Ayat bacaan: Lukas 13:8-9
=====================
"Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"
Apabila anda sering menanam pohon, anda tentu tahu bahwa untuk membuat pohon itu berbuah lebat itu tidak semudah yang dipikirkan. "Dibilang sulit-sulit banget tidak, tapi gampang juga tidak.." kata seorang teman pada suatu kali. Kita akan berpikir bahwa pupuk dibutuhkan agar pohon bisa berbuah lebat, tapi sesungguhnya ada banyak hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan. Misalnya? Kita harus rajin membersihkan pohon-pohon dari benalu, ilalang atau tanaman liar yang tumbuh disekitarnya. Parasit dan benalu ini akan membuat buah menjadi sedikit, tidak segar atau bahkan gagal berbuah karena zat-zat yang dibutuhkan ranting untuk menghasilkan buah habis diserap oleh benalu-benalu itu. Maka segala benalu dan parasit yang menempel pun harus segera dipotong dan dibuang sesegera mungkin.Kemudian kita juga harus memperhatikan betul kondisi dahan-dahannya, karena pohon akan sulit menghasilkan buah secara produktif apabila ada terlalu banyak tunas yang tumbuh pada setiap dahan. Maka ia memilah-milah tunas yang tumbuh disana. Apabila tunas itu ternyata tidak produktif, tunas itu harus segera Daun-daunnya pun harus rajin-rajin dipangkas agar rantingnya bisa berbuah dengan baik. Perhatikan pula kutu atau hama tanaman yang seringkali menempel di posisi-posisi tak terlihat, seperti di balik daun misalnya. Tanpa melakukan berbagai usaha ini, niscaya pohon itu akan tumbuh sia-sia tanpa buah dan lama kelamaan akan mati.
Alkitab dalam beberapa kesempatan mempergunakan pohon atau tanaman ini sebagai analogi untuk menunjukkan pertumbuhan rohani kita. Yesus memberi perumpamaan Tuhan sebagai tukang kebun dan kita sebagai pohon-pohon yang ada dalam kebun itu. Secara tegas Yesus mengatakan seperti ini: "Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." (Matius 7:18-19). Lihatlah bahwa peringatan ini sangat serius. Pohon yang tidak berbuah, atau yang buahnya jelek sajapun, pada akhirnya akan ditebang dan dibakar. Hal ini bisa membawa kita masuk ke dalam sebuah perenungan, apakah kita sudah menjadi pohon yang sehat? Sudahkah kita menghasilkan buah yang baik? Jika belum, seperti halnya pohon-pohon nyata, kita harus melalui proses pemotongan tunas-tunas yang tidak produktif, pembersihan benalu dan parasit yang menempel dalam hidup kita. Dan namanya prose pembersihan, itu bisa menyakitkan atau setidaknya terasa tidak nyaman. Tapi proses ini harus kita lalui, agar pada akhirnya kita bisa menjadi pohon yang tumbuh subur dengan menghasilkan buah lebat dan ranum.
Ada sebuah perumpamaan singkat lainnya yang menarik berasal dari Yesus. "Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" (Lukas 13:6-9). Perumpamaan ini menggambarkan Tuhan sebagai pemilik kebun, mendapati ada umatNya yang tidak berbuah dalam jangka waktu lama. Perhatikan ada jangka waktu tertentu yang diberikan Tuhan yang membuka kesempatan bagi kita untuk berubah. Namun ketika kesempatan itu disia-siakan, pohon yang tidak berguna itu pada akhirnya akan ditebang. Pohon Ara itu hidup percuma dan hanya menghabiskan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tanaman anggur dalam kebun. Namun secara luar biasa, Yesus yang diumpamakan sebagai pengurus kebun meminta kesempatan sekali lagi. "aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah." (ay 8-9a). Sang "Pengurus kebun" akan mengerjakan segala sesuatu bagi pohon agar bisa berbuah dan tidak harus ditebang dan berakhir di bara api. Hidup kita yang begitu rusak oleh benalu dan tunas-tunas dosa seringkali tidak lagi dapat diperbaiki sendiri, sehingga kita membutuhkan uluran tangan Yesus untuk "mencangkul tanah dan memberi pupuk" agar bisa selamat.
Tuhan Yesus telah datang untuk menyelamatkan kita. Dalam prosesnya, terkadang ada bagian-bagian yang tidak efektif dari diri kita harus dicangkul atau dipotong dan itu bukanlah hal yang menyenangkan. Proses itu terkadang bisa membuat kita menderita. Tapi itu sungguh diperlukan agar kita selamat dari ditebang dan dilempar kedalam api. Yesus pun berseru: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4). Agar kita bisa bertumbuh dan berbuah dengan baik, kita harus tetap tinggal di dalam Kristus, dan Kristus di dalam kita, baik dalam kehidupan sehari-hari, keluarga maupun pekerjaan, hendaklah Tuhan selalu ikut serta bersama kita. Ketika ada proses-proses pemotongan tunas yang tidak produktif atau pembersihan benalu, laluilah itu dengan suka cita, karena proses itu sungguh diperlukan untuk menjadikan kita pohon yang berbuah lebat. Sebatang pohon dikenal dari buahnya. Pohon yang baik akan berbuah baik, begitu pula sebaliknya. "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Ada banyak ranting, tunas dan benalu dalam hidup kita yang harus dipotong agar kita berbuah lebat. Apakah itu kesombongan, harta, kebiasaan buruk, status, adat dan sebagainya, jika itu menghambat kita untuk berbuah, ijinkan Tuhan untuk memotongnya. Kita juga harus memperhatikan betul penyegaran roh dan jiwa kita lewat Firman Tuhan, dan rajin-rajin memupuk kedisplinan kita untuk terus taat dan berjalan dalam koridorNya. Hanya dengan demikianlah kita bisa menjadi pohon yang tumbuh subur menghasilkan buah yang banyak.
Agar bisa berbuah lebat, pohon harus dipupuk, dirawat, disegarkan dan dibersihkan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, August 31, 2012
Thursday, August 30, 2012
Kriteria Pemuridan
Ayat bacaan: 2 Timotius 2:2
======================
"Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain."
Proses kaderisasi atau pemuridan merupakan hal yang sangat penting untuk sebuah proses yang berkesinambungan. Manusia memiliki batas usia dan juga tenaga, sehingga tidaklah mungkin apabila kita berharap siapapun dari kita bisa bertahan hidup dan mengerjakan segala sesuatu sendirian selamanya. Banyak orang yang sadar akan pentingnya kaderisasi, tetapi hanya sedikit yang mendasarkannya pada kriteria yang tepat. Kita bisa melihat partai-partai di Indonesia yang kebanyakan berisi orang-orang yang tidak tepat. Mereka lebih cenderung memilih berdasarkan popularitas yang hanya ditujukan untuk menjaring massa sebanyak-banyaknya. Soal kualitas? Itu tidak penting. Tidaklah heran apabila kita melihat kondisi politik yang carut marut di negara ini.
Lantas bagaimana kriteria yang seharusnya dimiliki oleh seorang penerus ini? Lalu jika kita ingin menjadi sosoknya, kualifikasi seperti apa yang harus ada pada kita? Paulus pernah menyampaikan hal ini kepada Timotius. Paulus meminta agar segala sesuatu yang telah dipelajari dan diperoleh Timotius dari Paulus bisa dipercayakan lagi kepada orang-orang dengan kualifikasi tertentu. Pemuridan (discipleship) penting agar pelayanan mewartakan kabar gembira dan menyelamatkan jiwa-jiwa bisa semakin meluas dan tidak berhenti hanya pada Timotius dan teman-teman sepelayanannya. Paulus menyebutkan dua kriteria penting dalam suratnya mengenai hal ini. "Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain."(2 Timotius 2:2). Dari ayat ini kita bisa melihat dua kriteria penting untuk dimiliki, yaitu: (1) orang-orang yang dapat dipercayai, dan (2) cakap mengajar orang lain. Ada dua faktor utama yang layak mendapat sebuah tanggung jawab. Bukan hanya kemampuan, seperti cakap mengajar, tapi juga karakter, salah satunya yaitu: bisa dipercaya. Lihatlah bahwa punya segudang talenta, bakat dan gelar berderet-deret tidak serta merta menjadi tolak ukur utama untuk layak mendapatkan sebuah tanggung jawab. Soal popularitas pun bukanlah hal yang utama. Dalam ayat ini tersirat sebuah pesan penting, agar kita tetap mengembangkan kapasitas kita baik dari pelipat gandaan talenta, penggunaan talenta itu demi kemuliaan Tuhan, dan jangan lupa pengembangan karakter yang sesuai dengan firman Tuhan.
Dalam perumpamaan tentang talenta di injil Matius 25:14-30, kita melihat bagaimana Tuhan mempercayakan tanggung jawab sesuai kapasitas kita masing-masing. Ada yang diberi lima, ada yang dua, dan ada yang satu. "...masing-masing menurut kesanggupannya" (ay 15). Ayat 15 berbicara mengenai kapasitas yang kita miliki, menurut kesanggupan kita, sejauh mana Tuhan bisa mempercayai kita untuk menerima tanggungjawab dariNya. Tuhan tidak akan mau memberi tanggungjawab besar dan banyak berkat pada orang dengan kapasitas kecil, karena "wadahnya" tidak akan sanggup menampungnya. Lalu dalam Markus 2:22 kita membaca mengenai kantong anggur baru. Di masa Yesus ada di dunia, anggur disimpan dalam kantong-kantong kulit. Ketika anggur mengalami fermentasi secara kontinu, kantong pun akan meregang dan mengeras. Apabila anggur baru dituang ke dalam kantong anggur lama, fermentasi yang terjadi pada anggur baru itu akan semakin meregangkan kantong lama tadi, dan kantong lama itu pun bisa koyak. Anggur pun akan terbuang sia-sia. Anggur-anggur baru itu akan membawa berbagai berkat, anugrah dan talenta yang siap untuk dicurahkan Tuhan atas kita, dan jelas untuk itu kita harus punya kantong anggur yang baru. Jika kita masih saja memakai "kantong" hidup kita yang lama, semua itu bisa menjadi sia-sia. Inilah pentingnya untuk mempersiapkan diri kita untuk selalu mengembangkan kapasitas kita semaksimal mungkin, baik dari segi kemampuan maupun karakter, agar semua anggur yang tercurah tidak terbuang sia-sia. Dan dengan demikian, kita pun akan beroleh kesempatan untuk dipercaya sebagai murid-murid yang aktif menjadi terang dan garam hari ini dimanapun kita ditempatkan.
Sudahkah anda memaksimalkan segala potensi yang ada dalam diri anda yang sudah diberikan Tuhan? Sudahkah anda memiliki karakter yang berkenan di hadapan Tuhan, seperti misalnya bisa dipercaya, jujur, rajin dan berintegritas? Jika anda merasa masih kurang dalam mengembangkan kapasitas anda, bertekadlah hari ini juga untuk mau bertumbuh baik dalam kemampuan dan karakter anda. Semakin anda mendekati pribadi Kristus, semakin banyak pula tanggung jawab besar yang dipercayakan Tuhan atas diri anda. Terkadang kesempatan besar tidak datang dua kali. Terus mengembangkan kemampuan dan mau belajar untuk terus memperbaiki karakter-karakter kita yang masih buruk haruslah mendapatkan perhatian serius dari diri kita masing-masing. Hendaklah kita semua selalu siap sedia dan tekun mengembangkan talenta-talenta kemampuan dan karakter kita sehingga ketika kesempatan yang lebih besar besar yang berasal dari Tuhan tercurah atas kita, semua itu tidak menjadi sia-sia dan bisa kita maksimalkan untuk memuliakan Tuhan.
Persiapkan diri anda untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar lagi dengan terus mengasah kemampuan dan karakter
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
======================
"Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain."
Proses kaderisasi atau pemuridan merupakan hal yang sangat penting untuk sebuah proses yang berkesinambungan. Manusia memiliki batas usia dan juga tenaga, sehingga tidaklah mungkin apabila kita berharap siapapun dari kita bisa bertahan hidup dan mengerjakan segala sesuatu sendirian selamanya. Banyak orang yang sadar akan pentingnya kaderisasi, tetapi hanya sedikit yang mendasarkannya pada kriteria yang tepat. Kita bisa melihat partai-partai di Indonesia yang kebanyakan berisi orang-orang yang tidak tepat. Mereka lebih cenderung memilih berdasarkan popularitas yang hanya ditujukan untuk menjaring massa sebanyak-banyaknya. Soal kualitas? Itu tidak penting. Tidaklah heran apabila kita melihat kondisi politik yang carut marut di negara ini.
Lantas bagaimana kriteria yang seharusnya dimiliki oleh seorang penerus ini? Lalu jika kita ingin menjadi sosoknya, kualifikasi seperti apa yang harus ada pada kita? Paulus pernah menyampaikan hal ini kepada Timotius. Paulus meminta agar segala sesuatu yang telah dipelajari dan diperoleh Timotius dari Paulus bisa dipercayakan lagi kepada orang-orang dengan kualifikasi tertentu. Pemuridan (discipleship) penting agar pelayanan mewartakan kabar gembira dan menyelamatkan jiwa-jiwa bisa semakin meluas dan tidak berhenti hanya pada Timotius dan teman-teman sepelayanannya. Paulus menyebutkan dua kriteria penting dalam suratnya mengenai hal ini. "Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain."(2 Timotius 2:2). Dari ayat ini kita bisa melihat dua kriteria penting untuk dimiliki, yaitu: (1) orang-orang yang dapat dipercayai, dan (2) cakap mengajar orang lain. Ada dua faktor utama yang layak mendapat sebuah tanggung jawab. Bukan hanya kemampuan, seperti cakap mengajar, tapi juga karakter, salah satunya yaitu: bisa dipercaya. Lihatlah bahwa punya segudang talenta, bakat dan gelar berderet-deret tidak serta merta menjadi tolak ukur utama untuk layak mendapatkan sebuah tanggung jawab. Soal popularitas pun bukanlah hal yang utama. Dalam ayat ini tersirat sebuah pesan penting, agar kita tetap mengembangkan kapasitas kita baik dari pelipat gandaan talenta, penggunaan talenta itu demi kemuliaan Tuhan, dan jangan lupa pengembangan karakter yang sesuai dengan firman Tuhan.
Dalam perumpamaan tentang talenta di injil Matius 25:14-30, kita melihat bagaimana Tuhan mempercayakan tanggung jawab sesuai kapasitas kita masing-masing. Ada yang diberi lima, ada yang dua, dan ada yang satu. "...masing-masing menurut kesanggupannya" (ay 15). Ayat 15 berbicara mengenai kapasitas yang kita miliki, menurut kesanggupan kita, sejauh mana Tuhan bisa mempercayai kita untuk menerima tanggungjawab dariNya. Tuhan tidak akan mau memberi tanggungjawab besar dan banyak berkat pada orang dengan kapasitas kecil, karena "wadahnya" tidak akan sanggup menampungnya. Lalu dalam Markus 2:22 kita membaca mengenai kantong anggur baru. Di masa Yesus ada di dunia, anggur disimpan dalam kantong-kantong kulit. Ketika anggur mengalami fermentasi secara kontinu, kantong pun akan meregang dan mengeras. Apabila anggur baru dituang ke dalam kantong anggur lama, fermentasi yang terjadi pada anggur baru itu akan semakin meregangkan kantong lama tadi, dan kantong lama itu pun bisa koyak. Anggur pun akan terbuang sia-sia. Anggur-anggur baru itu akan membawa berbagai berkat, anugrah dan talenta yang siap untuk dicurahkan Tuhan atas kita, dan jelas untuk itu kita harus punya kantong anggur yang baru. Jika kita masih saja memakai "kantong" hidup kita yang lama, semua itu bisa menjadi sia-sia. Inilah pentingnya untuk mempersiapkan diri kita untuk selalu mengembangkan kapasitas kita semaksimal mungkin, baik dari segi kemampuan maupun karakter, agar semua anggur yang tercurah tidak terbuang sia-sia. Dan dengan demikian, kita pun akan beroleh kesempatan untuk dipercaya sebagai murid-murid yang aktif menjadi terang dan garam hari ini dimanapun kita ditempatkan.
Sudahkah anda memaksimalkan segala potensi yang ada dalam diri anda yang sudah diberikan Tuhan? Sudahkah anda memiliki karakter yang berkenan di hadapan Tuhan, seperti misalnya bisa dipercaya, jujur, rajin dan berintegritas? Jika anda merasa masih kurang dalam mengembangkan kapasitas anda, bertekadlah hari ini juga untuk mau bertumbuh baik dalam kemampuan dan karakter anda. Semakin anda mendekati pribadi Kristus, semakin banyak pula tanggung jawab besar yang dipercayakan Tuhan atas diri anda. Terkadang kesempatan besar tidak datang dua kali. Terus mengembangkan kemampuan dan mau belajar untuk terus memperbaiki karakter-karakter kita yang masih buruk haruslah mendapatkan perhatian serius dari diri kita masing-masing. Hendaklah kita semua selalu siap sedia dan tekun mengembangkan talenta-talenta kemampuan dan karakter kita sehingga ketika kesempatan yang lebih besar besar yang berasal dari Tuhan tercurah atas kita, semua itu tidak menjadi sia-sia dan bisa kita maksimalkan untuk memuliakan Tuhan.
Persiapkan diri anda untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar lagi dengan terus mengasah kemampuan dan karakter
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, August 29, 2012
Ketika Mengalami Kesepian
Ayat bacaan: Mazmur 25:16
=====================
"Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas."
Ada seorang teman yang pernah mengatakan bahwa dari pengalaman-pengalamannya ternyata kesepian yang dirasanya paling berat adalah ketika ia merasa terpisah dari Tuhan. "Kalau tidak ada orang lain itu masih lumayan, tetapi ketika saya berdoa dan Tuhan seakan tidak peduli, disanalah saya merasa kesunyian yang paling sunyi." katanya. Salah satu penyebab terpisahnya orang dari Tuhan pernah disampaikan dalam kitab Yesaya yang berbunyi: "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Dosa sangat potensial untuk memisahkan kita dengan Allah. Dosa bisa membuat kita tidak lagi mendengar suaraNya dan merasakan penyertaanNya. Hubungan kita menjadi hancur ketika kita tidak lagi taat padaNya, dan hadirlah sebuah kesepian yang berat, dimana kita tidak lagi merasakan kehadiranNya dalam hidup kita. Jika demikian adalah penting bagi kita untuk cepat-cepat melakukan introspeksi dan perenungan jika kita mulai tidak lagi mendengar Tuhan dalam doa-doa kita. Atau mungkin kita terlena dengan aktivitas duniawi sehingga mengabaikan waktu-waktu untuk berada bersamaNya. Kita terlena hingga melalaikan Tuhan. Bisa pula ketika kita mulai lebih menurut kepada rasa takut ketimbang mempergunakan iman kita untuk percaya penuh, kita pun mulai semakin samar mendengar suara Tuhan. Seberapa jauh kita sudah meninggalkanNya? Apakah ada hal-hal yang sudah merebut perhatian kita dari Tuhan?
Satu hal yang perlu kita ketahui adalah bahwa Tuhan tidak pernah berniat meninggalkan kita. Kalaupun hubungan kita terputus, itu karena adanya hal-hal yang yang masih harus dibereskan terlebih dahulu, yang mungkin tanpa kita sadari sudah menjadi penghalang antara hubungan kita dengan Tuhan. Yesus sudah menyelesaikan semuanya secara lunas di atas kayu salib lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Mencari tahu apa yang menjadi penghambatnya, bertobat, mengakui dosa dan berjanji untuk tidak lagi mengulangi adalah solusi untuk mengatasi hal ini. Tuhan itu setia dan adil. Dia akan dengan gembira menyambut kita dan mengampuni kita, menyucikan kita dari segala kejahatan. (1 Yohanes 1:9). Kemudian ingatlah bahwa kita harus senantiasa meluangkan waktu untuk menjalin hubungan dengan baik dengan Tuhan, baik lewat saat teduh, doa-doa kita, pujian/penyembahan, membaca firman Tuhan dalam Alkitab dan lain-lain. Ini hal-hal penting yang bisa membuat kita untuk kembali merasakan kehadiranNya.
Dibalik kesibukan-kesibukan kita, kita bisa lupa bahwa Tuhan sebenarnya senantiasa berada bersama kita. Beratnya himpitan persoalan, atau mungkin timbunan dosa-dosa kita, atau tidak membangun hubungan dengan Tuhan secara teratur, atau mungkin terlalu malas mengisi diri dengan firman Tuhan, semua ini akan membuat kita kesulitan untuk mengetahui janji Tuhan, dan akan dengan gampang memposisikan kita pada sebuah kesunyian atau kekosongan. Dan kita pun kesepian. Apa yang sebenarnya dijanjikan Tuhan? Secara luar biasa Tuhan menjanjikan demikian: "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8). Dalam Mazmur kita lihat demikian: "Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku." (Mazmur 139:5). Artinya Tuhan tidak pernah dengan senang hati meninggalkan kita. Dia selalu setia untuk menuntun kita, menyertai kita hingga akhir jaman.
Pada saat-saat tertentu, atau akibat hal-hal tertentu, kita bisa mengalami kesepian seperti ini. Ketika hal ini dirasakan, ingatlah akan penyertaan Tuhan yang sungguh luar biasa. Benahi diri kita agar kita bisa merasakan penyertaanNya, isi hati kita selalu dengan firman-firman Tuhan, sehingga kita tidak perlu merasakan kesepian lagi. Ayat bacaan hari ini menggambarkan bagaimana doa dipanjatkan pada Tuhan ketika berada dalam kesengsaraan, penindasan atau kesulitan lainnya. Pada suatu saat Daud merasa kesepian dalam menghadapi masalah sehingga ia berkata: "Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas." (Mazmur 25:16). Daud menyadari betul bahwa Tuhan sanggup mengeluarkan dirinya dari bahaya. (ay 15). Daud tahu tangan Tuhan tidak pernah kurang panjang untuk mengangkatnya keluar dari masalah, selayaknya kita pun menyadari demikian. Pemazmur menyatakan begini: "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Lihatlah bahwa kita sesungguhnya tidak sendirian dalam sepi. Tuhan selalu ada menyertai kita semua. Yesus pun telah berjanji untuk menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Matius 28:20).Tuhan adalah Allah yang penuh kasih setia tak berkesudahan yang tidak akan senang untuk meninggalkan kita. Kita tidak akan pernah dibiarkanNya sendirian menjalani hidup ini. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 139:5 di atas, kita tahu bahwa Tuhan mengurung kita dari depan dan belakang Tuhan hadir bersama dengan pergumulan kita. Tuhan pun memberkati dengan tanganNya sendiri ke atas diri kita masing-masing.
Jika ada diantara teman-teman yang saat ini merasa kesepian seperti ini, ingatlah bahwa Tuhan tidak meninggalkan anda sendirian. Dia selalu ada bersama-sama dengan anda dan saya. Apapun masalah yang anda hadapi saat ini, percayalah tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk melepaskan anda dari masalah. Dan Dia ada, menyertai kita sampai akhir. Dengan mengetahui janji-janji Tuhan ini, kita pun akan sadar bahwa kita tidak akan pernah dibiarkanNya sendiri kesepian, karena Dia adalah Allah yang peduli dan penuh kasih setia sampai selama-lamanya. Let's keep praising the Lord, for the Lord is good!
Jangan pernah takut kesepian sebab Tuhan selalu ada beserta kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=====================
"Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas."
Ada seorang teman yang pernah mengatakan bahwa dari pengalaman-pengalamannya ternyata kesepian yang dirasanya paling berat adalah ketika ia merasa terpisah dari Tuhan. "Kalau tidak ada orang lain itu masih lumayan, tetapi ketika saya berdoa dan Tuhan seakan tidak peduli, disanalah saya merasa kesunyian yang paling sunyi." katanya. Salah satu penyebab terpisahnya orang dari Tuhan pernah disampaikan dalam kitab Yesaya yang berbunyi: "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Dosa sangat potensial untuk memisahkan kita dengan Allah. Dosa bisa membuat kita tidak lagi mendengar suaraNya dan merasakan penyertaanNya. Hubungan kita menjadi hancur ketika kita tidak lagi taat padaNya, dan hadirlah sebuah kesepian yang berat, dimana kita tidak lagi merasakan kehadiranNya dalam hidup kita. Jika demikian adalah penting bagi kita untuk cepat-cepat melakukan introspeksi dan perenungan jika kita mulai tidak lagi mendengar Tuhan dalam doa-doa kita. Atau mungkin kita terlena dengan aktivitas duniawi sehingga mengabaikan waktu-waktu untuk berada bersamaNya. Kita terlena hingga melalaikan Tuhan. Bisa pula ketika kita mulai lebih menurut kepada rasa takut ketimbang mempergunakan iman kita untuk percaya penuh, kita pun mulai semakin samar mendengar suara Tuhan. Seberapa jauh kita sudah meninggalkanNya? Apakah ada hal-hal yang sudah merebut perhatian kita dari Tuhan?
Satu hal yang perlu kita ketahui adalah bahwa Tuhan tidak pernah berniat meninggalkan kita. Kalaupun hubungan kita terputus, itu karena adanya hal-hal yang yang masih harus dibereskan terlebih dahulu, yang mungkin tanpa kita sadari sudah menjadi penghalang antara hubungan kita dengan Tuhan. Yesus sudah menyelesaikan semuanya secara lunas di atas kayu salib lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Mencari tahu apa yang menjadi penghambatnya, bertobat, mengakui dosa dan berjanji untuk tidak lagi mengulangi adalah solusi untuk mengatasi hal ini. Tuhan itu setia dan adil. Dia akan dengan gembira menyambut kita dan mengampuni kita, menyucikan kita dari segala kejahatan. (1 Yohanes 1:9). Kemudian ingatlah bahwa kita harus senantiasa meluangkan waktu untuk menjalin hubungan dengan baik dengan Tuhan, baik lewat saat teduh, doa-doa kita, pujian/penyembahan, membaca firman Tuhan dalam Alkitab dan lain-lain. Ini hal-hal penting yang bisa membuat kita untuk kembali merasakan kehadiranNya.
Dibalik kesibukan-kesibukan kita, kita bisa lupa bahwa Tuhan sebenarnya senantiasa berada bersama kita. Beratnya himpitan persoalan, atau mungkin timbunan dosa-dosa kita, atau tidak membangun hubungan dengan Tuhan secara teratur, atau mungkin terlalu malas mengisi diri dengan firman Tuhan, semua ini akan membuat kita kesulitan untuk mengetahui janji Tuhan, dan akan dengan gampang memposisikan kita pada sebuah kesunyian atau kekosongan. Dan kita pun kesepian. Apa yang sebenarnya dijanjikan Tuhan? Secara luar biasa Tuhan menjanjikan demikian: "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8). Dalam Mazmur kita lihat demikian: "Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku." (Mazmur 139:5). Artinya Tuhan tidak pernah dengan senang hati meninggalkan kita. Dia selalu setia untuk menuntun kita, menyertai kita hingga akhir jaman.
Pada saat-saat tertentu, atau akibat hal-hal tertentu, kita bisa mengalami kesepian seperti ini. Ketika hal ini dirasakan, ingatlah akan penyertaan Tuhan yang sungguh luar biasa. Benahi diri kita agar kita bisa merasakan penyertaanNya, isi hati kita selalu dengan firman-firman Tuhan, sehingga kita tidak perlu merasakan kesepian lagi. Ayat bacaan hari ini menggambarkan bagaimana doa dipanjatkan pada Tuhan ketika berada dalam kesengsaraan, penindasan atau kesulitan lainnya. Pada suatu saat Daud merasa kesepian dalam menghadapi masalah sehingga ia berkata: "Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas." (Mazmur 25:16). Daud menyadari betul bahwa Tuhan sanggup mengeluarkan dirinya dari bahaya. (ay 15). Daud tahu tangan Tuhan tidak pernah kurang panjang untuk mengangkatnya keluar dari masalah, selayaknya kita pun menyadari demikian. Pemazmur menyatakan begini: "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Lihatlah bahwa kita sesungguhnya tidak sendirian dalam sepi. Tuhan selalu ada menyertai kita semua. Yesus pun telah berjanji untuk menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Matius 28:20).Tuhan adalah Allah yang penuh kasih setia tak berkesudahan yang tidak akan senang untuk meninggalkan kita. Kita tidak akan pernah dibiarkanNya sendirian menjalani hidup ini. Seperti yang tertulis dalam Mazmur 139:5 di atas, kita tahu bahwa Tuhan mengurung kita dari depan dan belakang Tuhan hadir bersama dengan pergumulan kita. Tuhan pun memberkati dengan tanganNya sendiri ke atas diri kita masing-masing.
Jika ada diantara teman-teman yang saat ini merasa kesepian seperti ini, ingatlah bahwa Tuhan tidak meninggalkan anda sendirian. Dia selalu ada bersama-sama dengan anda dan saya. Apapun masalah yang anda hadapi saat ini, percayalah tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk melepaskan anda dari masalah. Dan Dia ada, menyertai kita sampai akhir. Dengan mengetahui janji-janji Tuhan ini, kita pun akan sadar bahwa kita tidak akan pernah dibiarkanNya sendiri kesepian, karena Dia adalah Allah yang peduli dan penuh kasih setia sampai selama-lamanya. Let's keep praising the Lord, for the Lord is good!
Jangan pernah takut kesepian sebab Tuhan selalu ada beserta kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, August 28, 2012
Rangkaian yang Saling Berhubungan
Ayat bacaan: Filipi 1:9-10
==========================
"Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus"
Berbagai kejadian dalam hidup kita seringkali merupakan hal yang terkait dari kejadian sebelumnya dan tidak berdiri sendiri. Satu keputusan akan terus mengarah pada keputusan berikutnya sehingga baik tidaknya kehidupan yang kita jalani akan sangat berdampak pada serangkaian keputusan yang kita pilih. Jika anda melihat orang yang menyusun sederetan panjang kartu domino dalam jarak yang cukup rapat dan alur yang teratur, anda akan melihat bagaimana domino-domino tersebut akan jatuh berurutan sampai habis ketika domino paling ujung dijatuhkan. Seperti itu pula jalannya kehidupan. Jika kita mengambil satu keputusan yang salah, maka keputusan salah berikutnya akan hadir sebagai akibat dari keputusan awal kita, demikian seterusnya sehingga bagai kartu domino, kita bisa hancur berantakan. Dan sebaliknya, satu keputusan benar biasanya akan cenderung melahirkan keputusan-keputusan benar lainnya. One thing leads to another, saling terkait satu sama lain.
Seperti itulah gambaran dari pilihan-pilihan atau rangkaian keputusan yang kita ambil. Setiap keputusan yang kita pilih akan membawa kita kepada situasi dalam hidup dengan segala konsekuensinya, yang bukan saja akan sangat berpengaruh terhadap diri kita sendiri tapi secara lebih luas bisa mempengaruhi kehidupan orang lain disekitar kita. Setiap pilihan atau yang kita ambil dalam perjalanan hidup kita akan sangat menentukan kemana kita akan melangkah dan menjadi seperti apa bentuknya hidup kita nantinya. It will determine where we are going towards and what we'll become as. Apa yang kita putuskan hari ini akan sangat menentukan masa depan kita.
Paulus sudah menyadari hal ini sejak dahulu, dan kita bisa melihat itu lewat pesannya kepada jemaat di Filipi. "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus." (Filipi 1:9-10). Paulus sadar bahwa kita harus memilih atau membuat keputusan-keputusan yang baik. We have to make the excellent choices. Karena satu keputusan akan sangat berpengaruh kepada masa depan kita. Ambil satu contoh sederhana. Keputusan kita untuk bermalas-malasan dan membuang-buang waktu hari ini akan sangat menentukan hari depan. Bisakah kita berharap untuk memiliki masa depan yang cerah jika hari ini hanya kita isi dengan tidur-tiduran, bermain-main atau segala sesuatu yang sia-sia saja? Bisakah kita berharap untuk berhasil, memiliki karir yang baik dan sebagainya jika kita tidak belajar sejak kecil? Mau jadi apa kita nanti, itu akan sangat tergantung pada keputusan-keputusan yang kita ambil hari ini. Itulah sebabnya penting bagi kita untuk memilih langkah-langkah terbaik, mengambil "the excellent choices" dalam setiap langkah sedini mungkin karena semua itu akan sangat menentukan siapa dan seperti apa kita nantinya.
Mari kita lihat lagi ayat bacaan di atas. "Semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian." (ay 9). "That your love may abound yet more and more and extend to its fullest development in knowledge and all keen insight", alias memiliki kasih yang terus semakin melimpah hingga mencapai kepenuhan dalam pertumbuhan akan pengetahuan dan berbagai pengertian. Itulah yang menjadi dasar utama agar kita mampu mengambil pilihan atau keputusan yang baik seperti yang dikatakan dalam ayat selanjutnya. Artinya kita harus memiliki kasih yang tidak statis atau berhenti pada satu titik saja, melainkan semakin bertumbuh dan melimpah hingga kita bisa memperoleh hikmat dalam untuk mengambil keputusan-keputusan yang benar. Hikmat sesungguhnya berasal dari Tuhan. Dia siap memberikan hikmat melimpah kepada setiap orang yang takut kepadaNya, kepada setiap orang yang mengasihiNya dan mau menyampaikan kasih itu kepada sesama manusia. Yakobus menyampaikan: "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya." (Yakobus 1:5). Dan itu akan membuat kita mampu mengambil keputusan-keputusan yang terbaik, making the excellent decisions.
Keputusan terbaik seharusnya muncul dari hati yang patuh sepenuhnya, mendasar dan berakar kepada Kristus dan perintah-perintahNya. Keputusan atau pilihan yang terbaik ini akan mendasari langkah selanjutnya sehingga kita bisa suci dan tak bercacat sampai kedatangan Yesus kedua kallinya nanti. Dan bukan itu saja, kita pun akan penuh dengan buah kebenaran, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut the fruit of rightenousness, right standing with God and right doing, untuk memuliakan dan memuji Allah. (ay 11). Itu semua akan bisa kita petik ketika kita memulainya dengan sebuah keputusan benar.
Sebuah kata bijak yang berbunyi: "our lives are made by the choices we make." Kita harus terus bertumbuh dalam kasih hingga mencapai kepenuhan dalam berbagai pengetahuan yang benar dan dalam segala pengertian, dan itulah yang akan memampukan kita untuk memilih segala sesuatu keputusan yang terbaik, yang sesuai dengan kebenaran yang telah digariskan oleh Tuhan. Itu akan berdampak kepada masa depan kita. Itu akan membentuk karakter kita hingga bisa tetap kudus tiada bercacat hingga akhir. Satu keputusan salah hari ini bisa berdampak negatif bagi masa depan kita, sebaliknya sebuah keputusan benar akan menjadi awal untuk menuai segala janji Tuhan. If you are to make choices or decisions today, make sure that you'll make the excellent ones.
One excellent choice will lead to a future full with blessings
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==========================
"Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus"
Berbagai kejadian dalam hidup kita seringkali merupakan hal yang terkait dari kejadian sebelumnya dan tidak berdiri sendiri. Satu keputusan akan terus mengarah pada keputusan berikutnya sehingga baik tidaknya kehidupan yang kita jalani akan sangat berdampak pada serangkaian keputusan yang kita pilih. Jika anda melihat orang yang menyusun sederetan panjang kartu domino dalam jarak yang cukup rapat dan alur yang teratur, anda akan melihat bagaimana domino-domino tersebut akan jatuh berurutan sampai habis ketika domino paling ujung dijatuhkan. Seperti itu pula jalannya kehidupan. Jika kita mengambil satu keputusan yang salah, maka keputusan salah berikutnya akan hadir sebagai akibat dari keputusan awal kita, demikian seterusnya sehingga bagai kartu domino, kita bisa hancur berantakan. Dan sebaliknya, satu keputusan benar biasanya akan cenderung melahirkan keputusan-keputusan benar lainnya. One thing leads to another, saling terkait satu sama lain.
Seperti itulah gambaran dari pilihan-pilihan atau rangkaian keputusan yang kita ambil. Setiap keputusan yang kita pilih akan membawa kita kepada situasi dalam hidup dengan segala konsekuensinya, yang bukan saja akan sangat berpengaruh terhadap diri kita sendiri tapi secara lebih luas bisa mempengaruhi kehidupan orang lain disekitar kita. Setiap pilihan atau yang kita ambil dalam perjalanan hidup kita akan sangat menentukan kemana kita akan melangkah dan menjadi seperti apa bentuknya hidup kita nantinya. It will determine where we are going towards and what we'll become as. Apa yang kita putuskan hari ini akan sangat menentukan masa depan kita.
Paulus sudah menyadari hal ini sejak dahulu, dan kita bisa melihat itu lewat pesannya kepada jemaat di Filipi. "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus." (Filipi 1:9-10). Paulus sadar bahwa kita harus memilih atau membuat keputusan-keputusan yang baik. We have to make the excellent choices. Karena satu keputusan akan sangat berpengaruh kepada masa depan kita. Ambil satu contoh sederhana. Keputusan kita untuk bermalas-malasan dan membuang-buang waktu hari ini akan sangat menentukan hari depan. Bisakah kita berharap untuk memiliki masa depan yang cerah jika hari ini hanya kita isi dengan tidur-tiduran, bermain-main atau segala sesuatu yang sia-sia saja? Bisakah kita berharap untuk berhasil, memiliki karir yang baik dan sebagainya jika kita tidak belajar sejak kecil? Mau jadi apa kita nanti, itu akan sangat tergantung pada keputusan-keputusan yang kita ambil hari ini. Itulah sebabnya penting bagi kita untuk memilih langkah-langkah terbaik, mengambil "the excellent choices" dalam setiap langkah sedini mungkin karena semua itu akan sangat menentukan siapa dan seperti apa kita nantinya.
Mari kita lihat lagi ayat bacaan di atas. "Semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian." (ay 9). "That your love may abound yet more and more and extend to its fullest development in knowledge and all keen insight", alias memiliki kasih yang terus semakin melimpah hingga mencapai kepenuhan dalam pertumbuhan akan pengetahuan dan berbagai pengertian. Itulah yang menjadi dasar utama agar kita mampu mengambil pilihan atau keputusan yang baik seperti yang dikatakan dalam ayat selanjutnya. Artinya kita harus memiliki kasih yang tidak statis atau berhenti pada satu titik saja, melainkan semakin bertumbuh dan melimpah hingga kita bisa memperoleh hikmat dalam untuk mengambil keputusan-keputusan yang benar. Hikmat sesungguhnya berasal dari Tuhan. Dia siap memberikan hikmat melimpah kepada setiap orang yang takut kepadaNya, kepada setiap orang yang mengasihiNya dan mau menyampaikan kasih itu kepada sesama manusia. Yakobus menyampaikan: "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya." (Yakobus 1:5). Dan itu akan membuat kita mampu mengambil keputusan-keputusan yang terbaik, making the excellent decisions.
Keputusan terbaik seharusnya muncul dari hati yang patuh sepenuhnya, mendasar dan berakar kepada Kristus dan perintah-perintahNya. Keputusan atau pilihan yang terbaik ini akan mendasari langkah selanjutnya sehingga kita bisa suci dan tak bercacat sampai kedatangan Yesus kedua kallinya nanti. Dan bukan itu saja, kita pun akan penuh dengan buah kebenaran, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut the fruit of rightenousness, right standing with God and right doing, untuk memuliakan dan memuji Allah. (ay 11). Itu semua akan bisa kita petik ketika kita memulainya dengan sebuah keputusan benar.
Sebuah kata bijak yang berbunyi: "our lives are made by the choices we make." Kita harus terus bertumbuh dalam kasih hingga mencapai kepenuhan dalam berbagai pengetahuan yang benar dan dalam segala pengertian, dan itulah yang akan memampukan kita untuk memilih segala sesuatu keputusan yang terbaik, yang sesuai dengan kebenaran yang telah digariskan oleh Tuhan. Itu akan berdampak kepada masa depan kita. Itu akan membentuk karakter kita hingga bisa tetap kudus tiada bercacat hingga akhir. Satu keputusan salah hari ini bisa berdampak negatif bagi masa depan kita, sebaliknya sebuah keputusan benar akan menjadi awal untuk menuai segala janji Tuhan. If you are to make choices or decisions today, make sure that you'll make the excellent ones.
One excellent choice will lead to a future full with blessings
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, August 27, 2012
Tuhan Sumber Keselamatan
Ayat bacaan: Mazmur 28:8
================
"TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!"
Jika anda termasuk orang yang aktif di dunia maya, anda tentu tahu bahwa tidak akan pernah ada jaminan 100% aman disana. Virus, spam, spyware dan berbagai hal lainnya bisa setiap saat mengancam keamanan komputer kita. Kita bisa meminimisasinya dengan menggunakan antivirus yang baik, tetapi itupun tidak menjamin keamanan sepenuhnya. Jika anda menggunakan flashdisk dan sering menggunakannya di komputer yang berbeda, maka tingkat kerawanannya pun akan semakin besar. Jika itu kita refleksikan ke dalam kehidupan di dunia ini, adakah sesuatu yang bisa ditawarkan dunia ini untuk menjamin kita 100% aman? Rasanya tidak ada. Kita bisa saja mengasuransikan segala hal dari kita, memasang barikade berlapis-lapis di sekeliling rumah, membangun tembok super tebal yang sangat tinggi, menyewa banyak penjaga, memasang CCTV disetiap sisi, namun tetap saja kita akhirnya akan sadar bahwa semua itu tidaklah sanggup menjamin keselamatan atau keamanan kita sepenuhnya. Dimana anda merasa paling aman menyimpan uang? Bank mungkin pilihan yang paling masuk akal, tetapi itupun tidak serta merta menjamin keamanannya. Kita bisa saja menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin, tetapi yang namanya sakit kapan saja tetap bisa menimpa kita. Kita hanya bisa mengurangi kemungkinan, tetapi tidak ada satupun yang bisa ditawarkan dunia untuk menjamin keamanan, kesehatan, kekuatan dan sebagainya secara pasti, apalagi memberi jaminan keselamatan untuk kehidupan kekal. Seberapa besarpun kita berusaha, pada suatu ketika kita akan sampai pada kesimpulan bahwa hanya Tuhanlah yang sanggup menyediakan semua itu.
Daud ternyata sudah sampai pada kesimpulan seperti itu sejak dahulu kala. Berulang kali kita mendapati kesimpulan dari hasil perenungan Daud lewat tulisan-tulisannya yang dengan pasti menyatakan bahwa keselamatan dan kekuatan yang sebenarnya hanyalah berasal dari Tuhan. Salah satunya berbunyi "TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!" (Mazmur 28:8). Hanya Tuhan sumber kekuatan dan benteng keselamatan bagi umatNya, orang-orang yang diurapiNya. Ini diucapkan oleh sosok raja Israel yang nyatanya sering mengalami situasi sulit bahkan yang mengancam nyawanya dalam begitu banyak kesempatan. Kita tahu bahwa apa yang dialami Daud sungguh penuh gelombang. Berada dalam kejaran Saul, lalu kelak lari dari makar yang dilakukan anak kandungnya sendiri, Absalom dan lain-lain. Sebelum ia menjadi raja pun hidupnya tidaklah mudah. Ia harus berhadapan dengan cakar singa dan beruang yang hendak memangsa ternak yang ia gembalakan. Kemudian ia pun harus menghadapi raksasa Goliat yang bersenjata lengkap. Tetapi semua itu tidaklah membuatnya surut. Dalam hal menghadapi cakar singa dan beruang serta Goliat, Daud dengan tegas berkata "Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (1 Samuel 17:36). Daud punya pengalaman segudang mengenai yang namanya situasi sulit atau berbahaya, dan ia punya bukti konkrit mengenai bagaimana dahsyatnya kuasa Tuhan bagi umatNya.
Jika kita membaca proses perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah Kanaan, kita akan mendapatkan bukti nyata akan betapa luar biasanya penyertaan Tuhan itu. Pergantian nama Hosea yang artinya "keselamatan" menjadi Yosua yang berarti "Tuhan adalah keselamatan" atau "Tuhan menyelamatkan" oleh Musa (Bilangan 13:16) menunjukkan penegasan secara langsung dari Tuhan akan hal ini. Dan lihatlah bagaimana Yosua kemudian sukses menjadi penerus Musa untuk membawa bangsa Israel masuk ke dalam tanah yang dijanjikan Tuhan. Yosua memang menjadi pemimpin pada saat itu, tetapi sesungguhnya penyertaan Tuhanlah yang membawa keselamatan bagi mereka. Tuhan sendirilah yang sebenarnya merupakan Sosok yang memimpin bangsa Israel menuju Kanaan. Saya percaya Daud mengetahui persis seluruh catatan sejarah mengenai bukti nyata keselamatan dan kekuatan dari Tuhan yang mampu membawa bangsa Israel, dan berbagai pengalaman pribadinya pun sesuai akan hal itu. Tidaklah mengherankan jika Daud bisa berkata "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku" (Mazmur 62:2). Dan penegasan kuat pun kita temukan dalam Mazmur, ketika Daud dengan lantang berseru bahwa perlindungan dan kekuatan dari Allah itu bukanlah sebatas wacana saja tetapi sudah sangat terbukti. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (46:2).
Jika Tuhan merupakan sumber kekuatan dan benteng keselamatan yang paling terjamin, dan semua itu sudah terbukti, mengapa kita harus terus berusaha mencari alternatif-alternatif keselamatan dari segala yang ditawarkan oleh dunia dan malah melupakan Tuhan sama sekali? Tidakkah kita menyadari bahwa sesungguhnya kuasa Tuhan berada di atas segalanya, dan bagi Dia tidak ada satupun hal yang mustahil? Lihatlah apa kata Tuhan seperti yang terdapat dalam kitab Yeremia. "Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?" (Yeremia 32:27). Hidup bisa saja bertambah sulit, bisa saja penuh gejolak, bahkan himpitan persoalan bisa saja membuat kita susah, tetapi ingatlah bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk khawatir akan hal itu. Percayakan semuanya ke dalam tangan Tuhan yang berkuasa di atas segalanya. Jika Tuhan sudah membuktikan bagaimana Dia sanggup menjadi Tempat Perlindungan, Sumber Kekuatan dan Penolong kepada Daud dan bangsa Israel di jaman Musa, Dia tentu sangat-sangat bisa melakukan yang sama bagi kita hari ini.
No need to fear when God is near
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
================
"TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!"
Jika anda termasuk orang yang aktif di dunia maya, anda tentu tahu bahwa tidak akan pernah ada jaminan 100% aman disana. Virus, spam, spyware dan berbagai hal lainnya bisa setiap saat mengancam keamanan komputer kita. Kita bisa meminimisasinya dengan menggunakan antivirus yang baik, tetapi itupun tidak menjamin keamanan sepenuhnya. Jika anda menggunakan flashdisk dan sering menggunakannya di komputer yang berbeda, maka tingkat kerawanannya pun akan semakin besar. Jika itu kita refleksikan ke dalam kehidupan di dunia ini, adakah sesuatu yang bisa ditawarkan dunia ini untuk menjamin kita 100% aman? Rasanya tidak ada. Kita bisa saja mengasuransikan segala hal dari kita, memasang barikade berlapis-lapis di sekeliling rumah, membangun tembok super tebal yang sangat tinggi, menyewa banyak penjaga, memasang CCTV disetiap sisi, namun tetap saja kita akhirnya akan sadar bahwa semua itu tidaklah sanggup menjamin keselamatan atau keamanan kita sepenuhnya. Dimana anda merasa paling aman menyimpan uang? Bank mungkin pilihan yang paling masuk akal, tetapi itupun tidak serta merta menjamin keamanannya. Kita bisa saja menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin, tetapi yang namanya sakit kapan saja tetap bisa menimpa kita. Kita hanya bisa mengurangi kemungkinan, tetapi tidak ada satupun yang bisa ditawarkan dunia untuk menjamin keamanan, kesehatan, kekuatan dan sebagainya secara pasti, apalagi memberi jaminan keselamatan untuk kehidupan kekal. Seberapa besarpun kita berusaha, pada suatu ketika kita akan sampai pada kesimpulan bahwa hanya Tuhanlah yang sanggup menyediakan semua itu.
Daud ternyata sudah sampai pada kesimpulan seperti itu sejak dahulu kala. Berulang kali kita mendapati kesimpulan dari hasil perenungan Daud lewat tulisan-tulisannya yang dengan pasti menyatakan bahwa keselamatan dan kekuatan yang sebenarnya hanyalah berasal dari Tuhan. Salah satunya berbunyi "TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!" (Mazmur 28:8). Hanya Tuhan sumber kekuatan dan benteng keselamatan bagi umatNya, orang-orang yang diurapiNya. Ini diucapkan oleh sosok raja Israel yang nyatanya sering mengalami situasi sulit bahkan yang mengancam nyawanya dalam begitu banyak kesempatan. Kita tahu bahwa apa yang dialami Daud sungguh penuh gelombang. Berada dalam kejaran Saul, lalu kelak lari dari makar yang dilakukan anak kandungnya sendiri, Absalom dan lain-lain. Sebelum ia menjadi raja pun hidupnya tidaklah mudah. Ia harus berhadapan dengan cakar singa dan beruang yang hendak memangsa ternak yang ia gembalakan. Kemudian ia pun harus menghadapi raksasa Goliat yang bersenjata lengkap. Tetapi semua itu tidaklah membuatnya surut. Dalam hal menghadapi cakar singa dan beruang serta Goliat, Daud dengan tegas berkata "Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (1 Samuel 17:36). Daud punya pengalaman segudang mengenai yang namanya situasi sulit atau berbahaya, dan ia punya bukti konkrit mengenai bagaimana dahsyatnya kuasa Tuhan bagi umatNya.
Jika kita membaca proses perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah Kanaan, kita akan mendapatkan bukti nyata akan betapa luar biasanya penyertaan Tuhan itu. Pergantian nama Hosea yang artinya "keselamatan" menjadi Yosua yang berarti "Tuhan adalah keselamatan" atau "Tuhan menyelamatkan" oleh Musa (Bilangan 13:16) menunjukkan penegasan secara langsung dari Tuhan akan hal ini. Dan lihatlah bagaimana Yosua kemudian sukses menjadi penerus Musa untuk membawa bangsa Israel masuk ke dalam tanah yang dijanjikan Tuhan. Yosua memang menjadi pemimpin pada saat itu, tetapi sesungguhnya penyertaan Tuhanlah yang membawa keselamatan bagi mereka. Tuhan sendirilah yang sebenarnya merupakan Sosok yang memimpin bangsa Israel menuju Kanaan. Saya percaya Daud mengetahui persis seluruh catatan sejarah mengenai bukti nyata keselamatan dan kekuatan dari Tuhan yang mampu membawa bangsa Israel, dan berbagai pengalaman pribadinya pun sesuai akan hal itu. Tidaklah mengherankan jika Daud bisa berkata "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku" (Mazmur 62:2). Dan penegasan kuat pun kita temukan dalam Mazmur, ketika Daud dengan lantang berseru bahwa perlindungan dan kekuatan dari Allah itu bukanlah sebatas wacana saja tetapi sudah sangat terbukti. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (46:2).
Jika Tuhan merupakan sumber kekuatan dan benteng keselamatan yang paling terjamin, dan semua itu sudah terbukti, mengapa kita harus terus berusaha mencari alternatif-alternatif keselamatan dari segala yang ditawarkan oleh dunia dan malah melupakan Tuhan sama sekali? Tidakkah kita menyadari bahwa sesungguhnya kuasa Tuhan berada di atas segalanya, dan bagi Dia tidak ada satupun hal yang mustahil? Lihatlah apa kata Tuhan seperti yang terdapat dalam kitab Yeremia. "Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku?" (Yeremia 32:27). Hidup bisa saja bertambah sulit, bisa saja penuh gejolak, bahkan himpitan persoalan bisa saja membuat kita susah, tetapi ingatlah bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk khawatir akan hal itu. Percayakan semuanya ke dalam tangan Tuhan yang berkuasa di atas segalanya. Jika Tuhan sudah membuktikan bagaimana Dia sanggup menjadi Tempat Perlindungan, Sumber Kekuatan dan Penolong kepada Daud dan bangsa Israel di jaman Musa, Dia tentu sangat-sangat bisa melakukan yang sama bagi kita hari ini.
No need to fear when God is near
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sunday, August 26, 2012
Sesingkat Bunga Matahari
Ayat bacaan: Ayub 14:2
=========================
"Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan."
Bunga matahari adalah bunga yang cukup unik. Soal keindahannya jelas tidak perlu dipungkiri, karena warnanya yang kuning cerah dan bentuknya yang menyerupai matahari memang terlihat berbeda jika dibandingkan bunga-bunga lainnya. Selain bentuk fisiknya yang mirip matahari, ia pun selalu tumbuh mengikuti arah cahaya matahari. Hanya saja umurnya tergolong singkat, sekitar 6 bulanan saja. Begitu tidak menghasilkan bunga lagi, maka pohonnya pun akan segera mati, karena secantik apapun bentuknya, bunga matahari hanya bisa berbunga satu kali saja. Saya menanam dua bunga matahari di halaman. Biji-biji dari bunga yang tua itu jatuh ke tanah dan membentuk tunas-tunas baru, tetapi kelak tunas-tunas baru ini pun akan mati sama seperti dua bunga awal yang saya beli. Indah, namun singkat. Kemarin berbunga, besok mati. Hidup kita pun sesungguhnya terbilang singkat, dan Alkitab setidaknya dua kali menggambarkan singkatnya hidup kita seperti singkatnya umur bunga.
Ayub mengatakan bahwa manusia itu selain singkat umurnya tapi juga dikatakan penuh problema. "Sejak lahir manusia itu lemah, tidak berdaya; hidupnya singkat serta penuh derita." (Ayub 14:1 BIS). Kemudian Ayub menganalogikan usia manusia itu seperti bunga. "Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan." (ay 2). "He comes forth like a flower and withers; he flees also like a shadow and continues not", he said. Dalam kitab Mazmur bunga kembali dipakai sebagai analogi usia manusia yang singkat tersebut. "Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi." (Mazmur 103:15-16). Seperti itulah dikatakan singkatnya usia kita. Musa menyebutkan masa hidup manusia idealnya tujuh puluh tahun, jika kuat, delapan puluh tahun. Katanya: "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Disamping itu, pada suatu hari nanti langit dan bumi pun akan lenyap. Tidak seorang pun yang tahu kapan hari itu tiba. Malaikat-malaikat tidak, Anak pun tidak. Hanya Bapa yang tahu. (Matius 24:36).
Dalam singkatnya umur manusia, pada suatu saat nanti kesempatan kita dalam menuruti perintah dan rencana Tuhan pun akan berlalu. Terkadang kita terlena dalam hidup, menyia-nyiakan waktu yang ada, menunda-nunda untuk mengulurkan tangan buat membantu orang lain dan berlambat-lambat untuk merubah pola hidup kita agar sejalan dengan kehendak Tuhan. Kita sering menganggap bahwa masih ada banyak waktu untuk itu. Kita kan masih muda, buat apa repot-repot dari sekarang? Ini masih saatnya untuk menikmati hidup sepuasnya. Seperti itulah kita sering berpikir. Yakobus mengingatkan mengenai hal ini. "Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap." (Yakobus 4:13-14). Yakobus mengingatkan kita untuk tidak membuang-buang waktu untuk melibatkan Tuhan dalam menjalani kehidupan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah kita masih diberi kesempatan untuk hidup atau jangan-jangan sudah tidak ada lagi di dunia. Tidak ada yang tahu, kecuali Tuhan. Itulah hidup yang menurut Yakobus bagaikan uap, hanya sebentar saja kelihatan, kemudian lenyap. Lantas bagaimana sikap kita seharusnya? Yakobus melanjutkan: "Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." (ay 15). Itulah yang harus kita lakukan, menjalani hidup sepenuhnya sesuai kehendak Tuhan, mematuhi Tuhan secara serius dan sungguh-sungguh selama kesempatan itu masih kita miliki. Janganlah menggunakan hari-hari dengan sombong dan memegahkan diri, karena hal itu adalah salah. (ay 16). Yakobus menutup bagian ini dengan "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa." (ay 17).
Meski hidup ini singkat, Pemazmur mengingatkan bahwa kasih setia Tuhan itu ada selama-lamanya dan berlangsung turun temurun. "Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya." (Mazmur 103:17-18). Lihatlah bahwa janji Tuhan yang indah ini hanya berlaku bagi orang-orang yang takut akan Dia, berpegang pada perjanjianNya dan taat melakukan perintahNya. Jika kesempatan masih ada saat ini, alangkah baiknya jika kita memakainya dengan baik. Menjalani hari demi hari mengikuti apa rencana Tuhan dalam hidup kita, dan hidup dengan mengikuti segala ketetapanNya. Memang Tuhan selalu memberi kesempatan bagi kita untuk merubah pola hidup kita yang salah, Tuhan selalu membuka tangan menerima pertobatan kita, Tuhan selalu menyambut kita yang memutuskan untuk memuliakanNya lewat pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Tapi ingatlah bahwa kesempatan kita untuk melakukan itu terbatas. Terlena dalam kenikmatan hidup, menunda-nunda kesempatan, itu merupakan sifat negatif yang mungkin ada dalam diri setiap manusia. Karena itu Musa pun berdoa "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12).
Adakah sesuatu yang Tuhan ingin anda lakukan saat ini dalam namaNya? Sudah berapa lama anda tunda hal itu sejak Tuhan menanamkannya dalam hati anda? Mungkin kita terlalu sibuk sehingga lupa untuk melakukan perintah Tuhan yang penting. Namun ingatlah bahwa waktunya akan tiba. Kesempatan kita sungguh terbatas. Seperti bunga matahari yang singkat waktunya, demikian pula dengan hidup kita. Akan tiba saat dimana kita tidak lagi bisa berbuat apa-apa. Karenanya, jika kita masih diberi kesempatan saat ini, pergunakanlah dengan baik. Mulailah menata hidup yang mencerminkan terang Kristus dalam segenap aspek kehidupan. Ulurkan tangan untuk membantu orang lain demi kemuliaanNya. Jadilah terang dan garam yang bermanfaat bagi banyak orang, dan hidupi bentuk hidup yang menuju keselamatan seperti yang diinginkan Tuhan bagi setiap kita. Kalau tidak dari sekarang, kapan lagi?
Berbenahlah dari sekarang sebelum terlambat
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=========================
"Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan."
Bunga matahari adalah bunga yang cukup unik. Soal keindahannya jelas tidak perlu dipungkiri, karena warnanya yang kuning cerah dan bentuknya yang menyerupai matahari memang terlihat berbeda jika dibandingkan bunga-bunga lainnya. Selain bentuk fisiknya yang mirip matahari, ia pun selalu tumbuh mengikuti arah cahaya matahari. Hanya saja umurnya tergolong singkat, sekitar 6 bulanan saja. Begitu tidak menghasilkan bunga lagi, maka pohonnya pun akan segera mati, karena secantik apapun bentuknya, bunga matahari hanya bisa berbunga satu kali saja. Saya menanam dua bunga matahari di halaman. Biji-biji dari bunga yang tua itu jatuh ke tanah dan membentuk tunas-tunas baru, tetapi kelak tunas-tunas baru ini pun akan mati sama seperti dua bunga awal yang saya beli. Indah, namun singkat. Kemarin berbunga, besok mati. Hidup kita pun sesungguhnya terbilang singkat, dan Alkitab setidaknya dua kali menggambarkan singkatnya hidup kita seperti singkatnya umur bunga.
Ayub mengatakan bahwa manusia itu selain singkat umurnya tapi juga dikatakan penuh problema. "Sejak lahir manusia itu lemah, tidak berdaya; hidupnya singkat serta penuh derita." (Ayub 14:1 BIS). Kemudian Ayub menganalogikan usia manusia itu seperti bunga. "Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan." (ay 2). "He comes forth like a flower and withers; he flees also like a shadow and continues not", he said. Dalam kitab Mazmur bunga kembali dipakai sebagai analogi usia manusia yang singkat tersebut. "Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi." (Mazmur 103:15-16). Seperti itulah dikatakan singkatnya usia kita. Musa menyebutkan masa hidup manusia idealnya tujuh puluh tahun, jika kuat, delapan puluh tahun. Katanya: "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Disamping itu, pada suatu hari nanti langit dan bumi pun akan lenyap. Tidak seorang pun yang tahu kapan hari itu tiba. Malaikat-malaikat tidak, Anak pun tidak. Hanya Bapa yang tahu. (Matius 24:36).
Dalam singkatnya umur manusia, pada suatu saat nanti kesempatan kita dalam menuruti perintah dan rencana Tuhan pun akan berlalu. Terkadang kita terlena dalam hidup, menyia-nyiakan waktu yang ada, menunda-nunda untuk mengulurkan tangan buat membantu orang lain dan berlambat-lambat untuk merubah pola hidup kita agar sejalan dengan kehendak Tuhan. Kita sering menganggap bahwa masih ada banyak waktu untuk itu. Kita kan masih muda, buat apa repot-repot dari sekarang? Ini masih saatnya untuk menikmati hidup sepuasnya. Seperti itulah kita sering berpikir. Yakobus mengingatkan mengenai hal ini. "Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap." (Yakobus 4:13-14). Yakobus mengingatkan kita untuk tidak membuang-buang waktu untuk melibatkan Tuhan dalam menjalani kehidupan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah kita masih diberi kesempatan untuk hidup atau jangan-jangan sudah tidak ada lagi di dunia. Tidak ada yang tahu, kecuali Tuhan. Itulah hidup yang menurut Yakobus bagaikan uap, hanya sebentar saja kelihatan, kemudian lenyap. Lantas bagaimana sikap kita seharusnya? Yakobus melanjutkan: "Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." (ay 15). Itulah yang harus kita lakukan, menjalani hidup sepenuhnya sesuai kehendak Tuhan, mematuhi Tuhan secara serius dan sungguh-sungguh selama kesempatan itu masih kita miliki. Janganlah menggunakan hari-hari dengan sombong dan memegahkan diri, karena hal itu adalah salah. (ay 16). Yakobus menutup bagian ini dengan "Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa." (ay 17).
Meski hidup ini singkat, Pemazmur mengingatkan bahwa kasih setia Tuhan itu ada selama-lamanya dan berlangsung turun temurun. "Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya." (Mazmur 103:17-18). Lihatlah bahwa janji Tuhan yang indah ini hanya berlaku bagi orang-orang yang takut akan Dia, berpegang pada perjanjianNya dan taat melakukan perintahNya. Jika kesempatan masih ada saat ini, alangkah baiknya jika kita memakainya dengan baik. Menjalani hari demi hari mengikuti apa rencana Tuhan dalam hidup kita, dan hidup dengan mengikuti segala ketetapanNya. Memang Tuhan selalu memberi kesempatan bagi kita untuk merubah pola hidup kita yang salah, Tuhan selalu membuka tangan menerima pertobatan kita, Tuhan selalu menyambut kita yang memutuskan untuk memuliakanNya lewat pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Tapi ingatlah bahwa kesempatan kita untuk melakukan itu terbatas. Terlena dalam kenikmatan hidup, menunda-nunda kesempatan, itu merupakan sifat negatif yang mungkin ada dalam diri setiap manusia. Karena itu Musa pun berdoa "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12).
Adakah sesuatu yang Tuhan ingin anda lakukan saat ini dalam namaNya? Sudah berapa lama anda tunda hal itu sejak Tuhan menanamkannya dalam hati anda? Mungkin kita terlalu sibuk sehingga lupa untuk melakukan perintah Tuhan yang penting. Namun ingatlah bahwa waktunya akan tiba. Kesempatan kita sungguh terbatas. Seperti bunga matahari yang singkat waktunya, demikian pula dengan hidup kita. Akan tiba saat dimana kita tidak lagi bisa berbuat apa-apa. Karenanya, jika kita masih diberi kesempatan saat ini, pergunakanlah dengan baik. Mulailah menata hidup yang mencerminkan terang Kristus dalam segenap aspek kehidupan. Ulurkan tangan untuk membantu orang lain demi kemuliaanNya. Jadilah terang dan garam yang bermanfaat bagi banyak orang, dan hidupi bentuk hidup yang menuju keselamatan seperti yang diinginkan Tuhan bagi setiap kita. Kalau tidak dari sekarang, kapan lagi?
Berbenahlah dari sekarang sebelum terlambat
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, August 25, 2012
Membangun Kehidupan yang Berharga
Ayat bacaan: Amsal 24:3-4
=====================
"Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik."
Ketika hendak membeli rumah tiga tahun yang lalu saya sempat berkeliling mengumpulkan brosur-brosur perumahan. Sebagian besar diantaranya berisi denah yang menggambarkan kamar-kamar beserta isinya. Ada ruang tamu, dapur, kamar tidur, kamar mandi, dan yang lebih mahal akan memiliki taman, garasi atau bahkan ruang keluarga yang dibedakan dari ruang tamu, disamping jumlah kamar tidur dan kamar mandi yang lebih banyak dibanding rumah sederhana. Masing-masing ruangan ini akan memiliki perabotannya masing-masing. Kamar tidur tentu akan dilengkapi kasur, lemari baju dan meja rias, sedang dapur akan berisi kompor, tempat menyuci piring, kulkas, oven dan sebagainya. Kamar mandi punya perabotannya sendiri, ruang tamu pun demikian. Bisakah anda membayangkan apabila rumah tidak memiliki sekat sama sekali dan semuanya diletakkan pada satu tempat? Disana tidur, disana juga mandi, makan dan sebagainya. Tentu sangat aneh bukan? Tidak kalah anehnya apabila meski bersekat-sekat, sebuah rumah diisi oleh ruangan yang sama. Semuanya kamar mandi, semuanya dapur, dan sebagainya, atau rumah hanya berisi kursi semua, atau kasur semua. Itu pun tentu akan sangat aneh kalau ada. Tidak akan ada rumah yang demikian, namun hidup kita pun akan sama anehnya apabila hanya diisi dengan satu hal saja, tanpa mempertimbangkan hal lainnya. Bekerja saja tanpa beristirahat, hanya beristirahat tanpa melakukan apa-apa, atau bahkan berdoa saja tapi tidak berbuat sesuatu. Hidup kita bisa berubah menjadi aneh, seaneh rumah yang hanya diisi dengan satu jenis perabot saja.
Ada orang yang saya kenal sepanjang hidupnya hanya menuntut ilmu. Selesai satu, dilanjutkan dengan yang lain, dan tidak diaplikasikan sama sekali untuk memberkati sesama. Ia kini sudah berusia 40 tahun dan masih saja belajar tanpa pernah bekerja dan berumahtangga. Ada orang yang hanya mementingkan pelayanan, tapi membiarkan keluarganya berantakan. Ada kepala keluarga yang hanya duduk seharian di rumah namun tidak bekerja mencari nafkah. Contoh-contoh seperti ini tentu mudah kita lihat disekeliling kita, dan itu tidaklah baik. Sebagai manusia, kita semua telah dilengkapi Tuhan secara khusus dengan berbagai talenta, bakat dan kemampuan tersendiri yang tentunya bisa kita pakai dalam kehidupan kita, untuk memberkati sesama dan memuliakan Tuhan. Alangkah indahnya warna hidup ini apabila kita tahu bagaimana membangun dan mengisi ruang-ruang kehidupan kita dengan berbagai kegiatan yang saling mendukung satu sama lain demi kebaikan kita maupun orang lain.
Ayat bacaan hari diambil dari kitab Amsal yang bunyinya: "Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik." (Amsal 24:3-4). Rumah disini bukan berbicara hanya mengenai masalah rumah dalam bentuk harafiah, rumah yang didirikan dari batu, beton, pasir, kayu, rangka besi, semen dan berbagai bahan bangunan lainnya. Tapi rumah disini berbicara akan sesuatu yang lebih luas, yaitu sebuah kehidupan. Sebuah kehidupan yang baik haruslah didirikan atas dasar hikmat, ditegakkan dengan kepandaian, dan kehidupan itu selanjutnya diisi dengan berbagai hal berharga. Tidak hanya atas satu hal saja, melainkan berbagai hal, bukan yang sia-sia tetapi yang berharga. Berharga buat hidup kita sendiri, berharga buat sesama, berharga buat bangsa dan negara, dan tentunya berharga di mata Tuhan. Inilah sebuah pelajaran penting dari penulis Amsal akan betapa berharganya sebuah kehidupan.
Perjalanan hidup ini sesungguhnya singkat. Jika kita terus menyia-nyiakannya maka pada suatu ketika kita tidak lagi punya cukup waktu untuk membangun dan mengisi kehidupan ini dengan warna-warna yang menarik. Musa menyadari betul hal itu, sehingga salah satu doanya berisi demikian: "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Alangkah sia-sianya jika kehidupan yang singkat itu tidak kita pergunakan dengan sebaik-baiknya. Betapa sayangnya bila hari demi hari berlalu begitu saja tanpa makna, tanpa ada sesuatu peningkatan atau diisi dengan sesuatu yang baik. Untuk itu jelas diperlukan hikmat agar kita tahu bagaimana caranya memanfaatkan waktu-waktu yang ada dengan hal-hal bijaksana. Maka Musa pun berdoa meminta hikmat untuk bisa menghitung hari demi hari dan mengisinya dengan hal-hal bermakna. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (ay 12).
Adalah penting bagi kita semua untuk memiliki hikmat agar dapat memaksimalkan segala potensi yang telah Tuhan berikan dalam hidup kita dengan bijaksana. Ingat bahwa segala-galanya pada suatu hari nanti harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah. (Roma 14:12). Perumpamaan talenta dalam Matius 25:14-30 menggambarkan hal tersebut secara jelas. Memang banyak yang menjadi tugas kita dalam menjalani kehidupan, tapi ingatlah bahwa sesungguhnya Tuhan telah melengkapi kita semua secara cukup. Bahkan dalam kelemahan sekalipun, Tuhan menyatakan segala kasih karunia-Nya cukup bagi kita, dan justru dalam kelemahan itu kuasa Tuhan akan menjadi sempurna. (2 Korintus 12:9). Esensi dari kehidupan adalah bagaimana kita bisa bertumbuh dan berbuah, dan mengisinya dengan mempergunakan segala potensi yang ada bagi kita demi kebaikan diri kita, keluarga dan buat sesama, dimana Tuhan dipermuliakan di atasnya. Seperti layaknya membangun rumah, kitapun harus membangun kehidupan kita dengan pondasi yang kuat, dan mengisinya dengan berbagai hal yang berguna. Jangan hanya berhenti pada satu bentuk saja, tapi penuhilah hidup dengan banyak warna sehingga catatan kehidupan kita akan semarak dengan penuh warna.
Hikmat, kepandaian dan pengertian akan membentuk sebuah kehidupan yang berharga
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=====================
"Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik."
Ketika hendak membeli rumah tiga tahun yang lalu saya sempat berkeliling mengumpulkan brosur-brosur perumahan. Sebagian besar diantaranya berisi denah yang menggambarkan kamar-kamar beserta isinya. Ada ruang tamu, dapur, kamar tidur, kamar mandi, dan yang lebih mahal akan memiliki taman, garasi atau bahkan ruang keluarga yang dibedakan dari ruang tamu, disamping jumlah kamar tidur dan kamar mandi yang lebih banyak dibanding rumah sederhana. Masing-masing ruangan ini akan memiliki perabotannya masing-masing. Kamar tidur tentu akan dilengkapi kasur, lemari baju dan meja rias, sedang dapur akan berisi kompor, tempat menyuci piring, kulkas, oven dan sebagainya. Kamar mandi punya perabotannya sendiri, ruang tamu pun demikian. Bisakah anda membayangkan apabila rumah tidak memiliki sekat sama sekali dan semuanya diletakkan pada satu tempat? Disana tidur, disana juga mandi, makan dan sebagainya. Tentu sangat aneh bukan? Tidak kalah anehnya apabila meski bersekat-sekat, sebuah rumah diisi oleh ruangan yang sama. Semuanya kamar mandi, semuanya dapur, dan sebagainya, atau rumah hanya berisi kursi semua, atau kasur semua. Itu pun tentu akan sangat aneh kalau ada. Tidak akan ada rumah yang demikian, namun hidup kita pun akan sama anehnya apabila hanya diisi dengan satu hal saja, tanpa mempertimbangkan hal lainnya. Bekerja saja tanpa beristirahat, hanya beristirahat tanpa melakukan apa-apa, atau bahkan berdoa saja tapi tidak berbuat sesuatu. Hidup kita bisa berubah menjadi aneh, seaneh rumah yang hanya diisi dengan satu jenis perabot saja.
Ada orang yang saya kenal sepanjang hidupnya hanya menuntut ilmu. Selesai satu, dilanjutkan dengan yang lain, dan tidak diaplikasikan sama sekali untuk memberkati sesama. Ia kini sudah berusia 40 tahun dan masih saja belajar tanpa pernah bekerja dan berumahtangga. Ada orang yang hanya mementingkan pelayanan, tapi membiarkan keluarganya berantakan. Ada kepala keluarga yang hanya duduk seharian di rumah namun tidak bekerja mencari nafkah. Contoh-contoh seperti ini tentu mudah kita lihat disekeliling kita, dan itu tidaklah baik. Sebagai manusia, kita semua telah dilengkapi Tuhan secara khusus dengan berbagai talenta, bakat dan kemampuan tersendiri yang tentunya bisa kita pakai dalam kehidupan kita, untuk memberkati sesama dan memuliakan Tuhan. Alangkah indahnya warna hidup ini apabila kita tahu bagaimana membangun dan mengisi ruang-ruang kehidupan kita dengan berbagai kegiatan yang saling mendukung satu sama lain demi kebaikan kita maupun orang lain.
Ayat bacaan hari diambil dari kitab Amsal yang bunyinya: "Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik." (Amsal 24:3-4). Rumah disini bukan berbicara hanya mengenai masalah rumah dalam bentuk harafiah, rumah yang didirikan dari batu, beton, pasir, kayu, rangka besi, semen dan berbagai bahan bangunan lainnya. Tapi rumah disini berbicara akan sesuatu yang lebih luas, yaitu sebuah kehidupan. Sebuah kehidupan yang baik haruslah didirikan atas dasar hikmat, ditegakkan dengan kepandaian, dan kehidupan itu selanjutnya diisi dengan berbagai hal berharga. Tidak hanya atas satu hal saja, melainkan berbagai hal, bukan yang sia-sia tetapi yang berharga. Berharga buat hidup kita sendiri, berharga buat sesama, berharga buat bangsa dan negara, dan tentunya berharga di mata Tuhan. Inilah sebuah pelajaran penting dari penulis Amsal akan betapa berharganya sebuah kehidupan.
Perjalanan hidup ini sesungguhnya singkat. Jika kita terus menyia-nyiakannya maka pada suatu ketika kita tidak lagi punya cukup waktu untuk membangun dan mengisi kehidupan ini dengan warna-warna yang menarik. Musa menyadari betul hal itu, sehingga salah satu doanya berisi demikian: "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Alangkah sia-sianya jika kehidupan yang singkat itu tidak kita pergunakan dengan sebaik-baiknya. Betapa sayangnya bila hari demi hari berlalu begitu saja tanpa makna, tanpa ada sesuatu peningkatan atau diisi dengan sesuatu yang baik. Untuk itu jelas diperlukan hikmat agar kita tahu bagaimana caranya memanfaatkan waktu-waktu yang ada dengan hal-hal bijaksana. Maka Musa pun berdoa meminta hikmat untuk bisa menghitung hari demi hari dan mengisinya dengan hal-hal bermakna. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (ay 12).
Adalah penting bagi kita semua untuk memiliki hikmat agar dapat memaksimalkan segala potensi yang telah Tuhan berikan dalam hidup kita dengan bijaksana. Ingat bahwa segala-galanya pada suatu hari nanti harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah. (Roma 14:12). Perumpamaan talenta dalam Matius 25:14-30 menggambarkan hal tersebut secara jelas. Memang banyak yang menjadi tugas kita dalam menjalani kehidupan, tapi ingatlah bahwa sesungguhnya Tuhan telah melengkapi kita semua secara cukup. Bahkan dalam kelemahan sekalipun, Tuhan menyatakan segala kasih karunia-Nya cukup bagi kita, dan justru dalam kelemahan itu kuasa Tuhan akan menjadi sempurna. (2 Korintus 12:9). Esensi dari kehidupan adalah bagaimana kita bisa bertumbuh dan berbuah, dan mengisinya dengan mempergunakan segala potensi yang ada bagi kita demi kebaikan diri kita, keluarga dan buat sesama, dimana Tuhan dipermuliakan di atasnya. Seperti layaknya membangun rumah, kitapun harus membangun kehidupan kita dengan pondasi yang kuat, dan mengisinya dengan berbagai hal yang berguna. Jangan hanya berhenti pada satu bentuk saja, tapi penuhilah hidup dengan banyak warna sehingga catatan kehidupan kita akan semarak dengan penuh warna.
Hikmat, kepandaian dan pengertian akan membentuk sebuah kehidupan yang berharga
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, August 24, 2012
Mengatasi Mood
Ayat bacaan: Markus 6:31b
=================
"Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat."
Saya membawahi beberapa anggota yang sebenarnya punya kemampuan sangat baik, tetapi seringkali mereka tidak maksimal dengan alasan mood. "Maaf, mood saya sedang jelek, mas.." atau "maaf, waktu itu saya sedang tidak mood..." itu sangat sering saya dengar dipakai sebagai excuse atas hasil kerja yang tidak maksimal tersebut. Karena itulah setiap saya mengajar, saya selalu mengajak siswa-siswi saya untuk tidak bergantung dengan mood dalam melakukan yang terbaik. Saya sendiri butuh proses bertahun-tahun untuk bisa mengatasi mood yang terkadang bisa sangat mengganggu. Dengan usaha yang giat, saya akhirnya mampu mengatasi hal yang saya anggap sebagai salah satu kendala terbesar penghalang kesuksesan ini. Bayangkan jika saya tunduk terhadap mood, bagaimana saya bisa terus menulis renungan setiap hari selama bertahun-tahun? Seperti anda dan orang-orang lainnya, saya pun terkadang berada dalam situasi tidak mood untuk menulis karena kelelahan, tidak fit dan sebagainya. Tetapi ketika saya terus fokus dalam menjalani tugas-tugas saya, inspirasi mengalir juga dengan sendirinya. Mood bisa naik turun, itu lumrah, tetapi alangkah sayangnya apabila kita membiarkan mood yang naik turun ini dalam bekerja. Ada banyak orang yang saya kenal punya potensi besar, tetapi apa yang menjadi kendala adalah betapa seringnya mood menghalangi mereka untuk mengeluarkan yang terbaik dari diri mereka. Mereka berpikir bahwa mereka tidak bisa melakukan apa-apa dalam mengatasi mood yang tidak stabil ini, tetapi sesungguhnya kita bisa menundukkan atau bahkan menciptakan mood untuk memberi hasil yang terbaik dari segala sesuatu yang kita kerjakan.
Kita bisa belajar lewat Yesus sendiri dalam masa-masa pelayananNya di muka bumi ini. Dalam menjalani itu, seringkali Dia dan murid-muridNya dikerubungi ribuan orang sekaligus dengan permasalahan sendiri-sendiri. Betapa beratnya tugas itu, dan bisa dibayangkan seandainya Yesus punya sikap yang gampang tunduk terhadap mood ini. Kita bisa mengambil contoh dalam Markus 6 ketika Yesus dan murid-muridNya tengah melayani begitu banyak orang. Yesus menyadari murid-muridNya bisa mengalami kelelahan apabila terus menerus melayani ribuan orang tanpa henti.Alkitab mencatat: "Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat." (Markus 6:31b). Seperti itulah sibuknya. Karena itu Yesus pun mengajak mereka untuk pergi ke tempat sunyi sejenak untuk beristirahat. (ay 31a). Apa yang terjadi selanjutnya? Ketika mereka berangkat dengan perahu untuk menyendiri sejenak, ribuan orang itu masih terus berlari mengikuti mereka lewat jalan darat. (ay 33). Yesus dan para murid sudah sangat lelah. Tetapi melihat begitu banyaknya manusia yang butuh pertolongan, "maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka." (ay 34). Yesus memilih untuk mengatasi moodnya dengan rasa belas kasihan sehingga Dia terus melanjutkan pelayanannya. Dan selanjutnya dari kisah ini kita bisa melihat datangnya mukjizat lewat lima roti dan dua ikan yang sudah sangat kita kenal.
Yesus menunjukkan sikap yang fokus kepada tugas dan tidak tunduk kepada mood dalam menjalankannya. Bagaimana Yesus bisa seperti itu? Caranya adalah dengan mengetahui garis tugas atau panggilan dan kemudian terus memfokuskan diriNya secara penuh terhadap tugas yang dibebankan Bapa kepadaNya itu, dan tentu saja itu akan sangat didukung oleh rasa belas kasihan yang Dia miliki atas manusia. Kita bisa melihat bahwa Yesus tahu betul apa yang menjadi tugas atau 'makananNya', seperti yang dicatat dalam ayat berikut: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34). Belajar dari hal ini, kita pun perlu benar-benar tahu terlebih dahulu apa yang menjadi panggilan dan tugas kita agar kita mampu mengatasi masalah mood ini. Tanpa tahu panggilan kita maka akan sangat sulit bagi kita untuk tetap fokus dalam mengeluarkan yang terbaik dari diri kita.
Para murid dan Rasul pewarta kabar gembira setelahnya pun sama. Meski apa yang mereka hadapi sangatlah sulit, mereka tidak patah semangat dalam melakukannya. Lihatlah 'curhat' an Paulus berikut ini: "Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat." (2 Korintus 11:23-28). Lihatlah betapa mahalnya harga yang harus dibayar Paulus untuk menyampaikan berita keselamatan bagi manusia. Atas segala penderitaan itu, bukankah Paulus punya lebih dari cukup alasan untuk berhenti melakukannya? Tapi kita bisa melihat bagaimana sikapnya untuk terus fokus dan tidak tunduk kepada mood dalam menjalankan panggilannya, dan itu semua ia katakan untuk memelihara semua jemaat-jemaat yang diberikan Tuhan kepadanya, menyampaikan berita keselamatan dan menjaga mereka semua untuk tetap berada pada jalan tersebut. Apabila Paulus tergantung pada mood dalam menjalankan tugasnya maka ia tidak akan pernah bisa berhasil dengan luar biasa seperti yang kita ketahui.
Jangan biarkan mood mempengaruhi kinerja kita. Kita tidak boleh tergantung pada mood tetapi justru harus mampu mengendalikan atau bahkan menciptakan mood positif dalam bekerja. Mungkin anda butuh proses seperti saya, tetapi mulailah sekarang juga agar jangan lebih banyak lagi waktu yang terbuang sia-sia. Kemampuan, bakat, tingginya pendidikan, ketrampilan dan sebagainya memang sangat penting, tetapi mood seringkali menjadi penghalang terbesar kita untuk sukses. Jangan pakai alasan mood untuk membenarkan minimnya produktifitas kerja kita, atasilah segera agar anda bisa memberikan hasil yang terbaik dalam segala sesuatu yang anda kerjakan.
Overcome your mood before it overcomes you
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=================
"Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat."
Saya membawahi beberapa anggota yang sebenarnya punya kemampuan sangat baik, tetapi seringkali mereka tidak maksimal dengan alasan mood. "Maaf, mood saya sedang jelek, mas.." atau "maaf, waktu itu saya sedang tidak mood..." itu sangat sering saya dengar dipakai sebagai excuse atas hasil kerja yang tidak maksimal tersebut. Karena itulah setiap saya mengajar, saya selalu mengajak siswa-siswi saya untuk tidak bergantung dengan mood dalam melakukan yang terbaik. Saya sendiri butuh proses bertahun-tahun untuk bisa mengatasi mood yang terkadang bisa sangat mengganggu. Dengan usaha yang giat, saya akhirnya mampu mengatasi hal yang saya anggap sebagai salah satu kendala terbesar penghalang kesuksesan ini. Bayangkan jika saya tunduk terhadap mood, bagaimana saya bisa terus menulis renungan setiap hari selama bertahun-tahun? Seperti anda dan orang-orang lainnya, saya pun terkadang berada dalam situasi tidak mood untuk menulis karena kelelahan, tidak fit dan sebagainya. Tetapi ketika saya terus fokus dalam menjalani tugas-tugas saya, inspirasi mengalir juga dengan sendirinya. Mood bisa naik turun, itu lumrah, tetapi alangkah sayangnya apabila kita membiarkan mood yang naik turun ini dalam bekerja. Ada banyak orang yang saya kenal punya potensi besar, tetapi apa yang menjadi kendala adalah betapa seringnya mood menghalangi mereka untuk mengeluarkan yang terbaik dari diri mereka. Mereka berpikir bahwa mereka tidak bisa melakukan apa-apa dalam mengatasi mood yang tidak stabil ini, tetapi sesungguhnya kita bisa menundukkan atau bahkan menciptakan mood untuk memberi hasil yang terbaik dari segala sesuatu yang kita kerjakan.
Kita bisa belajar lewat Yesus sendiri dalam masa-masa pelayananNya di muka bumi ini. Dalam menjalani itu, seringkali Dia dan murid-muridNya dikerubungi ribuan orang sekaligus dengan permasalahan sendiri-sendiri. Betapa beratnya tugas itu, dan bisa dibayangkan seandainya Yesus punya sikap yang gampang tunduk terhadap mood ini. Kita bisa mengambil contoh dalam Markus 6 ketika Yesus dan murid-muridNya tengah melayani begitu banyak orang. Yesus menyadari murid-muridNya bisa mengalami kelelahan apabila terus menerus melayani ribuan orang tanpa henti.Alkitab mencatat: "Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat." (Markus 6:31b). Seperti itulah sibuknya. Karena itu Yesus pun mengajak mereka untuk pergi ke tempat sunyi sejenak untuk beristirahat. (ay 31a). Apa yang terjadi selanjutnya? Ketika mereka berangkat dengan perahu untuk menyendiri sejenak, ribuan orang itu masih terus berlari mengikuti mereka lewat jalan darat. (ay 33). Yesus dan para murid sudah sangat lelah. Tetapi melihat begitu banyaknya manusia yang butuh pertolongan, "maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka." (ay 34). Yesus memilih untuk mengatasi moodnya dengan rasa belas kasihan sehingga Dia terus melanjutkan pelayanannya. Dan selanjutnya dari kisah ini kita bisa melihat datangnya mukjizat lewat lima roti dan dua ikan yang sudah sangat kita kenal.
Yesus menunjukkan sikap yang fokus kepada tugas dan tidak tunduk kepada mood dalam menjalankannya. Bagaimana Yesus bisa seperti itu? Caranya adalah dengan mengetahui garis tugas atau panggilan dan kemudian terus memfokuskan diriNya secara penuh terhadap tugas yang dibebankan Bapa kepadaNya itu, dan tentu saja itu akan sangat didukung oleh rasa belas kasihan yang Dia miliki atas manusia. Kita bisa melihat bahwa Yesus tahu betul apa yang menjadi tugas atau 'makananNya', seperti yang dicatat dalam ayat berikut: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34). Belajar dari hal ini, kita pun perlu benar-benar tahu terlebih dahulu apa yang menjadi panggilan dan tugas kita agar kita mampu mengatasi masalah mood ini. Tanpa tahu panggilan kita maka akan sangat sulit bagi kita untuk tetap fokus dalam mengeluarkan yang terbaik dari diri kita.
Para murid dan Rasul pewarta kabar gembira setelahnya pun sama. Meski apa yang mereka hadapi sangatlah sulit, mereka tidak patah semangat dalam melakukannya. Lihatlah 'curhat' an Paulus berikut ini: "Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat." (2 Korintus 11:23-28). Lihatlah betapa mahalnya harga yang harus dibayar Paulus untuk menyampaikan berita keselamatan bagi manusia. Atas segala penderitaan itu, bukankah Paulus punya lebih dari cukup alasan untuk berhenti melakukannya? Tapi kita bisa melihat bagaimana sikapnya untuk terus fokus dan tidak tunduk kepada mood dalam menjalankan panggilannya, dan itu semua ia katakan untuk memelihara semua jemaat-jemaat yang diberikan Tuhan kepadanya, menyampaikan berita keselamatan dan menjaga mereka semua untuk tetap berada pada jalan tersebut. Apabila Paulus tergantung pada mood dalam menjalankan tugasnya maka ia tidak akan pernah bisa berhasil dengan luar biasa seperti yang kita ketahui.
Jangan biarkan mood mempengaruhi kinerja kita. Kita tidak boleh tergantung pada mood tetapi justru harus mampu mengendalikan atau bahkan menciptakan mood positif dalam bekerja. Mungkin anda butuh proses seperti saya, tetapi mulailah sekarang juga agar jangan lebih banyak lagi waktu yang terbuang sia-sia. Kemampuan, bakat, tingginya pendidikan, ketrampilan dan sebagainya memang sangat penting, tetapi mood seringkali menjadi penghalang terbesar kita untuk sukses. Jangan pakai alasan mood untuk membenarkan minimnya produktifitas kerja kita, atasilah segera agar anda bisa memberikan hasil yang terbaik dalam segala sesuatu yang anda kerjakan.
Overcome your mood before it overcomes you
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, August 23, 2012
Kuasa Dibalik Ucapan Syukur
Ayat bacaan: 1 Tesalonika 5:18
=====================
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."
Mungkin mudah bagi kita untuk mengucap syukur ketika keadaan sedang baik-baik saja, tetapi alangkah sulitnya melakukan itu ketika kita tengah berada dalam kesesakan. Yang lebih disayangkan lagi, ada banyak orang pula yang lupa untuk mengucap syukur ketika sedang dalam keadaan baik karena terlena dalam segala kenyamanan atau kenikmatan hidup. Sebuah ucapan syukur sesungguhnya merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan Kekristenan bukan cuma untuk menunjukkan kita sebagai pribadi yang menghargai segala yang sudah diberikan Tuhan dalam hidup ini, tetapi juga karena ada kuasa dibalik sebuah ucapan syukur. Sedikit melanjutkan renungan kemarin mengenai pentingnya memiliki hati yang gembira dalam bekerja, hari ini mari kita fokus kepada bagaimana besarnya kuasa dibalik ucapan syukur.
Mari kita lihat kisah ketika Tuhan Yesus memberi makan ribuan orang hanya dengan bermodalkan beberapa roti dan ikan kecil dalam Matius 15:32-39 (juga tertulis dalam Markus 8:1-10). Kisah ini terjadi setelah Yesus berkotbah kepada ribuan orang dan menyembuhkan mereka yang sakit. Yesus kemudian berkata kepada murid-muridNya bahwa mereka ini harus diberi makan. Tetapi jumlah yang ada terlalu sedikit untuk itu. Lantas apa yang terjadi? Yesus meminta murid-muridNya untuk membawa jumlah kecil makanan tersebut, dan "Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak." (Matius 15:36). Ajaib! Semua orang kemudian bisa makan dengan kenyang, bahkan dikatakan setelah itu masih terdapat sisa tujuh bakul besar penuh. "Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh. Yang ikut makan ialah empat ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak." (ay 37-38). Apa yang tadinya tidak mungkin terjadi menjadi mungkin. Apa yang membuat hal mustahil itu kemudian mungkin? Kita bisa melihat bahwa kuncinya ada di balik pengucapan syukur, seperti yang tercatat dalam ayat 36 di atas. Dari sini kita bisa melihat bahwa jelas ada kuasa di dalam ucapan syukur.
Seorang Pendeta pernah merinci pentingnya ucapan syukur itu. Ia berkata bahwa Ucapan syukur itu merupakan bentuk pengungkapan atau cara dimana kita:
- menyerahkan segalanya termasuk masalah-masalah yang kita alami ke dalam tangan Tuhan
- berserah sepenuhnya
- mengatakan kepada Tuhan bahwa kita mau dibentuk dan diproses sesuai cara dan kehendak Tuhan
- membiarkan kasih Tuhan mengalir dalam hidup kita
- membiarkan kuasa Tuhan bekerja dalam mengubahkan hidup kita
- meninggalkan segala keinginan pribadi kita dan menerima sepenuhnya apa yang terjadi, bahkan dalam keadaan paling buruk sekalipun
- menghargai segala sesuatu yang sudah diberikan Tuhan kepada kita hari ini
- percaya dengan iman bahwa seburuk apapun yang kita alami hari ini, ada suatu rencana besar yang Tuhan sediakan bagi kita di depan sana
Dan ada banyak lagi hal yang bisa kita peroleh di balik sebuah ucapan syukur.
Sesulit-sulitnya pergumulan yang tengah kita hadapi saat ini, Tuhan sudah berkata agar hendaknya kita jangan takut. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa kita tidak perlu kuatir, tetapi kita diperkenankan untuk menyampaikan keinginan dan harapan kita kepada Tuhan, dan itu dilakukan dalam doa dan permohonan yang disertai ucapan syukur. Lalu mari lihat ayat berikut ini: "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Apakah kita hanya perlu bersyukur dalam sebagian hal saja, hanya ketika semuanya berjalan baik? Ayat ini mengatakan tidak. Kita diminta untuk mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah sebenarnya dalam Kristus bagi kita. Ingat pula bahwa penyampaian ucapan syukur pun harus dilakukan dalam nama Yesus. "Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita." (Efesus 5:20).
Seperti mukjizat yang terjadi di atas, hal yang sama bisa terjadi dalam kehidupan kita. Seberat apapun masalah yang tengah kita hadapi baik dalam pekerjaan, keluarga, keadaan keuangan dan sebagainya, hadapilah itu dengan selalu mengucap syukur dalam segala keadaan. Kuasa Tuhan akan bekerja lewat ucapan syukur kita sehingga mukjizat yang paling mustahil sekalipun akan bisa terjadi. Kita bisa mengalami pemulihan atas apapun pergumulan kita hari ini. Ucapan syukur mampu mendatangkan kuasa Tuhan dalam kehidupan kita. Tuhan mencurahkan RohNya agar bekerja dalam hidup kita, memberi hikmat untuk melakukan apa yang benar di mata Tuhan yang sesuai dengan kehendakNya. Apa yang tidak pernah kita pikirkan, itulah yang akan Tuhan berikan kepada kita. Sebab Firman Tuhan berkata: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Dan kuncinya ada pada ucapan syukur. Ucapan syukur membuktikan bahwa kita sungguh mengasihi Dia dan percaya bahwa segala yang Dia berikan adalah hanya yang terbaik bagi kita. Oleh karena itu, janganlah putus asa, hilang harapan atas apa yang kita alami. Semua itu tidak akan memberikan manfaat apa-apa dan hanya akan menutup turunnya berkat Tuhan atas diri kita. Sebaliknya, ucapan syukur yang paling sederhana sekalipun yang berasal dari hati yang tulus akan mendatangkan bekat berkelimpahan atas hidup kita. Pastikan hari ini hati kita penuh dengan ucapan syukur, dan percayalah Tuhan yang setia akan selalu memberikan jalan keluar sesuai dengan rencanaNya yang terbaik bagi kita.
Dalam segala hal, ucapkan syukur karena ada kuasa luar biasa di dalamnya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=====================
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."
Mungkin mudah bagi kita untuk mengucap syukur ketika keadaan sedang baik-baik saja, tetapi alangkah sulitnya melakukan itu ketika kita tengah berada dalam kesesakan. Yang lebih disayangkan lagi, ada banyak orang pula yang lupa untuk mengucap syukur ketika sedang dalam keadaan baik karena terlena dalam segala kenyamanan atau kenikmatan hidup. Sebuah ucapan syukur sesungguhnya merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan Kekristenan bukan cuma untuk menunjukkan kita sebagai pribadi yang menghargai segala yang sudah diberikan Tuhan dalam hidup ini, tetapi juga karena ada kuasa dibalik sebuah ucapan syukur. Sedikit melanjutkan renungan kemarin mengenai pentingnya memiliki hati yang gembira dalam bekerja, hari ini mari kita fokus kepada bagaimana besarnya kuasa dibalik ucapan syukur.
Mari kita lihat kisah ketika Tuhan Yesus memberi makan ribuan orang hanya dengan bermodalkan beberapa roti dan ikan kecil dalam Matius 15:32-39 (juga tertulis dalam Markus 8:1-10). Kisah ini terjadi setelah Yesus berkotbah kepada ribuan orang dan menyembuhkan mereka yang sakit. Yesus kemudian berkata kepada murid-muridNya bahwa mereka ini harus diberi makan. Tetapi jumlah yang ada terlalu sedikit untuk itu. Lantas apa yang terjadi? Yesus meminta murid-muridNya untuk membawa jumlah kecil makanan tersebut, dan "Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak." (Matius 15:36). Ajaib! Semua orang kemudian bisa makan dengan kenyang, bahkan dikatakan setelah itu masih terdapat sisa tujuh bakul besar penuh. "Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh. Yang ikut makan ialah empat ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak." (ay 37-38). Apa yang tadinya tidak mungkin terjadi menjadi mungkin. Apa yang membuat hal mustahil itu kemudian mungkin? Kita bisa melihat bahwa kuncinya ada di balik pengucapan syukur, seperti yang tercatat dalam ayat 36 di atas. Dari sini kita bisa melihat bahwa jelas ada kuasa di dalam ucapan syukur.
Seorang Pendeta pernah merinci pentingnya ucapan syukur itu. Ia berkata bahwa Ucapan syukur itu merupakan bentuk pengungkapan atau cara dimana kita:
- menyerahkan segalanya termasuk masalah-masalah yang kita alami ke dalam tangan Tuhan
- berserah sepenuhnya
- mengatakan kepada Tuhan bahwa kita mau dibentuk dan diproses sesuai cara dan kehendak Tuhan
- membiarkan kasih Tuhan mengalir dalam hidup kita
- membiarkan kuasa Tuhan bekerja dalam mengubahkan hidup kita
- meninggalkan segala keinginan pribadi kita dan menerima sepenuhnya apa yang terjadi, bahkan dalam keadaan paling buruk sekalipun
- menghargai segala sesuatu yang sudah diberikan Tuhan kepada kita hari ini
- percaya dengan iman bahwa seburuk apapun yang kita alami hari ini, ada suatu rencana besar yang Tuhan sediakan bagi kita di depan sana
Dan ada banyak lagi hal yang bisa kita peroleh di balik sebuah ucapan syukur.
Sesulit-sulitnya pergumulan yang tengah kita hadapi saat ini, Tuhan sudah berkata agar hendaknya kita jangan takut. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa kita tidak perlu kuatir, tetapi kita diperkenankan untuk menyampaikan keinginan dan harapan kita kepada Tuhan, dan itu dilakukan dalam doa dan permohonan yang disertai ucapan syukur. Lalu mari lihat ayat berikut ini: "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Apakah kita hanya perlu bersyukur dalam sebagian hal saja, hanya ketika semuanya berjalan baik? Ayat ini mengatakan tidak. Kita diminta untuk mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah sebenarnya dalam Kristus bagi kita. Ingat pula bahwa penyampaian ucapan syukur pun harus dilakukan dalam nama Yesus. "Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita." (Efesus 5:20).
Seperti mukjizat yang terjadi di atas, hal yang sama bisa terjadi dalam kehidupan kita. Seberat apapun masalah yang tengah kita hadapi baik dalam pekerjaan, keluarga, keadaan keuangan dan sebagainya, hadapilah itu dengan selalu mengucap syukur dalam segala keadaan. Kuasa Tuhan akan bekerja lewat ucapan syukur kita sehingga mukjizat yang paling mustahil sekalipun akan bisa terjadi. Kita bisa mengalami pemulihan atas apapun pergumulan kita hari ini. Ucapan syukur mampu mendatangkan kuasa Tuhan dalam kehidupan kita. Tuhan mencurahkan RohNya agar bekerja dalam hidup kita, memberi hikmat untuk melakukan apa yang benar di mata Tuhan yang sesuai dengan kehendakNya. Apa yang tidak pernah kita pikirkan, itulah yang akan Tuhan berikan kepada kita. Sebab Firman Tuhan berkata: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Dan kuncinya ada pada ucapan syukur. Ucapan syukur membuktikan bahwa kita sungguh mengasihi Dia dan percaya bahwa segala yang Dia berikan adalah hanya yang terbaik bagi kita. Oleh karena itu, janganlah putus asa, hilang harapan atas apa yang kita alami. Semua itu tidak akan memberikan manfaat apa-apa dan hanya akan menutup turunnya berkat Tuhan atas diri kita. Sebaliknya, ucapan syukur yang paling sederhana sekalipun yang berasal dari hati yang tulus akan mendatangkan bekat berkelimpahan atas hidup kita. Pastikan hari ini hati kita penuh dengan ucapan syukur, dan percayalah Tuhan yang setia akan selalu memberikan jalan keluar sesuai dengan rencanaNya yang terbaik bagi kita.
Dalam segala hal, ucapkan syukur karena ada kuasa luar biasa di dalamnya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, August 22, 2012
Gembira dalam Bekerja
Ayat bacaan: Pengkhotbah 3:22
=============================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"
Tidak bekerja salah, sudah bekerja pun salah juga. Ini menjadi sikap begitu banyak orang. Ada saja yang dikeluhkan, mulai dari rendahnya jabatan, rendahnya gaji, berat-ringannya pekerjaan, jarak dari rumah, jam bekerja yang terlalu pagi atau malah sering lembur dan lain-lain. Tampaknya manusia semakin sulit saja untuk bersyukur atas apa yang ada pada mereka hari ini. Mereka lebih suka melihat apa yang tidak ada dan kemudian mengeluhkannya ketimbang mensyukuri dan memanfaatkan dengan baik apa yang ada pada mereka hari ini. Di sisi lain, ada seorang pekerja bangunan yang sering melintas di depan rumah saya yang selalu tersenyum ramah baik ketika hendak pergi kerja maupun pulang. Setiap saya bertemu dengannya ia selalu gembira. Anaknya yang masih balita sering menyambutnya di tengah jalan dan itu sering terjadi tepat di depan rumah saya. Berapa sih upah pekerja bangunan? Ia bercerita bahwa ia hanya memperoleh sekitar 50 ribu per hari setelah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar yang menuntut tenaga dan stamina luar biasa. Capai? Tentu saja. Sebandingkah upah yang ia peroleh dibandingkan tenaga yang ia kerjakan? Mungkin kita bisa berkata tidak. Tapi semua itu ternyata tidak menghalangi hatinya untuk tetap bergembira. Oleh karena itu selalu menyenangkan untuk ngobrol dengannya setidaknya sebentar, karena suasana hatinya yang positif itu ternyata bisa menular dan membuat saya ikut merasakan sebuah sukacita pula.
Memiliki suasana hati yang gembira dalam bekerja itu sangatlah penting. Selain kinerja kita bisa menjadi lebih baik dan maksimal, itu juga akan membuat kita jauh dari berbagai tekanan psikis, stress atau hal-hal lainnya yang bisa mengganggu kesehatan atau bahkan mengganggu orang-orang yang ada di dekat kita. Bayangkan seorang ayah yang terus menggerutu sepulang kerja, bersikap kasar atau ketus terhadap istri dan anak-anaknya, bagaimana kita bisa mengharapkan sesuatu yang positif ada di dalam keluarga itu? Soal gembira tidaknya dalam bekerja itu tergantung dari suasana hati kita, dan bukan tergantung dari situasi, kondisi, tingkat, besar gaji dan sebagainya dalam pekerjaan. Alkitab pun menyebutkan betapa pentingnya bagi kita untuk bergembira dalam bekerja. Lihatlah apa yang dikatakan dalam kitab Pengkotbah berikut ini: "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). Begitu pentingnya hal ini sampai-sampai dikatakan bahwa tidak ada yang lebih baik ketimbang bergembira dalam pekerjaan kita. Sebab jika kita tidak berbahagia dengan pekerjaan, apa yang bisa kita dapatkan? Berkeluh kesah sepanjang hari? Mengasihani diri berlebihan? Emosi? Adakah itu membawa manfaat atau malah membuat etos kerja kita menurun, mengganggu atau mengecewakan orang lain bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri? Amsal mengatakan bahwa "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Atau lihatlah ayat lain: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu adalah obat yang manjur dan menjaga kita agar tetap memiliki semangat untuk memberi hasil terbaik atas segala sesuatu yang kita lakukan.
Mungkin ada saat ini di antara kita yang mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya. Mungkin juga ada yang merasa bahwa pekerjaan saat ini tidak cukup baik. Tetapi hari ini ijinkan saya mengingatkan bahwa atas itu semua kita wajib memanjatkan rasa syukur kita kepada Tuhan. Berhentilah menjadi orang yang sulit atau bahkan tidak tahu berterima kasih, dan gantilah itu dengan sebentuk hati yang dipenuhi ucapan syukur. Itulah yang akan mampu membuat kita untuk tetap bersukacita tanpa terpengaruh kepada keadaan yang tengah terjadi saat ini. Kita harus menyadari bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk memberkati kita. Meski apa yang anda lakukan saat ini terasa tidak berarti atau terlalu kecil, siapa yang bisa menyangkal bahwa Tuhan sanggup melakukan sesuatu yang luar biasa atas itu? Yang dituntut dari kita adalah bekerja sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23). Itu tugas kita, dan Tuhan pun akan memberkatinya secara berlimpah-limpah apabila kita menerapkan hal itu. Kemudian kita harus tahu pula bahwa kita tidak akan pernah bisa bekerja sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan apabila kita memiliki hati yang terus mengeluh tanpa ada rasa gembira sedikitpun didalamnya. Sekali lagi, tinggi rendah pendapatan bukanlah alasan untuk bergembira atau tidak. Dari bapak buruh bangunan kita bisa melihat bahwa meskipun profesinya bagi sebagian orang dianggap rendah, namun ia bisa tetap bergembira dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya, tidak jarang kita melihat keluarga yang hancur, hidup orang yang jauh dari bahagia, padahal mereka memiliki kekayaan yang besar. Itu sering kita lihat, bukan? Jika demikian, mengapa kita tidak mencoba memberikan setitik cinta pada pekerjaan kita, mengucap syukur atasnya, lalu memberikan yang terbaik dari kita atas pekerjaan itu? Disanalah kita akan melihat bagaimana luar biasanya Tuhan bisa memberkati pekerjaan kita secara luar biasa. Marilah mulai belajar untuk bersyukur dan menikmati pekerjaan kita bersama Tuhan. Bersyukurlah, dan bergembiralah!
Ucapkan syukur dan bergembiralah atas pekerjaan yang anda miliki saat ini
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=============================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"
Tidak bekerja salah, sudah bekerja pun salah juga. Ini menjadi sikap begitu banyak orang. Ada saja yang dikeluhkan, mulai dari rendahnya jabatan, rendahnya gaji, berat-ringannya pekerjaan, jarak dari rumah, jam bekerja yang terlalu pagi atau malah sering lembur dan lain-lain. Tampaknya manusia semakin sulit saja untuk bersyukur atas apa yang ada pada mereka hari ini. Mereka lebih suka melihat apa yang tidak ada dan kemudian mengeluhkannya ketimbang mensyukuri dan memanfaatkan dengan baik apa yang ada pada mereka hari ini. Di sisi lain, ada seorang pekerja bangunan yang sering melintas di depan rumah saya yang selalu tersenyum ramah baik ketika hendak pergi kerja maupun pulang. Setiap saya bertemu dengannya ia selalu gembira. Anaknya yang masih balita sering menyambutnya di tengah jalan dan itu sering terjadi tepat di depan rumah saya. Berapa sih upah pekerja bangunan? Ia bercerita bahwa ia hanya memperoleh sekitar 50 ribu per hari setelah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar yang menuntut tenaga dan stamina luar biasa. Capai? Tentu saja. Sebandingkah upah yang ia peroleh dibandingkan tenaga yang ia kerjakan? Mungkin kita bisa berkata tidak. Tapi semua itu ternyata tidak menghalangi hatinya untuk tetap bergembira. Oleh karena itu selalu menyenangkan untuk ngobrol dengannya setidaknya sebentar, karena suasana hatinya yang positif itu ternyata bisa menular dan membuat saya ikut merasakan sebuah sukacita pula.
Memiliki suasana hati yang gembira dalam bekerja itu sangatlah penting. Selain kinerja kita bisa menjadi lebih baik dan maksimal, itu juga akan membuat kita jauh dari berbagai tekanan psikis, stress atau hal-hal lainnya yang bisa mengganggu kesehatan atau bahkan mengganggu orang-orang yang ada di dekat kita. Bayangkan seorang ayah yang terus menggerutu sepulang kerja, bersikap kasar atau ketus terhadap istri dan anak-anaknya, bagaimana kita bisa mengharapkan sesuatu yang positif ada di dalam keluarga itu? Soal gembira tidaknya dalam bekerja itu tergantung dari suasana hati kita, dan bukan tergantung dari situasi, kondisi, tingkat, besar gaji dan sebagainya dalam pekerjaan. Alkitab pun menyebutkan betapa pentingnya bagi kita untuk bergembira dalam bekerja. Lihatlah apa yang dikatakan dalam kitab Pengkotbah berikut ini: "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). Begitu pentingnya hal ini sampai-sampai dikatakan bahwa tidak ada yang lebih baik ketimbang bergembira dalam pekerjaan kita. Sebab jika kita tidak berbahagia dengan pekerjaan, apa yang bisa kita dapatkan? Berkeluh kesah sepanjang hari? Mengasihani diri berlebihan? Emosi? Adakah itu membawa manfaat atau malah membuat etos kerja kita menurun, mengganggu atau mengecewakan orang lain bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri? Amsal mengatakan bahwa "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Atau lihatlah ayat lain: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu adalah obat yang manjur dan menjaga kita agar tetap memiliki semangat untuk memberi hasil terbaik atas segala sesuatu yang kita lakukan.
Mungkin ada saat ini di antara kita yang mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya. Mungkin juga ada yang merasa bahwa pekerjaan saat ini tidak cukup baik. Tetapi hari ini ijinkan saya mengingatkan bahwa atas itu semua kita wajib memanjatkan rasa syukur kita kepada Tuhan. Berhentilah menjadi orang yang sulit atau bahkan tidak tahu berterima kasih, dan gantilah itu dengan sebentuk hati yang dipenuhi ucapan syukur. Itulah yang akan mampu membuat kita untuk tetap bersukacita tanpa terpengaruh kepada keadaan yang tengah terjadi saat ini. Kita harus menyadari bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk memberkati kita. Meski apa yang anda lakukan saat ini terasa tidak berarti atau terlalu kecil, siapa yang bisa menyangkal bahwa Tuhan sanggup melakukan sesuatu yang luar biasa atas itu? Yang dituntut dari kita adalah bekerja sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23). Itu tugas kita, dan Tuhan pun akan memberkatinya secara berlimpah-limpah apabila kita menerapkan hal itu. Kemudian kita harus tahu pula bahwa kita tidak akan pernah bisa bekerja sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan apabila kita memiliki hati yang terus mengeluh tanpa ada rasa gembira sedikitpun didalamnya. Sekali lagi, tinggi rendah pendapatan bukanlah alasan untuk bergembira atau tidak. Dari bapak buruh bangunan kita bisa melihat bahwa meskipun profesinya bagi sebagian orang dianggap rendah, namun ia bisa tetap bergembira dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya, tidak jarang kita melihat keluarga yang hancur, hidup orang yang jauh dari bahagia, padahal mereka memiliki kekayaan yang besar. Itu sering kita lihat, bukan? Jika demikian, mengapa kita tidak mencoba memberikan setitik cinta pada pekerjaan kita, mengucap syukur atasnya, lalu memberikan yang terbaik dari kita atas pekerjaan itu? Disanalah kita akan melihat bagaimana luar biasanya Tuhan bisa memberkati pekerjaan kita secara luar biasa. Marilah mulai belajar untuk bersyukur dan menikmati pekerjaan kita bersama Tuhan. Bersyukurlah, dan bergembiralah!
Ucapkan syukur dan bergembiralah atas pekerjaan yang anda miliki saat ini
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, August 21, 2012
Berani Melangkah
Ayat bacaan: Yosua 1:3
==================
"Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa."
Hari ini saya ingat ketika saya mulai belajar berenang di masa kecil dahulu. Ada beberapa teman pada waktu itu yang sama-sama les berenang tapi mereka takut masuk ke dalam kolam. Semua orang ingin sukses, tapi hanya sedikit yang berani melangkah. Butuh waktu buat sang pelatih agar mereka berani menjejakkan kaki ke kolam yang agak dalam. Mereka takut tenggelam, karena kaki mereka tidak bisa menjejak dasar kolam. Dan jika demikian, bagaimana mungkin mereka bisa berhasil dalam belajar berenang? Jika ilustrasi ini kita aplikasikan dalam kehidupan kita, ada banyak orang yang juga bersikap demikian. Mereka ingin sukses tapi takut melangkah. Bagaimana bisa sukses kalau kita tidak mulai melakukan sesuatu? Lucunya, mereka menggantungkan semua itu pada takdir, yang ujung-ujungnya menyalahkan Tuhan. Padahal merekalah yang tidak berani melangkah. Mereka mengira bahwa keberhasilan itu bagai durian yang jatuh dari langit. Tuhan memang bisa melakukan itu, tapi itu tidak akan membawa kebaikan bagi kita karena akan menjadikan kita pribadi-pribadi yang malas dan manja. Dalam begitu banyak kesempatan kita bisa melihat bahwa Tuhan lebih suka memberkati kita lewat usaha yang kita lakukan ketimbang memberikan segalanya secara instan. Artinya, kita harus berani mengambil langkah yang tentu saja harus diselaraskan dengan keinginan Tuhan atas diri kita atau panggilan kita masing-masing. Dan disanalah berkat Tuhan akan tercurah dan membuat segala yang anda kerjakan berhasil.
Akan hal ini kita bisa belajar dari Yosua. Kita mengenal Yosua sebagai hamba Musa yang setia, yang selalu mengikuti Musa kemanapun ia pergi. Ketika pada Musa meninggal, Yosua pun diangkat Tuhan untuk menggantikan Musa memimpin bangsa Israel menuju Kanaan yang dikatakan berlimpah susu dan madunya. Apa yang anda katakan jika anda menjadi Yosua? Kaget? Takut? Ragu? Jika mengukurnya dari kemampuan sendiri yang memang terbatas, semua keraguan itu memang akan muncul. Begitu pula Yosua pada awalnya. Yosua mengikuti Musa begitu lama, sehingga dia pasti sudah kenal betul perangai bangsa Israel yang bandel dan keras kepalanya keterlaluan. Ia tentu tahu bahwa tugas yang ia emban adalah tugas luar biasa sulit, bahkan terlihat bagai mission impossible. Namun Tuhan menguatkan Yosua lewat beberapa pesan sebelum mulai melakukan tugasnya. Perhatikan apa kata firman Tuhan berikut: "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." (Yosua 1:3). Ayat ini berisi ulangan janji Tuhan yang pernah Dia berikan pada Musa. "Setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu, kamulah yang akan memilikinya: mulai dari padang gurun sampai gunung Libanon, dan dari sungai itu, yakni sungai Efrat, sampai laut sebelah barat, akan menjadi daerahmu." (Ulangan 11:24). Perhatikan perkataan "setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu" yang terdapat pada kedua ayat tersebut. Kalimat ini dengan jelas menunjukkan betapa perlunya bagi kita untuk berani menapak dan kemudian berani melangkah. Jika kita tidak melangkah, maka tidak akan ada tempat lain yang kita injak, dan itu artinya kita hanya akan berhenti di tempat, atau berjalan di tempat, dan dengan demikian, kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Tanpa kemauan dan keberanian melangkah, kita tidak akan bisa mendapat apa-apa dari Tuhan.
Untuk berani melangkah dibutuhkan keberanian, keteguhan hati dan semangat baja. Tidaklah mudah untuk melangkah keluar dari zona nyaman, itu pasti. Ada banyak orang yang berhenti pada satu titik, dan kemudian tidak mengalami apa-apa lagi. Padahal ada begitu banyak berkat Tuhan menanti di depan yang mereka lewatkan dengan berhenti melangkah. Mereka lebih memilih untuk dikuasai kekhawatirannya. Pikiran mereka dikuasai ribuan "what if"s, sehingga mereka gagal mendapatkan janji-janji Tuhan akan berkat yang melimpah. Saya sendiri tadinya bukanlah tipe orang yang berani mengambil resiko. Saya lahir dengan sifat dasar cenderung takut melakukan hal baru dan takut keluar dari zona nyaman. Tapi saya percaya ada Roh Kudus yang menyertai saya setelah lahir baru, dan menjadikan saya sebagai ciptaan baru. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Tidak ada alasan bagi saya untuk takut melangkah, karena ada Roh Allah menyertai. Kita tidak perlu ragu dan takut karena kita tidak akan dibiarkanNya sendirian! Tuhan akan selalu menyertai kita! Kepada Yosua pun Tuhan mengingatkan hal itu. "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9).
Apa yang perlu kita pastikan terlebih dahulu adalah mencari tahu apa yang sudah direncanakan Tuhan bagi setiap kita jauh sebelum kita ada. Lalu melangkahlah sesuai dengan rencana Tuhan itu. Ingatlah ada Roh Allah yang menyertai segala sesuatu yang kita lakukan, dimanapun, bagaimanapun dan kapanpun. Keberanian untuk melangkah merupakan awal dari sebuah perjalanan penuh kesuksesan atau keberhasilan. Take a step. Dan dalam prosesnya, tetaplah dekat dengan Tuhan. Stick with God and stay close to Him. Keraguan, kekhawatiran, kecemasan dan hal negatif lain boleh saja muncul, namun kalahkanlah semua itu dalam nama Yesus. Tidak ada tempat bagi semua itu dalam ciptaan baru. Daud punya kepercayaan seperti ini: "kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:12). Dan itulah yang perlu kita lakukan. Ada banyak berkat Tuhan menunggu di depan sana, sesuai janji-janjiNya, namun semua itu tidak akan bisa kita peroleh jika kita tidak berani melangkah. Sebaliknya, anda akan mulai berjalan dari satu keberhasilan kepada keberhasilan lainnya dan dalam peningkatan-peningkatan yang signifikan ketika anda memutuskan untuk terus menapak ke depan. Mulailah melangkah sesuai apa yang diperintahkan Tuhan, dan tuailah berkat-berkatNya dalam setiap pijakan anda.
Beranilah melangkah dan tuailah berkat Tuhan dalam setiap langkah itu
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==================
"Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa."
Hari ini saya ingat ketika saya mulai belajar berenang di masa kecil dahulu. Ada beberapa teman pada waktu itu yang sama-sama les berenang tapi mereka takut masuk ke dalam kolam. Semua orang ingin sukses, tapi hanya sedikit yang berani melangkah. Butuh waktu buat sang pelatih agar mereka berani menjejakkan kaki ke kolam yang agak dalam. Mereka takut tenggelam, karena kaki mereka tidak bisa menjejak dasar kolam. Dan jika demikian, bagaimana mungkin mereka bisa berhasil dalam belajar berenang? Jika ilustrasi ini kita aplikasikan dalam kehidupan kita, ada banyak orang yang juga bersikap demikian. Mereka ingin sukses tapi takut melangkah. Bagaimana bisa sukses kalau kita tidak mulai melakukan sesuatu? Lucunya, mereka menggantungkan semua itu pada takdir, yang ujung-ujungnya menyalahkan Tuhan. Padahal merekalah yang tidak berani melangkah. Mereka mengira bahwa keberhasilan itu bagai durian yang jatuh dari langit. Tuhan memang bisa melakukan itu, tapi itu tidak akan membawa kebaikan bagi kita karena akan menjadikan kita pribadi-pribadi yang malas dan manja. Dalam begitu banyak kesempatan kita bisa melihat bahwa Tuhan lebih suka memberkati kita lewat usaha yang kita lakukan ketimbang memberikan segalanya secara instan. Artinya, kita harus berani mengambil langkah yang tentu saja harus diselaraskan dengan keinginan Tuhan atas diri kita atau panggilan kita masing-masing. Dan disanalah berkat Tuhan akan tercurah dan membuat segala yang anda kerjakan berhasil.
Akan hal ini kita bisa belajar dari Yosua. Kita mengenal Yosua sebagai hamba Musa yang setia, yang selalu mengikuti Musa kemanapun ia pergi. Ketika pada Musa meninggal, Yosua pun diangkat Tuhan untuk menggantikan Musa memimpin bangsa Israel menuju Kanaan yang dikatakan berlimpah susu dan madunya. Apa yang anda katakan jika anda menjadi Yosua? Kaget? Takut? Ragu? Jika mengukurnya dari kemampuan sendiri yang memang terbatas, semua keraguan itu memang akan muncul. Begitu pula Yosua pada awalnya. Yosua mengikuti Musa begitu lama, sehingga dia pasti sudah kenal betul perangai bangsa Israel yang bandel dan keras kepalanya keterlaluan. Ia tentu tahu bahwa tugas yang ia emban adalah tugas luar biasa sulit, bahkan terlihat bagai mission impossible. Namun Tuhan menguatkan Yosua lewat beberapa pesan sebelum mulai melakukan tugasnya. Perhatikan apa kata firman Tuhan berikut: "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." (Yosua 1:3). Ayat ini berisi ulangan janji Tuhan yang pernah Dia berikan pada Musa. "Setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu, kamulah yang akan memilikinya: mulai dari padang gurun sampai gunung Libanon, dan dari sungai itu, yakni sungai Efrat, sampai laut sebelah barat, akan menjadi daerahmu." (Ulangan 11:24). Perhatikan perkataan "setiap tempat yang diinjak oleh telapak kakimu" yang terdapat pada kedua ayat tersebut. Kalimat ini dengan jelas menunjukkan betapa perlunya bagi kita untuk berani menapak dan kemudian berani melangkah. Jika kita tidak melangkah, maka tidak akan ada tempat lain yang kita injak, dan itu artinya kita hanya akan berhenti di tempat, atau berjalan di tempat, dan dengan demikian, kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Tanpa kemauan dan keberanian melangkah, kita tidak akan bisa mendapat apa-apa dari Tuhan.
Untuk berani melangkah dibutuhkan keberanian, keteguhan hati dan semangat baja. Tidaklah mudah untuk melangkah keluar dari zona nyaman, itu pasti. Ada banyak orang yang berhenti pada satu titik, dan kemudian tidak mengalami apa-apa lagi. Padahal ada begitu banyak berkat Tuhan menanti di depan yang mereka lewatkan dengan berhenti melangkah. Mereka lebih memilih untuk dikuasai kekhawatirannya. Pikiran mereka dikuasai ribuan "what if"s, sehingga mereka gagal mendapatkan janji-janji Tuhan akan berkat yang melimpah. Saya sendiri tadinya bukanlah tipe orang yang berani mengambil resiko. Saya lahir dengan sifat dasar cenderung takut melakukan hal baru dan takut keluar dari zona nyaman. Tapi saya percaya ada Roh Kudus yang menyertai saya setelah lahir baru, dan menjadikan saya sebagai ciptaan baru. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Tidak ada alasan bagi saya untuk takut melangkah, karena ada Roh Allah menyertai. Kita tidak perlu ragu dan takut karena kita tidak akan dibiarkanNya sendirian! Tuhan akan selalu menyertai kita! Kepada Yosua pun Tuhan mengingatkan hal itu. "Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." (Yosua 1:9).
Apa yang perlu kita pastikan terlebih dahulu adalah mencari tahu apa yang sudah direncanakan Tuhan bagi setiap kita jauh sebelum kita ada. Lalu melangkahlah sesuai dengan rencana Tuhan itu. Ingatlah ada Roh Allah yang menyertai segala sesuatu yang kita lakukan, dimanapun, bagaimanapun dan kapanpun. Keberanian untuk melangkah merupakan awal dari sebuah perjalanan penuh kesuksesan atau keberhasilan. Take a step. Dan dalam prosesnya, tetaplah dekat dengan Tuhan. Stick with God and stay close to Him. Keraguan, kekhawatiran, kecemasan dan hal negatif lain boleh saja muncul, namun kalahkanlah semua itu dalam nama Yesus. Tidak ada tempat bagi semua itu dalam ciptaan baru. Daud punya kepercayaan seperti ini: "kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mazmur 56:12). Dan itulah yang perlu kita lakukan. Ada banyak berkat Tuhan menunggu di depan sana, sesuai janji-janjiNya, namun semua itu tidak akan bisa kita peroleh jika kita tidak berani melangkah. Sebaliknya, anda akan mulai berjalan dari satu keberhasilan kepada keberhasilan lainnya dan dalam peningkatan-peningkatan yang signifikan ketika anda memutuskan untuk terus menapak ke depan. Mulailah melangkah sesuai apa yang diperintahkan Tuhan, dan tuailah berkat-berkatNya dalam setiap pijakan anda.
Beranilah melangkah dan tuailah berkat Tuhan dalam setiap langkah itu
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, August 20, 2012
Kreatif
Ayat bacaan: Kejadian 2:19
======================
"Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu."
"Ah sayang saya tidak kreatif... saya bukan seniman." kata seorang teman dengan ringan ketika ia diminta untuk ikut membantu dekorasi ruangan. Mungkin benar bahwa kreativitas orang berbeda-beda. Ada yang dikaruniai bakat seni yang tinggi disertai kreativitas tinggi pula, ada yang tidak. Tapi itu bukan berarti bahwa ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas dalam dirinya. Salah satu tugas saya sebagai pengajar desain adalah menemukan dan mengembangkan kreativitas dari anak-anak didik saya. Satu hal yang selalu saya dapati sebagai kesimpulan pada tiap angkatan adalah bahwa semua manusia memiliki kreativitasnya sendiri. Dari satu tugas yang sama hasilnya bisa berbeda-beda, dan semuanya tetap menarik untuk dilihat. Jika kita perhatikan dalam Alkitab, Tuhan yang Maha kreatif sesungguhnya menuntut kita untuk menjadi orang-orang yang kreatif pula. Kita tidak dianjurkan untuk mempergunakan alasan tidak kreatif sebagai celah untuk tidak melakukan apa-apa. Dengan otak, nalar, ketrampilan, kemampuan dan berbagai talenta khusus yang sudah disediakan Tuhan kepada kita, sudah seharusnya kita bisa berpikir kreatif dalam melakukan sesuatu. Tuhan adalah sosok yang sangat kreatif, dan manusia dikatakan diciptakan menurut gambar dan rupaNya. Maka itu artinyakreatifitas sejatinya merupakan bagian dari manusia.
Dari proses penciptaan alam semesta beserta isinya kita bisa melihat kreativitas Tuhan dalam mengisi alam ini. Jutaan jenis binatang dari berbagai spesies, jenis-jenis tanaman yang berbeda-beda di berbagai belahan bumi, atau yang juga sederhana dan bisa kita lihat setiap saat, perhatikanlah wajah manusia yangtidak pernah sama persis meski kembar sekalipun. Komponen pengisi muka boleh sama, namun tidak akan ada yang pernah sama persis hasilnya. Lalu kemudian kita bisa melihat pula bagaimana kreatifnya Tuhan memberikan jawaban bagi berbagai permasalahan hidup manusia. Sebagai contoh saja kita bisa melihat kreativitas Tuhan dalam membantu umat Israel dari Mesir menuju tanah Kanaan yang subur. Tuhan memberi Tiang awan, tiang api, manna, daging dari burung puyuh, membelah Laut Teberau dan seterusnya. Ini semua memperlihatkan kreativitas tinggi Tuhan dalam memberi solusi bagi manusia.
Yesus dalam pelayananNya di dunia pun banyak menggunakan metode kreatif. Dalam misi pelayananNya Yesus banyak menggunakan perumpamaan, berdiskusi, tanya jawab, menyembuhkan bahkan membangkitkan, memberi contoh keteladanan, dan seterusnya. Yesus tidak pernah monoton dalam pelayananNya. Sehubungan dengan diciptakannya manusia sebagai sosok yang istimewa, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri, sudah selayaknya kita pun mewarisi kreativitas ini. Alangkah ironisnya jika kita terlalu malas untuk mempergunakan sisi-sisi kreativitas yang telah Dia sediakan bagi kita. Dari mana kita tahu bahwa Tuhan menuntut kita juga untuk menjadi manusia-manusia kreatif? Kita bisa melihatnya dalam kitab Kejadian.
Sebelum proses pembentukan Hawa, Tuhan terlebih dahulu membentuk segala binatang hutan dan burung-burung. Dan semua ini dibawa kepada Adam untuk ia beri nama. "Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu." (Kejadian 2:19). Dengan kata lain, Tuhan ingin melihat bagaimana kreativitas manusia untuk menamainya. Jika kita mundur beberapa ayat sebelumnya, Tuhan juga menempatkan Adam di taman Eden bukan untuk berleha-leha dan bersantai, tapi untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (ay 15). Perhatikan kata mengusahakan dan memelihara. Manusia bukan saja ditugaskan untuk memelihara kelestarian lingkungan, tapi juga mengembangkan apa yang sudah ada untuk menjadi lebih baik lagi. Ini membutuhkan proses kreatif. Memaksimalkan, mengembangkan dan menciptakan inovasi atau kreasi baru menuju suatu kehidupan yang lebih baik melalui segala sesuatu yang telah disediakan Tuhan. Itu yang harus dilakukan manusia, bukan sebaliknya merusak alam dengan segala isinya.
Kreativitas ada di dalam diri setiap orang. Tapi tidak semua orang mau mempergunakannya. Sebagian orang terlalu malas untuk mengolah kreativitas yang ada di dalam mereka. Kemalasan tidak akan pernah bisa membawa orang mengalami peningkatan dalam hidupnya. Yang ada malah keruntuhan, seperti apa yang dikatakan Pengkotbah. "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Semua yang disediakan Tuhan di dunia ini bagi kita hendaklah dikelola dengan baik, dipelihara, dijaga dan dikembangkan untuk kebaikan kita semua. Agar kita tetap bisa bertumbuh dan mengalami peningkatan, tetaplah rajin bekerja, dan kreatiflah dalam setiap yang anda usahakan. Tuhan akan selalu melihat bagaimana usaha kita, apakah kita selalu berusaha melakukan yang terbaik atau tidak, sebelum Tuhan mempercayakan perkara-perkara yang lebih besar lagi.
Tuhan mengharapkan manusia agar selalu berpikir kreatif dalam bekerja
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
======================
"Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu."
"Ah sayang saya tidak kreatif... saya bukan seniman." kata seorang teman dengan ringan ketika ia diminta untuk ikut membantu dekorasi ruangan. Mungkin benar bahwa kreativitas orang berbeda-beda. Ada yang dikaruniai bakat seni yang tinggi disertai kreativitas tinggi pula, ada yang tidak. Tapi itu bukan berarti bahwa ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas dalam dirinya. Salah satu tugas saya sebagai pengajar desain adalah menemukan dan mengembangkan kreativitas dari anak-anak didik saya. Satu hal yang selalu saya dapati sebagai kesimpulan pada tiap angkatan adalah bahwa semua manusia memiliki kreativitasnya sendiri. Dari satu tugas yang sama hasilnya bisa berbeda-beda, dan semuanya tetap menarik untuk dilihat. Jika kita perhatikan dalam Alkitab, Tuhan yang Maha kreatif sesungguhnya menuntut kita untuk menjadi orang-orang yang kreatif pula. Kita tidak dianjurkan untuk mempergunakan alasan tidak kreatif sebagai celah untuk tidak melakukan apa-apa. Dengan otak, nalar, ketrampilan, kemampuan dan berbagai talenta khusus yang sudah disediakan Tuhan kepada kita, sudah seharusnya kita bisa berpikir kreatif dalam melakukan sesuatu. Tuhan adalah sosok yang sangat kreatif, dan manusia dikatakan diciptakan menurut gambar dan rupaNya. Maka itu artinyakreatifitas sejatinya merupakan bagian dari manusia.
Dari proses penciptaan alam semesta beserta isinya kita bisa melihat kreativitas Tuhan dalam mengisi alam ini. Jutaan jenis binatang dari berbagai spesies, jenis-jenis tanaman yang berbeda-beda di berbagai belahan bumi, atau yang juga sederhana dan bisa kita lihat setiap saat, perhatikanlah wajah manusia yangtidak pernah sama persis meski kembar sekalipun. Komponen pengisi muka boleh sama, namun tidak akan ada yang pernah sama persis hasilnya. Lalu kemudian kita bisa melihat pula bagaimana kreatifnya Tuhan memberikan jawaban bagi berbagai permasalahan hidup manusia. Sebagai contoh saja kita bisa melihat kreativitas Tuhan dalam membantu umat Israel dari Mesir menuju tanah Kanaan yang subur. Tuhan memberi Tiang awan, tiang api, manna, daging dari burung puyuh, membelah Laut Teberau dan seterusnya. Ini semua memperlihatkan kreativitas tinggi Tuhan dalam memberi solusi bagi manusia.
Yesus dalam pelayananNya di dunia pun banyak menggunakan metode kreatif. Dalam misi pelayananNya Yesus banyak menggunakan perumpamaan, berdiskusi, tanya jawab, menyembuhkan bahkan membangkitkan, memberi contoh keteladanan, dan seterusnya. Yesus tidak pernah monoton dalam pelayananNya. Sehubungan dengan diciptakannya manusia sebagai sosok yang istimewa, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri, sudah selayaknya kita pun mewarisi kreativitas ini. Alangkah ironisnya jika kita terlalu malas untuk mempergunakan sisi-sisi kreativitas yang telah Dia sediakan bagi kita. Dari mana kita tahu bahwa Tuhan menuntut kita juga untuk menjadi manusia-manusia kreatif? Kita bisa melihatnya dalam kitab Kejadian.
Sebelum proses pembentukan Hawa, Tuhan terlebih dahulu membentuk segala binatang hutan dan burung-burung. Dan semua ini dibawa kepada Adam untuk ia beri nama. "Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu." (Kejadian 2:19). Dengan kata lain, Tuhan ingin melihat bagaimana kreativitas manusia untuk menamainya. Jika kita mundur beberapa ayat sebelumnya, Tuhan juga menempatkan Adam di taman Eden bukan untuk berleha-leha dan bersantai, tapi untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. "TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (ay 15). Perhatikan kata mengusahakan dan memelihara. Manusia bukan saja ditugaskan untuk memelihara kelestarian lingkungan, tapi juga mengembangkan apa yang sudah ada untuk menjadi lebih baik lagi. Ini membutuhkan proses kreatif. Memaksimalkan, mengembangkan dan menciptakan inovasi atau kreasi baru menuju suatu kehidupan yang lebih baik melalui segala sesuatu yang telah disediakan Tuhan. Itu yang harus dilakukan manusia, bukan sebaliknya merusak alam dengan segala isinya.
Kreativitas ada di dalam diri setiap orang. Tapi tidak semua orang mau mempergunakannya. Sebagian orang terlalu malas untuk mengolah kreativitas yang ada di dalam mereka. Kemalasan tidak akan pernah bisa membawa orang mengalami peningkatan dalam hidupnya. Yang ada malah keruntuhan, seperti apa yang dikatakan Pengkotbah. "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Semua yang disediakan Tuhan di dunia ini bagi kita hendaklah dikelola dengan baik, dipelihara, dijaga dan dikembangkan untuk kebaikan kita semua. Agar kita tetap bisa bertumbuh dan mengalami peningkatan, tetaplah rajin bekerja, dan kreatiflah dalam setiap yang anda usahakan. Tuhan akan selalu melihat bagaimana usaha kita, apakah kita selalu berusaha melakukan yang terbaik atau tidak, sebelum Tuhan mempercayakan perkara-perkara yang lebih besar lagi.
Tuhan mengharapkan manusia agar selalu berpikir kreatif dalam bekerja
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sunday, August 19, 2012
Patah Hati
Ayat bacaan: Mazmur 147:3
=========================
"Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;"
Bagi teman-teman yang pernah merasakan patah hati tentu tahu betapa sakit rasanya. Saya bertemu dengan banyak orang yang mengalami hal ini dan sulit sembuh untuk waktu yang cukup lama. Saya sendiri pernah mengalaminya sehingga tahu bagaimana rasanya. Tidak gampang untuk menghadapi kenyataan berakhirnya sebuah hubungan cinta yang mungkin sudah terjalin sekian lama. Ada banyak kenangan indah di masa lalu yang akhirnya harus berakhir. Ada banyak harapan dan impian yang terpaksa harus kandas di tengah jalan. Jika putus baik-baik saja sudah sakit, apalagi jika sebuah hubungan itu berakhir dengan tidak baik. Rasa patah hati akan ditambah pula dengan rasa sakit hati pun mungkin bisa menetap di dalam diri kita, menorehkan luka hingga waktu yang lama. Tidak jarang pula hal ini membuat harga diri yang mengalaminya terhempas hancur dalam sekejap mata. Luka-luka yang timbul dari patah hati akibat putusnya hubungan cinta memang sangat menyiksa dan tidak akan mudah dilupakan. Beberapa dari yang saya kenal kemudian sulit untuk memulai hubungan lagi dan hidup diliputi kesedihan dan kekecewaan bertahun-tahun, bahkan ada yang sampaia puluhan tahun. Ada yang memilih lari kepada obat-obatan untuk mengurangi keperihan akibat lukanya. Ada pula yang tidak tahan lagi terhadap rasa sakit dan memilih untuk mengakhiri hidupnya. Jika anda sedang mengalami patah hati hari ini, jangan bertindak gegabah dengan melakukan sesuatu yang nantinya akan anda sesali. Renungan hari ini mudah-mudahan bisa menguatkan anda.
Ayat bacaan hari ini berbicara secara spesifik akan hal itu. "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka." (Mazmur 147:3). Tidakkah sangat melegakan bagi kita jika mengetahui bahwa Tuhan tahu persis bagaimana rasa sakit yang ditimbulkan dari patah hati? Bukan sekedar tahu bahwa itu sakit sekali, Tuhan bahkan berjanji untuk menyembuhkan dan membalut luka-luka ini secara langsung dengan tanganNya sendiri. Minimal sekarang kita tahu bahwa kita tidak sendirian untuk menghadapinya. Tuhan siap membantu dan merawat anda hingga pulih seperti sediakala. Jadi ketika mengalami patah hati, setidaknya kita tahu bahwa disana kita akan mengalami langsung bagaimana Tuhan merawat dan menyembuhkan kita. Dia siap untuk melakukan itu bagi anak-anakNya yang mau mengandalkannya dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan seperti itu.
Dalam keadaan seperti apapun sesungguhnya kita harus tahu bahwa Tuhan akan selalu menyertai kita. Dalam hidup ini akan selalu saja ada tekanan-tekanan dan rasa sakit. Jika tidak kita sikapi dengan baik, itu bisa meruntuhkan kita dalam sekejap mata, setiap saat. Tapi kabar baiknya, Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita menjalani itu semua sendirian. Rasa sakit memang pasti akan kita alami, namun dengan pertolongan Tuhan kita pasti akan diteguhkan dan kembali pulih seperti sedia kala. Firman Tuhan berkata: "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:10). Kita tidak perlu bimbang apalagi takut.
Dalam kesempatan lain firman Tuhan berbunyi: "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati" (Ulangan 31:8). Tuhan telah berjanji berulang-ulang bahwa Dia tidak akan pernah membiarkan kita berjalan sendirian di tengah kecamuk perasaan dan kehancuran hati. Dia siap untuk hadir dan memberikan pertolongan, membalut luka kita dan menjagai kita hingga sembuh.
Apabila di antara teman-teman ada yang mengalami rasa sakit yang begitu dalam akibat patah hati hari ini, janganlah tergoda untuk melakukan tindakan gegabah yang bisa menghancurkan hidup menuju kebinasaan. Sebaliknya, datanglah kepada Tuhan dengan membawa hati kita yang tengah terkoyak-koyak parah dengan luka perih. Curahkan semua perasaan anda di hadapanNya, dan mintalah pertolonganNya, maka Tuhan sendiri yang akan membalut luka-luka itu satu persatu dan dengan penuh kasih sayang merawat kita hingga sembuh. Dari pengalaman saya sendiri, meski itu sakit sekali rasanya, saya sudah merasakan langsung bahwa pada saatnya Tuhan benar-benar memulihkan diri saya, tepat seperti perkataanNya. Jika ini berlaku buat saya, mengapa tidak buat anda? Satu sisi positif yang saya dapat sebagai pelajaran adalah, justru di saat sakit seperti itulah saya bisa mengalami langsung bagaimana luar biasanya kuasa Tuhan dalam menyembuhkan kita dari luka parah akibat patah hati ini. Sekarang juga, datanglah kehadapanNya dan bawa hati kita yang tengah luka dan hancur, dan alamilah secara langsung bagaimana luar biasanya Tuhan menyembuhkan luka anda dalam waktu yang jauh lebih cepat dari yang anda kira.
Tuhan peduli dan selalu siap menyembuhkan luka-luka yang timbul akibat patah hati
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=========================
"Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;"
Bagi teman-teman yang pernah merasakan patah hati tentu tahu betapa sakit rasanya. Saya bertemu dengan banyak orang yang mengalami hal ini dan sulit sembuh untuk waktu yang cukup lama. Saya sendiri pernah mengalaminya sehingga tahu bagaimana rasanya. Tidak gampang untuk menghadapi kenyataan berakhirnya sebuah hubungan cinta yang mungkin sudah terjalin sekian lama. Ada banyak kenangan indah di masa lalu yang akhirnya harus berakhir. Ada banyak harapan dan impian yang terpaksa harus kandas di tengah jalan. Jika putus baik-baik saja sudah sakit, apalagi jika sebuah hubungan itu berakhir dengan tidak baik. Rasa patah hati akan ditambah pula dengan rasa sakit hati pun mungkin bisa menetap di dalam diri kita, menorehkan luka hingga waktu yang lama. Tidak jarang pula hal ini membuat harga diri yang mengalaminya terhempas hancur dalam sekejap mata. Luka-luka yang timbul dari patah hati akibat putusnya hubungan cinta memang sangat menyiksa dan tidak akan mudah dilupakan. Beberapa dari yang saya kenal kemudian sulit untuk memulai hubungan lagi dan hidup diliputi kesedihan dan kekecewaan bertahun-tahun, bahkan ada yang sampaia puluhan tahun. Ada yang memilih lari kepada obat-obatan untuk mengurangi keperihan akibat lukanya. Ada pula yang tidak tahan lagi terhadap rasa sakit dan memilih untuk mengakhiri hidupnya. Jika anda sedang mengalami patah hati hari ini, jangan bertindak gegabah dengan melakukan sesuatu yang nantinya akan anda sesali. Renungan hari ini mudah-mudahan bisa menguatkan anda.
Ayat bacaan hari ini berbicara secara spesifik akan hal itu. "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka." (Mazmur 147:3). Tidakkah sangat melegakan bagi kita jika mengetahui bahwa Tuhan tahu persis bagaimana rasa sakit yang ditimbulkan dari patah hati? Bukan sekedar tahu bahwa itu sakit sekali, Tuhan bahkan berjanji untuk menyembuhkan dan membalut luka-luka ini secara langsung dengan tanganNya sendiri. Minimal sekarang kita tahu bahwa kita tidak sendirian untuk menghadapinya. Tuhan siap membantu dan merawat anda hingga pulih seperti sediakala. Jadi ketika mengalami patah hati, setidaknya kita tahu bahwa disana kita akan mengalami langsung bagaimana Tuhan merawat dan menyembuhkan kita. Dia siap untuk melakukan itu bagi anak-anakNya yang mau mengandalkannya dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan seperti itu.
Dalam keadaan seperti apapun sesungguhnya kita harus tahu bahwa Tuhan akan selalu menyertai kita. Dalam hidup ini akan selalu saja ada tekanan-tekanan dan rasa sakit. Jika tidak kita sikapi dengan baik, itu bisa meruntuhkan kita dalam sekejap mata, setiap saat. Tapi kabar baiknya, Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita menjalani itu semua sendirian. Rasa sakit memang pasti akan kita alami, namun dengan pertolongan Tuhan kita pasti akan diteguhkan dan kembali pulih seperti sedia kala. Firman Tuhan berkata: "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:10). Kita tidak perlu bimbang apalagi takut.
Dalam kesempatan lain firman Tuhan berbunyi: "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati" (Ulangan 31:8). Tuhan telah berjanji berulang-ulang bahwa Dia tidak akan pernah membiarkan kita berjalan sendirian di tengah kecamuk perasaan dan kehancuran hati. Dia siap untuk hadir dan memberikan pertolongan, membalut luka kita dan menjagai kita hingga sembuh.
Apabila di antara teman-teman ada yang mengalami rasa sakit yang begitu dalam akibat patah hati hari ini, janganlah tergoda untuk melakukan tindakan gegabah yang bisa menghancurkan hidup menuju kebinasaan. Sebaliknya, datanglah kepada Tuhan dengan membawa hati kita yang tengah terkoyak-koyak parah dengan luka perih. Curahkan semua perasaan anda di hadapanNya, dan mintalah pertolonganNya, maka Tuhan sendiri yang akan membalut luka-luka itu satu persatu dan dengan penuh kasih sayang merawat kita hingga sembuh. Dari pengalaman saya sendiri, meski itu sakit sekali rasanya, saya sudah merasakan langsung bahwa pada saatnya Tuhan benar-benar memulihkan diri saya, tepat seperti perkataanNya. Jika ini berlaku buat saya, mengapa tidak buat anda? Satu sisi positif yang saya dapat sebagai pelajaran adalah, justru di saat sakit seperti itulah saya bisa mengalami langsung bagaimana luar biasanya kuasa Tuhan dalam menyembuhkan kita dari luka parah akibat patah hati ini. Sekarang juga, datanglah kehadapanNya dan bawa hati kita yang tengah luka dan hancur, dan alamilah secara langsung bagaimana luar biasanya Tuhan menyembuhkan luka anda dalam waktu yang jauh lebih cepat dari yang anda kira.
Tuhan peduli dan selalu siap menyembuhkan luka-luka yang timbul akibat patah hati
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, August 18, 2012
Doa dan Melakukan Karya Nyata bagi Bangsa (2)
(sambungan)
Selanjutnya, mari kita lihat sejenak bagaimana Abraham melakukan "tawar menawar" dengan Tuhan ketika ia memohon agar kiranya Sodom jangan sampai dimusnahkan. Abraham mengatakan "Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?" (Kejadian 18:25). Dan apa kata Tuhan? "TUHAN berfirman: "Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka." (ay 26). Ternyata tidak ada 50 orang pun yang benar disana. Tawar menawar terus terjadi, hingga "Katanya: "Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?" Firman-Nya: "Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu." (ay 32). Bayangkan 10 orang benar saja pun sudah tidak ada. Padahal jika ada 10 orang saja, 10 orang benar, orang peduli dan tidak apatis, orang yang taat dan takut akan Tuhan, Tuhan akan mengampuni orang-orang yang tinggal di Sodom.
Dari kisah Abraham yang 'nego' dengan Tuhan ini kita bisa belajar hal yang sama pula. Sudahkah kita menjadi anak-anak Tuhan yang tidak egois, tidak apatis dan peduli dengan kemakmuran, kemajuan serta keselamatan bangsa kita? Sudahkah kita ambil bagian sesuai porsi kita, setidaknya berdoa syafaat bagi bangsa kita? Sudahkah kita berfungsi sebagai terang atas dunia yang gelap ini sesuai fungsi kita? Sebagai anak bangsa, sudah selayaknya kita peduli dan turut mendoakan bangsa dan negara kita. Paulus mengatakan demikian: "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan." (1 Timotius 2:1-2). Mengapa demikian? "Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran." (ay 3-4).
Tuhan tidak ingin satupun dari kita untuk binasa. Dia tidak akan pernah senang melihat sebuah negara hancur berantakan. Tidak. Dia justru sedih, karena Dia adalah Bapa yang penuh kasih. Keselamatan sudah dianugerahkan lewat Kristus untuk semua bangsa, semua golongan, semua ras, tanpa terkecuali. Kalau begitu bagi yang sudah menerima anugerah keselamatan, pikirkanlah: apakah kita sudah meluangkan waktu untuk mendoakan bangsa kita sendiri? Kuasa doa itu sesungguhnya amat besar, apalagi jika dilakukan oleh orang yang benar. "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b).
Kita bisa mulai menunjukkan bagaimana sikap seorang warganegara yang baik. Hormati dan tunduklah pada pemimpin kita, jangan hanya mengeluh dan membuat segalanya semakin sulit. "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu." (Ibrani 13:17). Dan Petrus pun mengingatkan hal yang sama, untuk tunduk kepada pemerintah demi nama Allah. "Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi.." (1 Petrus 2:13). Tentu saja akan sangat membantu jika kita anak-anak Tuhan bersepakat untuk berdoa dan berfungsi nyata sebagai terang. Kita bisa membawa nilai Kerajaan dimana kita tinggal, di dalam pekerjaan, market place atau dimanapun kita sedang berada saat ini. Kita bisa melakukan berbagai tindakan nyata demi bangsa kita. Jangan lupa pula, berdoalah tanpa jemu bagi bangsa. Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang termasuk bagi pemimpin-pemimpin kita dan juga untuk bangsa dan negara kita.
Kondisi negeri ini masih jauh dari kondisi ideal. Masih begitu banyak yang harus dibenahi. Untuk itulah kita harus berperan serta, baik lewat perbuatan nyata meski yang sederhana sekalipun, maupun lewat doa-doa syafaat bagi bangsa ini. Jadilah orang percaya seperti Daniel yang peduli. Ingatlah bahwa kita diselamatkan untuk menjadi berkat buat orang lain, untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang bisa menyelamatkan orang lain, (Efesus 2:10) dan ini termasuk bangsa dan negara kita. Seperti Daniel, mari hari ini kita mengambil waktu khusus untuk mendoakan negeri kita dengan sungguh-sungguh. Kita mohon ampun atas pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan sebagian dari elemen bangsa ini. Kita bisa berperan di dalamnya, dan doa dari orang benar akan sangat besar kuasanya! Selamat ulang tahun negeriku, we'll keep praying for you.
Jadilah orang percaya yang peduli terhadap bangsa dan negara baik lewat tindakan nyata maupun doa-doa kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Selanjutnya, mari kita lihat sejenak bagaimana Abraham melakukan "tawar menawar" dengan Tuhan ketika ia memohon agar kiranya Sodom jangan sampai dimusnahkan. Abraham mengatakan "Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?" (Kejadian 18:25). Dan apa kata Tuhan? "TUHAN berfirman: "Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka." (ay 26). Ternyata tidak ada 50 orang pun yang benar disana. Tawar menawar terus terjadi, hingga "Katanya: "Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?" Firman-Nya: "Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu." (ay 32). Bayangkan 10 orang benar saja pun sudah tidak ada. Padahal jika ada 10 orang saja, 10 orang benar, orang peduli dan tidak apatis, orang yang taat dan takut akan Tuhan, Tuhan akan mengampuni orang-orang yang tinggal di Sodom.
Dari kisah Abraham yang 'nego' dengan Tuhan ini kita bisa belajar hal yang sama pula. Sudahkah kita menjadi anak-anak Tuhan yang tidak egois, tidak apatis dan peduli dengan kemakmuran, kemajuan serta keselamatan bangsa kita? Sudahkah kita ambil bagian sesuai porsi kita, setidaknya berdoa syafaat bagi bangsa kita? Sudahkah kita berfungsi sebagai terang atas dunia yang gelap ini sesuai fungsi kita? Sebagai anak bangsa, sudah selayaknya kita peduli dan turut mendoakan bangsa dan negara kita. Paulus mengatakan demikian: "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan." (1 Timotius 2:1-2). Mengapa demikian? "Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran." (ay 3-4).
Tuhan tidak ingin satupun dari kita untuk binasa. Dia tidak akan pernah senang melihat sebuah negara hancur berantakan. Tidak. Dia justru sedih, karena Dia adalah Bapa yang penuh kasih. Keselamatan sudah dianugerahkan lewat Kristus untuk semua bangsa, semua golongan, semua ras, tanpa terkecuali. Kalau begitu bagi yang sudah menerima anugerah keselamatan, pikirkanlah: apakah kita sudah meluangkan waktu untuk mendoakan bangsa kita sendiri? Kuasa doa itu sesungguhnya amat besar, apalagi jika dilakukan oleh orang yang benar. "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b).
Kita bisa mulai menunjukkan bagaimana sikap seorang warganegara yang baik. Hormati dan tunduklah pada pemimpin kita, jangan hanya mengeluh dan membuat segalanya semakin sulit. "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu." (Ibrani 13:17). Dan Petrus pun mengingatkan hal yang sama, untuk tunduk kepada pemerintah demi nama Allah. "Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi.." (1 Petrus 2:13). Tentu saja akan sangat membantu jika kita anak-anak Tuhan bersepakat untuk berdoa dan berfungsi nyata sebagai terang. Kita bisa membawa nilai Kerajaan dimana kita tinggal, di dalam pekerjaan, market place atau dimanapun kita sedang berada saat ini. Kita bisa melakukan berbagai tindakan nyata demi bangsa kita. Jangan lupa pula, berdoalah tanpa jemu bagi bangsa. Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang termasuk bagi pemimpin-pemimpin kita dan juga untuk bangsa dan negara kita.
Kondisi negeri ini masih jauh dari kondisi ideal. Masih begitu banyak yang harus dibenahi. Untuk itulah kita harus berperan serta, baik lewat perbuatan nyata meski yang sederhana sekalipun, maupun lewat doa-doa syafaat bagi bangsa ini. Jadilah orang percaya seperti Daniel yang peduli. Ingatlah bahwa kita diselamatkan untuk menjadi berkat buat orang lain, untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang bisa menyelamatkan orang lain, (Efesus 2:10) dan ini termasuk bangsa dan negara kita. Seperti Daniel, mari hari ini kita mengambil waktu khusus untuk mendoakan negeri kita dengan sungguh-sungguh. Kita mohon ampun atas pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan sebagian dari elemen bangsa ini. Kita bisa berperan di dalamnya, dan doa dari orang benar akan sangat besar kuasanya! Selamat ulang tahun negeriku, we'll keep praying for you.
Jadilah orang percaya yang peduli terhadap bangsa dan negara baik lewat tindakan nyata maupun doa-doa kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, August 17, 2012
Doa dan Melakukan Karya Nyata bagi Bangsa (1)
Ayat bacaan: Daniel 9:16
====================
"Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami."
66 tahun sudah bangsa ini merdeka. Itu waktu yang sebenarnya sudah lebih dari cukup bagi bangsa kita untuk bisa menapak tinggi dalam keadaan stabil dan maju, apalagi bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang punya potensi sumber daya alam yang luar biasa dengan jumlah jiwa yang mencapai ratusan juta jiwa. Tapi kenyataannya jauh dari itu. Sampai saat ini bangsa ini masih dikuasai oleh orang-orang yang hanya mencari keuntungan pribadi atau kelompok. Mereka tega menghancurkan negara ini demi kepentingan sesaat tanpa peduli sedikitpun mengenai masa depan generasi-generasi muda kita. Segala potensi bangsa digadaikan, saling sikut menyikut, kelompok-kelompok ekstrim dibiarkan merajalela, ketidak tegasan, tebang pilih, ketidakadilan, oknum aparat penegak hukum yang mencari setoran bersaing dengan preman, korupsi, penipuan dan sebagainya terus membuat bangsa ini semakin terpuruk. Kemiskinan, keamanan, kestabilan, semua masih merupakan masalah yang sepertinya tidak kunjung bisa kita nikmati. Saya mengambil waktu sejenak khusus buat bangsa kita yang tercinta ini dan berdoa untuknya. Biar bagaimanapun kita mencintai tanah air kita bukan? Apa yang bisa dilakukan oleh orang percaya demi bangsa sesungguhnya banyak. Sayangnya banyak pula dari kita yang memilih untuk berpangku tangan dan merasa bahwa itu bukan bagian kita. Benarkah demikian? Tentu tidak. Kita bisa melakukan banyak hal, dan seperti itulah sebenarnya tugas kita, orang-orang percaya. Kita tidak diminta untuk berkumpul secara eksklusif dibalik tembok-tembok gereja dan melupakan dunia luar, tetapi kita harus membawa nilai-nilai Kerajaan Allah untuk menyentuh orang-orang diluar tembok sana. Dan tentu saja, kita harus berdoa secara sungguh-sungguh dan secara khusus serta terus menerus bagi bangsa ini.
Mari kita belajar lewat apa yang pernah dilakukan Daniel pada jamannya. Pada saat itu Daniel menyadari betapa hancurnya moral dan keadaan bangsanya. Daniel bisa saja bersikap apatis, mengingat dia bukanlah termasuk salah satu dari orang yang berbuat kejahatan di mata Tuhan. Tapi dia tidak melakukan hal itu. Lihatlah bahwa Daniel mengambil waktu untuk berdoa bukan difokuskan untuk dirinya sendiri tetapi terutama untuk bangsanya. Bacalah seluruh isi doa Daniel yang tertulis dalam Daniel 9:1-19, maka anda akan menemukan bahwa Daniel menggunakan kata "kami" dan bukan "mereka". "Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri." (Daniel 9:5-6). Ini tentunya menarik. Dengan menggunakan kata "kami", artinya Daniel menempatkan diri di dalam kesesatan bangsanya. Meski Daniel tidak ikut-ikutan melakukan kesalahan, tapi ia sadar betul bahwa ia pun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsanya sendiri. Jika bangsanya buruk, maka ia pun akan ikut terkena didalamnya.
Daniel memiliki sebuah kerendahan hati untuk tidak bermegah diri meski dia sendiri sudah mengaplikasikan hidup benar dan akrab dengan Tuhan sejak semula. Daniel mengasihi bangsanya. Ia peduli. Jika bangsanya menderita, ia pun akan turut menderita. Sebaliknya apabila bangsanya makmur sejahtera dan penuh berkat, maka ia pun akan menjadi bagian yang bisa menikmati itu. Daniel tahu benar bahwa meskipun ia tidak berbuat kesalahan apa-apa, tapi biar bagaimanapun ia tetap merupakan bagian dari bangsa yang saat itu tengah memberontak, tengah berperilaku fasik, sebuah bangsa yang bergelimang dosa dan penuh dengan perilaku menyimpang.
Disamping itu, Daniel pun tampaknya sadar betul bahwa jika bukan dia, siapa lagi yang harus berdoa agar malapetaka dan murka Tuhan dijauhkan dari bangsanya? Maka lihatlah bagaimana Daniel berdoa. "Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami." (Daniel 9:16). Kemudian, "Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri. Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah. Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!" (ay 17-19). Ini untaian doa yang menyentuh dan mengharukan, dipanjatkan oleh Daniel bukan untuk mencari keamanan dirinya sendiri tetapi mewakili sebuah bangsa agar diampuni Tuhan.
Seperti Daniel, kita sebagai anak-anak Tuhan pun seharusnya bisa melihat dari sisi yang sama. Kita bisa berdoa demi bangsa, agar kiranya Tuhan memperhatikan dan menjauhkan segala hal buruk atas negara ini lewat doa dari anak-anakNya yang benar. Sebab jika bukan kita, siapa lagi yang bisa berdoa agar Tuhan menjauhkan segala malapetaka dari negara kita, agar Tuhan berkenan memberkati bangsa dan negara kita ini?
(bersambung)
====================
"Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami."
66 tahun sudah bangsa ini merdeka. Itu waktu yang sebenarnya sudah lebih dari cukup bagi bangsa kita untuk bisa menapak tinggi dalam keadaan stabil dan maju, apalagi bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang punya potensi sumber daya alam yang luar biasa dengan jumlah jiwa yang mencapai ratusan juta jiwa. Tapi kenyataannya jauh dari itu. Sampai saat ini bangsa ini masih dikuasai oleh orang-orang yang hanya mencari keuntungan pribadi atau kelompok. Mereka tega menghancurkan negara ini demi kepentingan sesaat tanpa peduli sedikitpun mengenai masa depan generasi-generasi muda kita. Segala potensi bangsa digadaikan, saling sikut menyikut, kelompok-kelompok ekstrim dibiarkan merajalela, ketidak tegasan, tebang pilih, ketidakadilan, oknum aparat penegak hukum yang mencari setoran bersaing dengan preman, korupsi, penipuan dan sebagainya terus membuat bangsa ini semakin terpuruk. Kemiskinan, keamanan, kestabilan, semua masih merupakan masalah yang sepertinya tidak kunjung bisa kita nikmati. Saya mengambil waktu sejenak khusus buat bangsa kita yang tercinta ini dan berdoa untuknya. Biar bagaimanapun kita mencintai tanah air kita bukan? Apa yang bisa dilakukan oleh orang percaya demi bangsa sesungguhnya banyak. Sayangnya banyak pula dari kita yang memilih untuk berpangku tangan dan merasa bahwa itu bukan bagian kita. Benarkah demikian? Tentu tidak. Kita bisa melakukan banyak hal, dan seperti itulah sebenarnya tugas kita, orang-orang percaya. Kita tidak diminta untuk berkumpul secara eksklusif dibalik tembok-tembok gereja dan melupakan dunia luar, tetapi kita harus membawa nilai-nilai Kerajaan Allah untuk menyentuh orang-orang diluar tembok sana. Dan tentu saja, kita harus berdoa secara sungguh-sungguh dan secara khusus serta terus menerus bagi bangsa ini.
Mari kita belajar lewat apa yang pernah dilakukan Daniel pada jamannya. Pada saat itu Daniel menyadari betapa hancurnya moral dan keadaan bangsanya. Daniel bisa saja bersikap apatis, mengingat dia bukanlah termasuk salah satu dari orang yang berbuat kejahatan di mata Tuhan. Tapi dia tidak melakukan hal itu. Lihatlah bahwa Daniel mengambil waktu untuk berdoa bukan difokuskan untuk dirinya sendiri tetapi terutama untuk bangsanya. Bacalah seluruh isi doa Daniel yang tertulis dalam Daniel 9:1-19, maka anda akan menemukan bahwa Daniel menggunakan kata "kami" dan bukan "mereka". "Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri." (Daniel 9:5-6). Ini tentunya menarik. Dengan menggunakan kata "kami", artinya Daniel menempatkan diri di dalam kesesatan bangsanya. Meski Daniel tidak ikut-ikutan melakukan kesalahan, tapi ia sadar betul bahwa ia pun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsanya sendiri. Jika bangsanya buruk, maka ia pun akan ikut terkena didalamnya.
Daniel memiliki sebuah kerendahan hati untuk tidak bermegah diri meski dia sendiri sudah mengaplikasikan hidup benar dan akrab dengan Tuhan sejak semula. Daniel mengasihi bangsanya. Ia peduli. Jika bangsanya menderita, ia pun akan turut menderita. Sebaliknya apabila bangsanya makmur sejahtera dan penuh berkat, maka ia pun akan menjadi bagian yang bisa menikmati itu. Daniel tahu benar bahwa meskipun ia tidak berbuat kesalahan apa-apa, tapi biar bagaimanapun ia tetap merupakan bagian dari bangsa yang saat itu tengah memberontak, tengah berperilaku fasik, sebuah bangsa yang bergelimang dosa dan penuh dengan perilaku menyimpang.
Disamping itu, Daniel pun tampaknya sadar betul bahwa jika bukan dia, siapa lagi yang harus berdoa agar malapetaka dan murka Tuhan dijauhkan dari bangsanya? Maka lihatlah bagaimana Daniel berdoa. "Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami." (Daniel 9:16). Kemudian, "Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri. Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah. Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!" (ay 17-19). Ini untaian doa yang menyentuh dan mengharukan, dipanjatkan oleh Daniel bukan untuk mencari keamanan dirinya sendiri tetapi mewakili sebuah bangsa agar diampuni Tuhan.
Seperti Daniel, kita sebagai anak-anak Tuhan pun seharusnya bisa melihat dari sisi yang sama. Kita bisa berdoa demi bangsa, agar kiranya Tuhan memperhatikan dan menjauhkan segala hal buruk atas negara ini lewat doa dari anak-anakNya yang benar. Sebab jika bukan kita, siapa lagi yang bisa berdoa agar Tuhan menjauhkan segala malapetaka dari negara kita, agar Tuhan berkenan memberkati bangsa dan negara kita ini?
(bersambung)
Thursday, August 16, 2012
Keluarga Satu Suara
Ayat bacaan: Kejadian 6:22
======================
"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya."
Sejauh mana kesatuan suara dalam keluarga anda saat ini? Faktanya kebanyakan keluarga secara unit masih terlihat satu namun di dalamnya sangatlah keropos. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri, masing-masing punya keinginan sendiri, sehingga sangatlah sulit untuk mencapai satu suara dalam memutuskan segala sesuatu. Saya menyadari bahwa masing-masing orang punya kepribadian atau sifat yang berbeda-beda, sehingga keputusan pun memang bisa berbeda dari satu kepala ke kepala lainnya. Ada juga yang otoriter dan harus selalu menang sendiri, itupun bisa mendatangkan masalah karena pihak lainnya akan menentang dan mengambil jalan yang berbeda. Jika sudah begini, situasipun makin tidak kondusif. Ada begitu banyak keluarga yang isinya sudah tidak lagi searah, apalagi satu suara dalam memutuskan sesuatu. Bagi saya pribadi, mencari kesepakatan dalam memutuskan sesuatu terutama yang penting merupakan hal yang mutlak dalam membina rumah tangga. Benar, seperti anda juga, ada kalanya itu sulit dilakukan. Tapi biar bagaimanapun saya akan selalu mengajak istri saya untuk berbicara dan kemudian mengambil langkah yang sama-sama kita sepakati. Kalaupun kita belum bertemu dengan yang namanya kesepakatan, kita akan berdoa bersama untuk mendengar apa kata Tuhan.
Kita tidak boleh anti terhadap perbedaan. Adalah wajar apabila semua orang punya pandangan yang akan mengarah kepada penyelesaian yang berbeda pula dalam mengatasi masalah baik besar maupun kecil. Akan tetapi Alkitab menekankan pentingnya sebuah kesatuan dalam sebuah keluarga. Yang penting adalah bagaimana kita mencari sebuah titik temu, agar semua keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi seluruh anggota keluarga, didasarkan pada kesepakatan bersama dan tentunya harus sesuai dengan firman Tuhan. Dengan menekankan hal itu dalam keluarga saya, saya membuktikan sendiri betapa suasana dalam rumah tangga terasa damai dan bahagia. Masalah tetap ada dan akan selalu ada, namun apapun itu kami hadapi bersama-sama seiring dan sejalan. Frekuensi perselisihan bisa berkurang secara drastis. Saling menyalahkan akan sangat minimal kalaupun harus ada. Ada atau tidak masalah, kami percaya ada Tuhan bertahta di atas segalanya. Biarlah semua berjalan seijin Tuhan. Berdoa dan tetap berdoa untuk mencari jalan yang terbaik sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Karena itulah walaupun terkadang keputusan secara pribadi berbeda, namun titik temu pasti selalu ada, dan itulah yang kami pilih untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan.
Mari kita melihat kesatuan keluarga ini lewat kisah Nuh. Pada masa itu manusia dikatakan benar-benar telah rusak di hadapan Allah (Kejadian 6:11). Isi dunia dikatakan hanyalah kejahatan. "Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi." (ay 12). Karena itulah Tuhan memutuskan untuk mengakhiri hidup segala mahluk di bumi, kecuali Nuh, yang dikatakan sebagai orang benar, tidak bercela, dan hidup bergaul dengan Allah. (ay 1). Tuhan menyuruh Nuh yang sudah sangat tua untuk membangun bahtera yang ukurannya super besar. Itu adalah hal yang sangat tidak masuk akal karena pada waktu itu hujan belum pernah tercatat pernah turun, sehingga orang-orang yang hidup pada masa itu belum pernah melihat banjir. Apa yang dilakukan Nuh mengikuti perintah Tuhan tentu lucu, aneh atau bahkan dianggap gila bagi orang lain pada masa itu. Mengingat bahwa manusia pada saat itu dikatakan menjalankan hidup yang rusak di bumi, Nuh dan keluarga tentu mereka cemooh ketika membangun bahtera itu. Tapi Alkitab mencatat ketaatan Nuh yang terus mengerjakan hingga selesai. "Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya." (ay 22). Menghadapi olok-olok dan menjadi bahan tertawaan selama membangun kapal dalam jangka waktu panjang tentu tidak gampang. Apa yang membuat Nuh tegar untuk menyelesaikan itu semua? Selain Nuh percaya penuh pada Tuhan, saya melihat pula adanya dukungan dari pihak keluarganya. Tanpa itu semua, niscaya Nuh akan mudah patah semangat menghadapi tekanan. Dari mana kita bisa tahu itu? benar, tidak ada ayat yang menulis tentang itu, tapi perhatikan pula bahwa tidak satupun ayat yang menyatakan mereka berbantah-bantah. Mereka semua patuh dan taat untuk masuk ke dalam bahtera setelah selesai dibangun. Berdasarkan hal itu, kita bisa mengetahui bahwa ketiga anak dan istri Nuh pasti mendukung penuh apa yang ia lakukan. Mereka sepakat, seiring dan sejalan. Bukan tidak mungkin pekerjaan Nuh dalam membangun kapal yang luar biasa besar itu pun tidak sendirian, melainkan dibantu oleh seluruh anggota keluarganya. Dan ketika air bah turun, keluarga Nuh pun selamat, kemudian diberkati Tuhan. (9:1).
Bersepakat dalam segala hal dalam keluarga akan menghasilkan sebuah keluarga dengan ikatan kuat dan harmonis. Hari-hari ini yang sering kita lihat justru sebaliknya. Kalau suami ke kiri, maka istri ke kanan. Istri yang tidak mendukung suami, tidak berada di sisi suaminya ketika sang suami sedang mendapat masalah. Atau sebaliknya suami yang tidak peduli kebutuhan istrinya, menganggap istrinya tidak tahu apa-apa, memutuskan segalanya sendiri. Kesibukan yang menyita waktu membuat mesbah keluarga berantakan dan terabaikan. Semua berjalan sendiri-sendiri, dan ini bisa membahayakan keharmonisan keluarga. Yesus berkata: "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20). Ada kuasa yang bisa ditimbulkan dari kesepakatan dan kebersamaan. Dua atau tiga orang berkumpul, Yesus hadir, dan kesepakatan untuk meminta dalam nama Yesus akan membuat permintaan dikabulkan. Itu janji Tuhan. Bagaimana itu bisa hadir apabila tidak ada kesatuan lagi dalam keluarga? Semua itu pun akan luput dari kita.
Kesepakatan bisa diibaratkan sebagai sebuah kerjasama dalam kesatuan yang harmonis, saling dukung, saling bantu, satu suara. Dari kisah Nuh, kita melihat bahwa kerjasama harmonis bukan saja terjadi antara suami-istri dan anak, namun ada campur tangan Tuhan pula di dalamnya. Ketika Nuh disuruh membangun bahtera, perhatikan Tuhan memberitahukan secara rinci mengenai bagaimana membangun bahtera tersebut. Ini menunjukkan dengan jelas bahwa untuk memperoleh keselamatan, sebuah kerjasama tim juga harus melibatkan Tuhan. Dalam pengambilan keputusan, atau doa-doa permohonan, adakah Tuhan tetap berbicara pada kita? Tentu saja. Ada Roh Kudus yang selalu mengingatkan dan membimbing kita. Tuhan berbicara baik lewat hati nurani, lewat orang lain, atau penglihatan dan sebagainya. Namun seringkali kita mengabaikan semuanya dalam mengambil keputusan, dan cenderung lebih memikirkan kepentingan diri kita sendiri. Kita tidak menganggap penting untuk melibatkan anggota keluarga lainnya dalam mengambil keputusan. Ini jelas bukan bentuk kerjasama tim yang baik. Kerjasama tim yang baik seharusnya melibatkan Tuhan, dimana kita sekeluarga mengikuti apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. Roh-roh perpecahan akan terus berusaha memutus ikatan itu, namun sebuah kesepakatan dan kerja sama tim yang kuat dalam Tuhan akan membuat kita tidak gampang diporak-porandakan iblis. Ingatlah ada Yesus ditengah-tengah kita ketika kita bersepakat bersama-sama dalam keluarga. Bukankah hal ini sungguh indah?
Ikatan suami istri adalah ikatan kuat yang dimateraikan langsung oleh Tuhan sendiri. Yesus mengatakan "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu." (Matius 19:5-6a). Suami istri bukan lagi dua, melainkan satu. Satu bukan saja dalam pengertian jasmani, namun dalam segala hal, termasuk dalam memutuskan sesuatu dan bersepakat dalam berbagai hal. Para suami bisa melibatkan istri untuk mengambil bagian dalam keputusan-keputusan rumah tangga. Untuk yang sudah punya anak yang sudah beranjak dewasa, mereka pun perlu diajak untuk bersepakat bersama-sama. Bangunlah mesbah keluarga yang kokoh sejak dini. Tanamkan keteladanan kepada anak-anak anda, saling mengasihilah, dan bersepakatlah dalam segala hal. Dan Yesus sendiri akan berada ditengah-tengah anda.
Kesepakatan antar anggota keluarga dengan melibatkan Tuhan adalah jalan yang terbaik
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
======================
"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya."
Sejauh mana kesatuan suara dalam keluarga anda saat ini? Faktanya kebanyakan keluarga secara unit masih terlihat satu namun di dalamnya sangatlah keropos. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri, masing-masing punya keinginan sendiri, sehingga sangatlah sulit untuk mencapai satu suara dalam memutuskan segala sesuatu. Saya menyadari bahwa masing-masing orang punya kepribadian atau sifat yang berbeda-beda, sehingga keputusan pun memang bisa berbeda dari satu kepala ke kepala lainnya. Ada juga yang otoriter dan harus selalu menang sendiri, itupun bisa mendatangkan masalah karena pihak lainnya akan menentang dan mengambil jalan yang berbeda. Jika sudah begini, situasipun makin tidak kondusif. Ada begitu banyak keluarga yang isinya sudah tidak lagi searah, apalagi satu suara dalam memutuskan sesuatu. Bagi saya pribadi, mencari kesepakatan dalam memutuskan sesuatu terutama yang penting merupakan hal yang mutlak dalam membina rumah tangga. Benar, seperti anda juga, ada kalanya itu sulit dilakukan. Tapi biar bagaimanapun saya akan selalu mengajak istri saya untuk berbicara dan kemudian mengambil langkah yang sama-sama kita sepakati. Kalaupun kita belum bertemu dengan yang namanya kesepakatan, kita akan berdoa bersama untuk mendengar apa kata Tuhan.
Kita tidak boleh anti terhadap perbedaan. Adalah wajar apabila semua orang punya pandangan yang akan mengarah kepada penyelesaian yang berbeda pula dalam mengatasi masalah baik besar maupun kecil. Akan tetapi Alkitab menekankan pentingnya sebuah kesatuan dalam sebuah keluarga. Yang penting adalah bagaimana kita mencari sebuah titik temu, agar semua keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi seluruh anggota keluarga, didasarkan pada kesepakatan bersama dan tentunya harus sesuai dengan firman Tuhan. Dengan menekankan hal itu dalam keluarga saya, saya membuktikan sendiri betapa suasana dalam rumah tangga terasa damai dan bahagia. Masalah tetap ada dan akan selalu ada, namun apapun itu kami hadapi bersama-sama seiring dan sejalan. Frekuensi perselisihan bisa berkurang secara drastis. Saling menyalahkan akan sangat minimal kalaupun harus ada. Ada atau tidak masalah, kami percaya ada Tuhan bertahta di atas segalanya. Biarlah semua berjalan seijin Tuhan. Berdoa dan tetap berdoa untuk mencari jalan yang terbaik sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Karena itulah walaupun terkadang keputusan secara pribadi berbeda, namun titik temu pasti selalu ada, dan itulah yang kami pilih untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan.
Mari kita melihat kesatuan keluarga ini lewat kisah Nuh. Pada masa itu manusia dikatakan benar-benar telah rusak di hadapan Allah (Kejadian 6:11). Isi dunia dikatakan hanyalah kejahatan. "Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi." (ay 12). Karena itulah Tuhan memutuskan untuk mengakhiri hidup segala mahluk di bumi, kecuali Nuh, yang dikatakan sebagai orang benar, tidak bercela, dan hidup bergaul dengan Allah. (ay 1). Tuhan menyuruh Nuh yang sudah sangat tua untuk membangun bahtera yang ukurannya super besar. Itu adalah hal yang sangat tidak masuk akal karena pada waktu itu hujan belum pernah tercatat pernah turun, sehingga orang-orang yang hidup pada masa itu belum pernah melihat banjir. Apa yang dilakukan Nuh mengikuti perintah Tuhan tentu lucu, aneh atau bahkan dianggap gila bagi orang lain pada masa itu. Mengingat bahwa manusia pada saat itu dikatakan menjalankan hidup yang rusak di bumi, Nuh dan keluarga tentu mereka cemooh ketika membangun bahtera itu. Tapi Alkitab mencatat ketaatan Nuh yang terus mengerjakan hingga selesai. "Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya." (ay 22). Menghadapi olok-olok dan menjadi bahan tertawaan selama membangun kapal dalam jangka waktu panjang tentu tidak gampang. Apa yang membuat Nuh tegar untuk menyelesaikan itu semua? Selain Nuh percaya penuh pada Tuhan, saya melihat pula adanya dukungan dari pihak keluarganya. Tanpa itu semua, niscaya Nuh akan mudah patah semangat menghadapi tekanan. Dari mana kita bisa tahu itu? benar, tidak ada ayat yang menulis tentang itu, tapi perhatikan pula bahwa tidak satupun ayat yang menyatakan mereka berbantah-bantah. Mereka semua patuh dan taat untuk masuk ke dalam bahtera setelah selesai dibangun. Berdasarkan hal itu, kita bisa mengetahui bahwa ketiga anak dan istri Nuh pasti mendukung penuh apa yang ia lakukan. Mereka sepakat, seiring dan sejalan. Bukan tidak mungkin pekerjaan Nuh dalam membangun kapal yang luar biasa besar itu pun tidak sendirian, melainkan dibantu oleh seluruh anggota keluarganya. Dan ketika air bah turun, keluarga Nuh pun selamat, kemudian diberkati Tuhan. (9:1).
Bersepakat dalam segala hal dalam keluarga akan menghasilkan sebuah keluarga dengan ikatan kuat dan harmonis. Hari-hari ini yang sering kita lihat justru sebaliknya. Kalau suami ke kiri, maka istri ke kanan. Istri yang tidak mendukung suami, tidak berada di sisi suaminya ketika sang suami sedang mendapat masalah. Atau sebaliknya suami yang tidak peduli kebutuhan istrinya, menganggap istrinya tidak tahu apa-apa, memutuskan segalanya sendiri. Kesibukan yang menyita waktu membuat mesbah keluarga berantakan dan terabaikan. Semua berjalan sendiri-sendiri, dan ini bisa membahayakan keharmonisan keluarga. Yesus berkata: "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20). Ada kuasa yang bisa ditimbulkan dari kesepakatan dan kebersamaan. Dua atau tiga orang berkumpul, Yesus hadir, dan kesepakatan untuk meminta dalam nama Yesus akan membuat permintaan dikabulkan. Itu janji Tuhan. Bagaimana itu bisa hadir apabila tidak ada kesatuan lagi dalam keluarga? Semua itu pun akan luput dari kita.
Kesepakatan bisa diibaratkan sebagai sebuah kerjasama dalam kesatuan yang harmonis, saling dukung, saling bantu, satu suara. Dari kisah Nuh, kita melihat bahwa kerjasama harmonis bukan saja terjadi antara suami-istri dan anak, namun ada campur tangan Tuhan pula di dalamnya. Ketika Nuh disuruh membangun bahtera, perhatikan Tuhan memberitahukan secara rinci mengenai bagaimana membangun bahtera tersebut. Ini menunjukkan dengan jelas bahwa untuk memperoleh keselamatan, sebuah kerjasama tim juga harus melibatkan Tuhan. Dalam pengambilan keputusan, atau doa-doa permohonan, adakah Tuhan tetap berbicara pada kita? Tentu saja. Ada Roh Kudus yang selalu mengingatkan dan membimbing kita. Tuhan berbicara baik lewat hati nurani, lewat orang lain, atau penglihatan dan sebagainya. Namun seringkali kita mengabaikan semuanya dalam mengambil keputusan, dan cenderung lebih memikirkan kepentingan diri kita sendiri. Kita tidak menganggap penting untuk melibatkan anggota keluarga lainnya dalam mengambil keputusan. Ini jelas bukan bentuk kerjasama tim yang baik. Kerjasama tim yang baik seharusnya melibatkan Tuhan, dimana kita sekeluarga mengikuti apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. Roh-roh perpecahan akan terus berusaha memutus ikatan itu, namun sebuah kesepakatan dan kerja sama tim yang kuat dalam Tuhan akan membuat kita tidak gampang diporak-porandakan iblis. Ingatlah ada Yesus ditengah-tengah kita ketika kita bersepakat bersama-sama dalam keluarga. Bukankah hal ini sungguh indah?
Ikatan suami istri adalah ikatan kuat yang dimateraikan langsung oleh Tuhan sendiri. Yesus mengatakan "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu." (Matius 19:5-6a). Suami istri bukan lagi dua, melainkan satu. Satu bukan saja dalam pengertian jasmani, namun dalam segala hal, termasuk dalam memutuskan sesuatu dan bersepakat dalam berbagai hal. Para suami bisa melibatkan istri untuk mengambil bagian dalam keputusan-keputusan rumah tangga. Untuk yang sudah punya anak yang sudah beranjak dewasa, mereka pun perlu diajak untuk bersepakat bersama-sama. Bangunlah mesbah keluarga yang kokoh sejak dini. Tanamkan keteladanan kepada anak-anak anda, saling mengasihilah, dan bersepakatlah dalam segala hal. Dan Yesus sendiri akan berada ditengah-tengah anda.
Kesepakatan antar anggota keluarga dengan melibatkan Tuhan adalah jalan yang terbaik
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Posts (Atom)
Kacang Lupa Kulit (5)
(sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...