(sambungan)
Kata-katanya itu muncul tiba-tiba, dan sempat membuat saya terharu. Di satu sisi saya dan istri merasa bersyukur bahwa ia bisa merasakan kasih sayang dan perhatian dari kami dan puas dengan itu, di sisi lain saya pun bisa melihat bagaimana ia sudah mampu melihat kasih sayang Tuhan atas diri dan hidupnya di usia masih sangat belia. Pastinya saya tidak akan pernah berhenti mendidik dan mengarahkannya agar hidup sesuai kebenaran dan terus membimbingnya untuk tetap ingat bahwa Tuhan akan selalu ada dan mengasihinya secara luar biasa.
Kita bisa melihat bahwa sesungguhnya peran orang tua terhadap masa depan anaknya sangatlah krusial. Benar, jika kita melihat ayat sebelumnya Tuhan sudah mengingatkan bahwa anak adalah milik pusaka, pemberian atau anugerah dari Tuhan (ay 3). Tetapi ingatlah bahwa kita yang dititipkan punya tanggungjawab besar untuk mengarahkan mereka menghadapi arus dunia yang penuh dengan kesesatan.
Siapa anak-anak kita kelak akan sangat tergantung dari bagaimana kita mengarahkannya, apakah kita sudah menjadi sosok pahlawan (warrior) seperti yang diinginkan Tuhan atau membiarkan mereka terseret arus dan menjadi orang-orang yang tidak berdampak atau malah mengganggu lingkungan.
Buat saya, peran orang tua yang disimbolkan bagai pahlawan yang berjuang dengan panah ini sangatlah menarik karena bisa mengilustrasikan koneksi orang tua dan anak beserta peran didalamnya secara tepat. Agar anda bisa menjadi pemanah ulung yang bisa membawa harum nama bangsa, anda butuh persiapan dan latihan yang matang. Mari kita lihat satu persatu dan kaitannya dengan peran orang tua ini.
1. Persiapkan tali busur, busur dan anak panah yang kuat
(bersambung)
Saturday, November 30, 2024
Pahlawan Pemanah (4)
Friday, November 29, 2024
Pahlawan Pemanah (3)
(sambungan)
"Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda." ("As arrows are in the hand of a warrior, so are the children of one's youth.") (Mazmur 127:4)
Dikatakan anak-anak pada masa muda, karena kita harus mulai serius berpikir untuk mengarahkan mereka sejak di usia dini. Biasanya anak-anak sudah sulit diatur apabila sudah mulai beranjak dewasa atau memasuki masa puber, oleh karena itu yang terbaik adalah mengenalkan mereka kepada Tuhan dan kebenaran-kebenaran FirmanNya, mengajarkan tata krama, kesopanan dalam berbicara dan bertingkah laku dan sebagainya sejak mereka masih kecil.
Saya mulai mengajarkan anak saya berdoa dan mengenal Tuhan sejak usianya masih 2 tahun. Sekarang di usia 5 tahun ia sudah memiliki hubungannya sendiri dengan Tuhan. Caranya berkomunikasi dengan Tuhan saat berdoa bagi saya terasa sangat mencerahkan.
Dalam doanya ia bagaikan berbincang bercerita tentang harinya, ucapan terima kasihnya yang sangat polos untuk hal-hal yang membuatnya senang, dan kalau dia ingin minta sesuatu, misalnya saat dia atau orang tuanya sakit, untuk berkat dalam usaha orang tuanya, atau kalau dia kepingin sesuatu, itu pun dia sampaikan terbuka dan apa adanya.
Lihatlah salah satu contoh ucapannya pada suatu kali yang tidak akan pernah saya lupa. Ia berkata seperti ini: "Kata papa kan saya itu 10 tahun ditunggu untuk lahir. Dan sekarang saya sudah bukan bayi lagi. Tuhan terus jaga saya sampai sekarang. Dan papa tahu nggak, buat saya, saya lahir punya orang tua papa dan mama itu bukti kalau Tuhan benar-benar sayang sama saya. Saya tidak mau ganti papa dan mama, karena papa dan mama itu adalah yang terbaik."
(bersambung)
Thursday, November 28, 2024
Pahlawan Pemanah (2)
(sambungan)
Posisi tangan yang membidik dengan yang memegang busur harus sejajar, bagaimana menarik busur dengan tiga jari dan cara melepaskannya, berbagai peralatan pengaman seperti pelindung tangan, dada (jika diperlukan, terutama bagi wanita) dan sebagainya, itupun perlu mendapat perhatian khusus. "Menjadi pemanah butuh persiapan dan latihan matang, karena salah-salah bukan hanya bisa meleset dari sasaran tapi juga bisa mencelakakan diri sendiri." kata teman saya.
Hawkeye dan Robin Hood mungkin hanya legenda atau cerita, itu benar. Mereka pahlawan, terlepas dari apakah mereka hanya tokoh hasil rekaan atau tidak, itu pun benar.Tapi tahukah anda bahwa di mata Tuhan anda pun sama dianggap para pahlawan apabila bisa mengarahkan anak-anak anda menuju sasaran yang benar? Tuhan menggambarkan peran anda para orang tua dan calon orang tua seperti Hawkeye dan Robin Hood, yaitu pahlawan yang bisa membuat anak-anak 'panah'nya untuk bisa tepat sasaran, membawa dampak positif dimanapun mereka ditempatkan.
Kata pahlawan sebagai sebutan bagi orang tua yang bisa mengarahkan anak itu benar-benar disebutkan di dalam Alkitab, yaitu di dalam kitab Mazmur 127:4. "As arrows are in the hand of a warrior, so are the children of one's youth."
Dalam bahasa Indonesianya dikatakan "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda."
(bersambung)
Wednesday, November 27, 2024
Pahlawan Pemanah (1)
Ayat bacaan: Mazmur 127:4
===================
"Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda."
Anda tentu ingat dengan tokoh urban legend atau hikayat dari tanah Inggris bernama Robin Hood. Ia merupakan musuh dari sheriff Nottingham yang ia anggap kerap merebut tanah rakyat dengan semena-mena. Jadi bagi sheriff Nottingham dan para bangsawan yang berafiliasi dengan sang sheriff, Robin Hood adalah musuh. Sementara bagi rakyat, ia dianggap pahlawan karena ia merampok para bangsawan itu lalu membagi-bagi hasil rampasannya kepada rakyat.
Menurut banyak catatan dari abad ke 15, Robin Hood piawai menggunakan busur panah dan pedang. Panah dan pedang merupakan senjata yang 'in' di masa itu, dan siapapun yang ingin menguasainya tentu harus berlatih terlebih dahulu.
Maju beberapa abad ke depan, komik Marvel pun punya salah satu superhero yang bernama Hawkeye. Tokoh ini bukanlah seorang dengan kekuatan superhero seperti halnya Hulk, bukan pula tokoh dengan dilengkapi peralatan hi-tech seperti Iron Man, tetapi ia piawai dalam menggunakan panah dan disebut sebagai pemanah terbaik dalam dunia komik Marvel.
Baik Robin Hood maupun Hawkeye di dalam film-film saat memanah sepertinya terlihat mudah, tapi sebenarnya tidaklah demikian. Menurut seorang teman saya yang menggeluti dunia panahan, untuk bisa menjadi pemanah ulung haruslah melalui banyak latihan dan butuh persiapan yang tidak ringan.
Untuk menjaga agar tidak sampai cedera bahu kita harus tahu betul prosedur dan cara yang benar dalam melakukannya, demikian juga agar panah bisa diarahkan tepat ke sasaran. Semua itu tidak mudah dan butuh latihan lama untuk dapat melakukannya dengan baik dan benar.
Ayat bacaan: Mazmur 127:4
===================
"Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda."
Anda tentu ingat dengan tokoh urban legend atau hikayat dari tanah Inggris bernama Robin Hood. Ia merupakan musuh dari sheriff Nottingham yang ia anggap kerap merebut tanah rakyat dengan semena-mena. Jadi bagi sheriff Nottingham dan para bangsawan yang berafiliasi dengan sang sheriff, Robin Hood adalah musuh. Sementara bagi rakyat, ia dianggap pahlawan karena ia merampok para bangsawan itu lalu membagi-bagi hasil rampasannya kepada rakyat.
Menurut banyak catatan dari abad ke 15, Robin Hood piawai menggunakan busur panah dan pedang. Panah dan pedang merupakan senjata yang 'in' di masa itu, dan siapapun yang ingin menguasainya tentu harus berlatih terlebih dahulu.
Maju beberapa abad ke depan, komik Marvel pun punya salah satu superhero yang bernama Hawkeye. Tokoh ini bukanlah seorang dengan kekuatan superhero seperti halnya Hulk, bukan pula tokoh dengan dilengkapi peralatan hi-tech seperti Iron Man, tetapi ia piawai dalam menggunakan panah dan disebut sebagai pemanah terbaik dalam dunia komik Marvel.
Baik Robin Hood maupun Hawkeye di dalam film-film saat memanah sepertinya terlihat mudah, tapi sebenarnya tidaklah demikian. Menurut seorang teman saya yang menggeluti dunia panahan, untuk bisa menjadi pemanah ulung haruslah melalui banyak latihan dan butuh persiapan yang tidak ringan.
Untuk menjaga agar tidak sampai cedera bahu kita harus tahu betul prosedur dan cara yang benar dalam melakukannya, demikian juga agar panah bisa diarahkan tepat ke sasaran. Semua itu tidak mudah dan butuh latihan lama untuk dapat melakukannya dengan baik dan benar.
(bersambung)
(bersambung)
Tuesday, November 26, 2024
Menjadi Anggur Yang Baik (5)
(sambungan)
Seringkali proses pengubahan ini seringkali tidak menyenangkan. Ada kalanya kita harus mengalami berbagai hal berat dan menyakitkan ketika sedang dibentuk. Mungkin, ketika air diubah menjadi anggur, jika bisa bicara bisa jadi air itu akan berteriak kesakitan. Tapi lewat itulah kita bisa diubahkan Tuhan menjadi anggur berkualitas yang bisa menjadi berkat bagi banyak orang.
Hidup kita yang biasa-biasa saja bisa dipakai Tuhan agar bermakna bagi orang lain. Untuk itu kita harus rela ditegur, dikoreksi, diajar atau malah dihajar jika perlu. Dan untuk menjadi hamba-hamba Tuhan, kita harus siap mengorbankan waktu, tenaga dan sebagainya yang sangat diperlukan dalam melayani.
Siapapun kita, apapun latar belakang kita, Tuhan bisa pakai itu semua untuk menjadi berkat. Yang dibutuhkan adalah kerelaan kita untuk diubahkan dan dipakai agar menjadi berkat. Ketaatan kita secara penuh, melakukan apa yang Dia perintahkan, lalu mengisi diri kita dengan firman Allah, itulah dasar yang akan mengarahkan kita menjadi anggur berkualitas.
Seperti apa atau diposisi mana kita saat ini? Mari kita sama-sama terus bertumbuh hingga bisa menjadi anggur baik yang bisa menjadi berkat bagi orang banyak.
Jadilah anggur yang baik yang membawa sukacita dan berkat bagi sesama
Monday, November 25, 2024
Menjadi Anggur Yang Baik (4)
(sambungan)
Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran penting: seperti apakah kita saat ini? Apakah kita masih seperti air biasa, atau air yang sedang dalam proses pemurnian, atau sudah menjadi anggur yang baik? Seperti halnya Yesus sanggup mengubah air menjadi anggur, Dia sanggup mengubah kita yang "biasa-biasa" saja untuk menjadi anggur yang baik yang bisa memberkati, membawa sukacita bagi banyak orang.
Lebih lanjut, kita juga bisa melihat bahwa awalnya tempayan-tempayan itu disuruh Yesus sendiri untuk diisi dengan air. Bagian ini mengacu pada pentingnya kita mengisi diri kita secara teratur dengan firman Tuhan yang hidup. Firman Tuhan sungguh penting dalam hidup kita, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12).
Dan jangan lupa sebelum air diperintahkan Yesus untuk masuk ke tempayan, ada sebuah pesan penting yang disampaikan Maria, ibu Yesus. "Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" (ay 5).
Dari sini kita bisa belajar bahwa ketaatan pada Yesus menjadi kunci utama pula. Jadi secara singkat kita bisa melihat bahwa apabila kita manusia berada di tangan Yesus, taat kepadaNya dan kemudian mengisi diri kita dengan firman Tuhan, maka kita bisa diubahkan untuk menjadi anggur (berkat) bagi orang lain.
(bersambung)
Sunday, November 24, 2024
Menjadi Anggur Yang Baik (3)
(sambungan)
Lalu selanjutnya ini yang terjadi. "Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh." (ay 7). Kemudian Yesus meminta mereka untuk menyendok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta. (ay 8). "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya". (ay 9).
Si pemimpin pesta terheran-heran melihat apa yang terjadi. Segera ia memanggil mempelai pria, dan berkata: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."(ay 10).
Secara ringkas itulah kisah yang menjadi mukjizat awal sebagai permulaan dari pelayanan Kristus secara langsung di dunia tiga setengah tahun setelahnya.
Sekarang mari kita lihat lebih jauh. Apa yang diberikan Yesus lewat mukjizatNya bukan sekedar anggur, tapi dikatakan anggur yang baik. (ay 10).
Anggur yang baik ini kemudian dinikmati dan menjadi berkat bagi banyak orang yang hadir disana. Tentu akan sangat berbeda kalau yang dihidangkan hanya air putih biasa.
(bersambung)
Saturday, November 23, 2024
Menjadi Anggur Yang Baik (2)
(sambungan)
Bicara soal anggur, hari ini saya ingin mengajak anda untuk melihat kisah perkawinan di Kana yang dihadiri Yesus. Kisah ini dicatat dalam Yohanes 2:1-11.
Ada banyak implikasi yang bisa kita jadikan pelajaran dari kisah ini, tapi hari ini saya secara khusus ingin fokus kepada mukjizat yang dilakukan Yesus dengan mengubah air menjadi anggur.
Pada saat itu, pesta pernikahan tampaknya sukses besar. Sepertinya tamu yang hadir membludak jauh dari yang diperkirakan, sehingga yang terjadi adalah tuan rumah pun kehabisan anggur.
Bayangkan jika kita yang menjadi tuan rumah pesta, dan hidangan utama habis sementara tamu masih berdatangan. Pasti pusing kan?
Mari kita lihat situasi disana dengan lebih dalam. "Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung." (Yohanes 2:6).
Dua-tiga buyung, itu berarti ukurannya sekitar 20-30 galon, kira-kira 100 liter bisa ditampung dalam masing-masing tempayan. Banyak bukan?
(bersambung)
Friday, November 22, 2024
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9
=====================
"Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya"
Perbedaan merek pada jenis minuman yang sama akan membuat harga berbeda. Itu tentu hal lumrah yang biasa anda lihat ketika berbelanja. Seringkali merek akan menjamin kualitas, maka yang bermerek bagus harganya pun akan lebih mahal dari yang mereknya di kelas yang lebih rendah.
Dalam kondisi sulit seperti sekarang, brand-brand ternama pun harus rela menekan harganya agar mampu bersaing. Lihat saja misalnya persaingan di antara teh kemasan botol plastik, jenis minuman yang termasuk masih laris di pasaran.
Jika beda mereka saja sudah bikin harga beda, apalagi jenis air atau minuman yang berbeda. Maksud saya, harga air mineral dengan teh kotak, kopi, jus tentu beda lagi. Apalagi jika dibandingkan dengan harga anggur, yang jika dikonsumsi dalam jumlah wajar menurut penelitian bisa membantu kesehatan. Harga air putih dan anggur jauh sekali bedanya. Sama-sama minuman, sama-sama air tapi selisih harganya jauh. Apalagi kalau anggurnya berkualitas, wah harganya bisa bagai bumi dan langit.
Bicara soal anggur, hari ini saya ingin mengajak anda untuk melihat kisah perkawinan di Kana yang dihadiri Yesus. Kisah ini dicatat dalam Yohanes 2:1-11.
(bersambung)
Thursday, November 21, 2024
Bisa Karena Terbiasa (6)
(sambungan)
Firman Tuhan juga mengingatkan bahayanya membiarkan dosa merasuk lewat berbagai keinginan daging. "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15).
Lihatlah rangkaiannya. Bermula dari keinginan yang dibiarkan bahkan dibuahi, dosa lahir sebagai hasilnya. Saat dosa dibiarkan terus bertambah matang, pada suatu ketika dosa akan melahirkan tidak ada hal lain selain maut.
Sangatlah berbahaya membiarkan diri kita diperbudak dosa. Dosa yang dilakukan berulang-ulang bisa mendatangkan akibat yang semakin buruk. Begitu berat resikonya apabila kita terus bermain-main dengan dosa.
Oleh karena itulah kita harus mengingat betul pesan Paulus agar kita benar-benar memperhatikan kesadaran kita sebaik-baiknya. Kesadaran yang bukan ala kadarnya tapi sebaik-baiknya sangatlah penting dalam menentukan apakah kita bisa menjaga kekudusan diri kita atau tidak, apakah kita bisa tetap bersih atau kembali tercemar oleh kebiasaan buruk lama dan banyak dosa lainnya. Apabila kita tahu apa yang salah tetapi kita terus menerus melakukannya maka yang terjadi bisa lebih buruk dari yang kita duga.
Tidaklah cukup bagi kita untuk sekedar tahu saja akan mana yang baik dan buruk tanpa benar-benar menjaga kesadaran kita secara baik. Mari jaga baik diri kita dari kecemaran, hindari dosa seperti apapun agar hal yang lebih buruk tidak harus terjadi pada kita, dan aar keselamatan yang sudah dianugerahkan lewat Kristus tidak luput dari genggaman kita.
Terbiasalah melakukan kebenaran bukan dosa
Wednesday, November 20, 2024
Bisa Karena Terbiasa (5)
(sambungan)
Dosa yang terus menerus dilakukan akan membawa dampak yang lebih berat lagi. Jika demikian, kesadaran sangatlah diperlukan agar kita tidak berbuat dosa lagi. Secara jelas Paulus juga mengingatkan kita agar tidak terbuai dan lengah menjaga kesadaran. "Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!" (1 Korintus 15:34).
Sadarlah kembali, bukan sekedar sadar atau sadar ala kadarnya, tapi sadarlah sebaik-baiknya, kata Paulus. Jangan puas dengan sadar yang hanya setengah-setengah. Hanya kesadaran yang sebaik-baiknya-lah yang bisa membuat kita awas akan jebakan-jebakan iblis agar kita kembali tercemar oleh berbagai dosa yang seharusnya sudah kita tinggalkan.
Jika mengacu kepada 1 Petrus 5:8, kita harus sadar bahwa iblis akan terus berkeliling mengaum-aum mencari celah untuk menjauhkan kita dari keselamatan. Dia akan terus berusaha untuk itu, tetapi ia tidak akan bisa berbuat apa-apa jika kita tidak memberi celah sedikitpun baginya untuk masuk. Ia hanya bisa berkeliling, mengaum-aum tanpa bisa melakukan apapun karena tidak ada celah yang bisa ia manfaatkan.
Itulah sebabnya menjaga kesadaran sebaik-baiknya merupakan tugas yang sangat penting untuk kita ingat setiap saat. Si jahat akan terus berusaha tanpa lelah untuk menipu dan menjebak kita agar kita kembali menjadi hamba dosa. Tetapi iblis tidak akan sanggup berbuat apa-apa jika kita tetap berada dalam kondisi sadar penuh setiap hari.
(bersambung)
Tuesday, November 19, 2024
Bisa Karena Terbiasa (4)
(sambungan)
"Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (ay 14).
Yesus mengingatkan orang ini agar jangan berbuat dosa lagi setelah sembuh, karena itu bisa membawa dampak yang lebih buruk lagi kepadanya. 38 tahun harusnya sudah lebih dari cukup untuk menjadi pelajaran akan bahaya dosa.
Godaan untuk berbuat dosa mungkin akan tetap dan selalu ada. Itu adalah hal yang sering dianggap lumrah, sesuatu yang dikatakan orang sebagai hal manusiawi. Karena itulah Yesus mengingatkan kita agar tidak tergoda. Jangan berbuat dosa lagi, supaya jangan sampai yang lebih buruk terjadi pada kita.
Yesus beberapa kali mengatakan "jangan berbuat dosa lagi" secara langsung selain kepada si lumpuh yang Dia temukan di kolam Betesda.
Misalnya seperti dalam kisah "perempuan yang berzinah" (Yohanes 7:53-8:11). Ketika perempuan yang berzinah itu hampir dihakimi oleh para ahli Taurat dan orang Farisi dengan hukuman dirajam sampai mati akibat kesalahannya, Yesus datang memberikan pengampunan. Satu pesan yang disampaikan Yesus kepadanya: "..jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (8:11).
(bersambung)
Monday, November 18, 2024
Bisa Karena Terbiasa (3)
(sambungan)
Hati nurani kita tidak lagi berfungsi atau terlanjur mati. Kita jadi terbiasa berbuat dosa dan tidak lagi merasa bersalah ketika melakukannya. Dosa terus meningkat sehingga mendatangkan banyak masalah dalam tingkatan yang seringkali bertambah pula. Dosa yang terus dibuahi akan mendatangkan dosa-dosa yang lebih berat dan banyak, pada akhirnya berujung maut.
Yesus mengingatkan akan hal ini ketika ia menyembuhkan orang lumpuh di kolam yang disebut Betesda (Yohanes 5:1-18).
Ada seorang lumpuh yang mengharapkan kesembuhan sehingga datang ke kolam Betesda. Orang yang lumpuh ini sudah begitu lama mengalami lumpuh. Tidak main-main, ia sudah menderita selama tidak kurang dari 38 tahun. Ia sangat berharap akan kesembuhan. Sayangnya waktu itu tidak satupun orang yang mau membawanya masuk ke dalam kolam.
Suatu hari Yesus yang ada disana melihatnya dan tanpa perlu basah menceburkan diri seperti yang dilakukan banyak orang saat mengharapkan kesembuhan, si lumpuh ini mengalami mukjizat kesembuhan dari Yesus.
Mari kita lihat kisah setelahnya. Setelah mengalami mukjizat kesembuhan, ia bertemu dengan Yesus di dalam Bait Allah. Perhatikan apa yang disampaikan Yesus kepadanya.
"Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (ay 14).
(bersambung)
Sunday, November 17, 2024
Bisa Karena Terbiasa (2)
(sambungan)
Melakukan kebiasaan yang baik akan membuat diri kita terlatih dan bertumbuh lebih baik. Tapi sayangnya, hal sebaliknya pun terjadi. Kalau kebiasaan buruk yang anda pupuk, maka hal buruk itu pun akan mengalami peningkatan pula, dari buruk menjadi lebih buruk kemudian menjadi semakin buruk.
Sebagai contoh sederhana saja, jika anda mulai dari korupsi kecil dengan mark-up harga barang, sekali dua kali berhasil maka nilai mark-up pun mulai semakin berani meningkat sampai korupsi besar-besaran.
Anda mulai mengkonsumsi obat terlarang, mungkin mulanya cuma coba-coba tapi kemudian menjadi addict atau ketagihan.
Kalau awalnya mulai belajar bandel dan membangkang, lama-lama jadi pemberontak dan jahat. Mulanya berbohong kecil, tapi kemudian jadi penipu yang dingin tanpa rasa bersalah lagi.
Betapa seringnya kita lupa bahwa dosa itu bisa meningkat eskalasinya dan membawa akibat yang terus semakin parah. Dosa lama yang kembali kita rangkul, dosa-dosa 'kecil' yang terus kita biarkan bisa mendatangkan dosa lebih banyak dan dengan sendirinya membawa akibat lebih buruk. Kalau tadinya kita merasa menyesal ketika berbuat dosa, ketika itu terus berulang-ulang kita biarkan maka lama kelamaan berbuat dosa akan terasa lebih ringan karena kita sudah terbiasa melakukannya.
(bersambung)
Saturday, November 16, 2024
Bisa Karena Terbiasa (1)
Ayat bacaan: Yohanes 5:14
======================
"Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk."
Saya termasuk beruntung, karena dengan penjualan yang menurun terus, karyawan saya ternyata setia untuk terus bekerja pada saya meski kami tidak lagi sanggup menggajinya seperti dulu. Supaya adil, saya pun memotong jam kerjanya setengah hari saja karena di pagi sampai siang saya harus mengantar dan menjemput anak pergi dan pulang sekolah, atau keperluan restok toko dan sebagainya.
Nah, disamping toko saya ada bengkel khusus spare part motor. Karena ia hanya setengah hari di saya, ia kemudian ditarik oleh si pemilik bengkel untuk lanjut kerja disana setelah jam kerjanya di saya berakhir. Mulanya ia ragu, karena ia tidak punya pengalaman apapun menggunakan mesin-mesin baik besar atau kecil untuk memproduksi spare part. Si pemilik bengkel mengajarkannya, dan sekarang ia bisa mengerjakan sendiri dari awal sampai selesai dengan cepat. Meski sulit, sesuatu yang sudah dilakukan secara terus menerus akan membuat pelakunya terbiasa.
Ada pepatah lama yang berbunyi: 'alah bisa karena biasa'. Pepatah ini mengacu kepada sifat alami manusia yang lewat kebiasaan mengerjakan sesuatu akan bisa melakukannya tanpa kesulitan lagi. Tadinya tidak bisa, karena biasa melakukan lama-lama jadi bisa.
Kalau anda belajar sesuatu dan kemudian berlatih dan melakukannya secara rutin, anda akan bisa melakukan itu dengan natural. Anda lihat musisi yang berlatih keras meningkatkan skil dan eksplorasinya, setelah bertahun-tahun maka mereka menjadi piawai menguasai instrumen mereka. Maka anda akan berkata: "wah, itu sulit sekali, tapi ia membuatnya terlihat seperti mudah!"
(bersambung)
Friday, November 15, 2024
Collective Faith (5)
(sambungan)
Kita harus mau melakukan itu kalau mau memenuhi hukum Kristus dan tidak hanya terpusat pada kepentingan diri sendiri. Justu kepentingan orang lain harus kita utamakan. "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya." (Roma 15:1-2)
Saling tolong menolong ini pun menjadi sebuah keharusan untuk dijadikan bagian hidup oleh orang-orang yang telah dipanggil oleh Tuhan sebagai wujud nyata dari kasih. "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2).
Kisah keempat sahabat yang menggotong temannya yang menderita kelumpuhan ini telah membuka cakrawala berpikir saya dalam memahami pesan-pesan penting yang terkandung di dalam Firman Tuhan. Sudahkah anda berkomunitas hari ini? Sadarkah anda akan pentingnya hal itu? Disamping anda mengharapkan sesuatu dari sebuah komunitas sel (komsel), apakah anda sudah berpikir apa yang bisa anda tawarkan, berikan atau bagikan buat teman-teman sepersekutuan? Dan apa yang bisa komsel anda lakukan untuk orang lain?
Hal ini sangatlah penting. Selain kita bisa tetap saling jaga mendekati datangnya hari Tuhan, kita pun bisa menggenapi hukum Kristus dan mengaplikasikan wujud kasih secara nyata dengan saling membantu satu sama lain. Hidupi sebuah komunitas sehat yang mengaplikasikan kebenaran, bertumbuhlah disana dan anda akan mengalami dan menyaksikan bagaimana kuasa mukjizat Tuhan mengalir deras disana.
Never underestimate the power of collective faith!
Thursday, November 14, 2024
Collective Faith (4)
(sambungan)
Saling tolong menolong, saling menjaga, saling mengingatkan dan saling-saling yang baik lainnya sesungguhnya merupakan sebuah keharusan bagi orang percaya. Firman Tuhan mengingatkan: Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan." (Pengkotbah 4:9-12).
Khusus ayat 12 dalam versi The Message dikatakan: "By yourself you’re unprotected. With a friend you can face the worst." Dengan sendirian kita akan tidak terproteksi. Dengan adanya teman kita bisa menghadapi hal terburuk sekalipun.
Firman Tuhan juga mengingatkan dengan jelas seperti berikut: "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2).
Ini adalah sebuah pesan penting dan serius, karena kalau kita mau memenuhi atau mengamalkan atau menggenapi hukum Kristus, kita harus mengembangkan kebiasaan saling tolong menolong dalam memikul beban masing-masing. Bagi kita yang kuat wajib menolong yang lemah, bagi kita yang sedang mampu seharusnya mau bersikap pro-aktif untuk menolong meringankan beban orang lain. Pro-aktif, artinya seharusnya kita mau menawarkan hal itu meski tidak atau belum diminta sekalipun.
(bersambung)
Wednesday, November 13, 2024
Collective Faith (3)
(sambungan)
Dari kisah ini kita bisa melihat beberapa hal penting.
Pertama, kita bisa melihat bagaimana iman bisa menggerakkan Tuhan menjamah seseorang untuk mengalami mukjizat-mukjizat Ilahi termasuk di dalamnya kesembuhan.
Kedua, kita juga bisa melihat bahwa iman kita sanggup menggerakkan Tuhan untuk menjamah orang lain. Iman dari keempat sahabat ternyata mampu mendatangkan kesembuhan dari si penderita lumpuh ini.
Ketiga, yang tidak kalah penting adalah semua ini dimungkinkan pula dari kerjasama yang padu dengan dasar saling tolong menolong. Pada hakekatnya kita diciptakan sebagai mahluk sosial yang seharusnya berinteraksi untuk bisa maju. Kita tidak akan bisa bertumbuh secara optimal kalau menjalankan semuanya sendirian.
Pada kenyataannya kita melihat banyaknya orang yang sebenarnya sudah dipulihkan tapi kembali jatuh kepada dosa asalnya, bahkan bisa jadi lebih parah dari sebelumnya, dan saat diteliti ternyata karena mereka hanya sendirian, tidak memiliki komunitas yang bisa saling menjaga dan mengingatkan. Inilah yang juga sering dilupakan oleh orang percaya, yaitu pentingnya bagi kita untuk memiliki komunitas yang kuat dan erat seperti halnya keluarga.
(bersambung)
Tuesday, November 12, 2024
Collective Faith (2)
(sambungan)
Mari kita lihat kisahnya dari Lukas pasal 5. "Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." (Lukas 5:18-20).
Anda bisa lihat yang namanya usaha itu seperti apa. Tidaklah mudah menggotong seorang lumpuh untuk naik ke atas atap lalu menurunkannya dengan selamat ke bawah. Pakai apa naiknya? Tangga? Kalau tangga, bagaimana caranya mengangkat orang secara berempat dalam situasi tegak lurus ke atas? Kalaupun bisa, itu jelas memerlukan kemampuan keseimbangan yang diatas rata-rata dan kehatian tingkat tinggi. Kemudian bagaimana caranya meletakkan si lumpuh saat mereka harus membongkar atap? Tapi demi kesembuhan temannya oleh Yesus, mereka mati-matian berusaha dan mengalahkan kemustahilan.
Dan mari kita lihat apa reaksi Yesus yang saya pakai sebagai ayat bacaan hari ini. "Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." (ay 20).
Perhatikan kata yang saya beri penekanan, "MEREKA". Yang disembuhkan adalah si orang yang lumpuh. Tapi apa yang mendasari Yesus menyembuhkannya? Jawabannya jelas tertulis dalam ayat ini, yaitu: "IMAN MEREKA". Bukan iman si lumpuh, tapi iman mereka. Kata mereka disini berarti jamak dan bukan tunggal. Bisa termasuk iman si lumpuh, tapi bisa juga iman keempat sahabatnya. Yang pasti, iman mereka secara kolektif, itulah yang menggerakkan Tuhan Yesus untuk menurunkan mukjizatNya.
(bersambung)
Monday, November 11, 2024
Collective Faith (1)
Ayat bacaan: Lukas 5:20
==============
"Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni."
Saya harap anda belum bosan dengan kisah keempat orang yang menggotong sahabat mereka yang lumpuh untuk bertemu Yesus agar disembuhkan. Dalam beberapa hari ini Tuhan memang sedang gencar berbicara banyak tentang beberapa hal mengacu kepada bagian kisah yang dicatat dalam tiga Injil, yaitu Matius Markus dan Lukas.
Bagi anda yang melewatkan beberapa renungan terdahulu, mari saya berikan lagi ringkasannya. Pada saat itu Yesus tengah datang di Kapernaum. Mengetahui bahwa Yesus ada disana, orang pun berbondong-bondong datang menjumpainya. Seketika rumah dimana Yesus ada pun penuh. Dalam Markus pasal 2 ayat 2 dikatakan bahwa disana sudah tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Kerumunan orang seperti itu membuat siapapun menjadi sulit untuk mendekat.
Datanglah seorang lumpuh yang digotong oleh empat orang temannya. Kalau satu orang saja sulit merapat, apalagi empat orang menggotong orang lumpuh. Tapi mereka tidak kehabisan akal, meski akal tersebut tampaknya sangat sulit atau bahkan sepertinya mustahil untuk dilakukan. Mereka memutuskan untuk memanjat atap, membuka atap rumah orang tersebut dan menurunkan temannya. Mukjizat pun terjadi. Yesus menyembuhkan si lumpuh pada saat itu. Ia pulang dengan berjalan dan membawa tilamnya sendiri.
Dalam beberapa renungan terdahulu kita sudah melihat beberapa aspek terkait mengenai hal ini, yaitu dari sisi pentingnya networking dan teamwork, kerjasama yang melibatkan Tuhan dan dari sisi si pemilik rumah yang merasakan sukacita kedua dari mukjizat yang terjadi di rumahnya dan menganggap kerugian sebagai bagian dari pelayanan. Hari ini saya ingin fokus kepada hal lain yang saya rasa juga jarang sekali kita perhatikan, yaitu iman dari keempat temannya.
(bersambung)
Sunday, November 10, 2024
Lanjutan Sukacita Kedua (7)
(sambungan)
Jangan bergembira karena roh-roh jahat itu takluk, tapi bersukacitalah justru karena itu berarti nama kita tercatat di surga. Sebuah nama yang muncul dalam kitab kehidupan akan membuat seisi surga bersukacita, dan demikian pula seharusnya dengan kita.
Mampu bersukacita dan bergembira karena kehidupan baik yang dilimpahkan Tuhan kepada kita tentu sungguh baik. Itu sudah jauh lebih baik dari orang-orang yang terlena dalam kenyamanan dan lupa untuk bersyukur atas berkat-berkat yang disediakan Tuhan bagi mereka. Menikmati sukacita sejati yang berasal dari Tuhan dimana keadaan tidak lagi bisa mengganggunya juga tentu amat baik. Tapi alangkah lebih baik lagi jika kita meningkatkan sukacita kita kepada sukacita berikutnya, yaitu sebuah sukacita yang hadir dalam diri kita ketika melihat adanya jiwa-jiwa yang diselamatkan.
Sukacita Bapa adalah sukacita kita juga. Rindukah kita untuk mengalami sukacita kedua? Sudahkah anda tergerak untuk mewartakan keselamatan kepada sesama, melakukan sesuatu bagi mereka agar mereka bisa mengalami Tuhan dalam hidup mereka melalui kita?
Jangan lupa bahwa sesungguhnya kita memikul Amanat Agung untuk mewartakan kabar keselamatan bagi setiap orang, dan kita bisa membuat surga terus bersukacita bersama dengan kita jika kita melaksanakan apa yang diamanatkan Yesus kepada setiap orang percaya. Jangan berhenti hanya pada sukacita pertama, tapi lanjutkanlah kepada sukacita kedua.
Setelah bersyukur dengan sukacita pertama, tingkatkan dengan sukacita kedua
Saturday, November 9, 2024
Lanjutan Sukacita Kedua (6)
(sambungan)
Dalam Roma 15 Paulus menyampaikan seperti berikut ini. "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri." (Roma 15:1).
Kita masing-masing haruslah mencari atau memikirkan apa yang baik buat sesama kita demi kebaikannya, menguatkan dan membangun mereka secara spiritual, bukan hanya mencari kesenangan sendiri.
Dalam bahasa Inggris kebaikan ini digambarkan dengan lebih lengkap: "his good and true welfare, to edify him (to strengthen him and build him up spiritually)"(ay 2).
Bentuk kepedulian seperti inilah yang sesungguhnya akan memungkinkan bangsa-bangsa berbalik memuliakan Allah dan menyanyikan mazmur bagi namaNya. (ay 9). Dan dengan demikian, bangsa-bangsa akan bersama-sama bersukacita dengan umat Allah. (ay 10).
Ketika kita bisa bersama-sama memuliakan Tuhan bersama jiwa-jiwa yang kembali ke pangkuan Tuhan, menerima anugerah keselamatan dan menjadi bagian dari karya penebusan Kristus, bukankah itu indah? Sudah sepantasnya itu bisa membuat kita dipenuhi sukacita.
Dalam kesempatan lain, mari kita lihat apa yang dikatakan Kristus. Kepada kita semua yang percaya telah diberikanNya kuasa untuk "menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19).
Ini adalah sebuah pemberian yang luar biasa. Bukan untuk gagah-gagahan atau pamer kekuatan, tapi adalah pemberian yang bertujuan agar kita semua diperlengkapi dalam menjalankan Amanat Agung, mewartakan kabar gembira untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Karena itulah Yesus selanjutnya berpesan: "Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." (ay 20).
(bersambung)
Friday, November 8, 2024
Lanjutan Sukacita Kedua (5)
(sambungan)
Satu jiwa pun begitu berharga di mata Tuhan. Ketika jiwa itu kembali ditemukan, sang gembala akan menggendongnya dengan gembira (ay 5) dan akan bersukacita karena jiwa yang hilang telah ditemukan kembali. (ay 6). Dan Yesus pun dengan jelas menggambarkan suasana yang terjadi di surga ketika ada seorang bertobat. "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (ay 7).
Perumpamaan berikutnya adalah mengenai dirham yang hilang. (ay 12-14). Jika seseorang memiliki 10 dirham lantas kehilangan satu diantaranya, tidakkah mereka berusaha mencari dirham yang hilang itu? (ay 8).
Jika uang lembaran 10 ribu milik anda tercecer, tidakkah anda mencoba menelusuri atau mencarinya meski di dompet anda ada seratus ribu? Sukacita pun akan hadir ketika dirham yang hilang telah ditemukan. Dan kembali Yesus menggambarkan suasana yang terjadi di surga. "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (ay 10).
Semua perumpamaan dalam Lukas 15 ini menggambarkan sebuah sukacita pada tingkatan baru, bukan hanya berhenti pada sukacita ketika kehidupan kita diberkati Tuhan, tapi juga mengalami sukacita ketika ada jiwa yang bertobat, yang kembali selamat dari kesesatan. Seperti itulah sukacita kedua.
(bersambung)
Thursday, November 7, 2024
Lanjutan Sukacita Kedua (4)
(sambungan)
Jawaban sang ayah menunjukkan sebuah gambaran utuh mengenai sukacita kedua. Anak sulung adalah anak yang selalu taat. Ia tentu bersukacita atas kehidupannya yang terjaga baik bersama sang ayah. Sayangnya sukacitanya hanya berhenti disana. Sukacitanya berhenti pada sukacita pertama yang berpusat pada kebaikan yang dirasakan diri sendiri. Si sulung tidak mampu melihat sebuah sukacita ketika adiknya yang hilang dan tadinya sesat sekarang kembali dengan selamat.
Maka sang ayah kemudian mengingatkan bahwa sudah sepatutnya ia pun bersukacita karena adiknya yang telah mati menjadi hidup kembali, yang telah hilang telah didapat kembali. Inilah bentuk sukacita kedua, yaitu sukacita yang hadir dalam diri kita ketika melihat ada jiwa yang harusnya mati tapi menjadi hidup kembali, diselamatkan dari kebinasaan dan beroleh hidup yang kekal melalui pertobatan mereka.
Dua perumpamaan sebelumnya yang disampaikan Yesus dan dicatat dalam Lukas pasal 15 menggambarkan hal yang sama.
Yang pertama, perumpamaan tentang domba yang hilang (Lukas 15:1-7) menunjukkan kepedulian Tuhan kepada jiwa yang hilang, bagaikan gembala yang akan bergegas meninggalkan 99 ekor domba yang sudah selamat demi mendapatkan satu jiwa yang sesat.
"Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?" (ay 4).
(bersambung)
Wednesday, November 6, 2024
Lanjutan Sukacita Kedua (3)
(sambungan)
Dalam renungan kali ini saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat bentuk sukacita ini dari beberapa perumpamaan lain yang disampaikan Yesus. Bukan hanya lewat satu atau dua, tapi lewat tiga perumpamaan.
Mari kita lihat terlebih dahulu perumpamaan ketiga tentang anak yang hilang. (Lukas 15:11-32).
Kisah anak yang hilang tentu sudah sangat familiar bagi kita. Meski demikian ada baiknya saya sampaikan sedikit seperti apa garis besarnya.
Secara singkat perumpamaan ini menggambarkan seorang anak yang keterlaluan dengan meminta warisannya ketika sang ayah masih hidup. Uang tersebut bukannya dipakai untuk hal-hal baik tapi malah ia pakai untuk berfoya-foya. Dalam waktu singkat ia jatuh miskin dan menderita. Ia pun kemudia menyesal dan memutuskan untuk pulang, apapun konsekuensinya.
Ia sudah siap meski ia harus menerima hukuman, dimarahi atau bahkan diusir. Tapi ternyata bukan itu yang menjadi reaksi sang ayah. Melihat kembalinya si bungsu, sang ayah langsung berlari menyambut dan memeluknya. Ia bahkanmenyediakan pesta besar untuk merayakan kembalinya anak yang hilang.
Semua bersukacita, kecuali abangnya, si anak sulung.
Ia merasa cemburu karena adiknya yang durhaka ternyata lebih dihargai ketimbang dirinya yang selama ini selalu taat kepada ayahnya. Ia pun menyampaikan protes.
Apa reaksi ayahnya? Ayahnya menjawab begini: "Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali." (Lukas 15:32).
(bersambung)
Tuesday, November 5, 2024
Lanjutan Sukacita Kedua (2)
(sambungan)
Dalam renungan sebelumnya kita sudah melihat bagaimana sebuah sukacita bisa berlanjut dari diri kita pribadi kepada saat melihat orang lain mengalami Tuhan dalam hidupnya, sebuah sukacita yang saya gambarkan sebagai jenis sukacita kedua.
Ketika kita terlibat di dalamnya, dengan memandangnya sebagai sebuah pelayanan, dengan sebuah hati hamba dimana kasih Allah mengalir bisa membuat kita bersukacita meski kita harus rela rugi waktu, tenaga atau harta karenanya.
Sebuah contoh menarik dari kisah Yesus bertemu seorang pria lumpuh yang ditandu oleh empat orang temannya menunjukkan hal ini, yaitu dari sudut sang pemilik rumah dimana kesembuhan sang pria lumpuh yang diturunkan dari atap terjadi. Bukan saja pemilik rumah harus rela melihat rumahnya dipenuhi orang dengan potensi kerusakan di rumah dan halamannya, tapi ia juga harus rela melihat atap rumahnya dibuka agar si pria lumpuh bisa diturunkan ke bawah untuk bertemu Yesus.
Baik dalam Injil Lukas, Markus dan Matius dimana kisah ini dicatat tidak ditemukan adanya komplain atau keluhan dari sang pemilik rumah. Itu menunjukkan bahwa sang pemilik rumah tidak memikirkan kerugian yang dideritanya karena ia fokus terhadap sukacita yang ia rasakan dengan adanya kesembuhan ilahi yang terjadi dirumahnya. Itulah yang saya sebut dengan sukacita kedua atau sukacita selanjutnya, yaitu sukacita yang timbul saat kita melihat orang lain mengalami Tuhan.
(bersambung)
Monday, November 4, 2024
Lanjutan Sukacita Kedua (1)
Ayat bacaan: Lukas 15:32
========================
"Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Saya ingat seorang teman saya semasa kuliah dulu. Entah kenapa ia sepertinya punya masalah dengan orang yang (lebih) berada darinya. Setiap melihat mobil mewah lewat ia menggerutu dan mengumpat pemiliknya yang entah siapa, kenal saja tidak. Kalau ada di parkiran, dia bisa nyeletuk: "sombong banget, digores baru tahu rasa." Lho, sombong bagaimana, itu cuma mobilnya yang parkir orangnya entah dimana. Melihat orang yang rapi dan berdandan pun sama. Pendek kata, ada sesuatu yang mewah di dekatnya, mukanya pun berubah dan kata-kata bernada negatif segera menyusul setelahnya.
Senang melihat orang susah, susah melihat orang senang. Sikap hati seperti ini menjangkiti banyak orang. Kalau sama yang tidak dikenal saja sikap hati bisa seperti itu, apalagi terhadap orang yang tidak disukai. Wah, kalau orang yang tidak disukai ditimpa masalah, senangnya bukan main rasanya. Tapi kalau mereka baik-baik saja atau malah ketiban rezeki, maka kesalnya sampai ke ubun-ubun, atau bahkan berani menuduh Tuhan bersikap tidak adil.
Rasa iri dan dengki sesungguhnya bagaikan penyakit yang menggerogoti hati. Cobalah berikan kesempatan pada rasa iri dan dengki, maka intensitasnya akan terus meningkat sehingga memperburuk kondisi hati kita.
Kalau dikira bahwa rasa ini hanya muncul saat kita melihat orang sukses ketika kita sendiri sedang susah, ternyata ada banyak penderita penyakit iri kronis ini disaat mereka sebenarnya sedang baik-baik saja, seperti teman saya di ilustrasi awal misalnya. Itulah sebabnya saya lebih suka menganggapnya sebagai penyakit yang kalau dibiarkan bisa memperburuk sikap hati.
Dalam renungan sebelumnya kita sudah melihat bagaimana sebuah sukacita bisa berlanjut dari diri kita pribadi kepada saat melihat orang lain mengalami Tuhan dalam hidupnya, sebuah sukacita yang saya gambarkan sebagai jenis sukacita kedua.
(bersambung)
Sunday, November 3, 2024
Sukacita Kedua (7)
(sambungan)
Menempatkan diri dari sisi sang pemilik rumah, saya merasa ia sadar bahwa itu adalah bagian atau resiko dari pelayanan. Saat kita melayani, kita pun harus rela mengorbankan waktu, tenaga dan uang. Bisa jadi orang yang kita hadapi malah sulit. Memberi penolakan, marah atau kambuhan. Mungkin sudah tidak memberi apa-apa, mereka malah tidak serius dan seperti malah kita yang punya kepentingan. Tapi itulah pelayanan. So be it. Memakai hati hamba dan mengaplikasikan kasih memang butuh pengorbanan.
Adalah baik jika kita sudah bisa bersukacita tanpa terpengaruh oleh kondisi faktual yang tengah kita alami saat ini. Tingkatkanlah sukacita itu kepada sebuah sukacita saat melihat ada orang lain yang diselamatkan, saat ada yang mengalami kuasa mukjizat Tuhan, menerima jamahanNya dan mendapat kesempatan menjadi manusia baru. Dan tentu saja, menjadi bagian atau rekan sekerja Tuhan dalam misi menyelamatkan jiwa-jiwa terhilang.
Meski kita harus rugi karenanya, itu tidak apa-apa, karena sebuah hati hamba yang berisi kasih Allah seharusnya tidak memperhitungkan hal tersebut melainkan turut bersukacita menyaksikannya. Bukankah saat melihat langsung hal itu atau saat mengalaminya, iman kita pun sedang ditumbuhkan? Pandanglah segala kerugian bahkan penderitaan itu sebagai suatu kehormatan.
Be joyful not only when you look at your life with faith but also when you see people being transformed by God
Saturday, November 2, 2024
Sukacita Kedua (6)
(sambungan)
Tapi mengacu kepada ketiga Injil yang menuliskan kejadian ini, tidak ditemukan tanda-tanda protes dari sang pemilik rumah. Tidak ada kemarahan, tidak ada keluhan, tidak ada komplain atau protes.
Ia tampaknya membiarkan saja itu terjadi. Kalau demikian, saya membayangkan bukannya marah, tapi ia justru bersukacita melihat bahwa rumahnya dipakai Tuhan sebagai tempat dimana banyak mukjizat kesembuhan terjadi dan menjadi tempat dimana Yesus menyampaikan pengajaranNya.
Bukan hanya rumahnya yang dipakai, tapi ia juga pasti menyaksikan semua mukijzat kesembuhan tepat di depan matanya, dan mendengarkan pula pengajaran Yesus secara langsung dari dekat.
Benar, setelah semuanya selesai, ia tentu harus memperbaiki sendiri atapnya setelah itu. Keluar uang lagi membeli bahan, keluar tenaga atau harus membayar upah tukang. Tapi ia tidak mempermasalahkan itu. Ia merasa terhormat dan bangga rumahnya lah yang dipilih Tuhan sebagai tempat untuk melakukan kesembuhan Ilahi dan memberi pengajaran. Di antara sekian banyak rumah di Kapernaum, yang dipakai rumah saya. Wow. Itu yang paling penting, yang lain bisa diurus nanti.
Saya pikir itulah yang ada di benaknya saat itu. Melihat orang lumpuh yang tadinya ditandu kini bisa berjalan dan membawa pulang tandunya sendiri, itu tentu pengalaman spiritual yang luar biasa.
(bersambung)
Friday, November 1, 2024
Sukacita Kedua (5)
(sambungan)
Versi Markus mencatatnya seperti ini: "Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring." (Markus 2:4).
Saat merenungkan ayat atau kisah ini, saya mendapat pencerahan dan melihat sesuatu yang sepertinya sangat jarang kita cermati.
Jika kemarin kita melihat kisah ini dari sisi orang lumpuh dan teman-temannya yang bersusah payah menggotongnya ke atap lantas menurunkan tepat di hadapan Yesus yang berada di dalam rumah, sekarang coba kita posisikan diri kita sebagai si pemilik rumah.
Bayangkan apabila anda adalah sang pemilik rumah. Sudah hiruk pikuk, sudah rumah anda penuh sesak oleh pengunjung, mungkin tanaman-tanaman di pekarangan hancur diinjak-injak, mungkin ada barang-barang yang jatuh dan pecah di dalam rumah, atau jangan-jangan ada yang hilang, anda masih harus melihat atap rumah anda dibongkar oleh sekelompok orang tanpa permisi atau minta ijin terlebih dahulu.
Atap rumah dibongkar bukan cuma bolong kecil tentunya, karena mereka harus menurunkan tandu dengan tilam yang ada orang di atasnya. Bisa jadi, kalau rumahnya kecil, sebagian besar atapnya sudah dibongkar.
Jika anda adalah pemilik rumah, apa yang anda lakukan? Mungkin anda akan marah. "Hey! Apa-apaan itu? Pergi sana sebelum saya panggil polisi!" Mungkin itu reaksi spontan kita. Atau anda biarkan, tapi mencoba mencari cara bagaimana mendapatkan uang ganti rugi. Atau cari sponsor? Atau minta langsung pada Yesus.
(bersambung)
Kacang Lupa Kulit (4)
(sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...