(sambungan)
Kapan dosa mempunyai peluang untuk menancapkan kukunya? Seringkali dosa mulai masuk menguasai kita saat kita mulai kehilangan kasih. Semakin hilang kasih dalam diri kita, maka kita pun akan semakin terekspos pada berbagai perbuatan dosa. Disanalah dosa akan menemukan jalannya untuk masuk ke dalam kita, lalu mengobok-obok kita sampai habis. Dengan kasih kita bisa mengampuni, tanpa kasih kita membenci dan mendendam. Dengan kasih kita bisa berbahagia atas kebaikan yang dialami orang lain, tanpa kasih kita menjadi iri, sirik dan dengki. Dengan kasih kita memberi, tanpa kasih kita merampas. Lihatlah bahwa pada saat kasih sirna dari diri kita, kita pun terekspos pada begitu banyak perbuatan dosa.
Bahayanya, semua contoh ini hanyalah awal dari datangnya dosa-dosa yang lebih parah yang pada akhirnya mendatangkan maut. Dari iri kita kemudian melakukan kejahatan, dari membenci kita kemudian berusaha menyakiti atau menghancurkan, dari merampas kita kemudian menghancurkan hidup orang lain. Dari satu dosa ke dosa berikutnya, demikian seterusnya sampai jurang maut siap menelan kita.
Bagaimana kasih bisa menghilang dari diri kita? Saya akan beri sebuah ilustrasi. Jika anda memanaskan air untuk membuat segelas teh atau kopi, anda harus segera menuangnya ke gelas setelah mendidih agar anda bisa membuat minuman dengan baik. Apabila setelah mendidih anda diamkan atau biarkan selama beberapa waktu, air akan kehilangan kehangatannya dan menjadi dingin. Jika anda membuat makanan yang nikmat dimakan pada saat panas atau hangat seperti sop atau soto, kenikmatannya akan berkurang jika tidak langsung dimakan begitu dihidangkan. Dan air yang sudah terlanjur dingin tentu saja akan gagal membuat kopi.
Kasih yang ada dalam diri kita pun seperti itu. Jika dibiarkan saja, kasih lama-lama bisa menguap, kehilangan kehangatannya lalu menjadi dingin. Pertanyannya, apa yang menyebabkan kasih bisa menjadi dingin? Yesus mengatakan: "Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12)
(bersambung)
Thursday, February 29, 2024
Kuasa Kasih Menutupi Banyak Sekali Dosa (2)
Wednesday, February 28, 2024
Kuasa Kasih Menutupi Banyak Sekali Dosa (1)
Ayat bacaan: 1 Petrus 4:8
=====================
"Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa."
Di negara dimana pemadaman aliran listrik masih kerap terjadi dan tanpa pemberitahuan, senter atau lilin maupun korek api menjadi sangatlah penting. Karena apabila listrik padam tiba-tiba di malam hari, maka kita membutuhkan sumber penerangan sesegera mungkin.
Ini adalah salah satu pengalaman saya. Dahulu saya tidak begitu mempedulikan letak sumber penerangan alternatif ini. Saya pikir, nanti pelan-pelan dicari walau harus meraba-raba juga pasti nemu. Suatu kali saat aliran listrik mendadak padam, saya kerepotan mencari senter atau apapun yang bisa menerangi ruangan. Karena kurang hati-hati, secara tidak sengaja menyenggol gelas. Gelasnya jatuh dan pecah di atas kaki saya. Kaki saya terluka kena pecahan kaca. Tapi saya tidak boleh bergerak karena saya tidak mau menginjak pecahan kaca dan menambah luka lain. Mau tidak mau, saya harus menunggu sampai listrik menyala kembali. Pengalaman itu membuat saya belajar untuk memastikan ada senter dan lilin pada tempat tertentu, tempat yang mudah dijangkau dan diingat.
Kegelapan membuat kita tidak bisa melihat. Dan dari ilustrasi berdasarkan pengalaman saya di atas, kita bisa belajar bahwa kegelapan ternyata bisa mendatangkan bahaya, seperti gelas yang jatuh dan pecah di kaki saya tadi. Dalam kehidupan rohani kita, kegelapan yang menggantikan terang juga bisa membawa kita masuk dalam bahaya. Ada banyak dosa yang siap masuk dan merusak tatanan kehidupan yang selama ini sudah susah payah kita bangun.
Maka apa yang harus kita lakukan adalah jangan memberi peluang bagi kegelapan, melainkan tetaplah hidup sebagai anak-anak terang. Kita harus sadari bahwa kegelapan sekelam apapun tidak akan pernah bisa menang melawan seberkas cahaya. Bahkan, semakin gelap sebuah tempat, semakin terang pula cahaya disana. Jika anda menyalakan senter di saat lampu menyala atau di siang hari, tentu cahaya senter itu tidak begitu jelas terlihat. Akan tetapi saat senter dipakai dalam ruang gelap, terang cahayanya akan dengan seketika mengalahkan gelap.
Kapan dosa mempunyai peluang untuk menancapkan kukunya?
(bersambung)
Tuesday, February 27, 2024
Lebih Jauh Tentang Kasih (6)
(sambungan)
Rangkaian pesan ini menegaskan pesan kasih yang harus kita jalankan di dunia jika kita mengaku mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita. Dan perhatikanlah bahwa akan selalu ada objek dimana kita bisa menyatakan kasih.
Memang tidak mudah untuk mengasihi orang yang suka mengecewakan atau menyakiti kita. Tetapi setidaknya kita bisa belajar untuk melakukannya dengan mengimani pribadi Tuhan yang tidak lain adalah kasih. Seperti kasih yang terus menerus Dia curahkan pada kita yang sebenarnya jauh dari layak untuk menerima itu semua, seperti itu pula kita seharusnya berbuat kepada orang lain.
Kasih adalah sebuah sikap hati yang memerlukan objek. Kita tidak bisa mengatakan kita mengasihi tanpa ada objek untuk dikasihi. Tapi meski objeknya ada namun kita tidak peduli, kasih pun tidak ada disana. Baik kasih terhadap sesama dalam wujud kepedulian, bantuan dalam berbagai bentuk, kepada hewan jalanan yang menderita, atau apapun, yang jelas kasih selalu membutuhkan objek. Kita tidak bisa hanya duduk diam dan menutup mata dari sekitar kita, melupakan orang-orang yang dekat dengan kita, mengabaikan penderitaan orang yang Tuhan tempatkan dekat kita, mudah membenci, mendendam dan kemudian sulit melepas pengampunan tapi mengaku punya kasih.
Ketika Tuhan begitu mengasihi kita, tidakkah kita yang mengaku anak-anakNya sudah sepantasnya berusaha pula untuk mengasihi orang lain? Saat kita sebagai manusia selalu rindu untuk menjadi objek kasih Tuhan, adakah orang disekitar anda saat ini yang bisa anda jadikan objek kasih? Maukah anda mengasihi dan berbagi kasih dengan mereka? What can you do for them, and can/will you let them feel God's love through you?
Kasih yang merupakan Pribadi Tuhan butuh objek untuk bisa berfungsi sempurna
Monday, February 26, 2024
Lebih Jauh Tentang Kasih (5)
(sambungan)
Tidak terhitung banyaknya ayat yang mencatat betapa Tuhan mengasihi kita. Kita dikatakan sebagai ciptaan yang dahsyat dan ajaib. Tuhan membentuk setiap bagian tubuh kita, menenun kita langsung dalam rahim ibu kita (Mazmur 139:13-14), kita dilukiskan Tuhan dalam telapak tanganNya dan terukir di ruang mataNya (Yesaya 39:16), dan lain-lain. Bahkan begitu besar Tuhan mengasihi kita sehingga Kristus pun Dia berikan agar kita semua selamat dari maut. (Yohanes 3:16). Semua kisah kasih Tuhan terhadap manusia yang penuh dosa ini begitu menggugah hati, sehingga seharusnya jika kita mengenal pribadiNya yang kasih, kita pun sudah pada tempatnya senantiasa termotivasi untuk mengasihi orang lain pula.
Tuhan sangat menantikan eratnya hubungan dengan anak-anakNya yang khusus diciptakan segambar dan serupa dengan Dia, yang dapat Dia kasihi. Tuhan menciptakan manusia, baik pria maupun wanita dengan begitu istimewa, dalam gambarNya sendiri, karena Dia menginginkan kita sebagai sosok untuk berbagi kasih.
Kalau demikian, apabila kita renungkan kasih dari sisi objeknya, maka anda akan mendapati bahwa pesan ini sesungguhnya sangatlah menakjubkan. Kita objek-objek yang menerima kasih Allah, bentuk kasih yang sempurna. Terlebih ketika Allah sudah terlebih dahulu mengulurkan tanganNya untuk mengasihi kita. Wujud mengasihi Tuhan ini tidaklah bisa lepas dari wujud mengasihi sesama kita, seperti apa yang dipesankan Tuhan Yesus.
Yohanes menuliskan demikian: "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1 Yohanes 4:19-21).
(bersambung)
Sunday, February 25, 2024
Lebih Jauh Tentang Kasih (4)
(sambungan)
Kemudian, dalam ayat berikut kita membaca "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (ay 16). Sedemikian pentingnya sebuah ungkapan kasih kepada sesama manusia, sedemikian pentingnya untuk hidup dikuasai oleh kasih dan bukan kebencian sampai-sampai itu dikaitkan dengan seberapa jauh pengenalan dan kedekatan kita dengan Allah sendiri.
Menariknya, apa yang disampaikan ayat ini bukan hanya sebatas Tuhan sebagai Pribadi yang Maha Pengasih, tetapi Tuhan sebagai kasih itu sendiri. Tuhan selalu rindu untuk memberikan kasihNya kepada kita, karena PribadiNya adalah kasih.
Selanjutnya, mari kita lihat kasih dari sudut objek. Tuhan mempunyai banyak sifat seperti adil, kudus, maha kuasa, maha besar dan seterusnya. Menariknya, sifat-sifat ini bisa dimiliki Tuhan tanpa membutuhkan kita alias sebenarnya tidak butuh objek.
Apa yang saya maksud adalah, Tuhan tidak perlu kita, manusia, untuk menjadi Yang Maha Kudus, tidak membutuhkan kita untuk menjadi Maha Adil, Maha Besar dan sebagainya. Tapi dari sisi pribadiNya sebagai Kasih itu nyatanya berbeda. Kasih tidak dapat Dia berikan tanpa kehadiran kita, manusia-manusia yang dibentuk sesuai dengan gambar dan rupaNya. Artinya, kita ada sebagai objek dimana Tuhan bisa menyatakan kasihNya. Logikanya, kasih akan berlangsung jika ada yang mengasihi dan ada yang dikasihi, dan saat kedua pihak saling mengasihi, maka disanalah kasih itu akan menjadi luar biasa indahnya. Singkatnya, kasih ternyata butuh objek.
(bersambung)
Saturday, February 24, 2024
Lebih Jauh Tentang Kasih (3)
(sambungan)
Selanjutnya, mari kita gali lebih dalam. Kita diperintahkan untuk meningkatkan level kasih kita, tidak hanya seperti mengasihi diri sendiri, melainkan seperti Kristus sendiri telah mengasihi kita. (Yohanes 13:34). Yesus juga berkata: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (15:13).
Tingkatan seperti itulah yang Tuhan sampaikan, dan itu sudah Dia contohkan sendiri secara langsung. Bisakah kita melakukan itu kepada orang lain? Mungkin bisa kepada orang yang sangat kita sayangi, tapi bagaimana kalau kepada orang lain, apalagi yang bermasalah dengan kita? Berat, itu pasti. Tetapi kalau kita bicara soal kasih dalam standar Kerajaan Surga, kita harus terus meningkatkan kekuatan otot kasih dalam hati kita agar setapak demi setapak bisa mencapai standar tersebut.
Dalam renungan hari ini saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat sebuah sisi lain dari penerapan kasih Allah, yaitu dari sisi hubungan antara kasih dan objeknya. Sebelum kita masuk kesana, mari kita lihat dahulu ayat berikut ini. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8).
Ayat ini sangat sederhana dan tidak asing lagi bagi kita, tetapi sesungguhnya berbicara sangat dalam dan fundamental, yaitu mengenai hubungan antara mengasihi orang lain dengan pengenalan kita akan pribadi Allah. Artinya, seberapa besar kita mengasihi sesama kita akan mencerminkan sejauh mana kita mengenal Allah, yang bukan cuma sumber kasih tapi juga merupakan Kasih itu sendiri.
Perhatikanlah bahwa ayat tersebut tidak mengatakan bahwa "barangsiapa tidak mengasihi keluarganya, istrinya, anaknya, orang tuanya", tapi berbicara mengenai mengasihi terhadap orang lain secara umum, siapapun mereka. Jadi, kalau kita masih menyimpan dendam, jika kita masih membenci seseorang, yang artinya kita tidak mengasihi mereka, itu sama saja dengan tidak mengenal Allah.
(bersambung)
Friday, February 23, 2024
Lebih Jauh Tentang Kasih (2)
(sambungan)
Atau mungkin mudah kalau kita menyatakan kasih kepada pasangan atau keluarga, tapi akan sulit saat itu berhubungan dengan orang lain, terlebih yang pernah menyakiti, mengecewakan atau orang-orang yang tabiatnya memang sulit dan cenderung mengesalkan. Kalau kita berhadapan dengan tipe orang seperti itu, tidak bereaksi negatif saja mungkin sudah menjadi keberhasilan besar bagi kita. Bagaimana mau mengasihi mereka yang bersikap jahat pada kita? Enak saja. Itu reaksi normal kebanyakan orang. Kalau harus mengasihi, tentu sulit sekali, atau malah hampir-hampir tidak mungkin. Dan secara manusiawi, alasannya banyak dan rata-rata secara manusiawi masuk akal.
Padahal kasih merupakan dasar dari kekristenan yang seharusnya dimiliki atau dihidupi oleh orang-orang percaya. Ada juga yang seolah peduli, tetapi bukan karena mereka mengasihi melainkan karena motivasi-motivasi atau agenda yang bisa mendatangkan keuntungan pribadi kepada diri mereka, keluarga atau kelompok, misalnya ingin mendapat pujian, ingin terlihat hebat, ingin seperti pahlawan rohani atau ketika mengincar jabatan atau kursi seperti yang selalu dengan mudah kita lihat setiap ada pemilihan kepala daerah, anggota dewan dan sebagainya. Ada juga yang tampaknya memaafkan, tapi di dalam hati masih menyimpan benci dan masih menantikan saat kehancuran dari seterunya terjadi. Belum lagi orang-orang yang mendoakan hal buruk, padahal doa tidak boleh sama sekali berisi hal-hal sedemikian. Hal-hal seperti ini belumlah menggambarkan seperti apa bentuk kasih yang sebenarnya seperti yang Tuhan mau kita miliki.
Dua perintah yang terutama dari Yesus itu berkaitan dengan kasih. Perintah tersebut adalah:
- mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi
- mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Matius 22:37-40)
Jadi dua hal tentang kasih ini menjadi perintah yang terutama dari Yesus, dan itu menunjukkan betapa pentingnya kasih bagi kita, dan betapa pentingnya pula kasih di mata Tuhan.
(bersambung)
Thursday, February 22, 2024
Lebih Jauh Tentang Kasih (1)
Ayat bacaan: 1 Yohanes 4:19-21
=======================
"Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya."
Ada dua orang, mari kita sebut sebagai A dan B. Si A peduli terhadap orang lain. Ia ringan tangan membantu, meluangkan waktu, tenaga dan sebagian dari miliknya kepada orang yang membutuhkan pertolongan. Sedangkan si B sama sekali tidak peduli terhadap kesulitan orang-orang di sekitarnya. Ia memalingkan muka, menghindar dari kewajiban untuk membantu sesamanya yang membutuhkan dengan berbagai macam dalih. Antara si A dan B, yang manakah menurut anda orang yang punya kasih? Saya yakin semua orang akan memilih A.
Apakah sosok B bisa mengaku punya kasih? Biasanya justru demikian. Mereka yang tidak peduli terhadap orang lain pun akan mengaku bahwa mereka punya kasih. Itu lumrah, itu biasa. Atau, orang-orang yang hanya terlihat seolah peduli agar dilihat orang lain, sehingga mendapat pujian dan penghargaan. Atau demi keuntungan-keuntungan pribadi lainnya. Itu pun lumrah dan biasa kita jumpai di sekitar kita. Padahal, pada kenyataannya, kita tidak bisa mengaku memiliki kasih tapi tidak melakukan apapun pada orang lain.
Melakukan untuk orang lain bukan cuma bicara soal sumbangan atau membantu dari segi finansial, tetapi juga dalam banyak hal non materi seperti perhatian, bantuan moril, tenaga dan sebagainya. Mengorbankan waktu luang demi orang lain, kerelaan untuk mendengar, semua ini seringkali menjadi kebutuhan banyak orang selain kesulitan ekonomi. Orang yang mau melakukan itu ditengah-tengah kesibukan sehari-hari tidak perlu bersuara mendeklarasikan bahwa ia punya kasih, karena orang akan bisa melihat dan merasakan langsung bagaimana kasih itu bekerja dalam dirinya dan mengalir menyentuh banyak orang.
Hari ini saya masih ingin melanjutkan tentang kasih. Kasih adalah sesuatu yang mudah diucapkan tapi kerap tidak mudah dilakukan atau diterapkan. Ada banyak orang yang sulitnya minta ampun untuk menyatakan kasih. Mudah protes tapi sulit memberi pujian. Pujian saja susah apalagi menyatakan kasih. Atau ...
(bersambung)
Wednesday, February 21, 2024
Karakteristik Kasih (5)
(sambungan)
Hari valentine yang diperingati sebagai hari kasih sayang akan diperingati atau dirayakan dengan berbagai cara. Ada yang memperingati dengan memberi bunga atau coklat, ada yang mencari suasana ke cafe atau restoran, tukar menukar kado, kartu ucapan, dan lain-lain. Semua itu tidak salah, tapi alangkah baiknya apabila dipakai sebagai sebuah hari yang bukan saja khusus untuk kekasih atau orang-orang terdekat saja, tetapi jadikanlah sebagai titik tolak bagi kita untuk membagi kasih kepada sesama manusia, tanpa terkecuali.
Kasih dalam kekristenan sesungguhnya adalah kasih yang bersifat universal dan punya daya jangkau luas, bukan kasih yang pilih-pilih seperti sikap orang-orang yang mengadopsi pola pikir dunia, apalagi mengaku punya kasih tapi terus menyebar kebencian. Sekali lagi, kasih adalah esensi dasar kekristenan. Semakin jauh kita mengenal Kristus, seharusnya semakin besar kasih yang ada dalam diri kita. Jika yang terjadi sebaliknya, itu berarti ada yang salah dalam prosesnya.
Standar kasih dalam kekristenan itu luas, bukan cuma harus menyentuh orang-orang yang dekat dan baik pada kita, tapi justru harus mampu menjangkau orang di luar sana, bahkan terhadap mereka yang membenci dan menyakiti kita. Adalah baik jika anda merayakan momen kasih sayang setiap tahun ini dengan suasana romantis bersama orang yang anda cintai, bersama keluarga dan sahabat, tapi alangkah baiknya apabila momen ini dipakai untuk memeriksa kasih dalam hati kita dan mengambil komitmen untuk menyalurkannya kepada sesama kita. Bagi yang sudah melakukannya, teruskanlah menjadi saluran berkat dan sukacita, dan bagi yang belum, mulailah dari sekarang. Enjoy the month of love, keep having it in your heart throughout the years, and let others feel God's love through us.
Semakin jauh kita mengenal Tuhan, semakin besar pula harusnya kasih dalam diri kita. Love others the way God loves you
Tuesday, February 20, 2024
Karakteristik Kasih (4)
(sambungan)
Lebih lanjut perikop ini memberi sebuah pernyataan yang sangat jelas, yaitu bahwa pada suatu saat nanti "... nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap." Itu semua akan habis pada satu ketika. Akan tetapi "kasih tidak berkesudahan." (ay 8). Tidak akan pernah ada saat dimana orang tidak lagi membutuhkan kasih. Tidak perlu lagi saling mengasihi, tidak lagi merasakan kebutuhan akan kasih. Baik di dunia maupun nanti dalam kehidupan selanjutnya yang kekal, kasih akan tetap ada. It will still be existed.
Tuhan sendiri tidak akan pernah berhenti mengasihi kita dan akan terus mengharapkan kita mengasihiNya serta menjalani hidup yang digerakkan oleh kasih. Itulah keinginan Tuhan.
Begitu pentingnya kasih, sehingga diantara tiga penting untuk tetap kita lakukan, yakni iman, pengharapan dan kasih, dengan jelas disebutkan bahwa yang terpenting atau terbesar diantara itu semua adalah kasih. (ay 13). Mengasihi Tuhan dan mengasihi orang lain seperti halnya Tuhan mengasihi kita, itu adalah bentuk kesadaran kita akan betapa besarnya kasih itu sebagai wujud pribadi dari Tuhan sendiri.
Kalau biasanya kita paling jauh hanya sampai pada merasa kasihan, ini saatnya untuk mulai bergerak melakukan tindakan nyata sebagai bentuk kepedulian kita dengan didasari kasih yang tulus dan murni. Ada begitu banyak orang yang menjadi tawar karena tidak lagi merasakan kasih dalam hidupnya, dan mereka ini ada di sekitar anda dan saya.
Kalau kita ternyata masih mudah dihinggapi kebencian, ini saatnya kita mengisi diri lebih lagi dengan kasih. Jika anda menganggap bahwa kasih Tuhan nyata dalam hidup anda, jika anda tahu betapa indah rasanya dikasihi dan mengasihi, sekarang saatnya untuk membagikan sukacita yang sama pada mereka yang membutuhkan. Akan sangat sulit untuk melakukan seperti ini kalau orang-orang terdekat kita saja belum merasakan hangatnya kasih dan perhatian kita.
(bersambung)
Monday, February 19, 2024
Karakteristik Kasih (3)
(sambungan)
Penjabaran kasih lewat Paulus ini sungguh menarik karena diberikan dengan sangat detail. Dari ayat-ayat diatas kita bisa melihat bahwa standar kasih dalam kekristenan haruslah memiliki ciri atau karakteristik berikut ini:
- sabar
- murah hati
- tidak cemburu
- tidak memegahkan diri
- tidak sombong
- tidak melakukan yang tidak sopan
- tidak mencari keuntungan sendiri
- tidak berisi kemarahan
- tidak menyimpan kesalahan orang alias mendendam
- menentang ketidakadilan
- menyukai kebenaran
- menguatkan/memberi daya tahan untuk menghadapi segala sesuatu
- memampukan untuk melihat sisi-sisi terbaik pada setiap orang
- membuat kita terus hidup dalam pengharapan, dan
- membuat kita tabah dalam menanggung segala sesuatu
Dari rincian di atas kita bisa mendapatkan bahwa bentuk kasih yang menjadi inti atau dasar dalam kekristenan sesungguhnya memiliki sebuah standar yang sangat tinggi. Di dalamnya jelas terdapat mendahulukan kepentingan orang lain, jujur, setia, sabar, rendah hati, memberi kekuatan dan kesabaran ketika berhadapan dengan orang-orang yang menyusahkan kita dan membuat kita tidak terjebak pada emosi, bahkan hingga kerelaan untuk berkorban.
Standar tinggi ini tentu saja sangat baik apabila diaplikasikan kepada pasangan kita, antara suami-istri, terhadap anak-anak atau keluarga dan sahabat. Tapi kasih seperti ini seharusnya memiliki daya jangkau yang lebih luas lagi, menyentuh orang-orang diluar sana, yang belum kita kenal bahkan yang sulit dijangkau sekalipun. Kasih seperti inilah yang akan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik, sebentuk kasih Surgawi yang sudah dipraktekkan oleh Allah sendiri lewat Kristus, kasih yang sudah mendatangkan keselamatan bagi kita dan mendamaikan hubungan antara Sang Pencipta dan yang diciptakan yang tadinya terputus akibat dosa.
(bersambung)
Sunday, February 18, 2024
Karakteristik Kasih (2)
(sambungan)
Apakah benar manusia bisa tidak butuh kasih? Apakah kasih itu hanya sesuatu yang wujudnya semu dan tidak nyata, atau malah omong kosong? Bagi mereka yang mengalami kepahitan tentang kasih, mungkin jawabannya ya. Tapi siapapun itu, apapun kata mereka, saya yakin, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka pun sama seperti anda dan saya, butuh dicintai dan ingin bisa mencintai.
Selanjutnya, seperti apa kasih itu? Apakah kasih itu ada wujudnya atau hanya semu sifatnya? Jika ada wujudnya, adakah ciri-ciri atau karakteristiknya, dan jika ada, apa saja?
Akan hal ini, alangkah baiknya jika kita mengacu kepada Alkitab. Inti sari Kekristenan adalah kasih. Karenanya, Alkitab tentu saja seharusnya berbicara banyak soal kasih. Dan memang seperti itulah adanya.
Saya selalu tertarik pada sebuah perikop dalam 1 Korintus yang diberi judul to the point atau langsung menuju tepat pada sasaran yaitu 'Kasih', dan itu tertulis dalam pasal 13. Pasal 13 ini berbicara panjang lebar mengenai kasih, bukan hanya sebatas dicintai oleh orang lain, tetapi lebih jauh berbicara mengenai bentuk kasih yang universal, yang punya daya jangkau luas bahkan menjelaskan seperti apa standar kasih menurut Kerajaan Allah, yang seharusnya dihidupi oleh orang percaya.
Seperti apa standarnya? Mari kita lihat sebagian ayatnya.
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran." (1 Korintus 13:4-6). Lebih jauh lagi, orang yang memiliki kasih akan tahan menghadapi segala sesuatu, dan mau melihat sisi baik dari setiap orang, tidak pernah kehilangan harapan dan sabar. "Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (ay 7).
Penjabaran kasih lewat Paulus ini sungguh menarik karena diberikan dengan sangat detail. Dari ayat-ayat diatas kita bisa melihat bahwa standar kasih dalam kekristenan haruslah memiliki ciri atau karakteristik berikut ini:
(bersambung)
Saturday, February 17, 2024
Karakteristik Kasih (1)
Ayat bacaan: 1 Korintus 13:13
======================
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."
Seorang teman bercerita bahwa ada seorang sahabat dalam kelompok pertemanannya yang tidak lagi mereka ajak ngumpul, dan alasannya karena bucin. "Males aja, setiap kali pacarnya nge-whatsapp, dia langsung meninggalkan kita semua tanpa peduli apapun. Terkadang kita sedang ngobrol asyik, dia bisa pergi begitu saja tanpa permisi. Jadi males untuk ngajak dia ngumpul dan main lagi." katanya sambil tersenyum. Bucin? Pasti semua pada tahu kan artinya?
Di jaman sekarang atau jaman yang disebut jaman now, ada banyak istilah-istilah baru yang biasanya merupakan singkatan, dimana istilah-istilah ini sangat familiar terutama di kalangan anak muda. Salah satunya adalah bucin, yang merupakan singkatan dari budak cinta. Istilah ini mengacu pada sosok yang melulu mendahulukan pasangannya dalam situasi dan kondisi apapun. Terlepas dari definisi atau pengertian yang lahir dari candaan di masyarakat akan orang yang melulu mendasari prioritas hidupnya atas pasangannya, istilah ini bagi saya sedikit banyak menunjukkan tingginya kebutuhan manusia akan cinta atau kasih, baik dicintai maupun mencintai, mengasihi dan dikasihi.
Baru saja kita melewati Valentine's Day. Sebagian mau merayakan, sebagian lagi tidak. Mungkin mudah bagi yang sudah punya pasangan dan sedang dalam keadaan hubungan yang baik untuk merayakan, tapi bisa jadi sulit bagi yang belum punya pasangan, atau sedang berada dalam turbulensi hubungan. Tapi ingatlah, seperti yang saya bahas dalam renungan sebelumnya, bahwa diatas bentuk kasih antar manusia, kita jangan pernah lupa dan bersyukur akan kasih Allah yang sangat besar, sebegitu besar hingga Dia rela mengorbankan Kristus demi menebus dosa-dosa kita. Sebuah karya penebusan sebesar ini didasari oleh satu hal, yaitu kasih.
Dunia yang kita hidupi hari ini adalah dunia yang terus semakin dipenuhi kebencian. Kalau kita dekat dengan Tuhan seharusnya kita tidak kesulitan mengakses kasih sehingga tidak ada tempat bagi kebencian dalam hati kita. Kalau ternyata kita masih diliputi kebencian dan kepahitan, itu artinya kita harus memeriksa kembali keberadaan kasih Tuhan dalam diri kita. Bagi saya, hari kasih sayang pun bisa dijadikan momen untuk itu. Saya merayakan juga bersama istri dan anak, mengucapkan kepada keluarga dan teman-teman, hanya saja saya tidak mau membatasi dan memandang hari kasih sayang secara sempit hanya mengenai orang yang pacaran atau saling cinta saja. Saya lebih suka melihatnya sebagai saat yang baik untuk melihat kasih secara universal, terhadap Tuhan dan sesama kita, serta memeriksa seberapa besar kasih masih menguasai hati kita.
(bersambung)
Friday, February 16, 2024
Mengingat Kasih Allah di Hari Kasih Sayang (5)
(sambungan)
Adakah yang bisa memisahkan kita dari kasih Allah? Kalau kita menyadari hakekat kita sebagai orang-orang yang lebih dari pemenang, kita seharusnya sadar pula bahwa kasih Allah yang begitu besar itu melekat pada diri kita sedemikian rupa sehingga tak ada apapun yang bisa memisahkan. Itu tertulis dalam Roma 8. "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 8:38-39).
Kita ingin kasih seperti ini melimpah dan bisa kita alirkan pula kepada sesama, terlebih pada mereka yang saat ini tengah kesepian, menderita dan merindukan bentuk kasih seperti itu. Tidaklah salah merayakan Hari Kasih Sayang alias Valentine bersama kekasih atau pasangan anda dengan suasana romantis. Ini bisa menjadi momen yang baik untuk menghangatkan kembali hubungan yang mungkin mulai dingin atau memperkuat hubungan yang masih terekat dengan baik. Orang-orang terdekat seperti orang tua, kakek, nenek, saudara maupun sahabat-sahabat terdekat juga bisa menjadi orang yang mendapatkan pernyataan kasih secara khusus di hari ini. Tapi jangan lupa pula bahwa ada banyak orang di luar sana yang merindukan bagaimana indahnya dipedulikan dan dikasihi. Bagilah kasih bersama mereka juga. Dan tentu saja, jangan pernah lupakan the greatest love of all, bentuk kasih sejati dari Tuhan yang berlaku buat semua umat manusia sepanjang masa. It's good to celebrate it with the one you love, but it's more important to thank God for how great His love is to us all during this very special day.
Feel the love inside you, never let it go, and flow it out to reach others. Betapa indahnya apabila itu terjadi lewat orang percaya, dan perayaaan tahun ini bisa dijadikan momentum untuk itu. Happy Valentine everyone, God loves you!
Feel his Love and let others feel it too through us
Thursday, February 15, 2024
Mengingat Kasih Allah di Hari Kasih Sayang (4)
(sambungan)
Rangkaian ayat dalam 2 Korintus 5:17-21 menyatakan lebih lanjut bentuk kasih yang luar biasa besar dan sejati. Yesus menyatakan kasihNya bukan saja saat Dia berkeliling menyampaikan suara hati Bapa dan melakukan begitu banyak mukjizat, tapi terlebih saat Dia harus melalui proses yang begitu menyiksa hingga Dia mati di kayu salib, untuk kita, untuk setiap anda dan saya. Yesus mendamaikan hubungan antara kita dengan Allah Bapa yang terputus akibat dosa. In Christ, we are a new creation. The old moral and spiritual condition has passed away. Behold, and be happy, the fresh and new has come. Ini adalah anugerah luar biasa besar yang dimungkinkan oleh kasih Tuhan kepada kita.
Selanjutnya, jika anda baca Roma pasal 5, anda akan kembali menemukan pesan ini. "Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:6-8).
Kenapa Yesus melakukan hal itu atas kita? Yesus melakukan itu semua bukan karena kita orang baik, karena kita luar biasa, karena kita sangat hebat dan lain-lain. Bukan pula karena Yesus berhutang budi pada kita, karena kebesaran kita, dan sebagainya. Sesungguhnya Yesus mati untuk kita disaat kita masih berdosa. Dia datang untuk kita orang berdosa dan mengorbankan diriNya demi keselamatan kita, atas dasar kasih Allah yang begitu besar kepada kita.
Sekali lagi, pada ayat 8 menyatakan dengan jelas bahwa "Allah menyatakan kasih-Nya kepada kita ketika Kristus mati untuk kita pada waktu kita masih orang berdosa." (BIS) Dalam bahasa Inggris amplifiednya dikatakan "But God shows and clearly proves His [own] love for us by the fact that while we were still sinners, Christ (the Messiah, the Anointed One) died for us." A love so true, so genuine, bentuk kasih yang kita rindukan untuk memenuhi diri kita selamanya.
(bersambung)
Wednesday, February 14, 2024
Mengingat Kasih Allah di Hari Kasih Sayang (3)
(sambungan)
Perhatikan bahwa yang menggerakkan Tuhan untuk mengorbankan Kristus tidak lain dan tidak bukan adalah kasih. But God SHOWS and CLEARLY PROVES His own love for us is through the fact that He let Christ died for us while we were still sinners. To me, that's a wow. There can be no greater love than this. Di saat kita masih berselubung dosa dan berpotensi menuju maut, kasih Tuhan yang sebegitu besar membuatNya rela memberikan Kristus menggantikan kita, mengalami siksaan hingga mati di kayu salib. All for us, based on His love. Sekali lagi, tidak ada kasih yang lebih besar daripada itu.
Kalau kita sanggup berkorban bahkan nyawa sekalipun demi orang yang kita sayangi, itu akan menunjukkan betapa besarnya kasih kita kepadanya. That shows, and clearly proves how much we love the person.
Berapa sering dan berapa banyak dari kita yang tetap mengingat besarnya kasih Tuhan pada kita lewat pengorbanan Kristus? That's the question.
Pada kenyataannya, masih banyak dari kita yang lupa akan hal itu. Kalau bukan masih terus melakukan pelanggaran dari ketetapan Tuhan, banyak pula yang hingga hari ini masih terbelenggu oleh berbagai penyesalan akan perbuatan-perbuatan di masa lalu tanpa kunjung lepas daripadanya. Kita tidak bisa menghapus ingatan itu, kita tidak bisa mundur ke masa lalu dan merubahnya. Ya, kita tidak bisa melakukan itu. Tapi ketahuilah ini: Tuhan sudah mengatakan bahwa dalam Kristus kita mendapatkan kesempatan untuk menjadi ciptaan baru. Berbalik dari segala luka dan penderitaan di masa lalu untuk menjadi umatNya yang indah.
Lihatlah ayat berikut ini. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." (2 Korintus 5:17-21).
(bersambung)
Tuesday, February 13, 2024
Mengingat Kasih Allah di Hari Kasih Sayang (2)
(sambungan)
Bagi yang merayakan, terutama anak-anak muda, merayakan dengan memberi sesuatu kepada kekasihnya seperti yang paling umum coklat dan bunga mawar, candlelight dinner dan sebagainya tentu boleh-boleh saja. That's sweet. Suasana di pusat-pusat keramaian seperti mall, cafe dan resto pun akan membuat pengunjung dimanjakan dengan suasana romantis bernuansa pink, itupun menambah nuansa kasih dalam hari spesial. Mempergunakan satu hari secara khusus untuk mengingat, merenungkan dan menyatakan kasih baik kepada pasangan, anak, orang tua, teman atau keluarga tentu penting. Tapi ada satu hal yang buat saya lebih penting, yaitu merenungkan apa sebenarnya hikmah yang bisa kita ambil dari hari Valentine ini.
Termasuk bagi mereka yang hari ini sendirian, kesepian atau mungkin sedang terluka, di hari Valentine ini saya ingin mengingatkan bahwa ada Pribadi yang peduli, yang selalu ada bersama anda dan sangat mengasihi anda, yaitu Yesus. Yesus selalu ingin memberikan kasihNya kepada anda setiap saat, bukan sementara. Dia tidak akan mengecewakan anda, meninggalkan anda, menyakiti anda. Tidak. Dia tidak akan membenci anda. Dia bahkan sudah memberikan nyawaNya sendiri untuk semua manusia agar bisa ditebus dari dosa, dipulihkan hubungan dengan Bapa dan dilayakkan untuk menerima kehidupan yang kekal. He has done that many years ago. He loves us, He is Love. And folks, I think that's even more important to remember, and to celebrate in the Day of Love.
Mari kita lihat ayat berikut ini. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16).
Dalam versi English Amplified, dikatakan: "But God shows and clearly proves His [own] love for us by the fact that while we were still sinners, Christ (the Messiah, the Anointed One) died for us."
Perhatikan bahwa ....
(bersambung)
Monday, February 12, 2024
Mengingat Kasih Allah di Hari Kasih Sayang (1)
Ayat bacaan: Roma 5:8
=============
"But God shows and clearly proves His [own] love for us by the fact that while we were still sinners, Christ (the Messiah, the Anointed One) died for us." (English AMP)
Valentine's Day, Hari Valentine alias Hari Kasih Sayang akan tiba sebentar lagi. Sebagian merayakannya, sebagian lagi tidak. Pro dan kontra, itu biasa. Saya tidak mau mempermasalahkan hal itu. Adalah hak setiap orang untuk memilih dan menentukan apa yang mereka anggap baik.
Buat saya, hari Valentine merupakan hari istimewa. Mengapa? Karena, meski saya terus berusaha untuk mengingat dan menyatakan kasih terutama kepada orang-orang terdekat saya setiap saat, saya merasa bahwa sebuah hari yang secara khusus diperingati sebagai hari kasih sayang tetap saya butuhkan. Sebuah hari dimana saya secara khusus bersyukur akan kehadiran orang-orang terdekat yang saya kasihi, orang-orang yang membuat saya bisa kuat, tegar, dan merasa dikasihi, orang-orang yang membuat saya menjadi siapa saya hari ini. Sebuah hari yang saya dedikasikan untuk mereka, memastikan mereka tahu bahwa saya mencintai mereka dengan sepenuh hati dan berterima kasih atas keberadaan mereka dalam hidup saya.
Saya rasa Tuhan tahu sepenting apa menyatakan kasih itu bagi saya, karena Tuhan ternyata memilih hari Valentine pula secara spesifik untuk memberikan seorang putri. Seorang anak, yang sudah lebih 10 tahun kami nantikan, akhirnya lahir 5 tahun lalu. Dan Tuhan menghadirkannya ke dunia tepat subuh di hari Valentine.
Bagi saya pribadi, itu adalah sebuah pernyataan kasih Tuhan kepada kami secara nyata. Dan saya tidak akan pernah berhenti bersyukur akan hal ini. Anak yang saat ini menginjak usia 5 tahun dengan pertumbuhan fisik dan intelegensia yang amat sangat baik, juga dalam hal rohani. Sejak usia 3 tahun ia sudah pintar memimpin doa, dan iman dalam kepolosannya sangat menginspirasi saya secara pribadi, dimana ia kerap mampu memberi kekuatan, dan mengingatkan di saat-saat saya merasa letih dalam deraan kesulitan. She was born on Valentine's Day. The day of love.
(bersambung)
Sunday, February 11, 2024
Sekuens (8)
(sambungan)
Have you found the right path? Have you known your calling? Are you walking on the right sequence at this moment? Are you moving towards where He destined you to go? Perbaiki segera sekiranya sekuens anda saat ini berisi pengambilan keputusan yang keliru dan kembalilah segera sesuai jalan yang benar. Pekalah terhadap suara Tuhan, hindari segala hal yang bisa membuat anda sulit mendengar suaraNya seperti ketakutan, rasa panik, ragu dan berbagai hal yang masih belum dibereskan, dan isilah setiap sekuens dengan langkah yang benar.
Seperti ilustrasi dari kisah nyata di awal tentang pemilik sekolah dimana anak saya tengah menimba ilmu, berdoalah dan minta petunjuk Tuhan. Isilah doa-doa kita bukan dengan daftar permintaan akan kemudahan dalam hidup tapi meminta Tuhan menunjukkan kemana kita harus melangkah, jalan mana yang harus kita ambil, agar bukan kehendak kita, tapi kehendakNya lah yang terjadi. KehendakNya dimana segala sesuatu itu indah.
Meski keterbatasan kita membuat kita sulit untuk mengetahui rencana Tuhan secara utuh dari awal hingga akhir, tapi itu bukan berarti bahwa Tuhan ingin main rahasia-rahasiaan dengan kita, menyembunyikan atau bahkan mempersulit kita untuk tahu. No. Dia ingin kita tahu rencanaNya, selangkah demi selangkah. Adding up and finishing each piece until we get the full grand picture. Dan untuk itu, Tuhan siap menyertai kita di setiap langkah. Jika kita menuruti jejakNya, jika Tuhan yang menuntun, sesulit apapun setiap fragmen hidup ini, kita tidak akan goyah dalam melewatinya.
Mumpung masih di awal tahun, mari kita pastikan kita melangkah di jalur yang benar bersama Tuhan. Make sure to make the right decision in every sequence, because it will affect the next one all the way to the finish line.
Isi setiap sekuens kehidupan anda dengan benar agar bisa mencapai akhir sesuai rencana Tuhan
Saturday, February 10, 2024
Sekuens (7)
(sambungan)
Kalau kemarin saya sudah menyampaikan bahwa mengetahui bunyi Firman-firman Tuhan di dalam Alkitab sangat penting, adalah penting juga bagi kita untuk memastikan bahwa pikiran dan perasaan (mind and heart) kita harus selaras berjalan dalam koridornya Tuhan. Peringatan akan pentingnya hal ini sudah disebutkan dalam Filipi 2:5 yang bunyinya: "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus". Seperti yang saya sampaikan dalam beberapa renungan terdahulu, ada hubungan antara pikiran dan perasaan dimana kondisi salah satu atau keduanya bisa sangat menentukan perjalanan pertumbuhan keimanan kita. Tidak menjaga salah satu atau keduanya, atau ketika keduanya tidak selaras dalam ketetapan Tuhan, kita pun bisa mengambil langkah yang salah dalam setiap sekuens. Karena itu pikiran dan perasaan harus sejalan, dan menuju kepada kebenaran. Selaraskan dengan Yesus Kristus, lantas pelihara dengan memiliki damai sejahtera Allah (bacalah Filipi 4:7).
Sekarang, bagaimana jika kita sudah terlanjur mengambil langkah yang keliru? Kerugian baik kecil maupun besar akan menjadi bagian kita, itu pasti. Tapi kabar baiknya, Tuhan masih membuka kesempatan bagi kita untuk memperbaiki sebelum lebih banyak lagi sekuens yang hancur yang bisa membawa kerugian yang lebih besar. Pernah suatu kali ketika saya mengambil keputusan yang keliru dan menderita kerugian finansial cukup besar, Tuhan berkata dalam hati saya bahwa Dia adalah "The God of second chance." Artinya Tuhan memberi kesempatan dan siap memulihkan kita. Tidak lama berselang saya mengalami langsung pemulihan yang luar biasa, sehingga saya tidak harus menanggung kerugian besar akibat satu sekuens yang salah itu.
Dalam Mazmur itu disebutkan dengan jelas. "Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong.Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku" (Mazmur 40:1-2). Jadi ketika anda terperosok dan meminta (menantikan) pertolongan Tuhan, Tuhan bisa mengangkat kita keluar, meski dari kerugian yang tampaknya sulit untuk dilepaskan karena melengket bagai lumpur rawa, dan kemudian menempatkan kita di atas bukit batu agar kita bisa kembali mengambil langkah mantap dalam sekuens selanjutnya. Meski kita bisa mengalami kesalahan langkah dalam suatu ketika, Tuhan selalu siap membuka kesempatan bagi kita untuk berbalik dan kemudian memulihkan kita. That's how amazing and full of love He is to us. Thank God for that.
Sebuah kehidupan berjalan dalam sebuah sekuens yang bersambung, saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain. Salah satu sekuens akan memberi pengaruh besar pada sekuens berikutnya. Jika anda menunda satu sekuens, itu artinya anda memperlambat sekuens selanjutnya untuk terjadi. Jika anda melakukan kesalahan dalam banyak sekuens, anda bisa membayangkan berapa besar kerugian yang bisa anda derita. Anggaplah setiap sekuens ini sebagai bagian dari perlombaan lari, dimana satu sekuens diisi dengan satu ayunan kaki dan tangan, maka setiap ayunan itu akan menentukan bagaimana anda mencapai garis akhir.
(bersambung)
Friday, February 9, 2024
Sekuens (6)
(sambungan)
Sekuens selanjutnya adalah ketika Yusuf yang gagah mulai digoda oleh istri tuannya. Tapi Yusuf tidak mau tergoda. Ia memastikan sekuens ini tetap baik seperti sebelumnya, meski penolakannya berbuah hasutan yang membawanya ke penjara. Dari budak menuju penjara, ini bukanlah peningkatan. Tapi lagi-lagi Alkitab mencatat penyertaan Tuhan membuatnya berhasil. "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu. Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya. Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil." (ay 21-23).
Berada di penjara selama dua tahun lalu menjadi bagian dari sejarah hidupnya. Singkat cerita, Yusuf kemudian berhasil mengartikan mimpi Firaun dan mendapat lompatan tinggi. Dari budak, tawanan ia tiba-tiba menjadi orang yang berkuasa atas seluruh tanah mesir (ay 40-41). Kita bisa melihat bagaimana sekuens demi sekuens yang diambil Yusuf selalu berada dalam ketetapan Tuhan. Dia tidak menyimpang sedikitpun dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu ia bisa menggenapi visi yang telah ditanam Tuhan sejak semula. Seandainya Yusuf salah dalam melangkah, tentu kisahnya berakhir berbeda. Tapi kita bisa melihat bahwa berjalan seturut kehendak Allah dengan memperhatikan segala petunjuk, arahan maupun ketetapanNya, tidak melanggar laranganNya dan berteguh iman yang percaya kepada janji Tuhan membawa Yusuf menggenapi rencana Tuhan atasnya. Jika anda membaca kisah hidup Saul, anda akan menemukan gambaran yang sebaliknya. Both of them had sequences in their lives, the way the filled each one resulted different endings.
Maka tepatlah apabila Daud mengatakan bahwa apabila "langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidak goyang." (Mazmur 17:5). If my steps held closely to God's paths, my feet wouldn't slipped. Daud juga mengingatkan bahwa "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepadaNya." (37:23). Jadi penting bagi kita untuk memastikan bahwa kita memiliki cara dan gaya hidup yang berkenan kepada Tuhan agar dalam setiap langkah kita dibimbing langsung oleh Tuhan. Being directed and established by God Himself. Itulah yang akan membuat kita tidak terjatuh dalam pengambilan keputusan yang keliru agar setiap sekuens tidak terbuang sia-sia atau malah mendatangkan kerugian yang tidak sedikit bagi kita.
(bersambung)
Thursday, February 8, 2024
Sekuens (5)
(sambungan)
Mari kita lihat ayat berikut ini
"langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidak goyang." (Mazmur 17:5).
Daud ternyata menyadari dengan pasti bahwa jika ia hidup menurut petunjuk Tuhan, by following His paths, kakinya tidak akan terpeleset atau terjebak pada langkah yang salah. Jika ini yang mau kita lakukan, maka kita harus tahu betul apa saja petunjuk-petunjuk Tuhan yang disampaikan dalam banyak Firman yang tertulis di dalam Alkitab. Kalau kita malas membaca Alkitab tentu kita akan buta akan semua ketetapanNya. We have to know how things should work according to God which can lead us to amazing achievements and the salvation. Jika anda membaca renungan kemarin maka anda bisa melihat bahwa perjalanan hidup kita diisi dengan perlombaan yang diwajibkan bagi setiap orang, dan kita diingatkan Paulus untuk berlomba dengan tekun, melepaskan segala yang merintangi dan memberatkan langkah kita agar dapat mencapai garis akhir dengan baik. (Ibrani 12:1).
Jadi jika hidup adalah bagian dari sequence yang saling terkait, berhubungan, tidak terputus dimana satu langkah berpengaruh besar terhadap langkah selanjutnya, kita harus memperhatikan betul bagaimana setiap langkah diambil agar kita bisa menyelesaikan perlombaan yang diwajibkan itu dengan baik, tepat seperti yang diinginkan Tuhan atas kita.
Ada banyak contoh yang bisa kita pelajari lewat tokoh-tokoh di dalam Alkitab mengenai sekuens kehidupan ini. Ada yang berhasil mencapai garis akhir dengan baik, ada pula yang pada akhirnya binasa. Saul mengawali dengan baik tapi kemudian harus berakhir tragis karena sekuens-sekuens hidupnya tersusun dari pengambilan keputusan hidup yang salah. Untuk yang baik, salah satunya kita bisa belajar dari Yusuf.
Mari kita lihat sekuens-sekuens dari Yusuf. Kisah Yusuf diawali dengan cerita bahwa ia diperlakukan berbeda, lebih dikasihi dibanding saudara-saudaranya. (Kejaian 37:3). Ini membuat saudara-saudaranya cemburu dan ia pun mulai dipenuhi penderitaan. Karena ia menceritakan visi Allah atas hidupnya, ia kemudian hampir dibunuh. Lepas dari masalah pembunuhan, ia dilemparkan ke dalam sumur. Selamat dari sumur, ia malah dijual sebagai budak dan dibawa ke Mesir. Yusuf kemudian dibeli oleh Potifar, seorang kepala pengawal istana raja. Posisi budak, itu artinya ia bekerja tanpa digaji. Itu bukanlah posisi strategis dan bisa dibanggakan, tapi Yusuf ternyata berprestasi dan mendapat promosi untuk menjadi orang kepercayaan Potifar dan tinggal dirumah mewah tuannya itu. Dalam sekuens ini kita mulai melihat bahwa langkah Yusuf yang tidak menyimpang dari ketetapan Tuhan membawa pencapaian baik, bahkan ketika hidup sedang berada di titik bawah. Alkitab menyebutkan hal itu dengan jelas. "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya;" (Kejadian 39:2).
(bersambung)
Wednesday, February 7, 2024
Sekuens (4)
(sambungan)
Mari lihat sebuah ilustrasi sederhana, yang awalnya membukakan mata saya akan hal sequence. Misalkan anda ingin menyeberangi sungai beraliran deras dengan melompati batu-batu yang ada disana. Sebelum anda melompat, anda tentu harus melihat dulu rangkaian batu mana yang harus anda lalui agar anda bisa sampai dengan selamat di seberang kan? Which stepping stone to step on, and keep ourselves on track until we reach the other side. Bayangkan jika anda langsung melompat tanpa memperhatikan alurnya, anda bisa meloncat di jalur yang salah dan buntu di tengah sungai deras. Anda bisa menjadi semakin jauh dari seberang dan terjebak, mungkin tidak pula bisa mundur lagi.
In order to reach the other side, we have to know which stone to step in, from one to another. Agar bisa sampai ke seberang, kita harus mengetahui terlebih dahulu rangkaian batu yang harus kita lompati, dari satu batu ke batu lainnya.
Atau bayangkan jika kita harus melewati sebuah maze atau labirin. Agar bisa mencapai jalan keluar, kita tentu harus tahu arah memilih langkah. Jika tidak, maka kita pun akan menemui jalan buntu, bahkan bisa bingung untuk kembali. Kita bisa berputar-putar tanpa akhir sampai kita gagal menemukan jalan keluar.
That's a sequence. Getting the right sequence will lead us to reach the destination, on the other hand, choosing wrong will make us fail. Selain hanya buang waktu, buang tenaga, bahkan mengalami kerugian, kita pun bisa gagal menggenapi rencanaNya.
Buat saya, sangatlah penting untuk terus melakukan kontemplasi. Adalah penting untuk melihat kembali apa saja yang sudah saya lakukan, langkah-langkah atau keputusan-keputusan yang saya ambil sampai hari ini, apa yang masih harus diperbaiki dan apa yang harus ditingkatkan. Saya sadar betul bahwa hidup ini merupakan sebuah rangkaian bersambung yang terkait satu sama lain. Satu langkah menentukan langkah berikutnya, one thing leads to another. Dan ini biasanya disebut dengan sequence atau sekuens. Itu artinya, setiap langkah akan sangat menentukan keberhasilan kita. Jika kita menjalani satu persatu dengan baik, maka peningkatan kesuksesan pun bisa kita alami. Sebaliknya satu langkah yang salah akan mempengaruhi langkah selanjutnya. Bisa dibayangkan bagaimana kesalahan pengambilan keputusan terjadi dalam beberapa langkah dari rangkaian perjalanan hidup kita. Waktu bisa terbuang sia-sia, kegagalan atau kerugian akan semakin besar dan yang lebih buruk lagi, kita bisa terjatuh kepada hal-hal yang bisa sangat merugikan masa depan atau bahkan keselamatan kita. Satu langkah yang tersendat akan menghalangi rangkaian selanjutnya sehingga memperlambat pencapaian ke depan.
Buat anda yang gemar atau setidaknya pernah bermain catur, anda tentu tahu bahwa anda harus bisa memperkirakan beberapa langkah ke depan termasuk alternatif-alternatif atau kemungkinannya. Satu langkah bidak yang salah bisa membuat anda kalah, atau jika anda mengambil jeda maka permainan pun terpaksa berhenti sampai anda melanjutkannya. Seperti itulah kira-kira gambaran dari sequence yang kita jalani dalam hidup.
Dalam hidup ini akan ada begitu banyak opsi. Life is full of choices. Ada jumlah kemungkinan yang tidak terbatas dalam setiap langkah. Jika demikian anda tentu sepakat dengan saya bahwa setiap langkah yang diambil harus benar-benar diperhatikan dengan pertimbangan matang. Jangan grusa-grusu, jangan terburu-buru dan jangan pula asal-asalan. Tapi yang paling penting adalah dengan menetapkan langkah tepat seperti rencana Tuhan dan tidak menyimpang sedikitpun dari ketetapanNya.
(bersambung)
Tuesday, February 6, 2024
Sekuens (3)
sambungan)
Pada keesokan harinya, mereka seolah dituntun untuk sampai pada sebuah rumah besar, dimana pemiliknya belum pernah mereka kenal.
Singkat cerita, sang pemilik mewariskan rumah itu kepada mereka untuk dipakai sebagai sekolah. Sebuah sekolah yang bisa menjangkau anak manapun tanpa memandang latar belakang mereka, memberikan pendidikan dasar untuk menciptakan generasi tangguh yang akan berdampak di masa depan.
How small is the chance to experience what they did? Seberapa mungkin kita bisa mengalami apa yang mereka alami? Tapi itulah yang nyata terjadi. Dan itu masih terus mereka lakukan hingga hari ini.
Apa yang mereka alami terasa sangat memberkati dan mengispirasi saya. Saya belajar sangat banyak dari pengalaman mereka. And, it certainly feels amazing to see how God works in our real life, at present time. Menyaksikan bahwa Tuhan secara nyata bekerja dalam hidup kita, itu luar biasa.
Selanjutnya, sang istri yang menjabat sebagai kepala sekolah juga bercerita pada saya, ia tahu pasti bahwa menjadi kepala sekolah sebenarnya bukanlah panggilannya. Tapi ia harus patuh menjalankan karena jabatan ini merupakan bagian dari destinasinya, menuju panggilannya dan menuju penggenapan rencana Tuhan baginya.
Apakah ada di antara teman-teman yang pernah, atau bahkan juga saat ini tengah merasakan hal yang sama? Apa yang anda kerjakan saat ini mungkin terasa bukanlah panggilan anda, tapi anda tahu pula bahwa anda harus melakukannya sebagai bagian dari perjalanan hidup anda?
Dan bukankah di masa-masa sulit atau krisis seperti saat ini banyak pula dari kita yang kesulitan menentukan langkah mana yang harus kita ambil untuk bertahan? Jangan sampai kita salah pilih, jangan sampai kita salah jalan dalam melangkah.
Jika demikian, sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui dengan pasti kemana arah Tuhan mau kita menuju, satu demi satu langkah, step by step, hingga kita menggenapi panggilan kita, dan kemudian menggenapi rencanaNya bagi kita.
Langkah demi langkah. Inilah hal yang saya maksud sebagai sekuens atau sequence.
(bersambung)
Monday, February 5, 2024
Sekuens (2)
(sambungan)
So here it is.
Every moment of life is a part of a long sequence. There will always be ups and downs, there will be turbulances, obstacles and all kinds of circumstances. But we have to go through it in order to reach what He has destined for each and everyone of us.
Walk through the path is one thing. But it is also important to know where He wants us to go, what He wants us to be. Not taking the wrong way, but walking all the way towards the right path, so we won't waste our time, and then waste our chance to reach it.
So for me, the message for this year is clear and strong. Let's find out what He plans for us in 2024. Choose the right path and complete the sequence then fulfill the grand design of what God desires for us to have exactly from the moment He breathed the breath of life into us.
Setiap momen dalam perjalanan hidup kita adalah bagian dari sebuah sekuens atau urutan panjang. Akan selalu ada saat-saat pasang surut, akan selalu ada goncangan, halangan dan berbagai situasi sulit yang mungkin tidak terelakkan. Tapi kita harus mampu melewatinya agar kita bisa mencapai apa yang sudah Dia buat/rencanakan bagi setiap kita.
Melewati, melangkah, berjalan maju adalah satu hal, tapi ingatlah bahwa sangat penting pula untuk mengetahui kemana sebenarnya Tuhan mau kita melangkah. Apa yang Tuhan ingin untuk kita lakukan, Tuhan ingin kita jadi apa. Jangan sampai kita salah melangkah dan membuang waktu, tapi memastikan agar kita melangkah dalam arah yang benar supaya kita mampu menggenapi apa yang Tuhan sudah sediakan bagi kita - segala sesuatu yang indah.
Saya akan bagikan sebuah ilustrasi akan hal ini berdasarkan kisah nyata dari pemilik sekolah dimana anak saya saat ini berada. Ia bercerita bahwa ia dan suaminya sampai di kota ini sekian tahun lalu dalam keadaan tidak punya apa-apa. Mereka hanya berjalan dan mencari dimana mereka bisa menetap, dan apa yang harus mereka kerjakan supaya bisa bertahan hidup. Suaminya bercerita bahwa di saat sulit seperti itu, ia mengambil waktu untuk berdoa, agar kiranya Tuhan mengarahkan langkah mereka sesuai yang Tuhan kehendaki. "Jadilah kehendakNya, bukan kehendak kami." katanya.
Saya merasa bahwa doa mereka ini tidak umum. Kenapa? Bukankah sebagian besar dari kita akan berdoa memohon agar kita lepas dari situasi sulit dengan instan saat kita terjepit? Bukankah Tuhan lebih dari sanggup untuk itu? Tiba-tiba memberikan tempat tinggal, makanan, uang, atau apapun itu yang saat kita butuhkan secara langsung, saat ini juga. Itu kan yang biasanya jadi bentuk doa bagi sebagian besar orang? Tapi mereka tidak melakukan itu.
Di saat sulit, sang suami justru berdoa agar Tuhan mengarahkan langkah mereka ke arah yang sesuai dengan maunya Tuhan. Sekali lagi, bukan kehendak mereka, tapi kehendak Tuhanlah yang jadi.
Lalu lihatlah apa yang terjadi selanjutnya.
Pada keesokan harinya, mereka seolah dituntun untuk sampai pada sebuah rumah besar, dimana pemiliknya belum pernah mereka kenal.
(bersambung)
Sunday, February 4, 2024
Sekuens (1)
Ayat bacaan: Pengkotbah 3:11
==============
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."
Lihatlah bahwa ayat ini secara tegas mendeklarasikan apa yang menjadi isi hati Tuhan untuk kita. Tuhan, membuat, is making, segala sesuatu indah pada waktunya. Beautiful in time. Maybe not now, but in time, it will.
Mungkin bukan sekarang, tapi pada waktunya, segala sesuatu akan indah. Segala sesuatu, bukan sebagian kecil, sebagian besar, just some parts, but every thing. Segala sesuatu.
Jadi:
1. Tuhan sudah merencanakan dan membuat segala sesuatu indah bagi kita.
2. Tuhan sudah menentukan waktu yang tepat untuk itu.
3. Tuhan sudah menaruh dalam hati manusia suatu keinginan mendalam akan sesuatu yang lebih besar daripada hal-hal yang sifatnya duniawi.
4. Tapi, ingatlah bahwa kemampuan kita tidak cukup untuk mengetahui secara persis apa yang menjadi rencana Tuhan bagi kita, dari awal hingga akhir.
Buat saya ayat ini berbicara sangat dalam mengenai apa yang menjadi keinginan Tuhan sejak semula saat menciptakan kita, what He desires for each and every one of us, bagaimana Dia menginginkan kita untuk menyadari apa yang menjadi titik fokus bagi kita dalam menjalani hidup, dan menyadari betul bahwa ada keterbatasan kita sebagai manusia untuk bisa mengetahui apa yang menjadi rencananya. Knowing our path, which way for us to walk through in order to fulfill what He wishes for us to have. Mengetahui kemana kita harus melangkah, kemana arah destinasi kita agar kita bisa menggenapi segala rencana indah yang sudah dipersiapkan Tuhan sejak semula bagi kita.
Ayat Pengkotbah 3:11 yang saya dapat dari kerabat saya menjelang tutup tahun kemarin pun membawa saya untuk melakukan sebuah perenungan mendalam. Dan perenungan inilah yang akan saya bagikan dalam renungan kali ini.
(bersambung)
Saturday, February 3, 2024
Superman of the Family (8)
(sambungan)
Ayo para pria seperti saya, mari perhatikan istri dan anak-anak kita. Apakah mereka sudah mendapat cukup perhatian dari kita? Menjadi pria memang tidak mudah. It's never easy. Sekali lagi, being a superman is not about being able to fly, holding a bullet, catching up the bad guys, or in our realm, getting the most money, popularity, praises and so on, but it's about finding balance in every role and know to place the priority.
Berat? Tentu saja. Tapi jangan lupa bahwa tugas istri pun sama beratnya. Karena berat itu lah maka saya mempergunakan kata superman bagi yang bisa melakukannya, yang bisa menemukan balance atau keseimbangan antara semua elemen tugas yang harus kita hadapi setiap harinya dan melakukan itu semua dengan baik tanpa mengorbankan satupun di dalamnya. Belum lagi kita harus memperhatikan pula kesehatan kita dengan meluangkan waktu untuk berolah raga, dan tentu saja yang teramat sangat tidak boleh dinomorduakan apalagi diabaikan adalah menjaga hubungan kita dengan Tuhan.
Pada kenyataannya, hubungan dengan Tuhan yang kita jaga lewat berdoa, bersaat teduh dan merenungkan kitab suci seringkali menjadi bagian yang tidak masuk pada skala prioritas utama. Ada banyak orang yang skip melakukan itu apabila sudah terlalu lelah dalam bekerja atau berakivitas. Padahal, kalau olah raga itu bertujuan menjaga kebugaran tubuh kita, waktu-waktu teduh kita bersama Tuhan akan menjaga otot-otot rohani kita agar tetap kuat dalam menghadapi segala situasi dalam hidup, terlebih di masa-masa sulit seperti sekarang.
Sadarilah bahwa keluarga membutuhkan figur ayah teladan yang mengasihi mereka dan rindu untuk meluangkan waktu bersama dengan mereka. Pastikan anak-anak anda tidak kehilangan figur bapa dan istri anda punya suami yang akan selalu berada disisi mereka dalam menghadapi segala sesuatu. Suatu hari nanti anda akan bahagia dan lega anda sudah melakukannya.
Ayah teladan adalah ayah yang menempatkan keluarga pada prioritas utamanya dan tidak mengabaikan pentingnya mendidik anak dengan menjadi teladan atas semua yang diajarkan
Friday, February 2, 2024
Superman of the Family (7)
(sambungan)
Terhadap anak, para pria diminta untuk bisa meluangkan waktu bersama mereka dan mendidik mereka berulang-ulang. "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:6-7)
Kita tahu itu, tapi bagaimana kita bisa mengajarkan berulang-ulang apabila kita jarang bersama mereka? Dan itu sebenarnya belum cukup, sebab ayat selanjutnya berkata: "Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (ay 8-9).
Ayat ini menunjukkan bahwa diatas segala pendidikan dan pengajaran kita tentang ilmu, etika dan kehidupan bermasyarakat, sangatlah penting pula bagi kita untuk menjadi teladan. Bagaimana anak-anak bisa menyerap dan mengerti apa yang kita ajarkan jika kita tidak menjadi teladan dengan menjadi contoh secara langsung? Bagaimana mereka bisa percaya kepada apa yang kita katakan kalau anak-anak kita tidak mencerminkan pribadi yang beriman dan tunduk pada kebenaran?
Sekali lagi, menetapkan skala prioritas adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Tempatkan keluarga terlebih dahulu sebelum menjangkau sesuatu yang lebih luas. Jangan sampai pekerjaan atau pelayanan membuat keluarga justru terbengkalai atau berantakan, karena sesungguhnya keteladanan justru dimulai dari keluarga. Dari keluarga imam Eli kita bisa melihat konsekuensi dari ketidaktegasan, memanjakan hingga kesalahan dalam menetapkan skala prioritas. Jangan sampai kita mengulangi hal yang sama.
(bersambung)
Thursday, February 1, 2024
Superman of the Family (6)
(sambungan)
Salah prioritas merupakan hal lain yang bisa kita pelajari dari keluarga ini. Imam Eli sepertinya terlalu sibuk bekerja dalam pelayanan sehingga sudah tidak cukup waktu dan tenaga lagi untuk mengasuh anak-anaknya. Jika kita perhatikan dalam kehidupan kita, bukankah banyak dari kita yang jatuh pada kekeliruan yang sama baik disadari atau tidak? Kita sibuk bekerja untuk mencari nafkah, kita terjun dalam pelayanan, lalu mengabaikan atau menomor duakan anak-anak, istri dan keluarga. Membagi waktu itu memang tidaklah mudah. Namun menyusun skala prioritas yang benar dan finding balance alias menemukan keseimbangan antara bekerja dan waktu untuk keluarga harus benar-benar menjadi perhatian kita.
Jika kebanyakan pria tidak mementingkan untuk meletakkan keluarga tidak dalam posisi teratas alias top priority tentunya selain Tuhan, dan berpikir bahwa keluarga itu nanti saja, keluarga harus selalu siap untuk dikorbankan demi tugas-tugas atau pekerjaan, Alkitab sama sekali tidak menyebutkan demikian.
Menarik jika kita melihat apa yang dikatakan Yesus berikut ini. "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8).
Apa hubungannya? Lihatlah ada sebuah urutan disana. Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Di Yerusalem, itu berbicara mengenai keluarga, lalu meningkat ke Yudea, menggambarkan lingkup regional, lalu ke Samaria yang mengacu kepada negara/nasional dan baru mencapai dunia. Artinya kita tidak akan bisa bermimpi untuk bisa menjadi berkat bagi dunia atau kota sekalipun jika kita tidak memulainya dari keluarga.
Bukankah sangat ironis jika kita berhasil melayani orang lain tetapi justru gagal dalam keluarga sendiri, pintar mengajari orang tetapi tidak bisa mengajar anak sendiri? Keluarga harus menjadi prioritas utama di atas pekerjaan atau pelayanan sekalipun. Idealnya rumah tangga orang percaya seharusnya bisa menjadi rumah yang sejuk, nyaman dan damai, dan bisa menjadi teladan bahkan kesaksian tersendiri bagi orang lain.
(bersambung)
Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)
(sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...