=================
"Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!"
Hari ini ketika sedang di jalan saya iseng-iseng memutar radio. Sebuah lagu yang sudah lama tidak saya dengar kebetulan di putar di sebuah channel. Rasanya seperti baru kemarin lagu itu saya dengar dan sukai, tetapi kenyataannya lagu itu berasal dari tahun 1987, berarti usianya sudah 24 tahun. Perubahan trend dan gaya di dunia musik berjalan begitu cepat. Setiap saat kita melihat hadirnya jenis musik baru, baik sebagai sebuah kreasi yang saam sekali baru atau merupakan perpaduan (fusi) antara satu jenis musik dengan jenis lainnya. Hari ini menjadi trend, besok sudah menjadi barang usang. Dalam segala jenis musik kita bisa melihat hal itu, mulai dari rock, jazz, r&b, pop dan sebagainya. Ambil contoh jenis musik punk yang dahulu dikenal sebagai jenis punk rock. Belakangan aliran ini terpecah dengan lahirnya jenis emo dengan gayanya sendiri. Ketika punk menekankan kebebasan berekspresi seluas-luasnya dan seringkali terkesan "memberontak", emo lebih menekankan kepada curahan atau jeritan perasaan yang perih. Belakangan emo pun terbagi lagi dengan munculnya screamo, dimana teriakan itu menjadi jauh lebih intens dari sebelumnya. Tanyakan kepada orang tua anda bagaimana The Beatles merubah pakem musik di seluruh dunia. Tanpa mereka mungkin musik dunia bukanlah seperti sekarang. Dari blues kemudian muncul jazz dan rock, lalu kedua genre ini pun terus berkembang biak sehingga muncullah puluhan sub-genre lainnya. Musik selalu dipercaya sebagai sesuatu yang dinamis dan progresif. Meski ada kalanya kita rindu dengan lagu-lagu yang dahulu pernah kita sukai, tetapi tidakkah kita selalu menunggu lagu baru untuk hadir dalam playlist kita? Jika kita suka itu, dan kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, tidakkah itu berarti bahwa Tuhan pun menyukai lagu-lagu yang baru untuk mewakili pujian-pujian yang hadir dari anak-anakNya?Bukan hanya secara logika, tetapi Alkitab pun menyatakan demikian. Berulang kali kita menemukan bagaimana Tuhan memandang penting musik sebagai media penyembahan dan pengungkapan rasa syukur. Mazmur saja terdiri dari 150 pasal, yang mungkin saja merajai tangga-tangga lagu pada masa itu, jika daftar tangga lagu sudah ada. Jatuh dan bangun Daud tergambar jelas disana, seringkali hadir secara puitis dan indah. Begitu indah sehingga banyak diantara kita yang lebih senang membaca kitab Mazmur agar bisa merasa nyaman dan bahagia. Dan itulah salah satu fungsi terpenting sebuah lagu. Meski pada perkembangannya musik atau lagu bisa dipakai untuk tujuan-tujuan lain bahkan untuk tujuan yang negatif, tetapi kita harus mengakui bahwa musik adalah salah satu ciptaan Tuhan yang terindah. Bayangkan sebentuk kehidupan tanpa adanya musik. Betapa sepi dan suramnya hidup itu. Bagi saya yang berkecimpung di dunia musik, saya merasakan betapa Tuhan memberkati manusia lewat adanya musik. God loves music. And He surely loves new songs.
Salah satu ayat dalam Mazmur berkata "Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!" (Mazmur 33:3). Ini seruan yang mengingatkan kita agar jangan pernah berhenti untuk memuji Tuhan lewat lagu-lagu yang baru. Jika anda hanya mendengar satu lagu sepanjang hidup anda, apa yang akan anda rasakan? Demikian pula Tuhan. Musik datang dari kreativitasNya yang tak terbatas, musik bukan saja ada di bumi tetapi juga di surga. Lihatlah dalam kitab Wahyu bagaimana jelasnya digambarkan sebuah orkestra atau ensembel akbar yang terdiri dari perpaduan antara ribuan malaikat, seluruh manusia di bumi, di laut dan sebagainya bersatu memanjatkan pujian kepada Tuhan dan Kristus. "Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, katanya dengan suara nyaring: "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!" Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!" (Wahyu 5:11-13) Musik merupakan sesuatu yang penting bagi Tuhan. Dia menyukai musik dan lagu sama seperti kita.
Perkembangan musik yang begitu pesat memang merupakan buah karya hasil kreativitas manusia, tetapi jangan lupa bahwa semua itu pun berasal dari Tuhan. Daud mengaku seperti ini "Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN." (Mazmur 40:4). Inspirasi, ide, kreativitas, semua itu adalah anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada manusia. Oleh sebab itu, jika kita suka bernyanyi untuk menghibur diri sendiri, menghibur orang lain, atau bahkan untuk membuat bayi-bayi dan anak-anak tidur dengan nyenyak, mengapa kita tidak menyenangkan Tuhan lebih lagi lewat lagu-lagu? Mengapa kita tidak terus menciptakan lagu-lagu baru yang memuliakan Tuhan dan membuatNya tersenyum bahagia?
Ada kuasa dalam puji-pujian. Itu jelas, karena Tuhan suka berada di atasnya. "Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:3). Dia memberkati kita dengan musik dan kemampuan untuk terus berbuat sesuatu yang baru di dalamnya, dan sudah seharusnya kita memakai itu untuk memuliakanNya sebagai ungkapan rasa syukur kita atas keindahan berkat Tuhan yang hadir lewat musik atau lagu. Ini tentu bukan berarti bahwa lagu yang lama sama sekali tidak berkenan bagi Tuhan, tetapi sama seperti kita, Tuhan pun menyenangi sesuatu yang dinamis. Lagu lama tetap baik, tetapi lagu-lagu baru jangan sampai dilupakan. Kita tidak akan mau mendengar satu lagu dengan lirik yang sama seumur hidup kita, Tuhan pun demikian. Anda menyanyi untuk menghibur diri dan orang lain, mengapa tidak melakukannya juga untuk Tuhan yang sungguh baik? Selain doa-doa, isilah saat-saat teduh dan waktu-waktu anda bersamanya dengan pujian dan penyembahan. And you can always be creative in it. Bukankah itu terdengar menyenangkan? Sudahkah anda bernyanyi hari ini bagiNya?
Sama seperti kita, Tuhan pun menyukai lagu-lagu yang baru
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Kesabaran adalah sebuah kata yang mudah diucapkan tetapi sangat sulit untuk diterapkan. Hampir di setiap lini kehidupan kita bertemu dengan situasi-situasi dimana kesabaran kita harus diuji. Ketika orang lain mengalami sesuatu, mungkin mudah bagi kita untuk mengingatkan mereka agar bersabar, tetapi ketika kita sendiri yang mengalami, seringkali kita gagal menerapkan kata ini dalam menyikapi situasi sulit tersebut. Ketidaksabaran sering menjadi alasan utama terjadinya kehancuran. Perceraian dalam rumah tangga hingga kecelakaan di jalan raya bisa terjadi berawal dari ketidaksabaran kita.
"The world is a lonely planet." Demikian status seorang teman saya di sebuah situs jejaring dunia maya. Usut punya usut ternyata ia sedang merasa kesepian. Penduduk dunia diperkirakan mencapai 7 milyar jiwa tahun depan. Lantas bagaimana mungkin dunia ini ia katakan sepi? Indonesia sendiri berada pada urutan keempat dalam daftar negara dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu sekitar 236 juta jiwa. Tetapi tetap saja teman saya itu merasa kesepian, meski setiap hari ia pasti sama seperti anda dan saya, bersinggungan dan bertemu dengan banyak orang hampir setiap saat. Apa yang ia katakan saya yakin mewakili banyak orang yang merasa seperti dirinya, merasa kesepian, sendirian atau bahkan mungkin terasing dari orang-orang disekitarnya.
"Ah, saya cuma menerima karunia jemaat saja.." kata seorang teman sambil tersenyum pada suatu hari. Saya sempat bingung dengan apa yang ia maksudkan. Ternyata maksudnya adalah ia tidak merasa terpanggil sama sekali untuk berbuat sesuatu sebagai warga Kerajaan Allah. Karunia jemaat yang ia maksudkan adalah hanya berbuat seperti halnya jemaat menurut pandangannya: datang, duduk, diam, doa, bernyanyi lalu pulang, sampai ketemu minggu depan. Itu gambaran jemaat menurutnya, dan itulah yang ia pikir sudah cukup untuk dilanjutkan. Bukan hanya teman saya itu saja, tetapi ada banyak orang percaya yang berpendapat sama, bahwa mereka tidak lebih dan tidak kurang hanya sebagai "pengunjung" saja di gereja. Dan itu baginya sudah cukup untuk menjamin keselamatan. Tidaklah heran jika sejak jaman dahulu sampai sekarang masalah yang ada tetap sama. "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit." (Matius 9:37). "Masa saya harus jadi pendeta, dan semua orang Kristen harus jadi pendeta? nanti siapa yang jadi jemaat, kan tidak masuk akal" katanya lagi sambil tertawa. Ada banyak orang percaya yang hanya berminat untuk mendapat berkat tetapi tidak mau berusaha untuk memberkati orang lain. Secara sempit mereka berpikir bahwa untuk memberkati orang lain sama dengan harus menjadi pendeta terlebih dahulu. Padahal Firman Tuhan sama sekali tidak mengatakan demikian.
Seberapa jauh anda mengenal tetangga disekitar rumah anda? Apakah anda tahu namanya, dimana ia bekerja, atau berapa orang jumlah mereka sekeluarga? Pada kenyataannya individualisme semakin menjamur menguasai kita terutama ketika kita tinggal di kota-kota besar. Kita tidak lagi peduli kepada orang-orang yang tinggal dekat dengan kita. Untuk tahu namanya saja tidak lagi merasa perlu, apalagi mengetahui kesulitan-kesulitan yang mungkin sedang mereka alami. Ada bahkan yang membuang muka ketika berpapasan, dan akan menatap curiga jika mereka datang berkunjung. Pola kehidupan individualis seperti ini membuat kita seolah-olah mendirikan tembok-tembok tinggi di sekitar kita. Duduk di halaman belakang yang dibatasi tembok tinggi agar tidak perlu berpapasan mata dengan tegangga, atau buru-buru masuk ke dalam rumah tanpa melihat atau menyapa orang lain. Segala kesibukan kerja dan aktivitas lainnya membuat kita merasa membuang-buang waktu untuk sekedar bersosialisasi dengan tetangga di sekitar kita. Masing-masing punya dunianya sendiri yang sangat terjaga privasinya. Meski jumlah penduduk dunia semakin bertambah, tetapi kehangatannya justru semakin berkurang. Sepi. Dunia semakin lama semakin kehilangan keramahannya, semakin dingin dan terasing.
Selama empat hari belakangan kita sudah membahas panjang lebar mengenai integritas dan nilai-nilai yang terangkum di dalamnya secara rinci yang mengacu kepada 1 Raja Raja 3:6 terdiri atas tiga hal: kesetiaan, kebenaran dan kejujuran. Ketiga nilai ini sangatlah langka untuk dijumpai hari ini. Jika berdiri sendiri-sendiri saja sudah langka, bisa dibayangkan bagaimana sulitnya mencari orang yang memiliki ketiganya dan saling terintegrasi satu sama lain, atau dengan singkat bisa kita katakan sebagai orang yang memiliki integritas. Ada sebuah bagian dari kitab Mazmur yang terlintas di pikiran saya ketika kita berbicara mengenai integritas dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya ini, yaitu Mazmur 15.
"Kalau mau jujur mana bisa untung?" Itu pernah dikatakan oleh salah seorang teman yang berjualan sambil tertawa. Apa yang dikatakannya menggambarkan pandangan yang dianut begitu banyak pebisnis. Tidak tertutup di kalangan anak Tuhan pun bisa saja berpendapat seperti itu. Seorang teman RHO pernah memberi komentar bahwa ini adalah salah satu kelemahan anak-anak Tuhan, bahkan tidak menutup kemungkinan di kalangan pelayan-pelayan Tuhan pun masih menerapkan pola seperti itu dalam dunia pekerjaannya, dan saya setuju itu. Tapi tidak semua tentu saja yang berpandangan demikian. Ada beberapa teman sekerja di gereja saya yang sudah meninggalkan pola pikir seperti itu dalam berdagang. Dan untuk itu memang ada harga yang harus dibayar. Untung lebih sedikit, harus rela mengeluarkan biaya lebih besar, seperti seorang teman yang tidak memakai minyak bersubsidi dan membayar penuh misalnya, dan tidak jarang pula mereka harus gagal dalam tender karena mereka tidak mau menyuap. Tapi menarik jika melihat apa yang mereka peroleh dari keputusan yang mungkin dianggap "bodoh" oleh dunia itu. Mereka semua berkata bahwa ada banyak keuntungan yang mereka peroleh dari keputusan untuk berlaku jujur dalam bekerja. Pertama mereka tidak lagi dihakimi oleh hati nurani mereka, mereka merasa nyaman dan bahagia meski dengan untung yang lebih sedikit, dan ini yang penting: mereka membuktikan sendiri bahwa tangan Tuhan tidak pernah kurang panjang untuk memberkati mereka. Dengan berlaku jujur mereka sama sekali tidak menjadi berkekurangan, malah justru meningkat. Uniknya perilaku mereka kemudian menular kepada karyawan yang akhirnya ikut-ikutan jujur. Hubungan antara atasan dan bawahan menjadi baik, keuntungan meningkat, hidup menjadi jauh lebih bahagia. Semua ini berawal dari keputusan untuk berlaku jujur dalam pekerjaan maupun kehidupan secara umum.
"Orang pintar minum tolak angin." kata iklan sebuah produk. Slogan ini ternyata cukup berhasil membuat jamu tolak angin bisa diterima di kalangan yang lebih luas. Mengapa harus orang pintar? Saya menduga kecenderungan orang-orang yang berpendidikan untuk lebih tertarik kepada obat-obatan dengan zat kimia ketimbang menggunakan herbal seperti yang umum ditemukan dalam jamu tradisional yang asli. Slogan itu saya kira efektif dan cerdas dalam merambah pasar yang baru. Pernah suatu kali saya terpikir ketika melihat iklan ini di televisi. Jika orang pintar minum tolak angin, lantas orang benar minum apa? Sepele saja mungkin, tetapi untuk menjadi orang benar sungguhlah penting. "Benar" adalah salah satu bagian tak terpisahkan dari integritas (1 Raja Raja 3:6), dan menjadi orang benar atau tidak itu merupakan penilaian yang penting di mata Tuhan. Being a "just"/righteous person is a big deal in the Kingdom of God. Jika demikian, pertanyaan iseng-iseng yang terlintas di benak saya tadi menjadi penting. Apa yang akan kita "minum" jika kita menjadi orang benar? Dan tentu saja, apa yang harus kita lakukan agar menjadi orang benar?
Kata setia semakin lama semakin saja kehilangan makna. Saat ini sulit sekali mencari orang yang bisa benar-benar setia untuk waktu yang panjang. Apakah itu dalam sebuah hubungan cinta, pekerjaan dan sebagainya, hampir setiap hari kita menyaksikan orang-orang yang tidak menganggap kesetiaan sebagai sesuatu hal yang penting lagi untuk dipertahankan dan dilakukan. Berita pasangan bercerai, kedapatan selingkuh hampir setiap hari kita saksikan di televisi atau bahkan di sekitar kita. Orang yang berpindah-pindah pekerjaan karena mendapat tawaran yang lebih baik atau sedikit saja tersinggung, itu pun kita dapati dimana-mana. Tidak jarang mereka bahkan tega menghianati tempat mereka bekerja untuk satu dan lain hal. Kesetiaan merupakan sebuah unsur di dalam integritas. Jika kesetiaan saja sudah semakin langka, tidak heran jika integritas pun demikian.
Kata integritas bukanlah kata yang asing lagi bagi kita. Tapi tidak banyak orang yang mengerti betul mengenai kata ini, termasuk saya yang baru saja mencari tahu apa sebenarnya makna yang terkandung dibalik kata ini. Dalam sebuah kamus bahasa Inggris, integritas atau integrity diartikan sebagai "the state of being honest, up right and sincere." Dalam wikipedia dikatakan "a concept of consistency of actions, values, methods, measures, principles, expectations and outcomes." Dalam kamus bahasa Indonesia kata intergritas didefenisikan sebagai sebuah keterpaduan, keutuhan, jujur dan dapat dipercaya. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, integritas dapat pula diartikan sebagai kredibilitas dalam etika, moral, karakter, tingkah laku, kepribadian dan melakukannya dengan teguh hati dan terpadu. Jadi integritas adalah perpaduan secara utuh dari semua bagian yang disebutkan di atas sehingga membuat orang tersebut menjadi orang yang dapat dipercaya dan diakui kredibilitasnya. Orang yang memiliki integritas akan memiliki tindakan, pikiran dan perasaan yang sama dan sejalan.
Mengapa anda berlangganan koran? Tentu anda ingin mendapatkan update berita-berita baik dari kota, dalam negeri maupun manca negara. Anda ingin tahu apa saja yang menjadi berita hangat dari situasi terkini. Bayangkan apabila koran tidak menyajikan sesuatu yang baru, jika beritanya terlambat seminggu atau bahkan sehari. Maka koran tidak akan semenarik itu lagi bagi anda bukan? Dalam membeli roti, ikan atau segelas juice saja, tidakkah anda akan mencari yang paling "fresh"? Kita suka dengan segala sesuatu yang baru. Kita suka dengan segala yang segar. Tuhan tahu itu, dan lihatlah bahwa Dia menjanjikan berkat yang baru setiap pagi.
Persaingan sepertinya memang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita. Hampir setiap hari di tiap bagian kehidupan ini kita dituntut untuk bersaing. Mulai dari siapa yang lebih disayang di keluarga, kemudian persaingan dalam studi, berlanjut pula dalam dunia pekerjaan. Tidak sedikit pula yang bersaing dalam soal jodoh. Bersaing dalam batas-batas tertentu itu baik. Kita bisa termotivasi untuk memberi yang terbaik dari diri kita untuk bisa memenangkan persaingan. Tetapi dalam kadar tertentu persaingan bisa berakibat sangat buruk. Persaingan yang tidak bisa dikendalikan bisa membuat kita lupa diri, tega menyikut atau menghancurkan orang dengan segala cara demi memenangkan persaingan. Di televisi saja kita bisa melihat iklan-iklan yang saling menjatuhkan pesaingnya, dan itu dipampangkan dengan jelas. Kita mungkin tertawa melihatnya, tetapi sadarkah kita bahwa sedikit banyak hal-hal yang dianggap biasa bagi dunia itu bisa mempengaruhi pola pikir kita? Lama-lama kita akan terbiasa dengan itu semua, lalu mulai terpengaruh untuk melakukannya, dan disaat seperti itu kasih tidak lagi ada dalam hidup kita.
When you feel the whole world is against you, what should you do? Perasaan tertolak, kesepian, dijauhi orang lain, atau ditimbun berbagai permasalahan hidup yang bertubi-tubi tentu tidak pernah kita inginkan. Tetapi ketika ini kita rasakan, ketika kita merasa bahwa kita harus menghadapi segalanya sendirian tanpa ada yang peduli, ada kalanya kita tidak lagi bisa berpikir jernih. Saat-saat seperti itu adalah saat-saat yang rawan bagi kita untuk melangkah, karena kita sedang lemah baik secara mental atau dalam banyak kasus juga secara rohani. Dulu saya sering merasakan hal seperti ini. Ada satu kalimat yang dulu saya anggap tepat menggambarkan "nasib" saya, "in the end I'm alone.." Tapi hari ini saya menggantikan kalimat itu dengan "I'm never alone, because God is always stay with me." Kalimat seperti ini akan sangat menguatkan ketika kita berhadapan dengan situasi seperti yang saya gambarkan di atas. Tapi pernahkah kita sadar, bahwa bukan saja Tuhan selalu menyertai kita dengan kasih setiaNya, tetapi juga mau mengulurkan tanganNya terlebih dahulu bahkan sebelum kita melakukannya?
(lanjutan)
Bersukacita. Betapa indahnya kata ini terdengar. Apa yang anda bayangkan ketika mendengarnya? Sebuah hidup yang penuh kegembiraan, kebahagiaan, penuh gelak tawa, hati tentram, tidur yang benar-benar nyenyak, sehat, dan lain-lain, apapun yang anda pikirkan dari kata ini tentu segala yang menyenangkan. Selalu bersukacita itu impian setiap orang. Tidak satupun orang yang memimpikan hidup dalam kesedihan, atau kemarahan. Cobalah pikirkan betapa kita merindukan sebuah hidup yang didalamnya penuh sukacita dan bebas dari rasa khawatir serta berbagai beban masalah. Akan tetapi seperti yang saya katakan dalam renungan kemarin, semakin lama rasa sukacita sepertinya semakin mahal. Beratnya tekanan dan beban hidup yang menimpa kita selalu siap merampas sukacita dari diri kita. Terkadang tekanan-tekanan ini datang beruntun sehingga sukacita itu pun semakin menjauh dan sulit kita jangkau lagi. Di saat lelah seperti hari ini saya sempat berpikir betapa nikmatnya apabila saya bisa tetap tersenyum atau bahkan tertawa meski pekerjaan yang harus diselesaikan masih banyak. Bisakah? Tentu saja bisa, mengapa tidak?