Ayat bacaan: Ratapan 3:22-23
========================
"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"
Ada dua penjual roti yang lewat di depan rumah saya setiap pagi. Yang satu perusahaan tua, yang satu masih terhitung baru. Meski demikian, keduanya punya produk yang enak, terlebih jika dibeli pagi-pagi seringkali rotinya masih lumayan hangat. Jelas roti-roti mereka lebih nikmat jika dibandingkan dengan roti yang sudah berumur sehari lebih yang dipajang di mini market. Beberapa gerai roti di supermarket ada juga yang menawarkan produk-produk yang masih hangat, fresh from the oven karena memang diproduksi di tempat.
Kita menyukai hal-hal baru. Kita menanti film baru, lagu baru, tempat-tempat baru, kesuksesan, peningkatan dan pencapaian baru, bahkan hubungan kita pun akan terasa membosankan kalau hanya begitu-begitu saja tanpa adanya kejutan dan hal-hal baru yang dilakukan bersama. Tantangan-tantangan baru mampu membuat banyak orang bersemangat, karena disana mereka akan belajar hal baru dan menggapai keberhasilan yang baru pula.
Seperti apa tahun 2014 buat anda? Bagi saya tahun 2014 sangatlah menarik karena saya mengalami banyak hal baru dalam hidup. Ada kegiatan-kegiatan yang baru dirintis, ada pencapaian baru, teman-teman baru dan pelajaran-pelajaran baru yang saya petik di tahun ini. Saya termasuk orang yang tidak suka hidup stagnan, berhenti hanya di satu tempat. Meski saya tidak anti rutinitas, hal-hal baru membuat hidup terasa dinamis dan menarik. Ketika ada peluang baru muncul, itu artinya saya bisa mempergunakan talenta, kemampuan, daya kreasi dan ide-ide yang ada pada diri saya untuk menghasilkan sesuatu yang baru pula. Yang mudah-mudahan membawa manfaat bagi banyak orang, syukur-syukur memberkati dan yang pasti dilakukan sebaik-baiknya dengan tujuan memuliakan Tuhan di dalamnya. Jadi hal baru membuka peluang baru, membawa tantangan baru yang memerlukan strategi baru. Ada yang sudah menampakkan hasil, ada yang belum, ada yang gagal. Tapi yang gagal sekalipun merupakan proses untuk menuju sesuatu yang lebih baik. Singkatnya, tahun 2014 bagi saya merupakan tahun percepatan dengan terbukanya banyak peluang. Walaupun kegiatan bertambah dan jam istirahat berkurang, tetapi peluang-peluang dan aktivitas baru membuat saya bersemangat dan tidak sabar melihat bagaimana kelanjutannya di tahun yang baru.
Menariknya, Tuhan pun suka dengan hal-hal baru. Lihatlah apa kata Pemazmur berikut ini: "Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi!" (Mazmur 96:1). Tuhan menyukai puji-pujian yang baru dari kita, bukan hanya yang itu-itu saja dari tahun ke tahun. Tuhan merindukan hubungan yang terus diperbaharui menjadi lebih dalam lagi, Tuhan menantikan perubahan sikap kita ke arah yang lebih baik dan semakin seperti Yesus. Tuhan menyukai proses kita menuju kedewasaan, kebijaksanaan dan kerohanian yang lebih tinggi. Tuhan tidak mau kita terus menerus menjadi manusia yang tercemar dalam dosa sejak lahir, maka Dia pun memberikan kesempatan buat kita menjadi ciptaan baru dalam Kristus. "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Kita diminta untuk membuang "ragi yang lama" supaya bisa menjadi "adonan yang baru." (1 Korintus 5:7).
Menariknya, dan pujilah Tuhan untuk ini, Tuhan bahkan sudah menyatakan bahwa Dia memberi kita rahmatNya yang baru. Bukan sekali-kali, bukan hanya setahun sekali, sebulan sekali atau seminggu sekali, tetapi setiap pagi. "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). His mercy, loving kindness and blessings are new every morning. That's the way He greets us everytime we wake up. Begitulah cara Tuhan menyapa kita setiap kali kita bangun di pagi hari. Kalau kita merenungkan hal ini, bukankah itu luar biasa? Tuhan menganggap penting rahmat-rahmat, berkat-berkat baru untuk dicurahkan kepada kita. Tuhan besar kesetiaanNya untuk selalu melimpahi kita dengan sesuatu yang segar dan baru, bukan sisa-sisa, bukan sesuatu yang kadaluarsa. Dia selalu memberkati kita dengan segala yang terbaik. Masalahnya, sejauh mana kita sadar akan hal itu? Kita malah suka menganggap Tuhan tidak tanggap terhadap diri kita, seolah Tuhan senang melihat kita susah berlama-lama. Kita bahkan sering lupa untuk mengucap syukur dan berterimakasih setiap kita bangun pagi dan lebih memilih untuk langsung sibuk-sibuk, bersiap menghadapi aktivitas yang menanti tanpa peduli untuk menyapaNya. Padahal Tuhan siap memberkati kita dengan penuh sukacita untuk memulai hari dan melakukan yang terbaik hari ini.
Di mata Tuhan kita sangatlah berharga. KasihNya kepada kita tidak terukur besarnya. "Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?" (Roma 8:32). Ayat ini dengan sangat jelas menggambarkan betapa besar kerinduan Allah untuk selalu memberikan yang terbaik pada kita. Bahkan dengan kedatangan Kristus, kita dimungkinkan untuk mengalami pemulihan hubungan dengan Tuhan, mengalami penebusan dan dilayakkan untuk menerima berkat keselamatan, menikmati hadiratNya hari ini, merasakan kedekatan dan kasihNya yang begitu teduh secara langsung, tidak lagi harus lewat perantara seperti di masa Perjanjian Lama. Kita bukan lagi yang lama tetapi sudah menjadi ciptaan baru, diberi rahmat yang baru setiap pagi berdasarkan kasih setia Tuhan pada kita. Apakah kita mau mensyukuri hal itu dan mengimaninya dengan hidup sebagai sosok yang sudah diperbaharui, atau kita memilih untuk terus terikat pada berbagai kebiasaan buruk di masa lalu, terbelenggu pengalaman-pengalaman pahit di waktu lalu dan tidak juga ingat untuk mengucap syukur kepadaNya? Apakah kita mau memakai dan memaksimalkan rahmat-rahmat yang baru dari Tuhan setiap pagi atau melupakannya saja, itu pilihan kita. Satu hal pasti, apa yang disediakan Tuhan sesungguhnya baru dan segar, dan itu hadir setiap pagi.
Memasuki Tahun yang baru, mari kenali Tuhan lebih lagi. Semakin kita mengenalNya, semakin kita mengetahui kasih dan rancanganNya buat kita, semakin kita terkagum-kagum dibuatNya. Firman Tuhan yang disampaikan kepada Hosea berkata "Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." (Hosea 6:3). Seperti apa tahun 2014 buat anda? Mungkin ada yang merasa tahun ini tidak terlalu baik, atau malah buruk? Dengarlah, Tuhan menyediakan yang baru bagi anda. Tuhan membuka peluang-peluang baru, kesempatan baru di tahun yang baru. Bagi anda yang menganggap tahun 2014 sebagai tahun yang baik setidaknya menjanjikan, Tuhan pun menyediakan rahmatNya yang baru bagi anda. Apapun yang anda rasakan di tahun 2014, semuanya merupakan bagian dari keberhasilan baru yang menanti di depan sana. Karenanya bersukacitalah dalam menyambut tahun yang baru, jalanilah dengan penuh semangat dan harapan baru. Ada Tuhan dengan rahmatNya yang baru disana, dan Dia akan selalu berjalan bersama anda dalam setiap langkah. Selamat tahun baru buat teman-teman, Tuhan memberkati anda semua.
Tahun baru, rahmat baru, harapan baru
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, December 31, 2014
Tuesday, December 30, 2014
Thomas Alva Edison dan 2000 Proses Menuju Keberhasilan
Ayat bacaan: Ibrani 12:3
==================
"Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa."
Andai kata tidak ada Thomas Alva Edison, bagaimana hidup kita saat ini? Di malam hari atau ketika mendung, tanpa lampu maka bumi akan sangat gelap. Kita mungkin masih tergantung pada lilin sebagai sumber penerangan dan itu tentu akan merepotkan. Seandainya Thomas Alva Edison memang ada dan punya kepribadian gampang menyerah, tentu kita pun tidak akan menikmati fasilitas penerangan dari kehadiran lampu. Thomas Alva Edison memang berhasil menemukan lampu, itu sebuah keberhasilan luar biasa. Itu kita sudah tahu. Yang mungkin kita belum tahu adalah betapa banyak hari-hari yang ia habiskan di laboratorium bawah tanah di rumahnya karena terus menerus gagal dan terbentur jalan buntu. Sejarah mencatat tidak kurang dari 2000 percobaan gagal harus ia hadapi. Tetapi itu tidak membuatnya patah semangat, menjadi lemah atau putus asa kehilangan harapan. Ketika orang menanyakan kegagalannya, Edison menjawab: "I never failed once. It just happened to be a 2000-step process" Meski orang melihat 2000 percobaan itu sebagai sebuah kegagalan dengan jumlah yang begitu besar, Edison sendiri ternyata tidak pernah menganggapnya sebagai kegagalan. Tidak satupun. Bagi Edison 2000 proses yang tidak berhasil itu hanyalah bagian dari sebuah proses menuju keberhasilan yang ia percaya akan mengubah nasib manusia. Edison benar. 2000 langkah proses itu pun menjadi buah karya monumental yang bisa kita nikmati sampai sekarang.
Dibalik satu kisah sukses biasanya terdapat seribu kisah kegagalan. Orang sering iri melihat bagaimana suskesnya seseorang, tapi lupa bagaimana orang itu jatuh bangun dan mengalami kegagalan berkali-kali sebelum akhirnya bisa mencapai kesuksesan. Dari kisah Edison kita melihat bahwa seseorang yang berhasil itu bukanlah manusia yang sempurna yang tidak pernah gagal. Mungkin satu-dua kali,mungkin puluhan, mungkin ratusan bahkan ribuan kali mereka akan terbentur ketidaksuksesan, tapi semangat, ketekunan dan kerajinan membuat mereka tidak pernah menyerah.
Begitu pula dengan keimanan kita. Orang-orang yang sekarang hidup benar tentu dahulu pernah melakukan kesalahan. Tidak akan ada orang yang serta merta langsung baik kerohaniannya. Bedanya, mereka mau belajar dari kesalahan dan serius untuk tidak mengulanginya lagi. Dalam Amsal dikatakan: "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." (Amsal 24:16). Ayat ini dengan jelas mengatakan bahwa orang benar pun bisa jatuh berkali-kali, tetapi mereka akan bangkit dan berusaha untuk terus lebih baik. Itulah yang akan membedakan mereka dengan orang-orang yang tidak mementingkan keseriusan untuk hidup dengan benar.
Paulus menyampaikan ayat berikut: "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1) Faktanya kita hidup ditengah banyak orang yang akan selalu memperhatikan hidup kita. Maka kita wajib meninggalkan beban dan dosa yang merintangi kita dan terus dengan tekun berusaha untuk hidup lebih baik lagi. Caranya tidak lain adalah melakukannya dengan mata yang tertuju pada Yesus (ay 2). Dan setiap kali kita merasa lemah dan hampir putus asa, arahkan pikiran kita pada Yesus yang tidak pernah menyerah pada tekanan dan siksaan demi menggenapi kehendak Bapa. (ay 3). Dalam melakukan pelayanannya, Paulus dan kawan-kawan pun tidak kurang sulitnya. Mereka pun mengalami berbagai bentuk penolakan, penindasan bahkan penganiayaan. Tapi mereka tidak menyerah. "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." (2 Korintus 4:8-9). Apa yang menjadi kunci kegigihan Paulus dalam terus maju meski harus jatuh bangun mengalami deraan, siksaan, masalah dan berbagai kesulitan lainnya? Ia menyebutkan alasanna. "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami."(ay 10).
Pesan yang sama kemudian disampaikan oleh Penulis Ibrani: "Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa." (Ibrani 12:3). Kalau kita mulai merasa lemah dan putus asa, saatnya bagi kita untuk kembali mengingat Yesus yang tidak pernah patah semangat dan menyerah untuk menggenapi kehendak Allah Bapa. Meski masa waktuNya singkat, Dia berhasil menyelesaikan semua tugas seperti yang dikehendaki Bapa. Yesus mengatakan langsung hal tersebut sebelum tubuh manusiaNya wafat di atas kayu salib. "Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya." (Yohanes 19:30). Kalau kita hari ini bisa mengalami kehidupan yang merdeka dari perbudakan dosa dan dilayakkan untuk menerima keselamatan sebagai sebuah anugerah atas kasih Allah yang begitu besar, itu semua karena keberhasilan Yesus dalam menggenapi rencana Allah, meski untuk itu Dia harus rela mengalami siksaan yang begitu kejam. Karenanya apabila kita mulai putus asa dalam menghadapi masalah dan ketidakberhasilan baik dalam pekerjaan, keluarga dan sebagainya, ingatlah akan Dia agar semangat kita bisa kembali diteguhkan.
Dalam Kristus selalu ada pengharapan. Manusia yang tidak luput dari kesalahan, dan setiap hari kita pun akan selalu berhadapan dengan berbagai godaan dosa maupun kelalaian dan sebagainya. Yang penting, kita harus selalu mau belajar dari kesalahan dan terus bertekun dalam doa, mendalami firman Tuhan, dan tidak membiarkan berbagai kesalahan itu berlarut-larut, apalagi sampai menyerah pada dosa. Kegagalan adalah sukses yang tertunda, selama kita tidak putus asa, tidak patah semangat dan mau terus bertekun dalam perjalanan hidup kita.
Jika anda mengalami banyak kegagalan di tahun 2014 ini, masuki tahun baru dengan semangat baru. Jadikanlah kegagalan-kegagalan anda di tahun ini sebagai sebuah proses menuju keberhasilan. Tetaplah berlomba dengan tekun, belajarlah selalu dari kegagalan dan jadilah orang yang berhasil keluar sebagai pemenang.
Jangan putus asa karena dalam Kristus selalu ada pengharapan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
==================
"Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa."
Andai kata tidak ada Thomas Alva Edison, bagaimana hidup kita saat ini? Di malam hari atau ketika mendung, tanpa lampu maka bumi akan sangat gelap. Kita mungkin masih tergantung pada lilin sebagai sumber penerangan dan itu tentu akan merepotkan. Seandainya Thomas Alva Edison memang ada dan punya kepribadian gampang menyerah, tentu kita pun tidak akan menikmati fasilitas penerangan dari kehadiran lampu. Thomas Alva Edison memang berhasil menemukan lampu, itu sebuah keberhasilan luar biasa. Itu kita sudah tahu. Yang mungkin kita belum tahu adalah betapa banyak hari-hari yang ia habiskan di laboratorium bawah tanah di rumahnya karena terus menerus gagal dan terbentur jalan buntu. Sejarah mencatat tidak kurang dari 2000 percobaan gagal harus ia hadapi. Tetapi itu tidak membuatnya patah semangat, menjadi lemah atau putus asa kehilangan harapan. Ketika orang menanyakan kegagalannya, Edison menjawab: "I never failed once. It just happened to be a 2000-step process" Meski orang melihat 2000 percobaan itu sebagai sebuah kegagalan dengan jumlah yang begitu besar, Edison sendiri ternyata tidak pernah menganggapnya sebagai kegagalan. Tidak satupun. Bagi Edison 2000 proses yang tidak berhasil itu hanyalah bagian dari sebuah proses menuju keberhasilan yang ia percaya akan mengubah nasib manusia. Edison benar. 2000 langkah proses itu pun menjadi buah karya monumental yang bisa kita nikmati sampai sekarang.
Dibalik satu kisah sukses biasanya terdapat seribu kisah kegagalan. Orang sering iri melihat bagaimana suskesnya seseorang, tapi lupa bagaimana orang itu jatuh bangun dan mengalami kegagalan berkali-kali sebelum akhirnya bisa mencapai kesuksesan. Dari kisah Edison kita melihat bahwa seseorang yang berhasil itu bukanlah manusia yang sempurna yang tidak pernah gagal. Mungkin satu-dua kali,mungkin puluhan, mungkin ratusan bahkan ribuan kali mereka akan terbentur ketidaksuksesan, tapi semangat, ketekunan dan kerajinan membuat mereka tidak pernah menyerah.
Begitu pula dengan keimanan kita. Orang-orang yang sekarang hidup benar tentu dahulu pernah melakukan kesalahan. Tidak akan ada orang yang serta merta langsung baik kerohaniannya. Bedanya, mereka mau belajar dari kesalahan dan serius untuk tidak mengulanginya lagi. Dalam Amsal dikatakan: "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." (Amsal 24:16). Ayat ini dengan jelas mengatakan bahwa orang benar pun bisa jatuh berkali-kali, tetapi mereka akan bangkit dan berusaha untuk terus lebih baik. Itulah yang akan membedakan mereka dengan orang-orang yang tidak mementingkan keseriusan untuk hidup dengan benar.
Paulus menyampaikan ayat berikut: "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1) Faktanya kita hidup ditengah banyak orang yang akan selalu memperhatikan hidup kita. Maka kita wajib meninggalkan beban dan dosa yang merintangi kita dan terus dengan tekun berusaha untuk hidup lebih baik lagi. Caranya tidak lain adalah melakukannya dengan mata yang tertuju pada Yesus (ay 2). Dan setiap kali kita merasa lemah dan hampir putus asa, arahkan pikiran kita pada Yesus yang tidak pernah menyerah pada tekanan dan siksaan demi menggenapi kehendak Bapa. (ay 3). Dalam melakukan pelayanannya, Paulus dan kawan-kawan pun tidak kurang sulitnya. Mereka pun mengalami berbagai bentuk penolakan, penindasan bahkan penganiayaan. Tapi mereka tidak menyerah. "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." (2 Korintus 4:8-9). Apa yang menjadi kunci kegigihan Paulus dalam terus maju meski harus jatuh bangun mengalami deraan, siksaan, masalah dan berbagai kesulitan lainnya? Ia menyebutkan alasanna. "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami."(ay 10).
Pesan yang sama kemudian disampaikan oleh Penulis Ibrani: "Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa." (Ibrani 12:3). Kalau kita mulai merasa lemah dan putus asa, saatnya bagi kita untuk kembali mengingat Yesus yang tidak pernah patah semangat dan menyerah untuk menggenapi kehendak Allah Bapa. Meski masa waktuNya singkat, Dia berhasil menyelesaikan semua tugas seperti yang dikehendaki Bapa. Yesus mengatakan langsung hal tersebut sebelum tubuh manusiaNya wafat di atas kayu salib. "Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya." (Yohanes 19:30). Kalau kita hari ini bisa mengalami kehidupan yang merdeka dari perbudakan dosa dan dilayakkan untuk menerima keselamatan sebagai sebuah anugerah atas kasih Allah yang begitu besar, itu semua karena keberhasilan Yesus dalam menggenapi rencana Allah, meski untuk itu Dia harus rela mengalami siksaan yang begitu kejam. Karenanya apabila kita mulai putus asa dalam menghadapi masalah dan ketidakberhasilan baik dalam pekerjaan, keluarga dan sebagainya, ingatlah akan Dia agar semangat kita bisa kembali diteguhkan.
Dalam Kristus selalu ada pengharapan. Manusia yang tidak luput dari kesalahan, dan setiap hari kita pun akan selalu berhadapan dengan berbagai godaan dosa maupun kelalaian dan sebagainya. Yang penting, kita harus selalu mau belajar dari kesalahan dan terus bertekun dalam doa, mendalami firman Tuhan, dan tidak membiarkan berbagai kesalahan itu berlarut-larut, apalagi sampai menyerah pada dosa. Kegagalan adalah sukses yang tertunda, selama kita tidak putus asa, tidak patah semangat dan mau terus bertekun dalam perjalanan hidup kita.
Jika anda mengalami banyak kegagalan di tahun 2014 ini, masuki tahun baru dengan semangat baru. Jadikanlah kegagalan-kegagalan anda di tahun ini sebagai sebuah proses menuju keberhasilan. Tetaplah berlomba dengan tekun, belajarlah selalu dari kegagalan dan jadilah orang yang berhasil keluar sebagai pemenang.
Jangan putus asa karena dalam Kristus selalu ada pengharapan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, December 29, 2014
Kemerdekaan Lewat Kristus
Ayat bacaan: Yesaya 9:5
====================
"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."
Kira-kira setahun lalu saya menonton film yang diganjar piala Oscar, 12 Years a Slave. Film ini menceritakan bagaimana tertindasnya orang-orang berkulit hitam di periode-periode awal tahun 1900 an. Seorang berkulit hitam yang sudah merdeka dijebak untuk kembali jadi budak di kota lain dan karenanya harus terpisah dari keluarganya dan mengalami penyiksaan selama 12 tahun. Saya tidak akan membahas film ini terlalu jauh, tapi ingin fokus kepada beberapa adegan yang ditampilkan di film, dimana budak-budak yang tengah bekerja memetik kapas di kebun majikannya melakukan hal itu sambil bernyanyi. Saat itu mereka bukan sedang bersenang-senang. Mereka akan dihukum cambuk kalau mengumpulkan terlalu sedikit dari standar yang ditetapkan, kalau mereka lambat pun cambuk akan segera mendarat di punggung. Tapi tetap saja mereka mencoba menghibur diri dan itu dilakukan dengan menggunakan sesuatu yang sudah diberikan Tuhan kepada setiap orang, yaitu kemampuan untuk bernyanyi. Sejarah menyatakan bahwa jeritan penderitaan yang dilantunkan itu kemudian menjelma menjadi sebuah genre musik bernama blues, yang kemudian ternyata jadi akar dari segala jenis musik modern.
Saya merasa terinspirasi dan diberkati melihat pola pikir mereka pada masa itu. Mereka bukanlah orang-orang berpendidikan tinggi. Mereka ditindas dan dijadikan budak, mengalami penyiksaan bahkan nyawanya tak berharga, dianggap warga kelas dua, bahkan seringkali dihina dan dijadikan bahan olok-olok oleh para tuan tanah berkulit putih. Tapi lihat bagaimana mereka tetap bisa mencurahkan perasaan mereka secara positif ke dalam musik, sesuatu yang pengaruhnya masih terasa hingga hari ini. Untuk urusan rohani, ada begitu banyak lagu Natal yang berasal dari jaman itu, dan lagu-lagu itu bukan bernuansa kepedihan melainkan pengharapan. Jelas, di dalam kondisi yang penuh penderitaan seperti itu, mereka ternyata tetap memegang pengharapan bahwa kelahiran Kristus turun ke dunia memberi jaminan akan keselamatan, dan tentu saja kemerdekaan. Kelahiran Kristus di mata mereka merupakan bukti nyata betapa besar kasih Tuhan kepada mereka, betapa berharganya mereka di mata Tuhan, meski di dunia kulit putih mereka tidak dianggap sama sekali.
Kita bisa belajar dari mereka tentang bagaimana menyikapi kerasnya kehidupan. Mereka ditindas oleh sesamanya manusia, mereka dianggap tidak punya harga, tetapi mereka tahu bahwa serendah-rendahnya mereka di dunia, di mata Tuhan mereka berharga sangat tinggi. Sangat tinggi hingga Tuhan Yesus datang menebus dosa manusia dan memberikan kemerdekaan, bebas dari kutuk dan dosa, termasuk pula kepada para budak. Mereka tahu bahwa Tuhan merasakan penderitaan mereka, menangis bersama mereka. Dan kedatangan Kristus pun bermakna luar biasa sebagai bukti kasih nyata Tuhan kepada mereka.
Kita hari ini hidup di jaman merdeka. Merdeka dari perbudakan, merdeka dari penindasan. Secara umum, dan seharusnya seperti itu. Tetapi jangan lupa bahwa kita sangat mudah terjatuh dalam dosa, membiarkan dosa berkuasa atas hidup kita, sampai-sampai banyak manusia yang tidak mampu keluar dari jerat dosa itu sama sekali alias menjadi budak dosa dan sumbernya yaitu iblis. Karenanya seharusnya kita diganjar binasa. Tapi kelahiran Kristus bermakna sangat besar. Lewat kehadiran dan karya penebusanNya kita semua dimerdekakan, berubah dari hamba dosa berubah menjadi hamba kebenaran.
Mari kita lihat sejenak apa yang difirmankan Tuhan lewat Paulus. "Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:17-18). Selanjutnya Paulus menjelaskan "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran...Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (ay 20,22-23). Semua itu merupakan anugerah yang kita peroleh dari Tuhan atas kasihNya yang begitu besar, dan hanya diberikan lewat AnakNya yang tunggal, Yesus Kristus. Lewat karya penebusanNya kita dibebaskan dan dimerdekakan dari dosa. Kita memperoleh buah yang akan membawa kita menuju sebuah hidup penuh sukacita yang tidak lagi fana, melainkan kekal.
Nubuatan mengenai kelahiran Kristus sudah hadir ratusan tahun sebelumnya lewat Yesaya. "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Ini sebuah berita besar bagi dunia. Di awal pasal 9 ini disebutkan bahwa "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." (ay 1). Kedatangan Kristus mengubahkan keadaan dunia yang gelap gulita dan menggantikannya dengan sebuah harapan dan kehidupan baru yang terang benderang. Oleh karenanya sorak sorai dan sukacita besar pun hadir bagi setiap orang percaya. (ay 2). Sebab apa? "Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian." (ay 3). Selain memberikan terang baru yang penuh harapan, Yesus Sang Raja Damai pun membawa kedamaian ke dalam hati kita, mengubahkan hati kita menjadi sebentuk hati yang penuh kasih. Atas semua ini, tidakkah kita pantas bersukacita?
Hari kelahiran Yesus belum lama kita peringati. Yesus turun ke dunia bukan untuk bersenang-senang tapi demi menuntaskan misi yang diberikan Bapa kepadaNya, yaitu menyelamatkan semua manusia, meluputkan kita dari kebinasaan dan membawa kita beroleh kehidupan kekal. Kita bisa belajar dari para budak kulit hitam dalam memaknai kelahiran Tuhan Yesus. Mereka pada saat itu tertindas, tidak merasakan hak-hak pribadi mereka sebagai manusia, hidup dalam perbudakan, tapi mereka mampu bersukacita ketika mengingat bahwa Yesus telah turun ke dunia untuk memerdekakan segala manusia termasuk mereka. Yesus mematahkan segala belenggu yang mengikat kita. Mereka tahu meskipun mereka dirampas hak-haknya sebagai manusia oleh sesamanya, tetapi keselamatan menuju kehidupan kekal tetap dianugerahkan bagi mereka. Di dunia boleh saja tertindas, namun mereka adalah orang-orang yang merdeka secara spiritual, dan telah mendapatkan hak waris Allah dalam kerajaanNya. Karena itulah mereka bersukacita. Jika ada diantara teman-teman yang saat ini masih menderita, sulit lepas dari belenggu dosa atau permasalahan hidup, masih merasa terkurung dalam kegelapan dan sulit melihat datangnya cahaya terang atau masih berbeban berat, terikat dengan masa lalu yang membuat sulit untuk melangkah maju, teladanilah pola pikir yang penuh pengharapan dari para budak kulit hitam di masa lalu. Mereka bersukacita atas kelahiran Kristus, dan tidak ada satupun penderitaan yang mampu menggantikan sukacita itu dari hati mereka. Seperti kepada mereka, kepada kita pun kemerdekaan dan keselamatan telah dianugerahkan. Rejoice and be thankful for that.
Bersukacitalah dan bersyukurlah sebab Yesus telah lahir untuk keselamatan kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
====================
"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."
Kira-kira setahun lalu saya menonton film yang diganjar piala Oscar, 12 Years a Slave. Film ini menceritakan bagaimana tertindasnya orang-orang berkulit hitam di periode-periode awal tahun 1900 an. Seorang berkulit hitam yang sudah merdeka dijebak untuk kembali jadi budak di kota lain dan karenanya harus terpisah dari keluarganya dan mengalami penyiksaan selama 12 tahun. Saya tidak akan membahas film ini terlalu jauh, tapi ingin fokus kepada beberapa adegan yang ditampilkan di film, dimana budak-budak yang tengah bekerja memetik kapas di kebun majikannya melakukan hal itu sambil bernyanyi. Saat itu mereka bukan sedang bersenang-senang. Mereka akan dihukum cambuk kalau mengumpulkan terlalu sedikit dari standar yang ditetapkan, kalau mereka lambat pun cambuk akan segera mendarat di punggung. Tapi tetap saja mereka mencoba menghibur diri dan itu dilakukan dengan menggunakan sesuatu yang sudah diberikan Tuhan kepada setiap orang, yaitu kemampuan untuk bernyanyi. Sejarah menyatakan bahwa jeritan penderitaan yang dilantunkan itu kemudian menjelma menjadi sebuah genre musik bernama blues, yang kemudian ternyata jadi akar dari segala jenis musik modern.
Saya merasa terinspirasi dan diberkati melihat pola pikir mereka pada masa itu. Mereka bukanlah orang-orang berpendidikan tinggi. Mereka ditindas dan dijadikan budak, mengalami penyiksaan bahkan nyawanya tak berharga, dianggap warga kelas dua, bahkan seringkali dihina dan dijadikan bahan olok-olok oleh para tuan tanah berkulit putih. Tapi lihat bagaimana mereka tetap bisa mencurahkan perasaan mereka secara positif ke dalam musik, sesuatu yang pengaruhnya masih terasa hingga hari ini. Untuk urusan rohani, ada begitu banyak lagu Natal yang berasal dari jaman itu, dan lagu-lagu itu bukan bernuansa kepedihan melainkan pengharapan. Jelas, di dalam kondisi yang penuh penderitaan seperti itu, mereka ternyata tetap memegang pengharapan bahwa kelahiran Kristus turun ke dunia memberi jaminan akan keselamatan, dan tentu saja kemerdekaan. Kelahiran Kristus di mata mereka merupakan bukti nyata betapa besar kasih Tuhan kepada mereka, betapa berharganya mereka di mata Tuhan, meski di dunia kulit putih mereka tidak dianggap sama sekali.
Kita bisa belajar dari mereka tentang bagaimana menyikapi kerasnya kehidupan. Mereka ditindas oleh sesamanya manusia, mereka dianggap tidak punya harga, tetapi mereka tahu bahwa serendah-rendahnya mereka di dunia, di mata Tuhan mereka berharga sangat tinggi. Sangat tinggi hingga Tuhan Yesus datang menebus dosa manusia dan memberikan kemerdekaan, bebas dari kutuk dan dosa, termasuk pula kepada para budak. Mereka tahu bahwa Tuhan merasakan penderitaan mereka, menangis bersama mereka. Dan kedatangan Kristus pun bermakna luar biasa sebagai bukti kasih nyata Tuhan kepada mereka.
Kita hari ini hidup di jaman merdeka. Merdeka dari perbudakan, merdeka dari penindasan. Secara umum, dan seharusnya seperti itu. Tetapi jangan lupa bahwa kita sangat mudah terjatuh dalam dosa, membiarkan dosa berkuasa atas hidup kita, sampai-sampai banyak manusia yang tidak mampu keluar dari jerat dosa itu sama sekali alias menjadi budak dosa dan sumbernya yaitu iblis. Karenanya seharusnya kita diganjar binasa. Tapi kelahiran Kristus bermakna sangat besar. Lewat kehadiran dan karya penebusanNya kita semua dimerdekakan, berubah dari hamba dosa berubah menjadi hamba kebenaran.
Mari kita lihat sejenak apa yang difirmankan Tuhan lewat Paulus. "Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:17-18). Selanjutnya Paulus menjelaskan "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran...Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (ay 20,22-23). Semua itu merupakan anugerah yang kita peroleh dari Tuhan atas kasihNya yang begitu besar, dan hanya diberikan lewat AnakNya yang tunggal, Yesus Kristus. Lewat karya penebusanNya kita dibebaskan dan dimerdekakan dari dosa. Kita memperoleh buah yang akan membawa kita menuju sebuah hidup penuh sukacita yang tidak lagi fana, melainkan kekal.
Nubuatan mengenai kelahiran Kristus sudah hadir ratusan tahun sebelumnya lewat Yesaya. "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." (Yesaya 9:5). Ini sebuah berita besar bagi dunia. Di awal pasal 9 ini disebutkan bahwa "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar." (ay 1). Kedatangan Kristus mengubahkan keadaan dunia yang gelap gulita dan menggantikannya dengan sebuah harapan dan kehidupan baru yang terang benderang. Oleh karenanya sorak sorai dan sukacita besar pun hadir bagi setiap orang percaya. (ay 2). Sebab apa? "Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian." (ay 3). Selain memberikan terang baru yang penuh harapan, Yesus Sang Raja Damai pun membawa kedamaian ke dalam hati kita, mengubahkan hati kita menjadi sebentuk hati yang penuh kasih. Atas semua ini, tidakkah kita pantas bersukacita?
Hari kelahiran Yesus belum lama kita peringati. Yesus turun ke dunia bukan untuk bersenang-senang tapi demi menuntaskan misi yang diberikan Bapa kepadaNya, yaitu menyelamatkan semua manusia, meluputkan kita dari kebinasaan dan membawa kita beroleh kehidupan kekal. Kita bisa belajar dari para budak kulit hitam dalam memaknai kelahiran Tuhan Yesus. Mereka pada saat itu tertindas, tidak merasakan hak-hak pribadi mereka sebagai manusia, hidup dalam perbudakan, tapi mereka mampu bersukacita ketika mengingat bahwa Yesus telah turun ke dunia untuk memerdekakan segala manusia termasuk mereka. Yesus mematahkan segala belenggu yang mengikat kita. Mereka tahu meskipun mereka dirampas hak-haknya sebagai manusia oleh sesamanya, tetapi keselamatan menuju kehidupan kekal tetap dianugerahkan bagi mereka. Di dunia boleh saja tertindas, namun mereka adalah orang-orang yang merdeka secara spiritual, dan telah mendapatkan hak waris Allah dalam kerajaanNya. Karena itulah mereka bersukacita. Jika ada diantara teman-teman yang saat ini masih menderita, sulit lepas dari belenggu dosa atau permasalahan hidup, masih merasa terkurung dalam kegelapan dan sulit melihat datangnya cahaya terang atau masih berbeban berat, terikat dengan masa lalu yang membuat sulit untuk melangkah maju, teladanilah pola pikir yang penuh pengharapan dari para budak kulit hitam di masa lalu. Mereka bersukacita atas kelahiran Kristus, dan tidak ada satupun penderitaan yang mampu menggantikan sukacita itu dari hati mereka. Seperti kepada mereka, kepada kita pun kemerdekaan dan keselamatan telah dianugerahkan. Rejoice and be thankful for that.
Bersukacitalah dan bersyukurlah sebab Yesus telah lahir untuk keselamatan kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sunday, December 28, 2014
Hadiah yang Paling Berkesan buat Yesus (2)
(sambungan)
Kelahiran Yesus ke dunia sesungguhnya membawa dampak yang begitu besar bagi perjalanan hidup dan keselamatan kita. That's the greatest gift of all, hadiah terbesar yang pernah ada. Jika Yesus memberikan sebuah kado luar biasa kepada kita, apa yang bisa kita berikan kepadaNya? Kita seringkali lupa akan hal ini. Kita sering meminta Yesus untuk memenuhi segala keinginan kita, tetapi apa yang bisa kita berikan sebagai kado yang terindah buat Yesus?
Hadiah dari kita yang bisa menyenangkan hati Yesus hanyalah satu hal saja, yaitu hati kita sendiri. Hati yang terbuka, mau dibentuk, percaya kepadaNya dan selalu bersungguh-sungguh menyembahNya. Hati yang bersih yang siap untuk menerima Kristus untuk berdiam di dalamnya, dan juga hati yang penuh kasih terhadap sesama manusia, seperti halnya Kristus mengasihi kita. Ini bisa kita lihat dari dua hukum yang terutama. Ketika seorang ahli Taurat mengatakan "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33), Yesus pun mengiyakan dengan menjawab "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" (ay 34). Untuk menyenangkanNya, kita tidak lagi perlu membawa korban bakaran atau sembelihan seperti orang-orang pada jaman Perjanjian Lama. Kedatangan Yesus ke dunia untuk menebus kita semua, membayar lunas seluruh pelanggaran kita, melayakkan kita untuk bisa kembali menghampiri tahta Allah yang kudus tanpa perlu perantara, dan menggenapi seluruh hukum Taurat.
Dalam sebuah kesempatan Yesus mengatakan "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40). Tuhan Yesus tidak memerlukan kado-kado duniawi berupa harta benda, perhiasan, kekayaan materi dan sebagainya. Dia tidak butuh korban bakaran dan sembelihan. Apa yang akan menyenangkanNya adalah orang-orang yang memiliki kasih terhadap Tuhan (vertikal) dan kepada sesama (horizontal). Dan kasih berasal dari hati. Karenanya apa yang bisa kita berikan sebagai hadiah adalah hati kita. Sebentuk sikap hati yang mengarah penuh kepadaNya dan berpusat pada kehendakNya. Hati yang mengasihi Tuhan dan sesama. Itulah hadiah yang sangat indah untuk kita berikan kepada Yesus dalam memperingati kelahiranNya di dunia.
Tidaklah salah merayakan Natal dengan makan bersama, berkumpul dan saling bertukar hadiah-hadiah yang dibungkus indah. Tetapi jangan sampai kita melupakan makna sesungguhnya dari kelahiran Kristus mengambil rupa mausia turun ke dunia. Jika dalam merayakan Natal beberapa hari yang lalu hal ini masih luput dari perhatian, mari segera lakukan sekarang juga. Natal yang penuh sukacita bukan didasarkan kepada gemerlap dan kemeriahan pesta dan timbunan hadiah, teapi didasarkan oleh rasa syukur kita akan kasihNya yang begitu besar dan bagaimana kita bisa mengalirkan kasihNya kepada sesama kita tanpa memandang siapa mereka dan apa latar belakangnya.
Hati yang mengasihiNya dan mengalir kepada sesama akan menjadi hadiah paling berkesan buat Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Kelahiran Yesus ke dunia sesungguhnya membawa dampak yang begitu besar bagi perjalanan hidup dan keselamatan kita. That's the greatest gift of all, hadiah terbesar yang pernah ada. Jika Yesus memberikan sebuah kado luar biasa kepada kita, apa yang bisa kita berikan kepadaNya? Kita seringkali lupa akan hal ini. Kita sering meminta Yesus untuk memenuhi segala keinginan kita, tetapi apa yang bisa kita berikan sebagai kado yang terindah buat Yesus?
Hadiah dari kita yang bisa menyenangkan hati Yesus hanyalah satu hal saja, yaitu hati kita sendiri. Hati yang terbuka, mau dibentuk, percaya kepadaNya dan selalu bersungguh-sungguh menyembahNya. Hati yang bersih yang siap untuk menerima Kristus untuk berdiam di dalamnya, dan juga hati yang penuh kasih terhadap sesama manusia, seperti halnya Kristus mengasihi kita. Ini bisa kita lihat dari dua hukum yang terutama. Ketika seorang ahli Taurat mengatakan "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33), Yesus pun mengiyakan dengan menjawab "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" (ay 34). Untuk menyenangkanNya, kita tidak lagi perlu membawa korban bakaran atau sembelihan seperti orang-orang pada jaman Perjanjian Lama. Kedatangan Yesus ke dunia untuk menebus kita semua, membayar lunas seluruh pelanggaran kita, melayakkan kita untuk bisa kembali menghampiri tahta Allah yang kudus tanpa perlu perantara, dan menggenapi seluruh hukum Taurat.
Dalam sebuah kesempatan Yesus mengatakan "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40). Tuhan Yesus tidak memerlukan kado-kado duniawi berupa harta benda, perhiasan, kekayaan materi dan sebagainya. Dia tidak butuh korban bakaran dan sembelihan. Apa yang akan menyenangkanNya adalah orang-orang yang memiliki kasih terhadap Tuhan (vertikal) dan kepada sesama (horizontal). Dan kasih berasal dari hati. Karenanya apa yang bisa kita berikan sebagai hadiah adalah hati kita. Sebentuk sikap hati yang mengarah penuh kepadaNya dan berpusat pada kehendakNya. Hati yang mengasihi Tuhan dan sesama. Itulah hadiah yang sangat indah untuk kita berikan kepada Yesus dalam memperingati kelahiranNya di dunia.
Tidaklah salah merayakan Natal dengan makan bersama, berkumpul dan saling bertukar hadiah-hadiah yang dibungkus indah. Tetapi jangan sampai kita melupakan makna sesungguhnya dari kelahiran Kristus mengambil rupa mausia turun ke dunia. Jika dalam merayakan Natal beberapa hari yang lalu hal ini masih luput dari perhatian, mari segera lakukan sekarang juga. Natal yang penuh sukacita bukan didasarkan kepada gemerlap dan kemeriahan pesta dan timbunan hadiah, teapi didasarkan oleh rasa syukur kita akan kasihNya yang begitu besar dan bagaimana kita bisa mengalirkan kasihNya kepada sesama kita tanpa memandang siapa mereka dan apa latar belakangnya.
Hati yang mengasihiNya dan mengalir kepada sesama akan menjadi hadiah paling berkesan buat Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, December 27, 2014
Hadiah yang Paling Berkesan buat Yesus (1)
Ayat bacaan: Markus 12:33
====================
"Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
Jika anda termasuk yang menjadikan bertukar kado sebagai tradisi dalam perayaan Natal, kado apa yang anda berikan kemarin kepada orang-orang terdekat anda, dan kado apa yang anda terima? Salah satu cara merayakan Natal yang paling favorit adalah bertukar kado. Bukan saja di antara keluarga tapi juga antar teman atau di persekutuan. Menerima hadiah membuat hati kita senang, dan melihat orang gembira menerima kado dari kita pun membawa sukacita dan kebahagiaan bagi kita. Pertanyaannya sekarang, apakah kita juga memberi hadiah bagi Tuhan Yesus yang sesungguhnya merupakan Yang dirayakan hari kelahiranNya? Pertanyaan kedua, hadiah seperti apa sebenarnya yang paling membahagiakanNya?
Ketika kita merasakan sukacita menyabut hari Natal, ada hal yang lebih penting yang seharusnya menjadi sumber sukacita kita ketimbang segala bentuk perayaan. Apa yang seharusnya kita renungkan dan syukuri adalah kedatangan Yesus ke muka bumi ini untuk menebus dosa-dosa kita. Menghapus dosa dunia dan membuka jalan bagi kita untuk masuk ke dalam keselamatan. Ini sesungguhnya bukanlah hal yang kecil. Siapalah kita ini sebenarnya sehingga kita begitu berharga dalam pandangan Tuhan? Itu pernah disampaikan Daud. "apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:5). Kita adalah manusia yang terus menerus berbuat dosa, terus mengecewakan Tuhan dengan segala perilaku kita. Meski begitu, Tuhan ternyata tetap mengasihi kita lebih dari apapun. Manusia merupakan ciptaanNya yang paling berharga, yang secara istimewa diciptakan seperti gambar dan rupaNya sendiri (Kejadian 1:26). Dengan kata lain, hanya manusia yang dibuat sama seperti rupa Allah dan dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat (Mazmur 8:6).
Setelah manusia jatuh dalam dosa dan terputus hubungannya dengan Tuhan, Tuhan tidak mau tinggal diam melihat ciptaan istimewaNya binasa. Keselamatan kita menjadi agenda penting bagi Tuhan, didasari oleh kasihNya yang begitu besar kepada kita. Alkitab menyatakan hal ini dengan sangat jelas. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16) Adalah kasih yang begitu besar dari Allah yang sanggup menggerakkan hatiNya untuk mengorbankan Kristus untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, membayar lunas semua pelanggaran dan dosa kita, melepaskan kita dari kutuk dan menganugerahkan keselamatan yang seharusnya tidak layak kita miliki. Semua itu berasal dari sebuah anugerah yang diberikan Tuhan atas dasar besarnya kasihNya kepada kita. Coba bayangkan seandainya Yesus tidak pernah hadir di dunia, apa jadinya dengan hidup kita hari ini?
Orang-orang Majus dari Timur berangkat menempuh perjalanan jauh dan melelahkan untuk menyembah bayi Yesus. (Matius 2:2). Perjalanan yang ditempuh tentu sangat melelahkan, tapi semua itu segera sirna berubah menjadi sebentuk sukacita luar biasa ketika mereka melihat bintang yang menunjukkan arah dimana Yesus dilahirkan. (ay 10). Kalau kita mundur sedikit, kita bisa melihat apa yang dikatakan malaikat kepada Yusuf lewat mimpinya. "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka...Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel (arti Imanuel adalah Allah ada bersama kita)" (Matius 1:21,23).
(bersambung)
====================
"Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
Jika anda termasuk yang menjadikan bertukar kado sebagai tradisi dalam perayaan Natal, kado apa yang anda berikan kemarin kepada orang-orang terdekat anda, dan kado apa yang anda terima? Salah satu cara merayakan Natal yang paling favorit adalah bertukar kado. Bukan saja di antara keluarga tapi juga antar teman atau di persekutuan. Menerima hadiah membuat hati kita senang, dan melihat orang gembira menerima kado dari kita pun membawa sukacita dan kebahagiaan bagi kita. Pertanyaannya sekarang, apakah kita juga memberi hadiah bagi Tuhan Yesus yang sesungguhnya merupakan Yang dirayakan hari kelahiranNya? Pertanyaan kedua, hadiah seperti apa sebenarnya yang paling membahagiakanNya?
Ketika kita merasakan sukacita menyabut hari Natal, ada hal yang lebih penting yang seharusnya menjadi sumber sukacita kita ketimbang segala bentuk perayaan. Apa yang seharusnya kita renungkan dan syukuri adalah kedatangan Yesus ke muka bumi ini untuk menebus dosa-dosa kita. Menghapus dosa dunia dan membuka jalan bagi kita untuk masuk ke dalam keselamatan. Ini sesungguhnya bukanlah hal yang kecil. Siapalah kita ini sebenarnya sehingga kita begitu berharga dalam pandangan Tuhan? Itu pernah disampaikan Daud. "apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:5). Kita adalah manusia yang terus menerus berbuat dosa, terus mengecewakan Tuhan dengan segala perilaku kita. Meski begitu, Tuhan ternyata tetap mengasihi kita lebih dari apapun. Manusia merupakan ciptaanNya yang paling berharga, yang secara istimewa diciptakan seperti gambar dan rupaNya sendiri (Kejadian 1:26). Dengan kata lain, hanya manusia yang dibuat sama seperti rupa Allah dan dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat (Mazmur 8:6).
Setelah manusia jatuh dalam dosa dan terputus hubungannya dengan Tuhan, Tuhan tidak mau tinggal diam melihat ciptaan istimewaNya binasa. Keselamatan kita menjadi agenda penting bagi Tuhan, didasari oleh kasihNya yang begitu besar kepada kita. Alkitab menyatakan hal ini dengan sangat jelas. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16) Adalah kasih yang begitu besar dari Allah yang sanggup menggerakkan hatiNya untuk mengorbankan Kristus untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, membayar lunas semua pelanggaran dan dosa kita, melepaskan kita dari kutuk dan menganugerahkan keselamatan yang seharusnya tidak layak kita miliki. Semua itu berasal dari sebuah anugerah yang diberikan Tuhan atas dasar besarnya kasihNya kepada kita. Coba bayangkan seandainya Yesus tidak pernah hadir di dunia, apa jadinya dengan hidup kita hari ini?
Orang-orang Majus dari Timur berangkat menempuh perjalanan jauh dan melelahkan untuk menyembah bayi Yesus. (Matius 2:2). Perjalanan yang ditempuh tentu sangat melelahkan, tapi semua itu segera sirna berubah menjadi sebentuk sukacita luar biasa ketika mereka melihat bintang yang menunjukkan arah dimana Yesus dilahirkan. (ay 10). Kalau kita mundur sedikit, kita bisa melihat apa yang dikatakan malaikat kepada Yusuf lewat mimpinya. "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka...Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel (arti Imanuel adalah Allah ada bersama kita)" (Matius 1:21,23).
(bersambung)
Friday, December 26, 2014
Deadline
Ayat bacaan: Yohanes 4:34
===================
"Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."
Bekerja sebagai jurnalis membuat saya terbiasa dengan yang namanya deadline atau tenggat waktu. Sebuah acara yang harus diinfokan harus sudah dipublikasikan setidaknya seminggu sebelum hari H supaya tidak telat sampai kepada pembacanya. Begitu pula dengan peliputan-peliputan acara. Berita yang terlalu lama naik akan kehilangan greget saat dibaca, seperti makanan yang sudah keburu basi saat hendak disantap. Terkadang disaat tumpukan deadline menggunung, saya berpikir alangkah menyenangkannya apabila waktu bisa dihentikan sebentar supaya saya punya lebih banyak kesempatan untuk bekerja dan beristirahat. Tetapi waktu tidak pernah berhenti, dan tidak pernah menunggu. Time waits for nobody. Mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus mengerjakan semua tanggung jawab itu sebaik-baiknya dengan sepenuh hati. Mau lagi mood, mau sedang kering ide, mau sedang tidak enak badan, kurang istirahat, semua harus dikerjakan tepat waktu dengan kualitas kerja yang sama baiknya. Saya yakin anda yang bekerja juga terbiasa dengan deadline masing-masing. Kita bisa menundanya, atau melanggar batas waktu, tapi pada akhirnya itu akan menambah masalah pada diri kita sendiri.
Saat Yesus hadir mengambil rupa manusia, Dia pun sama seperti kita, berhadapan dengan deadline atau tenggat waktu sendiri. Yesus juga harus memikul tugasNya sesuai batas waktu yang ditetapkan Tuhan. Yesus sejak semula sudah paham bahwa waktunya tidaklah banyak. Sementara yang harus dikerjakan sangatlah banyak. So many things to do, yet so little time. Maka kita bisa meneladani Yesus yang tidak membuang waktu sedikitpun secara sia-sia. Dia memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk mengajar, menegur, menasihati, menyampaikan pesan Bapa, menyembuhkan, melakukan berbagai mukjizat dan tentu saja di atas segalanya, menyelamatkan orang-orang berdosa. Kecepatan waktu yang sama dialami oleh Yesus. Malah tugas Yesus rasanya jauh lebih banyak dari kita, dan semua itu harus Dia selesaikan dalam rentang waktu yang sangat singkat.
Apakah Yesus mengeluh? Tidak. Dia terus melayani dengan total. Dengan mengambil rupa atau fisik secara manusia, tentu Yesus pun merasakan tenaganya terkuras. Seperti kita, Yesus pun merasakan kelelahan. Kita bahkan mendapati ada saat dimana Yesus merasa lelah, seperti yang bisa kita baca dalam Alkitab ketika Yesus duduk di tepi sumur Yakub. "Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas." (Yohanes 4:6). Tapi hebatnya, meski Yesus sedang kelelahan, Dia tidak berhenti sama sekali untuk melakukan tugasNya. Disana Yesus masih sempat-sempatnya menjamah hati seorang wanita Samaria. Keselamatan bukan saja terjadi untuk wanita Samaria ini, tetapi juga kepada bangsanya. "Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." (ay 39)
Yesus sadar betul bahwa waktuNya untuk menyelesaikan tugas dari Bapa itu sangatlah sempit. Tapi Dia mengetahui dengan jelas apa yang menjadi garis tugasNya. Lihatlah apa kata Yesus berikut: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (ay 34). Tugas Yesus adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan semuanya hingga tuntas tepat pada waktunya, sesuai tenggat waktu. Untuk itu Yesus tidak memikirkan DiriNya sendiri. Dia terus fokus kepada tugasNya sepenuhnya meski untuk itu Dia harus menjalani siksaan dan penderitaan yang sangat kejam sebagai konsekuensinya. Dan lihatlah apa yang Yesus katakan di atas kayu salib: "..Sudah selesai..." (Yohanes 19:30). Yesus berhasil menyelesaikan semua tugas beratNya dengan gemilang. Coba pikirkan bagaimana jadinya kita seandainya Yesus gagal untuk memenuhi tugas dari Bapa? Semua yang kita nikmati hari ini, kelayakan untuk keselamatan kekal dan pemulihan hubungan antara kita dengan Sang Pencipta, semua itu adalah hasil dari totalitas Yesus dalam mengemban tugasNya.
Pengkotbah mengatakan "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). Dalam ayat ini jelas tertulis bahwa segala sesuatu di muka bumi ini ada tenggat/batas waktu atau deadlinenya. Tidak ada tugas yang tak berakhir, pada waktunya semua tetap harus kita selesaikan. Bagaimana akhirnya, baik atau tidak, semua itu tergantung dari kita sendiri. Jika demikian, pertanyaannya, apakah kita sudah melakukan tugas-tugas kita dengan sebaik-baiknya? Yesus berkata "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yoahnes 9:4). Selama masih ada waktu, lakukanlah tugas kita dengan sebaik-baiknya. Memberi yang terbaik dalam pekerjaan merupakan sesuatu yang mutlak untuk kita lakukan. Begitu pentingnya hal ini sehingga dikatakan "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Semua pekerjaan menuntut tanggungjawab dan keseriusan, dan kita diminta untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan maupun pelayanan kita. Apakah itu mengenai tugas kita sebagai orang tua, tugas sebagai anak, tugas sebagai pemimpin atau karyawan, tugas sebagai pasangan, tugas sesuai pekerjaan kita dan sebagainya, semua itu haruslah kita lakukan dengan sebaik-baiknya sebelum waktunya keburu berlalu. Sangatlah penting bagi kita untuk memastikan agar semua yang tugas sudah diselesaikan dengan baik dan benar. Yesus sudah menunjukkan bagaimana totalitas dalam menyelesaikan pekerjaan, hendaklah kita meneladani benar hal ini dan mengaplikasikannya dalam segala bentuk pekerjaan yang kita hadapi hari demi hari.
Apa yang menjadi deadline anda saat ini? Sudahkah anda memberi yang terbaik dalam menyelesaikannya?
Kita tidak bisa menghentikan waktu, tapi kita bisa memaksimalkan waktu untuk melakukan yang terbaik
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
===================
"Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."
Bekerja sebagai jurnalis membuat saya terbiasa dengan yang namanya deadline atau tenggat waktu. Sebuah acara yang harus diinfokan harus sudah dipublikasikan setidaknya seminggu sebelum hari H supaya tidak telat sampai kepada pembacanya. Begitu pula dengan peliputan-peliputan acara. Berita yang terlalu lama naik akan kehilangan greget saat dibaca, seperti makanan yang sudah keburu basi saat hendak disantap. Terkadang disaat tumpukan deadline menggunung, saya berpikir alangkah menyenangkannya apabila waktu bisa dihentikan sebentar supaya saya punya lebih banyak kesempatan untuk bekerja dan beristirahat. Tetapi waktu tidak pernah berhenti, dan tidak pernah menunggu. Time waits for nobody. Mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus mengerjakan semua tanggung jawab itu sebaik-baiknya dengan sepenuh hati. Mau lagi mood, mau sedang kering ide, mau sedang tidak enak badan, kurang istirahat, semua harus dikerjakan tepat waktu dengan kualitas kerja yang sama baiknya. Saya yakin anda yang bekerja juga terbiasa dengan deadline masing-masing. Kita bisa menundanya, atau melanggar batas waktu, tapi pada akhirnya itu akan menambah masalah pada diri kita sendiri.
Saat Yesus hadir mengambil rupa manusia, Dia pun sama seperti kita, berhadapan dengan deadline atau tenggat waktu sendiri. Yesus juga harus memikul tugasNya sesuai batas waktu yang ditetapkan Tuhan. Yesus sejak semula sudah paham bahwa waktunya tidaklah banyak. Sementara yang harus dikerjakan sangatlah banyak. So many things to do, yet so little time. Maka kita bisa meneladani Yesus yang tidak membuang waktu sedikitpun secara sia-sia. Dia memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk mengajar, menegur, menasihati, menyampaikan pesan Bapa, menyembuhkan, melakukan berbagai mukjizat dan tentu saja di atas segalanya, menyelamatkan orang-orang berdosa. Kecepatan waktu yang sama dialami oleh Yesus. Malah tugas Yesus rasanya jauh lebih banyak dari kita, dan semua itu harus Dia selesaikan dalam rentang waktu yang sangat singkat.
Apakah Yesus mengeluh? Tidak. Dia terus melayani dengan total. Dengan mengambil rupa atau fisik secara manusia, tentu Yesus pun merasakan tenaganya terkuras. Seperti kita, Yesus pun merasakan kelelahan. Kita bahkan mendapati ada saat dimana Yesus merasa lelah, seperti yang bisa kita baca dalam Alkitab ketika Yesus duduk di tepi sumur Yakub. "Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas." (Yohanes 4:6). Tapi hebatnya, meski Yesus sedang kelelahan, Dia tidak berhenti sama sekali untuk melakukan tugasNya. Disana Yesus masih sempat-sempatnya menjamah hati seorang wanita Samaria. Keselamatan bukan saja terjadi untuk wanita Samaria ini, tetapi juga kepada bangsanya. "Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." (ay 39)
Yesus sadar betul bahwa waktuNya untuk menyelesaikan tugas dari Bapa itu sangatlah sempit. Tapi Dia mengetahui dengan jelas apa yang menjadi garis tugasNya. Lihatlah apa kata Yesus berikut: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (ay 34). Tugas Yesus adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan semuanya hingga tuntas tepat pada waktunya, sesuai tenggat waktu. Untuk itu Yesus tidak memikirkan DiriNya sendiri. Dia terus fokus kepada tugasNya sepenuhnya meski untuk itu Dia harus menjalani siksaan dan penderitaan yang sangat kejam sebagai konsekuensinya. Dan lihatlah apa yang Yesus katakan di atas kayu salib: "..Sudah selesai..." (Yohanes 19:30). Yesus berhasil menyelesaikan semua tugas beratNya dengan gemilang. Coba pikirkan bagaimana jadinya kita seandainya Yesus gagal untuk memenuhi tugas dari Bapa? Semua yang kita nikmati hari ini, kelayakan untuk keselamatan kekal dan pemulihan hubungan antara kita dengan Sang Pencipta, semua itu adalah hasil dari totalitas Yesus dalam mengemban tugasNya.
Pengkotbah mengatakan "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). Dalam ayat ini jelas tertulis bahwa segala sesuatu di muka bumi ini ada tenggat/batas waktu atau deadlinenya. Tidak ada tugas yang tak berakhir, pada waktunya semua tetap harus kita selesaikan. Bagaimana akhirnya, baik atau tidak, semua itu tergantung dari kita sendiri. Jika demikian, pertanyaannya, apakah kita sudah melakukan tugas-tugas kita dengan sebaik-baiknya? Yesus berkata "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yoahnes 9:4). Selama masih ada waktu, lakukanlah tugas kita dengan sebaik-baiknya. Memberi yang terbaik dalam pekerjaan merupakan sesuatu yang mutlak untuk kita lakukan. Begitu pentingnya hal ini sehingga dikatakan "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Semua pekerjaan menuntut tanggungjawab dan keseriusan, dan kita diminta untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan maupun pelayanan kita. Apakah itu mengenai tugas kita sebagai orang tua, tugas sebagai anak, tugas sebagai pemimpin atau karyawan, tugas sebagai pasangan, tugas sesuai pekerjaan kita dan sebagainya, semua itu haruslah kita lakukan dengan sebaik-baiknya sebelum waktunya keburu berlalu. Sangatlah penting bagi kita untuk memastikan agar semua yang tugas sudah diselesaikan dengan baik dan benar. Yesus sudah menunjukkan bagaimana totalitas dalam menyelesaikan pekerjaan, hendaklah kita meneladani benar hal ini dan mengaplikasikannya dalam segala bentuk pekerjaan yang kita hadapi hari demi hari.
Apa yang menjadi deadline anda saat ini? Sudahkah anda memberi yang terbaik dalam menyelesaikannya?
Kita tidak bisa menghentikan waktu, tapi kita bisa memaksimalkan waktu untuk melakukan yang terbaik
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, December 25, 2014
Joy to the World
Ayat bacaan: Lukas 2:10-11
====================
"Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud."
Bagaimana perjalanan anda di tahun 2014? Puji Tuhan jika anda mengalami tahun yang indah, tahun pemulihan atau bahkan tahun percepatan. Kalau itu bukan yang anda alami, selama anda tetap setia berjalan bersama Tuhan, percayalah bahwa semua itu adalah proses untuk menuai janji Tuhan yang besar sebentar lagi. Bagi saya pribadi, ini tahun yang menarik karena ada berbagai pencapaian baru dimana Tuhan membuat hal-hal yang seharusnya biasa menjadi luar biasa. Banyaknya kegiatan baru disamping kegiatan lama yang masih saya tekuni membuat tenaga yang terkuras lebih banyak dari biasa. Kelelahan seperti dua kali lipat, sementara waktu liburan hampir-hampir tidak ada. Kalaupun ada, saya cuma menyempatkannya untuk tidur, bersantai bersama istri atau sekedar menonton. Normalnya orang yang kelelahan, biasanya sukacita berkurang atau mungkin saja hilang. Belum lagi kalau ada banyak situasi sulit yang bisa membuat kita stres atau pusing dalam menghadapinya.
Memasuki hari Natal tahun ini, saya ingin mengingatkan teman-teman yang mungkin mengalami banyak hari sibuk di tahun ini untuk mengembalikan sukacita ke dalam hati anda. Ada sebuah lagu Natal yang saat ini tengah saya dengar berjudul "Joy to the World". Selain lagunya sudah sangat kita kenal, liriknya yang singkat saja sebenarnya berisi pengingat kenapa kita seharusnya bersukacita dalam merayakan hari Natal. Demikian lirik lagunya:
Joy to the world, the Lord is come!
Let earth receive her King;
Let every heart prepare Him room,
And Heaven and nature sing,
And Heaven and nature sing,
And Heaven, and Heaven, and nature sing.
Lagu ini sepertinya mengacu kepada ayat dalam Lukas 2 pasal 10 yang bunyinya seperti ini: "Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Kesukaan besar bagi dunia, karena Tuhan telah datang/lahir/turun ke dunia. Dunia yang tadinya gelap dengan hubungan manusia yang terputus dengan Tuhan dipulihkan dengan hadirnya Sang Juru Selamat untuk menebus dosa-dosa kita, memulihkan hubungan kita dengan Tuhan dan melayakkan kita untuk menikmati kehidupan kekal yang penuh kebahagiaan bersama Bapa di Surga. Mengingat anugerah sebesar ini yang datang dari kasih Allah yang begitu besar bagi kita, mengapa kita tidak bersukacita karenanya?
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Kita manusia yang sangat kecil dibandingkan jagat raya, lemah, penuh dosa, dan sebenarnya tidak layak untuk diselamatkan. Tapi lihatlah betapa besarnya kasih Allah sehingga Dia rela mengaruniakan Anak-Nya untuk turun ke bumi, agar kita semua tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal. Ini sebuah ayat luar biasa yang menggambarkan betapa besarnya kasih Tuhan. Yesus hadir ke dunia, bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan nyawaNya bagi tebusan banyak orang. (Matius 20:28). Tuhan Yesus datang untuk menggenapi kehendak Bapa, bukan atas kehendakNya sendiri. "..Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku." (Yohanes 8:42). Selanjutnya mari kita lihat apa kehendak Tuhan itu: "Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."(Yohanes 6:40). Kedatangan Yesus ke dunia untuk menebus dosa kita, menyelamatkan kita dan memulihkan hubungan kita dengan Tuhan. Yesus menjembatani kita, domba-domba yang tersesat, dan mengembalikan kita semua kepada Allah.
Apakah keselamatan dianugerahkan hanya kepada segelintir orang saja? Cuma untuk murid-muridNya? Sama sekali tidak. Keselamatan itu dianugrahkan untuk semua orang percaya, tanpa memandang suku bangsa. "Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku. sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala."(Yohanes 10:16). Keselamatan untuk segala bangsa ini kembali ditegaskan Yesus, dan begitu pentingnya sehingga menjadi pesan terakhir sebelum Dia naik ke Surga setelah kebangkitanNya. "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:18-20). Kembali Paulus mengingatkan lagi akan hal ini: "Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya." (Roma 10:12-13). Inilah kehendak Bapa yang luar biasa yang disampaikan kepada kita semua, dimana semuanya dimulai dari kelahiran Yesus ke dunia. All because of His love to us.
Keselamatan adalah sebuah kepastian dalam Yesus Kristus. Itu sebuah anugerah luar biasa besar yang sangat menentukan bagaimana akhir dari perjalanan hidup kita. "Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!" (Kolose 1:27). Ini yang dimaksudkan sebagai rahasia oleh Paulus: bagi kita yang percaya dan menerima Yesus, maka Yesus ada di dalam diri kita, yang berarti kita semua akan turut menikmati kebesaran Allah. The secret has been revealed! Dan hanya lewat karya penebusan Kristus lah kita bisa menghampiri tahta kasih karunia dengan penuh keberanian. (Ibrani 4:16,10:19).
Atas semua itu, bagaimana kita tidak bersukacita? So in this Christmas day, it's time to rejoice! "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Let's rejoice together, for the Lord has come.
Selamat Hari Natal buat teman-teman semua, Tuhan Yesus memberkati anda! Be joyful and spread the joy to the world!
Bersukacitalah karena anda sudah ditebus dan diselamatkan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
====================
"Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud."
Bagaimana perjalanan anda di tahun 2014? Puji Tuhan jika anda mengalami tahun yang indah, tahun pemulihan atau bahkan tahun percepatan. Kalau itu bukan yang anda alami, selama anda tetap setia berjalan bersama Tuhan, percayalah bahwa semua itu adalah proses untuk menuai janji Tuhan yang besar sebentar lagi. Bagi saya pribadi, ini tahun yang menarik karena ada berbagai pencapaian baru dimana Tuhan membuat hal-hal yang seharusnya biasa menjadi luar biasa. Banyaknya kegiatan baru disamping kegiatan lama yang masih saya tekuni membuat tenaga yang terkuras lebih banyak dari biasa. Kelelahan seperti dua kali lipat, sementara waktu liburan hampir-hampir tidak ada. Kalaupun ada, saya cuma menyempatkannya untuk tidur, bersantai bersama istri atau sekedar menonton. Normalnya orang yang kelelahan, biasanya sukacita berkurang atau mungkin saja hilang. Belum lagi kalau ada banyak situasi sulit yang bisa membuat kita stres atau pusing dalam menghadapinya.
Memasuki hari Natal tahun ini, saya ingin mengingatkan teman-teman yang mungkin mengalami banyak hari sibuk di tahun ini untuk mengembalikan sukacita ke dalam hati anda. Ada sebuah lagu Natal yang saat ini tengah saya dengar berjudul "Joy to the World". Selain lagunya sudah sangat kita kenal, liriknya yang singkat saja sebenarnya berisi pengingat kenapa kita seharusnya bersukacita dalam merayakan hari Natal. Demikian lirik lagunya:
Joy to the world, the Lord is come!
Let earth receive her King;
Let every heart prepare Him room,
And Heaven and nature sing,
And Heaven and nature sing,
And Heaven, and Heaven, and nature sing.
Lagu ini sepertinya mengacu kepada ayat dalam Lukas 2 pasal 10 yang bunyinya seperti ini: "Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." Kesukaan besar bagi dunia, karena Tuhan telah datang/lahir/turun ke dunia. Dunia yang tadinya gelap dengan hubungan manusia yang terputus dengan Tuhan dipulihkan dengan hadirnya Sang Juru Selamat untuk menebus dosa-dosa kita, memulihkan hubungan kita dengan Tuhan dan melayakkan kita untuk menikmati kehidupan kekal yang penuh kebahagiaan bersama Bapa di Surga. Mengingat anugerah sebesar ini yang datang dari kasih Allah yang begitu besar bagi kita, mengapa kita tidak bersukacita karenanya?
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Kita manusia yang sangat kecil dibandingkan jagat raya, lemah, penuh dosa, dan sebenarnya tidak layak untuk diselamatkan. Tapi lihatlah betapa besarnya kasih Allah sehingga Dia rela mengaruniakan Anak-Nya untuk turun ke bumi, agar kita semua tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal. Ini sebuah ayat luar biasa yang menggambarkan betapa besarnya kasih Tuhan. Yesus hadir ke dunia, bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan nyawaNya bagi tebusan banyak orang. (Matius 20:28). Tuhan Yesus datang untuk menggenapi kehendak Bapa, bukan atas kehendakNya sendiri. "..Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku." (Yohanes 8:42). Selanjutnya mari kita lihat apa kehendak Tuhan itu: "Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."(Yohanes 6:40). Kedatangan Yesus ke dunia untuk menebus dosa kita, menyelamatkan kita dan memulihkan hubungan kita dengan Tuhan. Yesus menjembatani kita, domba-domba yang tersesat, dan mengembalikan kita semua kepada Allah.
Apakah keselamatan dianugerahkan hanya kepada segelintir orang saja? Cuma untuk murid-muridNya? Sama sekali tidak. Keselamatan itu dianugrahkan untuk semua orang percaya, tanpa memandang suku bangsa. "Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku. sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala."(Yohanes 10:16). Keselamatan untuk segala bangsa ini kembali ditegaskan Yesus, dan begitu pentingnya sehingga menjadi pesan terakhir sebelum Dia naik ke Surga setelah kebangkitanNya. "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:18-20). Kembali Paulus mengingatkan lagi akan hal ini: "Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya." (Roma 10:12-13). Inilah kehendak Bapa yang luar biasa yang disampaikan kepada kita semua, dimana semuanya dimulai dari kelahiran Yesus ke dunia. All because of His love to us.
Keselamatan adalah sebuah kepastian dalam Yesus Kristus. Itu sebuah anugerah luar biasa besar yang sangat menentukan bagaimana akhir dari perjalanan hidup kita. "Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!" (Kolose 1:27). Ini yang dimaksudkan sebagai rahasia oleh Paulus: bagi kita yang percaya dan menerima Yesus, maka Yesus ada di dalam diri kita, yang berarti kita semua akan turut menikmati kebesaran Allah. The secret has been revealed! Dan hanya lewat karya penebusan Kristus lah kita bisa menghampiri tahta kasih karunia dengan penuh keberanian. (Ibrani 4:16,10:19).
Atas semua itu, bagaimana kita tidak bersukacita? So in this Christmas day, it's time to rejoice! "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Let's rejoice together, for the Lord has come.
Selamat Hari Natal buat teman-teman semua, Tuhan Yesus memberkati anda! Be joyful and spread the joy to the world!
Bersukacitalah karena anda sudah ditebus dan diselamatkan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, December 24, 2014
Ruang Untuk Yesus (2)
(sambungan)
Pantaskah kita memperlakukan Tuhan yang sudah meninggalkan tahtaNya untuk turun ke dunia yang penuh penderitaan ini untuk menyelamatkan kita dengan perlakuan seperti itu? Apabila hari ini kita bisa hidup dengan janji yang teguh akan keselamatan, kalau hari ini kita bisa memasuki tahta Allah yang kudus dengan keberanian, hari ini kita bisa berhak untuk menerima segala janji Allah dalam kelimpahan, semua itu tidak lain ada berkat Yesus. Jika begitu, sudah seharusnya Dia mendapatkan posisi yang paling utama dan yang terbaik dari kita. Sudah seharusnya kita menyerahkan seluruh diri kita kepadaNya, mengasihiNya dan bersyukur kepadaNya kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun.
Mengapa Yesus harus mengosongkan diri dan datang mengambil rupa seperti manusia biasa? Itu berhubungan dengan tujuanNya datang ke dunia. Yesus datang bukan untuk sebuah kunjungan layaknya kunjungan resmi kenegaraan, Yesus pun datang bukan hendak menjadi selebritis yang menuntut fasilitas mewah. Tapi kedatangannya semata-mata demi menyelamatkan kita. "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10). Semua untuk kita, sama sekali bukan untuk kesenanganNya. Yesus bukan turun ke dunia dalam rangka berlibur atau mau bersenang-senang, "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya..tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:4-5). Setelah semua itu Dia lakukan demi kita, pantaskah kita menempatkanNya hanya dalam posisi-posisi kesekian, atau bahkan tidak mendapat posisi atau ruang sama sekali dalam diri dan hidup kita?
Dalam kesempatan lain Yesus juga berkata "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Renungkanlah baik-baik apa yang dikatakan Yesus dalam ayat ini. Hanya agar kita memiliki hidup yang sesungguhnya, yang tidak terbatas hanya di muka bumi ini, dan memiliki itu semua dalam segala kelimpahan. Seperti apa sesuatu yang disebut kelimpahan itu? Seperti yang pernah saya sampaikan, bayangkan sebuah gelas yang anda isi dengan air yang terus dikucurkan deras tanpa henti sehingga keluar dari wadahnya secara melimpah-limpah. Seperti itulah yang dijanjikan Tuhan lewat kehadiran Yesus.
Kerinduan Yesus sangatlah jelas. Mewakili keinginan Bapa, Dia ingin kita semua selamat. Dia ingin tinggal diam bersama-sama dengan Allah di dalam diri kita. Bukan hanya sekedar numpang lewat, bukan menginap sementara, tetapi tinggal berdiam, menetap atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan kata "dwell" dan bukan "stay". Semua itu hanyalah dimungkinkan apabila kita benar-benar mengasihi Yesus dan menuruti firmanNya. (ay 14). Dengan menjadi milikNya kita pun dilayakkan untuk menerima janji-janji Allah seperti yang Dia janjikan kepada Abraham. Ayat berikut menyatakan dengan jelas akan hal ini: "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29).
Untuk keselamatan dan segala kebaikan untuk kita, dengan digerakkan oleh rasa kasih yang begitu besar, Yesus rela menggantikan kita di atas salib dan menebus semua itu dengan tuntas. Tidak satupun yang Dia lakukan untuk kepentinganNya. Alangkah keterlaluan apabila kita tidak menghargai sedikitpun anugerah luar biasa yang telah Dia berikan kepada kita. Mari kita renungkan lagi. Dalam segala kesibukan dan hal-hal yang harus kita lakukan, masihkah kita menempatkan Kristus pada posisi teratas atau kita masih terus mengabaikan atau menyisihkan Dia yang telah menciptakan dan begitu mengasihi kita? Apakah kita selalu mengundangNya untuk masuk dan berdiam di dalam diri kita atau Dia harus selalu kalah bersaing dari segala keinginan daging dan agenda-agenda pribadi kita? Pada peringatan Natal tahun ini, marilah kita membuka hati kita sepenuhnya untuk Kristus. Katakanlah kepadaNya bahwa selalu ada ruang yang luas untukNya di dalam hati kita, dan undang Dia untuk hadir dan tinggal menetap disana.
Berikan ruang bagi Yesus untuk tinggal diam di dalam diri kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Pantaskah kita memperlakukan Tuhan yang sudah meninggalkan tahtaNya untuk turun ke dunia yang penuh penderitaan ini untuk menyelamatkan kita dengan perlakuan seperti itu? Apabila hari ini kita bisa hidup dengan janji yang teguh akan keselamatan, kalau hari ini kita bisa memasuki tahta Allah yang kudus dengan keberanian, hari ini kita bisa berhak untuk menerima segala janji Allah dalam kelimpahan, semua itu tidak lain ada berkat Yesus. Jika begitu, sudah seharusnya Dia mendapatkan posisi yang paling utama dan yang terbaik dari kita. Sudah seharusnya kita menyerahkan seluruh diri kita kepadaNya, mengasihiNya dan bersyukur kepadaNya kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun.
Mengapa Yesus harus mengosongkan diri dan datang mengambil rupa seperti manusia biasa? Itu berhubungan dengan tujuanNya datang ke dunia. Yesus datang bukan untuk sebuah kunjungan layaknya kunjungan resmi kenegaraan, Yesus pun datang bukan hendak menjadi selebritis yang menuntut fasilitas mewah. Tapi kedatangannya semata-mata demi menyelamatkan kita. "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10). Semua untuk kita, sama sekali bukan untuk kesenanganNya. Yesus bukan turun ke dunia dalam rangka berlibur atau mau bersenang-senang, "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya..tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:4-5). Setelah semua itu Dia lakukan demi kita, pantaskah kita menempatkanNya hanya dalam posisi-posisi kesekian, atau bahkan tidak mendapat posisi atau ruang sama sekali dalam diri dan hidup kita?
Dalam kesempatan lain Yesus juga berkata "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Renungkanlah baik-baik apa yang dikatakan Yesus dalam ayat ini. Hanya agar kita memiliki hidup yang sesungguhnya, yang tidak terbatas hanya di muka bumi ini, dan memiliki itu semua dalam segala kelimpahan. Seperti apa sesuatu yang disebut kelimpahan itu? Seperti yang pernah saya sampaikan, bayangkan sebuah gelas yang anda isi dengan air yang terus dikucurkan deras tanpa henti sehingga keluar dari wadahnya secara melimpah-limpah. Seperti itulah yang dijanjikan Tuhan lewat kehadiran Yesus.
Kerinduan Yesus sangatlah jelas. Mewakili keinginan Bapa, Dia ingin kita semua selamat. Dia ingin tinggal diam bersama-sama dengan Allah di dalam diri kita. Bukan hanya sekedar numpang lewat, bukan menginap sementara, tetapi tinggal berdiam, menetap atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan kata "dwell" dan bukan "stay". Semua itu hanyalah dimungkinkan apabila kita benar-benar mengasihi Yesus dan menuruti firmanNya. (ay 14). Dengan menjadi milikNya kita pun dilayakkan untuk menerima janji-janji Allah seperti yang Dia janjikan kepada Abraham. Ayat berikut menyatakan dengan jelas akan hal ini: "Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3:29).
Untuk keselamatan dan segala kebaikan untuk kita, dengan digerakkan oleh rasa kasih yang begitu besar, Yesus rela menggantikan kita di atas salib dan menebus semua itu dengan tuntas. Tidak satupun yang Dia lakukan untuk kepentinganNya. Alangkah keterlaluan apabila kita tidak menghargai sedikitpun anugerah luar biasa yang telah Dia berikan kepada kita. Mari kita renungkan lagi. Dalam segala kesibukan dan hal-hal yang harus kita lakukan, masihkah kita menempatkan Kristus pada posisi teratas atau kita masih terus mengabaikan atau menyisihkan Dia yang telah menciptakan dan begitu mengasihi kita? Apakah kita selalu mengundangNya untuk masuk dan berdiam di dalam diri kita atau Dia harus selalu kalah bersaing dari segala keinginan daging dan agenda-agenda pribadi kita? Pada peringatan Natal tahun ini, marilah kita membuka hati kita sepenuhnya untuk Kristus. Katakanlah kepadaNya bahwa selalu ada ruang yang luas untukNya di dalam hati kita, dan undang Dia untuk hadir dan tinggal menetap disana.
Berikan ruang bagi Yesus untuk tinggal diam di dalam diri kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, December 23, 2014
Ruang Untuk Yesus (1)
Ayat bacaan: Lukas 2:7
=================
"dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
Apa fungsi gereja saat ini? Kita mungkin bisa menjawab gereja sebagai bait kudus dimana umatNya bersama-sama bersekutu dan menyembah Tuhan, lalu gereja seharusnya menjadi wakil Allah di dunia untuk memberitakan keselamatan dan menjalankan pelayanan bagi bangsa-bangsa di bumi. Gereja seharusnya sanggup memimpin orang kepada kebenaran dimana semua yang berjemaat bisa mengalami pemulihan dan pertumbuhan iman. Itu yang seharusnya. Sayangnya ada banyak orang yang kemudian keliru mengelola gereja sehingga prinsipnya lari dari semua itu. Iklan-iklan di koran yang mempromosikan pendeta terkenal/ternama, artis yang diundang kesana dengan iklan besar-besaran menggantikan fungsi gereja bagai ajang rebutan jemaat. Ada gereja yang membedakan jemaat berdasarkan 'kasta', yaitu donatur dan orang penting (VIP) lah yang boleh duduk di barisan depan sedang jemaat biasa hanya boleh mulai dari baris ke sekian, terpisah dari deretan utama. Meski orang-orang penting ini tidak datang, kursi lebih baik kosong ketimbang diisi oleh jemaat yang hadir.
Ada banyak gereja yang sibuk dengan program ketimbang menjadi wakil Tuhan secara nyata di dunia. Ketika terjadi situasi sulit, mereka sibuk dengan program dalam gereja masing-masing tetapi enggan untuk melangkah keluar. Mari kita bayangkan seandainya Yesus turun ke dunia saat ini. Yesus datang dengan mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama seperti manusia (Filipi 2:6-7). Artinya, Yesus datang bukan sebagai selebritis, naik kendaraan mewah, harus mendapat fasilitas mewah, hanya mau berjalan di atas karpet merah dan sebagainya. Kalau Yesus datang lagi saat ini, Dia akan mengambil rupa orang biasa yang tidak menarik seperti nubuatan Yesaya dalam pasal 53. Jadi, bayangkan apabila Yesus datang ke tempat-tempat ibadah seperti itu. Jangan-jangan Yesus akan terpinggirkan dan tidak mendapat tempat, ironisnya justru di rumahNya sendiri, sejalan dengan melencengnya gereja dan fungsinya menjauh dari Yesus dan berpindah pusat kepada kepentingan-kepentingan pribadi atau golongan.
Itu sudah terjadi saat kedatangan Yesus pertama kali yang lahir sebagai bayi seperti manusia. Saat Yesus lahir di bumi, apakah Dia mendapat fasilitas terbaik yang ada di muka bumi ini? Pelayanan 24 jam? Adakah box bayi bertahta berlian dan berselimutkan emas, kain terlembut dan terhangat dengan mutu terbaik untuk membungkusnya? Tempat yang terbaik di dunia yang pernah ada? Sama sekali tidak. KedatanganNya yang menjadi anugerah kasih terbesar yang pernah ada, dengan tujuan yang luar biasa besar bagi umat manusia justru lewat cara yang terbilang menyedihkan atau bahkan tragis. Jangankan pelayanan super lengkap, sambutan hangat, fasilitas-fasilitas bintang lima, saat Yesus lahir, bahkan tidak ada satupun tempat penginapan yang ada pada waktu itu mau menampung kelahirannya berserta kedua orang tuaNya di bumi.
Mari kita lihat apa yang terjadi waktu itu. Yusuf saat itu pasti kelabakan membawa istri yang sedang hamil tua berkeliling dari satu tempat penginapan ke tempat penginapan lainnya untuk bisa merebahkan diri, beristirahat sekaligus mencari tempat yang layak bagi istrinya untuk bersalin. Bagi Maria sendiri situasi itu tentu sangat menyiksa. Selain tersiksa harus berjalan jauh kesana kemari di saat hampir melahirkan seperti itu, adakah seorang ibu yang bermimpi untuk meletakkan bayinya tidak di tempat yang pantas? Satu-satunya tempat yang mereka dapat adalah palungan yang notabene adalah tempat makanan ternak. Palungan jauh dari kondisi bersih dan bisa mendatangkan resiko kalau dipakai sebagai tempat melahirkan. Tapi itulah kondisi yang harus dihadapi Yusuf dan Maria, juga bayi Yesus. Alkitab mencatat jelas kondisi saat itu. "Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:7). Ironis sekali bukan? Disaat orang berebut menuntut fasilitas mewah dengan harga super mahal meski baru seumur jagung dikenal orang, Yesus justru sulit untuk sekedar mendapatkan tempat yang layak ketika lahir. Bagi orang lain dan hal-hal lain, ruang itu ada, tetapi bagi Yesus ternyata tidak ada. Bayangkan, Tuhan yang menciptakan seluruh dunia ini datang, tapi justru tidak ada sedikitpun ruang bagiNya.
Apa yang terjadi malam itu di Betlehem lebih dari dua ribu tahun lebih yang lalu masih saja sama hari ini. Ada banyak yang mengaku orang percaya, ada banyak yang mengaku melayani, tetapi sangatlah memprihatinkan ketika Kristus masih saja berada di bagian belakang atau terpinggirkan dalam kehidupan sebagian dari kita. Kita mengaku percaya, tetapi Dia hanya mendapat tempat jika kita butuh sesuatu saja, atau selama tidak mengganggu kesenangan kita. Ketika ada perintah-perintah dan larangan Tuhan yang terasa menghalangi kesenangan, maka dengan segera Tuhan pun dipinggirkan. Kita ingin Dia segera menolong kesesakan kita, tetapi begitu pertolongan itu tiba, secepat itu pula Dia kembali kita sisihkan. Tidak ada cukup tempat buat Yesus. Mungkin kita mengatakan ada, tetapi pada kenyataannya Yesus kalah bersaing dari segala kemewahan dunia, berbagai kepentingan pribadi, pamor, popularitas dan sebagainya di dalam diri kita.
(bersambung)
=================
"dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
Apa fungsi gereja saat ini? Kita mungkin bisa menjawab gereja sebagai bait kudus dimana umatNya bersama-sama bersekutu dan menyembah Tuhan, lalu gereja seharusnya menjadi wakil Allah di dunia untuk memberitakan keselamatan dan menjalankan pelayanan bagi bangsa-bangsa di bumi. Gereja seharusnya sanggup memimpin orang kepada kebenaran dimana semua yang berjemaat bisa mengalami pemulihan dan pertumbuhan iman. Itu yang seharusnya. Sayangnya ada banyak orang yang kemudian keliru mengelola gereja sehingga prinsipnya lari dari semua itu. Iklan-iklan di koran yang mempromosikan pendeta terkenal/ternama, artis yang diundang kesana dengan iklan besar-besaran menggantikan fungsi gereja bagai ajang rebutan jemaat. Ada gereja yang membedakan jemaat berdasarkan 'kasta', yaitu donatur dan orang penting (VIP) lah yang boleh duduk di barisan depan sedang jemaat biasa hanya boleh mulai dari baris ke sekian, terpisah dari deretan utama. Meski orang-orang penting ini tidak datang, kursi lebih baik kosong ketimbang diisi oleh jemaat yang hadir.
Ada banyak gereja yang sibuk dengan program ketimbang menjadi wakil Tuhan secara nyata di dunia. Ketika terjadi situasi sulit, mereka sibuk dengan program dalam gereja masing-masing tetapi enggan untuk melangkah keluar. Mari kita bayangkan seandainya Yesus turun ke dunia saat ini. Yesus datang dengan mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama seperti manusia (Filipi 2:6-7). Artinya, Yesus datang bukan sebagai selebritis, naik kendaraan mewah, harus mendapat fasilitas mewah, hanya mau berjalan di atas karpet merah dan sebagainya. Kalau Yesus datang lagi saat ini, Dia akan mengambil rupa orang biasa yang tidak menarik seperti nubuatan Yesaya dalam pasal 53. Jadi, bayangkan apabila Yesus datang ke tempat-tempat ibadah seperti itu. Jangan-jangan Yesus akan terpinggirkan dan tidak mendapat tempat, ironisnya justru di rumahNya sendiri, sejalan dengan melencengnya gereja dan fungsinya menjauh dari Yesus dan berpindah pusat kepada kepentingan-kepentingan pribadi atau golongan.
Itu sudah terjadi saat kedatangan Yesus pertama kali yang lahir sebagai bayi seperti manusia. Saat Yesus lahir di bumi, apakah Dia mendapat fasilitas terbaik yang ada di muka bumi ini? Pelayanan 24 jam? Adakah box bayi bertahta berlian dan berselimutkan emas, kain terlembut dan terhangat dengan mutu terbaik untuk membungkusnya? Tempat yang terbaik di dunia yang pernah ada? Sama sekali tidak. KedatanganNya yang menjadi anugerah kasih terbesar yang pernah ada, dengan tujuan yang luar biasa besar bagi umat manusia justru lewat cara yang terbilang menyedihkan atau bahkan tragis. Jangankan pelayanan super lengkap, sambutan hangat, fasilitas-fasilitas bintang lima, saat Yesus lahir, bahkan tidak ada satupun tempat penginapan yang ada pada waktu itu mau menampung kelahirannya berserta kedua orang tuaNya di bumi.
Mari kita lihat apa yang terjadi waktu itu. Yusuf saat itu pasti kelabakan membawa istri yang sedang hamil tua berkeliling dari satu tempat penginapan ke tempat penginapan lainnya untuk bisa merebahkan diri, beristirahat sekaligus mencari tempat yang layak bagi istrinya untuk bersalin. Bagi Maria sendiri situasi itu tentu sangat menyiksa. Selain tersiksa harus berjalan jauh kesana kemari di saat hampir melahirkan seperti itu, adakah seorang ibu yang bermimpi untuk meletakkan bayinya tidak di tempat yang pantas? Satu-satunya tempat yang mereka dapat adalah palungan yang notabene adalah tempat makanan ternak. Palungan jauh dari kondisi bersih dan bisa mendatangkan resiko kalau dipakai sebagai tempat melahirkan. Tapi itulah kondisi yang harus dihadapi Yusuf dan Maria, juga bayi Yesus. Alkitab mencatat jelas kondisi saat itu. "Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:7). Ironis sekali bukan? Disaat orang berebut menuntut fasilitas mewah dengan harga super mahal meski baru seumur jagung dikenal orang, Yesus justru sulit untuk sekedar mendapatkan tempat yang layak ketika lahir. Bagi orang lain dan hal-hal lain, ruang itu ada, tetapi bagi Yesus ternyata tidak ada. Bayangkan, Tuhan yang menciptakan seluruh dunia ini datang, tapi justru tidak ada sedikitpun ruang bagiNya.
Apa yang terjadi malam itu di Betlehem lebih dari dua ribu tahun lebih yang lalu masih saja sama hari ini. Ada banyak yang mengaku orang percaya, ada banyak yang mengaku melayani, tetapi sangatlah memprihatinkan ketika Kristus masih saja berada di bagian belakang atau terpinggirkan dalam kehidupan sebagian dari kita. Kita mengaku percaya, tetapi Dia hanya mendapat tempat jika kita butuh sesuatu saja, atau selama tidak mengganggu kesenangan kita. Ketika ada perintah-perintah dan larangan Tuhan yang terasa menghalangi kesenangan, maka dengan segera Tuhan pun dipinggirkan. Kita ingin Dia segera menolong kesesakan kita, tetapi begitu pertolongan itu tiba, secepat itu pula Dia kembali kita sisihkan. Tidak ada cukup tempat buat Yesus. Mungkin kita mengatakan ada, tetapi pada kenyataannya Yesus kalah bersaing dari segala kemewahan dunia, berbagai kepentingan pribadi, pamor, popularitas dan sebagainya di dalam diri kita.
(bersambung)
Monday, December 22, 2014
Give Love on Christmas Day
Ayat bacaan: 1 Yohanes 4:11
===========================
"Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."
Ada salah seorang yang saya kenal menceritakan kisah sedihnya di masa kecil karena ia hampir-hampir tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayah. Saat kecil ia dididik lumayan keras. Tradisi tampaknya mengharuskan seorang ayah untuk tidak terlalu dekat dengan anaknya dengan tujuan agar anak tidak menjadi manja dan lemah. Pujian hampir tidak ada, sementara teguran bahkan hukuman terus datang mendera. Meski demikian ia tetap merindukan kasih dari sang ayah, yang ternyata hanya bisa ia dapatkan saat momen-momen perayaan seperti Natal dimana ia mendapatkan hadiah. "Waktu kecil saya berpikir, seandainya bisa, saya lebih baik tidak mendapat hadiah tapi mendapat kehangatan kasih seorang ayah, bermain bersamanya. Saya mau menukarkan semua hadiah untuk satu kesempatan saja, tapi itu tidak mungkin bisa." katanya. Ayahnya merupakan tipe pekerja keras yang terus mencari uang dan pulang larut malam, kemudian langsung tidur. Itupun saat ia pulang, tidak ada yang boleh ribut lagi, karena ia bisa sangat marah apabila terganggu saat beristirahat. Sang ayah kemudian meninggal karena sakit dan ia pun dibesarkan oleh ibunya. Praktis ia tidak pernah merasakan figur ayah yang penuh kasih dalam hidupnya. Ia mengerti bahwa ada Bapa di Surga yang akan selalu mengasihinya, melindungi, memelihara dan menjaganya. Tapi ia masih rindu untuk merasakan kasih nyata dari ayah di dunia, meski ia pun tahu bahwa itu hampir-hampir tidak mungkin karena ibunya sudah lanjut usia dan tidak pernah lagi menikah sejak ayahnya tiada.
Ada banyak orang yang mengalami hal seperti ini dalam hidup mereka. Mereka tumbuh dengan kekurangan kasih dari salah satu atau bahkan kedua orang tuanya. Dalam kasus-kasus yang saya temui, banyak dari mereka bermasalah dalam hidup, baik dari segi karakter, tempramen, kepribadian dan sebagainya. Ada yang bahkan sampai kepada bentuk-bentuk kerusakan moral seperti terjerumus obat-obatan dan sebagainya. Seandainya kita mau peka, kita akan dengan mudah melihat bahwa ada banyak orang di sekitar kita yang merindukan kasih, kepedulian dan pertolongan dari kita. Tidak selalu mereka butuh bantuan dari segi finansial, karena dari pengalaman saya ada banyak orang yang justru butuh perhatian dari kita agar tidak kesepian menjalani segala sesuatu sendirian. Mungkin mereka ada disekitar orang ramai, tetapi di dalam mereka kesepian.
Hal ini mengingatkan saya pada sebuah sesi wawancara dengan musisi yang berasal dari negara tetangga. Saat itu ia baru saja meluncurkan album Natal dan menyampaikan pada saya apa makna Natal buat dirinya. "Christmas is a time of thanksgiving and appreciation." katanya. Natal adalah saat yang tepat untuk mengucap syukur dan berterima kasih. Pertama dan terutama kepada Allah Bapa yang sudah mengaruniakan Yesus untuk berkorban demi keselamatan kita, dan itu seharusnya menjadi teladan atau contoh bagi kita dalam hal bagaimana kita hidup di dunia. Jadi menurutnya, selain baik dipakai untuk mengingat segala kebaikan Tuhan, bersyukur dan berterima kasih atas kasihNya yang begitu besar, hari Natal pun merupakan saat yang tepat untuk dipakai sebagai titik tolak dalam berbagi kasih kepada sesama. "Even just a smile will mean so much to others." katanya lagi. Apa yang ia ingin sampaikan lewat album Natalnya pun sangat indah, yaitu pesan untuk masa depan yang lebih cerah, harmonis dan lebih baik, sebuah harapan akan perdamaian dan ungkapan kasih kepada setiap orang, tanpa terkecuali.
Ia menyadari betul betapa besar kasih Tuhan pada kita sehingga Tuhan Yesus dianugrahkan kepada kita, dan lewat karya penebusan Kristus kita pun dibebaskan dari belenggu dosa, dari kegelapan dan diselamatkan. Tidak hanya berhenti sampai disitu saja, ia pun mengatakan bahwa bentuk kasih Tuhan yang dinyatakan secara nyata lewat kasih Kristus buat kita haruslah menjadi sebuah contoh bagaimana kita harus hidup di dunia. Natal baginya adalah saat untuk memberi kasih dan berbagi senyum dengan orang lain. Album Natalnya pun dikeluarkan bukan untuk memanfaatkan momen mencari keuntungan, tapi ada pesan akan sebuah harapan masa depan yang lebih cerah dan harmonis, pesan perdamaian dan kasih untuk semua orang. Berhubung ia berprofesi sebagai pelaku seni musik, maka ia pun membagi kasih dan berkat itu lewat lagu-lagu yang ia bawakan.
Pesan dan makna Natalnya sejalan dengan ayat yang saya jadikan bahan perenungan kita hari ini. "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Jika kita menyadari betapa besarnya kasih Allah pada kita, maka sudah seharunya kita pun saling mengasihi. Jika Allah tidak mengasihi kita, maka Yesus tidak akan pernah datang ke dunia, dan hingga saat ini kita masih akan tetap berada di dalam kegelapan dengan kondisi hubungan terputus dengan Tuhan. Apa yang diberikan Tuhan kepada kita sungguh luar biasa besar. Pengorbanan Yesus lewat karya penebusan yang diluar batas perikemanusiaan pun akhirnya membayar lunas semua hutang-hutang dosa kita dan memulihkan sebuah hubungan indah antara Sang Pencipta dan yang diciptakan. Di dalam Yesus ada keselamatan, ada damai sukacita, ada pengharapan dan ada kelimpahan. Terlebih, di dalam Dia ada kasih yang sempurna. Atas anugerah kasih yang begitu besar yang Tuhan limpahkan kepada kita, bukankah itu harus kita jadikan contoh dalam kehidupan kita pula? Bahwa kita dikasihi Allah sampai sedemikian besar, sudah seharusnya pula kita membagi kasih kepada orang lain. Perhatikanlah doa Yesus bagi murid-muridNya. "dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." (Yohanes 17:26).
Hari Natal adalah saat yang tepat untuk mulai berpikir untuk membagi kasih kepada orang lain. Tidak hanya dengan kata-kata semata, tetapi juga lewat perbuatan dan dalam kebenaran. (1 Yohanes 3:18). Alangkah indahnya jika kasih sempurna Kristus yang ada di dalam kita bisa kita berikan kepada saudara-saudara kita yang lain. Sebuah perayaan Natal janganlah sampai terhenti hanya pada pesta-pesta atau kado-kado indah dengan keluarga dan teman, tapi rayakanlah itu dengan membagi kasih kepada siapapun mereka di sekitar kita. Biarlah kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan lewat kita dengan bentuk ungkapan kasih tanpa terkecuali kepada setiap orang. Kasih adalah sebuah inti dasar dari kekristenan, yang sanggup menutupi banyak sekali dosa. (1 Petrus 4:8). Ada banyak orang yang merindukan uluran kasih dari saudara-saudarinya yang peduli di luar sana. Mari kita sama-sama membagi kasih lewat ucapan, senyuman, kepedulian dan perbuatan nyata. Biarlah nama Yesus dimuliakan lewat diri kita, sehingga lebih banyak lagi yang diselamatkan. Christmas is all about love. It's time to share the perfect love we have from Jesus. Let's give love on christmas time, spread the joy to everyone.
Berikan cinta kasih sempurna Kristus kepada orang lain sebagai ungkapan syukur dan terimakasih kita kepadaNya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
===========================
"Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."
Ada salah seorang yang saya kenal menceritakan kisah sedihnya di masa kecil karena ia hampir-hampir tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayah. Saat kecil ia dididik lumayan keras. Tradisi tampaknya mengharuskan seorang ayah untuk tidak terlalu dekat dengan anaknya dengan tujuan agar anak tidak menjadi manja dan lemah. Pujian hampir tidak ada, sementara teguran bahkan hukuman terus datang mendera. Meski demikian ia tetap merindukan kasih dari sang ayah, yang ternyata hanya bisa ia dapatkan saat momen-momen perayaan seperti Natal dimana ia mendapatkan hadiah. "Waktu kecil saya berpikir, seandainya bisa, saya lebih baik tidak mendapat hadiah tapi mendapat kehangatan kasih seorang ayah, bermain bersamanya. Saya mau menukarkan semua hadiah untuk satu kesempatan saja, tapi itu tidak mungkin bisa." katanya. Ayahnya merupakan tipe pekerja keras yang terus mencari uang dan pulang larut malam, kemudian langsung tidur. Itupun saat ia pulang, tidak ada yang boleh ribut lagi, karena ia bisa sangat marah apabila terganggu saat beristirahat. Sang ayah kemudian meninggal karena sakit dan ia pun dibesarkan oleh ibunya. Praktis ia tidak pernah merasakan figur ayah yang penuh kasih dalam hidupnya. Ia mengerti bahwa ada Bapa di Surga yang akan selalu mengasihinya, melindungi, memelihara dan menjaganya. Tapi ia masih rindu untuk merasakan kasih nyata dari ayah di dunia, meski ia pun tahu bahwa itu hampir-hampir tidak mungkin karena ibunya sudah lanjut usia dan tidak pernah lagi menikah sejak ayahnya tiada.
Ada banyak orang yang mengalami hal seperti ini dalam hidup mereka. Mereka tumbuh dengan kekurangan kasih dari salah satu atau bahkan kedua orang tuanya. Dalam kasus-kasus yang saya temui, banyak dari mereka bermasalah dalam hidup, baik dari segi karakter, tempramen, kepribadian dan sebagainya. Ada yang bahkan sampai kepada bentuk-bentuk kerusakan moral seperti terjerumus obat-obatan dan sebagainya. Seandainya kita mau peka, kita akan dengan mudah melihat bahwa ada banyak orang di sekitar kita yang merindukan kasih, kepedulian dan pertolongan dari kita. Tidak selalu mereka butuh bantuan dari segi finansial, karena dari pengalaman saya ada banyak orang yang justru butuh perhatian dari kita agar tidak kesepian menjalani segala sesuatu sendirian. Mungkin mereka ada disekitar orang ramai, tetapi di dalam mereka kesepian.
Hal ini mengingatkan saya pada sebuah sesi wawancara dengan musisi yang berasal dari negara tetangga. Saat itu ia baru saja meluncurkan album Natal dan menyampaikan pada saya apa makna Natal buat dirinya. "Christmas is a time of thanksgiving and appreciation." katanya. Natal adalah saat yang tepat untuk mengucap syukur dan berterima kasih. Pertama dan terutama kepada Allah Bapa yang sudah mengaruniakan Yesus untuk berkorban demi keselamatan kita, dan itu seharusnya menjadi teladan atau contoh bagi kita dalam hal bagaimana kita hidup di dunia. Jadi menurutnya, selain baik dipakai untuk mengingat segala kebaikan Tuhan, bersyukur dan berterima kasih atas kasihNya yang begitu besar, hari Natal pun merupakan saat yang tepat untuk dipakai sebagai titik tolak dalam berbagi kasih kepada sesama. "Even just a smile will mean so much to others." katanya lagi. Apa yang ia ingin sampaikan lewat album Natalnya pun sangat indah, yaitu pesan untuk masa depan yang lebih cerah, harmonis dan lebih baik, sebuah harapan akan perdamaian dan ungkapan kasih kepada setiap orang, tanpa terkecuali.
Ia menyadari betul betapa besar kasih Tuhan pada kita sehingga Tuhan Yesus dianugrahkan kepada kita, dan lewat karya penebusan Kristus kita pun dibebaskan dari belenggu dosa, dari kegelapan dan diselamatkan. Tidak hanya berhenti sampai disitu saja, ia pun mengatakan bahwa bentuk kasih Tuhan yang dinyatakan secara nyata lewat kasih Kristus buat kita haruslah menjadi sebuah contoh bagaimana kita harus hidup di dunia. Natal baginya adalah saat untuk memberi kasih dan berbagi senyum dengan orang lain. Album Natalnya pun dikeluarkan bukan untuk memanfaatkan momen mencari keuntungan, tapi ada pesan akan sebuah harapan masa depan yang lebih cerah dan harmonis, pesan perdamaian dan kasih untuk semua orang. Berhubung ia berprofesi sebagai pelaku seni musik, maka ia pun membagi kasih dan berkat itu lewat lagu-lagu yang ia bawakan.
Pesan dan makna Natalnya sejalan dengan ayat yang saya jadikan bahan perenungan kita hari ini. "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (1 Yohanes 4:11). Jika kita menyadari betapa besarnya kasih Allah pada kita, maka sudah seharunya kita pun saling mengasihi. Jika Allah tidak mengasihi kita, maka Yesus tidak akan pernah datang ke dunia, dan hingga saat ini kita masih akan tetap berada di dalam kegelapan dengan kondisi hubungan terputus dengan Tuhan. Apa yang diberikan Tuhan kepada kita sungguh luar biasa besar. Pengorbanan Yesus lewat karya penebusan yang diluar batas perikemanusiaan pun akhirnya membayar lunas semua hutang-hutang dosa kita dan memulihkan sebuah hubungan indah antara Sang Pencipta dan yang diciptakan. Di dalam Yesus ada keselamatan, ada damai sukacita, ada pengharapan dan ada kelimpahan. Terlebih, di dalam Dia ada kasih yang sempurna. Atas anugerah kasih yang begitu besar yang Tuhan limpahkan kepada kita, bukankah itu harus kita jadikan contoh dalam kehidupan kita pula? Bahwa kita dikasihi Allah sampai sedemikian besar, sudah seharusnya pula kita membagi kasih kepada orang lain. Perhatikanlah doa Yesus bagi murid-muridNya. "dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." (Yohanes 17:26).
Hari Natal adalah saat yang tepat untuk mulai berpikir untuk membagi kasih kepada orang lain. Tidak hanya dengan kata-kata semata, tetapi juga lewat perbuatan dan dalam kebenaran. (1 Yohanes 3:18). Alangkah indahnya jika kasih sempurna Kristus yang ada di dalam kita bisa kita berikan kepada saudara-saudara kita yang lain. Sebuah perayaan Natal janganlah sampai terhenti hanya pada pesta-pesta atau kado-kado indah dengan keluarga dan teman, tapi rayakanlah itu dengan membagi kasih kepada siapapun mereka di sekitar kita. Biarlah kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan lewat kita dengan bentuk ungkapan kasih tanpa terkecuali kepada setiap orang. Kasih adalah sebuah inti dasar dari kekristenan, yang sanggup menutupi banyak sekali dosa. (1 Petrus 4:8). Ada banyak orang yang merindukan uluran kasih dari saudara-saudarinya yang peduli di luar sana. Mari kita sama-sama membagi kasih lewat ucapan, senyuman, kepedulian dan perbuatan nyata. Biarlah nama Yesus dimuliakan lewat diri kita, sehingga lebih banyak lagi yang diselamatkan. Christmas is all about love. It's time to share the perfect love we have from Jesus. Let's give love on christmas time, spread the joy to everyone.
Berikan cinta kasih sempurna Kristus kepada orang lain sebagai ungkapan syukur dan terimakasih kita kepadaNya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sang Terang Dunia
Ayat bacaan: Yohanes 8:12
=====================
"Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Suatu kali saya hendak mengunjungi rumah teman yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. Karena lumayan dekat saya pun memilih untuk berjalan kaki saja. Hari sudah gelap, sementara hujan baru saja reda. Akibatnya jalan yang berlubang-lubang banyak genangan air yang kalau tidak hati-hati bisa mengotori sepatu dan celana. Gelapnya malam membuat saya sulit menghindari bagian-bagian yang becek. Tapi dengan menggunakan lampu senter saya bisa melihat dengan jelas jalan yang saya lalui sehingga saya bisa menghindari 'ranjau-ranjau' becek hingga ke tujuan.
Segelap-gelapnya sebuah tempat, sedikit cahaya sudah mampu menutupinya. Tidak ada gelap yang bisa mengalahkan terang. Dan berjalan antara dalam gelap dan terang akan sangat berbeda.
Mari kita lihat apa yang terjadi di Betlehem lebih dari dua ribu tahun yang lalu, saat Yesus lahir di dalam palungan. Itu adalah sebuah malam yang teramat sangat bersejarah dan sangat penting artinya bagi kehidupan manusia sampai kapanpun selama eksistensi manusia di muka bumi ini masih ada. Itu adalah sebuah malam yang membawa terang. Kelahiran Kristus ke dunia akan mengalahkan kegelapan sampai kapanpun, sebuah malam dimana siapapun yang duduk dalam kegelapan akan melihat sebuah cahaya terang yang sempurna yang langsung berasal dari tahta Bapa di surga. Sebuah malam dimana Tuhan rela memberikan AnakNya turun ke dunia sebagai "Terang Dunia."
Kita semua tentu sadar akan gelapnya dunia ini dengan adanya dosa dan bagaimana kegelapan dari dunia ini bisa menyelubungi dan menelan kita. Semakin lama semakin terperosok ke dalam dan semuanya akan semakin gelap. Pada suatu ketika kita akan terbiasa dalam gelap dan bisa jadi terputus total dari terang. Tapi bersyukurlah bahwa kedatangan Kristus ke muka bumi ini sebagai Terang Dunia yang mampu membawa kita keluar dari kegelapan itu dan kemudian dibukakan kesempatan untuk berjalan dalam cahaya terangNya. "Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Seperti halnya terang yang akan segera mengalahkan gelap, begitu juga kehidupan kita. Tidak ada satu kegelapanpun yang mampu menguasai kita jika kita memiliki Kristus, Sang Terang Dunia dalam dalam diri kita.
Petrus mengingatkan kepada kita, para orang percaya bahwa sesungguhnya merupakan bangsa yang terpilih, imamat yang rajani alias the royal priesthood, dan kita semuanya sebenarnya sudah dipanggil keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangnya yang ajaib. Ayat itu berbunyi demikian: "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." (1 Petrus 2:9). Seperti itulah hakekatnya diri kita. Seharusnya tidak ada gelap yang bisa menaungi kita. Sayangnya seringkali kita lupa bahwa sesungguhnya kita punya terang Kristus. Kita cenderung terbiasa dengan kegelapan dan mengabaikan hidup dalam dan dengan Terang Dunia. Atau kita tahu bahwa ada Terang bersama kita, tapi kita malah memasukkannya ke dalam kotak dan menutupnya sehingga Terang tersebut tidak bisa berfungsi menggantikan kegelapan.
Selain ayat bacaan hari ini, Yesus juga berkata "Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan." (Yohanes 12:46). Kita harus menyadari dan mensyukuri hal itu. Kita punya Tuhan yang luar biasa yang selalu siap untuk menarik kita keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangNya yang ajaib. Sebuah terang yang kapan saja bisa menyingkirkan gelap jika saja kita mengizinkan hal itu terjadi. Di saat seperti itulah kita akan bisa berkata seperti Daud, "Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang." (Mazmur 139:12).
Sebentar lagi kita akan memperingati datangnya Kristus ke dunia ini membawa terangNya yang ajaib. Terang itu siap terus menyinari kita, memindahkan kita dari kegelapan untuk berjalan dalam terang Tuhan. Sadarilah hal ini dan berhentilah untuk membiarkan kita terus terperangkap dalam gelap. Mulai saat ini, pastikan bahwa Terang Kristus senantiasa ada bersama kita, menyertai dan membimbing kita sepanjang waktu. Kiranya terang Kristus selalu bersinar dalam hidup kita.
Saat terang datang, tidak ada satupun kegelapan yang mampu mengalahkannya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=====================
"Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Suatu kali saya hendak mengunjungi rumah teman yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. Karena lumayan dekat saya pun memilih untuk berjalan kaki saja. Hari sudah gelap, sementara hujan baru saja reda. Akibatnya jalan yang berlubang-lubang banyak genangan air yang kalau tidak hati-hati bisa mengotori sepatu dan celana. Gelapnya malam membuat saya sulit menghindari bagian-bagian yang becek. Tapi dengan menggunakan lampu senter saya bisa melihat dengan jelas jalan yang saya lalui sehingga saya bisa menghindari 'ranjau-ranjau' becek hingga ke tujuan.
Segelap-gelapnya sebuah tempat, sedikit cahaya sudah mampu menutupinya. Tidak ada gelap yang bisa mengalahkan terang. Dan berjalan antara dalam gelap dan terang akan sangat berbeda.
Mari kita lihat apa yang terjadi di Betlehem lebih dari dua ribu tahun yang lalu, saat Yesus lahir di dalam palungan. Itu adalah sebuah malam yang teramat sangat bersejarah dan sangat penting artinya bagi kehidupan manusia sampai kapanpun selama eksistensi manusia di muka bumi ini masih ada. Itu adalah sebuah malam yang membawa terang. Kelahiran Kristus ke dunia akan mengalahkan kegelapan sampai kapanpun, sebuah malam dimana siapapun yang duduk dalam kegelapan akan melihat sebuah cahaya terang yang sempurna yang langsung berasal dari tahta Bapa di surga. Sebuah malam dimana Tuhan rela memberikan AnakNya turun ke dunia sebagai "Terang Dunia."
Kita semua tentu sadar akan gelapnya dunia ini dengan adanya dosa dan bagaimana kegelapan dari dunia ini bisa menyelubungi dan menelan kita. Semakin lama semakin terperosok ke dalam dan semuanya akan semakin gelap. Pada suatu ketika kita akan terbiasa dalam gelap dan bisa jadi terputus total dari terang. Tapi bersyukurlah bahwa kedatangan Kristus ke muka bumi ini sebagai Terang Dunia yang mampu membawa kita keluar dari kegelapan itu dan kemudian dibukakan kesempatan untuk berjalan dalam cahaya terangNya. "Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Seperti halnya terang yang akan segera mengalahkan gelap, begitu juga kehidupan kita. Tidak ada satu kegelapanpun yang mampu menguasai kita jika kita memiliki Kristus, Sang Terang Dunia dalam dalam diri kita.
Petrus mengingatkan kepada kita, para orang percaya bahwa sesungguhnya merupakan bangsa yang terpilih, imamat yang rajani alias the royal priesthood, dan kita semuanya sebenarnya sudah dipanggil keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangnya yang ajaib. Ayat itu berbunyi demikian: "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." (1 Petrus 2:9). Seperti itulah hakekatnya diri kita. Seharusnya tidak ada gelap yang bisa menaungi kita. Sayangnya seringkali kita lupa bahwa sesungguhnya kita punya terang Kristus. Kita cenderung terbiasa dengan kegelapan dan mengabaikan hidup dalam dan dengan Terang Dunia. Atau kita tahu bahwa ada Terang bersama kita, tapi kita malah memasukkannya ke dalam kotak dan menutupnya sehingga Terang tersebut tidak bisa berfungsi menggantikan kegelapan.
Selain ayat bacaan hari ini, Yesus juga berkata "Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan." (Yohanes 12:46). Kita harus menyadari dan mensyukuri hal itu. Kita punya Tuhan yang luar biasa yang selalu siap untuk menarik kita keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangNya yang ajaib. Sebuah terang yang kapan saja bisa menyingkirkan gelap jika saja kita mengizinkan hal itu terjadi. Di saat seperti itulah kita akan bisa berkata seperti Daud, "Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang." (Mazmur 139:12).
Sebentar lagi kita akan memperingati datangnya Kristus ke dunia ini membawa terangNya yang ajaib. Terang itu siap terus menyinari kita, memindahkan kita dari kegelapan untuk berjalan dalam terang Tuhan. Sadarilah hal ini dan berhentilah untuk membiarkan kita terus terperangkap dalam gelap. Mulai saat ini, pastikan bahwa Terang Kristus senantiasa ada bersama kita, menyertai dan membimbing kita sepanjang waktu. Kiranya terang Kristus selalu bersinar dalam hidup kita.
Saat terang datang, tidak ada satupun kegelapan yang mampu mengalahkannya
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Saturday, December 20, 2014
I'm Dreaming of a White Christmas
Ayat bacaan: Mazmur 51:9
====================
"Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!"
"I'm dreaming of a white christmas, Just like the ones I used to know..." Anda tentu kenal dengan lirik awal dari sebuah lagu Natal ini. Lagunya berjudul "White Christmas" yang pertama kali hadir pada tahun 1942. Lagu ini mendeskripsikan suasana Natal di luar sana yang mendapatkan turunnya salju pada akhir tahun sehingga menimbulkan keindahan tersendiri. Butiran salju yang putih dan bunga-bunga salju yang menempel di kaca berkilauan diterpa cahaya lampu. Udara yang dingin bisa terasa hangat dengan keindahan dominasi warna putih seperti ini. Bagi kita yang tinggal di daerah tropis, tidak jarang kita mencoba meniru dengan menempelkan kapas pada pohon terang untuk menampilkan kesan salju. Baik berkaitan dengan suasana Natal di Eropa dan beberapa negara bagian Amerika, warna putih seringkali diidentikkan dengan sesuatu yang bersih dan suci.
Dengan segala godaan akan dosa yang diakibatkan oleh rupa-rupa keinginan daging, manusia menjadi tercemar. Jika diibaratkan warna, maka kita tidak lagi putih melainkan penuh dengan berbagai noda warna. Maka seperti lirik lagu di atas, kita pun sering memimpikan hidup yang putih terlebih menjelang hari kelahiran Kristus seperti sekarang. Mudah bagi kita untuk berpikir apakah kita bisa kembali putih setelah dipenuhi atau dicemari begitu banyak noda warna. Seandainya itu terjadi pada kain, pasti sudah sangat sulit sekali bahkan rasanya tidak mungkin bisa kembali putih seperti sediakala.
Akan hal ini mari kita lihat kisah Daud. Daud adalah orang sangat dekat dan mengenal hati Tuhan. Ia juga sudah mengalami begitu banyak kuasa penyertaan Tuhan yang mampu mengatasi kemustahilan. Meski demikian, ternyata Daud masih saja tetap jatuh pada jerat dosa yang terus semakin banyak nodanya. Pada suatu hari ia tergoda dan berzinah dengan Batsyeba yang merupakan istri dari prajuritnya sendiri, Uria. Ia bahkan berbohong dan kemudian membunuh Uria, suami sah dari Batsyeba. Daud berubah dari orang yang taat Tuhan menjadi orang yang dingin dan kejam. Ia tidak sadar akan perbuatannya yang dikuasai hawa nafsu. Ia dikuasai dosa. Ia penuh noda. Jelas apa yang Daud lakukan dianggap sebagai perbuatan jahat di mata Tuhan. (2 Samuel 11:27).
Tapi Tuhan tidak membiarkan Daud terus hancur dan semakin rusak. Maka Tuhan mengutus Nabi Natan untuk datang kepada Daud dan memperingatkannya. Dihadapkan pada pelanggaran-pelanggarannya,Daud tidak dapat berkelit untuk membela diri. Daud pun mengakui bahwa ia berdosa kepada Tuhan. Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada Tuhan." (2 Samuel 12:13a). Apa jawaban Natan? "Dan Natan berkata kepada Daud: "Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati." (ay 13b). Meskipun tetap ada konsekuensi atas dosa yang telah Daud lakukan, tapi Tuhan memberi jaminan pengampunan kepadanya ketika ia menyadari dan mengakui kesalahannya.
Maka kemudian hadirlah tulisannya di Mazmur 51. Dalam Mazmur 51 Daud menuliskan rangkaian syair nyanyian yang sangat indah akan pengakuan dosa, pertobatan dan permohonan atas pengampunan Allah. "Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!" (Mazmur 51:9). Daud menyadari bahwa Tuhan mampu mentahirkan dirinya dan membasuhnya agar bersih dari dosa-dosa dan pelanggaran yang ia perbuat, dan menjadikannya kembali putih, bahkan lebih putih dari salju. Untuk memperoleh pengampunan dan kembali memutihkan dosa-dosa kita, kita harus membasuh diri kita dengan jalan mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan, segera bertobat dan memohon pengampunan turun atas diri kita. "Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku.." (Yesaya 1:17) Dan jika kita melakukan ini, firman Tuhan berkata demikian: "..Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (ay 18).
Hari Natal dimana kita memperingati kelahiran Yesus Kristus ke dunia akan kita rayakan beberapa hari lagi. Mari kita menguduskan diri, mengakui segala dosa kita, dan mintalah agar Tuhan mengampuni serta membersihkan hati kita. Dia akan selalu memberi pengampunan, bahkan memulihkan sukacita ketika kita berbalik dari jalan-jalan yang jahat dan kembali kepada jalanNya. Tuhan sanggup memutihkan dosa yang sangat merah sekalipun untuk menjadi seputih salju. Bukan salju asli yang penting dalam menyambut Natal, tapi kekudusan kita yang seputih salju lah yang penting. Mari minta pengampunan atas segala kesalahan yang kita lakukan, and let us have a white Christmas.
Jadilah seputih salju untuk merayakan kelahiran Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
====================
"Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!"
"I'm dreaming of a white christmas, Just like the ones I used to know..." Anda tentu kenal dengan lirik awal dari sebuah lagu Natal ini. Lagunya berjudul "White Christmas" yang pertama kali hadir pada tahun 1942. Lagu ini mendeskripsikan suasana Natal di luar sana yang mendapatkan turunnya salju pada akhir tahun sehingga menimbulkan keindahan tersendiri. Butiran salju yang putih dan bunga-bunga salju yang menempel di kaca berkilauan diterpa cahaya lampu. Udara yang dingin bisa terasa hangat dengan keindahan dominasi warna putih seperti ini. Bagi kita yang tinggal di daerah tropis, tidak jarang kita mencoba meniru dengan menempelkan kapas pada pohon terang untuk menampilkan kesan salju. Baik berkaitan dengan suasana Natal di Eropa dan beberapa negara bagian Amerika, warna putih seringkali diidentikkan dengan sesuatu yang bersih dan suci.
Dengan segala godaan akan dosa yang diakibatkan oleh rupa-rupa keinginan daging, manusia menjadi tercemar. Jika diibaratkan warna, maka kita tidak lagi putih melainkan penuh dengan berbagai noda warna. Maka seperti lirik lagu di atas, kita pun sering memimpikan hidup yang putih terlebih menjelang hari kelahiran Kristus seperti sekarang. Mudah bagi kita untuk berpikir apakah kita bisa kembali putih setelah dipenuhi atau dicemari begitu banyak noda warna. Seandainya itu terjadi pada kain, pasti sudah sangat sulit sekali bahkan rasanya tidak mungkin bisa kembali putih seperti sediakala.
Akan hal ini mari kita lihat kisah Daud. Daud adalah orang sangat dekat dan mengenal hati Tuhan. Ia juga sudah mengalami begitu banyak kuasa penyertaan Tuhan yang mampu mengatasi kemustahilan. Meski demikian, ternyata Daud masih saja tetap jatuh pada jerat dosa yang terus semakin banyak nodanya. Pada suatu hari ia tergoda dan berzinah dengan Batsyeba yang merupakan istri dari prajuritnya sendiri, Uria. Ia bahkan berbohong dan kemudian membunuh Uria, suami sah dari Batsyeba. Daud berubah dari orang yang taat Tuhan menjadi orang yang dingin dan kejam. Ia tidak sadar akan perbuatannya yang dikuasai hawa nafsu. Ia dikuasai dosa. Ia penuh noda. Jelas apa yang Daud lakukan dianggap sebagai perbuatan jahat di mata Tuhan. (2 Samuel 11:27).
Tapi Tuhan tidak membiarkan Daud terus hancur dan semakin rusak. Maka Tuhan mengutus Nabi Natan untuk datang kepada Daud dan memperingatkannya. Dihadapkan pada pelanggaran-pelanggarannya,Daud tidak dapat berkelit untuk membela diri. Daud pun mengakui bahwa ia berdosa kepada Tuhan. Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada Tuhan." (2 Samuel 12:13a). Apa jawaban Natan? "Dan Natan berkata kepada Daud: "Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati." (ay 13b). Meskipun tetap ada konsekuensi atas dosa yang telah Daud lakukan, tapi Tuhan memberi jaminan pengampunan kepadanya ketika ia menyadari dan mengakui kesalahannya.
Maka kemudian hadirlah tulisannya di Mazmur 51. Dalam Mazmur 51 Daud menuliskan rangkaian syair nyanyian yang sangat indah akan pengakuan dosa, pertobatan dan permohonan atas pengampunan Allah. "Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!" (Mazmur 51:9). Daud menyadari bahwa Tuhan mampu mentahirkan dirinya dan membasuhnya agar bersih dari dosa-dosa dan pelanggaran yang ia perbuat, dan menjadikannya kembali putih, bahkan lebih putih dari salju. Untuk memperoleh pengampunan dan kembali memutihkan dosa-dosa kita, kita harus membasuh diri kita dengan jalan mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan, segera bertobat dan memohon pengampunan turun atas diri kita. "Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku.." (Yesaya 1:17) Dan jika kita melakukan ini, firman Tuhan berkata demikian: "..Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (ay 18).
Hari Natal dimana kita memperingati kelahiran Yesus Kristus ke dunia akan kita rayakan beberapa hari lagi. Mari kita menguduskan diri, mengakui segala dosa kita, dan mintalah agar Tuhan mengampuni serta membersihkan hati kita. Dia akan selalu memberi pengampunan, bahkan memulihkan sukacita ketika kita berbalik dari jalan-jalan yang jahat dan kembali kepada jalanNya. Tuhan sanggup memutihkan dosa yang sangat merah sekalipun untuk menjadi seputih salju. Bukan salju asli yang penting dalam menyambut Natal, tapi kekudusan kita yang seputih salju lah yang penting. Mari minta pengampunan atas segala kesalahan yang kita lakukan, and let us have a white Christmas.
Jadilah seputih salju untuk merayakan kelahiran Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Friday, December 19, 2014
The Greatest Gift of All
Ayat bacaan: 2 Korintus 9:15
=======================
"Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!"
Ketika masih kecil saya selalu senang menjelang hari Natal karena itu artinya saya sebentar lagi akan mendapatkan hadiah dari Sinterklas yang biasanya sesuai dengan keinginan saya. Baru belakangan saya tahu bahwa yang namanya Sinterklas, datang mengendarai kereta dengan rusa terbang itu hanyalah dongeng. Kado sebenarnya berasal dari ibu saya yang membeli dengan berdasarkan daftar yang sebelumnya saya buat sendiri. Tidak heran kalau kadonya tepat seperti yang saya inginkan. Bagi yang sudah lebih dewasa biasanya merayakan dengan tukar menukar hadiah, makan malam bersama keluarga besar, ada yang berlibur ke tempat wisata dan sebagainya. Meski bagi sebagian orang yang bekerja libur Natal ini hanya dijatah sehari saja kecuali bisa mengambil cuti, hari Natal tetaplah merupakan momen membahagiakan apalagi datangnya menjelang tutup tahun.
Kalau saya tanya kepada anak-anak kecil yang bersekolah minggu, hari Natal sangat menyenangkan karena selain mereka libur, kebanyakan dari mereka dilimpahi hadiah dari orang tua, kakek-nenek atau om dan tantenya masing-masing. Anak kecil mana yang tidak senang dengan hadiah? Kita yang sudah dewasa saja masih senang saat menerima bingkisan. Itu tentu wajar. Tapi jangan lupa bahwa hadiah yang sebenarnya jauh lebih penting dan akan sangat menentukan seperti apa masa depan kita kelak. Natal adalah saat dimana kita memperingati kedatangan Kristus ke dunia sebagai wujud kasih Allah yang begitu besar kepada kita, seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 3:16. That's the greatest gift of all from God to us all. There's no greater love than this. Sayangnya banyak dari kita yang malah lupa akan hal yang paling mendasar dari Natal ini lalu kemudian merayakannya hanya dengan pesta dan bertukar hadiah dalam bentuk fisik di dunia ini saja. Hadiah terbesar ini seharusnya bukan saja penting untuk kita renungkan terutama ketika di bulan Desember ini, tetapi alangkah baik pula jika kita menyampaikannya sebagai hadiah yang indah pula kepada anak-anak kita, keluarga terdekat, teman dan kerabat, bahkan apabila bisa menjangkau lebih banyak lagi orang diluar sana yang belum mengenalNya.
Apa yang dikatakan Paulus dalam ayat bacaan hari ini seharusnya bisa mengingatkan kita akan hal itu. Dalam suratnya kepada Jemaat Korintus ia menuliskan: "Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!" (2 Korintus 9:15). Yesus Kristus, itulah hadiah terindah dari Tuhan kepada kita sebagai sebuah anugerah yang tidak terkatakan besar dan indahnya. It's His indescribable, inexpressible, beyond telling Gift. Dikatakan anugerah karena itu diberikan Tuhan dan kita terima bukan atas hasil usaha atau jasa kita, tapi kita yang seharusnya tidak layak mendapatkannya tetap bisa memperolehnya. Itulah yang disebut dengan anugerah. Dan anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan dengan mengorbankan AnakNya yang tunggal Yesus Kristus jelas merupakan anugerah terbesar yang pernah ada. Jangan sampai kita lupa untuk mensyukuri apa yang dikaruniakan Tuhan ini, karena tanpa itu kita tahu bahwa hidup yang kita jalani hanya akan berakhir sia-sia tanpa jaminan apapun.
Disamping membanjiri anak dengan hadiah Natal, akan sangat baik apabila kita bisa menanamkan pengertian ini kepada mereka sejak dini agar mereka mampu menjalani hidup dengan benar. Seperti apa mereka kelak itu tergantung dari seperti apa kita mengarahkan mereka. Firman Tuhan berkata "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda." (Mazmur 127:4). Artinya, jika kita mendidik mereka sejak kecil mengenai kedisplinan, budi pekerti dan terutama pengenalan yang baik akan Yesus Kristus, maka merekapun akan tumbuh menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan, yang suatu ketika akan membuat kita bahagia melihat kesuksesan mereka. Sebaliknya apabila kita mengabaikan dan membiarkan waktu terbuang tanpa menanamkan kebenaran sampai mereka keburu dewasa, maka pada suatu ketika kita akan menyesal.
Apabila teman-teman sudah berkeluarga dan dikaruniai anak, mengapa tidak memanfaatkan waktu-waktu liburan menjelang Natal ini untuk membekali mereka dengan pengenalan yang indah akan Yesus? Ceritakanlah tentang hidup yang kekal dalam Kristus Yesus sebagai karunia Allah yang terindah, yang melepaskan kita dari maut akibat dosa (Roma 6:23). Anda bisa menceritakan bahwa Allah memberi kuasa kepada siapapun yang menerimaNya untuk menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Dan ini termasuk mereka, anak-anak kita. Dan banyak lagi hal-hal yang bisa anda bagikan kepada mereka sebagai bukti kasih Allah. Ini saatnya untuk mengingatkan mereka akan betapa besarnya kasih Allah kepada mereka. Allah memberikan hadiahnya yang terindah dan terbesar, yang tidak terkatakan itu, menjanjikan mereka sebuah hidup yang berkemenangan dengan jaminan kehidupan kekal dalam Kristus.
Berbagai kado boleh saja terasa menyenangkan dalam merayakan hari Natal Tetapi jangan lupakan untuk memberikan hadiah yang akan mampu menyertai hidup kita untuk selamanya, terlebih kepada anak-anak kita yang akan sanggup membekali mereka untuk menjadi pribadi-pribadi yang takut akan Tuhan kelak di kemudian hari. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Bulan Desember adalah bulan yang hendaknya kita pakai untuk memperbaharui komitmen dan kasih kita kepada Tuhan disertai rasa syukur, menyadari dengan sebenar-benarnya akan kasih Kristus sebagai karunia terbesar Allah yang memberi keselamatan, dan jangan lupa pula untuk membagikannya kepada anak-anak kita. God has given us the greatest Gift of all, now it's time for us to hand that Gift to our children.
Hadiah terindah Tuhan adalah keselamatan dalam Yesus Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
=======================
"Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!"
Ketika masih kecil saya selalu senang menjelang hari Natal karena itu artinya saya sebentar lagi akan mendapatkan hadiah dari Sinterklas yang biasanya sesuai dengan keinginan saya. Baru belakangan saya tahu bahwa yang namanya Sinterklas, datang mengendarai kereta dengan rusa terbang itu hanyalah dongeng. Kado sebenarnya berasal dari ibu saya yang membeli dengan berdasarkan daftar yang sebelumnya saya buat sendiri. Tidak heran kalau kadonya tepat seperti yang saya inginkan. Bagi yang sudah lebih dewasa biasanya merayakan dengan tukar menukar hadiah, makan malam bersama keluarga besar, ada yang berlibur ke tempat wisata dan sebagainya. Meski bagi sebagian orang yang bekerja libur Natal ini hanya dijatah sehari saja kecuali bisa mengambil cuti, hari Natal tetaplah merupakan momen membahagiakan apalagi datangnya menjelang tutup tahun.
Kalau saya tanya kepada anak-anak kecil yang bersekolah minggu, hari Natal sangat menyenangkan karena selain mereka libur, kebanyakan dari mereka dilimpahi hadiah dari orang tua, kakek-nenek atau om dan tantenya masing-masing. Anak kecil mana yang tidak senang dengan hadiah? Kita yang sudah dewasa saja masih senang saat menerima bingkisan. Itu tentu wajar. Tapi jangan lupa bahwa hadiah yang sebenarnya jauh lebih penting dan akan sangat menentukan seperti apa masa depan kita kelak. Natal adalah saat dimana kita memperingati kedatangan Kristus ke dunia sebagai wujud kasih Allah yang begitu besar kepada kita, seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 3:16. That's the greatest gift of all from God to us all. There's no greater love than this. Sayangnya banyak dari kita yang malah lupa akan hal yang paling mendasar dari Natal ini lalu kemudian merayakannya hanya dengan pesta dan bertukar hadiah dalam bentuk fisik di dunia ini saja. Hadiah terbesar ini seharusnya bukan saja penting untuk kita renungkan terutama ketika di bulan Desember ini, tetapi alangkah baik pula jika kita menyampaikannya sebagai hadiah yang indah pula kepada anak-anak kita, keluarga terdekat, teman dan kerabat, bahkan apabila bisa menjangkau lebih banyak lagi orang diluar sana yang belum mengenalNya.
Apa yang dikatakan Paulus dalam ayat bacaan hari ini seharusnya bisa mengingatkan kita akan hal itu. Dalam suratnya kepada Jemaat Korintus ia menuliskan: "Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!" (2 Korintus 9:15). Yesus Kristus, itulah hadiah terindah dari Tuhan kepada kita sebagai sebuah anugerah yang tidak terkatakan besar dan indahnya. It's His indescribable, inexpressible, beyond telling Gift. Dikatakan anugerah karena itu diberikan Tuhan dan kita terima bukan atas hasil usaha atau jasa kita, tapi kita yang seharusnya tidak layak mendapatkannya tetap bisa memperolehnya. Itulah yang disebut dengan anugerah. Dan anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan dengan mengorbankan AnakNya yang tunggal Yesus Kristus jelas merupakan anugerah terbesar yang pernah ada. Jangan sampai kita lupa untuk mensyukuri apa yang dikaruniakan Tuhan ini, karena tanpa itu kita tahu bahwa hidup yang kita jalani hanya akan berakhir sia-sia tanpa jaminan apapun.
Disamping membanjiri anak dengan hadiah Natal, akan sangat baik apabila kita bisa menanamkan pengertian ini kepada mereka sejak dini agar mereka mampu menjalani hidup dengan benar. Seperti apa mereka kelak itu tergantung dari seperti apa kita mengarahkan mereka. Firman Tuhan berkata "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda." (Mazmur 127:4). Artinya, jika kita mendidik mereka sejak kecil mengenai kedisplinan, budi pekerti dan terutama pengenalan yang baik akan Yesus Kristus, maka merekapun akan tumbuh menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan, yang suatu ketika akan membuat kita bahagia melihat kesuksesan mereka. Sebaliknya apabila kita mengabaikan dan membiarkan waktu terbuang tanpa menanamkan kebenaran sampai mereka keburu dewasa, maka pada suatu ketika kita akan menyesal.
Apabila teman-teman sudah berkeluarga dan dikaruniai anak, mengapa tidak memanfaatkan waktu-waktu liburan menjelang Natal ini untuk membekali mereka dengan pengenalan yang indah akan Yesus? Ceritakanlah tentang hidup yang kekal dalam Kristus Yesus sebagai karunia Allah yang terindah, yang melepaskan kita dari maut akibat dosa (Roma 6:23). Anda bisa menceritakan bahwa Allah memberi kuasa kepada siapapun yang menerimaNya untuk menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Dan ini termasuk mereka, anak-anak kita. Dan banyak lagi hal-hal yang bisa anda bagikan kepada mereka sebagai bukti kasih Allah. Ini saatnya untuk mengingatkan mereka akan betapa besarnya kasih Allah kepada mereka. Allah memberikan hadiahnya yang terindah dan terbesar, yang tidak terkatakan itu, menjanjikan mereka sebuah hidup yang berkemenangan dengan jaminan kehidupan kekal dalam Kristus.
Berbagai kado boleh saja terasa menyenangkan dalam merayakan hari Natal Tetapi jangan lupakan untuk memberikan hadiah yang akan mampu menyertai hidup kita untuk selamanya, terlebih kepada anak-anak kita yang akan sanggup membekali mereka untuk menjadi pribadi-pribadi yang takut akan Tuhan kelak di kemudian hari. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Bulan Desember adalah bulan yang hendaknya kita pakai untuk memperbaharui komitmen dan kasih kita kepada Tuhan disertai rasa syukur, menyadari dengan sebenar-benarnya akan kasih Kristus sebagai karunia terbesar Allah yang memberi keselamatan, dan jangan lupa pula untuk membagikannya kepada anak-anak kita. God has given us the greatest Gift of all, now it's time for us to hand that Gift to our children.
Hadiah terindah Tuhan adalah keselamatan dalam Yesus Kristus
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, December 18, 2014
Lalang Ditengah Gandum
Ayat bacaan: Matius 13:29-30
======================
"Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
Sudah beberapa tahun taman saya dibelakang rumah ditanami rumput. Saya sudah memilih rumput yang tidak terlalu mahal tapi tumbuhnya menjalar ke samping, bukan ke atas supaya saya tidak perlu terlalu repot memangkasnya. Tapi meski demikian, selalu saja ada rumput dan tanaman liar yang tumbuh bersama-sama dengan rumput itu. Ada yang berbentuk clover bergerombol merayap diantara rerumputan, ada yang panjang-panjang dengan akar serabut yang susah dicabut, ada juga yang sporadis terselip di sana-sini. Kalau saya tidak mencabutnya, tanaman-tanaman liar ini bisa menghambat pertumbuhan dan penyebaran rumput. Mereka menyerap nutrisi-nutrisi dari rumput untuk tetap tumbuh baik. Bahkan kalau saya sedang sangat sibuk dan tidak sempat merawatnya, tanaman liar ini bisa menguasai tempat tumbuhnya rumput. Kalau dibersihkan, tanahnya gundul sehingga saya harus menambalnya dengan rumput baru lagi. Jika anda menanam padi atau gandum, maka lalang pun akan tumbuh disana, berdampingan di tempat yang sama. Jika anda melihat secara sepintas maka anda akan melihat seolah semuanya sama saja. Tetapi jelas keduanya berbeda. Padi dan gandum itu berguna dan berharga, sementara lalang hanya akan dicabut dan dibuang atau dibakar.
Dalam menyampaikan pengajaran tentang prinsip kebenaran Kerajaan Allah Yesus sering mempergunakan perumpamaan-perumpamaan sebagai ilustrasi agar lebih mudah dimengerti. Salah satunya mengambil contoh mengenai gandum dan lalang ini. "Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya." (Matius 13:24). Yang ditabur adalah benih gandum yang baik. Itulah yang berasal dari Kerajaan Surga. Selanjutnya ini yang terjadi. "Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi." (ay 25). Jika diantara gandum itu kemudian terdapat lalang, siapa yang menabur? Alkitab mengatakan musuh, dan itu bukan berbicara mengenai orang, melainkan iblis. Iblis akan terus berusaha menabur lalang ditengah-tengah gandum. Perhatikan bahwa kedua tanaman ini tumbuh di tempat yang sama dan kelihatannya cukup sulit untuk dipilah.
Perumpamaan ini berbicara tentang orang benar dan orang fasik yang dibiarkan hidup berdampingan. Di saat gandum itu mulai berbulir, lalang pun mulai kelihatan juga (ay 26). Keduanya jelas mempunyai karakteristik berbeda tapi tumbuh berbarengan di tempat yang sama. Dalam bahasa Inggris gandum dan ilalang pun hampir sama namanya, Wheat dan Weeds. Lalu apa yang harus dilakukan terhadap lalang? Logikanya tentu dicabut. Tapi ternyata Yesus berkata: "Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu." (ay 29). Yang dikatakan Yesus selanjutnya adalah seperti ini: "Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku." (ay 30). Gandum dikumpul dan dimasukkan ke lumbung, sedangkan lalang diikat dan dibakar.
Kita kelihatannya tidak bisa meminta Tuhan agar mengangkat "lalang", sebab Tuhan memang mengizinkan lalang itu tumbuh bersama dengan kita. Suka tidak suka kita selalu akan ada benih-benih iblis yang tertabur di sekitar kita lewat berbagai bentuk. Lalu bagaimana? Yang penting adalah menjaga status kita tetap sebagai "gandum" meskipun ada ribuan lalang disekeliling kita. Bisa jadi lalang yang tumbuh lebih banyak dan lebih subur dibandingkan gandum, tetapi itu bukan masalah selama kita menyadari bahwa kita sesungguhnya berasal dari benih Kerajaan Sorga dan bukan dari si jahat. Perbuatan-perbuatan kita sebagai "gandum" haruslah tetap berguna seperti terang dan garam dan memuliakan Bapa di dalamnya. Tentu perbuatan kita itu akan mendapat reaksi dari kelompok ilalang. Petrus pun menyadari hal itu dan berkata "Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu." (1 Petrus 4:4). Sulit, itu pasti. Tetapi semua kesulitan itu memang harus kita lalui. Kita memang dibiarkan tumbuh bersama dengan lalang, tetapi perhatikanlah bahwa pada akhirnya nanti kita akan selamat ketika kita dimintai pertanggung jawaban. "Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati." (ay 5).
Ingatlah bahwa anda memiliki karakteristik sebagai gandum, bukan lalang. Gandum akan dikumpulkan ke dalam lumbung Tuhan, bahkan lebih tegas lagi lewat Filipi 3:20 kita sudah diingatkan bahwa kewargaan kita adalah di dalam surga. Jangan sampai kita berubah karakter, bukan lagi sebagai gandum tetapi malah berubah menjadi ilalang. Jika itu yang terjadi, kita tidak akan pernah sampai ke dalam lumbung Tuhan nantinya. Lalang akan diikat untuk dibakar. Pada panen besar di akhir zaman pun hal ini kembali dinyatakan. "Dan Ia, yang duduk di atas awan itu, mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi, dan bumipun dituailah." (Wahyu 14:16). Semua tuaian jelek akan berakhir ke dalam kilangan murka Allah, dimana dari kilangan itu akan mengalir darah. (ay 19-20). Peringatan yang sangat keras dan mengerikan. Kalau kita melakukan perbuatan-perbuatan seperti halnya ilalang, berarti kita menjerumuskan diri kita sendiri ke dalam kematian kekal.
Sekarang memang kita diijinkan untuk tumbuh bersama-sama. Lalang bisa jadi lebih subur, tetapi satu saat nanti pasti akan terjadi pemisahan antara gandum dan ilalang. Gandum akan masuk ke dalam lumbung Tuhan, sedangkan ilalang akan dibakar habis. Seringkali kita berada di tengah orang-orang yang mungkin setiap kali bertemu kita akan mengejek kita yang tidak mau ikut-ikutan berbuat dosa. Atau kalau tidak separah itu, kita tetap bertemu dengan orang-orang yang menggiring kita untuk berbuat dosa. Jika atasan kita menerima suap misalnya, kita pun diminta untuk ikut arus, setidaknya tidak sok jujur dan melaporkannya atau kita harus siap-siap kehilangan pekerjaan. Ketika teman-teman kita berbuat dosa, kita akan dibilang sok suci dan dikucilkan apabila kita tidak mengikuti mereka. Ini baru dua contoh dari ribuan kasus yang kita hadapi setiap hari. Menjaga hidup tetap kudus itu tidak pernah mudah. Tetapi meski sulit, pilihan tetap ada pada diri kita. Jika sekarang itu terlihat sebagai sebuah pengorbanan besar, tetaplah lakukan, karena sebuah perbedaan perlakuan secara nyata akan hadir kelak pada waktunya. Sebelum hal itu sampai, mari pastikan benar-benar bahwa kita tetap memiliki karakter gandum hingga masa tuai itu tiba.
Lalang akan tetap tumbuh bersama dengan gandum, tetapi keduanya akan berakhir di tempat yang berbeda
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
======================
"Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."
Sudah beberapa tahun taman saya dibelakang rumah ditanami rumput. Saya sudah memilih rumput yang tidak terlalu mahal tapi tumbuhnya menjalar ke samping, bukan ke atas supaya saya tidak perlu terlalu repot memangkasnya. Tapi meski demikian, selalu saja ada rumput dan tanaman liar yang tumbuh bersama-sama dengan rumput itu. Ada yang berbentuk clover bergerombol merayap diantara rerumputan, ada yang panjang-panjang dengan akar serabut yang susah dicabut, ada juga yang sporadis terselip di sana-sini. Kalau saya tidak mencabutnya, tanaman-tanaman liar ini bisa menghambat pertumbuhan dan penyebaran rumput. Mereka menyerap nutrisi-nutrisi dari rumput untuk tetap tumbuh baik. Bahkan kalau saya sedang sangat sibuk dan tidak sempat merawatnya, tanaman liar ini bisa menguasai tempat tumbuhnya rumput. Kalau dibersihkan, tanahnya gundul sehingga saya harus menambalnya dengan rumput baru lagi. Jika anda menanam padi atau gandum, maka lalang pun akan tumbuh disana, berdampingan di tempat yang sama. Jika anda melihat secara sepintas maka anda akan melihat seolah semuanya sama saja. Tetapi jelas keduanya berbeda. Padi dan gandum itu berguna dan berharga, sementara lalang hanya akan dicabut dan dibuang atau dibakar.
Dalam menyampaikan pengajaran tentang prinsip kebenaran Kerajaan Allah Yesus sering mempergunakan perumpamaan-perumpamaan sebagai ilustrasi agar lebih mudah dimengerti. Salah satunya mengambil contoh mengenai gandum dan lalang ini. "Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya." (Matius 13:24). Yang ditabur adalah benih gandum yang baik. Itulah yang berasal dari Kerajaan Surga. Selanjutnya ini yang terjadi. "Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi." (ay 25). Jika diantara gandum itu kemudian terdapat lalang, siapa yang menabur? Alkitab mengatakan musuh, dan itu bukan berbicara mengenai orang, melainkan iblis. Iblis akan terus berusaha menabur lalang ditengah-tengah gandum. Perhatikan bahwa kedua tanaman ini tumbuh di tempat yang sama dan kelihatannya cukup sulit untuk dipilah.
Perumpamaan ini berbicara tentang orang benar dan orang fasik yang dibiarkan hidup berdampingan. Di saat gandum itu mulai berbulir, lalang pun mulai kelihatan juga (ay 26). Keduanya jelas mempunyai karakteristik berbeda tapi tumbuh berbarengan di tempat yang sama. Dalam bahasa Inggris gandum dan ilalang pun hampir sama namanya, Wheat dan Weeds. Lalu apa yang harus dilakukan terhadap lalang? Logikanya tentu dicabut. Tapi ternyata Yesus berkata: "Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu." (ay 29). Yang dikatakan Yesus selanjutnya adalah seperti ini: "Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku." (ay 30). Gandum dikumpul dan dimasukkan ke lumbung, sedangkan lalang diikat dan dibakar.
Kita kelihatannya tidak bisa meminta Tuhan agar mengangkat "lalang", sebab Tuhan memang mengizinkan lalang itu tumbuh bersama dengan kita. Suka tidak suka kita selalu akan ada benih-benih iblis yang tertabur di sekitar kita lewat berbagai bentuk. Lalu bagaimana? Yang penting adalah menjaga status kita tetap sebagai "gandum" meskipun ada ribuan lalang disekeliling kita. Bisa jadi lalang yang tumbuh lebih banyak dan lebih subur dibandingkan gandum, tetapi itu bukan masalah selama kita menyadari bahwa kita sesungguhnya berasal dari benih Kerajaan Sorga dan bukan dari si jahat. Perbuatan-perbuatan kita sebagai "gandum" haruslah tetap berguna seperti terang dan garam dan memuliakan Bapa di dalamnya. Tentu perbuatan kita itu akan mendapat reaksi dari kelompok ilalang. Petrus pun menyadari hal itu dan berkata "Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu." (1 Petrus 4:4). Sulit, itu pasti. Tetapi semua kesulitan itu memang harus kita lalui. Kita memang dibiarkan tumbuh bersama dengan lalang, tetapi perhatikanlah bahwa pada akhirnya nanti kita akan selamat ketika kita dimintai pertanggung jawaban. "Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati." (ay 5).
Ingatlah bahwa anda memiliki karakteristik sebagai gandum, bukan lalang. Gandum akan dikumpulkan ke dalam lumbung Tuhan, bahkan lebih tegas lagi lewat Filipi 3:20 kita sudah diingatkan bahwa kewargaan kita adalah di dalam surga. Jangan sampai kita berubah karakter, bukan lagi sebagai gandum tetapi malah berubah menjadi ilalang. Jika itu yang terjadi, kita tidak akan pernah sampai ke dalam lumbung Tuhan nantinya. Lalang akan diikat untuk dibakar. Pada panen besar di akhir zaman pun hal ini kembali dinyatakan. "Dan Ia, yang duduk di atas awan itu, mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi, dan bumipun dituailah." (Wahyu 14:16). Semua tuaian jelek akan berakhir ke dalam kilangan murka Allah, dimana dari kilangan itu akan mengalir darah. (ay 19-20). Peringatan yang sangat keras dan mengerikan. Kalau kita melakukan perbuatan-perbuatan seperti halnya ilalang, berarti kita menjerumuskan diri kita sendiri ke dalam kematian kekal.
Sekarang memang kita diijinkan untuk tumbuh bersama-sama. Lalang bisa jadi lebih subur, tetapi satu saat nanti pasti akan terjadi pemisahan antara gandum dan ilalang. Gandum akan masuk ke dalam lumbung Tuhan, sedangkan ilalang akan dibakar habis. Seringkali kita berada di tengah orang-orang yang mungkin setiap kali bertemu kita akan mengejek kita yang tidak mau ikut-ikutan berbuat dosa. Atau kalau tidak separah itu, kita tetap bertemu dengan orang-orang yang menggiring kita untuk berbuat dosa. Jika atasan kita menerima suap misalnya, kita pun diminta untuk ikut arus, setidaknya tidak sok jujur dan melaporkannya atau kita harus siap-siap kehilangan pekerjaan. Ketika teman-teman kita berbuat dosa, kita akan dibilang sok suci dan dikucilkan apabila kita tidak mengikuti mereka. Ini baru dua contoh dari ribuan kasus yang kita hadapi setiap hari. Menjaga hidup tetap kudus itu tidak pernah mudah. Tetapi meski sulit, pilihan tetap ada pada diri kita. Jika sekarang itu terlihat sebagai sebuah pengorbanan besar, tetaplah lakukan, karena sebuah perbedaan perlakuan secara nyata akan hadir kelak pada waktunya. Sebelum hal itu sampai, mari pastikan benar-benar bahwa kita tetap memiliki karakter gandum hingga masa tuai itu tiba.
Lalang akan tetap tumbuh bersama dengan gandum, tetapi keduanya akan berakhir di tempat yang berbeda
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Wednesday, December 17, 2014
Memeriksa Diri Sendiri
Ayat bacaan: 2 Korintus 13:5
======================
"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji."
Ada seorang teman yang menyukai otomotif. Ia mengerti seluk beluk mobil dan motor secara umum dan sangat rajin memelihara kondisi kendaraan yang ia miliki. Menurutnya sebenarnya hal itu sederhana saja. Yang paling penting adalah menjaga kondisi mesin, memastikan apakah oli, minyak rem, air masih cukup atau sudah harus ditambah, apakah selang-selang tidak ada yang bocor, busi, cakram semuanya masih berfungsi baik dan lain-lain. Kendaraan yang mulai mengalami gangguan biasanya akan memunculkan gejala-gejala tertentu yang akan segera kita ketahui. Kalau gejala gangguan mulai muncul, segera bawa ke bengkel. Dengan membiarkan masalah berlarut-larut akan membuat kerusakan semakin parah, akibatnya nanti biaya yang dikeluarkan bisa jauh lebih besar.
Seperti kendaraan, tubuh kita pun sama. Untuk memastikan bahwa dirinya tetap dalam keadaan baik, ada banyak orang melakukan check up rutin. Kalau ada penyakit-penyakit serius atau yang nantinya bisa membawa resiko bagi kesehatan kita, tentu akan lebih baik apabila terdeteksi sejak dini sebelum terlambat. Itu baik dilakukan jika mampu. Tapi yang tidak kalah penting adalah keseriusan kita dalam menjaga kesehatan sendiri. Ada banyak orang yang hidup sesukanya dan baru panik saat kesehatannya terganggu akibat kebiasaan-kebiasaan buruknya, baik dari makanan, minuman dan hal-hal lain yang dimasukkan ke dalam tubuh, jam istirahat, gaya hidup dan sebagainya. Kita harus rajin memeriksa diri dan segera menindaklanjuti secara serius apabila ada hal-hal yang terasa kurang baik. Tubuh biasanya akan memberi tanda apabila ada yang salah atau terganggu, dan jika itu mulai kita rasakan, respon segera agar tidak keburu menjadi berat dan sulit untuk ditangani.
Dalam hal keimanan hal yang sama juga berlaku. Mari kita lihat apa yang dianjurkan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus. Paulus berkata seperti ini: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji." (2 Korintus 13:5). Paulus mengingatkan kita akan pentingnya memeriksa atau menguji diri sendiri, apakah kita masih berjalan sesuai Firman Tuhan, dalam kebenaran dan apakah Yesus masih tinggal dalam diri kita atau tidak. Ini adalah hal penting, karena kalau tidak maka kita akan rapuh dan mudah terganggu oleh permasalahan hidup dan mudah pula tercemar oleh dosa. Sedikit saja masalah muncul maka kita akan limbung bagai petinju yang goyah hanya dengan pukulan biasa. Daya tahan kita lemah dan kita rentan terhadap berbagai macam godaan. Intinya, kita tidak akan tahan uji atas berbagai serangan dan godaan apabila kita tidak rajin memeriksa atau menguji diri akan kondisi keimanan kita secara teratur.
Bayangkan bagaimana rawannya kelangsungan hidup kita jika kita tidak pernah memeriksa kesehatan kita, tidak pernah berolahraga tapi terus membiarkan hal-hal yang merusak kesehatan kita silih berganti masuk menghancurkan diri kita. Apalagi jika kita mengacu kepada kondisi rohani kita. Bayangkan ada berapa banyak bahaya yang tidak tersaring apabila kita tidak pernah memperhatikan dengan seksama segala sesuatu yang masuk ke dalam diri kita. Ketika kita berani menguji atau memeriksa diri sendiri kita akan bisa melihat dimana dan bagaimana tingkat keimanan kita saat ini. Itu artinya kita berani melihat segala sesuatu dari diri kita, yang baik maupun yang buruk. Itu artinya kita berani melihat kelemahan kita sendiri. Dengan mengetahui kelemahan kita, disitulah kita akan dapat mengambil langkah untuk melakukan perbaikan. Dan hasilnya jelas, kita akan lebih kuat, lebih tahan uji dibandingkan orang yang tidak pernah peduli terhadap kebugaran rohaninya sendiri.
Daud paham betul akan pentingnya memeriksa diri sendiri. Lihat bagaimana ia berani meminta Tuhan untuk menguji dan memeriksa dirinya. "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku." (Mazmur 26:2). Dalam kesempatan lain ia berkata "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (139:23-24). Kalau ia berani meminta Tuhan memeriksa dan mengujinya, tentu ia sudah rajin melakukan itu dan meminta Tuhan memastikan apakah semuanya sudah sesuai dengan keinginan Tuhan atau belum. Ada banyak ancaman dan godaan dalam hidup yang cepat atau lambat bisa membuat kita jatuh. Daya tahan kita terhadap berbagai serangan ini akan sangat tergantung dari sejauh mana tingkat keimanan kita. Apakah Yesus masih tinggal berdiam dalam diri kita atau kita sudah tidak lagi punya tempat bagi Dia karena ada banyak hal-hal dan keinginan lain yang menduduki semua ruang di hati kita, itu akan sangat menentukan bagaimana reaksi kita dalam menghadapi setiap gangguan dalam menjalani hidup, dan akan sangat menentukan hasil akhirnya juga. Oleh karena itu tetaplah rajin mengecek atau memeriksa, menguji diri sendiri secara rutin. Akan jauh lebih mudah memperbaikinya selagi masih ringan sebelum kerusakan semakin bertambah parah dan sudah terlanjur sulit untuk diperbaiki. Mari layakkan diri kita dalam menyambut kelahiran Yesus Kristus yang akan datang beberapa hari lagi.
Rajin memeriksa kerohanian akan sangat menentukan sekuat apa daya tahan kita dalam menghadapi cobaan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
======================
"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji."
Ada seorang teman yang menyukai otomotif. Ia mengerti seluk beluk mobil dan motor secara umum dan sangat rajin memelihara kondisi kendaraan yang ia miliki. Menurutnya sebenarnya hal itu sederhana saja. Yang paling penting adalah menjaga kondisi mesin, memastikan apakah oli, minyak rem, air masih cukup atau sudah harus ditambah, apakah selang-selang tidak ada yang bocor, busi, cakram semuanya masih berfungsi baik dan lain-lain. Kendaraan yang mulai mengalami gangguan biasanya akan memunculkan gejala-gejala tertentu yang akan segera kita ketahui. Kalau gejala gangguan mulai muncul, segera bawa ke bengkel. Dengan membiarkan masalah berlarut-larut akan membuat kerusakan semakin parah, akibatnya nanti biaya yang dikeluarkan bisa jauh lebih besar.
Seperti kendaraan, tubuh kita pun sama. Untuk memastikan bahwa dirinya tetap dalam keadaan baik, ada banyak orang melakukan check up rutin. Kalau ada penyakit-penyakit serius atau yang nantinya bisa membawa resiko bagi kesehatan kita, tentu akan lebih baik apabila terdeteksi sejak dini sebelum terlambat. Itu baik dilakukan jika mampu. Tapi yang tidak kalah penting adalah keseriusan kita dalam menjaga kesehatan sendiri. Ada banyak orang yang hidup sesukanya dan baru panik saat kesehatannya terganggu akibat kebiasaan-kebiasaan buruknya, baik dari makanan, minuman dan hal-hal lain yang dimasukkan ke dalam tubuh, jam istirahat, gaya hidup dan sebagainya. Kita harus rajin memeriksa diri dan segera menindaklanjuti secara serius apabila ada hal-hal yang terasa kurang baik. Tubuh biasanya akan memberi tanda apabila ada yang salah atau terganggu, dan jika itu mulai kita rasakan, respon segera agar tidak keburu menjadi berat dan sulit untuk ditangani.
Dalam hal keimanan hal yang sama juga berlaku. Mari kita lihat apa yang dianjurkan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus. Paulus berkata seperti ini: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji." (2 Korintus 13:5). Paulus mengingatkan kita akan pentingnya memeriksa atau menguji diri sendiri, apakah kita masih berjalan sesuai Firman Tuhan, dalam kebenaran dan apakah Yesus masih tinggal dalam diri kita atau tidak. Ini adalah hal penting, karena kalau tidak maka kita akan rapuh dan mudah terganggu oleh permasalahan hidup dan mudah pula tercemar oleh dosa. Sedikit saja masalah muncul maka kita akan limbung bagai petinju yang goyah hanya dengan pukulan biasa. Daya tahan kita lemah dan kita rentan terhadap berbagai macam godaan. Intinya, kita tidak akan tahan uji atas berbagai serangan dan godaan apabila kita tidak rajin memeriksa atau menguji diri akan kondisi keimanan kita secara teratur.
Bayangkan bagaimana rawannya kelangsungan hidup kita jika kita tidak pernah memeriksa kesehatan kita, tidak pernah berolahraga tapi terus membiarkan hal-hal yang merusak kesehatan kita silih berganti masuk menghancurkan diri kita. Apalagi jika kita mengacu kepada kondisi rohani kita. Bayangkan ada berapa banyak bahaya yang tidak tersaring apabila kita tidak pernah memperhatikan dengan seksama segala sesuatu yang masuk ke dalam diri kita. Ketika kita berani menguji atau memeriksa diri sendiri kita akan bisa melihat dimana dan bagaimana tingkat keimanan kita saat ini. Itu artinya kita berani melihat segala sesuatu dari diri kita, yang baik maupun yang buruk. Itu artinya kita berani melihat kelemahan kita sendiri. Dengan mengetahui kelemahan kita, disitulah kita akan dapat mengambil langkah untuk melakukan perbaikan. Dan hasilnya jelas, kita akan lebih kuat, lebih tahan uji dibandingkan orang yang tidak pernah peduli terhadap kebugaran rohaninya sendiri.
Daud paham betul akan pentingnya memeriksa diri sendiri. Lihat bagaimana ia berani meminta Tuhan untuk menguji dan memeriksa dirinya. "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku." (Mazmur 26:2). Dalam kesempatan lain ia berkata "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (139:23-24). Kalau ia berani meminta Tuhan memeriksa dan mengujinya, tentu ia sudah rajin melakukan itu dan meminta Tuhan memastikan apakah semuanya sudah sesuai dengan keinginan Tuhan atau belum. Ada banyak ancaman dan godaan dalam hidup yang cepat atau lambat bisa membuat kita jatuh. Daya tahan kita terhadap berbagai serangan ini akan sangat tergantung dari sejauh mana tingkat keimanan kita. Apakah Yesus masih tinggal berdiam dalam diri kita atau kita sudah tidak lagi punya tempat bagi Dia karena ada banyak hal-hal dan keinginan lain yang menduduki semua ruang di hati kita, itu akan sangat menentukan bagaimana reaksi kita dalam menghadapi setiap gangguan dalam menjalani hidup, dan akan sangat menentukan hasil akhirnya juga. Oleh karena itu tetaplah rajin mengecek atau memeriksa, menguji diri sendiri secara rutin. Akan jauh lebih mudah memperbaikinya selagi masih ringan sebelum kerusakan semakin bertambah parah dan sudah terlanjur sulit untuk diperbaiki. Mari layakkan diri kita dalam menyambut kelahiran Yesus Kristus yang akan datang beberapa hari lagi.
Rajin memeriksa kerohanian akan sangat menentukan sekuat apa daya tahan kita dalam menghadapi cobaan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Tuesday, December 16, 2014
Jangan Halangi Anak-Anak untuk Datang Kepada Yesus (2)
(sambungan)
Keluguan anak-anak kecil yang polos, jujur dan bisa percaya sepenuhnya ini akan selalu rawan dari serangan si jahat. Iblis dan antek-anteknya tidak akan suka melihat ada anak-anak yang tumbuh menjadi terang, bersinar sejak di usia kecilnya. Itulah sebabnya sebagai orang tua kita harus sadar akan pentingnya menanamkan Firman Tuhan dan pengenalan yang baik akan pribadi Allah lewat Yesus. Orang tua harus mampu menjadi sumber bagi mereka untuk mengenal Yesus. Itu bukan hanya tugas guru sekolah minggu saja tetapi para orang tua hendaklah berperan aktif dan nyata untuk membimbing anak-anaknya. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk itu, misalnya dengan mengambil cerita-cerita yang mencerminkan kebenaran sebelum mereka tidur, melibatkan mereka dalam membangun mesbah Tuhan dan bersama-sama memuliakan Tuhan, membiasakan mereka rajin berdoa dan sebagainya. Selain itu, apakah kita masih merasa terpaksa untuk mengantarkan mereka untuk mengenal Kristus? Semua ini penting untuk kita pikirkan agar kita tidak menyesal di kemudian hari.
Jika pada saat itu Tuhan Yesus melarang siapapun untuk menghalang-halangi anak-anak itu datang kepadaNya, hari ini pun sama. Bahkan saya yakin seandainya Tuhan Yesus ada bersama kita saat ini, Dia akan menganjurkan itu lebih dari sebelumnya. Dunia tempat kita menetap dan ingkungan sekitar dalam segala aspek kehidupan bisa setiap saat memberi pengaruh negatif dan merusak masa depan mereka.
Anak-anak kecil seharusnya disambut dan bukan dilarang untuk datang kepada Yesus. Lihat apa kata Yesus berikut ini. "Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku." (Markus 9:36-37).
Mungkin kita bukan secara sengaja menghambat atau menghalangi mereka untuk datang kepadaNya, tetapi kita harus waspada agar jangan sampai tanpa sadar kita malah menjadi tersangka utama yang menghalangi anak-anak kita sendiri untuk datang kepada Yesus. Teguran Yesus kepada orang-orang yang berbuat seperti ini sesungguhnya sangatlah keras. "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut." (Markus 9:42).
Anak-anak sesungguhnya adalah titipan atau anugerah dari Tuhan yang harus kita pertanggungjawabkan dan urus dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu urusan parenting atau mengasuh/membesarkan/mendidik anak bukanlah hal yang bisa sambil lalu saja atau tidak mendapat prioritas utama dibanding urusan lain seperti mencari uang dan sebagainya. Membekali mereka dengan pendidikan formal tentu baik, tetapi jangan lupa untuk membawa mereka mengenal Yesus sejak masa kecil mereka. Baik lewat kepedulian anda mengantarkan mereka ke sekolah minggu, menerangkan secara langsung di rumah dan yang lebih penting lagi lewat keteladanan anda sendiri yang sesuai dengan kebenaran Firman yang anda tanamkan, semua itu akan sangat menentukan siapa mereka kelak di kemudian hari. Yesus membuka tanganNya lebar-lebar dan menyambut kedatangan anak-anak kecil dengan penuh kasih. Jangan sampai kita yang malah menghalangi dan kemudian harus menerima akibatnya. Anak-anak kita butuh Yesus, sama seperti kita juga. Dan Yesus mengasihi mereka sama seperti Dia mengasihi kita.
Bawa anak-anak kita kepada Yesus sejak dini agar mereka bisa bertumbuh sesuai kebenaran Firman
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Keluguan anak-anak kecil yang polos, jujur dan bisa percaya sepenuhnya ini akan selalu rawan dari serangan si jahat. Iblis dan antek-anteknya tidak akan suka melihat ada anak-anak yang tumbuh menjadi terang, bersinar sejak di usia kecilnya. Itulah sebabnya sebagai orang tua kita harus sadar akan pentingnya menanamkan Firman Tuhan dan pengenalan yang baik akan pribadi Allah lewat Yesus. Orang tua harus mampu menjadi sumber bagi mereka untuk mengenal Yesus. Itu bukan hanya tugas guru sekolah minggu saja tetapi para orang tua hendaklah berperan aktif dan nyata untuk membimbing anak-anaknya. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk itu, misalnya dengan mengambil cerita-cerita yang mencerminkan kebenaran sebelum mereka tidur, melibatkan mereka dalam membangun mesbah Tuhan dan bersama-sama memuliakan Tuhan, membiasakan mereka rajin berdoa dan sebagainya. Selain itu, apakah kita masih merasa terpaksa untuk mengantarkan mereka untuk mengenal Kristus? Semua ini penting untuk kita pikirkan agar kita tidak menyesal di kemudian hari.
Jika pada saat itu Tuhan Yesus melarang siapapun untuk menghalang-halangi anak-anak itu datang kepadaNya, hari ini pun sama. Bahkan saya yakin seandainya Tuhan Yesus ada bersama kita saat ini, Dia akan menganjurkan itu lebih dari sebelumnya. Dunia tempat kita menetap dan ingkungan sekitar dalam segala aspek kehidupan bisa setiap saat memberi pengaruh negatif dan merusak masa depan mereka.
Anak-anak kecil seharusnya disambut dan bukan dilarang untuk datang kepada Yesus. Lihat apa kata Yesus berikut ini. "Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku." (Markus 9:36-37).
Mungkin kita bukan secara sengaja menghambat atau menghalangi mereka untuk datang kepadaNya, tetapi kita harus waspada agar jangan sampai tanpa sadar kita malah menjadi tersangka utama yang menghalangi anak-anak kita sendiri untuk datang kepada Yesus. Teguran Yesus kepada orang-orang yang berbuat seperti ini sesungguhnya sangatlah keras. "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut." (Markus 9:42).
Anak-anak sesungguhnya adalah titipan atau anugerah dari Tuhan yang harus kita pertanggungjawabkan dan urus dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu urusan parenting atau mengasuh/membesarkan/mendidik anak bukanlah hal yang bisa sambil lalu saja atau tidak mendapat prioritas utama dibanding urusan lain seperti mencari uang dan sebagainya. Membekali mereka dengan pendidikan formal tentu baik, tetapi jangan lupa untuk membawa mereka mengenal Yesus sejak masa kecil mereka. Baik lewat kepedulian anda mengantarkan mereka ke sekolah minggu, menerangkan secara langsung di rumah dan yang lebih penting lagi lewat keteladanan anda sendiri yang sesuai dengan kebenaran Firman yang anda tanamkan, semua itu akan sangat menentukan siapa mereka kelak di kemudian hari. Yesus membuka tanganNya lebar-lebar dan menyambut kedatangan anak-anak kecil dengan penuh kasih. Jangan sampai kita yang malah menghalangi dan kemudian harus menerima akibatnya. Anak-anak kita butuh Yesus, sama seperti kita juga. Dan Yesus mengasihi mereka sama seperti Dia mengasihi kita.
Bawa anak-anak kita kepada Yesus sejak dini agar mereka bisa bertumbuh sesuai kebenaran Firman
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Posts (Atom)
Kacang Lupa Kulit (4)
(sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...