Ayat bacaan: 1 Korintus 15:33
======================
"Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."
Masih ingat renungan tentang HIV bulan Agustus lalu? Disana saya menceritakan tentang seorang mahasiswa saya yang ternyata terjangkit HIV akibat penggunaan narkoba lewat pemakaian jarum suntik. Bagaimana ia bisa terkena penyakit mematikan ini? Semua adalah akibat pergaulan yang salah. Teman-temannya sesama pemakai hanya mengatakan bahwa memakai narkoba itu enak dan tidak pernah menyinggung tentang bahaya yang ditimbulkan. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah besar dalam hidup yang berujung pada penyesalan. Hamil diluar nikah akibat salah memilih pasangan yang tidak baik, menjadi pemabuk akibat terbiasa minum-minum bersama teman, kecanduan clubbing/dugem tanpa kenal waktu, terjerumus pada macam-macam kejahatan, menderita penyakit mematikan akibat kebiasaan buruk dan tidak menjaga tubuh dan lain-lain semuanya seringkali berawal dari bentuk pergaulan yang buruk. Itu contoh ekstrim. Untuk kasus yang lebih "ringan", ada teman-teman atau lingkungan yang hobinya mematahkan semangat kita dengan pernyataan-pernyataan negatif. Bayangkan betapa sulitnya tumbuh jika kita ada dalam sebuah lingkungan negatif seperti ini. Contoh lain, ada orang yang merasa sungkan untuk berdoa sebelum makan ketika berada bersama teman-temannya yang berbeda keyakinan. Bahkan tidak jarang ada pula yang menyangkal kekristenan dirinya karena tidak ingin tersisih dalam pergaulan. Semua ini adalah contoh nyata dari dampak yang ditimbulkan dari pergaulan yang buruk. Ketika orang mulai mengorbankan imannya demi pergaulan atau lingkungannya, kasih mula-mula pun akan terkikis hingga lama-lama hilang.
Lingkungan pergaulan adalah salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter kita. Dalam ayat bacaan hari ini, Paulus mengingatkan jemaat Korintus untuk berhati-hati dalam memilih pergaulan agar mereka tidak sampai sesat. Ajakan yang sama tentunya berlaku untuk kita, terutama hari-hari ini dimana begitu banyak pergaulan yang dapat menjerumuskan kita ke dalam berbagai bentuk dosa terutama lewat keinginan daging. Dalam ayat lain, Paulus pun mengingatkan agar kita jangan bergaul dengan orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu, sekalipun mereka menyebut diri mereka saudara. (1 Korintus 5:11). Semua ini bertujuan baik, agar kita tidak terpengaruh, kehilangan kasih mula-mula dan mengalami degradasi iman. Jika tidak berhati-hati, tanpa sadar kita menjadi semakin jauh dari Tuhan dan akibatnya dapat terjerumus dalam kuasa kegelapan. Kita pun akan kehilangan semua janji Allah. Karenanya kita harus berhati-hati dalam memilih teman dan lingkungan pergaulan kita. Setidaknya kita harus mampu menyaring atau menetralisir dampak dari sebuah lingkungan pergaulan yang buruk.
Disisi lain, kita tidak boleh juga bertindak terlalu ekstrim hingga kita menganggap orang yang berbeda keyakinan sebagai kenajisan. Dalam Kisah Para Rasul 10:28, Petrus mengatakan bahwa dalam menghadapi orang lain yang berbeda, kita tidak boleh menyebut mereka najis atau tahir (haram). Kita tetap harus membuka diri, karena Tuhan mau pakai kita untuk menyatakan kemuliaanNya dan mengenalkan kasih Kristus pada orang lain. Tuhan butuh hati kita untuk mengasihi, butuh tangan-tangan yang menyembuhkan, butuh kaki kita untuk pergi bergerak dan suara untuk menyatakan kebenaran. Sebagaimana kita merasakan kasih Allah dalam hidup kita, seperti itu pula kita harus mengasihi saudara-saudara kita yang lain. "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Tanpa membuka diri dan melihat saudara-saudara yang belum mengenal Kristus dengan kacamata kasih, kita tidak akan mampu mengenalkan pribadi Yesus lewat segala hal yang kita lakukan. Jadi kita tetap harus mau membuka diri dan mengasihi tanpa terkecuali, namun dilain pihak kita tetap harus menjaga diri kita agar berbagai keinginan daging yang berbuah dosa tidak sampai mencemari kita. Yang penting iman kita harus mampu terus bertumbuh, bukan sebaliknya malah berkompromi dengan dunia.
Sangat baik, jika kita mampu menjadi terang dalam kegelapan, namun pada saat yang sama berhati-hatilah agar kita tidak malah ikut-ikutan menjadi gelap. "Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan." (Galatia 6:1). Kita harus terus memastikan agar kasih mula-mula tidak redup bahkan padam sambil tetap mengulurkan tangan bagi mereka yang sesat agar kembali kepada Bapa. Tetaplah tekun menjaga iman, jangan mengorbankannya demi berkompromi dengan dunia. Jika anda mulai merasa tawar dan kehilangan kasih mula-mula dalam sebuah lingkungan pergaulan, kembalilah segera pada Tuhan dan jangan biarkan diri anda terjerumus makin dalam. Tuhan sangat mengasihi kita dan ingin kita pun tetap mengasihiNya seperti saat pertama kali kita jatuh cinta padaNya.
Miliki iman yang terus bertumbuh dan jangan sampai terpengaruh pada pergaulan yang buruk
Sunday, November 30, 2008
Saturday, November 29, 2008
Kehilangan Kasih Mula-Mula (5) : Rutinitas
Ayat bacaan: Yesaya 29:14-15
=======================
"Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi."
Di saat orang pertama kali jatuh cinta, mereka akan merasakan segala-galanya sangat indah. Yang paling pahit pun terasa manis. Segala kekurangan pasangannya akan dirasa seperti sebuah kelebihan dengan perasaan cinta yang meluap-luap. Semua hal yang dapat menyenangkan kekasih akan dilakukan dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Itu hal yang biasa kita jumpai ketika orang yang baru jatuh cinta. Pada suatu saat ketika sebuah hubungan berjalan sebagai sebuah rutinitas dari hari ke hari, perlahan orang akan mulai kehilangan rasa cinta yang meluap-luap seperti di awal. Tidak lagi ada gairah disana, tidak lagi ada semangat dan hasrat untuk melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya demi orang yang kita cintai, tapi hanya didasarkan semata-mata karena itu adalah sebuah kewajiban. Ketika pertama kali lahir baru, kita pun mengalami cinta yang meluap-luap pada Kristus. Kita akan sangat termotivasi dan bersemangat ketika melakukan ibadah karena kita sangat mengasihi Kristus. Namun lama kelamaan jika semua itu menjadi satu rutinitas, tanpa sadar banyak diantara anak-anak Tuhan yang akhirnya kehilangan arah dan tujuan, kehilangan kasih mula-mula mereka.
Ada banyak orang yang rajin ke gereja, rajin berdoa, namun melakukannya hanya karena sebuah kebiasaan atau rutinitas. Dulu saya pernah bertanya kepada seorang teman, untuk apa ia pergi ke gereja pagi-pagi benar? Ia menjawab karena ia orang kristen, dan ia harus ke gereja supaya tidak dimarahi orang tuanya. Ketika ibadah dilakukan hanya atas alasan sebuah rutinitas semata, kebosanan dan kejenuhan pun mengintip. Gairah akan hilang, kasih menurun, dan akhirnya orang bisa kehilangan kasih mula-mula mereka kepada Tuhan.
Di dalam rutinitas seringkali kita temui kejenuhan. Segala sesuatu terasa membosankan dan monoton. Tidak ada gairah dan semangat di dalamnya, dan orang akan menjadi lupa pada motivasi, alasan atau tujuan sebenarnya dari apa yang mereka lakukan. Dalam kehidupan rohani pun tujuan beribadah ini bisa melenceng menjadi sekedar rutinitas. Mungkin awalnya dilakukan karena sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, namun seiring waktu, semuanya menjadi pola kebiasaan yang tidak lagi didasarkan dari hati yang mengasihi. Ada banyak orang yang berdoa hanya menyampaikan teks hafalan itu-itu saja, karena sudah setiap hari mengucapkan hal yang sama. Ada pula yang memang hadir di gereja, tapi mereka tidaklah memiliki hati yang haus akan firman Tuhan, bukan mencari Tuhan. Mereka akan mengobrol, mencari humor dari kotbah pendeta, atau sms-an. Ketika hal ini terjadi, kita bisa melihat bahwa kasih mula-mula yang pernah mereka alami sudah terkikis. Ketika ada orang yang menganggap sebuah kotbah membosankan, atau "acara"nya buruk, lagu-lagunya tidak enak, tidak sesuai selera dan sebagainya, itu karena mereka mementingkan tata caranya di atas hubungan pribadi dengan Tuhan. Jika itu terjadi, bukan gerejanya yang buruk, tapi hubungan pribadi mereka dengan Tuhan lah yang buruk. Ibadah tidak berbicara soal selera, melainkan berbicara tentang kerohanian seseorang dalam membangun hubungan dengan Tuhan.
Sebuah ibadah yang baik seperti yang diajarkan Yesus sendiri adalah menyembah Allah didalam Roh dan kebenaran. (Yohanes 4:24). Adalah penting bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas Roh dan kebenaran secara terus menerus, dan itu semua tidaklah akan berhasil apabila kita kehilangan kasih mula-mula dan melakukan ibadah hanya sebagai simbol maupun rutinitas semata. Sebuah ibadah sejati digambarkan jelas oleh Paulus. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Roma 12:1). Sebuah ibadah hendaklah dilakukan atas kasih dan rasa syukur tak terhingga bagi Allah saja. Janganlah sampai semua itu hanya merupakan rutinitas tanpa disertai rasa maupun ucapan syukur yang tulus dari hati dan akibatnya kita menjadi bodoh dan kehilangan penyertaan Allah dalam hidup kita. "Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh." (Roma 1:21). Sebuah ibadah sejati tidak boleh terbatas hanya pada ritual-ritual keagamaan, rajin ke gereja, aktif dalam pelayanan atau ikut persekutuan, tapi ibadah sejati haruslah juga menyangkut sebuah hubungan atas kasih dan syukur kepada Tuhan dalam Roh dan Kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, kapan saja dan dimana saja.
Miliki motivasi dan dasar yang benar dalam beribadah agar kita tidak kehilangan kasih mula-mula
=======================
"Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi."
Di saat orang pertama kali jatuh cinta, mereka akan merasakan segala-galanya sangat indah. Yang paling pahit pun terasa manis. Segala kekurangan pasangannya akan dirasa seperti sebuah kelebihan dengan perasaan cinta yang meluap-luap. Semua hal yang dapat menyenangkan kekasih akan dilakukan dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Itu hal yang biasa kita jumpai ketika orang yang baru jatuh cinta. Pada suatu saat ketika sebuah hubungan berjalan sebagai sebuah rutinitas dari hari ke hari, perlahan orang akan mulai kehilangan rasa cinta yang meluap-luap seperti di awal. Tidak lagi ada gairah disana, tidak lagi ada semangat dan hasrat untuk melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya demi orang yang kita cintai, tapi hanya didasarkan semata-mata karena itu adalah sebuah kewajiban. Ketika pertama kali lahir baru, kita pun mengalami cinta yang meluap-luap pada Kristus. Kita akan sangat termotivasi dan bersemangat ketika melakukan ibadah karena kita sangat mengasihi Kristus. Namun lama kelamaan jika semua itu menjadi satu rutinitas, tanpa sadar banyak diantara anak-anak Tuhan yang akhirnya kehilangan arah dan tujuan, kehilangan kasih mula-mula mereka.
Ada banyak orang yang rajin ke gereja, rajin berdoa, namun melakukannya hanya karena sebuah kebiasaan atau rutinitas. Dulu saya pernah bertanya kepada seorang teman, untuk apa ia pergi ke gereja pagi-pagi benar? Ia menjawab karena ia orang kristen, dan ia harus ke gereja supaya tidak dimarahi orang tuanya. Ketika ibadah dilakukan hanya atas alasan sebuah rutinitas semata, kebosanan dan kejenuhan pun mengintip. Gairah akan hilang, kasih menurun, dan akhirnya orang bisa kehilangan kasih mula-mula mereka kepada Tuhan.
Di dalam rutinitas seringkali kita temui kejenuhan. Segala sesuatu terasa membosankan dan monoton. Tidak ada gairah dan semangat di dalamnya, dan orang akan menjadi lupa pada motivasi, alasan atau tujuan sebenarnya dari apa yang mereka lakukan. Dalam kehidupan rohani pun tujuan beribadah ini bisa melenceng menjadi sekedar rutinitas. Mungkin awalnya dilakukan karena sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, namun seiring waktu, semuanya menjadi pola kebiasaan yang tidak lagi didasarkan dari hati yang mengasihi. Ada banyak orang yang berdoa hanya menyampaikan teks hafalan itu-itu saja, karena sudah setiap hari mengucapkan hal yang sama. Ada pula yang memang hadir di gereja, tapi mereka tidaklah memiliki hati yang haus akan firman Tuhan, bukan mencari Tuhan. Mereka akan mengobrol, mencari humor dari kotbah pendeta, atau sms-an. Ketika hal ini terjadi, kita bisa melihat bahwa kasih mula-mula yang pernah mereka alami sudah terkikis. Ketika ada orang yang menganggap sebuah kotbah membosankan, atau "acara"nya buruk, lagu-lagunya tidak enak, tidak sesuai selera dan sebagainya, itu karena mereka mementingkan tata caranya di atas hubungan pribadi dengan Tuhan. Jika itu terjadi, bukan gerejanya yang buruk, tapi hubungan pribadi mereka dengan Tuhan lah yang buruk. Ibadah tidak berbicara soal selera, melainkan berbicara tentang kerohanian seseorang dalam membangun hubungan dengan Tuhan.
Sebuah ibadah yang baik seperti yang diajarkan Yesus sendiri adalah menyembah Allah didalam Roh dan kebenaran. (Yohanes 4:24). Adalah penting bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas Roh dan kebenaran secara terus menerus, dan itu semua tidaklah akan berhasil apabila kita kehilangan kasih mula-mula dan melakukan ibadah hanya sebagai simbol maupun rutinitas semata. Sebuah ibadah sejati digambarkan jelas oleh Paulus. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Roma 12:1). Sebuah ibadah hendaklah dilakukan atas kasih dan rasa syukur tak terhingga bagi Allah saja. Janganlah sampai semua itu hanya merupakan rutinitas tanpa disertai rasa maupun ucapan syukur yang tulus dari hati dan akibatnya kita menjadi bodoh dan kehilangan penyertaan Allah dalam hidup kita. "Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh." (Roma 1:21). Sebuah ibadah sejati tidak boleh terbatas hanya pada ritual-ritual keagamaan, rajin ke gereja, aktif dalam pelayanan atau ikut persekutuan, tapi ibadah sejati haruslah juga menyangkut sebuah hubungan atas kasih dan syukur kepada Tuhan dalam Roh dan Kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, kapan saja dan dimana saja.
Miliki motivasi dan dasar yang benar dalam beribadah agar kita tidak kehilangan kasih mula-mula
Friday, November 28, 2008
Kehilangan Kasih Mula-Mula (4) : Cinta Dunia
Ayat bacaan: 1 Yohanes 2:15
=====================
"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu."
Begitu banyak yang ditawarkan dunia ini buat kenyamanan, kemudahan dan kemewahan hidup. Harta, jabatan, status, semua itu dijamin bisa mempermudah hidup buat ukuran dunia. Berbagai iklan menawarkan banyak hal yang secara duniawi bisa membuat anda lebih nyaman. Dunia memang terus berlomba untuk membangun aspek-aspek yang bisa memuaskan keinginan manusia untuk memiliki harta dunia lengkap dengan kenikmatan dan kenyamanannya. Untuk mampu memperoleh itu semua, orang pun akan terus berusaha menimbun harta dan tanpa sadar akan terjerumus menjadi hamba uang. Mereka akan tidak lagi perduli darimana uang itu berasal, bagaimana cara mendapatkannya, karena mereka mendasarkan segala sesuatunya kepada benda-benda mati yang sifatnya duniawi. Jelas,karenanya mereka akan kehilangan kasih mula-mula dan semakin jauh dari Tuhan. Mereka akan lebih tertarik untuk mengamankan aset-asetnya sambil terus mencari jalan untuk memperoleh lebih banyak lagi ketimbang memikirkan hal-hal bersifat surgawi. Begitu pula jabatan. Lihatlah bagaimana orang menghalalkan segala cara untuk bisa memperoleh sebuah kedudukan. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa menjadi caleg alias calon legislatif? Berapa yang harus mereka bayar agar bisa menjadi calon bupati, walikota, gubernur dan sebagainya, bahkan kepala desa? Terkadang ambisi untuk mendapat jabatan membuat orang buta, dan mereka pun mengeluarkan biaya yang jauh melebihi kemampuannya. Akibatnya, kemudian kita mendengar berbagai kisah kegagalan yang berakibat buruk. Ada yang mengerahkan massa untuk memaksakan posisinya, bahkan ada pula yang melakukan tindakan bunuh diri akibat terlilit hutang setelah kalah. Dalam alkitab pun ada banyak kisah kejatuhan akibat menghamba pada tuan yang salah, bagaimana seseorang bisa kehilangan kasih mula-mula dan kemudian meninggalkan Tuhan. Salah satu contohnya adalah Demas, salah seorang teman sepelayanan Paulus. " Karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku..." (2 Timotius 4:10). Motivasi yang salah, menghambakan harta, pangkat dan jabatan, ini semua bertentangan dengan firman Tuhan, dan tidak akan pernah membawa kebaikan dalam hidup kita.
Ayat bacaan hari ini mengingatkan kita agar jangan mengasihi dunia dan apa-apa didalamnya, seperti harta, manusia, jabatan, status dan lain-lain. Mengapa demikian? Karena jika orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. (1 Yohanes 2:15). Mari kita baca ayat selanjutnya. "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (ay 16-17). Kasih Bapa tidak akan ada didalam orang yang mengasihi dunia. Yesus juga mengingatkan bahwa manusia tidak dapat mengabdi pada dua tuan. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Mamon adalah dewa uang. Karena kita tidak dapat mengabdi pada dua tuan sekaligus, maka ketika kita lebih memilih untuk mengasihi segala yang ditawarkan dunia, kasih Allah pun hilang dari diri kita. Tuhan sendiri mengecam keras mereka yang meninggalkanNya dan berpaling pada dunia. "Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Jadi ketika orang mulai merasa memiliki segalanya, dan berkata seperti si kaya dalam "perumpamaan orang kaya yang bodoh" : "Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!" (Lukas 12:19), berhati-hatilah. Sebab itu tandanya orang tersebut sudah terperosok terlalu jauh meninggalkan Tuhan. Tuhan pun kemudian menjawab si kaya: "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?" (ay 20). Uang dan harta tidak bisa dibawa serta ketika manusia meninggalkan dunia, alangkah sia-sianya jika kita hidup semata-mata mengejar kekayaan dan jabatan kemudian meninggalkan kasih mula-mula,berpaling dari Tuhan.
Apapun yang kita miliki di dunia ini sifatnya hanya sementara, dan tidak akan dapat membahagiakan apalagi menyelamatkan kita. "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19-20). Kita melihat bahwa ada banyak orang yang kaya raya, memiliki segalanya tapi tetap tidak bahagia dan terus dicekam kekhawatiran, karena untuk bisa menikmati pun merupakan karunia Tuhan. "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkotbah 6:1-2) atau ayat berikut: "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (5:19). Semua itu, baik kekayaan maupun kemampuan untuk menikmati semunya berasal dari Tuhan, dimana tanpa mengasihiNya, kita tidak akan bisa memperoleh itu semua lengkap dengan kuasa untuk bisa menikmati, juga untuk beroleh harta surgawi yang kekal. Tuhan tidak melarang kita untuk memiliki makanan, pakaian dan kebutuhan duniawi, tapi ingatlah bahwa yang jauh lebih penting dari itu semua adlah kepemilikan terhadap harta di surga dengan segala kemuliaannya. Harta surgawi yang seharusnya menjadi bagian orang-orang percaya itulah yang bersifat kekal, dan seharusnya menjadi fokus kita. Tuhan sanggup menyediakan segalanya buat kita, karenanya kita tidak perlu bergantung pada kekayaan dan kenikmatan duniawi. Tetapi itu semua hanya ada pada orang yang sungguh-sungguh mengasihiNya. "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Karena itu, kita jangan sampai kehilangan kasih mula-mula, yang tidak saja menghalangi berkat Tuhan tercurah buat kita, tapi juga membuat kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh harta surgawi.
Harta duniawi hanyalah mampu berfungsi sebagai alat tukar yang tidak kekal dan tidak ada perlindungan apalagi keselamatan di dalamnya
=====================
"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu."
Begitu banyak yang ditawarkan dunia ini buat kenyamanan, kemudahan dan kemewahan hidup. Harta, jabatan, status, semua itu dijamin bisa mempermudah hidup buat ukuran dunia. Berbagai iklan menawarkan banyak hal yang secara duniawi bisa membuat anda lebih nyaman. Dunia memang terus berlomba untuk membangun aspek-aspek yang bisa memuaskan keinginan manusia untuk memiliki harta dunia lengkap dengan kenikmatan dan kenyamanannya. Untuk mampu memperoleh itu semua, orang pun akan terus berusaha menimbun harta dan tanpa sadar akan terjerumus menjadi hamba uang. Mereka akan tidak lagi perduli darimana uang itu berasal, bagaimana cara mendapatkannya, karena mereka mendasarkan segala sesuatunya kepada benda-benda mati yang sifatnya duniawi. Jelas,karenanya mereka akan kehilangan kasih mula-mula dan semakin jauh dari Tuhan. Mereka akan lebih tertarik untuk mengamankan aset-asetnya sambil terus mencari jalan untuk memperoleh lebih banyak lagi ketimbang memikirkan hal-hal bersifat surgawi. Begitu pula jabatan. Lihatlah bagaimana orang menghalalkan segala cara untuk bisa memperoleh sebuah kedudukan. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa menjadi caleg alias calon legislatif? Berapa yang harus mereka bayar agar bisa menjadi calon bupati, walikota, gubernur dan sebagainya, bahkan kepala desa? Terkadang ambisi untuk mendapat jabatan membuat orang buta, dan mereka pun mengeluarkan biaya yang jauh melebihi kemampuannya. Akibatnya, kemudian kita mendengar berbagai kisah kegagalan yang berakibat buruk. Ada yang mengerahkan massa untuk memaksakan posisinya, bahkan ada pula yang melakukan tindakan bunuh diri akibat terlilit hutang setelah kalah. Dalam alkitab pun ada banyak kisah kejatuhan akibat menghamba pada tuan yang salah, bagaimana seseorang bisa kehilangan kasih mula-mula dan kemudian meninggalkan Tuhan. Salah satu contohnya adalah Demas, salah seorang teman sepelayanan Paulus. " Karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku..." (2 Timotius 4:10). Motivasi yang salah, menghambakan harta, pangkat dan jabatan, ini semua bertentangan dengan firman Tuhan, dan tidak akan pernah membawa kebaikan dalam hidup kita.
Ayat bacaan hari ini mengingatkan kita agar jangan mengasihi dunia dan apa-apa didalamnya, seperti harta, manusia, jabatan, status dan lain-lain. Mengapa demikian? Karena jika orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. (1 Yohanes 2:15). Mari kita baca ayat selanjutnya. "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (ay 16-17). Kasih Bapa tidak akan ada didalam orang yang mengasihi dunia. Yesus juga mengingatkan bahwa manusia tidak dapat mengabdi pada dua tuan. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Mamon adalah dewa uang. Karena kita tidak dapat mengabdi pada dua tuan sekaligus, maka ketika kita lebih memilih untuk mengasihi segala yang ditawarkan dunia, kasih Allah pun hilang dari diri kita. Tuhan sendiri mengecam keras mereka yang meninggalkanNya dan berpaling pada dunia. "Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Jadi ketika orang mulai merasa memiliki segalanya, dan berkata seperti si kaya dalam "perumpamaan orang kaya yang bodoh" : "Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!" (Lukas 12:19), berhati-hatilah. Sebab itu tandanya orang tersebut sudah terperosok terlalu jauh meninggalkan Tuhan. Tuhan pun kemudian menjawab si kaya: "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?" (ay 20). Uang dan harta tidak bisa dibawa serta ketika manusia meninggalkan dunia, alangkah sia-sianya jika kita hidup semata-mata mengejar kekayaan dan jabatan kemudian meninggalkan kasih mula-mula,berpaling dari Tuhan.
Apapun yang kita miliki di dunia ini sifatnya hanya sementara, dan tidak akan dapat membahagiakan apalagi menyelamatkan kita. "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19-20). Kita melihat bahwa ada banyak orang yang kaya raya, memiliki segalanya tapi tetap tidak bahagia dan terus dicekam kekhawatiran, karena untuk bisa menikmati pun merupakan karunia Tuhan. "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkotbah 6:1-2) atau ayat berikut: "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (5:19). Semua itu, baik kekayaan maupun kemampuan untuk menikmati semunya berasal dari Tuhan, dimana tanpa mengasihiNya, kita tidak akan bisa memperoleh itu semua lengkap dengan kuasa untuk bisa menikmati, juga untuk beroleh harta surgawi yang kekal. Tuhan tidak melarang kita untuk memiliki makanan, pakaian dan kebutuhan duniawi, tapi ingatlah bahwa yang jauh lebih penting dari itu semua adlah kepemilikan terhadap harta di surga dengan segala kemuliaannya. Harta surgawi yang seharusnya menjadi bagian orang-orang percaya itulah yang bersifat kekal, dan seharusnya menjadi fokus kita. Tuhan sanggup menyediakan segalanya buat kita, karenanya kita tidak perlu bergantung pada kekayaan dan kenikmatan duniawi. Tetapi itu semua hanya ada pada orang yang sungguh-sungguh mengasihiNya. "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Karena itu, kita jangan sampai kehilangan kasih mula-mula, yang tidak saja menghalangi berkat Tuhan tercurah buat kita, tapi juga membuat kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh harta surgawi.
Harta duniawi hanyalah mampu berfungsi sebagai alat tukar yang tidak kekal dan tidak ada perlindungan apalagi keselamatan di dalamnya
Thursday, November 27, 2008
Kehilangan Kasih Mula-Mula (3) : Kepahitan Terhadap Sesama Manusia
Ayat bacaan: Wahyu 8:11
=======================
"Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit."
Kalau kemarin kita melihat hal kepahitan terhadap Tuhan, hari ini mari kita melihat kepahitan terhadap sesama manusia. Ada kalanya dalam perjalanan hidup kita mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan akibat perbuatan orang lain seperti ditolak, ditipu, dikhianati, dikecewakan, dilukai dan sebagainya. Hal-hal seperti ini menimbulkan luka dan terkadang membekas dalam diri kita. Endapan bekas itu kemudian menjadi trauma dan timbullah kepahitan dalam hidup. Seringkali kepahitan ini timbul bukan terhadap orang-orang yang jauh dari kita, tapi justru terhadap orang-orang yang dekat dengan kita. Orang yang kita cintai, orang-orang yang seharusnya bisa kita percaya, tetapi ternyata malah menyakiti perasaan kita. Begitu banyak istri yang mengalami kepahitan terhadap suaminya akibat dikhianati, anak yang mengalami kepahitan terhadap orang tuanya akibat tidak diperhatikan atau pengalaman-pengalaman traumatis di masa kecil, kepahitan terhadap saudara sendiri dan lain-lain. Orang yang mengalami kepahitan lama-lama akan mengalami krisis kepercayaan. Mereka akan selalu dilingkupi rasa curiga, akan selalu merasa tidak aman, yang seringkali berlebihan. Mereka akan sulit percaya agar tidak terjebak untuk kesekian kalinya. Mereka akan membangun tembok tebal dan tinggi dimana mereka akan mengurung diri mereka didalamnya. Ada seorang teman yang trauma karena dikhianati kekasihnya, dan saat ini ia tidak berani untuk menerima orang lain. Ia berkata bahwa ia harus menjaga jarak dari siapapun, tidak mau terlalu dekat dengan siapapun, karena semua orang punya potensi untuk mengecewakannya. Ia juga menjadi rendah diri,selalu merasa kurang dari orang lain. Rasa sulit percaya pada orang lain ini adalah masalah hati, yang jika dibiarkan berlarut-larut lama kelamaan akan mencemarkan kerohanian juga. Mereka pun akan sampai kepada tahap dimana mereka sulit percaya pada Tuhan, dan akhirnya kehilangan kasih mula-mula.
Saya mengerti bahwa terkadang tidaklah mudah bagi kita untuk mengampuni, apalagi jika kepahitan itu timbul akibat sesuatu yang sangat menyakitkan dan traumatis. Perkosaan, pelecehan seksual, siksaan dalam waktu lama dan lain-lain bisa membuat para korban merasa masa depannya hancur sehingga mereka akan sulit untuk melangkah ke depan. Tapi Alkitab tetap mengajarkan untuk mengampuni, seperti Tuhan pun senantiasa siap untuk mengampuni kita. Kita manusia yang tidak luput dari kesalahan dan terus berbuat dosa. "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23), tapi lihatlah betapa Allah begitu mengasihi kita. Ayat selanjutnya berkata "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (ay 24). Itulah bentuk kasih Tuhan pada kita. Berkali-kali kita jatuh dalam dosa, tapi Tuhan tetap tidak kenal lelah memberi pengampunan. Inilah prinsip pengampunan yang tuntas. Dia tidak akan mengungkit lagi dosa-dosa di masa lalu yang telah kita akui dengan pertobatan sungguh-sungguh. Bentuk kasih seperti inilah yang diajarkan Kristus untuk kita lakukan. Dalam Matius 28:22, menjawab pertanyaan Petrus, Tuhan Yesus berkata bahwa kita haruslah mengampuni tidak hanya tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Ini menggambarkan pengampunan tak terbatas yang harus mampu kita sediakan. Lalu Yesus juga mengingatkan: "Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." (Lukas 17:3-4). Yesus meminta kita untuk menjaga diri agar selalu siap untuk memberikan pengampunan tanpa terkecuali dan tanpa batas. Selanjutnya ada hubungan kuat antara mengampuni dan diampuni. "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.") (Markus 11:26).
Kita harus mampu membuang segala kepahitan dalam hidup dan menggantikannya dengan kemampuan untuk mengampuni sebagaimana Tuhan sendiri mengampuni kita lewat Kristus. "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:31-32). Menghadapi kepahitan terhadap orang lain kunci pertamanya adalah memaafkan. Bukan sekedar memaafkan dari luar, tapi kita harus mampu memberi pengampunan tulus dan ikhlas yang berasal dari hati. Tanpa melakukan hal ini, kita akan terhalang untuk menerima berkat dan pertolongan Tuhan. Percayalah Tuhan mampu mengangkat kepahitan itu hingga ke akar-akarnya bahkan menggantikannya dengan damai sukacita dalam hidup yang berkelimpahan. Jika kita lihat ayat bacaan hari ini, sebuah bintang besar bernama Apsintus jatuh dari langit kemudian membuat sepertiga dari semua air menjadi pahit, dan orang yang meminumnya akan mati. Kepahitan itu mematikan. kepahitan terhadap orang lain haruslah diatasi sesegera mungkin agar tidak menjadi racun yang menghilangkan kasih mula-mula, terus menghancurkan bahkan mematikan kita. Jangan sampai kepahitan membuat kita kehilangan kasih mula-mula, tapi berikanlah pengampunan, tetaplah ingat kasih Allah, tetaplah percaya pada kuasaNya, sehingga Tuhan akan mengobati kepahitan itu dan menggantikannya dengan damai sejahtera, sukacita dan berkat-berkat lainnya.
Kepahitan itu mematikan. Pilihlah hidup yang penuh berkat dan kelimpahan dengan menjaga kasih mula-mula tetap menyala
=======================
"Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air menjadi apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab sudah menjadi pahit."
Kalau kemarin kita melihat hal kepahitan terhadap Tuhan, hari ini mari kita melihat kepahitan terhadap sesama manusia. Ada kalanya dalam perjalanan hidup kita mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan akibat perbuatan orang lain seperti ditolak, ditipu, dikhianati, dikecewakan, dilukai dan sebagainya. Hal-hal seperti ini menimbulkan luka dan terkadang membekas dalam diri kita. Endapan bekas itu kemudian menjadi trauma dan timbullah kepahitan dalam hidup. Seringkali kepahitan ini timbul bukan terhadap orang-orang yang jauh dari kita, tapi justru terhadap orang-orang yang dekat dengan kita. Orang yang kita cintai, orang-orang yang seharusnya bisa kita percaya, tetapi ternyata malah menyakiti perasaan kita. Begitu banyak istri yang mengalami kepahitan terhadap suaminya akibat dikhianati, anak yang mengalami kepahitan terhadap orang tuanya akibat tidak diperhatikan atau pengalaman-pengalaman traumatis di masa kecil, kepahitan terhadap saudara sendiri dan lain-lain. Orang yang mengalami kepahitan lama-lama akan mengalami krisis kepercayaan. Mereka akan selalu dilingkupi rasa curiga, akan selalu merasa tidak aman, yang seringkali berlebihan. Mereka akan sulit percaya agar tidak terjebak untuk kesekian kalinya. Mereka akan membangun tembok tebal dan tinggi dimana mereka akan mengurung diri mereka didalamnya. Ada seorang teman yang trauma karena dikhianati kekasihnya, dan saat ini ia tidak berani untuk menerima orang lain. Ia berkata bahwa ia harus menjaga jarak dari siapapun, tidak mau terlalu dekat dengan siapapun, karena semua orang punya potensi untuk mengecewakannya. Ia juga menjadi rendah diri,selalu merasa kurang dari orang lain. Rasa sulit percaya pada orang lain ini adalah masalah hati, yang jika dibiarkan berlarut-larut lama kelamaan akan mencemarkan kerohanian juga. Mereka pun akan sampai kepada tahap dimana mereka sulit percaya pada Tuhan, dan akhirnya kehilangan kasih mula-mula.
Saya mengerti bahwa terkadang tidaklah mudah bagi kita untuk mengampuni, apalagi jika kepahitan itu timbul akibat sesuatu yang sangat menyakitkan dan traumatis. Perkosaan, pelecehan seksual, siksaan dalam waktu lama dan lain-lain bisa membuat para korban merasa masa depannya hancur sehingga mereka akan sulit untuk melangkah ke depan. Tapi Alkitab tetap mengajarkan untuk mengampuni, seperti Tuhan pun senantiasa siap untuk mengampuni kita. Kita manusia yang tidak luput dari kesalahan dan terus berbuat dosa. "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23), tapi lihatlah betapa Allah begitu mengasihi kita. Ayat selanjutnya berkata "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (ay 24). Itulah bentuk kasih Tuhan pada kita. Berkali-kali kita jatuh dalam dosa, tapi Tuhan tetap tidak kenal lelah memberi pengampunan. Inilah prinsip pengampunan yang tuntas. Dia tidak akan mengungkit lagi dosa-dosa di masa lalu yang telah kita akui dengan pertobatan sungguh-sungguh. Bentuk kasih seperti inilah yang diajarkan Kristus untuk kita lakukan. Dalam Matius 28:22, menjawab pertanyaan Petrus, Tuhan Yesus berkata bahwa kita haruslah mengampuni tidak hanya tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Ini menggambarkan pengampunan tak terbatas yang harus mampu kita sediakan. Lalu Yesus juga mengingatkan: "Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." (Lukas 17:3-4). Yesus meminta kita untuk menjaga diri agar selalu siap untuk memberikan pengampunan tanpa terkecuali dan tanpa batas. Selanjutnya ada hubungan kuat antara mengampuni dan diampuni. "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.") (Markus 11:26).
Kita harus mampu membuang segala kepahitan dalam hidup dan menggantikannya dengan kemampuan untuk mengampuni sebagaimana Tuhan sendiri mengampuni kita lewat Kristus. "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:31-32). Menghadapi kepahitan terhadap orang lain kunci pertamanya adalah memaafkan. Bukan sekedar memaafkan dari luar, tapi kita harus mampu memberi pengampunan tulus dan ikhlas yang berasal dari hati. Tanpa melakukan hal ini, kita akan terhalang untuk menerima berkat dan pertolongan Tuhan. Percayalah Tuhan mampu mengangkat kepahitan itu hingga ke akar-akarnya bahkan menggantikannya dengan damai sukacita dalam hidup yang berkelimpahan. Jika kita lihat ayat bacaan hari ini, sebuah bintang besar bernama Apsintus jatuh dari langit kemudian membuat sepertiga dari semua air menjadi pahit, dan orang yang meminumnya akan mati. Kepahitan itu mematikan. kepahitan terhadap orang lain haruslah diatasi sesegera mungkin agar tidak menjadi racun yang menghilangkan kasih mula-mula, terus menghancurkan bahkan mematikan kita. Jangan sampai kepahitan membuat kita kehilangan kasih mula-mula, tapi berikanlah pengampunan, tetaplah ingat kasih Allah, tetaplah percaya pada kuasaNya, sehingga Tuhan akan mengobati kepahitan itu dan menggantikannya dengan damai sejahtera, sukacita dan berkat-berkat lainnya.
Kepahitan itu mematikan. Pilihlah hidup yang penuh berkat dan kelimpahan dengan menjaga kasih mula-mula tetap menyala
Wednesday, November 26, 2008
Kehilangan Kasih Mula-Mula (2) : Kepahitan Terhadap Tuhan
Ayat bacaan: Ibrani 12:15
====================
"Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang."
Ada sebuah survei yang pernah saya baca di majalah mengatakan bahwa 70% orang marah akan sesuatu. Kemarahan bisa berasal dari berbagai masalah, ketidakpuasan atau kecemburuan. Rasanya tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah marah. Kemarahan ini dalam waktu tertentu bisa berubah menjadi kepahitan jika dibiarkan berlarut-larut. Kemarahan tidak hanya diarahkan kepada sesama manusia, tapi ada pula yang marah hingga mengalami kepahitan kepada Tuhan. Kenapa? Banyak alasannya. Misalnya, ada yang mengalami kepahitan karena orang yang sangat mereka sayangi mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya atau mungkin juga kematian. Adik saya sendiri mengalami kepahitan sejak ibu kami meninggal. Disaat ibu kami meninggal, dua keadaan yang kontras terjadi. Saya mendapat pengalaman-pengalaman rohani luar biasa sehingga bertobat dan menerima Kristus, sedangkan adik saya mengalami kepahitan karena tidak rela ibu dipanggil Tuhan. Ada yang merasa apa yang mereka alami tidaklah adil. Ada banyak orang yang kecewa pada Tuhan karena ia melihat rekan sekerjanya mengalami karir yang meningkat pesat sementara mereka masih jalan di tempat, atau teman di kampus yang jarang masuk dan kerjanya menyontek mendapatkan nilai lebih baik daripada dirinya yang mati-matian belajar. Ada pula yang mengalami kepahitan akibat didera kemiskinan, tekanan hidup, masalah bertubi-tubi dalam waktu yang lama. "Buat apa beribadah? Toh hidup sama saja, terus menderita dan kekurangan.." Ini kira-kira keluhan seorang supir angkot yang pernah saya dengar.
Dalam Alkitab pun beberapa kali kita menemukan kisah tentang kepahitan. Ayub misalnya, pernah berkata: "Semuanya itu sama saja, itulah sebabnya aku berkata: yang tidak bersalah dan yang bersalah kedua-duanya dibinasakan-Nya. Bumi telah diserahkan ke dalam tangan orang fasik, dan mata para hakimnya telah ditutup-Nya; kalau bukan oleh Dia, oleh siapa lagi?" (Ayub 9:22-24). Kepahitan Ayub terus berlanjut, lalu ia berkata: "Allah menyerahkan aku kepada orang lalim, dan menjatuhkan aku ke dalam tangan orang fasik. Aku hidup dengan tenteram, tetapi Ia menggelisahkan aku, aku ditangkap-Nya pada tengkukku, lalu dibanting-Nya, dan aku ditegakkan-Nya menjadi sasaran-Nya. Aku dihujani anak panah, ginjalku ditembus-Nya dengan tak kenal belas kasihan, empeduku ditumpahkan-Nya ke tanah. Ia merobek-robek aku, menyerang aku laksana seorang pejuang." (Ayub 16:12-14). Pada kisah lain, kita melihat juga Naomi pernah mengalami kepahitan. Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku." (Rut 1:20-21). Yesus pernah pula menggambarkan kekecewaan dan kemarahan manusia akibat merasa diperlakukan tidak adil dalam perumpamaan tentang penggarap kebun anggur pada Matius 20:9-19.
Kepahitan dalam ayat bacaan di atas digambarkan dengan menarik. Kepahitan digambarkan sebagai akar. Sebuah pohon tumbuh akibat suplai makanan dari akar. Apabila akar ini pahit, maka kepahitan akan mencemari pohon mulai dari batang, ranting hingga daun. Kepahitan yang mengakar tidak saja merugikan diri sendiri tapi bisa membuat orang berpikir pendek dan akhirnya menimbulkan kekacauan. Tuhan tidak menginginkan hal itu terjadi pada kita. Kepahitan pada Tuhan ini akan timbul jika kita tidak melihat kejadian-kejadian yang kita alami dalam kerangka yang lebih besar. Jika kita melihat hanya pada saat ini, dengan kemampuan nalar manusia yang terbatas, mungkin kita akan melihat apa yang kita alami hanyalah penderitaan, ketidakadilan bahkan timbul rasa ketidakpedulian Tuhan pada kita. Tapi ingatlah bahwa rancangan yang disediakan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera (Yeremia 29:11), Ia juga menjanjikan kita sebuah hidup yang dipenuhi segala kelimpahan. (Yohanes 10:10). Dan Tuhan pun mengingatkan pada kita: "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9). Kepahitan akan membuat kita semakin jauh dari Allah dan kehilangan kasih mula-mula, kemudian kehilangan kesempatan untuk menerima berkat-berkatNya.
Jika anda saat ini tengah mengalami kepahitan, berdoalah dan miliki kembali iman tanpa keraguan. Percayalah bahwa Tuhan adalah Allah yang penuh kasih setia, tidak pernah meninggalkan kita dan selalu peduli. Tuhan sangat mengasihi kita. Mari kita periksa diri kita, apakah kita telah hidup sesuai firmanNya. Jangan sampai ada berkatNya terhalang karena kita belumlah hidup benar. Jangan sampai ada hal-hal yang kita lakukan tidak berkenan di hadapanNya dan karenanya kita mengalami berbagai penderitaan, yang sebenarnya bukan dari Tuhan tapi adalah sebagai konsekuensi dari tindakan kita yang salah. Kita hendaknya tetap menjaga diri agar tidak mengalami kepahitan yang tidak akan membawa apa-apa yang lebih baik kepada kita. Ketika hujan dan badai sirna, kita akan melihat pelangi yang indah. Ayub akhirnya menyadari kesalahan pola pikirnya dan berhenti menyalahkan Tuhan. (Ayub 42:1-6). "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (ay 2), "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." (ay 5-6). Seperti Ayub yang kemudian menyadari kesalahan pola pikirnya, mari kita yang mengalami kepahitan kembali datang pada Tuhan. Berbaliklah sekarang juga. Alami kembali kasih mula-mula, karena tidak ada rencana Allah yang gagal atau sia-sia. Tuhan mengasihi anda!
Kepahitan akibat kekecewaan atau kemarahan pada Tuhan berasal dari kerangka pemikiran sempit. Percayalah akan rencanaNya yang indah bagi anda
====================
"Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang."
Ada sebuah survei yang pernah saya baca di majalah mengatakan bahwa 70% orang marah akan sesuatu. Kemarahan bisa berasal dari berbagai masalah, ketidakpuasan atau kecemburuan. Rasanya tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah marah. Kemarahan ini dalam waktu tertentu bisa berubah menjadi kepahitan jika dibiarkan berlarut-larut. Kemarahan tidak hanya diarahkan kepada sesama manusia, tapi ada pula yang marah hingga mengalami kepahitan kepada Tuhan. Kenapa? Banyak alasannya. Misalnya, ada yang mengalami kepahitan karena orang yang sangat mereka sayangi mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya atau mungkin juga kematian. Adik saya sendiri mengalami kepahitan sejak ibu kami meninggal. Disaat ibu kami meninggal, dua keadaan yang kontras terjadi. Saya mendapat pengalaman-pengalaman rohani luar biasa sehingga bertobat dan menerima Kristus, sedangkan adik saya mengalami kepahitan karena tidak rela ibu dipanggil Tuhan. Ada yang merasa apa yang mereka alami tidaklah adil. Ada banyak orang yang kecewa pada Tuhan karena ia melihat rekan sekerjanya mengalami karir yang meningkat pesat sementara mereka masih jalan di tempat, atau teman di kampus yang jarang masuk dan kerjanya menyontek mendapatkan nilai lebih baik daripada dirinya yang mati-matian belajar. Ada pula yang mengalami kepahitan akibat didera kemiskinan, tekanan hidup, masalah bertubi-tubi dalam waktu yang lama. "Buat apa beribadah? Toh hidup sama saja, terus menderita dan kekurangan.." Ini kira-kira keluhan seorang supir angkot yang pernah saya dengar.
Dalam Alkitab pun beberapa kali kita menemukan kisah tentang kepahitan. Ayub misalnya, pernah berkata: "Semuanya itu sama saja, itulah sebabnya aku berkata: yang tidak bersalah dan yang bersalah kedua-duanya dibinasakan-Nya. Bumi telah diserahkan ke dalam tangan orang fasik, dan mata para hakimnya telah ditutup-Nya; kalau bukan oleh Dia, oleh siapa lagi?" (Ayub 9:22-24). Kepahitan Ayub terus berlanjut, lalu ia berkata: "Allah menyerahkan aku kepada orang lalim, dan menjatuhkan aku ke dalam tangan orang fasik. Aku hidup dengan tenteram, tetapi Ia menggelisahkan aku, aku ditangkap-Nya pada tengkukku, lalu dibanting-Nya, dan aku ditegakkan-Nya menjadi sasaran-Nya. Aku dihujani anak panah, ginjalku ditembus-Nya dengan tak kenal belas kasihan, empeduku ditumpahkan-Nya ke tanah. Ia merobek-robek aku, menyerang aku laksana seorang pejuang." (Ayub 16:12-14). Pada kisah lain, kita melihat juga Naomi pernah mengalami kepahitan. Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku." (Rut 1:20-21). Yesus pernah pula menggambarkan kekecewaan dan kemarahan manusia akibat merasa diperlakukan tidak adil dalam perumpamaan tentang penggarap kebun anggur pada Matius 20:9-19.
Kepahitan dalam ayat bacaan di atas digambarkan dengan menarik. Kepahitan digambarkan sebagai akar. Sebuah pohon tumbuh akibat suplai makanan dari akar. Apabila akar ini pahit, maka kepahitan akan mencemari pohon mulai dari batang, ranting hingga daun. Kepahitan yang mengakar tidak saja merugikan diri sendiri tapi bisa membuat orang berpikir pendek dan akhirnya menimbulkan kekacauan. Tuhan tidak menginginkan hal itu terjadi pada kita. Kepahitan pada Tuhan ini akan timbul jika kita tidak melihat kejadian-kejadian yang kita alami dalam kerangka yang lebih besar. Jika kita melihat hanya pada saat ini, dengan kemampuan nalar manusia yang terbatas, mungkin kita akan melihat apa yang kita alami hanyalah penderitaan, ketidakadilan bahkan timbul rasa ketidakpedulian Tuhan pada kita. Tapi ingatlah bahwa rancangan yang disediakan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera (Yeremia 29:11), Ia juga menjanjikan kita sebuah hidup yang dipenuhi segala kelimpahan. (Yohanes 10:10). Dan Tuhan pun mengingatkan pada kita: "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9). Kepahitan akan membuat kita semakin jauh dari Allah dan kehilangan kasih mula-mula, kemudian kehilangan kesempatan untuk menerima berkat-berkatNya.
Jika anda saat ini tengah mengalami kepahitan, berdoalah dan miliki kembali iman tanpa keraguan. Percayalah bahwa Tuhan adalah Allah yang penuh kasih setia, tidak pernah meninggalkan kita dan selalu peduli. Tuhan sangat mengasihi kita. Mari kita periksa diri kita, apakah kita telah hidup sesuai firmanNya. Jangan sampai ada berkatNya terhalang karena kita belumlah hidup benar. Jangan sampai ada hal-hal yang kita lakukan tidak berkenan di hadapanNya dan karenanya kita mengalami berbagai penderitaan, yang sebenarnya bukan dari Tuhan tapi adalah sebagai konsekuensi dari tindakan kita yang salah. Kita hendaknya tetap menjaga diri agar tidak mengalami kepahitan yang tidak akan membawa apa-apa yang lebih baik kepada kita. Ketika hujan dan badai sirna, kita akan melihat pelangi yang indah. Ayub akhirnya menyadari kesalahan pola pikirnya dan berhenti menyalahkan Tuhan. (Ayub 42:1-6). "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (ay 2), "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." (ay 5-6). Seperti Ayub yang kemudian menyadari kesalahan pola pikirnya, mari kita yang mengalami kepahitan kembali datang pada Tuhan. Berbaliklah sekarang juga. Alami kembali kasih mula-mula, karena tidak ada rencana Allah yang gagal atau sia-sia. Tuhan mengasihi anda!
Kepahitan akibat kekecewaan atau kemarahan pada Tuhan berasal dari kerangka pemikiran sempit. Percayalah akan rencanaNya yang indah bagi anda
Tuesday, November 25, 2008
Kehilangan Kasih Mula-Mula (1) : Prolog
Ayat bacaan: Wahyu 2:4
========================
"Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula."
Saya sering merasa kagum sekaligus terharu ketika melihat pasangan lanjut usia masih berjalan bersama-sama bergandengan tangan. Romantisme menurut saya, tidaklah terbukti secara nyata ketika hal tersebut terlihat pada pasangan muda, namun akan berbicara banyak ketika terjadi pada pasangan usia senja. Betapa indahnya ketika melihat kakek dan nenek masih saling memandang dengan penuh cinta, pandangan mata yang seolah-olah berbicara banyak mengenai sepanjang jalan kenangan yang mereka lalui bersama. Suka dan duka, derai tawa dan butir air mata, betapa mereka begitu bahagia mereka diciptakan untuk menjadi satu. Dalam doa-doa saya, saya selalu mengucap syukur atas "belahan jiwa" yang begitu luar biasa yang diberikan Tuhan pada saya. Manusia tidaklah ada yang sempurna, tapi saya sungguh percaya bahwa apa yang diberikan Tuhan itu adalah yang terbaik buat saya. Saya pun berdoa, agar saya mampu membahagiakan istri saya hingga akhir, dan berdoa agar tatapan mata penuh cinta,romansa antara pasangan lanjut usia ini suatu saat bisa saya alami.
Tapi sayangnya hal seperti itu semakin hari semakin jarang kita saksikan. Tekanan hidup, godaan keinginan daging, rutinitas, kesibukan yang menyita waktu, kebosanan, adanya keluhan yang terpendam dan sebagainya membuat banyak orang malah bercerai dalam usia pernikahan singkat. Begitu banyak tayangan film yang menggambarkan perselingkuhan dan pertengkaran rumah tangga yang, saya tidak tahu, apakah mengajarkan, menganjurkan, atau malah berupa potret realita kehidupan jaman sekarang. Usia pernikahan saya sendiri memang baru seumur jagung, sehingga sulit bagi saya untuk bersaksi apa-apa. Namun satu hal yang pasti, saya menyadari betul bahwa pasangan hidup saya adalah seseorang yang berasal dari Tuhan, dan saya yakin Tuhan tidak menginginkan saya menyakiti dirinya. Sebagaimana saya mengasihi Tuhan, bersyukur luar biasa atas karuniaNya, saya pun harus menjaga apa yang telah Dia berikan dengan segenap hidup saya. Itu satu hal yang saya imani.
Kehilangan kasih mula-mula. Itulah yang ingin saya gambarkan. Kehilangan kasih mula-mula, apapun alasannya, jelas salah satu faktor utama yang membuat orang terjatuh pada dosa perselingkuhan dan perceraian. "Gue udah nggak ada rasa sama dia.." kata seorang teman yang akhirnya memutuskan untuk bercerai. Padahal saya yakin pada masa pacaran, "kau-lah bulan, kau-lah bintang" menjadi tema hidup utama bagi para pasangan. Kehilangan kasih mula-mula, hilang rasa, atau bahasa gaulnya, ilfil (hilang feeling), tidak saja terjadi pada pasangan hidup, tapi juga bisa menimpa hubungan vertikal antara kita dengan Tuhan, Pencipta kita. Kita lihat, Tuhan tidak pernah ilfil atau kehilangan kasih kepada kita. "..Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20). "..sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Ulangan 31:6b). Begitu banyak ayat yang menyatakan Tuhan akan menyertai kita, dan kita tahu Tuhan tidak akan pernah ingkar janji. Tapi sebagai manusia, ada beberapa hal yang bisa membuat kita kehilangan kasih mula-mula, kasih meluap-luap ketika kita baru saja menerima Kristus sebagai Juru Selamat. Dan Tuhan tidak pernah menginginkan itu terjadi.
Kalau kita lihat ayat bacaan hari ini, ada firman Tuhan yang ditujukan pada jemaat Efesus. Jemaat Efesus adalah jemaat luar biasa yang setia dan penuh semangat penginjilan, mereka diberkati banyak karunia, rela menderita dan tidak kenal lelah dalam melayani Tuhan. Namun Tuhan kemudian menegur mereka, karena mereka kehilangan kasih mula-mula. Pekerjaan pelayanan mereka kemudian menjadi prioritas utama, lebih dari kerinduan untuk mengenal pribadi Tuhan secara intim dengan lebih jauh. Tuhan mencela anak-anakNya yang meninggalkan kasih mula-mula.
Seperti pesan Tuhan pada jemaat Efesus, pesan yang sama pun ditujukan pada kita semua agar jangan sampai kehilangan kasih mula-mula. Bagi yang mulai merasa jauh dari Tuhan, mulai kehilangan motivasi, kehilangan semangat untuk bersekutu denganNya, Tuhan mengingatkan untuk bertobat. "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." (Wahyu 4:5). Renungan dalam beberapa hari ke depan akan diisi dengan berbagai hal yang bisa menyebabkan orang kehilangan kasih mula-mula. Saya percaya Tuhan rindu pada anak-anakNya yang mulai berkurang kasihnya, Dia rindu untuk menerima anda kembali, dan Dia akan menyambut anda dengan sukacita! Beberapa hal yang bisa menyebabkan orang kehilangan kasih mula-mula akan saya bagikan, agar kita bisa berhati-hati ketika kita tengah mengalami hal-hal tersebut dalam hidup dan tanpa sadar mulai kehilangan kasih ini.
Keep love to Him alive, get deeper and never leave Him, for the Lord is Good!
========================
"Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula."
Saya sering merasa kagum sekaligus terharu ketika melihat pasangan lanjut usia masih berjalan bersama-sama bergandengan tangan. Romantisme menurut saya, tidaklah terbukti secara nyata ketika hal tersebut terlihat pada pasangan muda, namun akan berbicara banyak ketika terjadi pada pasangan usia senja. Betapa indahnya ketika melihat kakek dan nenek masih saling memandang dengan penuh cinta, pandangan mata yang seolah-olah berbicara banyak mengenai sepanjang jalan kenangan yang mereka lalui bersama. Suka dan duka, derai tawa dan butir air mata, betapa mereka begitu bahagia mereka diciptakan untuk menjadi satu. Dalam doa-doa saya, saya selalu mengucap syukur atas "belahan jiwa" yang begitu luar biasa yang diberikan Tuhan pada saya. Manusia tidaklah ada yang sempurna, tapi saya sungguh percaya bahwa apa yang diberikan Tuhan itu adalah yang terbaik buat saya. Saya pun berdoa, agar saya mampu membahagiakan istri saya hingga akhir, dan berdoa agar tatapan mata penuh cinta,romansa antara pasangan lanjut usia ini suatu saat bisa saya alami.
Tapi sayangnya hal seperti itu semakin hari semakin jarang kita saksikan. Tekanan hidup, godaan keinginan daging, rutinitas, kesibukan yang menyita waktu, kebosanan, adanya keluhan yang terpendam dan sebagainya membuat banyak orang malah bercerai dalam usia pernikahan singkat. Begitu banyak tayangan film yang menggambarkan perselingkuhan dan pertengkaran rumah tangga yang, saya tidak tahu, apakah mengajarkan, menganjurkan, atau malah berupa potret realita kehidupan jaman sekarang. Usia pernikahan saya sendiri memang baru seumur jagung, sehingga sulit bagi saya untuk bersaksi apa-apa. Namun satu hal yang pasti, saya menyadari betul bahwa pasangan hidup saya adalah seseorang yang berasal dari Tuhan, dan saya yakin Tuhan tidak menginginkan saya menyakiti dirinya. Sebagaimana saya mengasihi Tuhan, bersyukur luar biasa atas karuniaNya, saya pun harus menjaga apa yang telah Dia berikan dengan segenap hidup saya. Itu satu hal yang saya imani.
Kehilangan kasih mula-mula. Itulah yang ingin saya gambarkan. Kehilangan kasih mula-mula, apapun alasannya, jelas salah satu faktor utama yang membuat orang terjatuh pada dosa perselingkuhan dan perceraian. "Gue udah nggak ada rasa sama dia.." kata seorang teman yang akhirnya memutuskan untuk bercerai. Padahal saya yakin pada masa pacaran, "kau-lah bulan, kau-lah bintang" menjadi tema hidup utama bagi para pasangan. Kehilangan kasih mula-mula, hilang rasa, atau bahasa gaulnya, ilfil (hilang feeling), tidak saja terjadi pada pasangan hidup, tapi juga bisa menimpa hubungan vertikal antara kita dengan Tuhan, Pencipta kita. Kita lihat, Tuhan tidak pernah ilfil atau kehilangan kasih kepada kita. "..Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20). "..sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Ulangan 31:6b). Begitu banyak ayat yang menyatakan Tuhan akan menyertai kita, dan kita tahu Tuhan tidak akan pernah ingkar janji. Tapi sebagai manusia, ada beberapa hal yang bisa membuat kita kehilangan kasih mula-mula, kasih meluap-luap ketika kita baru saja menerima Kristus sebagai Juru Selamat. Dan Tuhan tidak pernah menginginkan itu terjadi.
Kalau kita lihat ayat bacaan hari ini, ada firman Tuhan yang ditujukan pada jemaat Efesus. Jemaat Efesus adalah jemaat luar biasa yang setia dan penuh semangat penginjilan, mereka diberkati banyak karunia, rela menderita dan tidak kenal lelah dalam melayani Tuhan. Namun Tuhan kemudian menegur mereka, karena mereka kehilangan kasih mula-mula. Pekerjaan pelayanan mereka kemudian menjadi prioritas utama, lebih dari kerinduan untuk mengenal pribadi Tuhan secara intim dengan lebih jauh. Tuhan mencela anak-anakNya yang meninggalkan kasih mula-mula.
Seperti pesan Tuhan pada jemaat Efesus, pesan yang sama pun ditujukan pada kita semua agar jangan sampai kehilangan kasih mula-mula. Bagi yang mulai merasa jauh dari Tuhan, mulai kehilangan motivasi, kehilangan semangat untuk bersekutu denganNya, Tuhan mengingatkan untuk bertobat. "Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat." (Wahyu 4:5). Renungan dalam beberapa hari ke depan akan diisi dengan berbagai hal yang bisa menyebabkan orang kehilangan kasih mula-mula. Saya percaya Tuhan rindu pada anak-anakNya yang mulai berkurang kasihnya, Dia rindu untuk menerima anda kembali, dan Dia akan menyambut anda dengan sukacita! Beberapa hal yang bisa menyebabkan orang kehilangan kasih mula-mula akan saya bagikan, agar kita bisa berhati-hati ketika kita tengah mengalami hal-hal tersebut dalam hidup dan tanpa sadar mulai kehilangan kasih ini.
Keep love to Him alive, get deeper and never leave Him, for the Lord is Good!
Monday, November 24, 2008
We Are The Body Of Christ
Ayat bacaan: Mazmur 122:1
=========================
"Nyanyian ziarah Daud. Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN."
Ada tiga orang teman saya dalam waktu yang berbeda bercerita bahwa mereka mulai kehilangan gairah untuk pergi ke Gereja. Alasannya pun berbeda-beda. Yang satu terlalu disibuki dengan pekerjaan, sehingga ia kerap merasa terlalu lelah untuk beribadah pada hari Minggu. Yang satu sudah terlalu lama hidup tanpa Gereja, sehingga ia kehilangan motivasi dan urgensi untuk pergi ke Gereja. Satu lagi teman saya merasa bahwa banyak jemaat di Gerejanya bersikap munafik, terutama teman-teman sekerja di kantornya yang juga kebetulan beribadah pada Gereja yang sama. Ia menganggap bahwa para jemaat yang notabene adalah rekan sekerja dan pimpinannya tidaklah mencerminkan sikap sebagai orang kudus dalam dunia kerja. "Buat apa ke Gereja kalau orang-orangnya seperti itu?" katanya. Salah satu dari teman saya itu kemarin saya ajak untuk sama-sama beribadah, dan awalnya ia bersemangat untuk pergi bareng. Apa yang terjadi di hari Minggu? Dia mengatakan bahwa dia tidak enak badan karena terlalu lelah bekerja dalam beberapa hari terakhir, dan membatalkannya.
Saya jadi ingat sebuah kisah tentang seorang ibu di salah satu kota kecil di Amerika. Si ibu ini masuk headline di harian lokal karena satu hal saja: ia tidak pernah absen ke Gereja selama 20 tahun. 20 tahun! Itu waktu yang tidak singkat. Fakta ini menimbulkan beberapa pertanyaan di benak saya:
=========================
"Nyanyian ziarah Daud. Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN."
Ada tiga orang teman saya dalam waktu yang berbeda bercerita bahwa mereka mulai kehilangan gairah untuk pergi ke Gereja. Alasannya pun berbeda-beda. Yang satu terlalu disibuki dengan pekerjaan, sehingga ia kerap merasa terlalu lelah untuk beribadah pada hari Minggu. Yang satu sudah terlalu lama hidup tanpa Gereja, sehingga ia kehilangan motivasi dan urgensi untuk pergi ke Gereja. Satu lagi teman saya merasa bahwa banyak jemaat di Gerejanya bersikap munafik, terutama teman-teman sekerja di kantornya yang juga kebetulan beribadah pada Gereja yang sama. Ia menganggap bahwa para jemaat yang notabene adalah rekan sekerja dan pimpinannya tidaklah mencerminkan sikap sebagai orang kudus dalam dunia kerja. "Buat apa ke Gereja kalau orang-orangnya seperti itu?" katanya. Salah satu dari teman saya itu kemarin saya ajak untuk sama-sama beribadah, dan awalnya ia bersemangat untuk pergi bareng. Apa yang terjadi di hari Minggu? Dia mengatakan bahwa dia tidak enak badan karena terlalu lelah bekerja dalam beberapa hari terakhir, dan membatalkannya.
Saya jadi ingat sebuah kisah tentang seorang ibu di salah satu kota kecil di Amerika. Si ibu ini masuk headline di harian lokal karena satu hal saja: ia tidak pernah absen ke Gereja selama 20 tahun. 20 tahun! Itu waktu yang tidak singkat. Fakta ini menimbulkan beberapa pertanyaan di benak saya:
- Apakah ibu itu tidak pernah sakit atau tidak enak badan di hari Minggu?
- Apakah dia tidak pernah punya masalah dengan jemaat lainnya, pengerja atau mungkin pendeta di Gerejanya?
- Apakah selama 20 tahun tidak pernah terjadi hujan atau cuaca buruk di hari Minggu?
- Apakah ia tidak pernah merasa terlalu lelah sehingga lebih tertarik untuk tidur?
- Apakah ia tidak pernah melakukan liburan akhir pekan ke tempat lain?
- Apakah ia tidak pernah ketiduran sehingga terlambat untuk berangkat?
- Apakah tidak pernah ada sanak saudara atau tamu berkunjung ke rumahnya di hari Minggu sehingga ia harus melewatkan waktu bersama mereka?
- Apakah tidak ada acara mendadak yang harus membatalkan jadwal ke Gereja?
- Tidakkah ia pernah merasa bosan mendengar kotbah atau firman tentang hal yang itu lagi, itu lagi?
Etika dan Sopan Santun
Ayat bacaan: 1 Korintus 13:4-5
=======================
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain."
Etika dan sopan santun, juga budi pekerti seharusnya menjadi bagian hidup siapapun. Apalagi budaya ketimuran itu menjunjung tinggi etika dan sopan. Konon pada suatu masa budaya ketimuran dikenal dengan keramah-tamahan, murah senyum, baik budi pekerti, sopan santun, namun perkembangan jaman tampaknya diikuti pula oleh erosi etika dan sopan santun dalam kehidupan bermasyarakat di berbagai lapisan. Tepat dibelakang rumah saya ada belasan pemuda yang sedang menimba ilmu untuk menjadi tentara. Secara teoritis mereka seharusnya adalah warga negara terpilih, yang mendapat kehormatan untuk mengemban tugas mulia sebagai abdi negara. Tetapi, mungkin karena status itu pula akhirnya sebagian calon tentara ini diliputi kesombongan yang berlebihan. Sebagian dari pemuda-pemuda ini menunjukkan sikap yang sangat tidak terpuji. Mereka kerap membuat keributan, kerap mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh, parkir sembarangan menutupi rumah saya, seenaknya membuang sampah ke halaman saya, dan yang lebih tidak sopan lagi, buang air kecil tepat di tangga masuk ke rumah saya, tepat didepan mata saya. Ini potret pemuda-pemuda pilihan yang sebentar lagi menjadi tentara. Memalukan. Pada waktu mudik lebaran kemarin pun saya sempat membaca berita yang menyebutkan bahwa mereka tidak mau bayar ketika naik kereta api untuk kembali dari kampung halamannya setelah berlebaran. Ini gejala premanisme yang serius. Belum lagi menjadi tentara sudah begini, apalagi nanti setelah resmi? Mereka ini mencoreng korpsnya sendiri. Akhirnya nanti bukan hanya mereka yang dianggap negatif, tapi korps secara keseluruhan pun bisa tercemar.
Jika budaya ketimuran saja sudah berbicara tentang menjaga sikap dan tingkah laku, etika dan sopan santun, apalagi bagi kita yang menyandang predikat anak-anak Tuhan. Sayangnya di antara anak-anak Tuhan pun masih juga ada yang tidak siap menjaga perilakunya, dan akhirnya menjadi contoh buruk di masyarakat, bahkan menjadi batu sandungan. Bagaimana bisa mengenalkan Yesus, jika orang sudah terlebih dahulu anti pati? Inti dari kekristenan adalah kasih, dan itulah yang harus menjadi dasar hidup semua anak-anak Tuhan. Hubungannya kasih dengan kesombongan dan sopan santun? Mari kita lihat ayat bacaan hari ini. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain." (1 Korintus 13:4-5). Di dalam kasih itu ada sabar dan murah hati. Kasih tidak mengenal kecemburuan, memegahkan diri atau sombong, tidak mengenal ketidaksopanan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kita lihat disini bahwa sesuatu yang dilandasi kasih seharusnya membuat kita tampil sebagai orang-orang yang tidak sombong dan tahu sopan santun. Mari kita lihat lagi sebuah ayat yang sudah sempat saya kutip pada renungan kemarin: "Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka." (1 Tesalonika 4:11-12). Kita diminta untuk hidup dengan tenang, tidak mencampuri persoalan orang lain, apalagi mengganggu ketentraman orang, mencari nafkah tanpa mengganggu orang lain, dan dengan demikian kita akan hidup dengan sopan, sehingga orang-orang yang belum mengenal Kristus pun akan melihat perbedaannya dan menghormati kita. Kesombongan adalah sebuah kekejian di hadapan Allah (Amsal 16:5) dan merupakan awal dari kehancuran (16:18). Bentuk-bentuk kesombongan akan membuat orang memegahkan diri secara berlebihan sehingga kehidupan orang sombong akan jauh dari etika, perilaku terpuji dan sopan santun. Tidak itu saja, kesombongan pun akan menjadi pintu masuk dari dosa-dosa lain.
Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:26). Apabila kita tidak menjaga perilaku dan perkataan kita, maka ibadah kita pun menjadi sia-sia. (Yakobus 1:26). Karena itu, marilah kita menyatakan kasih kepada orang lain, mari kita menjadi pelaku firman. Mari kita menjadi contoh yang benar, baik dalam perkataan, tingkah laku maupun perbuatan. Dunia tengah dilanda krisis tata krama, etika dan sopan santun. Janganlah kita ikut-ikutan terseret kepada hal tersebut, namun jadilah orang yang berbeda dengan dunia, penuh sopan santun dan ber-etika sehingga kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan lewat sikap kita ditengah masyarakat.
Kesopanan dan rendah hati adalah bagian dari kasih yang merupakan inti dari kekristenan
=======================
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain."
Etika dan sopan santun, juga budi pekerti seharusnya menjadi bagian hidup siapapun. Apalagi budaya ketimuran itu menjunjung tinggi etika dan sopan. Konon pada suatu masa budaya ketimuran dikenal dengan keramah-tamahan, murah senyum, baik budi pekerti, sopan santun, namun perkembangan jaman tampaknya diikuti pula oleh erosi etika dan sopan santun dalam kehidupan bermasyarakat di berbagai lapisan. Tepat dibelakang rumah saya ada belasan pemuda yang sedang menimba ilmu untuk menjadi tentara. Secara teoritis mereka seharusnya adalah warga negara terpilih, yang mendapat kehormatan untuk mengemban tugas mulia sebagai abdi negara. Tetapi, mungkin karena status itu pula akhirnya sebagian calon tentara ini diliputi kesombongan yang berlebihan. Sebagian dari pemuda-pemuda ini menunjukkan sikap yang sangat tidak terpuji. Mereka kerap membuat keributan, kerap mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh, parkir sembarangan menutupi rumah saya, seenaknya membuang sampah ke halaman saya, dan yang lebih tidak sopan lagi, buang air kecil tepat di tangga masuk ke rumah saya, tepat didepan mata saya. Ini potret pemuda-pemuda pilihan yang sebentar lagi menjadi tentara. Memalukan. Pada waktu mudik lebaran kemarin pun saya sempat membaca berita yang menyebutkan bahwa mereka tidak mau bayar ketika naik kereta api untuk kembali dari kampung halamannya setelah berlebaran. Ini gejala premanisme yang serius. Belum lagi menjadi tentara sudah begini, apalagi nanti setelah resmi? Mereka ini mencoreng korpsnya sendiri. Akhirnya nanti bukan hanya mereka yang dianggap negatif, tapi korps secara keseluruhan pun bisa tercemar.
Jika budaya ketimuran saja sudah berbicara tentang menjaga sikap dan tingkah laku, etika dan sopan santun, apalagi bagi kita yang menyandang predikat anak-anak Tuhan. Sayangnya di antara anak-anak Tuhan pun masih juga ada yang tidak siap menjaga perilakunya, dan akhirnya menjadi contoh buruk di masyarakat, bahkan menjadi batu sandungan. Bagaimana bisa mengenalkan Yesus, jika orang sudah terlebih dahulu anti pati? Inti dari kekristenan adalah kasih, dan itulah yang harus menjadi dasar hidup semua anak-anak Tuhan. Hubungannya kasih dengan kesombongan dan sopan santun? Mari kita lihat ayat bacaan hari ini. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain." (1 Korintus 13:4-5). Di dalam kasih itu ada sabar dan murah hati. Kasih tidak mengenal kecemburuan, memegahkan diri atau sombong, tidak mengenal ketidaksopanan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kita lihat disini bahwa sesuatu yang dilandasi kasih seharusnya membuat kita tampil sebagai orang-orang yang tidak sombong dan tahu sopan santun. Mari kita lihat lagi sebuah ayat yang sudah sempat saya kutip pada renungan kemarin: "Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka." (1 Tesalonika 4:11-12). Kita diminta untuk hidup dengan tenang, tidak mencampuri persoalan orang lain, apalagi mengganggu ketentraman orang, mencari nafkah tanpa mengganggu orang lain, dan dengan demikian kita akan hidup dengan sopan, sehingga orang-orang yang belum mengenal Kristus pun akan melihat perbedaannya dan menghormati kita. Kesombongan adalah sebuah kekejian di hadapan Allah (Amsal 16:5) dan merupakan awal dari kehancuran (16:18). Bentuk-bentuk kesombongan akan membuat orang memegahkan diri secara berlebihan sehingga kehidupan orang sombong akan jauh dari etika, perilaku terpuji dan sopan santun. Tidak itu saja, kesombongan pun akan menjadi pintu masuk dari dosa-dosa lain.
Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:26). Apabila kita tidak menjaga perilaku dan perkataan kita, maka ibadah kita pun menjadi sia-sia. (Yakobus 1:26). Karena itu, marilah kita menyatakan kasih kepada orang lain, mari kita menjadi pelaku firman. Mari kita menjadi contoh yang benar, baik dalam perkataan, tingkah laku maupun perbuatan. Dunia tengah dilanda krisis tata krama, etika dan sopan santun. Janganlah kita ikut-ikutan terseret kepada hal tersebut, namun jadilah orang yang berbeda dengan dunia, penuh sopan santun dan ber-etika sehingga kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan lewat sikap kita ditengah masyarakat.
Kesopanan dan rendah hati adalah bagian dari kasih yang merupakan inti dari kekristenan
Saturday, November 22, 2008
Bekerja Sungguh-Sungguh Untuk Tuhan
Ayat bacaan: Kolose 3:23
========================
"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."
Ada banyak orang yang menganggap tingkat keseriusan bekerja itu berbanding lurus dengan upah yang mereka dapatkan. Beberapa teman saya pernah berkata bahwa mereka cukup bekerja ala kadarnya, karena apa yang mereka peroleh sebagai upah menurut mereka terlalu sedikit. Saya mengerti jika orang akan lebih termotivasi jika mereka mendapatkan upah yang memadai, apalagi jika disertai insentif. Saya juga mengerti, ada banyak pimpinan yang memanfaatkan karyawannya secara keterlaluan, menyuruh mereka melakukan lebih dari apa yang menjadi "job description" mereka. Dan karenanya saya tidak menyalahkan mereka yang membandingkan pekerjaan dengan perolehan upah. Hari ini saya hanya ingin mengingatkan bagaimana kita harus bekerja menurut firman Tuhan.
Di awal karir saya sebagai pengajar, saya memulainya dari tingkat bawah, menjadi seorang asisten. Berapa yang saya dapat waktu itu? Dalam sebulan saya hanya menerima sekitar 100-200 ribu rupiah, sudah termasuk ongkos saya bolak balik. Ada banyak teman yang pada waktu itu berpikir bahwa keputusan saya untuk menjadi asisten sebagai sebuah keputusan yang salah dan buang-buang waktu. Bukannya saya waktu itu tidak butuh uang.. siapa sih di dunia ini yang tidak membutuhkan uang untuk hidup? Tapi saya percaya, ada sesuatu yang lebih saya butuhkan di dunia ini lebih daripada sekedar uang. Apa itu? Saya butuh Tuhan berkenan atas hidup saya, juga terhadap apa yang saya kerjakan. Saya berpikir untuk memuliakan Tuhan atas segala hal yang saya perbuat. Itu yang menjadi motivasi saya, dan saya pun bekerja sebaik mungkin karenanya. Pada waktu itu saya belum tahu bahwa ada ayat yang berbicara mengenai hal ini, karena saat itu saya masih baru saja lahir baru. Dan keputusan saya itu ternyata tidak salah. Karir saya ternyata meningkat hingga hari ini, dan mampu menghidupi keluarga saya, meski tidak dalam kelebihan. Yang pasti Tuhan tetap mencukupkan segalanya, sehingga kami sekeluarga tidak kekurangan suatu apapun. Dia memang Tuhan yang menyediakan. Puji Tuhan untuk itu.
Pekerjaan apapun, selama pekerjaan itu baik dan benar, lakukanlah sungguh-sungguh seperti kita melakukannya untuk Tuhan. Tuhan sanggup memberkati pekerjaan anda dan memberi kelimpahan, jika Dia berkenan atas usaha anda. Itu pasti. Pekerjaan yang dianggap rendah sekalipun oleh manusia, akan berharga sangat tinggi untuk Tuhan, jika kita melakukannya untuk Tuhan, atas kasih dan rasa syukur kita pada penyertaanNya dalam hidup kita. Kita lihat ayat sebelum ayat bacaan hari ini: "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan." (Kolose 3:22) Memang apa yang dinyatakan Paulus ditujukan untuk hamba-hamba mengenai ketaatan akan tuan mereka, namun apa yang dinyatakan sudah sepantasnya berlaku bagi setiap profesi atau pekerjaan. Semua itu akan sangat berarti di hadapanNya, dan merupakan persembahan yang harum jika kita mempersembahkannya untuk Tuhan.
Segala sesuatu yang kita kerjakan adalah baik jika kita lakukan untuk memuliakan Tuhan. "Kita melakukan pekerjaan Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (1 Korintus 10:31). Kita juga harus melakukan pekerjaan dengan kasih. "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!"(1 korintus 16:14). Dan lakukanlah perkerjaan kita dalam nama Yesus disertai ucapan syukur. "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita."(Kolose 3:17). Pekerjaan sekecil apapun yang kita peroleh merupakan pemberian yang baik dan sempurna dari Allah. "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." (Yakobus 1:17). Dan itu pantas kita syukuri, kita berterimakasih atas pemberianNya dengan bekerja sungguh-sungguh sebaik mungkin dengan senantiasa dipenuhi ucapan syukur dalam nama Kristus. Selain itu, lewat cara dan etos kerja kita pula-lah kita bisa mengenalkan Yesus kepada teman-teman yang belum mengenalNya, seperti yang digambarkan pada ayat berikut: "Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka." (1 Tesalonika 4:11-12).
Semua pekerjaan yang baik dan benar merupakan berkat luar biasa dari Tuhan, tidak perduli kecil atau besar. Ketika kita bisa mempertanggungjawabkan tugas kecil, maka Tuhan pun sanggup mempercayakan tugas-tugas yang lebih besar lagi. Renungan hari ini akan saya tutup dengan kutipan perkataan Martin Luther King, Jr yang luar biasa: "If a man is called to be a street sweeper, he should sweep streets even as Michelangelo painted, or Beethoven composed music, or Shakespeare wrote poetry. He should sweep streets so well that all the hosts of heaven and earth will pause to say, here lived a great street sweeper who did his job well."
Segala pekerjaan yang baik dan benar adalah berkat dari Tuhan, karenanya lakukanlah dengan sepenuh hati
========================
"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."
Ada banyak orang yang menganggap tingkat keseriusan bekerja itu berbanding lurus dengan upah yang mereka dapatkan. Beberapa teman saya pernah berkata bahwa mereka cukup bekerja ala kadarnya, karena apa yang mereka peroleh sebagai upah menurut mereka terlalu sedikit. Saya mengerti jika orang akan lebih termotivasi jika mereka mendapatkan upah yang memadai, apalagi jika disertai insentif. Saya juga mengerti, ada banyak pimpinan yang memanfaatkan karyawannya secara keterlaluan, menyuruh mereka melakukan lebih dari apa yang menjadi "job description" mereka. Dan karenanya saya tidak menyalahkan mereka yang membandingkan pekerjaan dengan perolehan upah. Hari ini saya hanya ingin mengingatkan bagaimana kita harus bekerja menurut firman Tuhan.
Di awal karir saya sebagai pengajar, saya memulainya dari tingkat bawah, menjadi seorang asisten. Berapa yang saya dapat waktu itu? Dalam sebulan saya hanya menerima sekitar 100-200 ribu rupiah, sudah termasuk ongkos saya bolak balik. Ada banyak teman yang pada waktu itu berpikir bahwa keputusan saya untuk menjadi asisten sebagai sebuah keputusan yang salah dan buang-buang waktu. Bukannya saya waktu itu tidak butuh uang.. siapa sih di dunia ini yang tidak membutuhkan uang untuk hidup? Tapi saya percaya, ada sesuatu yang lebih saya butuhkan di dunia ini lebih daripada sekedar uang. Apa itu? Saya butuh Tuhan berkenan atas hidup saya, juga terhadap apa yang saya kerjakan. Saya berpikir untuk memuliakan Tuhan atas segala hal yang saya perbuat. Itu yang menjadi motivasi saya, dan saya pun bekerja sebaik mungkin karenanya. Pada waktu itu saya belum tahu bahwa ada ayat yang berbicara mengenai hal ini, karena saat itu saya masih baru saja lahir baru. Dan keputusan saya itu ternyata tidak salah. Karir saya ternyata meningkat hingga hari ini, dan mampu menghidupi keluarga saya, meski tidak dalam kelebihan. Yang pasti Tuhan tetap mencukupkan segalanya, sehingga kami sekeluarga tidak kekurangan suatu apapun. Dia memang Tuhan yang menyediakan. Puji Tuhan untuk itu.
Pekerjaan apapun, selama pekerjaan itu baik dan benar, lakukanlah sungguh-sungguh seperti kita melakukannya untuk Tuhan. Tuhan sanggup memberkati pekerjaan anda dan memberi kelimpahan, jika Dia berkenan atas usaha anda. Itu pasti. Pekerjaan yang dianggap rendah sekalipun oleh manusia, akan berharga sangat tinggi untuk Tuhan, jika kita melakukannya untuk Tuhan, atas kasih dan rasa syukur kita pada penyertaanNya dalam hidup kita. Kita lihat ayat sebelum ayat bacaan hari ini: "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan." (Kolose 3:22) Memang apa yang dinyatakan Paulus ditujukan untuk hamba-hamba mengenai ketaatan akan tuan mereka, namun apa yang dinyatakan sudah sepantasnya berlaku bagi setiap profesi atau pekerjaan. Semua itu akan sangat berarti di hadapanNya, dan merupakan persembahan yang harum jika kita mempersembahkannya untuk Tuhan.
Segala sesuatu yang kita kerjakan adalah baik jika kita lakukan untuk memuliakan Tuhan. "Kita melakukan pekerjaan Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (1 Korintus 10:31). Kita juga harus melakukan pekerjaan dengan kasih. "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!"(1 korintus 16:14). Dan lakukanlah perkerjaan kita dalam nama Yesus disertai ucapan syukur. "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita."(Kolose 3:17). Pekerjaan sekecil apapun yang kita peroleh merupakan pemberian yang baik dan sempurna dari Allah. "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." (Yakobus 1:17). Dan itu pantas kita syukuri, kita berterimakasih atas pemberianNya dengan bekerja sungguh-sungguh sebaik mungkin dengan senantiasa dipenuhi ucapan syukur dalam nama Kristus. Selain itu, lewat cara dan etos kerja kita pula-lah kita bisa mengenalkan Yesus kepada teman-teman yang belum mengenalNya, seperti yang digambarkan pada ayat berikut: "Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka." (1 Tesalonika 4:11-12).
Semua pekerjaan yang baik dan benar merupakan berkat luar biasa dari Tuhan, tidak perduli kecil atau besar. Ketika kita bisa mempertanggungjawabkan tugas kecil, maka Tuhan pun sanggup mempercayakan tugas-tugas yang lebih besar lagi. Renungan hari ini akan saya tutup dengan kutipan perkataan Martin Luther King, Jr yang luar biasa: "If a man is called to be a street sweeper, he should sweep streets even as Michelangelo painted, or Beethoven composed music, or Shakespeare wrote poetry. He should sweep streets so well that all the hosts of heaven and earth will pause to say, here lived a great street sweeper who did his job well."
Segala pekerjaan yang baik dan benar adalah berkat dari Tuhan, karenanya lakukanlah dengan sepenuh hati
Friday, November 21, 2008
Terbiasa Dalam Dosa
Ayat bacaan: 1 Yohanes 1:6
==========================
"Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran."
Beberapa kali saya pernah datang terlambat ke gedung bioskop dan film sudah dimulai. Dari terang di luar ke dalam ruangan bioskop yang gelap, rasanya sulit sekali melihat dan melangkah menuju tempat duduk pun harus berhati-hati supaya tidak tersandung. Tapi setelah beberapa waktu, mata akan menyesuaikan diri dengan kegelapan dan secara perlahan kita akan bisa melihat sekitar kita. Mata beradaptasi dengan kegelapan, terbiasa dengan situasi gelap itu dan kemudian kita bisa melihat dalam gelap. Kalau terjadi pemadaman listrik tiba-tiba pun demikian. Kita akan sangat kesulitan mencari lilin atau senter, meraba-raba kesana kemari, namun setelah dibiarkan untuk beberapa saat, mata akan mulai beradaptasi dan kita mulai mampu melihat dalam gelap.
Hal yang sama pun bisa terjadi dalam kehidupan kerohanian kita. Ketika kita mulai mentolerir dosa-dosa "kecil", ketika kita mulai menganggap bahwa sebuah dosa itu hanyalah bagian dari hal yang sifatnya manusiawi, wajar, maka lambat laun kita akan menjadi terbiasa berbuat dosa. Dan akhirnya kita pun hidup dalam kegelapan, dimana kita tidak akan mampu bersekutu dengan Tuhan. Hal inilah yang diingatkan Yohanes melalui ayat bacaan hari ini. Lebih lanjut, Yesus pun mengingatkan kita agar berhati-hati menjaga diri kita agar tidak terperangkap dalam kegelapan. "Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan." (Matius 12:35). Paulus berpesan pada jemaat Efesus mengenai hal ini dengan rinci. Pada perikop Hidup Sebagai Anak Terang (Efesus 5:1-21), kita diingatkan agar selalu hidup dalam kasih (ay 1), jangan sampai diri kita dimasuki oleh rupa-rupa kecemaran, keserakahan, percabulan, perkataan kotor dan kosong dan lain-lain (ay 3), dan kita harus tetap waspada agar jangan sampai disesatkan (ay 6). Kenapa Paulus mengingatkan hal ini? Karena dengan menerima Kristus, kita adalah anak-anak terang. "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yoh 8:12). Karena itu pula, bagi kita yang mengikut Yesus, kita pun diminta untuk menjadi terang dunia. (Lukas 5:14). Kita tidak akan bisa menjadi terang dunia jika kegelapan masih memiliki kuasa atas diri kita. Karenanya, Paulus pun mengingatkan kita agar senantiasa hidup sebagai anak-anak terang. "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang" (Efesus 5:9).
Say no to sin, no matter how small it is. Dosa sekecil apapun bisa menjadi pintu masuk iblis untuk menyesatkan kita lebih jauh. Jangan pernah beri toleransi, jangan beri kesempatan, jangan buka peluang. Jangan sampai tanpa sadar kita menjadi terbiasa dalam kegelapan, tebiasa berbuat dosa dan kehilangan segala yang baik dari Tuhan. Tetaplah hidup sesuai firman Tuhan, dan hiduplah kudus sehingga Roh Kudus menerangi hidup kita. Tidak akan ada gelap yang mampu melawan terang kecuali kita sendiri yang menyingkirkan terang dan mengijinkan gelap memasuki hidup kita. Pastikan kita tetap memiliki terang Kristus dan bercahaya di depan orang dan dengan demikian kita memuliakan Bapa. "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16).
Say no to sin, no matter how small it is
==========================
"Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran."
Beberapa kali saya pernah datang terlambat ke gedung bioskop dan film sudah dimulai. Dari terang di luar ke dalam ruangan bioskop yang gelap, rasanya sulit sekali melihat dan melangkah menuju tempat duduk pun harus berhati-hati supaya tidak tersandung. Tapi setelah beberapa waktu, mata akan menyesuaikan diri dengan kegelapan dan secara perlahan kita akan bisa melihat sekitar kita. Mata beradaptasi dengan kegelapan, terbiasa dengan situasi gelap itu dan kemudian kita bisa melihat dalam gelap. Kalau terjadi pemadaman listrik tiba-tiba pun demikian. Kita akan sangat kesulitan mencari lilin atau senter, meraba-raba kesana kemari, namun setelah dibiarkan untuk beberapa saat, mata akan mulai beradaptasi dan kita mulai mampu melihat dalam gelap.
Hal yang sama pun bisa terjadi dalam kehidupan kerohanian kita. Ketika kita mulai mentolerir dosa-dosa "kecil", ketika kita mulai menganggap bahwa sebuah dosa itu hanyalah bagian dari hal yang sifatnya manusiawi, wajar, maka lambat laun kita akan menjadi terbiasa berbuat dosa. Dan akhirnya kita pun hidup dalam kegelapan, dimana kita tidak akan mampu bersekutu dengan Tuhan. Hal inilah yang diingatkan Yohanes melalui ayat bacaan hari ini. Lebih lanjut, Yesus pun mengingatkan kita agar berhati-hati menjaga diri kita agar tidak terperangkap dalam kegelapan. "Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan." (Matius 12:35). Paulus berpesan pada jemaat Efesus mengenai hal ini dengan rinci. Pada perikop Hidup Sebagai Anak Terang (Efesus 5:1-21), kita diingatkan agar selalu hidup dalam kasih (ay 1), jangan sampai diri kita dimasuki oleh rupa-rupa kecemaran, keserakahan, percabulan, perkataan kotor dan kosong dan lain-lain (ay 3), dan kita harus tetap waspada agar jangan sampai disesatkan (ay 6). Kenapa Paulus mengingatkan hal ini? Karena dengan menerima Kristus, kita adalah anak-anak terang. "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yoh 8:12). Karena itu pula, bagi kita yang mengikut Yesus, kita pun diminta untuk menjadi terang dunia. (Lukas 5:14). Kita tidak akan bisa menjadi terang dunia jika kegelapan masih memiliki kuasa atas diri kita. Karenanya, Paulus pun mengingatkan kita agar senantiasa hidup sebagai anak-anak terang. "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang" (Efesus 5:9).
Say no to sin, no matter how small it is. Dosa sekecil apapun bisa menjadi pintu masuk iblis untuk menyesatkan kita lebih jauh. Jangan pernah beri toleransi, jangan beri kesempatan, jangan buka peluang. Jangan sampai tanpa sadar kita menjadi terbiasa dalam kegelapan, tebiasa berbuat dosa dan kehilangan segala yang baik dari Tuhan. Tetaplah hidup sesuai firman Tuhan, dan hiduplah kudus sehingga Roh Kudus menerangi hidup kita. Tidak akan ada gelap yang mampu melawan terang kecuali kita sendiri yang menyingkirkan terang dan mengijinkan gelap memasuki hidup kita. Pastikan kita tetap memiliki terang Kristus dan bercahaya di depan orang dan dengan demikian kita memuliakan Bapa. "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16).
Say no to sin, no matter how small it is
Thursday, November 20, 2008
Kita Tidak DibiarkanNya Sendirian
Ayat bacaan: Mazmur 46:2
=========================
"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."
Saya menyadari benar betapa sulitnya kita menghadapi cobaan, apalagi ketika kita merasa sendirian, sementara orang lain tidak ada yang bisa mengerti, malah menambah penderitaan dengan terus menyalahkan kita. Saya sendiri pernah mengalami hal yang kurang lebih sama. Mungkin di dunia ini kita merasa tidak ada yg bisa mengerti dan memberi kekuatan, tapi ingatlah bahwa Tuhan tetap ada bersama anda. Saya selalu berkata pada teman-teman saya yang tengah mengalami persoalan hidup, bahwa jangan pernah menggantungkan seluruh harapan pada manusia, karena hal tersebut bisa berujung pada kekecewaan. Dari saudara-saudara seiman sekalipun, terkadang mereka malah menjadi batu sandungan dan bisa semakin menjauhkan rasa percaya kita pada Bapa.
Saya yakin Tuhan punya rencana dalam hidup kita. Manusia bisa mengecewakan, tapi Tuhan tidak. Dia selalu hadir menyertai kita dengan kasih setiaNya. Ada ayat yang berbunyi "Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Ayat ini tampil beberapa kali pada kitab Mazmur, dan juga beberapa kitab lainnya. Lewat ayat inilah saya yakin bahwa Tuhan sangat mengerti pergumulan kita, Dia sangat peduli, sehingga merasa perlu untuk mengingatkan kita beberapa kali pula untuk tetap bersyukur dalam segala situasi. Satu hal yang pasti, kita tidak pernah sendiri dibiarkanNya sendirian. Yesus selalu beserta kita. Betapa indahnya janji Yesus: "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:20) Berkali-kali pula Dia mengingatkan kita bahwa Dia akan selalu beserta kita ketika berbagai kesulitan dan masalah tengah menerpa hidup kita. "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8). Dan lihatlah perkataan Yesus ini. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Saya mengundang teman-teman sekalian untuk membaca Mazmur 46:1-11, disana ada janji luar biasa Allah ketika kita berada dalam kesesakan. Ada banyak lagi sebenarnya, dan semuanya itu menunjukkan betapa Tuhan mengerti dan siap mengangkat kita dari keadaan paling gelap sekalipun. Dan ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah ingkar janji. Yang jadi pertanyaan bukanlah apakah Tuhan mau atau sanggup membantu kita, tapi sejauh mana kita bisa percaya pada firman Tuhan dan janji-janjiNya. "Dari segala yang baik yang dijanjikan TUHAN kepada kaum Israel, tidak ada yang tidak dipenuhi; semuanya terpenuhi." (Yosua 21:45) Firman Tuhan itu selalu ya dan amin.
Teman-teman yang dikasihi Yesus, terutama anda yang saat ini tengah menghadapi pergumulan hidup, datanglah padaNya malam ini. Berdoalah, ucapkan syukur atas janji setiaNya untuk selalu menyertai kita. Percayalah dengan iman teguh bahwa Tuhan sungguh mengerti dan akan melepaskan anda dari cobaan apapun. Dia selalu rindu akan kehadiran anak-anakNya, bukan hanya untuk berkeluh kesah dan mohon pertolongan, tapi untuk memberikan korban terbaik lewat ucapan syukur. Dia rindu anak-anakNya menyadari sepenuhnya bahwa dalam Tuhan tidak akan pernah ada batas pengharapan, dan tidak akan pernah ada masalah yang tidak terselesaikan. Dalam Dia ada kemenangan! Kami selalu mendoakan saudara agar saudara dikuatkan dan tetap diberi kelegaan dan sukacita berlimpah dalam percobaan terberat sekalipun. Haleluya.
Jangan pernah takut, karena kita tidak akan pernah dibiarkanNya sendirian
=========================
"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."
Saya menyadari benar betapa sulitnya kita menghadapi cobaan, apalagi ketika kita merasa sendirian, sementara orang lain tidak ada yang bisa mengerti, malah menambah penderitaan dengan terus menyalahkan kita. Saya sendiri pernah mengalami hal yang kurang lebih sama. Mungkin di dunia ini kita merasa tidak ada yg bisa mengerti dan memberi kekuatan, tapi ingatlah bahwa Tuhan tetap ada bersama anda. Saya selalu berkata pada teman-teman saya yang tengah mengalami persoalan hidup, bahwa jangan pernah menggantungkan seluruh harapan pada manusia, karena hal tersebut bisa berujung pada kekecewaan. Dari saudara-saudara seiman sekalipun, terkadang mereka malah menjadi batu sandungan dan bisa semakin menjauhkan rasa percaya kita pada Bapa.
Saya yakin Tuhan punya rencana dalam hidup kita. Manusia bisa mengecewakan, tapi Tuhan tidak. Dia selalu hadir menyertai kita dengan kasih setiaNya. Ada ayat yang berbunyi "Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Ayat ini tampil beberapa kali pada kitab Mazmur, dan juga beberapa kitab lainnya. Lewat ayat inilah saya yakin bahwa Tuhan sangat mengerti pergumulan kita, Dia sangat peduli, sehingga merasa perlu untuk mengingatkan kita beberapa kali pula untuk tetap bersyukur dalam segala situasi. Satu hal yang pasti, kita tidak pernah sendiri dibiarkanNya sendirian. Yesus selalu beserta kita. Betapa indahnya janji Yesus: "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:20) Berkali-kali pula Dia mengingatkan kita bahwa Dia akan selalu beserta kita ketika berbagai kesulitan dan masalah tengah menerpa hidup kita. "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8). Dan lihatlah perkataan Yesus ini. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Saya mengundang teman-teman sekalian untuk membaca Mazmur 46:1-11, disana ada janji luar biasa Allah ketika kita berada dalam kesesakan. Ada banyak lagi sebenarnya, dan semuanya itu menunjukkan betapa Tuhan mengerti dan siap mengangkat kita dari keadaan paling gelap sekalipun. Dan ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah ingkar janji. Yang jadi pertanyaan bukanlah apakah Tuhan mau atau sanggup membantu kita, tapi sejauh mana kita bisa percaya pada firman Tuhan dan janji-janjiNya. "Dari segala yang baik yang dijanjikan TUHAN kepada kaum Israel, tidak ada yang tidak dipenuhi; semuanya terpenuhi." (Yosua 21:45) Firman Tuhan itu selalu ya dan amin.
Teman-teman yang dikasihi Yesus, terutama anda yang saat ini tengah menghadapi pergumulan hidup, datanglah padaNya malam ini. Berdoalah, ucapkan syukur atas janji setiaNya untuk selalu menyertai kita. Percayalah dengan iman teguh bahwa Tuhan sungguh mengerti dan akan melepaskan anda dari cobaan apapun. Dia selalu rindu akan kehadiran anak-anakNya, bukan hanya untuk berkeluh kesah dan mohon pertolongan, tapi untuk memberikan korban terbaik lewat ucapan syukur. Dia rindu anak-anakNya menyadari sepenuhnya bahwa dalam Tuhan tidak akan pernah ada batas pengharapan, dan tidak akan pernah ada masalah yang tidak terselesaikan. Dalam Dia ada kemenangan! Kami selalu mendoakan saudara agar saudara dikuatkan dan tetap diberi kelegaan dan sukacita berlimpah dalam percobaan terberat sekalipun. Haleluya.
Jangan pernah takut, karena kita tidak akan pernah dibiarkanNya sendirian
Wednesday, November 19, 2008
Teguran Allah (2) : Berbahagialah Jika Ditegur
Ayat bacaan: Ayub 5:17
=====================
"Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa."
Kemarin kita sudah melihat apa yang terjadi ketika Bileam ditegur Tuhan lewat keledainya. Hari ini mari kita lihat lebih jauh ayat yang sudah saya kutip sebelumnya, yaitu dari kitab Ayub. "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa." (Ayub 5:17). Mengapa kita harus berbahagia ketika ditegur Allah? Ayat-ayat berikutnya mulai dari ayat 18-26 menjelaskan alasannya dengan serangkaian daftar yang sungguh luar biasa kepada orang yang ditegur Allah.
- Kita luput dari malapetaka,
- Tuhan akan menyelamatkan kita dari bencana kelaparan,
- janji akan perlindungan,
- ada berkat atas pekerjaan,
- kemurahan hidup,
- keamanan,
- panjang umur
- diberkati dengan keturunan yang banyak
Semuanya menjadi janji yang ditetapkan Allah bagi orang yang Dia tegur. Dan lihatlah penutup dari perikop ini: "Sesungguhnya, semuanya itu telah kami selidiki, memang demikianlah adanya; dengarkanlah dan camkanlah itu!" (ay 27).
Semua berkat luar biasa diatas bisa tercurah ketika kita mendengar teguran Allah dan berbalik menuruti kehendakNya dengan sepenuh hati. Artinya, teguran Allah akan menempatkan kita pada posisi yang benar, sehingga dosa dan kesalahan-kesalahan kita tidak lagi merintangi datangnya berkat yang Dia curahkan pada kita. Itulah mengapa ketika kita ditegur, kita seharusnya merasa berbahagia. Teguran itu adalah bentuk didikan atas kasih Allah yang sangat besar pada kita. Dia tidak ingin satupun dari kita tersesat dan akhirnya tidak mendapat bagian dari kerajaanNya kelak. Pada kesempatan lain, Salomo juga melihat hal yang sama. "Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan." (Amsal 6:23). Atau lihatlah ayat lain: "Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu." (12:1). Salomo kemudian melanjutkan "Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi."(15:32) dan akhirnya menyimpulkan: "Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi" (29:15). Semua teguran Allah pada kita bukanlah bermaksud untuk menyiksa dan menyakiti kita, namun semuanya adalah untuk mendidik kita agar lebih baik dan selamat hingga akhir. Ketika Dia memberi teguran, itu bukanlah berarti Allah menjatuhkan batu besar di atas kepala kita agar binasa, tapi sesungguhnya yang Dia lakukan adalah menyelamatkan anda agar jangan sampai tertimpa batu besar seperti gambar di atas. Maka ketika mendapat teguran dari Allah, bersyukurlah. Itu tandanya Tuhan sayang pada kita, Dia memperhatikan kita dan sangat peduli, Dia begitu mengasihi kita. Yang penting adalah bagaimana sikap kita menyikapi datangnya teguran Tuhan tersebut.
Kita manusia yang setiap hari tidak luput dari kesalahan, tapi Tuhan telah berulang kali menunjukkan bahwa Dia sanggup mengubah orang secara ajaib. Dia tetap peduli dan selalu mengingatkan kita, dan pada saat-saat tertentu, Dia merasa perlu untuk memberi teguran, semua untuk kebaikan kita sendiri. Janganlah kita mengeraskan hati, lalu bersungut-sungut dan malah menyalahkan Tuhan dalam menyikapi teguran, karena hal tersebut bisa membinasakan kita. "Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya,janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku." (Ibrani 3:7-11).Jika kita mendengarkan tegurannya dan memperbaiki diri, Tuhan sendirilah yang akan menuntun kita menuju jalan yang benar sesuai dengan rencana dan kehendakNya dalam hidup kita. Mari kita semua peka dan jeli dalam menangkap teguran Tuhan dan segera menjadikannya sebagai peringatan atau didikan yang berasal dari kasih Tuhan yang begitu besar untuk terus menyempurnakan diri kita.
Teguran mendatangkan kebaikan pada kita. Berbahagialah mereka yang ditegur Allah!
=====================
"Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa."
Kemarin kita sudah melihat apa yang terjadi ketika Bileam ditegur Tuhan lewat keledainya. Hari ini mari kita lihat lebih jauh ayat yang sudah saya kutip sebelumnya, yaitu dari kitab Ayub. "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa." (Ayub 5:17). Mengapa kita harus berbahagia ketika ditegur Allah? Ayat-ayat berikutnya mulai dari ayat 18-26 menjelaskan alasannya dengan serangkaian daftar yang sungguh luar biasa kepada orang yang ditegur Allah.
- Kita luput dari malapetaka,
- Tuhan akan menyelamatkan kita dari bencana kelaparan,
- janji akan perlindungan,
- ada berkat atas pekerjaan,
- kemurahan hidup,
- keamanan,
- panjang umur
- diberkati dengan keturunan yang banyak
Semuanya menjadi janji yang ditetapkan Allah bagi orang yang Dia tegur. Dan lihatlah penutup dari perikop ini: "Sesungguhnya, semuanya itu telah kami selidiki, memang demikianlah adanya; dengarkanlah dan camkanlah itu!" (ay 27).
Semua berkat luar biasa diatas bisa tercurah ketika kita mendengar teguran Allah dan berbalik menuruti kehendakNya dengan sepenuh hati. Artinya, teguran Allah akan menempatkan kita pada posisi yang benar, sehingga dosa dan kesalahan-kesalahan kita tidak lagi merintangi datangnya berkat yang Dia curahkan pada kita. Itulah mengapa ketika kita ditegur, kita seharusnya merasa berbahagia. Teguran itu adalah bentuk didikan atas kasih Allah yang sangat besar pada kita. Dia tidak ingin satupun dari kita tersesat dan akhirnya tidak mendapat bagian dari kerajaanNya kelak. Pada kesempatan lain, Salomo juga melihat hal yang sama. "Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan." (Amsal 6:23). Atau lihatlah ayat lain: "Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu." (12:1). Salomo kemudian melanjutkan "Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi."(15:32) dan akhirnya menyimpulkan: "Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi" (29:15). Semua teguran Allah pada kita bukanlah bermaksud untuk menyiksa dan menyakiti kita, namun semuanya adalah untuk mendidik kita agar lebih baik dan selamat hingga akhir. Ketika Dia memberi teguran, itu bukanlah berarti Allah menjatuhkan batu besar di atas kepala kita agar binasa, tapi sesungguhnya yang Dia lakukan adalah menyelamatkan anda agar jangan sampai tertimpa batu besar seperti gambar di atas. Maka ketika mendapat teguran dari Allah, bersyukurlah. Itu tandanya Tuhan sayang pada kita, Dia memperhatikan kita dan sangat peduli, Dia begitu mengasihi kita. Yang penting adalah bagaimana sikap kita menyikapi datangnya teguran Tuhan tersebut.
Kita manusia yang setiap hari tidak luput dari kesalahan, tapi Tuhan telah berulang kali menunjukkan bahwa Dia sanggup mengubah orang secara ajaib. Dia tetap peduli dan selalu mengingatkan kita, dan pada saat-saat tertentu, Dia merasa perlu untuk memberi teguran, semua untuk kebaikan kita sendiri. Janganlah kita mengeraskan hati, lalu bersungut-sungut dan malah menyalahkan Tuhan dalam menyikapi teguran, karena hal tersebut bisa membinasakan kita. "Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya,janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku." (Ibrani 3:7-11).Jika kita mendengarkan tegurannya dan memperbaiki diri, Tuhan sendirilah yang akan menuntun kita menuju jalan yang benar sesuai dengan rencana dan kehendakNya dalam hidup kita. Mari kita semua peka dan jeli dalam menangkap teguran Tuhan dan segera menjadikannya sebagai peringatan atau didikan yang berasal dari kasih Tuhan yang begitu besar untuk terus menyempurnakan diri kita.
Teguran mendatangkan kebaikan pada kita. Berbahagialah mereka yang ditegur Allah!
Tuesday, November 18, 2008
Teguran Allah (1) : Bileam dan Keledainya
Ayat bacaan: Bilangan 22:30
===========================
"Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?"
Memang tidak enak rasanya jika kita ditegur. Walaupun teguran itu biasanya terjadi akibat kesalahan kita sendiri, dan demi kebaikan kita juga, tetapi tetap saja teguran seringkali meninggalkan perasaan tidak nyaman. Apalagi kalau sudah menyangkut harga diri, wah runyam ceritanya. Itu masih teguran dari sesama manusia. Bagaimana jika yang menegur bukan manusia, tetapi keledai? Apa rasanya? Mari kita tanya pada Bileam. Bileam mengalami peristiwa yang bagi kita mungkin terasa sangat memalukan. Kebandelannya membuat Tuhan berbicara melalui keledai yang ditungganginya.
Pada saat itu Raja Balak mengirim beberapa utusannya menemui Bileam, dengan tujuan menyuruh Bileam mengutuk bangsa Israel. Ketika hal itu disampaikan pada Bileam, Bileam pun meminta waktu untuk bertanya pada Tuhan. Apa kata Tuhan? "Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati." (Bilangan 22:12). Ini adalah sebuah larangan, dan Bileam pun taat. Tapi kemudian penolakan Bileam disikapi Balak dengan kembali mengutus orang-orang yang lebih banyak dan lebih terhormat, ditambah upah yang jauh lebih besar. Dan Bileam pun awalnya kembali menolak, tapi lihat ini, Bileam kembali mempertanyakan hal yang sama pada Tuhan. Meskipun keputusan bertanya pada Tuhan merupakan sebuah bentuk ketaatan, namun ketaatannya tidak penuh. Jika ia taat penuh, seharusnya Bileam tidak perlu bertanya lagi karena sejak awal Tuhan telah menyatakan tidak. Tapi Bileam kembali bertanya dan berharap Tuhan berubah pendirian. Tuhan tahu isi hati Bileam dan kemudian terpaksa menguji kesetiaannya. Tuhan mengijinkan dia pergi dengan catatan hanya diijinkan untuk melakukan apa yang difirmankan Tuhan. Dan keberangkatan Bileam pun membuat Tuhan marah. Ketika manusia tidak lagi mendengar perintah Tuhan lewat perkataan halus, Tuhan pun memakai sarana lain. Dalam kasus Bileam, Tuhan memakai keledainya! Keledai Bileam melihat Malaikat dan hal tersebut mengganggu kelancaran perjalanan, sehingga Bileam pun kesal lalu memukuli keledainya. Dan selanjutnya keledai itu pun berbicara menegur Bileam, yang kemudian disusul dengan penampakan Malaikat. Semua itu, membuat Bileam sadar bahwa apa yang dia lakukan adalah salah. Dan untunglah, Bileam segera menyesali kesalahannya dan berubah menjadi taat sepenuhnya. Betapa ironisnya, seekor keledai saja mampu melihat, tapi manusia tidak. Semua ini tidak harus terjadi apabila Bileam patuh sepenuhnya sejak awal dan tidak berulang-ulang mempertanyakan keputusan Tuhan.
Sikap Bileam ini sebenarnya menjadi cerminan sikap banyak orang percaya. Inilah pergumulan banyak anak Tuhan, termasuk saya sendiri, dan mungkin anda juga. Bileam bukan orang yang tidak percaya, dia sama seperti kita, percaya pada Tuhan, dan menunjukkan ketaatan, tapi sayangnya ketaatan itu masih sering tidak sepenuhnya utuh. Terkadang kita pun berusaha meyakinkan Tuhan, bahkan memaksa Tuhan untuk menyetujui apa yang kita anggap baik, padahal itu belum tentu yang terbaik menurut Tuhan. Doa-doa kita bukanlah dibangun dalam bentuk ketaatan dan penyerahan sepenuhnya, namun malah bertujuan untuk meminta Tuhan mengabulkan apa yang kita inginkan. Maka tidak heran jika ada saat dimana kita ditegur. Teguran Tuhan bisa datang lewat apa saja, baik secara lembut lewat hati nurani, lewat firman Tuhan yang disampaikan pada kita, lewat orang-orang yang berbicara pada kita, hingga teguran keras lewat berbagai kejadian jika kita masih juga bandel dan tuli.
Saya sendiri beberapa kali mendapat teguran dari Tuhan lewat berbagai hal. Saya tahu pasti, Tuhan bisa memakai sarana apapun untuk menegur. Saya pun tahu pasti, teguran itu bukanlah bertujuan untuk menyakiti atau mempermalukan kita, tapi bertujuan demi kebaikan kita juga. Tidakkah lebih baik ditegur saat ini daripada dibiarkan untuk masuk ke dalam siksaan kekal? Ayub pernah berkata, "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa." (Ayub 5:17). Berbagai teguran itu jika kita sikapi dengan baik akan membuat kita terus bertambah baik pula. Itu pasti. Bentuk teguran adalah untuk mendidik kita, karena Tuhan begitu mengasihi kita dan tidak ingin kita menderita kelak. Dan karena itulah, kita pantas berbahagia ketika ditegur Tuhan. Pertanyaannya, apakah kita cukup ditegur dengan halus, atau harus lewat teguran "memalukan" seperti Bileam, atau bahkan harus melalui penderitaan dan rasa sakit? Semua tergantung sejauh mana kita mau mendengarkan dan menuruti teguran Tuhan, sejauh mana kita mau berubah dari jalan yang salah dan kembali pada "rel" yang sesuai keinginan Tuhan. Bagi saya sendiri, adalah jauh lebih baik untuk terus ditegur demi kebaikan, daripada dibiarkan tersesat dan berakhir pada penyesalan. Saya bersyukur untuk teguran demi teguran, juga untuk kesempatan yang masih diberikan pada saya untuk bertobat dan berubah menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Oleh sebab itu, janganlah keraskan hati ketika kita ditegur. "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7b).
Dengarkan dan patuhi segera teguran Tuhan sesegera mungkin
===========================
"Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?"
Memang tidak enak rasanya jika kita ditegur. Walaupun teguran itu biasanya terjadi akibat kesalahan kita sendiri, dan demi kebaikan kita juga, tetapi tetap saja teguran seringkali meninggalkan perasaan tidak nyaman. Apalagi kalau sudah menyangkut harga diri, wah runyam ceritanya. Itu masih teguran dari sesama manusia. Bagaimana jika yang menegur bukan manusia, tetapi keledai? Apa rasanya? Mari kita tanya pada Bileam. Bileam mengalami peristiwa yang bagi kita mungkin terasa sangat memalukan. Kebandelannya membuat Tuhan berbicara melalui keledai yang ditungganginya.
Pada saat itu Raja Balak mengirim beberapa utusannya menemui Bileam, dengan tujuan menyuruh Bileam mengutuk bangsa Israel. Ketika hal itu disampaikan pada Bileam, Bileam pun meminta waktu untuk bertanya pada Tuhan. Apa kata Tuhan? "Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati." (Bilangan 22:12). Ini adalah sebuah larangan, dan Bileam pun taat. Tapi kemudian penolakan Bileam disikapi Balak dengan kembali mengutus orang-orang yang lebih banyak dan lebih terhormat, ditambah upah yang jauh lebih besar. Dan Bileam pun awalnya kembali menolak, tapi lihat ini, Bileam kembali mempertanyakan hal yang sama pada Tuhan. Meskipun keputusan bertanya pada Tuhan merupakan sebuah bentuk ketaatan, namun ketaatannya tidak penuh. Jika ia taat penuh, seharusnya Bileam tidak perlu bertanya lagi karena sejak awal Tuhan telah menyatakan tidak. Tapi Bileam kembali bertanya dan berharap Tuhan berubah pendirian. Tuhan tahu isi hati Bileam dan kemudian terpaksa menguji kesetiaannya. Tuhan mengijinkan dia pergi dengan catatan hanya diijinkan untuk melakukan apa yang difirmankan Tuhan. Dan keberangkatan Bileam pun membuat Tuhan marah. Ketika manusia tidak lagi mendengar perintah Tuhan lewat perkataan halus, Tuhan pun memakai sarana lain. Dalam kasus Bileam, Tuhan memakai keledainya! Keledai Bileam melihat Malaikat dan hal tersebut mengganggu kelancaran perjalanan, sehingga Bileam pun kesal lalu memukuli keledainya. Dan selanjutnya keledai itu pun berbicara menegur Bileam, yang kemudian disusul dengan penampakan Malaikat. Semua itu, membuat Bileam sadar bahwa apa yang dia lakukan adalah salah. Dan untunglah, Bileam segera menyesali kesalahannya dan berubah menjadi taat sepenuhnya. Betapa ironisnya, seekor keledai saja mampu melihat, tapi manusia tidak. Semua ini tidak harus terjadi apabila Bileam patuh sepenuhnya sejak awal dan tidak berulang-ulang mempertanyakan keputusan Tuhan.
Sikap Bileam ini sebenarnya menjadi cerminan sikap banyak orang percaya. Inilah pergumulan banyak anak Tuhan, termasuk saya sendiri, dan mungkin anda juga. Bileam bukan orang yang tidak percaya, dia sama seperti kita, percaya pada Tuhan, dan menunjukkan ketaatan, tapi sayangnya ketaatan itu masih sering tidak sepenuhnya utuh. Terkadang kita pun berusaha meyakinkan Tuhan, bahkan memaksa Tuhan untuk menyetujui apa yang kita anggap baik, padahal itu belum tentu yang terbaik menurut Tuhan. Doa-doa kita bukanlah dibangun dalam bentuk ketaatan dan penyerahan sepenuhnya, namun malah bertujuan untuk meminta Tuhan mengabulkan apa yang kita inginkan. Maka tidak heran jika ada saat dimana kita ditegur. Teguran Tuhan bisa datang lewat apa saja, baik secara lembut lewat hati nurani, lewat firman Tuhan yang disampaikan pada kita, lewat orang-orang yang berbicara pada kita, hingga teguran keras lewat berbagai kejadian jika kita masih juga bandel dan tuli.
Saya sendiri beberapa kali mendapat teguran dari Tuhan lewat berbagai hal. Saya tahu pasti, Tuhan bisa memakai sarana apapun untuk menegur. Saya pun tahu pasti, teguran itu bukanlah bertujuan untuk menyakiti atau mempermalukan kita, tapi bertujuan demi kebaikan kita juga. Tidakkah lebih baik ditegur saat ini daripada dibiarkan untuk masuk ke dalam siksaan kekal? Ayub pernah berkata, "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa." (Ayub 5:17). Berbagai teguran itu jika kita sikapi dengan baik akan membuat kita terus bertambah baik pula. Itu pasti. Bentuk teguran adalah untuk mendidik kita, karena Tuhan begitu mengasihi kita dan tidak ingin kita menderita kelak. Dan karena itulah, kita pantas berbahagia ketika ditegur Tuhan. Pertanyaannya, apakah kita cukup ditegur dengan halus, atau harus lewat teguran "memalukan" seperti Bileam, atau bahkan harus melalui penderitaan dan rasa sakit? Semua tergantung sejauh mana kita mau mendengarkan dan menuruti teguran Tuhan, sejauh mana kita mau berubah dari jalan yang salah dan kembali pada "rel" yang sesuai keinginan Tuhan. Bagi saya sendiri, adalah jauh lebih baik untuk terus ditegur demi kebaikan, daripada dibiarkan tersesat dan berakhir pada penyesalan. Saya bersyukur untuk teguran demi teguran, juga untuk kesempatan yang masih diberikan pada saya untuk bertobat dan berubah menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Oleh sebab itu, janganlah keraskan hati ketika kita ditegur. "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7b).
Dengarkan dan patuhi segera teguran Tuhan sesegera mungkin
Monday, November 17, 2008
Tetap Setia Melayani Tuhan
Ayat bacaan:Lukas 14:11
=======================
Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Dalam sebuah wawancara saya dengan seorang vokalis dari sebuah band ternama saya mendapat cerita menarik tentang awal karirnya. Semuanya dimulai ketika ia tengah melayani pada satu kebaktian di gereja. Pada saat itu ia bermain drum, dan kebetulan setelah kebaktian bakal ada sebuah konser musik jazz. Permainan drumnya menurut si vokalis tidaklah istimewa. Tapi entah kenapa ia menarik perhatian seorang pianis terkenal di negara kita yang sedang menunggu kebaktian selesai. Dia diundang untuk datang ke rumah sang pianis, kemudian disuruh berhenti bermain drum, dan beralih kepada olah vokal. Ia lalu mengikuti sebuah acara TV yang mencari penyanyi berbakat dan berhasil keluar sebagai salah satu pemenang. Bakatnya kemudian mengantarkan dirinya untuk menjadi vokalis dari sebuah band anak muda yang sedang naik daun.Kesuksesan pun menghampiri dirinya. Apakah semua itu merubah dirinya? ternyata tidak. Dia masih aktif melayani hingga saat ini di gereja. Menurutnya, semua yang ia raih adalah berkat dari Tuhan. Dulu dia sungguh-sungguh melayani, kini pun komitmennya tidak berubah sedikitpun. "kita tahu berapa banyak anak-anak Tuhan yang meninggalkan Tuhan setelah meraih sukses, dan lihat apa yang terjadi pada mereka.. gue tidak mau seperti itu, gue mau setia. Lagipula semua yang gue capai berasal dari Tuhan.." katanya. Luar biasa bukan? Kisah yang sama saya jumpai dalam pagelaran Java Jazz 2008 di hari ketiga yang jatuh pada hari Minggu. Ada beberapa musisi internasional yang ikut tampil pada kebaktian pagi yang diadakan di Jakarta Convention Center. Mereka memang musisi-musisi bertaraf internasional dan terkenal, tapi ketika ada di panggung untuk memuliakan Tuhan, mereka adalah hamba-hamba Tuhan yang sedang melayani. "All for the glory of Jesus!" teriak salah seorang vokalis Incognito.
Sang vokalis tidak salah. Kita melihat dalam perjalanan hidup selebritis begitu banyak yang terjatuh pada berbagai macam dosa karena mereka terbuai akan kesuksesan, kemakmuran dan kekayaan mereka. Ketika Tuhan memberkati mereka secara melimpah, mereka bukannya bersyukur dan menjadi lebih mencintai Tuhan, tapi sebaliknya malah meninggalkan Tuhan dan terus tenggelam dalam dosa. Bersikap tetap rendah hati dan setia melayani Tuhan adalah sebuah pilihan terbaik, apalagi ketika kita mempunyai kesempatan, kemampuan dan talenta untuk melayani dan menyatakan kemuliaan Tuhan dalam berbagai bidang. Apapun yang kita buat bagi Tuhan, betapapun kecilnya, akan sangat berharga di mata Tuhan. Paulus pun mengingatkan kita akan hal tersebut."Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Kita harus memiliki visi yang sama seperti Tuhan Yesus yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. (Matius 20:28).
"Don't wait till tomorrow what you can do today". Peribahasa ini juga berlaku dalam kehidupan rohani kita. Tidak ada alasan apapun untuk bisa melayani Tuhan, karena kita semua memiliki kelebihan dan bakat yang berbeda-beda. Miliki komitmen untuk melayani, bukan untuk ketenaran pribadi, tapi untuk kemuliaan Allah yang telah memberikan kita kemampuan untuk itu. "Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin." (1 Petrus 4:11)
Nyatakanlah kemuliaan Allah lewat tindakan, perbuatan dan pelayanan kita pada sesama
=======================
Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Dalam sebuah wawancara saya dengan seorang vokalis dari sebuah band ternama saya mendapat cerita menarik tentang awal karirnya. Semuanya dimulai ketika ia tengah melayani pada satu kebaktian di gereja. Pada saat itu ia bermain drum, dan kebetulan setelah kebaktian bakal ada sebuah konser musik jazz. Permainan drumnya menurut si vokalis tidaklah istimewa. Tapi entah kenapa ia menarik perhatian seorang pianis terkenal di negara kita yang sedang menunggu kebaktian selesai. Dia diundang untuk datang ke rumah sang pianis, kemudian disuruh berhenti bermain drum, dan beralih kepada olah vokal. Ia lalu mengikuti sebuah acara TV yang mencari penyanyi berbakat dan berhasil keluar sebagai salah satu pemenang. Bakatnya kemudian mengantarkan dirinya untuk menjadi vokalis dari sebuah band anak muda yang sedang naik daun.Kesuksesan pun menghampiri dirinya. Apakah semua itu merubah dirinya? ternyata tidak. Dia masih aktif melayani hingga saat ini di gereja. Menurutnya, semua yang ia raih adalah berkat dari Tuhan. Dulu dia sungguh-sungguh melayani, kini pun komitmennya tidak berubah sedikitpun. "kita tahu berapa banyak anak-anak Tuhan yang meninggalkan Tuhan setelah meraih sukses, dan lihat apa yang terjadi pada mereka.. gue tidak mau seperti itu, gue mau setia. Lagipula semua yang gue capai berasal dari Tuhan.." katanya. Luar biasa bukan? Kisah yang sama saya jumpai dalam pagelaran Java Jazz 2008 di hari ketiga yang jatuh pada hari Minggu. Ada beberapa musisi internasional yang ikut tampil pada kebaktian pagi yang diadakan di Jakarta Convention Center. Mereka memang musisi-musisi bertaraf internasional dan terkenal, tapi ketika ada di panggung untuk memuliakan Tuhan, mereka adalah hamba-hamba Tuhan yang sedang melayani. "All for the glory of Jesus!" teriak salah seorang vokalis Incognito.
Sang vokalis tidak salah. Kita melihat dalam perjalanan hidup selebritis begitu banyak yang terjatuh pada berbagai macam dosa karena mereka terbuai akan kesuksesan, kemakmuran dan kekayaan mereka. Ketika Tuhan memberkati mereka secara melimpah, mereka bukannya bersyukur dan menjadi lebih mencintai Tuhan, tapi sebaliknya malah meninggalkan Tuhan dan terus tenggelam dalam dosa. Bersikap tetap rendah hati dan setia melayani Tuhan adalah sebuah pilihan terbaik, apalagi ketika kita mempunyai kesempatan, kemampuan dan talenta untuk melayani dan menyatakan kemuliaan Tuhan dalam berbagai bidang. Apapun yang kita buat bagi Tuhan, betapapun kecilnya, akan sangat berharga di mata Tuhan. Paulus pun mengingatkan kita akan hal tersebut."Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Kita harus memiliki visi yang sama seperti Tuhan Yesus yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. (Matius 20:28).
"Don't wait till tomorrow what you can do today". Peribahasa ini juga berlaku dalam kehidupan rohani kita. Tidak ada alasan apapun untuk bisa melayani Tuhan, karena kita semua memiliki kelebihan dan bakat yang berbeda-beda. Miliki komitmen untuk melayani, bukan untuk ketenaran pribadi, tapi untuk kemuliaan Allah yang telah memberikan kita kemampuan untuk itu. "Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin." (1 Petrus 4:11)
Nyatakanlah kemuliaan Allah lewat tindakan, perbuatan dan pelayanan kita pada sesama
Sunday, November 16, 2008
1 Lawan 600, Menang 1
Ayat bacaan: Hakim Hakim 3:31
=============================
"Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel."
Ada banyak film-film hollywood bergenre action yang secara akal sehat tidak masuk akal. Film-film action seperti Rambo (Stallone), Commando (Schwarzenegger) dan film-film sejenisnya menampilkan seorang jagoan yang mampu mengalahkan puluhan ataupun ratusan lawan sendirian. Bagaimana mungkin satu lawan ratusan menang satu? Peluru berdesingan di sekitarnya, bahaya terus mengancam, tapi mereka tidak takluk, malah mampu keluar sebagai pemenang. Film-film action ini semuanya memang fiktif. Ada orang yang iseng, penasaran atau kurang kerjaan, menghitung total lawan Rambo yang terbunuh pada tiga dari empat film (belum termasuk film keempatnya yang terbaru), dan totalnya mencapai 129 orang. Dan itu sulit diterima logika kita. Tapi tahukah anda bahwa alkitab pernah mencatat kisah yang lebih mencengangkan? Jika Rambo menggunakan senapan, panah dan alat-alat perang lainnya, ada tokoh yang bernama Samgar di dalam kitab Hakim Hakim yang mampu menewaskan banyak orang Filistin hanya dengan tongkat penghalau lembu. Berapa totalnya? 600 orang!
Nama Samgar mungkin tidak terlalu dikenal. Ia tidaklah sepopuler Daud, Gideon, Musa, Paulus dan nama-nama besar lainnya yang sudah sangat kita kenal. Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena Samgar hanya muncul dua kali dalam alkitab, yaitu pada kitab Hakim Hakim 3:31 yang menjadi ayat bacaan hari ini, dan kemudian disebutkan sekali lagi dalam nyanyian Debora di dalam Hakim Hakim 5:6. Namun meski demikian, apa yang dilakukan Samgar tetap tercatat di dalam alkitab. Ia mampu menewaskan 600 orang Filistin dengan hanya bersenjatakan tongkat penghalau lembu. Rasanya pendekar-pendekar kungfu bersenjata tongkat pun sulit menyamainya. Apakah Samgar jago kungfu? Saya yakin tidak. Apakah dia ahli ilmu bela diri? Itupun saya rasa tidak.. Tapi apa yang membuatnya mampu mengalahkan demikian banyak? Saya percaya semua itu karena bantuan Tuhan. Dia percaya pada penyertaan Tuhan, dia siap dan maju menghadapi lawan-lawannya, dan dia memenangkan peperangan dengan mencengangkan. Hasil akhirnya, tidak saja Samgar yang selamat, tapi juga menyelamatkan orang Israel dari kebinasaan.
Kita pun setiap hari berjuang dan berperang. Bukan melawan manusia, namun melawan roh-roh jahat di udara, iblis yang setiap saat ingin menyesatkan dan membinasakan. Dalam hidup sehari-hari pun kita tidak luput dari perjuangan menghadapi berbagai masalah dan kesulitan, yang terkadang datang bertubi-tubi. Tapi ingatlah bahwa kata mencengangkan, mengherankan, ajaib, itu semua bukanlah hal baru bagi Tuhan. Baik di masa lalu, seperti yang tertulis sepanjang alkitab yang tebal ini, bahkan hingga hari-hari ini, Tuhan tetap menunjukkan bahwa Dia mampu menjungkirbalikkan logika manusia dengan rangkaian mukjizat dan keajaiban yang terus Dia lakukan. Yesus pun berkata: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah." (Lukas 18:27). Nothing is impossible with God. 600 masalah sekalipun akan mampu kita atasi apabila kita percaya dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya. Jika kita mengacu pada yang dicatat dalam alkitab, Tuhan telah berulang kali menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dan tidak mampu Dia lakukan. Lihatlah siapa yang Dia pilih untuk mengalahkan raksasa Goliat yang juga orang Filistin. Bukan panglima perang tinggi besar, tapi Daud, yang ketika itu masih muda, yang masih kemerah-merahan. (1 Samuel 17:42). Contoh lain, lihatlah kisah Gideon (Hakim-Hakim 6-8), bagaimana Tuhan menyuruh Gideon mengumpulkan hanya 300 prajurit saja, untuk menghadapi orang Midian dan Amalek yang seperti belalang banyaknya atau bahkan seperti pasir di tepi laut banyaknya. Dari yang bukan kisah peperangan pun sama. Yusuf dijual saudaranya ke Mesir, ia hanya sendirian, namun ia memenangkan perjuangan hidup dan menjadi raja. Nuh disuruh membangun kapal yang luar biasa besar pada usianya yang sudah lanjut, ia hanya sendirian, mungkin hanya dibantu oleh anak-anaknya, namun ia mampu. Banyak lagi kisah-kisah yang bisa mendasari kita untuk mampu tampil sebagai pemenang mengatasi berbagai persoalan, bahkan yang kelihatannya tidak mungkin sekalipun. Intinya, dengan adanya penyertaan Tuhan, jika kita percaya sepenuhnya pada Tuhan, maka kita pasti berhasil mengatasi masalah apapun. Mungkin kita pun sendirian bergumul saat ini dengan permasalahan, namun sebenarnya kita tidak pernah sendirian, karena Yesus tetap ada bersama kita. "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."(Matius 28:20)
Tuhan dapat memakai siapapun secara luar biasa. Kita mungkin bukanlah superhero, kita bukan bangsawan, orang super kaya, mencapai jenjang pendidikan yang tertinggi sejagat dan lain-lain. Kita mungkin hanyalah orang biasa yang tidak dikenal orang, namun kita bisa menjadi orang biasa seperti Samgar, yang mengandalkan Tuhan dan percaya sepenuhnya dalam menghadapi masalah. Bagi orang dunia mungkin kita yang mengandalkan Tuhan sepenuhnya tidaklah terkenal, bahkan mungkin direndahkan, namun percayalah, Tuhan mengenal dan berkenan pada anak-anakNya yang mengasihi dan percaya padaNya. Berbagai hal ajaib Tuhan pakai untuk menyatakan diriNya. Bahkan Tuhan lebih suka memakai orang-orang lemah atau bodoh untuk menunjukkan siapa Dia. "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat" (1 Korintus 1:27). Semua ini mengajarkan kita agar menggantungkan iman bukan kepada akal dan logika manusia, tetapi pada kekuatan Allah. (1 Korintus 2:5). Untuk mampu dipakai Allah secara luar biasa dan untuk mampu lepas dari masalah, kuncinya hanyalah tetap berusaha sebaik-baiknya sambil terus mengandalkan hikmat Allah, bukan pada kekuatan sendiri atau kemampuan manusia yang terbatas. Untuk itu, janganlah pernah putus asa, jangan pernah menyerah, jangan pernah kecil hati, karena dengan iman yang benar, Tuhan pun akan mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yan ajaib lewat hidup kita, lebih dari yang anda kira.
Tuhan memakai orang biasa untuk melakukan perkara luar biasa
=============================
"Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel."
Ada banyak film-film hollywood bergenre action yang secara akal sehat tidak masuk akal. Film-film action seperti Rambo (Stallone), Commando (Schwarzenegger) dan film-film sejenisnya menampilkan seorang jagoan yang mampu mengalahkan puluhan ataupun ratusan lawan sendirian. Bagaimana mungkin satu lawan ratusan menang satu? Peluru berdesingan di sekitarnya, bahaya terus mengancam, tapi mereka tidak takluk, malah mampu keluar sebagai pemenang. Film-film action ini semuanya memang fiktif. Ada orang yang iseng, penasaran atau kurang kerjaan, menghitung total lawan Rambo yang terbunuh pada tiga dari empat film (belum termasuk film keempatnya yang terbaru), dan totalnya mencapai 129 orang. Dan itu sulit diterima logika kita. Tapi tahukah anda bahwa alkitab pernah mencatat kisah yang lebih mencengangkan? Jika Rambo menggunakan senapan, panah dan alat-alat perang lainnya, ada tokoh yang bernama Samgar di dalam kitab Hakim Hakim yang mampu menewaskan banyak orang Filistin hanya dengan tongkat penghalau lembu. Berapa totalnya? 600 orang!
Nama Samgar mungkin tidak terlalu dikenal. Ia tidaklah sepopuler Daud, Gideon, Musa, Paulus dan nama-nama besar lainnya yang sudah sangat kita kenal. Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena Samgar hanya muncul dua kali dalam alkitab, yaitu pada kitab Hakim Hakim 3:31 yang menjadi ayat bacaan hari ini, dan kemudian disebutkan sekali lagi dalam nyanyian Debora di dalam Hakim Hakim 5:6. Namun meski demikian, apa yang dilakukan Samgar tetap tercatat di dalam alkitab. Ia mampu menewaskan 600 orang Filistin dengan hanya bersenjatakan tongkat penghalau lembu. Rasanya pendekar-pendekar kungfu bersenjata tongkat pun sulit menyamainya. Apakah Samgar jago kungfu? Saya yakin tidak. Apakah dia ahli ilmu bela diri? Itupun saya rasa tidak.. Tapi apa yang membuatnya mampu mengalahkan demikian banyak? Saya percaya semua itu karena bantuan Tuhan. Dia percaya pada penyertaan Tuhan, dia siap dan maju menghadapi lawan-lawannya, dan dia memenangkan peperangan dengan mencengangkan. Hasil akhirnya, tidak saja Samgar yang selamat, tapi juga menyelamatkan orang Israel dari kebinasaan.
Kita pun setiap hari berjuang dan berperang. Bukan melawan manusia, namun melawan roh-roh jahat di udara, iblis yang setiap saat ingin menyesatkan dan membinasakan. Dalam hidup sehari-hari pun kita tidak luput dari perjuangan menghadapi berbagai masalah dan kesulitan, yang terkadang datang bertubi-tubi. Tapi ingatlah bahwa kata mencengangkan, mengherankan, ajaib, itu semua bukanlah hal baru bagi Tuhan. Baik di masa lalu, seperti yang tertulis sepanjang alkitab yang tebal ini, bahkan hingga hari-hari ini, Tuhan tetap menunjukkan bahwa Dia mampu menjungkirbalikkan logika manusia dengan rangkaian mukjizat dan keajaiban yang terus Dia lakukan. Yesus pun berkata: "Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah." (Lukas 18:27). Nothing is impossible with God. 600 masalah sekalipun akan mampu kita atasi apabila kita percaya dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya. Jika kita mengacu pada yang dicatat dalam alkitab, Tuhan telah berulang kali menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dan tidak mampu Dia lakukan. Lihatlah siapa yang Dia pilih untuk mengalahkan raksasa Goliat yang juga orang Filistin. Bukan panglima perang tinggi besar, tapi Daud, yang ketika itu masih muda, yang masih kemerah-merahan. (1 Samuel 17:42). Contoh lain, lihatlah kisah Gideon (Hakim-Hakim 6-8), bagaimana Tuhan menyuruh Gideon mengumpulkan hanya 300 prajurit saja, untuk menghadapi orang Midian dan Amalek yang seperti belalang banyaknya atau bahkan seperti pasir di tepi laut banyaknya. Dari yang bukan kisah peperangan pun sama. Yusuf dijual saudaranya ke Mesir, ia hanya sendirian, namun ia memenangkan perjuangan hidup dan menjadi raja. Nuh disuruh membangun kapal yang luar biasa besar pada usianya yang sudah lanjut, ia hanya sendirian, mungkin hanya dibantu oleh anak-anaknya, namun ia mampu. Banyak lagi kisah-kisah yang bisa mendasari kita untuk mampu tampil sebagai pemenang mengatasi berbagai persoalan, bahkan yang kelihatannya tidak mungkin sekalipun. Intinya, dengan adanya penyertaan Tuhan, jika kita percaya sepenuhnya pada Tuhan, maka kita pasti berhasil mengatasi masalah apapun. Mungkin kita pun sendirian bergumul saat ini dengan permasalahan, namun sebenarnya kita tidak pernah sendirian, karena Yesus tetap ada bersama kita. "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."(Matius 28:20)
Tuhan dapat memakai siapapun secara luar biasa. Kita mungkin bukanlah superhero, kita bukan bangsawan, orang super kaya, mencapai jenjang pendidikan yang tertinggi sejagat dan lain-lain. Kita mungkin hanyalah orang biasa yang tidak dikenal orang, namun kita bisa menjadi orang biasa seperti Samgar, yang mengandalkan Tuhan dan percaya sepenuhnya dalam menghadapi masalah. Bagi orang dunia mungkin kita yang mengandalkan Tuhan sepenuhnya tidaklah terkenal, bahkan mungkin direndahkan, namun percayalah, Tuhan mengenal dan berkenan pada anak-anakNya yang mengasihi dan percaya padaNya. Berbagai hal ajaib Tuhan pakai untuk menyatakan diriNya. Bahkan Tuhan lebih suka memakai orang-orang lemah atau bodoh untuk menunjukkan siapa Dia. "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat" (1 Korintus 1:27). Semua ini mengajarkan kita agar menggantungkan iman bukan kepada akal dan logika manusia, tetapi pada kekuatan Allah. (1 Korintus 2:5). Untuk mampu dipakai Allah secara luar biasa dan untuk mampu lepas dari masalah, kuncinya hanyalah tetap berusaha sebaik-baiknya sambil terus mengandalkan hikmat Allah, bukan pada kekuatan sendiri atau kemampuan manusia yang terbatas. Untuk itu, janganlah pernah putus asa, jangan pernah menyerah, jangan pernah kecil hati, karena dengan iman yang benar, Tuhan pun akan mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yan ajaib lewat hidup kita, lebih dari yang anda kira.
Tuhan memakai orang biasa untuk melakukan perkara luar biasa
Saturday, November 15, 2008
Berdoalah Dengan Sederhana
Ayat bacaan: Matius 6:7
=======================
"Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan."
Ada seorang teman yang bertanya, "bagaimana sih cara berdoa"? Dia mengaku jarang berdoa karena tidak pandai merangkai kata. "saya bukan pengarang, saya tidak puitis, untuk menyampaikan perasaan lewat kata-kata sulitnya setengah mati", kira-kira begitu keluhannya. Begitulah, banyak orang yang berpikir bahwa jika di dunia ini seringkali dibutuhkan kepandaian merangkai kata penuh bunga-bunga untuk menghadapi orang penting, apalagi jika mereka harus berkata-kata pada Tuhan, Pemilik seluruh bumi dan isinya. Saya jadi ingat ada seorang teman ketika saya masih duduk di bangku SMA, setiap harinya dia mengkonsep dulu doanya di atas kertas. "biar tidak ada yang ketinggalan dan kata-katanya bagus", itu selalu menjadi alasannya. Belum lagi kalau kita tengah berada dalam pergumulan berat, terkadang kata-kata saja pun sulit untuk keluar dari mulut kita, apalagi jika ditengah beban itu kita harus berpikir untuk merangkai kata-kata dengan indah atau mencari kosa kata puitis yang sulit-sulit. Repot kan? Ada juga yang terus menerus mengulang-ulang kata-kata dalam doanya, seolah-olah terus mengingatkan Tuhan supaya tidak sampai lupa. Atau ada juga yang menjadi minder karena membandingkan doanya dengan doa pendeta yang biasanya mengutip firman Tuhan dan tersusun dengan rapi. Padahal semua tidaklah harus demikian, tidak dibutuhkan otak yang puitis agar Tuhan mendengar doa kita, Tuhan tidak pernah menuntut kerumitan susunan kata, atau harus pakai ejaan sesuai kaidah bahasa yang benar.
Tuhan Yesus sendiri mengajarkan bahwa doa jangan sampai bertele-tele. Tuhan tidak pernah menilai doa kita lewat keindahan kata atau jumlah pemakaian suku kata dalam sekali doa. Mengapa demikian? "..karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya" (Matius 6:8). Tuhan pun berfirman "manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati. "(1 Samuel 16:7). Tuhan tidak mementingkan apa yang dilihat manusia, tetapi Dia melihat hati kita. Kerendahan hati, penyerahan diri total, kesederhanaan dan tampil jujur apa adanya, itulah yang penting. Bagi yang ingin bertobat, akui segala kesalahan dengan jujur. Bagi yang punya beban, katakan beban kita dan mohonlah pada Tuhan dengan kesederhanaan dan kejujuran untuk menguatkan kita. Jangan lupa menyampaikan ucapan syukur, baik lewat kata-kata, nyanyian pujian maupun penyembahan. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Dan yang penting, berdoalah dalam nama Yesus. "...supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu." (Yohanes 15:16) ; "..dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." (ay 14:13-14). Mengapa demikian? Karena Yesuslah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa jika tidak melalui Dia (ay 14:6). Bagi yang bisa berbahasa Roh silahkan berbahasa Roh, karena Roh bisa membantu kita untuk menyampaikan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Roma 8:26). Yang penting, carilah tempat tenang dimana kita tidak terganggu dengan hiruk pikuk di sekitar kita, datanglah kepada Bapa dengan segala kerendahan hati dan kejujuran, berdoa dengan iman, berikan ucapan syukur sebagai persembahan terbaik bagi Dia, dan lakukan dalam nama Yesus.
Just be simple, just be yourself. Tidak perlu berpikir terlalu rumit, tidak perlu bertele-tele, karena Tuhan melihat hati kita. Pengkotbah juga mengingatkan kita: "Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit" (Pengkotbah 5:1). Doa bukanlah kompetisi merangkai kata, menyusun kata puitis dan dramatis, dan bukan pula sebuah hafalan. Doa pun bukanlah sebuah formalitas atau sekedar ritual, seremonial, sementara hati seseorang sebenarnya tidak tertuju padaNya. yang Tuhan sungguh mengenal setiap ciptaanNya. Dia tahu apa yang kita alami dan rasakan, Dia tahu hati kita. Karena itu, berdoalah dengan cara seperti adanya diri kita sendiri, tidak perlu meniru gaya orang lain, apalagi pura-pura. Doa adalah sebuah anugrah yang luar biasa, anugrah berupa kesempatan dimana kita bisa menghampiri tahta kasih karunia, menghampiri Bapa dan berkomunikasi atau berhubungan secara timbal balik denganNya. Jadilah diri anda sendiri, berdoalah dengan sederhana dan jujur, dan sembahlah Dia dalam roh dan kebenaran. "Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yoh 4:24)
Just be simple and be yourself honestly in every prayers you make
=======================
"Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan."
Ada seorang teman yang bertanya, "bagaimana sih cara berdoa"? Dia mengaku jarang berdoa karena tidak pandai merangkai kata. "saya bukan pengarang, saya tidak puitis, untuk menyampaikan perasaan lewat kata-kata sulitnya setengah mati", kira-kira begitu keluhannya. Begitulah, banyak orang yang berpikir bahwa jika di dunia ini seringkali dibutuhkan kepandaian merangkai kata penuh bunga-bunga untuk menghadapi orang penting, apalagi jika mereka harus berkata-kata pada Tuhan, Pemilik seluruh bumi dan isinya. Saya jadi ingat ada seorang teman ketika saya masih duduk di bangku SMA, setiap harinya dia mengkonsep dulu doanya di atas kertas. "biar tidak ada yang ketinggalan dan kata-katanya bagus", itu selalu menjadi alasannya. Belum lagi kalau kita tengah berada dalam pergumulan berat, terkadang kata-kata saja pun sulit untuk keluar dari mulut kita, apalagi jika ditengah beban itu kita harus berpikir untuk merangkai kata-kata dengan indah atau mencari kosa kata puitis yang sulit-sulit. Repot kan? Ada juga yang terus menerus mengulang-ulang kata-kata dalam doanya, seolah-olah terus mengingatkan Tuhan supaya tidak sampai lupa. Atau ada juga yang menjadi minder karena membandingkan doanya dengan doa pendeta yang biasanya mengutip firman Tuhan dan tersusun dengan rapi. Padahal semua tidaklah harus demikian, tidak dibutuhkan otak yang puitis agar Tuhan mendengar doa kita, Tuhan tidak pernah menuntut kerumitan susunan kata, atau harus pakai ejaan sesuai kaidah bahasa yang benar.
Tuhan Yesus sendiri mengajarkan bahwa doa jangan sampai bertele-tele. Tuhan tidak pernah menilai doa kita lewat keindahan kata atau jumlah pemakaian suku kata dalam sekali doa. Mengapa demikian? "..karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya" (Matius 6:8). Tuhan pun berfirman "manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati. "(1 Samuel 16:7). Tuhan tidak mementingkan apa yang dilihat manusia, tetapi Dia melihat hati kita. Kerendahan hati, penyerahan diri total, kesederhanaan dan tampil jujur apa adanya, itulah yang penting. Bagi yang ingin bertobat, akui segala kesalahan dengan jujur. Bagi yang punya beban, katakan beban kita dan mohonlah pada Tuhan dengan kesederhanaan dan kejujuran untuk menguatkan kita. Jangan lupa menyampaikan ucapan syukur, baik lewat kata-kata, nyanyian pujian maupun penyembahan. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Dan yang penting, berdoalah dalam nama Yesus. "...supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu." (Yohanes 15:16) ; "..dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." (ay 14:13-14). Mengapa demikian? Karena Yesuslah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa jika tidak melalui Dia (ay 14:6). Bagi yang bisa berbahasa Roh silahkan berbahasa Roh, karena Roh bisa membantu kita untuk menyampaikan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Roma 8:26). Yang penting, carilah tempat tenang dimana kita tidak terganggu dengan hiruk pikuk di sekitar kita, datanglah kepada Bapa dengan segala kerendahan hati dan kejujuran, berdoa dengan iman, berikan ucapan syukur sebagai persembahan terbaik bagi Dia, dan lakukan dalam nama Yesus.
Just be simple, just be yourself. Tidak perlu berpikir terlalu rumit, tidak perlu bertele-tele, karena Tuhan melihat hati kita. Pengkotbah juga mengingatkan kita: "Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit" (Pengkotbah 5:1). Doa bukanlah kompetisi merangkai kata, menyusun kata puitis dan dramatis, dan bukan pula sebuah hafalan. Doa pun bukanlah sebuah formalitas atau sekedar ritual, seremonial, sementara hati seseorang sebenarnya tidak tertuju padaNya. yang Tuhan sungguh mengenal setiap ciptaanNya. Dia tahu apa yang kita alami dan rasakan, Dia tahu hati kita. Karena itu, berdoalah dengan cara seperti adanya diri kita sendiri, tidak perlu meniru gaya orang lain, apalagi pura-pura. Doa adalah sebuah anugrah yang luar biasa, anugrah berupa kesempatan dimana kita bisa menghampiri tahta kasih karunia, menghampiri Bapa dan berkomunikasi atau berhubungan secara timbal balik denganNya. Jadilah diri anda sendiri, berdoalah dengan sederhana dan jujur, dan sembahlah Dia dalam roh dan kebenaran. "Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yoh 4:24)
Just be simple and be yourself honestly in every prayers you make
Friday, November 14, 2008
Iri Hati (2) : Mencabut Kabel Iman
Ayat bacaan: 1 Yohanes 3:11-12
==============================
"Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi; bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar."
Apa yang terjadi jika seseorang mencabut kabel dari stop kontak ketika anda sedang menonton televisi? Televisinya akan mati bukan? Sama halnya seperti peralatan elektronik lainnya, jika kabel dicabut, aliran listrik yang mengalir akan terputus dan akibatnya peralatan elektronik yang menggunakan listrik sebagai sumber dayanya tidak akan dapat berfungsi. Lewat ilustrasi singkat ini saya ingin menyambung renungan kemarin.
Kemarin kita telah melihat bahwa dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (Yakobus 3:16). Iri hati bukanlah bagian dari sifat rohani orang percaya. Itu adalah sebuah perasaan yang iblis coba tekankan pada diri kita, bagaikan umpan yang digantung di depan mata, menunggu kita menggigitnya. Mengijinkan iri hati masuk pada diri kita adalah seperti membuka pintu bagi segala kekacauan dan kejahatan untuk masuk. Kasih termasuk salah satu buah Roh (Galatia 5:22), sedangkan iri hati adalah bagian keinginan daging (ay 19-21). Kemudian lihatlah ayat ini: "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki" (ay 17). Artinya, ketika hal ini terjadi, aliran kasih dalam diri kitapun akan terganggu. Saya mengilustrasikannya sebagai kabel yang tercabut dari stop kontak. Selanjutnya apa yang terjadi? Begitu kasih terganggu, iman kita pun bisa berhenti bekerja, karena "iman bekerja oleh kasih" (ay 6).
Kasih adalah prinsip dasar kekristenan. Ketika kita dikuasai rasa iri hati, selalu merasa diri lebih baik dan lebih benar dari orang lain, kita tidak menyadari bahwa "kabel iman" kita telah tercabut, dan akibatnya kita tidak dapat berjalan bersama berkat-berkat dari Tuhan. Karena itu tidaklah heran jika Yohanes dengan tegas mengingatkan kita agar terus saling mengasihi seperti yang bisa kita baca pada ayat bacaan hari ini. Kemudian Yohanes melanjutkan: "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut" (ay 14), dan "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia" (ay 15). Maka dengan tegas kita harus menolak kehadiran iri hati untuk masuk ke dalam kehidupan kita sedini mungkin. Kita harus berhenti membiarkan iblis mencabut kabel iman kita. Sudah waktunya kita untuk memulai hidup di dalam terang. Waktu kedatangan Kristus untuk kedua kalinya sudah dekat. Dan ketika Dia datang, tentu kita tidak ingin Dia menemukan kita dalam keadaan rohani yang sakit dan lemah, menjalani hidup dalam kondisi diracuni iri hati dan segala bentuk keinginan daging lainnya. Saya terus berdoa, semoga ketika Dia datang, Dia akan menemukan kita semua berdiri gagah di dalam Roh, penuh kasih, iman dan pengharapan. Saya ingin kita Dia dapati hidup di dalam kemenangan yang telah Dia bayar lunas di atas kayu salib. Pastikan kabel iman kita senantiasa terpasang dengan baik.
Iri hati mengganggu aliran kasih dan mencabut kabel iman. Katakan tidak pada iri hati!
==============================
"Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi; bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar."
Apa yang terjadi jika seseorang mencabut kabel dari stop kontak ketika anda sedang menonton televisi? Televisinya akan mati bukan? Sama halnya seperti peralatan elektronik lainnya, jika kabel dicabut, aliran listrik yang mengalir akan terputus dan akibatnya peralatan elektronik yang menggunakan listrik sebagai sumber dayanya tidak akan dapat berfungsi. Lewat ilustrasi singkat ini saya ingin menyambung renungan kemarin.
Kemarin kita telah melihat bahwa dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (Yakobus 3:16). Iri hati bukanlah bagian dari sifat rohani orang percaya. Itu adalah sebuah perasaan yang iblis coba tekankan pada diri kita, bagaikan umpan yang digantung di depan mata, menunggu kita menggigitnya. Mengijinkan iri hati masuk pada diri kita adalah seperti membuka pintu bagi segala kekacauan dan kejahatan untuk masuk. Kasih termasuk salah satu buah Roh (Galatia 5:22), sedangkan iri hati adalah bagian keinginan daging (ay 19-21). Kemudian lihatlah ayat ini: "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki" (ay 17). Artinya, ketika hal ini terjadi, aliran kasih dalam diri kitapun akan terganggu. Saya mengilustrasikannya sebagai kabel yang tercabut dari stop kontak. Selanjutnya apa yang terjadi? Begitu kasih terganggu, iman kita pun bisa berhenti bekerja, karena "iman bekerja oleh kasih" (ay 6).
Kasih adalah prinsip dasar kekristenan. Ketika kita dikuasai rasa iri hati, selalu merasa diri lebih baik dan lebih benar dari orang lain, kita tidak menyadari bahwa "kabel iman" kita telah tercabut, dan akibatnya kita tidak dapat berjalan bersama berkat-berkat dari Tuhan. Karena itu tidaklah heran jika Yohanes dengan tegas mengingatkan kita agar terus saling mengasihi seperti yang bisa kita baca pada ayat bacaan hari ini. Kemudian Yohanes melanjutkan: "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut" (ay 14), dan "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia" (ay 15). Maka dengan tegas kita harus menolak kehadiran iri hati untuk masuk ke dalam kehidupan kita sedini mungkin. Kita harus berhenti membiarkan iblis mencabut kabel iman kita. Sudah waktunya kita untuk memulai hidup di dalam terang. Waktu kedatangan Kristus untuk kedua kalinya sudah dekat. Dan ketika Dia datang, tentu kita tidak ingin Dia menemukan kita dalam keadaan rohani yang sakit dan lemah, menjalani hidup dalam kondisi diracuni iri hati dan segala bentuk keinginan daging lainnya. Saya terus berdoa, semoga ketika Dia datang, Dia akan menemukan kita semua berdiri gagah di dalam Roh, penuh kasih, iman dan pengharapan. Saya ingin kita Dia dapati hidup di dalam kemenangan yang telah Dia bayar lunas di atas kayu salib. Pastikan kabel iman kita senantiasa terpasang dengan baik.
Iri hati mengganggu aliran kasih dan mencabut kabel iman. Katakan tidak pada iri hati!
Thursday, November 13, 2008
Iri Hati (1) : Jangan Sepelekan Perasaan Iri
Ayat bacaan: Yakobus 3:16
======================
"Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."
Malam ini saya teringat sebuah pengalaman lumayan seru yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Pada waktu itu istri saya masih menempati sebuah kamar kos, dan ketika ia pulang, ternyata ia mendapati seekor ular di depan kamarnya. Saya pun datang kesana, dan teman-teman sekosnya ikut heboh. Tidak ada yang berani memastikan apakah ular itu berbisa atau tidak, sehingga semuanya terlihat bingung bagaimana mengatasinya. Untunglah ada seorang teman yang berani, ia mengambil tongkat dan secara perlahan memindahkan ular ke dalam karung. Untunglah ular itu masih di depan kamar. Bagaimana jika sempat masuk dan bersembunyi di sudut-sudut ruangan? Tentu tidak ada yang menginginkan ada ular dari spesies yang tidak jelas berbisa atau tidak, hadir di dalam rumahnya. Orang akan merasa takut jika ada benda atau mahluk hidup yang punya potensi membahayakan masuk ke dalam rumahnya, artinya masuk ke dalam kehidupannya. Namun banyak yang lupa bahwa ada pula dosa yang mungkin tidak terlihat nyata sebagai sebuah dosa, tapi bisa diam-diam menyelinap ke dalam hidup dan kemudian bisa menyerang dan akibatnya mematikan. Yang saya maksud adalah dosa iri hati.
Iri hati adalah sebuah perasaan tidak puas yang timbul akibat keuntungan atau kesuksesan orang lain. Iri hati membuat orang merasa tidak nyaman ketika ada orang lain yang lebih darinya. Hal ini rasanya sepele, mungkin kita alami sehari-hari, mungkin tanpa sadar kita rasakan, seolah-olah hanyalah sebuah ungkapan kekesalan sesaat yang alamiah, manusiawi dan tidak berbahaya. Kita cenderung memaklumi perasaan iri hati sebagai sesuatu yang wajar, Tapi berhati-hatilah. Iri hati adalah racun dari iblis yang mampu mengubah kasih menjadi kebencian, menghilangkan kasih dan akibatnya melumpuhkan iman dalam kehidupan kita.
Ayat bacaan hari ini berkata "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." Artinya iri hati akan membuka pintu bagi iblis untuk masuk ke dalam kehidupan kita. Perbuatan jahat apa saja yang akan dibawa iblis melalui pintu yang terbuka ini? Banyak sekali, mulai dari "sekedar" cemburu, depresi hingga pembunuhan. Pembunuhan adalah akibat fatal yang diawali dari iri hati yang pertama kali dicatat. Kita lihat apa yang terjadi ketika Kain merasa iri pada saudaranya Habel, bahwa korban persembahannya "kalah". Hatinya pun panas, dan Wajahnya muram. Apa kata Tuhan melihat Kain? Mari kita lihat ayat 7. Ini kata Tuhan: "Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." Tuhan tidak berkata, "Kain, itu adalah hal yang wajar, santai saja.." Tidak. Sebaliknya Tuhan berkata: "Kain, dosa sudah mengintip di depan pintu." Kita tahu apa yang terjadi kemudian. Kain menyerah pada roh jahat, dan berawal dari iri hati, ia membunuh adiknya (ay 8). Kemudian ada kisah anak-anak Yakub, yakni Yusuf dan saudara-saudaranya di kitab Kejadian 37. Mereka begitu iri pada Yusuf, sehingga mereka berpikir bahwa dengan menyingkirkan Yusuf, hidup mereka akan menjadi lebih baik. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Mereka bahkan harus pergi ke negeri lain agar tidak mati kelaparan. Bukan hanya dua contoh ini saja, ada banyak lagi kisah, akibat dan konsekuensi yang timbul berawal dari iri hati yang dicatat alkitab.
Iri hati jelas adalah masalah yang serius, yang harus kita singkirkan sepenuhnya, secepatnya , tanpa kompromi. Mari kita lihat lebih jauh, ternyata iri hati termasuk salah satu dari keinginan daging yang berlawanan dengan keinginan roh, yang dapat menyebabkan kita kehilangan bagian dalam Kerajaan Allah (Galatia 5:19-21). Iri hati berada dalam kategori yang sama dengan dosa-dosa yang kita anggap "lebih serius" seperti percabulan, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir dan sebagainya. Alangkah sayangnya jika kita sudah bersusah payah menghindari dosa-dosa itu, namun kita berkompromi pada iri hati yang menyelinap secara diam-diam.
Sadarilah betapa pentingnya kita untuk berjaga-jaga sepenuhnya karena jaman ini akan dibawa pada kesudahannya. Paulus mengatakan: "Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati." (Roma 13:12-13). Yes, it's time to wake up. Sudah waktunya bagi kita untuk berhenti mengijinkan iblis membawa kegelapan pada hidup, pekerjaan dan pelayanan kita lewat hal-hal yang seolah ringan seperti iri hati. Kita harus terus berusaha agar tidak serupa dengan dunia ini. "Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?" (1 Korintus 3:3). Apa yang harus kita lakukan? Bergantunglah pada Kristus. "Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya." (Roma 13:14). Mari kita perlakukan sikap iri hati yang hendak masuk ke dalam diri kita dengan tindakan yang sama seperti memperlakukan seekor ular kobra yang hendak masuk ke rumah kita.
Jangan pernah berkompromi dengan iri hati walau sekecil apapun
======================
"Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."
Malam ini saya teringat sebuah pengalaman lumayan seru yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Pada waktu itu istri saya masih menempati sebuah kamar kos, dan ketika ia pulang, ternyata ia mendapati seekor ular di depan kamarnya. Saya pun datang kesana, dan teman-teman sekosnya ikut heboh. Tidak ada yang berani memastikan apakah ular itu berbisa atau tidak, sehingga semuanya terlihat bingung bagaimana mengatasinya. Untunglah ada seorang teman yang berani, ia mengambil tongkat dan secara perlahan memindahkan ular ke dalam karung. Untunglah ular itu masih di depan kamar. Bagaimana jika sempat masuk dan bersembunyi di sudut-sudut ruangan? Tentu tidak ada yang menginginkan ada ular dari spesies yang tidak jelas berbisa atau tidak, hadir di dalam rumahnya. Orang akan merasa takut jika ada benda atau mahluk hidup yang punya potensi membahayakan masuk ke dalam rumahnya, artinya masuk ke dalam kehidupannya. Namun banyak yang lupa bahwa ada pula dosa yang mungkin tidak terlihat nyata sebagai sebuah dosa, tapi bisa diam-diam menyelinap ke dalam hidup dan kemudian bisa menyerang dan akibatnya mematikan. Yang saya maksud adalah dosa iri hati.
Iri hati adalah sebuah perasaan tidak puas yang timbul akibat keuntungan atau kesuksesan orang lain. Iri hati membuat orang merasa tidak nyaman ketika ada orang lain yang lebih darinya. Hal ini rasanya sepele, mungkin kita alami sehari-hari, mungkin tanpa sadar kita rasakan, seolah-olah hanyalah sebuah ungkapan kekesalan sesaat yang alamiah, manusiawi dan tidak berbahaya. Kita cenderung memaklumi perasaan iri hati sebagai sesuatu yang wajar, Tapi berhati-hatilah. Iri hati adalah racun dari iblis yang mampu mengubah kasih menjadi kebencian, menghilangkan kasih dan akibatnya melumpuhkan iman dalam kehidupan kita.
Ayat bacaan hari ini berkata "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." Artinya iri hati akan membuka pintu bagi iblis untuk masuk ke dalam kehidupan kita. Perbuatan jahat apa saja yang akan dibawa iblis melalui pintu yang terbuka ini? Banyak sekali, mulai dari "sekedar" cemburu, depresi hingga pembunuhan. Pembunuhan adalah akibat fatal yang diawali dari iri hati yang pertama kali dicatat. Kita lihat apa yang terjadi ketika Kain merasa iri pada saudaranya Habel, bahwa korban persembahannya "kalah". Hatinya pun panas, dan Wajahnya muram. Apa kata Tuhan melihat Kain? Mari kita lihat ayat 7. Ini kata Tuhan: "Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." Tuhan tidak berkata, "Kain, itu adalah hal yang wajar, santai saja.." Tidak. Sebaliknya Tuhan berkata: "Kain, dosa sudah mengintip di depan pintu." Kita tahu apa yang terjadi kemudian. Kain menyerah pada roh jahat, dan berawal dari iri hati, ia membunuh adiknya (ay 8). Kemudian ada kisah anak-anak Yakub, yakni Yusuf dan saudara-saudaranya di kitab Kejadian 37. Mereka begitu iri pada Yusuf, sehingga mereka berpikir bahwa dengan menyingkirkan Yusuf, hidup mereka akan menjadi lebih baik. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Mereka bahkan harus pergi ke negeri lain agar tidak mati kelaparan. Bukan hanya dua contoh ini saja, ada banyak lagi kisah, akibat dan konsekuensi yang timbul berawal dari iri hati yang dicatat alkitab.
Iri hati jelas adalah masalah yang serius, yang harus kita singkirkan sepenuhnya, secepatnya , tanpa kompromi. Mari kita lihat lebih jauh, ternyata iri hati termasuk salah satu dari keinginan daging yang berlawanan dengan keinginan roh, yang dapat menyebabkan kita kehilangan bagian dalam Kerajaan Allah (Galatia 5:19-21). Iri hati berada dalam kategori yang sama dengan dosa-dosa yang kita anggap "lebih serius" seperti percabulan, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir dan sebagainya. Alangkah sayangnya jika kita sudah bersusah payah menghindari dosa-dosa itu, namun kita berkompromi pada iri hati yang menyelinap secara diam-diam.
Sadarilah betapa pentingnya kita untuk berjaga-jaga sepenuhnya karena jaman ini akan dibawa pada kesudahannya. Paulus mengatakan: "Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati." (Roma 13:12-13). Yes, it's time to wake up. Sudah waktunya bagi kita untuk berhenti mengijinkan iblis membawa kegelapan pada hidup, pekerjaan dan pelayanan kita lewat hal-hal yang seolah ringan seperti iri hati. Kita harus terus berusaha agar tidak serupa dengan dunia ini. "Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?" (1 Korintus 3:3). Apa yang harus kita lakukan? Bergantunglah pada Kristus. "Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya." (Roma 13:14). Mari kita perlakukan sikap iri hati yang hendak masuk ke dalam diri kita dengan tindakan yang sama seperti memperlakukan seekor ular kobra yang hendak masuk ke rumah kita.
Jangan pernah berkompromi dengan iri hati walau sekecil apapun
Wednesday, November 12, 2008
Depresi Dalam Kegelapan
Ayat bacaan: Kejadian 1:3
=========================
"Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi."
Hari ini saya kedatangan tamu, rombongan sepupu dan keponakan saya. Ada sebuah fakta yang cukup mengagetkan yang saya dengar dari salah seorang sepupu saya yang baru kembali dari kunjungan kerja sebulan di Norwegia. Dia bercerita bahwa ada sebuah kota yang ia kunjungi bernama Tromso. Disana perbedaan terang dan gelap bisa begitu ekstrim. Ada banyak hari dimana matahari sama sekali tidak muncul, dan sepanjang hari yang ada hanyalah kekelaman malam. Yang mengejutkan saya adalah fakta berikut: bahwa tingkat kematian akibat bunuh diri begitu tinggi disana. Apa yang menyebabkan hal tersebut? Kota itu dilanda kemiskinan tak berujung? Tidak. Banyak orang tertindas? Tidak. Orang tidak punya pekerjaan dan makanan? Tidak. Apa yang menyebabkan tingginya angka kematian akibat bunuh diri disana ternyata adalah depresi. Depresi ini timbul akibat terus menerus berada dalam kegelapan. Ketika itulah saya tiba-tiba diingatkan akan ayat mengenai penciptaan. Tuhan menciptakan terang, maka terang itu jadi.
Ternyata apa yang dikandung ayat ini implikasinya luas, bukan hanya menyangkut kegelapan rohani dan kegelapan terhimpit masalah kehidupan, tapi ternyata kegelapan pun punya dampak langsung dalam kehidupan nyata. Saya sebelumnya tidak menyangka bahwa orang yang terus menerus berada dalam kegelapan ternyata bisa mengakibatkan depresi dalam hidupnya, walaupun mungkin mereka tidak sedang berada dalam kesulitan hidup. Maka ayat di atas pun terasa sangat menggambarkan pentingnya terang di mata Tuhan. Itu adalah salah satu bentuk kasih tak terhingga Tuhan bagi kita yang dikasihiNya: Dia menganugrahkan terang sebagai berkat luar biasa bagi kita. Haleluya!
Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia pun berulang kali menyatakan makna penting "terang" bagi kita. Lihatlah bahwa salah satu tujuan kedatangan Yesus ke dunia adalah sebagai terang yang menyinari kehidupan kita. "Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup " (Yohanes 8:12). Atau lihatlah ayat ini: "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya " (Yohanes 1:4-5). Kita diingatkan untuk terus berjaga-jaga dengan pelita yang tetap menyala. (Lukas 12:35). Betapa Tuhan menyadari bahwa banyak manusia yang terjatuh dalam kegelapan, dan bagaimana bahayanya sebuah kegelapan itu, sehingga Kristus berpesan agar kita mampu menjadi terang dan garam dunia. (Matius 5:13-14). Yesus pun kemudian mengingatkan kita bahwa selama kita percaya pada terang dan terang itu ada pada kita, kita pun menjadi anak-anak terang. (Yohanes 12:36).
Ada saat dimana kita berada dalam kegelapan dan pada saat tertentu seolah-olah sulit melihat setitik cahayapun. Ada kalanya hidup kita akan bertemu dengan kegelapan, baik kegelapan secara rohani, atau ketika kita berjalan dalam kegelapan, bahkan dikala kita dihadapkan seperti contoh kota Tromso diatas, kegelapan yang terus menerus menyelubungi bumi. Ketika hal tersebut kita alami, jangan takut, jangan biarkan depresi menyerang kita, dan jangan pernah putus asa. Ingatlah bahwa bagi Tuhan, kegelapan, kehampaan atau kemustahilan hanyalah lahan subur bagiNya untuk membuat suatu keajaiban. Selalu ada terang dalam diri kita selama kita percaya pada Kristus, Sang Terang Dunia. Dan kegelapan tidak akan bisa mengalahkan Terang. (Yohanes 1:5). Berpeganglah teguh dalam iman akan Kristus, dan biarlah cahaya terangNya menyinari diri kita dan memancar kepada orang lain di sekitar kita.
Gelap hanya akan bisa menang jika terang disingkirkan. Tetap teguh dalam iman dan pengharapan, maka terang Kristus akan tetap ada dalam diri anda
=========================
"Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi."
Hari ini saya kedatangan tamu, rombongan sepupu dan keponakan saya. Ada sebuah fakta yang cukup mengagetkan yang saya dengar dari salah seorang sepupu saya yang baru kembali dari kunjungan kerja sebulan di Norwegia. Dia bercerita bahwa ada sebuah kota yang ia kunjungi bernama Tromso. Disana perbedaan terang dan gelap bisa begitu ekstrim. Ada banyak hari dimana matahari sama sekali tidak muncul, dan sepanjang hari yang ada hanyalah kekelaman malam. Yang mengejutkan saya adalah fakta berikut: bahwa tingkat kematian akibat bunuh diri begitu tinggi disana. Apa yang menyebabkan hal tersebut? Kota itu dilanda kemiskinan tak berujung? Tidak. Banyak orang tertindas? Tidak. Orang tidak punya pekerjaan dan makanan? Tidak. Apa yang menyebabkan tingginya angka kematian akibat bunuh diri disana ternyata adalah depresi. Depresi ini timbul akibat terus menerus berada dalam kegelapan. Ketika itulah saya tiba-tiba diingatkan akan ayat mengenai penciptaan. Tuhan menciptakan terang, maka terang itu jadi.
Ternyata apa yang dikandung ayat ini implikasinya luas, bukan hanya menyangkut kegelapan rohani dan kegelapan terhimpit masalah kehidupan, tapi ternyata kegelapan pun punya dampak langsung dalam kehidupan nyata. Saya sebelumnya tidak menyangka bahwa orang yang terus menerus berada dalam kegelapan ternyata bisa mengakibatkan depresi dalam hidupnya, walaupun mungkin mereka tidak sedang berada dalam kesulitan hidup. Maka ayat di atas pun terasa sangat menggambarkan pentingnya terang di mata Tuhan. Itu adalah salah satu bentuk kasih tak terhingga Tuhan bagi kita yang dikasihiNya: Dia menganugrahkan terang sebagai berkat luar biasa bagi kita. Haleluya!
Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia pun berulang kali menyatakan makna penting "terang" bagi kita. Lihatlah bahwa salah satu tujuan kedatangan Yesus ke dunia adalah sebagai terang yang menyinari kehidupan kita. "Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup " (Yohanes 8:12). Atau lihatlah ayat ini: "Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya " (Yohanes 1:4-5). Kita diingatkan untuk terus berjaga-jaga dengan pelita yang tetap menyala. (Lukas 12:35). Betapa Tuhan menyadari bahwa banyak manusia yang terjatuh dalam kegelapan, dan bagaimana bahayanya sebuah kegelapan itu, sehingga Kristus berpesan agar kita mampu menjadi terang dan garam dunia. (Matius 5:13-14). Yesus pun kemudian mengingatkan kita bahwa selama kita percaya pada terang dan terang itu ada pada kita, kita pun menjadi anak-anak terang. (Yohanes 12:36).
Ada saat dimana kita berada dalam kegelapan dan pada saat tertentu seolah-olah sulit melihat setitik cahayapun. Ada kalanya hidup kita akan bertemu dengan kegelapan, baik kegelapan secara rohani, atau ketika kita berjalan dalam kegelapan, bahkan dikala kita dihadapkan seperti contoh kota Tromso diatas, kegelapan yang terus menerus menyelubungi bumi. Ketika hal tersebut kita alami, jangan takut, jangan biarkan depresi menyerang kita, dan jangan pernah putus asa. Ingatlah bahwa bagi Tuhan, kegelapan, kehampaan atau kemustahilan hanyalah lahan subur bagiNya untuk membuat suatu keajaiban. Selalu ada terang dalam diri kita selama kita percaya pada Kristus, Sang Terang Dunia. Dan kegelapan tidak akan bisa mengalahkan Terang. (Yohanes 1:5). Berpeganglah teguh dalam iman akan Kristus, dan biarlah cahaya terangNya menyinari diri kita dan memancar kepada orang lain di sekitar kita.
Gelap hanya akan bisa menang jika terang disingkirkan. Tetap teguh dalam iman dan pengharapan, maka terang Kristus akan tetap ada dalam diri anda
Subscribe to:
Posts (Atom)
Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)
(sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...