Tuesday, June 30, 2015

Cicak Cicak di Dinding (2)

(sambungan)

Di mata Tuhan perihal kesabaran menjadi sangat penting. Begitu penting sehingga Firman Tuhan mengatakan "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota" (Amsal 16:32).

Kurang apa lagi hebatnya seorang pahlawan? Everybody wants to be a hero. Pahlawan dimanapun dikenal dengan kegigihan mereka memperjuangkan sesuatu hingga titik darah terakhir. Tidak jarang para pahlawan ini harus gugur di medan perang, mengorbankan segala yang mereka miliki dalam berjuang. Karena itulah nama pahlawan akan selalu harum dikenal sepanjang masa. Tetapi perhatikan bahwa Alkitab mengatakan ada orang yang bisa melebihi seorang pahlawan, dan itu adalah orang yang sabar.

Betapa pentingnya memiliki kesabaran dalam proses perjalanan hidup kita. Begitu penting, sehingga dikatakan bahwa orang yang memiliki sabar akan melebihi hebatnya pahlawan. Orang yang mampu menguasai dirinya akan lebih besar dari orang yang mampu merebut sebuah kota sekalipun. Hidup di dunia yang menuntut serba cepat membuat kita sering melupakan firman Tuhan yang menekankan kesabaran terhadap segala sesuatu. Sabar menderita, sabar menghadapi fitnahan, sabar menghadapi segala sesuatu termasuk menunggu datangnya pertolongan Tuhan. Itu semua akan membuat iman kita bisa terus bertumbuh semakin dewasa dan bijaksana.

Dalam penutup suratnya yang ditujukan kepada anak muda bernama Timotius, Paulus mengingatkan mengenai hal ini. "Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan." (1 Timotius 6:11).

Sebagai anak-anak Allah, kita harus menjauhi hal-hal yang negatif, yang tidak berkenan di hadapan Allah, yang bertentangan dengan Firman-firman-Nya. Apa yang harus kita tuju adalah hal-hal yang berkenan bagi Dia, salah satunya adalah kesabaran. Manusia diciptakan mempunyai emosi tapi bukan untuk dibiarkan meledak-ledak dan cepat nyala ketika berada dalam tekanan. Kita pun tidak boleh membiarkan diri kita uuntuk menyerah pada suatu titik tertentu. Itu memang manusiawi, namun kita dapat melatih diri kita untuk kuat selagi kita terus mendewasakan iman kita untuk lebih mengandalkan Tuhan lagi. Kita juga harus terus melatih diri kita untuk lebih sabar. Dan itu akan membuat kita bisa melebihi pahlawan.

Lihatlah bahwa cicak diciptakan Tuhan bukan hanya sebagai satu dari jutaan atau bahkan milyaran hewan, tetapi cicak yang setiap hari kita lihat di rumah pun bisa menjadi peringatan bagi kita untuk belajar bersabar dalam menghadapi segala sesuatu. Jika cicak yang lemah saja bisa, mengapa kita yang dilengkapi akal budi, lebih kuat dan pintar malah sulit atau tidak mampu melakukannya?

Belajarlah mengenai kesabaran dari seekor cicak. Belajarlah untuk fokus terhadap tujuan dari cicak. Belajarlah untuk bisa mempergunakan segala sesuatu yang telah diperlengkapi Tuhan untuk berhasil dari cicak. Cicak tidak menangis mengeluh karena tidak memiliki otot-otot kuat, gigi taring berbisa atau ukuran tubuh yang besar untuk bisa hidup. Cicak mempergunakan segala yang dimilikinya secara optimal, seperti kaki dan tangan yang bisa melekat di dinding dan lidah yang bisa menyergap dengan cepat untuk menangkap mangsanya. Itu terlihat tidak ada apa-apanya dibandingkan seekor singa atau harimau yang bisa menyergap buruan, tetapi cicak tidak mengeluhkan itu. Cicak tahu keterbatasannya dan tahu memaksimalkan apa yang dimiliki untuk bisa terus hidup. Alangkah banyak yang bisa kita pelajari dari seekor cicak. Tepat di depan saya saat ini ada cicak yang tengah berjalan menempel di tembok. saya bersyukur mereka hadir untuk mengajarkan saya agar bisa lebih sabar lagi dalam menjalani hidup. Mungkin anda geli atau jijik melihat seekor cicak, tetapi jangan menutup mata dan hati untuk belajar dari hewan yang satu ini. Bukanlah sebuah kebetulan kalau Tuhan menciptakan cicak seperti apa adanya dan bisa dengan mudah kita lihat setiap hari. Anda tidak perlu jauh-jauh untuk belajar mengenai kesabaran, lewat cicak yang ada di rumah anda pun anda bisa mendapatkan pelajaran berharga untuk hidup yang lebih baik dan mencerminkan nilai-nilai Kerajaan.

Miliki kesabaran seperti seekor cicak untuk berhasil dalam hidup

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, June 29, 2015

Cicak Cicak di Dinding (1)

Ayat bacaan: Amsal 30:28
===================
"cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja."

Anda tentu tahu lagu Cicak Cicak di Dinding. Lagu ini begitu sederhana sehingga bisa dengan cepat dihafalkan oleh anak-anak, bahkan yang belum bisa bicara. Ada dua anak berusia dibawah dua tahun yang saya kenal sudah bisa menyanyikan lagu ini meski dengan bahasa yang belepotan. Lucu sekali melihat mereka hanya pintar melafalkan kata cicak dan ujung setiap bait, sedang yang lainnya asal bunyi saja. Tapi lagu ini akan selalu ada dalam sejarah hidup mereka sebagai lagu pertama yang bisa mereka nyanyikan.

Lagu ini menceritakan hal yang sangat simpel tentang bagaimana seekor cicak dengan tenang dan sabar merayap perlahan untuk menangkap mangsanya. Itu tentu bukan lagi pemandangan aneh bagi kita. Hampir setiap hari saat saya menulis renungan ini atau bekerja menyelesaikan artikel-artikel kerjaan, cicak ada di dinding di depan saya. Meski banyak yang geli kepada cicak terutama ekornya, kita harus angkat topi kepada cicak yang bisa begitu sabar berdiam tanpa bergerak sedikit pun untuk bisa menjebak mangsanya seperti nyamuk, semut atau serangga lainnya. Seringkali cicak hanya menanti hingga mangsa itu mendekat, kalaupun harus bergerak maka cicak akan bergerak mengendap-endap secara perlahan agar mangsanya tidak keburu kabur ketakutan.

Cicak hanyalah hewan lemah yang tak berdaya. Cicak bukanlah seperti ular yang bisa mematuk dan mematikan, cicak juga bukan seperti landak atau kumbang pembombardir yang meski lemah dan tak berbahaya tapi punya sistem pertahanan luar biasa. Apa yang bisa dilakukan cicak hanyalah memutuskan ekornya yang akan terus menggeliat-geliat untuk mengelabuhi musuh sementara ia lari menyelamatkan diri. Untuk menangkap cicak pun bisa dilakukan dengan tangan kosong saja. Anda bahkan bisa membunuh cicak dengan begitu mudahnya. Tetapi lihatlah bahwa meski lemah, cicak seharusnya bisa menginspirasi kita dalam hal kesabaran. Tanpa kesabaran, niscaya semua cicak akan mati kelaparan karena tidak mendapat buruan. Selanjutnya perhatikan pula hal yang tak kalah menarik. Meski tergolong hewan lemah tanpa defense system dan lethal weapon, bukankah cicak ada dimana-mana, bahkan di rumah-rumah mewah atau bahkan istana sekalipun?

Cicak pun dicatat di dalam Alkitab untuk dijadikan contoh bagi kita manusia yang jauh lebih kuat dan pintar serta berakal budi. Dari empat sosok binatang yang kecil tetapi sangat cekatan di muka bumi ini seperti yang disebutkan oleh Agur Bin Yake dalam Amsal 30, salah satu yang disebutkan adalah cicak. Katanya: "cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja." (Amsal 28:30). Empat hewan yang sangat cekatan, atau dalam bahasa Inggrisnya disebutkan sebagai "exceedingly wise" atau sangat bijaksana, dan cicak termasuk didalamnya. Cicak memang bukan hewan yang harus ditakuti, bahkan mudah kita tangkap dengan tangan, tetapi cicak bisa berada di istana-istana raja. Kita yang jauh lebih kuat dan besar dibanding cicak saja mungkin belum tentu diperbolehkan menginjakkan kaki di istana. Tapi cicak bisa, dan keberadaan mereka tidak akan dipermasalahkan bahkan oleh raja sekalipun.

Mengapa cicak tidak harus dibunuh meski masuk ke dalam istana? Cicak bukanlah hewan buas yang bisa merepotkan. Selain itu cicak pun lumayan berguna karena mereka memakan serangga-serangga yang merugikan seperti nyamuk. Meski lemah, ternyata cicak tidak membahayakan malah berguna, dan karena itu mereka bisa berkeliaran dengan bebas di dalam istana. Dalam melakukan itu, cicak bisa begitu sabar menanti buruannya. Cicak tidak terburu-buru dalam memangsa. Mereka sangat tenang dan sabar. Dan itu menjadi sebuah kelebihan yang bisa kita jadikan pelajaran.

Berbeda dengan cicak, kita seringkali terbentuk menjadi manusia yang tidak sabaran. Menunggu sebentar saja bisa membuat kita marah-marah. Dalam menghadapi masalah, sabar kerap menjadi pilihan terakhir bahkan terabaikan. Kita gampang panik dan terburu-buru sehingga seringkali mengambil keputusan-keputusan yang salah akibat ketidaksabaran kita sendiri. Menghadapi orang-orang yang sulit kita malah berlaku lebih sulit lagi ketimbang bersabar.

Orang semakin berlomba cepat dan membuang sabar dari sikapnya. Semua harus cepat karena kita sangat suka berkejar-kejaran dengan waktu. Makanan fast food terus tumbuh subur. Koneksi internet harus berkecepatan tertinggi, mobil harus secanggih mungkin, bermesin besar dan bertenaga besar agar bisa mendorong kendaraan untuk melaju sekencang-kencangnya. Buruh dituntut bekerja secepat-cepatnya dengan upah yang serendah mungkin. Jasa kurir terus berlomba menyediakan layanan paling cepat, sehari sampai ke seluruh pelosok daerah, jika tidak maka mereka akan tertinggal dan dilupakan orang. Orang tidak lagi sabar menghadapi kemacetan dan antrian. Orang tidak lagi mau menikmati proses. Kesibukan bekerja, banyaknya aktivitas dan lain-lain seringkali menjadi alasan bagi kita untuk tidak bersabar. Tenang? Itu bukan pilihan. Dan kita tetap menutup mata meski ketidaksabaran kita sudah mendatangkan banyak kerugian dalam hidup. Coba renungkan ada berapa banyak peluang yang baik dalam hidup ini kemudian terlewatkan begitu saja hanya karena kita tidak cukup sabar dalam meraihnya. Mengenai sikap seperti ini, agaknya benar bahwa kita harus bisa belajar dari cicak, mahluk yang lemah dengan sistem pertahanan yang seadanya, tetapi sangat luar biasa dalam hal kesabaran.

(bersambung)


Sunday, June 28, 2015

Pemulihan Hubungan dengan Tuhan

Ayat bacaan: Markus 15:38
======================
"Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah."

Dapatkah anda sebagai seorang warga biasa bertemu dan berbicara dengan seorang kepala negara kapanpun anda mau? Ada birokrasi-birokrasi dan urusan protokoler yang harus anda lewati terlebih dahulu. Masing-masing meja akan mempertanyakan urgensinya, dan itu bukan tergantung dari urusan kepentingan kita melainkan seringkali dari sisi untung rugi pemerintah yang akan selalu diatasnamakan sebagai kepentingan negara. Artinya, meski anda tengah megap-megap hampir mati, mereka tidak akan berkenan bertemu dengan anda karena hilangnya satu nyawa itu tidak akan mendatangkan kerugian apa-apa kepada negara, kecuali anda seorang publik figur, selebritis atau orang penting lainnya. Kalaupun akhirnya urgensinya dirasa memang ada, anda masih harus dijadwal terlebih dahulu untuk bisa bertemu. Itu bisa makan waktu harian, mingguan bahkan bulanan.

Begitu pula dengan Dalam banyak hal di kehidupan atau pekerjaan kita pun demikian. Terkadang urusan protokoler yang penuh dengan birokrasi rumit dan berliku-liku harus kita hadapi. Terkadang kita hanya bisa menyampaikan aspirasi atau kebutuhan kita lewat orang-orang tertentu sebagai wakil dari orang yang dituju. Kita tidak akan seenaknya diperbolehkan untuk bertemu dengan mereka. Dalam struktur perusahaan besar pun sama. Pemilik perusahaan biasanya tidak akan mengenal karyawan dalam struktur terendah di perusahaannya. Sang karyawan terendah ini pun mungkin tidak akan pernah bertemu dengan sang pemiliki. Semua ada jenjangnya. Masing-masing hanya akan bertanggungjawab kepada supervisornya, lalu si supervisor punya atasan lagi, dan seterusnya.

Sekarang, bagaimana dengan hubungan antara kita dengan Dia yang menciptakan kita? Apakah kita harus melewati urusan birokrasi terlebih dahulu dan dipertanyakan urgensinya? Adalah menarik mencermati fakta bahwa Yesus mengajarkan kita untuk memanggil Allah sebagai Bapa. Tidak peduli setinggi apa posisinya, sebagai anak sendiri tentu kita bisa bertemu dengan ayah kita kapan saja. Dan itulah memang yang terjadi dalam hubungan kita dengan Allah Bapa. Tidak akan pernah hubungan itu dipersulit, tidak perlu ada perantara atau urusan protokoler, tidak ada birokrasi berbelit. Kita bisa berhubungan denganNya kapan saja, dan Dia tidak akan pernah terlalu sibuk buat kita tapi akan dengan senang hati menyambut kedatangan kita untuk berbicara denganNya. Semua itu dimungkinkan karena Kristus turun ke dunia, bukan saja menghadiahkan kita terhadap keselamatan tetapi juga memulihkan kerusakan hubungan manusia dengan Tuhan akibat dosa.

Sebelum kedatangan Yesus, pola birokrasi untuk menghadap Tuhan pun tidaklah mudah. Mendengar suara Tuhan saja bisa menyebabkan kematian seperti yang beberapa kali disebutkan dalam kitab Ulangan, apalagi kalau sampai melihat Allah secara langsung. Inilah konsekuensi akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa. Meski demikian, Tuhan tidak ingin hubunganNya dengan manusia terputus total. Maka ada perantara-perantara yang diutus Tuhan, yaitu para nabi yang Dia pilih sendiri, untuk menyampaikan isi hatiNya kepada manusia. Coba perhatikan bagaimana firman Tuhan pada Musa ketika Dia hendak menurunkan 10 Perintah/Hukum Allah di atas gunung Sinai. (Keluaran 19-20). Tuhan menegaskan bahwa bangsa Israel tidak diperbolehkan menaiki gunung melewati pembatas. (Keluaran 19:21). Tuhan meminta agar gunung itu harus diberi pembatas dan dinyatakan sebagai tempat kudus. (Keluaran 19:23). Hanya Musa dan Harun saja yang diperbolehkan untuk bertemu dengan Tuhan. Posisi Imam Besar pun cukup memegang peranan penting sebagai perantara. Hanya merekalah yang diperbolehkan memasuki ruangan Mahakudus dalam bait Allah. Itupun hanya boleh setahun sekali, ketika mereka membawa darah korban persembahan. (Ibrani 9:25). Begitulah hubungan yang terputus antara manusia dengan Tuhan akibat jatuh ke dalam dosa. Besarnya kasih Tuhan kemudian membuatNya rela mengorbankan Kristus demi sebuah misi keselamatan umat manusia. Dan karya penebusan Kristus lewat kematianNya di atas kayu salib memulihkan hubungan antar Tuhan dan manusia yang sebelumnya rusak.

Ada peristiwa unik yang secara simbolis menggambarkan hal itu. Ketika Yesus wafat, saat itu juga Bait Suci terbelah dua dari atas sampai bawah. (Markus 15:38). Hal ini adalah sebuah gambaran simbolis bahwa lewat kematian Yesus, sekat pembatas yang telah begitu lama menghalangi manusia agar bisa berjumpa denganNya tidak lagi perlu ada. Jalan yang tadinya tertutup kini sudah terbuka. Orang tidak lagi harus melalui perantaraan para Imam Besar untuk dapat bertemu Tuhan. Kita tidak lagi perlu takut mati ketika memasuki tahta kudus Tuhan, karena lewat penebusanNya, Tuhan Yesus sendirilah yang langsung menjadi perantara. "Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah." (Ibrani 10:19-21). Dan dengan Kristus sendiri sebagai perantara, kita bisa menghampiri tahta kasih karunia Allah dengan penuh keberanian untuk menemukan kasih karunia agar mendapat pertolongan pada waktunya. (Ibrani 4:16). Yesus telah membuka jalan sehingga kini dimanapun, kapanpun, siapapun kita ini, kita bisa bertemu dengan Tuhan.

Hari ini marilah kita semua mensyukuri dengan penuh sukacita atas apa yang telah diberikan Kristus kepada kita. Sebuah pemulihan hubungan, merubuhkan sekat-sekat pembatas antara manusia dengan Tuhan sehingga kita bisa merasakan kedamaian hadirat Tuhan hari ini. Yang penting untuk diingat, agar bisa menikmati hubungan tanpa batas penghalang dengan terbelahnya  tabir Bait Suci, kita harus terlebih dahulu menerima Yesus sebagai Juru Selamat, karena hanya lewat Yesus saja kita bisa dengan penuh keberanian untuk menghampiri hadirat Tuhan yang suci dan kudus. Sembahlah Tuhan dalam Roh dan Kebenaran, dan rasakanlah kedamaian dan keindahan dari tahtaNya yang suci dan kudus.

Yesus membuka jalan dan memulihkan hubungan kita dengan Tuhan lewat karya penebusanNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, June 27, 2015

Berhubungan dengan Tuhan Kapanpun dan Dimanapun (2)

(sambungan)

Tanpa Kristus kita tidak akan pernah bisa mengalami itu semua. Paulus mengerti benar akan hal itu dan berkata "karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:18). Berkat Yesus maka kita semua, baik orang-orang Israel secara rohani maupun yang berada diluar, oleh Roh Allah yang satu, dapat mendekati Bapa. Hubungan kita yang telah terputus akibat dosa telah kembali tersambung lewat darah Kristus. "Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus." (ay 13). Artinya, semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk selamat dan berhubungan secara langsung kepada Bapa melalui Roh Kudus oleh karena Kristus, dengan perantaraan Kristus. Lebih lanjut Paulus mengatakan "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (3:12). Ini adalah anugerah yang terlalu besar untuk kita buang. Anugerah yang terlalu besar untuk kita sia-siakan. Setiap saat, setiap waktu, kapan saja dan dimana saja, kita bisa berhubungan dengan Tuhan.

Semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama melalui Kristus. Tuhan selalu menyambut siapapun dengan tangan terbuka, tidak peduli kesalahan di masa lalu atau berbagai perbuatan-perbuatan terdahulu yang penuh dosa. Dia siap menyucikan kita kembali agar bisa dengan penuh keberanian memasuki tahta kudusNya.

Apa yang perlu kita perbuat adalah mengakui dosa-dosa kita dengan melakukan pertobatan menyeluruh, karena sesungguhnya yang memisahkan kita dari Tuhan tidak lain adalah dosa-dosa kita, "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Dan tentu saja percaya kepada Yesus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6).  Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita pun akan dapat "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." (Ibrani 4:16).

"TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan." (Mazmur 145:8). Dan kedekatan itu sudah menjadi begitu nyata melalui hubungan tanpa hambatan yang telah dimungkinkan lewat darah Kristus. "Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa." (Efesus 2:17).

Semuanya tergantung kita. Apakah kita mau memanfaatkan apa yang telah tersedia atau masih memilih untuk berada di luar? Apakah kita sudah menyadari kemudahan dan fasilitas yang dibukakan Yesus untuk kita sehingga kita bisa berhubungan denganNya kapan saja dan mau memanfaatkannya? Yang pasti, pintu sudah dibuka, dan terbuka untuk semua orang. Tuhan menyambut semuanya yang datang dengan iman. Melalui Yesus, kita bisa menghampiri tahta kudusNya kapanpun dan dimanapun. Selama kita mau, tidak ada tempat atau waktu dimana kita tidak bisa menemuiNya lewat doa kita. Isn't that amazing?

Tidak ada satu tempat atau waktupun dimana kita tidak bisa menemui Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, June 26, 2015

Berhubungan dengan Tuhan Kapanpun dan Dimanapun (1)

Ayat bacaan: Efesus 2:18
====================
"karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa."

The world is getting smaller, dunia semakin kecil, thanks to the technology. Bayangkan dahulu orang hanya bisa berhubungan lewat surat menyurat atau telegram yang dipakai untuk memberitakan hanya yang penting-penting saja. Sebelum ada jasa pos, orang jaman dulu mempergunakan burung merpati untuk mengirim berita dengan mengikatkan surat pada kaki burung. Hari ini kita bisa berhubungan dengan begitu mudah dan murah dengan berbagai fasilitas. Telepon bahkan sudah banyak yang gratis meski berbeda negara lewat memanfaatkan beberapa messaging apps yang dilengkapi fasilitas ini. Berkirim text message tidak lagi harus bayar, untuk berkirim surat bisa mempergunakan surat elektronik alias email yang begitu dikirim langsung sampai ke tangan penerima. Kita bisa memanfaatkan fasilitas teleconference dan berbincang dengan orang di belahan dunia berbeda sambil bertatap muka. Berbagai jejaring sosial memungkinkan orang untuk berhubungan dengan cepat dan mudah, bahkan kita pun kembali bertemu dengan teman-teman lama yang tadinya sudah hilang kontak berkat keberadaan jejaring sosial ini. Cara mengoperasikan semua ini begitu mudah, sehingga anak kecil sekalipun bisa melakukannya tanpa kesulitan. Komunikasi dan hubungan sangatlah dipermudah dengan terus berkembangnya teknologi.

Bersyukurlah bahwa dalam hal hubungan kita dengan Sang Pencipta pun demikian. Hari ini kita bisa datang berbicara kepada Tuhan dengan mudah, kapan saja dan dimana saja. Kita tidak perlu jauh-jauh dan mahal-mahal pergi ke sebuah tempat tertentu untuk berbicara dengan Tuhan, kita tidak perlu harus secara khusus menghadap ke satu arah, kita tidak perlu juga harus tergantung pada waktu-waktu tertentu untuk itu. Kita tidak membutuhkan perantara untuk berbicara dengan Tuhan, kita bisa mendengar suaraNya dan berhubungan denganNya dalam Roh. Kita bisa masuk menghampiri tahtaNya yang kudus dan berhubungan denganNya setiap saat.

Jika itu bisa kita nikmati saat ini, itu karena Tuhan Yesus sudah memulihkan hubungan kita yang terputus dari Tuhan akibat dosa. Kita tidak perlu mengantri, memasuki gedung-gedung tertentu, atau mempersiapkan segala sesuatu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Kita tidak perlu dijadwal terlebih dahulu untuk itu. Tidak. Kita bisa secara langsung menumpahkan isi hati kita, memuji dan menyembahNya, atau memohon pertolongan kapanpun dan dimanapun. Kita bisa merasakan kehadiranNya yang begitu damai, kita bisa mendengar suaraNya setiap saat. Dan yang lebih hebat lagi, Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk kita. He's never too busy for us. Kapan saja kita membuka hubungan dengan Tuhan, Dia akan selalu berkenan untuk dihampiri. Isn't that amazing?

(bersambung)


Thursday, June 25, 2015

Bermental Seperti Singa (3)

(sambungan)

Ada begitu banyak janji Tuhan yang berbicara mengenai pertolongan, kelepasan dari belenggu yang menghambat, menjadi sumber kekuatan dan lain-lain yang seharusnya bisa membuat kita bisa hidup tanpa perlu merasa takut. Ada jaminan penyertaan bahkan keselamatan yang menjadi bagian dari orang-orang percaya yang mengetahui dan melakukan firman Tuhan sebagai bagian dalam hidupnya. Tuhan sudah memperlengkapi kita dengan akal budi, daya pikir, hati dan begitu banyak talenta. Bahkan Tuhan sudah mengatakan bahwa RohNya sendiri berdiam dalam hati kita (Galatia 4:6).

Kita diciptakan bukan sebagai pecundang tetapi dikatakan sebagai pemenang, bahkan lebih dari pemenang (Roma 8:37). Bagaimana kita bisa dikatakan lebih dari pemenang? Masih dari Roma 8 ada tertulis: "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28) Perhatikan, bahwa bagi kita yang mengasihi Tuhan, Dia sudah berjanji untuk turut bekerja, bukan untuk satu-dua hal melainkan untuk segala sesuatu. Bukan pula untuk hal sia-sia atau merugikan melainkan untuk mendatangkan kebaikan. Bukankah janji-janji ini seharusnya bisa membantu kita untuk mampu membangun mental sekuat singa?

Daud bukanlah prajurit perang terlatih. Ia masih sangat muda dan tidak punya otot-otot tebal untuk berkelahi.Baju perang dengan topi tembaga pun terlalu berat bagi ukuran tubuhnya. (bacalah 1 Samuel 17:38-39). Tapi mental Daud yang sekuat dan seberani singa terbukti mampu melebihi segala perlengkapan perang, pengalaman bertarung dan persenjataan maupun perisai seperti yang dimiliki pasukan Israel. Dengan mental kuat yang disertai iman seperti itu Daud mampu mengalahkan binatang-binatang buas yang mencoba memangsa ternak kawalannya, dan ia pun mampu mengalahkan Goliat hanya dengan memakai batu lontar (umban) sederhana. Jika Daud bisa, kenapa kita tidak?

Hari ini mungkin kita tidak berhadapan dengan raksasa Goliat dengan perangkat perang lengkap seperti itu secara fisik. Tetapi sadarilah bahwa ada banyak 'Goliat-Goliat' yang harus kita hadapi seperti masalah-masalah besar, berbagai tantangan dan sebagainya yang menghadang di depan. Sebuah mental atau sikap pemenang yang berakar/berpusat pada Allah akan memampukan anda melewati semuanya mengatasi kemustahilan dan keluar sebagai pemenang. Apa yang menjadi masalah anda hari ini? Jangan takut, hadapilah dengan berani, dengan mental seperti singa. Percayalah bahwa tidak akan pernah ada masalah yang bisa lebih besar dari kuasa Allah yang selalu menyertai anda.

Miliki mental pemenang seperti singa bukan mental pecundang



Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, June 24, 2015

Bermental Seperti Singa (2)

(sambungan)

Itu kisah Daud. Sekarang mari kita lihat apa yang membuat singa dinobatkan sebagai raja rimba. Singa punya banyak hal untuk bisa dikatakan sebagai raja rimba. Tetapi apa yang disorot dalam Amsal 30:30 ("Singa, yang terkuat di antara binatang, yang tidak mundur terhadap apapun.") ternyata bukanlah dari segi kemampuan bertarung, ketajaman gigi atau kuku yang punya kekuatan luar biasa dalam mencabik-cabik mangsa. Bukan pula soal kegagahan atau karismanya. Lantas apa? Ternyata kedigdayaan singa diukur dari kemampuan mentalnya menghadapi tantangan. Singa disebutkan terkuat diantara binatang lainnya karena singa tidak mundur terhadap apapun yang ada didepannya. Makanya ada istilah "The Lionheart" yang kerap dipakai sepanjang sejarah untuk menggambarkan sedikit orang yang punya mental begitu kuat dalam menghadapi tantangan layaknya singa. Inilah seharusnya yang menjadi gambaran tentang kita orang percaya.

Bagaimana agar mental kita bisa menjadi sekuat singa? Lewat Daud kita bisa belajar bahwa ia mampu memiliki mental seperti itu karena mendasari dan menyerahkan ke dalam tangan Tuhan. Ia mengandalkan Tuhan dalam menghadapi tantangan. Imannya membuatnya yakin mampu melakukan hal-hal yang bagi orang lain mustahil untuk dicapai. Itu gambaran sebuah iman yang didasari kepercayaan teguh serta pengalaman akan pertolongan Tuhan yang pernah ia alami sebelumnya.

Dalam Wahyu, Yesus pun dikatakan sebagai Singa dari Yehuda yang berasal dari garis keturunan Daud. "Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: "Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya." (Wahyu 5:5).

Yesus sebagai singa dari Yehuda telah membuktikan kekuatan sejatinya sebagai raja di atas segala raja dengan tidak mundur dari rangkaian tugasNya ke dunia seperti yang digariskan Tuhan sedikitpun. Yesus tidak mundur setapakpun meski apa yang harus Dia hadapi demi kita luar biasa menyakitkan. Yesus menuntaskan semuanya, sehingga hari ini kita bisa beroleh keselamatan dalam sebuah hubungan dengan Tuhan yang sudah dipulihkan. Yesus terus bertarung mempertahankan kita semua, anda dan saya agar bisa selamat dan beroleh hidup yang kekal.

(bersambung)

Tuesday, June 23, 2015

Bermental Seperti Singa (1)

Ayat bacaan: Amsal 30:30
======================
"Singa, yang terkuat di antara binatang, yang tidak mundur terhadap apapun."

Banyak hewan yang kuat dan ditakuti di hutan, tapi jika ditanya siapa yang dinobatkan sebagai raja rimba, nama hewan yang akan disebut hanya ada satu, yaitu singa. Mengapa bukan beruang, harimau, buaya, badak atau hewan-hewan berukuran besar dan bergigi tajam lainnya? Entahlah. Tapi yang pasti, diantara keempat genus Panthera, singa disebut para ahli sebagai yang terkuat. Beratnya bisa mencapai 250 kg dengan panjang kurang lebih 2.7 meter belum termasuk ekornya yang bisa mencapai 1 meter panjangnya. Bentuknya gagah, berkarisma, otot-otot yang kokoh serta gigi yang sangat kuat dalam mengoyak mangsanya. Singa jantan memiliki memiliki bulu tebal di sekitar leher atau tengkuknya, yang menambah kegagahan singa secara visual. Kalau kita cari dalam catatan sejarah, keberadaan singa sudah ditemukan setidaknya sekitar satu juta tahun yang lalu seperti gambar-gambar yang ditemukan di gua prasejarah, sedang fosil singa pertama berumur 700.000 tahun ditemukan di Italia. Daniel pernah harus berhadapan dengan sekelompok singa lapar yang ganas karena mempertahankan imannya dan menentang raja, sedang dalam sejarah kita tahu bagaimana kerajaan Roma mempergunakan singa baik sebagai sarana hiburan dengan dipertandingkan lawan gladiator atau untuk menghabisi nyawa mereka yang lebih memilih untuk menyembah Tuhan ketimbang kaisar. Satu hal yang bisa kita pelajari dari sifatnya, singa tidak pernah takut menyerang atau diserang, meski harus menghadapi sekelompok hewan buas lainnya. Kalau memang perlu, mereka bisa menyerang secara berkelompok. Singa juga dikenal sebagai pemangsa hewan-hewan berukuran besar. Dengan data fakta seperti ini, singa tentu pantas mendapat predikat sebagai raja rimba, predikat yang sudah disandang selama ratusan ribu tahun.

Alkitab pun menjadi salah satu sumber catatan yang penting mengenai singa, karena di dalam kitab Amsal singa disebutkan sebagai yang terkuat. "Singa, yang terkuat di antara binatang, yang tidak mundur terhadap apapun." (Amsal 30:30).

Ada banyak tokoh bermental baja di dalam Alkitab, salah satunya tentu Daud yang dengan mentalnya berani maju menghadapi raksasa Goliat karena yakin bahwa selama Tuhan ada besertanya, tidak ada satupun yang tidak sanggup ia kalahkan. Dari kisah lengkapnya di 1 Samuel 17 kita mendapat gambaran jelas bahwa Goliat beserta prajurit Filistin sudah 40 hari lamanya mengintimidasi mental prajurit Israel. Tidak satupun dari prajurit-prajurit terlatih dan berperlengkapan perang baik ini berani maju. Mereka juga pasti sudah punya pengalaman bertempur, tapi pada kenyataannya mereka masih tidak berani maju menghadapi lawan karena belum apa-apa sudah kalah mental. Tidak demikian halnya dengan Daud. Meski ia masih sangat muda, belum pernah bertugas di ketentaraan dan sehari-hari hanyalah dipekerjakan sebagai gembala ternak ayahnya, tapi ternyata Daud jauh lebih berani dibandingkan tentara Israel bahkan raja pada waktu itu yaitu Saul. Seorang Daud kecil bisa mengalahkan keberanian sekelompok tentara Israel dan raja, tanpa memiliki peralatan perang dan perisai apa-apa? Yang membedakan adalah mentalnya, sebuah mental yang didasarkan oleh kepercayaan teguh kepada Tuhan yang ia ketahui tidak pernah meninggalkannya.

Dari contoh Daud saat mengalahkan Goliat kita bisa melihat sebuah sikap mental tidaklah tergantung dari kelengkapan peralatan yang dimiliki. Sikap mental tidak tergantung dari berapa banyak uang yang ada, kekuatan otot, keahlian, gelar, keilmuan dan lain-lain. Ini merupakan hal yang masih sering dilupakan orang. Banyak orang mengukur kekuatannya hanya berdasarkan faktor-faktor fisik dan tinggi rendahnya ilmu sementara mereka mengabaikan sisi psikisnya. Maka tidak heran kita melihat banyak orang yang gagal bukan karena mereka tidak sanggup, kurang pintar, kurang skill dan sejenisnya, tetapi justru karena mental mereka yang lemah. Daya juang yang rapuh, semangat yang gampang pudar, rasa takut akan kegagalan, mengukur kapasitas diri terlalu kecil dan cenderung memandang kepada besarnya masalah atau tantangan. Semua ini seringkali membuat orang menyerah sebelum bertanding.

Oleh karena itu kita memerlukan sebuah mental baja yang tidak kenal takut layaknya singa, seperti gambaran mental yang dimiliki oleh Daud. Lewat Daud pula kita bisa belajar bahwa sebuah mental yang kuat akan sulit dibangun dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, tetapi akan bisa tumbuh jika kita berpusat kepada Allah yang punya kuasa melebihi segalanya.

(bersambung)

Monday, June 22, 2015

Smirna - Laodikia (3)

(sambungan)

Tidaklah mudah untuk menyangkal diri dan memikul salib setiap hari, tetapi itulah yang dituntut dari kita. Yesus juga bersabda: "Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya." (ay 24). Kekayaan dunia mungkin menggiurkan, tetapi ingatlah kata-kata Yesus berikut ini: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?" (ay 25). Jemaat Laodikia melakukan itu, sebaliknya jemaat Smirna menunjukkan bahwa mereka tahu apa yang benar yang seharusnya mereka lakukan sebagai pengikut Kristus.

Dunia boleh saja membenci kita, memperlakukan kita tidak adil, menghina, menuduh kita macam-macam atau bahkan melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang bahkan menurut tata krama kemanusiaan saja sudah tidak benar. Tetapi hendaknya semua itu tidak boleh membuat kita berpaling dari Tuhan. Akan hal ini Yesus sudah mengingatkan kita. "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu." (Yohanes 15:18-19).

Oleh karena itulah kita harus meneladani sikap jemaat Smirna yang tidak menyerah dan putus asa meski kehidupan yang mereka jalani sungguh berat. Keputusan dan sikap hidup tanpa pamrih seperti itulah yang membuahkan pujian dari Tuhan. "Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." (Wahyu 2:10).

Mahkota kehidupan yang abadi akan selalu dikaruniakan Tuhan kepada siapapun yang mampu setia sampai mati. Apakah hidup anda sedang mengalami kesusahan saat ini, sedang mengalami tekanan atau perlakuan tidak mengenakkan? Apakah roda kehidupan anda saat ini sedang berada dibawah dan melindas bebatuan keras dan tajam? Tuhan berpesan demikian: "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12).

Jangan bersungut-sungut ketika ada masalah, jangan putus asa apalagi menyerah. Ada mahkota kehidupan yang disediakan Tuhan kepada siapapun yang tetap setia kepada Tuhan dalam segala kondisi di ujung perjalanan kita. Ada banyak diantara orang percaya yang tidak sanggup menanggung kemiskinan, fitnahan dan siksaan. Mereka akan dengan cepat memilih untuk meninggalkan Tuhan ketimbang harus mengalami hal-hal tersebut. Tetapi jemaat Smirna sudah membuktikan iman mereka lewat ketabahan dan ketaatan yang luar biasa. Dan Tuhan pun memberikan pujian. Mari kita teladani jemaat Smirna dan mari pegang teguh kesetiaan kepada Tuhan apapun resikonya.

"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?" (Lukas 9:25)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, June 21, 2015

Smirna - Laodikia (2)

(sambungan)

Yesus sudah mengingatkan kita semua bahwa "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Mungkin sulit bagi jemaat Smirna untuk makan yang layak, enak dan mewah setiap hari, bahkan mereka mungkin merasa heran apabila satu hari berlalu tanpa adanya tekanan atau masalah. Tetapi mereka ternyata tidak patah semangat. Mereka justru menjadi tegar dalam ketaatan mereka kepada Sang Roti Hidup, the Bread of life. Di mata dunia mereka mungkin miskin dan rendah, tetapi sama sekali tidak demikian di mata Tuhan.

Apa yang dikatakan kepada jemaat Smirna sangatlah berbanding terbalik dengan jemaat Laodikia. Jemaat Laodikia dikatakan kaya secara materi tetapi di mata Tuhan mereka sesungguhnya terlihat miskin. Lihatlah teguran yang dijatuhkan kepada mereka. "Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang." (Wahyu 3:17). Kekayaan secara materi ternyata membutakan mata mereka, sehingga mereka menjadi tidak sungguh-sungguh dalam ketaatan.

Tuhan memandang itu sebagai sebuah sikap yang suam-suam kuku, tidak dingin atau panas. Dan sikap itu membuahkan teguran keras. "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (ay 16). Tuhan kemudian berkata: "maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat." (ay 18). Selanjutnya Tuhan memberikan sebuah peringatan yang tentu saja berlaku pula bagi kita semua hari ini: "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!" (ay 19). Kalau tidak mau dihajar Tuhan, berbesar hatilah ketika ditegur dan segeralah bertobat.

Ada perbedaan kontras antara jemaat Smirna dan Laodikia. Meski dalam penderitaan menghadapi ketidakadilan, kemiskinan, fitnahan, tekanan dan siksaan sekalipun, mereka mampu terus taat dan menyerahkan hidup mereka kepada Tuhan dengan sepenuhnya. Sebaliknya jemaat Laodikia sangat kaya raya dan hidup dalam kemewahan, tetapi itu membuat mata mereka tertutup oleh segala yang mereka miliki. Yang satu menuai pujian sedang satu lagi ditegur dengan sangat keras.

Jangan terjebak pada kesalahan yang sama dengan jemaat Laodikia dan teladanilah sikap jemaat Smirna. Mengikuti Kristus bukanlah berarti bahwa kita kemudian hidup bebas dari masalah dan bisa berjalan tanpa hambatan, lalu bisa seenaknya berbuat apapun sesuka kita. Orang diluar sana ada banyak yang menjadi sok jagoan dengan menyandang atribut-atribut keagamaan, tapi itu tidak boleh terjadi pada kita. Menjadi orang percaya pada kenyataannya bisa menempatkan kita ke dalam posisi sulit seperti yang mungkin kita alami hari ini. Disisihkan, dicemooh, diperlakukan tidak adil bahkan seperti yang dialami banyak orang percaya dalam kasus-kasus tertentu, ancaman dan aniaya pun bisa menjadi 'salib' yang harus rela kita pikul.

Ironisnya perlakuan seperti ini bukan hanya datang dari orang-orang yang tidak mengenal Kristus saja, melainkan bisa pula hadir lewat orang-orang yang mengaku beriman kepada Kristus. Bukankah kita setidaknya pernah bertemu dengan orang-orang yang mengaku percaya tetapi begitu mudah menghakimi? Bukankah kita melihat adanya gereja-gereja yang hanya berlomba rebutan jemaat kaya dan yang dengan mudahnya menghakimi atau bahkan mengusir jemaatnya? Bukannya membantu saudaranya yang susah, tapi malah mengata-ngatai dan menuduh bahwa kemiskinan yang mereka alami itu karena kutuk, dosa dan sebagainya tanpa terlebih dahulu melihat letak permasalahannya. Tapi semua itu hendaknya tidak melemahkan kita, sebab sejak awal Yesus sendiri sudah mengingatkan: "Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku." (Lukas 9:23).

(bersambung)

Saturday, June 20, 2015

Smirna - Laodikia (1)

Ayat bacaan: Wahyu 2:9
==================
"Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu--namun engkau kaya--dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis."

Ada banyak motivasi orang dalam mengikut Yesus. Pernah pada suatu kali saya mendengar orang mau ikut Yesus supaya usahanya yang sempat jatuh kembali bisa berjalan. Ada yang ingin berkat melimpah, ada yang ingin sembuh sakit dan lain-lain. Kalau itu tidak mereka dapatkan, mereka pun segera berpaling mencari alternatif lainnya yang bisa memberikan apa yang mereka inginkan secara instan, tak peduli apapun bentuknya. Mereka tidak berpikir soal keselamatan, apalagi berpikir untuk mengasihi Yesus secara tulus. Benar, Tuhan bisa melakukan itu semua dengan sangat mudah. It's never a big deal to Him. Tapi apakah hanya itu yang membuat kita menerimaNya sebagai Tuhan? Ibaratnya orang berpacaran, bagaimana perasaan anda jika pasangan anda hanya ingin coba-coba dan hanya mencari untung saja? Jika kita dibegitukan, tentu sakit sekali rasanya bukan?

Kita tidak akan pernah bisa hidup selamanya dan sepenuhnya tanpa masalah. Menjadi pengikut Yesus tidak serta merta berarti bahwa kita akan seratus persen aman dari permasalahan, hidup nikmat sepenuhnya secara berlimpah tanpa kendala. Kenyataannya, betapa seringnya iman kita diuji. Kenyataan lain, ada banyak orang termasuk saya yang harus mengalami proses terlebih dahulu begitu menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat sebelum menikmati indahnya hidup bersamaNya seiring pertumbuhan kedewasaan iman. Mudah bagi kita untuk berkata bahwa "Tuhan itu amat baik" ketika hidup sedang aman-aman saja, tetapi mampukah kita berkata hal yang sama ketika tengah mengalami penderitaan atau permasalahan? Mampukah kita tetap setia dan taat meski keadaan kita sedang tidak baik? Ini sebuah pertanyaan yang jawabannya akan menunjukkan sejauh mana kita mengasihi dan percaya kepadaNya. Jika hanya mengharapkan berkat saja kita akan cepat menjadi dingin, bahkan dengan mudahnya meragukan dan berpaling dari Tuhan ketika masalah sepertinya tidak kunjung teratasi.

Akan hal ini, mari kita lihat perbedaan antara dua jemaat diantara 7 jemaat yang kepada mereka diberikan pesan dan teguran dalam kitab Wahyu, yaitu antara jemaat Smirna dan Laodikia.

Diantara ketujuh gereja dalam kitab Wahyu, hanya ada dua yang tidak ditegur Tuhan, yaitu jemaat di Smirna dan Filadelfia. Setelah kemarin kita melihat jemaat yang menerapkan kasih persaudaraan di Filadelfia, hari ini mari kita lihat bagaimana Smirna yang lokasinya terletak di salah satu bagian dari Turki saat ini bisa luput dari teguran bahkan menuai pujian langsung dari Tuhan.

Seperti apa profil jemaat Smirna saat itu? Apakah mereka jemaat yang kaya raya dan hidup berlimpah-limpah seperti yang dicari kebanyakan gereja yang sudah menyimpang dari hakekat dan tujuan sesungguhnya hari ini? Justru sebaliknya. Jemaat di Smirna bukanlah jemaat yang kaya secara finansial. Mereka pun mengalami banyak kesusahan dalam mempertahankan iman mereka. Tekanan dari penguasa Roma terus menerus menerpa mereka dan itu sangatlah menyulitkan juga menakutkan.

Mereka dianaktirikan, disisihkan dan diperlakukan tidak adil, cacian dan fitnah, bahkan tidak jarang mereka mengalami penganiayaan dalam mempertahankan iman mereka. Setiap hari dalam hidup mereka harus menghadapi cercaan dan fitnahan dari orang-orang yang menganggap diri mereka paling benar yang akan tanpa sungkan-sungkan menyakiti mereka. Sudah miskin, tertekan dan dianiaya pula. Seandainya jemaat Smirna hanya memandang atau berharap pada berkat duniawi saja mereka tentu segera berpaling. Buat apa mereka harus rela mengalami semua itu? Tentu mereka sudah meninggalkan Tuhan dan kembali kepada kehidupan lama mereka. Tapi jemaat Smirna menunjukkan ketangguhan iman mereka. Lewat segala penderitaan mereka ternyata mereka bisa membuktikan keteguhan mereka sehingga merekapun kemudian menuai pujian dari Tuhan.

Apa kata Tuhan pada mereka? Inilah pujian yang diberikan pada mereka. "Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu--namun engkau kaya--dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis." (Wahyu 2:9). Wow! Dipuji langsung oleh Tuhan pasti rasanya luar biasa. Meski miskin materi, tapi engkau kaya iman. Begitu kira-kira kata Tuhan. Itulah kualitas jemaat Smirna yang luar biasa.

(bersambung)

Friday, June 19, 2015

Tiara (3)

(sambungan)

Menerima Yesus sebagai Juru Selamat pribadi adalah sebuah langkah awal yang besar. Mahkota pun disematkan di kepala kita. Tapi kita tidak boleh berhenti hanya sampai disitu saja. Selanjutnya penting pula bagi kita untuk mempertahankan apa yang telah kita awali agar kita mampu melewati ujian, cobaan atau godaan yang akan senantiasa hadir di dalam hidup kita. Ada firman-firman Tuhan yang telah diberikan kepada kita untuk menguatkan kita dalam melalui perjalanan hidup kita. Semua itu jelas akan memperkuat kita agar tetap tegar dalam menghadapi ujian demi ujian yang akan terus datang. Lulus atau tidak, itu semua tergantung dari komitmen kita, karena Tuhan telah memberikan kekuatan lewat firman-firmanNya yang meneguhkan, bahkan telah menganugerahkan kita dengan Roh Kudus sebagai Penolong yang akan selalu menyertai kita untuk selama-lamanya (Yohanes 14:16), dan akan selalu siap membimbing kita dalam setiap langkah.

Alangkah sayangnya bila apa yang telah kita mulai dengan baik akhirnya harus sia-sia akibat keteledoran kita sendiri. Oleh karena itu, tetaplah bertahan dalam berbagai ujian. "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12). Hendaklah tetap bertekun dalam doa dan tetaplah isi diri kita dengan firman-firman Tuhan. Jangan keraskan hati ketika menerima suaraNya, agar kita senantiasa memiliki kekuatan yang cukup untuk mempertahankan keselamatan yang telah kita peroleh lewat menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Penulis Ibrani mengingatkan: "Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku,sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku." (Ibrani 3:7-11). Kebandelan, sifat keras kepala dan keras hati kalau terus dibiarkan bisa mendatangkan murka Allah dan kalau sudah begitu kita sendiri juga yang rugi. Tidak satupun dari kita yang mau itu terjadi bukan?

Mari kita tetap serius dalam menjaga diri kita, agar jangan sampai murka Allah jatuh kepada kita dan mahkota kehidupan berlalu dari kita. "Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula." (ay 14).

Mempertahankan lebih sulit daripada memulai. Pertahankan mahkota yang abadi, jangan sampai diambil dan lepas dari kepala

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, June 18, 2015

Tiara (2)

(sambungan)

Akan halnya gereja atau jemaat Filadelfia, mereka adalah satu dari tujuh gereja yang disebutkan secara khusus dalam kitab Wahyu. Hanya ada dua gereja yang tidak mendapat teguran Tuhan, yaitu Filadelfia dan Smirna. Pesan Tuhan berbunyi seperti ini: "Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku." (Wahyu 3:8). Jemaat Filadelfia dikatakan sebagai jemaat yang kekuatannya tidaklah seberapa, namun mereka menuruti firman Tuhan dan tidak menyangkal nama Tuhan. Mereka menerapkan kasih persaudaraan disana, dan ternyata meski kekuatan mereka tidak seberapa, namun kesatuan mereka yang erat dan penuh kasih itu ternyata sanggup membawa perbedaan dan hasil yang luar biasa. Begitu luar biasa hingga Tuhan pun berkenan memuji mereka.

Pola kasih persaudaraan yang dianut oleh jemaat Filadelfia ini mencerminkan gaya hidup jemaat mula-mula yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Mereka dikatakan "selalu tekun dalam pengajaran dan persekutuan, selalu berkumpul, bersama-sama memecah roti dan berdoa" (ay 42). Betapa eratnya persatuan sebagai saudara itu, sehingga dikatakan "segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing." (ay 44-45). Tidaklah heran jika gereja itu kemudian berkembang sangat pesat. Dimulai dengan pertobatan ribuan jiwa (ay 41) hingga datangnya berkat Tuhan yang terus menambahkan jumlah mereka dengan jiwa-jiwa diselamatkan lainnya. (ay 47). Dan ini juga yang terjadi kepada jemaat Filadelfia di dalam kitab Wahyu. Salah satu upah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka adalah menjadi "sokoguru di dalam Bait Suci Allah" (Wahyu 3:12) yang artinya diberkati dalam pelayanan dan kemuliaan Tuhan.

Meski mendapat pujian tinggi, jemaat Filadelfia tetap diingatkan agar mereka tetap mempertahankan cara hidup penuh kasih persaudaraan hingga kedatangan Kristus yang kedua kali. Itu wajib mereka lakukan agar jangan sampai mahkota yang sudah ada pada mereka diambil kembali. Ini pesan penting yang tentu berlaku juga bagi kita semua. Hari-hari yang kita hadapi sungguh sulit. Ada begitu banyak godaan sepanjang perjalanan hidup kita yang siap membuat kita keluar dari jalur yang benar. Baik yang nyata-nyata maupun yang terselubung, godaan bisa timbul dari segala arah, demikian pula serangan yang kalau tidak hati-hati bisa membuat mahkota lenyap dari kepala kita.

Dalam Ibrani kita sudah diingatkan agar tetap dengan teliti melihat segala sesuatu agar jangan sampai hanyut terbawa arus. "Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Ibrani 2:1-4 memberikan pesan bagi kita agar kita jeli melihat jalan kita ke depan. Sepanjang Alkitab kita melihat bagaimana firman-firman Tuhan disampaikan baik lewat perantaraan malaikat, para nabi dan langsung oleh Kristus sendiri. Bahkan Tuhan sendiri telah menguatkan kesaksian-kesaksian yang telah tertulis itu lewat berbagai tanda dan mukjizat. Dalam begitu banyak kesempatan Tuhan telah menyatakan kuasaNya, juga membagi-bagikan berbagai karunia termasuk tentunya keselamatan kekal dari Roh Allah sesuai kehendak Tuhan sendiri.

Karena itulah jika semua itu sudah diberikan kepada kita, kita wajib memperhatikan baik-baik cara hidup kita yang akan sangat menentukan apakah mahkota yang abadi akan tetap ada pada kita atau sudah tidak lagi ada disana. "Sebab kalau firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal, bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai" (ay 3).

(bersambung)

Wednesday, June 17, 2015

Tiara (1)

Ayat bacaan: Wahyu 3:11
=====================
"Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu."

Ada seorang teman yang bernama Tiara. Tiara kalau dilihat dalam kamus diartikan sebagai hiasan kepala yang bertahtakan mutiara, biasa dipakai oleh ratu atau mahkota bersusun tiga seperti yang dipakai oleh Paus. Keduanya sama-sama bertahtakan perhiasan dan tidak dipakai oleh sembarang orang. Mahkota bukan sesuatu yang dipakai sebagai alat pelengkap fashion melainkan hanya orang-orang tertentu saja yang boleh memakainya. Kalau bukan permaisuri atau putri raja, beberapa ajang kontes kecantikan pun mempergunakan mahkota saat satu dari kontestan dinyatakan sebagai pemenang.

Sebagai orang percaya, kita sudah dimahkotai Tuhan dengan berbagai anugerahNya. Dalam Mazmur 8:5 dikatakan kita dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, dalam Mazmur 103:4 kita dimahkotai dengan kasih setia dan rahmat (belas kasihan), atau dalam Amsal 4:7-9 disebutkan bahwa kalau kita memperoleh hikmat maka itu akan menjadi seperti sebuah mahkota seindah karangan bunga. Dan jangan lupa bahwa kita dimahkotai pula dengan keselamatan, seperti yang disebutkan dalam Mazmur 149:4. Jelaslah bahwa pada kepala setiap orang percaya sudah dipasang sebuah mahkota, bukan mahkota meski mahal tapi fana tetapi sebuah mahkota yang abadi. Dan itu disebutkan pula oleh Paulus dalam 1 Korintus 9:25.

Apabila anda dinobatkan sebagai putra/putri Kerajaan dan dengan sendirinya mendapat mahkota di kepala anda, anda tentu berusaha agar mahkota itu tidak dicabut lagi bukan? Ada beberapa putri Kecantikan yang akhirnya harus kehilangan hak atas mahkotanya karena belakangan ketahuan pernah atau setelah menang melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji. Sebuah kehormatan, kemuliaan seperti itu seharusnya kita pertahankan dengan sungguh-sungguh karena nilainya sungguh sangat tinggi. Kalau mahkota yang fana saja akan kita pertahankan mati-matian, pernahkah kita berpikir bahwa kita justru harus lebih mati-matian lagi mempertahankan sebuah mahkota yang abadi?

Sekarang mari kita fokus kepada kata mempertahankan. Mempertahankan selalu lebih sulit dari memperoleh. Itu hal yang akan menjadi kesimpulan bagi yang sudah memulai sesuatu. Memang untuk memulai sesuatu dan dibutuhkan kerja keras yang tidak sedikit. Tidak mudah untuk memulai, tapi kenyataannya ternyata lebih sulit lagi untuk mempertahankan. Ada banyak ujian dalam perjalanan, dan untuk bisa mempertahankan apa yang telah kita raih butuh semangat pantang menyerah, dan seringkali dibutuhkan usaha keras yang lebih lagi dari sebelumnya. Untuk memulai saja memang sudah baik, daripada tidak memulai sama sekali, namun mempertahankan pun tidak kalah pentingnya agar mahkota itu tidak lepas dari kepala kita.

Jemaat Filadelfia mendapatkan pesan penting akan hal ini. Mereka dinasihatkan agar tetap hidup dalam ketaatan, jangan berubah, selalu berusaha serius untuk mempertahankan apa yang telah mereka peroleh agar mahkota kehidupan yang dijanjikan tetap berlaku bagi mereka. "Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu." (Wahyu 3:11).

Sebelum kita lanjutkan mengenai pesan dalam kitab Wahyu ini, ada baiknya kita lihat terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Filadelfia dan bagaimana cara hidup jemaat disana pada waktu itu. Filadelfia berasal dari kata Fhileo yang artinya sebuah kasih tulus dan murni tanpa menuntut imbalan apa-apa, dan Delfho yang artinya sebuah ikatan persaudaraan yang erat. Jika digabungkan maka Filadelfia secara singkat berarti Kasih Persaudaraan. Ini adalah sebuah hal yang sangat penting di mata Tuhan, yang menuntut kita menyingkirkan segala perbedaan-perbedaan yang bersifat duniawi tetapi kemudian bersatu dalam kasih sebagai satu keluarga, sesama saudara dalam Kristus. Penulis Ibrani menyerukannya dengan ringkas, tegas dan jelas: "Peliharalah kasih persaudaraan!" (Ibrani 13:1). Inilah bentuk ikatan yang dikehendaki Tuhan.

(bersambung)

Tuesday, June 16, 2015

Anggur yang Baik

Ayat bacaan: Yohanes 2:9
=====================
"Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya"

Jika anda melihat kulkas atau pajangan tempat minuman di supermarket maka anda bisa melihat ada begitu banyak jenis dengan harga beragam. Sama-sama air mineral saja yang tanpa rasa bisa berbeda-beda tergantung mereka dan variasi yang ditawarkan. Kalau anda suka teh, kemasan teh dalam botol plastik atau kotak pun ada banyak jenisnya dengan rasa dan harga yang tidak sama. Kopi, rasa buah-buahan punya penggemarnya sendiri. Bagaimana dengan anggur? Tentu harganya akan jauh di atas air putih biasa atau kebanyakan minuman lainnya. Tempat pajangannya pun biasanya berbeda dan tidak semua tempat menjual itu.

Hari ini saya ingin mengajak teman-teman untuk kembali melihat kisah ketika Yesus membuat mukjizat untuk pertama kali, yaitu kisah Perkawinan di Kana yang terdapat dalam Yohanes 2:1-11. Kisah ini mengandung begitu banyak pelajaran yang bisa diterapkan dalam berbagai hal, tetapi untuk kali ini mari kita fokus kepada anggur, sebuah mukjizat yang dibuat dari air oleh Yesus.

Dikisahkan pada waktu itu Yesus dan murid-muridNya hadir disana, begitu pula ibu Yesus. Pada saat itu tampaknya tamu yang hadir membludak jauh dari yang diperkirakan, sehingga mereka kehabisan anggur. Kehabisan anggur di sebuah pesta tentu memalukan bagi tuan rumah. Alkitab menggambarkan apa yang ada disana pada waktu itu. "Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung." (Yohanes 2:6). Dua-tiga buyung berarti sekitar 20-30 galon, kira-kira 100 liter air bisa ditampung dalam masing-masing tempayan.

Untunglah ada Yesus hadir disana pada waktu itu. "Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh." (ay 7). Setelah itu, Yesus meminta mereka untuk menyendok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta. (ay 8). Dan inilah yang terjadi. "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya". (ay 9). Si pemimpin pesta pun terheran-heran. Segera ia memanggil mempelai pria, dan berkata: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."(ay 10). Itu adalah mukjizat awal sebagai permulaan dari pelayanan dan karya penebusan Kristus secara langsung di dunia.

Air biasa diubahkan Kristus untuk menjadi anggur. Bukan sekedar anggur biasa, tapi dikatakan anggur yang baik. (ay 10). Anggur yang baik ini bukan untuk disimpan tapi kemudian dinikmati dan menjadi berkat bagi banyak orang-orang yang hadir disana. Akan sangat jauh tentunya jika yang dihidangkan hanya air putih biasa. Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran penting. Seperti apakah kita saat ini? Apakah kita masih berupa air biasa, air yang sedang dalam proses pemurnian, atau sudah menjadi anggur? Seperti halnya Yesus sanggup mengubah air menjadi anggur, Dia sanggup mengubah kita yang "biasa-biasa" saja untuk menjadi anggur yang baik yang bisa memberkati, membawa sukacita bagi banyak orang.

Bagaimana caranya? Kalau kita baca lagi kisah di atas, kita bisa melihat bahwa awalnya tempayan-tempayan itu disuruh Yesus sendiri untuk diisi dengan air. Ini bisa menjadi gambaran akan pentingnya kita mengisi diri kita secara teratur dengan firman Tuhan yang hidup. Firman Tuhan sungguh penting dalam hidup kita, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Dan jangan lupa sebelum air diperintahkan Yesus untuk masuk ke tempayan, ada sebuah pesan penting yang disampaikan ibu Yesus. "Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" (ay 5). Ya, ketaatan pada Yesus menjadi kunci utama pula. Jadi secara singkat kita bisa melihat bahwa jika kita manusia berada di tangan Yesus, taat kepadaNya dan kemudian mengisi diri kita dengan air yang adalah firman Tuhan, maka kita bisa diubahkan untuk menjadi anggur yang memberkati orang lain.

Proses pengubahan air menjadi anggur bisa jadi tidak menyenangkan. Ada kalanya kita harus mengalami berbagai hal berat dan menyakitkan ketika sedang dibentuk. Namun lewat itulah kita bisa diubahkan Tuhan menjadi anggur berkualitas yang bisa memberkati banyak orang. Hidup kita yang biasa-biasa saja bisa dipakai Tuhan agar mendatangkan banyak manfaat bagi orang lain. Untuk itu kita harus rela ditegur, dikoreksi, diajar atau malah dihajar jika perlu. Siapapun kita, apapun latar belakang kita, Tuhan bisa pakai itu semua untuk menjadi berkat. Yang dibutuhkan adalah kerelaan kita untuk diubahkan dan dipakai agar menjadi berkat. Ketaatan kita secara penuh, melakukan apa yang Dia perintahkan, lalu mengisi diri kita dengan firman Allah, itulah dasar yang akan mengarahkan kita menjadi anggur berkualitas. Dimanakah posisi kita saat ini? Apakah kita sudah pada posisi anggur atau masih berupa air putih biasa? Mari kita sama-sama terus bertumbuh hingga bisa menjadi anggur baik yang memberkati orang banyak.

Jadilah anggur yang baik yang menjadi berkat bagi orang lain

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, June 15, 2015

Kualitas Buah (2)

(sambungan)

Setiap buah menggambarkan aspek demi aspek dari citra Kristus, seperti yang bisa kita lihat dari cara hidup Kristus yang tercata dalam keempat Injil. Disana tergambar jelas bagaimana Kristus mendemonstrasikan secara langsung segala kebajikan dari masing-masing buah. Dia ingin menghasilkan semua itu dalam diri kita, dan terpancar melalui cara hidup kita, apakah lewat cara kita bertutur kata, bersikap, berpikir, bertingkah laku dan lain sebagainya.Buah Roh merupakan semua nilai kebajikan yang tidak terbantahkan oleh siapapun. Itulah karakteristik buah yang baik dan bernilai tinggi, dan itulah yang diinginkan Tuhan untuk berkembang di dalam diri kita.

Buah tidak tumbuh pada batang pohon melainkan di ranting-rantingnya. Dan ranting tidak akan pernah bisa hidup menghasilkan buah jika tidak melekat pada batang. Pemikiran ini sangat sederhana dan tidak sulit untuk dimengerti, tapi kita sering mengabaikannya sehingga penting bagi kita untuk mengingat dan merenungkan baik-baik. Yesus sendiri menerangkan seperti itu. "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. inggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:1-4).

Tinggal di dalam Yesus akan membuat kita bisa berbuah, dan seharusnya membuat kita berbuah subur, ranum, manis dan berkualitas tinggi. Tinggal di dalam Yesus bukan sekedar hanya mengaku menjadi umatNya tapi dengan sungguh hati beriman kepadaNya dan melakukan tepat seperti apa yang Dia ajarkan. Jika Yesus mengatakan bahwa kita harus mengasihi sepenuhnya, maka kita harus melakukannya tanpa ada tapinya. Jika Yesus mengatakan bahwa kita harus mau mengampuni, maka kita harus melakukan itu tanpa memilah-milah besar kecilnya kesalahan atau memandang orang terlebih dahulu. Bahkan kalau Yesus meminta kita untuk terlebih dahulu rela menyangkal diri dan memikul salib, maka kita harus siap untuk itu. Kalau kerelaan kita untuk memberi diminta mengatasi keinginan untuk mendapat, buatlah tepat seperti itu. Kalau Yesus mengajarkan kita untuk menjadi terang dan garam, kita harus memiliki hidup yang berkualitas dan berintegritas dengan mencerminkan cara dan gaya hidup Kerajaan.

Melekat pada Yesus adalah mengakuiNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat, mengenal, mendengar dan melakukan ajaranNya, dan terus berproses memperbaiki cara hidup kita agar semakin lama semakin sama seperti Dia. Jika ini kita jalankan, maka hidup kita akan menghasilkan buah-buah baik seperti yang diinginkan "Pengusaha Kebun". "Pokok" pun akan bangga apabila menghasilkan ranting-ranting berdaun rimbun dengan buah-buah yang subur dan segar.

Buah yang ranum, lezat, segar dan bermutu sangat tinggi harganya, demikianlah karakter yang serupa dengan Kristus dengan segala buah-buah Roh yang dihasilkannya. Tinggal di dalamNya akan memampukan kita untuk berbuah. Mari periksa diri kita. Apabila saat ini kita masih belum berbuah atau masih belum cukup baik, ini saatnya bagi kita untuk memperbaiki segala sesuatu sebelum terlambat. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).

Sesungguhnya dari buahnya lah sebuah pohon itu dikenal. "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya. Jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Buah Roh akan memenuhi setiap aspek hidup kita dengan penuh sukacita, dan itu bisa memberkati orang-orang di sekitar kita. Siapkah kita menghasilkan buah-buah seperti itu baik di mata sesama maupun di mata Tuhan?

Teruslah berbuah di dalam Kristus dan teruslah menjadi saluran berkat untuk menyatakan kemuliaanNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, June 14, 2015

Kualitas Buah (1)

Ayat bacaan: Galatia 5:22-23
======================
"Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."

Jika anda datang ke bagian buah di supermarket, anda akan melihat bahwa buah yang sama bisa berbeda harganya. Tinggi rendahnya harga dari buah yang sama ini tergantung dari kualitas buahnya. Yang baik dan manis tentu lebih mahal dibanding yang sudah mulai layu dan membusuk. Begitu pula antara buah yang organik dan non organik, tentu harganya pun berbeda. Buah-buahan lokal yang dulu sangat baik mutunya sekarang makin tertinggal oleh masuknya buah impor dengan kualitas lebih bagus. Yang jelas, buah yang manis, ranum, segar dan berkualitas akan selalu dicari orang dan akan lebih berharga dibanding buah yang kalah mutu.

Kita sebagai ciptaan Tuhan yang istimewa, yang kepadanya diberikan mandat untuk mengelola dan menjaga segala hasil ciptaan Tuhan lainnya di muka bumi ini terus saja menghasilkan buah-buah yang tercemar dan buruk mutunya. Bagaimana Tuhan tidak kecewa dan marah? Dia sudah memberi segalanya agar kita menghasilkan buah yang manis. "Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga ditengah - tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." (Yesaya 5:2).

Bayangkan Tuhan sudah memberi kunci Kerajaan Surga, tapi anak-anakNya mengabaikan itu semua dan tidak membawa "buah" atau dampak apapun dalam hidup mereka. Tidaklah heran apabila Tuhan kecewa karenanya. "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (ay 4). "Harus bagaimana lagi supaya anak-anak-Ku di dunia ini menyadari jatidiri mereka yang sebenarnya? Dengan segala yang telah Aku berikan , seharusnya mereka menjadi teladan bagi banyak orang, tetapi mengapa malah menjadi batu sandungan..." Seperti itulah kira-kira kekecewaan Tuhan.

Lalu lihatlah bagaimana marahnya Tuhan. "Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya." (ay 5-6).  Dalam injil Matius, pokok-pokok yang tidak menghasilkan buah yang baik dikatakan akan "ditebang adan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10). Dalam Wahyu kita kembali mendapati konsekuensi yang harus dihadapi oleh "buah-buah anggur asam" ini. "...Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak." Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah." (Wahyu 14:18b-19).

Lantas seperti apa seharusnya buah yang seharusnya dihasilkan? Jika buah-buah yang enak dalam ilustrasi awal di atas bisa berharga sangat tinggi dilihat dari kualitasnya, kita orang-orang percaya, manusia dengan tubuh, jiwa dan roh mempunyai buah yang jauh lebih berharga lagi. Dan itu tercatat dalam surat Galatia, yang disebut dengan buah Roh. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Lihatlah betapa indahnya buah-buah yang dihasilkan oleh sebentuk roh yang melekat pada Kristus. Seperti itulah buah yang ingin Tuhan tuai atas hasil usahaNya dalam merawat dan mengasihi kita.

(bersambung)

Saturday, June 13, 2015

Is It (Are We) a Coincidence? (2)

(Sambungan)

We are created for a cause. Dalam Kejadian dikatakan kita diminta untuk "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."(Kejadian 1:28). Mari kita hubungkan dengan ayat ini "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36). Menaklukkan dan berkuasa bukan artinya bertindak semena-mena, namun memelihara segala ciptaan Tuhan lainnya dengan penuh tanggung jawab, agar kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan lewat segala sesuatu ciptaanNya yang indah. Ini pesan yang penting bagi manusia dalam tiap generasi, dari jaman yang satu ke jaman yang lain. Dimanapun dan kapanpun kita diciptakan, dan berada saat ini, kita harus bisa melakukan yang terbaik demi kemuliaan Tuhan.

Jangan lupakan pula Amanat Agung yang disampaikan Yesus. "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:18-20). Kita bisa melihat bahwa pada setiap jamannya akan selalu ada orang-orang percaya yang mengemban Amanat Agung dengan tujuan agar semakin banyak lagi bangsa-bangsa yang diselamatkan menjelang kedatangan Kristus yang kedua kali. Untuk menjalankan amanat ini kita sudah dibekali segala yang dibutuhkan, dan Tuhan Yesus sendiri yang akan menyertai kita dalam perjalanan membawa kabar gembira ke seluruh penjuru bumi.

Daud mengatakan "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:13-14). Kejadian penciptaan manusia sungguh dahysat dan ajaib. Jika kita menyadarinya dengan sungguh-sungguh, kita pun akan tahu bahwa kita ada saat ini untuk tujuan yang sungguh indah. Apabila saat ini hidup anda tidak menggambarkan sesuatu yang indah, ingatlah bahwa apa yang anda alami saat ini bukanlah akhir, melainkan masih berada dalam sebuah proses menuju sebuah kesempurnaan, sesuai dengan tujuan Tuhan menciptakan anda. Dibalik segala kelemahan dan kekurangan yang anda dan saya miliki hari ini, ada kuasa Tuhan dan berkatNya dibalik itu semua. Apapun keadaan kita saat ini, Tuhan sanggup memakai itu untuk menjadi luar biasa, dan Dia tidak pernah gagal. "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2).

Life is never a mistake nor is a coincidence. Anda begitu berharga di mata Tuhan, dan Tuhan sungguh mengasihi Anda. Dia telah menyediakan rencanaNya yang indah bagi kita semua. Seperti halnya Ester, kita masing-masing adalah pribadi yang unik yang ada dalam sebuah periode dalam perjalanan sejarah dunia. Kelahiran kita bukanlah kebetulan atau ketidaksengajaan, kita saat ini berada pada tempat tertentu bukanlah tanpa alasan. Semua ada dalam rencana Tuhan yang menjanjikan segala sesuatu yang indah penuh harapan.

Tuhan memanggil kita masing-masing untuk menjadi anak-anakNya yang mencerminkan diriNya dimanapun kita berada. Apakah di sekolah, pekerjaan, keluarga, lingkungan dan sebagainya, dimanapun kita ditempatkan, kita harus siap untuk menjadi berkat bagi mereka, dimana nama Tuhan dipermuliakan. Tidak satupun rencanaNya yang akan gagal. Maka ikutilah rencanaNya, walaupun mungkin pada saat-saat tertentu tampaknya berat atau sulit. Ingatlah bahwa pada akhirnya, yang dijanjikan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera yang memberikan hari depan penuh harapan. Karenanya, berdirilah tegak, bersyukurlah sebagai ciptaan yang ajaib dan dahsyat, dan hiduplah menjadi terang dan garam pada masa dan tempat dimanapun anda ditempatkan saat ini.

Tidak ada yang kebetulan, ada rencana Tuhan yang istimewa bagi anda yang hidup di jaman dan tempat yang sekarang

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, June 12, 2015

Is It (Are We) a Coincidence? (1)

Ayat bacaan: Ester 4:14
====================
"Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."

Betapa lucunya melihat anak-anak kecil di jaman sekarang. Mereka sudah begitu familiar dengan gadget bahkan sebelum mereka belajar jalan. Mereka sudah mengerti menggeser layar dengan menggunakan jari, memencet tombol ini dan itu, bahkan untuk selfie alias memotret diri sendiri. Ada beberapa teman saya yang anaknya masih di bawah usia 2 tahun tapi sudah pintar mengoperasikan gadget milik orang tuanya. Saat saya lahir semua itu belum ada. Bermain masih harus dengan mainan berbentuk fisik atau dengan tetangga atau teman-teman seumuran di kebun.

Ada satu seri di Youtube yang kerap saya tonton berjudul "REACT". Dalam seri ini anak-anak diberikan teknologi kuno seperti walkman, PC jadul dengan floppy disk, gameboy dan sebagainya, sedang yang sudah tua diminta memainkan game-game terkenal saat ini di gadget terbaru, kemudian direkam bagaimana reaksinya dan apa yang ada di pikiran mereka. Bisa dibayangkan, komentar yang keluar pun lucu-lucu. Adanya gap antara teknologi dan perbedaan generasi memang bisa menimbulkan reaksi yang menarik untuk disimak.

Maka pertanyaan pun muncul. Kenapa kita ada di masa sekarang? Kenapa bukan dulu, kenapa bukan nanti? Orang tua kita lahir di generasi berbeda, kakek dan nenek kita di generasi sebelumnya, kelak anak cucu kita akan merasakan jaman yang berbeda pula di depan.  Adakah keberadaan kita pada tempat dan jaman tertentu hanya kebetulan belaka? Ketika memikirkan mengenai hal ini, saya diingatkan pada kisah Ester.

Mari kita lihat ringkasannya. Ester adalah seorang wanita Yahudi yang dipilih raja Ahasyweros, raja Persia-Media yang berkuasa atas 127 daerah, mulai dari India hingga Ethiopia untuk menggantikan permaisurinya, ratu Wasti, yang ia lepas karena dianggap telah berani menentang perintahnya dan mempermalukannya di depan para tamu penting. Ketika Ester menjadi ratu, timbullah masalah ketika Haman, seorang pejabat tinggi di istana membuat peraturan yang bermasalah. Haman mengeluarkan perintah agar semua rakyat berlutut dan sujud di hadapannya setiap kali ia lewat. Bagi orang Yahudi, perintah ini sulit untuk dilakukan, karena sesuai dengan kepercayaan yang dianut, orang Yahudi hanyalah bersedia untuk sujud kepada Tuhan saja.

Salah satu yang menentang dengan keras tidak lain adalah Mordekhai, saudara Ester sendiri. Haman tentu saja murka, dan merencanakan untuk menghabisi orang-orang Yahudi, terutama Mordekhai. Mordekhai pun menganjurkan Ester untuk pergi menghadap raja untuk menyelamatkan bangsanya. Dan sampailah kita kepada ayat bacaan hari ini yang berisi tentang perkataan Mordekhai kepada saudaranya Ester. "Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu." (Ester 4:14b). Dalam bahasa sehari-hari, Mordekhai kira-kira berkata begini: "siapa tahu memang engkau menjadi ratu justru dengan tujuan untuk menyelamatkan bangsa Yahudi, bukan hanya kebetulan dan tanpa maksud." Dan hasilnya, Ester berhasil melakukannya. Penyertaan Tuhan terlihat nyata. Ester menjadi ratu memang ada dalam rencana Tuhan. Kisah Ester ini menyatakan kepada kita semua bahwa Tuhan bisa memakai seorang gadis yatim piatu untuk menyelamatkan umat Allah di tengah-tengah kekuasaan penguasa Persia-Media yang begitu besar.

Ester menjadi ratu tentu bukanlah suatu kebetulan. Semua itu adalah bagian dari rencana Tuhan yang luar biasa. Tuhan bisa memakai seseorang yang tidak disangka-sangka, melampaui logika kita untuk melakukan sesuatu untuk menyelamatkan dan menyertai anak-anakNya. Demikian Tuhan menciptakan kita semua, pada tempat dan waktu masing-masing, demikian pula ketika kita saat ini ditempatkan di berbagai belahan bumi yang berbeda, semua bukan kebetulan, bukan tanpa tujuan. Tuhan meletakkan kita di sebuah generasi tertentu, dan menempatkan kita di sebuah tempat tertentu, pada waktu tertentu sesuai dengan rencanaNya bagi hidup kita. Apa yang Dia rencanakan adalah sesuatu yang indah bagi kita. Begini firman Tuhan: "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11).

(bersambung)

Thursday, June 11, 2015

Kepala, Bukan Ekor (3)

(sambungan)

Dari sumur gelap, penjara, dan akhirnya istana. Itu benar-benar rangkaian petualangan yang tidak mudah dan penuh dengan penderitaan. Tetapi ternyata dalam proses itu ada penyertaan Tuhan yang membuat segala yang Yusuf lakukan berhasil. Dalam posisi sulit dan di ujung ekor sekalipun Yusuf tetap mampu tampil sebagai kepala. Ini adalah hal luar biasa yang menjadi bukti nyata dari firman Tuhan yang mengehendaki kita semua untuk berada di "habitat" kita sesungguhnya yaitu kepala. Bahkan masalah sebesar apapun tidak mampu menghentikan Yusuf untuk mencapai posisi kepala!

Apa yang menjadi syarat agar Tuhan selalu menyertai dan memampukan kita mencapai posisi kepala? Syarat itu telah diberikan dengan jelas dalam ayat yang sudah saya sampaikan di awal renungan ini, yaitu dari Ulangan pasal 28. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (Ulangan 28: 13-14).

Dari ayat ini kita bisa mengalami seperti apa yang terjadi pada Yusuf jika:
(1) kita mendengarkan perintah Tuhan
(2) menjadi pelaku-pelaku firman yang setia
(3) tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan
(4) hanya menyembah Allah (huruf besar) saja, dan bukan allah lain (huruf kecil).

Bukankah rangkaian kisah Yusuf menggambarkan ke 4 hal ini menjadi pedoman hidupnya secara penuh? Bukankah Yusuf tetap taat melakukan ke 4 hal tersebut tanpa peduli kondisi apapun yang ia hadapi? Ia tidak kecewa, tidak mencoba alternatif lain untuk selamat, ia tidak kepahitan, ia tidak bersungut-sungut, ia tidak menghujat, ia tidak putus asa, ia tidak hilang harapan, melainkan tetap percaya sepenuhnya untuk berjalan bersama Allah. Dan janji Tuhan pun dengan sendirinya berlaku bagi diri Yusuf.

Tuhan telah menetapkan anak-anakNya untuk menjadi kepala dan bukan ekor. Kita akan senantiasa naik dan bukan turun. Janji yang sudah terbukti pada Yusuf pun berlaku sama buat kita semua hari ini, juga anak-cucu kita di masa yang akan datang. Ini sebuah janji berkat Tuhan yang akan bisa kita dapatkan jika kita melakukan apa yang telah Tuhan tetapkan sebagai syarat. Dalam kondisi apapun saat ini anda berada, tetaplah berpegang teguh pada firman Tuhan, percayalah tanpa ragu sedikitpun, jangan memberi toleransi pada jebakan dosa dan jangan tergoda untuk mengambil alternatif-alternatif lain karena tidak sabar mengalami proses.

Sebuah perjalanan yang terkelam sekalipun, jika ada penyertaan Tuhan di dalamnya akan tetap memberikan sebuah hasil yang berbeda. Kita akan tetap berhasil meski ditekan, kita akan tetap maju meski ditahan, tidak ada satupun yang bisa menghentikan keinginan Tuhan jika kita melakukan semua syarat-syarat yang telah Dia tetapkan. Proses boleh menyakitkan, namun pada suatu ketika kita akan menuai janji Tuhan dengan sepenuhnya. Dan ingatlah bahwa dalam sepanjang proses itupun Tuhan mampu membuat kita tetap berhasil dan memperoleh pencapaian-pencapaian tersendiri. Yusuf sudah membuktikan dan berhasil. Siapkah kita membuktikannya sama seperti Yusuf?

Kepala dan bukan ekor, tetap naik dan bukan turun, itulah yang dijanjikan Tuhan untuk kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, June 10, 2015

Kepala, Bukan Ekor (2)

(sambungan)

Dalam posisi budak, apa yang bisa menjadi prestasi? Dengan pikiran normal rasanya tidak ada yang bisa dibanggakan dan dijadikan tolok ukur prestasi disana. Tapi Yusuf berbeda. Alkitab menyatakan bahwa Yusuf selalu berprestasi dan ia pun mendapat promosi untuk dapat tinggal di rumah mewah tuannya Potifar. Bagaimana bisa demikian? Di Alkitab tertulis: "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu." (39:2). Kelihatannya Daud tidak memiliki mental yang bersungut-sungut. Ia menjalani "profesi"nya sebagai budak dengan baik, apapun yang ia buat berhasil, sehingga dalam posisi ekor sekalipun ia bisa menjadi kepala. Mengapa bisa demikian? Sebab Tuhan menyertai Yusuf. Ini bagian pertama.

Apakah dengan mendapat posisi khusus diantara para budak dan tinggal di rumah tuannya perjalanan hidup Yusuf menjadi lebih ringan? Ternyata tidak. Masalah berikutnya datang. Ia digoda oleh istri Potifar, tapi Yusuf dengan tegas menolak. Dia tidak tergoda oleh kenikmatan sesaat karena ia mau hidup taat. Kedagingannya mungkin mau, tapi rohnya terbukti lebih kuat. Yusuf pun berkata "Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (ay 9). Terus menerus ditolak, lama-lama beranglah istri Potifar. Ia pun memfitnah Yusuf, sehingga Yusuf dilemparkan ke penjara.

Penjara bukanlah tempat yang membanggakan dan menyenangkan. Itu lebih buruk lagi ketimbang menjadi budak yang bisa tinggal di rumah tuannya. Posisi makin anjlok, kini Yusuf berstatus bukan lagi budak, tapi terpidana. Bagi kebanyakan orang itu tentu menyakitkan, tapi ternyata mental Yusuf tetap sama. Ia tidak mengeluh atau menghujat siapapun termasuk Tuhan, tapi kelihatannya ia tetap menunjukkan sikap luar biasa, sikap yang tentu berkenan di hadapan Tuhan. Kembali kita menjumpai ayat yang mirip dengan ayat 39:2 di atas, hanya saja kali ini terjadi di dalam penjara. "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu. Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya. Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil." (ay 21-23). Kesulitan boleh bertambah, tapi kenyataannya Daud tetap menjalaninya dengan sebaik yang ia sanggup. Kembali kita lihat bahwa dalam keadaan di bawah (ekor), yang lebih bawah dari budak, ternyata Yusuf tetap bisa menjadi kepala. Mengapa? Lagi-lagi "Karena Tuhan menyertai dia, dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil."

Kita tahu apa yang terjadi selanjutnya. Singkat cerita, lewat hubungannya dengan seorang juru minuman yang pernah sama-sama dipenjara, dimana orang tersebut pernah melupakannya dan membiarkan Yusuf tetap dipenjara selama dua tahun, ia pun kemudian sukses mengartikan mimpi Firaun dan mendapat lompatan promosi yang menakjubkan, yang rasanya tidak akan pernah bisa terulang kembali. Dari tawanan tiba-tiba menjadi orang yang berkuasa atas seluruh tanah mesir. (ay 40-41). Yusuf akhirnya mencapai posisi kepala yang sesungguhnya.

Ketika saudara-saudaranya menghadap, Yusuf seharusnya punya kesempatan membalas perilaku jahat saudara-saudaranya. Tapi itu semua tidak ia lakukan karena ia lebih peduli untuk memuliakan Tuhan lewat kehidupannya. Itu jauh lebih penting daripada memuaskan nafsu untuk membalaskan sakit hati. Ia pun memaafkan saudara-saudaranya. Perkataan Yusuf kembali menunjukkan mental juara dalam hal ketaatan dan iman. "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." (Kejadian 50:20). Sikap seperti ini hanya dimungkinkan sebab Yusuf mampu memandang dari kacamata iman dan bukan tergantung dari kondisi-kondisi riil yang tengah ia hadapi dalam perjalanan hidupnya.

(bersambung)

Tuesday, June 9, 2015

Kepala, Bukan Ekor (1)

Ayat bacaan: Ulangan 28:13-14
========================
"TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya."

Siapa yang tidak ingin sukses dan mengalami peningkatan? Berhasil dalam pekerjaan, karir naik, itu impian semua orang. Tidak ada orang yang mau mengalami stagnasi dalam karirnya. Alangkah bahagia rasanya jika pekerjaan kita berhasil dan kita terus mendapat promosi untuk naik lebih tinggi lagi. Dalam berusaha kita selalu ingin berhasil, dalam kehidupan pun demikian. Kita ingin berhasil membangun keluarga yang berbahagia, Anak-anak ingin tampil berhasil di mata orang tua, orang tua ingin berhasil mendidik anak-anak dan sebagainya. Tidak ada orang yang dengan sengaja ingin gagal atau malah merosot karirnya. Namun masih banyak orang yang masih bergumul dengan itu. Usaha terus gagal,lagi-lagi bangkrut, terus terlilit hutang, keluarga berantakan dan sebagainya. Bukannya promosi yang didapat, tapi malah turun pangkat ke tingkat yang lebih rendah.

Sebagai bagian dari proses? Bolehlah. Tapi itu seharusnya tidak berlaku selamanya. Apabila ada diantara teman-teman yang masih bergumul dengan hal ini, akan sangat baik untuk mengetahui apa sebenarnya keinginan Tuhan kepada anak-anakNya. Seperti halnya orang tua kita di dunia yang tidak ingin satupun dari anaknya hidup susah dan gagal, apa yang diinginkan Tuhan adalah menempatkan setiap kita menjadi kepala, bukan ekor. Tetap naik dan bukan turun. Jika masih naik turun atau tetap berada di bawah posisi seperti yang dikehendaki Tuhan, itu bisa jadi pertanda bahwa masih ada yang harus kita benahi dari diri kita. Dari perjalanan hidup Yusuf kita bisa melihat fakta menarik mengenai posisi kepala ini.

Sebelum kita melihat apa yang dialami Yusuf, mari kita lihat dulu ayat yang menyatakan seperti apa sebenarnya posisi atau status kita menurut keinginan Tuhan. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun.." (Ulangan 28:13). Ayat ini disampaikan setelah Tuhan membeberkan janji-janji berkatNya secara terperinci. Dari ayat ini kita sudah melihat dengan jelas apa sebenarnya yang dikehendaki Tuhan untuk terjadi kepada kita.

Dalam proses mungkin kita dibentuk melalui fase-fase yang tidak nyaman, bahkan mungkin menyakitkan. Tapi dalam proses itupun sebenarnya kita bisa merasakan perbedaan nyata apabila disana ada penyertaan Tuhan. Penyertaan Tuhan sudah dinyatakan akan terus bersama kita sampai selama-lamanya (Matius 28:20). Artinya Tuhan berada bersama kita bukan hanya ketika kita dalam keadaan aman tanpa masalah saja, tapi dalam kekelaman yang terkelam sekalipun Tuhan tetap ada. Daud merasakan hal itu. Ia mengatakan demikian: "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4).

Sekarang mari kita lihat kisah Yusuf. Jalan hidup Yusuf menjadi sebuah bukti nyata bagaimana penyertaan Tuhan itu berlaku dalam setiap keadaan, dan itu membuat keberadaan dalam situasi sulit sekalipun tetap memiliki perbedaan jika kita menghadapinya bersama Tuhan. Sejak kecil Yusuf berbeda. Ia dikatakan lebih dikasihi dari anak-anak yang lain. (Kejadian 37:3). Melihat hal ini, cemburulah saudara-saudaranya, dan Yusuf pun mulai mengalami rangkaian penderitaan dalam hidupnya. Apalagi ketika ia menyampaikan mimpinya kepada mereka. Ia pun hampir dibunuh. Selamat dari pembunuhan bukan berarti selamat sepenuhnya, karena ia dilemparkan ke dalam sumur yang gelap gulita. Yusuf bisa saja mati secara perlahan di sana. Dia selamat dari sumur, tapi itupun bukan sebuah kebebasan, karena ia justru dijual kepada para saudagar Midian dan dibawa ke Mesir dalam status sebagai budak. Budak, ini bukan posisi kepala, tapi posisi ekor. Apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata Yusuf dibeli oleh Potifar, seorang kepala pengawal istana.

(bersambung)

Monday, June 8, 2015

God's Treasure Chest (2)

(sambungan)

Menjalani hidup memang tidak mudah. Seringkali ada banyak kerikil menghalangi langkah, bahkan angin badai permasalahan pun bisa silih berganti menerpa kita. Ada saat-saat dimana kita tidak lagi bisa berbuat apa-apa dan hanya berharap pada sebuah keajaiban. Tanpa adanya pegangan niscaya kita lemah dan akan mudah sekali untuk menyerah kalah. Setiap saat kita bisa kehabisan tenaga dan harapan untuk terus bertahan. Kita seringkali terjebak untuk terus tenggelam dalam permasalahan, padahal Tuhan telah begitu banyak memberikan janji kekuatan, kesembuhan dan keselamatan lengkap dengan petunjuk bagaimana cara mendapatkannya. Dan itu semua telah tertulis dalam alkitab. Tidak hanya itu saja, tapi alkitab juga mencatat begitu banyak kesaksian dari orang-orang yang telah mengalami sendiri bagaimana luar biasanya ketika janji Tuhan digenapi.

Lihatlah serangkaian saksi iman yang tercatat di dalam Ibrani 11. Bacalah Ibrani 11, disana kita bisa menyaksikan sendiri bagaimana iman, sebagai dasar dari sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari sesuatu yang tidak kita lihat (ay 1) ternyata mampu menjadi solusi. "Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita." (ay 2). Berbagai tokoh dalam rentang waktu yang berbeda mendapatkan bukti nyata dari iman mereka yang kuat. Waktunya ada yang segera dan ada yang harus menunggu, namun pada akhirnya semua janji Tuhan itu digenapi, meski pada awalnya kelihatan mustahil sekalipun, dan segalanya indah pada waktunya. (Pengkotbah 3:11).

Apakah anda merasa lemah hari ini akibat tekanan masalah? Tuhan menjanjikan bahwa anda bisa "beroleh kekuatan dalam kelemahan" (ay 34). Apakah anda merasa masalah anda hari ini sudah terlambat diselesaikan? Sara membuktikan bahwa Tuhan sanggup membuat kemustahilan menjadi nyata (ay 11). Laut merah terbelah, selamat dari pembunuhan bahkan orang yang sudah mati hidup kembali, semua itu sudah menjadi catatan kesaksian para pahlawan iman yang dicatat dalam Ibrani 11. Bukan hanya mereka, tapi setebal alkitab itu kita akan terus menemukan bukti bagaimana Tuhan mampu memulihkan apapun lewat iman kita. Oleh karena itulah Penulis Ibrani mengingatkan kita agar terus "menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya." (Ibrani 6:11). Semua ini sungguh berguna, "agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah." (ay 12). Kita haruslah terus bersemangat sampai akhir, agar kita bisa menerima apa yang kita harapkan, terutama janji keselamatan sebagai anugerah terbesar yang diberikan Tuhan buat kita.

Anda ingin semua berkat Tuhan bisa menjadi nyata dalam hidup anda? Jangan lewatkan harta karun Tuhan. Jangan biarkan harta karun itu teronggok berdebu di lemari anda. Mulailah buka, baca, renungkan dan lakukan hari ini juga. Ada banyak sekali janji Tuhan yang diberikan di sana, begitu banyak hingga anda akan terkejut melihat begitu banyak rahasia yang dibukakan terhadap hal-hal yang mungkin tidak pernah anda ketahui sebelumnya. "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." (Roma 15:4). Itulah harta terpendam yang jauh lebih berharga dari emas, perak dan permata, dan itu semua saat ini ada di depan mata kita.

Generasi-generasi terdahulu sudah membuktikan kebenarannya. Dan jika semua itu terbukti bagi mereka, kepada kita pun itu bisa terjadi. So, let's discover God's treasure chest today and receive all His valuable promises!

Janji-janji Tuhan bagai harta karun yang sedang menanti untuk ditemukan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)

 (sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...