Saturday, December 31, 2011

Bintang sebagai Tanda Penyertaan Allah

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Yesaya 40:26
=====================
"Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu..."

bintang tanda penyertaan AllahBeberapa waktu lalu seorang teman datang berkunjung dan menginap di rumah. Pada malam harinya kami duduk berbincang-bincang di teras rumah, dan di langit terlihat begitu banyak bintang bertaburan. Tiba-tiba ia menunjuk ke arah sekelompok bintang dan berkata "Itu rasi orion!" Saya bukan orang yang mengerti astronomi atau ilmu perbintangan, dan saya tidak pernah tahu sebelumnya kalau teman saya itu bisa mengamati rasi bintang. Ia pun terus menunjuk kesana kemari untuk menunjukkan pola-pola bintang lainnya yang ia kenal. Selagi pandangan saya menatap bintang-bintang di langit dan mengikuti penjelasan teman saya itu, saya pun berpikir, betapa Tuhan telah menghias langit dengan begitu indahnya. Dan saya pun kemudian menyadari bahwa sesungguhnya ada pesan yang disampaikan Tuhan setiap malam lewat keberadaan bintang-bintang itu.

Seorang ahli astronomi pernah berkata bahwa apabila kita memiliki mata yang baik maka kita akan bisa melihat 5000 bintang. 5000 rasanya seperti terdengar berlebihan, tapi begitulah katanya. Ada banyak bintang yang tidak terlihat secara kasat mata, dan para ahli pun kemudian mengunakan teleskop untuk bisa menyelidiki dan mengamati lebih jauh lagi tentang bintang-bintang ini. Penelitian para ahli astronomi ini menyimpulkan bahwa ada milyaran galaksi di angkasa raya, dan setiap galaksi ini memiliki milyaran bintang pula. Bisa dibayangkan ada berapa banyak jumlah bintang sebenarnya yang ada di atas sana. Seorang ahli pernah berkata, ada lebih dari 10 bintang di alam semesta ini untuk setiap butir pasir di bumi. Itu sebuah perbandingan yang mencengangkan yang mungkin belum pernah kita dengar sebelumnya.

Abraham mungkin tidak tahu kesimpulan ahli ini. Tapi tanpa tahu pun Abraham tentu tercengang ketika mendapatkan janji Tuhan kepadanya yang dihubungkan dengan jumlah bintang. "Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Kejadian 15:5). Perlukah Abraham terlebih dahulu menghitung bintang? Perlukah ia berbantah-bantah dulu karena janji Tuhan itu terdengar aneh dan tidak masuk akal? Tidak. Alkitab mencatat respon Abraham, yang pada masa itu masih bernama Abram. "Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (ay 6). Lalu  lihatlah bintang yang menuntun orang-orang Majus dari Timur untuk bertemu dan menyembah bayi Yesus. (Matius 2:1-12). Daud pun berulang kali menuliskan perenungannya sambil melihat ke arah bintang-bintang. Lihatlah salah satunya berbunyi: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5). Bintang bisa membawa begitu banyak pesan Tuhan kepada kita. Bintang selalu hadir setiap malam, dan kita bisa menyaksikannya ketika langit cerah, berkilauan gemerlap di langit gelap. Di bentangan langit gelap itu Tuhan ternyata berbicara dan menyatakan kehadiranNya kepada kita.

Lihatlah apa bunyi firman Tuhan lewat Yesaya berikut ini. "Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat." (Yesaya 40:26). Ayat ini mengingatkan kita akan kebesaran kuasa Tuhan, yang sanggup menyuruh milyaran bintang-bintang itu keluar tanpa terkecuali. Itu menunjukkan keberadaanNya ditengah kita, itu menunjukkan penyertaanNya kepada kita. Lalu ayat selanjutnya berkata: "Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?" Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (ay 27-29). Seperti halnya Tuhan memperhatikan milyaran bintang di langit, Dia pun memperhatikan milyaran individu yang hidup di bumi. Tidak satupun yang Dia lupakan, tidak satupun yang Dia abaikan. Artinya jelas. Jika Tuhan sanggup menggerakkan segenap penghuni langit untuk keluar satu persatu, Dia pun dapat membawa kita keluar dari gelap menuju kepada terangNya.

Apabila ada di antara anda yang hari ini dicekam kekuatiran menghadapi datangnya tahun yang baru atau tengah ditimpa beban berat, arahkanlah mata ke langit dan lihatlah bahwa di balik bintang-bintang yang anda amati itu ada Tuhan yang bertahta disana. Dia sedang berbicara mengingatkan anda bahwa anda tidaklah sendirian. Dia peduli dan selalu siap untuk membawa anda keluar dari kegelapan menuju kepada terangNya yang damai dan penuh sukacita. Malam ini jika anda melihat bintang-bintang bertaburan dengan gemerlapnya yang indah, bersyukur dan bersukacitalah. Sebab itu tandanya Allah peduli dan mengasihi anda.

"Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya...Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mazmur 136:3,9)

Friday, December 30, 2011

Bersukacita Menyambut Tahun Baru

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Mikha 7:7
======================
"Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!"

bersukacita tahun baruApa yang anda rasakan dalam menyambut tahun baru yang akan datang lusa? Bersyukurlah jika anda merasa baik-baik saja dan tenang dalam memasuki tahun yang baru. Pada kenyataannya ada banyak yang khawatir dengan berbagai macam alasan. Ada yang mengalami banyak problema di tahun ini sehingga mereka pun merasa gamang untuk melangkah ke dalam tahun berikutnya. "Tahun ini saja sudah susah, bagaimana tahun depan? Tidak tahu deh, saya pasrah pak.." kata bapak tukang parkir yang sudah saya kenal. Ada yang ragu menatap tahun baru karena menurut pengalaman mereka dalam beberapa tahun terakhir, situasi bukannya membaik tetapi malah memburuk. Ada pula yang dicekam ketakutan karena banyaknya ramalan-ramalan yang mengatakan bahwa tahun 2012 merupakan tahun terakhir perjalanan sejarah manusia di bumi. Kondisi sulit, krisis terjadi dalam multi dimensi. Bukan saja di negara kita tapi secara global pun demikian baik dalam segi ekonomi, politik, keamanan, kesehatan, dan lain-lain. Belum lagi bencana alam dan sebagainya yang memporakporandakan banyak tempat di berbagai belahan dunia. Lantas bagaimana? Apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita kehilangan sukacita dan masuk ke dalam tahun baru dengan sikap pesimis atau bahkan menyerah sebelum bertanding? Jangan sampai. Alangkah sayangnya apabila kita menatap tahun yang baru dengan pandangan suram atau tanpa harapan.

Mungkin baik bagi kita untuk belajar dari apa yang terjadi pada masa pelayanan Mikha. Mikha ini adalah seorang nabi dari desa terpencil yang pelayanannya ada dalam rentang masa pemerintahan raja Yotam, Ahaz dan Hizkia. Situasi dan kondisi dunia saat ini sepertinya sama seperti pada masa Mikha itu. Pasal 7 kitab Mikha menggambarkan bagaimana kebobrokan moral di zaman itu. Kelaparan, gagal panen (ay 1), kemerosotan moral, hilangnya orang saleh dan jujur, saling jebak, saling tipu, bahkan saling menghancurkan (ay 2), sudah begitu terbiasa berbuat jahat, pejabat dan hakim korupsi dan menerima suap, pemimpin memaksakan kemauannya, hukum diputar balikkan (ay 3), orang yang terbaik sekalipun di dunia diibaratkan bagai semak duri yang tidak berguna dan menusuk (ay 4), tidak ada lagi yang bisa dipercaya (ay 5), kehancuran rumah tangga, permusuhan antara anggota keluarga (ay 6). Semua ini dikatakan Mikha seperti sebuah luka yang tidak dapat sembuh dan menular. "sebab lukanya tidak dapat sembuh, sudah menjalar ke Yehuda, sudah sampai ke pintu gerbang bangsaku, ke Yerusalem!" (ay 9).

Bukankah apa yang kita hadapi hari ini kurang lebih sama dengan situasi yang Mikha hadapi pada masa itu? Karenanya kita bisa belajar lewat sikap Mikha dalam menghadapi kondisi sulit ke depan. Ayat bacaan hari ini menggambarkan penyerahan sepenuhnya pada Tuhan. "Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!" (Mikha 7:7). Perhatikanlah, setelah kita melihat bagaimana kebobrokan moral diungkapkan begitu gamblangnya dalam kitab ini, Mikha lalu menyatakan sikapnya berada dalam kondisi seperti itu. Mikha memilih untuk berpegang kepada Tuhan dengan pengharapan penuh. Apabila Tuhan mampu menyelamatkan anak-anakNya di masa lalu, jika kita sudah berkali-kali melihat bahwa Tuhan mampu melakukan mukjizat lewat cara-cara yang ajaib, jika dulu Dia sanggup, sekarang pun Tuhan sanggup! Sebab Tuhan tidak pernah berubah, Dia selalu sama, dulu, sekarang sampai selamanya. (Ibrani 13:8) "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi. Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur. TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub." (Mazmur 46:2-8).
 Ini janji penyertaan Tuhan yang luar biasa, dan pujilah Dia untuk itu. Tuhan sudah menjanjikan sesuatu yang seharusnya bisa melegakan dan menenangkan kita, sesuatu yang seharusnya tidak membuat kita harus kehilangan sukacita. Karenanya kita tidak perlu takut memasuki tahun baru yang secara logika manusia diprediksi bakal suram dan penuh ketidakpastian atau tanpa harapan. Penulis Ibrani selanjutnya mengatakan: "Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga." Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan." (Ibrani 12:26-27). Ayat selanjutnya berbicara mengenai apa yang harus kita lakukan. "Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." (ay 28).

Lewat Mikha kita bisa belajar untuk terus dengan pengharapan penuh menanti-nantikan Tuhan. Mikha percaya kepada penyertaan Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun, Mikha percaya penuh pada kuasa Tuhan yang akan selalu menyelamatkan dan mendengarkan doa anak-anakNya. Daud mengingatkan bahwa ada penyertaan Tuhan yang luar biasa bagi kita meski bumi hancur lebur sekalipun. Dalam Ibrani kita juga membaca bahwa ada kita harus selalu bersyukur dan beribadah pada Allah karena Dia memberi janji buat kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, meski segala yang lain tergoncangkan. Yesus sendiri berkata: "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23). Karena itu, memasuki tahun baru, 2012, mari kita semua tetap setia menantikan Tuhan. Teruslah mengucap syukur dan berdoa, karena Tuhan siap meluputkan permasalahan bagi setiap yang percaya kepadaNya. Hanya dua hari lagi kita sudah memasuki lembaran tahun yang baru. Bersyukurlah kita masih diberi kesempatan untuk itu. Tidak perlu ada rasa takut, khawatir dalam menatapnya, karena Tuhan ada bersama kita.

Bersukacitalah menyambut Tahun Baru dengan Tuhan berjalan bersama anda

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, December 29, 2011

Dari Mulut Yang Sama

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Yakobus 3:10
================
"Dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi."

mulut yang sama"Negara ini sebenarnya berpotensi besar untuk menjadi hebat, sayangnya banyak di antara penduduknya hanya pintar komplain tapi sulit bersyukur." Itu kata seorang teman yang prihatin melihat kondisi negara yang terus carut marut. Ganti pemimpin tidak berarti segala sesuatu menjadi lebih baik. Terlepas dari tegas tidaknya pemerintah dalam memimpin, teman saya melihat rongrongan dari berbagai elemen masyarakat pun turut andil dalam memperkeruh masalah. "Bagaimana orang bisa kerja kalau digerogoti atau dikomentari terus menerus?" katanya lagi. Apa yang ia bilang memang ada benarnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi banyak di antara kita untuk terus mengeluh, memprotes dan mengomel. Certified whiners, katanya, dan sedikit banyak itu tentu akan mempersulit sistem berjalan. Di satu sisi kritikan yang membangun itu memang perlu, dan kita memang dianjurkan untuk mau berlapang dada menerima kritik, tapi di sisi lain kritik yang terus menerus dan berlebihan tentu akan mengganggu proses apapun untuk berjalan dengan baik. Ada banyak orang yang di gereja pintar mengucap syukur, tapi di hari kerja omongannya hanya berisi keluh kesah, bersungut-sungut dan hal-hal negatif lainnya. Alkitab jelas menegur kita mengenai sikap seperti ini.

Yakobus mengingatkan hal tersebut. "Dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi." (Yakobus 3:10). Ucapan syukur dan umpatan, ucapan berkat dan kutuk, keduanya bisa keluar dari mulut yang sama, dan justru itulah yang seringkali terjadi. Firman Tuhan mengingatkan bahwa itu tidaklah boleh kita lakukan. Apa yang seharusnya keluar dari anak-anak Tuhan seharusnya hanyalah ucapan syukur. Mungkin mudah bagi kita untuk mengucap syukur ketika kita sedang diberkati, tetapi bisakah kita tetap mengeluarkan ucapan yang sama ketika kita sedang mengalami berbagai masalah, mengalami ketidakadilan, tekanan atau problema hidup? Banyak yang memilih untuk mengeluarkan kata-kata negatif, dan itu memang jauh lebih mudah ketimbang mencoba untuk mencari sesuatu yang tetap bisa disyukuri dalam keadaan yang tidak kondusif. Yang terbaik tentu adalah tetap mengucap syukur dalam situasi atau kondisi apapun. Bagaimana caranya? Firman Tuhan berkata: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Lalu ayat selanjutnya berkata: "Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu." (ay 24).  Hati disebutkan adalah sumber kehidupan. Kalau begitu, hati yang tetap terjaga baik dan bersyukur akan membuat pikiran kita pun penuh dengan ucapan syukur. Lalu dari sana itu akan berimbas kepada kata-kata yang kita keluarkan lewat mulut kita. Dan lihatlah sebuah ayat yang tidak asing lagi bagi kita sesungguhnya sudah berkata tegas: "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Perhatikanlah kata dalam segala hal, itu artinya bukan pada saat baik saja, tetapi dalam keadaan sulit atau dalam penderitaan sekalipun kita harus pula mampu memandangnya dari sisi positif, sehingga kita bisa tetap mengucap syukur. Dan dikatakan disana, itulah sesungguhnya yang dikehendaki Tuhan dalam Yesus untuk dilakukan.

Keteladanan telah diberikan Yesus sendiri pada masa kedatanganNya pertama kali ke muka bumi ini.Dalam banyak kesempatan Yesus mencontohkan sendiri bagaimana pentingnya mengucap syukur ini. Mari kita ambil contoh ketika Yesus hendak menggandakan lima roti dan dua ikan. "Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka." (Markus 6:41). Mengucap berkat, atau dikatakan "mengucap syukur kepada Allah" (BIS). Lihatlah kondisi pada saat itu. Menurut logika kita, tentu itu situasi yang rasanya tidak mungkin teratasi. Bagaimana mungkin lima roti dan dua ikan sanggup memberi makan ribuan orang, apalagi mengenyangkan semuanya? Tapi perhatikanlah bahwa Tuhan Yesus mengajarkan untuk tetap mengucap syukur terhadap apa yang masih ada, meski sedikit sekalipun. Kemudian kita bisa menyaksikan sendiri bagaimana ucapan syukur itu bisa menjadi awal dari terbukanya pintu berkat dari Tuhan buat umatNya.

Benar, memang tidaklah mudah untuk bisa tetap bersyukur ketika berada dalam situasi yang tidak baik. Tentu saja jauh lebih mudah untuk mengeluh, menyalahkan kondisi, situasi atau orang lain atas kesulitan yang kita alami. Tapi itu bukanlah gambaran dari anak-anak Tuhan yang berjalan dengan ketaatan penuh kepada kehendak Tuhan. Tuhan tidak pernah menginginkan kita menjadi certified whiners, alias pengeluh/pengomel sejati. Pertanyaannya, adakah yang masih bisa kita syukuri ketika segalanya seolah tidak memihak kita? Tentu saja ada. "Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut." (Ibrani 12:28). Dalam situasi sesulit apapun, bukankah Tuhan sudah membuka kesempatan bagi kita untuk menerima kerajaanNya yang kekal dan tidak tergoncangkan? Bukankah Tuhan sudah menganugerahkan sebuah kehidupan kekal yang tidak lagi berisi ratap tangis kesedihan atau penderitaan melainkan hanya penuh dengan sukacita kelak, dan itu akan berlaku kekal? Tidakkah itu adalah sesuatu yang seharusnya bisa kita syukuri?

Bagi saya pribadi, kesulitan adalah kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru terlebih untuk menyaksikan sendiri bagaimana kuasa Tuhan yang ajaib terjadi secara nyata dalam hidup kita. Bentuk pemikiran seperti itu biasanya bisa membuat saya lebih tenang dan tegar dalam menghadapi persoalan. Berulang kali dalam Alkitab kita bisa melihat bahwa masalah merupakan lahan yang subur bagi Allah untuk menyatakan kuasaNya. Dan itu akan membuat kita mampu untuk terus berpengharapan kepada Tuhan dan terus bersyukur dalam situasi apapun. Saya sudah membuktikannya sendiri, dan jika itu berlaku bagi saya, saya percaya bagi anda pun demikian juga. Mumpung sebentar lagi kita memasuki tahun yang baru, ini merupakan saat yang tepat bagi kita untuk memperhatikan baik-baik apa yang keluar dari mulut kita. Apakah mulut kita sudah berisi ungkapan syukur, kata-kata yang memberkati, menyemangati dan membangun atau justru bersungut-sungut, keluh kesah, meratapi nasib bahkan makian dan kutukan kepada orang lain atau diri sendiri? Berhati-hatilah agar kita tidak jatuh ke dalam sikap bangsa Israel di jaman Musa yang terus bersungut-sungut, meski mereka berulang kali menyaksikan sendiri kebesaran Tuhan dalam perjalanan mereka. Peringatan Tuhan turun lewat Paulus berbunyi seperti ini "Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut." (1 Korintus 10:10). Sebaliknya, hendaklah kita terus mengeluarkan ucapan syukur dari mulut kita bukan hanya dalam keadaan baik atau satu dua hal melainkan dalam segala hal, karena itulah yang dikehendaki Tuhan dalam Kristus Yesus. Bersiaplah untuk Tahun baru dengan semangat baru, termasuk untuk membenahi hal ini dan mulai serius untuk memperhatikannya.

Dari hati yang terjaga baik akan keluar kata-kata yang baik pula, termasuk didalamnya ucapan syukur

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, December 28, 2011

Tenggat Waktu

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Yohanes 4:34
===================
"Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."

tenggat waktuAda kalanya ketika dikejar-kejar deadline atau batas/tenggat waktu saya berharap bisa menghentikan sejenak putaran jarum jam. Betapa enaknya apabila kita bisa menghentikan waktu sejenak agar kita bisa menyelesaikan tugas demi tugas tepat pada waktunya dan kemudian bisa memiliki lebih banyak waktu untuk beristirahat. Hari ini pinggang dan punggung saya rasanya pegal sekali. Beberapa hari terakhir sibuknya bukan main. Selain mengajar di dua tempat, ada banyak deadline yang harus dinaikkan pula di media saya. Bagai air bah semuanya datang melimpah di saat bersamaan. Esok ada setumpuk lagi yang harus segera diselesaikan tepat waktu, lusa pun demikian. Saya merasa lelah, penat, bagai mainan yang baterainya sudah mulai habis. Tapi tugas tetaplah tugas. And time definitely waits for nobody. Mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus mengerjakan semua tanggung jawab itu sebaik-baiknya dengan sepenuh hati. Itu jika saya tidak mau melanggar batas waktu atau menghasilkan sesuatu yang acak-acakan. Jika kita bekerja, maka deadline merupakan bagian dari keseharian kita. Kita bisa menundanya, atau melanggar batas waktu, tapi pada akhirnya itu akan menambah masalah pada diri kita sendiri. Daripada mengeluh, saya memilih untuk bersyukur. Sementara menghilangkan jenuh di kepala, saya pun kemudian menulis renungan ini.

Apakah kita saja yang punya tenggat waktu ini? Ternyata tidak. Yesus sendiri pun harus memikul tugasNya dengan tenggat waktu yang ditetapkan Tuhan. Bukan cuma kita, tapi Yesus pun punya tenggat waktu. Yesus tahu sejak semula bahwa waktunya tidak banyak. Sementara yang harus dikerjakan sangatlah banyak. Dan kita bisa meneladani Yesus yang tidak membuang waktu sedikitpun secara sia-sia. Dia memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk mengajar, menegur, menasihati, menyampaikan pesan Bapa, menyembuhkan, melakukan berbagai mukjizat dan tentu saja menyelamatkan orang-orang berdosa. So many things to do, so little time. Kita sering merasa seperti itu, kecepatan waktu yang sama pun dialami oleh Yesus. Malah tugas Yesus rasanya jauh lebih banyak dari kita, dan semua itu harus Dia selesaikan dalam rentang waktu yang sangat singkat. Mengeluhkah Yesus? Tidak. Dia terus melayani dengan total, habis-habisan. Dengan mengambil rupa atau fisik secara manusia, tentu Yesus pun merasakan tenaganya terkuras. Seperti kita, Yesus pun merasakan kelelahan. Kita bahkan melihat ada saat dimana Yesus merasa lelah, seperti yang bisa kita baca dalam Alkitab ketika Yesus duduk di tepi sumur Yakub. "Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas." (Yohanes 4:6). Tapi hebatnya, meski Yesus sedang kelelahan, Dia tidak berhenti sama sekali untuk melakukan tugasNya. Disana Yesus masih sempat-sempatnya menjamah hati seorang wanita Samaria. Keselamatan bukan saja terjadi untuk wanita Samaria ini, tetapi juga kepada bangsanya. "Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." (ay 39)

Yesus tahu waktu untuk menunaikan tugas dari Bapa itu sangatlah sempit. Tapi Dia tahu apa yang menjadi garis tugasNya sesuai dengan kehendak Bapa di Surga.  Lihatlah apa kata Yesus berikut: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (ay 34). Tugas Yesus adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan semuanya hingga tuntas tepat pada waktunya, sesuai tenggat waktu atau deadline. Untuk itu Yesus tidak memikirkan DiriNya sendiri. Dia terus fokus kepada tugasNya sepenuhnya meski untuk itu Dia harus menjalani siksaan dan penderitaan yang sangat tidak beradab sebagai konsekuensinya. Dan lihatlah apa yang Yesus katakan di atas kayu salib: "..Sudah selesai..." (Yohanes 19:30). Yesus berhasil menyelesaikan semua tugas beratNya dengan gemilang. Coba pikirkan bagaimana jadinya kita seandainya Yesus gagal untuk memenuhi tugas dari Bapa? Semua yang kita nikmati hari ini, kelayakan untuk keselamatan kekal dan pemulihan hubungan antara kita dengan Sang Pencipta, semua itu adalah hasil dari totalitas Yesus dalam mengemban tugasNya.

"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). Dalam ayat ini jelas tertulis bahwa segala sesuatu di muka bumi ini ada tenggat/batas waktunya atau deadlinenya. Tidak ada tugas yang tak berakhir, tapi bagaimana akhirnya, baik atau tidak, semua itu tergantung dari kita sendiri. Jika demikian, pertanyaannya, apakah kita sudah melakukan tugas-tugas kita dengan sebaik-baiknya? Yesus berkata "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yoahnes 9:4). Selama masih ada waktu, lakukanlah tugas kita dengan sebaik-baiknya. Memberi yang terbaik dalam pekerjaan merupakan sesuatu yang mutlak untuk kita lakukan. Begitu pentingnya sehingga dikatakan "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Semua pekerjaan menuntut tanggungjawab dan keseriusan, dan kita diminta untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan maupun pelayanan kita. Apakah itu mengenai tugas kita sebagai orang tua, tugas sebagai anak, tugas sebagai pemimpin atau karyawan, tugas sebagai pasangan, tugas sesuai pekerjaan kita dan sebagainya, semua itu haruslah kita lakukan dengan sebaik-baiknya sebelum semuanya berakhir. Pada suatu hari nanti, tugas, tanggung jawab atau peran kita pun akan selesai. Dan ketika saat itu tiba, sangatlah penting bagi kita untuk membuktikan: sudahkah kita menyelesaikannya dengan baik dan benar? Yesus sudah menunjukkan bagaimana totalitas dalam menyelesaikan pekerjaan, hendaklah kita meneladani benar hal ini dan mengaplikasikannya dalam segala bentuk pekerjaan yang kita hadapi hari demi hari. Apa yang menjadi daftar tugas anda saat ini? Sudahkah anda memberi yang terbaik dalam menyelesaikannya?

Kita tidak bisa menghentikan waktu, tapi kita bisa memaksimalkan waktu untuk melakukan yang terbaik atas pekerjaan-pekerjaan kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, December 27, 2011

Kepatuhan (2)

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
 (sambungan)

Kisah keselamatan ini tentu bukan lagi hal yang baru bagi kita. Tetapi itu tidaklah berarti apa-apa jika kita hanya mengetahui karya Tuhan yang agung kini tanpa mau mulai berbuat sesuatu untuk menanggapi dan melakukan sesuatu secara pribadi, bukan hanya didasarkan atas anjuran orang lain melainkan berasal dari keputusan kita sendiri. Alkitab berkata: "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya." (Yohanes 1:12). Apa yang diberikan Tuhan ini adalah sebuah kasih karunia yang begitu luar biasa besarnya. Dari orang berdosa, yang gagal mencapai standar kelayakan bagi Tuhan, ternyata kita malah diberikan kuasa untuk menjadi anak-anak Allah dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita. Tidakkah itu seharusnya mampu menggerakkan hati kita untuk bersyukur dan memutuskan untuk menghargai segala kebaikan Tuhan yang luar biasa itu sepenuhnya dengan menunjukkan kasih lewat ketaatan dan kepatuhan kita kepadaNya?

Firman Tuhan juga berkata "Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup." (1 Yohanes 5:12). Ini sebuah firman yang berisi jaminan yang jelas dari Tuhan kepada kita lewat Kristus. Dengan menerima Kristus, Dia dengan sendirinya telah masuk ke dalam hidup kita, dan dengan demikian kita pun dianugerahkan hidup yang kekal. "Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." (Yohanes 14:6-7). Hanya lewat Kristus kita bisa datang kepada Bapa. Hanya lewat Dia kita memperoleh jalan dan kebenaran dan hidup. Hanya lewat Dia kita diselamatkan, dan hanya lewat Dia pula kita bisa mengenal Bapa, bahkan dikatakan telah melihatNya. Sebuah anugerah yang sungguh besar yang alangkah keterlaluan jika kita sia-siakan.

Anak teman saya sudah memetik buah dari kepatuhannya di usia yang sangat muda. Beberapa teman saya lainnya yang melihat perilakunya mengaku seperti tersentil, tertegur atau bahkan tertampar melihat sosok anak berusia 9 tahun ini. Sudahkah kita menanggapi dengan benar dari apa yang diberikan Tuhan kepada kita? Sudahkah kita menunjukkan kepatuhan dan menghargai semua anugerah dari Tuhan dengan pantas? Lewat Kristus kita memperoleh keselamatan kekal dan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Sudahkah kita benar-benar menyadari hal itu? Sudahkah kita menanggapi terang rohani yang telah diberikan Allah kepada kita, lalu bagaimana dengan menyalurkannya kepada orang-orang di sekitar kita seperti kewajiban kita menurut Tuhan? Secara fisik Injil mungkin hanya terlihat sebagai sekumpulan tulisan saja. Namun sebenarnya Injil mengandung kebenaran yang mampu menembus hati, dan itu semua berasal dari kalimat-kalimat Allah sendiri. Mendengar Firman Tuhan itu baik, tetapi alangkah sia-sianya apabila kita tidak menghidupinya. Mari kita periksa diri kita masing-masing, jangan-jangan kita masih sebatas menjadi pendengar yang baik, namun perilaku, tindakan, pikiran dan perbuatan kita sama sekali tidak mencerminkan apa yang telah kita dengar. "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22). Patuh terhadap nasihat orang tua merupakan sebuah keharusan demi kebaikan kita sendiri, tapi patuh terhadap Tuhan tentu jauh lebih penting lagi. Hari ini mari kita sama-sama hidup dengan kebenaran firman Tuhan, menjadi pelaku-pelaku firman, menyesuaikan perilaku kita dengan apa yang kita baca atau dengar dari semua tulisan yang diilhamkan Tuhan sendiri yang tercatat dalam Alkitab. Hiduplah sebagai anak-anak Terang, berfungsilah sebagai terang dan garam dunia, dan tetaplah hidup dengan iman teguh akan Yesus,Tuhan dan Juru Selamat kita. Jangan biarkan anugerah luar biasa besar ini terbuang sia-sia akibat kebandelan kita sendiri.

Lewat Kristus kita memperoleh keselamatan kekal dan diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah


Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, December 26, 2011

Kepatuhan (1)

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Yohanes 1:12
=====================
"Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya"

patuhSaya sangat kagum kepada anak teman saya yang masih berusia 9 tahun. Di usia semuda itu ia sudah bisa melakukan banyak hal. "Dia suka ikutan mengerjakan apa yang dikerjakan oleh seisi rumah." kata ibunya sambil tertawa. Kakeknya mengutak-atik motor, ia pun ikut disana, setidaknya memutar sekrup. Ia selalu bangga ketika tangannya terkena oli, karena itu ia anggap sebagai bukti peran sertanya dalam memperbaiki motor. Ibunya memasak, ia pun ikut membantu. Maka di usia 9 tahun itu ternyata ia sudah pintar memasak jenis-jenis makanan yang tidak terlalu rumit untuk dibuat. Di usia itu semuda itu ia mulai berpikir untuk belajar piano atau gitar, dan hebatnya lagi, ia sudah pintar memotret dengan kamera pro. Segudang kepintaran ini ternyata tidak membuatnya sombong. Hari ini saya melihat langsung bagaimana ia datang dan bertanya dulu sebelum melakukan sesuatu. "Ma, boleh tanya tidak?", "Ma, masih boleh pesan tidak, saya haus.." Ini adalah sesuatu yang langka untuk dijumpai, terlebih di hari-hari ini dimana kecenderungan orang tua yang biasa kita temui adalah memanjakan anaknya atau sebaliknya tidak mempedulikan mereka.

Di saat ada banyak anak yang menangis dalam meminta sesuatu dan berpikir bahwa raungan mereka akan membuat orang tuanya menuruti keinginan mereka, anak teman saya ini sudah mengerti bagaimana bersikap sopan di usianya yang masih begitu muda. Kedekatannya terhadap mamanya dan sikapnya yang manis membuatnya terus bertumbuh luar biasa menjadi anak multi-talenta. Sayangnya kebanyakan anak bersikap sebaliknya. Mungkin si anak sebenarnya mendengar, namun hanya sedikit yang patuh dan mau menurutinya. Tidaklah adil jika kita hanya menuduh anak-anak saja yang berlaku seperti itu, karena jujurnya justru banyak pula orang tua yang bandel dan mementingkan diri sendiri saja. Telinga kita mendengar, namun sikap, tindakan dan perbuatan kita sama sekali tidak mencerminkan apa yang kita dengar. Dan akibatnya, ada banyak kerugian yang akan kita alami berawal dari kebandelan kita sendiri.

Kalau terhadap orang tua, guru atau orang yang lebih dewasa di dunia saja kita berbuat demikian, terhadap Bapa pun kita bisa melakukan hal yang sama. Sebagian besar dari kita mungkin sudah sering mendengar Firman Tuhan seperti ketika duduk di gereja misalnya atau lewat kesempatan-kesempatan lain, tetapi apakah kita sudah menanggapi, mentaati dan menjalani hidup sesuai itu? Sebagian orang akan terus melakukan hal-hal yang menyenangkan dirinya tanpa mempedulikan apa kata Tuhan mengenai apa yang diperbuatnya. Mendengar Firman cukup lewat kotbah, cukup hari Minggu saja, dan setelah itu mereka akan kembali pada kehidupan duniawinya. Jika terjepit sedikit saja, dan mungkin itupun akibat kesalahan sendiri, maka mereka pun merengek-rengek bahkan berani menuduh Tuhan pilih kasih atau tidak peduli. Alkitab bukan lagi hal yang asing bagi sebagian dari kita, tetapi sudahkah kita menangkap esensi dasar dari kebenaran yang terkandung di dalamNya? Sudahkah kita memperhatikan dengan seksama bagaimana kehidupan kita dan menjaganya agar berita luar biasa tentang keselamatan lewat Kristus yang diberitakan lewat Injil tidak sampai luput dari kita?

Sebelum kita lanjutkan, marilah kita cermati terlebih dahulu siapa atau seperti apa sesungguhnya diri kita, manusia. "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." (Roma 3:23). Ini kondisi yang memperihatinkan. Kita digambarkan sebagai orang-orang berdosa, yang dengan sendirinya membuat kita kehilangan kemuliaan Allah. Semua manusia gagal mencapai standar kebenaran yang sempurna dari Tuhan. Dan ganjaran atau konsekuensi dari semua ini adalah sangat jelas, kita seharusnya binasa. Tapi lihatlah bagaimana cara Tuhan mengasihi kita. Meski semuanya salah kita, Tuhan sama sekali tidak menginginkan kita berakhir seperti itu. Dia tidak membiarkan kita hancur begitu saja. Tidak. Kita berharga bahkan dikatakan mulia di mataNya. (Yesaya 43:4). Lalu Injil mengatakan sebuah kalimat yang menunjukkan sebuah bentuk kasih terbesar yang pernah ada. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Atau lihat pula Firman Tuhan lewat Petrus: "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh." (1 Petrus 3:18). Adalah  kasih yang begitu besar yang ternyata sanggup menggerakkan Tuhan untuk menebus kita, bahkan Dia rela  mengorbankan AnakNya yang tunggal untuk tujuan itu. "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19).

(bersambung)

Sunday, December 25, 2011

Palungan

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Lukas 1:32
=================
"Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya"

palungan, natalMalam ini saya secara khusus membayangkan apa yang terjadi pada malam Yesus dilahirkan. Betlehem mungkin sudah tertidur lelap di malam sunyi yang dingin. Di saat itulah seorang wanita berusia muda tengah berjuang melahirkan Anak yang dikandungnya selama 9 bulan. Tidak ada yang membantunya, kecuali Yusuf yang berprofesi sebagai tukang kayu. Kejadian itu bukanlah di rumah sakit bersalin atau rumah bidan, melainkan di dalam palungan berisi jerami. Alkitab mencatatnya demikian: "Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:7). Tidak ada penginapan sama sekali bagi mereka, bahkan satu kamar pun. Bayangkan Raja di atas segala raja lahir bukan di istana yang mewah, bukan di tempat selayaknya melainkan di dalam kandang. Suasana pengap, bau dan penuh suara binatang mungkin mewarnai kelahiran Sang Raja pada waktu itu. Sebagian orang mengatakan bahwa si pemilik penginapan adalah orang berdosa yang tidak peduli, atau bahkan dituduh menolak Juru Selamat yang diutus Tuhan. Tapi pernahkah terpikir bahwa mungkin Tuhan sudah menyuratkan seperti itu, mempergunakan si pemilik penginapan untuk mengatur dan menyiapkan tempat dalam palungan tepat seperti kehendak Tuhan sendiri? Yesus lahir di kandang domba, dan tugasNya adalah menyelamatkan domba-domba yang hilang. Alkitab tidak menyatakan siapa pemilik penginapan dan apa motivasinya menempatkan seorang ibu muda yang tengah hamil tua di tempat yang kotor dan tidak layak itu. Tapi biarlah, karena itu bukanlah esensi dari kelahiran Sang Juru Selamat. Yesus lahir untuk menggenapkan kehendak BapaNya yang mengutusNya demi melakukan sebuah misi penyelamatan yang didasarkan oleh sebentuk kasih yang luar biasa besarnya dari Tuhan, Sang Pencipta kepada kita semua, ciptaan-ciptaanNya yang sudah begitu terkontaminasi oleh dosa turun temurun. Untuk itu Yesus dilahirkan, mengambil rupa seorang hamba, melepas semua hak-hak KetuhananNya demi keselamatan kita semua. That's the greatest love of all, that's the power of love.

Ratusan tahun sebelum kelahiran Kristus, nubuatan tentang kedatanganNya dan misi penyelamatanNya sudah disampaikan oleh Yesaya. Kita bisa membacanya dalam Yesaya pasal 53. "Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (ay 2-5). Bacalah terus bagian ini, dan anda akan bertemu dengan ayat yang berbunyi: "Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya." (ay 9-10). Inilah nubuatan tentang kedatangan Yesus dan misi yang Dia emban persis dengan apa yang terjadi ketika nubuatan itu akhirnya digenapi.

Malaikat menyampaikan pesan kepada Perawan Maria pada suatu ketika. "Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,  dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." (Lukas 1:30-33). Saya percaya hal ini tentu terasa begitu berat bagi Maria. Ia belum menikah, apa kata dunia jika tiba-tiba ia hamil? Terlebih bagaimana tanggapan tunangannya Yusuf kelak? Akankah ia dituduh berselingkuh kemudian dirajam sampai mati? Tapi Maria memilih untuk percaya. Malaikat sudah menyampaikan pesan dari Tuhan bahwa ia terpilih untuk melahirkan Anak Allah yang Mahatinggi, Seorang Raja atas keturunan Yakub sampai selama-lamanya dengan Kerajaan yang kekal, tidak berkesudahan. Sejalan dengan itu, malaikat lainnya datang menjumpai Yusuf. "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (Matius 1:20-21). Dari palungan, Yesus menggenapi tugasNya dengan sempurna. Dia dengan rela menanggung semua kesakitan yang tak terperikan demi kita semua. Kelahiran dari Sang Penebus, Anak Allah yang tunggal, Raja segala raja, itulah yang kita peringati hari ini.

Maria mungkin memiliki banyak hal untuk direnungkan ada masa itu. Yusuf pun tentu sama. Di palungan yang kotor dan tidak layak itu mereka bersukacita melihat Bayi kecil yang kelak akan menghapus dosa dunia. Tepat seperti itu pula Yohanes Pembaptis di kemudian hari menyebutNya. "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29). Sekarang, lebih 2000 tahun berlalu, masing-masing dari kita perlu kembali kepada kesadaran semula tentang pentingnya kelahiran Kristus, kematianNya dan kebangkitanNya, serta janjiNya untuk kelak datang kembali. Natal adalah hari yang jauh lebih penting dari sekedar pesta, liburan dan hiburan. Natal jauh lebih penting dari sekedar bertukar hadiah dan bergembira bersama teman-teman dan keluarga. Kita perlu kembali kepada esensi mendasar dari kelahiran Kristus di dunia. Keselamatan di kolong langit ini ada dalam tanganNya. Kunci ada padaNya. Dan itu adalah bentuk kasih Allah yang begitu besar kepada kita yang berselimut dosa. Mari malam ini kita kembali merenungkan dan bersyukur, karena tanpa Kristus kita tidaklah ada apa-apanya. Selamat Hari Natal kepada teman-teman RHO sekalian, Tuhan Yesus memberkati anda semua.

Yesus datang untuk hidup bersama kita untuk membuka kesempatan agar kita bisa hidup kekal bersamaNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, December 24, 2011

Menolong Orang Miskin

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Galatia 2:10
===================
"hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya."

menolong orang miskinDi masa-masa sulit seperti sekarang ini, hal tersulit yang harus dihadapi mungkin adalah kehilangan pekerjaan. Bekerja saja bagi banyak orang tidaklah mampu menjamin kelangsungan hidup sekeluarga, apalagi jika disaat seperti itu malah kehilangan pekerjaan. Seorang teman baru saja mengalami pemutusan hubungan kerja karena perusahaan tempatnya bekerja harus mengalami perampingan agar bisa terus berjalan. Apa hendak dikata, ia termasuk yang tidak dipertahankan. "Mau mencari kerja kemana lagi.." katanya murung. Kita tentu tahu bagaimana sulitnya mencari pekerjaan apalagi jika ilmunya pas-pasan. Puji Tuhan, seorang teman satu gerejanya kemudian memberinya pekerjaan sehingga ia tidak harus pusing berlama-lama. Ketika bertemu lagi dengannya ia pun berkata, "Tuhan sungguh baik, Dia menjawab doaku lewat bapak itu." Ya, Tuhan senang memakai orang lain untuk menjadi saluran berkatNya. Tapi itu tidak bisa terlaksana apabila kita tumbuh menjadi manusia-manusia yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa peduli kepada orang lain yang sedang menderita dan membutuhkan pertolongan.

Sebagai orang Kristen, kita seharusnya terpanggil untuk menolong orang-orang yang membutuhkan bantuan, terlebih ketika jaman tengah dilanda resesi atau krisis. Sayangnya tidaklah banyak di antara mereka yang mengaku sebagai pengikut Kristus untuk mau menjalani panggilannya dalam wadah kasih, yang menjadi inti dasar kekristenan. Orang lebih suka berhitung untung rugi menurut timbangannya sendiri tanpa mau peduli kepada penderitaan orang lain. Itu bukanlah gambaran yang tepat dari umat Allah. Kita selalu diingatkan untuk membantu orang lain di saat sukar, dan itu sudah dinyatakan berulang kali baik di Perjanjian Lama apalagi di Perjanjian Baru. Penulis Amsal menggambarkan kecenderungan manusia yang tidak baik ini. "Juga oleh temannya orang miskin itu dibenci, tetapi sahabat orang kaya itu banyak." (Amsal 14:21). "The poor is hated even by his own neighbor, but the rich has many friends." Itu versi bahasa Inggrisnya. Lalu ayat selanjutnya mengingatkan bahwa itu merupakan hal yang buruk, bahkan dikatakan sebagai dosa. "Siapa menghina sesamanya berbuat dosa, tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita." (ay 21). Sementara orang yang menghina atau membenci saudaranya yang miskin berarti berbuat dosa, orang yang menaruh belas kasihan kepada mereka disebutkan sebagai orang yang berbahagia, blessed and fortunate.

Dalam Galatia 2 kita bisa melihat bagaimana Paulus dan Barnabas menyadari bahwa di balik kasih karunia yang telah diberikan kepada mereka dan rekan-rekan sekerja yang lain, ada panggilan penting bagi mereka untuk mengingat atau memberi perhatian kepada orang yang miskin. "Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru jemaat, berjabat tangan dengan aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat; hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya." (Galatia 2:9-10). Lihatlah bahwa meski mereka menyadari sebuah kasih karunia istimewa yang diberikan kepada para rasul, mereka harus pula mengingat orang-orang miskin yang membutuhkan bantuan. Kita memang wajib mendoakan siapa saja, tapi itu tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak mengulurkan bantuan secara nyata pula di dunia. Seringkali orang memilih melakukan yang paling mudah agar mereka tidak harus rugi. Berdoa itu gratis, sementara memberi itu artinya membuat milik kita berkurang. Seperti itulah isi pikiran banyak orang. Jadi mereka memilih hanya untuk berdoa agar mereka tidak harus "membuang" sedikit dari timbunan harta mereka. Paulus dan Barnabas serta para rasul lainnya untungnya tidak terjebak pada pemikiran seperti itu. Kita bisa melihat bagaimana mereka melakukan tepat seperti itu; memberitakan Injil sekaligus mengumpulkan bantuan keuangan bagi mereka yang membutuhkan. "Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea. Hal itu mereka lakukan juga dan mereka mengirimkannya kepada penatua-penatua dengan perantaraan Barnabas dan Saulus." (Kisah Para Rasul 11:29-30). Atau dalam surat 1 Korintus: "Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada Jemaat-jemaat di Galatia.  Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing--sesuai dengan apa yang kamu peroleh--menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang. Sesudah aku tiba, aku akan mengutus orang-orang, yang kamu anggap layak, dengan surat ke Yerusalem untuk menyampaikan pemberianmu." (1 Korintus 16:1-3).

Sebuah seruan penting disampaikan oleh Paulus. "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya." (1 Timotius 6:17-19). Kita diberkati sesungguhnya bukan untuk dipakai berfoya-foya dan menimbun sendiri melainkan untuk disalurkan kepada orang lain lewat berbuat baik dan beramal. Singkatnya, kita diberkati untuk memberkati. "...hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat..." (1 Petrus 3:9). Lalu lihat pula ayat berikut ini:  "Allah berkuasa memberi kepada kalian berkat yang melimpah ruah, supaya kalian selalu mempunyai apa yang kalian butuhkan; bahkan kalian akan berkelebihan untuk berbuat baik dan beramal." (2 Korintus 9:8 BIS). Di tengah kondisi sulit seperti sekarang ini, marilah kita menjadi pelaku-pelaku firman yang siap menolong orang lain yang membutuhkan baik secara rohani maupun materi. Uang yang kita keluarkan mungkin tidak berpengaruh besar kepada kita, tapi itu bisa memberi kelegaan dan sukacita bagi mereka yang tengah terdesak. Sikap murah hati atas dasar kasih terhadap Tuhan dan sesama, itulah yang diperlukan, terlebih dalam masa-masa seperti sekarang ini.

"Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."
(Kisah Para Rasul 20:35)

Friday, December 23, 2011

Mencari Alasan

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Efesus 5:1
====================
"Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih"

alasanSeorang musisi pernah mengeluh kepada saya karena salah seorang anggota bandnya seringkali mangkir atau datang terlambat. Gara-gara satu orang itu mereka pun terus terkendala dalam latihan mereka. Alasan yang dikemukakan menurutnya selalu saja ada, mulai dari yang klise seperti terjebak macet, sampai yang rasanya konyol seperti ketiduran atau lupa jadwal. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya untuk menumbuhkan band jika ada anggota yang seperti ini di dalamnya. Saya pun berpikir bahwa ada banyak orang yang bersikap seperti itu. Datang terlambat ke kantor, terlambat ke sekolah, terlambat menjemput, itu menjadi ritme banyak orang setiap harinya. Alasan yang dikemukakan pun bisa bermacam ragam. Saking pintarnya mencari alasan, jangan-jangan kita sudah pantas menjadi "profesor alasan". Variatif, kreatif and inovatif, seperti itulah pintarnya kita dalam mereka alasan. Disiplin semakin lama sudah semakin langka. Seandainya kreativitas dalam inovasi itu dipergunakan untuk hal-hal yang bermanfaat positif dan baik seharusnya negara kita bisa lebih baik lagi. Tapi itulah sebuah sikap yang nyatanya semakin membudaya di kalangan banyak orang. Mencari alasan bisa pintar, tapi untuk berdisiplin dan patuh terhadap peraturan atau jadwal sulitnya bukan main. 

Dengan giatnya "berlatih" dalam soal mencari alasan, kita pun kemudian terbiasa untuk melakukan itu, termasuk dalam hal mematuhi perintah Tuhan. Jika teman saya yang musisi itu saja bisa kesal, dan kita pun akan merasakan hal yang sama jika orang yang berjanji dengan kita "ngaret" seenaknya, tidakkah kita berpikir bahwa Tuhan pun mungkin dibuat kesal dan muak dengan perilaku seperti ini. Kita bisa dengan mudah mengabaikan saat teduh, melupakan berdoa, apalagi meluangkan waktu untuk membaca Alkitab. Alasan bisa sangat banyak dan mudah untuk dikemukakan. Hari ini terlalu capai, banyak pekerjaan, banyak tugas, mengantuk, sibuk dan sebagainya sering menjadi alasan bagi kita untuk mencoret Tuhan dari kegiatan kita sehari-hari. Dalam hal mematuhi perintah Tuhan pun sama. Kita tahu bahwa yang kita lakukan itu salah, tapi kita terus mencari alasan sebagai pembenaran untuk terus melakukannya. Kita berpikir bahwa kita bisa mengelabuhi Tuhan lewat alasan yang kita kemukakan, namun tentu saja itu tidak akan pernah bisa menipu Tuhan. Dia tahu segalaNya, dan jangan lupa bahwa Tuhan pun tegas jika berurusan dengan kepatuhan kita akan firmanNya.

Lihatlah bagaimana contoh manusia berlindung di balik alasan dalam perumpamaan soal talenta. (Matius 25:14-30). Ketika orang yang diberi lima dan dua talenta dengan patuh mengerjakan kewajibannya, hamba dengan satu talenta ternyata begitu malas dan memilih untuk hanya memasukkan uang itu dalam lubang di tanah. (ay 18). Ketika tuannya meminta pertanggungjawaban, lihatlah bagaimana ia berkelit dengan memberi alasan. "Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.  Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!" (ay 24-25). Bukan saja mencari alasan, tapi ia pun berani menyalahkan atau mengkambing hitamkan tuannya sendiri. Tuhan sama sekali tidak berkenan dengan sikap seperti ini. Dan lihatlah reaksi sang tuan dalam perumpamaan ini. Si hamba ini dikatakan sebagai "hamba yang jahat dan malas" (ay 26) dan harus menerima konsekuensi dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, dimana yang ada hanya ada ratap dan kertak gigi. (ay 30). Fatal sekali akibatnya jika bermain-main dengan perintah Tuhan, itu jelas bisa kita lihat lewat perumpamaan ini.

Allah tidak suka dengan kecenderungan kita untuk mengabaikan petunjukNya yang sebenarnya sudah jelas tertulis di dalam Alkitab, apalagi dengan adanya Roh Kudus yang terus mengingatkan kita apabila mulai serong dalam berjalan. Paulus mengingatkan hal ini dalam suratnya kepada jemaat Tesalonika. "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus." (1 Tesalonika 4:1-2). Disini Paulus mengingatkan kita akan bagaimana kita seharusnya hidup berkenan kepada Tuhan dan bahwa petunjuk-petunjuk itu sudah diberikan kepada kita atas nama Tuhan Yesus. Ini tidak main-main. Melanggarnya akan membawa konsekuensi berat atas diri kita. Lebih lanjut lagi Paulus pun mengingatkan kita agar jangan sampai kita mendukakan Roh Kudus dan mengabaikan pengajaranNya lalu lebih memilih untuk menuruti kehendak kita pribadi saja. "Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan." (Efesus 4:30).

Oleh sebab itu mari kita dengar dan renungkan nasihat berikut ini. "Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih" (Efesus 5:1). Ini adalah sebuah nasihat yang sudah sepantasnya menjadi sesuatu yang selalu kita ingat baik-baik dalam meniti kehidupan di dunia ini. Remember God is always serious when it comes to our obedience towards His words. Kemalasan kita dalam membaca Alkitab akan membuat kita tidak tahu apa saja perintah dan larangan Tuhan dengan jelas, dan tidak ada satupun alasan yang bisa kita kemukakan untuk itu. Keengganan membangun hubungan dengan Tuhan jelas akan membuat hubungan kita berjarak sangat jauh dari Tuhan, dan itu akan membuat kita tidak peka akan bahaya dosa. Di saat seperti itu kita sama saja dengan mendukakan Roh Kudus Allah yang sebenarnya telah memeteraikan kita untuk menerima anugerah keselamatan. Menjelang hari Natal dan Tahun Baru, marilah kita berbenah lebih serius dalam membangun hubungan dengan Tuhan dan mendalami firmanNya. Ini saatnya bagi kita untuk memperbaharui tekad untuk membaca petunjuk-petunjuk yang telah Dia nyatakan dan menjalani hidup berdasarkan petunjuk-petunjuk itu dengan ketaatan penuh tanpa banyak alasan.

Tidak ada satupun alasan yang bisa memberi keringanan dalam mengabaikan Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, December 22, 2011

Momen

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Matius 10:16
====================
"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati."

momenAda banyak yang akan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan kita dalam pekerjaan atau dalam menghasilkan sesuatu. Banyaknya ilmu yang kita miliki, kepintaran, penguasaan terhadap bidang kita dan kemampuan tentu memegang peranan penting. Tetapi ada yang tidak kalah penting untuk kita miliki, yaitu kepekaan kita dalam membaca situasi. Saya menyebutnya dengan sebuah kata saja, momen. Tanyakan kepada fotografer bagaimana pentingnya momen dalam menangkap sebuah kejadian. Sekali momen itu dilewatkan, maka sulit bagi mereka untuk memperoleh lagi gambar yang luar biasa. Dalam hidup pun demikian. Ada banyak orang yang pintar, punya modal dan sebagainya tapi sulit untuk maju karena mereka tidak bisa menangkap momen. Mereka membuang kesempatan yang terbuka secara sia-sia, mereka terlalu lama memutuskan sesuatu sehingga momen yang tadinya hadir di depan mata pun kemudian berlalu begitu saja. Terkadang momen bisa jadi lebih penting dari segala kepintaran yang kita miliki. Saya mengenal banyak orang yang kemampuan dan ilmunya biasa-biasa saja, namun mereka sukses luar biasa karena pintar membaca situasi.

Kita seringkali gagal dalam bekerja, dalam kehidupan maupun dalam menjalankan tugas kita sesuai Amanat Agung yang telah disampaikan Yesus sesaat sebelum Dia naik ke Surga karena kita tidak peka menangkap momen. Ada banyak anak-anak Tuhan yang tahu tanggungjawabnya untuk mewartakan kabar keselamatan, tetapi sayang sekali ada banyak pula dari mereka yang tidak tahu bagaimana melakukan itu secara halus atau baik. Akibatnya mereka terjebak untuk mengikuti cara-cara dunia. Mereka memaksakan kehendak, baik dengan menjelek-jelekkan orang lain terlebih dahulu agar apa yang mereka sampaikan bisa diterima, dengan pemaksaan dan sebagainya. Dunia memang berpikir seperti itu, bahkan seringkali kita melihat mereka merasa berhak untuk menghabisi orang lain karena tidak mau mengikuti aturan mereka. Mereka merasa layak menjadi Tuhan sehingga berhak untuk menghilangkan nyawa orang lain atau menganiaya. Sadar atau tidak, banyak pula di antara anak-anak Tuhan yang berlaku kasar dan buruk meski mungkin bentuknya tidak seekstrim itu. Ada beberapa teman yang pernah bercerita bahwa mereka pernah bertemu dengan orang-orang yang bersikap seperti itu. Mereka memaksakan kehendak dan mudah marah ketika orang tidak mengikuti kemauan mereka. Begitu mudahnya menjelek-jelekkan gereja dan jemaat selain mereka dan bersikap sangat tidak simpatik. Jika itu yang dipertontonkan, bukannya menjadi garam dan terang tetapi mereka malah menjadi batu sandungan bagi orang lain. Jangankan membawa jiwa, dekat saja mungkin tidak ada yang mau, jengah, jengkel, risih atau malah kesal dan jijik.

Mengapa harus seperti itu? Itu sama sekali bukanlah gambaran sikap yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan. Yesus mengatakan seperti ini: "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati." (Matius 10:16). Medan yang kita hadapi itu tidaklah mudah. Terkadang malah sangat berat. Kita harus berhadapan dengan situasi-situasi yang beresiko, dimana mungkin penolakan adalah bagian terlunak dari apa yang harus kita hadapi. Dalam posisi seperti itu bisa jadi kita bagaikan domba ditengah serigala buas. Oleh karena itulah kita diingatkan agar pintar memilih momen dan bersikap. Tetap tulus seperti merpati, bukan karena adanya agenda-agenda pribadi tetapi semata-mata agar bisa membawa keselamatan. Disamping tulus, hendak pula kita cerdik dalam melakukannya. Bukan dengan paksaan, kasar, dengan menjelek-jelekkan, atau melakukan bentuk-bentuk "hard-selling" yang membuat risih orang lain. Melakukan dengan tulus atas dasar kasih dan mengambil jalan-jalan yang baik, elegan dengan rasa hormat dan lemah lembut, itulah yang seharusnya kita pilih dalam mewartakan Injil keselamatan kepada orang lain. Kapan kita harus melakukannya, dengan cara seperti apa, itu semua merupakan hal penting. Momen, timing, itu adalah bagian dari kecerdikan dimana kita seharusnya peka. Dan ketulusan pun memegang peran penting di atasnya.

Tidak satupun firman Tuhan yang menghendaki kita untuk bersikap kasar atau memaksakan kehendak. Kasar saja tidak, apalagi sampai merugikan, melukai atau membunuh. Tidak dalam hal pekerjaan atau kehidupan, apalagi dalam menyebarkan berita Kerajaan. Kita justru diingatkan untuk memiliki hati yang lemah lembut. Lihatlah ayat berikut ini. "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan." (Kolose 3:12-14). Ini sikap yang seharusnya ada pada kita dalam menjalani kehidupan kita termasuk didalamnya untuk menjalankan tugas sesuai dengan Amanat Agung. Biar bagaimanapun, ingatlah dua hukum yang terutama seperti yang dikatakan Yesus dimana didalamnya tercakup seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu...Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37,39). Ingatlah bahwa kasih yang sesungguhnya yang sesuai dengan Kerajaan Allah adalah seperti ini: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.." (1 Korintus 13:4-5). Tidak ada tempat untuk kasar, tidak sopan, bersikap negatif, menjelek-jelekkan atau memaksa dan sebagainya dalam kasih. Dan di saat kita berjalan dengan dasar kasih, maka kita pun seharusnya melakukan semuanya dengan sikap-sikap seperti yang dijelaskan dalam ayat tersebut.

Bersikap tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular, itu yang seharusnya kita lakukan, dan keduanya harus pula berjalan beriringan. Cerdik tapi tidak tulus itu tidak baik, sebaliknya tulus tapi tidak cerdik pun tidaklah baik pula. Petrus mengatakan "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu" (1 Petrus 3:15-16). Lemah lembut, hormat dan dengan hati nurani yang murni, itulah yang harus menjadi dasar dalam hati kita dalam mewartakan berita keselamatan ini. Dalam kesempatan lain Paulus menyampaikan hal yang sama. "sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran." (2 Timotius 2:24-25). Oleh karena itu kita harus pintar menangkap momen, membaca situasi atau memilih waktu. Pilihlah jalan-jalan yang bijaksana dengan dasar kasih sehingga kita bisa menjamah hati orang lain untuk mengenal Yesus dengan cara-cara yang elegan.

Mewartakan kabar keselamatan itu penting, tapi lebih penting lagi untuk melakukannya dengan baik dan tepat

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, December 21, 2011

Lepas Dari Dosa

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Wahyu 9:21
====================
"Dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian"

putus dari dosaBagi anda yang sudah pernah merasakan tentu tahu bagaimana sakitnya putus cinta. Ada orang yang bahkan sampai harus mengakhiri hidupnya karena tidak tahan merasakan perihnya putus dari orang yang dicintai. Ada yang memerlukan waktu bulanan bahkan tahunan untuk sembuh. Ada seorang teman ibu saya yang membutuhkan puluhan tahun baru bisa menikah dan melanjutkan hidupnya dengan baik. Terputus dari dosa bisa berarti sama bagi banyak orang. Mereka merasa enggan atau berat berpisah dari dosa-dosa yang selama ini membelenggu mereka. Mengapa? Karena seringkali dosa-dosa ini memberi kenikmatan atau kesenangan. Seringkali dosa-dosa seolah memberi kegembiraan atau kemudahan. Kita tahu semua itu semu, tapi banyak orang yang tidak peduli dengan itu. Kalaupun fana memangnya kenapa? Toh saya setidaknya bisa merasakan kenikmatan itu meski semu. Ada banyak orang yang berpikir seperti itu dan akibatnya sulit melepaskan diri dari jerat dosa. Mereka terus berkubang dalam lumpur, tidak mengindahkan nasihat atau lainnya yang mengingatkan mereka agar cepat berbalik sebelum semuanya menjadi terlambat. Sudah terang-terangan kena konsekuensinya pun mereka masih saja terus melanjutkan tindakan mereka yang salah. Bukankah kita bertemu dengan tipikal orang-orang seperti ini? Jika sekarang ada banyak orang yang terlena dalam dosa dan sulit untuk putus dari dosa, itu sudah terjadi sejak dahulu. Begitu berbahayanya hal ini sehingga dalam kitab terakhir yaitu Wahyu yang berisi nubuatan tentang akhir zaman pun hal ini masih terlihat.

Bacalah apa yang terjadi dalam kitab Wahyu pasal 9. Disana kita bisa melihat bahwa bahkan setelah sangkakala ke enam ditiup dan penghukuman berlanjut, masih saja ada manusia yang belum kapok dan tidak kunjung berhenti dari melakukan dosa-dosanya. Disana tertulis: " Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka: mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau mendengar atau berjalan, dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian." (Wahyu 9:20-21). Lihatlah hingga di saat-saat terakhir nanti pun tetap saja ada orang yang tidak jera dan tidak bisa sadar lewat malapetaka yang hadir tepat di depan mereka. Fakta berbicara, dalam hidup kita hari ini ada begitu banyak orang yang mengambil keputusan sama seperti mereka. Di saat sulit seperti ketika ada bencana alam menimpa pun mereka masih tega mengambil apa yang bukan menjadi miliknya. Korupsi, mencuri dan sebagainya, masih mereka lakukan tanpa peduli orang lain menderita atau melarat. Betapa keras hati mereka sehingga apapun tidak lagi bisa membuat mereka bertobat. Mereka tidak lagi mendengar hati nurani mereka, mungkin hati nuraninya pun sudah berhenti berbicara. Bisa dibayangkan apa jadinya orang-orang seperti ini kelak. Di dunia mereka bisa berkelit, tetapi di tahta penghakiman Allah tidak satupun yang luput dari setiap kejahatan atau penyimpangan yang dilakukannya.

Bentuk ketidakpedulian yang tega berbuat jahat demi keuntungan diri sendiri ini sudah diingatkan sejak dahulu dalam Alkitab. "sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:13) Orang yang terbiasa berbuat jahat akan membuat orang semakin dingin dan tidak lagi bisa mendengar teguran Tuhan. Tuhan Yesus sejak jauh hari sudah mengingatkan akan hal ini. "Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12).

Sangatlah besar resikonya apabila kita terus membiarkan dosa terus menumpuk hingga membuat kita tidak lagi peka atau menjadi tuli terhadap teguran Tuhan. Jika kita terus melakukan dosa, pada suatu saat hati kita bisa menjadi dingin, mengeras membatu dan ketika itulah kita tidak lagi memiliki kontrol atas diri kita. Kita tidak lagi bisa membedakan yang salah dan benar, baik dan buruk, dan jika demikian dosa pun memiliki kuasa penuh atas hidup kita. Betapa seriusnya jika ini terjadi. Hati tidak lagi peka, bahkan berbagai kesaksian yang jelas-jelas menyatakan kuasa Kristus pun tidak lagi bisa membuka mata orang-orang seperti ini. "Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya." (Yohanes 30:36). Berhati-hatilah, karena firman Tuhan dengan tegas berkata "Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi." (Amsal 29:1).

Apabila hari ini kita masih punya kepekaan untuk menyadari jalan-jalan yang salah, jangan terus keraskan hati. Jangan terus menunda, ambillah keputusan sekarang juga untuk bertobat, mumpung kita masih punya kesempatan. Firman Tuhan berkata: "..Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu.." (Ibrani 3:7-8). Ambil keputusan untuk putus dari dosa dan jangan beri toleransi lagi sekecil apapun. Lewat perantaraan nabiNya Tuhan juga bersabda: "Kata mereka: Bertobatlah masing-masing kamu dari tingkah langkahmu yang jahat dan dari perbuatan-perbuatanmu yang jahat; maka kamu akan tetap diam di tanah yang diberikan TUHAN kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya." (Yeremia 25:5). Bagi yang bertobat akan diberikan hak sebagai ahli waris Tuhan, namun yang terus menolak akan dibuang selamanya dari tanah yang diberikan Tuhan. Sesungguhnya ini merupakan hal serius karena apa yang dikatakan Tuhan bukan hanya sekedar berbicara mengenai hilangnya berkat akibat dosa, tapi juga berbicara mengenai hilangnya keselamatan dan kasih karunia Tuhan bagi kita.

Kedatangan Yesus ke dunia adalah karena ada dosa kita. Tuhan merasa perlu untuk menganugerahkan apa yang sesungguhnya tidak layak kita terima, yaitu keselamatan.Tuhan Yesus yang kelahiranNya di bumi ini untuk kita orang yang berdosa, sudah membereskan itu semua. Bersyukurlah untuk itu, jangan sampai penebusan Kristus menjadi sia-sia karena kita terus menerus membiarkan dosa berkuasa dalam hidup kita. Kita tidak akan pernah bisa berjalan bersama Kristus dan menerima janji-janjinya jika sementara pada saat yang sama masih terus hidup di dalam dosa. Menjelang hari Natal yang akan tiba sebentar lagi, ambil keputusan hari ini juga untuk putus dari dosa, karena jika tidak kita akan menghadapi masalah besar yang pada suatu ketika tidak lagi bisa diperbaiki.

No matter how tempting the offer is, say no to anything sin said

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyhrho

Tuesday, December 20, 2011

Hadiah Buat Yesus

webmaster | 11:00:00 PM | 2 Comments so far
Ayat bacaan: Markus 12:33
====================
"Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."

hadiahHadiah apa yang sudah anda siapkan untuk orang-orang yang anda cintai? Ketika Natal sudah sangat dekat seperti ini, tentu sebagian besar orang tua sudah menyiapkan kado untuk anak-anaknya. Ada yang memberi bingkisan bagi rekan bisnis, bertukar hadiah dengan teman-teman, atau menyediakan bingkisan kejutan bagi kekasih, istri atau suami. Sebagian lagi mungkin sudah pergi berlibur bersama keluarga ke tempat-tempat wisata atau bahkan ke luar negeri. Setelah bekerja keras selama setahun, tentu rasanya menyenangkan bisa berlibur bersama keluarga tanpa harus terganggu oleh pekerjaan yang sehari-hari menumpuk di meja kerja. Natal adalah sebuah perayaan untuk memperingati kelahiran Kristus. Jika kita sudah mempersiapkan berbagai hadiah dan kejutan kepada orang-orang terdekat kita, bagaimana dengan Sosok yang kita rayakan itu sendiri? Hadiah apa yang kita berikan kepada Yesus, dan hadiah seperti apa yang akan sangat berkenan buat Dia?

Dalam memasuki hari Natal, apa yang seharusnya kita renungkan dan syukuri adalah kedatangan Yesus ke muka bumi ini untuk menebus dosa-dosa kita. Atas dasar kasih Allah yang begitu besar, Dia datang menghapus dosa dunia dan membuka jalan bagi kita untuk masuk ke dalam keselamatan. Ini bukan hal sepele. Cobalah renungkan, siapalah kita ini sehingga kita begitu berharga dalam pandangan Tuhan untuk diselamatkan? Daud pernah mempertanyakan hal ini ketika ia tengah terpukau dalam kekaguman saat memandang indahnya langit. "apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:5). Apakah kita berjasa besar sehingga Tuhan berhutang budi pada kita? Tidak. Apakah kita begitu luar biasa sehingga Tuhan harus membayar kita? Tidak. Apakah kita begitu suci tanpa cacat sehingga Tuhan merasa bersalah jika tidak menyelamatkan kita? Tidak. Kita adalah manusia yang terus menerus berbuat dosa, terus mengecewakan Tuhan dengan segala perilaku kita. Tetapi meski demikian, Tuhan ternyata tetap mengasihi kita. Walaupun alam semesta ini begitu indah diciptakan, tetap saja manusia merupakan ciptaanNya yang paling berharga, yang diciptakan seperti gambar dan rupaNya sendiri (Kejadian 1:26), dengan kata lain "dibuat sama seperti Allah" dan dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat (Mazmur 8:6). Oleh karena itu keselamatan kita pun menjadi agenda penting bagi Tuhan, didasari oleh kasihNya yang begitu besar kepada kita. Dan itu Dia anugerahkan kepada manusia. Anugerah bukanlah anugerah apabila diberikan atas balas jasa. Justru karena kita sebenarnya tidak layak, tetapi Dia tetap memberikan, itulah yang disebut dengan anugerah. Alkitab menggambarkan dengan begitu menyentuh. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16) Adalah kasih yang begitu besar dari Allah yang sanggup menggerakkan hatiNya untuk mengorbankan Kristus untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, membayar lunas semua pelanggaran dan dosa kita, melepaskan kita dari kutuk dan menganugerahkan keselamatan yang seharusnya tidak layak kita miliki. Semua itu berasal dari sebuah anugerah yang diberikan Tuhan atas dasar besarnya kasihNya kepada kita. Bayangkan bagaimana hidup kita saat ini seandainya Yesus tidak datang ke dunia dan menebus dosa-dosa kita, mematahkan belenggu dosa dan kutuk, menggantikan kita di atas kayu salib dan menyelamatkan kita dari kematian. Tidakkah itu mengerikan?

Orang-orang Majus dari Timur berangkat menempuh perjalanan panjang yang melelahkan untuk menyembah bayi Yesus. (Matius 2:2). Tapi kelelahan itu segera sirna berubah menjadi sebentuk sukacita luar biasa ketika mereka melihat bintang yang menunjukkan arah dimana Yesus dilahirkan. (ay 10). Kalau kita mundur satu pasal, kita bisa melihat apa yang dikatakan malaikat kepada Yusuf lewat mimpi. "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka...Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel (arti Imanuel adalah Allah ada bersama kita)" (Matius 1:21,23). Imanuel, artinya Allah ada bersama kita. Renungkanlah baik-baik makna Imanuel itu. Kelahiran Yesus ke dunia sesungguhnya membawa dampak yang begitu besar bagi perjalanan hidup dan keselamatan kita. Dan itulah seharusnya sumber sukacita kita dalam menyambut Natal. Jika Yesus memberikan sebuah kado luar biasa kepada kita, apa yang bisa kita berikan kepadaNya? Betapa seringnya kita melupakan ini. Kita sering meminta Yesus untuk memenuhi segala keinginan kita, tetapi kita tidak mau berpikir apa yang bisa kita berikan sebagai hadiah yang terindah yang berkenan untuk Yesus.

Lantas apa hadiah yang sebenarnya bisa kita berikan kepadaNya? Parcel? Rumah? Mobil? Uang? Tidak, semua itu tidak ada artinya. Apa yang menyenangkan hati Yesus sesungguhnya hanya satu, dan itu tidak lain adalah hati kita. Hati yang terbuka, lembut, mau dibentuk, percaya kepadaNya dan selalu bersungguh-sungguh menyembah dan mengasihiNya. Hati yang takut akan Tuhan, bersih yang siap untuk menerima Kristus untuk berdiam di dalamnya, dan juga hati yang penuh kasih terhadap sesama manusia, seperti halnya Kristus mengasihi kita. Ini bisa kita lihat dari dua hukum yang terutama.

Pada suatu kali seorang ahli Taurat mengatakan "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33), Lalu apa tanggapan Yesus? Yesus mengiyakan perkataan orang itu dan berkata "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" (ay 34). Jadi jelaslah lewat ayat ini kita bisa melihat apa hadiah sesungguhnya yang bisa kita berikan kepada Yesus. Hati yang mengasihi Tuhan dan sesama, itulah hadiah yang sangat indah untuk kita berikan kepada Yesus dalam memperingati kelahiranNya di dunia.

Hal ini pun bisa kita lihat dari pernyataan Yesus berikut: "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40). Tuhan Yesus tidak memerlukan bingkisan-bingkisan duniawi berupa harta benda, perhiasan, materi dan sejenisnya. Apa yang akan menyenangkanNya adalah kasih terhadap Tuhan (kasih dalam bentuk horizontal) dan kepada sesama (vertikal). Kasih berasal dari hati, jadi sebentuk sikap hati yang mengarah penuh kepadaNya dan berpusat pada kehendakNya, itu akan menjadi sebuah hadiah yang sangat indah bagi Yesus.

Tidak salah memang mempersiapkan pesta perayaan, liburan bersama keluarga dan sahabat serta hadiah-hadiah yang dibungkus indah, namun yang jauh lebih penting dari itu, marilah kita merenungkan makna kelahiran Kristus di dunia. Marilah kita mempersiapkan sebuah hadiah istimewa bagi Yesus kali ini. Masukilah Natal yang penuh sukacita, bukan didasarkan kepada gemerlap dan kemeriahan pesta dan timbunan hadiah, tetapi didasarkan oleh rasa syukur kita akan kasihNya yang begitu besar kepada kita semua dan kerinduan kita untuk mengalirkan kasih Kristus untuk menyentuh sesama.

Hati yang mengasihiNya dan menjadi saluran kasih terhadap sesama, itulah hadiah yang terindah buat Yesus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, December 19, 2011

Berikan Kasih di Hari Natal

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: 1 Yohanes 4:11
===========================
"Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."

give love on christmasUntuk menyambut kedatangan hari Natal, saya sering memutar lagu-lagu Natal dari artis-artis ternama dahulu sampai sekarang. Barusan yang muncul di playlist adalah sebuah lagu yang dinyanyikan Jackson 5 berjudul "Give Love on Christmas Day". Liriknya indah dan sarat makna. Mari kita lihat penggalannya:
People making lists, buying special gifts
Taking time to be kind to one and all
It's that time of year when good friends are dear
And you wish you could give more than just presents from a store


Why don't you give love on Christmas Day?
Oh, even the man who has everything would be so happy if you would
Bring him love on Christmas Day
No greater gift is there than love

Lihatlah lirik yang ditulis secara sederhana oleh tim penulis/produksi dari Motown Record bernama The Corporation ini begitu sarat makna dan sangat mengena. Seringkali kita sibuk menghabiskan waktu untuk berpikir hendak membeli hadiah apa buat istri/suami, anak-anak, saudara, teman dan orang-orang yang dekat dengan kita, tetapi kita lupa bahwa sesungguhnya hadiah yang terbesar justru hadir dalam bentuk yang paling sederhana, yaitu kasih atau love.

Saya pun kemudian ingat akan sepenggal bincang-bincang saya dengan seorang artis dari luar negeri yang pada saat itu baru saja mengeluarkan album Natalnya. Saya menanyakan apa makna hari Natal buat dia, dan inilah jawabannya."For me, Christmas is a time of thanksgiving and appreciation.. Primarily of course to our Father God who gave Jesus, to remember the sacrifice He did just for us, as an example for us on how to live our lives on this earth. It is a time when love and sharing and smiles abound and are exchanged among everyone." Si penyanyi pun ternyata menyadari bahwa kasih merupakan esensi dari kedatangan Kristus turun ke dunia. Dengan sangat indah Tuhan berfirman: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Jika Tuhan mengasihi kita sebegitu besar sehingga rela memberikan Kristus untuk kita semua, dan itulah yang kita rayakan pada hari Natal, ini saatnya kita mengerti apa sebenarnya makna yang terkandung dibalik sebuah perayaan Natal yang kita rayakan dari tahun ke tahun. Dan itu tergambar dari lirik lagu di atas serta jawaban sang penyanyi yang sudah saya kutip di atas.

Bagi si penyanyi, Natal bermakna sebagai sebuah hari untuk berterimakasih dan bersyukur. Pertama, tentu saja kepada Allah Bapa yang sudah begitu mengasihi kita. Tapi tidak hanya berhenti sampai disitu saja, ia pun mengatakan bahwa bentuk kasih Tuhan yang dinyatakan secara nyata lewat kasih Kristus buat kita haruslah menjadi sebuah contoh bagaimana kita harus membagi kasih bagi sesama kita. Baginya, Natal adalah saat untuk memberi kasih dan berbagi senyum dengan orang lain, membawa pesan perdamaian untuk semua orang. Jika kita hubungkan dengan lirik lagu di atas, sebuah himbauan tegas pun diberikan kepada kita. "Why don't you give love on Christmas Day?" Mengapa tidak memberikan kasih pada hari Natal? Ya, ini seruan penting yang seringkali kita lupakan. Kita sibuk membungkus kado, dan itu tidaklah salah. Namun apa yang lebih penting dan tepat seperti esensi yang terkandung di dalam sebuah perayaan Natal adalah wujud kasih yang seharusnya menjangkau lebih dari sekedar anggota keluarga atau teman-teman. Perhatikan di sekeliling kita, ada begitu banyak orang yang kehilangan sukacita karena penderitaan yang harus mereka tanggung. Natal bisa menjadi momen bagi kita untuk mulai menjangkau mereka dalam kasih, mengalirkan kasih Bapa Surgawi yang ada pada diri kita untuk mengalir memenuhi diri mereka.

Apa yang ia sampaikan sejalan dengan ayat bacaan hari ini. Jika kita menyadari betapa besarnya kasih Allah pada kita, maka kita pun seharusnya saling mengasihi. Itu tepat seperti yang disampaikan Yohanes, "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."(1 Yohanes 4:11). Jika Allah tidak mengasihi kita, maka Yesus tidak akan pernah datang ke dunia, dan hingga saat ini kita masih akan tetap berada di dalam kegelapan dengan kondisi hubungan terputus dengan Tuhan. Bayangkan betapa berbahayanya hidup seperti itu. Tapi bukan itu yang terjadi. Apa yang diberikan Tuhan kepada kita sungguh luar biasa besar. Pengorbanan Yesus lewat karya penebusan yang diluar batas perikemanusiaan pun akhirnya membayar lunas semua hutang-hutang dosa kita dan memulihkan sebuah hubungan indah antara Sang Pencipta dan yang diciptakan. Di dalam Yesus ada keselamatan, ada damai sukacita dan ada kelimpahan. Terlebih, di dalam Dia ada kasih yang sempurna. Perhatikanlah doa Yesus bagi murid-muridNya. "dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." (Yohanes 17:26).

Saat menjelang Natal adalah saat yang tepat untuk mulai berpikir untuk membagi kasih kepada orang lain. Tidak hanya dengan kata-kata semata, tetapi juga lewat perbuatan dan dalam kebenaran. "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (1 Yohanes 3:18). Alangkah indahnya jika kasih sempurna Kristus yang ada di dalam kita bisa kita berikan kepada saudara-saudara kita yang lain. Sebuah perayaan Natal janganlah sampai terhenti hanya pada pesta-pesta atau kado-kado indah dengan keluarga dan teman, tapi rayakanlah itu dengan membagi kasih kepada siapapun mereka di sekitar kita. Seringkali kita berpikir untuk hanya berfokus pada pemberian materi, tapi seringkali pula justru pemberian non materi yang sangat sederhana bermakna sangat besar bagi mereka yang membutuhkan. Sebuah senyuman tulus, sebuah kerelaan untuk membagi waktu mendengarkan keluh kesah mereka, being there when they need us, even a tap on the shoulder or a hug, itu bisa memberi sukacita besar di saat mereka merasa sendirian menghadapi beban hidup. Kasih adalah sebuah inti dasar dari kekristenan yang bahkan sanggup menutupi banyak sekali dosa. (1 Petrus 4:8). Christmas is all about love, makna sesungguhnya dari Natal adalah kasih. Why don't we give love on Christmas day?

Let's give love on Christmas day

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, December 18, 2011

Merdeka secara Spiritual

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: Yesaya 9:5
====================
"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."

budak kulit hitamSejarah lahirnya jazz tidak bisa dipisahkan dari peranan warga kulit hitam yang kebanyakan hidup sebagai budak pada abad ke 19 hingga awal abad ke 20. Dalam keadaan tertindas dan menderita, ternyata mereka tidak memilih untuk meratapi nasib dan mengeluh. Mereka menuangkan perasaan mereka ke dalam pola-pola irama yang kemudian dikenal sebagai blues. Dari sana muncullah jazz sebagai gabungan dari blues, African rhythm, marching band dan gospel, jenis-jenis musik yang tumbuh subur di kalangan para warga kulit hitam pada masa itu. Saya terharu sekaligus kagum dan terkesan melihat pola pikir mereka pada masa itu. Mereka bukanlah orang-orang berpendidikan tinggi. Mereka ditindas dan dijadikan budak, dianggap warga kelas dua, bahkan seringkali dihina dan dijadikan bahan olok-olok oleh para tuan tanah berkulit putih. Tapi mereka tetap bisa mencurahkan perasaan mereka secara positif ke dalam musik, sesuatu yang pengaruhnya masih terasa hingga hari ini. Banyak lagu Natal yang berasal dari jaman itu, dan lagu-lagu itu pun bernuansakan pengharapan. Jelas, di dalam kondisi yang penuh penderitaan seperti itu, mereka tahu bahwa kelahiran Kristus turun ke dunia memberi jaminan akan keselamatan, dan tentu saja kemerdekaan. Kelahiran Kristus di mata mereka merupakan bukti nyata betapa besar kasih Tuhan kepada mereka, betapa berharganya mereka di mata Tuhan. Out of all the painful life, they went on singing cheerful and uplifting songs, and it's inspirational.

Kita bisa belajar dari mereka tentang bagaimana menyikapi kerasnya kehidupan. Mereka ditindas oleh sesamanya manusia, mereka dianggap tidak punya harga, tetapi mereka tahu bahwa serendah-rendahnya mereka di dunia, di mata Tuhan mereka berharga sangat tinggi. Sangat tinggi hingga Tuhan Yesus datang menebus dosa manusia dan memberikan kemerdekaan, bebas dari kutuk dan dosa, termasuk pula kepada para budak. Mereka tahu bahwa Tuhan merasakan penderitaan mereka, menangis bersama mereka. Dan kedatangan Kristus pun bermakna luar biasa sebagai bukti kasih nyata Tuhan kepada mereka.

Betapa mudahnya dosa berkuasa atas hidup kita, sampai-sampai banyak manusia yang tidak mampu keluar dari jerat dosa itu sama sekali. Tapi kelahiran Kristus bermakna sangat besar. Lewat kehadiran dan karya penebusanNya kita semua dimerdekakan, berubah dari hamba dosa berubah menjadi hamba kebenaran. Mari kita lihat sejenak apa yang difirmankan Tuhan lewat Paulus. "Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:17-18). Selanjutnya Paulus menjelaskan "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran...Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (ay 20,22-23). Semua itu merupakan anugerah yang kita peroleh dari Tuhan atas kasihNya yang begitu besar, dan hanya diberikan lewat AnakNya yang tunggal, Yesus Kristus. Lewat karya Kristus kita dibebaskan dan dimerdekakan dari dosa. Kita memperoleh buah yang akan membawa kita menuju sebuah hidup penuh sukacita yang tidak lagi fana, melainkan kekal.

Nubuatan mengenai kelahiran Kristus hadir lewat Yesaya. "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Ini sebuah berita besar bagi dunia. Di awal pasal 9 ini disebutkan bahwa "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." (ay 1). Kedatangan Kristus mengubahkan keadaan dunia yang gelap gulita dan menggantikannya dengan sebuah harapan dan kehidupan baru yang terang benderang. Oleh karenanya sorak sorai dan sukacita besar pun hadir bagi setiap orang percaya. (ay 2). Sebab apa? "Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian." (ay 3). Selain memberikan terang baru yang penuh harapan, Yesus Sang Raja Damai pun membawa kedamaian ke dalam hati kita, mengubahkan hati kita menjadi sebentuk hati yang penuh kasih. Atas semua ini, tidakkah kita pantas bersukacita?

Sebentar lagi kita akan merayakan kelahiran Tuhan Yesus. Yesus turun ke dunia bukan untuk bersenang-senang tapi demi menuntaskan misi yang diberikan Bapa kepadaNya, yaitu menyelamatkan semua manusia, meluputkan kita dari kebinasaan dan membawa kita beroleh kehidupan kekal. Kita bisa belajar dari para budak kulit hitam dalam memaknai kelahiran Tuhan Yesus. Mereka pada saat itu tertindas, tidak merasakan hak-hak pribadi mereka sebagai manusia, hidup dalam perbudakan, tapi mereka mampu bersukacita ketika mengingat bahwa Yesus telah turun ke dunia untuk memerdekakan segala manusia termasuk mereka. Yesus mematahkan segala belenggu yang mengikat kita. Mereka tahu meskipun mereka dirampas hak-haknya sebagai manusia oleh sesamanya, tetapi keselamatan menuju kehidupan kekal sudah dianugerahkan bagi mereka. Di dunia boleh saja tertindas, namun mereka adalah orang-orang yang merdeka secara spiritual, dan telah mendapatkan hak waris Allah dalam kerajaanNya. Karena itulah mereka bersukacita. Jika ada diantara teman-teman yang saat ini masih menderita, sulit lepas dari belenggu dosa atau permasalahan hidup, masih merasa terkurung dalam kegelapan dan sulit melihat datangnya cahaya terang atau masih berbeban berat, terikat dengan masa lalu yang membuat sulit untuk melangkah maju, teladanilah pola pikir yang penuh pengharapan dari para budak kulit hitam di masa lalu. Mereka bersukacita atas kelahiran Kristus, dan tidak ada satupun penderitaan yang mampu menggantikan sukacita itu dari hati mereka. Seperti kepada mereka, kepada kita pun kemerdekaan dan keselamatan telah dianugerahkan. For that we definately should rejoice.

Bersukacitalah sebab Yesus telah turun ke dunia bagi kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, December 17, 2011

Marah-Marah

webmaster | 11:00:00 PM | Be the first to comment!
Ayat bacaan: 1 Tesalonika 5:14
==================
"sabarlah terhadap semua orang."

marah"Ini orang parkir seenak jidatnya saja!" teriak seorang pengemudi yang tidak bisa keluar dari parkiran karena mobilnya terhalang sebuah mobil lain yang parkir seenaknya. Tukang parkir menjadi sasaran empuk karena seharusnya ia melarang mobil itu untuk parkir menutupi mobil lain. Tukang parkir itu pun kemudian kalang kabut mencari pemilik mobil tapi gagal menemukannya. Saya parkir kebetulan tidak jauh dari situ sehingga melihat kejadiannya secara jelas. Sementara si pemilik mobil yang terhalang masih marah-marah sambil membentak tukang parkir, belum juga ada tanda-tanda pengemudi mobil dibelakangnya kembali ke mobilnya. Pernahkah anda melihat hal ini? Rasanya kita sering melihat kejadian seperti ini, atau bahkan mengalaminya sendiri. Tidak hanya soal parkir sembarangan, kitapun kerap kesal melihat orang yang mempergunakan fasilitas umum sesuka hatinya tanpa mempedulikan orang yang mengantri dibelakang mereka. Di saat kita tidak sedang buru-buru saja rasanya sudah kesal, apalagi kalau kita sedang terjepit waktu. Bagaimana dengan orang yang berkendara di jalanan secara ugal-ugalan? Atau orang yang memencet klakson berlebihan di saat macet? Polisi yang menutup jalan seenaknya sehingga kita harus memutar jauh? Ada begitu banyak hal dalam hidup kita yang bisa memancing emosi dengan cepat. Alasan untuk emosi mungkin memang ada, tapi jika kita tidak mengontrolnya cepat maka pada suatu ketika emosi itu menjadi sulit untuk diredam. Akibatnya kita akan mempermalukan diri sendiri, atau yang lebih fatal lagi, melakukan tindakan-tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain yang pada suatu ketika akan kita sesali.

Tuhan sepertinya tahu sulitnya manusia untuk mengontrol kesabarannya. Mengapa saya bisa mengatakan hal ini? Karena baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru kita bisa menemukan pesan Tuhan berulang-ulang agar kita bisa melatih kesabaran kita. Lihatlah sebuah seruan Yakobus berikut ini: "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah." (Yakobus 1:19). Cepatlah mendengar, bukan cepat membantah, dan lambatlah berkata-kata apalagi marah. Mengapa? Yakobus melanjutkan: "sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1:19-20). Jangan gampang tersulut emosi, jangan cepat beradu argumen, tetapi dengarkanlah dahulu apa kata orang, atau cobalah berpikir hal-hal yang positif sebelum kita buru-buru berkomentar.

Berpikir hal-hal yang positif, itu bisa membuat kita tidak mudah terpancing emosi. Dan hal itu pun sudah diingatkan oleh Paulus. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Dalam hal meredam emosi, pesan Paulus ini sesungguhnya baik untuk diterapkan. Ketika orang parkir sembarangan menutup mobil kita, itu bisa menjadi saat yang tepat untuk berlatih berpikir positif. Mungkin ia sedang terdesak waktu, ada hal mendesak yang harus segera ia lakukan dan tidak bisa lagi menunggu. Atau kalaupun orang itu memang seenaknya saja, seharusnya kita merasa prihatin karena ia ternyata tidak mengerti tata krama dan bakal mengalami banyak kesulitan karenanya. Itu bentuk-bentuk pemikiran yang bisa mencegah kita dari kemarahan yang tersulut dengan cepat. Dan itulah yang baik untuk dilakukan, karena biar bagaimanapun, apapun alasannya, kemarahan tidaklah mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Ketika kita terbiasa hidup dengan kemarahan, seharusnya kita meninggalkan itu dan menggantikannya dengan kesabaran dalam mengisi hari-hari kita. Kekristenan selalu berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu. Ketika orang di dunia terbiasa cepat emosi bahkan merusak dan membunuh yang tidak sepaham, kita justru dianjurkan untuk bersabar dan mengasihi. Cobalah pikirkan, bukankah Tuhan pun sudah begitu sabar menghadapi kita? Bayangkan apabila sedikit saja salah kita langsung Dia habisi, apa jadinya kita? Tapi Tuhan bukanlah Pribadi yang gampang emosi seperti itu. Dia selalu sabar menghadapi kita, dan selalu menyambut kita dengan penuh sukacita ketika kita datang kepadaNya. Dia berpesta bersama seisi Surga ketika kita bertobat dan memutuskan untuk kembali kepadaNya dengan meninggalkan segala yang buruk. Jika Bapa saja seperti itu, mengapa kita malah menunjukkan sikap yang bertolak belakang, bahkan masih berani mengaku sebagai anakNya? Alkitab memang berbicara soal kesabaran dalam menanggung segala sesuatu secara luas. Dalam situasi paling sulit pun kita harus bersabar, apalagi dalam situasi-situasi kecil saja, itu seharusnya tidaklah susah untuk diatasi. Dari cara menangani hal-hal kecil kita bisa mulai melatih kesabaran ini.

Apa sebenarnya yang membuat Tuhan bisa begitu bersabar menghadapi kita yang kerap mengecewakanNya? Jawabannya hanya satu: karena Dia sungguh sangat mengasihi kita. Kasih itu ternyata punya kekuatan besar untuk mentransformasi manusia dan membawa perbedaan nyata ke arah kebaikan secara luas. Dan Firman Tuhan pun sudah menyatakannya. Dalam 1 Korintus 13:4-7 Paulus merinci satu persatu mengenai poin-poin penting yang tercakup dalam kasih. Dan lihatlah bahwa sabar merupakan satu di dalamnya, bahkan disebutkan paling depan. "Kasih itu sabar..." (ay 3). Jadi menerapkan kasih seharusnya bisa membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih sabar. Sebaliknya tanpa adanya kasih, akan sulit bagi kita untuk mengontrol emosi. Cobalah hidup dengan penuh kebencian, maka segala tindakan destruktif, kejam dan tak beradab akan menjadi gaya hidup kita. Lalu perhatikanlah bahwa dengan membiarkan diri kita hidup dipimpin oleh Roh, itupun akan mampu menghasilkan buah-buah Roh dimana salah satunya adalah kesabaran. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Hidup oleh kasih dan dipimpin oleh Roh akan membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang baik seperti yang diharapkan Tuhan.

Selain seruan Yakobus di atas, Paulus pun pernah mengingatkan hal yang sama dalam surat-suratnya. "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2). Serangkaian nasihat sebelum Paulus menutup suratnya kepada jemaat Tesalonika pun berisi pesan agar kita bisa menjadi orang-orang yang sabar. "sabarlah terhadap semua orang." (1 Tesalonika 5:14).

Kita tidak bisa menghindari persinggungan dengan situasi atau orang-orang yang berpotensi membuat kita tersulut amarah. Kapanpun dan dimanapun kita bisa bertemu dengan mereka ini. Kita tidak bisa mengelak selamanya, tapi apa yang bisa kita lakukan adalah merubah paradigma berpikir kita dengan hal-hal positif, dan mengisi hati kita dengan sikap yang mengasihi orang lain. Kedua hal ini akan mampu membuat diri kita teduh, sejuk dan dengan demikian kita tidak harus kehilangan sukacita dan bisa tetap menikmati hari demi hari secara maksimal. Jika anda berhadapan dengan orang-orang sulit atau situasi sulit yang berpotensi mengesalkan anda, andalkanlah Tuhan. Rohnya ada didalam anda, sehingga buah-buah yang dihasilkan Roh itu akan mampu membuat anda memandang situasi atau orang tersebut dengan cara pandang yang berbeda. Dasarkan pandangan dalam kasih dan hiduplah bertumbuh dalam buah-buah Roh, itu akan membuat kita menjadi orang-orang yang jauh lebih sabar dalam segala situasi dan kondisi.

Kemarahan tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah 

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker