Tuesday, August 30, 2022

Figur Yang Bisa Diandalkan dan Dipercaya (1)

Ayat bacaan: 2 Korintus 1:19-20
==============
“Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan "tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya". Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.”

Sewaktu saya masih kecil saya tidur harus dalam keadaan lampu menyala. Kenapa? Karena saya takut gelap. Saya berpikir bahwa kalau gelap nanti ada hantu yang bisa memakan saya. Suatu kali ayah saya memanggil saya dan mengajak saya bicara tentang hal itu. "Kenapa kamu harus takut? Kamu lupa ya kalau kamu punya papa? Kalau ada hantu papa yang maju dan tendang hantunya jauh-jauh. Jadi harusnya hantu itu yang takut sama kamu bukan sebaliknya, karena kamu punya papa." Sejak saat itu saya tidak lagi takut pada gelap apalagi hantu. Kejadian saat ayah saya memanggil saya ini sudah puluhan tahun lalu, tapi kapan, dimana dan apa perkataannya waktu itu saya masih ingat jelas sampai sekarang.

Figur yang bisa diandalkan dan dapat dipercaya, itu tentu sangat berguna bagi anak kecil, dan buat yang sudah dewasa pun kita sebenarnya tetap membutuhkan figur seperti itu. Mungkin bukan urusan gelap dan hantu lagi, tapi justru dalam menghadapi masalah-masalah hidup yang realistis, bisa jadi berhubungan dengan kelangsungan hidup kita dan keluarga, bisa membuat kita cemas bahkan takut, jauh lebih parah dari sekedar urusan gelap dan hantu seperti yang ada di pikiran anak-anak.

Sadarkah kita bahwa diluar figur manusia, ada Figur lain yang jauh lebih besar, jauh lebih bisa diandalkan dan dipercaya? Betul, saya bicara tentang figur Allah. Mudah bagi kita untuk berkata ya, tapi apakah kenyataannya demikian? Mudah pula bagi kita untuk berkata ya saat kita sedang baik-baik saja, tapi masih mudahkah saat kita berhadapan dengan situasi atau kondisi sulit?

Seberapa seringkah kita doa minta pertolongan Tuhan, lalu kita tutup dalam nama Yesus, kita bilang amin, tapi begitu selesai kita langsung khawatir dan takut lagi saat itu juga? Lantas buat apa kita berdoa kalau Sosok yang kepadaNya kita panjatkan doa ternyata belum cukup mampu kita pandang sebagai figur yang dapat diandalkan dan dipercaya? Apa gunanya kata amin kita ucapkan untuk menutup doa? Jika ada diantara teman-teman yang seperti itu, ketahuilah anda tidak sendirian, karena saya pun sempat beberapa kali mengalaminya.

Hari ini mari kita lihat ayat yang saya jadikan ayat bacaan yang diambil dari surat 2 Korintus 1:19-20. Bunyinya adalah sebagai berikut: “Karena Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan "tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya". Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah."

Mari perhatikan baik-baik rangkaian dua ayat diatas. Hal pertama yang harus kita camkan baik-baik adalah bahwa dalam Yesus tidak ada tipu, keliru, batal, kadang-kadang, mungkin, lihat nanti dan ketidakpastian atau tipuan lainnya. Yesus bukan Sosok yang plin-plan, suka ingkar janji, hari ini ya besok tidak, tapi di dalam Yesus hanya ada "ya". Sebab, Yesus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Artinya, dalam Yesus itu jelas ada jaminan kepastian. Karena adanya jaminan kepastian itulah kita mengatakan "Amin".

(bersambung)

No comments:

Lanjutan Sukacita Kedua (4)

 (sambungan) Jawaban sang ayah menunjukkan sebuah gambaran utuh mengenai sukacita kedua. Anak sulung adalah anak yang selalu taat. Ia tentu ...