang bisa melihat segala yang ada di bumi dan benda-benda langit sampai batas tertentu, tapi kita tetap tidak mampu melihat segala-galanya karena kemampuannya memang terbatas.

Bagaimana atau kemana mata rohani kita memandang dalam menghadapi sulitnya kehidupan? Seperti halnya mata, kita pun merupakan manusia yang kemampuannya terbatas. Ini akan makin terasa ketika kita berhadapan dengan masalah dalam perjalanan hidup kita. Seringkali dalam himpitan persoalan kita merasa bahwa kita menghadapinya sendirian dan tidak lagi yakin bahwa Tuhan tetap ada bersama kita. Kita mengira bahwa Dia telah meninggalkan kita, atau terlalu sibuk mengurusi orang lain di dunia ini. Mungkin juga kita merasa bahwa Tuhan sudah bosan kepada kita dan memilih untuk membiarkan kita menghadapi masalah sendirian. Atau kita mungkin merasa Tuhan terlalu lama atau bergerak terlalu lambat dalam menolong kita. Bukankah semua ini sering kita rasakan ketika kita merasa terhimpit berbagai kesulitan atau situasi yang berat?

Ada banyak tokoh alkitab yang sempat mengalami hal yang sama seperti itu. Contohnya Daud. Dia pernah berseru: "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mazmur 13:2). Ayub pernah bersikap sinis kepada Tuhan ketika merasa diperlakukan tidak adil. Dan ada banyak lagi contoh yang bisa kita dapat dalam alkitab mengenai perasaan ditinggalkan Tuhan ini. Kita bisa melihat bukan saja kemampuan kita terbatas, tapi daya tahan kita ketika dihimpit masalah pun sama terbatasnya. Lantas apa hubungannya dengan mata? Apa yang ingin saya katakan adalah sebagai berikut. Jika kita mengandalkan pandangan kita yang terbatas ini hanya untuk fokus melihat masalah saja, dalam waktu singkat kita akan patah semangat, kehilangan harapan dan akhirnya menyerah. Sebaliknya jika kita menyadari betapa terbatasnya kemampuan pandangan kita, maka kita seharusnya mengarahkan mata rohani kita ke arah sumber yang tidak terbatas.

Kita harus menjaga diri kita agar tidak terlalu lama dikuasai perasaan khawatir itu. Berhentilah segera untuk mengarahkan pandangan hanya kepada masalah saja, karena seringkali yang kita dapatkan malah kecemasan dan ketakutan yang meningkat dan tidak akan menolong apapun alias tidak memberi solusi apa-apa. Pandangan kita yang terbatas ini tidak lagi bisa diandalkan ketika beratnya masalah sudah mencapai titik tertentu. Dan itu saatnya untuk mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan yang tidak terbatas. Mari kita kembali pada Daud. Meski Daud sempat goyah dan merasa seolah-olah Tuhan melupakannya, menganggap Tuhan menyembunyikan wajahNya dari Daud, namun Daud tidak mau berlama-lama membiarkan perasaannya tercemari oleh pikiran seperti itu. Ia tahu kemana ia harus mengarahkan pandangannya. Lihat bagaimana Daud segera merespon kekhawatirannya. "Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku." (Mazmur 13:6a-6b). Bagaimana ini mungkin terjadi padahal baru saja ia mengeluh karena merasa Tuhan telah meninggalkannya? Itu dimungkinkan karena Daud mengarahkan pandangannya ke arah yang benar. Bukan ke arah masalah, tapi ke arah Tuhan. Dari mana kita tahu? Lihatlah ayat berikut ini:  "Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu." (26:3).

Sesungguhnya Tuhan tidak pernah meninggalkan kita seperti apa yang sudah Dia janjikan. Dia tidak akan pernah merasa bosan, Dia akan selalu punya waktu untuk kita. Tuhan tidak pernah jauh dari kita masing-masing. (Kisah Para Rasul 17:27). He's never far from us! Jika kita mau mengambil waktu dengan rajin untuk membaca Alkitab, maka kita akan menemukan begitu banyak gambaran indah tentang penyertaan Tuhan yang dicatat dalam Alkitab. Mari kita lihat beberapa diantaranya. Tuhan menjanjikan kita untuk bertindak:
- Seperti rajawali: "Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia." (Ulangan 32:11-12).
- Sebagai gembala yang baik penuh kasih sayang. Tuhan akan segera "pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan." (Lukas 15:4-6).
- Sebagai Bapa yang memperhatikan kita. Jika burung pipit yang sangat murah harganya saja tidak luput dari perhatianNya, mengapa kita tidak? "..Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Lukas 12:7).
Dan ada begitu banyak lagi janji penyertaan Tuhan disertai janji pertolonganNya bagi kita yang tengah berhadapan dengan masalah seberat apapun itu.

Ketika masalah menimpa kita, ada saat dimana kita merasa seorang diri dalam menghadapi itu semua. Mungkin kita merasa seolah Tuhan meninggalkan dan membiarkan kita sendirian. Tapi ketahuilah bahwa perasaan-perasaan seperti itu bisa timbul karena penglihatan kita terbatas. Apakah kita mau hidup penuh kekhawatiran, ketidakpastian atau kesusahan, atau hidup tetap dalam sukacita dan keyakinan sepenuhnya akan janji-janji Tuhan, semua tergantung dari kemana kita mengarahkan pandangan. Oleh karena itu gantilah arah pandangan. Arahkanlah pandangan kepada Tuhan, percayalah bahwa Dia sanggup melepaskan kita dari masalah seberat apapun. Tidak ada satupun yang mustahil bagi Dia. Meski kita belum bisa melihatnya saat ini, pakailah mata iman anda dengan baik untuk melihat bahwa Tuhan tidak sekalipun meninggalkan kita. Pandangan kita boleh terbatas, tapi iman akan memampukan kita untuk melihat jauh lebih luas dari kemampuan kita sebagai manusia.

Kemana mata kita memandang akan sangat menentukan bagaimana jalannya hidup kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, October 20, 2012

Jangan Lupa Mengucap Syukur

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Lukas 17:17-18
=======================
"Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"

Bolehkah kita berdoa dan meminta agar Tuhan membantu kita keluar dari jepitan permasalahan yang tengah membelenggu kita? Tentu saja boleh. Tuhan sangat mengasihi kita dan akan selalu dengan senang hati mendengarkan doa permohonan anak-anakNya dan rindu untuk segera bergerak membawa kita keluar dari belenggu masalah dan menjadi merdeka. Lantas ketika tangan Tuhan turun melepaskan kita, bagaimana reaksi kita selanjutnya? Seharusnya kita pun mengingat kebaikan Tuhan yang telah melepaskan kita lantas bersyukur atas segala kasih dan pertolonganNya. Sayangnya pada kenyataannya tidak banyak orang yang ingat untuk mengucap syukur setelah mengalami itu semua. Mungkin sekedar ucapan terima kasih dalam satu atau dua doa, tapi kemudian langsung sibuk menikmati kebebasan dan lupa untuk terus bersyukur. Mereka seolah-olah berkata: "Sampai ketemu lagi pada masalah berikutnya, Tuhan.." alias "See You in the next problem, God!" Sementara apa yang seharusnya, bukan hanya dalam keadaan baik, tapi dalam keadaan buruk pun kita terus mengucap syukur pada Tuhan. Itu tepat seperti apa yang dikatakan Paulus kepada jemaat Tesalonika "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18) yang sudah saya sampaikan pula dalam renungan terdahulu. Ini hal yang penting yang seharusnya kita lakukan, sesuai dengan apa yang Allah kehendaki untuk senantiasa kita lakukan dalam hidup kita. Ironisnya banyak yang lantas lupa untuk melakukan itu. Begitu bebas, mereka pun langsung terlena dalam kebebasan tanpa ingat lagi untuk tetap mengucap syukur kepada Tuhan.

Kita harus mewaspadai kecenderungan manusia untuk terlena dalam kenyamanan hidup. Sikap ini sudah menjadi kebiasaan atau pola perilaku buruk manusia sejak jaman dahulu. Salah satu pengalaman mengenai ini malah dialami langsung oleh Yesus sendiri, yaitu ketika Dia bertemu dengan sepuluh orang kusta seperti yang bisa dibaca pada Lukas 17:11-19. Pada masa itu orang yang menderita penyakit kusta sangatlah menderita. Selain menderita akibat sakit yang diderita, mereka pun mau tidak mau harus rela dikucilkan dari masyarakat. Tidak ada yang mau dekat dengan mereka. Mereka dianggap najis dan hina. Pada suatu kali kesempatan emas datang di hadapan mereka. Mereka melihat Yesus berjalan agak jauh di depan mereka. (ay 12). Mereka pun segera memanggil-manggil Yesus. "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"(ay 13). Yesus kemudian menyembuhkan/mentahirkan mereka semua. Tapi lihatlah berapa orang yang kembali menghadap Yesus. "Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria." (ay 15-16). Hanya satu orang,itupun orang Samaria! Bayangkan bagaimana kecewanya Yesus pada waktu itu. Kemana 9 orang lagi? Mungkin sedang berlari-lari kegirangan menikmati kesembuhan mereka, lupa untuk mengucapkan terimakasih, bersyukur pada Tuhan yang telah menjamah dan memulihkan mereka. "Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" (ay 17-18). Betapa memalukan. Tapi hingga hari ini, hal seperti ini masih juga sering terjadi bahkan diantara orang-orang yang mengaku percaya.

Tokoh-tokoh dalam Alkitab pun punya pergumulannya sendiri sendiri. Namun mereka tahu bahwa kasih setia Allah sanggup melepaskan mereka dari belenggu masalah sebesar apapun sesuai waktunya Tuhan. Daud pun sering mengalami kesulitan. Salah satunya tertulis seperti ini: "Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: "Di mana Allahmu?" (Mazmur 42:11). Lalu bagaimana reaksi Daud? Kita bisa membaca betapa luar biasa reaksi atau sikap Daud dalam ayat berikutnya. "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (ay 12). Meski tengah dalam keadaan tidak kondusif bahkan buruk, Daud tetap masih punya kerinduan untuk mengingatkan jiwanya agar tetap mengucap syukur. Mungkin sulit untuk kita terapkan, tetapi sesungguhnya inilah sikap yang dikehendaki Allah.

Kalau begitu mari kita tanyakan pada diri kita sendiri, sudahkah kita bersyukur hari ini atas semua kebaikan Tuhan dalam hidup kita? Sudahkah kita memuji Tuhan atas penyertaanNya sepanjang hari ini? Jika belum, kembalilah seperti orang Samaria yang disembuhkan di atas. Datanglah kepada Yesus, dan mengucap syukurlah. Bahkan dalam keadaan sulit sekalipun, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan di dalam Kristus seperti yang disebutkan dalam ayat 1 Tesalonika 5:18 diatas. Janganlah pernah lalai untuk mengucap syukur kepadaNya, dan itu berlaku dalam segala hal. Seperti halnya kepada 10 orang kusta, Dia pun sanggup memulihkan kita dari permasalahan seberat apapun yang tengah kita pikul hari ini. Firman Tuhan berkata: "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar" (Yesaya 59:1) Itu janji Tuhan. Karenanya belajarlah untuk terus membiasakan diri dalam mengucap syukur dalam keadaan seperti apapun. Tuhan sudah berjanji, meskipun kita terjatuh, kita tidak akan sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangan kita. (Mazmur 37:24). Dia menjanjikan agar kita tidak sampai rubuh dan hancur. Dia berjanji untuk terus menopang tangan kita, dan Dia berjanji untuk selalu mendengar dan menyelamatkan kita. Anytime, anywhere, anyhow. Inilah yang menjadi janji Tuhan ketika kita tetap tahu untuk bersyukur dan berterimakasih meski dalam keadaan sulit sekalipun. Jadi tidak perlu merasa tertekan, dan teruslah belajar untuk rajin mengucap syukur kepada Tuhan. "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya." (Ibrani 13:15).

Bersyukurlah kepada Tuhan karena itulah yang Dia kehendaki di dalam Kristus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, October 19, 2012

Menyampaikan Lewat Roh Kudus (2)

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
(sambungan)

Selanjutnya penting pula bagi kita untuk terus mengucap syukur. Firman Tuhan berkata: "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Dalam kondisi apapun kita hari ini, semuanya tetap harus dinyatakan dengan ucapan syukur. Apakah kita dalam keadaan baik atau buruk, tetaplah biasakan diri kita untuk mengucap syukur dan tidak terjebak dalam keluh kesah atau sikap-sikap negatif lainnya. Kembali kita diingatkan: "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Bukan satu dua hal, bukan hanya dalam keadaan baik, tapi dalam SEGALA hal. Itu artinya termasuk situasi sulit termasuk berbagai permasalahan yang tengah kita hadapi saat ini. Dalam hal apapun ketika kita berdoa, adalah penting agar kita selalu menaikkannya dengan ucapan syukur.

Satu hal lagi yang jangan sampai lupa adalah pentingnya miliki sebentuk iman yang percaya penuh kepada Tuhan dalam berdoa. Tanpa iman maka sia-sia pula semua doa permohonan kita. Tuhan Yesus berkata demikian: "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:23-24).

Permasalahan akan selalu hadir dalam kehidupan kita. Ada kalanya kita akan menghadapi persoalan untuk dapat menyampaikannya dengan kata-kata ketika beban-beban berat itu terasa begitu menyulitkan untuk diutarakan. Dalam menghadapi situasi seperti itu, ingatlah bahwa Sang Penolong, Roh Kudus telah dikaruniakan untuk menyertai dan tinggal di dalam kita untuk selama-lamanya. Berdoalah dalam Roh, naikkanlah doa disertai ucapan syukur dan miliki iman yang percaya bahwa tidak ada satupun hal yang mustahil bagi Tuhan. Sesungguhnya Tuhan berkuasa lebih dari apapun, Dia tahu dan peduli dengan keadaan kita. Apa yang dijanjikan Tuhan sungguh lengkap. Dia membantu kita dalam menyampaikan keluhan yang tidak terkatakan, Dia akan selalu membimbing dan menguatkan kita dalam menghadapi permasalahan apapun dan Dia siap untuk melepaskan kita dari itu semua. Masalah boleh sedemikian berat dan bertimbun, kita bisa merasa kesulitan untuk mengungkapkan dalam doa, namun jangan pernah lupa bahwa ada Roh Kudus ada di dalam diri anda dan Dia akan selalu siap membantu anda untuk menyampaikan apapun permasalahan anda hari ini dan menolong anda untuk keluar dari situasi itu dan kembali kepada keadaan yang baik tanpa kurang suatu apapun.

Roh Kudus adalah Penolong yang dikaruniakan Tuhan untuk membantu kita dalam berbagai sisi kehidupan, termasuk yang sulit digambarkan dengan kata-kata sekalipun


Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, October 18, 2012

Menyampaikan Lewat Roh Kudus (1)

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Roma 8:26
====================
"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."

Pernahkah anda merasa lidah anda kelu dan tidak mampu berkata apa-apa lagi karena beratnya persoalan yang tengah anda alami, meski anda sedang berada dalam sikap berdoa? Meski hati anda ingin berbicara kepada Tuhan, tetapi hanya air mata yang keluar tanpa ada satupun kata yang bisa diucapkan. Ketika tengah mengalami pergumulan atas satu atau beberapa masalah sekaligus yang berat, ada kalanya kita mengalami situasi seperti itu. Ada pula orang yang kesulitan dalam merangkai kata untuk diucapkan. Mereka tahu bahwa Tuhan merupakan jawaban, tetapi tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya. Ini tentu pernah dialami banyak orang, termasuk kita, terutama ketika tengah mengalami situasi sulit yang menyita pikiran dan perasaan serta membuat kita menderita. Kita tidak lagi bisa berpikir jernih dan mulai gelisah lalu stres. Jika ada diantara teman-teman yang tengah berhadapan dengan keadaan seperti ini, mengertilah bahwa Tuhan paham terhadap kesulitan anda. Tidak hanya sampai disitu saja, Dia pun telah menyediakan solusi yang bisa membantu kita dalam menghadapi persoalan, terutama persoalan berat yang membuat kita tidak lagi bisa menyampaikannya.

Saya ingin menyambung renungan kemarin. Seperti yang sudah saya sampaikan, ada sosok Roh Kudus yang diberikan Tuhan sebagai Penolong seperti yang dijanjikan Yesus langsung.  

"Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu." (Yohanes 14:16-17)

Roh Kudus. Itulah yang berperan sebagai Penolong atau Pembimbing dalam kehidupan kita yang memang diketahui sulit ini. Menolong disini bukan hanya untuk membantu kita untuk membedakan mana yang baik dan buruk atau benar dan salah, tapi juga termasuk menolong kita yang mengalami kesulitan untuk menyampaikan permasalahan kita ke hadapan Allah. Tuhan tahu persis bahwa terkadang kita bisa menjadi bingung ketika tertimpa beban berat dan menjadikan kita seakan-akan tidak tahu lagi harus bilang apa. Dan disaat demikian, kita bisa mengijinkan roh kita dengan perantaraan Roh Kudus untuk menyampaikan itu kepada Tuhan. Itu jelas tertulis dalam ayat berikut ini: "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." (Roma 8:26).

Ketika Roh menyampaikan permohonan kita, maka Allah yang mengetahui isi hati manusia akan mendengar apa yang disampaikan oleh Roh tersebut, sebab Roh itu menyampaikan kepada Allah mewakili kita, on behalf of us, sesuai dengan kehendak Allah, in harmony with God's will. (ay 27). Karunia Roh ini jelas merupakan sebuah sarana yang ampuh untuk membantu kita dalam segala hal, terutama dalam keadaan dimana kita tidak lagi bisa berpikir jernih ketika ditimpa berbagai kesulitan. Karena itulah sangat penting bagi kita untuk menjaga diri kita agar senantiasa menjadi bait Allah yang kudus sehingga Roh Kudus berkenan tinggal diam di dalam kita. (1 Korintus 6:19).

Kita diingatkan untuk menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran. "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yohanes 4:23-24). Penyembah-penyembah yang benar adalah mereka yang menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Itu bunyi Firman Tuhan. Dengan demikian roh kita lewat perantaraan Roh Kudus bisa menyampaikan berbagai persoalan yang tidak lagi sanggup terkatakan oleh kita. Memiliki hubungan dengan Tuhan melalui Roh sungguh sangat penting. Dan semua itu telah dikaruniakan Tuhan kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus, dan telah dijanjikan untuk menyertai kita untuk selama-lamanya seperti yang dikatakan oleh Kristus sendiri dalam Yohanes 14:16. Inilah senjata ampuh yang akan bisa mengatasi timbunan permasalahan yang tidak lagi bisa diungkapkan dengan kata-kata.

(bersambung)

Wednesday, October 17, 2012

Roh Kudus

webmaster | 10:00:00 PM | 1 Comment so far
Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 4:31
==========================
"Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani."

Jika anda pernah mengalami bagaimana Roh Kudus menolong anda untuk melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak terpikirkan, anda tentu tahu bagaimana besarnya kuasa Roh Kudus itu. Saya pernah mengalami beberapa kali, dimana dalam momen-momen paling penting dalam hidup saya Roh Kudus bekerja dan membuat segala sesuatu menjadi jauh lebih mudah ketimbang yang saya duga. Beberapa kali dalam renungan-renungan dahulu saya pernah menuliskannya sebagai bentuk kesaksian saat kuasa Roh Kudus mengatasi logika manusia yang terbatas dalam menolong saya keluar dari masalah. Ada beberapa teman lain yang mengalami hal yang sama. Lihatlah sebuah contoh ketika salah seorang teman harus menyampaikan hal yang berat kepada anaknya. Ia bingung harus bagaimana. Ia tahu harus segera menyampaikannya, tapi di sisi lain ia tidak ingin melihat hati anaknya hancur. Ia kemudian berdoa dan terus berdoa, hingga di malam harinya ia merasa saat untuk menyampaikannya sudah tiba. Ia meminta agar Roh Kudus membimbing mulutnya dalam menyampaikan, menguatkan dirinya dan juga anaknya. Puji Tuhan, ternyata proses penyampaian itu berjalan lancar diluar perkiraan. Kuasa Roh Kudus memang mampu memberi pertolongan dan kemudahan jauh melebihi perkiraan kita.

Sebuah ayat dalam Kisah Para Rasul sudah menyatakan bahwa ketika Roh Kudus turun atas kita, maka kita akan menerima kuasa dan bisa menjadi saksi bahkan hingga ke ujung bumi. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."(Kisah Para Rasul 1:8). Ini adalah sebuah hal besar yang sangat sulit. Menjadi saksi di kota, daerah kita bahkan sampai ke ujung bumi? Bagaimana mungkin? Tapi Firman Tuhan berkata bahwa itu semua mungkin apabila Roh Kudus turun atas kita. Singkatnya bukan kehebatan dan kekuatan kita, tapi Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk meraih pencapaian-pencapaian yang jauh lebih besar daripada yang kita pikirkan.

Petrus dan Yohanes pernah mengalami bagaimana luar biasanya ketika Roh Kudus turun atas mereka. Pada suatu kali mereka pernah dicekam ketakutan lewat ancaman banyak orang ketika hendak mewartakan Firman Tuhan. Namun lihatlah apa yang terjadi setelahnya. "Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani." (Kisah Para Rasul 4:31). Lihatlah sebuah proses transformasi instan yang terjadi ketika Roh Kudus turun atas mereka. Bukan saja mereka langsung diberikan kekuatan dan keberanian, tapi juga kemampuan untuk berhasil menyampaikannya dengan baik. Kita tidak akan pernah cukup kuat untuk menjadi saksi baik di kalangan saudara seiman apalagi kepada orang-orang yang belum percaya jika kita bergerak sendiri tanpa kuasa Roh Kudus bekerja atas kita. Tapi ketika kuasaNya bekerja, maka kekuatan dan pertolongan pun kemudian memampukan kita.

Betapa pentingnya Roh Kudus, Roh yang dijanjikan Yesus sendiri sebagai sosok Penolong untuk menyertai kita selama-lamanya. (Yohanes 14:16). Kita akan menerima Roh Kudus jika kita mengasihi Kristus, menuruti perintahNya (ay 15), Dia akan menyertai dan diam di dalam diri kita. (ay 17). Roh Kudus akan bertindak sebagai penolong dalam kesesakan, bahkan ketika kita berbeban berat dengan keluhan-keluhan yang tidak lagi mampu kita ucapkan. Itu disebutkan oleh Paulus dalam surat Roma. "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." (Roma 8:26). Pengharapan kita pun tidak akan pernah mengecewakan jika kita memiliki kasih Allah lewat Roh Kudus sebagai karuniaNya bagi kita. (Roma 5:5). Lihatlah betapa jauh bedanya ketika Roh Kudus turun atas kita.

Seperti yang telah saya ungkapkan di atas, kita akan menerima Roh Kudus jika kita mengasihi Kristus dan menuruti perintahNya. Yohanes pun menyampaikan hal yang sama. "Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita." (1 Yohanes 3:24). Yesus mengatakan demikian: "Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu....Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Lukas 11:9-13). Petrus dan rasul-rasul lainnya berkata seperti ini: "Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia."(Kisah Para Rasul 5:32). Lihatlah sebuah benang merah dari ayat-ayat di atas semuanya bermuara pada bagaimana agar kita bisa menerima Roh Kudus. Mentaati, mengasihi, menuruti Tuhan, dan memintaNya dalam Yesus. Kita bisa berhasil menjadi saksi Tuhan dalam hidup akan menjadi mungkin ketika kita menerima kuasa, jika Roh Kudus turun atas kita. Kelemahan kita akan teratasi, karena Roh Kudus akan menyampaikan doa atas keluhan-keluhan yang tidak lagi terucapkan karena terlalu berat. Roh Kudus akan membimbing kita dalam menyampaikan hal-hal sulit, kita menjadi berani dan hasilnya pun akan berbeda. Inilah kuasa-kuasa luar biasa lewat Roh Kudus yang dianugerahkan Tuhan kepada anak-anakNya yang hidup berkenan kepadaNya.

"Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah." (1 Korintus 2:9-10). Karunia Roh Kudus memungkinkan kita untuk mengetahui segala sesuatu yang disediakan Tuhan bagi kita. Apa rencana Tuhan bagi kita, apa yang harus kita lakukan atau ucapkan, kemana kita harus melangkah, semua itu dinyatakan lewat Roh Kudus. Dalam menghadapi hidup yang sukar penuh dengan pergumulan ini kita butuh Sang Penolong yang senantiasa menyertai dan diam di dalam hidup kita sampai selama-lamanya. Malam ini saya berdoa secara khusus bagi anda, agar anda sekalian selalu dipenuhi Roh Kudus dalam penyertaan dan persekutuan yang sempurna. Tuhan memberkati anda.

Roh Kudus memungkinkan kita untuk mencapai hal-hal besar, memberi pertolongan dan kemudahan dan memungkinkan kita  untuk mengetahui rencana Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, October 16, 2012

Periksa Diri Sendiri

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: 2 Korintus 13:5
======================
"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji."

Sikut menyikut antar politikus merupakan tontonan yang setiap hari bisa kita saksikan di televisi. Betapa mudahnya orang menyudutkan orang lain dan bertindak seolah-olah diri mereka paling bersih, paling jujur dan paling sempurna. Ini merupakan gambaran dari sikap manusia yang memang jauh lebih mudah untuk menunjuk orang lain ketimbang memeriksa diri sendiri. Padahal ketika kita menunjuk, satu jari menuju ke orang sementara ada tiga jari yang menuju ke diri kita sendiri bukan? Menilai keburukan orang lain itu sangat mudah. Yang sulit justru menilai diri sendiri. Ketika kita menilai keburukan orang lain, sudahkah kita memeriksa diri kita sendiri?

Mari kita lihat apa yang diingatkan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus. Paulus berkata: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji." (2 Korintus 13:5). Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa kita seharusnya lebih memprioritaskan untuk menyelidiki diri kita sendiri terlebih dahulu ketimbang terburu-buru menilai apalagi menghakimi orang lain. Dalam kondisi fisik kita saja itu penting. Bayangkan bagaimana resikonya jika kita tidak pernah memeriksa kesehatan kita, tidak pernah berolahraga tapi terus membiarkan hal-hal yang merusak kesehatan kita bergantian masuk menghancurkan diri kita. Bisa dibayangkan betapa berbahayanya bukan? Apalagi jika kita mengacu kepada kondisi rohani kita. Bayangkan ada berapa banyak bahaya yang tidak tersaring apabila kita tidak pernah memperhatikan dengan seksama segala sesuatu yang masuk ke dalam diri kita. Ketika kita berani menguji atau memeriksa diri sendiri, itu artinya kita berani melihat segala sesuatu dari diri kita, yang baik maupun yang buruk. Itu artinya kita berani melihat kelemahan kita sendiri. Dengan mengetahui kelemahan kita, disitulah kita akan dapat mengambil langkah untuk melakukan perbaikan. Dan hasilnya jelas, daya tahan kita secara rohani akan lebih kuat, lebih tahan uji dibandingkan orang yang tidak pernah peduli terhadap keselamatan dirinya sendiri, terlebih orang yang hanya suka menilai kelemahan atau keburukan orang lain.

Yesus sendiri mengajarkan hal yang sama. "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3). Bagaimana kita bisa menilai keburukan orang lain jika diri kita sendiri masih belum sempurna? Dan Yesus pun menyebut orang yang demikian sebagai orang yang munafik. "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (ay 5). Kita harus berhati-hati dalam mengeluarkan perkataan mengenai orang lain, karena salah-salah kita akan terjebak kepada proses menghakimi yang akan merugikan diri kita sendiri. "Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (ay 2).

Manusia memiliki kecenderungan untuk merasa lebih pandai untuk menilai orang lain ketimbang memeriksa dirinya sendiri. Oleh karena itulah kita harus benar-benar menjaga diri kita untuk tidak terjebak kepada perilaku seperti ini. Hal ini sungguh penting, begitu pentingnya bahkan Tuhan pun mau membantu kita untuk menyelidiki hati kita, seberapa banyak masalah yang masih bercokol disana yang bisa menghambat pertumbuhan iman kita. Firman Tuhan berkata "Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin.." (Yeremia 17:10). Dan Daud pun pernah meminta Tuhan untuk menguji dan memeriksa dirinya. "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku." (Mazmur 26:2). Dalam kesempatan lain ia berkata "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (139:23-24). Daripada sibuk melihat keburukan orang lain, sebaiknya kita mau dengan segala kerendahan hati dan kejujuran memeriksa diri kita sendiri. Apabila kita masih menemukan hal-hal yang bisa menghambat pertumbuhan dan merusak kesehatan rohani di dalam diri kita, seharusnya kita dengan tulus mengakuinya dan membereskannya secepat mungkin agar hati kita tetap berada dalam kondisi sehat.

Daripada sibuk mengumbar keburukan orang lain lebih baik memeriksa diri kita sendiri

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, October 15, 2012

Hikmat

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Amsal 3:13-14
=====================
"Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas."

Ada banyak orang yang sepanjang hidupnya terus mengejar kesempatan untuk menimbun kekayaan. Mereka berpikir bahwa harta kekayaan itu bisa menjamin kebahagiaan dan kemakmuran. Emas dan perak tentu termasuk di dalamnya, bersama-sama dengan berbagai bentuk lainnya seperti uang dan lain-lain. Memang tidak salah jika kita mencari nafkah, bahkan menyimpannya dalam bentuk emas. Hanya saja kita perlu memperhatikan cara dan porsinya, serta untuk apa kita memilikinya. Jangan sampai harta malah membuat kita jauh dari Tuhan dan segala ketetapanNya, lalu membuat kita menghamba pada uang. Dan itu sudah diingatkan dalam Matius 6:24 "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." Lalu ingat pula ayat ini: "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5). Jangan sampai kita menjadi orang yang tidak ada habisnya mati-matian menumpuk harta dengan berbagai cara, baik lewat bekerja nonstop atau menghalalkan berbagai kecurangan seperti korupsi, mencuri dan sebagainya, selanjutnya menomorduakan pentingnya membagi waktu bersama istri dan anak-anak karena berpikir bahwa uang adalah segalanya

Dunia boleh saja mengagungkan harta dan mencoba terus mempengaruhi kita dengan itu, tapi penulis Amsal justru mengajarkan hal yang berbeda. Demikian bunyi ayatnya: "Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas." (Amsal 3:13-14).Bukan harta, bukan emas dan perak, melainkan hikmat. Hikmat ini dikatakan jauh lebih bernilai dibandingkan harta, karenanya inilah yang harus kita prioritaskan lebih dari sekedar menimbun harta duniawi. Kita bisa melihat langsung contoh mengenai itu dari Salomo sendiri. Perhatikan bahwa ia memulai segala sesuatu lewat hikmat. Ia diberikan hikmat yang melebihi siapapun yang pernah, masih dan akan hidup di dunia ini. Alkitab belakangan mencatat bahwa Salomo merupakan orang terkaya yang pernah ada. Salomo memulainya bukan dari menimbun harta tapi dari anugerah hikmat yang ia terima dari Tuhan, dan kekayaan dengan sendirinya hadir mengikuti. Hikmat itu sangatlah penting. Dengan hikmat kita pun nantinya akan bijaksana dalam mengelola dan mempergunakan setiap berkat yang Tuhan titipkan kepada kita.

Tentu saja benar bahwa mencari nafkah hidup tentu penting. Tuhan sendiri tidak pernah menyuruh kita untuk berleha-leha, bermalas-malasan, tetapi kita memang diharuskan untuk bekerja. "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Namun kita harus ingat bahwa harta bukanlah segalanya, dan itu semua bukan hanya untuk ditimbun melainkan juga untuk dipakai memberkati sesama. Perhatikan ayat berikut ini: "...hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat..." (1 Petrus 3:9). Kita tidak boleh menomorduakan Tuhan, karena selain semuanya pada akhirnya akan sia-sia, kita pun akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh hikmat.

Salomo menguraikan manfaat-manfaat yang bisa kita peroleh dari  hikmat dalam Amsal 2, yaitu:
- kita akan memperoleh pengertian yang benar tentang takut akan Tuhan.
- kita bisa lebih mengenal Allah.
Ayat: "maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah." (5)
- hikmat menjadikan kita orang jujur, tidak bercela, adil dan setia, sehingga
- dengan demikian kita mendapatkan pertolongan, perlindungan dan pemeliharaan Tuhan.
Ayat: "Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia." (7-8)
- memampukan kita untuk mengerti tentang apa yang adil, jujur, baik dan benar.
Ayat: "Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik." (9)
- hikmat mendatangkan kebijaksanaan dan pengetahuan.
Ayat: "kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau" (11)
- kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat sehingga bisa lepas dari segala yang jahat itu. (12)
Ayat: "supaya engkau terlepas dari jalan yang jahat, dari orang yang mengucapkan tipu muslihat, dari mereka yang meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang gelap" (12-13)
- menguatkan kita agar tidak gampang terjebak nafsu kedagingan
Ayat: "supaya engkau terlepas dari perempuan jalang, dari perempuan yang asing, yang licin perkataannya" (16)

Dan sebagainya. Bacalah secara lengkap Amsal 2:1-22, maka anda akan melihat betapa besar faedahnya memiliki hikmat dalam hidup ini.

Bagaimana kita bisa memperoleh hikmat? Lihat apa yang dikatakan Salomo dalam pasal 2 ini. "jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian." (ay 4-6). Kita bisa mengetahui bahwa hikmat bukanlah seperti durian runtuh yang jatuh dari langit begitu saja, bukan pula pembawaan lahir, tapi semua itu berasal dari Tuhan dan untuk mendapatkannya dibutuhkan usaha sungguh-sungguh serta keseriusan kita. Jelaslah bahwa ada hubungan antara anugerah dari Tuhan dan upaya dari kita sendiri untuk memperoleh hikmat. Lalu dalam Mazmur pun disebutkan bahwa: "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya." (Mazmur 111:10).

Jika kita lihat dalam Perjanjian Baru, disana kembali ditegaskan bahwa hikmat adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan. "sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan" (Kolose 2:3) Untuk memperolehnya dibutuhkan upaya kita yang serius. Yakobus mengatakannya demikian: "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya." (Yakobus 1:5). Lalu Yakobus pun memberikan tips lebih lanjut untuk bisa memperoleh hikmat, yaitu dengan memintanya dalam iman dan percaya. (ay 6). Ini artinya, tanpa iman dan keyakinan teguh, niscaya hikmat tidak akan bisa kita peroleh.

Tuhan siap menganugerahkan hikmat kepada anak-anakNya. Dia sangat rindu untuk melengkapi anak-anakNya dengan bekal yang cukup untuk melewati hari demi hari yang penuh tantangan dan kesulitan, sehingga semua anakNya akan mampu mencapai garis akhir dengan baik, menjadi pemenang dengan gemilang dan memperoleh mahkota kehidupan seperti yang Dia janjikan. Tanpa hikmat kita akan kesulitan untuk hidup lurus dan pada suatu ketika akan menyerah di tengah jalan karena menjalani hidup tanpa kebijaksanaan. Betapa pentingnya hikmat bagi kehidupan kita. Oleh karena itu kejarlah hikmat dan terimalah semua berkat dan janji Tuhan.

Tuhan memberkati dan melindungi setiap orang yang mengerti akan pentingnya hikmat

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker