Monday, February 28, 2011

Teamwork

Ayat bacaan: Ibrani 10:24
==================
"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik."

teamwork, kerja samaSaya baru saja pulang dari sebuah pertemuan informal di sebuah cafe dengan beberapa unsur terkait dalam dunia musik. Sebuah sesi obrolan santai selama 4 jam penuh canda tawa, tetapi tetap dipenuhi tukar pikiran dari masing-masing yang hadir. Ada hal yang saya tahu, ada banyak pula yang saya tidak tahu. Dengan obrolan yang hanya berlangsung selama beberapa jam itu saja ada begitu banyak ide yang terlontar, ide-ide, saling memberi masukan dan sebagainya. Saya membayangkan bagaimana seandainya masing-masing berjalan sendiri-sendiri, tentu akan sulit bagi kita untuk bisa maju, setidaknya tidak akan bisa maksimal. Sejatinya manusia memang diciptakan bukan menjadi mahluk yang tahu segalanya. Kita diciptakan sebagai mahluk sosial yang harus saling berinteraksi dan terintegrasi dengan orang lain. Itu sejak awal sudah menjadi pandangan Tuhan, yang mengatakan "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.." (Kejadian 2:18). Dalam pekerjaan kita butuh rapat-rapat untuk melihat sampai sejauh mana denyut nadi perusahaan dalam jangka waktu tertentu, dalam berorganisasi kita butuh hal yang sama agar semua bisa berjalan seirama dan mengevaluasi sampai dimana pencapaian saat ini dan sebagainya. Kita adalah bagian dari masyarakat, pada suatu ketika kita akan menyadari bahwa kita butuh orang lain untuk bertahan hidup.

Firman Tuhan dalam banyak kesempatan mengingatkan kita agar tidak berjalan sendiri-sendiri, menjadi manusia yang absolut dan merasa kita sanggup melakukan segalanya sendirian. "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya...Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan." (Pengkotbah 4:9-10,12). Dalam hal-hal kerohanian pun demikian. Sebuah teamwork yang kokoh dibutuhkan bukan saja untuk kepentingan kita, kelompok atau sesama manusia secara umum, tetapi juga untuk menyatakan terang Allah dan memperluas KerajaanNya di muka bumi ini.

Kita tidak bisa berjalan sendirian, karena tekanan dan godaan akan selalu ada disekitar kita setiap saat. Cepat atau lambat kita akan kehabisan bensin, kelelahan dan menjadi lemah. Disaat seperti itulah kita butuh dukungan dari teman-teman terutama yang seiman agar kita bisa kembali bangkit dari keterpurukan. Sebuah teamwork yang baik adalah kumpulan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama, berjalan ke arah yang sama dan berisi orang-orang yang saling peduli satu sama lain dan tidak mementingkan diri sendiri serta diarahkan kepada tujuan-tujuan yang positif, baik dan membangun. Seperti itulah idealnya. Saling menasihati, memberi masukan, menegur jika perlu, dan saling mengulurkan tangan untuk membantu, itu akan membuat kita semua bisa bertumbuh dengan baik dan dapat kembali bangkit dari keterpurukan. Dikala kita butuh ada teman, dikala teman butuh ada kita. Tidakkah itu terdengar sangat indah?

Dalam Ibrani kita bisa memperoleh ayat yang menyatakan hal ini dengan jelas. "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik." (Ibrani 10:24) Inilah kuncinya. Saling memperhatikan, saling mendorong, dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Untuk itulah kita diingatkan agar tidak menjauh dari pertemuan-pertemuan dimana kita bisa saling mengisi dan menguatkan lewat firman Tuhan, saling mengingatkan akan janji-janji Tuhan termasuk apa yang harus kita lakukan untuk menuainya. Ayat selanjutnya berbunyi: "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (ay 25). Cara hidup jemaat mula-mula yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 bisa kita jadikan cerminan akan hal ini.

Untuk memperluas Kerajaan Allah dan menyatakan kemuliaanNya di muka bumi ini pun demikian. Kita tidak bisa melakukan segala sesuatunya sendirian. Masing-masing kita telah dikaruniai talenta atau bakat-bakat tersendiri yang akan bisa menjadi sesuatu yang luar biasa jika disinergikan dengan orang-orang lain yang memiliki talenta berbeda untuk mencapai tujuan yang sama, berjalan ke arah yang sama. Paulus telah mengingatkan hal tersebut dalam surat Roma. "Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.." (Roma 12:4-6). Dan ingatlah bahwa kita semua adalah anggota-anggota tubuh dengan Kristus sendiri sebagai Kepala (Efesus 4:15), "Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih." (ay 16).

Ke Gereja sekali seminggu itu tidaklah cukup, apalagi jika anda belum tertanam di satu Gereja pun untuk bertumbuh. Membaca firman Tuhan sekali-kali itu pun belum cukup. Kita perlu mengisi hari-hari kita dengan merenungkan firman Tuhan, membahasnya bersama teman-teman dalam persekutuan, saling mempehatikan lewat pertemuan, telepon, email, sms dan sebagainya agar kita tidak lemah dan bisa terus bertumbuh meski dalam kondisi apapun. Jangan abaikan kesempatan untuk saling berbagi dan menguatkan selagi kesempatan masih ada, dan temukanlah potensi-potensi yang telah diberikan Tuhan dalam hidup setiap kita, pergunakan dan kembangkanlah secara bersama-sama, sehingga masing-masing potensi yang berbeda itu bisa bersatu menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa dimana Tuhan bisa kita permuliakan di dalamnya.

There's no superman, but there's superteam

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, February 27, 2011

Sportivitas

Ayat bacaan: 2 Timotius 2:5
=====================
"Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga."

paolo di canio, sportivitas, menjunjung tinggi peraturanBagi penggemar sepak bola, tentu nama Paolo di Canio tentu tidaklah asing meski ia sudah mengundurkan diri dari lapangan rumput tiga tahun yang lalu. Paolo dikenal memiliki tempramen meledak-ledak sehingga label "bad boy" pun sempat disematkan kepadanya. Tetapi uniknya, Paolo juga dikenang sebagai sosok dengan gelar "A Gentlemen Conduct of Sportmanship" dan membawanya memperoleh FIFA Fair Play Award di tahun 2001. Apa yang membawanya untuk memperoleh penghargaan itu? Kejadiannya di tahun 2000 ketika Paolo masih bermain untuk West Ham. Dalam sebuah pertandingan melawan Everton menjelang menit-menit akhir, Paolo mendapat sebuah umpan matang yang seharusnya tidak sulit untuk dia lesakkan ke gawang. Pada saat itu kiper Everton Paul Gerrard tengah tergeletak, sehingga gawang Everton kosong melompong tanpa penjaga. Situasi itu seharusnya sangat menguntungkan bagi Di Canio dan West Ham, karena hanya dengan sekali tendang saja ia bisa mencetak gol dengan mudah. Tetapi apa yang dilakukan Di Canio? Mencengangkan. Ia ternyata memilih untuk menangkap bola dan meminta agar pertandingan dihentikan dahulu untuk menolong kiper Everton yang cedera. Dengan keputusannya itu West Ham harus puas dengan hasil imbang 1-1. Kemenangan yang sudah didepan mata bisa diperoleh jika Paolo memanfaatkan situasi tersebut, tetapi lebih daripada menginginkan kemenangan, Paolo memilih untuk melakukan hal yang lebih penting yaitu bersikap sportif sesuai peraturan bermain bola dan tentu saja rasa keadilan. Apa yang ia lakukan tetap dikenang orang hingga hari ini. Sebuah iklan fair play yang begitu sering diputar pada saat Piala Dunia 2010 lalu pun kemudian menggambarkan peristiwa sportivitas Di Canio tersebut secara sangat mirip.

Apa yang dilakukan Di Canio tersebut adalah sesuatu yang sangat langka. Pemain-pemain bola akan cenderung memanfaatkan situasi seperti apapun untuk bisa memenangkan pertandingan. Mereka akan berpura-pura jatuh ketika gawang terancam, mereka melebih-lebihkan pelanggaran yang dilakukan lawan agar mendapat keuntungan apabila lawannya mendapat kartu, dan tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan jika ada situasi yang sangat menguntungkan seperti dalam peristiwa di atas. Tidak saja di lapangan sepak bola, tetapi di dunia secara umum pun demikian. Menghalalkan segala cara untuk bisa menang atau meraup keuntungan, memanfaatkan kesempatan untuk menang meski dengan cara yang tidak adil atau tidak sportif bukan saja menjadi kebiasaan di dunia olah raga saat ini tetapi itu juga menjadi cerminan apa yang dianggap wajar bagi banyak orang. Kita terbiasa sikut-sikutan untuk sukses dan tidak merasa bersalah jika harus mengorbankan orang lain demi mencapai tujuan kita. Banyak orang percaya bahwa apapun boleh dilakukan yang penting menang. Tetapi Alkitab berbicara lain. Sebuah kemenangan bukan saja tergantung dari hasil akhir, tetapi proses dalam mencapainya juga merupakan hal yang justru jauh lebih penting untuk kita perhatikan.

Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengingatkan agar kita menjunjung tinggi sportivitas, kejujuran dan keadilan sesuai dengan peraturan dalam berlomba. "Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga." (2 Timotius 2:5). Anda mungkin bukan seorang olahragawan profesional, tetapi pesan ini sangatlah penting untuk kita ingat dalam meniti hidup kita, karena sebuah kehidupan seyogyanya merupakan sebuah perlombaan. Ada garis finish yang akan dicapai oleh semua orang pada suatu ketika, dan menang atau tidak bukan saja tergantung dari bagaimana kita bisa menjaga diri kita untuk tampil baik hingga finish, tetapi juga bagaimana proses yang kita lakukan selama berlomba sampai ke garis akhir. Secara tegas Paulus mengatakan bahwa sebuah mahkota juara hanyalah bisa diperoleh apabila kita bertanding sesuai dengan peraturan-peraturan. Dengan kata lain, kita hanya bisa dikatakan menang jika kita mengikuti aturan. Peraturan-peraturan dibuat ternyata bukan saja untuk membuat segala sesuatu berjalan tertib dan teratur, tetapi juga untuk membuat kita bisa menang.

Hidup adalah sebuah perlombaan. Apa yang akan kita peroleh kelak akan sangat tergantung dari bagaimana cara kita dalam menyikapi perlombaan. Apakah kita sudah cukup serius dalam melakukannya atau kita masih terus menyia-nyiakan kesempatan atau bahkan melakukan kecurangan serta pelanggaran akan peraturan-peraturan Tuhan yang telah Dia tetapkan sebelumnya. Penulis Ibrani mengatakan "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1) Adalah penting bagi kita untuk menanggalkan segala sesuatu yang bisa memberatkan langkah kita untuk mencapai garis akhir dengan kemenangan, dan selanjutnya hendaklah kita bertekun dalam menjalaninya. Sebuah kunci pun kemudian diberikan pada ayat berikutnya, yaitu "..dengan mata yang tertuju kepada Yesus.." (ay 2). Mengarahkan pandangan kepada Yesus, bukan kepada hal-hal lain yang merintangi kita seperti kesusahan, himpitan beban hidup dan sebagainya yang lambat laun akan membuat kita bisa bersikap menghalalkan segala sesuatu meski dengan cara yang tidak baik tanpa rasa bersalah sama sekali. Semua orang ingin menang, namun perhatikanlah setiap langkah yang kita peroleh untuk bisa mencapainya.

Paulus mencapai garis akhirnya dengan gilang gemilang. Ia bisa berkata dengan kepala yang tegak: "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.  Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya." (2 Timotius 4:7-8). Mampukah kita berkata sama? Ketaatan terhadap peraturan Tuhan merupakan hal yang tidak bisa kita abaikan. Yesus menang bukan lewat membumihanguskan orang-orang yang jahat, tetapi justru karena ketaatanNya terhadap kehendak Bapa. Ini bisa menjadi gambaran yang jelas bagi kita untuk memperhatikan betul bagaimana cara kita untuk mencapai keberhasilan demi keberhasilan dalam perlombaan hidup kita hingga mencapai garis akhir.

Saya yakin hingga hari ini Paolo merasa sangat bangga mengambil keputusan bersikap sportif 11 tahun yang lalu, yang membuatnya dikenang banyak orang dengan indah dan tercatat dengan tinta emas dalam sejarah penerima Fair Play award. Marilah kita melakukan hal yang sama. Meski itu mungkin terlihat merugikan pada saat ini, namun suatu ketika nanti anda akan tersenyum bangga telah mengambil sebuah keputusan yang tepat. Sebuah sportivitas merupakan sikap yang menjunjung tinggi aturan dan taat kepada aturan, yang justru lebih bernilai ketimbang sebuah kemenangan itu sendiri. Ketika dunia berpikir bahwa adalah wajar untuk melakukan apapun asal bisa menang, orang-orang percaya seharusnya memperhatikan proses yang dilakukan untuk mencapainya. Sebab tanpa itu semua, kita tidak akan pernah bisa memperoleh mahkota kehidupan sebagai seorang juara di mata Tuhan.

Ketaatan akan membawa kita menjadi juara sejati

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, February 26, 2011

Kebebasan yang Bertanggungjawab

Ayat bacaan: 1 Korintus 10:23
======================
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun."

kebebasan bertanggungjawabLebih baik atau tidakkah negara kita setelah reformasi yang telah berlangsung lebih dari satu dekade? Anda bisa punya jawaban sendiri-sendiri dengan argumen masing-masing. Keran kebebasan memang telah dibuka sejak kita memasuki era reformasi. Saya sendiri melihat ternyata tidak semua orang siap menghadapi arti reformasi. Bagi banyak orang, reformasi artinya bisa melakukan apapun semaunya tanpa batas, termasuk di dalamnya memaksakan kehendak, kalau perlu dengan kekerasan. Kata saling pengertian dan toleransi semakin lama semakin menghilang dari muka bumi Pertiwi ini. Menyuarakan aspirasi tentu saja tidak salah. Itu hak setiap warga negara. Tapi sebuah kemerdekaan tanpa rambu-rambu jelas akan membahayakan bahkan menghancurkan, bukan saja diri kita tetapi juga orang banyak atau bahkan negara. Kemerdekaan yang dijalankan atas kepentingan pribadi atau golongan akan menimbulkan banyak masalah. Bayangkan jika setiap orang merasa dirinya paling benar dan berhak menghancurkan yang tidak sepaham dengan mereka, apa jadinya dunia ini? Dunia ini merupakan sebuah titipan Tuhan kepada manusia. Kita diijinkan untuk menikmatinya, tetapi jangan lupa bahwa ada tugas penting bagi kita untuk mengelola bumi dengan segala isinya dengan sebaik-baiknya, dan itu sudah digariskan Tuhan sejak pada awal penciptaan. (Kejadian 1:26,28). Bagaimana bentuk pertanggungjawaban kita kelak seandainya kita malah ambil bagian dari proses kehancuran bumi yang semakin tua ini?

Kebebasan bukanlah berarti bisa melakukan apapun seenaknya. Sebuah kebebasan seharusnya bisa dipertanggungjawabkan dan dipakai untuk tujuan-tujuan yang positif. Sebuah kebebasan seharusnya membuat kehidupan di muka bumi ini semakin damai dan sejahtera, bukannya semakin hancur tidak karu-karuan. Seperti apa bentuknya? Tampaknya masalah salah kaprah dalam menyikapi kebebasan dan kemerdekaan bukan saja menjadi isu bagi manusia di jaman sekarang, tetapi sudah berlangsung sejak dahulu kala. Kita bisa belajar dari apa yang dikatakan Paulus dalam surat 1 Korintus pasal 10. Paulus berkata: "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun." (1 Korintus 10:23). Dari ayat ini kita bisa belajar apa yang bisa kita jadikan sebuah dasar pertimbangan dalam menyikapi kebebasan, yaitu: apakah kebebasan itu bermanfaat bagi kita dan sesama atau tidak? Lalu berikutnya, apakah kebebasan yang kita peroleh itu membangun kehidupan kita atau tidak? Apakah itu memberkati kota dimana kita tinggal atau malah membuatnya semakin kacau? Ini merupakan hal yang penting untuk kita sikapi dalam alam kebebasan. Sebab apalah gunanya kita melakukan sesuatu apabila itu malah membuat kita semakin menjauh dari Tuhan, semakin menghancurkan hidup kita atau menyengsarakan orang lain? Apakah kita harus tega menghancurkan hidup orang lain hanya demi memuaskan hasrat yang ada dalam diri kita? Itu bukanlah gambaran sikap yang diinginkan Tuhan dalam memberikan kemerdekaan atau kebebasan bagi umatNya.

Hal kedua yang tidak kalah penting bisa kita peroleh dari ayat berikutnya. "Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain." (ay 24). Dari sini kita bisa melihat bahwa sebuah kebebasan yang kita miliki seharusnya tidak dipakai untuk kepentingan diri sendiri, tetapi melihat apa yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Marilah kita pikirkan bersama segala sesuatu yang kita lakukan sehari-hari. Apakah itu memberkati orang lain atau malah mengganggu? Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang kita anggap baik bagi diri kita tetapi itu mengganggu kepentingan orang lain atau bahkan merugikan mereka. Satu hal lagi yang bisa kita peroleh dari surat 1 Korintus pasal 10 ini adalah: apakah segala sesuatu yang kita lakukan itu memuliakan Allah atau tidak? "Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (ay 31). Perhatikanlah bahwa sudah menjadi kewajiban kita untuk memuliakan Allah, Sang Pencipta kita dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Memaksakan kehendak dengan cara-cara yang tidak baik, memusuhi orang lain, menghakimi, memupuk dendam, berusaha membalas kejahatan dengan kejahatan dan lain-lain akan membuat kita justru menjadi batu sandungan yang malah akan mempermalukan Allah.

Sebuah kesimpulan yang manis dalam menyikapi kebebasan bisa kita baca dalam surat Galatia. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Jangan pergunakan kemerdekaan atau kebebasan seenaknya sehingga kita merasa wajar untuk hidup dalam dosa, tetapi hendaklah itu kita pergunakan untuk melayani atas dasar kasih. Alangkah pentingnya memiliki kasih sejati dalam hidup kita, yang akan mampu membuat pola pikir kita berbeda dari pola pikir dunia terhadap arti sebuah kebebasan. Petrus berkata: "Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Sebuah kehidupan yang merdeka seharusnya dipakai untuk menjadi hamba Allah, yang akan memuliakanNya lebih lagi, dan bukan untuk berbuat berbagai kejahatan yang akan menghancurkan diri kita sendiri, keluarga kita dan orang lain. Dalam Kristus kita sudah menjadi ciptaan baru, dengan pola pikir yang seharusnya baru pula yang akan memampukan kita untuk menyikapi kebebasan dengan rasa penuh tanggung jawab. Kebebasan diberikan kepada kita bukan untuk membuat segalanya semakin buruk, tetapi justru agar kehidupan manusia bisa semakin baik. Meski mungkin dunia masih berpikir berbeda, janganlah kita malah ikut-ikutan. Mari nyatakan bagaimana bentuk kebebasan yang semestinya seperti apa yang dikatakan firman Tuhan. Inilah saatnya untuk menunjukkan bagaimana cara menyikapi kemerdekaan yang sebenarnya dengan penuh tanggungjawab seperti yang dikehendaki Tuhan.

Gunakanlah setiap kemerdekaan yang kita peroleh untuk memberkati orang lain

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, February 25, 2011

Pentingnya Memelihara Pikiran

Ayat bacaan: Filipi 4:8
===================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

pikiran, berpikir positifSadarkah anda bahwa keberhasilan kita akan sangat tergantung dari cara pandang atau pikiran kita? Ada keterkaitan kuat antara seberapa besar daya tahan, semangat, daya juang, mental kita dengan apa yang ada di pikiran kita. Seringkali pikiran-pikiran negatif menghambat kita untuk mengalami peningkatan dalam hidup. Bisa saja kita tetap percaya Tuhan, tetapi isi pikiran kita hanya dipenuhi hal-hal yang negatif, atau tidak jarang pula orang mengukur dirinya terlalu rendah di dalam pikirannya. "Ah, saya ini siapa, mana mungkin saya sanggup melakukan itu?" Ada banyak orang yang membatasi dirinya untuk maju karena merasa tidak sanggup. Akibatnya mereka pun membuang peluang yang sebenarnya sudah ada di depan mata. Tuhan selalu merencanakan yang terbaik bagi kita. Tuhan selalu membuka peluang atau jalan agar kita bisa menapak maju, terus naik dan bukan turun. Tetapi seringkali apa yang ada di dalam pikiran kitalah yang akan membawa pengaruh, apakah kita menangkap peluang-peluang itu atau malah terus menyia-nyiakannya, terus membiarkan semua itu berlalu dari hadapan kita dengan sia-sia. Ironisnya, mereka kemudian malah menyalahkan Tuhan pula. Hati, itu adalah sesuatu yang sangat penting untuk kita perhatikan, karena firman Tuhan dalam Amsal menyebutkan bahwa hati merupakan sumber kehidupan yang harus kita jaga. (Amsal 4:23). Itu sungguh benar. Namun disamping itu, pikiran kita pun harus bisa kita kendalikan. Jangan sampai pikiran-pikiran kita berjalan liar tanpa terkendali karena itu bisa sangat berbahaya. Disamping itu jika pikiran-pikiran kita hanya berisi hal-hal negatif, maka kita pun akan terus berjalan di tempat, atau bahkan mundur, karena pikiran kita terus membatasi kita untuk maju.

Selain menyinggung soal hati, Alkitab pun banyak berbicara soal pikiran. Sebuah ayat dalam Amsal berkata: "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7) Dalam versi KJV ayat ini bisa kita baca lebih jelas: "For as he thinketh in his heart, so is he." Seperti apa yang kita pikirkan, seperti itulah kita jadinya. Sebuah pepatah Latin pun pernah menyebutkan hal ini, yang kira-kira bunyinya: kenyataan yang kita alami akan sangat tergantung dari gambaran yang jelas yang terdapat dalam pikiran kita. Ayub berkata "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku." (Ayub 3:25). Seperti itulah pikiran bisa menguasai kita. Pikiran akan sangat menentukan apa yang akan kita raih di masa depan.

Ketika pikiran kita hanya berisi hal-hal negatif seperti kekhawatiran, ketakutan, kebencian, kemarahan, kepedihan, keluh kesah, kegagalan, trauma-trauma masa lalu, ketidakpercayaan diri dan sebagainya, hidup kita pun tidak akan pernah terasa indah. Tetapi sebaliknya, kita bisa merasakan keindahan hidup tanpa tergantung oleh keadaan kita apabila kita mengisi hal-hal yang positif dalam pikiran kita seperti kesabaran, optimisme, kesuksesan, percaya bahwa Tuhan tidak akan berpangku tangan dan akan menghargai segala yang kita lakukan atas namaNya dan sebagainya, maka hidup kita pun akan terasa jauh lebih indah. Memandang dari sisi positif, melihat hal-hal yang baik dari hal buruk, itu mungkin tidak semudah membalik telapak tangan untuk dilakukan, tetapi itu akan membuat kita leluasa untuk berusaha dengan giat. Pikiran bisa menjadi jendela hidup kita, yang akan sangat menentukan seterang apa hidup dalam pandangan kita, apakah cerah atau malah suram.

Maka ayat bacaan hari ini akan sangat berguna untuk kita perhatikan. Paulus mengingatkan jemaat di Filipi sebagai berikut:  "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Ini adalah sebuah anjuran yang sangat penting, karena mengingatkan kita untuk mendasari pikiran kita dengan segala hal-hal yang positif. Perhatikanlah ketika Paulus menuliskan hal ini, dia sendiri sebenarnya sedang dalam keadaan yang jauh dari baik. Paulus tengah dipenjara pada saat itu. Ia punya segudang alasan untuk mengeluh, merasa kecewa atau bahkan menyalahkan Tuhan, setidaknya ia punya alasan untuk tidak melayani buat sementara waktu. Dan mungkin kita akan maklum jika ia melakukan itu, karena kita pun mungkin akan berbuat seperti itu pada saat kita berada dalam keadaan sulit. Namun Paulus tidak mau membiarkan pikirannya dikuasai oleh hal-hal negatif. Dia menolak untuk terjebak. Meski situasi sedang buruk, Paulus tetap memancarkan ungkapan-ungkapan sukacita dan terus mengingatkan jemaat-jemaat lewat surat-suratnya agar tidak pernah menyerah dan kehilangan harapan. Paulus terus menggugah hati orang lain untuk tetap berpikir positif, meski situasi yang dihadapi semuanya berlawanan dengan itu sekalipun.

Marilah kita terus mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang positif dan tidak membiarkan berbagai hal negatif datang silih berganti atau malah tinggal diam di dalam pikiran kita. Isilah terus dengan damai sejahtera yang datang dari Allah, karena itulah yang akan mampu memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus."Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:7) Segala pikiran negatif akan semakin menjauhkan kita dari Allah, menghilangkan damai dan sukacita dalam hidup kita dan akan membuat kita berjalan di tempat atau bahkan mengalami kemunduran. Pikiran memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan kita. Oleh karena itu mari kita awasi pikiran kita agar kita tidak terus membuang-buang berkat yang telah disediakan Tuhan bagi kita.

Apa yang kita pikirkan akan sangat menentukan masa depan kita

Follow us on twitter: http://twitter.com

Thursday, February 24, 2011

Jendela Iman

Ayat bacaan: Efesus 2:8
=================
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah"

jendela imanAda kalanya kita mengeluh ketika matahari bersinar sangat terik menyinari bumi, tetapi sadarkah kita bahwa kehidupan di muka bumi ini tidak akan bisa berlangsung tanpa adanya sinar matahari? Salah satu aspek penting yang saya tekankan ketika mencari rumah setahun lebih yang lalu adalah banyaknya ventilasi atau jendela. Saya tidak menyukai rumah yang tertutup rapat, karena selain pengap dan gelap rumah itu akan terlihat jauh dari kesan cerah dan tentu saja tidak sehat. Rumah yang saya tempati saat ini adalah sebuah rumah dengan begitu banyak jendela, termasuk pintu menuju taman di belakang yang setengahnya terbuat dari kaca transparan. Begitu juga pintu di depan, kamar tidur dan dapur. Tidak perlu besar, tidak perlu mewah, tetapi banyaknya ventilasi merupakan hal yang saya anggap sangat penting. Matahari merupakan sebuah anugerah luar biasa dari Tuhan yang sangat bermanfaat bahkan vital dalam hampir semua aspek kehidupan. Tidak ada proses fotosintesis bisa berlangsung tanpa adanya matahari, energi pun bisa dihasilkan lewat panas matahari. Tidak usah jauh-jauh, bagaimana kita bisa menjemur pakaian tanpa itu? Saya pun tidak bisa membayangkan tinggal di dalam rumah tanpa adanya jendela yang cukup. Masuk tidaknya matahari ke dalam rumah itu tergantung dari banyaknya jendela atau ventilasi yang memadai. Sinar matahari itu bersinar untuk semuanya, tetapi hanya rumah dengan jendela yang bisa menerima sinarlah yang akan mampu memperolehnya.

Seperti itu pula kasih karunia Tuhan bagi kita. Kasih karunia Tuhan itu diberikan kepada semua orang tanpa terkecuali, tetapi seperti ilustrasi di atas, hanya hati dengan "jendela"lah yang mampu menerimanya, dan itu tergantung dari kapasitas jendela kita dalam menampungnya. Pertanyaannya sekarang, jendela seperti apa yang harus kita miliki? Kita bisa mendapatkan jawabannya dalam surat Efesus. Disana Paulus menjelaskan bahwa apa yang kita butuhkan untuk menerima kasih karunia Tuhan tidak lain adalah IMAN. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.." (Efesus 2:8). Dalam versi BIS bunyinya: "Allah mengasihi kalian, itu sebabnya Ia menyelamatkan kalian karena kalian percaya kepada Yesus.." Iman kepada Yesus, itulah yang bisa mengalirkan kasih karunia ke dalam diri kita, seperti halnya jendela. Itulah sebabnya saya suka menyebutnya dengan jendela iman.

Bagaimana kita bisa membangun jendela iman? Kita bisa melihat jawabannya dalam surat Roma. "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Jendela iman bisa kita bangun lewat pendengaran akan firman Tuhan. Ini bukan berarti cuma satu kali mendengar, tetapi harus menjadi sebuah proses terus menerus dalam mendengar firmanNya. Disanalah jendela akan terpasang, iman akan timbul. Ayat selanjutnya dalam Roma 10 itu kemudian mengatakan: "Tetapi aku bertanya: Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah mendengarnya: "Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi." Tetapi aku bertanya: Adakah Israel menanggapnya?" (ay 18-19a). Ini mengingatkan kita agar tidak hanya berhenti pada mendengar saja, tetapi juga harus menanggapinya dengan menerapkan firman Tuhan itu dalam setiap sisi kehidupan kita.

Dalam kasih karunia itu ada kekuatan. (2 Timotius 2:1). Tanpa kasih karunia kita tidak akan pernah bisa hidup tenang dan bahagia. Jika rumah tanpa sinar matahari akan terlihat kelam, demikian pula hidup tanpa kasih karunia. Jika kita menyadari seberapa besar arti kasih karunia Tuhan itu dan ingin memperolehnya, maka hendaklah kita membangun jendela iman yang mampu menerima curahan kasih karunia itu dengan baik. Tidak akan pernah cukup jika kita hanya mendengar firman Tuhan sekali seminggu di gereja, ini saatnya untuk terus memperlengkapi diri kita, mengisi hati kita terus menerus dengan firman Tuhan, dan kemudian menanggapinya lewat tindakan-tindakan nyata dalam hidup kita. Kasih karunia akan terus dicurahkan Tuhan kepada semua orang yang menginginkan semua orang bisa hidup penuh sukacita, tetapi hanya yang memiliki jendela imanlah yang mampu mendapatkannya.

Kasih karunia menyinari diri kita lewat jendela iman

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, February 23, 2011

Jebakan Iblis

Ayat bacaan: Lukas 4:2a
===================
"Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. "

jebakan iblisSetiap manusia ingin mengalami peningkatan dalam hidup. Peningkatan kemakmuran, kesejahteraan, pangkat, jabatan bahkan popularitas. Untuk popularitas sekarang justru jauh lebih mudah dengan adanya berbagai sarana atau media yang menyediakan jalur-jalur super cepat. Betapa banyaknya orang bisa mencapai ketenaran lewat youtube misalnya. Bukan saja di luar negeri, tetapi di Indonesia pun fenomena ini sudah terjadi. Jika dahulu orang harus terlebih dahulu bersusah payah untuk menapak selangkah demi selangkah, sekarang mereka bisa memanfaatkan fasilitas youtube yang gratis ini untuk bisa menjadi terkenal dalam waktu singkat. Berbagai acara pencari bakat pun terus bermunculan di mana-mana yang mampu membuat orang terkenal dan kaya hanya dalam sekejap mata. Salahkah apabila kita ingin sukses, bertambah kaya atau populer? Tentu saja tidak. Tetapi sangatlah penting bagi kita untuk memperhatikan betul jalan yang kita tempuh untuk mencapainya, karena ketahuilah bahwa iblis sangat senang bermain-main di area ini.  Coba bayangkan seandainya anda memasang perangkap tikus, apa yang akan anda pasang sebagai umpannya? Keju, ikan, atau potongan makanan lainnya. Semua itu enak bukan? Dan tikus cepat atau lambat akan masuk ke dalam perangkap jika ia dikalahkan oleh keinginannya. Seperti itu pula jebakan iblis untuk memangsa manusia lewat berbagai pancingan yang terlihat indah, menarik dan nikmat.

Pada suatu kali sekembalinya Yesus dari sungai Yordan lalu memasuki padang gurun, Lukas 4:1-13 mencatat pengalaman Yesus dicobai iblis dalam masa puasaNya selama empat puluh hari disana. "Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. " (Lukas 4:2). Perikop ini menggambarkan dengan jelas bagaimana siasat iblis dalam memanfaatkan berbagai hal-hal yang biasanya paling kita inginkan. Apa saja siasat iblis tersebut? Mari kita lihat satu-persatu.

1. Harta
"Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." (ay 3). Batu menjadi roti berbicara mengenai jebakan iblis dengan memanfaatkan salah satu hal yang paling dicari manusia, yaitu harta. Iblis mampu memberikan itu, tetapi semua itu adalah jebakan, karena dibaliknya ada begitu banyak maksud terselubung yang akan sangat fatal apabila kita ikuti. Iblis akan selalu mencoba untuk mempengaruhi dan memperdaya kita lewat jebakan harta. Dia bahkan sangat senang melakukannya. Begitu senang sehingga iblispun begitu beraninya iblis menawarkan ini kepada Yesus. Tapi apa jawab Yesus akan hal ini? "Jawab Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja." (ay 4). Jika bukan hanya dari roti, lantas dari apa lagi? Versi dalam Injil Matius memberikan jawabannya."Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Bukan hanya makanan dan harta benda, tetapi firman Tuhan pun sangat kita butuhkan.

2. Kekuasaan
Merasa jebakan pertama tidak mempan, maka iblis lalu masuk ke strategi berikutnya. "Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." (ay 5-7). Selain lewat harta, iblis pun ternyata senang menjebak kita lewat tawaran akan kekuasaan. Ada berapa banyak orang yang akhirnya hancur bukan di saat mereka tengah hidup susah, tetapi justru ketika mereka memiliki kekuasaan di muka bumi ini? Lihatlah bahwa apabila kita haus akan kekuasaan, maka disitu pula kita memberikan sebuah area bermain yang sangat luas bagi iblis. Tetapi kembali Yesus dengan tegas menjawab: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (ay 8). Perhatikanlah bahwa ada begitu banyak manusia yang salah kaprah hari ini, mengira bahwa harta dan kekuasaan akan mampu membawa mereka masuk ke dalam kebahagiaan yang sempurna. Tetapi hari ini lewat jawaban Yesus kita bisa melihat bahwa seharusnya hanya kepada Tuhan sajalah kita berbakti. Bukan kepada segala yang indah dan sempurna menurut pandangan dunia.

3. Popularitas
Kembali gagal lewat cara kedua, iblis melanjutkan strateginya. "Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (ay 9-11). Jatuh dari bubung lalu ditangkap malaikat, ini berbicara mengenai sebuah tawaran akan popularitas. Betapa seringnya orang tergiur akan hal ini, lalu kemudian hancur berantakan karena secara mental dan rohani mereka belum siap untuk itu. Dan iblis sungguh senang menyerang titik lemah manusia yang satu ini. Tapi apa jawab Yesus? "Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (ay 12). Mencobai Tuhan? Jelas. Jika tidak waspada terhadap popularitas, maka hati kita bisa berubah menjadi sombong dan merasa bahwa kita tidak butuh Tuhan, atau bahkan merasa bahwa kita berada di atas Tuhan. Selain dua poin di atas, hal yang satu ini pun tidak boleh kita lupakan.

Dari perikop Injil Lukas pasal 4 ini kita bisa melihat area-area yang sering menjadi sasaran empuk bagi iblis. Iblis tahu bahwa manusia rata-rata lemah terhadap ketiga poin di atas. Dunia akan selalu memberi tawaran akan hal ini, dan iblis akan menari-nari memanfaatkan setiap celah yang kita buka dalam keinginan kita untuk mendapatkan ketiga hal tersebut. Kaya, berkuasa dan populer itu tidaklah salah. Bahkan Tuhan sendiri menjanjikan kita untuk menjadi kepala dan bukan ekor. (Ulangan 28:13). Tetapi kita wajib memperhatikan jalan yang kita pergunakan untuk mencapai itu. Dan Tuhan sendiri sebenarnya sudah memberitahukan jalan mana yang sebenarnya harus kita ambil. "apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (ay 13-14). Itulah kuncinya, bukan berkompromi terhadap dosa atau terus membuka celah yang bisa dimasuki iblis untuk menancapkan kukunya. Alkitab sudah memperingatkan kita: "dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:27). Iblis bisa memanfaatkan celah sekecil apapun untuk menghancurkan kita, dan seringkali siasatnya adalah dengan melimpahi kita terlebih dahulu dengan segala kenikmatan yang begitu dirindukan oleh dunia. Pesan firman Tuhan hari ini dengan jelas mengingatkan kita agar tidak tergiur dengan berbagai tawaran-tawaran penuh jebakan tersebut. Dan ini pun paralel dengan sebuah ayat yang sudah tidak asing lagi bagi kita lewat perkataan Kristus yang berbunyi: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Tuhan sebenarnya telah menjanjikan untuk menambahkan semuanya kepada kita, termasuk harta, kekuasaan dan popularitas, tetapi kita harus terlebih dahulu mencari KerajaanNya beserta segala kebenaran yang terkandung didalamnya. Segala yang Dia sediakan ada dalam KerajaanNya, dan akan segera kita peroleh setelah menemukannya. Sekali lagi, menjadi kaya, terkenal dan berkuasa itu tidak serta-merta salah, tetapi adalah penting untuk kita perhatikan, apakah itu berasal dari Allah atau justru semakin menjauhkan kita daripadaNya dan mengarahkan kita untuk terjerumus lebih dalam lagi ke dalam berbagai perangkap iblis? Hari ini marilah kita sama-sama mencermati segala langkah kita dalam bekerja. Jangan sampai kita tergiur dan lebih tertarik untuk segala kenikmatan yang fana lalu meninggalkan rencana yang telah Dia persiapkan bagi kita.

Harta, kekuasaan dan popularitas merupakan arena bermain yang sangat digemari iblis, waspadailah baik-baik

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, February 22, 2011

Menantikan Tuhan

Ayat bacaan: Mazmur 27:14
=================
"Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"

menantikan TuhanMenunggu bagi banyak orang merupakan sesuatu yang membosankan. Tidak jarang pula orang menjadi kesal ketika menunggu. Baik ketika mengantri di bank, kasir dan sebagainya, menunggu kedatangan seseorang yang sudah melewati waktu sesuai perjanjian, menunggu giliran di rumah sakit atau praktek dokter dan lain-lain. Saya mengenal pula beberapa orang yang menjadikan menunggu sebagai sebuah isu penting bagi diri mereka. Maksud saya, apa yang paling mengganggu bagi diri mereka lebih dari hal lainnya adalah apabila mereka harus menunggu. Berbeda beberapa menit saja bagi mereka sudah merupakan sebuah gangguan yang bisa menimbulkan kekesalan bahkan kemarahan. Bagaimana ketika kita menanti jawaban dari Tuhan disaat kita mengalami masalah berat? Seringkali jawaban Tuhan datang tidak secepat yang kita inginkan, dan banyak orang yang menjadi lemah karena ketidaksabarannya.

Dalam Alkitab, kata menanti atau menunggu ini sering diarahkan lebih kepada sikap ketimbang sekedar kata kerja aktif. Menantikan Tuhan, itu artinya mempercayai Dia sepenuhnya. Itu sebuah sikap yang kemunculannya akan sangat tergantung dari seberapa besar kita mempercayai Tuhan dalam segala permasalahan yang kita hadapi. Daud berseru "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" (Mazmur 27:14). Dalam bahasa Inggrisnya ditulis lebih panjang: "Wait and hope for and expect the Lord; be brave and of good courage and let your heart be stout and enduring. Yes, wait for and hope for and expect the Lord."  Kita tahu Daud bukanlah orang yang sama sekali tidak pernah mengalami masalah. Justru sebaliknya, dia kerap berada dalam situasi mencekam, bahkan tidak jarang nyawanya terancam dalam kejaran musuh. Tapi justru dari Daudlah kita menemukan seruan seperti ini, sebagai gambaran sikap hatinya dalam menghadapi berbagai situasi sulit dalam perjalanan kehidupannya.

Bagaimana Daud bisa memiliki sikap seperti itu? Jika kita membaca Mazmur 27 ini dari awal, maka kita akan mendapatkan dasar-dasar pemikiran Daud yang akan membuat kita mengerti mengapa dia bisa seperti itu. Awal Mazmur ini dibuka dengan "TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?" (ay 1). He sees God as his Salvation, Refuge and Stronghold. Seperti itulah Daud memandang Tuhan. Lewat pengalaman-pengalaman pribadinya sejak kecil dia tahu bahwa Tuhan selalu sanggup melepaskannya dari bahaya. Jika dulu bisa, mengapa sekarang tidak? Selanjutnya ia berkata "Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu." (ay 5). Dalam situasi bahaya, Daud yakin sepenuhnya bahwa Tuhan akan menyembunyikan dan melindunginya. Untuk itu Daud berharap agar Tuhan tidak menyembunyikan muka darinya, lebih dari orang tuanya di dunia (ay 8-10). Dan kita bisa melihat imannya yang dengan tegas berkata: "Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup!" (ay 13). Semua ini merupakan hasil dari pengalaman pribadi Daud yang akhirnya ia pakai untuk memberi nasihat kepada kita agar mau terus menantikan Tuhan meski situasi yang kita hadapi sangat sulit dan pertolongan Tuhan belum juga datang seperti yang kita harapkan.

Menantikan Tuhan itu artinya percaya sepenuhnya kepadaNya, menyerahkan seluruh hidup kita ke dalam tanganNya. Menantikan Tuhan juga membawa banyak kebaikan bagi kita. Bagi orang yang tekun menantikan Tuhan, Tuhan berjanji untuk tidak akan mendapat malu "Maka engkau akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, dan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Aku tidak akan mendapat malu." (Yesaya 49:23). Orang yang menantikan Tuhan juga dikatakan akan mendapatkan kekuatan baru: "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31) bahkan dikatakan pula akan mewarisi negeri. "Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri." (Mazmur 37:9). Sama sekali tidak merugikan bukan?

Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, seperti apa akhir dari perjuangan kita ketika menghadapi masalah, tetapi semua tergantung dari sikap dan keputusan kita apakah kita mau menantikan Tuhan dengan sabar dan tekun, percaya sepenuhnya kepadaNya atau kita mau menyerah dan lebih memilih untuk meninggalkan Tuhan dan mencari alternatif-alternatif lain. Daud membuktikan bahwa menantikan Tuhan itu menyelamatkan hidupnya, dan jika Daud mengalami seperti itu, mengapa kita tidak? Percayakanlah hidup kita sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan, dan teruslah meneguhkan serta menguatkan hati dalam menantikan Tuhan. Pada saatnya nanti, anda tidak akan menyesal telah mengambil keputusan itu.

Tekun dalam menanti-nantikan Tuhan akan membawa kita menyaksikan pertolonganNya yang ajaib

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, February 21, 2011

Mengusahakan Kesejahteraan Kota

Ayat bacaan: Yeremia 29:7
=================
"Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu."

mengusahakan kesejahteraan kotaSejak menikah saya memberikan seluruh gaji dan pendapatan saya kepada istri. Sama sekali tidak ada rasa terpaksa untuk itu, saya malah merasa bersukacita setiap kali saya membawa pulang penghasilan saya untuk diberikan kepadanya. Itu saya lakukan dengan sukarela tanpa paksaan, ia bahkan tidak pernah meminta saya melakukan itu. Mengapa saya mau bekerja banting tulang lalu menyerahkan seluruhnya kepada istri saya tanpa menyimpan sepeserpun? Alasan saya lebih dari sekedar tanggung jawab sebagai seorang suami, tetapi karena saya mencintainya dengan seluruh jiwa dan raga saya. Nyawa saya pun siap saya berikan untuknya, mengapa tidak untuk sekedar gaji?

Saya ingin memperdalam renungan kemarin yang berbicara mengenai seruan Tuhan bagi kita untuk mengusahakan sesuatu untuk kota dimana kita ditempatkan. Ayatnya berbunyi: "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7). Ada beberapa hal yang sebaiknya kita cermati dari ayat ini. Mari kita lihat urutannya. Firman Tuhan berkata: "Usahakanlah kesejahteraan kota dimana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu." Kata dan disana menunjukkan adanya dua aktivitas berbeda namun saling berhubungan. Usahakanlah kesejahteraan kota, itu ditempatkan di depan. Artinya terlepas dari panggilan kita sebagai anak Tuhan untuk terus memanjatkan doa syafaat atas kota, bangsa dan negara kita, termasuk para pemimpinnya, adalah sangat penting bagi kita untuk melakukan sesuatu secara nyata demi kesejahteraan kota dimana kita tinggal. Yang sangat disayangkan tidak banyak gereja yang mau keluar dari balik dinding-dindingnya untuk menjangkau kehidupan di luar tembok gereja dengan melakukan sesuatu secara nyata. Mendoakan tentu jauh lebih mudah untuk dilakukan karena tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaga dan biaya, tetapi firman Tuhan dalam Yeremia 29:7 ini mengajak kita untuk kembali menyadari apa yang diminta Tuhan sebenarnya. Seberapa jauh gereja hari ini mau berfungsi nyata dalam kehidupan disekitarnya, tanpa tujuan apapun selain mengusahakan kesejahteraan kota seperti panggilan Tuhan itu? Mendoakan itu tentu sangat penting. Doa punya kuasa yang luar biasa, apalagi jika dilakukan oleh orang benar. (Yakobus 5:16b). Tapi sebuah tindakan nyata yang aktif juga merupakan sesuatu yang sangat penting untuk kita pikirkan dan lakukan, begitu pentingnya bahkan kata usahakan itu diletakkan di depan.

Mari kita fokus kepada kata "mengusahakan". Menurut kamus bahasa Indonesia kata mengusahakan ini mencakup:
- mengerjakan sesuatu
- mengikhtiarkan (berpikir dalam-dalam untuk mencari solusi)
- berusaha sekeras-kerasnya dalam melakukan sesuatu
- membuat dan menciptakan sesuatu

Keempat elemen yang tercakup di dalam kata "mengusahakan" menunjukkan bahwa itu bukanlah sebuah hal yang sepele. Jika Tuhan meminta kita untuk mengusahakan kesejahteraan kota dimana kita ditempatkan, itu artinya keempat hal di atas haruslah menjadi bagian dari fokus kita dalam bekerja. Bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup kita dan keluarga, tetapi berbuat sesuatu sebagai bagian dari kontribusi dan peran serta kita secara aktif untuk pembangunan kesejahteraan di mana kita tinggal.

Kita tidak akan pernah bisa tergerak untuk melakukan peran aktif demi kesejahteraan kota apabila kita tidak mengasihi kota dimana kita tinggal. Itulah sebabnya saya mengawali renungan hari ini dengan ilustrasi di atas. Kita mau habis-habisan bekerja dan menyerahkan semuanya kepada istri kita karena kita mengasihinya bukan? Sama halnya seperti kota, apabila kita mencintai dan mengasihi kota kita termasuk orang-orang yang hidup di dalamnya, maka disanalah kita akan mulai memiliki kerinduan untuk mengusahakan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan talenta yang kita miliki demi kesejahteraan kota kita.

Alkitab mengatakan: "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10). Pekerjaan baik sudah dipersiapkan Allah lewat Kristus, ini termasuk dalam mengusahakan kota tentunya. Dan Tuhan mengatakan bahwa Dia mau kita hidup di dalamnya. Kesejahteraan kota akan sangat menentukan seberapa jauh kesejahteraan kita. Saya berasal dari kota lain, saya percaya bahwa saya berada di kota dimana saya tinggal sekarang bukanlah suatu kebetulan. Demikian pula teman-teman yang saat ini berada jauh dari kota kelahiran. Ada panggilan Tuhan bagi kita untuk mensejahterakan kota di mana kita berada, dan itu adalah kewajiban kita. Jika pendatangpun memiliki tugas untuk kesejahteraan kotanya, apalagi jika anda merupakan penduduk asli di tempat dimana anda berada sekarang. Sudah saatnya gereja bergerak keluar dari tembok-tembok pembatas dan mulai melakukan karya nyatanya demi kemajuan dan kesejahteraan kota dimana kita berada saat ini. Apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk itu? Menanam pohon untuk penghijauan? Mengurus anak jalanan? Memberikan ide-ide atau solusi mengatasi problema sosial yang bertumpuk? Atau sekedar berpartisipasi dalam kebersihan lingkungan, ikut ronda malam dan sebagainya? Percayalah apapun yang anda lakukan atau usahakan atas dasar kerinduan anda untuk mensejahterakan kota tidak akan pernah terbuang sia-sia, meski hal itu mungkin sangatlah kecil dalam penilaian anda secara pribadi. Bayangkanlah sebuah kota dimana keamanannya baik, orang hidup berdampingan secara damai, anda bisa bekerja dengan rasa tenang, bukankah itu indah? Dan siapa bilang kita tidak bisa memberi sumbangsih apapun untuk itu? Mari hari ini kita sama-sama memikirkan dengan serius apa yang bisa kita usahakan untuk kota kita dan apa yang akan menjadi tindakan kita untuk mewujudkannya secara nyata.

Usahakanlah kesejahteraan kota dimana kita berada, karena kesejahteraan kita bergantung darinya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, February 20, 2011

Berperan Aktif untuk Bangsa

Ayat bacaan: Yeremia 29:7
===================
"Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu."

peran aktifTidak seorangpun dari kita ingin hidup dalam negara yang kondisinya carut marut. Tetapi apakah kita sudah berbuat semaksimal mungkin untuk negara kita? Ini sebuah pertanyaan yang sangat penting untuk kita simak, karena ada banyak orang yang begitu mudahnya mengeluh tetapi keberatan untuk memberi kontribusi terhadap kemakmuran negaranya sendiri. Mereka hanya memikirkan apa yang bisa menguntungkan diri mereka sendiri, bahkan tega merugikan negaranya apabila hal itu bisa menguntungkan mereka secara pribadi. Yang disayangkan, dikalangan anak-anak Tuhan pun sikap seperti ini begitu mudah kita jumpai. Padahal firman Tuhan banyak berbicara mengenai hal ini. Kita diminta untuk menjadi terang dan garam, dan itu artinya diminta untuk bisa menjadi berkat bagi orang lain. Negara tidak akan pernah bisa sejahtera jika kota tidak sejahtera, kota tidak bisa sejahtera jika lingkungan di kota itu tidak sejahtera. Semua itu berhubungan, dan kita sebagai bagian dari masyarakat tentu bisa mulai berpikir untuk berbuat sesuatu sebelum kita mengeluh terlalu cepat akan kondisi yang dialami bangsa kita.

Bukanlah kebetulan jika kita sekarang berada pada sebuah tempat tertentu. Ada rencana Tuhan yang indah dibalik itu, dan ada tugas yang harus kita lakukan disana. Apakah kita sekarang berada di kota besar atau dipedalaman, dimanapun kita ditempatkan, ada sesuatu yang pasti bisa kita lakukan untuk membawa perubahan. Mungkin sangat kecil, tetapi siapa bilang sesuatu yang kecil itu pasti tidak berguna? Firman Tuhan berkata: "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7). Perhatikanlah bahwa ada hubungan yang kuat antara kesejahteraan kita dengan kesejahteraan kota di mana kita tinggal. Jika kita mau sejahtera, kota yang kita tinggali pun harus baik pula keadaannya. Berpangku tangan dan bersikap apatis jelas bukan pilihan, karena Tuhan dengan jelas meminta kita untuk mengusahakan kesejahteraan kota di mana kita ditempatkan. Bukan saja secara pro-aktif berbuat sesuatu yang positif, tetapi kita juga diminta untuk terus mendoakan kota dan tentu saja negara kita. Tuhan tidak pernah meminta kita untuk menjadi pribadi-pribadi egois yang hanya mementingkan diri sendiri saja, tetapi kita diminta untuk berperan serta secara nyata dalam membangun kota dimana kita tinggal menuju arah yang lebih baik.

Ketika Tuhan ingin menghukum kota Sodom, kita bisa melihat kisah tawar menawar yang dilakukan Abraham kepada Tuhan. Pada saat itu Sodom sudah mengalami kerusakan moral yang sedemikian buruk. "Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN." (Kejadian 13:13). Bahkan Tuhan sendiri berkata "Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya." (18:20). Abraham tidak ingin Tuhan melenyapkan tempat itu. Dia pun mengajukan penawaran kepada Tuhan, "Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu?" (ay 24). Dan lihatlah apa jawaban Tuhan: "Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka." (ay 26). Jika demikian, apabila Tuhan sudah menyatakan ingin menghabisi seluruh kota itu, maka itu artinya tidak ada 50 orang benar lagi disana. Abraham terus mencoba menawar agar Tuhan mengurungkan niatNya, hingga jumlahnya tinggal sepuluh orang. "Katanya: "Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?" Firman-Nya: "Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu." (ay 32). Alangkah memprihatinkan. Sepuluh orang benar saja sudah tidak ada lagi disana. Padahal jika ada sepuluh saja dibanding ribuan penduduk di Sodom, Tuhan siap memberi pengampunan kepada seisi kota. Sepuluh orang benar saja sudah mampu memberi perbedaan luar biasa. Apabila kita terus berpangku tangan dan terus memikirkan keuntungan diri sendiri saja, bagaimana jika apa yang terjadi di Sodom itu sampai mengenai kota dimana kita tinggal?

Panggilan kepada kita sesungguhnya jelas. Kita harus berbuat sesuatu setidaknya mulai berpikir untuk itu demi kesejahteraan negeri kita. Talenta sudah disediakan Tuhan, kita masing-masing punya sesuatu yang bisa kita sumbangkan untuk negara ini. Tidak usah berpikir terlalu jauh dulu untuk negara, kita bisa memulainya dari lingkungan tempat tinggal kita terlebih dahulu. Besar kecilnya kontribusi kita bukanlah masalah, yang penting kita sudah mempergunakan segala yang diberikan Tuhan untuk mulai melakukan sesuatu yang positif. Kalaupun tidak ada sesuatu yang bisa kita berikan untuk saat ini, kita bisa berdoa buat negeri dan para pemimpin bangsa di semua tingkatan. Simak baik-baik ayat berikut: "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan." (1 Timotius 2:1-2) Doa itu penting. Jangan hanya mendoakan diri sendiri atau orang-orang yang kita kasihi, tetapi adalah penting juga untuk menaikkan doa syafaat bagi bangsa dan negara kita, serta semua pemimpin di dalamnya. Ayat selanjutnya berkata "Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran." (ay 3-4).

Mari kita sama-sama memeriksa diri kita dan temukan apa yang bisa kita pakai atau sumbangkan untuk kesejahteraan negeri kita, dan mulailah mempergunakannya sekarang juga. Disamping itu jangan lupa pula untuk terus memanjatkan doa buat negara dan para pemimpin kita. Kita bisa mulai dari yang terkecil dulu di lingkungan kita. Mungkin itu terlihat kecil saat ini, tetapi Tuhan bisa memakainya untuk sesuatu yang luar biasa. Jangan bermimpi dulu untuk memiliki negara yang sejahtera sebelum kota yang kita tinggali sejahtera, dan jangan berpikir kota bisa sejahtera jika anak-anak Tuhan di dalamnya apatis. Sudahkah kita berfungsi dengan benar dan peduli terhadap kelangsungan negeri ini? Let's do something today!

We can make a change if we want to

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, February 19, 2011

Lemah Lembut

Ayat bacaan: Matius 5:5
==================
"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi."

lemah lembutMenyaksikan berita di televisi, surat kabar dan sebagainya saat ini sama seperti menyaksikan luapan kemarahan orang pada situasi dan kesempatan yang berbeda. Setiap hari kita disuguhi berbagai gambaran anarkis dengan wajah-wajah penuh kemarahan, dan itu adalah sebuah gambaran kehidupan di dunia saat ini yang semakin lama semakin menganggap wajar untuk memupuk kemarahan. Berbagai alasan pun bisa timbul sebagai dasar mentolerir kemarahan ini. Aspirasi yang tidak kunjung didengar, diperlakukan tidak adil, merasa dirugikan, bahkan ada pula yang menjadi murka karena merasa orang lain tidak sepaham dengan mereka. Alasan-alasan dipakai untuk jadi pembenaran. Kemarahan membuat orang tidak lagi bisa berpikir jernih, dan pada akhirnya bukan saja kemarahan itu bisa merugikan orang lain, tetapi untuk diri sendiri pun kemarahan bisa menimbulkan banyak masalah yang pada suatu ketika kelak akan kita sesali.

Ada saat-saat dimana kita harus marah, sebagai "output" dari perasaan atau emosi yang terdapat di dalam diri kita. Tetapi kemarahan tidak dianjurkan sama sekali di dalam Kekristenan. Sedapat mungkin kita harus menghindarinya, kalaupun harus marah jangan sampai kita membiarkan kemarahan itu terus menguasai diri kita secara berkepanjangan. Firman Tuhan berkata: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26-27). Perhatikan ada dosa mengintip dibalik kemarahan kita. Kita sangat tidak dianjurkan untuk berlama-lama marah dan jangan lupa pula bahwa kemarahan yang kita biarkan akan menjadi lahan permainan yang sangat menarik buat iblis. Alkitab mengingatkan dalam begitu banyak kesempatan agar kita tidak membiarkan amarah menguasai diri kita. Daud mengingatkan: "Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan." (Mazmur 37:8). Panas hati penuh rasa marah hanya akan mengarahkan kita masuk kepada berbagai kejahatan yang nanti akan menyusahkan kita juga. Sementara dalam Pengkotbah kita bisa melihat ayat lainnya yang berbunyi: "Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh." (Pengkotbah 7:9).

Yesus mengajarkan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang lemah lembut di muka bumi ini. "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5). Hanya orang-orang yang lemah lembutlah yang akan memiliki bumi. Orang-orang lemah lembut adalah orang yang mau tunduk kepada otoritas Tuhan, mau menyerahkan diri sepenuhnya ke dalam rencana Tuhan dalam segala aspek kehidupan, apakah itu dalam pikiran, perbuatan, perasaan dan perkataan, dan menyerahkan sepenuhnya dalam tuntunan Roh Kudus. Salah satu contoh orang yang dikatakan lemah lembut adalah Musa. Dalam Alkitab dikatakan bahwa "Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." (Bilangan 12:3). Bayangkan pergumulan emosional yang dihadapi Musa dalam memimpin bangsa yang keras kepala dan tegar tengkuk ini selama 40 tahun. Itu tentu sangat tidak mudah. Disindir, dihina, dilawan, itu sudah menjadi makanannya sehari-hari meski bangsa yang dipimpinnya ini sudah berulang kali menyaksikan langsung bagaimana Tuhan menyertai mereka secara nyata. Tapi Musa bisa menahan diri hingga sekian lama.

Menahan diri agar tetap lemah lembut memang tidak mudah. Berbagai situasi dan kondisi bisa dengan cepat membuat amarah kita meluap. Ada begitu banyak orang-orang sulit disekitar kita yang akan terus memprovokasi kita lewat perkataan maupun perbuatan mereka. Sebagai anak-anak Tuhan hendaklah kita tidak terpancing dan tetap tenang. Miliki hati yang sepenuhnya berpegang pada Tuhan, miliki hati yang lembut yang siap dibentuk, dan cepat atau lambat dunia akan melihat bahwa ajaran kasih dalam Kekristenan sungguh mampu membawa perbedaan ke arah yang lebih baik.

Menjadi pribadi lemah lembut yang penuh kasih adalah sikap yang harus dimiliki orang percaya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, February 18, 2011

Jesus For Everyone

Ayat bacaan: Yohanes 1:29
===================
"Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia."

Jesus for everyoneUntuk siapakah Yesus turun ke dunia dan melakukan karya keselamatan? Untuk siapa Yesus menanggung penderitaan dan siksaan sampai mati di atas kayu salib? Sebagian orang berpendapat bahwa semua itu hanyalah untuk sebagian orang saja. Menurut pandangan mereka Yesus hanya menebus dosa sekelompok orang pilihan saja, dan tidak ada peluang apapun bagi orang di luar kelompok itu untuk menerima keselamatan. Jika memang benar demikian, alangkah menyedihkannya ketika kita dilahirkan dalam kelompok dimana keselamatan itu tidak diberikan. Artinya, Tuhan itu pilih kasih dan berlaku semena-mena. Tapi untunglah Tuhan yang kita sembah tidak berpikir seperti itu. Firman Tuhan berulang-ulang menyatakan bahwa anugerah keselamatan itu diberikan bukan hanya untuk segelintir orang saja, tetapi berlaku secara luas untuk siapapun, untuk semua orang tanpa terkecuali. Kesempatan untuk menerima keselamatan terbuka luas bagi seluruh manusia di segala penjuru dunia.

Sebuah ayat penting telah dicatat di dalam Alkitab untuk menunjukkan hal ini. "Karena begitu besar  kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Dengan jelas dikatakan "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini.." Ayat tersebut tidak berbicara untuk satu atau beberapa kelompok dalam skala kecil saja, tetapi berbicara secara global, untuk semua umat manusia. Artinya bukan orang baik saja, tetapi orang yang jahat sekalipun masih Dia kasihi. Tuhan tidak ingin satupun dari manusia berakhir dalam kebinasaan. Untuk itulah Yesus diutus turun ke bumi dan melakukan karya keselamatanNya, sehingga siapapun yang percaya kepada Yesus tidak akan binasa melainkan akan memperoleh hidup yang kekal. Siapapun kita atau mereka, kesempatan yang sama terbuka untuk menerima keselamatan. Semua tergantung dari keputusan kita apakah menerima atau menolak. Itu yang membuat perbedaan, tetapi kesempatan yang diberikan sesungguhnya sama.

Disamping ayat emas di atas, ada banyak ayat lainnya yang menjelaskan bahwa Yesus bukan cuma menebus dosa sebagian orang saja, melainkan menebus seluruh dunia. Ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus buat kali pertama, inilah yang ia katakan. "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29). Yohanes mengacu kepada misi Kristus untuk menghapus dosa dunia, to take away the sin of the world, dan bukan untuk segelintir orang atau kelompok saja. Mari kita lihat ayat-ayat lain yang menyatakan hal yang sama:
- "Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia." (Ibrani 2:9)
- "Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya." (1 Timotius 4:10)
- "Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia." (1 Yohanes 2:2)

Dan banyak lagi ayat yang mengacu kepada anugerah keselamatan bagi semua orang tanpa terkecuali. Coba bayangkan seandainya hanya segelintir orang saja yang menerima anugerah ini, mungkinkah Paulus diselamatkan bahkan dipakai Tuhan secara luar biasa, mengingat latar belakangnya sebagai sosok kejam pembantai orang percaya? Tapi Tuhan mengasihi semua manusia, Dia bukanlah Pribadi yang pilih kasih, sehingga anugerah sebesar itu Dia berikan kepada semua orang tanpa terkecuali. Paulus berkata: "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." (Galatia 3:26-28).

Jangan biarkan diri kita dikuasai oleh roh pemecah. Jika dunia masih mempertontonkan hal seperti itu, merasa punya hak untuk menghakimi dengan kekerasan terhadap orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka, itu saatnya bagi kita untuk menunjukkan ajaran Kristus yang sebenarnya dan tujuan yang sesungguhnya dari Kristus hingga rela menjalani segala penderitaan di muka bumi ini. Jangan sampai justru kita malah ikut-ikutan bertindak sama seperti sebagian orang yang berperilaku seperti itu. It's time to share the God's message, that Jesus is not only for some people, but He is for everyone.

Jangan biarkan pengorbanan Kristus sia-sia, anugerahNya berlaku bagi seluruh dunia

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, February 17, 2011

His Eyes Is On The Sparow

Ayat bacaan: Matius 6:26
==================
"Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?"

his eyes is on the sparrowHari ini saya mendengar sebuah lagu di radio yang berjudul "His Eye is on the Sparrow" dibawakan oleh Lauryn Hill. Lagu ini tidak asing lagi bagi kita, karena sudah dibawakan oleh banyak artis dari satu generasi ke generasi lainnya sejak lagu ini pertama kali ditulis pada tahun 1905. Betapa melegakannya mendengar lirik-lirik dari lagu ini yang terus mengingatkan kita agar tidak perlu takut atau khawatir dalam keadaan apapun, sebab ada Tuhan yang selalu mengawasi kita. Sepenggal liriknya berbunyi seperti ini:
Why should I feel discouraged, why should the shadows come,
Why should my heart be lonely, and long for heaven and home,
When Jesus is my portion? My constant friend is He:
His eye is on the sparrow, and I know He watches me


Lagu ini sepertinya terinspirasi dari kata-kata Yesus dalam Injil Matius dalam beberapa kesempatan yang mengambil permisalan lewat burung-burung untuk mengingatkan kita bahwa Tuhan peduli dan akan selalu ada beserta kita. "Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?" (Matius 6:26). Ini pesan yang sangat penting tapi disampaikan dengan cara yang sangat sederhana dengan mengambil contoh dari burung-burung yang setiap hari kita dengar suaranya dan kita lihat terbang di udara atau hinggap di dahan-dahan pohon. Pernahkah kita sadari bahwa burung juga ada dalam lindungan Tuhan? Burung yang kita lihat sehari-hari rata-rata berukuran kecil dan  secara fisik sangat lemah. Mereka sering terancam bahaya bukan saja lewat burung-burung pemangsa yang lebih besar tetapi juga dari manusia yang bisa menembaki mereka hanya karena iseng-iseng saja. Tetapi lihatlah bahwa sebenarnya mereka diberi makan dan dipelihara hidupnya oleh Tuhan. Jika burung saja ada dalam perhatian Tuhan, apalagi manusia yang Dia ciptakan secara sangat istimewa sesuai gambar dan rupaNya dan sangat Dia kasihi?

Dalam beberapa pasal berikutnya kembali kita jumpai Yesus mengingatkan kita akan penyertaan Tuhan lewat contoh burung. "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu." (Matius 10:29). Kali ini Yesus berbicara secara lebih spesifik dengan mengambil contoh burung pipit, seekor burung kecil yang lemah dan sangat murah harganya. Hidup burung-burung ini pun ada dalam pemeliharaan Tuhan dan semua yang terjadi pada mereka tidak satupun yang luput dari kehendak Tuhan. Jika burung pipit atau sparrows saja Tuhan pelihara, mengapa kita tidak? Ada banyak orang yang hidup dicekam ketakutan akan berbagai macam sebab, dan tidak tertutup kemungkinan kehidupan penuh kekhawatiran seperti itu pun dialami oleh orang-orang percaya, yang seharusnya punya cukup iman untuk tidak merasa takut. Jika kita benar-benar membaca Alkitab sejak awal kitab Kejadian, seharusnya kita sudah bisa memahami betapa kita ini merupakan ciptaan yang sangat istimewa di mata Tuhan. Tetapi tidak jarang pula berbagai ketakutan dengan segera membuat kita lupa akan hal itu. Dan Yesus pun merasa perlu untuk kembali menegaskan bahwa kita sesungguhnya berharga di mata Bapa, jauh lebih berharga dibandingkan burung pipit. "Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (ay 31)

Dalam kitab Amsal kita menemukan sebuah ayat yang menunjukkan bahwa mata Tuhan senantiasa mengawasi dan mengamati siapapun kita. "Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (Amsal 15:3). Tidak seperti kita yang memiliki penglihatan terbatas, Tuhan sama sekali tidak terbatas dan bisa memandang segalanya dalam saat yang sama. Dan dalam kitab Yesaya kita bisa menemukan firman Tuhan lainnya: "Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku." (Yesaya 49:16). Semua ini seyogyanya mengingatkan kita agar kita tidak perlu khawatir biar badai sebesar apapun tengah melanda kita saat ini, karena Tuhan selalu mengawasi kita dan berada bersama dengan kita.

Bagi saya pribadi ayat-ayat di atas tidak pernah gagal memberi kekuatan ketika saya tengah berbeban berat. Contoh burung yang dipakai Yesus sungguh sangat sederhana dan mudah kita pahami. Dan saya menyadari betul, apabila burung saja Tuhan perhatikan, mengapa saya dan anda tidak? Mengacu dari begitu banyak firman Tuhan yang mengatakan bahwa kita adalah ciptaanNya yang istimewa yang sangat Dia kasihi, dan mengacu kepada perkataan Yesus sendiri, yakinlah bahwa kita tidak akan pernah lepas dari ruang pandang Tuhan. Dia selalu ada bersama kita bahkan dalam keadaan tersulit sekalipun. Jika ada diantara teman-teman yang merasa khawatir atau takut akan sesuatu hari ini, pandanglah burung di langit. Burung-burung itu semuanya diperhatikan Tuhan, dan ketika kita menyadari bahwa kita jauh lebih berharga dibandingkan burung-burung tersebut, kita pun seharusnya bisa yakin sepenuhnya terhadap penyertaan Tuhan atas diri kita. His eye is on the sparrow, and I know He watches me.
Don't be afraid, for God's eyes is always upon us

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, February 16, 2011

Bentuk Kasih yang Sejati (2)

 (sambungan)

kasih yang sejatiKasih yang sejati itu baik adanya dan mengacu kepada kebenaran serta pengharapan.
Seperti yang kita baca dalam 1 Korintus 13:4-7,"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." Adalah mudah bagi kita untuk berkata bahwa kita mengasihi, namun elemen-elemen yang terdapat di dalam kata kasih sesungguhnya tidaklah sederhana. Semua itu apabila kita aplikasikan dalam kehidupan kita akan mampu membuat kita tampil berbeda di sekitar kita. Menjadi terang dan garam tidak akan bisa kita jalankan tanpa mengaplikasikan kasih sejati dengan segala elemennya dalam kehidupan kita.

Kasih yang sejati peduli kepada kepentingan orang lain
Firman Tuhan mengingatkan kita untuk tidak hanya mementingkan kebutuhan kita, tetapi juga memperhatikan kepentingan orang lain. "dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." (Filipi 2:4). Dalam 1 Yohanes 3 dikatakan "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (ay 17). Mengenai hal ini kita bisa melihat contoh yang baik dari cara hidup jemaat mula-mula. "Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,sambil memuji Allah." (Kisah Para Rasul 2:44-47a). saling memperhatikan, saling membantu, saling mendukung, saling mengingatkan dan saling mendorong, itu adalah salah satu wujud nyata dari sebuah kasih sejati seperti yang diinginkan Tuhan untuk kita miliki.

Kasih yang sejati adalah kasih yang mampu menjangkau musuh sekalipun
Yesus berkata: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:44). Itulah sebuah panggilan yang akan mampu membuat kita menjadi anak-anak Tuhan, seperti yang dikatakan Yesus pada ayat berikutnya. Mudahkah? Tentu saja tidak. Tetapi Yesus sendiri telah menunjukkan besar kasih seperti itu dengan tetap mendoakan dan meminta pengampunan atas orang-orang yang menganiayaNya tanpa rasa perikemanusiaan sedikitpun.

Kasih yang sejati siap berkorban
Yesus menyatakan "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13). Tidak hanya mengatakan, tetapi Yesus sendiri telah membuktikan secara langsung diriNya sebagai seorang Sahabat sejati yang rela memberikan nyawaNya demi keselamatan umat manusia tanpa terkecuali. Para rasul kemudian mengikuti jejak Yesus pula dengan menyerahkan nyawa mereka demi mewartakan Injil seluas-luasnya ke seluruh penjuru. Jika kita sebenarnya harus siap hingga sampai pada tingkatan ini, mengapa kita masih saja sulit untuk sekedar mengampuni? Ini sebuah tingkatan kasih yang mungkin sulit untuk kita jangkau, tetapi seperti itulah tingginya nilai kasih dalam Kekristenan.

Sudahkah kita melakukan hal-hal yang menggambarkan nilai-nilai kasih sejati seperti itu di lingkungan kita sehari-hari? Jika kita belum sanggup melakukan poin terakhir, setidaknya sudahkah kita menyatakan kasih kita lewat tindakan nyata, kepedulian terhadap sesama, mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan tanpa memandang latar belakang mereka? Atau dalam contoh sederhana di dalam rumah tangga, sudahkah kita menyatakan cinta kepada pasangan dan anak-anak kita, atau kita masih terlalu sibuk beraktivitas tanpa hadir secara cukup bagi mereka? Sebuah kasih memiliki nilai-nilai yang sangat tinggi, yang bahkan mampu menggerakkan Tuhan untuk merelakan Kristus mati demi kita. Ketika dunia cenderung fokus kepada kebencian, menghalalkan kekerasan karena merasa paling benar dan berhak menghakimi, kasih yang sejati mengajarkan kita untuk bertindak sebaliknya. Kasih mencakup segala perilaku yang baik yang akan mampu menunjukkan sebuah perbedaan nyata di dunia yang berpikir sebaliknya. Seperti apa yang diinginkan Tuhan kepada kita, marilah kita mulai membagikan kepada dunia kasih yang telah dibagikan Tuhan kepada kita.

Kasih bukan cuma dirasakan, tetapi harus tertuang dalam perkataan dan perbuatan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, February 15, 2011

Bentuk Kasih yang Sejati (1)

 Ayat bacaan: Kolose 3:23
=====================
"Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan."

kasih yang sejatiMana yang lebih baik, dicintai atau mencintai? Apapun jawaban anda, pertanyaan ini sebenarnya menggambarkan kebutuhan orang akan cinta. Tema lagu atau film dari masa ke masa selalu didominasi oleh cinta. Tetapi di sisi lain, ada banyak pasangan suami istri yang mulai kehilangan rasa ini di antara mereka, atau dalam hubungan-hubungan lain kadar kasih bisa pula menurun. Hari kasih sayang yang kita peringati kemarin bisa menjadi titik awal pemulihan hubungan yang mulai retak. Cinta atau kasih punya kekuatan sangat besar yang terkadang tidak kita sadari. Saking besarnya, bahkan Tuhan sendiri sampai rela membiarkan AnakNya yang tunggal untuk turun ke bumi, menderita siksaan dan mati dalam cara yang begitu hina di atas kayu salib demi kita, dan satu-satunya yang mampu menggerakkan Tuhan seperti itu hanyalah kasih. (Yohanes 3:16). Cinta dan kasih ini bisa membuat perbedaan yang begitu besar dalam hidup kita. Bayangkan dunia dimana manusia yang ada di dalamnya hidup dengan saling mengasihi satu sama lain. Tidak akan ada perang, pembunuhan, penipuan, kekerasan, dendam dan sebagainya. Berapa indahnya dunia jika itu yang terjadi. Tapi pada kenyataannya sikap-sikap yang bertentangan dengan kasih justru yang semakin lama semakin berkuasa dalam hidup manusia. Semakin kita menjauh dari kasih, maka semakin besar pula potensi kita untuk sesat dan terjerumus ke dalam berbagai bentuk dosa. Penekanan akan pentingnya kasih tersebar begitu banyak di dalam Alkitab menunjukkan bahwa kasih merupakan sebuah hal yang sangat krusial untuk kita.

Kemarin kita sudah melihat bagaimana nilai-nilai yang terkandung di dalam sebuah kata yang sederhana namun sarat makna, yaitu kasih. Paulus telah menjabarkan dengan begitu detail apa saja yang termasuk dalam kasih dalam 1 Korintus 13:4-7. Hari ini saya ingin menyampaikan beberapa gambaran mengenai kasih sejati menurut Kekristenan.

Kasih yang sejati adalah kasih yang punya inisiatif
Tuhan mengasihi kita bukan dengan jalan apatis, menanti kita untuk mengasihiNya terlebih dahulu, tetapi Tuhan langsung mengulurkan tanganNya untuk menyatakan kasih kepada kita dengan cara yang sangat indah. Yohanes mengatakan "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita." (1 Yohanes 4:10). Paulus mengatakan "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Tuhan menunjukkan secara langsung dan nyata bahwa kasihNya penuh dengan insiatif dan sikap pro-aktif, sehingga Yohanes pun kemudian menggugah hati kita untuk menyadari, "jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Kalau Tuhan saja mengasihi dengan inisiatif, mengapa kita justru lebih cenderung menanti terlebih dahulu untuk mengasihi?

Kasih yang sejati adalah kasih yang aktif
Bukan hanya dengan slogan, tetapi kasih yang sejati merupakan kasih yang harus diaplikasikan dengan nyata dalam kehidupan kita. Sebuah panggilan untuk itu bisa kita baca dalam 1 Yohanes 3:18 yang berbunyi "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (1 Yohanes 3:18). Romantisme cinta memang bisa diungkapkan dengan kata-kata, dan itu tidaklah salah, tetapi kasih yang sejati lebih menekankan kepada sesuatu yang nyata, seperti membantu yang membutuhkan pertolongan misalnya.

Kasih yang sejati adalah gambaran Allah
"Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8) Alangkah ironisnya jika kita mengaku menjadi anak-anak Tuhan tetapi tidak tergerak untuk mengasihi orang lain. Kita bisa menjadi cerminan Tuhan di dunia dengan mengasihi orang lain tanpa bergantung kepada status atau kondisi mereka.

(bersambung)

Monday, February 14, 2011

Kasih

Ayat bacaan: 1 Korintus 13:4-7
=======================
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."

kasih, valentineValentine's day is here. Sebagian orang merayakannya bersama kekasih dengan sesuatu yang romantis. Hadiah berbentuk hati, candle light dinner, warna pink mewarnai berbagai suasana, dan tidak jarang pula yang menyatakan cinta lewat sebentuk puisi, ungkapan rasa, ada pula yang menjadikannya sebuah momen untuk memperbaharui komitmen. Di sisi lain ada pula yang kontra, menganggap Valentine tidak lebih dari sekedar momen yang dimanfaatkan untuk komersil, atau menolaknya karena menganggap hari kasih sayang ini sebagai sebuah produk agama tertentu saja. Sebagian lainnya yang kontra menganggap bahwa tidak perlu ada hari kasih sayang. Apapun pendapat dan keputusan orang harus kita hargai, tetapi bagi saya pribadi sebuah hari kasih sayang seperti ini sangat perlu. Seperti kebanyakan dari kita, saya ditimbun kesibukan, jadwal pekerjaan, rutinitas dan berbagai aktivitas setiap hari sehingga harus diakui ada banyak hari dimana saya tidak lagi punya waktu untuk menyatakan kasih kepada istri, orang tua, atau orang-orang terdekat saya. Sebuah hari spesial seperti Valentine menjadi sebuah hari yang saya dedikasikan buat menyatakan kasih dan perhatian saya kepada mereka, terutama kepada istri yang telah hadir dalam hidup saya sebagai sebuah anugerah yang luar biasa indah dari Tuhan.

Sebuah hari kasih sayang alangkah baiknya dipakai untuk kembali merenungkan arti dan nilai-nilai yang dikandung dari sebuah kata yang simpel namun bermakna sangat dalam, "kasih". Lebih daripada sebuah kasih yang diungkapkan lewat rangkaian bunga, hadiah atau candle light dinner, muatan nilai kasih dalam Kekristenan sesungguhnya sangatlah besar. Kita bisa melihat seperti apa kasih itu lewat apa yang disampaikan Paulus.

"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7).

Lihatlah betapa tidak ringannya muatan kasih yang sesungguhnya dalam Kekristenan. Sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, sopan, tidak mencari untung sendiri, tidak mendendam, adil, suka akan kebenaran, tidak mengungkit-ungkit kesalahan atau kekurangan orang, berpikir positif terhadap orang lain, tetap memiliki pengharapan dan sabar dalam kesesakan. Itulah gambaran kasih yang sebenarnya. Mungkin kita mudah menyatakan kasih kepada orang-orang terdekat yang kita cintai, tetapi bagaimana terhadap orang asing, atau bahkan orang yang jahat terhadap kita?

Hari ini merupakan hari yang sangat baik dipakai untuk sebuah perenungan, sejauh mana kita sudah mengaplikasikan nilai-nilai kasih Kerajaan Allah dalam hidup kita untuk menyentuh orang banyak. Sesungguhnya kasih merupakan inti dasar Kekristenan yang seharusnya mampu menjamah hati orang lain dan menjadi salah satu cerminan kasih Allah secara nyata di dunia. Alkitab jelas berkata "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Kita tidak bisa mengakui mengenal atau dekat dengan Allah tanpa mengasihi, dan apa yang harus kita tunjukkan bukanlah sebentuk kasih yang biasa saja, tetapi kasih yang mengandung nilai-nilai sangat dalam seperti yang dirinci oleh Paulus di atas. Betapa banyaknya Alkitab menjabarkan kasih, sehingga saya selalu mengatakan seandainya kita memeras Alkitab sampai habis, maka kasih adalah intisari yang akan keluar daripadanya. Dan Alkitab pun mencatat "Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap...Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih." (1 Korintus 13:8,13).

Di hari kasih sayang ini, marilah kita menyatakan kasih kepada orang-orang terdekat kita selagi masih ada kesempatan untuk itu, tidak salah sama sekali memberi rangkaian bunga atau hadiah sebagai ungkapan rasa cinta, itu akan sangat indah, tetapi lebih daripada itu marilah kita melebarkan sayap untuk membagi kasih kepada orang lain tanpa memandang latar belakang mereka. Happy Valentine's Day, Jesus bless you all.

Share God's love to others

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, February 13, 2011

Manusia Berencana Tuhan Menentukan

Ayat bacaan: Amsal 16:9
=================
"Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya."

manusia berencana Tuhan menentukanManusia berencana, Tuhan yang menentukan. Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan kalimat ini. Dan memang demikianlah adanya, karena pada suatu ketika, kita akan menyadari bahwa seberapa hebatnya kemampuan kita dan sematang-matangnya rencana kita, tetap saja kita tidak bisa melawan kehendak Tuhan. Tidak jarang ada banyak orang yang sudah mengeluarkan biaya dan usaha yang tidak sedikit, namun akhirnya harus berakhir dengan kerugian karena ternyata itu tidak sejalan dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Saya sendiri pernah mengalami hal itu. Mengambil jalan yang tidak tepat, bahkan mengisinya dengan berbagai kecurangan, pada akhirnya semuanya harus habis ludes, dan saya kemudian memulai lagi dari nol. Hari ini saya bisa menyadari sepenuhnya bahwa apa yang terbaik adalah ketika kita menjalani hidup seturut dengan kehendakNya, seperti yang sudah Dia rencanakan jauh hari, bahkan sebelum kita dilahirkan. Firman Tuhan berkata "mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya." (Mazmur 139:16).

Lewat Amsal Salomo kita diingatkan bahwa "Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya." (Amsal 16:9). Ini adalah sebuah pernyataan yang tegas bahwa sehebat apapun kita, kita tidak akan pernah bisa melawan kehendak Tuhan. Kita bisa mencobanya, dan mungkin kita bisa mencapai sesuatu hingga tingkatan tertentu, tetapi walau bagaimanapun sesuatu yang tidak berjalan seperti rancangan Tuhan tentulah tidak sebaik seperti ketika kita berjalan sepenuhnya seturut kehendakNya. Hati atau pikiran kita bisa berpikir tentang jalan yang menurut kita terbaik, tapi di atas segalanya Tuhan tentu lebih tahu tentang kita, karena Dia sendirilah yang "membentuk dan menenun" kita sejak dalam kandungan. Yesaya mengetahui benar hal itu dan berkata "Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu." (Yesaya 64:8). Sebagai Pembuat kita, tentu Tuhan lebih mengetahui segala sesuatu tentang kita. Dia jauh lebih tahu apa yang terbaik untuk kita ketimbang apa yang menurut kita terbaik buat kita. Kabar baiknya, Tuhan memang merencanakan segala rancanganNya yang terbaik lengkap dengan segala sesuatu untuk mencapai hari depan yang penuh harapan seperti firmanNya dalam Yeremia 29:11.

Agar kita tidak melakukan sesuatu sia-sia, yang terbaik tentu adalah mengetahui apa yang menjadi rancangan Tuhan buat kita, dan berjalan sesuai itu. Dan kita tidak akan pernah bisa mengetahui itu apabila kita tidak mulai membangun keintiman dengan Tuhan lewat ungkapan syukur, pujian, ketaatan dan doa-doa kita. Selain dari pada itu, kita harus pula memiliki sikap hati yang mau dibentuk. Paulus telah mengingatkan agar kita agar tidak mengeraskan hati dan mau membiarkan Allah untuk membentuk dan mengajar kita. Menjadi ciptaan baru, itu bahasanya Paulus, akan memampukan kita untuk bisa mengetahui apa yang menjadi kehendakNya. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Sebuah transformasi sudah disediakan Tuhan untuk itu dalam Kristus. Lalu apa yang Dia sediakan bagi kita? Alkitab menyebutkan dengan begitu hebat: "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9-10). Dan sesungguhnya "..Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah." (ay 10). Itulah sebabnya kita juga dipanggil untuk hidup dalam roh seperti yang disampaikan Paulus dalam Roma 8.

Kita boleh berencana apapun, tetapi jalan dari Tuhan pasti tetap yang paling baik. Sudahkah kita bertanya kepadaNya apa yang menjadi kehendakNya dalam hidup kita? Sudahkah kita mengetahui itu, dan menjalani semua seturut dengan kehendakNya? Kita bisa merencanakan apapun dengan kemampuan kita, namun ingatlah bahwa Tuhan sudah memiliki rancanganNya sendiri bagi kita, sebuah rancangan damai sejahtera, bukan kecelakaan, yang menjanjikan kita hari depan yang penuh harapan. Tidak akan ada yang sebaik jalan Tuhan, karenanya temukanlah apa yang menjadi kehendak Tuhan untuk anda dan berjalanlah didalamnya.

Berjalan seturut kehendak Allah adalah yang terbaik

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, February 12, 2011

Tuhan Melihat Segalanya

Ayat bacaan: Amsal 15:3
================
"Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik."

Tuhan melihat segalanyaPunya anak anjing kecil empat ekor yang baru saja mulai lincah membuat saya sering meluangkan waktu untuk menyaksikan mereka bermain. Disamping mengawasi agar mereka tidak melakukan hal-hal bodoh, seperti menggigit kabel listrik misalnya, memperhatikan mereka agar tidak buang air sembarangan di lantai, saya juga bisa melihat kepribadian masing-masing. Ada yang hyperaktif, sangat lincah, ada yang pintar, ada yang pendiam dan ada pula yang senang menjahili saudara-saudaranya. Saya cukup mengawasi dari atas agar bisa melihat polah dan tingkah laku keempatnya. Itu terhadap empat ekor anak anjing kecil, bagaimana dengan manusia? Teknologi yang semakin maju saat ini sudah memungkinkan kita untuk bisa memantau situasi dari jarak ribuan kilometer sekalipun. Alat-alat seperti webcam, cctv dan sebagainya bisa membuat kita mampu untuk memantau tanpa terbatas lagi oleh jarak. Kamera satelit bisa menangkap gambar dari berbagai belahan dunia dengan cukup detail. Jika hari ini teknologi sudah bisa seperti itu, bagaimana lagi satu dasawarsa ke depan?

Mata Tuhan sudah sejak awal mampu berfungsi seperti itu. Dia bisa berada di segala tempat pada waktu yang sama untuk memantau apapun yang kita lakukan. Salomo mengatakan "Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (Amsal 15:3). Tidak ada satupun tempat di alam semesta ini yang berada di luar jangkauan penglihatan Tuhan. Kita bisa membaca referensi lain akan hal ini lewat Mazmur 139 yang bertajuk "Doa di hadapan Allah yang maha tahu." Dalam bagian Mazmur ini kita bisa melihat bagaimana Tuhan "menyelidiki dan mengenal" kita. (ay 1). Dia mengetahui pikiran kita (ay 2), melihat kita bekerja dan beristirahat serta mengetahui apapun yang kita perbuat (ay 3), Dia pun tahu apa yang menjadi isi hati kita sebelum kita mengucapkannya. (ay 4). Tidak satupun tempat yang tersembunyi dariNya (ay 7-10), bahkan di tempat yang tergelap sekalipun Tuhan bisa melihat. (ay 11-12). Semua ini menunjukkan bagaimana mata Tuhan mampu menjangkau segala sudut terkecil sekalipun dari hidup kita. MataNya ada dimana-mana, di segala tempat, mengawasi yang jahat dan yang baik.

Bagi orang yang baik, orang yang mengasihi Tuhan dan melakukan kehendakNya tentu ini merupakan sebuah kabar yang menggembirakan. Kita tahu sekarang bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, Dia ada bersama kita dalam apapun yang kita lakukan. Tuhan berada bersama kita kemanapun kita pergi, dan itu bisa membuat kita tidak perlu takut menghadapi apapun. Menyadari keberadaan Tuhan dengan kasih setiaNya setiap waktu bersama kita akan membuat kita tahu bahwa semua yang kita lakukan demi kemuliaanNya tidak akan pernah sia-sia, meski tidak ada satupun orang yang melihat. Sebaliknya bagi  orang jahat, orang yang terus memilih untuk hidup cemar dalam berbagai dosa, ini adalah sebuah kabar buruk. Jika ada orang yang selama ini berpikir bahwa bisa selamat jika perbuatan jahatnya tidak diketahui orang lain, dari rangkaian ayat-ayat di atas kita bisa melihat bahwa tidak ada tempat atau kesempatan sedikit pun sebenarnya untuk menyembunyikan diri dari sorot mata Tuhan. Tuhan melihat segalanya dan tahu segalanya. Meski kebohongan, kecurangan atau kejahatan bisa tersimpan rapi dari pengamatan orang, serapi apapun itu, di mata Tuhan semua itu akan selalu terlihat dengan nyata dan jelas.

Dalam Ibrani kita temukan ayat yang berbunyi: "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Baik atau jahat, semuanya akan sangat transparan di mata Tuhan. Apapun yang kita lakukan, rencana yang ada di pikiran kita atau perasaan dalam hati kita, ingatlah bahwa Tuhan sedang memandang kita dan akan terus melakukannya. Maka hendaklah kita menjaga sikap, perbuatan, pikiran, perasaan, tingkah laku dan perkataan kita agar seturut kehendakNya. Mari kita buat Tuhan tersenyum bahagia dan bangga melihat bagaimana kita menjalani hidup dengan sebaik-baiknya seperti yang Dia inginkan, dan rasakanlah penyertaan Tuhan dengan kasihNya sepanjang waktu.

Selama Tuhan bersama kita, tidak ada yang perlu kita khawatirkan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)

 (sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...