Ayat bacaan: Pengkotbah 10:18
=================
"Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah."
Mencari kerja di jaman sekarang ini tidaklah mudah. Ada begitu banyak pesaing, dan seringkali perusahaan hanya mencari sarjana tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan si pelamar. Kesulitan makin bertambah dengan kondisi ekonomi yang tidak kondusif sehingga alih-alih membuka lowongan, perusahaan mungkin malah harus mengurangi pekerjaannya agar tidak sampai gulung tikar. Jadi memang tidak mudah, tapi jangan lupa pula bahwa ada banyak orang yang menganggur bukan karena tidak kunjung mendapat pekerjaan melainkan karena malas. Ada yang cepat putus asa kemudian patah arang, ada pula yang menghindari pekerjaan-pekerjaan yang dirasa berat, hanya mencari yang ringan dengan gaji tinggi. Malas, itu intinya. Malas bekerja keras, bahkan malas mencari kerja. Orang-orang seperti ini hanya duduk menanti tanpa mau berusaha, kalaupun berusaha cuma sekedar saja, tidak serius. Ironisnya, tidak jarang diantara tipe orang seperti ini yang kemudian menyalahkan keadaan atau malah berani menyalahkan Tuhan. Ada seorang pemuda yang tinggal tidak jauh dari saya sudah menganggur selama 3 tahun. Ketika saya tanya kenapa begitu lama menganggur ia berkata "mungkin sudah takdir saya mas.." Takdir, itu artinya ia menganggap Tuhan menciptakannya memang untuk menganggur. Itu tentu keliru. Lantas saya tanya lagi apakah ia sudah berusaha cukup keras untuk mencari kerja, ia berkata: "kalaupun ada semuanya susah-susah mas.. terlalu berat, jadi malas." Ini contoh dari apa yang saya sebutkan tadi, bahwa ada orang yang menganggur bukan karena apa-apa tapi justru masalahnya berasal dari kemalasan yang terus mereka pupuk. Kambing hitam bisa banyak, tapi problem sebenarnya ada pada diri sendiri.
Jika kita membaca seluruh isi Alkitab, kita tidak akan menemukan satupun orang yang dipakai Tuhan ketika sedang bermalas-malasan. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak suka orang yang malas. Seharusnya, semakin sulit kondisi, kita justru harus makin giat dan makin tertantang. Semangat juang harus ditingkatkan, demikian pula sikap optimisme dan sikap pantang menyerah. Tetapi yang sering terjadi malah sebaliknya. Semakin banyak saja orang yang malas berusaha untuk memperjuangkan hidup mereka. Para pemalas ini biasanya tidak mau repot-repot mengeluarkan tenaga atau mempergunakan pikiran mereka. Mereka terbiasa menunda pekerjaan atau bahkan melupakannya sama sekali. Apakah mereka tidak punya impian? Tentu saja punya. Mereka juga sama seperti kita, punya impian tinggi, tetapi yang membedakannya adalah cara pandang, sikap dan keputusan dalam menyikapi hidup. Jika orang rajin akan berusaha dengan sekuat tenaga dan sungguh-sungguh untuk mencapai impian mereka, si pemalas berhenti hanya pada bermimpi. Mereka berharap bisa mencapai cita-citanya dengan cara yang paling mudah tanpa harus mengeluarkan setitik keringat pun. Jika tidak? Mereka biasanya akan terus mencari kambing hitam, tidak jarang pula mereka berani menyalahkan Tuhan atas keadaan mereka. Firman Tuhan sudah menyatakan bentuk sikap seperti ini. "Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan." (Amsal 13:4). Lihatlah bahwa Tuhan akan dengan senang hati melimpahi orang yang rajin, tetapi orang malas hanya akan berakhir sia-sia. Sikap-sikap seperti ini tidak boleh menjadi bagian dari diri anak-anak Tuhan, karena ada begitu banyak firman Tuhan yang mengingatkan kita untuk bekerja dan berusaha serius untuk mencapai sebuah tujuan.
Selain ayat di atas, kitab Amsal berisi begitu banyak firman Tuhan lainnya yang menyinggung soal kemalasan ini. Salah satu bagian yang lumayan banyak menyinggung soal malas bisa kita lihat pada Amsal 6. Dalam pasal ini dikatakan bahwa kita seharusnya bisa belajar mengenai kerajinan dari seekor semut, binatang yang paling lemah yang akan mati dengan sekali pencet saja. "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak." (Amsal 6:6). Mengapa harus semut? Kalau kita memperhatikan semut, kita akan melihat bagaimana semut selalu bergerak dan bekerja dengan rajin. Semut mampu mengangkat makanan yang berukuran jauh lebih besar darinya, kalaupun tidak kuat mereka akan bergotong-royong mengangkutnya bersama-sama dengan menempuh jarak yang seringkali sangat jauh menurut ukuran seekor semut. Dan firman Tuhan berkata "biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen." (ay 7-8). Dan hal ini sungguh berbanding terbalik dengan tipe manusia pemalas yang membuang-buang waktu dalam kemalasannya. "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring."(ay 9-10). Ketika ini yang menjadi sikap hidup kita, "maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." (ay 11). Demikianlah kemalasan yang terus dipupuk akan membawa kita masuk ke dalam kemiskinan dan kekurangan.
Hidup tidak akan pernah bisa tumbuh menjadi lebih baik apabila kita terus membiarkan rasa malas menguasai diri kita. Kemalasan bahkan bisa membuat kita menjadi semakin rapuh dan gampang rontok. Sebuah firman Tuhan dalam Pengkotbah mengatakannya seperti ini: "Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah." (Pengkotbah 10:18). Kegagalan dan kehancuran seringkali berawal dari kemalasan yang terus dibiarkan berkuasa atas diri kita. Kemalasan sesungguhnya tidak statis tapi bisa meningkat kadarnya. Coba perhatikan ketika kita membiarkan diri kita tidur lebih dari biasanya dan terus menambah jam tidur, bukankah tubuh kita malah menjadi lemas dan kita akan merasa semakin malas untuk melakukan sesuatu? Terlalu singkat tidur itu tidak sehat, tetapi terlalu banyak pun tidak baik pula. Singkatnya, kita memerlukan istirahat, tetapi jangan sampai istirahat itu menjadi yang terbanyak menyita waktu kita.
Untuk itulah kita harus melatih diri sedini mungkin untuk menjadi orang-orang dengan semangat yang kuat dan giat dalam berusaha. Ingatlah bahwa Tuhan menyukai orang-orang yang rajin bekerja, dan usaha rajin tersebut akan menggerakkan Tuhan melimpahi kita dengan berkatNya dengan senang hati. Kepada jemaat Tesalonika Paulus mengingatkan dengan sangat keras: "Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Lalu bandingkan dengan ayat berikut: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23) Ini adalah sebuah panggilan untuk melakukan apapun yang kita perbuat dengan segenap hati seperti sedang melakukannya untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Artinya keseriusan, kesungguhan dan kerajinan kita sangatlah dibutuhkan. Kemalasan tidak akan pernah masuk dalam konteks ayat-ayat diatas, karenanya jangan sampai kemalasan menjadi bagian dalam hidup kita.
Benar, semuanya berasal dari Tuhan. Keberhasilan, kemakmuran, kesuksesan, itu semua datang dari Tuhan. Tetapi itu bukan berarti bahwa kita diperbolehkan untuk duduk bermalas-malasan sepanjang hari. Meski Tuhan sanggup menurunkan berkat secara instan dari KerajaanNya, tetapi Tuhan lebih suka untuk memberkati lewat pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan dengan rajin dan sungguh-sungguh. Tuhan tidak memberi ikan bakar yang lezat di atas piring, tetapi Dia lebih suka memberi kail atau pancing dan laut/sungai yang penuh ikan. Tuhan membekali kita dengan talenta tersendiri, tapi talenta harus kita asah dan kemudian harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Jika itu kita lakukan, Tuhan akan dengan senang hati memberkati usaha kita dengan melimpah.
Mari kita periksa diri kita. Apakah ada hal-hal yang belum dicapai yang diakibatkan oleh belenggu kemalasan yang masih mengikat anda? Apakah anda masih termasuk orang yang suka menunda-nunda sesuatu, malas merancang masa depan anda, malas untuk melangkah dan sebagainya dengan banyak alasan? Apakah anda lebih menyukai tidur-tiduran ketimbang mulai melakukan sesuatu? Jika ini masih menjadi bagian dari diri anda saat ini, berhentilah dan mulailah melakukan perubahan. Kemalasan hanya akan mendatangkan kemiskinan dan kekurangan, yang cepat atau lambat akan meruntuhkan kita sampai habis. Sebelum itu terjadi, bangkitkan kerajinan anda agar anda bisa menuai segala kebaikan yang sudah direncanakan dan dipersiapkan Tuhan sejak awal untuk anda.
Tuhan suka memberkati kita lewat setiap pekerjaan yang kita lakukan dengan serius dan sungguh-sungguh
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, January 31, 2014
Thursday, January 30, 2014
Christ's Color of Love
Ayat bacaan: Yohanes 13:35
=======================
"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."
Suatu kali saya menikmati pemandangan alam yang sangat indah ketika melewati daerah pedesaan. Jauh dari kebisingan dan hingar-bingar kota, jauh dari polusi dan kepadatan penduduk. Apa yang saya lihat adalah keindahan alam dengan aneka warna yang megah. Langit biru cerah, sawah yang hijau, bunga-bunga berwarna-warni, jalan tanah yang coklat dan beberapa burung, kupu-kupu bahkan hewan ternak yang masing-masing punya warnanya sendiri. Warna alam yang natural memang sangat indah dan bisa membawa kebahagiaan tersendiri bagi yang melihatnya.
Warna punya banyak fungsi selain hanya sekedar 'bukan hitam putih.' Warna bisa dipakai untuk tanda isyarat (misalnya bendera putih tanda menyerah, wajah berwarna merah dalam komik pertanda marah dan lain-lain), fungsi psikologis seperti halnya ilustrasi awal di atas, dimana warna natural alam memberi kesan segar dan membahagiakan ketika dinikmati, dan tidak kalah pentingnya warna punya fungsi identitas, baik yang dipakai untuk seragam, bendera, logo, instansi bahkan partai politik. Selain itu, seringkali warna favorit seseorang bisa mewakili sifat mereka. Orang yang tertutup atau pendiam biasanya menyukai warna-warna gelap seperti hitam, ungu, biru tua dan sebagainya, sebaliknya orang periang akan cenderung memilih warna seperti orange, kuning, biru muda dan warna-warna cerah lainnya. Warna pink cenderung menjadi favorit wanita terutama yang 'girly', sedang pria akan lebih memilih warna yang bisa menonjolkan sifat maskulin.
Bicara soal warna dan fungsi identitasnya, seharusnya ada "warna" yang bisa merepresentasikan kita sebagai murid Yesus. Sebuah warna yang cerah, mencolok tapi membawa rasa damai, yang akan membuat orang langsung tahu bahwa kita adalah pengikutNya tanpa kita perlu menyebutkan terlebih dahulu. What color should we choose to declare ourselves as His disciple?
Menjelang penyalibanNya, Yesus menunjukkan "warna" kita seharusnya lewat sebuah perintah baru yang Dia berikan. Jika selama ini yang kita tahu hukum kedua yang paling utama adalah "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini" (Markus 12:31), maka kali ini ada level baru mengenai mengasihi sesama manusia. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Ini sebuah level yang lebih tinggi dari perintah mengasihi sesama. Bukan saja harus mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri, tapi kita harus pula mengasihi sesama seperti halnya Yesus telah mengasihi kita. Dan kita tentu tahu bagaimana besarnya kasih Kristus kepada kita. Lewat pengorbananNya kita yang sebenarnya tidak layak ini diberi sebuah kepastian untuk beroleh keselamatan yang kekal. Bentuk kasih Yesus terhadap kita manusia bukan hanya bentuk kasih lewat ucapan atau sekedar memperhatikan atau menolong, tetapi disertai pula dengan kerelaan untuk berkorban nyawa. Maka Yesus mengatakan: "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Sebuah kasih, yang tidak berpusat pada diri sendiri tetapi mendahulukan kepentingan yang lain, dimana kerelaan berkorban menjadi dominan atas sebuah perasaan belas kasih merupakan sebuah warna yang mampu memberi kita identitas warna sehingga akan mudah dibedakan dari orang-orang dunia.
Pada kesempatan selanjutnya Yohanes menegaskan lagi hal ini dengan menulis "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Yohanes kemudian melajutkan dengan "Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita." (ay 12). Kembali kita diingatkan akan kasih sebagai warna identitas murid Yesus. Jika kita saling mengasihi, maka ada Allah yang bersatu dengan kita, dan kasihNya menjadi sempurna di dalam diri kita. Maka "warna" yang merepresentasikan kita sebagai murid-murid Yesus pun akan nyata terlihat dalam cara hidup, gaya, tingkah laku dan perbuatan kita.
Ketika ada kasih Allah dalam diri kita maka kita sanggup menghasilkan buah Roh. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Orang yang memiliki buah Roh tentulah hidup saling mengasihi, karena jelas bahwa kasih termasuk satu dari buah-buah Roh yang dihasilkan oleh anak-anak Tuhan. Apabila kita masih hidup dikuasai oleh hawa nafsu, kepentingan atau kesenangan sesaat, egois, dipenuhi iri, dengki dan berbagai perasaan atau sifat jelek lainnya, maka itu artinya kita belum merepresentasikan diri kita sebagai murid dan sahabat Kristus. We still haven't declared ourselves at the right color yet. Dalam berinteraksi dan bermasyarakat, terutama kepada pengikut Kristus lainnya dari golongan manapun, pastikan bahwa kita sudah menunjukkan "warna" yang tepat. Apa yang dituntut dari kita bukan hanya sekedar peduli atau mengasihi, bukan sekedar "hitam atau putih" saja, tetapi kita harus mampu menunjukkan sebentuk kasih kepada sesama kita pada tingkatan bagaimana Kristus telah mengasihi kita. That's the right color, the perfect color of love. Warna apa yang tampak pada diri kita hari ini? Sudahkah warna kita merepresentasikan Yesus tepat seperti seharusnya atau kita masih menampilkan warna-warna keliru yang bisa membawa pemahaman yang salah terhadap Yesus di mata dunia?
Paint the world with Christ's warm, tender-loving and peaceful color of love
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=======================
"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."
Suatu kali saya menikmati pemandangan alam yang sangat indah ketika melewati daerah pedesaan. Jauh dari kebisingan dan hingar-bingar kota, jauh dari polusi dan kepadatan penduduk. Apa yang saya lihat adalah keindahan alam dengan aneka warna yang megah. Langit biru cerah, sawah yang hijau, bunga-bunga berwarna-warni, jalan tanah yang coklat dan beberapa burung, kupu-kupu bahkan hewan ternak yang masing-masing punya warnanya sendiri. Warna alam yang natural memang sangat indah dan bisa membawa kebahagiaan tersendiri bagi yang melihatnya.
Warna punya banyak fungsi selain hanya sekedar 'bukan hitam putih.' Warna bisa dipakai untuk tanda isyarat (misalnya bendera putih tanda menyerah, wajah berwarna merah dalam komik pertanda marah dan lain-lain), fungsi psikologis seperti halnya ilustrasi awal di atas, dimana warna natural alam memberi kesan segar dan membahagiakan ketika dinikmati, dan tidak kalah pentingnya warna punya fungsi identitas, baik yang dipakai untuk seragam, bendera, logo, instansi bahkan partai politik. Selain itu, seringkali warna favorit seseorang bisa mewakili sifat mereka. Orang yang tertutup atau pendiam biasanya menyukai warna-warna gelap seperti hitam, ungu, biru tua dan sebagainya, sebaliknya orang periang akan cenderung memilih warna seperti orange, kuning, biru muda dan warna-warna cerah lainnya. Warna pink cenderung menjadi favorit wanita terutama yang 'girly', sedang pria akan lebih memilih warna yang bisa menonjolkan sifat maskulin.
Bicara soal warna dan fungsi identitasnya, seharusnya ada "warna" yang bisa merepresentasikan kita sebagai murid Yesus. Sebuah warna yang cerah, mencolok tapi membawa rasa damai, yang akan membuat orang langsung tahu bahwa kita adalah pengikutNya tanpa kita perlu menyebutkan terlebih dahulu. What color should we choose to declare ourselves as His disciple?
Menjelang penyalibanNya, Yesus menunjukkan "warna" kita seharusnya lewat sebuah perintah baru yang Dia berikan. Jika selama ini yang kita tahu hukum kedua yang paling utama adalah "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini" (Markus 12:31), maka kali ini ada level baru mengenai mengasihi sesama manusia. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Ini sebuah level yang lebih tinggi dari perintah mengasihi sesama. Bukan saja harus mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri, tapi kita harus pula mengasihi sesama seperti halnya Yesus telah mengasihi kita. Dan kita tentu tahu bagaimana besarnya kasih Kristus kepada kita. Lewat pengorbananNya kita yang sebenarnya tidak layak ini diberi sebuah kepastian untuk beroleh keselamatan yang kekal. Bentuk kasih Yesus terhadap kita manusia bukan hanya bentuk kasih lewat ucapan atau sekedar memperhatikan atau menolong, tetapi disertai pula dengan kerelaan untuk berkorban nyawa. Maka Yesus mengatakan: "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Sebuah kasih, yang tidak berpusat pada diri sendiri tetapi mendahulukan kepentingan yang lain, dimana kerelaan berkorban menjadi dominan atas sebuah perasaan belas kasih merupakan sebuah warna yang mampu memberi kita identitas warna sehingga akan mudah dibedakan dari orang-orang dunia.
Pada kesempatan selanjutnya Yohanes menegaskan lagi hal ini dengan menulis "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Yohanes kemudian melajutkan dengan "Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita." (ay 12). Kembali kita diingatkan akan kasih sebagai warna identitas murid Yesus. Jika kita saling mengasihi, maka ada Allah yang bersatu dengan kita, dan kasihNya menjadi sempurna di dalam diri kita. Maka "warna" yang merepresentasikan kita sebagai murid-murid Yesus pun akan nyata terlihat dalam cara hidup, gaya, tingkah laku dan perbuatan kita.
Ketika ada kasih Allah dalam diri kita maka kita sanggup menghasilkan buah Roh. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Orang yang memiliki buah Roh tentulah hidup saling mengasihi, karena jelas bahwa kasih termasuk satu dari buah-buah Roh yang dihasilkan oleh anak-anak Tuhan. Apabila kita masih hidup dikuasai oleh hawa nafsu, kepentingan atau kesenangan sesaat, egois, dipenuhi iri, dengki dan berbagai perasaan atau sifat jelek lainnya, maka itu artinya kita belum merepresentasikan diri kita sebagai murid dan sahabat Kristus. We still haven't declared ourselves at the right color yet. Dalam berinteraksi dan bermasyarakat, terutama kepada pengikut Kristus lainnya dari golongan manapun, pastikan bahwa kita sudah menunjukkan "warna" yang tepat. Apa yang dituntut dari kita bukan hanya sekedar peduli atau mengasihi, bukan sekedar "hitam atau putih" saja, tetapi kita harus mampu menunjukkan sebentuk kasih kepada sesama kita pada tingkatan bagaimana Kristus telah mengasihi kita. That's the right color, the perfect color of love. Warna apa yang tampak pada diri kita hari ini? Sudahkah warna kita merepresentasikan Yesus tepat seperti seharusnya atau kita masih menampilkan warna-warna keliru yang bisa membawa pemahaman yang salah terhadap Yesus di mata dunia?
Paint the world with Christ's warm, tender-loving and peaceful color of love
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, January 29, 2014
God of Second Chance
Ayat bacaan: 1 Yohanes 1:9
=====================
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."
Saya bertemu dengan orang-orang yang pernah melakukan satu atau beberapa kesalahan fatal dalam hidupnya di masa lalu. Kesalahan itu sempat menghantui mereka selama bertahun-tahun sehingga mereka menjadi ragu apakah pemulihan masih mungkin mereka peroleh. Sebagai manusia kita memang sekali waktu bisa saja melakukan kesalahan. Jika ketika sudah bertobat saja masih mungkin, apalagi pada saat sebelum bertobat. Karenanya kita tentu berharap bahwa Tuhan berkenan memberikan kesempatan kedua agar kita luput dari kematian dan bisa kembali ke jalan yang benar, diampuni, dipulihkan dan kembali berjalan sesuai sekuens-nya Tuhan. Pertanyaannya, apakah itu mungkin? Is there any such thing as second chance, and is God willing to give us that chance?
Actually, yes there is, and yes, he's willing for that. Our God is the God of second chance. He's a loving Father. Begitu panjang sabar dan kasih setia Tuhan sehingga Dia terus membuka kesempatan bagi kita untuk bertobat. Berubah, berbenah diri, berbalik dari jalan-jalan yang sesat untuk kembali ke jalan Tuhan. Jika kita bertobat secara sungguh-sungguh, mengakui dosa kita secara jujur dan berjanji untuk tidak lagi mengulangi kesesatan kita, saat itu pula Tuhan akan langsung mengampuni kita. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Ini merupakan janji Tuhan buat kesempatan kedua, yang akan segera diberikan kepada kita begitu kita mengaku dosa dengan terbuka di hadapanNya.
Alkitab mencatat begitu banyak kisah mengenai pertobatan, pengampunan dan pemulihan. Mari kita ambil 4 contoh saja yang ada di dalam Alkitab, yaitu Yunus, Daud, Petrus, dan Paulus. Apa yang sama dari keempat nama ini adalah bahwa mereka sama-sama memperoleh kesempatan kedua dan tidak menyia-nyiakannya. Bukan cuma 4 nama itu tentunya, karena ada banyak kisah dimana Tuhan menunjukkan kesabarannya dengan memberi kesempatan berkali-kali. Bangsa Israel tahu betul bagaimana sabarnya Tuhan. Berkali-kali mereka terjatuh, berkali-kali pula Tuhan mengampuni mereka. Tapi dasar bandel, mereka terus saja jatuh dan jatuh lagi. Niniwe adalah bangsa lain yang pernah merasakan betapa luar biasanya kesempatan kedua dari Tuhan ketika mereka memilih untuk bertobat. Dari kisah Yunus kita bisa melihat bagaimana pertobatan massal termasuk didalamnya hewan ternak bisa membuat Tuhan mengurungkan niatnya untuk memusnahkan seluruh kota.
Yunus yang tadinya lari dari tugas Tuhan menyadari kesalahannya di dalam perut ikan, dan doa pertobatannya (Yunus 2:1-10) didengar Tuhan sehingga lepaslah ia dari perut ikan setelah terperangkap selama 3 hari 3 malam disana. Lalu mari kita lihat Daud. Daud juga mengalami pengampunan. Tidak tanggung-tanggung, seorang pahlawan yang mengalahkan raksasa Goliat lewat imannya dan diangkat langsung menjadi raja oleh Tuhan pernah jatuh begitu parah. Dosa mengambil milik orang lain (istri orang), skandal perzinahan, dan diikuti dengan pembunuhan berencana sempat mewarnai perjalanan hidupnya. Tapi Tuhan masih berkenan membukakan pintu pertobatan setelah Daud mengakui kesalahannya dan bertobat. Berkali-kali Daud menuliskan tentang pengakuan dan pertobatannya. "TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.....Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu." (Mazmur 25:8,11). "Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku." (Mazmur 32:5). Petrus sempat menyangkal Yesus tiga kali, namun ia dipulihkan secara luar biasa ketika ia menyadari kesalahannya. Paulus punya masa lalu yang sangat buruk. Tetapi kesempatan kedua ia peroleh, dan itu ia pakai untuk melakukan pekerjaan Tuhan secara luar biasa.
Kepada kita pun Tuhan selalu melimpahkan kesabaran. Meski kita terus terjatuh dalam dosa, Dia terus memberikan kesempatan untuk memperoleh pengampunan. Dosa sebesar dosa Daud atau Paulus tidaklah main-main. Namun bagi mereka pun tetap tersedia pengampunan. Tuhan siap untuk mengampuni,tidak lagi mengingat pelanggaran kita, bahkan dibenarkan. (Roma 10:10).
Our God is the God of mercy, He is the God of second chance. Jika kita memiliki catatan buruk di masa lalu, kesempatan kedua terbuka bagi kita. Apa yang harus kita lakukan adalah mengakui dosa dan bertobat. Selama kita masih hidup di dunia ini, kesempatan akan selalu terbuka. Tuhan terus menanti kita untuk kembali kepadaNya dengan tangan terbuka. Tapi ingatlah bahwa meski kesempatan masih diberikan, kita tidak boleh menyia-nyiakan atau memanfaatkan anugerah Tuhan itu sebagai celah bagi kita untuk terus berbuat dosa. Pada suatu saat nanti, kesempatan akan tertutup untuk selamanya. Dan pada saat itulah akan terlihat perbedaan nyata dari orang yang tahu mempergunakan kesempatan keduanya dengan baik dan orang yang tidak mempergunakannya. Bagi yang tidak menghargai kesempatan yang diberikan Tuhan, Tuhan akan berkata dengan tegas: "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:23).
Firman Tuhan berkata: "Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya." (Matius 25:13).Kita tidak akan pernah tahu kapan kesempatan itu akan berakhir. Oleh karena itu hendaklah kita senantiasa berjaga-jaga dan menghargai setiap kesempatan yang diberikan Tuhan untuk mengakui dosa dan bertobat. Jika pintu pengampunan Tuhan masih terbuka, bersyukurlah dan pergunakan dengan sebaik-baiknya.
Our God is the God of second chance
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=====================
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."
Saya bertemu dengan orang-orang yang pernah melakukan satu atau beberapa kesalahan fatal dalam hidupnya di masa lalu. Kesalahan itu sempat menghantui mereka selama bertahun-tahun sehingga mereka menjadi ragu apakah pemulihan masih mungkin mereka peroleh. Sebagai manusia kita memang sekali waktu bisa saja melakukan kesalahan. Jika ketika sudah bertobat saja masih mungkin, apalagi pada saat sebelum bertobat. Karenanya kita tentu berharap bahwa Tuhan berkenan memberikan kesempatan kedua agar kita luput dari kematian dan bisa kembali ke jalan yang benar, diampuni, dipulihkan dan kembali berjalan sesuai sekuens-nya Tuhan. Pertanyaannya, apakah itu mungkin? Is there any such thing as second chance, and is God willing to give us that chance?
Actually, yes there is, and yes, he's willing for that. Our God is the God of second chance. He's a loving Father. Begitu panjang sabar dan kasih setia Tuhan sehingga Dia terus membuka kesempatan bagi kita untuk bertobat. Berubah, berbenah diri, berbalik dari jalan-jalan yang sesat untuk kembali ke jalan Tuhan. Jika kita bertobat secara sungguh-sungguh, mengakui dosa kita secara jujur dan berjanji untuk tidak lagi mengulangi kesesatan kita, saat itu pula Tuhan akan langsung mengampuni kita. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Ini merupakan janji Tuhan buat kesempatan kedua, yang akan segera diberikan kepada kita begitu kita mengaku dosa dengan terbuka di hadapanNya.
Alkitab mencatat begitu banyak kisah mengenai pertobatan, pengampunan dan pemulihan. Mari kita ambil 4 contoh saja yang ada di dalam Alkitab, yaitu Yunus, Daud, Petrus, dan Paulus. Apa yang sama dari keempat nama ini adalah bahwa mereka sama-sama memperoleh kesempatan kedua dan tidak menyia-nyiakannya. Bukan cuma 4 nama itu tentunya, karena ada banyak kisah dimana Tuhan menunjukkan kesabarannya dengan memberi kesempatan berkali-kali. Bangsa Israel tahu betul bagaimana sabarnya Tuhan. Berkali-kali mereka terjatuh, berkali-kali pula Tuhan mengampuni mereka. Tapi dasar bandel, mereka terus saja jatuh dan jatuh lagi. Niniwe adalah bangsa lain yang pernah merasakan betapa luar biasanya kesempatan kedua dari Tuhan ketika mereka memilih untuk bertobat. Dari kisah Yunus kita bisa melihat bagaimana pertobatan massal termasuk didalamnya hewan ternak bisa membuat Tuhan mengurungkan niatnya untuk memusnahkan seluruh kota.
Yunus yang tadinya lari dari tugas Tuhan menyadari kesalahannya di dalam perut ikan, dan doa pertobatannya (Yunus 2:1-10) didengar Tuhan sehingga lepaslah ia dari perut ikan setelah terperangkap selama 3 hari 3 malam disana. Lalu mari kita lihat Daud. Daud juga mengalami pengampunan. Tidak tanggung-tanggung, seorang pahlawan yang mengalahkan raksasa Goliat lewat imannya dan diangkat langsung menjadi raja oleh Tuhan pernah jatuh begitu parah. Dosa mengambil milik orang lain (istri orang), skandal perzinahan, dan diikuti dengan pembunuhan berencana sempat mewarnai perjalanan hidupnya. Tapi Tuhan masih berkenan membukakan pintu pertobatan setelah Daud mengakui kesalahannya dan bertobat. Berkali-kali Daud menuliskan tentang pengakuan dan pertobatannya. "TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.....Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu." (Mazmur 25:8,11). "Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku." (Mazmur 32:5). Petrus sempat menyangkal Yesus tiga kali, namun ia dipulihkan secara luar biasa ketika ia menyadari kesalahannya. Paulus punya masa lalu yang sangat buruk. Tetapi kesempatan kedua ia peroleh, dan itu ia pakai untuk melakukan pekerjaan Tuhan secara luar biasa.
Kepada kita pun Tuhan selalu melimpahkan kesabaran. Meski kita terus terjatuh dalam dosa, Dia terus memberikan kesempatan untuk memperoleh pengampunan. Dosa sebesar dosa Daud atau Paulus tidaklah main-main. Namun bagi mereka pun tetap tersedia pengampunan. Tuhan siap untuk mengampuni,tidak lagi mengingat pelanggaran kita, bahkan dibenarkan. (Roma 10:10).
Our God is the God of mercy, He is the God of second chance. Jika kita memiliki catatan buruk di masa lalu, kesempatan kedua terbuka bagi kita. Apa yang harus kita lakukan adalah mengakui dosa dan bertobat. Selama kita masih hidup di dunia ini, kesempatan akan selalu terbuka. Tuhan terus menanti kita untuk kembali kepadaNya dengan tangan terbuka. Tapi ingatlah bahwa meski kesempatan masih diberikan, kita tidak boleh menyia-nyiakan atau memanfaatkan anugerah Tuhan itu sebagai celah bagi kita untuk terus berbuat dosa. Pada suatu saat nanti, kesempatan akan tertutup untuk selamanya. Dan pada saat itulah akan terlihat perbedaan nyata dari orang yang tahu mempergunakan kesempatan keduanya dengan baik dan orang yang tidak mempergunakannya. Bagi yang tidak menghargai kesempatan yang diberikan Tuhan, Tuhan akan berkata dengan tegas: "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:23).
Firman Tuhan berkata: "Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya." (Matius 25:13).Kita tidak akan pernah tahu kapan kesempatan itu akan berakhir. Oleh karena itu hendaklah kita senantiasa berjaga-jaga dan menghargai setiap kesempatan yang diberikan Tuhan untuk mengakui dosa dan bertobat. Jika pintu pengampunan Tuhan masih terbuka, bersyukurlah dan pergunakan dengan sebaik-baiknya.
Our God is the God of second chance
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, January 28, 2014
Dipermuliakan atau Dipermalukan?
Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 4:13
============================
"Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus."
Sebuah cermin akan merefleksikan gambar yang ditangkapnya. Dan sifat cermin ini berfungsi besar bagi kita untuk memperhatikan dandanan atau penampilan agar bisa tampil baik. Ada pula orang yang mempergunakan cermin untuk melatih ekspresi mereka ketika berorasi, belajar percaya diri dan lain-lain. Sangatlah menarik ketika saya melihat sebuah ilustrasi yang saya pakai sebagai gambar untuk renungan hari ini. Seorang pria yang mempergunakan cermin untuk melukis dirinya sendiri, tetapi yang tampil di kanvas bukan wajahnya melainkan image Yesus. Apakah hal ini mungkin? Tentu saja mungkin, malah sangat mungkin. Jika kita ambil sebuah contoh sederhana, perhatikan bagaimana anak kecil seringkali diasosiasikan dengan orang tuanya .Ketika si anak berperilaku baik maka orang tuanya yang dipuji, sebaliknya jika ada yang bandel maka kerap orang tuanya yang disalahkan. Artinya, seperti apa tingkah laku si anak akan memberi gambaran orang tuanya di mata orang lain.
Seperti apa orang mengenal kita hari ini? Apakah kita dikenal sebagai orang yang baik, ramah, damai, penuh kasih, rajin menolong sesama atau justru sebaliknya, kasar, sombong dan penuh kebencian, atau bahkan biang kerok alias sumber masalah dimanapun kita ada? Apakah ketika kita hadir orang merasa senang atau sebaliknya ketakutan atau malah kehilangan happy mood atau perasaan sukacita? Sebagai pengikut Yesus, seperti apa citra kita di mata orang lain mau tidak mau akan mengarahkan orang untuk mengenal seperti apa Yesus itu. Sebagai orang percaya, kita akan mencerminkan kepada siapa kita beriman. Dengan kata lain, orang bisa, dan akan mengenal Yesus lewat pribadi kita.
Mari kita lihat sebuah kejadian yang dicatat dalam Alkitab ketika Petrus dan Yohanes ditangkap para imam kepala dan orang Saduki saat mereka sedang mengajar. Para imam kepala dan orang Saduki merasa terganggu dengan kegiatan kedua rasul itu dalam mewartakan kabar gembira mengenai Kristus. Penangkapan itu ternyata tidaklah melemahkan mental mereka. Tapi Alkitab mencatat tanggapan orang-orang yang hadir dalam persidangan kala itu. "Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus." (Kisah Para Rasul 4:13). Perhatikan bagaimana kedua rasul itu dikenal orang. Mereka dikenal bukan sebagai orang terpelajar, bukan seperti para imam dan orang Saduki, orang-orang yang merasa 'pintar' baik dalam hal keagamaan dan lain-lain, juga punya posisi tinggi di masyarakat. Tapi secara jelas Alkitab mencatat bahwa kedua rasul ini namun mereka dikenal sebagai pengikut Kristus, dan status ini ternyata membuat mereka tampil beda sehingga mengherankan para petinggi agama saat itu. Citra Kristus tergambar dari cara hidup, pikiran dan perkataan mereka. Yang terjadi selanjutnya adalah, keduanya dibebaskan karena memang tidak ada kesalahan apapun yang bisa didakwa dari mereka. (ay 21).
Mau disadari atau tidak, tingkah dan polah, lagak dan gaya kita dalam bermasyarakat akan mengarah kepada pengenalan orang akan Kristus. Maka kita perlu menjaga perilaku kita agar orang tidak salah mengenal siapa pribadi Kristus itu sebenarnya. Tuhan Yesus sendiri mengingatkan kita agar selalu siap menjadi terang dan garam. "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:13-16). Garam hanya akan berfungsi jika bercampur dengan makanan. Dan jika garam menjadi hambar maka garam akan kehilangan fungsi dan tujuannya. Demikian pula dengan terang. Terang hanya akan berfungsi dalam gelap. Jika semuanya terang benderang, untuk apa lagi kita menambahkan terang? Dan jika terang disembunyikan atau ditutupi, apakah gunanya terang itu? Tuhan Yesus pun mengingatkan kita agar kita senantiasa mampu menjadi terang dan garam agar Tuhan bisa dipermuliakan. Lebih jauh lagi, Yesus pun telah memerintahkan kita untuk saling mengasihi. Bukan hanya sekedar mengasihi orang lain seperti mengasihi diri kita sendiri saja, melainkan mengasihi orang lain seperti halnya Kristus sendiri telah mengasihi kita. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Hal ini penting, karena "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (ay 35). The world should be able to know that we are His disciples if we applied love to one another, that's where they can see the real image of Jesus through us.
Tidak peduli apa pekerjaan, jabatan, status dan tempat kita saat ini, kita selalu dituntut untuk siap menjadi terang dan garam yang bisa mewakili gambaran Kristus di dunia saat ini. Bahkan orang yang dianggap bodoh atau tidak terpelajar, yang dianggap tak berguna bagi dunia sekalipun bisa Tuhan pakai. "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat." (1 Korintus 1:27). Artinya, siapapun kita, anda dan saya, kita harus selalu siap menjadi duta Kristus dimanapun kita ditempatkan dan mencerminkan image Yesus secara benar di dunia. Alangkah ironis jika Yesus yang mengasihi kita justru mendapat gambaran yang salah di dunia lewat perilaku kita. Yesus sendiri telah mengingatkan kita dan telah memberikan keteladanan yang luar biasa. Kita harus terus berusaha untuk menjadi sosok yang penuh dengan kemuliaan Tuhan sehingga tidak diragukan oleh siapapun disekeliling kita. Sudah seharusnya demikian, karena kita sudah menjadi ciptaan baru, tidak lagi sama dengan dunia ini, yang dipenuhi Roh Kudus. Adalah perlu bagi kita untuk menghidupi cahaya Tuhan dalam diri kita hingga orang asing di pinggir jalan sekalipun akan mampu melihat Yesus lewat diri kita. Mari kita periksa tingkah laku dan cara hidup kita hari ini. Apakah Tuhan dipermuliakan atau dipermalukan lewat hidup kita? Siapkah anda menjadi duta Kristus yang memberi gambaran yang benar akan diriNya?
Jagalah perilaku kita agar Tuhan senantiasa dipermuliakan di dalamnya, bukan dipermalukan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
============================
"Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus."
Sebuah cermin akan merefleksikan gambar yang ditangkapnya. Dan sifat cermin ini berfungsi besar bagi kita untuk memperhatikan dandanan atau penampilan agar bisa tampil baik. Ada pula orang yang mempergunakan cermin untuk melatih ekspresi mereka ketika berorasi, belajar percaya diri dan lain-lain. Sangatlah menarik ketika saya melihat sebuah ilustrasi yang saya pakai sebagai gambar untuk renungan hari ini. Seorang pria yang mempergunakan cermin untuk melukis dirinya sendiri, tetapi yang tampil di kanvas bukan wajahnya melainkan image Yesus. Apakah hal ini mungkin? Tentu saja mungkin, malah sangat mungkin. Jika kita ambil sebuah contoh sederhana, perhatikan bagaimana anak kecil seringkali diasosiasikan dengan orang tuanya .Ketika si anak berperilaku baik maka orang tuanya yang dipuji, sebaliknya jika ada yang bandel maka kerap orang tuanya yang disalahkan. Artinya, seperti apa tingkah laku si anak akan memberi gambaran orang tuanya di mata orang lain.
Seperti apa orang mengenal kita hari ini? Apakah kita dikenal sebagai orang yang baik, ramah, damai, penuh kasih, rajin menolong sesama atau justru sebaliknya, kasar, sombong dan penuh kebencian, atau bahkan biang kerok alias sumber masalah dimanapun kita ada? Apakah ketika kita hadir orang merasa senang atau sebaliknya ketakutan atau malah kehilangan happy mood atau perasaan sukacita? Sebagai pengikut Yesus, seperti apa citra kita di mata orang lain mau tidak mau akan mengarahkan orang untuk mengenal seperti apa Yesus itu. Sebagai orang percaya, kita akan mencerminkan kepada siapa kita beriman. Dengan kata lain, orang bisa, dan akan mengenal Yesus lewat pribadi kita.
Mari kita lihat sebuah kejadian yang dicatat dalam Alkitab ketika Petrus dan Yohanes ditangkap para imam kepala dan orang Saduki saat mereka sedang mengajar. Para imam kepala dan orang Saduki merasa terganggu dengan kegiatan kedua rasul itu dalam mewartakan kabar gembira mengenai Kristus. Penangkapan itu ternyata tidaklah melemahkan mental mereka. Tapi Alkitab mencatat tanggapan orang-orang yang hadir dalam persidangan kala itu. "Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus." (Kisah Para Rasul 4:13). Perhatikan bagaimana kedua rasul itu dikenal orang. Mereka dikenal bukan sebagai orang terpelajar, bukan seperti para imam dan orang Saduki, orang-orang yang merasa 'pintar' baik dalam hal keagamaan dan lain-lain, juga punya posisi tinggi di masyarakat. Tapi secara jelas Alkitab mencatat bahwa kedua rasul ini namun mereka dikenal sebagai pengikut Kristus, dan status ini ternyata membuat mereka tampil beda sehingga mengherankan para petinggi agama saat itu. Citra Kristus tergambar dari cara hidup, pikiran dan perkataan mereka. Yang terjadi selanjutnya adalah, keduanya dibebaskan karena memang tidak ada kesalahan apapun yang bisa didakwa dari mereka. (ay 21).
Mau disadari atau tidak, tingkah dan polah, lagak dan gaya kita dalam bermasyarakat akan mengarah kepada pengenalan orang akan Kristus. Maka kita perlu menjaga perilaku kita agar orang tidak salah mengenal siapa pribadi Kristus itu sebenarnya. Tuhan Yesus sendiri mengingatkan kita agar selalu siap menjadi terang dan garam. "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:13-16). Garam hanya akan berfungsi jika bercampur dengan makanan. Dan jika garam menjadi hambar maka garam akan kehilangan fungsi dan tujuannya. Demikian pula dengan terang. Terang hanya akan berfungsi dalam gelap. Jika semuanya terang benderang, untuk apa lagi kita menambahkan terang? Dan jika terang disembunyikan atau ditutupi, apakah gunanya terang itu? Tuhan Yesus pun mengingatkan kita agar kita senantiasa mampu menjadi terang dan garam agar Tuhan bisa dipermuliakan. Lebih jauh lagi, Yesus pun telah memerintahkan kita untuk saling mengasihi. Bukan hanya sekedar mengasihi orang lain seperti mengasihi diri kita sendiri saja, melainkan mengasihi orang lain seperti halnya Kristus sendiri telah mengasihi kita. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Hal ini penting, karena "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (ay 35). The world should be able to know that we are His disciples if we applied love to one another, that's where they can see the real image of Jesus through us.
Tidak peduli apa pekerjaan, jabatan, status dan tempat kita saat ini, kita selalu dituntut untuk siap menjadi terang dan garam yang bisa mewakili gambaran Kristus di dunia saat ini. Bahkan orang yang dianggap bodoh atau tidak terpelajar, yang dianggap tak berguna bagi dunia sekalipun bisa Tuhan pakai. "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat." (1 Korintus 1:27). Artinya, siapapun kita, anda dan saya, kita harus selalu siap menjadi duta Kristus dimanapun kita ditempatkan dan mencerminkan image Yesus secara benar di dunia. Alangkah ironis jika Yesus yang mengasihi kita justru mendapat gambaran yang salah di dunia lewat perilaku kita. Yesus sendiri telah mengingatkan kita dan telah memberikan keteladanan yang luar biasa. Kita harus terus berusaha untuk menjadi sosok yang penuh dengan kemuliaan Tuhan sehingga tidak diragukan oleh siapapun disekeliling kita. Sudah seharusnya demikian, karena kita sudah menjadi ciptaan baru, tidak lagi sama dengan dunia ini, yang dipenuhi Roh Kudus. Adalah perlu bagi kita untuk menghidupi cahaya Tuhan dalam diri kita hingga orang asing di pinggir jalan sekalipun akan mampu melihat Yesus lewat diri kita. Mari kita periksa tingkah laku dan cara hidup kita hari ini. Apakah Tuhan dipermuliakan atau dipermalukan lewat hidup kita? Siapkah anda menjadi duta Kristus yang memberi gambaran yang benar akan diriNya?
Jagalah perilaku kita agar Tuhan senantiasa dipermuliakan di dalamnya, bukan dipermalukan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, January 27, 2014
Diubahkan Menjadi Anggur yang Baik (2)
(sambungan)
Sekarang mari kita lihat lebih jauh. Apa yang diberikan Yesus lewat mukjizatNya bukan sekedar anggur, tapi dikatakan anggur yang baik. (ay 10). Anggur yang baik ini kemudian dinikmati dan menjadi berkat bagi banyak orang yang hadir disana. Tentu akan sangat berbeda kalau yang dihidangkan hanya air putih biasa. Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran penting: seperti apakah kita saat ini? Apakah kita masih seperti air biasa, atau air yang sedang dalam proses pemurnian, atau sudah menjadi anggur yang baik? Seperti halnya Yesus sanggup mengubah air menjadi anggur, Dia sanggup mengubah kita yang "biasa-biasa" saja untuk menjadi anggur yang baik yang bisa memberkati, membawa sukacita bagi banyak orang.
Dari kisah di atas kita bisa melihat bahwa awalnya tempayan-tempayan itu disuruh Yesus sendiri untuk diisi dengan air. Bagian ini mengacu pada pentingnya kita mengisi diri kita secara teratur dengan firman Tuhan yang hidup. Firman Tuhan sungguh penting dalam hidup kita, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Dan jangan lupa sebelum air diperintahkan Yesus untuk masuk ke tempayan, ada sebuah pesan penting yang disampaikan Maria, ibu Yesus. "Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" (ay 5). Dari sini kita bisa belajar bahwa ketaatan pada Yesus menjadi kunci utama pula. Jadi secara singkat kita bisa melihat bahwa apabila kita manusia berada di tangan Yesus, taat kepadaNya dan kemudian mengisi diri kita dengan firman Tuhan, maka kita bisa diubahkan untuk menjadi anggur (berkat) bagi orang lain.
Seringkali proses pengubahan ini seringkali tidak menyenangkan. Ada kalanya kita harus mengalami berbagai hal berat dan menyakitkan ketika sedang dibentuk. Mungkin, ketika air diubah menjadi anggur, jika bisa bicara bisa jadi air itu akan berteriak kesakitan. Tapi lewat itulah kita bisa diubahkan Tuhan menjadi anggur berkualitas yang bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Hidup kita yang biasa-biasa saja bisa dipakai Tuhan agar bermakna bagi orang lain. Untuk itu kita harus rela ditegur, dikoreksi, diajar atau malah dihajar jika perlu. Dan untuk menjadi hamba-hamba Tuhan, kita harus siap mengorbankan waktu, tenaga dan sebagainya yang sangat diperlukan dalam melayani. Siapapun kita, apapun latar belakang kita, Tuhan bisa pakai itu semua untuk menjadi berkat. Yang dibutuhkan adalah kerelaan kita untuk diubahkan dan dipakai agar menjadi berkat. Ketaatan kita secara penuh, melakukan apa yang Dia perintahkan, lalu mengisi diri kita dengan firman Allah, itulah dasar yang akan mengarahkan kita menjadi anggur berkualitas. Seperti apa atau diposisi mana kita saat ini? Mari kita sama-sama terus bertumbuh hingga bisa menjadi anggur baik yang bisa menjadi berkat bagi orang banyak.
Jadilah anggur yang baik yang membawa sukacita dan berkat bagi sesama
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sekarang mari kita lihat lebih jauh. Apa yang diberikan Yesus lewat mukjizatNya bukan sekedar anggur, tapi dikatakan anggur yang baik. (ay 10). Anggur yang baik ini kemudian dinikmati dan menjadi berkat bagi banyak orang yang hadir disana. Tentu akan sangat berbeda kalau yang dihidangkan hanya air putih biasa. Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran penting: seperti apakah kita saat ini? Apakah kita masih seperti air biasa, atau air yang sedang dalam proses pemurnian, atau sudah menjadi anggur yang baik? Seperti halnya Yesus sanggup mengubah air menjadi anggur, Dia sanggup mengubah kita yang "biasa-biasa" saja untuk menjadi anggur yang baik yang bisa memberkati, membawa sukacita bagi banyak orang.
Dari kisah di atas kita bisa melihat bahwa awalnya tempayan-tempayan itu disuruh Yesus sendiri untuk diisi dengan air. Bagian ini mengacu pada pentingnya kita mengisi diri kita secara teratur dengan firman Tuhan yang hidup. Firman Tuhan sungguh penting dalam hidup kita, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Dan jangan lupa sebelum air diperintahkan Yesus untuk masuk ke tempayan, ada sebuah pesan penting yang disampaikan Maria, ibu Yesus. "Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" (ay 5). Dari sini kita bisa belajar bahwa ketaatan pada Yesus menjadi kunci utama pula. Jadi secara singkat kita bisa melihat bahwa apabila kita manusia berada di tangan Yesus, taat kepadaNya dan kemudian mengisi diri kita dengan firman Tuhan, maka kita bisa diubahkan untuk menjadi anggur (berkat) bagi orang lain.
Seringkali proses pengubahan ini seringkali tidak menyenangkan. Ada kalanya kita harus mengalami berbagai hal berat dan menyakitkan ketika sedang dibentuk. Mungkin, ketika air diubah menjadi anggur, jika bisa bicara bisa jadi air itu akan berteriak kesakitan. Tapi lewat itulah kita bisa diubahkan Tuhan menjadi anggur berkualitas yang bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Hidup kita yang biasa-biasa saja bisa dipakai Tuhan agar bermakna bagi orang lain. Untuk itu kita harus rela ditegur, dikoreksi, diajar atau malah dihajar jika perlu. Dan untuk menjadi hamba-hamba Tuhan, kita harus siap mengorbankan waktu, tenaga dan sebagainya yang sangat diperlukan dalam melayani. Siapapun kita, apapun latar belakang kita, Tuhan bisa pakai itu semua untuk menjadi berkat. Yang dibutuhkan adalah kerelaan kita untuk diubahkan dan dipakai agar menjadi berkat. Ketaatan kita secara penuh, melakukan apa yang Dia perintahkan, lalu mengisi diri kita dengan firman Allah, itulah dasar yang akan mengarahkan kita menjadi anggur berkualitas. Seperti apa atau diposisi mana kita saat ini? Mari kita sama-sama terus bertumbuh hingga bisa menjadi anggur baik yang bisa menjadi berkat bagi orang banyak.
Jadilah anggur yang baik yang membawa sukacita dan berkat bagi sesama
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sunday, January 26, 2014
Diubahkan Menjadi Anggur yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9
=====================
"Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya"
Perbedaan merek pada jenis minuman yang sama akan membuat harga berbeda. Itu tentu hal lumrah yang biasa anda lihat ketika berbelanja. Jika beda mereka saja sudah bikin harga beda, apalagi jenis air atau minuman yang berbeda. Maksud saya, harga air mineral dengan teh kotak, kopi, jus tentu beda lagi. Apalagi jika dibandingkan dengan harga anggur, yang jika dikonsumsi dalam jumlah wajar menurut penelitian bisa membantu kesehatan. Harga air putih dan anggur jauh sekali bedanya. Sama-sama minuman, tapi selisih harganya jauh.
Bicara soal anggur, hari ini saya ingin mengajak anda untuk melihat kisah perkawinan di Kana yang dihadiri Yesus. Kisah ini dicatat dalam Yohanes 2:1-11. Ada banyak implikasi yang bisa kita jadikan pelajaran dari kisah ini, tapi hari ini saya secara khusus ingin fokus kepada mukjizat yang dilakukan Yesus dengan mengubah air menjadi anggur. Sepertinya tamu yang hadir membludak jauh dari yang diperkirakan, sehingga yang terjadi adalah tuan rumah kehabisan anggur.
Mari kita lihat situasi disana. "Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung." (Yohanes 2:6). Dua-tiga buyung, itu berarti berukuran sekitar 20-30 galon, kira-kira 100 liter bisa ditampung dalam masing-masing tempayan. Banyak bukan? Lalu selanjutnya ini yang terjadi. "Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh." (ay 7). Kemudian Yesus meminta mereka untuk menyendok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta. (ay 8). "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya". (ay 9). Si pemimpin pesta terheran-heran melihat apa yang terjadi. Segera ia memanggil mempelai pria, dan berkata: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."(ay 10). Secara ringkas itulah kisah yang menjadi mukjizat awal sebagai permulaan dari pelayanan Kristus secara langsung di dunia tiga setengah tahun setelahnya.
(bersambung)
=====================
"Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya"
Perbedaan merek pada jenis minuman yang sama akan membuat harga berbeda. Itu tentu hal lumrah yang biasa anda lihat ketika berbelanja. Jika beda mereka saja sudah bikin harga beda, apalagi jenis air atau minuman yang berbeda. Maksud saya, harga air mineral dengan teh kotak, kopi, jus tentu beda lagi. Apalagi jika dibandingkan dengan harga anggur, yang jika dikonsumsi dalam jumlah wajar menurut penelitian bisa membantu kesehatan. Harga air putih dan anggur jauh sekali bedanya. Sama-sama minuman, tapi selisih harganya jauh.
Bicara soal anggur, hari ini saya ingin mengajak anda untuk melihat kisah perkawinan di Kana yang dihadiri Yesus. Kisah ini dicatat dalam Yohanes 2:1-11. Ada banyak implikasi yang bisa kita jadikan pelajaran dari kisah ini, tapi hari ini saya secara khusus ingin fokus kepada mukjizat yang dilakukan Yesus dengan mengubah air menjadi anggur. Sepertinya tamu yang hadir membludak jauh dari yang diperkirakan, sehingga yang terjadi adalah tuan rumah kehabisan anggur.
Mari kita lihat situasi disana. "Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung." (Yohanes 2:6). Dua-tiga buyung, itu berarti berukuran sekitar 20-30 galon, kira-kira 100 liter bisa ditampung dalam masing-masing tempayan. Banyak bukan? Lalu selanjutnya ini yang terjadi. "Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh." (ay 7). Kemudian Yesus meminta mereka untuk menyendok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta. (ay 8). "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya". (ay 9). Si pemimpin pesta terheran-heran melihat apa yang terjadi. Segera ia memanggil mempelai pria, dan berkata: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."(ay 10). Secara ringkas itulah kisah yang menjadi mukjizat awal sebagai permulaan dari pelayanan Kristus secara langsung di dunia tiga setengah tahun setelahnya.
(bersambung)
Saturday, January 25, 2014
Memperhatikan Motivasi Melayani
Ayat bacaan: Lukas 3:2
==================
"pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun."
Ada banyak orang yang melayani Tuhan, tapi hanya sedikit yang motivasinya benar. Kalimat ini bisa jadi terdengar kontroversial namun demikianlah adanya. Selayaknya sekelompok orang yang berkumpul terus menerus, gesekan demi gesekan cepat atau lambat akan mulai muncul. Ada sebuah gereja yang mengambil kebijakan untuk memilih lagu-lagu yang sama selama sekian bulan agar jemaatnya bisa fokus dalam menyembah dan memuji Tuhan tanpa harus terganggu oleh lagu yang tidak mereka hafal atau sibuk melihat teks lirik di layar. Bagi jemaat terutama yang sudah tua tentu sangat terbantu dengan kebijakan ini, tetapi bagi musisi yang main bisa dilanda kebosanan dan pusing mencari aransemen-aransemen baru setiap minggunya. Yang terjadi kemudian, sebagian dari mereka yang merasa jenuh memutuskan untuk berhenti sementara dari kegiatan tim musik di gereja, sedang sebagian lagi ternyata memilih untuk terus melayani. "Saya melayani bukan untuk mementingkan kepuasan saya dalam bermain musik, tetapi semata-mata untuk Tuhan. Jadi tidaklah masalah bagi saya, karena apapun yang diputuskan tentu merupakan yang dianggap terbaik bagi jemaat." Demikian kata salah satu dari mereka kepada saya. Saya pun melihat bahwa motivasi yang benar dalam melayani bisa terlihat dari bagaimana reaksi seseorang dalam menghadapi gesekan. Ada begitu banyak motivasi yang mungkin menjadi dasar bagi seseorang untuk melayani, seperti halnya dalam profesi maupun pekerjaan sehari-hari. Mungkin saja motivasi awalnya tulus, tapi seiring waktu apabila tidak diperhatikan motivasi bisa berubah dan mengarah kepada keinginan atau kepentingan diri sendiri. Apa saja yang mungkin muncul? Ada banyak, misalnya ketenaran atau popularitas, mencari uang, status, jabatan, adalah sebagian contoh motivasi yang bisa saja muncul mendasari kegiatan pelayanan, baik disadari maupun tidak.
Mari kita lihat sebuah kejadian unik atau aneh yang terjadi pada masa negeri Yudea berada di bawah kekaisaran Romawi dan dipimpin oleh kaisar Tiberius. Pada masa itu dalam Lukas pasal 3 disebutkan bahwa yang memegang status sebagai Imam Besar adalah Hanas dan Kayafas. Seperti apa posisi imam Besar itu? Kalau kita runut ke belakang, jabatan Imam Besar ini pertama sekali diberikan kepada Harun melalui sebuah tanda berupa tongkat Harun yang berbunga diantara imam-imam Lewi lainnya. (ini bisa dibaca dalam Bilangan 17). Karena Allah sendiri yang mengangkat Harun sebagai Imam Besar, maka jabatan ini jelas punya tugas yang luar biasa besar sebagai wakil Tuhan di dunia ini. Imam Besar dituntut untuk senantiasa hidup benar dan kudus karena merupakan "perpanjangan tangan" Tuhan di dunia ini untuk menyampaikan pesan-pesanNya kepada umatNya di dunia. Pada saat yang disebutkan dalam Lukas 3 tadi, Hanas dan Kayafas lah yang tengah menjabat sebagai Imam Besar. Tapi lihatlah ayat bacaan hari ini mengatakan sesuatu yang, seperti yang sudah saya sebutkan tadi, terbilang aneh. "pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun." (Lukas 3:2). Dimana anehnya? Ketika Hanas dan Kayafas ada di posisi Imam Besar, seharusnya firman Tuhan datang kepada mereka sesuai jabatan mereka sebagai wakil Tuhan di dunia. Tapi bukan itu yang terjadi, karena dalam ayat ini kita membaca firman Tuhan bukannya datang pada Hanas dan Kayafas melainkan datang pada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. Ini jelas aneh. Apakah Tuhan berniat melecehkan jabatan Imam Besar yang Dia tetapkan sendiri? Dari apa yang kita lihat dalam Alkitab, ternyata Imam Besar pada masa itu sudah berubah motivasinya. Dan Tuhan memutuskan untuk tidak lagi berfirman melalui mereka. Hanas dan Kayafas motivasinya sudah melenceng menunjuk pada diri sendiri. Ketika mereka seharusnya menjadi rekan sekerja Tuhan, wakil Tuhan di dunia untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan, ternyata mereka malah berubah menjadi musuh Tuhan dengan menjadi bagian dari penyaliban Yesus Kristus. Jabatan, kekuasaan, kekayaan, pengaruh, bisa membutakan mata para pemimpin seperti Hanas dan Kayafas sehingga akhirnya mereka tidak lagi disertai Roh Tuhan. Maka Tuhan lebih memilih Yohanes, yang tidak menyandang gelar apa-apa, dan sedang berada di padang gurun.
Mengapa atau apa yang mendasari keputusan Tuhan memilih Yohanes Pembaptis? Itu karena Yohanes punya hati yang jauh berbeda dengan Imam Besar Hanas dan Kayafas. Yohanes tidak membawa murid-muridnya untuk berpusat pada dirinya, melainkan membawa mereka kepada Yesus Kristus. Lihatlah ayat ini: "Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus."(Yohanes 1:35-37). Lihatlah bahwa Yohanes menunjuk pada Yesus dan mengarahkan murid-muridnya untuk mengikuti Yesus, bukan dirinya. Sepeerti itulah hati yang dimiliki Yohanes, dan itulah yang membuat Tuhan lebih suka pada Yohanes ketimbang kedua Imam Besar tersebut.
Bagi teman-teman yang sedang melayani, perhatikanlah baik-baik motivasi anda dalam melayani. Jika tidak waspada, kita bisa kehilangan Roh Tuhan karena motivasi kita melenceng dalam melakukan pelayanan, dan ini tentu penting untuk kita cermati. Bahkan Yesus sendiri menunjukkan bahwa motivasi sangatlah penting untuk dipastikan terlebih dahulu sebelum seseorang memutuskan untuk mengikutiNya. Itu bisa terlihat dalam ayat berikutnya. Ketika Yesus melihat murid-murid Yohanes mengikutiNya, Yesus bertanya: "Apakah yang kamu cari?" (ay 38). Pertanyaan yang sama untuk para hamba Tuhan. "Apa yang anda cari?" Apa yang anda cari dari kegiatan anda turut melayani? Apakah pamor, popularitas, melayani agar mendapat berkat melimpah, jauh/bebas dari masalah, mencari uang, atau semata-mata karena mengasihi Tuhan dan rindu lebih banyak lagi orang bisa mengenal Kristus? Apakah pelayanan yang anda lakukan saat ini sudah diikuti oleh sikap hidup yang benar, yang bisa dijadikan kesaksian dan teladan bagi orang lain? Bagi pelayan-pelayan Tuhan di segala posisi, baik worship leader, musisi, diaken, pendeta, gembala dan sebagainya, jangan sampai pelayanan anda menunjuk pada diri sendiri. Pelayanan sejati haruslah menunjuk pada Kristus, bukan pada diri sendiri. Tiga kali Yesus bertanya pada Petrus, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Tiga kali pula Petrus menjawab "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Dan jawaban Yesus kemudian pun tiga kali diulang: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15-17). Dari percakapan Yesus dan Petrus ini kita bisa belajar bahwa motivasi yang terutama dalam pelayanan adalah karena anda dan saya mengasihi Yesus. Itulah yang seharusnya menjadi sumber utama atau dasar bagi kita dalam melayani. Jika motivasi kita sampai melenceng, akibatnya tidak main-main. Sebab Tuhan berfirman: "Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia." (1 Korintus 16:22). Oleh karena itu sangatlah penting untuk memastikan bahwa kita sudah mendasari pelayanan kita dengan motivasi yang benar. Bukan karena kehebatan kita, bukan karena berbagai motivasi yang dipengaruhi oleh hal-hal yang dipercaya dunia mendatangkan kebahagiaan atau kesejahteraan, melainkan semata-mata karena kasih, karena kita mengasihi Kristus dan mengasihi sesama.
Pelayanan sejati adalah pelayanan yang menunjuk pada Yesus Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==================
"pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun."
Ada banyak orang yang melayani Tuhan, tapi hanya sedikit yang motivasinya benar. Kalimat ini bisa jadi terdengar kontroversial namun demikianlah adanya. Selayaknya sekelompok orang yang berkumpul terus menerus, gesekan demi gesekan cepat atau lambat akan mulai muncul. Ada sebuah gereja yang mengambil kebijakan untuk memilih lagu-lagu yang sama selama sekian bulan agar jemaatnya bisa fokus dalam menyembah dan memuji Tuhan tanpa harus terganggu oleh lagu yang tidak mereka hafal atau sibuk melihat teks lirik di layar. Bagi jemaat terutama yang sudah tua tentu sangat terbantu dengan kebijakan ini, tetapi bagi musisi yang main bisa dilanda kebosanan dan pusing mencari aransemen-aransemen baru setiap minggunya. Yang terjadi kemudian, sebagian dari mereka yang merasa jenuh memutuskan untuk berhenti sementara dari kegiatan tim musik di gereja, sedang sebagian lagi ternyata memilih untuk terus melayani. "Saya melayani bukan untuk mementingkan kepuasan saya dalam bermain musik, tetapi semata-mata untuk Tuhan. Jadi tidaklah masalah bagi saya, karena apapun yang diputuskan tentu merupakan yang dianggap terbaik bagi jemaat." Demikian kata salah satu dari mereka kepada saya. Saya pun melihat bahwa motivasi yang benar dalam melayani bisa terlihat dari bagaimana reaksi seseorang dalam menghadapi gesekan. Ada begitu banyak motivasi yang mungkin menjadi dasar bagi seseorang untuk melayani, seperti halnya dalam profesi maupun pekerjaan sehari-hari. Mungkin saja motivasi awalnya tulus, tapi seiring waktu apabila tidak diperhatikan motivasi bisa berubah dan mengarah kepada keinginan atau kepentingan diri sendiri. Apa saja yang mungkin muncul? Ada banyak, misalnya ketenaran atau popularitas, mencari uang, status, jabatan, adalah sebagian contoh motivasi yang bisa saja muncul mendasari kegiatan pelayanan, baik disadari maupun tidak.
Mari kita lihat sebuah kejadian unik atau aneh yang terjadi pada masa negeri Yudea berada di bawah kekaisaran Romawi dan dipimpin oleh kaisar Tiberius. Pada masa itu dalam Lukas pasal 3 disebutkan bahwa yang memegang status sebagai Imam Besar adalah Hanas dan Kayafas. Seperti apa posisi imam Besar itu? Kalau kita runut ke belakang, jabatan Imam Besar ini pertama sekali diberikan kepada Harun melalui sebuah tanda berupa tongkat Harun yang berbunga diantara imam-imam Lewi lainnya. (ini bisa dibaca dalam Bilangan 17). Karena Allah sendiri yang mengangkat Harun sebagai Imam Besar, maka jabatan ini jelas punya tugas yang luar biasa besar sebagai wakil Tuhan di dunia ini. Imam Besar dituntut untuk senantiasa hidup benar dan kudus karena merupakan "perpanjangan tangan" Tuhan di dunia ini untuk menyampaikan pesan-pesanNya kepada umatNya di dunia. Pada saat yang disebutkan dalam Lukas 3 tadi, Hanas dan Kayafas lah yang tengah menjabat sebagai Imam Besar. Tapi lihatlah ayat bacaan hari ini mengatakan sesuatu yang, seperti yang sudah saya sebutkan tadi, terbilang aneh. "pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun." (Lukas 3:2). Dimana anehnya? Ketika Hanas dan Kayafas ada di posisi Imam Besar, seharusnya firman Tuhan datang kepada mereka sesuai jabatan mereka sebagai wakil Tuhan di dunia. Tapi bukan itu yang terjadi, karena dalam ayat ini kita membaca firman Tuhan bukannya datang pada Hanas dan Kayafas melainkan datang pada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. Ini jelas aneh. Apakah Tuhan berniat melecehkan jabatan Imam Besar yang Dia tetapkan sendiri? Dari apa yang kita lihat dalam Alkitab, ternyata Imam Besar pada masa itu sudah berubah motivasinya. Dan Tuhan memutuskan untuk tidak lagi berfirman melalui mereka. Hanas dan Kayafas motivasinya sudah melenceng menunjuk pada diri sendiri. Ketika mereka seharusnya menjadi rekan sekerja Tuhan, wakil Tuhan di dunia untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan, ternyata mereka malah berubah menjadi musuh Tuhan dengan menjadi bagian dari penyaliban Yesus Kristus. Jabatan, kekuasaan, kekayaan, pengaruh, bisa membutakan mata para pemimpin seperti Hanas dan Kayafas sehingga akhirnya mereka tidak lagi disertai Roh Tuhan. Maka Tuhan lebih memilih Yohanes, yang tidak menyandang gelar apa-apa, dan sedang berada di padang gurun.
Mengapa atau apa yang mendasari keputusan Tuhan memilih Yohanes Pembaptis? Itu karena Yohanes punya hati yang jauh berbeda dengan Imam Besar Hanas dan Kayafas. Yohanes tidak membawa murid-muridnya untuk berpusat pada dirinya, melainkan membawa mereka kepada Yesus Kristus. Lihatlah ayat ini: "Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus."(Yohanes 1:35-37). Lihatlah bahwa Yohanes menunjuk pada Yesus dan mengarahkan murid-muridnya untuk mengikuti Yesus, bukan dirinya. Sepeerti itulah hati yang dimiliki Yohanes, dan itulah yang membuat Tuhan lebih suka pada Yohanes ketimbang kedua Imam Besar tersebut.
Bagi teman-teman yang sedang melayani, perhatikanlah baik-baik motivasi anda dalam melayani. Jika tidak waspada, kita bisa kehilangan Roh Tuhan karena motivasi kita melenceng dalam melakukan pelayanan, dan ini tentu penting untuk kita cermati. Bahkan Yesus sendiri menunjukkan bahwa motivasi sangatlah penting untuk dipastikan terlebih dahulu sebelum seseorang memutuskan untuk mengikutiNya. Itu bisa terlihat dalam ayat berikutnya. Ketika Yesus melihat murid-murid Yohanes mengikutiNya, Yesus bertanya: "Apakah yang kamu cari?" (ay 38). Pertanyaan yang sama untuk para hamba Tuhan. "Apa yang anda cari?" Apa yang anda cari dari kegiatan anda turut melayani? Apakah pamor, popularitas, melayani agar mendapat berkat melimpah, jauh/bebas dari masalah, mencari uang, atau semata-mata karena mengasihi Tuhan dan rindu lebih banyak lagi orang bisa mengenal Kristus? Apakah pelayanan yang anda lakukan saat ini sudah diikuti oleh sikap hidup yang benar, yang bisa dijadikan kesaksian dan teladan bagi orang lain? Bagi pelayan-pelayan Tuhan di segala posisi, baik worship leader, musisi, diaken, pendeta, gembala dan sebagainya, jangan sampai pelayanan anda menunjuk pada diri sendiri. Pelayanan sejati haruslah menunjuk pada Kristus, bukan pada diri sendiri. Tiga kali Yesus bertanya pada Petrus, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Tiga kali pula Petrus menjawab "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Dan jawaban Yesus kemudian pun tiga kali diulang: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15-17). Dari percakapan Yesus dan Petrus ini kita bisa belajar bahwa motivasi yang terutama dalam pelayanan adalah karena anda dan saya mengasihi Yesus. Itulah yang seharusnya menjadi sumber utama atau dasar bagi kita dalam melayani. Jika motivasi kita sampai melenceng, akibatnya tidak main-main. Sebab Tuhan berfirman: "Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia." (1 Korintus 16:22). Oleh karena itu sangatlah penting untuk memastikan bahwa kita sudah mendasari pelayanan kita dengan motivasi yang benar. Bukan karena kehebatan kita, bukan karena berbagai motivasi yang dipengaruhi oleh hal-hal yang dipercaya dunia mendatangkan kebahagiaan atau kesejahteraan, melainkan semata-mata karena kasih, karena kita mengasihi Kristus dan mengasihi sesama.
Pelayanan sejati adalah pelayanan yang menunjuk pada Yesus Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, January 24, 2014
Seperti Apa Kita Dikenang Orang?
Ayat bacaan: Amsal 10:7
===================
"Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk."
Apakah anda punya tokoh-tokoh yang menginspirasi anda, sehingga saat anda mengenangnya saja anda sudah merasa diberkati? Saya yakin anda punya daftar sendiri untuk itu. Ada banyak tokoh yang menghasilkan hal-hal penting bagi manusia, alam, ilmu pengetahuan dan seni, berjasa bagi bangsa, negara maupun bagi kelangsungan hidup manusia secara umum sehingga dunia sangat kehilangan menangisi kepergian mereka, dan mereka pun dikenang dari masa ke masa. Sebaliknya ada pula orang-orang yang dikenang bukan karena hal baik tetapi justru karena perbuatan-perbuatan jahat mereka di masa hidupnya. Dalam masa hidup manusia yang singkat ini, ternyata ada orang yang dikenang karena hal-hal baik yang mereka lakukan, ada pula yang dikenang karena kesalahan mereka dalam menjalani hidup. Hidup itu singkat, namun kenangan yang kita wariskan akan hidup selamanya. Seperti apa kita dikenang orang akan terbentuk dari sikap dan cara hidup kita, keputusan-keputusan yang kita ambil, karya-karya yang kita hasilkan dan seberapa besar kita memberi dampak kepada hidup orang lain.
Ada orang yang dikenang sebagai pribadi yang ramah, murah hati, setia kawan, sangat bersahabat, penyabar, penyayang, pintar, rajin, menghasilkan karya-karya monumental dan sebagainya. Sebaliknya tidak sedikit pula orang yang terlupakan oleh waktu, atau bahkan dikenang sebagai sesuatu yang negatif, seperti koruptor, pemarah, ringan tangan, suka mengutuki orang lain, penipu, orang tidak tahu sopan, oportunis tulen bahkan karena kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan. Dalam sejarah dunia ada banyak nama-nama yang mewakili kedua kategori ini, dalam Alkitab pun ada. Nama-nama seperti Rut, Yusuf, Kaleb, Paulus misalnya, meski mereka hidup ribuan tahun yang lalu tapi kita masih mengenal sosok mereka lewat apa yang tertulis dalam alkitab yang abadi. Ada banyak pula nama disana yang menjadi peringatan bagi kita akan bahayanya menjalani hidup yang tidak diisi dengan kebaikan, ketaatan dan kasih.
Hari ini mari kita ambil satu contoh, raja Yoram. Ia dikenal memiliki sikap hidup yang buruk. Jika kita membaca kisah mengenai dirinya dalam 2 Tawarikh 21:2-20 dan 2 Raja Raja 8:16-24 kita akan tahu bahwa ia sama sekali tidak mencerminkan sifat ayahnya, Yosafat melainkan hidup tidak benar seperti mertuanya Ahab. Yoram dikatakan hidup seperti raja-raja Israel yang sesat. "Ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel seperti yang dilakukan keluarga Ahab, sebab yang menjadi isterinya adalah anak Ahab. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN." (2 Tawarikh 21:6).
Apa yang ia lakukan sangatlah jahat. Sepucuk surat dari Elia menyatakan dengan jelas mengenai kelakuannya. "..engkau tidak hidup mengikuti jejak Yosafat, ayahmu, dan Asa, raja Yehuda, melainkan hidup menurut kelakuan raja-raja Israel dan membujuk Yehuda dan penduduk-penduduk Yerusalem untuk berzinah, sama seperti yang dilakukan keluarga Ahab, dan juga karena engkau telah membunuh saudara-saudaramu, seluruh keluarga ayahmu yang lebih baik dari padamu." (ay 12-13). Apa yang ia lakukan benar-benar keterlaluan. Bukan saja ia melakukan kekejian, tapi ia juga mengajak rakyatnya untuk berbuat dosa. Apa yang terjadi ketika ia mangkat? Alkitab mencatat seperti ini: "Ia meninggal dengan tidak dicintai orang. Ia dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak di dalam pekuburan raja-raja." (ay 20b). Dalam bahasa Inggris versi NKJV dikatakan: "..to no one's sorrow, departed." Ia meninggal tanpa ada yang merasa sedih dan kehilangan. Namanya masih diingat sampai hari ini, tapi bukan karena perbuatan-perbuatan yang memberkati melainkan karena kejahatan dan kekejamannya.
Seperti apa kita dikenang akan sangat tergantung dari perilaku, keputusan, karya dan perbuatan kita di masa hidup. Kenangan akan kita bisa terus memberkati orang lain, tapi sebaliknya bisa pula "membusuk" di ingatan orang lain. Itu disebutkan dalam kitab Amsal. "Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk." (Amsal 10:7). Ada banyak hal di dunia ini yang bisa membuat kita tersesat. Ada banyak godaan yang menggiurkan sehingga kita mungkin saja terjebak untuk menggadaikan harga diri dan nama baik kita. Salomo berkata "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas." (Amsal 22:1). Berbagai hal yang menjatuhkan nama baik kita tidak akan pernah memberi keuntungan, malah mendatangkan kerugian yang bisa berdampak pada keturunan-keturunan selanjutnya. Dan tentu saja, semua harta kekayaan dan kenikmatan duniawi yang sesaat tidak akan pernah sebanding dengan apa yang akan kita peroleh dalam sesuatu yang kekal kelak. Kita bisa meninggalkan warisan berupa hasil karya kita yang bahkan bisa terus memberkati orang lain setelah kita tidak ada lagi di muka bumi ini, tapi sebaliknya bisa membusuk dalam kenangan orang jika kita melakukan hal-hal yang buruk semasa hidup.
Sebagai pengikut Kristus kita diajak untuk menaruh diri kita untuk sepikir dan seperasaan dengan Kristus. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." (Filipi 2:5). Ingatlah bahwa kita diciptakan untuk menjadi terang dan garam bagi dunia (Matius 5:13-16) dan jangan lupa pula bahwa kita adalah wakil-wakil atau duta-duta Kristus, the ambassadors of Christ, di muka bumi ini seperti apa yang disadari sepenuhnya oleh para rasul. (2 Korintus 5:20). Kita dituntut untuk menunjukkan keteladanan hidup benar, hidup takut akan Tuhan dan mencerminkan pribadi dari Tuhan yang sebenarnya.
Kita juga wajib menghasilkan buah selama hidup. "Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:22a). Jika hidup seperti ini yang kita jalani, maka kita akan memberkati orang banyak dalam waktu yang lama, bahkan setelah kita sudah meninggalkan dunia ini kelak. Kenangan seperti itu akan kekal dalam ingatan orang, bahkan bisa terus membawa berkat bagi generasi-generasi sesudah kita. Seperti apa kita dikenal saat ini, dan seperti apa kita akan dikenang kelak, semua itu tergantung dari diri kita sendiri. Menjalani hidup sesuai dengan peran yang digariskan Tuhan pada kita akan membuat kita hidup sepenuhnya, "having the life at its fullest" dengan menghasilkan banyak buah, tetapi sebaliknya jika kita memilih untuk melakukan sebaliknya, maka kita bisa mengalami hidup yang miskin, Mungkin bukan miskin secara materi tetapi dari segi bagaimana kita memaknai hidup kita. Hidup yang berpusat pada kepentingan diri sendiri, menghalalkan segala cara untuk memperoleh keinginan kita, melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan dan menjalani hidup meleset jauh dari rencana Tuhan, tidak menjadi terang dan garam, semua itu akan membuat kita membusuk. Karena itu marilah kita menyenangkan Tuhan dengan menjadi berkat bagi sesama.
Miliki kehidupan yang bisa memberkati untuk waktu yang lama bahkan setelah kita pergi
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
===================
"Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk."
Apakah anda punya tokoh-tokoh yang menginspirasi anda, sehingga saat anda mengenangnya saja anda sudah merasa diberkati? Saya yakin anda punya daftar sendiri untuk itu. Ada banyak tokoh yang menghasilkan hal-hal penting bagi manusia, alam, ilmu pengetahuan dan seni, berjasa bagi bangsa, negara maupun bagi kelangsungan hidup manusia secara umum sehingga dunia sangat kehilangan menangisi kepergian mereka, dan mereka pun dikenang dari masa ke masa. Sebaliknya ada pula orang-orang yang dikenang bukan karena hal baik tetapi justru karena perbuatan-perbuatan jahat mereka di masa hidupnya. Dalam masa hidup manusia yang singkat ini, ternyata ada orang yang dikenang karena hal-hal baik yang mereka lakukan, ada pula yang dikenang karena kesalahan mereka dalam menjalani hidup. Hidup itu singkat, namun kenangan yang kita wariskan akan hidup selamanya. Seperti apa kita dikenang orang akan terbentuk dari sikap dan cara hidup kita, keputusan-keputusan yang kita ambil, karya-karya yang kita hasilkan dan seberapa besar kita memberi dampak kepada hidup orang lain.
Ada orang yang dikenang sebagai pribadi yang ramah, murah hati, setia kawan, sangat bersahabat, penyabar, penyayang, pintar, rajin, menghasilkan karya-karya monumental dan sebagainya. Sebaliknya tidak sedikit pula orang yang terlupakan oleh waktu, atau bahkan dikenang sebagai sesuatu yang negatif, seperti koruptor, pemarah, ringan tangan, suka mengutuki orang lain, penipu, orang tidak tahu sopan, oportunis tulen bahkan karena kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan. Dalam sejarah dunia ada banyak nama-nama yang mewakili kedua kategori ini, dalam Alkitab pun ada. Nama-nama seperti Rut, Yusuf, Kaleb, Paulus misalnya, meski mereka hidup ribuan tahun yang lalu tapi kita masih mengenal sosok mereka lewat apa yang tertulis dalam alkitab yang abadi. Ada banyak pula nama disana yang menjadi peringatan bagi kita akan bahayanya menjalani hidup yang tidak diisi dengan kebaikan, ketaatan dan kasih.
Hari ini mari kita ambil satu contoh, raja Yoram. Ia dikenal memiliki sikap hidup yang buruk. Jika kita membaca kisah mengenai dirinya dalam 2 Tawarikh 21:2-20 dan 2 Raja Raja 8:16-24 kita akan tahu bahwa ia sama sekali tidak mencerminkan sifat ayahnya, Yosafat melainkan hidup tidak benar seperti mertuanya Ahab. Yoram dikatakan hidup seperti raja-raja Israel yang sesat. "Ia hidup menurut kelakuan raja-raja Israel seperti yang dilakukan keluarga Ahab, sebab yang menjadi isterinya adalah anak Ahab. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN." (2 Tawarikh 21:6).
Apa yang ia lakukan sangatlah jahat. Sepucuk surat dari Elia menyatakan dengan jelas mengenai kelakuannya. "..engkau tidak hidup mengikuti jejak Yosafat, ayahmu, dan Asa, raja Yehuda, melainkan hidup menurut kelakuan raja-raja Israel dan membujuk Yehuda dan penduduk-penduduk Yerusalem untuk berzinah, sama seperti yang dilakukan keluarga Ahab, dan juga karena engkau telah membunuh saudara-saudaramu, seluruh keluarga ayahmu yang lebih baik dari padamu." (ay 12-13). Apa yang ia lakukan benar-benar keterlaluan. Bukan saja ia melakukan kekejian, tapi ia juga mengajak rakyatnya untuk berbuat dosa. Apa yang terjadi ketika ia mangkat? Alkitab mencatat seperti ini: "Ia meninggal dengan tidak dicintai orang. Ia dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak di dalam pekuburan raja-raja." (ay 20b). Dalam bahasa Inggris versi NKJV dikatakan: "..to no one's sorrow, departed." Ia meninggal tanpa ada yang merasa sedih dan kehilangan. Namanya masih diingat sampai hari ini, tapi bukan karena perbuatan-perbuatan yang memberkati melainkan karena kejahatan dan kekejamannya.
Seperti apa kita dikenang akan sangat tergantung dari perilaku, keputusan, karya dan perbuatan kita di masa hidup. Kenangan akan kita bisa terus memberkati orang lain, tapi sebaliknya bisa pula "membusuk" di ingatan orang lain. Itu disebutkan dalam kitab Amsal. "Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk." (Amsal 10:7). Ada banyak hal di dunia ini yang bisa membuat kita tersesat. Ada banyak godaan yang menggiurkan sehingga kita mungkin saja terjebak untuk menggadaikan harga diri dan nama baik kita. Salomo berkata "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas." (Amsal 22:1). Berbagai hal yang menjatuhkan nama baik kita tidak akan pernah memberi keuntungan, malah mendatangkan kerugian yang bisa berdampak pada keturunan-keturunan selanjutnya. Dan tentu saja, semua harta kekayaan dan kenikmatan duniawi yang sesaat tidak akan pernah sebanding dengan apa yang akan kita peroleh dalam sesuatu yang kekal kelak. Kita bisa meninggalkan warisan berupa hasil karya kita yang bahkan bisa terus memberkati orang lain setelah kita tidak ada lagi di muka bumi ini, tapi sebaliknya bisa membusuk dalam kenangan orang jika kita melakukan hal-hal yang buruk semasa hidup.
Sebagai pengikut Kristus kita diajak untuk menaruh diri kita untuk sepikir dan seperasaan dengan Kristus. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." (Filipi 2:5). Ingatlah bahwa kita diciptakan untuk menjadi terang dan garam bagi dunia (Matius 5:13-16) dan jangan lupa pula bahwa kita adalah wakil-wakil atau duta-duta Kristus, the ambassadors of Christ, di muka bumi ini seperti apa yang disadari sepenuhnya oleh para rasul. (2 Korintus 5:20). Kita dituntut untuk menunjukkan keteladanan hidup benar, hidup takut akan Tuhan dan mencerminkan pribadi dari Tuhan yang sebenarnya.
Kita juga wajib menghasilkan buah selama hidup. "Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:22a). Jika hidup seperti ini yang kita jalani, maka kita akan memberkati orang banyak dalam waktu yang lama, bahkan setelah kita sudah meninggalkan dunia ini kelak. Kenangan seperti itu akan kekal dalam ingatan orang, bahkan bisa terus membawa berkat bagi generasi-generasi sesudah kita. Seperti apa kita dikenal saat ini, dan seperti apa kita akan dikenang kelak, semua itu tergantung dari diri kita sendiri. Menjalani hidup sesuai dengan peran yang digariskan Tuhan pada kita akan membuat kita hidup sepenuhnya, "having the life at its fullest" dengan menghasilkan banyak buah, tetapi sebaliknya jika kita memilih untuk melakukan sebaliknya, maka kita bisa mengalami hidup yang miskin, Mungkin bukan miskin secara materi tetapi dari segi bagaimana kita memaknai hidup kita. Hidup yang berpusat pada kepentingan diri sendiri, menghalalkan segala cara untuk memperoleh keinginan kita, melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan dan menjalani hidup meleset jauh dari rencana Tuhan, tidak menjadi terang dan garam, semua itu akan membuat kita membusuk. Karena itu marilah kita menyenangkan Tuhan dengan menjadi berkat bagi sesama.
Miliki kehidupan yang bisa memberkati untuk waktu yang lama bahkan setelah kita pergi
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Chemistry
Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 28:30
==========================
"Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya."
Tiap orang punya tingkah dan polah sendiri. Ada yang mudah bersahabat dan luwes, ada yang tertutup dan sulit membuka diri. Ada yang lembut ada yang keras. Semua sifat dari orang yang berbeda-beda akan bereaksi dengan sifat kita, dan dari sana percampurannya akan menghasilkan reaksi tertentu. Itulah sebabnya ada istilah 'chemistry' yang bukan hanya bicara soal campuran bahan kimia tetapi juga mengenai hubungan antar manusia. Dalam dunia musik, chemistry akan sangat menentukan baik tidaknya sebuah band bermain selain faktor kemampuan/skill, jam terbang, latihan dan sebagainya. Bagus tidaknya chemistry merupakan hasil percampuran antara pribadi atau sifat kita dengan seseorang, demikian juga dengan usaha kita untuk mengenal mereka yang seringkali harus disertai dengan kerelaan untuk mengalah.
Mudah bagi kita untuk dekat dengan orang ketika chemistry- nya cepat terbentuk, sebaliknya ada orang-orang yang sulit kita dekati karena sifat, kebiasaan dan berbagai hal lainnya tidak 'nyambung' dengan kita. Hal ini menjadi semakin menarik apabila kita hubungkan dengan sebuah tugas, atau lebih tepatnya disebut amanat yang diberikan Yesus langsung kepada kita, murid-muridNya. Akan lebih mudah bagi kita menjangkau orang yang sudah membentuk chemistry serasi dengan kita, tapi itu menjadi sangat sukar jika kita tidak berhasil membangun hubungan yang baik dengan mereka. Sementara Tuhan Yesus menugaskan kita seperti ini: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20). Artinya, kita punya tugas untuk menyampaikan kebenaran kepada semua orang tanpa terkecuali, yang tentu saja bukan sekedar berbicara tentang berkotbah atau membacakan Alkitab tetapi secara luas berbicara mengenai hidup yang menghasilkan buah, menjadi surat Kristus, alias menyatakan pribadi Kristus lewat cara hidup kita di dunia. Berarti bukan hanya orang-orang yang 'mudah' saja yang harus dijangkau, tetapi orang yang 'sulit' yang ditempatkan disekitar kita pun harus pula mendapat perhatian serius. Ada keragaman manusia yang sangat luas di sekitar kita. Untuk bisa melakukan Amanat Agung dibutuhkan kerelaan untuk meluangkan atau mengorbankan sebagian waktu, tenaga dan lain-lain, dan pengorbanan akan semakin besar diperlukan ketika berhadapan dengan orang-orang yang sulit.
Tuhan menciptakan manusia tidak ada yang persis sama. Semua punya sesuatu yang unik dan berbeda, dan hal itu bisa kita sikapi dengan pandangan yang bermacam-macam pula. Ada yang memandang perbedaan itu sebagai berkat Tuhan yang patut disyukuri, ada pula yang memandangnya sebagai alasan untuk menjauh, atau bahkan menghujat. Ada orang yang bisa melihat perbedaan sebagai sesuatu yang bisa dijadikan kesempatan untuk belajar banyak, ada yang menyikapinya sebagai pembatas. Mereka ini akan terus memandang perbedaan sebagai sebuah ancaman. Jangankan dengan yang tidak seiman, dengan saudara seiman saja perbedaan masih sering disikapi secara negatif. Kalau berbeda denominasi saja bisa membuat orang saling memandang sinis satu sama lain, bukankah menjadi sulit bagi kita untuk melihat Kerajaan Allah turun di muka bumi ini lewat kita yang beriman kepada Kristus? Kita memiliki tugasnya sendiri-sendiri. Paulus menggambarkannya seperti ini: "Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain." (Roma 12:4-5). Jika diantara kita saja sudah saling tuding dan merendahkan, bagaimana mungkin kita bisa menunaikan tugas kita seperti Amanat Agung yang sudah dipesankan Yesus kepada setiap muridNya, termasuk kita didalamnya?
Selama bertahun-tahun setelah pertobatannya, Paulus terus bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mewartakan kabar keselamatan. Perjalanan yang ia tempuh tidaklah pendek. Ia terus bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain bahkan hingga menyentuh Asia Kecil sebelum akhirnya ia ditangkap dan dipenjarakan di Roma. Meski ia banyak mendapat hambatan dalam pelayanannya, Paulus dikenal sebagai figur yang teguh dan taat dalam menjalankan tugasnya. Ia mengabdikan sisa hidupnya sepenuhnya untuk memperluas Kerajaan Allah di muka bumi ini. Paulus terus berusaha menyentuh orang dengan pemberitaan Injil karena ia peduli terhadap keselamatan orang lain dan rindu agar semakin banyak orang yang mengenal Yesus. Di dalam penjara pun ia terus menulis surat, dan sulit bagi kita untuk membayangkan seperti apa jadinya tanpa adanya Paulus. Ditangkap, didera, disiksa, dan menunggu waktu dieksekusi, bagi sebagian besar orang apa yang dialami Paulus mungkin akan dianggap sebagai akhir dari pelayanan. Bukankah secara manusiawi kesulitan bisa membuat kita patah semangat dan menyerah? Tapi tidaklah demikian bagi Paulus. Dia tidak memandang halangan sebagai akhir dari segalanya. Justru Paulus memandang keterbatasan-keterbatasannya bergerak sebagai sebuah kesempatan. Kemanapun ia pergi, apapun resiko yang ia hadapi, seperti apapun keadaan yang ia hadapi, ia terus maju menjangkau banyak jiwa, meski jiwanya sendiri harus menjadi taruhannya.
Salah satu contoh keseriusan Paulus dalam melayani bisa kita lihat lebih jauh saat ia berada di Roma. Saat itu ia dikawal dan diawasi oleh seorang prajurit. Tetapi untunglah ia masih diijinkan untuk menyewa sebuah rumah sendiri meski harus tetap hidup dalam pengawasan. "Setelah kami tiba di Roma, Paulus diperbolehkan tinggal dalam rumah sendiri bersama-sama seorang prajurit yang mengawalnya." (Kisah Para Rasul 28:16). Keterbatasan gerak sebagai tahanan rumah yang dialami Paulus ternyata tidak menghentikannya. Dalam beberapa ayat berikutnya kita bisa melihat ia tetap beraktivitas seperti sebelumnya. "Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya. Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus." (ay 30-31). Paulus tidak menutup diri dan tidak berhenti melayani. Ia membuka rumahnya seluas-luasnya bagi semua orang tanpa terkecuali, memberi waktu dan tenaganya sepenuhnya untuk dengan terbuka memberitakan tentang Kerajaan Allah dan Yesus Kristus. Semua ini agar mereka yang datang ke rumahnya mengenal kebenaran dan bisa turut mendapat anugerah keselamatan.
Ada keragaman manusia yang luas di sekitar kita menunggu untuk dijangkau. Yesus sudah memanggil kita untuk menjadi saksiNya dan telah menganugerahkan Roh Kudus untuk turun atas kita demi panggilan tersebut. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8). Menjadi saksi baik di lingkungan terdekat kita dan terus bertumbuh hingga kita bisa menjadi saksi Kristus dalam sebuah lingkungan yang lebih besar, bahkan sampai ke ujung bumi tidaklah bisa kita lakukan jika kita terus memandang perbedaan sebagai alasan untuk menutup diri dari sebagian orang yang kita anggap berbeda atau berseberangan dengan kita. Kita semua memiliki tugas untuk membawa banyak orang memperoleh keselamatan, dan itu adalah tugas yang harus kita jalankan. Jangan menutup diri terlalu kaku, jangan terlalu cepat menghakimi. Jangan berat hati dan menolak meluangkan atau mengorbankan waktu, tenaga dan sebagainya, karena semua ini merupakan hal-hal yang diperlukan dalam memperluas Kerajaan Allah di muka bumi ini. Semakin sulit orangnya maka pengorbanan yang diperlukan akan semakin besar, tapi lakukanlah dengan sukacita dengan didasari belas kasih. Jangkaulah orang lain sebanyak-banyaknya, dan itu bukan berarti harus berkotbah, karena berbagai hal seperti memberi pertolongan, menunjukkan kepedulian, atau bahkan memberi sedikit waktu saja bagi mereka untuk mendengarkan bisa menjadi sesuatu yang indah untuk mengenalkan bagaimana kasih Kristus mengalir melalui diri kita.
Nyatakan kasih kepada semua orang tanpa terkecuali
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==========================
"Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya."
Tiap orang punya tingkah dan polah sendiri. Ada yang mudah bersahabat dan luwes, ada yang tertutup dan sulit membuka diri. Ada yang lembut ada yang keras. Semua sifat dari orang yang berbeda-beda akan bereaksi dengan sifat kita, dan dari sana percampurannya akan menghasilkan reaksi tertentu. Itulah sebabnya ada istilah 'chemistry' yang bukan hanya bicara soal campuran bahan kimia tetapi juga mengenai hubungan antar manusia. Dalam dunia musik, chemistry akan sangat menentukan baik tidaknya sebuah band bermain selain faktor kemampuan/skill, jam terbang, latihan dan sebagainya. Bagus tidaknya chemistry merupakan hasil percampuran antara pribadi atau sifat kita dengan seseorang, demikian juga dengan usaha kita untuk mengenal mereka yang seringkali harus disertai dengan kerelaan untuk mengalah.
Mudah bagi kita untuk dekat dengan orang ketika chemistry- nya cepat terbentuk, sebaliknya ada orang-orang yang sulit kita dekati karena sifat, kebiasaan dan berbagai hal lainnya tidak 'nyambung' dengan kita. Hal ini menjadi semakin menarik apabila kita hubungkan dengan sebuah tugas, atau lebih tepatnya disebut amanat yang diberikan Yesus langsung kepada kita, murid-muridNya. Akan lebih mudah bagi kita menjangkau orang yang sudah membentuk chemistry serasi dengan kita, tapi itu menjadi sangat sukar jika kita tidak berhasil membangun hubungan yang baik dengan mereka. Sementara Tuhan Yesus menugaskan kita seperti ini: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20). Artinya, kita punya tugas untuk menyampaikan kebenaran kepada semua orang tanpa terkecuali, yang tentu saja bukan sekedar berbicara tentang berkotbah atau membacakan Alkitab tetapi secara luas berbicara mengenai hidup yang menghasilkan buah, menjadi surat Kristus, alias menyatakan pribadi Kristus lewat cara hidup kita di dunia. Berarti bukan hanya orang-orang yang 'mudah' saja yang harus dijangkau, tetapi orang yang 'sulit' yang ditempatkan disekitar kita pun harus pula mendapat perhatian serius. Ada keragaman manusia yang sangat luas di sekitar kita. Untuk bisa melakukan Amanat Agung dibutuhkan kerelaan untuk meluangkan atau mengorbankan sebagian waktu, tenaga dan lain-lain, dan pengorbanan akan semakin besar diperlukan ketika berhadapan dengan orang-orang yang sulit.
Tuhan menciptakan manusia tidak ada yang persis sama. Semua punya sesuatu yang unik dan berbeda, dan hal itu bisa kita sikapi dengan pandangan yang bermacam-macam pula. Ada yang memandang perbedaan itu sebagai berkat Tuhan yang patut disyukuri, ada pula yang memandangnya sebagai alasan untuk menjauh, atau bahkan menghujat. Ada orang yang bisa melihat perbedaan sebagai sesuatu yang bisa dijadikan kesempatan untuk belajar banyak, ada yang menyikapinya sebagai pembatas. Mereka ini akan terus memandang perbedaan sebagai sebuah ancaman. Jangankan dengan yang tidak seiman, dengan saudara seiman saja perbedaan masih sering disikapi secara negatif. Kalau berbeda denominasi saja bisa membuat orang saling memandang sinis satu sama lain, bukankah menjadi sulit bagi kita untuk melihat Kerajaan Allah turun di muka bumi ini lewat kita yang beriman kepada Kristus? Kita memiliki tugasnya sendiri-sendiri. Paulus menggambarkannya seperti ini: "Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain." (Roma 12:4-5). Jika diantara kita saja sudah saling tuding dan merendahkan, bagaimana mungkin kita bisa menunaikan tugas kita seperti Amanat Agung yang sudah dipesankan Yesus kepada setiap muridNya, termasuk kita didalamnya?
Selama bertahun-tahun setelah pertobatannya, Paulus terus bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mewartakan kabar keselamatan. Perjalanan yang ia tempuh tidaklah pendek. Ia terus bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain bahkan hingga menyentuh Asia Kecil sebelum akhirnya ia ditangkap dan dipenjarakan di Roma. Meski ia banyak mendapat hambatan dalam pelayanannya, Paulus dikenal sebagai figur yang teguh dan taat dalam menjalankan tugasnya. Ia mengabdikan sisa hidupnya sepenuhnya untuk memperluas Kerajaan Allah di muka bumi ini. Paulus terus berusaha menyentuh orang dengan pemberitaan Injil karena ia peduli terhadap keselamatan orang lain dan rindu agar semakin banyak orang yang mengenal Yesus. Di dalam penjara pun ia terus menulis surat, dan sulit bagi kita untuk membayangkan seperti apa jadinya tanpa adanya Paulus. Ditangkap, didera, disiksa, dan menunggu waktu dieksekusi, bagi sebagian besar orang apa yang dialami Paulus mungkin akan dianggap sebagai akhir dari pelayanan. Bukankah secara manusiawi kesulitan bisa membuat kita patah semangat dan menyerah? Tapi tidaklah demikian bagi Paulus. Dia tidak memandang halangan sebagai akhir dari segalanya. Justru Paulus memandang keterbatasan-keterbatasannya bergerak sebagai sebuah kesempatan. Kemanapun ia pergi, apapun resiko yang ia hadapi, seperti apapun keadaan yang ia hadapi, ia terus maju menjangkau banyak jiwa, meski jiwanya sendiri harus menjadi taruhannya.
Salah satu contoh keseriusan Paulus dalam melayani bisa kita lihat lebih jauh saat ia berada di Roma. Saat itu ia dikawal dan diawasi oleh seorang prajurit. Tetapi untunglah ia masih diijinkan untuk menyewa sebuah rumah sendiri meski harus tetap hidup dalam pengawasan. "Setelah kami tiba di Roma, Paulus diperbolehkan tinggal dalam rumah sendiri bersama-sama seorang prajurit yang mengawalnya." (Kisah Para Rasul 28:16). Keterbatasan gerak sebagai tahanan rumah yang dialami Paulus ternyata tidak menghentikannya. Dalam beberapa ayat berikutnya kita bisa melihat ia tetap beraktivitas seperti sebelumnya. "Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya. Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus." (ay 30-31). Paulus tidak menutup diri dan tidak berhenti melayani. Ia membuka rumahnya seluas-luasnya bagi semua orang tanpa terkecuali, memberi waktu dan tenaganya sepenuhnya untuk dengan terbuka memberitakan tentang Kerajaan Allah dan Yesus Kristus. Semua ini agar mereka yang datang ke rumahnya mengenal kebenaran dan bisa turut mendapat anugerah keselamatan.
Ada keragaman manusia yang luas di sekitar kita menunggu untuk dijangkau. Yesus sudah memanggil kita untuk menjadi saksiNya dan telah menganugerahkan Roh Kudus untuk turun atas kita demi panggilan tersebut. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8). Menjadi saksi baik di lingkungan terdekat kita dan terus bertumbuh hingga kita bisa menjadi saksi Kristus dalam sebuah lingkungan yang lebih besar, bahkan sampai ke ujung bumi tidaklah bisa kita lakukan jika kita terus memandang perbedaan sebagai alasan untuk menutup diri dari sebagian orang yang kita anggap berbeda atau berseberangan dengan kita. Kita semua memiliki tugas untuk membawa banyak orang memperoleh keselamatan, dan itu adalah tugas yang harus kita jalankan. Jangan menutup diri terlalu kaku, jangan terlalu cepat menghakimi. Jangan berat hati dan menolak meluangkan atau mengorbankan waktu, tenaga dan sebagainya, karena semua ini merupakan hal-hal yang diperlukan dalam memperluas Kerajaan Allah di muka bumi ini. Semakin sulit orangnya maka pengorbanan yang diperlukan akan semakin besar, tapi lakukanlah dengan sukacita dengan didasari belas kasih. Jangkaulah orang lain sebanyak-banyaknya, dan itu bukan berarti harus berkotbah, karena berbagai hal seperti memberi pertolongan, menunjukkan kepedulian, atau bahkan memberi sedikit waktu saja bagi mereka untuk mendengarkan bisa menjadi sesuatu yang indah untuk mengenalkan bagaimana kasih Kristus mengalir melalui diri kita.
Nyatakan kasih kepada semua orang tanpa terkecuali
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, January 23, 2014
Berfungsi Benar Sebagai Surat Kristus
Ayat bacaan: 2 Korintus 3:3
======================
"Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia."
Ketika saya masih kecil dunia belum mengenal email atau surat elektronik, yang memungkinkan kita berkirim pesan, kabar atau data dengan sangat cepat dan mudah. Surat yang dikirim lewat pos menjadi sarana pada masa itu. Majalah-majalah anak-anak dan remaja rata-rata memiliki kolom sahabat pena yang memungkinkan kita berkenalan dan bersahabat dengan anak-anak lain yang hidup di kota-kota berbeda. Lewat surat menyurat ini orang bisa menjalin pertemanan dan saling mengenal satu sama lain dengan baik meski belum pernah bertemu muka secara langsung. Apalagi dahulu tulisannya masih tulisan tangan, sehingga bentuk tulisan mereka pun akan bisa dikenali dengan mudah.
Sebuah surat bisa membuat kita mengenal beberapa hal tentang pribadi seseorang. Yang senang ngobrol biasanya akan menulis panjang, sedang tipe orang yang efektif akan menulis langsung pada sasaran alias to the point. Ramah tidaknya seseorang, apakah mereka orang yang senang bercanda atau cepat tersinggung, peduli pada orang lain atau hanya mau didengar, semua ini pun bisa kita ketahui lewat cara mereka menulis surat.
Surat bisa menjadi cerminan atau gambaran pribadi kita. Tapi tahukah anda bahwa anda pun sesungguhnya merupakan tulisan atau surat tersendiri akan Kristus? Bukan tulisan di atas kertas atau lewat keyboard komputer, melainkan kehidupan kita, diri kita menjadi surat Kristus bagi dunia. Sebagai orang percaya, dunia seharusnya bisa mengenal Tuhan yang kita sembah lewat cara hidup kita ditengah masyarakat. Kalau cara hidup kita benar, maka kebenaran Tuhan akan terpancar disana, sebaliknya jika kita mengaku orang percaya tapi kehidupan kita buruk, maka orang pun akan mencemooh dan mendapat pengenalan yang keliru dari Kristus. Kita seharusnya sadar bahwa kita merupakan surat yang bukan sembarang surat tetapi menjadi surat Kristus yang bisa dibaca orang lain. Dengan kata lain, kita seharusnya bisa menjadi sebuah kesaksian tersendiri mencerminkan figur Kristus yang bisa dilihat oleh orang lain dengan jelas dimanapun kita berada.
Paulus menuliskan hal ini dalam suratnya kepada jemaat Korintus. Dia mengatakan: "Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia." (2 Korintus 3:3). Kita ditulis bukan dengan tinta, melainkan langsung dengan Roh Allah, bukan pada loh batu atau kertas sebagai wadah tulisan hari ini, tetapi langsung ke dalam hati kita. Jika kita jelek, maka jeleklah yang dibaca orang. Sebaliknya jika yang tertulis adalah gambaran Kristus yang benar, maka orang pun akan mampu melihat atau membaca siapa sebenarnya Kristus lewat diri kita.
Sangatlah penting bagi kita untuk merenungkan dan memeriksa apa yang tertulis dalam hati kita hari ini, apa yang dibaca orang lewat diri kita hari ini? Kita harus menjaga hati kita agar yang tertulis tidaklah bertentangan dengan pribadi Kristus yang telah ditulis oleh Roh Kudus secara langsung. Firman Tuhan berkata: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Ayat ini dengan tegas dan nyata menggambarkan bahwa apapun kehidupan yang terpancar dari diri kita hari ini, semua itu berasal dari hati. Dan apa yang tertulis dalam hati kita akan sangat menentukan apa yang dibaca orang lewat diri kita. Sebagai anak Tuhan kita telah dianugerahkan Roh Kudus, dan dalam hati kitalah Dia berdiam. "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (Galatia 4:6). Sebagai surat Kristus, apa yang kita tunjukkan lewat kehidupan kita hari per hari? Apakah kita sudah mencerminkan pengenalan yang benar akan Kristus, atau kita bersikap munafik, mengaku sebagai pengikut Kristus tetapi terus menerus menunjukkan perilaku yang jelek? Apakah kita sudah memperkenalkan bagaimana Yesus yang sebenarnya atau malah kita membuat Yesus menjadi bahan tertawaan orang? Kita harus menyadari bahwa orang bisa mengenal Yesus lewat diri pengikutNya. Ini adalah hal yang sangat penting untuk kita renungkan, karena orang akan terus mengamati siapa diri kita, dan Pribadi seperti apa yang tertulis lewat kita.
Pengenalan akan Kristus yang benar akan muncul lewat buah-buah baik yang tumbuh dari hidup kita. Cara termudah bagi kita untuk mengetahui sebuah pohon itu pohon apa adalah lewat buah yang tumbuh pada ranting-rantingnya. Seperti itu pula orang bisa mengenal Yesus lewat kita, ranting-rantingnya yang menghasilkan buah. Yesus berkata: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:4-8). Dalam kesempatan lain Yesus berkata: "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Jadi seharusnya orang akan tahu bahwa kita adalah murid Yesus dan mengenal PribadiNya secara benar lewat diri kita, yaitu apabila kita menunjukkan sikap saling mengasihi tulus tanpa pamrih dalam kehidupan kita.
Sebagai surat Kristus kita seharusnya mampu membawa terang, sama seperti Yesus yang merupakan Terang Dunia. Yesus berkata "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16) Karena itulah kita harus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, hingga kita bisa mencapai tingkatan seperti yang Tuhan ingin kita capai. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48). Hanya dengan demikianlah kita bisa menjadi surat Kristus yang benar untuk dibaca banyak orang. Segala sisi kehidupan kita seharusnya mampu bercerita tentang Yesus. Hidup kita seharusnya mampu menjadi surat cinta Yesus kepada semua orang di dunia tanpa terkecuali. Seperti halnya Yesus mencintai anda, setiap sendi kehidupan kita juga sudah selayaknya menjadi kertas yang dipakai oleh guratan pena Tuhan untuk menyatakan kasihNya yang begitu besar kepada dunia ini beserta isinya, terutama manusia yang merupakan ciptaanNya yang istimewa.
Roh Allah bukan meninggalkan coretan-coretan kasar tanpa makna atau malah yang tidak enak dipandang mata, tetapi sebaliknya memberikan gambaran akan kasih yang begitu indah kepada dunia. Apakah itu yang dibaca orang lewat diri kita hari ini atau malah kita meninggalkan goresan-goresan kasar yang justru mencabik-cabik orang lain? Sosok Yesus seperti apa yang tergambar lewat diri kita? Setiap orang percaya merupakan surat atau buku tersendiri akan Kristus. Suka atau tidak, sadar atau tidak, kita merupakan sebuah surat terbuka yang bisa membuat orang mengenal Yesus lewat cara dan gaya hidup kita.
Jika diri anda merupakan sebuah surat terbuka, apakah pembaca akan menemukan Yesus di dalam setiap lembarnya?
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
======================
"Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia."
Ketika saya masih kecil dunia belum mengenal email atau surat elektronik, yang memungkinkan kita berkirim pesan, kabar atau data dengan sangat cepat dan mudah. Surat yang dikirim lewat pos menjadi sarana pada masa itu. Majalah-majalah anak-anak dan remaja rata-rata memiliki kolom sahabat pena yang memungkinkan kita berkenalan dan bersahabat dengan anak-anak lain yang hidup di kota-kota berbeda. Lewat surat menyurat ini orang bisa menjalin pertemanan dan saling mengenal satu sama lain dengan baik meski belum pernah bertemu muka secara langsung. Apalagi dahulu tulisannya masih tulisan tangan, sehingga bentuk tulisan mereka pun akan bisa dikenali dengan mudah.
Sebuah surat bisa membuat kita mengenal beberapa hal tentang pribadi seseorang. Yang senang ngobrol biasanya akan menulis panjang, sedang tipe orang yang efektif akan menulis langsung pada sasaran alias to the point. Ramah tidaknya seseorang, apakah mereka orang yang senang bercanda atau cepat tersinggung, peduli pada orang lain atau hanya mau didengar, semua ini pun bisa kita ketahui lewat cara mereka menulis surat.
Surat bisa menjadi cerminan atau gambaran pribadi kita. Tapi tahukah anda bahwa anda pun sesungguhnya merupakan tulisan atau surat tersendiri akan Kristus? Bukan tulisan di atas kertas atau lewat keyboard komputer, melainkan kehidupan kita, diri kita menjadi surat Kristus bagi dunia. Sebagai orang percaya, dunia seharusnya bisa mengenal Tuhan yang kita sembah lewat cara hidup kita ditengah masyarakat. Kalau cara hidup kita benar, maka kebenaran Tuhan akan terpancar disana, sebaliknya jika kita mengaku orang percaya tapi kehidupan kita buruk, maka orang pun akan mencemooh dan mendapat pengenalan yang keliru dari Kristus. Kita seharusnya sadar bahwa kita merupakan surat yang bukan sembarang surat tetapi menjadi surat Kristus yang bisa dibaca orang lain. Dengan kata lain, kita seharusnya bisa menjadi sebuah kesaksian tersendiri mencerminkan figur Kristus yang bisa dilihat oleh orang lain dengan jelas dimanapun kita berada.
Paulus menuliskan hal ini dalam suratnya kepada jemaat Korintus. Dia mengatakan: "Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia." (2 Korintus 3:3). Kita ditulis bukan dengan tinta, melainkan langsung dengan Roh Allah, bukan pada loh batu atau kertas sebagai wadah tulisan hari ini, tetapi langsung ke dalam hati kita. Jika kita jelek, maka jeleklah yang dibaca orang. Sebaliknya jika yang tertulis adalah gambaran Kristus yang benar, maka orang pun akan mampu melihat atau membaca siapa sebenarnya Kristus lewat diri kita.
Sangatlah penting bagi kita untuk merenungkan dan memeriksa apa yang tertulis dalam hati kita hari ini, apa yang dibaca orang lewat diri kita hari ini? Kita harus menjaga hati kita agar yang tertulis tidaklah bertentangan dengan pribadi Kristus yang telah ditulis oleh Roh Kudus secara langsung. Firman Tuhan berkata: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Ayat ini dengan tegas dan nyata menggambarkan bahwa apapun kehidupan yang terpancar dari diri kita hari ini, semua itu berasal dari hati. Dan apa yang tertulis dalam hati kita akan sangat menentukan apa yang dibaca orang lewat diri kita. Sebagai anak Tuhan kita telah dianugerahkan Roh Kudus, dan dalam hati kitalah Dia berdiam. "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (Galatia 4:6). Sebagai surat Kristus, apa yang kita tunjukkan lewat kehidupan kita hari per hari? Apakah kita sudah mencerminkan pengenalan yang benar akan Kristus, atau kita bersikap munafik, mengaku sebagai pengikut Kristus tetapi terus menerus menunjukkan perilaku yang jelek? Apakah kita sudah memperkenalkan bagaimana Yesus yang sebenarnya atau malah kita membuat Yesus menjadi bahan tertawaan orang? Kita harus menyadari bahwa orang bisa mengenal Yesus lewat diri pengikutNya. Ini adalah hal yang sangat penting untuk kita renungkan, karena orang akan terus mengamati siapa diri kita, dan Pribadi seperti apa yang tertulis lewat kita.
Pengenalan akan Kristus yang benar akan muncul lewat buah-buah baik yang tumbuh dari hidup kita. Cara termudah bagi kita untuk mengetahui sebuah pohon itu pohon apa adalah lewat buah yang tumbuh pada ranting-rantingnya. Seperti itu pula orang bisa mengenal Yesus lewat kita, ranting-rantingnya yang menghasilkan buah. Yesus berkata: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:4-8). Dalam kesempatan lain Yesus berkata: "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Jadi seharusnya orang akan tahu bahwa kita adalah murid Yesus dan mengenal PribadiNya secara benar lewat diri kita, yaitu apabila kita menunjukkan sikap saling mengasihi tulus tanpa pamrih dalam kehidupan kita.
Sebagai surat Kristus kita seharusnya mampu membawa terang, sama seperti Yesus yang merupakan Terang Dunia. Yesus berkata "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16) Karena itulah kita harus menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan, hingga kita bisa mencapai tingkatan seperti yang Tuhan ingin kita capai. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48). Hanya dengan demikianlah kita bisa menjadi surat Kristus yang benar untuk dibaca banyak orang. Segala sisi kehidupan kita seharusnya mampu bercerita tentang Yesus. Hidup kita seharusnya mampu menjadi surat cinta Yesus kepada semua orang di dunia tanpa terkecuali. Seperti halnya Yesus mencintai anda, setiap sendi kehidupan kita juga sudah selayaknya menjadi kertas yang dipakai oleh guratan pena Tuhan untuk menyatakan kasihNya yang begitu besar kepada dunia ini beserta isinya, terutama manusia yang merupakan ciptaanNya yang istimewa.
Roh Allah bukan meninggalkan coretan-coretan kasar tanpa makna atau malah yang tidak enak dipandang mata, tetapi sebaliknya memberikan gambaran akan kasih yang begitu indah kepada dunia. Apakah itu yang dibaca orang lewat diri kita hari ini atau malah kita meninggalkan goresan-goresan kasar yang justru mencabik-cabik orang lain? Sosok Yesus seperti apa yang tergambar lewat diri kita? Setiap orang percaya merupakan surat atau buku tersendiri akan Kristus. Suka atau tidak, sadar atau tidak, kita merupakan sebuah surat terbuka yang bisa membuat orang mengenal Yesus lewat cara dan gaya hidup kita.
Jika diri anda merupakan sebuah surat terbuka, apakah pembaca akan menemukan Yesus di dalam setiap lembarnya?
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, January 22, 2014
Tetap Berbuah Gemuk dan Segar (2)
(sambungan)
Dalam Alkitab kita bisa melihat banyak contoh mengenai orang yang dipakai hingga tua, malah ada pula yang dipakai justru setelah tua dan dianggap habis oleh dunia. Abraham misalnya. Ia menerima semua janji Tuhan di usia senja, dimana bagi dunia ia mungkin tidak lagi berarti apa-apa. Tapi Alkitab mencatat dengan jelas: "Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN dalam segala hal." (Kejadian 24:1). Pada kondisi Abraham yang telah tua inilah ia justru menerima janji akan keturunan. Uniknya janji itu tidak serta merta digenapi saat itu juga, tetapi ia masih harus menunggu beberapa puluh tahun kemudian ketika usianya yang sudah sangat lanjut.
Nuh juga dipakai pada usia senja. Pada kasus Nuh, ia bahkan harus bekerja keras membangun bahtera. Sudah tua masih harus bertukang membangun kapal. Apakah Nuh marah atau kecewa? Sama sekali tidak. Ia setia dan terus melakukan tepat seperti apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Membangun kapal besar, mengumpulkan seluruh hewan sepasang-sepasang. Itu sama sekali tidak gampang, apalagi harus dilakukan ketika secara fisik kondisi tubuh sudah sangat menurun. Kita yang muda saja rasanya tidak sanggup, tapi Nuh sanggup. Tentu itu karena Allah yang setia tetap berada besertanya, menggendongnya dan memikulnya, sehingga ia sanggup melakukan hal yang bagi dunia akan terlihat sangat mustahil.
Untuk contoh lain kita bisa melihat hidup Kaleb. Lihat apa katanya ketika ia hendak menuai janji Tuhan. "Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini; pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk." (Yosua 14:10-11). Kita tentu heran bagaimana orang berusia 85 tahun masih sanggup berkata seperti itu, siap untuk berperang dengan semangat yang masih menyala seperti anak muda? Tapi Kaleb punya sikap seperti itu. Ia masih bersemangat, ia masih kuat, karena ia menyadari dan merasakan penyertaan Allah dalam hidupnya.
Dari ketiga tokoh ini kita bisa melihat betapa luar biasanya ketika kita menjadi orang benar yang tertanam di pelataran Allah. Tidak ada kata layu, tidak ada kata habis, malah semakin gemuk dan segar menghasilkan buah-buah yang matang.
Selanjutnya, mari kita lihat alasan Tuhan mau memakai orang-orang tua. Logikanya, bukankah lebih gampang memakai anak-anak muda yang jumlahnya pun tidak sedikit? Mungkin begitu cara pikir dunia, tapi itu bukan cara pikir Tuhan. Bagi Tuhan usia bukanlah kendala sama sekali. Bukan pula soal tenaga, tetapi soal ketaatan. Apakah kita tunduk dan mengijinkan Tuhan untuk memakai kita atau kita terus mencari dalih untuk menghindar dari panggilan Tuhan kepada kita. Jika kita kembali kepada Mazmur 92 di awal renungan ini, ketika firman Tuhan berkata "pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar" (ay 15), ayat selanjutnya menyatakan alasannya secara jelas. "untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya." (ay 16) Kuasa Tuhan akan tampak secara nyata di mata dunia ketika orang-orang yang bagi dunia dianggap sudah habis ternyata masih mampu berbuah subur, tetap segar dan bersemangat berbuat yang terbaik dalam hidupnya. Lewat orang-orang tua yang masih saja berbuah gemuk dan subur, dunia akan mampu melihat bahwa Tuhan benar ada dan kemuliaanNya nyata.
Tuhan sangat mengasihi kita sejak kelahiran kita hingga akhir hidup kita, bahkan sampai selama-lamanya. Kasihnya tidak akan pernah berkurang dan berubah. Kasih setiaNya kekal sepanjang masa. Tuhan menyatakan langsung bahwa pada kenyataannya Dia sudah mendukung kita sejak dari kandungan, sudah menjunjung kita sejak dari rahim ibu (Yesaya 46:3), dan Dia akan tetap menggendong dan mendukung kita hingga masa tua kita nanti. Dengan penyertaan seperti itu, mengapa kita harus kuatir dan merasa tidak lagi mampu berbuat apa-apa? Pembuka kitab Mazmur sudah menyatakan "Berbahagialah orang yang.. kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Ini janji Tuhan terhadap orang-orang benar yang selalu berakar dalam Tuhan. Berapapun umur kita, bagaimanapun tenaga kita, seperti apapun keahlian kita, Tuhan selalu rindu untuk memakai kita. Tuhan selalu ingin kuasa dan kasihNya bisa terlihat nyata oleh orang-orang lewat diri kita. Siapkah kita? Tetaplah semangat dan teruslah bertunas dan berbuah subur, gemuk dan segar.
Kasih Allah tak berkesudahan sampai kapanpun
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Dalam Alkitab kita bisa melihat banyak contoh mengenai orang yang dipakai hingga tua, malah ada pula yang dipakai justru setelah tua dan dianggap habis oleh dunia. Abraham misalnya. Ia menerima semua janji Tuhan di usia senja, dimana bagi dunia ia mungkin tidak lagi berarti apa-apa. Tapi Alkitab mencatat dengan jelas: "Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN dalam segala hal." (Kejadian 24:1). Pada kondisi Abraham yang telah tua inilah ia justru menerima janji akan keturunan. Uniknya janji itu tidak serta merta digenapi saat itu juga, tetapi ia masih harus menunggu beberapa puluh tahun kemudian ketika usianya yang sudah sangat lanjut.
Nuh juga dipakai pada usia senja. Pada kasus Nuh, ia bahkan harus bekerja keras membangun bahtera. Sudah tua masih harus bertukang membangun kapal. Apakah Nuh marah atau kecewa? Sama sekali tidak. Ia setia dan terus melakukan tepat seperti apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Membangun kapal besar, mengumpulkan seluruh hewan sepasang-sepasang. Itu sama sekali tidak gampang, apalagi harus dilakukan ketika secara fisik kondisi tubuh sudah sangat menurun. Kita yang muda saja rasanya tidak sanggup, tapi Nuh sanggup. Tentu itu karena Allah yang setia tetap berada besertanya, menggendongnya dan memikulnya, sehingga ia sanggup melakukan hal yang bagi dunia akan terlihat sangat mustahil.
Untuk contoh lain kita bisa melihat hidup Kaleb. Lihat apa katanya ketika ia hendak menuai janji Tuhan. "Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini; pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk." (Yosua 14:10-11). Kita tentu heran bagaimana orang berusia 85 tahun masih sanggup berkata seperti itu, siap untuk berperang dengan semangat yang masih menyala seperti anak muda? Tapi Kaleb punya sikap seperti itu. Ia masih bersemangat, ia masih kuat, karena ia menyadari dan merasakan penyertaan Allah dalam hidupnya.
Dari ketiga tokoh ini kita bisa melihat betapa luar biasanya ketika kita menjadi orang benar yang tertanam di pelataran Allah. Tidak ada kata layu, tidak ada kata habis, malah semakin gemuk dan segar menghasilkan buah-buah yang matang.
Selanjutnya, mari kita lihat alasan Tuhan mau memakai orang-orang tua. Logikanya, bukankah lebih gampang memakai anak-anak muda yang jumlahnya pun tidak sedikit? Mungkin begitu cara pikir dunia, tapi itu bukan cara pikir Tuhan. Bagi Tuhan usia bukanlah kendala sama sekali. Bukan pula soal tenaga, tetapi soal ketaatan. Apakah kita tunduk dan mengijinkan Tuhan untuk memakai kita atau kita terus mencari dalih untuk menghindar dari panggilan Tuhan kepada kita. Jika kita kembali kepada Mazmur 92 di awal renungan ini, ketika firman Tuhan berkata "pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar" (ay 15), ayat selanjutnya menyatakan alasannya secara jelas. "untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya." (ay 16) Kuasa Tuhan akan tampak secara nyata di mata dunia ketika orang-orang yang bagi dunia dianggap sudah habis ternyata masih mampu berbuah subur, tetap segar dan bersemangat berbuat yang terbaik dalam hidupnya. Lewat orang-orang tua yang masih saja berbuah gemuk dan subur, dunia akan mampu melihat bahwa Tuhan benar ada dan kemuliaanNya nyata.
Tuhan sangat mengasihi kita sejak kelahiran kita hingga akhir hidup kita, bahkan sampai selama-lamanya. Kasihnya tidak akan pernah berkurang dan berubah. Kasih setiaNya kekal sepanjang masa. Tuhan menyatakan langsung bahwa pada kenyataannya Dia sudah mendukung kita sejak dari kandungan, sudah menjunjung kita sejak dari rahim ibu (Yesaya 46:3), dan Dia akan tetap menggendong dan mendukung kita hingga masa tua kita nanti. Dengan penyertaan seperti itu, mengapa kita harus kuatir dan merasa tidak lagi mampu berbuat apa-apa? Pembuka kitab Mazmur sudah menyatakan "Berbahagialah orang yang.. kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-3). Ini janji Tuhan terhadap orang-orang benar yang selalu berakar dalam Tuhan. Berapapun umur kita, bagaimanapun tenaga kita, seperti apapun keahlian kita, Tuhan selalu rindu untuk memakai kita. Tuhan selalu ingin kuasa dan kasihNya bisa terlihat nyata oleh orang-orang lewat diri kita. Siapkah kita? Tetaplah semangat dan teruslah bertunas dan berbuah subur, gemuk dan segar.
Kasih Allah tak berkesudahan sampai kapanpun
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, January 21, 2014
Tetap Berbuah Gemuk dan Segar (1)
Ayat bacaan: Mazmur 92:15
=====================
"Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar"
Pohon mangga secara umum akan mulai menghasilkan buah pada usia 4 sampai 5 tahun dengan jumlah yang akan semakin meningkat seiring usianya. Pada tahun ke 10 pohon mangga sanggup menghasilkan ratusan buah yang baik dan itu akan terus berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya. Jaman sekarang dengan teknik-teknik tertentu pohon mangga bisa berbuah sejak di usia bulanan dan sudah banyak pula jenis pohon mangga yang bisa berbuah tanpa memandang musim. Satu hal yang sama, usia pohon mangga sangatlah panjang dan akan terus sanggup menghasilkan buah, semakin tua semakin banyak.
Saya merasa terinspirasi dan diberkati oleh ayah dari seorang teman yang pada usia 71 tahun masih sangat sehat dan lincah. Di usia senjanya ia masih sanggup bekerja sebagai pengawas pada sebuah pabrik pengolah makanan ringan (snack) di salah satu kota di Jawa Barat. "Puji Tuhan, di usia seperti ini oom masih diberi kesehatan dan kekuatan untuk bekerja," katanya. Kalau kita lihat di negara kita, berapa batasan usia yang dianggap produktif? Orang biasanya sudah harus pensiun pada usia 55 tahun. Jika melihat lowongan di koran-koran, maka batas usia produktif bisa jauh dibawah itu. Kita akan melihat banyak lowongan yang membatasi pelamar sampai batas usia 30 tahun, atau bahkan 25-27 tahun saja. Artinya, jika anda sudah berusia di atas itu, anda akan semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itulah ayah teman saya bersukacita karena meski sudah berusia lanjut, ia masih bisa melakukan sesuatu yang bisa membawa manfaat baik bagi dirinya, keluarga maupun orang lain.
Dunia mungkin memberi batas untuk kita bisa berusaha dan menghasilkan buah, tetapi tidak demikian bagi Tuhan. Berapapun umur kita, Tuhan tetap menjanjikan kasih dan kesempatan untuk terus berbuah. Tuhan akan tetap bisa memakai anda secara luar biasa tanpa melihat berapapun umur anda sekarang. Tidak pernah ada kata terlambat selagi kesempatan hidup masih dibukakan.
Apa kata Firman Tuhan akan hal ini? Pertama, lewat Pemazmur dikatakan: "Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita." (Mazmur 92:13-14). Itu janji Tuhan terhadap orang-orang benar. Mereka yang tertanam dan berakar dalam Tuhan akan tetap bertunas dan tumbuh subur. Pertanyaannya, sampai kapan? Adakah batas usia untuk kita bertunas dan bertumbuh? Firman Tuhan ternyata berkata tidak ada, karena ayat selanjutnya berkata: "Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar" (ay 15) Hingga masa tua sekalipun, kata firman Tuhan, orang-orang benar ini akan terus bertumbuh subur, malah dikatakan masih sanggup berbuah, bertambah gemuk dan segar.
Mungkin ini terdengar tidak masuk akal dan melawan hukum alam. Benar, tenaga manusia memang akan menurun, demikian pula kemampuan. Kita memang tidak bisa melawan hukum alam mengenai kondisi fisik manusia sejalan dengan usia. Tapi kata firman Tuhan itu bukan berarti kita harus pula berhenti berbuah. Bagaimana mungkin? Ayat berikut menjelaskan bagaimana itu bisa dimungkinkan. "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4). Kekuatan kita terbatas dan akan menurun, tetapi kekuatan Tuhan yang tidak pernah berkuranglah yang akan membuat kita bisa. Tuhan menyatakan siap menggendong dan memikul serta menyelamatkan kita sampai seluruh rambut kita putih sekalipun. Ini janji Tuhan. Artinya jelas, Tuhan tetap memiliki rencana bagi kita bahkan ketika kita sudah tua dan lemah. Tuhan tetap mau pakai kita tanpa melihat umur dan kemampuan kita, dan bukan kekuatan kita yang harus diandalkan melainkan kekuatan yang berasal daripadaNya.
(bersambung)
=====================
"Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar"
Pohon mangga secara umum akan mulai menghasilkan buah pada usia 4 sampai 5 tahun dengan jumlah yang akan semakin meningkat seiring usianya. Pada tahun ke 10 pohon mangga sanggup menghasilkan ratusan buah yang baik dan itu akan terus berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya. Jaman sekarang dengan teknik-teknik tertentu pohon mangga bisa berbuah sejak di usia bulanan dan sudah banyak pula jenis pohon mangga yang bisa berbuah tanpa memandang musim. Satu hal yang sama, usia pohon mangga sangatlah panjang dan akan terus sanggup menghasilkan buah, semakin tua semakin banyak.
Saya merasa terinspirasi dan diberkati oleh ayah dari seorang teman yang pada usia 71 tahun masih sangat sehat dan lincah. Di usia senjanya ia masih sanggup bekerja sebagai pengawas pada sebuah pabrik pengolah makanan ringan (snack) di salah satu kota di Jawa Barat. "Puji Tuhan, di usia seperti ini oom masih diberi kesehatan dan kekuatan untuk bekerja," katanya. Kalau kita lihat di negara kita, berapa batasan usia yang dianggap produktif? Orang biasanya sudah harus pensiun pada usia 55 tahun. Jika melihat lowongan di koran-koran, maka batas usia produktif bisa jauh dibawah itu. Kita akan melihat banyak lowongan yang membatasi pelamar sampai batas usia 30 tahun, atau bahkan 25-27 tahun saja. Artinya, jika anda sudah berusia di atas itu, anda akan semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itulah ayah teman saya bersukacita karena meski sudah berusia lanjut, ia masih bisa melakukan sesuatu yang bisa membawa manfaat baik bagi dirinya, keluarga maupun orang lain.
Dunia mungkin memberi batas untuk kita bisa berusaha dan menghasilkan buah, tetapi tidak demikian bagi Tuhan. Berapapun umur kita, Tuhan tetap menjanjikan kasih dan kesempatan untuk terus berbuah. Tuhan akan tetap bisa memakai anda secara luar biasa tanpa melihat berapapun umur anda sekarang. Tidak pernah ada kata terlambat selagi kesempatan hidup masih dibukakan.
Apa kata Firman Tuhan akan hal ini? Pertama, lewat Pemazmur dikatakan: "Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita." (Mazmur 92:13-14). Itu janji Tuhan terhadap orang-orang benar. Mereka yang tertanam dan berakar dalam Tuhan akan tetap bertunas dan tumbuh subur. Pertanyaannya, sampai kapan? Adakah batas usia untuk kita bertunas dan bertumbuh? Firman Tuhan ternyata berkata tidak ada, karena ayat selanjutnya berkata: "Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar" (ay 15) Hingga masa tua sekalipun, kata firman Tuhan, orang-orang benar ini akan terus bertumbuh subur, malah dikatakan masih sanggup berbuah, bertambah gemuk dan segar.
Mungkin ini terdengar tidak masuk akal dan melawan hukum alam. Benar, tenaga manusia memang akan menurun, demikian pula kemampuan. Kita memang tidak bisa melawan hukum alam mengenai kondisi fisik manusia sejalan dengan usia. Tapi kata firman Tuhan itu bukan berarti kita harus pula berhenti berbuah. Bagaimana mungkin? Ayat berikut menjelaskan bagaimana itu bisa dimungkinkan. "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4). Kekuatan kita terbatas dan akan menurun, tetapi kekuatan Tuhan yang tidak pernah berkuranglah yang akan membuat kita bisa. Tuhan menyatakan siap menggendong dan memikul serta menyelamatkan kita sampai seluruh rambut kita putih sekalipun. Ini janji Tuhan. Artinya jelas, Tuhan tetap memiliki rencana bagi kita bahkan ketika kita sudah tua dan lemah. Tuhan tetap mau pakai kita tanpa melihat umur dan kemampuan kita, dan bukan kekuatan kita yang harus diandalkan melainkan kekuatan yang berasal daripadaNya.
(bersambung)
Monday, January 20, 2014
Menghindari Pemutusan Kerja
Ayat bacaan: Lukas 13:7
===================
"Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!"
Pemutusan Hubungan Kerja sering dianggap mengangkangi hak-hak buruh dan karyawan. Jika kita melihat demo buruh dimana-mana, kita pun akan melihat seringkali bentuk tuntutan tidak masuk akal karena tidak melihat fakta yang terjadi dari perspektif yang lebih luas. Benar, di satu sisi peraturan pemerintah masih kurang melindungi hak-hak buruh, dan memang ada pengusaha-pengusaha nakal yang ingin mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kesejahteraan pekerjanya. Tapi melihat kondisi ekonomi makro di negara kita, kenaikan harga-harga bahan pokok dibanding pendapatan menimbulkan tingkat inflasi yang cukup mencemaskan dari sisi pengusaha. Untuk menyelamatkan kapal, mau tidak mau keputusan pahit bisa jadi harus diambil. Jadi ada banyak faktor yang bisa mendatangkan keputusan PHK yang bisa saja luput dari perhatian kita. Salah satunya adalah dari sisi kinerja atau performance sang karyawan itu sendiri.
Hari ini mari kita lihat kembali perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah di kebun anggur seperti yang disampaikan Yesus sendiri dari sudut pandang berbeda. "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya." (Lukas 13:6). Bagus tidaknya sebuah pohon biasanya dinilai dari buah yang dihasilkan. Pohon yang bagus dan sedapat mungkin dipelihara dengan baik. Sebaliknya, jika pohon itu tidak kunjung menghasilkan buah, meski dengan segala cara sudah diusahakan, maka mau tidak mau pohon itu harus ditebang karena jika terus dipelihara, maka pohon itu hanya akan menghabiskan zat makanan dari tanah tanpa memberi hasil apa-apa. Itulah yang terjadi dalam perumpamaan yang diberikan Yesus di Injil Lukas 13:6-9 ini. "Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (ay 7). Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menanti buah keluar dari sebuah pohon. Ada kesempatan yang sudah diberikan, dan segala daya upaya pun sudah dilakukan sang pemilik kebun selama 3 tahun itu. Tapi nyatanya pohon itu tidak juga bisa menghasilkan apa-apa. Tetapi si tukang kebun masih meminta belas kasih dari sang pemilik. "Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" (ay 8-9). Lewat tukang kebun, pohon itu mendapatkan kesempatan kedua. The second chance. Tapi jika itupun disia-siakan, maka tidak ada jalan lain selain menebang habis pohon itu.
Sebagai orang percaya kita dituntut untuk bisa menjadi teladan dimanapun kita ditempatkan. Dalam pekerjaan pun demikian. Etos kerja seorang Kristen adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, dengan sebaik-baiknya seperti melakukannya untuk Tuhan. (Kolose 3:23). Kita dituntut untuk memiliki buah yang baik, dimana nama Tuhan bisa dipermuliakan lewat buah-buah yang kita hasilkan, sebab "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Dari manusia lama yang berselubung dosa kita telah ditebus menjadi ciptaan baru. Sebuah pertobatan yang telah dibereskan dengan sungguh-sungguh seharusnya bisa menghasilkan buah-buah yang baik. "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Bayangkan apabila kita menjadi orang percaya yang benar, dengan hidup yang benar-benar dipimpin oleh Roh Allah sendiri. Lalu kita berbuah seperti yang dirinci dalam Galatia 5:22 mengenai buah Roh. Bukankah itu luar biasa? Bukan saja sekedar terhindar dari jerat PHK, tapi kita pun bisa menjadi teladan, menjadi terang dan garam.
Kita bisa belajar lewat perumpamaan ini untuk terhindar dari PHK. Salah satu cara yang ampuh untuk menghindari jerat ini adalah dengan menempatkan diri kita pada posisi yang terus menghasilkan buah. coba lihat apakah apakah anda sudah memberi yang terbaik dalam apa yang anda kerjakan? Jika anda saat ini seorang karyawan, apakah anda sudah memberi hasil yang memuaskan dalam kinerja anda? Apakah pimpinan puas dengan hasil kerja anda? Jika anda sudah memberi yang terbaik anda tentu tidak perlu khawatir, karena tidak ada seorangpun pimpinan yang rela kehilangan karyawan terbaiknya bukan? Tapi sebaliknya, jika anda masih termasuk "pohon yang tidak berbuah", maka posisi tawar anda akan sangat lemah untuk menghindar dari masalah PHK. Dengan alasan efisiensi, perusahaan biasanya akan memberhentikan karyawan-karyawan yang tidak produktif, tapi mereka akan dengan segala daya upaya mempertahankan pegawai-pegawai terbaiknya. Dari sudut pandang seperti ini kita bisa melihat apa yang harus kita lakukan agar kita bisa selamat dalam setiap kemungkinan pemutusan hubungan kerja. Berbuah, berbuah dan berbuahlah terus.
Pohon yang baik akan terlihat dari buah yang dihasilkan
Follow us on twitter: https://twitter.com/dailyrho
===================
"Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!"
Pemutusan Hubungan Kerja sering dianggap mengangkangi hak-hak buruh dan karyawan. Jika kita melihat demo buruh dimana-mana, kita pun akan melihat seringkali bentuk tuntutan tidak masuk akal karena tidak melihat fakta yang terjadi dari perspektif yang lebih luas. Benar, di satu sisi peraturan pemerintah masih kurang melindungi hak-hak buruh, dan memang ada pengusaha-pengusaha nakal yang ingin mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kesejahteraan pekerjanya. Tapi melihat kondisi ekonomi makro di negara kita, kenaikan harga-harga bahan pokok dibanding pendapatan menimbulkan tingkat inflasi yang cukup mencemaskan dari sisi pengusaha. Untuk menyelamatkan kapal, mau tidak mau keputusan pahit bisa jadi harus diambil. Jadi ada banyak faktor yang bisa mendatangkan keputusan PHK yang bisa saja luput dari perhatian kita. Salah satunya adalah dari sisi kinerja atau performance sang karyawan itu sendiri.
Hari ini mari kita lihat kembali perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah di kebun anggur seperti yang disampaikan Yesus sendiri dari sudut pandang berbeda. "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya." (Lukas 13:6). Bagus tidaknya sebuah pohon biasanya dinilai dari buah yang dihasilkan. Pohon yang bagus dan sedapat mungkin dipelihara dengan baik. Sebaliknya, jika pohon itu tidak kunjung menghasilkan buah, meski dengan segala cara sudah diusahakan, maka mau tidak mau pohon itu harus ditebang karena jika terus dipelihara, maka pohon itu hanya akan menghabiskan zat makanan dari tanah tanpa memberi hasil apa-apa. Itulah yang terjadi dalam perumpamaan yang diberikan Yesus di Injil Lukas 13:6-9 ini. "Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (ay 7). Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menanti buah keluar dari sebuah pohon. Ada kesempatan yang sudah diberikan, dan segala daya upaya pun sudah dilakukan sang pemilik kebun selama 3 tahun itu. Tapi nyatanya pohon itu tidak juga bisa menghasilkan apa-apa. Tetapi si tukang kebun masih meminta belas kasih dari sang pemilik. "Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" (ay 8-9). Lewat tukang kebun, pohon itu mendapatkan kesempatan kedua. The second chance. Tapi jika itupun disia-siakan, maka tidak ada jalan lain selain menebang habis pohon itu.
Sebagai orang percaya kita dituntut untuk bisa menjadi teladan dimanapun kita ditempatkan. Dalam pekerjaan pun demikian. Etos kerja seorang Kristen adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, dengan sebaik-baiknya seperti melakukannya untuk Tuhan. (Kolose 3:23). Kita dituntut untuk memiliki buah yang baik, dimana nama Tuhan bisa dipermuliakan lewat buah-buah yang kita hasilkan, sebab "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Dari manusia lama yang berselubung dosa kita telah ditebus menjadi ciptaan baru. Sebuah pertobatan yang telah dibereskan dengan sungguh-sungguh seharusnya bisa menghasilkan buah-buah yang baik. "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (Matius 3:8). Bayangkan apabila kita menjadi orang percaya yang benar, dengan hidup yang benar-benar dipimpin oleh Roh Allah sendiri. Lalu kita berbuah seperti yang dirinci dalam Galatia 5:22 mengenai buah Roh. Bukankah itu luar biasa? Bukan saja sekedar terhindar dari jerat PHK, tapi kita pun bisa menjadi teladan, menjadi terang dan garam.
Kita bisa belajar lewat perumpamaan ini untuk terhindar dari PHK. Salah satu cara yang ampuh untuk menghindari jerat ini adalah dengan menempatkan diri kita pada posisi yang terus menghasilkan buah. coba lihat apakah apakah anda sudah memberi yang terbaik dalam apa yang anda kerjakan? Jika anda saat ini seorang karyawan, apakah anda sudah memberi hasil yang memuaskan dalam kinerja anda? Apakah pimpinan puas dengan hasil kerja anda? Jika anda sudah memberi yang terbaik anda tentu tidak perlu khawatir, karena tidak ada seorangpun pimpinan yang rela kehilangan karyawan terbaiknya bukan? Tapi sebaliknya, jika anda masih termasuk "pohon yang tidak berbuah", maka posisi tawar anda akan sangat lemah untuk menghindar dari masalah PHK. Dengan alasan efisiensi, perusahaan biasanya akan memberhentikan karyawan-karyawan yang tidak produktif, tapi mereka akan dengan segala daya upaya mempertahankan pegawai-pegawai terbaiknya. Dari sudut pandang seperti ini kita bisa melihat apa yang harus kita lakukan agar kita bisa selamat dalam setiap kemungkinan pemutusan hubungan kerja. Berbuah, berbuah dan berbuahlah terus.
Pohon yang baik akan terlihat dari buah yang dihasilkan
Follow us on twitter: https://twitter.com/dailyrho
Sunday, January 19, 2014
Memotong Ranting dan Tunas agar Berbuah
Ayat bacaan: Lukas 13:8-9
=====================
"Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"
Menanam pohon sampai berbuah bagi sebagian orang mungkin mudah, tapi bagi sebagian lainnya sulit. Ada orang-orang yang disebut bertangan hijau karena ditangan mereka segala jenis tanaman sepertinya mudah tumbuh subur. Seperti itulah seorang ibu yang tinggal tepat disamping saya. Sama-sama menanam, sama-sama merawat, tapi tanamannya jauh lebih subur dibanding saya yang potnya lebih baik dan diberi pupuk. Adakah rahasia agar berhasil dalam menanam? Rasanya syaratnya sama, yaitu harus rajin disiram secara teratur, diberi pupuk, dan yang tidak kalah penting adalah ketekunan dalam merawat. Pohon akan sulit menghasilkan buah secara produktif apabila ada terlalu banyak tunas yang tumbuh pada setiap dahan. Maka kita harus rajin memilah tunas yang tumbuh disana. Kalau tunas itu ternyata tidak produktif, tunas itu harus segera dipotong agar rantingnya bisa berbuah dengan baik. Di samping itu, terkadang ranting yang sudah berbuah produktif pun bisa dihinggapi berbagai parasit dan benalu. Keduanya akan membuat buah menjadi sedikit,atau berkualitas buruk, karena zat-zat yang dibutuhkan ranting untuk menghasilkan buah habis diserap oleh benalu-benalu itu. Maka segala benalu dan parasit yang menempel pun harus segera dipotong dan dibuang sesegera dan sesering mungkin. Tanpa melakukan berbagai usaha ini, niscaya pohon itu akan tumbuh sia-sia tanpa buah dan lama kelamaan akan mati. Singkatnya, agar pohon tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah-buah segar diperlukan usaha yang serius.
Beberapa hari terakhir kita sudah melihat bahwa adalah penting bagi anak-anak Tuhan untuk menghasilkan buah-buah baik dalam kehidupan. Secara tegas Yesus pernah mengatakan : "Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." (Matius 7:18-19). Menghasilkan buah merupakan hal yang sangat serius. Pohon yang tidak berbuah atau buahnya jelek pada akhirnya akan ditebang dan dibakar. Apakah kita sudah menjadi pohon yang sehat? Sudahkah kita menghasilkan buah yang baik? Jika belum, seperti halnya pohon, kita harus melalui proses pemotongan tunas-tunas yang tidak produktif, pembersihan benalu dan parasit yang menempel dalam hidup kita agar pada akhirnya kita bisa menghasilkan buah. Proses ini seringkali tidak gampang bahkan bisa menyakitkan. Tapi proses ini harus kita lalui agar kita bisa menjadi pohon yang tumbuh subur dengan menghasilkan buah segar dengan lebat.
Mari kita lihat kembali perumpamaan menarik yang diceritakan Yesus sendiri. "Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" (Lukas 13:6-9).
Perumpamaan ini menggambarkan Tuhan sebagai pemilik kebun yang mendapati bahwa ada umatNya yang tidak berbuah dalam jangka waktu lama. Perhatikan perumpamaan Yesus di atas, Tuhan memberi jangka waktu sebagai kesempatan bagi kita untuk berubah. Seharusnya itu kita hargai. Tapi ketika kesempatan itu disia-siakan atau dibuang percuma, pada akhirnya pohon yang tidak berguna itu akan ditebang. Pohon Ara itu hidup percuma dan hanya menghabiskan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tanaman anggur dalam kebun. Tetapi lihatlah, ayat tersebut secara luar biasa menyebutkan bahwa Yesus yang diumpamakan sebagai pengurus kebun meminta kesempatan sekali lagi. "aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,mungkin tahun depan ia berbuah." (ay 8-9a). Sang "Pengurus kebun" akan mengerjakan sesuatu bagi pohon agar bisa berbuah. Hidup kita yang begitu rusak oleh benalu dan tunas-tunas dosa seringkali tidak lagi dapat diperbaiki sendiri, sehingga kita membutuhkan uluran tangan Yesus untuk "mencangkul tanah dan memberi pupuk" agar bisa selamat.
Kenyataannya, Tuhan Yesus telah datang untuk menyelamatkan kita. Dalam prosesnya, terkadang ada bagian-bagian yang tidak efektif dari diri kita harus dicangkul, apalagi jika itu menyangkut baik-tidaknya kita hidup atau bisa tidaknya kita menghasilkan buah. Dan itu bukanlah hal yang menyenangkan. Proses itu terkadang terasa begitu menyakitkan tapi sungguh diperlukan, untuk menyelamatkan kita dari 'ditebang' dan 'dilempar' ke dalam api.
Yesus mengatakan: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4). Agar kita bisa bertumbuh dan berbuah dengan baik, kita harus tetap tinggal di dalam Kristus, dan Kristus di dalam kita. Baik dalam kehidupan sehari-hari, dalam hubungan keluarga maupun pekerjaan, hendaklah Tuhan selalu ikut serta bersama kita. Ketika ada proses-proses pemotongan tunas yang tidak produktif atau pembersihan benalu, jalani dengan suka cita, karena proses itu sungguh diperlukan untuk menjadikan kita pohon yang berbuah lebat. Sebatang pohon dikenal dari buahnya. Pohon yang baik akan berbuah baik, begitu pula sebaliknya. "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Ada banyak ranting, tunas dan benalu dalam hidup kita yang terlebih dahulu harus dipotong agar kita menghasilkan buah-buah yang ranum dan lebat. Apakah itu dosa-dosa atau kebiasaan buruk yang berasal dari kesombongan, harta, status, adat dan sebagainya, jika itu menghambat kita untuk berbuah, ijinkan Yesus untuk memotongnya. Meski bisa terasa sakit, hanya dengan demikianlah kita bisa menjadi pohon yang tumbuh subur menghasilkan buah yang banyak.
Agar bisa berbuah lebat, pohon harus dirawat dan dibersihkan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=====================
"Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"
Menanam pohon sampai berbuah bagi sebagian orang mungkin mudah, tapi bagi sebagian lainnya sulit. Ada orang-orang yang disebut bertangan hijau karena ditangan mereka segala jenis tanaman sepertinya mudah tumbuh subur. Seperti itulah seorang ibu yang tinggal tepat disamping saya. Sama-sama menanam, sama-sama merawat, tapi tanamannya jauh lebih subur dibanding saya yang potnya lebih baik dan diberi pupuk. Adakah rahasia agar berhasil dalam menanam? Rasanya syaratnya sama, yaitu harus rajin disiram secara teratur, diberi pupuk, dan yang tidak kalah penting adalah ketekunan dalam merawat. Pohon akan sulit menghasilkan buah secara produktif apabila ada terlalu banyak tunas yang tumbuh pada setiap dahan. Maka kita harus rajin memilah tunas yang tumbuh disana. Kalau tunas itu ternyata tidak produktif, tunas itu harus segera dipotong agar rantingnya bisa berbuah dengan baik. Di samping itu, terkadang ranting yang sudah berbuah produktif pun bisa dihinggapi berbagai parasit dan benalu. Keduanya akan membuat buah menjadi sedikit,atau berkualitas buruk, karena zat-zat yang dibutuhkan ranting untuk menghasilkan buah habis diserap oleh benalu-benalu itu. Maka segala benalu dan parasit yang menempel pun harus segera dipotong dan dibuang sesegera dan sesering mungkin. Tanpa melakukan berbagai usaha ini, niscaya pohon itu akan tumbuh sia-sia tanpa buah dan lama kelamaan akan mati. Singkatnya, agar pohon tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah-buah segar diperlukan usaha yang serius.
Beberapa hari terakhir kita sudah melihat bahwa adalah penting bagi anak-anak Tuhan untuk menghasilkan buah-buah baik dalam kehidupan. Secara tegas Yesus pernah mengatakan : "Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." (Matius 7:18-19). Menghasilkan buah merupakan hal yang sangat serius. Pohon yang tidak berbuah atau buahnya jelek pada akhirnya akan ditebang dan dibakar. Apakah kita sudah menjadi pohon yang sehat? Sudahkah kita menghasilkan buah yang baik? Jika belum, seperti halnya pohon, kita harus melalui proses pemotongan tunas-tunas yang tidak produktif, pembersihan benalu dan parasit yang menempel dalam hidup kita agar pada akhirnya kita bisa menghasilkan buah. Proses ini seringkali tidak gampang bahkan bisa menyakitkan. Tapi proses ini harus kita lalui agar kita bisa menjadi pohon yang tumbuh subur dengan menghasilkan buah segar dengan lebat.
Mari kita lihat kembali perumpamaan menarik yang diceritakan Yesus sendiri. "Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" (Lukas 13:6-9).
Perumpamaan ini menggambarkan Tuhan sebagai pemilik kebun yang mendapati bahwa ada umatNya yang tidak berbuah dalam jangka waktu lama. Perhatikan perumpamaan Yesus di atas, Tuhan memberi jangka waktu sebagai kesempatan bagi kita untuk berubah. Seharusnya itu kita hargai. Tapi ketika kesempatan itu disia-siakan atau dibuang percuma, pada akhirnya pohon yang tidak berguna itu akan ditebang. Pohon Ara itu hidup percuma dan hanya menghabiskan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tanaman anggur dalam kebun. Tetapi lihatlah, ayat tersebut secara luar biasa menyebutkan bahwa Yesus yang diumpamakan sebagai pengurus kebun meminta kesempatan sekali lagi. "aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,mungkin tahun depan ia berbuah." (ay 8-9a). Sang "Pengurus kebun" akan mengerjakan sesuatu bagi pohon agar bisa berbuah. Hidup kita yang begitu rusak oleh benalu dan tunas-tunas dosa seringkali tidak lagi dapat diperbaiki sendiri, sehingga kita membutuhkan uluran tangan Yesus untuk "mencangkul tanah dan memberi pupuk" agar bisa selamat.
Kenyataannya, Tuhan Yesus telah datang untuk menyelamatkan kita. Dalam prosesnya, terkadang ada bagian-bagian yang tidak efektif dari diri kita harus dicangkul, apalagi jika itu menyangkut baik-tidaknya kita hidup atau bisa tidaknya kita menghasilkan buah. Dan itu bukanlah hal yang menyenangkan. Proses itu terkadang terasa begitu menyakitkan tapi sungguh diperlukan, untuk menyelamatkan kita dari 'ditebang' dan 'dilempar' ke dalam api.
Yesus mengatakan: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4). Agar kita bisa bertumbuh dan berbuah dengan baik, kita harus tetap tinggal di dalam Kristus, dan Kristus di dalam kita. Baik dalam kehidupan sehari-hari, dalam hubungan keluarga maupun pekerjaan, hendaklah Tuhan selalu ikut serta bersama kita. Ketika ada proses-proses pemotongan tunas yang tidak produktif atau pembersihan benalu, jalani dengan suka cita, karena proses itu sungguh diperlukan untuk menjadikan kita pohon yang berbuah lebat. Sebatang pohon dikenal dari buahnya. Pohon yang baik akan berbuah baik, begitu pula sebaliknya. "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Ada banyak ranting, tunas dan benalu dalam hidup kita yang terlebih dahulu harus dipotong agar kita menghasilkan buah-buah yang ranum dan lebat. Apakah itu dosa-dosa atau kebiasaan buruk yang berasal dari kesombongan, harta, status, adat dan sebagainya, jika itu menghambat kita untuk berbuah, ijinkan Yesus untuk memotongnya. Meski bisa terasa sakit, hanya dengan demikianlah kita bisa menjadi pohon yang tumbuh subur menghasilkan buah yang banyak.
Agar bisa berbuah lebat, pohon harus dirawat dan dibersihkan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, January 18, 2014
Karakteristik Buah yang Baik dan Bernilai Tinggi (2)
(sambungan)
Setiap buah menggambarkan aspek demi aspek dari citra Kristus, seperti yang bisa kita lihat dari cara hidup Kristus yang tercata dalam keempat Injil. Disana tergambar jelas bagaimana Kristus mendemonstrasikan secara langsung segala kebajikan dari masing-masing buah. Dia ingin menghasilkan semua itu dalam diri kita, dan terpancar melalui cara hidup kita, apakah lewat cara kita bertutur kata, bersikap, berpikir, bertingkah laku dan lain sebagainya.Buah Roh merupakan semua nilai kebajikan yang tidak terbantahkan oleh siapapun. Itulah karakteristik buah yang baik dan bernilai tinggi, dan itulah yang diinginkan Tuhan untuk berkembang di dalam diri kita.
Buah tidak tumbuh pada batang pohon melainkan di ranting-rantingnya. Dan ranting tidak akan pernah bisa hidup menghasilkan buah jika tidak melekat pada batang. Pemikiran sederhana, tapi penting untuk kita ketahui. Yesus sendiri menerangkan seperti itu. "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. inggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:1-4).
Tinggal di dalam Yesus akan membuat kita bisa berbuah. Tinggal di dalam Yesus bukan sekedar hanya mengaku menjadi umatNya tapi dengan sungguh hati beriman kepadaNya dan melakukan tepat seperti apa yang Dia ajarkan. Jika Yesus mengatakan bahwa kita harus mengasihi sepenuhnya, maka kita harus melakukannya tanpa pakai alasan. Jika Yesus mengatakan bahwa kita harus mau mengampuni, maka kita harus melakukan itu tanpa memilah-milah besar kecilnya kesalahan atau memandang orang terlebih dahulu. Bahkan kalau Yesus meminta kita untuk terlebih dahulu rela menyangkal diri dan memikul salib, maka kita harus siap untuk itu. Kalau kerelaan kita untuk memberi diminta mengatasi keinginan untuk mendapat, buatlah tepat seperti itu. Melekat pada Yesus adalah mengakuiNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat, mengenal, mendengar dan melakukan ajaranNya, dan terus berproses memperbaiki cara hidup kita agar semakin lama semakin sama seperti Dia. Jika ini kita jalankan, maka hidup kita akan menghasilkan buah-buah baik seperti yang diinginkan "Pengusaha Kebun". "Pokok" pun akan bangga apabila menghasilkan ranting-ranting berdaun rimbun dengan buah-buah yang subur dan segar.
Buah yang ranum, lezat dan langka sangat tinggi harganya, demikianlah karakter yang serupa dengan Kristus dengan segala buah-buah Roh yang dihasilkannya. Tinggal di dalamNya akan memampukan kita untuk berbuah. Mari periksa diri kita. Apabila saat ini kita masih belum berbuah atau masih belum cukup baik, ini saatnya bagi kita untuk memperbaiki segala sesuatu sebelum terlambat. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Sesungguhnya dari buahnya lah sebuah pohon itu dikenal. "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya. Jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Buah Roh akan memenuhi setiap aspek hidup kita dengan penuh sukacita, dan itu bisa memberkati orang-orang di sekitar kita. Siapkah kita menghasilkan buah-buah yang ranum, lezat dan bernilai tinggi baik di mata sesama maupun di mata Tuhan?
Teruslah berbuah di dalam Kristus dan teruslah menjadi saluran berkat untuk menyatakan keberadaan dan kemuliaanNya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Setiap buah menggambarkan aspek demi aspek dari citra Kristus, seperti yang bisa kita lihat dari cara hidup Kristus yang tercata dalam keempat Injil. Disana tergambar jelas bagaimana Kristus mendemonstrasikan secara langsung segala kebajikan dari masing-masing buah. Dia ingin menghasilkan semua itu dalam diri kita, dan terpancar melalui cara hidup kita, apakah lewat cara kita bertutur kata, bersikap, berpikir, bertingkah laku dan lain sebagainya.Buah Roh merupakan semua nilai kebajikan yang tidak terbantahkan oleh siapapun. Itulah karakteristik buah yang baik dan bernilai tinggi, dan itulah yang diinginkan Tuhan untuk berkembang di dalam diri kita.
Buah tidak tumbuh pada batang pohon melainkan di ranting-rantingnya. Dan ranting tidak akan pernah bisa hidup menghasilkan buah jika tidak melekat pada batang. Pemikiran sederhana, tapi penting untuk kita ketahui. Yesus sendiri menerangkan seperti itu. "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. inggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:1-4).
Tinggal di dalam Yesus akan membuat kita bisa berbuah. Tinggal di dalam Yesus bukan sekedar hanya mengaku menjadi umatNya tapi dengan sungguh hati beriman kepadaNya dan melakukan tepat seperti apa yang Dia ajarkan. Jika Yesus mengatakan bahwa kita harus mengasihi sepenuhnya, maka kita harus melakukannya tanpa pakai alasan. Jika Yesus mengatakan bahwa kita harus mau mengampuni, maka kita harus melakukan itu tanpa memilah-milah besar kecilnya kesalahan atau memandang orang terlebih dahulu. Bahkan kalau Yesus meminta kita untuk terlebih dahulu rela menyangkal diri dan memikul salib, maka kita harus siap untuk itu. Kalau kerelaan kita untuk memberi diminta mengatasi keinginan untuk mendapat, buatlah tepat seperti itu. Melekat pada Yesus adalah mengakuiNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat, mengenal, mendengar dan melakukan ajaranNya, dan terus berproses memperbaiki cara hidup kita agar semakin lama semakin sama seperti Dia. Jika ini kita jalankan, maka hidup kita akan menghasilkan buah-buah baik seperti yang diinginkan "Pengusaha Kebun". "Pokok" pun akan bangga apabila menghasilkan ranting-ranting berdaun rimbun dengan buah-buah yang subur dan segar.
Buah yang ranum, lezat dan langka sangat tinggi harganya, demikianlah karakter yang serupa dengan Kristus dengan segala buah-buah Roh yang dihasilkannya. Tinggal di dalamNya akan memampukan kita untuk berbuah. Mari periksa diri kita. Apabila saat ini kita masih belum berbuah atau masih belum cukup baik, ini saatnya bagi kita untuk memperbaiki segala sesuatu sebelum terlambat. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9). Sesungguhnya dari buahnya lah sebuah pohon itu dikenal. "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya. Jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Buah Roh akan memenuhi setiap aspek hidup kita dengan penuh sukacita, dan itu bisa memberkati orang-orang di sekitar kita. Siapkah kita menghasilkan buah-buah yang ranum, lezat dan bernilai tinggi baik di mata sesama maupun di mata Tuhan?
Teruslah berbuah di dalam Kristus dan teruslah menjadi saluran berkat untuk menyatakan keberadaan dan kemuliaanNya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, January 17, 2014
Karakteristik Buah yang Baik dan Bernilai Tinggi (1)
Ayat bacaan: Galatia 5:22-23
======================
"Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."
Beruntunglah kita yang tinggal di daerah tropis, karena kita bisa mendapatkan berbagai jenis buah-buahan segar dengan harga yang relatif lebih murah. Suatu kali ketika saya pergi ke sebuah negara di Eropa Utara, saya melihat ada rambutan yang bukan dijual per-ikat seperti di negara kita, tapi dijual satuan, itupun sudah menghitam, mengkerut dan tidak lagi menarik dilihat. Yang membuat saya terkejut, harganya sangat tidak masuk akal karena mencapai sekitar 50 ribu rupiah dengan kurs yang berlaku sekitar 13 tahun lalu. Iseng saya bertanya kepada pegawai disana apakah buah itu laku dijual, ia berkata bahwa pembelinya sangat banyak. "Dari luar mungkin tidak menarik, tapi rasanya tetap manis. Orang disini menyukai buah tropis, sehingga mereka akan membeli berapapun harganya tanpa harus jauh-jauh ke negara anda." kira-kira seperti itu katanya. Hari ini saya teringat akan waktu itu dan berpikir bahwa buah yang manis akan terus dicari dan dihargai tinggi oleh banyak orang.
Mari kita lanjutkan seri renungan mengenai buah. Kemarin kita sudah melihat bagaimana kecewa dan marahnya Tuhan melihat manusia ciptaanNya yang tidak kunjung berbuah baik meski Dia sudah memberi segalanya untuk itu. "Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga ditengah - tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." (Yesaya 5:2). Bayangkan Tuhan sudah memberi kunci Kerajaan Surga, tapi anak-anakNya mengabaikan itu semua dan tidak membawa "buah" atau dampak apapun dalam hidup mereka. Tidaklah heran apabila Tuhan kecewa karenanya. "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (ay 4). "Harus bagaimana lagi supaya anak-anak-Ku di dunia ini menyadari jatidirinya? Dengan segala yang telah Aku berikan , seharusnya mereka menjadi teladan bagi banyak orang, tetapi mengapa malah menjadi batu sandungan..." Seperti itulah kira-kira kekecewaan Tuhan. Lalu lihatlah bagaimana marahnya Tuhan. "Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya." (ay 5-6). Dalam injil Matius, pokok-pokok yang tidak menghasilkan buah yang baik dikatakan akan "ditebang adan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10). Dalam Wahyu kita kembali mendapati konsekuensi yang harus dihadapi oleh "buah-buah anggur asam" ini. "...Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak." Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah." (Wahyu 14:18b-19).
Lantas seperti apa seharusnya buah yang seharusnya dihasilkan? Jika buah-buah yang enak dalam ilustrasi awal di atas bisa berharga sangat tinggi meski tampak luarnya sudah tidak menarik, kita orang-orang percaya yang notabene manusia dengan tubuh, jiwa dan roh mempunyai buah yang jauh lebih berharga lagi. Dan itu tercatat dalam surat Galatia, yang disebut dengan buah Roh. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Lihatlah betapa indahnya buah-buah yang dihasilkan oleh sebentuk roh yang melekat pada Kristus. Seperti itulah buah yang ingin Tuhan tuai atas hasil usahaNya dalam merawat dan mengasihi kita.
(bersambung)
======================
"Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."
Beruntunglah kita yang tinggal di daerah tropis, karena kita bisa mendapatkan berbagai jenis buah-buahan segar dengan harga yang relatif lebih murah. Suatu kali ketika saya pergi ke sebuah negara di Eropa Utara, saya melihat ada rambutan yang bukan dijual per-ikat seperti di negara kita, tapi dijual satuan, itupun sudah menghitam, mengkerut dan tidak lagi menarik dilihat. Yang membuat saya terkejut, harganya sangat tidak masuk akal karena mencapai sekitar 50 ribu rupiah dengan kurs yang berlaku sekitar 13 tahun lalu. Iseng saya bertanya kepada pegawai disana apakah buah itu laku dijual, ia berkata bahwa pembelinya sangat banyak. "Dari luar mungkin tidak menarik, tapi rasanya tetap manis. Orang disini menyukai buah tropis, sehingga mereka akan membeli berapapun harganya tanpa harus jauh-jauh ke negara anda." kira-kira seperti itu katanya. Hari ini saya teringat akan waktu itu dan berpikir bahwa buah yang manis akan terus dicari dan dihargai tinggi oleh banyak orang.
Mari kita lanjutkan seri renungan mengenai buah. Kemarin kita sudah melihat bagaimana kecewa dan marahnya Tuhan melihat manusia ciptaanNya yang tidak kunjung berbuah baik meski Dia sudah memberi segalanya untuk itu. "Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga ditengah - tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." (Yesaya 5:2). Bayangkan Tuhan sudah memberi kunci Kerajaan Surga, tapi anak-anakNya mengabaikan itu semua dan tidak membawa "buah" atau dampak apapun dalam hidup mereka. Tidaklah heran apabila Tuhan kecewa karenanya. "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (ay 4). "Harus bagaimana lagi supaya anak-anak-Ku di dunia ini menyadari jatidirinya? Dengan segala yang telah Aku berikan , seharusnya mereka menjadi teladan bagi banyak orang, tetapi mengapa malah menjadi batu sandungan..." Seperti itulah kira-kira kekecewaan Tuhan. Lalu lihatlah bagaimana marahnya Tuhan. "Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya." (ay 5-6). Dalam injil Matius, pokok-pokok yang tidak menghasilkan buah yang baik dikatakan akan "ditebang adan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10). Dalam Wahyu kita kembali mendapati konsekuensi yang harus dihadapi oleh "buah-buah anggur asam" ini. "...Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak." Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah." (Wahyu 14:18b-19).
Lantas seperti apa seharusnya buah yang seharusnya dihasilkan? Jika buah-buah yang enak dalam ilustrasi awal di atas bisa berharga sangat tinggi meski tampak luarnya sudah tidak menarik, kita orang-orang percaya yang notabene manusia dengan tubuh, jiwa dan roh mempunyai buah yang jauh lebih berharga lagi. Dan itu tercatat dalam surat Galatia, yang disebut dengan buah Roh. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Lihatlah betapa indahnya buah-buah yang dihasilkan oleh sebentuk roh yang melekat pada Kristus. Seperti itulah buah yang ingin Tuhan tuai atas hasil usahaNya dalam merawat dan mengasihi kita.
(bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)
Belajar dari Rehabeam (2)
(sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...