Monday, October 2, 2023

Pencitraan (4)

webmaster | 9:00:00 PM | Be the first to comment!

 (sambungan)


Perilaku seperti itu dilakukan oleh orang-orang munafik, kata Yesus. Kemunafikan merupakan racun yang mematikan bagi keselamatan kita. Orang Farisi dan para ahli Taurat melakukannya. Mereka hanya sibuk memoles image tapi tidak peduli pada Tuhan. Mereka melupakan apa yang seharusnya menjadi tugas mereka, bahkan mereka tidak peka akan kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka.

Hari ini ironisnya masih banyak orang yang terjebak pada hal yang sama. Kita bisa melihat perilaku seperti ini dengan mudah di mana-mana, termasuk di kalangan orang percaya. Mereka lebih tertarik kepada tata cara dan tradisi peribadatan, lebih peduli terhadap apa kata orang, ingin selalu terlihat begitu suci di luar,tampak ramah tetapi di dalam penuh kebencian. Atau begitu mudah menghakimi orang lain karena menganggap diri paling benar dan berhak untuk itu. Apa yang mereka pertontonkan berbanding terbalik dengan kehidupan mereka yang sesungguhnya.

Apa yang dilakukan para orang Farisi di masa dulu masih dilakukan hingga hari ini. Ragi Farisi ternyata masih mengkhamirkan atau mengkontaminasi hidup dari banyak orang percaya sampai sekarang.

Jangan sampai kita lupa terhadap cara pandang Tuhan. Kalau manusia cenderung memandang tampilan luar, Tuhan justru melihat apa yang jarang dilihat orang lain, yaitu hati. Firman Tuhan berkata: "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7).

Mencari ketenaran, pamor, popularitas atau pujian di mata orang lain di muka bumi yang fana ini tidaklah penting. Perjalanan di bumi ini teramat sangat singkat jika dibandingkan dengan kekekalan yang akan kita masuki setelahnya. Apa yang kita lakukan seharusnya untuk Tuhan dan bukan untuk dipertontonkan kepada orang lain.

(Bersambung)

Sunday, October 1, 2023

Pencitraan (3)

webmaster | 9:00:00 PM | Be the first to comment!

 (sambungan)


Mereka lebih ingin menonjolkan kehidupan beragama mereka di hadapan publik, bahkan tidak segan-segan mempertontonkannya sebanyak mungkin. Berdiri di pasar-pasar dan beraksi. Mereka lebih mementingkan status dan penghormatan di mata orang. Mereka ingin terlihat paling suci, paling benar dan paling terkemuka. Tapi sebenarnya mereka tidak lagi peduli terhadap Tuhan, karena apa yang mereka butuhkan hanyalah pencitraan agar bisa memanipulasi dan mengeruk keuntungan dari masyarakat.

Yesus dengan tegas menentang hal ini. Yesus membongkar kemunafikan mereka dan mengingatkan bahwa apa yang penting sebenarnya jauh lebih besar dari pembentukan pencitraan di mata masyarakat. Bagaimana kita hidup dan sikap hati yang berkenan di hadapan Tuhan itu jauh lebih penting. Bagaimana citra kita di mata Tuhan itu sungguh jauh lebih bernilai ketimbang pencitraan di mata orang lain.

Lihat apa yang dikatakan Yesus berikut ini. "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga." (Matius 6:1). Betapa sia-sianya orang yang sibuk beribadah dan melakukan kewajiban-kewajiban agama seperti berbuat baik, membantu sesama, memberi sedekah dan lain-lain yang ditujukan hanya untuk membentuk kesan, persepsi atau citra di mata masyarakat dan hanya mengharap pujian dari orang. Yesus dengan tegas mengatakan semua itu tidak ada upahnya, alias sia-sia.

Kalau banyak orang hari ini sibuk memamerkan tampilan luarnya, Yesus berkata "Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (ay 2).

(Bersambung)

Saturday, September 30, 2023

Pencitraan (2)

webmaster | 9:00:00 PM | Be the first to comment!

 (sambungan)

Mari saya ambil satu contoh nyata. Ada teman saya yang bekerja di sebuah showroom yang pemiliknya adalah orang yang aktif dalam sebuah gereja. Ia menyandang gelar Pdm, tidak jarang pula ia tampil di mimbar. Teman saya ini bukanlah orang asing melainkan merupakan sepupu dari istrinya, artinya mereka tentu sudah lama saling kenal sebagai saudara. Tapi kelakuannya di kantor, astaga. Kasar, memaki, mengintimidasi sampai bentuk-bentuk penghinaan pun hadir dari dirinya. Bukan hanya teman saya, tapi seluruh karyawan pun sama. "Hei, elo mau pilih huruf "B" atau "T"? Cepat jawab!" Ini contohnya, yang akan ia ucapkan apabila teman saya yang ada di divisi marketing belum berhasil menjual dalam hitungan hari. "B" itu adalah bodoh, "T" adalah tolol. Bayangkan seorang Pdm berperilaku seperti ini. Tak heran kalau teman saya kemudian mengalami kepahitan bukan saja kepada bosnya yang notabene masih hubungan saudara, tapi juga pada gereja. Kenapa bisa begitu? Karena mereka berjemaat di gereja yang sama pula. Bagaimana orang dengan perilaku seperti ini bisa lolos 'screening' di gereja? Faktor politik atau nepotisme bisa jadi penyebabnya. Kalau melihat sosial medianya, wah dia orang paling bijaksana, sempurna dan paling taat di dunia. Pencitraan pun terjadi di dunia ini.

Yang bikin semakin lucu, setiap minggu ia seolah mengadakan 'fellowship' dengan karyawannya yang ia sebut sebagai waktu untuk sharing. Nanti di foto, dipajang di sosial medianya. Di saat seperti itu ia bagaikan pribadi yang berbeda. Ramah, peduli, pintar menasehati. Tapi begitu selesai, ia kembali lagi menjadi bos besar yang sangar dan kasar. Ini adalah kenyataan, karena teman saya ini bukan tipe orang yang suka bohong atau melebih-lebihkan. Ia lebih bertipe cuma mau cerita kepada orang yang ia kenal dekat dan percaya, dan nyaman. Ia saat ini ada dipersimpangan jalan. Kalau diteruskan depresinya bisa semakin parah, sedang kalau ia keluar, betapa sulitnya mencari pekerjaan di masa seperti ini apalagi usianya sudah melewati batas usia yang biasanya dibutuhkan dalam melamar pekerjaan.

Dan biasanya, orang-orang yang merasa sudah sangat rohani ini pun kerap merasa diri paling benar bahkan merasa berhak menghakimi orang lain. Betapa kecewanya Tuhan jika terus mendapati orang-orang yang seharusnya menjadi garam dan terang tapi malah jadi batu sandungan di manapun mereka berada.

Menariknya, hal seperti ini bukan cuma jadi penyakit di jaman sekarang. Tapi di jaman Yesus datang ke dunia pun hal seperti itu sudah terjadi. Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat seharusnya merupakan tokoh-tokoh agama yang jadi panutan di masa itu. Mereka mendalami betul isi kitab Taurat dan kitab-kitab nabi, hafal isinya dan seluk beluknya. Tetapi lihatlah bagaimana mereka terjebak kepada kepentingan duniawi.

(Bersambung)

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker