Tuesday, December 31, 2013

Tahun Baru dengan Rahmat Baru yang Tiada Habisnya (2)

(sambungan)

Selanjutnya bukalah Yesaya 40:31, anda akan menemukan ayat yang berbunyi: "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." Orang yang menanti-nantikan Tuhan dengan taat dan tekun akan mendapatkan kekuatan baru. Orang seperti ini akan menjadi seperti burung rajawali yang mampu terbang mengatasi badai dengan sepasang sayap yang kuat, tidak akan gampang lelah meski harus melewati tekanan angin kuat sekalipun. Ini merupakan janji-janji Tuhan yang akan sangat meneguhkan dan menguatkan kita dalam memasuki tahun yang baru.

Jika anda masih ragu akan hal ini, mari lihat ayat berikut. "Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?" (Roma 8:32). Ayat ini mengingatkan kita bahwa memberi segala sesuatu bukanlah hal yang berat bagi Tuhan, karena Dia bahkan sudah rela mengorbankan AnakNya yang tunggal demi kita. Kita bisa melihat betapa besarnya kerinduan Allah untuk selalu memberikan yang terbaik pada kita. Dengan kedatangan Kristus, kita dimungkinkan untuk mengalami pemulihan hubungan dengan Tuhan, mengalami penebusan dan dilayakkan untuk menerima berkat keselamatan. Kita menikmati hadiratNya hari ini, menghampiri tahtaNya yang kudus, merasakan kedekatan dan kasihNya yang begitu teduh secara langsung. Kalau yang sebesar ini saja Tuhan sudah sediakan, mengapa tidak dengan berkat-berkat melimpah?

Bicara soal baru, kita  harus pula dalam Kristus kita diperbaharui, bukan lagi manusia lama tetapi menjadi manusia yang baru dengan masa depan yang baru pula. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Apakah kita mau mensyukuri hal itu dan mengimaninya dengan hidup sebagai sosok yang sudah diperbaharui, atau kita memilih untuk terus terikat pada berbagai kebiasaan buruk di masa lalu, terbelenggu pengalaman-pengalaman pahit di waktu lalu, itu semua pilihan kita. Apakah kita mau memakainya atau melupakannya, itu pun pilihan kita. Yang jelas, Tuhan sudah memberikan kesempatan untuk kita menjadi manusia baru agar kita bisa menerima rahmat dan kasihNya yang baru setiap pagi dengan sepenuhnya.

Jika hari ini kita belum menyadari benar akan hal itu, mari kenali Tuhan lebih lagi. Semakin kita mengenalNya, semakin kita mengetahui kasih dan rancanganNya buat kita dan kita pun akan semakin terkagum-kagum dibuatNya. Firman Tuhan yang disampaikan kepada Hosea berkata "Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." (Hosea 6:3).

Memasuki tahun yang baru, marilah kita semua bersyukur karena ada janji Tuhan untuk membuka peluang-peluang baru, kesempatan-kesempatan baru dan harapan-harapan baru seiring dengan turunnya berkat-berkat dan rahmatNya yang baru pula. Jangan lupa syukuri tahun 2013 yang akan kita tinggalkan sebentar lagi, karena dalam apapun yang anda alami tahun ini ada rencana Tuhan yang luar biasa buat anda. Karenanya anda tidak perlu ragu untuk tersenyum bahagia ketika bangun esok pagi. Mari masuki tahun yang baru dengan langkah pasti dan penuh sukacita.

Terima kasih Tuhan untuk tahun 2013, betapa indahnya berjalan bersamamu sepanjang tahun. Kami percaya bahwa Engkau akan terus berjalan bersama kami di tahun yang baru. Kami boleh memiliki semangat baru dalam menggapai janji-janjiMu sepanjang 2014. Kami bersukacita karena kasih setiaMu tak berkesudahan, rahmatMu tak habis-habisNya, selalu baru setiap pagi. Kami serahkan tahun yang baru ke dalam tanganMu, jadilah kehendakMu karena kami percaya rencana dan rancanganMu lah yang terbaik bagi kami semua. Tahun yang baru dengan rahmat yang baru telah Engkau sediakan bagi kami, kami mengucap syukur kepadaMu. Bagimu segala pujian, hormat dan kemuliaan. Dalam nama Yesus kami berdoa dan mengucap syukur, amin. 

Songsong tahun yang baru dengan kasih setia dan rahmatNya yang selalu baru setiap pagi

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, December 30, 2013

Tahun Baru dengan Rahmat Baru yang Tiada Habisnya (1)

Ayat bacaan: Ratapan 3:22-23
========================
"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" 

Manusia cenderung menyukai hal-hal baru. Ketika membeli roti tawar kita tentu memperhatikan tanggal produksi dan kadaluarsa dari roti yang dipajang. Semakin baru, roti akan semakin lembut dan enak. Demikian pula dalam membeli produk-produk lain untuk dikonsumsi. Kita senang dengan baju baru, celana baru, sepatu baru, dan buat yang sanggup, rumah baru atau mobil baru. Ada yang kerap mendekor ulang rumahnya termasuk dengan cat baru agar suasana rumah terasa lebih segar. Berbagai produk elektronik terus berinovasi menciptakan hal baru yang lebih maju dari sebelumnya. Trend terus berubah. Sesuatu yang baru mengganti yang lama, yang tentunya diharapkan bisa lebih baik dari sebelumnya.

Tak terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2013. Bagaimana tahun 2013 bagi anda? Bagi saya ini adalah tahun luar biasa. Saya menyaksikan pemulihan begitu banyak orang dalam banyak hal. Berkat-berkat Tuhan tercurah secara luar biasa, dan saya tidak hanya berbicara mengenai uang dan sejenisnya. Ada keluarga dipulihkan, ada sakit yang secara ajaib menjadi sembuh, ada yang memperoleh rumah lebih dari apa yang mereka impikan, ada yang berdamai setelah sekian lama bertikai dan lain-lain. Tahun 2013 buat saya adalah tahun pemulihan. Mungkin ada diantara teman-teman yang merasa bahwa 2013 tidak begitu baik, atau malah buruk. Apapun yang anda rasakan sepanjang tahun ini, ketahuilah bahwa Tuhan senantiasa ada bersama anda, dan menjelang tahun baru 2014 yang akan tiba sebentar lagi, Tuhan akan terus berjalan bersama dengan anda sekeluarga dan siap memberkati anda dengan berkat-berkat yang baru.

Berkat baru. Jika manusia senang dengan slogan "fresh from the oven" atau 'fresh from' lain-lain, Tuhan tampaknya memakai slogan yang sama. Lihatlah apa kata ayat berikut ini: "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:23). Kasih setia dan rahmatNya tidak akan pernah berhenti dicurahkan bagi kita. "His tender compassions fail not, they are new every morning, great and abundant is Your stability and faithfulness." KasihNya yang lembut tidak pernah gagal, selalu baru setiap pagi. Ketika anda bangun di pagi hari setelah menikmati nyenyaknya tidur sepanjang malam, Tuhan langsung menyapa anda dengan sebuah berkat baru, fresh from His oven, directly from His Kingdom. Tuhan selalu ingin melimpahi anda dengan rahmat yang baru dan segar. Bukan sisa, bukan yang kadaluarsa, bukan ampas. Dia rindu untuk terus memberkati dengan segala yang terbaik yang berasal daripadaNya. Berapa banyak diantara kita yang menyadari hal ini? Apakah anda suka menyapa Tuhan dan berterimakasih setiap bangun pagi atau masih terfokus pada rutinitas sehari-hari sehingga melupakan Tuhan? Kalau hanya kesibukan sehari-hari yang kita pikirkan, bukankah kesibukan-kesibukan kita hari ini pun berasal dari berkatNya juga?

Tidak sedikit dari kita yang memulai pagi dengan langsung sibuk atau bahkan panik. Kita tidak sempat berdoa pagi, bahkan harus buru-buru meloncat dan berangkat karena aktivitas-aktivitas sudah menanti kita. Stres sudah dimulai bahkan ketika kita belum sepenuhnya sadar. Tidakkah sayang jika hal-hal ini sudah mengganggu kita sehingga tidak lagi merasakan berkat Tuhan yang baru setiap pagi, seperti apa yang sudah kita baca pada ayat di atas?  ada rahmatNya tercurah, turun disaat kita hendak memulai sebuah hari yang baru. No matter what, no matter how, He will provide it all for us with all His love. Seperti itulah indahnya hidup bersamaNya. Begitu kita bangun, ada rahmat Tuhan yang langsung menyapa kita. Jika anda lelah tadi malam, pagi ini anda segar dengan kekuatan baru, semangat baru, gairah baru dan tentu saja berkat yang baru. Bukan sisa kemarin, bukan belum sampai, tetapi sesuatu yang baru selalu Tuhan berikan kepada kita, setiap pagi. Bukankah itu terdengar luar biasa?

Jika ingin tahu, Mazmur 103 bisa anda pakai untuk mengintip segala kebaikan Tuhan yang Dia janjikan dan sediakan bagi kita. Dia menjanjikan pengampunan dosa (ay 3), kesembuhan (3),  penebusan (4), penobatan dengan mahkota kasih setia dan rahmat (4), pemenuhan kebutuhan kita dengan hal-hal yang baik sehingga kita awet muda seperti burung rajawali (ay 5).Tuhan menyediakan keadilan dan hukum bagi orang tertindas, Dia ingin memerdekakan kita (ay 6), menyatakan rencanaNya atau jalan-jalanNya (ay 7), menyatakan diriNya sebagai penyayang, pengasih, panjang sabar dan punya kasih setia berlimpah (ay 8) dan sebagainya. Baru dari satu penggalan dalam Alkitab saja kita sudah bisa melihat bagaimana kebaikan Tuhan yang Dia siapkan bagi kita. Ini baru secuil dari begitu banyak ayat yang menyatakan kebaikanNya. Semua itu Dia janjikan hadir bagi diri kita dalam keadaan baru setiap pagi.

(bersambung)

Sunday, December 29, 2013

Hadiah Terindah buat Yesus (2)

(sambungan)

Orang-orang Majus dari Timur berangkat menempuh perjalanan panjang yang melelahkan untuk menyembah bayi Yesus. (Matius 2:2). Tapi kelelahan itu langsung berubah menjadi sebentuk sukacita luar biasa ketika mereka melihat bintang yang menunjukkan arah dimana Yesus dilahirkan. (ay 10). Kalau kita mundur satu pasal, kita bisa melihat apa yang dikatakan malaikat kepada Yusuf lewat mimpi seperti yang sudah saya sampaikan kemarin. "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka...Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel " (Matius 1:21,23). Imanuel artinya Allah ada bersama kita. Renungkanlah baik-baik makna Imanuel itu. Kelahiran Yesus ke dunia sesungguhnya membawa dampak yang begitu besar bagi perjalanan hidup dan keselamatan kita. Membawa kita untuk hidup dengan adanya Allah bersama kita, bukankah itu luar biasa? Dan itulah seharusnya sumber sukacita kita dalam menyambut Natal.

Jika Yesus memberikan sebuah kado luar biasa kepada kita, sudahkah kita memikirkan apa yang bisa kita berikan kepadaNya? Kita sering meminta Yesus untuk memenuhi segala keinginan kita, tetapi sudahkah kita berpikir tentang apa yang bisa kita berikan sebagai hadiah yang terindah yang berkenan untuk Yesus? Parcel? Rumah? Mobil? Uang? Itu semua itu tidak ada artinya. Apa yang menyenangkan hati Yesus sesungguhnya hanya satu, dan itu tidak lain adalah hati kita. Hati yang terbuka, lembut, mau dibentuk, percaya kepadaNya dan selalu bersungguh-sungguh menyembah dan mengasihiNya. Hati yang takut akan Tuhan, bersih yang siap untuk menerima Kristus untuk berdiam di dalamnya, dan juga hati yang penuh kasih terhadap sesama manusia, seperti halnya Kristus mengasihi kita. Ini bisa kita lihat dari dua hukum yang terutama. Selain itu kita bisa belajar pula lewat ucapan seorang ahli Taurat yang berkata: "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33), Lalu apa tanggapan Yesus? Yesus mengiyakan perkataan orang itu dan berkata "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" (ay 34). Jelaslah lewat ayat ini kita bisa melihat apa hadiah sesungguhnya yang bisa kita berikan kepada Yesus. Hati yang mengasihi Tuhan dan sesama, itulah hadiah yang sangat indah untuk kita berikan kepada Yesus dalam memperingati kelahiranNya di dunia.

Pernyataan Yesus lainnya juga jelas menunjukkan apa hal yang menyukakanNya. "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40). Tuhan Yesus tidak memerlukan bingkisan-bingkisan duniawi berupa harta benda, perhiasan, materi dan sejenisnya. Apa yang akan menyenangkanNya adalah kasih terhadap Tuhan (kasih dalam bentuk horizontal) dan kepada sesama (vertikal). Kasih berasal dari hati, jadi sebentuk sikap hati yang mengarah penuh kepadaNya dan berpusat pada kehendakNya, itu akan menjadi sebuah hadiah yang sangat indah bagi Yesus.

Tidaklah salah mempersiapkan pesta perayaan, liburan bersama keluarga dan sahabat serta hadiah-hadiah yang dibungkus indah. Tapi yang jauh lebih penting dari itu, marilah kita merenungkan makna kelahiran Kristus di dunia. Persiapkanlah sebuah hadiah istimewa bagi Yesus kali ini. Rayakan Natal yang penuh sukacita, bukan didasarkan kepada gemerlap dan kemeriahan pesta dan timbunan hadiah, tetapi didasarkan oleh rasa syukur kita akan kasihNya yang begitu besar kepada kita semua dan kerinduan kita untuk mengalirkan kasih Kristus kepada orang lain.

Hati yang mengasihiNya dan menjadi saluran kasih terhadap sesama, itulah hadiah terindah buat Yesus 

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, December 28, 2013

Hadiah Terindah buat Yesus (1)

Ayat bacaan: Markus 12:33
====================
"Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."

Istri saya berulang tahun di bulan Mei. Kalau dihitung-hitung sejak masa pacaran, kami sudah 13 tahun menjalani hidup bersama. Itu artinya tiga belas kali ulang tahun, dan semakin lama saya semakin bingung untuk memikirkan kado atau hadiah setiap mendekati tanggal ulang tahunnya. Meski bingung, satu hal yang pasti adalah keinginan saya untuk memberikan yang terbaik, yang paling istimewa sesuai kemampuan saya. Untuk itu saya harus tahu apa yang sedang ia inginkan, apa yang sedang ia suka dan apa yang bisa membuatnya sangat senang. Kalau tiga belas kali ulang tahun saja sudah bingung, saya memberi hadiah buatnya bukan hanya sekali karena ada hari Valentine, hari jadi kami dan tentu saja hari Natal.

Tentu banyak diantara anda yang saat ini tengah menikmati liburan bersama keluarga. Setelah bekerja keras selama setahun, tentu rasanya menyenangkan bisa berlibur bersama keluarga tanpa harus terganggu oleh pekerjaan yang sehari-hari menumpuk di meja kerja dan menyita waktu. Natal adalah sebuah perayaan untuk memperingati kelahiran Kristus. Jika anda seperti saya yang memberi hadiah buat orang-orang terdekat yang kita sayangi, bagaimana dengan Sosok yang kita rayakan itu sendiri? Hadiah apa yang kita berikan kepada Yesus, lantas hadiah seperti apa yang akan sangat menyenangkan hatinya?

Dalam memasuki hari Natal sangatlah baik bagi kita untuk merenungkan kedatangan Yesus ke muka bumi ini untuk menebus dosa-dosa kita. Atas dasar kasih Allah yang begitu besar, Dia datang menghapus dosa dunia dan membuka jalan bagi kita untuk masuk ke dalam keselamatan. Ini bukan hal sepele. Cobalah renungkan, siapalah kita ini sehingga kita begitu berharga dalam pandangan Tuhan untuk diselamatkan? Daud pernah mempertanyakan hal ini ketika ia tengah terpukau dalam kekaguman saat memandang indahnya langit. "apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:5). Apakah kita berjasa besar sehingga Tuhan berhutang budi pada kita? Tentu saja tidak. Apakah kita begitu luar biasa sehingga Tuhan harus membayar kita? Itupun tidak. Apakah kita begitu suci tanpa cacat sehingga Tuhan merasa bersalah jika tidak menyelamatkan kita? Tidak. Kita adalah manusia yang terus menerus berbuat dosa, terus mengecewakan Tuhan dengan segala perilaku buruk kita. Tetapi meski demikian, Tuhan ternyata tetap mengasihi kita. Walaupun alam semesta ini begitu indah diciptakan, tetap saja manusia merupakan ciptaanNya yang paling berharga, yang diciptakan seperti gambar dan rupaNya sendiri (Kejadian 1:26), dengan kata lain "dibuat sama seperti Allah" dan dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat (Mazmur 8:6). Kita mendapatkan kasih karunia dari Yesus bukan karena kita hebat, suci, tidak bercela, tidak berdosa dan bukan pula merupakan bentuk upah atas kebaikan kita. No. Itu diberikan kepada kita sebagai anugerah atau karunia, semata-mata karena Allah mengasihi kita sebagai ciptaanNya yang istimewa, begitu istimewa sehingga keselamatan kita menempati prioritas tertinggi dalam hatiNya. Kita sebenarnya tidak layak, tetapi Dia tetap memberikan, itulah yang disebut dengan anugerah. Dalam Alkitab dikatakan: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16) Kasih ternyata sanggup menggerakkan hati Allah dengan mengorbankan Kristus untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, membayar lunas semua pelanggaran dan dosa kita, melepaskan kita dari kutuk, mendamaikan hubungan kita dengan Allah dan menganugerahkan keselamatan yang seharusnya tidak layak kita miliki. Semua itu berasal dari sebuah anugerah yang diberikan Tuhan atas dasar besarnya kasihNya kepada kita. Bayangkan bagaimana hidup kita saat ini seandainya Yesus tidak datang ke dunia , tidakkah itu mengerikan?

(bersambung)

Friday, December 27, 2013

Meneladani Ketaatan Yusuf

Ayat bacaan: Matius 1:20
===================
"Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus."

Seberapa jauh kita mampu taat kepada Tuhan? Mungkin mudah bagi kita untuk berkata bahwa kita termasuk orang yang taat, tetapi seringkali pada prakteknya itu sulit dilakukan. Ketaatan seringkali terlihat lewat reaksi kita ketika berhadapan dengan situasi sulit. Semakin sulit keadaan, maka ujian ketaatan kita pun akan makin tinggi pula tingkatannya. Jika anda membolak-balik Alkitab, anda akan menemukan begitu banyak kisah tokoh-tokoh yang telah membuktikan sendiri bagaimana ketaatan tanpa syarat mereka dalam situasi dan kondisi seperti apapun pada akhirnya menghasilkan buah yang manis. Tidak jarang hal-hal yang mereka alami begitu berat, mungkin jika seperseratusnya saja terjadi pada kita maka kita sudah menyerah. Hari ini kita akan melihat salah satu tokoh yang memiliki ketaatan luar biasa, seorang tokoh yang seringkali terlupakan untuk diteladani ketika mendekati Natal, yaitu Yusuf.

Yusuf, suami Maria, ayah Yesus di dunia ini adalah sosok yang sangat istimewa. Begitu istimewa, sehingga Tuhan mempercayakan dirinya untuk membapai Yesus di dunia. Yesus tinggal bersamanya, diberi makan dan dibesarkan olehnya, dan itu bukanlah tugas biasa. Tanggungjawab yang diemban Yusuf sesungguhnya sangat besar. Dan bukan itu saja, sikap dan terutama ketaatan dari Yusuf pun sungguh patut kita teladani.

Mari kita lihat apa yang tertulis dalam Injil Matius pasal 1. "Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri." (Matius 1:18). Maria sudah mengandung sebelum mereka menikah. Siapa yang ia kandung adalah Yesus, dan bukan bayi manusia. Artinya Maria tidak berselingkuh atau bersetubuh dengan siapa-siapa. Tetapi tetap saja, dunia melihat Maria tengah mengandung. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Yusuf yang harus menghadapi gunjingan orang-orang yang melihat hal itu. Apabila kita ada diposisi Yusuf, bisakah kita tetap berpikir positif dan tidak terburu-buru memutuskan hubungan atau melakukan hal-hal yang lebih parah? Hal yang jauh lebih kecil saja tidak jarang membuat para pria menjadi gelap mata dan melakukan banyak hal bodoh seperti menceraikan, memperkarakan atau malah melakukan kekerasan-kekerasan fisik. Tapi Yusuf tidak melakukan itu. Ia sempat berpikir untuk memutuskan pertunangannya, tetapi cintanya membuat ia tetap tidak ingin Maria mendapat malu di muka umum. Ia masih berpikir untuk menjaga perasaan Maria yang sangat ia kasihi. Dan Alkitab mencatat sikap Yusuf itu sebagai "seorang yang tulus". (ay 19).

Ternyata keputusannya membuat Yusuf tidak harus berlama-lama diliputi kebimbangan. Malaikat mendatanginya lewat sebuah mimpi. Dan itu tercatat jelas dalam Alkitab. "Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus." (ay 20). Selanjutnya malaikat utusan Tuhan berkata "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (ay 21). Meski malaikat sudah menjelaskan lewat mimpi, Yusuf bisa saja dengan mudah menolak untuk percaya. Sejauh apa sih yang bisa diharapkan dari sebuah mimpi? Kita mungkin berpikir seperti itu, tetapi Yusuf tidak seperti itu. Reaksinya adalah sebagai berikut: "Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus." (ay 24-25). Kembali kita melihat ketulusan dan keteguhan imannya. Yusuf bisa saja bereaksi negatif, karena sesuai dengan logika manusia manapun, apa yang ia dengar dari Maria dan malaikat lewat mimpi tentu tidak masuk akal. Tetapi Yusuf memutuskan untuk taat, meski situasi yang ia alami sama sekali tidak mudah. Ia memutuskan untuk berbuat tepat seperti apa yang diperintahkan malaikat Tuhan sepenuhnya, tidak setengah-setengah.

Jika sampai disitu saja Yusuf sudah menunjukkan ketaatannya yang sangat luar biasa, kejadian selanjutnya semakin mempertegas hal itu. Setelah Yesus lahir, malaikat kembali menampakkan diri lewat mimpinya lalu berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." (Matius 2:13). Perhatikan bahwa Yusuf belum tahu rencana Herodes pada waktu itu. Tidaklah mudah baginya untuk membawa istri dan bayi Yesus pergi ke tanah asing yang jauh, yang belum ia kenal. Tetapi lagi-lagi Yusuf menunjukkan ketaatannya. Tanpa banyak tanya, tanpa bimbang atau ragu ia pun segera memboyong istri dan sang Anak untuk pergi ke Mesir, malam itu juga. (ay 24). Buat saya, ketaaatan luar biasa dari Yusuf sangatlah menginspirasi. Sepertinya itulah sebabnya mengapa Allah memilih dan mempercayai dirinya untuk dititipkan Sang Penebus sejak dari bayi hingga dewasa. Dan kita melihat bahwa kepercayaaan Tuhan itu sama sekali tidak ia sia-siakan. Yusuf taat sepenuhnya terhadap apapun yang Tuhan perintahkan dan katakan, tidak peduli seberapa sulitnya situasi yang ia hadapi.

Ketika banyak orang menjalankan ketaatannya tergantung situasi dan kondisi, hanya mau taat ketika hidup sedang baik tetapi segera bersungut-sungut bahkan meninggalkan Tuhan ketika keadaan tidak juga membaik sesuai keinginan, mumpung suasana Natal masih terasa, marilah kita merenungkan dan meneladani bentuk ketaatan Yusuf yang tanpa syarat. Ia sepenuhnya taat menuruti apapun yang dikatakan atau perintahkan Tuhan tanpa banyak tanya, tanpa keraguan sedikitpun. Meski masalah yang ia hadapi tidak mudah, meski sebagai tunangan ia bisa saja memutuskan Maria, diliputi rasa benci, dendam yang mungkin bisa mengarah pada kematian Maria dirajam sampai mati karena dunia memandangnya hamil diluar nikah, tapi Yusuf memiliki iman yang sangat besar, yang membawanya percaya sepenuhnya pada rencana Tuhan meski sudah diluar kemampuan logika manusia.

Inilah bentuk ketaatan yang seharusnya dimiliki oleh anak-anak Tuhan. Tuhan rindu untuk mempercayakan kita terhadap hal-hal besar, tetapi dari sisi kita dituntut untuk memiliki ketaatan yang sepenuhnya. Bahkan dikatakan bahwa ketaatan bisa menjadi persembahan dan korban yang harum bagi Allah. "Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." (Efesus 5:2). Sekarang saatnya bagi kita untuk memperbaharui sikap hati kita dan hubungan kita dengan Allah. Kita bisa mulai dengan menjalankan ketaatan yang jauh lebih baik dari sebelumnya lewat keteladanan yang kita lihat dari Yusuf. Meski mungkin terlihat seperti sesuatu yang tidak mungkin, tidak masuk akal atau diluar nalar, kita harus tahu bahwa bagi Tuhan tidak ada satupun yang mustahil. Semakin tidak mungkin, semakin kita tahu bahwa ada hal-hal ajaib yang hanya bisa berasal dari Tuhan dan tidak mungkin kita peroleh lewat kemampuan atau kekuatan kita sendiri. Anda ingin dipercaya oleh Tuhan sepenuhnya untuk hal-hal besar? Mulailah dengan menunjukkan ketaatan seperti Yusuf.

Ketaatan merupakan sikap hati berdasarkan iman, bukan tergantung dari situasi dan kondisi yang kita hadapi

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, December 26, 2013

Dari Palungan Membawa Keselamatan

Ayat bacaan: Lukas 1:32
=================
"Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya"

Dalam menyambut Natal, ada sebuah mal yang tidak sekedar menampilkan suasana Natal lewat lampu terang sebagai dekorasi, tetapi juga menghadirkan sebuah set miniatur ketika bayi Yesus lahir dalam palungan. Saya pun lalu membayangkan seperti apa kira-kira situasi atau suasananya pada waktu itu disana, saat Sang Juru Selamat turun ke bumi. Mengingat belum ada kota metropolitan pada jaman itu dan Betlehem hanyalah sebuah kota kecil, Betlehem mungkin sudah tertidur lelap pada malam sunyi yang dingin. Di saat itulah seorang wanita muda bernama Maria tengah berjuang melahirkan Anak yang dikandungnya selama 9 bulan. Tidak ada seorangpun yang membantunya, kecuali Yusuf yang berprofesi sebagai tukang kayu. Wanita muda ini tidak berada di rumah sakit bersalin atau rumah bidan, melainkan di dalam palungan berisi jerami. Itupun masih untung didapat setelah berjuang mencari tempat dimana mereka bisa menginap dan bagi Maria untuk melahirkan. Alkitab mencatatnya demikian: "Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:7). Tidak ada penginapan sama sekali bagi mereka, bahkan satu kamar pun tidak tersedia. Coba pikirkan seandainya seorang Presiden datang ke kota anda, lalu tidak memperoleh tempat dan harus rela beristirahat di kandang hewan. Bukankah itu sangat menyedihkan? Ini yang datang bukan hanya kepala negara, tapi Raja di atas segala raja. Dia lahir bukan di istana yang mewah, bukan di tempat yang mewah dan pantas untuk Raja melainkan di dalam kandang. Saya membayangkan udara pengap, bau dan penuh suara binatang mungkin mewarnai kelahiran Sang Raja pada waktu itu. Sebagian orang mengatakan bahwa si pemilik penginapan adalah orang yang tidak punya hati nurani. Tapi pernahkah terpikir bahwa mungkin Tuhan sudah menyuratkan seperti itu, mempergunakan si pemilik penginapan untuk mengatur dan menyiapkan tempat dalam palungan tepat seperti kehendak Tuhan sendiri? Alkitab tidak menyatakan siapa pemilik penginapan dan apa motivasinya menempatkan seorang ibu muda yang tengah hamil tua di tempat yang kotor dan tidak layak ditempati seperti itu. Tapi biarlah, karena itu bukanlah esensi dari kelahiran Sang Juru Selamat. Dan Yesus pun lahir di kandang domba, mengemban tugas untuk menyelamatkan domba-domba yang hilang.  Yesus lahir untuk menggenapkan kehendak BapaNya yang mengutusNya demi melakukan sebuah misi penyelamatan yang didasarkan oleh sebentuk kasih yang luar biasa besarnya dari Tuhan kepada kita, ciptaan-ciptaanNya yang sudah begitu terkontaminasi oleh dosa turun temurun dan terus mengarah kepada kematian yang menjadi konsekuensi atas dosa-dosa tersebut. Untuk itu Yesus dilahirkan, mengambil rupa seorang hamba, melepas semua hak-hak KetuhananNya demi keselamatan kita semua. Itulah karya dan kasih terbesar yang pernah ada. Kasih ternyata punya kekuatan yang sangat besar sehingga mampu menggerakkan hati Tuhan untuk mengambil langkah luar biasa mencengangkan. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). That's the greatest gift of all. 

Ratusan tahun sebelum kelahiran Kristus, nubuatan tentang kedatanganNya dan misi penyelamatanNya turun lewat Yesaya. Semua itu tertulis pada pasal 53. "Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (ay 2-5). Bacalah terus bagian ini, dan anda akan bertemu dengan ayat yang berbunyi: "Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya." (ay 9-10). Inilah nubuatan tentang kedatangan Yesus dan misi yang Dia emban persis dengan apa yang kemudian terjadi, dan akhirnya nubuatan pun tergenapi.

Apa yang terjadi kepada Maria sebelum ia mengandung Yesus? Malaikat datang menyampaikan pesan kepadanya pada suatu hari. "Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,  dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." (Lukas 1:30-33). Saya yakin hal ini tentu terasa begitu berat bagi Maria. Ia belum menikah, apa kata dunia kalau tahu ia hamil sebelum bersuami? Terlebih lagi, bagaimana tanggapan tunangannya Yusuf kelak? Bisa-bisa ia dituduh berselingkuh kemudian dirajam sampai mati. Tapi Maria memilih untuk percaya. Malaikat sudah menyampaikan pesan dari Tuhan bahwa ia terpilih untuk melahirkan Anak Allah yang Mahatinggi, Seorang Raja atas keturunan Yakub sampai selama-lamanya dengan Kerajaan yang kekal, tidak berkesudahan. Itu adalah kehormatan besar meski sulit untuk dijalani. Jika Tuhan yang berencana, Dia pula yang akan mempersiapkan segalanya. Maka malaikat lainnya datang menjumpai Yusuf. "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (Matius 1:20-21). Lagi-lagi bukan hal mudah bagi Yusuf, tapi ia pun memilih untuk taat. Kembali kepada saat Yesus lahir, dari palungan Yesus tumbuh selayaknya manusia seperti kita kemudian menggenapi tugasNya dengan sempurna. Dia dengan rela menanggung semua kesakitan yang tak terperikan demi kita semua. Kelahiran dari Sang Penebus, Anak Allah yang tunggal, Raja segala raja, itulah yang kita peringati sebagai hari Natal.

Maria dan Yusuf mungkin memiliki banyak hal untuk direnungkan ada masa itu. Di palungan yang kotor dan tidak layak itu mereka bersukacita melihat Bayi kecil yang kelak akan menghapus dosa dunia. Tepat seperti itu pula Yohanes Pembaptis di kemudian hari menyebutNya. "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29). Hari ini, setelah lebih 2000 tahun setelah kejadian itu, masing-masing dari kita perlu kembali kepada kesadaran semula tentang pentingnya kelahiran Kristus, kematianNya dan kebangkitanNya, serta janjiNya untuk kelak datang kembali. Natal adalah hari yang jauh lebih penting dari sekedar pesta, hadiah, liburan dan hiburan. Kita perlu kembali kepada esensi mendasar dari kelahiran Kristus di dunia. Keselamatan di kolong langit ini ada dalam tanganNya. Kunci ada padaNya, jalan sudah Dia buka dan Dia sediakan bagi kita yang percaya kepadaNya. Itu adalah jaminan yang pasti. Dan itu adalah bentuk kasih Allah yang begitu besar kepada kita, ciptaanNya yang istimewa. Mari malam ini kita kembali merenungkan dan bersyukur, karena tanpa Kristus kita tidaklah ada apa-apanya dan tidak bisa berbuat apa-apa. Mari kita isi perayaan Natal tahun ini dengan sebuah pemahaman penuh akan kasih Tuhan dalam hidup kita, dan mari kita pikirkan apa yang bisa kita perbuat untuk menjadi saluran kasih surgawi bagi orang-orang lain di sekitar kita.

The greatest gift of all came from Our Heavenly Father through Jesus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, December 25, 2013

Perdamaian dengan Tuhan (3)

(sambungan)

Selanjutnya, sudahkah kita memiliki kerinduan untuk menyampaikannya secara lebih luas agar lebih banyak lagi orang yang diperdamaikan dan menerima anugerah keselamatan? Ketahuilah bahwa itu menjadi sebuah prioritas besar bagi Tuhan. Lewat Amanat Agung yang diberikan Kristus tepat sebelum kenaikanNya ke Surga, kita sebenarnya sudah diberi tugas untuk itu. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20). Jika ini bunyi pesan terakhir Yesus sebelum kembali ke Surga, ini tentu merupakan pesan yang sangat penting yang sifatnya wajib untuk kita laksanakan.

Paulus sadar akan pentingnya tugas menyampaikan berita perdamaian antara Allah dan manusia di dunia lewat Yesus . Kepada jemaat Korintus ia menyampaikan "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami." (2 Korintus 5:19). Paulus rela memberikan segala sisa hidupnya untuk melakukan tugas besar itu. Ia tidak mendahulukan kepentingan atau bahkan nyawanya sendiri. Ia rindu melihat lebih banyak lagi jiwa-jiwa untuk didamaikan dan menerima keselamatan. "Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah." (ay 20).

Jika dahulu tugas ada di pundak para rasul seperti Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya, hari ini tugas menyampaikan berita pendamaian itu ada di pundak kita. Keselamatan yang diberikan Tuhan secara cuma-cuma itu seharusnya bisa menjangkau lebih banyak lagi jiwa lewat diri kita, bukan untuk disimpan sendiri. Jika sebuah berita pendamaian di dunia saja sudah penting, apalagi sebuah berita pendamaian antara kita dengan Allah, Sang Pencipta yang mengasihi kita secara sangat istimewa. Kalau dunia memilih untuk menjalankan lewat cara-cara kekerasan, kita wajib menyampaikan berita damai dengan jalan yang damai pula. Dengan kata lain, menyampaikan kasih Kristus lewat kasih yang hidup di dalam diri kita, itulah yang seharusnya menjadi kerinduan kita hari ini. Dan ingatlah bahwa kita tidak sendirian dalam melakukannya, tetapi Yesus sudah menjanjikan akan menyertai kita untuk itu. Roh Kudus yang tinggal diam di dalam diri kita pun akan menjadi Penolong yang memampukan kita untuk menunaikan tugas mulia ini.

Sudahkah kita peduli dan mau untuk melakukannya? Masih ada banyak orang yang belum mengetahui arti penting sebuah perdamaian terlebih dengan Allah. Karya penebusan Yesus memerdekakan kita dari dosa. Itu membuat kita beroleh kesempatan untuk menikmati kehidupan kekal yang bahagia tanpa masalah, kesakitan dan ratap tangis bersama Yesus di Surga dan itu mendamaikan hubungan kita sebagai manusia yang diciptakan dengan Tuhan yang menciptakan. Tabir sudah terbelah, Yesus sudah membuka jalan dan bertindak sebagai tabir agar manusia bisa dengan penuh keberanian menghampiri tahta kasih karunia yang kudus. Semua atas dasar kasih. Kita harus menyadari hal itu, tapi semua tetap akan sia-sia apabila kita tidak peduli atau tidak memiliki kasih untuk membawa perdamaian dan keselamatan kekal kepada jiwa-jiwa lainnya. Yesus diberikan Tuhan untuk menebus dosa-dosa kita, ada Amanat Agung yang sudah disampaikan Yesus, itu menunjukkan bahwa keselamatan manusia secara luas merupakan hal yang teramat sangat penting di mata Tuhan. Hari ini mari kita mulai dengan serius menyadari makna kedatangan Yesus yang membawa perdamaian dan keselamatan, lalu melanjutkan dengan memegang komitmen untuk menjadi duta-duta surgawi secara benar. Alangkah indahnya jika kita bersama-sama dengan orang-orang lain secara luas menerima anugerah keselamatan dan diperbolehkan menghampiri tahta kudus Allah bersama dengan banyak jiwa lainnya. Selamat Hari Natal, let there be Heavenly peace on earth, Tuhan Yesus memberkati.

Perdamaian dengan Allah bukan sebuah utopia tetapi sudah terjadi lewat Yesus Kristus

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, December 24, 2013

Perdamaian dengan Tuhan (2)

(sambungan)

Tabir? Mengapa tabir? Untuk menjawab hal ini, mari kita lihat apa yang terjadi ketika Yesus wafat di atas kayu salib. "Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah." (Markus 15:38). Tabir atau tirai dalam Bait Suci sebelumnya dipakai sebagai pembatas antara jemaat biasa dan imam besar. Yang boleh melewati batas tirai tersebut dan masuk ke dalam "Ruang Kudus" hanyalah para imam besar. Sebelum tabir itu terbelah, ruang ini adalah sebuah ruang yang tidak terjangkau atau tidak boleh dimasuki oleh orang biasa. Tapi ketika Yesus menyelesaikan tugasNya tabir itu terbelah. Secara simbolis hal ini menggambarkan adanya proses pemulihan hubungan antara kita dengan Tuhan. Kita tidak perlu lagi takut kehilangan nyawa untuk masuk ke hadirat Tuhan yang kudus, kita tidak lagi membutuhkan perantaraan imam-imam besar, karena Yesus sendiri kini menjadi perantara, menjadi tabir antara manusia dengan Allah Bapa. Dia membuka jalan kepada kita sehingga kita pun dapat bertemu dengan Bapa, lewat Yesus kita dilayakkan untuk menghampiri tahta Allah, yang berarti mendamaikan hubungan kita dengan Bapa Surgawi. Artinya, perdamaian antara manusia dan Allah bukan lagi suatu utopia melainkan sudah terjadi, dan itu oleh Yesus. Jika dulu sekat tabir membatasi antara manusia biasa dengan Tuhan, hari ini manusia bisa memasuki tahta Allah yang kudus hanya lewat Yesus. Bacalah kembali ayat Ibrani 10:19-20 diatas, maka kita akan menyadari betul bahwa Yesus sudah membuka jalan dan bertindak menjadi tabir secara langsung. Tidak ada yang bisa menghampiri tahta kasih karunia yang kudus jika tidak melalui Yesus. Itu tepat seperti apa yang sudah disampaikan Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6).

Berbagai bentuk dosa yang membelenggu kita seharusnya membuat kita binasa, "Sebab upah dosa ialah maut." (Roma 6:23). Selain upahnya maut, dosa-dosa pun membuat hubungan kita dengan Tuhan terputus. Tetapi lewat Kristus hubungan itu dipulihkan. Perseteruan berakhir, dan perdamaian dengan Tuhan pun terjalin. Paulus mengatakan dalam surat Roma: "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!" (Roma 5:10). Tidak saja kita diperdamaikan, tetapi juga mendapat anugerah keselamatan. Yohanes pun mengatakan "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah." (1 Yohanes 3:1a). Status sebagai anak-anak Allah pun disematkan kepada kita. Bukankah ini sebuah berita kesukaan yang sangat luar biasa?

Maka pertanyaannya adalah, apakah kita sudah cukup peduli dengan hal itu? Apakah kita sudah mengamini kemerdekaan atas dosa yang sudah diberikan Yesus atau masih terus menghamba pada dosa? Apakah kita sudah menghargai anugerah hidup yang baru atau masih berkubang pada bentuk manusia lama kita? Apakah kita sudah menghargai secara benar anugerah luar biasa besar ini atau masih tertarik untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran yang mendukakan hati Tuhan? Apakah kita sudah terus berbenah diri agar semakin serupa dengan Yesus atau malah terus mempermalukan Yesus lewat cara hidup kita yang buruk? Semua ini hendaknya menjadi bahan perenungan kita, terlebih di saat kita mengenang kelahiran Yesus. Jangan sampai hari Natal hanya berupa sebuah pesta perayaan dengan pohon terang, makanan enak dan kado atau hadiah berbungkus indah saja tanpa menyadari makna sebenarnya yang terkandung di dalamnya.

(bersambung)

Monday, December 23, 2013

Perdamaian dengan Tuhan (1)

Ayat bacaan: 2 Korintus 5:19
======================
"Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami."

"Perdamaian? Itu cuma utopia bro..." demikian kata teman saya sambil tersenyum kecut pada suatu hari ketika kami ngobrol santai. Ia mengacu kepada kondisi negeri kita yang semakin lama semakin tidak kondusif. Pemerintah terkesan sangat lemah dalam melindungi kelompok minoritas dan takut menghadapi golongan keras. Akibatnya kita melihat berbagai bentuk kekerasan yang ironisnya justru mengatas-namakan Tuhan, seolah-olah Tuhan itu haus darah dan kelompok-kelompok itu pun mendapat otoritas untuk membantai orang-orang atas namaNya. Kalaupun tidak menyoroti hal-hal ekstrim, maka kita akan jauh lebih mudah menemukan pertikaian ketimbang perdamaian. Jika anda menonton berita televisi setiap hari, maka setiap hari pula anda akan menemukan berbagai bentuk kekerasan akibat sengketa antar dua pihak atau lebih yang seringkali berujung kekerasan. Demo yang berakhir ricuh, pertengkaran antar warga, bahkan antar aparat keamanan yang seharusnya menjadi pelindung di negeri ini. Anda juga akan mudah menemukan kubu-kubu yang terlibat konflik di kantor, lembaga pendidikan dimana anda menuntut ilmu dan sebagainya yang kerap berasal dari kepentingan pribadi atau golongan. Jika kita melihat dari sisi yang lebih luas yaitu dunia, maka kita akan menemukan begitu banyak sengketa dengan dasar masalah bervariasi yang tidak jarang berujung pada ancaman perang. Tak peduli berapa banyak lembaga internasional yang memberi penghargaan atas inisiatif-inisiatif perdamaian yang dilakukan baik perorangan maupun organisasi atau kelembagaan, bentuk-bentuk kekerasan yang mengorbankan banyak nyawa tetap saja terjadi di berbagai belahan dunia. Di lain waktu mungkin saya akan membahas mengenai ajaran Kristus tentang bagaimana agar kita bisa berdamai di atau dengan dunia beserta isinya yang tak damai ini. Tapi pada hari Natal kali ini, saya ingin mengajak anda untuk melihat sebuah fakta tentang damai lewat kedatangan Yesus ke dunia, yaitu antara kita dengan Allah.

Dosa-dosa yang terus kita perbuat menciptakan jurang yang lebar dengan Sang Pencipta. Dalam Alkitab dikatakan: "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Akibat dosa, kita berseteru dengan Tuhan, dan karenanya kita pun terus mengarah kepada jurang kebinasaan yang menganga lebar. Tetapi Kristus datang ke dunia menebus dosa-dosa kita. Perhatikan rangkaian kalimat yang indah dari Paulus dalam surat Roma berikut ini: "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian. Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:20-23).

Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa jika sebagai hamba dosa kita seharusnya beroleh kematian, kedatangan Yesus ke dunia membebaskan atau memerdekakan kita dari dosa dan membawa kita kepada sebuah 'happy ending' yaitu hidup yang kekal. Artinya, Yesus menebus dosa kita agar kita layak untuk menerima anugerah keselamatan pada fase kekekalan nanti, tapi disamping itu karya penebusan yang dijalankan Yesus juga mendamaikan kita dengan Allah. Jika hari ini kita bisa datang memasuki hadirat Tuhan untuk bersekutu denganNya secara langsung, jika Penulis Ibrani berani mengajak kita untuk "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" (Ibrani 4:16), itu semua karena dosa-dosa kita sudah ditebus lunas oleh Yesus. "Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri." (Ibrani 10:19-20).

(bersambung)

Sunday, December 22, 2013

Mewaspadai Pengajaran Sesat (2)

(sambungan)

Jika demikian, bagaimana kita bisa mengetahui mana yang benar dan salah? Caranya adalah dengan benar-benar mengetahui firman-firman Allah dalam alkitab. Akan sulit bagi kita untuk membedakan apabila kita jarang membuka alkitab dan membaca apa saja yang berasal dari Tuhan. Sebaliknya jika kita rajin membuka, membaca, merenungkan hingga melakukan firman-firman Tuhan, kita pun tidak akan mudah terjebak. Pengenalan yang baik akan firman Tuhan akan membuat kita mengenal suaraNya dan tahu kemana kita harus melangkah mengikuti Sang Gembala. "Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya." (Yohanes 10:4).

Kepada kita juga telah dikaruniakan Roh Kudus. Apabila Roh Kudus kita ijinkan berdiam dan berkuasa atas hidup kita lewat ketaatan dan kesetiaan kita dalam menjaga setiap langkah, maka Roh Kudus pun akan menolong kita untuk mengetahui ajaran yang benar dan sesat. Yohanes menyatakan hal itu lewat kalimat berikut: "Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4).

Jika ada pertanyaan, apakah Tuhan mau kita kaya? Jawabannya tentu saja ya. Tapi yang lebih penting adalah agar kita siap untuk menerima berkatNya. Jangan sampai segala berkat itu justru membuat kita gagal menerima anugerah keselamatan yang sudah diberikan lewat karya penebusan Kristus di atas kayu salib. Berkat-berkat yang diberikan Tuhan bukanlah untuk dipakai menyombongkan diri, dipamerkan atau dipakai berfoya-foya, tetapi untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain. Selain itu kekristenan bukanlah mengenai mengejar atau berlomba mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, tetapi mengenai sebentuk hubungan yang didasari kasih, baik antara manusia dengan Tuhan maupun antar sesama manusia. Karena kasih yang begitu besar Tuhan memberikan kita jalan keselamatan lewat AnakNya yang tunggal Yesus Kristus, dan kasih yang mampu memulihkan bukan saja bagi kita tetapi bagi banyak jiwa lain. Bukankah Yesus sudah berkata "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33) ? Jadi fokusnya ada pada pemahaman kita akan kebenaran Kerajaan Allah. Itulah yang akan membuat kita bisa selamat dan selebihnya akan ditambahkan kepada kita.

Mengingat ada banyak pengajaran-pengajaran menyesatkan lewat para nabi, guru atau pengajar palsu yang memanfaatkan banyak media, kita harus benar-benar waspada agar tidak terjebak pada pemahaman keliru akan firman Tuhan. Berhati-hatilah agar jangan tertipu dengan iming-iming lainnya yang menjanjikan kekayaan, keberhasilan, kesuksesan, kemakmuran dan lain-lain. Kita perlu menguji segala pengajaran yang kita terima, seperti kata Alkitab: "Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik". (1 Tesalonika 5:21). Kita tidak akan bisa menguji dan bakal menelan bulat-bulat seluruhnya termasuk yang salah apabila kita tidak memahami betul-betul isi hati Tuhan. Karena itulah kita perlu terus membaca dan merenungkan Firman Tuhan yang sudah tertulis lengkap di dalam Alkitab agar kita tidak gampang goyah seperti ranting yang ditiup angin kesana kemari oleh berbagai pengajaran yang salah. Berbagai bentuk penipuan akan selalu hadir di sekitar kita, namun domba-domba yang mengenal suara GembalaNya tidak akan bisa terjebak di dalamnya.

Kenali suara Tuhan agar tidak tertipu oleh pengajar/nabi palsu

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, December 21, 2013

Mewaspadai Pengajaran Sesat (1)

Ayat bacaan: Galatia 1:6
===================
"Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus."

Betapa memprihatinkannya melihat banyaknya pengajaran-pengajaran yang seolah menyampaikan kebenaran padahal berisi pesan-pesan yang menyesatkan. Ada yang sepintas seperti firman Tuhan padahal berpusat pada diri sendiri, mengedepankan 'the kingdom of myself' ketimbang The Kingdom of God, ada yang secara keliru menyampaikan hal-hal yang menjamin keselamatan, tapi penyesatan terbanyak muncul pada pengajaran-pengajaran yang mengacu kepada hal-hal yang menurut dunia bisa membawa kebahagiaan, yaitu kekayaan, kemakmuran dan kemewahan. Teologi-teologi kemakmuran terus menyebar menjauhkan begitu banyak orang dari pemahaman yang benar akan firman Tuhan. Mereka terus memusatkan pengajaran kepada cara untuk kaya, memiliki harta dan materi. Semua ini dikemas dengan sangat pintar sehingga apabila tidak diperhatikan baik, seringkali orang terkecoh dan mengira itu adalah pesan-pesan yang benar. Mereka bahkan berani mengutip ayat-ayat Alkitab padahal isinya memutarbalikkan kebenaran. Berbagai penyebaran doktrin/teologi kemakmuran dipermudah dengan berkembangnya media informasi di jaman modern sekarang ini baik lewat brosur, media cetak, radio, televisi maupun internet. Belum lama ada sebuah reality show di Amerika yang menyoroti kisah beberapa 'so called priests' yang kontennya sangat memprihatinkan. Tidak saja acara ini menonjolkan kotbah-kotbah kekayaan atau kemakmuran di gereja mereka, tetapi juga menyorot kehidupan pribadi yang sama sekali jauh dari ketetapan Tuhan. Mereka terus menyombongkan harta, rumah mewah, jam tangan berlapis emas dan sebagainya, bahkan hubungan dengan pasangan yang mengikuti arus dunia. Menjual kekristenan demi keuntungan diri sendiri, mungkin itu timbul di pikiran kita. Tetapi sebenarnya yang terjadi jauh lebih mengerikan ketimbang itu. Bayangkan ketika pesan-pesan ini ditangkap oleh orang-orang yang tidak mengerti atau mendalami kandungan Alkitab, mereka bisa tersesat dan terseret menuju kebinasaan. Orang akan mengira bahwa mengikuti Yesus secara sempit hanya berbicara soal kekayaan duniawi, dan itu jelas-jelas sangat keliru.

Apakah saya anti terhadap berkat kekayaan? Tentu saja tidak. Saya tahu Tuhan sudah menjanjikan segala sesuatu yang berlimpah kepada anak-anakNya yang taat atau hidup benar, dan itu memang disampaikan dalam banyak ayat. Namun adalah penting bagi kita agar terlebih dahulu siap mental dan rohani sebelum menerimanya, karena Yesus sudah memberi peringatan bahwa "Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." (Markus 10:25). Itulah sebabnya orang-orang yang baru bertobat seringkali harus melewati proses pemurnian terlebih dahulu yang ketika dijalani bisa jadi membuat kita tidak nyaman atau bahkan menderita, bukan serta merta menerima kekayaan melimpah yang apabila diterima dalam keadaan yang tidak siap justru bisa semakin menjauhkan kita dari Kerajaan Allah.

Apa yang seolah-olah terlihat menggiurkan bagi dunia bisa mendatangkan kerugian. Kita mengira kita untung, tapi malah buntung yang ada. Dengan adanya begitu banyak pengajaran yang keliru dan menyesatkan, kita bisa jatuh ke dalam jebakan-jebakan yang mereka tebar. Sepintas semua bisa terlihat menggiurkan, menjanjikan, namun jika tidak hati-hati kita bisa terjebak ke dalam kesesatan yang tentu akan sangat merugikan masa depan kita. Bukan saja di dunia ini tapi terlebih lagi akan berakibat fatal pada fase berikutnya yang justru kekal. Murid-murid Yesus telah berulangkali mengingatkan hal ini. Seperti Paulus, Petrus, Yohanes, mereka telah menyarankan kita untuk mewaspadai bahaya berbagai ajaran palsu.

Kepada jemaat Galatia, Paulus menegur mereka karena jemaat waktu itu begitu gampang terpengaruh ajaran yang sebenarnya justru memutarbalikkan Injil Kristus. Katanya: "Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus." (Galatia 1:6). Pada kesempatan lain, rasul Petrus berkata "Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka." (2 Petrus 2:1). Lantas Yohanes berkata: "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia." (1 Yohanes 4:1). Semua ini mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan di dunia akan ada banyak pengajar-pengajar atau bahkan nabi-nabi palsu yang, entah karena kesalahan mereka memahami kebenaran atau memang secara sengaja, bisa menyesatkan kita dan meluputkan kita dari anugerah Allah untuk bisa masuk ke dalam KerajaanNya.

Yesus pun telah mengingatkan hal ini. "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas." (Matius 7:15). Para pengajar atau nabi palsu ini akan terlihat begitu baik, tawaran-tawaran akan terlihat begitu indah, tapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang akan dengan buas memangsa siapapun yang terpikat dengan tipu muslihat mereka. Bukan hanya guru-guru atau nabi palsu, tapi bahkan mesias palsu pun akan terus muncul, lengkap dengan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat yang dahsyat, yang jika tidak hati-hati, akan pula menyesatkan anak-anak Tuhan sekalipun. "Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga." (Matius 24:24). Begitu mulusnya penipuan ini, sampai-sampai mungkin sulit bagi kita untuk membedakan mana yang benar berasal dari Tuhan dan mana yang sebenarnya pemutarbalikan kebenaran.

(bersambung)

Friday, December 20, 2013

Mata Rohani Elisa (2)

(sambungan)

Paulus mengatakan bahwa dunia ini berisi orang-orang jahat dan penipu. Mereka terus "..akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:13). Lantas Yohanes pun mengingatkan bahwa "dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya" (1 Yohanes 2:17). Bahkan kita harus hati-hati pula menerima pengajaran karena diantara orang percaya pun bisa muncul nabi-nabi palsu yang bisa menyesatkan lewat pengajaran-pengajaran yang sepintas mengandung kebenaran namun sebenarnya tidak. Hal ini sudah diingatkan langsung oleh Yesus sendiri. "Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang." (Matius 24:11). Melihat situasi seperti ini, maka kita benar-benar harus menjaga agar mata rohani kita berfungsi benar sehingga kita mampu melihat baik-baik kebenaran dan rencana serta karya Tuhan dalam hidup kita. Itulah yang mampu menghindari kita dari berbagai penyesatan hingga kita bisa selamat sampai ke tujuan.

Sekarang mari kita lihat tipe orang yang diwakili Gehazi, pelayan Elisa. Jenis seperti Gehazi bisa melihat apa yang terjadi di depan mata tapi tidak tahu harus berbuat apa dan hanya fokus pada masalah sehingga gampang panik. Bayangkan betapa melelahkannya hidup seperti ini. Hanya mengandalkan logika, kepandaian, sepenuhnya bergantung pada segala sesuatu yang kelihatan di depan mata. Mata rohaninya ada tapi tidak berfungsi dengan baik, sehingga berbagai keadaan masih begitu gampang membuat panik. Perhatikan perkataannya: "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?" (2 Raja Raja 6:15). Gehazi merasa panik ketakutan dan langsung berlari pada Elisa. Gehazi baru kembali tenang setelah Elisa berdoa untuk meminta Tuhan membuka mata bujangnya. "Lalu berdoalah Elisa: "Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat." Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa." (ay 17).  Apa yang dilihat Gehazi setelahnya sungguh luar biasa. Ia melihat ada begitu banyak kuda di sekeliling gunung dan kereta berapi (chariots of fire) di sekeliling Elisa. Jenis mata seperti Gehazi ini banyak terjadi diantara orang percaya. Mereka hanya bisa melihat apa yang terjadi di depan mata mereka. Mereka percaya Tuhan, tapi saat menghadapi masalah, mereka akan dipenuhi oleh banyak pertanyaan, kebimbangan dan diliputi rasa cemas atau takut. Mereka terfokus pada berpikir celaka, bingung, diombang-ambingkan keadaan dan hidup seperti tanpa kepastian. Goyang sedikit mereka jatuh, ditimpa masalah sedikit mereka panik. Orang-orang setipe Gehazi akan selalu menggantungkan hidup kepada orang lain yang mereka anggap punya iman lebih baik; apakah kepada gembala, pendeta, atau orang percaya yang sudah hidup dengan iman teguh. Mereka tidak bisa melihat pertolongan dan pekerjaan Tuhan jika tidak lewat orang lain. Dalam Efesus 4 kita sudah diingatkan bahwa Yesus sendiri telah memperlengkapi segala sesuatu sehingga kedatanganNya bukan hanya membuka pintu jalan keselamatan bagi kita tetapi juga membuka pintu agar kita bisa terus bertumbuh sampai kedewasaan penuh, dengan tingakat pertumbuhan yang sesuai dengan kesempurnaan Kristus "sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." (Efesus 4:14-15).

Mata Elisa jauh lebih baik dari tipe Gehazi. Tipe Elisa adalah mampu melihat apa yang tidak dapat dilihat orang lain. Orang yang memiliki tipikal Elisa mampu melihat Tuhan dan tahu bahwa Tuhan jauh lebih besar dari masalah. "Jawabnya: "Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka." (ay 16). Mata iman Elisa berfungsi dengan baik. Ia tidak panik meski keadaan kasat mata sama sekali tidak kondusif. Ia tahu bahwa Tuhan ada bersamanya dan akan melindunginya, dan mata imannya sanggup melihat hal itu.

Hidup memang tidak akan mungkin tanpa problem. Problem akan senantiasa ada dalam perjalanan kehidupan kita. Tapi ingatlah bahwa ada Tuhan yang menyertai kita, dan Tuhan jauh lebih besar dari segala pergumulan yang kita hadapi. Kita harus terus melatih diri kita untuk melibatkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, karena hanya dengan hidup bersama denganNya lah kita akan mampu menghadapi masalah dengan ketenangan. "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13). Jika kita masih berada pada fase seperti Gehazi, berdoalah seperti Elisa, "Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat." Ini sejalan dengan ayat bacaan kita kemarin dimana Daud berkata "Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu." (Mazmur 119:18). Roh Kudus siap menyingkapkan segalanya, memberi hikmat bagi kita untuk mengetahui rencana Tuhan dalam hidup kita, memungkinkan kita melihat dengan jelas lewat mata iman dan karenanya kita tidak perlu khawatir dalam menjalani hari depan.

Mata rohani seperti Elisa mampu melihat yang tak terlihat dengan kacamata iman

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, December 19, 2013

Mata Rohani Elisa (1)

Ayat bacaan: 2 Raja Raja 6:15
=======================
"Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?"

Dalam beberapa renungan terdahulu kita melihat fungsi penting mata rohani yang ternyata tidak kalah pentingnya atau malah lebih penting dibandingkan kedua mata sebagai satu dari panca indra yang sudah diberikan Tuhan pada kita. Tanpa adanya mata kita akan sulit untuk melihat. Bila kita melihat seorang pengemis buta bernama Bartimeus yang bertemu dengan Yesus dalam Markus 10:46-52, kita melihat bahwa meskipun Bartimeus bisa meminta macam-macam ketika berkesempatan bertemu langsung dengan Yesus, lebih dari segalanya ia hanya minta agar matanya dipulihkan. "Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" (ay 51). Mata adalah organ tubuh yang sangat penting. Tapi kita harus sadar pula bahwa ada kalanya kita tidak bisa melihat meski kedua mata kita tidak mengalami gangguan. Mari kita ambil contoh sederhana. Jika kita mengemudi di jalan raya tanpa mempergunakan mata dengan baik maka kita bisa celaka. Meleng sedikit saja resikonya bisa gawat. Mata yang tidak dipakai untuk hal-hal positif juga bisa membawa kita bermasalah. Kalau mata jasmani sangat penting untuk dimiliki dan selanjutnya dijaga agar membawa manfaat baik, mata rohani pun harus kita perhatikan agar mampu melihat dengan jelas. Kalau itu tidak kita perhatikan, kita bisa repot dalam menjalani hidup dengan benar. Kita akan terus luput dari melihat kebenaran, tidak bisa melihat karya-karya Tuhan dalam hidup kita dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mencapai sebuah hidup seperti yang ada dalam rencana Tuhan sejak awal bagi kita. Hidup akan terus diliputi ketidakpastian, keraguan, kecemasan, kekhawatiran dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Hidup bisa penuh dengan ketakutan jika mata rohani kita tidak berfungsi dengan baik dan benar, alias tanpa didasari iman yang cukup.

Masalah ketajaman kemampuan mata rohani bisa kita pelajari lewat kisah Elisa yang tertulis pada 2 Raja Raja 6:8-23. Kisah ini menceritakan saat raja Aram yang mengirimkan bala tentaranya untuk mengepung kota dan menangkap Elisa. Mari kita lihat seperti apa kejadiannya secara ringkas. Pada suatu kali raja Aram hendak menangkap Elisa dengan mengutus pasukan besar yang dilengkapi kuda dan kereta perang. Bayangkan untuk menangkap Elisa saja raja Aram menganggap penting untuk harus mengepung seluruh kota seperti itu, seperti berperang dengan bangsa lain. Di suatu pagi pelayan Elisa yang bernama Gehazi terkejut melihat tentara pasukan berkuda dengan kereta perang ada di sekeliling kota, mengepung mereka. Ia pun dilanda kepanikan. "Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: "Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?" (ay 15). Gehazi panik. Tapi reaksi Elisa berbeda. Ia berkata: "Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka." (ay 16). Elisa bukan bermaksud untuk sekedar menyenangkan pelayannya, tapi ia ingin agar Gehazi bisa memiliki mata rohani/mata iman yang sama seperti yang ia miliki.

Elisa kemudian berdoa agar Tuhan membukakan mata Gehazi agar ia bisa melihat bagaimana sebenarnya Tuhan telah melindungi mereka dengan pasukan yang jauh lebih besar dari bala tentara Aram itu. "Lalu berdoalah Elisa: "Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat." Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa." (ay 17). Akan halnya tentara Aram, Elisa berdoa seperti ini: "Ketika orang-orang Aram itu turun mendatangi dia, berdoalah Elisa kepada TUHAN: "Butakanlah kiranya mata orang-orang ini." Maka dibutakan-Nyalah mata mereka, sesuai dengan doa Elisa." (ay 18). Tentara kiriman raja Aram disesatkan lewat doa yang dipanjatkan oleh Elisa hingga terlempar ke Samaria, keluar dari Israel. Ketika raja Israel menanyakan kepada Elisa apakah para tentara yang tiba-tiba buta dan tersesat di wilayahnya ini, Elisa memilih untuk memberi kesempatan kedua kepada mereka. Tidak saja para tentara ini selamat, tapi mereka pun dijamu dengan hidangan makan dan minum lalu dikirim pulang kembali ke Aram.

Kita bisa melihat ada tiga jenis mata rohani dari kisah ini, yaitu dari orang Aram, Gehazi sang pelayan, dan mata rohani yang dimiliki Elisa. Orang Aram menggambarkan ciri orang bebal, yang buta total, sama sekali tidak tahu apa yang terjadi di depan mereka. Tipikal orang Aram tidak akan mampu melihat apa yang terjadi di depannya, dibawa menuju kebinasaan pun mereka tidak tahu. Lihatlah bagaimana butanya mata mereka sehingga tidak sadar ketika disesatkan oleh Elisa, seperti yang bisa kita baca dalam ayat 18-20.

(bersambung)

Wednesday, December 18, 2013

Kebutaan Rohani (2)

(sambungan)

Yesus mengingatkan mereka, dan juga berlaku bagi kita tentunya, bahwa tidak baik atau bahkan merupakan dosa ketika kita menganggap diri paling benar lalu merasa berhak menghakimi orang lain. Kedatangan Yesus ke dunia justru bagi orang-orang berdosa, untuk membebaskan manusia dari dosa dan memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang Kerajaan Allah. Yesus menjungkir balikkan pandangan-pandangan keliru dan meluruskan persepsi-persepsi yang salah yang ada di dunia selama ini. Jika kita selama ini merasa paling tahu apa yang benar, maka Yesus membawa kebenaran yang sesungguhnya dari Bapa. Jika kita menolak kebenaran dan menganggap kita lebih tahu, maka sesungguhnya kitalah yang buta dan akan tetap buta. Kedatangan Kristus pun menjadi sia-sia bagi kita yang keras hati seperti ini, sehingga itu akan membuat orang-orang seperti ini luput dari anugerah keselamatan yang telah diberikan lewat Kristus.

Sangatlah menarik melihat dua jenis reaksi dari tipe orang menganggap dirinya paling benar lewat kisah yang tertulis dalam Yohanes 9 ini. Apakah kita termasuk satu diantara mereka yang berpikir salah? Apakah kita masih termasuk yang buta? Apakah ketika melihat orang-orang yang susah kita tergerak untuk membantu dan memberkati atau masih cenderung menghakimi, menghina dan mengejek? Ini pertanyaan penting yang harus kita renungkan.

Yesus berpesan bahwa kita harus melakukan pekerjaan Tuhan selama masih ada waktu dan kesempatan. "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (ay 4). Jangan cuma bicara, apalagi membicarakan dosa orang lain, gosip, mengatai orang dan sebagainya. Berhentilah melakukan itu. Mulailah mengambil tindakan nyata, selagi "hari masih siang". Mengatai, menggosipkan atau membicarakan orang lain adalah sia-sia dan sama dengan memberi tuduhan palsu. Hal tersebut tajam adanya dan bisa sangat melukai. "Orang yang bersaksi dusta terhadap sesamanya adalah seperti gada, atau pedang, atau panah yang tajam." (Amsal 25:18). Bentuk-bentuk perkataan yang tidak pada tempatnya itu pun sama halnya seperti menghakimi orang lain. Apa kata Yesus mengenai hal menghakimi? "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:1-2). Daripada melakukan hal yang mendatangkan masalah bagi kita dan menyakiti orang lain, lebih baik kita mengambil tindakan nyata dengan mengasihi dan memberkati orang lebih banyak lagi.

Jauhi sikap merasa paling benar dan berhak menghakimi orang lain dan merasa diri paling benar karena itu cermin kebutaan rohani

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, December 17, 2013

Kebutaan Rohani (1)

Ayat bacaan: Yohanes 9:2
=====================
"Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"

Manusia punya kecenderungan untuk mudah menghakimi. Baik sadar atau tidak, kita punya tendensi untuk menjatuhkan penilaian atau komentar-komentar yang menghakimi orang lain. Ada banyak orang yang melihat setiap langkah suksesnya bukan untuk membuat mereka lebih peka terhadap orang lain tetapi malah mendatangkan sikap lupa diri. Demikian pula ketika orang bertumbuh makin dalam secara rohani. Melihat orang yang hidupnya susah atau memiliki cacat tubuh, banyak orang yang lantas terjebak untuk menuduh bahwa itu akibat dosanya atau dosa orang tuanya, akibat kutuk dan sebagainya tanpa melihat lebih jauh kebenarannya terlebih dahulu. Betapa mudahnya manusia terburu-buru menghakimi orang lain. Hal seperti ini bukan saja terjadi di antara orang-orang dunia, tetapi di antara anak Tuhan pun bisa. Secara tidak sadar orang  bisa mengeluarkan ucapan-ucapan yang secara tidak langsung menyakiti orang lain, menyudutkan dan menjatuhkan. Komentar-komentar yang selintas, sambil lalu, tanpa kita tahu kebenarannya tapi menyakitkan orang yang kita komentari. Ini adalah sesuatu yang tidak pantas dilakukan apapun alasannya. Bayangkan jika di antara jemaat gereja pola pikir seperti ini timbul, tidakkah itu ironis? Gereja tidak lagi berpikir untuk menjangkau orang-orang yang butuh diselamatkan, tetapi berubah fungsi menjadi kelompok 'hakim' yang bisa menjatuhkan vonis dengan menghukum, mengusir dan menjadi sarang gosip. Jika terus dibiarkan, gereja bukan lagi menjadi tempat dimana orang bisa merasakan hadirat Tuhan dan bertumbuh bersama-sama saudara/saudari seiman tanpa memandang status, suku bangsa dan latar belakang lainnya, tapi akan menjadi sekumpulan orang eksklusif yang merasa diri paling benar dan merasa punya hak untuk menghakimi orang lain.

Saya mengatakan bahwa manusia punya kecenderungan seperti itu bukan tanpa alasan, karena meski berada bersama Yesus secara langsung sekalipun belum tentu menjamin seseorang punya sikap mengasihi yang tidak menghakimi. Ini sudah terjadi di antara murid-murid Yesus sendiri, yang notabene berada langsung melihat, hidup dan berjalan bersama Yesus secara fisik. Pada suatu hari ketika Yesus sedang berjalan bersama murid-muridNya ada seorang pengemis yang buta sejak lahir melewati mereka. Melihat orang buta itu, murid-murid Yesus spontan bertanya kepadaNya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" (Yohanes 9:2). Anda bisa bayangkan seandainya anda yang ada di posisi orang buta tadi, pasti sakit sekali rasanya dikatai seperti itu. Orang buta itu sudah menderita karena tidak bisa melihat. Hidupnya susah dengan keterbatasannya sehingga ia pun terpaksa mengemis. Tapi lihatlah sikap para murid itu. Bukannya disapa dengan ramah, diberi bantuan, didoakan atau dikenalkan dengan Yesus yang ada disana secara langsung, tapi malah mengeluarkan komentar yang negatif. "Orang ini buta dan mengemis, hidupnya buruk. Apa itu akibat dosanya sendiri atau orang tuanya..?" Seperti itulah kira-kira pikiran mereka. Betapa ironis jika pikiran seperti ini muncul dari murid-murid Kristus sendiri. Menjadi murid-murid Yesus yang dipilih langsung olehNya ternyata membuat mereka lupa diri. Mereka merasa sudah hebat dan lupa bahwa mereka sendiri adalah manusia yang berdosa juga dan belum tentu lebih baik dari si pengemis buta. Mereka tidak sadar bahwa dengan memiliki pola pikir seperti itu, mereka pun sebenarnya buta, buta secara rohani. Status mereka sebagai murid Yesus membuat mereka besar kepala sehingga merasa berhak mengeluarkan kata-kata seperti itu. Jika kita lihat pada jaman ini, orang-orang yang percaya pda Kristus pun masih sering terpeleset dalam kesalahan yang sama. Ketika kita merasa diri sudah baik, sudah hidup benar, sudah rajin berdoa, sudah hidup kudus, bukannya kita semakin mengasihi orang lain tetapi malah tega mengomentari bahkan menghakimi dan  menuduh yang bukan-bukan.

Bagaimana reaksi Yesus akan sikap jelek murid-muridNya ini? Menanggapi komentar murid-muridNya, Yesus menjawab dengan melakukan sesuatu secara nyata. Yesus menyembuhkan pengemis buta tadi sehingga dia bisa melihat, sesuatu yang belum pernah dialami sang pengemis buta sejak lahir. Lalu Yesus berkata: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia." (ay 3). Hidup  yang hancur atau tidak seperti apa yang dikehendaki bukan harus selalu akibat dosa-dosa yang dilakukan atau karena kutuk turunan, tetapi Yesus mengatakan bahwa itu mungkin saja terjadi dengan tujuan pekerjaan Allah harus dinyatakan dalam dia. Hidupnya yang dimata orang tidak berharga dan terbuang, tapi Tuhan ternyata berkehendak untuk memakainya sebagai kesaksian luar biasa yang sanggup mengubahkan banyak orang. Itu tentu luar biasa. Sebelum bertemu Yesus, hidup baginya hanyalah kegelapan, dia tidak berguna, tertolak dan terhina dalam masyarakat. Tapi kemudian Yesus menunjukkan bahwa ia ada dalam perhatian Tuhan, bahkan dalam rencanaNya, sehingga ketika saatnya tiba, bukan saja ia disembuhkan dan bisa melihat terang, tapi ia bahkan dilibatkan dalam pekerjaan Allah! Ini sesuatu yang sungguh luar biasa. Perjumpaannya dengan Yesus merubah hidupnya. Ia dipulihkan dan menjadi kesaksian bagi banyak orang.

Jika murid-murid Yesus bisa memiliki pola pikir keliru, ihatlah bagaimana reaksi orang-orang Farisi tepat seolah orang buta itu disembuhkan. Orang-orang Farisi dikenal sebagai pemuka-pemuka agama yang sangat ahli dalam memahami hukum Taurat. Jika perilaku murid-murid Yesus yang bertanya dengan pola pikir seperti itu saja sudah salah. Sebagian dari orang Farisi yang superior dan merasa diri paling suci langsung serta merta menuduh. "Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: "Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat." Sebagian pula berkata: "Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?" Maka timbullah pertentangan di antara mereka." (ay 16). Yesus pun kemudian mengatakan kepada mereka: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." (ay 39). Orang Farisi pun mengeluarkan sindiran. "Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?" (ay 40). Perhatikan bahwa mereka sama sekali tidak merasa bersalah. "Jadi katamu kami pun orang buta?? Kami ini orang-orang paling benar di dunia tahu?? Kami hapal mati hukum Taurat, artinya kamilah yang terdepan dalam hal kebenaran!" Itu kira-kira yang ada di pikiran mereka, yang jelas-jelas menunjukkan kesombongan rohani dan sikap-sikap buruk yang melekat akibat merasa sudah paling benar. Dan inilah reaksi Yesus. "Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu." (ay 41). Jika kebodohan rohani seperti itu muncul karena ketidaktahuan itu bisa dimaklumi, tetapi jika mereka melakukan itu akibat sikap pongah dengan merasa paling tahu kebenaran, maka itu merupakan dosa bagi mereka. Mereka mungkin tidak buta secara fisik, tetapi jelas buta secara rohani.

(bersambung)

Monday, December 16, 2013

Tahu Apa yang Diminta

Ayat bacaan: 1 Raja Raja 3:9
========================
"Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?"

Alkisah ada tiga sahabat terdampar di sebuah pulau dan menemukan sebuah botol. Ketika dibuka, tiba-tiba muncullah jin dan sebagai tanda terima kasih, ia akan mengabulkan tiga permintaan dari mereka. Yang pertama minta untuk pergi ke Paris. Jin mengabulkan, dan saat itu juga ia sudah berada disana. Yang kedua minta ke Hollywood, dan sama seperti temannya, ia pun dalam sekejap mata sampai disana. Melihat kedua temannya sudah lenyap, yang terakhir merasa kesunyian dan bergumam "seandainya kedua temanku ada disini..." Jin menganggap itu sebagai permintaan terakhir, dan kedua temannya pun kembali lagi ke tempat semula. Ini adalah anekdot yang pernah saya baca beberapa waktu yang lalu yang meski lucu, bagi saya sangat baik untuk menggambarkan sifat manusia yang seringkali tidak tahu apa yang seharusnya mereka minta. Ketika kesempatan untuk meminta hadir, kita akan terfokus pada ke'aku'an kita dan meminta segala sesuatu yang hanya mengarah kepada kenyamanan dan kemakmuran menurut cara pandang dunia. Dan kita selalu ingin sesuatu yang instan. Kita tidak lagi percaya pada proses tapi hanya menginginkan hasil akhir langsung, tanpa perjuangan lagi. So if God gives you a chance to make one wish, what would you ask? 

Kemarin kita sudah melihat bagaimana Bartimeus mampu meminta hanya satu permintaan ditengah berbagai kebutuhan yang mendesak. Kisah selengkapnya bisa anda baca dalam Markus 10. Bartimeus hanyalah seorang pengemis buta yang sehari-hari menyambung hidup dari belas kasihan orang. Melihat kondisinya, tentu ada begitu banyak kebutuhan yang ia inginkan. Tapi lihatlah bahwa dalam perjumpaannya dengan Yesus, ia tidak tergoda sedikitpun untuk meminta kekayaan, pekerjaan atau lain-lain selain matanya dicelikan. Yesus pun memberikan tepat seperti yang ia minta. Ia tahu bahwa apabila matanya berfungsi baik maka ia akan bisa berusaha untuk mencari nafkah dan tidak lagi perlu meminta-minta. Ia tahu bahwa ia harus berusaha agar bisa berhasil, ia harus bekerja untuk hidup. Ia tidak meminta jalan pintas dari Tuhan untuk mendapatkan segalanya dengan instan, tapi ia membutuhkan mata yang mampu melihat agar ia bisa maksimal melakukan itu semua. Singkatnya, Bartimeus tahu apa yang harus ia minta, maka ia pun memperolehnya.

Jika kita mundur ribuan tahun sebelumnya, ada kasus yang mirip yang terjadi pada Salomo. Pada suatu malam Salomo mendapat kesempatan emas untuk meminta sesuatu dari Tuhan. "Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu." (1 Raja-Raja 3:5). Hal ini berkenaan dengan gaya hidup Salomo yang sama seperti ayahnya Daud, gaya hidup yang mengasihi Tuhan dan melakukan dengan taat ketetapan-ketetapan sang ayah yang semuanya telah terbukti berkesan di mata Tuhan. Seperti halnya Bartimeus, kita pasti terkejut mendengar jawaban yang diberikan Salomo. Ada kesempatan datang, yang mungkin sulit terulang lagi. Bagaimana tidak, jika Tuhan berjanji bahwa permintaan apapun yang ia sampaikan akan dijawab saat itu juga? Jika kesempatan itu diberikan pada kita, apa yang akan kita jawab? Hidup seribu tahun lagi? Tidak ada penyakit? Jauh dari kemiskinan selamanya? Mendapat jodoh paling cantik/ganteng? Punya rumah termewah? Mobil terbaru? Pesawat jet? Mungkin kita meminta seperti itu, tapi tidak dengan Salomo. Apa yang diminta Salomo cukup mengejutkan. "Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" (1 Raja Raja 3:9). Perhatikan apa yang diminta Salomo. Di usia mudanya ia tidak berharap akan kemewahan atau kemudahan hidup. Justru karena ia tahu bahwa usianya yang masih muda dan pada suatu ketika akan menggantikan ayahnya sebagai raja, ia membutuhkan hikmat yang mampu menuntun umat yang sangat besar lebih dari hal lainnya. Itulah yang paling ia butuhkan, lebih dari harta kekayaan, materi, kemakmuran, popularitas dan sebagainya, atau hal-hal yang lebih berpusat kepada pemuasan diri atau egonya sendiri. Ia juga tidak meminta umur panjang, sehat 100% selama hidup, bebas dari masalah, dan berbagai permintaan lain, tapi yang ia minta hanyalah satu: Hikmat. Tuhan senang dengan permintaannya dan langsung mengabulkannya. "Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir." (1 Raja Raja 4:29-30). Ternyata bukan saja hikmat yang ia peroleh, tetapi lewat permintaannya yang baik di mata Tuhan itu mengalir pula berkat-berkat lain ke dalam hidupnya. Firman Tuhan berkata "Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja. Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu." (ay 13-14). Salomo mendapatkan segalanya, dan itu berawal dari permintaannya yang tidak didasari ego atau mementingkan diri sendiri. Salomo memperoleh semuanya karena ia tahu apa yang harus ia minta.

Tuhan lebih dari sanggup memberikan segalanya bagi kita secara berkelimpahan. Tapi hendaklah kita mengetahui terlebih dahulu apa yang kita minta. Kita harus membenahi mental dan sikap kita agar segala yang dipercayakan Tuhan kepada kita akan mampu menjangkau dan memberkati orang lain lewat diri kita dan bukan dipakai untuk menimbun diri sendiri saja. Sikap Salomo menunjukkan pribadinya yang tidak mementingkan kenyamanan dan kemakmuran diri sendiri, tetapi secara bijaksana ia meminta sesuatu agar apa yang ditugaskan Tuhan kepadanya mampu ia lakukan dengan sebaik-baiknya. Tidaklah heran apabila Tuhan memberkati Salomo secara luar biasa. Berdasarkan pengalamannya, Salomo pun kemudian menulis dalam Amsal: "Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya. Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia." (Amsal 3:13-18). Berbahagialah Salomo karena ia tahu apa yang perlu ia minta, dan itu membawa berbagai berkat mengalir kepadanya.

Salomo dan Bartimeus adalah contoh dari orang yang tahu apa yang harus ia minta. Mereka tidak tergiur dengan berbagai kenikmatan dunia, tapi mereka meminta sesuatu yang akan mampu mereka pakai untuk bisa melakukan hal terbaik untuk Tuhan dalam hidup mereka. Bagaimana dengan kita? Banyak di antara kita yang menghabiskan waktu untuk terus meminta tapi lupa bersyukur. Meminta, meminta dan meminta tanpa henti, memboroskan tenaga dan membuang-buang waktu doa untuk meminta hal-hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Tidak heran jika akhirnya semua berjalan di tempat dan tidak mencapai kemajuan apapun. Arahkan fokus seperti pandangan mata Tuhan, yang tahu betul apa yang terbaik buat kita. Mintalah sesuatu yang benar-benar kita butuhkan dengan tujuan memuliakan Tuhan lebih dari sebelumnya. Jadilah penyalur berkat bukan penimbun harta. Kita bisa melihat bagaimana Tuhan mampu menjawab doa lebih dari yang kita minta sekalipun jika fokus dan tujuan kita meminta itu terarah dengan benar. Mari kita belajar dari Salomo dan Bartimeus dan arahkan permintaan kita kepada sesuatu yang tepat. Let's find out what we really need today, God will gladly answer it.

Miliki motivasi benar dalam meminta, bukan atas keinginan pemuasan diri sendiri

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, December 15, 2013

Bartimeus dan Imannya (2)

(bersambung)

Apa yang menyembuhkan Bartimeus? Yesus mengatakan: Imannya. "Imanmu telah menyelamatkan engkau!" Iman Bartimeus adalah sebuah iman yang percaya, penuh pengharapan, yang tidak tergantung pada logika manusia, yang tidak tergantung apa kata orang. Ia tahu imannya tidaklah terletak pada pendapat manusia lainnya tetapi semata-mata merupakan koneksi atau hubungan antara dirinya dan Sang Pencipta. Bartimeus berpegang teguh akan hal itu. Kita tidak tahu sudah berapa lama ia menderita kebutaan dan harus menjadi orang-orang terbuang sebagai pengemis di jalanan. Hanya mengharapkan belas kasihan orang yang lewat dan harus dengan lapang dada menerima ketidak pedulian orang lain. Tapi imannya tetap punya pengharapan. Ketika bertemu Yesus, imannya menggerakkannya untuk percaya bahwa Yesus sanggup menolongnya. Dan ia tidak meminta berlebihan meski Tuhan Yesus tentu sanggup melakukan itu. Ia tahu masalahnya, ia tahu apa yang ia butuhkan dan ia tahu dalam Yesus ada kuasa Allah yang memulihkan. Tidaklah heran jika Yesus berkata bahwaimannya yang besarlah yang kemudian menyelamatkannya. Yesus ada disana, tapi ada berapa orang yang berteriak memanggil Yesus? Yesus masih tetap sama sampai sekarang, tapi ada berapa banyak orang yang mau memanggil dan meletakkan pengharapan sepenuhnya kepadaNya?

Iman sanggup menggerakkan Tuhan untuk turun tangan melakukan hal-hal ajaib dalam hidup kita. Iman, itulah yang kita butuhkan untuk menerima berkat dan mukjizat Tuhan kepada kita. Mudah bagi kita untuk mengatakan bahwa kita punya iman, namun dalam prakteknya seringkali tidak demikian. Besarnya iman akan terlihat lewat reaksi kita dalam menghadapi masalah, sebesar apa kepercayaan dan pengharapan kita kepada Tuhan walaupun pertolongan masih belum kita lihat saat ini. Dan itulah tepatnya yang diingatkan Alkitab mengenai iman. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1).

Iman memegang peranan yang sangat penting akan berhasil tidaknya kita menerima mukjizat Tuhan untuk menjawab permasalahan kita. Meski masalah yang menimpa anda sepertinya tidak lagi punya jalan keluar, tidak lagi ada solusi, seolah sudah membentur tembok, menemui jalan buntu, iman selalu sanggup menggerakkan tangan Tuhan untuk memulihkan kita. Dan Yesus sudah mengatakan sekiranya seukuran biji sesawi saja besar iman kita, maka takkan ada yang mustahil bagi kita. "Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." (Matius 17:20).

Bagi teman-teman yang saat ini sedang menghadapi jalan buntu yang terlihat seperti tidak lagi punya solusi, ketika semuanya seolah-olah memusuhi anda, ini saatnya untuk mencontoh keputusan Bartimeus. Ia datang dan berseru-seru kepada Tuhan, dan lihatlah Tuhan merespon seruannya. Hal ini tepat seperti yang dikatakan Daud dalam salah satu Mazmurnya: "Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya." (Mazmur 34:7) dan "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." (ay 18).

Iman akan membuat kita bisa berseru bukan hanya asal teriak atau menangis tapi dengan sebuah pengharapan penuh yang percaya. Kita selalu bisa bergantung dan berpengharapan kepadaNya dalam kesesakan atau bahkan kebuntuan seperti apapun itu. Kita harus benar-benar paham bagaimana kedahsyatan Tuhan seperti yang tertulis dalam ayat berikut: "Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah." (Mazmur 96:4). Untuk bisa memperoleh kuasa seperti itu dibutuhkan iman.

Ini saatnya kita berhenti memandang masalah dan beralih memandang Tuhan sebagaimana adanya Dia. Kita harus sadar bahwa tidak ada satupun masalah yang lebih besar dibanding kuasaNya. Bartimeus mengalami jamahan Tuhan yang ajaib karena ia memiliki iman yang berbeda dari orang-orang lain. Pola pikirnya mengetahui dengan benar bagaimana pribadi Tuhan yang penuh kasih, dan jika itu berlaku bagi Bartimeus, bagi kita pun sama. Belajar dari Bartimeus, mari kita menyadari bahwa meski di dunia ini kita mungkin sudah dianggap membentur jalan buntu, kita punya Tuhan yang tidak akan terbatas oleh kebuntuan. Berserulah kepada Tuhan dengan iman seperti Bartimeus, Dia akan mendengar dan menjawab.

Ketika dunia berkata tidak ada lagi jalan, Tuhan selalu sanggup buka jalan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, December 14, 2013

Bartimeus dan Imannya (1)

Ayat bacaan: Markus 10:52
=====================
"Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya."

When the world goes against you, when all the circumstances aren't like what you expected, when you feel like giving up because there seems to be no hope anymore, where would you go? Ini akan menjadi pertanyaan banyak orang yang mentalnya meredup akibat banyak hal. Ada kalanya kita berhadapan dengan situasi sulit yang bisa membuat kita down. Seringkali masalah datang bukan satu persatu tapi sekaligus sehingga semangat juang dan rasa percaya diri kita pun merosot drastis. Ada seorang teman yang mengambil keputusan yang salah dalam pekerjaannya. Kesalahannya terbilang fatal sehingga tidak saja ia terancam kehilangan pekerjaan, tapi ia pun harus menghadapi teguran, kemarahan bahkan hujatan dari banyak orang. Ia menjadi tertuduh dan menjadi sasaran tembak baik dari pimpinan, rekan kerja dan orang-orang lain yang dirugikan. Dalam kesempatan lain, ada pula teman lainnya yang pernah salah langkah dan harus rela kehilangan hampir seluruh harta bendanya plus hutang yang tidak tanggung-tanggung besarnya. Ia diancam akan dibunuh, dijauhi banyak orang, membuatnya kehilangan harapan dan hampir bunuh diri. Untunglah kesalahan fatal itu tidak sampai ia lakukan. Hari ini ia sudah kembali menata hidup baru yang diberkati. Kasih Tuhan tak terbatas mampu memberikan sebuah kesempatan akan hari baru yang penuh harapan dengan masa depan yang cerah.

Ada banyak orang yang kehilangan arah ketika tengah kalut ditimpa masalah. Kita semua tentu setuju bahwa itu tidaklah mudah untuk bisa tetap tegar, apalagi jika tidak ada yang peduli, malah memilih untuk menjauh meninggalkan kita. Perasaan bersalah, tertuduh, tertolak, terhakimi, tanpa ada yang mau mendengar, mengampuni dan merangkul. Sudah jatuh masih juga harus tertimpa tangga. Dalam keadaan lemah, kita bisa tergoda untuk mengambil jalan-jalan keliru yang bukannya menyelesaikan masalah tapi hanya akan menambah banyak masalah baru dan dengan sendirinya semakin jauh pula dari Tuhan. Sulit bagi kita untuk tetap berpikir jernih dan terus menaruh pengharapan kepada Tuhan. Banyak orang ingin buru-buru keluar dari masalah tanpa melihat benar tidaknya jalan yang diambil. Kita terlalu sering meletakkan harapan pada berat ringannya masalah, dana cadangan, pada koneksi atau sesama manusia yang dianggap punya pengaruh, atau pada kondisi atau situasi yang dinilai hanya lewat kacamata logika manusia yang terbatas lantas lupa kepada kuasa Tuhan yang justru tidak terbatas. Iman akan teruji kekuatannya bukan ketika hidup sedang baik-baik saja tetapi justru ketika kita berhadapan dengan masalah.

Hari ini saya ingin mengajak melihat perjumpaan pengemis tuna netra bernama Bartimeus dengan Tuhan Yesus yang membawa pemulihan besar bagi hidupnya seperti yang dicatat dalam Markus 10:46-52. Karena kondisinya yang tidak bisa melihat alias buta, ia tidak bisa bekerja. Maka untuk bertahan hidup ia menjadi pengemis di pinggiran jalan. Pada suatu hari Yesus lewat tidak jauh dari letaknya mengemis. Beginilah reaksinya. "Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" (Markus 10:47). Bartimeus hanyalah seorang pengemis buta. Bagi orang disana, ia dianggap terlalu hina sehingga ia dianggap tidak sopan dan tidak layak untuk berteriak-teriak memanggil Yesus. Maka ia pun dimarahi orang. "Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun ia tidak mempedulikan orang, ia malah semakin keras berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" (ay 48). Bukannya berhenti, Bartimeus malah mengencangkan suaranya. Ia sadar bahwa itu adalah sebuah kesempatan besar. Logika, pendapat orang lain, itu tidak ia pedulikan. Imannya mendorongnya untuk terus mengencangkan harapan ketika kesempatan ada. Ia terus memanggil Yesus. Teriakannya itu ternyata menggetarkan dan menggerakkan Yesus untuk bereaksi. Yesus pun lalu memanggilnya. Ia segera menanggalkan jubahnya dan bergegas menuju Yesus. "Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" (ay 51).

Menarik jika kita melihat jawaban Bartimeus. Ia tidak meminta kekayaan, status yang tidak hina dimata masyarakat, diberkati melimpah dan sebagainya. Ia tidak mengatakan "Tuhan pulihkan seluruh hidupku sehingga aku bisa hidup layak saat ini juga." Ia tidak mengutuk orang-orang yang menghinanya. Ia tidak meminta pemulihan menyeluruh yang instan. Tidak. Ia tahu pangkal masalahnya adalah kebutaan. Jika ia bisa melihat, tentu ia tidak perlu jadi pengemis lagi dan bisa bekerja dengan normal untuk hidup. Dengan mata yang bisa berfungsi baik untuk melihat, ia bisa kembali menata hidupnya, menapak sedikit demi sedikit untuk mendapat kehidupan yang baik. Ia bisa berusaha mempergunakan talenta-talenta yang ia miliki untuk hidup layak. Yesus kemudian menyembuhkannya dengan sebuah perkataan. "Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya." (ay 52).

(bersambung)

Lanjutan Sukacita Kedua (5)

 (sambungan) Satu jiwa pun begitu berharga di mata Tuhan. Ketika jiwa itu kembali ditemukan, sang gembala akan menggendongnya dengan gembira...