Monday, March 31, 2014

Pelanduk di Bukit Batu

Ayat bacaan: Amsal 30:26
===================
"pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu"

Kemarin kita sudah melihat bahwa Tuhan bisa menjadi tempat perlindungan yang sangat kokoh, yang digambarkan Daud sebagai bukit batu, kubu pertahanan, penyelamat, tempat berlindung, perisai, tanduk keselamatan dan kota benteng baik bagi dirinya maupun bagi kita semua. (Mazmur 18:3). Seperti itulah janji perlindungan Tuhan bagi kita yang percaya kepadaNya, mau mengandalkanNya dalam menghadapi segala ketidakpastian, ketidakadilan maupun kejahatan yang terus terjadi di muka bumi ini. Hari ini mari kita lihat hal ini dari sisi lain, yaitu lewat cara hidup seekor hewan kecil yang disebut pelanduk.

Pelanduk adalah sejenis hewan mamalia yang berukuran kecil. Pelanduk masih tergolong keluarga rusa, tapi ukuran pelanduk dewasa hanyalah kurang lebih sama dengan kelinci dewasa. Selain ukurannya kecil, pelanduk juga tergolong hewan lemah. Dalam habitatnya di hutan lebat, pelanduk bisa menjadi santapan empuk dari hewan-hewan lain yang lebih besar darinya. Burung elang misalnya, sering menyambar pelanduk dengan sekali terjun. Begitu pula ular dan hewan-hewan buas lainnya. Kalau begitu, bagaimana cara pelanduk mampu melindungi dirinya? Ternyata pelanduk diperlengkapi Tuhan dengan naluri untuk membuat rumahnya di bukit batu. Ya, pelanduk melindungi dirinya dari keganasan rimba dengan cara berlindung di balik bebatuan. Tanpa itu akan mustahil bagi pelanduk untuk dapat bertahan hidup. Di dalam Mazmur 104:18 ada ayat yang menyebutkan hal itu: "bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk." 

Dalam Amsal, salah satu hikmat mengenai empat hewan kecil yang berasal dari Agur adalah pelanduk. Rangkaian ayat tentang empat hewan kecil ini sungguh menarik karena menggambarkan bagaimana kecakapan beberapa spesies yang terbilang lemah. Pelanduk merupakan hewan kedua yang disebut disana, selain semut dengan etos kerjanya yang rajin, belalang yang kompak dan cicak yang keberadaannya bisa sampai diistana tanpa ada yang mau mengusik. Pelanduk dikatakan mampu bertahan hidup dengan cara membangun rumahnya di bukit batu. "pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu" (Amsal 30:26). Kalau hanya bersembunyi di semak-semak, mereka bisa menjadi target incaran favorit para pemangsa. Tapi dengan membangun rumah di bukit batu, mereka punya benteng pertahanan kokoh sehingga bisa berlindung, selamat dari incaran hewan-hewan buas.

Tidak jauh berbeda dengan pelanduk, kita manusia pun merupakan mahluk yang lemah. Terjangan masalah, badai problema hidup, kegoncangan dan pergumulan yang kita hadapi sehari-hari cepat atau lambat akan membuat kita menjadi lemah dan tidak berdaya. Ketika hal seperti itu terjadi, celah untuk masuknya dosa pun akan terbuka. Kita bisa menjadi target empuk bagi iblis untuk menancapkan kukunya, mencabik-cabik dan kemudian membinasakan kita. Hidup di dunia yang kejam dan jahat pun akan membuat kita sadar betapa lemahnya posisi kita. Selain penyesatan yang intens dari berbagai arah, orang-orang jahat pun bisa setiap saat membuat kita menjadi korban.

Jika demikian, kita bisa belajar dari kecakapan atau kebijaksanaan seekor pelanduk. Ketika pelanduk membangun rumah di bukit batu, kita bisa juga melakukan itu. Daud sudah mengatakan bahwa Tuhan adalah gunung batu dimana kita bisa mencari keselamatan dan tidak goyah.

Ini pun sejalan dengan apa yang diajarkan Yesus. Mari kita baca ayatnya. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu." (Matius 7:24-25). Itu buat orang yang mendengar dan melakukan firman Tuhan. Bagaimana kepada orang-orang yang tidak mengindahkan pentingnya mendengar dan melakukan firmanNya? Inilah yang terjadi: "Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (ay 26-27).

Ketika kita menyadari bahwa sekuat-kuatnya kita manusia, kita tetaplah manusia yang lemah, hendaknya kita mau membangun hidup kita di atas "batu". Rumah yang dibangun dengan pondasi kuat tentu tidak rubuh meski digoncang angin badai sekalipun. Sekarang mari kita fokus pada kata "batu". Dalam Perjanjian Lama dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan bukit/gunung batu itu tidak lain adalah Tuhan sendiri. "Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?" (Mazmur 18:31). Seperti yang kita lihat kemarin, Daud begitu menyadari bahwa gunung batu tempat perlindungan yang kuat dan teguh ada pada Tuhan sendiri, sehingga berulang kali ia mengingatkan kita akan keberadaan Tuhan sebagai Gunung Batu kita. Lalu dalam Perjanjian Baru kita melihat bahwa yang dimaksud dengan batu itu adalah Kristus. "dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus." (1 Korintus 10:4).

Ingatlah bahwa sekaya-kayanya, sekuat-kuatnya, sekuasa-kuasanya kita, kita tetaplah manusia yang lemah dan mudah hancur. Kekuatan dan perlindungan ada dalam Kristus. Mari kita semua mulai membangun hidup kita, keluarga kita, pekerjaan dan pelayanan kita di atas Gunung Batu, biarlah Kristus bertahta di atas segala sendi kehidupan kita, sehingga kita mampu tegar menghadapi persoalan apapun yang menimpa kita.

Belajarlah dari pelanduk yang tahu bahwa perlindungan ada pada bukit batu

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, March 30, 2014

Living in Fear

Ayat bacaan: Mazmur 18:3
========================
"Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!"

Angka kriminalitas di Indonesia pada tahun terakhir mencapai hampir 350 ribu kasus. Pada data lainnya dikatakan rata-rata dalam 1 menit setengah sekali terjadi satu kejahatan. Angka statistik yang cukup memperihatinkan tentunya. Di Amerika angkanya lebih mengerikan lagi, ada 9 juta kasus selama setahun. Ini hanyalah data yang tercatat. Jika ditotal dengan kejahatan-kejahatan lainnya yang tidak terpantau, jumlahnya bisa meningkat 2-3 kali lipat bahkan mungkin lebih. Belum termasuk demo-demo yang bersifat anarkis yang setiap harinya terjadi. Resiko kita menjadi korban kejahatan pun dengan sendirinya bertambah tinggi. Sangat memperihatinkan, terlebih kalau kita melihat bahwa ketika Tuhan menciptakan segalanya, itu Dia buat dengan perencanaan yang amat baik, dengan hasil jadi yang amat baik, dan untuk tujuan yang amat baik pula. Tetapi manusia cenderung bersifat seenaknya dan terus terjebak dalam pusaran dosa. Kejahatan, pengrusakan, degradasi moral, bahkan pemusnahan terus terjadi. God created the world for something good, but look at the way we live it. Manusia yang merusak dan tidak bertanggung jawab, manusia juga yang kena getahnya. Sulit sekali bagi kita untuk bisa merasa tenang. Setiap saat masalah bisa datang, kesenjangan sosial, instabilitas politik, kerusakan moral. Lalu apakah kita harus terus hidup ketakutan setiap saat? Do we have to live in fear?

Paragraf di atas bukan saya maksudkan untuk menakut-nakuti anda, tapi justru sebaliknya. Yang ingin saya ingatkan, jangan pernah lupa bahwa di atas segalanya ada Allah yang bisa menjadi tempat perlindungan kita. Daud menekankan bahwa keselamatan ada di tangan Allah, gunung batu kekuatan kita, tempat perlindungan kita. "Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!" (Mazmur 18:3). "The Lord is my Rock, my Fortress, and my Deliverer; my God, my keen and firm Strength in Whom I will trust and take refuge, my Shield, and the Horn of my salvation, my High Tower." Lihatlah betapa kuatnya perlindungan Tuhan atas kita. He's our Rock (bukit batu cadas buat kita), our Fortress (tempat perlindungan), our Deliverer (yang akan mengangkat dan mengantarkan kita keluar dari masalah), our keen and firm Strength (tempat perlindungan yang ampuh, kuat dan aman), in Whom I will trust and take refuge (tempat kita bisa percaya sepenuhnya dan mencari perlindungan), the Horn of our salvation (tanduk keselamatan) dan our High Tower (Menara Tinggi/Kokoh). Lihatlah betapa hebatnya janji perlindungan Allah bagi kita. "Pada Allah ada keselamatanku dan emuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah." (Mazmur 62:8).

Ada banyak lagi ayat-ayat dalam kitab Mazmur yang memberi penekanan yang sama, misalnya: "Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?" (Mazmur 18:32), "Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah" (Mazmur 62:2,62:6), "Tetapi TUHAN adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku." (94:2) dan lain-lain. Dalam Ulangan, Musa yang sudah sangat lanjut usianya mengingatkan bangsa Israel akan penyertaan Tuhan yang penuh perlindungan. "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Ulangan 31:6).

Jika anda rajin membaca firman Tuhan dalam Alkitab, anda akan menemukan begitu banyak janji Tuhan untuk melindungi kita. Teknologi canggih terbukti tidak cukup ampuh memerangi tindak kejahatan di muka bumi. Memasang alarm, memelihara selusin anjing penjaga dengan naluri membunuh, menyewa puluhan pengawal menjaga rumah atau berbagai asuransi yang anda ikuti pun  tidak juga memberi kepastian keamanan. Ketika begitu banyak alternatif keamanan lewat usaha manusia tidak mampu memberi rasa aman pada jiwa kita, jangan lupakan bahwa diatas segalanya ada Tuhan yang selalu siap memberikan perlindungan yang pasti. Hanya Dia yang sanggup memberi perlindungan pada kita dan keluarga. Janji Tuhan seperti ini: "Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka." (Mazmur 34:8), atau "Malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu;sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu." (Mazmur 91:11).

Jika anda merasa susah tidur pada malam hari dan merasa gelisah akan segala sesuatu yang mencemaskan, ingatlah bahwa Allah adalah Penjaga Israel. Dia adalah Gunung Batu yang kokoh, tempat perlindungan yang luar biasa. Karenanya kita tidak perlu takut. Serahkan dan percayakan segala kekhawatiran dalam tanganNya, dan gantikanlah segala ketakutan dengan sorak-sorai, puji-pujian dan ucapan syukur kepada Allah Sang Gunung Batu kita. "Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita." (Mazmur 95:1).

"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." (Mazmur 62:6)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, March 29, 2014

Stres?

Ayat bacaan: Mazmur 116:7
======================
"Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu."

Stres? Depresi? Itu sudah menjadi bagian hidup manusia sejak dulu, tapi tampaknya sekarang semakin berat dan semakin banyak pula orang yang terserang penyakit ini. Beban pekerjaan, krisis-krisis yang membuat kita harus berpacu seperti kuda agar bisa memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan bertambah baik dari harga maupun jumlah bisa dengan mudah membuat kita stres. Persoalan bertimbun dan tidak kunjung beres, belum selesai satu, tiga lagi sudah muncul. Orang jahat ada di mana-manamembuat jiwa kita resah. Segala ketidakpastian akan pekerjaan, kesehatan, kehidupan dan hari depan jika kita melihat kejamnya dunia bisa membuat kita gelisah. Biaya hidup melambung? Sulit keuangan? Terlilit hutang? Bingung mencukupi biaya sekolah anak? Menghadapi ujian kenaikan kelas? Skripsi agar lulus? Lantas kemana harus cari kerja? Tuntutan orang tua agar menikah? Harus cepat punya anak? Karir? Semua itu pun membuat jiwa tak tenang. Ada begitu banyak orang yang menjadi sulit tidur karena terlalu banyak pikiran. Di lain pihak, ada pula yang begitu bangun pagi sudah langsung diserang stres dan kekalutan membayangkan tumpukan pekerjaan yang harus dibereskan hari ini. Jika kita biasakan stres merajalela dalam hidup kita, hal kecil dan sepele sekalipun bisa mendatangkan kekalutan. Jika dibiarkan, stres bisa membuat kita sakit bahkan bisa membunuh dengan cepat.

Menariknya, Pengkotbah sudah menyatakan betapa pentingnya ketenangan jiwa dan pikiran dalam hidup ini. Itu bahkan jauh lebih penting dari usaha mati-matian kita untuk memenuhi segala kebutuhan hidup yang bisa malahan akan membuat semuanya sia-sia kalau dilakukan dengan jiwa yang tidak tenang. Bacalah ayat berikut ini: "Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin." (Pengkotbah 4:6). Bagaimana caranya menjaring angin? Itu akan menjadi perbuatan yang sia-sia saja. Setiap manusia, setiap saat, bisa bertemu dengan masalah. Dan itulah hidup. Tidak ada manusia yang tidak pernah kena atau bertemu masalah. Hidup tidak akan selalu mudah, justru yang sering keras dan berat. Kalau begitu, stres bisa menghampiri kita kapan saja.

Ingatlah bahwa mau stres/depresi atau tidak, itu bukan tergantung dari keadaan, situasi dan kondisi terkini, tapi merupakan pilihan yang bisa kita tentukan. Kita bisa memilih untuk memanjakan stres atau menolaknya. Itu ada di tangan kita. Amsal berkata "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia. (For as he thinketh in his heart, so is he.)" (Amsal 23:7). Apa yang kita pikirkan, itulah yang terjadi. Kita stres, maka kita stres. Kita sedih atau galau, maka demikianlah kita.

Kalau menyerah pada keadaan atau memilih untuk tersiksa oleh masalah, kita pun akan terbelenggu olehnya. Tapi jika kita memilih untuk menyerahkan segala perkara kepada Tuhan, Dia sanggup mengulurkan tanganNya, yang tidak pernah kurang panjang untuk melepaskan kita, memberi kita kekuatan, memulihkan kita, menyegarkan dan memberikan ketenangan pada jiwa kita. Rasul Paulus berkata "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13). Atau dengarlah apa kata Nahum, "TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya" (Nahum 1:7). Tidak ada satupun yang tidak bisa dilakukan Tuhan, tiada yang mustahil bagiNya. (Lukas 1:37). Jika burung pipit saja ada dalam kehendak Bapa, mengapa kita yang begitu dikasihi dan istimewa bagiNya harus kuatir? Yesus dengan tegas berkata "Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Matius 10:31).

Ada begitu banyak lagi janji perlindungan Tuhan yang siap melepaskan kita dari kesesakan dan memberikan kita kelegaan, memulihkan kelelahan jiwa kita dan kembali menyegarkannya dengan damai sukacita berlimpah. Kita bisa memilih stres, atau memilih untuk tidak tenggelam pada masalah dan penderitaan tapi memutuskan untuk memandang kepada Tuhan dalam keadaan apapun. Tuhan sudah mengingatkan kita bahwa stres atau bersukacita itu tergantung dari keputusan kita, bahkan kita bisa memerintah hati atau jiwa kita untuk kembali tenang. Pemazmur sudah menunjukkan hal itu. "Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu." (Mazmur 116:7). Dalam bahasa Inggris dikatakan "Return to your rest, O my soul, for the Lord has dealt bountifully with you." Kembalilah beristirahat hai jiwaku, karena Tuhan begitu murah hati, memberi dengan berlimpah-limpah segala sesuatunya kepadamu.

Bagaimana kita bisa mengatasi semua kekhawatiran, kegelisahan atau ketakutan yang meresahkan jiwa kita? Kita harus memiliki iman yang benar-benar kuat bertumpu pada Kristus. "Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih." (Efesus 3:16-17). Diam dan berakar disebut dengan dwell (settle down, abide, make His permanent home) dan rooted deep. Untuk memulainya, kita bisa lihat tipsnya dari kitab Roma: "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Mulailah peduli dan mendengar firman-firman Tuhan baik-baik. Jika tubuh kita butuh makan agar tetap sehat dan kuat, roh kita pun butuh makan, yang bisa diisi dengan firman-firman Tuhan yang akan mampu menenangkan jiwa kita dari apapun bentuk masalah yang membuatnya resah. Yesus berkata: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Karena itu jagalah agar jangan sampai roh kita mengalami lapar dan dahaga, mengalami kekeringan sehingga jiwa kita menjadi gampang disusupi berbagai bentuk stres, depresi dan kegelisahan lainnya yang bisa mengancam hidup kita.

Jika hari ini ada diantara teman-teman yang mulai merasa sulit tidur dan gelisah akibat beban pekerjaan atau masalah yang sepertinya tidak punya jalan keluar, merasa kosong, atau mulai kehilangan arah dan tujuan dalam hidup, merasa stres dan depresi yang tidak kunjung reda, ini tanda-tanda bahwa roh anda mulai mengalami kekeringan. Oleh karena itu, isilah dengan firman Tuhan. Berakarlah dengan kuat dalam Kristus. Tuhan sendirilah yang akan memberi solusi dan kelegaan bagi anda. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Sadarilah bahwa masalah boleh saja datang, beban boleh berat, tapi kita tidak harus kehilangan sukacita karenanya, karena kita punya Allah yang luar biasa, yang mampu melakukan apapun. Disamping itu, sadari pula bahwa Tuhan begitu mengasihi kita. Daud bisa merasakan itu dan berkata "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." (Mazmur 62:6), dan dia pun bisa memerintahkan jiwanya untuk kembali tenang, sebab Tuhan telah berbuat baik pada jiwanya. (Mazmur 116:7). Jiwa anda resah? Perintahkan segera untuk tenang sembari terus mengisi diri dengan kebenaran, karena "di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." (Yesaya 32:17). Sadari dan renungkan bahwa Tuhan itu baik, lalu ajak jiwa anda untuk kembali tenang.

Let your soul finds its rest in God

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, March 28, 2014

Kebimbangan

Ayat bacaan: Matius 14:31
=====================
"Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"

Salah satu acara yang cukup sering saya tonton di televisi cable adalah Wipeout. Acara yang sangat kocak ini menampilkan para kompetitor yang harus berjuang menghadapi banyak rintangan agar bisa keluar sebagai pemenang. Komentar-komentar lucu, tingkah dan polah kontestan yang mengundang tawa dan terutama yang paling lucu adalah ketika mereka terpeleset, terpukul atau terbentur lalu jungkir balik jatuh ke air. Seringkali yang membuat mereka gagal melewati rintangan adalah karena salah perhitungan atau ragu dalam mengambil langkah. Wipeout tidaklah membahayakan nyawa karena selain peralatannya semua dari karet, ada air (atau kadang lumpur) dibawah yang melindungi peserta dari benturan. Selain itu mereka pun dilengkapi helm, pelindung siku, lutut dan sebagainya sehingga aman bagi tubuh. Kalau anda suka main game, anda pun pasti ahu bahwa ketika hendak melangkah atau menyerang, 'timing' yang tepat sangatlah dibutuhkan. Dalam dunia nyata pun hal yang sama berlaku. Salah timing dalam permainan memang tidak apa-apa, tinggal diulang lagi. Tapi bagaimana ketika kebimbangan atau keraguan kita ternyata membawa dampak yang fatal dalam kehidupan nyata? Atau, bisakah itu terjadi? Tentu bisa. Coba bayangkan jika anda ragu ketika hendak menyeberang, antara maju dan mundur. Itu bisa sangat berbahaya. Anda akan Orang sulit untuk sukses jika anda terus melangkah disertai perasaan ragu atau bimbang. Sebelum anda bisa meyakinkan orang lain, anda harus terlebih dahulu meyakinkan diri sendiri. Pesan ini sesungguhnya penting untuk kita ingat dalam segala aspek kehidupan kita, termasuk dalam hal kerohanian.

Mengenai kebimbangan kita bisa belajar dari peristiwa yang di alami oleh Petrus dan murid-murid lainnyayang tertulis dalam Matius 14:22-33. Pada suatu malam mereka berada di tengah danau dan gelombang yang cukup parah mengombang ambingkan mereka disana. Alkitab mencatat, antara jam 3 sampai jam 6 pagi datanglah Yesus menghampiri mereka dengan cara unik yaitu berjalan di atas air. Dalam kepanikan mereka semua kaget dan ketakutan mengira bahwa yang datang itu hantu (ay 26). Rasa takut bisa membuat mata kita tidak bisa melihat jelas dan bisa mengarahkan kita pada sebuah kesimpulan atau arah yang salah. Yesus lalu menenangkan mereka. Tapi namanya sudah terlanjur takut, Petrus masih meragukan bahwa itu adalah benar-benar Yesus. "Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." (ay 28). Yesus memanggilnya, dan terjadilah sebuah peristiwa ajaib, yaitu Petrus berjalan di atas air seperti Yesus. Ia terus berjalan di atas air ke arah Yesus. (ay 29). Apa yang terjadi kemudian? Ternyata desir angin di tengah-tengah danau itu mulai membuatnya gentar. Imannya memudar, ia pun mulai ragu dan itu membuatnya mulai tenggelam. Seketika itu pula Petrus lalu berteriak minta tolong pada Yesus. Yesus menolong Petrus, tapi juga sambil menegurnya. "Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" (Matius 14:31). Lewat pertolongan Yesus, Petrus kemudian selamat, dan mereka menaiki kapal. Seketika itu pula angin reda. (ay 32).

Ini kesaksian hidup Petrus dan para murid Yesus yang bisa kita baca sampai hari ini. Lihatlah bahwa apa yang dialami Petrus pada mulanya luar biasa. Petrus sudah mengalami mukjizat yang memampukannya berjalan di atas air. Tapi ketika ia bimbang karena merasa takut, maka kegagalan pun langsung menimpanya saat itu juga. Ia pun mulai tenggelam. Padahal ia sudah mengawali dengan baik. Ini sebuah gambaran jelas bagaimana kebimbangan bisa menghancurkan kita. Seperti Petrus, kita pun bisa mengalami perkara-perkara besar dan ajaib dalam hidup kita jika iman yang kita miliki cukup mampu menimbulkan rasa percaya pada Tuhan. Tapi lihatlah ketika kita mulai tergoda akan perasaan-perasaan ragu atau bimbang, maka kita pun akan tenggelam, gagal. Iblis, bapa dari segala tipu muslihat akan dengan senang hati memanfaatkan kebimbangan manusia untuk masuk dan menghancurkan segala yang sudah dibangun dengan baik. Iblis akan selalu berusaha menghabisi iman kita dengan cara menyerang kita lewat perasaan bimbang atau ragu yang bisa timbul dari banyak hal. Keragu-raguan kita dalam melangkah akan semakin membangun ketidakpercayaan diri dan menjauhkan kita dari kepercayaan terhadap Tuhan. Ketidakpercayaan ini akan mengarah pada ketidaktaatan, dan akhirnya kita pun akan tenggelam.

Bagaimana menghindari rasa bimbang,? Adalah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. Kalau kita melakukan apa yang Dia kehendaki, Dia akan ada bersama kita karena kita berjalan sesuai rencanaNya. Amsal berkata "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Kita bisa bijaksana dan mengetahui rencana Tuhan lewat hikmat yang dimulai dari pengenalan yang baik akan Tuhan. Takut akan Tuhan, itu menjadi pembuka jalan agar kita bisa peka mengenali kehendakNya atas diri kita. Benar bahwa dalam mengarungi hidup kita senantiasa berhadapan dengan dengan ketidakpastian. Tapi ingatlah bahwa hidup yang terbaik bukanlah tergantung pada pendapat kita sendiri atau orang lain, tapi sepenuhnya tergantung pada Tuhan. Tuhan seringkali menyuruh kita melakukan hal-hal yang mungkin terdengar atau terlihat aneh, tapi jika itu yang Dia minta, mengapa kita harus ragu dalam melakukannya? Hal-hal yang tadinya aneh atau bahkan menjadi cemoohan orang bisa berubah menjadi sesuatu yang besar di tangan Tuhan. Anda berpikir bahwa apa yang ada pada diri anda saat ini tidak ada apa-apanya, sehingga tidak mungkin bisa sukses dalam hidup? Berhentilah berpikir seperti itu. Itu artinya anda belum memeriksa betul-betul apa yang Tuhan telah sediakan bagi anda sebagai sarana untuk menuai janji-janji Tuhan yang besar dan indah buat anda.

Selain daripada itu, Yakobus mengingatkan kita untuk meminta dalam iman yang teguh dimana kebimbangan tidak boleh ada didalamnya. "Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin" (Yakobus 1:6). Jangan bimbang, karena dengan kebimbangan kita tidak akan bisa memperoleh apa-apa atau malah semakin tidak jelas arah tujuannya. Percayalah sepenuhnya pada Tuhan, karena bagi diriNya tidak ada satu pun yang mustahil. Yesus berkata "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." (Markus 11:24). Percaya, itu timbul dari iman. Lalu, dari mana iman timbul? Firman Tuhan berkata "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Berjalan bersama Kristus berarti hidup bersama kasih, dan dalam kasih itu tidak ada ketakutan. "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih." (1 Yohanes 4:18). Artinya, tidak boleh ada kebimbangan dan ketakutan, karena jika demikian artinya kita belumlah sempurna di dalam kasih Kristus.

Adakah hal yang ingin anda capai saat ini? Sebuah impian yang mulai meredup karena anda ragu dalam mengambil langkah? Atau kesempatan besar yang masih belum anda ambil karena bimbang? Jangan berikan tempat bagi kebimbangan yang bisa membuat kita kehilangan janji-janji Tuhan. Alamilah terus perkara besar dalam hidup anda, hiduplah dalam kepercayaan dan ketaatan penuh dalam iman yang teguh akan Kristus.

Kebimbangan menghalangi kita untuk mengalami perkara-perkara besar bahkan bisa menenggelamkan kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, March 27, 2014

Orang Cakap di Hadapan Raja-Raja

Ayat bacaan: Amsal 22:29
===================
"Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina."

Ada banyak orang menuntut yang terbaik tapi keberatan memberi yang terbaik. Ini menjadi kebiasaan kebanyakan manusia termasuk pula di antara orang-orang percaya. Orang-orang seperti ini gemar mengisi hidup dengan keluhan, protes/komplain dan pikiran-pikiran atau kata-kata negatif. Ingin karir meningkat tapi malas-malasan, ingin gaji besar tapi kerja asal-asalan, ingin jabatan tetapi tidak memiliki track record bagus, ingin diperhatikan atau dipromosikan orang tetapi tidak satupun hasil yang bisa diandalkan. Ada memang orang-orang seperti ini yang bisa menduduki posisi-posisi tinggi, tapi itu bukanlah dari ukuran kemampuan dan kepantasan melainkan biasanya dari hubungan kolusi, koneksi atau juga lewat suap menyuap. Apa kata Alkitab akan hal ini? Siapa yang, menurut firman Tuhan, pantas untuk berdiri pada posisi-posisi tinggi?

Mari kita lanjutkan renungan kemarin yang menyarankan kita untuk belajar dari seekor cicak: "cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja." (Amsal 30:28). Cicak itu binatang lemah, tetapi ternyata keberadaannya bisa sampai ke istana, bahkan raja sekalipun tidak akan merasa perlu untuk mengusiknya. Hari ini mari kita lihat kalimat yang berasal dari hikmat Salomo yang disampaikan dalam bentuk pertanyaan "Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina." (Amsal 22:29). Perhatikan kata "cakap". Orang yang cakap, itu kata firman ini. Tuhan tidak hanya mengucapkan kata "kerja" saja, tetapi dilengkapi dengan kata "cakap". Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "dilligent and skillful", alias "rajin dan ahli." Itulah yang dimaksudkan lewat kata "cakap", dan itulah yang seharusnya menjadi gambaran dari orang-orang yang mengaku sebagai pengikutNya. Bukan setengah-setengah, bukan asal jadi dan bukan pula pas-pasan atau malas-malasan. Memberi yang terbaik dalam pekerjaan, usaha, atau belajar dan sebagainya, mengembangkan talenta, potensi, bakat dan kemampuan agar tampil menjadi orang-orang yang rajin dan ahli, alias cakap, itu merupakan sebuah keharusan.

Jika kita cakap, apa yang akan kita peroleh? Ayat di atas mengatakan bahwa kita akan berdiri di hadapan raja-raja alias di hadapan orang-orang penting, orang-orang berpengaruh, dan bukan di hadapan orang-orang biasa. Ini menegaskan bagaimana Tuhan memandang penting sebuah usaha keras yang dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh. Dia siap memberkati kita yang selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk terus meningkat naik dan bukan turun. Ini sesuai dengan apa yang dijanjikan Tuhan pula. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia." (Ulangan 28:13). Tuhan menjanjikan keberhasilan dan kemenangan. Kita didesain sebagai kepala bukan ekor, dimaksudkan untuk terus naik dan bukan turun. Ini akan kita peroleh jika kita mau mendengarkan perintah Tuhan dan melakukannya dengan setia. Bekerja secara serius dan sungguh-sungguh adalah salah satu bagian dari melakukan perintah Tuhan dengan setia, dan itu akan membuat kita memperoleh keberhasilan demi keberhasilan dalam karir, keluarga atau dalam apapun yang sedang kita lakukan.

Perumpamaan tentang talenta  dalam Matius 25:14-30 menggambarkan dengan jelas bahwa Tuhan telah melengkapi kita semua dengan modal awal. Semua itu ia titipkan kepada kita agar kita bisa melakukan segala sesuatu dengan hasil terbaik dan bukan untuk sesuatu yang asal jadi. Semua itu pada suatu ketika haruslah kita pertanggungjawabkan. Banyak tidaknya talenta itu bukan masalah sama sekali. Berapapun yang dipercayakan Tuhan kepada kita merupakan hal yang patut kita syukuri, dan kita harus sadar pula bahwa itu semua sudah lebih dari cukup untuk membuat kita bisa berhasil dalam setiap apa yang kita kerjakan. Tuhan ingin kita sukses. Untuk itu Tuhan sudah memberikan bekal buat kita. Kalau itu belum cukup, Tuhan pun sudah berjanji untuk memberkati pekerjaan kita. Bukankah itu merupakan sebuah kesatuan yang luar biasa? Dengan bekerja serius berarti kita menghargai Tuhan, sebaliknya bagaimana mungkin kita mengaku sebagai orang yang bersyukur apabila kita tidak mau serius dalam bekerja?

Ingat pula bahwa Tuhan pun sudah menegaskan kita agar bekerja serius seperti melakukannya untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Tuhan memandang penting sebuah keseriusan dari diri kita. Jika kita melakukannya dengan sebaik mungkin dan memuliakan Tuhan di dalamnya, tentu Tuhan pun tidak akan sungkan-sungkan untuk memberkati kita tepat seperti apa yang Dia rindukan. Bayangkan betapa senangnya Tuhan apabila melihat anak-anakNya menjadi orang-orang yang berpengaruh dalam bidangnya masing-masing, menjadi teladan bagi pekerja lain, jujur dan setia. Orang tua kita saja akan merasa sangat bangga, apalagi Bapa yang menciptakan dan sangat mengasihi kita.

Orang yang cakap adalah orang yang tidak menyerah, berhenti atau mundur di tengah jalan dari apa yang telah ia mulai lakukan. Orang yang cakap punya keahlian sendiri dan rajin. Orang yang cakap tidak suka malas-malasan tapi rajin dalam bekerja. Mereka cekatan, serius dan punya mental pejuang. Seorang yang cakap tidak mengeluh atas pekerjaan yang berat dan banyak tetapi melihatnya sebagai tantangan untuk meningkat, belajar dan memberi hasil terbaik. Orang yang cakap juga tidak mencari-cari alasan apabila keliru dalam melakukan sesuatu, sebaliknya mereka akan melakukan perbaikan hingga menghasilkan sesuatu secara maksimal.

Sudahkah anda memberikan performance yang terbaik dalam pekerjaan, karir, studi atau aspek-aspek lain dalam kehidupan seperti untuk keluarga misalnya? Atau sudahkah anda peduli akan pentingnya sebuah kecakapan? Maukah anda terus melatih diri agar terus meningkat? Ingatlah bahwa Tuhan akan selalu siap memperbesar kapasitas dari orang-orang yang cakap di bidangnya masing-masing. Keberhasilan merupakan bagian dari kehidupan anak-anak Tuhan, dan itu akan bisa dicapai apabila kita mau menghargai segala talenta yang diberikan Tuhan dengan sungguh-sungguh dan mempergunakannya dengan baik dalam pekerjaan kita. Ada masa depan yang indah penuh dengan keberhasilan bagi kita semua, dan itu semua akan bisa dicapai apabila kita mau mempergunakan apa yang telah diberikan tuhan sebagai sebuah keistimewaan dalam diri kita dengan serius. Biar sesulit apapun bersaing di dunia pekerjaan, bahkan ketika mencari kerja menjadi sesuatu yang sangat berat, ketika cara-cara dunia terlihat seakan menghambat orang yang berjuang dengan jujur, bersih dan sungguh-sungguh, satu hal yang tidak akan pernah bisa dipungkiri adalah bahwa orang yang cakap akan selalu berdiri di hadapan raja-raja. Buktikanlah sekarang juga.

Muliakan Tuhan dengan memberi yang terbaik dalam pekerjaan, maka anda akan berdiri dengan gagah di atas

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, March 26, 2014

Cicak di Istana Raja

Ayat bacaan: Amsal 30:28
===================
"cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja."

Apakah anda termasuk orang yang geli dengan cicak? Kebanyakan seperti itu, bahkan mungkin pula merasa jijik. Apalagi kalau cicak sampai terjatuh dan mengenai kita. Cicak adalah hewan yang sama sekali tidak berbahaya. Ia lemah, tak berdaya. Cicak tidak punya kemampuan menyerang yang mematikan. Cicak tidak punya tenaga, taring dan kuku tajam seperti singa. Cicak tidak punya bisa mematikan seperti ular, cicak tidak punya sistem pertahanan mumpuni seperti landak atau kumbang pembombardir, cicak pun tidak punya kecepatan lari/melompat seperti halnya rusa. Satu-satunya yang bisa dilakukan cicak untuk menyelematkan diri hanyalah dengan memutuskan ekornya yang akan terus menggeliat-geliat untuk mengelabuhi musuh sementara ia merayap secepat mungkin menyelamatkan diri. Sangat mudah menangkap cicak, bahkan bisa dengan tangan kosong saja, atau kalau tega, membunuhnya. Itu pun mudah. Selagi saya duduk bekerja malam ini, ada seekor cicak yang tengah mengincar mangsa tepat di dinding di depan saya. Dengan begitu sabar ia merangkak perlahan. Jika mulai mencurigakan, cicak itu berhenti dan tidak bergerak sama sekali. Begitu jaraknya memungkinkan, dengan sangat cepat ia menyergap buruannya. Begitulah cara cicak memenuhi kebutuhannya akan makanan. Satu hal yang saya perhatikan selain kesabarannya dalam mencari mangsa, cicak bisa berada dimana-mana. Di rumah anda tentu ada cicak juga. Di rumah mewah dengan pagar tinggi menjulang cicak pun mudah dijumpai, atau bahkan di istana sekalipun.

Kemarin kita melihat bahwa lewat Ayub kita diingatkan agar tidak menutup mata untuk belajar lewat hewan baik di darat, laut maupun udara. "Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan." (Ayub 12:7). Meski hewan tidak berhikmat dan berakal budi, selalu ada yang bisa kita jadikan pedoman dari hewan-hewan ini agar bisa bertumbuh lebih baik lagi. Sehubungan dengan itu, sangatlah menarik jika kita memperhatikan bahwa cicak yang lemah ini ternyata juga dijadikan Tuhan sebagai contoh yang memberi pelajaran untuk manusia.

Dalam Amsal 30, Agur bin Yake menyebutkan ada empat sosok binatang yang kecil tetapi sangat cekatan di muka bumi ini, dan salah satunya adalah cicak. Katanya: "cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja." (Amsal 28:30). Empat hewan yang sangat cekatan, atau dalam bahasa Inggrisnya disebutkan sebagai "small but exceedingly wise" alias kecil tapi sangat bijak, cicak adalah satu dari keempat hewan yang ia sebutkan. Cicak memang lemah, bahkan mudah kita tangkap dengan tangan, tetapi cicak bisa berada di istana-istana raja. Kita yang jauh lebih kuat dan besar dibanding cicak saja mungkin belum tentu bisa menginjakkan kaki di istana. Tapi cicak bisa, dan keberadaan mereka tidak akan dipermasalahkan bahkan oleh raja sekalipun. Mengapa cicak tidak harus dibunuh meski masuk ke dalam istana? Karena cicak bukanlah hewan buas yang bisa merepotkan, bukan pula tergolong serangga yang mengganggu. Kalau menyebut serangga, cicak bisa jadi lumayan berguna karena mereka memakan serangga-serangga yang merugikan seperti nyamuk misalnya. Meski lemah, ternyata cicak tidak membahayakan dan malah berguna, dan karena itu mereka bisa berkeliaran dengan bebas di dalam istana. Karenanya keberadaan cicak tidak akan diusik, bahkan oleh raja sekalipun. Dalam mencari makan,  cicak bisa begitu sabar menanti buruannya. Cicak tidak terburu-buru dalam memangsa. Mereka sangat tenang dan sabar. Dan itu juga bisa menjadi sebuah hal baik untuk kita jadikan pelajaran.

Cicak itu hewan yang lemah. Dijepret dengan karet saja sudah jatuh dan mati, kalau mau ditangkap dengan tangan pun tidak terlalu sulit. Tapi lihatlah bahwa cicak ternyata bisa berada dalam istana dan keberadaannya tidak akan diusik oleh siapapun termasuk oleh raja. Kita manusia pun merupakan mahluk yang lemah dan rentan terhadap berbagai godaan yang berujung dosa. Seringkali kita tidak menyadari bahwa kita telah diperlengkapi berbagai organ, indra dan kemampuan adaptasi oleh Tuhan dalam menjalani hidup, sehingga sebenarnya, kita mampu berbuat jauh lebih banyak dari apa yang kita pikirkan. Apalagi jika kita menyadari bahwa kita tidak sendirian. Ada Roh Allah bersama-sama dengan kita yang akan memampukan kita untuk melakukan lebih dari perkiraan kita terhadap kemampuan sendiri. Tapi sayangnya banyak orang yang lebih mudah untuk mengeluh bahkan menyesali keadaan dirinya ketimbang memikirkan hal sebaliknya: betapa Tuhan telah menyediakan segala sesuatu secara lengkap, yang cukup bagi kita untuk menghasilkan buah, bekerja buat Dia dan memuliakanNya. Dalam dunia yang begitu luas dan kejam ini kita sama lemahnya seperti cicak. Tapi dengan segala sesuatu yang ada pada kita, kita bisa berusaha untuk tampil sebagai pemenang, bahkan lebih dari pemenang, dan itulah sebenarnya yang dikehendaki Tuhan atas diri kita.

Tuhan punya rencana bagi setiap kita, masing-masing sudah dilengkapi secara khusus dan ditempatkan sesuai yang Dia kehendaki, seperti yang digambarkan Paulus dalam 1 Korintus 12:18. Untuk itu semua Tuhan telah menyediakan segalanya. Jika anda masih merasa lemah, ingat pula bahwa "Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan." (ay 22). Selemah apapun anda, anda tetap berguna bagi Tuhan dan diinginkan untuk berhasil dalam kehidupan dan dijanjikan kehidupan yang kekal dalam Kristus. Tuhan tidak pernah menginginkan kita hanya sebagai ekor, melainkan sebagai kepala. Kita diciptakan untuk tetap naik dan bukan turun. Dan ini semua bisa kita lakukan jika kita mendengar perintah Tuhan dan melakukannya dengan setia. "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia" (Ulangan 28:13). Jangan lupa juga bahwa firman Tuhan sudah menyatakan kepada kita: "Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina." (Amsal 22:29). Jika anda masih ragu akan hal ini, lihatlah bahwa cicak sudah membuktikannya. Kalau cicak bisa, seharusnya kita bisa lebih dari itu.

Belajar dari cicak, kita harus mampu memaksimalkan segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan pada hidup kita untuk menyatakan kemuliaanNya baik dalam pekerjaan maupun kehidupan kita sehari-hari. Itu semua akan membuat kita menjadi orang-orang yang cakap, dan orang  yang cakap akan selalu dicari dan bisa berdiri di hadapan raja-raja. Pergunakan segala talenta dan anugrah Tuhan untuk berbuat yang terbaik, dan tetaplah mendengar serta menjadi pelaku firman. Pergunakan semua potensi dan talenta untuk melakukan yang terbaik, sungguh-sungguh bukan setengah-setengah. Jika itu yang kita lakukan, meski kita manusia yang lemah dalam dunia yang keras, kita akan mampu tampil menjadi yang terdepan, seperti halnya cicak di istana-istana raja.

Pergunakan karunia yang diberikan Tuhan untuk tampil lebih dari pemenang

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, March 25, 2014

Belajar dari Hewan

Ayat bacaan: Ayub 12:7
===================
"Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan."

Jika anda penggemar film kartun baik yang klasik maupun lewat teknologi 3D, anda tentu sering bertemu dengan tokoh-tokoh yang mengambil sosok hewan. Hewan-hewan ini bicara seperti manusia, berpakaian sama dan bertingkah laku seperti manusia. Ada banyak pula dongeng hewan yang sangat terkenal seperti Kancil yang Mencuri Ketimun misalnya. Film-film dan dongeng yang mengambil sosok hewan sebagai tokoh biasanya mengandung pesan moral. Dengan menggunakan karakter hewan yang lucu, diharapkan bisa lebih mudah dicerna oleh anak-anak. Jika ditujukan untuk orang dewasa, maka karakter hewan biasanya bisa lebih lembut dalam menyampaikan kritik sosial atau pesan moral.

Kalau karakter hewan dipakai dalam film kartun dan dongeng, adakah yang bisa kita pelajari dari hewan-hewan dalam kehidupan nyata? Banyak yang menganggap sepele hewan karena menganggap mereka sebagai mahluk yang tidak mengerti apa-apa. Tapi sesungguhnya itu keliru. Selalu saja ada sesuatu yang bisa dipelajari dari hewan, baik perilaku, cara sosialisasi, sifat maupun kebiasaan-kebiasaannya, yang bisa membawa kebaikan bagi manusia.

Mari kita lihat apa yang tertulis dalam kitab Ayub. Disana dikatakan bahwa Allah ..."memberi kita akal budi melebihi binatang di bumi, dan hikmat melebihi burung di udara" (Ayub 35:11). Itu tentu benar. Tetapi kemudian perhatikanlah beberapa pasal sebelumnya di dalam kitab yang sama. Disana dikatakan: "Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan." (12:7). Apakah artinya itu bertentangan? Tidak. Apakah dia sinis melihat nasib yang menimpanya? Apakah dengan demikian kita harus berbicara kepada setiap binatang yang kita temui? Bukan juga demikian maksudnya. tentu tidak pula seperti itu. Apa yang diingatkan oleh Ayub adalah sebuah pesan bahwa kita bisa belajar banyak dari perilaku dan kebiasaan hewan-hewan, Benar bahwa kita dianugerahi hikmat yang tidak dimiliki oleh binatang-binatang di muka bumi ini, tetapi ada kalanya kita harus mau belajar dari mereka agar bisa lebih baik.

Apa saja yang bisa kita pelajari dari hewan? Sangat banyak. Bahkan Alkitab banyak mengingatkan kita untuk belajar dari hewan-hewan selain ayat yang tertulis pada kitab Ayub di atas. Kita bisa belajar dari sifat, kebiasaan dan cara hidup semua jenis hewan di dunia dimana beberapa diantaranya tertulis di dalam Alkitab dalam banyak kesempatan. Misalnya, lihatlah etos kerja semut, yang selalu bekerja tanpa henti, mampu mengangkat beban berat yang jauh melebihi berat tubuhnya, juga selalu mampu bekerja sama. Salomo pun menulis: "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak. biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen." (Amsal 6:6-8). Lalu, kita bisa belajar dari rajawali yang dikenal sebagai burung yang kuat. Kepak sayapnya begitu kuat untuk menembus angin dan badai hingga bisa melayang-layang di langit tinggi. Alkitab pun berulangkali memakai gambaran rajawali dalam berbagai hal, salah satunya bisa kita lihat pada Keluaran 19:4 atau ayat yang sudah sangat familiar: "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31).

Lalu domba. Domba menggambarkan hewan yang lemah tak berdaya yang selalu butuh gembala agar tidak habis dimangsa hewan-hewan buas. Karakter yang sangat mirip dengan manusia bukan? Maka Yesus pun datang untuk menebus kita, domba-domba yang hilang. (Matius 15:24). Menarik pula jika melihat bagaimana Yesus menggambarkan penghakiman terakhir ketika Dia memisahkan yang selamat dan tidak seperti memisahkan domba dan kambing. (Matius 25:31-46). Karakter singa, kambing, ular, keledai, serigala dan banyak lagi binatang lainnya juga bisa kita jumpai dalam Alkitab. Coba lihat ayat berikut: "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati." (Matius 10:16). Seperti domba diutus ke tengah serigala, kita tidak boleh terus bersikap lemah seperti domba, tetapi dituntut untuk bisa secerdik ular namun setulus merpati. Dalam Wahyu 5:5 Yesus digambarkan bagai Singa Yehuda. Amsal 30:28 mengatakan bahwa meski cicak bisa ditangkap dengan tangan tapi terdapat pula di istana raja. Ini baru sedikit dari sekian banyak ayat yang mengacu kepada pencerahan agar kita mau belajar dari hewan.

Terlepas dari hewan-hewan yang disebutkan dalam Alkitab, dalam kehidupan sehari-hari pun kita bisa belajar mengenai banyak hal dari hewan. Perilaku ikan, burung-burung, dan lainnya, baik dari apa yang kita lihat maupun dari berbagai acara di televisi, buku-buku ilmu pengetahuan yang menggambarkan kehidupan hewan, kita tetap bisa memetik pelajaran disana. Artinya, kita selalu bisa belajar baik lewat karakter, kebiasaan dan cara hidup hewan yang kita lihat sehari-hari, maupun lewat banyak hewan yang disebutkan didalam Alkitab. Tuhan bisa memakai apapun untuk menyatakan kemuliaanNya dan Dia bisa memakai apapun untuk mengajarkan kita untuk lebih baik. Semua yang Dia ciptakan tidak ada yang sifatnya kebetulan dan semua ada dalam rencanaNya untuk mendatangkan kebaikan. Bukankah Tuhan dalam menciptakan binatang-binatang di air, darat dan udara itu berkata "bahwa semuanya itu baik" (Kejadian 1:21)? Bukankah Tuhan sudah mengatakan bahwa kita harus mengelola semua yang Dia ciptakan? Hewan-hewan pun bisa Tuhan pakai untuk tujuan-tujuan pembenahan diri kita. Bukan saja semua yang Dia ciptakan itu baik, tetapi semuanya bisa membawa manfaat dan tujuan yang baik pula agar kita bisa bertumbuh lebih baik lagi dari hari ke hari. Kita memang dijadikan berakal budi melebihi hewan, namun jangan tutup mata untuk belajar dari hewan-hewan ini, karena ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik dari mereka.

Tidak ada batas dalam belajar, termasuk lewat hewan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, March 24, 2014

Keberadaan Tuhan Nyata dari KebaikanNya

Ayat bacaan: Mazmur 34:9
=====================
"Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!"

Ada seorang teman yang baru saja menceritakan pengalaman hidupnya yang menurutnya penuh dengan campur tangan Tuhan. Ia berkali-kali berada dalam situasi kritis seperti ketika sakit, mengalami tabrakan di jalan raya maupun saat dalam pesawat terbang yang tengah mengalami masalah, tetapi campur tangan Tuhan menyelamatkannya. Ia berkata bahwa ada saat-saat dimana ia menderita, yang bagi sebagian orang akan dianggap sebagai ketidak-acuhan atau cueknya Tuhan terhadap mereka, tapi menurut teman saya lewat penderitaan itu ia ternyata belajar banyak hal. Singkatnya, ia berkata bahwa sulit baginya untuk mengerti bahwa ada orang-orang yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Kalau memandang ciptaan Tuhan yang ada disekeliling kita setiap saat masih luput dari perhatian, menurutnya hanya dengan sedikit perenungan setiap hari saja kita sudah bisa merasakan bahwa keberadaan Tuhan itu nyata dan jelas, bisa dirasakan. "Tuhan itu sungguh baik, dan Dia ada bersama dengan saya setiap hari." demikian ujarnya.

Perhatikanlah kondisi negeri ini yang carut marut tak menentu. Begitu banyak yang korupsi, begitu banyak yang mengorbankan bangsa yang berdiam didalamnya demi kepentingan sesaat mereka. Secara logika, ketika lembaga-lembaga yang seharusnya mengawasi keadilan saja sudah ikut tidak adil, negara ini sudah selesai dari dulu. Tetapi lihatlah bahwa kita masih tetap bisa hidup dan berusaha, jika kita masih baik-baik saja, itu tentu akibat pertolongan Tuhan. Itu adalah bukti keberadaan dan kebaikan Tuhan yang tetap melindungi umatNya, termasuk membuat negara ini bisa tetap berdiri lewat doa anak-anakNya.

Seringkali kita hanya memperhatikan kesulitan sehingga lupa kepada kebaikan Tuhan. Kita terus mengeluh terhadap situasi sulit, hanya fokus pada itu dan lupa mengarahkan pandangan kepada Tuhan, sehingga kita melupakan segala kebaikan dan penyertaanNya. Jangankan kebaikanNya, keberadaanNya pun masih saja ada yang menyangkal hingga saat ini. Hal ini disadari oleh Daud, raja Israel yang sama seperti kita juga, sama-sama manusia yang juga punya masalahnya sendiri. Meski terus menerus berada dalam situasi sulit, Daud tidak melupakan kebaikan Tuhan yang pernah ada dalam hidupnya. Daud bahkan masih merasakannya meski sedang berada dalam situasi sulit. Mazmur 34 ia tulis bukan ketika ia sedang dalam keadaan baik. Tapi lihatlah apa yang ia katakan: "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8). Taste and see. Itu melibatkan dua panca indera yang bisa merasakan sesuatu secara nyata, bukan hanya sebatas wacana atau impian saja. Dan itu memang bisa kita pakai untuk merasakan betapa baiknya Tuhan itu. Sepanjang Mazmur 34 kita bisa melihat bagaimana mata Daud memandang kebaikan Tuhan. Disaat kita mencari Tuhan, Dia menjawab dan melepaskan dari ketakutan (ay 4), ketika kita berseru Dia mendengar dan menyelamatkan kita (ay 7,18), Tuhan berjanji tidak akan membiarkan orang-orang yang hormat kepadaNya berkekurangan (ay 10-11), Dia dekat dengan orang-orang yang patah hati dan remuk jiwanya (ay 19), Dia membebaskan jiwa hamba-hambaNya, dan membebaskan orang yang berlindung kepadaNya dari hukuman. (ay 23). Semua ini merupakan bukti kebaikan dan tentu saja keberadaan Tuhan yang begitu nyata yang seharusnya kita sadari meski mungkin saat ini situasi sepertinya masih terasa kurang kondusif.

Kebaikan Tuhan seringkali menguap karena kita terlalu fokus terhadap permasalahan-permasalahan hidup, situasi, kondisi sekitar kita dan kesulitan-kesulitan yang kita dapati. Saatnya bagi kita untuk mengambil waktu sejenak, merenungkan, meresapi, mengecap dan merasakan kebaikan Tuhan yang sesungguhnya tetap ada menyertai kita dalam kondisi seperti apapun. Seperti apapun situasinya, percayalah bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan anak-anakNya sendirian. Kebaikan dan kasih Tuhan itu nyata dalam segala kondisi, begitu pula dengan keberadaanNya. Satu hal yang pasti, keberadaan Tuhan bisa dengan nyata kita rasakan dari kebaikanNya. Kecap dan lihatlah, rasakan sendiri kebaikan Tuhan dalam hidup anda.

Tuhan itu ada, dan bisa dirasakan lewat kasih dan kebaikanNya di tengah segala kondisi

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, March 23, 2014

Keberadaan Tuhan dari Keunikan CiptaanNya

Ayat bacaan: 1 Korintus 12:6
========================
"...tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang."

Dahulu di televisi ada sebuah program mirip artis yang lumayan populer. Orang-orang yang berwajah mirip tampil dalam tiap episode dan tentunya mengundang tawa kita sebagai pemirsa. Kalau kita lihat di televisi hari ini, ada wajah-wajah yang mirip presiden Amerika Serikat dan gubernur Jakarta yang tampil membintangi iklan atau dijadikan bintang komedi dalam beberapa acara. Mirip memang, tapi jelas tidak sama. Kita tahu bahwa mereka adalah orang lain yang kebetulan punya wajah hampir sama. Tapi adakah orang yang benar-benar 100% persis sama? Bahkan saudara kembar sekalipun ada saja perbedaannya. Berapa banyak penduduk dunia saat ini? Dan berapa jumlah total manusia sejak masa penciptaan pertama kali?

Adakah yang pernah persis sama dari ujung rambut sampai ujung kaki? Tidak. Semua dengan keistimewaannya sendiri, semua dengan keunikannya sendiri. Wajah dan postur berbeda, sifat, hobi serta kemampuan atau talentanya pun beda-beda. Bagaimana mungkin jumlah tak terhingga dari manusia dari dahulu kala sampai hari ini tidak satupun ada yang sama? Keragaman yang luar biasa menunjukkan Tuhan sebagai pencipta terbesar dengan kreativitas tak terbatas yang tidak akan pernah bisa disamai siapapun. Semua Dia ciptakan dengan variasi tersendiri yang sulit ditangkap nalar atau logika kita yang terbatas. Itu baru manusia. Bagaimana dengan tumbuhan/tanaman, hewan bahkan isi alam semesta yang luasnya belum juga sanggup diukur manusia sampai hari ini? Kebesaran Tuhan tampil secara nyata dari segala sesuatu yang kita lihat dalam hidup sehari-hari. Dengan kata lain, kebesaranNya akan sangat jelas bisa kita lihat dari ciptaanNya.

Kita tidak perlu berpikir terlalu jauh mengenai eksistensi Tuhan dan kebaikan serta kasihNya, karena hanya dengan memandang sekeliling kita saja, atau bahkan dengan menutup mata dan menghirup udara saja kita sudah bisa menemukan kebesaran Tuhan secara jelas dan nyata dalam hidup ini. Daud banyak menuliskan perenungannya akan kebesaran dan kemuliaan Tuhan dengan menikmati segala keindahan alam semesta yang telah Dia sediakan sejak semula. "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya." (Mazmur 19:2). Dalam Mazmur 104 kita bisa kembali menyaksikan bagaimana puitisnya Daud dalam melukiskan alam semesta dan kehidupan yang berjalan di dalamnya. Tuhan berkata bahwa segala yang Dia ciptakan itu bukan sekedar baik, tetapi "sungguh amat baik" (Kejadian 1:31). Ditengah pengrusakan alam yang dilakukan banyak orang yang tidak bertanggung jawab hari ini, kita tetap masih bisa menyaksikan banyak bagian yang menyimpan keagungan karya Tuhan yang begitu indahnya.

Kembali kepada keragaman manusia, perhatikanlah bahwa setiap orang Dia ciptakan dengan keunikan tersendiri. Bukan cuma wajah, postur dan ciri-ciri fisik saja, tetapi juga sifat, cara berjalan, suara, gaya dan lain-lain semuanya beda. Semuanya Dia ciptakan secara khusus atau istimewa bagi masing-masing orang, handcrafted by Himself with His signature being stamped on it. Dalam hal kita sebagai bagian dari tubuh Kristus, kita pun bisa melihat bahwa Tuhan menyediakan karunia  yang berbeda-beda bagi setiap orang. Itu bukanlah dimaksudkan untuk membuat orang ada yang lebih dan ada  yang kurang, tetapi sesungguhnya ada kandungan pesan yang sangat mulia di dalamnya, yakni agar kita bisa bekerjasama untuk kepentingan pekerjaan Tuhan. Paulus menyatakannya dalam surat 1 Korintus: "Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan." (1 Korintus 12:4-5). Selanjutnya ia berkata "Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang." (ay 6). Karunia berbeda-beda diberikan kepada kita, panggilan berbeda-beda, tetapi semua itu tetaplah berasal dari satu Tuhan. It is the same God who inspires and energizes them all, in all. 

Semua keunikan ciptaan Tuhan menunjukkan eksistensi atau keberadaanNya secara nyata. Jika kita masih menyangkal keberadaan Tuhan, baik secara nyata atau masih meragukan itu dalam hati, itu sama saja dengan menutup mata dari semua yang ada disekitar kita sejak kita lahir sampai hari ini. Dan ingatlah bahwa tidak akan pernah ada cukup alasan yang bisa membenarkan kita hidup dengan kebencian. Hidup dengan sikap memusuhi, menghakimi atau menghina dan merendahkan saudara-saudara kita sendiri adalah sama artinya dengan menghina karya Tuhan sendiri. Mengapa? Karena jelas dikatakan bahwa segala perbedaan itu tetaplah berasal dari Tuhan yang sama, dimana semuanya Dia buat secara khusus dengan tanganNya sendiri. Jika pelukis sering membubuhkan tanda tangannya pada lukisannya, tanda tangan Tuhan tertera dalam semua yang Dia ciptakan. Menyadari hal itu, marilah kita menjaga baik-baik segala yang telah Dia percayakan kepada kita, dan marilah singkirkan permusuhan dan kebencian. Bekerjasamalah dengan kerukunan dengan saudara-saudara kita lainnya tanpa melihat latar belakangnya. Berkati semua orang tanpa terkecuali, dan doakan mereka. Dengan demikian kita akan menjadi orang-orang yang menghargai betul kebesaran dan keagungan Tuhan dan bisa memuliakanNya dalam segala yang kita lakukan.

Tuhan yang sama mengerjakan segala keistimewaan yang ada pada semua orang tanpa terkecuali

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, March 22, 2014

Tidak ada Allah? (2)

(sambungan)

Pada kenyataannya kita masih suka berkompromi dengan dosa. Kita mengira bahwa dosa kecil itu tidak masalah. Sedikit melakukan kecurangan itu tidak menjadi soal. Membunuh, mencuri, itu memang dosa. Tapi menyontek atau sedikit melakukan mark-up di pekerjaan itu wajar.Meminta lebih dari kebutuhan dengan alasan yang palsu itu lumrah. Melakukan kecurangan-kecurangan itu manusiawi, toh semua orang juga demikian.  Dalih uang rokok, uang jerih payah, uang pengganti lelah, itu menjadi pembenaran atas perlakuan curang. Gosip sedikit itu biasa. Bukankah banyak orang percaya yang masih memiliki pola pikir seperti itu? Padahal semua itu jelas-jelas tergolong mengabaikan juga melanggar perintah Tuhan. Itu bukanlah gambaran hidup sebagai orang yang benar. Sekecil apapun itu, dosa tetaplah dosa yang harus dipertanggungjawabkan pada waktunya nanti di hadapan Tuhan. Mulut kita mungkin mengakui Tuhan ada, tapi perbuatan, perilaku kita dalam hidup belum tentu menyatakan hal yang sama. Lewat perbuatan-perbuatan kita yang bertoleransi dengan dosa, kita tanpa sadar sudah menyatakan ketidakpedulian kita terhadap keberadaan Allah yang mampu melihat segalanya. Bukankah dengan tindakan-tindakan seperti itu kita sebenarnya sedang berkata dalam hati kita bahwa Tuhan itu tidak ada? Maka ayat bacaan ini pun bisa mengenai diri kita, orang-orang percaya yang masih terus berbuat pelanggaran atas ketetapan-ketetapan Tuhan.

Daud menggambarkan perbuatan seperti ini dengan sangat keras. "Busuk dan jijik perbuatan mereka." Menjijikkan dan penuh kebusukan. Sadar atau tidak, semakin jauh orang bertindak seperti itu, semakin busuk dan menjijikkan pula dirinya. Dosa dalam ukuran apapun akan semakin menjauhkan kita dari Tuhan yang kudus. Yesus pernah menegur orang-orang Farisi yang munafik. Berpenampilan rohani, hafal Taurat Tuhan, tapi perilakunya sama sekali tidak mencerminkan diri mereka sebagai duta-duta Allah di dunia ini. "Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku." (Markus 7:6). Apa yang dikatakan Yesus mengacu kepada nubuat nabi Yesaya yang mengatakan "Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan" (Yesaya 29:13). Perilaku seperti ini akan mendapat ganjarannya sendiri, seperti apa yang bisa kita lihat pada ayat selanjutnya. "maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." (ay 14).Kata 'keajaiban yang menakjubkan' disini bukanlah berbicara dalam arti positif, tapi bermakna negatif. Kehancuran dan kebinasaan akan menimpa orang-orang munafik yang perkataannya tidak sejalan dengan tindakan.

Sekecil apapun dosa itu, kita tidak boleh memberi toleransi kalau memang kita mengakui bahwa Tuhan itu ada. Yakobus mengatakan "Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya." (Yakobus 2:10). Kita harus mampu menjaga diri kita dengan sebaik-baiknya, terus berusaha untuk lebih taat lagi agar mampu hidup sebagai orang-orang kudus. Bukan cuma dari perkataan dann penampilan tapi terlebih dari perbuatan kita. Karena seperti apa cara kita hidup akan menyatakan sejauh mana kita percaya kepada Tuhan. Bahkan firman Tuhan berkata demikian: "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Tubuh kita yang tetap dijaga kekudusannya, tetap berjalan sesuai firman Tuhan, itulah yang merupakan persembahan yang hidup, kudus dan berkenan dihadapanNya. Dan itulah ibadah yang sejati. Bukan hafalan, bukan lips service, sebatas di bibir saja dan bukan pula tergantung atribut yang kita pakai. Mudah bagi kita untuk berkata bahwa Tuhan itu ada, tapi tidak segampang itu untuk menyatakannya lewat perbuatan. Mari kita mulai menjaga perbuatan-perbuatan dan tingkah laku kita, agar setiap langkah yang kita buat akan menyatakan keberadaan Allah.

Nyatakan keberadaan Allah bukan hanya sebatas ucapan, tapi juga lewat tindakan dan perbuatan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, March 21, 2014

Tidak ada Allah? (1)

Ayat bacaan: Mazmur 14:1
=====================
"Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik."

Kalau melihat kecenderungan para pejabat negara dari tingkat atas sampai yang terendah untuk melakukan kecurangan dengan korupsi, penyelewengan dana, penipuan dan lain-lain, kita tentu merasa miris. Yang lebih bikin geleng kepala, diantara mereka bahkan ada banyak yang sudah berumur dan seharusnya menikmati masa senja bersama anak dan cucu. Tapi kok masih saja korupsi? Lucunya, para pelaku korupsi ini akan memakai atribut-atribut agama pada saat persidangan, mengira bahwa semua itu bisa meringankan hukuman di persidangan. Mereka kerap tampil tanpa dosa, bahkan ada yang seolah superstar melambaikan tangan atau mengacungkan tanda 'victory' ke para wartawan. Memakai atribut-atribut seperti itu menunjukkan bahwa mereka percaya bahwa Tuhan ada. Kalau memang percaya, kenapa masih berani melakukan perbuatan curang yang merugikan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara?

Ayat bacaan hari diambil dari Daud dalam kitab Mazmur. "Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah". Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik." (Mazmur 14:1). "THE [empty-headed] fool has said in his heart, There is no God. They are corrupt, they have done abominable deeds; there is none that does good or right." Kepada siapa ayat ini ditujukan? Apakah hanya kepada orang-orang yang tidak percaya Tuhan itu ada? Kepada orang yang tidak percaya? Bagaimana jika saya katakan bahwa ayat ini bisa kena pada orang-orang yang percaya dan mengakui keberadaan Tuhan termasuk kita juga? Banyak dari kita tidak pernah bermimpi bahwa ayat ini dapat mengenai kita, karena bukankah kita mengakui bahwa Tuhan ada? Kita beribadah, bahkan memakai atribut-atribut yang menunjukkan kepada siapa kita beriman. Jika ditanya apakah Tuhan ada atau tidak, tentu kita akan dengan cepat berkata bahwa Tuhan itu ada. Tapi mari kita berpikir sekali lagi. Memang benar dari mulut kita, ucapan bahwa Tuhan ada bisa keluar. Kita tidak akan pernah berkata bahwa Tuhan tidak ada. Tapi bagaimana dengan tindakan kita?

Dalam Mazmur 14 Daud menyoroti kebebalan manusia. Setelah memulai dengan menunjukkan kebiasaan orang bebal yang dalam hatinya berkata "tidak ada Allah", ia melanjutkan dengan serangkaian kalimat lain. "TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak." (ay 2-3). Perhatikan bahwa Daud bukan berkata bahwa orang-orang bebal ini secara terang-terangan berkata bahwa Tuhan itu tidak ada, tetapi mengatakan itu 'dalam hati'. Ini artinya sikap orang-orang yang digambarkan sebagai bebal bukanlah yang tidak mengakui keberadaan Tuhan tetapi merupakan orang-orang yang mulutnya mengaku, penampilannya pun menunjukkan itu, tetapi perbuatan dan tindakannya sama sekali tidak menunjukkan mereka sebagai orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada. Sebab kalau memang mereka menyadari itu, tidakkah seharusnya mereka takut akan penghakiman Tuhan kelak?

Selanjutnya Daud berkata: "Tidak sadarkah semua orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umat-Ku seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada TUHAN?" (ay 4). Tidakkah orang-orang yang menyeleweng dan bejat ini sadar kalau perbuatan mereka itu merampas hak dari umatnya Tuhan? Dan "Di sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, sebab Allah menyertai angkatan yang benar." (ay 5). Orang-orang jahat ini akan ketakutan, dreading in dread, living in fear, karena Tuhan akan menyertai dan melindungi orang-orang benar yang taat kepadaNya. Sementara di dunia para orang jahat ini sepertinya bisa lepas dari jerat hukum dan tertawa-tawa, mengolok orang yang tertindas, tapi jangan lupa bahwa Tuhan adalah tempat perlindungan dari orang yang taat (ay 6).

(bersambung)

Thursday, March 20, 2014

Tuhan itu Ada (2)

(sambungan)

Kemudian lihatlah bagaimana cara hidup kebanyakan orang-orang yang tidak mengakui keberadaan Allah. Dalam Mazmur dikatakan: "Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik." (Mazmur 14:1). Orang yang tidak mengakui keberadaan Allah seringkali merasa boleh melakukan segalanya sekehendak hatinya karena merasa tidak ada konsekuensi yang harus ditanggung dan tidak ada yang mengawasi. Di sisi lain banyak pula yang berdalih demikian agar bisa bertindak seenaknya. Yang pasti, dengan segala bukti yang ada di depan mata, hanya orang bebal lah yang bisa berkata bahwa tidak ada Allah, dan tidak ada dari mereka yang berbuat baik, bahkan dengan keras dikatakan busuk dan jijik perbuatan mereka. Menjijikkan dan penuh kebusukan. Seperti itulah Daud mengaitkan perilaku seperti itu. Sadar atau tidak, semakin jauh orang bertindak seperti itu, semakin busuk dan menjijikkan pula dirinya. Tidak peduli kecil atau besar, dosa tetaplah dosa yang akan menjauhkan kita dari Tuhan yang kudus.

Penulis Ibrani mengatakan "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." (Ibrani 11:6). Benar, kita memang memerlukan sebentuk iman yang memampukan kita untuk percaya bahwa Tuhan itu ada, dan Tuhan menyediakan kasih setia dan berkat-berkatNya yang melimpah kepada semua orang yang sungguh-sungguh mencari Dia, tanpa terkecuali. Tuhan Yesus berkata: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Matius 7:7-8).

Apa yang menjadi permasalahan bukanlah ada atau tidaknya Tuhan, karena Dia jelas ada. Tapi yang jadi masalah justru orang yang tidak mau datang kepadaNya, tidak mau mencariNya. Tuhan ada, dan segala solusi atas permasalahan kita pun ada padaNya. Siapa yang bisa merasakan keberadaan Tuhan dalam hidupnya adalah orang-orang yang mau datang kepadaNya dan meminta Tuhan untuk terlibat secara langsung dalam segala aspek kehidupan mereka. Tuhan menginginkan hubungan yang seperti itu dengan kita. Dia rindu untuk menyatakan keberadaanNya, dan membuktikan bagaimana indahnya hidup dalam penyertaanNya. "Allah memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia, untuk melihat apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah." (Mazmur 53:3). Oleh karena itu, datanglah kepadaNya hari ini juga dan alami langsung betapa Tuhan itu ada dan kasihNya tidak terbatas bagi kita.

Tuhan ada bagi setiap orang yang mencariNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, March 19, 2014

Tuhan itu Ada (1)

Ayat bacaan: Ibrani 11:6
=====================
"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia."

Ada seorang pelanggan datang ke sebuah salon untuk mencukur rambutnya. Saat tukang cukur mulai bekerja, mereka pun terlibat dalam perbincangan. Tukang cukur berkata: "Saya tidak percaya bahwa Tuhan itu benar-benar ada." Si Pelanggan lantas kaget dan berkata: "Kenapa anda bilang begitu?" Tukan cukur itu kemudian menjawab: "Begini. Kalau Tuhan memang ada, kenapa ada yang menderita, sakit, terlantar dan melarat? Kalau benar Tuhan ada, seharusnya dan pastinya tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi." balas si tukang cukur. Pelanggannya hanya diam, karena ia berpikir tidak ada gunanya mendebat tanpa ada argumen yang kuat. Akhirnya si tukang cukur pun menyelesaikan tugasnya, dan pelanggan pun pergi meninggalkan salon.

Begitu keluar, ia melihat seorang gelandangan dengan rambut panjang yang penuh dengan kotoran melengket dimana-mana. Melihat gelandangan itu, si pelanggan seperti mendapat pencerahan dan ia segera kembali masuk ke salon menemui si tukang cukurnya tadi. Begitu bertemu, ia langsung berkata: "Tahukah anda, sebenarnya tukang cukur itu tidak ada." Tukang cukur pun kaget dan berkata "Bagaimana anda bisa berkata seperti itu? Bukankah saya baru saja mencukur rambut anda?" Pelanggan itu menjawab: "Tidak. Tukang cukur memang tidak ada. Sebab jika ada, maka tidak akan ada orang dengan rambut acak-acakan, kotor, jorok, tidak terawat seperti gelandangan di luar itu." Tidak terima dengan argumen si pelanggan, ia membalas: "Tetap saja tukang cukur itu ada! Jika ada orang seperti gelandangan yang jorok dan tidak terawat itu, itu jelas salah mereka sendiri. Mengapa mereka tidak datang kepada tukang cukur seperti saya untuk minta dicukur?" Dan si pelanggan pun tersenyum dan mengatakan "Benar. Tepat sekali."

Anekdot ini punya pesan yang bagus. Kisah tukang cukur dan pelanggannya ini merefleksikan bagaimana pemikiran banyak orang mengenai keberadaan dan kepedulian Tuhan. Saya sudah bertemu dengan banyak orang yang skeptis mengenai keberadaan Tuhan, dan tentu anda pun pernah bertemu dengan orang-orang yang berpikiran seperti itu. Ada yang tidak percaya sama sekali bahwa Tuhan itu ada, ada yang ragu-ragu, ada yang sebenarnya percaya Tuhan ada tetapi mengira bahwa Tuhan bersikap tidak acuh atau tidak peduli, ada pula yang berpikir bahwa perhatian Tuhan terlalu tinggi untuk diraih dan Tuhan itu senang pilih kasih. Dari pengalaman saya, kebanyakan orang-orang yang berpikiran seperti ini adalah orang yang sudah mapan, sukses dan merasa semua itu murni hasil usahanya semata, atau di sisi lain, orang-orang yang pernah mengalami kekecewaan dalam hidupnya. Sebelum bertobat saya berpikiran bahwa semua yang saya peroleh adalah hasil jerih payah dan perjuangan saya sendiri. Keberhasilan memang pernah saya raih, tapi umurnya tidaklah lama dan pada akhirnya hilang tak berbekas. Hari ini saya tahu bahwa kasih Allah itu sungguh sangat besar adanya, dan Dia sungguh ada. Dia ada, Dia mengasihi kita, dan Dia peduli. Setiap hari saya merasakan kehadiranNya secara nyata, mendengar suaraNya dalam menjawab berbagai hal baik mengenai apa yang saya hadapi maupun dalam melayani orang lain, termasuk dalam menulis renungan buat teman-teman setiap harinya. Hari ini jika kita bisa hidup dengan sukacita, merasakan hadirat Allah yang begitu indah, mendapat jaminan keselamatan sepenuhnya, semua itu adalah bukti keberadaan Allah dan besarnya kasihNya yang dianugerahkan lewat Yesus Kristus.

Ketika tukang cukur menolak percaya bahwa Tuhan itu ada karena masih melihat penderitaan dan kemalangan yang dialami manusia, si pelanggan dengan pintar memberi ilustrasi sederhana bahwa keberadaan tukang cukur tidak serta merta menjamin semua manusia di dunia ini akan punya potongan rambut rapi. Tukang cukur jelas ada, tapi rapi tidaknya rambut tergantung dari apakah si pemilik rambut mau merapikan rambutnya atau tidak. And that's the point. Tuhan itu ada. Dengan sangat tegas Tuhan sudah menyatakan keberadaanNya kepada bangsa Israel lewat Musa. "Kata Allah, "Aku adalah AKU ADA." (Keluaran 3:14 BIS) He does exist! Contoh paling sederhana bisa kita lihat dari segala sesuatu yang ada di sekeliling kita. All the wonderful creations around us, things that are even too wonderful, are the undisputed prove of God's existance, including ourselves. Jika kita membaca rincian dalam Ayub 37 dan 38, kita akan melihat bagaimana peran Tuhan mengatur alam dengan segala kemegahannya. Daud pun mengatakan hal yang sama dalam Mazmur 104. Paulus mengingatkan hal yang sama dalam Roma 1:19-20 yang berbunyi: "Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari padaNya, yaitu kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih." Semua ini dengan sangat mudah membuktikan bahwa eksistensi Tuhan itu nyata. Betapa tertutupnya mata kita jika setelah melihat bukti nyata keberadaan Tuhan dalam setiap pandangan mata dan detak jantung kita tetapi masih juga meragukan Dia, yang sesungguhnya sangat mengasihi kita.

(bersambung)

Tuesday, March 18, 2014

Mata Ganti Mata?

Ayat bacaan: Amsal 10:12
======================
"Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran."

"Kalau orang baik, saya akan 100x lebih baik kepadanya.. tapi kalau orang berbuat jahat dan menyakiti saya, saya akan 1000x lipat membalasnya." demikian seorang teman suatu kali menyatakan prinsipnya. Prinsip yang sangat ekstrim. Ekstrim, tapi ada banyak orang yang punya pikiran sama seperti ini. Kalau tidak separah itu, minimal orang akan berpikir untuk membalas. Kalau orang jual, saya beli. Seperti itu kira-kira. Kalau disakiti, sakiti balik. Kalau dirugikan, rugikan lagi. Kalau dkecewakan, balas kecewakan. Ada banyak orang yang menggantungkan niat berbuat baik atau jahat tergantung dari bagaimana reaksi atau sikap yang mereka dapat dari orang lain. Apakah seperti itu yang harus kita lakukan? Bagaimana cara kita menghadapi orang-orang yang berlaku bodoh? Apakah perbuatan baik memang harus berupa balas membalas?

Pada hukum Taurat ada sebuah hukum yang berlaku seperti itu, yaitu mata ganti mata. Kita bisa menjumpai perihal mata ganti mata ini dalam beberapa bagian kitab Perjanjian Lama, diantaranya dalam Imamat 24:19-20, Ulangan 19:21 dan Keluaran 21:24. Hukum ini diberlakukan dengan tujuan untuk mencegah semangat balas dendam yang berlebihan yang sering terjadi saat itu. Hukum yang sudah berusia sangat tua ini ternyata masih dianggap relevan oleh banyak orang sampai saat ini. Prinsip balas dendam ini berlaku bukan saja untuk perorangan, tapi seringkali sudah menyangkut lintas suku, kepercayaan, lingkungan warga bahkan bangsa dan negara. Lihatlah bahwa peperangan kerap kali terjadi disebabkan oleh prinsip mata ganti mata alias balas membalas. Sayangnya ini bukan saja dilakukan oleh orang-orang dunia, tetapi orang percaya masih banyak yang menganut prinsip balas dendam ini. Ketika kita disakiti, kita pun tidak akan tinggal diam untuk membalas, malah kalau bisa lebih sakit lagi.

Ketika kita merasa dikecam, dipersulit, dipermalukan atau dihujat orang, kita menganggap wajar atau manusiawi kalau membalas kembali. Jika tidak, artinya kita menyerah kalah dan akan semakin dipijak-pijak. Kita meletakkan harga diri disana. Padahal jika dipikir lagi, apa yang bisa kita dapatkan dari balas dendam seperti itu? Kepuasan? Biasanya tidak, karena masalah puas dan tidak itu sangat subjektif dan begitu semu. Kecenderungan kita adalah membalas, bahkan kalau bisa lebih parah dari apa yang diperbuat orang. We like to fight fire with fire. Itulah yang adil menurut pandangan banyak orang. Padahal yang sering terjadi, kita hanya akan menambah masalah, menambah bahan bakar pada api yang sudah menyala. Api akan semakin besar, dan pada akhirnya kita tidak lagi bisa meredamnya. Kehancuran suatu generasi atau bangsa pun bisa menjadi akibat dari pola pikir balas dendam seperti ini. Sejarah sudah membuktikan itu.

Bagaimana pandangan firman Tuhan akan hal ini? Firman Tuhan hadir lewat Petrus. "Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh." (1 Petrus 2:15). Tuhan ternyata mengingatkan kita untuk melawan kecaman, serangan dari orang lain bukan dengan membalas, melainkan lewat perbuatan baik. When the fire starts, we have to stop it. Bukan malah dengan menambah bara api untuk semakin menjadi-jadi tapi memadamkannya. Dengan cara apa? Dengan tetap berbuat baik bahkan terus mendoakan mereka dan memohon pengampunan bagi mereka. Seperti itulah yang seharusnya dilakukan orang percaya, dan dengan cara demikian kita akan mampu membungkam kepicikan mereka yang telah menyakiti kita. Firman Tuhan bahkan berkata: "Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran." (Amsal 10:12). Kalau kebencian tidak membawa kebaikan apa-apa selain malah menambah masalah, sedang kasih justru mampu menutupi segala pelanggaran yang mungkin muncul, mana yang sebaiknya kita pilih? Mengapa kita masih berpikir bahwa adalah wajar untuk membalas sakit hati dan mengira bahwa mengampuni dan mendoakan merupakan pilihan yang tidak tepat?

Yesus datang membawa pesan akan sebuah paradigma baru yang pasti terdengar kontroversial pada masa itu, terutama bagi mereka yang mendalami hukum Taurat. Yesus memulainya dengan menyitir hukum Taurat mengenai mata ganti mata di atas. "Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." (Matius 5:38-39). Kontroversial, bahkan sepertinya mustahil dilakukan ketika kita tengah dirugikan atau disakiti orang lain. Kemudian Yesus melanjutkan : "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (ay 43-44). Sulit? Mungkin saja. Tetapi kita harus mampu mencapai tingkatan seperti itu, "karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga.." (ay 45).

Salah satu tugas Yesus turun ke dunia ini adalah untuk menggenapi hukum Taurat. "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya." (Matius 5:17). Sebagai pengikutNya, kita diharuskan untuk menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Berhadapan dengan orang sulit? Orang yang menghujat, mengecam, menjelek-jelekkan kita, bahkan menyakiti kita? Hadapi bukan lagi dengan membalas, mendebat mreka kembali, bukan dengan membela diri kita dengan segala cara, melainkan dengan terus melakukan perbuatan baik dan mendoakan mereka. Lawan kebencian dengan kasih yang telah dianugerahkan Tuhan secara langsung dalam diri kita. Itulah yang menjadi kehendak Allah.

Tuhan Yesus sendiri telah memberi teladan secara langsung dalam masa-masa kedatanganNya turun ke bumi. Dalam perjalananNya di muka bumi ini bukan hanya sekali dua kali Yesus menghadapi kecaman oleh kalangan rohaniwan di masa itu, tapi Dia tidak pernah membalas dengan perlawanan kembali. Sebagai gantinya, Kisah Para Rasul 10:38 memberikan kesaksian indah mengenai apa yang diperbuat Yesus menghadapi itu semua. "..tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia." Secara konsisten Yesus terus fokus untuk menjalankan tugas yang digariskan Bapa. Bahkan ketika menghadapi siksaan mengerikan yang sangat sadis hingga wafatNya di atas kayu salib sekalipun. Bukankah Yesus masih memohonkan pengampunan kepada orang-orang yang telah begitu kejam menyiksaNya? "Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34).

Don't fight fire with fire, don't fight hatred with more hatred, but fight it with love. Jangan lawan kobaran api dengan menambah bahan bakar, tetapi padamkanlah dengan kasih. Tuhan tidak menginginkan kebencian apalagi sampai pembalasan dendam untuk menjadi prinsip hidup kita. Tuhan menginginkan kita untuk bisa hidup damai dengan semua orang, termasuk dengan orang-orang yang sulit dan kerap menyakiti kita sekalipun. "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:18). Jangan tergoda untuk membalas perbuatan jahat orang lain terhadap diri kita, tetapi ikutilah petunjuk kebenaran ketetapan Tuhan. Bungkamlah kecaman picik dengan terus berbuat baik dan teruslah hidup dengan berpegang pada ketetapan Tuhan meski mungkin aneh di mata manusia. Jika kita melakukan itu, maka pada suatu saat, ketika semua kecaman itu memudar, kita akan mendapatkan diri kita tetap berdiri teguh tanpa harus kehilangan segala yang terbaik yang telah Dia sediakan sejak semula pada kita.

"Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa." (1 Petrus 4:8)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, March 17, 2014

CCTV

Ayat bacaan: Amsal 15:3
================
"Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik."

Anda hendak bepergian tapi merasa kuatir meninggalkan rumah dalam keadaan kosong untuk sementara waktu? Di jaman sekarang orang tidak perlu takut karena ada banyak applikasi yang memungkinkan anda memantau keadaan rumah meski sedang berada jauh dari tempat. Bahkan dengan peralatan sederhana seperti webcam saja kita sudah bisa melakukan itu. Saya mencoba langsung dengan menggunakan skype dan webcam yang disambung di komputer ternyata sudah lebih dari memadai. Teknologi yang semakin maju saat ini sudah memungkinkan kita untuk bisa memantau situasi dari jarak yang sangat jauh dari lokasi. Ada banyak rumah yang sudah dilengkapi CCTV yang memungkinkan pemiliknya untuk memantau tanpa terbatas lagi oleh jarak. Kamera satelit bisa menangkap gambar dari berbagai belahan dunia dengan cukup detail. Orang tua pun bisa mengawasi anak-anaknya dari jauh ketika mereka harus bepergian keluar kota dengan memanfaatkan internet. Toko, bank, ATM dan sebagainya sudah dilengkapi kamera demi keamanan. Kalau dulu orang hanya mampu melihat sejauh jarak pandangan matanya, maka sekarang lewat teknologi kita bisa melihat lebih jauh dari kemampuan mata kita sendiri. Untuk benda-benda yang berukuran kecil ada peralatan seperti kaca pembesar bisa membantu kita untuk melihat benda-benda berukuran sangat kecil dengan lebih detail bahkan mikroskop yang memungkinkan kita melihat bakteri atau virus yang ukurannya sudah diluar kemampuan mata. Semakin jauh teknologi berkembang, semakin sulit pula bagi kita untuk bersembunyi.

Jika teknologi masih terus berusaha untuk memampukan mata kita melihat hal-hal yang tadinya tak terlihat, mata Tuhan sudah sejak awal mampu berfungsi seperti itu. Tuhan sanggup berada di segala tempat pada satu waktu yang sama untuk memantau dan mengawasi segala sesuatu yang kita lakukan. Salomo berkata: "Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (Amsal 15:3). Tidak ada satupun tempat di dunia bahkan di jagat raya ini yang berada di luar jangkauan penglihatan Tuhan.
Kita bisa membaca catatan lainnya lewat ayah Salomo sendiri dalam Mazmur 139 yang bertajuk "Doa di hadapan Allah yang maha tahu." Dalam bagian Mazmur ini kita bisa melihat bagaimana Tuhan menyelidiki dan mengenal kita. "TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku." (ay 1). Selanjutnya dikatakan Dia mengetahui pikiran kita (ay 2), melihat kita bekerja dan beristirahat serta mengetahui apapun yang kita perbuat (ay 3), Dia pun tahu apa yang menjadi isi hati kita sebelum kita mengucapkannya. (ay 4). Tidak satupun tempat yang tersembunyi dariNya (ay 7-10), bahkan di tempat yang tergelap sekalipun Tuhan bisa melihat. (ay 11-12). Semua ini menunjukkan bagaimana mata Tuhan tidak pernah gagal menjangkau segala sudut dari hidup kita. MataNya ada dimana-mana, di segala tempat, mengawasi yang jahat dan yang baik, memeriksa kita sampai bagian yang terdalam, apakah ada niat-niat buruk yang masih bercokol atau tidak.

Bagi orang hidup benar, mengasihi Tuhan dan rajin melakukan kehendakNya ini merupakan sebuah kabar yang menggembirakan. Dengan mengetahui hal ini kita tahu sekarang bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, Dia ada bersama kita dalam setiap waktu, baik dalam keadaan suka maupun duka, dalam keadaan tenang maupun penuh gejolak. Tidak ada satupun yang luput dipantauNya, kita selalu ada dalam jarak pandangNya. Tuhan berada bersama kita kemanapun kita melangkah, dan itu bisa membuat kita tidak perlu takut menghadapi apapun. Menyadari keberadaan Tuhan dengan kasih setiaNya setiap waktu bersama kita akan membuat kita menyadari bahwa semua yang kita lakukan demi namaNya tidak akan pernah Dia abaikan, meski tidak ada satupun orang yang mengapresiasi. Sebaliknya bagi orang yang punya niat-niat jahat, orang yang terus memilih untuk hidup cemar, ini jelas menjadi sebuah kabar buruk. Jika ada orang yang selama ini berpikir bahwa bisa selamat jika perbuatan jahatnya tidak diketahui orang lain, berpikir bahwa jika tidak ada orang yang melihat maka mereka bisa selamat, mereka akan tahu bahwa tidak ada tempat atau kesempatan sedikit pun sebenarnya untuk menyembunyikan diri dari pandangan mata Tuhan. Tuhan melihat segalanya dan tahu segalanya. Meski kebohongan, kecurangan atau kejahatan bisa disimpan rapi tanpa sepengetahuan manusia lain, serapi apapun penipuan atau kebohongan itu sehingga mampu mengecoh manusia, di mata Tuhan semua itu akan selalu terlihat dengan amat sangat jelas.

Penulis Ibrani berkata: "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Baik atau jahat, semua perbuatan dan niat kita akan sangat transparan di mata Tuhan, bahkan apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita pun sesungguhnya terbuka di mata Tuhan. "Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya." (Amsal 20:27). Apapun yang kita lakukan, rencana yang ada di pikiran kita atau perasaan dalam hati kita, ingatlah bahwa Tuhan sedang memandang dan akan terus memantau kita. Maka hendaklah kita menjaga sikap, perbuatan, pikiran, perasaan, tingkah laku dan perkataan kita agar tidak berseberangan dengan kehendakNya. Mari kita buat Tuhan tersenyum bahagia dan bangga melihat bagaimana kita menjalani hidup dengan sebaik-baiknya seperti yang Dia inginkan, baik ketika terlihat oleh orang lain maupun tidak. Sepanjang waktu Tuhan ada bersama kita, melihat dan menyelidiki kita, pergunakanlah kesempatan ini sebagai sebuah jaminan penyertaan dari Tuhan kepada anak-anakNya yang taat dan setia, bukan sebagai sebuah hal yang membuat kita terancam kehilangan kelayakan untuk mendapatkan keselamatan.

"Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." (2 Tawarikh 16:9)

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, March 16, 2014

Bersedih itu Baik

Ayat bacaan: Pengkotbah 7:3
=====================
"Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega."

"Buat apa susah, buat apa susah, susah itu tak ada gunanya," itu merupakan penggalan lirik dari lagu anak yang tidak asing lagi bagi kita. Lagu ini mengingatkan kita agar tidak berlarut-larut bersusah hati karena itu tidak membawa manfaat apapun selain malah menambah masalah. Kalau susah tidak ada gunanya, bagaimana dengan sedih? Ada banyak pria yang tabu bersedih. Biar bagaimana galaunya hati, yang penting penampakan luar tetap 'cool'. Laki-laki pantang bersedih, apalagi menangis. Ada banyak pula wanita yang mulai mengadopsi pemikiran seperti itu. Saya tidak pernah mengharamkan bersedih. Kalau memang harus sedih, saya tidak menolaknya, dan jika harus menangis, saya akan biarkan mata saya basah meski saya seorang laki-laki. Kata siapa sedih itu cengeng? Sedih itu cengeng kalau sedikit-sedikit gampang sedih dan dibiarkan terus berlarut-larut. Bersedih yang dibiarkan berlarut-larut memang tidak baik bagi kita. Tapi apakah memang kita tidak boleh bersedih sama sekali? Apakah itu baik bagi keadaan hati kita? Adakah itu membawa kebaikan? Bagaimana pandangan Alkitab akan hal ini?

Alkitab ternyata menyatakan bahwa ada waktunya kita bersedih. "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.... ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa.." (Pengkotbah 3:1,4). Kalau memang waktunya bersedih, kita tidak dilarang untuk bersedih. Bahkan Alkitab lebih jauh lagi mengatakan hal yang sepertinya terdengar kontroversial: "Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega." (Pengkotbah 7:3). Ayat ini ada dalam sebuah perikop berjudul "Hikmat yang benar", yang berisikan beberapa hikmat esensial yang penting untuk kita ingat.

Bersedih ternyata dikatakan lebih baik dari pada tertawa. Mengapa? Ayat ini mengatakan "karena muka muram akan membuat hati lega." Tidakkah ini terdengar aneh? Bisa jadi aneh bagi kita yang menganggap sebuah kesedihan itu hanyalah sesuatu yang tabu, tetapi perhatikanlah bahwa sesungguhnya ada banyak hal yang bisa kita peroleh dibalik sebuah kesedihan. Dalam versi bahasa Inggris amplified dikatakan: "Sorrow is better than laughter, for by the sadness of the countenance the heart is made better and gains gladness." Bersedih lebih baik dari tertawa, karena dengan bersedih kondisi hati bisa terasa lebih baik dan lega sehingga bisa kembali mendatangkan rasa senang. Lihatlah bahwa ada sesuatu dibalik kesedihan yang bisa membuat hati kita lebih baik bahkan mampu membawa sukacita. Demikianlah bunyi firman Tuhan mendobrak paradigma yang selama ini kita anggap benar. Dan ayat ini sudah ditulis lewat orang yang paling berhikmat yang pernah ada di muka bumi ini yaitu Salomo.

Kalau kita lanjutkan ke ayat selanjutnya, kita akan mendapati ayat yang berbunyi lebih aneh lagi. "Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah tempat bersukaria." (ay 4). Dimana kita lebih suka berada, di rumah duka atau pesta? Tentu kita lebih memilih berada dalam sebuah pesta meriah, penuh dengan sajian makanan lezat, musik dan keceriaan. Tetapi firman Tuhan berkata justru sebaliknya, bahwasanya hanya orang bodohlah yang lebih memilih tempat bersukaria ketimbang berada di rumah duka. Ini mungkin sulit untuk kita terima jika tidak kita pikirkan baik-baik. Tetapi marilah kita melihat mengapa kedua ayat ini lebih menganjurkan kita untuk bersedih dan berada di dalam rumah duka.

Apa yang kita pikirkan ketika berada di pesta? Kebanyakan dari kita tentu lebih tertarik kepada makanan yang disajikan, musiknya bagus atau tidak dan hal-hal lain yang menyenangkan. Jarang sekali orang yang mau merenungkan makna kehidupan ketika tengah berada dalam kemeriahan sebuah pesta. Sebaliknya, berada di rumah duka seringkali membawa sebuah perenungan bagi kita, bahwa hidup ini sesungguhnya singkat. Life is actually really, really short! Pemazmur menulis "Manusia sama seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang lewat." (Mazmur 144:4). Seperti itulah singkatnya. Berapa lama? Alkitab berkata masa hidup kita tujuh puluh tahun, dan jika kuat, delapan puluh tahun. (90:10). Tujuh puluh tahun, kalau mujur, 80 tahun. That's it. Dibanding kehidupan kekal setelahnya, waktu kita di dunia sesungguhnya sangatlah singkat. Alangkah sia-sianya jika masa hidup yang singkat itu kita jalani asal-asalan tanpa diisi dengan sesuatu yang berguna, terutama untuk menabung demi kehidupan yang kita tuju selanjutnya. Betapa seringnya kita terlena dan lupa akan hal ini ketika kita sedang berada dalam keadaan senang. Tetapi berada di rumah duka biasanya akan membawa perenungan bagi kita bahwa hidup ini sesungguhnya singkat, hanya bagai angin, hanya bagai bayang-bayang yang berkelebat. Itulah sebabnya dikatakan lebih baik berada di rumah duka ketimbang di rumah bersukaria.

Bagaimana dengan kesedihan? Dalam kesedihan kita bisa belajar banyak. Kita bisa belajar untuk lebih kuat, lebih tegar, kita bisa belajar lebih sabar dan tabah, dan kita bisa belajar mengandalkan Tuhan lebih dari segalanya. Ini adalah hal-hal yang jarang bisa kita peroleh lewat kegembiraan. Kegembiraan seringkali membawa kita terlena dan lupa kepada hal-hal yang esensial atau penting dalam kehidupan yang singkat ini. Ada banyak hal di balik sebuah bentuk kesedihan yang akan mampu membuat kita bertumbuh lebih baik dan lebih kuat. Selain itu hati kita pun tidak perlu terus menerus berada dalam beban berat karena pemiliknya menolak untuk membiarkannya meluapkan kesedihan untuk sementara waktu. Karena itu ketika Tuhan mengijinkan kita untuk masuk ke dalam keadaan sedih, janganlah bersungut-sungut dan menuduh Tuhan sedang berlaku kejam kepada kita. Justru disaat seperti itulah kita sedang dilatih untuk lebih baik lagi, sedang diajar untuk mengalami peningkatan baik dari segi iman maupun sikap dan perilaku kita sebagai pribadi. Jadikan itu masa-masa perenungan yang memberi kelegaan hati, jadikan itu sebagai momentum untuk hidup mengandalkan Tuhan. Pada saatnya, Dia akan mengangkat kesedihan itu dan menggantikannya dengan kelegaan, sukacita, damai sejahtera dan kegembiraan.

Kembali kepada masa dalam Pengkotbah pasal 3, dikatakan "To everything there is a season, and a time for every matter or purpose under heaven". "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). Ada berbagai "musim" dalam hidup kita yang mau tidak mau harus kita hadapi. Termasuk salah satunya dikatakan "ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari." (ay 4). Ada saat dimana kita bisa bergembira, tetapi ada pula saat dimana kita masuk ke dalam waktu untuk menangis dan meratap. Ini bukanlah waktu dimana Tuhan sedang bertindak kejam dan senang menyiksa kita. Ketika kita sedang berada dalam sebuah kesedihan, disanalah kita bisa belajar banyak dan sadar bahwa kita seharusnya mengisi hidup kita yang singkat ini dengan hal-hal yang bermanfaat bagi sesama maupun bagi masa depan kita. Jangan sia-siakan waktu bersedih hanya dengan mengeluh dan menangis, tetapi pakailah masa-masa itu untuk melegakan kondisi hati dan melakukan perenungan secara menyeluruh. Sadarilah bahwa ada banyak pelajaran yang bisa kita petik di balik sebuah kesedihan. Karena itu, jika Tuhan mengijinkan saya dan anda untuk berada dalam keadaan bersedih, bersyukurlah untuk itu.

Firman Tuhan berkata "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18) Kita seharusnya bersyukur bukan hanya ketika semua baik-baik saja, tetapi juga ketika kita sedang mengalami sebuah kesedihan. Dibalik sebentuk kesedihan ada banyak manfaat yang bisa membuat kita menjadi lebih baik lagi termasuk di dalamnya mengalami pertumbuhan iman. Ada waktu dimana kita bersedih, pakailah itu sebagai momen untuk memperbaiki diri dan kembali menyadari esensi dari sebuah kehidupan yang dipercayakan Tuhan kepada kita, sehingga ketika waktu untuk tertawa datang kita akan lebih menghargai kegembiraan yang ada dalam hidup kita. Apakah anda sedang berada dalam "musim" sedih hari ini? Jika ya, jangan patah semangat dan jangan putus asa, tetapi bersyukurlah.

Jangan paksa hati anda untuk menolak kesedihan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...