Tuesday, June 30, 2009

From RHO-ers: Percayalah!

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Kejadian 15:6
====================

"Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran"

“Percaya” sudah menjadi kata yang sangat sulit dialami oleh orang kebanyakan saat ini. Mulai dari iklan-iklan di media sampai teman baik dan bahkan sampai pasangan hidup, hampir semua sulit untuk dipercaya janjinya. Tetapi tanpa “percaya” apalah artinya hidup yang kita jalani di dunia ini? Bahkan untuk sekedar mandi pagi-pun kita harus “percaya” kalau kita tidak akan terpeleset di kamar mandi. Atau ketika berjalan di jalan raya, kita juga butuh “percaya” kalau mobil atau motor kita tidak akan tertimpa papan reklame. Jika kita bahkan sudah kehilangan rasa “percaya” untuk hal-hal yang sedemikian sederhana, maka kita hanya akan menjadi orang-orang yang paranoid yang selalu mencurigai dan was-was sepanjang hari dan sepanjang usia kita. Tentunya tidak ada dari kita yang menginginkan hidup seperti demikian bukan? Lalu jika demikian bagaimana kita bisa “menghidupkan” lagi atau mungkin lebih tepat “menghidupkan ulang” rasa “percaya” itu?

Kata Ibrani yang dipakai untuk kata “percaya” pada ayat di atas adalah !m;a' (“aman” demikian bacanya). Bunyi kata Ibrani dari kata “percaya” di atas adalah AMAN! Aman! Ya, bukankah memang “percaya” itu dapat memberikan rasa aman pada jiwa kita. Kita merasa aman ketika mandi bahwa kita tidak akan terpeleset karena kita “percaya” pada keamanan dinding kamar mandi kita. Kita merasa aman ketika berkendaraan di jalan raya dan tidak akan tertimpa papan reklame karena kita “percaya” bahwa pemerintah tata kota yang memasang papan reklame itu tidak akan sembarang memasangnya.

Akhir Desember 2008 yang lalu, saya bersama dengan seorang rekan dan saudara pergi ke Dufan. Sudah beberapa kali saya ke Dufan dan mengikuti semua wahana permainan yang ada di Dufan. Akan tetapi ada satu wahana permainan yang saya belum bisa merasa “aman” untuk menaikinya. Mengapa? Karena saya belum “percaya” sama kualitas dan keamanan permainan tersebut. Nama wahana permainan tersebut adalah TORNADO! Permainan ini begitu memaksa adrenalin manusia sampai di titik puncaknya. Jadi seorang yang pendiam sekalipun pasti akan berteriak ketika duduk dan diputar-putar 360 derajat oleh mesin permainan ini.

Beberapa kali rekan dan saudara saya mengajak tetapi saya terus menolak dengan alasan rasa “aman” tadi. Tetapi waktu itu, saya berpikir. Kalau saya baru timbul rasa “aman” setelah saya cek semua baut dan oli serta karyawan yang mengelola permainan ini, maka rasanya “makna sejati” daripada permainan ini hilang! Saya akan duduk dan diputar-putar 360 derajat tanpa ada rasa apa-apa. Lalu jika demikian apa makna permainan ini? Lalu saya mencoba memberanikan diri dengan belajar “percaya” sama benda ini! Hasilnya sungguh mencengangkan saya secara pribadi: ternyata rasa “aman” itu ada SETELAH saya berani “percaya” dan “mempercayakan” diri saya pada kualitas wahana permainan tersebut!

Bukankah Abram pada ayat-ayat di atas juga merasakan rasa tidak “aman” yang besar? “Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan anak yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu.” (Kejadian 15:2) dan “Engkau [TUHAN] tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.” (Kejadian 15:3). Kita semua membutuhkan rasa “aman” di dalam hidup ini. Bahkan menjelang kematianpun kita masih butuh akan rasa “aman” tentang siapa penerusku nanti. Lalu bagaimana Abram menemukan rasa “aman”-nya?

Rasa “aman” Abram tidak ditemukan di atas dasar manapun SELAIN di atas dasar FIRMAN (KATA-KATA) TUHAN! Kata (firman) Tuhan kepada Abram: “Orang ini [Eliezer] tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.” (Kejadian 15:4). Setelah Abram mendengar kata-kata Tuhan ini, Alkitab mencatat: “lalu percayalah [amanlah] Abram kepada TUHAN…” Nah, percaya Abram ini timbul setelah Abram mendengarkan kata-kata (firman) Tuhan, dan lihatlah apa yang dikatakan firman kepada Abram ketika ia meng-“aman”-kan dirinya berdasarkan kata-kata Tuhan: “…maka TUHAN memperhitungkan [menghargai] hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (Kejadian 15:6)

Filipi 4:6-7 mengatakan: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam DOA dan PERMOHONAN dengan UCAPAN SYUKUR. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Jika Allah memperhitungkan (menghargai) percaya Abram kepada-Nya, maka Allah juga akan memperhitungkan percaya kita, anak-anak Abra[ha]m, jika kita meneladani Abram yang menaruh percayanya (aman-nya) pada kata-kata Tuhan saja! Kiranya rasa “aman-percaya” kita hanya kita landaskan pada kata-kata-Nya (firman-Nya) yang kekal dan abadi!

Percayalah! Karena firman-Nya masih “berkata-kata” hingga hari ini!

Monday, June 29, 2009

The Choice is Yours

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Ulangan 30:19
======================
"Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu"

the choice is yours, hidup penuh pilihan, pilih kehidupan atau kematianBeberapa hari belakangan ini saya melihat hal-hal yang memprihatinkan. Ada seorang teman yang ternyata tega menjual harga diri dan kehormatan dirinya, mengkhianati orang yang selama ini mengasihinya dengan tulus demi sejumlah uang, Ada juga yang tidak lagi sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan tapi bergeser pada individu-individu tertentu yang dianggap bisa membahagiakan hidup mereka. Ada yang mulai menjauh dari Tuhan sehingga mulai sulit menangkap apa rencana Tuhan dalam hidupnya. Dia menjadi sulit mendengar pesan Tuhan, lebih tepatnya mulai merasa bahwa ia hanyalah sendirian berjuang menghadapi permasalahan hidupnya. Beberapa hari yang lalu saya mendengar sebuah suara dalam hati saya. Kira-kira demikian yang saya dengar. Apakah Tuhan menganugerahkan keselamatan dan rancangan damai sejahteraNya pada semua orang? Ya. Semua orang tanpa terkecuali dianugerahkan keselamatan dan perencanaan akan hal-hal yang terbaik dalam hidupnya. Tapi ingat, ada kehendak bebas pada manusia. Setiap keputusan atau pilihan yang kita ambil akan membawa hasil yang berbeda. Apakah kita ikut apa kata Tuhan, apakah kita menyerahkan hidup kita ke dalam tanganNya, menjalani sesuai kehendakNya, atau kita fokus pada hal-hal yang menurut kita sendiri terbaik buat kita, meski itu bertentangan dengan firman Tuhan, apakah kita memilih untuk patuh mengikuti rencanaNya atau hanya mendasarkan keputusan kita terpusat pada diri sendiri, itu semua adalah pilihan. Kesimpulan yang saya dapat adalah, ya, Tuhan memberikan anugerahNya akan keselamatan dan rancangan terbaik untuk hari depan pada semua orang, namun kepada kita diberikan kehendak bebas (free will) untuk mengikuti atau menolakNya. The choice is up to us.

Ayat hari ini hadir dalam hati saya ketika mendengar suara di atas. "Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu" (Ulangan 30:19). Tuhan menjanjikan segala yang terbaik, penyertaan, pertolongan dan berkat-berkat luar biasaNya kepada kita, sebaliknya ada konsekuensi dari dosa dan pilihan-pilihan kita yang bertolak belakang dengan kehendak Tuhan. Kita bisa berbuat dosa, kita bisa hidup benar. Kita bisa menolak Tuhan, kita bisa menerimaNya. Kita bisa memilih untuk baik, bisa pula memilih untuk jahat. Kita bisa memilih kehidupan, kita bisa memilih kematian. Kita bisa memilih berkat, kita bisa memilih kutuk. Itu tergantung kita. Meski demikian, kita diingatkan agar mau membuka mata untuk memilih kehidupan. Mengapa? Supaya kita hidup, baik kita sendiri maupun keturunan kita. Mari kita baca lanjutannya. "dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka." (ay 20). Memilih kehidupan ternyata berkaitan dengan mendengarkan suaraNya, bergantung padaNya dan mengasihiNya. Itulah yang dimaksud dengan memilih kehidupan, dan bukan kematian.

Sulitkah untuk melakukan itu? Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan hal tersebut. "Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh." (ay 11). Itu bukan di langit, bukan di seberang laut (ay 12-13), maksudnya tidaklah jauh atau sulit untuk diraih, tapi kenyataannya hal tersebut sangatlah dekat. "Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan."(ay 14). Tuhan setiap hari berbicara kepada kita dengan banyak cara. Rajin membaca Alkitab akan membawa kita semakin tahu rencana Tuhan. Kita pun akan dibimbing langsung oleh Roh Kudus untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Ketika firman itu menjadi rhema dalam diri kita, maka hati kita akan berfungsi banyak untuk membuat kita peka mengetahui mana yang baik dan yang buruk. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Hati kita haruslah kita jaga, dan terus disuburkan dengan firman Tuhan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Apa yang saya lihat beberapa hari ini memberi pelajaran penting. Status, gelar, kepandaian seseorang tidaklah menjamin orang untuk berlaku benar. Tertulis sebagai pengikut Kristus pun belum menjamin orang untuk hidup sesuai kehendak Tuhan, jika ia tidak mendengar firmanNya, terlebih tidak melakukan firmanNya dan hanya fokus pada kepentingan-kepentingan duniawi saja. Begitu banyak anak-anak Tuhan yang jatuh pada banyak hal, terutama 3 ta (tahta, harta dan wanita). Ada begitu banyak lubang menganga di depan kita. Apakah kita mau melompat melewati lubang-lubang itu atau memilih untuk jatuh, itu adalah pilihan. Pilihan dan keputusan kita hendaklah senantiasa didasarkan pada kehendak Tuhan, bukan atas diri kita sendiri. Ulangan 28 menjelaskan secara rinci mengenai berkat dan kutuk. Berkat, apabila kita melakukan hal ini: "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini...." (Ulangan 28:1), sementara kutuk akan jatuh bila demikian: "Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini." (ay 15). Tuhan menjanjikan segala yang terbaik bagi kita karena kasihNya begitu besar pada kita, tapi hidup penuh dengan pilihan. Pilihan dan keputusan yang kita ambil hari ini akan menentukan bagaimana kita kelak di kemudian hari. Jagalah hati dan diri kita, penuhi dengan firman Tuhan. Pilih kehidupan atau kematian? The choice is yours. Jangan sampai salah pilih.

Hidup penuh pilihan, maka berhati-hatilah dalam memilih

Sunday, June 28, 2009

Menyikapi Kemerdekaan

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Galatia 5:13
==================
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih."


menyikapi kemerdekaan, mengisi kemerdekaanReformasi secara luar biasa mengubah begitu banyak hal di Indonesia mengenai kemerdekaan atau kebebasan. Sekarang kita jauh lebih bebas untuk mengekspresikan diri, mengeluarkan unek-unek dan berpendapat. Itu sebuah sisi positif yang mendapat pujian dari banyak negara-negara di belahan dunia. Tapi di sisi lain, kita melihat efek samping dari reformasi. Kebebasan seringkali diartikan dengan bebas sebebas-bebasnya berbuat apapun. Akhirnya kelompok-kelompok ekstrim kini menampakkan diri dengan mengatasnamakan kebebasan. Aksi-aksi anarkhis, kekerasan, pemaksaan kehendak dari mayoritas pada minoritas, bentuk-bentuk tekanan, dan sebagainya, muncul sebagai konsekuensi dari pemahaman keliru mengenai kebebasan. Salah seorang teman pernah berkata, jika begini jadinya, lebih baik tidak usah reformasi. Bangsa kita ternyata belum siap untuk menerima kebebasan dan perbedaan pendapat secara dewasa. Yang lain berpendapat, kita adalah sebuah bangsa yang terlalu lama disuapi, dan ketika keran kebebasan dibuka, banyak yang menjadi salah tingkah dan akhirnya "keblinger". Just like two sides of coin, selalu saja ada sisi positif dan negatif dalam kehidupan. Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana cara menyikapi sebuah kemerdekaan. Dan hari ini saya ingin berbagi firman Tuhan yang menunjukkan bagaimana seharusnya kita bersikap atas sebuah kemerdekaan atau kebebasan.

Apakah kita sudah dimerdekakan? Lewat karya penebusan Kristus, kita sudah dimerdekakan. "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18). "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Jika demikian, pertanyaannya adalah bukan lagi apakah kita sudah merdeka atau tidak, melainkan bagaimana kita mengisi kemerdekaan itu. Apa yang harus kita lakukan, bagaimana kita menyikapinya. Ayat bacaan hari ini dengan jelas berisikan firman Tuhan mengenai hal itu. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Kemerdekaan yang kita peroleh lewat karya penebusan Kristus di atas kayu salib bukan berarti bahwa kita bisa berbuat seenaknya. Ada banyak orang yang memahami kemerdekaan sebagai sebuah kebebasan untuk berbuat sesuka hati. Melakukan dosa sebebasnya, toh nanti Tuhan akan mengampuni. Ini bentuk kebebasan yang keliru, memanfaatkan Tuhan untuk hal-hal jelek atau jahat yang kita lakukan. Kemerdekaan adalah karunia Tuhan atas kita, karena kasihNya yang begitu besar. Dan ketika kita menerima kasih sedemikan rupa yang memerdekakan dari Tuhan, bukankah seharusnya kita pun terpanggil untuk mengasihi orang lain lebih lagi? Inilah bentuk mengisi kemerdekakan yang difirmankan Tuhan. "Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" (ay 14). Ini adalah pesan yang sangat penting agar kita tidak keliru mengartikan sebuah kemerdekaan yang dikaruniakan Tuhan pada kita.

"Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut." (Roma 8:3) Bagaimana bisa demikian? "Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan." (2 Korintus 3:17). Ketika ada Roh yang memberi kemerdekaan, maka seharusnya kita akan menghasilkan buah-buah Roh seperti yang tertulis pada Galatia 5:22-23. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Jadi alangkah ironisnya apabila kemerdekaan yang kita peroleh malah membuat kita menuruti keinginan daging dengan sebebasnya. Padahal jelas dikatakan bahwa keinginan Roh bertentangan dengan keinginan daging. (ay 17). Sebagaimana Roh memerdekakan dalam Kristus, kita pun harus menghasilkan buah-buah Roh dalam kehidupan kita, dimana Tuhan bisa dipermuliakan.

Ketika dunia mengartikan kemerdekaan sebagai sebuah kebebasan tanpa batas untuk melakukan apa yang mereka sukai seenaknya, kita haruslah berbeda. Kita menyikapi kemerdekaan dengan ucapan syukur dan sukacita, dan mengisinya dengan menyatakan kasih kepada orang-orang di sekitar kita. Itulah sebuah bentuk yang sangat baik sebagai sebuah apresiasi akan besarnya kasih Tuhan yang telah memerdekakan kita. Kasih adalah inti dasar kekristenan, dan itulah yang seharusnya kita pakai sebagai landasan untuk mewartakan kabar gembira dan keselamatan di dalam Kristus. Kita semua sudah dipanggil untuk merdeka. Puji Tuhan untuk itu. Marilah kita menjaga diri kita agar tidak menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk berbuat dosa. Sebaliknya mari kita menyatakan kasih dengan segala tingkah laku dan perbuatan kita kepada sesama kita, tanpa membedakan apapun latar belakang mereka.

Hasilkan buah-buah Roh untuk mengisi kemerdekaan yang telah dikaruniakan Tuhan

Saturday, June 27, 2009

Persekutuan

webmaster | 10:00:00 PM | 4 Comments so far
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25
========================
"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."

persekutuanSemenjak aktif dalam persekutuan keluarga, saya memasuki sebuah fase baru kehidupan yang lebih menyenangkan. Memang menyenangkan bisa berkumpul dengan beberapa keluarga lain yang saat ini dekatnya sudah terasa seperti saudara sendiri. Kita saling menguatkan, saling menasihati, dan bersama-sama berdoa dan memuliakan Tuhan lewat pujian/penyembahan dalam tiap pertemuan seminggu sekali. Saya bersyukur mendapatkan sebuah persekutuan yang serasi, dan kami semua sama-sama bertumbuh. Saya menyadari betul bahwa sebagai manusia, kita harus menyadari bahwa tidak ada yang bisa kita lakukan sendirian. No man is an island. Kita harus hidup berinteraksi dan saling bantu, sebagai sosok mahluk sosial di bumi ini. Seorang teman persekutuan pernah mengalami masalah dengan pekerjaannya, namun dengan kuatnya persaudaraan dalam persekutuan, ia tidak sampai jatuh, malah kini sudah bangkit lagi.

Ada kalanya kita kuat, disaat kuat adalah baik jika kita menguatkan saudara-saudara kita yang tengah ditimpa masalah. Sebaliknya ada saat dimana kita sedang lemah, di saat itu saudara-saudara kita yang tengah dalam keadaan baik mendukung kita. That's how it works. Kita saling mengingatkan, saling menasehati, saling mendukung, saling support. Sebagai manusia kita bisa mengalami "ups and downs", dan itu wajar. Di saat-saat "down" itu kita membutuhkan saudara-saudara seiman yang bisa menguatkan, mengingatkan bahwa kita jangan sampai jatuh. Ada orang-orang yang peduli, tidak sekedar simpati namun juga ber-empati. Ini hal yang sangat penting agar iman kita tidak ikut-ikutan jatuh ketika diri kita menjadi lemah ditimpa setumpuk masalah hidup. Penulis Ibrani mengingatkan hal tersebut. "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:24-25). Kita harus terus menjaga komitmen, keseriusan dan semangat kita untuk terus hadir bersekutu dengan saudara-saudara seiman. Ingatlah bahwa kita tidak lagi boleh menyia-nyiakan waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. (Efesus 5:16). Saling mengingatkan agar jangan sampai terpeleset dan terjerumus dalam kesesatan ketika kita tengah lemah berarti kita menjadi seorang pelayan Kristus yang baik. (1 Timotius 4:6).

Kita bisa belajar dari cara hidup jemaat yang pertama yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Demikian petikannya: "Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." (ay 46-47). Lihatlah bagaimana Tuhan memberkati persekutuan jemaat pertama yang bersama-sama memuji Tuhan dengan gembira dan dengan tekun saling menasihati. Jauh sebelumnya, Pengkotbah pun mengingatkan kita bahwa berdua itu lebih baik dari sendirian. Ketika yang satu terjatuh, yang lain mengangkatnya. "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkotbah 4:9-10). Pengkotbah juga mengingatkan lewat sebuah ayat yang mengingatkan pada pepatah "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." "Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan."(ay 12). Dan di atas segalanya, ingatlah bahwa "di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."(Matius 18:20).

Begitu pentingnya makna sebuah persekutuan, yang akan saling menguatkan. Kita manusia yang tidak akan bisa 100% hidup tanpa masalah. Ada kalanya kita terjatuh, di saat itulah saudara-saudara kita akan mengangkat kita. Ada kalanya saudara kita yang jatuh, giliran kita untuk menopangnya. Ada banyak hal yang mungkin bisa menghalangi kita untuk hadir dalam persekutuan. Mungkin pekerjaan, keluarga, kesehatan, atau suasana hati, atau malah malas. Agar bisa terus tumbuh dan terus kuat, dan agar kita tetap bisa hidup sesuai kehendak Tuhan, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menghindari pertemuan-pertemuan ibadah, termasuk di dalamnya persekutuan bersama saudara-saudara seiman. Keep walking on strong together in Jesus!

Betapa indah memiliki saudara-saudara yang saling peduli, saling menasehati dan saling membangun

Friday, June 26, 2009

Sahabat Orang Berdosa

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Matius 9:12
=====================
"Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit."

sahabat orang berdosa, tuhan tidak membenci orang berdosaKalau bicara soal pengabdian, saya selalu mengingat ayah saya. Ia seorang dokter yang sama sekali tidak pernah mementingkan bayaran. Saya ingat ketika saya kecil, ia selalu melayani pasien yang datang kapan saja. Bahkan tengah malam atau subuh sekalipun. Kami sekeluarga sering terbangun tengah malam ketika ada orang yang mengetuk pagar dan memanggil dokter. Ibu saya pun waktu itu sering merasa terganggu dan takut, kalau-kalau yang datang bukanlah pasien tetapi orang jahat. Bagaimana jika maling yang datang? Seringkali ibu saya bertanya seperti itu. Tapi jawaban ayah saya tetap sama. "ya, bisa saja maling.. tapi bagaimana jika yang datang adalah orang yang benar-benar butuh pertolongan?" Ia menyediakan waktunya secara total untuk siapa saja. Bahkan dulu ia sering tidak dibayar karena pasiennya orang yang tidak sanggup. Atau beberapa kali saya melihat ia dibayar tidak dengan uang, melainkan dengan sayur atau sedikit buah. Karena saya waktu itu masih kecil, saya belum mengerti mengapa ia tetap membantu orang walaupun terkadang tidak dibayar. Ia menjawab bahwa menjadi dokter adalah sebuah panggilan untuk menolong orang lain, dan bukan untuk mencari keuntungan. Sebuah keteladanan yang luar biasa, yang masih membekas hingga kini dalam diri saya.

Alkisah pada suatu kali Yesus melihat Matius, seorang pemungut cukai (penagih pajak) sedang duduk di kantornya. Yesus lalu mengajak Matius untuk ikut. (Matius 9:9). Yesus lalu duduk makan di rumah Matius bersama pemungut cukai lainnya dan orang-orang yang dianggap tidak baik oleh masyarakat. (ay 10). Orang Farisi melihat itu, dan bertanya pada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" (ay 11). Yesus mendengar hal tersebut dan kemudian menjawab: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." (ay 12). Lalu melanjutkan perkataanNya: "Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."(ay 13). Ini sebuah keteladanan dari Yesus yang tidak sungkan-sungkan untuk duduk bersama orang-orang yang dianggap tidak layak. Yesus menunjukkan bahwa siapapun itu layak untuk menerima diriNya.

Ada banyak orang yang terus terjerumus dalam dosa karena merasa bahwa mereka sudah terlalu jauh melenceng dari jalan Tuhan. Sudah terlanjur basah, ceburkan saja sekalian. Begitu kira-kira pandangan mereka. Ada banyak orang yang ragu terhadap keselamatan mereka nanti, karena banyaknya pelanggaran yang pernah mereka lakukan. Banyak orang mengira bahwa Yesus membenci orang berdosa. Tapi kisah hari ini menggambarkan sebaliknya. Yesus tidak membenci orang berdosa. Yang Dia benci adalah dosa, bukan orangnya. Justru kedatangan Yesus ke dunia ini adalah untuk menebus dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita dari jurang maut. Kasih Allah sungguh tak terhingga buat kita. Begitu sayangnya hingga Yesus diutus datang ke dunia untuk menyelamatkan kita. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia." (Yohanes 3:16-17). Yesus sangat mengasihi manusia yang berlumur dosa. Begitu mengasihi hingga Dia rela meninggalkan 99 ekor domba untuk mencari seekor domba yang sesat. (Lukas 15:4). Kehadiran Yesus justru untuk menyelamatkan orang-orang yang sesat, agar tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Dalam kiasan yang mudah dimengerti, Yesus menggambarkannya dengan dibutuhkannya dokter bukan oleh orang sehat, melainkan oleh orang sakit.

"Marilah, baiklah kita berperkara! --firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa dosa yang sudah sangat banyak dan berat hingga "memerah" sekalipun bisa menjadi putih kembali seperti salju, atau seputih bulu domba jika kita mau bertobat dan berbalik dari jalan-jalan yang salah untuk kembali kepadaNya. Tuhan adalah Allah yang sangat penuh dengan kasih setia. Dia selalu menyediakan pengampunan bagi orang-orang berdosa yang mengakui dosa-dosanya. Ini janji Tuhan: "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:19). Pengampunan total dan segera, disediakan Tuhan kepada orang yang mau datang dengan hati yang hancur, menyesali dan mengakui dosa-dosa mereka. Ketika kita bertobat dengan sungguh-sungguh, saat itu juga Tuhan memberikan pengampunan. Itulah sebentuk kasih karunia yang dianugrahkan Tuhan kepada kita semata-mata karena Dia teramat sangat mengasihi kita dan tidak menginginkan satupun dari kita untuk binasa.

Jika diantara teman-teman ada yang sat ini merasa tidak layak, ingatlah bahwa Yesus telah mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan kita semua dari ketidaklayakan akibat dosa-dosa itu. Berbalik dari jalan-jalan sesat, dan terimalah Yesus sebagai Juru Selamat pribadi anda. "Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah." (Yohanes 3:18). Tuhan tidak membenci orang berdosa. Yang Dia benci adalah dosa. Tuhan akan selalu membuka tanganNya lebar-lebar untuk menerima kembali orang berdosa yang mau datang kepadaNya.


Jadilah orang yang layak untuk menghampiri tahta kasih dengan membereskan seluruh dosa lewat pertobatan dalam nama Yesus

Thursday, June 25, 2009

Anak Panah di Busur Pahlawan

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Mazmur 127:4
======================
"Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda."

anak panah, anak-anak, orang tua, busurBeda generasi, beda gaya. Itu sudah menjadi hal yang lumrah dalam perkembangan jaman. Karena beda generasi inilah terkadang muncul konflik dalam keluarga antara orang tua dan anak. Orang tua tidak bisa menerima gaya hidup generasi yang lebih muda, mereka tetap berpegang kuat kepada tradisi mereka, sementara anak-anak merasa orang tua mereka terlalu kolot/kuno dan tidak mau mengerti mereka. Selalu ada perbedaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan selalu ada ciri dimana generasi yang lebih muda akan menentang generasi sebelumnya. Jika dalam hal-hal kecil tentu masalah yang timbul dari perbedaan generasi ini tidak akan terlalu berakibat besar. Namun bagaimana mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masa depan? Ada sebuah contoh nyata dari keluarga saya. Salah seorang paman memaksakan kehendaknya agar anaknya mengikuti jejaknya menjadi seorang dokter. Si anak sama sekali tidak tertarik, ia lebih tertarik untuk mendalami komputer dan/atau belajar menjadi koki, karena ia sangat hobi memasak. Karena paksaan, ia pun akhirnya dimasukkan ke fakultas kedokteran. Ini terjadi 6 tahun yang lalu. Saat ini, si anak sudah dikeluarkan karena tidak berprestasi apa-apa, sering bolos dan hidupnya pun tidak karuan. Saya sempat berpikir, seandainya paman saya bisa lebih bijaksana. Andaikan ia memang ragu anaknya bisa sukses, setidaknya mungkin ia bisa memberikan kesempatan bagi si anak untuk membuktikan pilihannya adalah benar. Atau setidaknya mereka bisa berbicara dari hati ke hati sebelum memutuskan secara sepihak. Si anak (sepupu saya) ini dahulu sering berkeluh kesah kepada saya mengenai hal ini. Tapi saya tidak memiliki otoritas untuk ikut campur. Orang tua otoriter, tapi di sisi lain, sepupu saya juga salah karena tidak menurut. Ia memberontak dengan sengaja merusak kuliahnya sendiri. Siapa yang salah? Orang tua yang merasa mereka lebih punya pengalaman dan lebih tahu, atau anak yang merasa mereka tidak didengarkan?

Nyanyian ziarah Salomo dalam Mazmur menengahi hal ini dengan indah. Salomo berkata: "Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah." (Mazmur 127:3). Dalam versi Inggrisnya anak-anak lelaki ini dikatakan sebagai "children", jadi hal ini saya kira berlaku baik untuk anak laki-laki maupun perempuan. Lihatlah Alkitab berkata bahwa anak adalah sesungguhnya pemberian Allah, anugerah luar biasa indah yang dititipkan kepada para orang tua. Pemiliknya tetaplah Allah sendiri. Bagaimana anak ini nantinya terbentuk, itu adalah pertanggungjawaban dari orang yang dititipkan (orang tua) kepada sang Pemilik (Tuhan). Ayat selanjutnya berbunyi demikian: "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda." (ay 4). Jika anak-anak diibaratkan sebagai anak-anak panah, maka orang tua diibaratkan sebagai pahlawan, yang siap menembakkan anak-anak panah ini ke tempat yang tepat. Busur yang tidak elastis dan kuat tidak akan bisa mengarahkan anak panah dengan baik. Di sisi lain, anak panah yang berat dan berekor kaku juga akan melenceng dari arah yang benar, meski busurnya baik. Untuk mencapai sasaran yang benar, keduanya harus baik.

Apa yang saya maksud adalah begini. Busur yang elastis adalah sikap para orang tua yang, alangkah baiknya, tidak terlalu kaku dan mau mendengar keluh kesah dan pendapat anaknya. Memang orang tua jauh lebih berpengalaman, lebih banyak makan asam garam, namun ada kalanya mereka kurang tanggap terhadap perkembangan jaman, dan kurang mengenal anak-anak mereka. Jalannya hubungan hanyalah satu arah, dan tidak pernah interaktif. Anak tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut masa depan mereka. Terlalu sibuk pada warna rambut, mengkritik mode, tren dan sebagainya, terlalu kaku dan otoriter sehingga lupa menyiapkan busur yang kuat sebagai tempat berpijak dan sumber terbangnya anak-anak panah. Di sisi lain, anak-anak pun seringkali terlalu cepat menentang orang tuanya. Salah satu saja tidak berfungsi baik akan membelokkan arah ke tempat yang salah, apalagi jika dua-duanya tidak berfungsi.

Pemazmur mengingatkan : "Seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong oleh besarnya kekuatan." (Mazmur 33:16). Seorang raja tidak akan selamat jika hanya bergantung pada besarnya kuasa mereka sendiri, seorang pahlawan tidaklah tergantung dari besarnya kekuatan mereka sendiri. Orang tua tidak akan bisa menjadi pahlawan jika mereka mengandalkan kekuasaan dan kekuatan mereka semata dalam menentukan kelanjutan masa depan anak-anaknya. Di sisi lain, anak pun hendaknya jangan menjadi pribadi pembangkang. Terlalu cepat menentang tanpa pikir panjang juga salah. Karena ada kalanya anak harus belajar dari pengalaman dan kebijaksanaan orang tua mereka. Belum ketemu jalan tengahnya? Ini yang menjadi titik tengah: Apa yang bisa membuat segalanya baik hanyalah jika kedua pihak, baik orang tua maupun anak mendasarkan segala sesuatunya kepada Tuhan. "Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan." (ay 18-19). Jika kita melihat dari pribadi Kristus sendiri, lihatlah bagaimana bentuk doa Kristus. "datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga." (Matius 6:10). Lalu, ".....tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (26:39). Bukan kehendak kita, bukan kehendak orang tua, bukan kehendak anak, tapi yang terbaik adalah seperti yang Tuhan kehendaki.

Belajar dari hal ini, yang terbaik adalah orang tua dan anak duduk bersama-sama, saling terbuka dan mendengar pendapat masing-masing. Beri kesempatan masing-masing untuk mengutarakan pandangannya. Dan yang lebih penting lagi, berdoalah bersama. Biarlah Tuhan yang berbicara dan memberitahukan apa yang terbaik. Bersikap otoriter tidak akan pernah mendatangkan kebaikan. Di sisi lain, anak-anak hendaklah menghormati orang tuanya. "Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Ulangan 5:16). Jangan terburu-buru membangkang. Dengarkanlah dan jangan sia-siakan suara mereka. "Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu" (Amsal 1:8). Generasi boleh berbeda, sifat dan gaya boleh berbeda, tapi dalam Tuhan kita semua satu dan tetap sama. Orang tua, jadilah busur yang kuat dan elastis agar anak-anak panah anda bisa mencapai sasaran yang tepat. Fleksibellah kepada anak-anak anda, dengarkan kebutuhan, keinginan, cita-cita dan impian mereka. Anak-anak, jadilah anak-anak panah yang stabil, jangan mengeraskan hati sehingga sulit diarahkan. Bersatulah dalam doa, dengarlah apa kata Tuhan, karena itulah yang terbaik.

Bukan menurut kita, tapi menurut Tuhan, itulah yang terbaik

Wednesday, June 24, 2009

Mendengar

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Matius 11:15
======================
"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

mendengar, kritik membangun, komentar destruktif, telinga"Waduh, kalau semua kritik dimasukin ke hati, bisa gila mas.." demikian komentar salah seorang anggota penyelenggara event musik pada suatu kali pada saya. "Orang kalau mengkritik suka nggak kira-kira, mereka nggak mau tahu bagaimana sulitnya pekerjaan ini, kita sudah mati-matian kerja, masih juga kejam-kejam komentarnya.." ia melanjutkan. "Mengomentari sih mudah, coba dulu deh duduk di posisi saya, baru tahu bagaimana susahnya." lanjutnya lagi. Ya, mendengarkan kritik seringkali tidak mudah. Ada kalanya kritik yang datang terlalu kejam, sifatnya bukan lagi membangun tapi meremehkan dan menjatuhkan, sehingga jika kita tidak memiliki mental kuat dan benar-benar fokus pada tujuan, kita bisa menjadi lemah dan patah semangat.

Kita tidak bisa menghindari kritik. Kapanpun, dimanapun kita akan berhadapan dengan kritik. Ada kalanya memang kita memerlukan kritikan yang konstruktif atau membangun, agar kita bisa menata sesuatu lebih baik lagi. Mungkin pedas, namun jika untuk kebaikan kita sendiri, itu haruslah kita terima dengan lapang hati. Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia diisi dengan banyak peringatan. Banyak hal-hal yang dibukakan Yesus, yang sebelumnya tidak diketahui orang. Berulang kali Yesus mengakhiri pesannya dengan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" Kita diberikan sepasang telinga oleh Tuhan (Amsal 20:12). Dia berikan telinga bukanlah tanpa maksud. Gunakanlah keduanya dengan baik untuk mendengar, sehingga kita bisa mengerti dan memperbaiki diri. Dalam Amsal juga kita membaca demikian: "Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak." (Amsal 15:31). Kita harus melembutkan hati, dengan lapang dada, untuk menerima kritik atau teguran konstruktif untuk bertumbuh lebih lagi.

Sebaliknya, bagaimana jika kritikan itu tidak bersifat membangun, dan bertujuan untuk menjatuhkan? Bagaimana jika ucapan-ucapan pesimis dan negatif yang kita hadapi? Jangan menjadi patah semangat karenanya. Jika kita sudah berusaha dengan sebaik mungkin, apalagi jika kita melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh sesuai kehendak Tuhan, jangan biarkan ucapan-ucapan negatif itu menghancurkan kita. Ingatlah bagaimana beratnya Musa menghadapi orang-orang Israel yang keras kepala dan jagoan bersungut-sungut untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Sepertinya hampir setiap hari ia diteror oleh komentar-komentar pedas dari bangsa yang tegar tengkuk ini. Bayangkan, adalah perintah Tuhan untuk membawa mereka ke tanah terjanji, keluar dari perbudakan di Mesir, namun inilah yang mereka katakan pada Musa. "dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." (Keluaran 14:11-12). Bukan hanya ini komentar sinis bangsa Israel. Perjalanan mereka penuh dengan keluh kesah, protes dan komentar-komentar yang bisa setiap saat melemahkan Musa. Nuh pun demikian. Membangun sebuah kapal di atas bukit, sementara belum pernah ada hujan yang turun, apalagi banjir? Saya yakin Nuh setiap hari berhadapan dengan banyak pencemooh yang mengolok-olok dia dan keluarganya. Seandainya Nuh tidak menyaring komentar-komentar orang, tidak menjaga telinganya dengan filter yang memadai, bahteranya tidak akan pernah selesai ia bangun.

"Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan." (Amsal 15:2). Orang yang bijak akan memberikan kritik konstruktif, sebaliknya orang bebal hanya akan mengumbar kebodohannya dengan komentar-komentarnya. Itu biasa terjadi di dunia, yang harus pandai-pandai kita saring. Jika komentar-komentar negatif yang kita terima, buanglah itu. Namun jika teguran positif, terimalah itu dengan lapang hati. Telinga diberikan Tuhan untuk tujuan mendengar, Pergunakanlah anugrah Tuhan akan sepasang telinga untuk bisa bertumbuh menjadi orang-orang bijaksana yang maju dari hari ke hari. Selain untuk mendengar, miliki pula telnga yang selektif dalam mendengar. Pandai-pandailah menyaring komentar dan kritik yang masuk. Simpan yang positif, buang yang negatif. Teguran yang membangun sangatlah berharga. Salomo menggambarkannya demikian: "Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar." (25:12). Menolak teguran bisa membuat kita lupa diri, tapi komentar destruktif yang tidak membangun bisa melemahkan semangat kita bahkan menghancurkan masa depan kita. Maka dari itu, miliki telinga yang selektif, dan pekalah terhadap kehendak Tuhan. Pergunakan dan manfaatkan anugrah sepasang telinga dari Tuhan dengan baik.

Ada kritik konstruktif dan ada yang destruktif, saringlah semuanya dengan baik

Tuesday, June 23, 2009

Malu Mengakui Yesus

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Matius 10:32-33
======================
"Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."

malu mengakui YesusMenganut kepercayaan yang berbeda dengan kaum mayoritas terkadang menyulitkan bagi sebagian orang. Ada perasaan disisihkan, sulit untuk diterima ditengah-tengah teman sekerja bahkan ada yang mendapatkan kesulitan untuk naik jabatan atau promosi karena perbedaan keyakinan. Seorang teman mengeluhkan kondisi ini pada suatu ketika. Di kantornya yang dipenuhi mayoritas penganut keyakinan yang berbeda membuatnya sulit menapaki jenjang karir. Contoh lain yang mungkin paling sering adalah ketika tengah mendekati seseorang yang berbeda keyakinan. Ada yang menutupi jati dirinya, malu mengakui bahwa mereka adalah pengikut Kristus, bahkan tidak jarang pula ada yang memilih untuk putus hubungan dengan Kristus demi mendapatkan pasangan hidupnya. Ada situasi-situasi yang mungkin timbul dimana kita harus menentukan sikap atau harus memilih. Sayangnya ada banyak yang lebih memilih kepentingan dunia ketimbang perkara surgawi. Ada orang yang malu menjadi orang Kristen karena takut dianggap tidak gaul. Tapi coba pikirkan ini. Bayangkan jika seandainya Yesus malu membela kita, bagaimana sekiranya Yesus memilih untuk tidak menanggung malu dan penderitaan akibat penyiksaan sampai mati di kayu salib demi menyelamatkan kita. Apa jadinya kita hari ini?

Ketika Yesus menggenapi rencana Tuhan mengenai penyelamatan manusia, lihatlah bahwa Yesus harus melewati malu yang demikian besar dan penderitaan mengerikan hanya untuk menebus segala dosa kita. Apa yang kita hadapi hari ini yang mungkin bisa mendatangkan penyangkalan atau rasa malu untuk mengakui Dia tidaklah sebanding dengan apa yang dialami Tuhan Yesus ketika menyelamatkan kita. Alangkah keterlaluan jika kita malu mengakui Tuhan yang begitu luar biasa besar kasihNya hanya untuk ditukarkan pada kepentingan-kepentingan dunia yang sesaat saja sifatnya. Yesus pun telah mengingatkan jauh-jauh hari agar kita jangan takut kepada manusia. "Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui." (Matius 10:26). Tuhan sanggup memelihara kita secara luar biasa. Jika burung pipit pun dipelihara Tuhan, apalagi kita yang lebih berharga dari burung pipit. (ay 31). Kemudian Yesus mengingatkan sejak awal pentingnya untuk mengakui jatidiri kita secara tegas. Ada konsekuensi yang harus kita terima apabila kita menutupinya, malu mengakui Tuhan kita di hadapan manusia. Kata Yesus: "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 10:32-33). Orang percaya haruslah berani mengakui Tuhan di depan manusia. Tidak perlu malu, apalagi takut, dengan alasan apapun.

Dalam Amsal kita baca demikian: "Takut kepada orang mendatangkan jerat" (Amsal 29:25). Ya, kita bisa terjerat pada kegelapan ketika kita malu mengakui diri sebagai anak terang. Petrus pernah mengalami hal ini. Dalam keadaan dicekam ketakutan ketika Yesus ditangkap, ia menyangkal Yesus hingga tiga kali sebelum ayam berkokok. (Matius 26:69-75). Untunglah ia segera menyadari kesalahannya dan bertobat. Bagaimana jika kita tidak sempat untuk bertobat? Yesus tidak akan mau mengakui kita di hadapan Bapa di surga. Akibatnya binasalah kita. Dalam ayat lain kita membaca demikian: "Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah." (Lukas 12:8-9). Tanpa pesan seperti ini pun sebenarnya kita tidak pantas malu mengakui Tuhan di hadapan orang lain. Tuhan yang sudah begitu baik menyelamatkan kita, sudah begitu setia pada hidup kita, begitu besar kasihNya melindungi dan mencukupi kita, layak mendapatkan segala yang terbaik dari diri kita sebagai ungkapan rasa syukur. Jika mengakuiNya saja kita tidak sanggup bagaimana kita bisa menunjukkan rasa syukur kita?

Jika harus malu, merasa malu-lah ketika melakukan dosa. Tidak pada tempatnya kita merasa malu mengakui Kristus, seharusnya kita malah merasa gembira dan bersukacita karena telah menemukan sang Gembala yang akan menuntun kita menuju kehidupan kekal di sisi Bapa Surgawi. Dalam kondisi apapun, banggalah menjadi pengikut Kristus, Tuhan yang begitu luar biasa mengasihi kita dan menginginkan kita semua beroleh keselamatan dan tidak satupun binasa. Keselamatan itu bisa bergantung pada situasi apakah kita mengaku dengan mulut atau menyangkal. "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan." (Roma 10:9). Mengapa demikian? "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (ay 10). Hati yang bersukacita penuh syukur tidak akan pernah malu mengakui Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Hati yang seperti itu pula yang akan dengan bangga mengakui dengan mulut, dan karenanya beroleh selamat. Sedini mungkin kita harus mau belajar membuka mulut mengakui Kristus dan hidup sesuai firman Tuhan, menjadi terang dan garam di dunia, karena jika kita tidak, semakin lama kita akan semakin sulit melakukannya dan akibatnya mendatangkan jerat. Karenanya buanglah perasaan malu dan takut itu jauh-jauh karena apapun yang ada di dunia ini tidaklah lebih penting dari rasa syukur atas besar kasih Tuhan selama ini pada kita berikut janjiNya akan kebahagiaan kekal, kelak setelah kita selesai menempuh masa kehidupan di dunia ini.

Tuhan begitu baik pada kita, banggalah selalu menjadi anak-anakNya

Monday, June 22, 2009

Berlayar Melawan Arus Dunia

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Markus 6:48
====================
"Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka."


berlayar melawan arus duniaPengaruh buruk dan penyesatan ada di mana-mana. Tidak saja menimpa orang dewasa, tapi anak-anak kecil pun bisa terkena pengaruh buruk ini. Tadi pagi saya mendengar sekelompok anak balita yang sedang berjalan tepat di depan rumah saya. Salah seorang dari anak ini tampaknya sedang menggoda temannya dengan berkata bahwa si teman itu kedapatan berada di kamar terkunci bersama teman perempuannya, yang juga berjalan bersama mereka. "Sedang ngapain berduaan di kamar seperti itu? Ya jelas sedang anu-anuan.." katanya sambil tertawa. Bayangkan anak kecil yang masih balita sudah bisa berkata demikian. Ini tentu bukan atas ajaran orang tuanya, tapi akibat apa yang mereka tonton atau dengar. Lagu-lagu pun di hari-hari sekarang ini banyak yang mengajarkan hal buruk. Kita mungkin tertawa mendengarnya, atau mencibir, namun sedikit banyak lagu-lagu dengan lirik negatif seperti ini bisa merusak moral banyak orang. Selingkuh menjadi sesuatu yang punya alasan dan karenanya menjadi sesuatu yang wajar, atau adalah wajar jika kita berpura-pura cinta untuk mendapatkan kepuasan. Inilah lagu-lagu negatif di jaman sekarang yang ironisnya menjadi sesuatu yang wajar. Berbagai sinetron di televisi pun banyak yang menggambarkan perselingkuhan sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Melawan arus dunia seperti ini tidaklah mudah karena serangannya bisa dari segala arah. Salah-salah, kita bisa terbawa arus dalam berlayar mengarungi kehidupan, dan akibatnya mendarat pada tujuan akhir yang salah.

Tepat setelah Yesus melakukan mukjizat memberi makan 5000 orang dengan menggunakan hanya lima roti dan dua ikan, murid-murid Yesus segera diperintahkan untuk berlayar terlebih dahulu menuju Betsaida, sementara Yesus sendiri pergi ke atas bukit untuk berdoa. Seiring berjalannya waktu, mereka sudah sampai di tengah-tengah. Tapi malam itu ada angin sakal di danau. Angin sakal adalah angin yang berlawanan dengan arah perahu, bertiup datang dari depan. Karenanya merekapun kepayahan mendayung kapal untuk melawan arah angin. Di saat tengah malam mencapai masa-masa puncaknya, sekitar jam tiga, dan disaat mereka mungkin mulai kelelahan mendayung, datanglah Yesus dengan berjalan di atas air. Markus mencatat demikian: "Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka." (Markus 6:48). Mungkin karena sempat kelelahan mendayung, konsentrasi mereka menjadi lemah, dan sempat kaget mengira bahwa yang mendatangi mereka adalah hantu. Mereka pun panik. (ay 48). Tapi Yesus berkata: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" (ay 50). Begitu Yesus naik ke perahu, serta merta angin pun reda. (ay 51). Mereka pun bisa mendayung dengan tenang hingga sampai ke tujuan.

Kita saat ini pun tengah mengarungi lautan kehidupan. Mungkin saat ini kita sudah sampai di pertengahan perjalanan, dan angin sakal mulai bertiup sehingga kita mulai kelelahan mengemudikan kapal kita untuk terus maju ke depan hingga sampai ke tujuan akhir kita, menuju sebuah kehidupan kekal penuh sukacita tanpa ratap tangis bersama Bapa di Surga. Mungkin saat ini terpaan angin sakal membuat kita kesulitan untuk mengarungi perjalanan kita. Sulit melawan arus dunia yang penuh tipu muslihat, ketidakadilan dan kesesatan. Pergaulan yang buruk, lingkungan yang tidak sehat, hal-hal negatif yang kita lihat dan dengar di sekitar kita, segala kedagingan duniawi, dan sebagainya, seringkali membuat kita menjadi lemah ketika kita berusaha melawannya. Ayat hari ini mengajarkan kita untuk berhenti menggunakan tenaga sendiri. Di antara murid-murid Yesus ada beberapa nelayan handal, yang seharusnya sudah tahu bagaimana cara berlayar yang baik dan benar, tapi mereka tetap saja kepayahan dan menemui masalah dalam perjalanan ketika didera angin yang berlawanan. Di saat seperti itulah kita bisa mulai belajar untuk mengandalkan Tuhan. Berkali-kali Tuhan berkata "Jangan takut". Jika ada penyertaan Tuhan dalam hidup kita, kita memang tidak perlu takut. Lihatlah ketika Yesus naik ke dalam kapal, angin sakal langsung berhenti saat itu juga. Dalam mengarungi lautan kehidupan ini kita akan terus berhadapan dengan angin sakal. Pada satu waktu kita akan mulai kesulitan, tidak peduli seberapa hebatnya kita sebagai manusia, kita akan mengalaminya cepat atau lambat. Karena itulah kita butuh Yesus menyertai dalam perjalanan kita agar kita bisa sampai ke tujuan yang benar seperti apa yang dikehendaki Tuhan bagi hidup kita. Ketika ada Tuhan dalam perahu hidup kita, kita pun tidak perlu takut, meski sedang berlayar melawan arus dan dalam kekelaman malam sekalipun. Mazmur Daud berkata demikian: "TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:1-4). Itu janji Tuhan kepada setiap orang yang berlayar dengan penyertaan Tuhan. "Apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya." (Mazmur 37:24). Ini janji Tuhan pada kita, jika kita tetap menjaga hidup kita agar selalu berkenan di hadapanNya. (ay 23).

"Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang...Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat." (Matius 24:11,13). untuk dapat bertahan mengayuh bahtera kehidupan kita butuh penyertaan Tuhan Yesus dalam hidup kita. Angin sakal akan terus kita hadapi, bahkan angin badai sekalipun akan ada dalam perjalanan kita. Tapi bersama Yesus kita akan mampu bertahan dan memperoleh kemenangan. Karenanya janganlah mengandalkan kekuatan sendiri, tapi milikilah sebuah perjalanan manis bersama Yesus hingga selamat sampai ke seberang. "Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus." (1 Korintus 1:8).

Berlayarlah mengarungi kehidupan bersama penyertaan Kristuspenyataan Tuhan kita Yesus Kristus

Sunday, June 21, 2009

Kerinduan Tuhan

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Yesaya 30:18
=====================
"Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!"

kerinduan TuhanReaksi apa yang timbul ketika kita tengah mengalami kesulitan atau kegagalan? Puji Tuhan untuk reaksi positif dimana kita bisa belajar banyak dari hal-hal tersebut, percaya bahwa dibalik kesulitan atau kegagalan itu ada masa depan yang cerah sesuai dengan apa yang telah direncanakan Tuhan. Tapi ada banyak pula reaksi yang negatif. Menyerah, atau menuduh Tuhan telah berlaku tidak adil, memalingkan mukaNya dari kita, membiarkan kita didera persoalan dan meninggalkan kita sendirian. Atau tidak yakin bahwa Tuhan akan memberikan sesuatu yang baik kepada kita. Fokus kepada masalah, atau seperti yang saya tulis kemarin, lebih memilih untuk mempercayai ketakutan-ketakutan yang belum tentu terjadi. Persoalan sulit mempercayai Tuhan dan lebih memilih untuk dicekam keragu-raguan merupakan salah satu manifestasi kurangnya pengenalan akan Tuhan. Mengapa demikian? Karena jelas-jelas Tuhan telah menyatakan dalam banyak kesempatan bahwa apa yang Dia sediakan bagi kita hanyalah segala sesuatu yang baik penuh dengan damai sejahtera.

Sebuah ayat penting bisa kita jadikan peneguhan akan hal ini. "Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!" (Yesaya 30:18). Lihatlah betapa luar biasanya kasih Tuhan pada kita. Adalah kerinduan Tuhan untuk menunjukkan kasihNya pada kita. Untuk bangkit menyayangi kita. Tuhan rindu untuk memberkati kita. Tidakkah ini luar biasa? Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah senang melihat kita didera penderitaan. Kalaupun Tuhan terkadang mengijinkan kita untuk mengalami persoalan, itu semata-mata untuk membuat kita sadar bahwa sebagai manusia kita tidak akan berdaya jika hanya bergantung pada kekuatan diri kita sendiri saja. Tuhan ingin mengajarkan kita untuk mau bergantung kepadaNya, sehingga Tuhan bisa menunjukkan kasih dan sayangNya pada kita. Ada kalanya kita diijinkan Tuhan memasuki padang gurun agar kita bisa belajar untuk benar-benar bergantung pada Tuhan. Kita membaca dengan jelas mengenai ini dalam Ulangan. "Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN." (Ulangan 8:2-3).

Jika kita mundur sedikit dari ayat bacaan hari ini, kita membaca sebuah pesan Tuhan mengenai apa yang harus kita lakukan."Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15). Bertobat dan tinggal diam, tenang dan percaya. Ada kalanya kita harus diam dan tenang. Kata diam dan tenang bukan mengajarkan kita untuk bermalas-malasan, melainkan mengajarkan kita untuk percaya sepenuhnya pada Tuhan. Ada kalanya kita harus menghentikan segala kekhawatiran dan ketakutan kita, dan kembali mempercayakan segalanya kepada Tuhan. Tidak perlu panik, tidak perlu takut, tidak perlu ragu, karena Tuhan sedang menanti-nantikan saat untuk menyatakan kasihNya dan menyatakan sayangNya kepada kita. Tuhan menantikan kita untuk mampu belajar dari persoalan hidup, belajar untuk berhenti mengandalkan orang lain dan diri sendiri, dan kembali untuk percaya kepadaNya secara penuh, menyerahkan hidup secara total kepadaNya, sehingga ketika saat itu tiba, Tuhan pun akan dengan senang hati melimpahkan kasihNya secara luar biasa kepada kita. Sementara ini jika ada di antara teman-teman yang tengah menghadapi ketakutan, keputus asaan, kegelisahan dan keraguan akan hari depan yang penuh harapan, ingatlah akan janji Tuhan hari ini. Dia rindu untuk menyatakan berkatNya kepada anda, Dia tengah menanti-nanti untuk menunjukkan kasihNya. Percayalah sepenuhnya kepada janji Tuhan dan jangan pernah putus pengharapan! Tuhan adalah Allah yang adil, maka berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia.

Adalah sebuah kerinduan Tuhan untuk menyatakan kasih dan sayangNya kepada kita

Saturday, June 20, 2009

Kenal Maka Percaya

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Mazmur 9:11
====================
"Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN."

kenal maka percaya, tak kenal maka tak sayang, mengenal Tuhan, percaya TuhanRasanya sulit bagi kita untuk bisa berbicara terbuka kepada orang yang baru saja kita kenal. Biasanya hubungan antara dua orang atau lebih yang baru saja bertemu akan kaku, berbincang-bincang seadanya dan mungkin hanya berisi basa basi. Akan beda hasilnya jika yang bertemu adalah orang yang sudah saling mengenal dengan baik. Dengan sahabat terdekat kita misalnya, kita akan dengan leluasa dan nyaman bercerita tentang banyak hal, bahkan yang sifatnya pribadi sekalipun. Mencurahkan perasaan, menanyakan pendapat untuk hal-hal yang pribadi dan sejenjisnya, itu akan jauh lebih mudah dilakukan kepada orang yang sudah sangat kita kenal dengan sangat baik. Mengapa demikian? Karena lewat pengenalan satu sama lain yang sudah sangat mendalam seperti itu, rasa percaya biasanya akan timbul. Kita akan tahu bahwa mereka tidak akan mungkin mencelakakan kita. Semakin dalam kita mengenal seseorang maka semakin percaya pula kita kepada mereka. Dan kita pun biasanya sayang atau peduli kepada mereka, demikian pula sebaliknya. Tak kenal maka tak sayang, begitu kata pepatah.

Hubungan antara kita manusia dengan Tuhan pun seperti itu. Sejauh mana kita mengenal Tuhan? Itu akan berkaitan erat dengan seberapa jauh kita dekat dengan Tuhan, dan kemudian akan sangat menentukan seberapa besar tingkat kepercayaan kita kepadaNya. Mengaku percaya mungkin mudah. Lewat lagu-lagu pujian, lewat ucapan di depan orang lain, mungkin mudah bagi kita untuk berkata percaya. Namun ketika dihadapkan pada realita, mungkin hanya sedikit yang benar-benar percaya lewat iman yang teguh bahwa Tuhan itu ada memelihara kehidupan mereka sehari-hari. Ketika masalah menerpa, ketika badai menghadang, seringkali rasa percaya itu menurun beberapa level, bahkan mungkin hilang. Begitu banyak orang yang saat ini didera kekhawatiran/ketakutan terhadap apa yang akan terjadi di masa depan. Mereka dikuasai ketakutan yang timbul dari pikiran mereka sendiri. Hingga tingkat tertentu bisa membuat orang menjadi paranoid, yaitu sebuah perasaan takut berlebihan atau kecurigaan terhadap sesuatu yang belum tentu terjadi. Bukannya percaya pada Tuhan, tapi malah lebih mudah untuk menyerah kepada ketakutan dan kekhawatiran yang menghantui pikiran. Masalah menjadi terlihat jauh lebih besar dibandingkan kuasa yang dimiliki Tuhan. Inilah yang mungkin terjadi apabila kita belum mengenal Tuhan. Bagaimana bisa percaya kalau belum mengenal?

Untuk bisa percaya kepada Tuhan, tentu terlebih dahulu kita harus mengenalNya. Inilah tips yang diberikan Daud dalam Mazmur. "Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." (Mazmur 9:11). Sebuah kunci penting disebutkan disini agar kita bisa percaya, yaitu dengan mengenal Tuhan. Bagaimana kita bisa mengenal Tuhan? Yang pertama kita bisa mengenal Dia lewat firman Tuhan. Alkitab mencatat begitu banyak keterangan mengenai Tuhan. Mari kita lihat beberapa ayat berikut ini. "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada." (Mazmur 33:9). Tuhan adalah pribadi yang menciptakan segala sesuatu lewat firman. Kisah penciptaan alam semesta beserta isinya di awal Alkitab menjadi sebuah catatan penting mengenai hal ini. Salomo menggambarkan Tuhan sebagai sosok yang jauh lebih tinggi dari segala kepintaran dan kecerdasan bahkan kebijaksanaan manusia. "Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN." (Amsal 21:30). Dalam Yesaya kita bisa melihat lagi seperti ini: "Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 3-4) Tuhan adalah Bapa yang setia yang akan tetap mau menggendong, menanggung, memikul dan menyelamatkan kita sampai akhir hayat."Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku"(ay 9). Dan tentunya banyak lagi firman Tuhan yang mampu mengenalkan kita secara mendalam kepada siapa Tuhan sebenarnya.

Mengenal pribadi Allah juga bisa kita peroleh lewat pengalaman kita berjalan bersama-sama denganNya. Mengalami langsung kuasa Tuhan dengan penyertaanNya dalam hidup kita. Saya masih bisa menulis renungan saat ini, dan anda bisa membacanya, itu adalah atas karunia Tuhan. Saya percaya semakin kita hidup taat mengikuti kehendakNya, maka kuasaNya akan semkakin nyata kita rasakan. "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Roma 10:10). Orang yang percaya akan dibenarkan, yang mengaku akan diselamatkan. Ini sejalan dengan ayat bacaan hari ini, bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan orang yang terus setia mencari dan merindukanNya. Orang yang setia mencari dan merindukan Tuhan adalah orang yang percaya kepadaNya, punya pengharapan tanpa henti, tidak menyerah pada ketakutan dan kekhawatiran. Dan ini akan dimiliki apabila kita mengenal siapa Tuhan itu sebenarnya, sebesar apa sesungguhnya kasihNya bagi kita semua, seberapa besar Tuhan ingin kita selamat dan mendapatkan bagian di KerajaanNya. Janganlah berhenti dengan percaya sebatas bibir saja, mulailah hari ini untuk mengenal pribadi Allah lebih jauh lagi sehingga dengan iman teguh kita bisa percaya sepenuhnya dan menerima penyertaan Tuhan secara nyata dalam hidup kita.

Rasa percaya bisa dibangun lewat pengenalan sungguh-sungguh

Friday, June 19, 2009

Yesus dan Undangan Orang Berdosa

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Wahyu 3:20
====================
"Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."

yesus dan undangan orang berdosaSeorang teman pernah berkata bahwa ia merasa tidak layak untuk bahagia. Tidak akan ada kamus bahagia dalam hidupnya, karena menurutnya ia bukanlah orang yang cukup baik selama ini untuk kemudian diganjar sebuah kebahagiaan oleh Tuhan. Masih banyak orang lain, menurutnya, yang lebih berhak untuk mendapatkan kebahagiaan. Yang pasti bukan dia. Ini adalah sebuah bentuk pesimisme yang sungguh keliru. Meski demikian, saya rasa banyak orang yang punya pandangan seperti ini. Apakah Tuhan terlalu sibuk untuk mengurusi ciptaanNya sendiri satu persatu? Apakah Tuhan melimpahkan berkatNya habis-habisan pada orang tertentu, sementara orang lain dibiarkan menderita tanpa kesempatan memperoleh kebahagiaan, apalagi keselamatan?

Yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah menganak tirikan siapapun. Semua manusia di dunia ini berasal dari buah karya "masterpiece" Tuhan sendiri yang sungguh berarti bagiNya. Begitu berarti, sehingga manusia telah dilukiskan pada telapak tangan Tuhan dan tetap berada di ruang mataNya, dalam jarak pandangNya. (Yesaya 49:16). Dosa dan pelanggaran kita boleh saja besar di masa lalu, namun Tuhan tetap membukakan pintu pengampunan lebar-lebar. Malam ini saya ingat akan beberapa ayat yang menggambarkan bagaimana sikap Yesus terhadap undangan manusia, termasuk yang berdosa sekalipun. Alkitab mencatat beberapa kejadian yang berhubungan dengan kesediaan Yesus memenuhi undangan orang berdosa. Yesus pernah makan di rumah Matius seorang pemungut cukai. (Matius 9:9-10) Pada saat itu bukan saja Matius yang hadir, tapi ada banyak pula pemungut cukai lainnya yang hadir, termasuk orang-orang berdosa. (ay 10). Orang Farisi melihat hal itu dan mengundang perhatian orang-orang Farisi. Yesus menjawab demikian: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." (ay 12). Lalu ada juga kisah Zakheus, yang juga seorang pemungut cukai. Yesus menumpang di rumahnya. (Lukas 19:5). Zakheus pun bertobat. Cibiran dan cercaan sempat dialamatkan oleh orang yang melihat itu terhadap Yesus, tapi Yesus menjawabnya demikian: "Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (ay 9-10). Pada kesempatan lain, ada pula kisah seorang Farisi yang mengundang Yesus untuk makan ke rumahnya. Yesus menerima undangan tersebut. (Lukas 7:36). Di sana Yesus pun bertemu dengan seorang wanita yang terkenal sebagai orang berdosa. (ay 37). Kita lihat berkali-kali Yesus mendapat kesempatan untuk masuk ke rumah orang berdosa. Yesus tidak pernah menolak undangan, malah beberapa kali menawarkan diriNya sendiri untuk masuk ke rumah mereka, dan kedatangan Yesus itu berbuah pertobatan.

Jika Yesus tidak pernah menolak undangan manusia, yang berdosa sekalipun, selama Dia ada di dunia, maka saat ini pun Yesus tidak akan menolak undangan anda juga! Dia pasti menerima dengan senang hati. Ayat bacaan hari ini bahkan menegaskan mengenai hal ini dengan lebih tegas. "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku." (Wahyu 3:20). Lihatlah bahwa Tuhan tetap mengetuk pintu hati kita setiap hari, setiap saat. Dia mengetuk dan meminta kita untuk masuk. Hanya orang-orang yang mendengar suaraNya lah yang akan membukakan pintu. Dan anda akan mendapatkan kesempatan untuk duduk dalam perjamuan makan bersama-sama dengan Tuhan. Siapapun anda, berdosa seperti apapun, Yesus akan dengan senang hati menerima undangan anda. Semua orang punya kesempatan yang sama untuk selamat, tapi hanya mereka yang mendengar suaraNya dan mau membukakan pintu lah yang menerimanya. Dia hadir sebagai "tabib" untuk menyembuhkan penyakit-penyakit yang siap membinasakan kita, Dia hadir untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.

Jika saat ini anda belum pernah mengundang Yesus untuk masuk ke dalam hati anda, undanglah sekarang. Ingatlah bahwa Yesus tidak akan pernah menolak undangan anda. Yesus hadir di dunia ini justru untuk menyelamatkan orang-orang berdosa, termasuk anda dan saya. Saat ini Yesus tetap menanti tepat di depan pintu hati anda dan mengetuknya. Bukakanlah pintu hati anda agar Yesus dapat masuk. Undang Yesus hari ini, karena keselamatan juga menjadi kasih karunia Tuhan yang luar biasa buat semua manusia, termasuk diri anda.

Ketika Yesus mengetuk, dengar dan bukalah pintu hati anda

Thursday, June 18, 2009

Tips Meredam Amarah

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Mazmur 4:5
====================
"Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam."

tips meredam amarahDahulu saya sering mengibaratkan diri saya sebagai sebuah granat. Jika picu ditarik, saya bisa dengan cepat meledak. Itulah gambaran emosi saya di masa lalu. Begitu gampangnya saya untuk marah, bahkan dalam hal-hal sepele sekalipun, dan kemarahan itu bisa naik dengan cepat dan sulit untuk reda. Setidaknya tidak dalam waktu singkat. Untung waktu itu saya tidak sempat terkena stroke atau darah tinggi. Malam ini saya membaca sebuah kutipan kata-kata bijak dari seorang penyair Amerika klasik dari tahun 1800 an bernama Ralph Waldo Emerson. Kutipannya berbunyi sebagai berikut:

"For every minute you are angry you lose sixty seconds of happiness." 

Semenit marah artinya kita kehilangan 60 detik kebahagiaan. Ketika hidup saya waktu dulu diisi dengan begitu banyak kemarahan dan emosi yang meledak-ledak, saya berpikir, sudah berapa banyak waktu yang saya sia-siakan untuk kehilangan kebahagiaan? Puji Tuhan masa-masa itu sudah berakhir. Apakah saya masih pernah marah? Masih. Tapi saya tidak mau berlama-lama, tidak mau memanjakan amarah itu sehingga menjadi semakin parah. Secepat mungkin saya akan berusaha untuk meredakannya. Itu baik untuk jantung, baik untuk pembuluh darah, baik untuk jiwa, baik untuk kesehatan, baik untuk kehidupan, dan tentunya baik buat orang-orang di sekitar kita.

Alkitab tidak melarang orang untuk marah. Hanya yang perlu diingat, kemarahan ini bisa menjadi celah yang dimanfaatkan iblis untuk membuat kita terjerumus dalam dosa, mulai dari yang sederhana hingga yang berat. Sebuah tips sederhana diberikan oleh Daud. "Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam." (Mazmur 4:5). Marah boleh saja, asal jangan berbuat dosa. Ketika mulai marah, jagalah mulut agar tidak berkata-kata terlalu banyak, karena nantinya yang terjadi adalah mengumbar kata-kata yang menyakitkan orang lain, mengungkit-ungkit masa lalu dan penuh dengan tuduhan-tuduhan tak berdasar. Begitu mulai marah, mulailah segera untuk meredamnya dengan berkata-kata dalam hati. Bukan mengumpat dalam hati, tapi merenungkan sambil berdiam diri, dan redamlah secepatnya. Seperti halnya dalam setiap keluarga, antara saya dan istri pun terkadang bisa berselisih. Marah bisa saja timbul, tapi saya belajar untuk tidak menuruti emosi dengan melemparkan kata-kata apalagi membentak dengan kasar. Cukup sudah kelakuan saya di masa lalu. Sekarang itu tidak lagi boleh terulang. Ketika kemarahan mulai datang, saya akan segera mengambil posisi diam. Menjaga agar saya tidak terpancing emosi yang bisa membuat perkataan sia-sia keluar yang bisa menyakiti istri saya. Diam dan mencoba meredakannya. Setelah beberapa waktu, kemarahan itu reda, dan saya akan segera menghampiri istri saya, terlepas dari siapapun yang salah. Nobody's perfect bukan? Tips ini benar-benar mampu menjaga suasana hangat dan harmonis di rumah.

Yakobus juga memberi sebuah tips yang bermanfaat. "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yakobus 1:19). Lambatlah untuk marah dan jangan terburu-buru mengumbar kata-kata, dan pastikan untuk tidak melempar kutuk demi kutuk ketika sedang dalam kondisi marah. Ingatlah bahwa segala sesuatu nanti harus kita pertanggungjawabkan, termasuk perkataan. "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:36-37). Ingat pula bahwa amarah manusia tidaklah melakukan hal yang baik dan yang benar di mata Allah. (Yakobus 1:20).

"Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan." (Amsal 14:29). Selagi mungkin, hindarilah kemarahan. Tapi jika memang harus marah, jagalah kemarahan kita dalam batas yang wajar. Jangan sampai kita marah tidak terkendali atau terbiasa untuk mudah terpancing emosinya. Waspadalah pada amarah, karena ketika kita marah, sebenarnya dosa tengah mengintip untuk menyelinap masuk. Paulus memberikan tips demikian: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis." (Efesus 4:26-27). Paulus mengingatkan agar kita tidak membiarkan marah kita berlarut-larut terlalu lama, sehingga dengan demikian kita memberikan kesempatan bagi iblis untuk masuk. Hal ini saya aplikasikan di rumah juga, separah apapun perselisihan, kami berdua sepakat untuk tidak membiarkan perselisihan itu terus ada hingga besok pagi. Sebelum tidur, masalah itu haruslah selesai. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari, jangan dibiarkan berlarut-larut, karena hal itu hanya akan merugkan diri kita sendiri. Tiga tips meredam amarah dari Daud, Yakobus dan Paulus ini rasanya patut dicoba agar kita terbebas dari belenggu kemarahan. Hidup ini sesungguhnya singkat. Karena itu berhentilah membuang-buang kebahagiaan dalam hidup kita dengan menuruti nafsu untuk marah.

"For every minute you are angry you lose sixty seconds of happiness."

Wednesday, June 17, 2009

Bekerja Untuk Tuhan

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Efesus 2:10
===================
"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."

menemukan panggilan, bekerja untuk TuhanHarga pemain bola terus melambung tinggi di Eropa. Terutama di Inggris dan Spanyol, harga yang melambung ini membuat kesenjangan yang cukup tinggi antara klub besar dengan keuangan melimpah dan klub-klub semenjana hingga menengah. Pemain top yang dibeli dengan harga tinggi ini seringkali mendapatkan gaji besar bukan hanya karena kontribusinya, tapi didasarkan atas ketenaran mereka. Sepakbola kini bukan lagi olah raga, tapi sudah menjelma menjadi bisnis hiburan tingkat tinggi. Pemain-pemain mahal ini akan terus menerima gaji besar, bahkan ketika mereka sedang tidak dalam performa terbaik atau tidak memberikan kontribusi signifikan bagi timnya. Saya ingat seorang pemain terkenal bernama Fernando Redondo. Sekitar akhir 90an saya ingat berita perpindahannya ke AC Milan setelah meninggalkan Real Madrid. Sialnya ia didera cedera lutut yang parah, hingga akhirnya pensiun. Apa yang menarik dari Fernando Redondo adalah tingkat profesionalitas tingginya. Dia menolak menerima gaji selama masa penyembuhan lututnya di Argentina, meskipun secara kontrak ia tetap layak menerimanya. Ketika ia merasa tidak memberi kontribusi apapun bagi AC Milan, ia pun menolak untuk menerima gajinya. Ini sebuah keteladanan yang sudah sangat jarang kita temukan. Sebuah keteladanan akan etika, moral dan profesionalitas yang tidak semua orang mau melakukannya.

Hari ini saya masih mendapat pesan penting mengenai bekerja dan melayani Tuhan. Keselamatan dijanjikan lewat kasih karunia Tuhan. Kita yang sarat dengan dosa dan seharusnya binasa ternyata diselamatkan oleh Tuhan, lewat mengutus anakNya yang tunggal untuk menebus kita lewat kematianNya di atas kayu salib. Lewat karya penebusan Kristus itulah kita diselamatkan dari binasa, hubungan kita dengan Tuhan pun dipulihkan. Jika kita saat ini bisa mengimani apa yang dikatakan penulis Ibrani: "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16), itu adalah akibat Kristus yang telah memulihkan hubungan kita dengan Tuhan. Tanpa itu, kita tidak akan bisa masuk ke dalam tahta maha kudus Tuhan secara pribadi. Bukan main besarnya karya penyelamatan Kristus ini bagi hidup kita, hidup orang tua kita, saudara-saudara kita bahkan hidup anak dan cucu kita kelak di kemudian hari.

Ketika kita sudah diselamatkan, apa yang harus kita lakukan? Apakah kita bisa hidup dengan hanya menikmati segala kemurahan Allah tanpa berbuat sesuatu bagiNya? Layakkah kita berpangku tangan melihat begitu banyak jiwa-jiwa yang belum selamat? Perjalanan kita dari bumi menuju surga sudah dibayar lunas oleh pengorbanan Kristus. Paulus mengatakan bahwa itu adalah pemberian Allah oleh kasih karuniaNya, oleh iman kita, dan bukan karena hasil pekerjaan kita. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Itu benar. Tidak ada satupun yang kita buat bisa membawa kita menuju keselamatan jika kita hidup tanpa Kristus. Namun kita tidak boleh berhenti hanya pada ayat 9 ini, karena ayat selanjutnya menyatakan apa yang harus kita lakukan setelah menerima kasih karunia Allah ini. "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (ay 10). Tuhan membentuk kita untuk melakukan hal-hal yang baik, untuk bekerja di ladangNya, seperti yang sudah Dia persiapkan untuk kita. Ayat 10 ini menunjukkan bahwa kita semua punya tugas. Sebagai anak-anakNya, kita semua diciptakan Tuhan dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik. Inilah hal penting yang harus kita ingat setelah kita mengimani keselamatan lewat kasih karunia.

Lalu bagaimana kita harus bersikap? Lihatlah bahwa kita semua punya panggilan tersendiri sesuai dengan apa yang telah dipersiapkan langsung oleh Tuhan ketika Dia menciptakan kita. Dalam surat kepada jemaat Korintus, Paulus menjelaskan bahwa "Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh." (1 Korintus 12:4). Secara rinci Paulus menjabarkan karunia-karunia itu. "Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu." (ay 8-10). Semua itu berasal dari Roh yang sama, seperti yang dikehendakiNya. (ay 11). Seperti apa yang sudah Dia rencanakan sejak awal.

Apakah yang menjadi panggilan anda? Karunia apa yang diberikan Tuhan pada anda? Bekerja melayani Tuhan tidak harus selalu berarti membuat mukjizat besar, membangkitkan orang mati, menyembuhkan sakit parah dan sebagainya. Lewat hal-hal kecil di lingkungan kerja atau lingkungan tempat tinggal pun kita bisa melayani Tuhan dengan baik. Lewat sikap, tindakan dan perbuatan kita pun kita bisa menjadi terang dan memperkenalkan sang Terang Dunia. Tepat seperti kata Yesus: "Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Ketika kita berjalan dalam Kristus, kita akan memiliki terang hidup, yang memancar keluar karena kita punya terang dunia di dalam diri kita. Ketika hal ini menjadi tanggungjawab kita, secara luar biasa Tuhan dengan serius menambahkan janji akan upah bagi orang-orang yang bekerja. "Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya." (Roma 4:4). Paulus pun mengingatkan demikian: "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."(1 Korintus 15:58). Hidup di dunia ini bukanlah sebuah liburan semata. Kita semua telah dipanggil untuk bekerja bagiNya, sesuai dengan apa yang telah Dia rencanakan sejak kita diciptakan. Adalah sebuah kehormatan untuk bekerja melayani Tuhan. Temukan panggilan Tuhan bagi hidup anda, dan lakukanlah apa yang harus kita lakukan.

Kita punya tugas masing-masing sesuai dengan yang telah Dia persiapkan. Apa yang menjadi panggilan anda?

Tuesday, June 16, 2009

6 Stadium Menuju Dosa

webmaster | 10:00:00 PM | 2 Comments so far
Ayat bacaan: Efesus 4:17-19
=======================
"Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran."

6 stadium menuju dosaMencegah lebih baik dari mengobati. Pesan itu selalu disampaikan dokter atau tenaga medis kapanpun dan dimanapun. Pada stadium dini, penyakit-penyakit yang berat sekalipun akan punya kesempatan untuk sembuh jauh lebih besar dibandingkan jika penyakit itu sudah memasuki stadium lanjut. Maka selalu dianjurkan bagi semua orang untuk rajin-rajin memeriksakan kondisi kesehatan alias check up rutin. Masalahnya, mayoritas orang akan terlena dengan pola hidup yang salah dan tidak peduli dengan kesehatannya. Berat sekali rasanya melepaskan kebiasaan buruk, apalagi jika kondisi, situasi dan lingkungan tidak mendukung. Pertemanan yang salah misalnya, seringkali membuat orang sulit berubah. Ketika penyakit menjadi berat, barulah mereka tersadar. Sayangnya seringkali kesadaran itu hadir ketika stadium sudah mencapai tingkat lanjut. Maka alangkah baiknya jika kita mawas diri sejak awal sebelum semuanya terlambat. Sekali lagi, mencegah lebih baik dari mengobati.

6 stadium menuju dosa. Itu reaksi saya ketika bertemu ayat bacaan hari ini. "Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran." (Efesus 4:17-19). Ketiga ayat dari Efesus ini menggambarkan langkah demi langkah perjalanan menuju dosa. Stadium dimulai dari tingkat awal sampai tingkat lanjut atau kronis bahkan kritis. Ijinkan saya merinci satu persatu.
  • pikirannya yang sia-sia
  • pengertiannya yang gelap
  • jauh dari hidup persekutuan dengan Allah
  • Perasaan mereka telah tumpul
  • menyerahkan diri kepada hawa nafsu
  • mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran

Pada kondisi awal, kita mungkin lupa menjaga pikiran kita dengan hal-hal yang baik dari Tuhan, sehingga kita mulai terjebak untuk mengisi pikiran kita pada hal yang sia-sia. Kemana kita seharusnya mengarahkan pikiran kita? Dalam Kolose dikatakan demikian: "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." (Kolose 3:2). Ketika kita memikirkan untuk memperkuat diri kita agar fokus pada hal-hal surgawi, maka kita akan jauh dari memikirkan hal-hal yang sifatnya sia-sia dan hanya terbatas pada kepuasan duniawi saja. Pengertian yang gelap merupakan stadium selanjutnya, dimana kita mulai kehilangan hikmat, menjadi sulit untuk membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan yang salah. Kemudian kita akan semakin jauh dari bersekutu dengan Tuhan. Kita akan lebih tertarik pada segala kenikmatan duniawi dan mulai malas untuk menghampiri Tuhan. Doa mulai jarang, saat teduh atau beribadah bolong-bolong dan semakin lama semakin jarang. Hal ini akan membuat perasaan menjadi tumpul. Tidak ada lagi suara Tuhan yang didengar, hati nurani menjadi kaku sehingga semakin jauh dari kebenaran firman Tuhan. Kemudian stadium selanjutnya adalah menyerah pada hawa nafsu. Semua yang dikejar hanyalah untuk pemuasan nafsu semata, dan sampailah pada stadium kronis, hidup dengan nyaman dalam berbagai macam kecemaran. Yakobus seolah melanjutkan 6 stadium ini hingga sampai pada kesimpulan. "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15).

Bagaimana kita bisa menghindari 6 stadium menuju dosa yang berujung maut ini? Mari kita kembali pada Efesus. Ayat selanjutnya dari 6 stadium itu adalah: "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus." (Efesus 4:20). Ya, bagi yang mengenal Kristus, tidak demikian seharusnya yang terjadi. Dalam Kristus ada kebenaran yang nyata. (ay 21). Selanjutnya dikatakan bahwa kita harus menanggalkan manusia lama dan mengalami perubahan sebagai manusia baru dalam roh dan pikiran. "yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (ay 22-24). Singkatnya, kita harus hidup sepikir dan seperasaan seperti Yesus. Kita harus menaruh pikiran dan perasaan kita selaras dengan Kristus. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Filipi 2:5).

Mari kita introspeksi sejenak, ada di stadium manakah kita sekarang? Puji Tuhan jika anda sudah kembali "sehat", terhindar dari penyakit menuju dosa itu. Bagi teman-teman yang masih berada pada salah satu stadium di atas, berubahlah dan kembalilah pada kebenaran Kristus yang nyata. Masih ada kesempatan, masih ada waktu, dan Tuhan hari ini tetap mengulurkan tanganNya untuk menerima kehadiran anda kembali. Dia mengasihi anda lebih dari apapun dan tidak ingin satupun menuju maut. Semakin cepat semakin bagus, sebelum perubahan itu menjadi sangat sulit bahkan terlambat.

Ambil tindakan nyata pada stadium manapun agar anda tidak lagi terseret dalam pusaran menuju maut

Monday, June 15, 2009

Keputusan yang Mengubah

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: 2 Korintus 3:5-6
=======================
"Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan."

keputusan, berbantahSetiap hari dalam hidup ini kita dihadapkan pada berbagai keputusan yang harus diambil. Apakah kita mau terus tidur atau kita bangun, melakukan saat teduh dan bekerja, apakah kita memilih untuk bekerja sungguh-sungguh atau malas-malasan, apakah kita memilih untuk jujur atau menipu, apakah kita memilih untuk mengasihi atau membenci, mendendam atau mengampuni, dan sebagainya. Setiap hari dalam masalah-masalah yang mungkin sepele dan tidak kita pikirkan, sebenarnya kita berhadapan dengan decision making, dimana sadar atau tidak, apa yang kita putuskan itu akan berpengaruh pada masa depan kita. Sebuah keputusan yang diambil malah mampu mengubah dunia. Lihatlah Bunda Teresa. Keputusan yang ia ambil tidaklah mudah, tapi keputusan untuk melayani di India ternyata memberkati begitu banyak orang dan dikenang dunia hingga hari ini. Bayangkan jika beliau mengambil keputusan yang berbeda, maka sejarah dunia pun akan berbeda. Ada begitu banyak keputusan yang pada awalnya kecil atau sederhana, tapi kemudian bisa berakibat pada perubahan besar.

Saya tertarik melihat bagaimana pada mulanya reaksi Musa ketika ia hendak dipakai Tuhan. Musa adalah nabi yang luar biasa dan dihormati oleh begitu banyak orang dari kepercayaan yang berbeda, dari generasi ke generasi hingga hari ini.Tapi lihatlah bahwa untuk menjadi besar seperti itu, Musa terlebih dahulu melewai sebuah proses. Alkitab mencatat bahwa pada awalnya Musa sempat berbantah-bantahan dengan Tuhan. Ia terus mencari alasan, berkelit agar tidak perlu meninggalkan zona nyamannya untuk dipakai Tuhan. Mari kita lihat reaksi Musa ketika ia hendak diutus Tuhan. "Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?"(Keluaran 4:1). Tuhan pun kemudian menunjukkan beberapa mukjizat. Patuhkah Musa? Belum. Ia kembali berbantah. "Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (ay 10). Tuhan kemudian mengatakan bahwa semua itu adalah ciptaanNya, termasuk mulut dan lidah Musa, dan bukan "ringan" mulut Musa yang Tuhan minta namun kesediaannya. Sebab Tuhan sendiri yang akan menyertai lidah dan mengajar apa yang harus ia katakan. (ay 11). Tapi Musa kembali berkelit. "Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus." (ay 13). Dan Tuhan pun murka. Musa kemudian takut, dan ia memilih untuk mengikuti perintah Tuhan. Dalam ayat 18 kita membaca akhirnya Musa mengambil keputusan untuk taat menjalani apa yang diperintahkan Tuhan, dan setelah itu kita tahu bagaimana Tuhan memakai Musa secara luar biasa, dimana hasilnya masih tetap dikenang orang hingga hari ini dan menjadi salah satu bagian terpenting dalam sejarah dunia. Masalah berkelit dan berbantah ini tidak hanya dilakukan Musa. Ada beberapa nabi lainnya yang juga melakukan hal ini. Nabi Yeremia misalnya. Ia berkelit dengan alasan bahwa ia masih terlalu muda dan belum saatnya untuk tampil di depan. (Yeremia 1:6). Atau Yunus yang memilih untuk melarikan diri dari tugas yang disematkan Tuhan kepadanya. Pada akhirnya kita tahu bagaimana mereka dipakai Tuhan secara luar biasa. Lihatlah bahwa semua itu berawal dari sebuah keputusan. Tuhan boleh mengutus, namun jika orang yang bersangkutan tidak mengambil keputusan maka tidak akan bisa membawa perubahan apa-apa. Keputusan yang kita ambil hari ini akan sangat menentukan di masa depan.

Seringkali kita sulit untuk melepaskan diri dari zona kenyamanan kita. Kita terbiasa untuk punya seribu satu alasan untuk menghindar dari apa yang diinginkan Tuhan untuk kita perbuat. Jangankan melayani, membantu orang yang susah saja rasanya sudah berat. Padahal Tuhan ingin kita semua menjadi perpanjangan tanganNya untuk mewartakan Injil, menjadi garam dan terang, agar dunia bisa mengenal Kristus dan selamat lewat diri kita masing-masing. Terlalu muda, terlalu tua, tidak pandai bicara, terlalu sibuk, sulit menghadapi orang, kekhawatiran ini dan itu, bagaimana jika begini dan begitu, semua ini selalu menjadi alasan kita untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Musa, Yeremia, Yunus, mereka ini pada awalnya tidak menyadari bahwa sebenarnya bukan kekuatan dan kehebatan mereka yang Tuhan minta, namun kesediaan mereka. Karena Tuhan sendirilah yang sebenarnya bekerja. Kepada Yeremia, Tuhan memberikan jawaban demikian: "Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan." (Yeremia 1:7). Apa dasarnya? "Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN." (ay 8). Lihatlah bahwa sebenarnya Tuhan sendiri yang bekerja. Siapapun bisa dipakai Tuhan secara luar biasa, karena Tuhan tidak butuh ahli-ahli melainkan butuh hati yang rindu untuk mengasihi orang lain, seperti halnya Tuhan telah mengasihi kita. Mereka, dan juga kita, anda dan saya, hanyalah perantara-perantara dimana Tuhan rindu untuk melakukan pekerjaanNya melalui kita. Tuhan tahu persis kekurangan dan kelemahan kita masing-masing. Tapi itu semua tidaklah menjadi penghalang bagi kita untuk mampu bekerja di ladang Tuhan. Tidakkah itu adalah sebuah kehormatan jika Tuhan mau memakai kita?

"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 1:8). Kata "mencintai kesetiaan" dalam bahasa Inggris disebut: "to love kindness and mercy". Tuhan telah memberikan segala sesuatu yang baik kepada kita, tidakkah wajar jika Tuhan menuntut kita pula untuk selalu suka berbuat baik, mengasihi orang lain, membantu mereka dan memperkenalkan kebesaran Tuhan pada mereka? Tuhan menghendaki setiap orang bisa diselamatkan dan bisa memperoleh pengetahuan akan kebenaran. (1 Timotius 2:4). Tidak ada satupun manusia di kolong bumi ini yang Dia inginkan untuk binasa. Karenanya Tuhan mau memakai kita semua untuk melakukan pekerjaan yang bisa membawa keselamatan bagi banyak orang. Ayat bacaan hari ini berisi penjelasan Paulus mengenai prinsip seorang pengerja. "Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan." (2 Korintus 3:5-6). Ya, bukan kekuatan dan kemampuan kita yang diandalkan dan membuat kita sanggup, tapi Tuhan sendiri yang bekerja melalui kita. Ketika Tuhan memilih anda dan saya untuk sebuah pekerjaan penting di ladangNya, itu artinya Tuhan pasti memberi kita kemampuan untuk melaksanakannya. Ada Roh Kudus yang akan terus membimbing kita untuk bekerja. Saya tidak akan mungkin bisa menulis renungan setiap hari selama setahun setengah jika mengandalkan kekuatan saya sendiri. Saya bukan lulusan sekolah Alkitab, bukan pendeta, bahkan masih terbilang baru menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Namun keputusan yang saya ambil untuk mau bekerja bagi Dia membawa begitu banyak perubahan. Saya menyaksikan sendiri berkali-kali bagaimana kuasa Tuhan begitu luar biasa, saya begitu bersukacita melihat banyak orang dipulihkan. Betapa indahnya mengalami Tuhan secara nyata bersama-sama dengan saudara-saudara yang dipulihkan! Jangan sampai ada di antara kita yang menolak tugas yang telah Dia berikan bagi kita. Tidak harus selalu menjadi pengkotbah, pengerja, diaken, worship leader, pemusik, tapi bisa dalam bentuk apapun, bahkan di luar lingkungan gereja. Di market place, di kantor, di kampus, akan ada perubahan nyata ketika kita mau mengambil keputusan untuk mengikuti apa yang diinginkan Tuhan. Melayani merupakan kewajiban kita sebagai anak-anak Tuhan. Akan ada konsekuensinya ketika kita menolak apa yang Tuhan gariskan untuk kita. "Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru." (Amsal 21:13) Dari kisah Musa pun kita melihat bahwa membantah Tuhan akan mendatangkan murkaNya. So, find your calling, and follow what God wants you to do. Make the right decision today!

Keputusan kecil yang anda ambil saat ini mampu mendatangkan perubahan besar

Sunday, June 14, 2009

Dangerous Mind

webmaster | 10:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: 1 Petrus 5:7
====================
"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."

dangerous mind,kekhawatiranSebuah perbincangan menarik pernah saya lakukan dengan seorang musisi jazz ternama Indonesia. Ia menceritakan bagaimana eksplorasi dan interpretasinya bermusik bisa terdengar begitu liar. Menurutnya, otak (pikiran) dan perasaan manusia itu sesungguhnya liar. Bisa sangat kreatif, produktif, tapi sebaliknya juga bisa destruktif, kejam, manipulatif dan berbahaya. Adalah sangat penting untuk bisa mengendalikan pikiran katanya. Maka ia pun menuangkan ke"liar"an pikiran dan perasaan itu pada konsep bermusik, agar pikirannya tetap dalam kondisi normal dan stabil. Otak manusia memang kompleks dan bisa membuat kita menjadi begitu kreatif, hingga destruktif. We are iving in a dangerous mind, itu yang saya simpulkan dari perbincangan saya dengan si pemusik.

Pikiran dan perasaan kita memang bisa menjadi titik-titik lemah yang mudah diserang iblis. Betapa seringnya kita menjadi tertuduh lewat pikiran dan perasaan kita sehingga kita sulit untuk bertumbuh, sulit untuk maju. Kesalahan di masa lalu, penyesalan-penyesalan, memori kepahitan, sampai kepada anggapan bahwa semua itu akan menjadikan kita orang-orang yang gagal di masa depan, tanpa kebahagiaan, tanpa kemenangan. "You are nothing but a loser, you don't deserve the best.." demikian yang pernah dirasa seorang teman dalam hatinya. Betapa ragunya ia bahwa ke depannya dia tidak akan pernah bahagia. Tuduhan demi tuduhan seperti itu terkadang hadir di dalam pikiran kita. Itu adalah tipu muslihat iblis yang terus berusaha menjerumuskan kita. Iblis tidak pernah ingin kita bahagia! Sebaliknya, Tuhan menjanjikan rancanganNya yang terbaik bagi kita. Tidak ada rancangan kecelakaan, melainkan hanya rancangan damai sejahtera yang menjanjikan hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11). Tapi kita seringkali menjadi tertuduh. Iblis senang memanfaatkan berbagai kesalahan di masa lalu kita untuk menuduh kita menjadi tersangka, yang tidak akan pernah mendapatkan kemenangan dalam hidup. Kekhawatiran akan hari depan, bahkan akan hari ini, itu seringkali membuat kita sulit untuk maju.

Petrus sadar betul bahwa manusia sulit lepas dari yang namanya kekhawatiran. Ia mengingatkan kita untuk selalu sadar bahwa ada Tuhan yang begitu mengasihi kita dengan setia, dan selalu sangat peduli memelihara kita hingga mencapai masa depan yang gilang gemilang. "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Kita selalu bisa datang kepadaNya dan melegakan pikiran kita. We can always come to Him and let our mind be free! Dalam versi bahasa Inggris, kata kekhawatiran itu di terjemahkan dengan lebih detail. "Casting the whole of your care (all your anxieties, all your worries, all your concerns, once and for all) on Him, for He cares for you affectionately and cares about you watchfully." Lihatlah betapa baiknya Tuhan, sehingga kita bisa selalu datang untuk menyerahkan segala pikiran yang merintangi kita untuk bertumbuh dan terus maju.

Saya terlahir sebagai orang yang selalu dicekam rasa takut. Kekhawatiran, kecemasan, ketidakpercayaan diri, semua itu memenuhi saya seiring bertumbuh hingga dewasa. Tapi kemudian setelah mengenal Kristus, saya pun belajar untuk selalu menyerahkan segala hal yang mengganggu pikiran saya kepada Tuhan, dan Tuhan pun memberi kelegaan demi kelegaan. Itu janji Tuhan, dan Dia sudah membuktikan hal itu berulang kali dalam perjalanan hidup saya hingga hari ini.

Intinya, dekatlah pada Tuhan. Rajinlah untuk berdialog dalam doa. Serahkan semua permasalahan kita, dan rajin-rajinlah untuk mendengar apa kata Tuhan. "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:7). Tuhan menyediakan damai sejahtera dan berkat-berkat berlimpah, jauh melebihi segala akal manusia. Dia pun akan selalu memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus. Be really close to Him, then He will surely guide our heart and mind, in the name of Jesus. Jangan pernah ragu akan hal itu. Jangan beri kesempatan pada iblis (Efesus 4:27) untuk mempengaruhi kita, tapi berikanlah semua pikiran kita untuk dipelihara langsung oleh Tuhan. "Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat." (2 Tesalonika 3:3). Itu janji Tuhan, dan tidak ada satupun dari janji Tuhan yang tidak akan Dia tepati. Apa yang Dia rencanakan bagi kita sungguh baik. Dia sudah melemparkan dosa-dosa kita jauh ke dalam tubir laut, Dia tidak lagi mengingat-ingat dosa-dosa kita, ketika kita sudah datang kepadaNya dengan hati yang hancur lewat pertobatan sungguh-sungguh. Maka hari depan yang penuh harapan membentang luas di depan kita. Dalam nama Yesus, itu semua dijanjikan kepada kita, dan itu nyata adanya. Iblis boleh saja mencoba membuat kita kacau dengan segala ketakutan, tipu muslihatnya boleh saja mencoba menuduh kita, mematahkan semangat kita, tapi tetap ingat bahwa Tuhan tetap ada memelihara kita! Serahkanlah semua kekhawatiran kita, pikiran kita, perasaan kita kepada Tuhan, dan yakinlah bahwa Dia akan selalu menguatkan kita. Jangan takut untuk melangkah, berhentilah menyeret beban berat dari kesalahan masa lalu, karena Tuhan sudah melepaskan kita. Songsong hari depan yang penuh harapan, penuh damai sukacita yang berlimpah, seperti yang Tuhan janjikan.

Cast your mind to God, and you shall be fine

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker