Wednesday, February 29, 2012

Kalahkan Takut dengan Iman

Ayat bacaan: Mazmur 121:4
=========================
"Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel."

jangan takutSeberapa jauh ketakutan bisa menghantui kita dan membuat kita tidak nyaman dan terganggu? Rasa takut bisa membuat kita tidak bisa berpikir, gampang emosi, sulit tidur hingga merusak kesehatan. Rasa takut pun bisa menjauhkan kita dari Tuhan, membuat jarak yang merentang semakin panjang sampai-sampai kita tidak lagi bisa mendengar suara Tuhan atau merasakan kehadiranNya dalam hidup kita. Bagaikan seseorang yang terus berjalan menjauhi lawan bicaranya, semakin menjauh maka semakin kecil pula suara yang terdengar hingga lama-lama ia tidak lagi bisa mendengar apapun yang dikatakan lawan bicaranya diseberang sana. Seperti itulah perasaan takut, cemas atau kuatir yang terus dibiarkan merongrong perasaan kita. Memang benar, ada saat dimana rasa takut itu bisa muncul ketika kita menghadapi sebuah atau beberapa masalah, atau ketika menghadapi situasi tak pasti. Solusi tidak terlihat, sementara kita harus terus berhadapan dengan masalah tersebut dari detik ke detik. Jika kita terus membiarkan diri kita dicekam perasaan takut, maka rasa takut ini akan terus menggali jarak antara kita dengan Tuhan sehingga pada suatu ketika nanti kita tidak lagi bisa mendengarnya dan merasa bahwa Tuhan meninggalkan kita sendirian bahkan kemudian menjadi sinis dengan menuduh Tuhan bertindak kejam dan tidak adil terhadap kita.

Beberapa tokoh besar Alkitab pernah mengalami hal seperti ini dalam pergumulan mereka masing-masing. Ayub pernah mengalami kepahitan terhadap Tuhan. Lihat apa yang pernah ia katakan: "Semuanya itu sama saja, itulah sebabnya aku berkata: yang tidak bersalah dan yang bersalah kedua-duanya dibinasakan-Nya. Bila cemeti-Nya membunuh dengan tiba-tiba, Ia mengolok-olok keputusasaan orang yang tidak bersalah." (Ayub 22:23). Atau lihatlah bagaimana Daud meratap ketika ia berada dalam pergumulan. "Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?" (Mazmur 10:1), "...janganlah berdiam diri terhadap aku..."(28:1), "Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku!" (54:4), "Berilah telinga, ya Allah, kepada doaku, janganlah bersembunyi terhadap permohonanku!" (55:2). Begitu sulitnya dunia yang kita jalani hari ini mengakibatkan banyak orang mulai kehilangan arah dan goyah imannya. Apakah benar Allah tidak sanggup mengangkat anak-anakNya keluar dari kesulitan? Tentu saja Tuhan sanggup. Tidak ada hal yang mustahil bagi Dia, tidak ada hal yang mustahil yang tidak sanggup Dia lakukan bagi orang percaya. Sesungguhnya Tuhan selalu perduli dan tidak pernah lengah dalam memperhatikan kita. Alkitab dengan jelas berkata: "Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel". (Mazmur 121:4).

Tuhan tetap ada mengawasi dan melindungi kita. Dia rindu untuk terus memberkati kita, bahkan menjanjikan posisi sebagai ahli waris KerajaanNya kepada semua orang yang mengasihiNya seperti apa yang tertulis dalam Yakobus 2:5. "Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?" Ketika hari-hari yang sulit ini tidak lagi bisa cukup disikapi dengan hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri atau orang lain, inilah saat yang tepat bagi kita untuk menyadari bahwa tanpa Tuhan kita tidaklah mampu berbuat apa-apa. Di sinilah kita harus menyadari bahwa kita harus mengandalkan kekuatan Tuhan, Raja dari Kerajaan yang tidak tergoncangkan. Membiarkan rasa takut terus tumbuh dalam hidup kita tidak akan pernah membawa manfaat apapun. Justru itu akan semakin memperbesar jarak antara kita dengan Bapa yang baik dan setia, dan itu akan membuat segalanya justru bertambah runyam. Karena itu kita harus mengatasi rasa takut kita dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita harus senantiasa berseru kepada Tuhan dan harus senantiasa membangun hubungan yang semakin intim lagi dengan Tuhan. Tuhan tidak pernah lengah. Dia tidak pernah tertidur dalam menjaga kita, Israel secara rohani. Dia lebih dari sanggup untuk menurunkan mukjizatNya dan segera melepaskan anda dari himpitan beban masalah seperti apapun. Yang Dia perlukan hanyalah iman kita. Iman yang teguh, tidak goyah dalam kondisi apapun, dan tetap percaya dengan pengharapan penuh akan kuasa Tuhan.

Kita selanjutnya bisa melihat apa yang terjadi pada saat Yesus ada di dalam perahu bersama murid-muridNya ditengah badai dalam Matius 8:23-27. Benar, disana dikatakan Yesus tengah tidur di buritan. Dan pada saat itu murid-muridNya sempat panik menghadapi terjangan badai. (ay 24) Apakah itu berarti bahwa Tuhan tertidur dan lengah? Tentu saja tidak. Yesus tidak berkata, "maaf, Saya ketiduran.." atau "maaf saya lengah", tapi Yesus malah menegur murid-muridNya. "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali." (ay 26). Perhatikan bahwa situasi seperti apapun bukanlah menjadi masalah sulit bagi Tuhan. Tuhan justru menantikan reaksi dari kita untuk membangun sebuah hubungan yang didasari rasa percaya yang kokoh dan terus menjalin komunikasi yang baik dengan Dia.

Firman Tuhan berkata: "Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5). Itulah yang terjadi apabila kita terus mengandalkan kekuatan sendiri sedang hati kita semakin menjauh dari Tuhan. Di saat seperti inilah kita harus mulai belajar untuk mengandalkan Tuhan lebih dari apapun juga. Kita harus mampu menyadari bahwa di dalam Tuhan ada pengharapan yang tidak pernah padam. Janji-janji Tuhan tidak akan ada yang sia-sia. Tuhan tidak akan pernah ingkar janji dan semuanya pasti Dia genapi. Imanilah hal itu dengan sungguh-sungguh, dan teruslah dekat padaNya dengan penuh rasa percaya. Dalam Mazmur dikatakan: "Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." (Mazmur 55:23). Lalu ada pula tertulis "Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai. Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku." (63:7-9), dan juga "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya." (37:23). Ini semua adalah janji Tuhan yang berlaku bagi siapapun yang mengasihi Dia dengan iman yang teguh. Dalam Mazmur kemudian kita bisa menemukan sebuah pesan yang sangat indah, bahwa Tuhan akan selalu ada bagi kita semua yang setia dan berharap padaNya. (31:24-25). Masalah seperti apapun boleh datang, namun percayalah Tuhan sanggup melepaskan anda dari jeratan badai seganas apapun. Karenanya kalahkan rasa takut dengan iman anda, berpeganglah kepada Tuhan, Sang Penjaga Israel.

Tuhan tidak pernah lengah menjaga anak-anakNya yang selalu mengasihi Dia dengan setia dan dengan iman yang teguh

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, February 28, 2012

Warisan Iman Turun Temurun

Ayat bacaan: 2 Timotius 1:5
=====================
"Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu"

warisan iman turun temurun"Bakat musiknya mengalir dari kedua orang tuanya yang merupakan musisi terkenal pada jamannya, dan lebih jauh lagi dari kakeknya yang juga aktif di dunia musik di tahun 50an." Demikian bunyi profil seorang artis pada suatu kali. Kesuksesan seseorang seringkali dipandang orang lain sebagai buah dari keberhasilan didikan yang dimulai dari beberapa generasi sebelumnya. Bakat diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Jika kita sukses maka orang tua kita pun akan turut harum namanya, bahkan kakek dan nenek kita juga akan dipuji orang, sebaliknya apabila kita berbuat sesuatu yang tidak baik maka orang tua dan beberapa generasi sebelumnya bahkan nama keluarga pun bisa turut tercemar. Betapa seringnya seorang anak nakal yang berbuat onar akan dinilai dari orang tuanya. "Bandel sekali, anak siapa sih itu?" Komentar seperti ini sering kita dengar, dan itu tidaklah heran. Anak kecil bagaikan buku tulis kosong yang isinya akan tergantung dari apa yang dituliskan oleh ayah dan ibunya atau bahkan kakek dan neneknya di dalamnya. Meski anak-anak akan memiliki sifat-sifat tersendiri, namun bagaimana orang tua mendidik anak akan sangat menentukan seperti apa mereka kelak pada saat menginjak dewasa.

Bukan hanya pengajaran atau didikan, tapi orang tua pun harus sanggup menjadi teladan bagi anak-anaknya. Sadar atau tidak, anak akan mencontoh perilaku orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian orang berpikir bahwa mereka bisa memerintahkan anak untuk rajin berdoa, rajin ke gereja hanya sebatas di bibir saja  sementara mereka tidak memberi contoh yang sama. Mereka mengira bahwa mereka bisa memerintah anak saja tanpa harus menunjukkan contoh teladan dari perilaku mereka sendiri secara langsung. Mereka tidak sadar bahwa apabila ini yang terjadi, anak pun berpotensi untuk tidak menganggap serius semua itu, bahkan bisa-bisa berpandangan sinis terhadap apa yang diajarkan orang tuanya. Ketika sebagian orang tua terlihat rajin beribadah, tapi kehidupannya tidak mencerminkan ajaran Tuhan, anak akan menganggap bahwa semua itu hanyalah seremonial rutin yang tidak membawa manfaat apapun. Tidak jarang hal demikian membawa dampak negatif dalam perkembangan si anak. Bayangkan jika orang tua hanya getol menguliahi anaknya tentang iman, tetapi mereka selalu terlihat ketakutan dalam hidup mereka, hanya berpikir untung dan rugi secara finansial menjadikan materi sebagai segala-galanya, tidakkah itu akan berpengaruh buruk bagi perkembangan jiwa sang anak juga? Anak pelayan Tuhan sekalipun tidak menjamin mereka untuk tumbuh menjadi anak yang takut akan Tuhan, jika orang tuanya tidak memberi teladan yang benar dari kehidupan mereka sehari-hari untuk dicontoh dan dijadikan teladan.

Ayat bacaan kita hari ini memberi gambaran menarik akan hal itu. Timotius dikenal sebagai anak rohani Paulus, seperti yang tertulis dalam 1 Timotius 1:2. Di usia mudanya, Timotius sudah sanggup tampil di depan, menjadi teman sekerja Paulus dalam melayani. Jika kita mencari tahu latar latar belakang dari Timotius, kita akan mendapati awal perjumpaan Paulus dengan Timotius tertulis di Kisah Rasul 16:1-3. Paulus bertemu dengan Timotius pada saat ia tiba di Listra (sekarang dikenal sebagai Turki). Ibu Timotius adalah seorang Yahudi yang telah menerima Yesus, sedang ayahnya orang Yunani. Alkitab mencatat bahwa Timotius terkenal sebagai orang baik di kalangan orang-orang percaya. (Kisah Para Rasul 16:2). Dari mana ia tumbuh seperti itu dan bisa bersinar sejak usia mudanya? Mari kita baca ayat bacaan hari ini. "Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu" (2 Timotius 1:5). Ayat tersebutmenjelaskan bahwa ternyata ibu dan nenek Timotius mempunyai peran sangat penting dalam mendidiknya. Nenek dan ibunya memberi teladan hidup yang baik bagi Timotius. Selanjutnya kita bisa baca di dalam 2 Timotius 3:15 bahwa sejak kecil, Timotius telah dikenalkan dengan Alkitab, sehingga dirinya diberi hikmat dan dituntun pada keselamatan oleh iman kepada Kristus. Semua ini berasal dari iman neneknya, Lois, kemudian turun pada ibunya, Eunike, hingga lalu sampai kepada Timotius.

Jika peran seorang ibu sangat penting dalam perkembangan jiwa dan kepribadian anak, peran ayah pun tidak kalah pentingnya. Lihatlah ayat berikut ini: "Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu". (Amsal 1:8). Bahkan dari contoh mengenai Timotius di atas kita bisa melihat bahwa peran nenek pun punya andil dalam kehidupan kita. Keteladanan yang baik akan diwariskan secara turun temurun, demikian pula contoh buruk, akan diwariskan secara turun temurun. Firman Tuhan berkata: "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (Ulangan 6:6-9). Disini kita bisa melihat bahwa sebuah keteladanan pun tidak kalah pentingnya dengan menyampaikan pengajaran Tuhan secara berulang-ulang kepada anak-anak kita. Mendidik mereka akan budi perkerti, ilmu pengetahuan dan pelajaran-pelajaran lainnya akan sangat baik buat masa depan mereka. Tetapi jangan lupa bahwa mengajarkan mereka tentang firman Tuhan dan menumbuhkan iman mereka sejak dini pun merupakan faktor yang teramat sangat penting yang tidak boleh diabaikan atau ditunda-tunda. Berilah contoh yang baik kepada anak-anak, bukan hanya lewat teori dan perintah, namun yang lebih penting justru dengan keteladanan secara langsung lewat cara, sikap dan gaya hidup kita. Anak-anak selalu memperhatikan hidup kita tanpa kita sadari, dan contoh perilaku yang baik, hidup yang kudus, penuh kasih, akan membuat mereka menjadi anak-anak terang yang mengenal pribadi Tuhan sejak usia mudanya. Sudahkah anda memberi keteladanan yang baik pada mereka? Seperti apa mereka kelak dikemudian hari akan sangat tergantung dari seberapa baik kita mendidik mereka dan memberi keteladanan langsung lewat segala aspek dalam kehidupan kita.

Wariskan yang baik buat anak-anak kita lewat keteladanan nyata

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, February 27, 2012

Lagu Baru Buat Tuhan

Ayat bacaan: Mazmur 33:3
=================
"Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!"

lagu baru buat TuhanMusik adalah sesuatu yang progresif dan dinamis. Bayangkan betapa membosankannya apabila musik yang kita dengar sama saja sejak jaman batu sampai hari ini. Playlist yang ada di komputer kita, ipod, telepon genggam dan berbagai perangkat lainnya pun akan terus berganti seiring berjalannya waktu. Tentu saja ada beberapa lagu yang sangat kita sukai atau mungkin sangat berkesan sehingga kita tidak bosan-bosan mendengarkannya bertahun-tahun, tetapi secara rata-rata tentu lagu-lagu yang kita dengar pun berganti dari masa ke masa. Jenis musik tiap dasawarsa pun berganti. Coba dengarkan lagu tahun 90an, itu sudah terasa kuno bagi kita apalagi jenis musik pada dasawarsa-dasawarsa sebelumnya. Padahal pada masanya lagu-lagu itu tentu terdengar modern, menggantikan jenis pada periode sebelumnya. Seperti itulah progresif dan dinamisnya musik. Lagu yang anda dengar hari ini akan terasa usang beberapa waktu lagi, digantikan lagu baru yang akan pula menjadi usang setelah sekian masa.

Mengingat bahwa kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan kita selalu menyukai hadirnya lagu-lagu baru, tidakkah itu berarti bahwa Tuhan pun menyukai lagu-lagu yang baru untuk mewakili pujian-pujian yang hadir dari anak-anakNya? Memakai logika sederhana kita bisa sampai pada kesimpulan itu. Tetapi sesungguhnya Alkitab juga menyatakan demikian. Dalam banyak kesempatan kita bisa mendapati bahwa Tuhan memandang penting musik sebagai media penyembahan dan pengungkapan rasa syukur. Mazmur yang berisi lagu-lagu pujian penyembahan pada jamannya saja terdiri dari 150 pasal, yang dalam bayangan saya mungkin merupakan lagu-lagu hits atau populer pada masa itu, seandainya tangga lagu waktu itu sudah ada. Jatuh dan bangun Daud tergambar jelas disana, seringkali hadir secara puitis dan indah. Begitu indah sehingga banyak diantara kita yang lebih senang membaca kitab Mazmur untuk merasakan sesuatu yang menenangkan atau melegakan. Dan itulah salah satu fungsi terpenting sebuah lagu. Meski pada perkembangannya musik atau lagu bisa dipakai untuk tujuan-tujuan lain bahkan untuk tujuan yang negatif bahkan destruktif, tetapi kita harus menyadari bahwa sejatinya musik adalah salah satu ciptaan Tuhan yang terindah. Bayangkan sebentuk kehidupan tanpa adanya musik. Betapa sepi dan suramnya hidup itu. Bagi saya yang berkecimpung di dunia musik, saya merasakan betul betapa Tuhan memberkati manusia lewat adanya musik. God blesses us with music. God loves music. And He surely loves new songs.

Dari mana kita tahu bahwa Tuhan menyukai lagu baru? Lihatlah salah satu ayat dalam Mazmur berkata seperti ini. "Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!" (Mazmur 33:3). Ini seruan yang mengingatkan kita agar jangan pernah berhenti untuk memuji Tuhan lewat lagu-lagu yang baru. Jika anda hanya bolehmendengar satu lagu saja sepanjang hidup anda, tidakkah anda akan sangat jenuh dan bosan? Demikian pula Tuhan. Musik datang dari kreativitasNya yang tak terbatas. Kita bisa mengetahui dari Alkitab bahwa musik bukan saja ada di bumi tetapi juga di surga. Lihatlah dalam kitab Wahyu bagaimana jelasnya digambarkan sebuah orkestra agung dengan ensembel super besar yang terdiri dari perpaduan antara ribuan malaikat, seluruh manusia di bumi, di laut dan sebagainya bersatu memanjatkan pujian kepada Tuhan dan Kristus. "Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, katanya dengan suara nyaring: "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!" Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!" (Wahyu 5:11-13) Dari sini kita bisa melihat bahwa musik merupakan sesuatu yang penting bagi Tuhan. Sama seperti kita, Tuhanpun menyukai musik dan nyanyian.

Perkembangan musik yang begitu pesat memang merupakan buah karya hasil kreativitas manusia. Akan tetapi jangan lupa bahwa kreativitas, kemampuan dan ide-ide cemerlang dalam menciptakan lagu sesungguhnya berasal dari Tuhan. Daud menyadari itu dan berkata: "Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN." (Mazmur 40:4). Lewat lagu kita bisa memuji dan memuliakan Tuhan, bahkan membawa jiwa-jiwa untuk kembali kepada jalanNya. Inspirasi, ide, kreativitas, semua itu adalah anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada manusia dan harusnya dipakai untuk tujuan-tujuan positif demi kemuliaanNya. Oleh sebab itu, jika kita suka bernyanyi untuk menghibur diri sendiri, menghibur orang lain, atau bahkan untuk membuat bayi-bayi dan anak-anak tidur dengan nyenyak dalam damai, mengapa kita tidak menyenangkan Tuhan lebih lagi lewat lagu-lagu? Mengapa kita tidak terus menciptakan lagu-lagu baru yang memuliakan Tuhan dan membuatNya tersenyum bahagia?

Seperti yang sudah saya sebutkan beberapa hari terakhir, ada kuasa dalam puji-pujian. Itu jelas, karena Tuhan suka berada di atasnya. "Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:3). Dia memberkati kita dengan musik dan kemampuan untuk terus berbuat sesuatu yang baru di dalamnya, dan sudah seharusnya kita memakai itu untuk memuliakanNya sebagai ungkapan rasa syukur kita atas keindahan berkat Tuhan yang hadir lewat musik atau lagu. Ini tentu bukan berarti bahwa lagu yang lama sama sekali tidak berkenan bagi Tuhan. Baik lagu lama maupun baru yang kita nyanyikan dari hati kita akan bernilai tinggi bagi Tuhan. Tetapi sama seperti kita, Tuhan pun sesungguhnya menyenangi sesuatu yang dinamis dan progresif. Lagu lama tetap baik, tetapi jangan sampai kita berhenti untuk membuat atau menyanyikan lagu-lagu baru. Kita tidak akan mau mendengar satu lagu dengan lirik yang sama seumur hidup kita, Tuhan pun demikian. Anda menyanyi untuk menghibur diri dan orang lain, mengapa tidak melakukannya juga untuk Tuhan yang penuh dengan kasih setia? Selain doa-doa, isilah saat-saat teduh dan waktu-waktu anda bersamanya dengan pujian dan penyembahan. Kita bisa kreatif dalam melakukannya. Memakai piano, keyboard, gitar atau alat musik lainnya, atau bersenandung dengan sepenuh hati secara acapella. Apapun itu, dasarkanlah dari hati yang benar-benar mengasihi Tuhan dan kerinduan untuk menyenangkan hatiNya. Bukankah itu terdengar menyenangkan? Jika anda mampu menciptakan lagu, teruslah buat lagu baru untuk Tuhan. Jika tidak, teruslah menyanyi buat Tuhan dan "upgrade" terus diri anda dengan koleksi-koleksi anyar. Mari terus nyanyikan lagu-lagu baru dan senangkan Tuhan di dalamnya.

Tuhan menyukai kreativitas kita dalam menciptakan lagu-lagu baru untuk memuliakanNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Sunday, February 26, 2012

Puji-Pujian bagi Tuhan

Ayat bacaan: Ayub 35:10
===================
"tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam"

pujianMusik adalah sebuah bagian dari seni yang tidak pernah statis. Musik selalu berkembang, dinamis dan sangat progresif. Setiap saat ada jenis musik baru yang akan selalu menghibur diri kita. Lagu baru terus hadir setiap hari. Saya tidak bisa membayangkan seandainya Tuhan tidak menciptakan musik sama sekali. Memang manusia yang bermain musik, menyanyi dan terus mengembangkan musik secara progresif, tetapi bukankah semua itu pun Tuhan yang menyediakan sebagai sebuah anugerah tersendiri yang luar biasa indahnya? Musik sudah menjadi bagian hidup saya sejak lahir, dan musik tidak pernah gagal menghibur hati saya. Musik bagi saya punya makna yang sangat besar, saya yakin teman-teman pun beranggapan demikian. Tetapi ingatlah bahwa nyanyian bukan hanya untuk menghibur kita saja, tetapi akan sangat baik jika dipakai pula sebagai sarana pujian dan penyembahan untuk Tuhan.

Betapa seringnya kita hanya fokus kepada permasalahan yang terjadi ketimbang menyadari kasih setia Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Hidup tidaklah mudah. Terkadang dalam perjalanan hidup kita akan bertemu dengan saat-saat dimana kita merasa bahwa hidup ini tidaklah selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ada saat senang, ada pula saat susah, bahkan terkadang kita harus berjalan dalam kegelapan. Tetapi ingatlah bahwa di saat seperti itupun kita tetap berjalan dengan penyertaan Tuhan, tidak akan pernah sendiri. Firman Tuhan berkata "Sekalipun aku berjalan dalam lembah  kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4).

Kemarin saya sudah menulis mengenai kuasa di balik puji-pujian, bagaimana puji-pujian mampu mendahului kemenangan bagi Yosafat dan bangsa Yehuda dalam menghadapi serangan pasukan besar dari berbagai penjuru. Hari ini saya pun memiliki masalah-masalah sendiri untuk diselesaikan, belum lagi tumpukan pekerjaan yang tidak habis-habisnya. Puji Tuhan Dia telah menciptakan musik dan telah memberkati saya dengan suara. Sambil menulis renungan ini saya menyanyi kecil, dan nyata benar Tuhan memberikan kekuatan agar saya bisa menyelesaikan tugas demi tugas dan masalah satu persatu dan yang pasti Tuhan pun memberikan rasa sukacita disamping kelegaan dan kekuatan yang hadir lewat puji-pujian yang saya panjatkan untuk Tuhan.

Lewat kitab Ayub kita bisa melihat betapa seringnya manusia hanya memandang kepada masalah dan melupakan Tuhan. "Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan, berteriak minta tolong oleh karena kekerasan orang-orang yang berkuasa" kata Ayub (Ayub 35:9), "tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam.." (ay 10).  Ya, mengapa kita hanya berteriak dalam kesesakan tetapi lupa untuk memuji penyertaan Tuhan yang setia, yang tidak pernah meninggalkan dan membiarkan kita sendirian? Pemazmur tahu betul akan hal itu, ia berkata "TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9). Sepanjang kita melakukan berbagai aktivitas di siang hari Tuhan dengan setia terus bersama kita, tidakkah indah apabila pada malam hari sebelum kita beristirahat kita pun memanjatkan nyanyian-nyanyian pujian dan penyembahan  kepadaNya?

Ada kuasa dalam puji-pujian. Selain lewat kisah Yosafat kemarin, lihatlah contoh lain tentang bagaimana tembok Yerikho runtuh di hari ke tujuh setelah dikelilingi berhari-hari. Apa yang membuat tembok itu runtuh pada akhirnya? Selain memang Allah sendiri yang telah menjanjikan, "Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa." (Yosua 6:2), tapi lihatlah bahwa pujian dan sorak sorai bagi Tuhan membuat tembok itu akhirnya runtuh. "Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu." (ay 20). Dalam kisah lainnya, kita tahu bagaimana Gideon dengan prajurit berjumlah hanya 300 orang mampu menaklukkan musuh tak terhitung banyaknya, seperti belalang dan pasir di tepi laut, lewat puji-pujian dan gemuruh suara sangkakala seperti yang bisa kita baca dalam Hakim Hakim 7. Lalu ingatkah anda apa yang terjadi ketika Paulus dan Silas yang tengah terpasung di dalam penjara? Mereka memutuskan untuk tidak meratapi diri melainkan berdoa dan memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan. "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka." (Kisah Para Rasul 16:25). Dan yang terjadi selanjutnya adalah seperti ini. Alkitab mencatat hadirnya gempa menyelamatkan mereka (ay 26). Bukan itu saja, tetapi keputusan mereka pun membawa pertobatan orang lain. (ay 30-33). Lihatlah bagaimana besarnya kuasa di balik puji-pujian, dan itu semua bisa terjadi karena ada Tuhan yang bertahta/bersemayam di atas puji-pujian. (Mazmur 22:4).

Setelah lelah bekerja sepanjang hari, atau kecapaian menghadapi segudang masalah, masihkah kita menyadari bahwa Tuhan sebenarnya tidak pernah absen menyertai kita? Sudahkah kita memuji Dia malam ini? Ingatlah bahwa ada kuasa di balik puji-pujian. Bukan saja kita memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan lewat puji-pujian tulus dari hati kita, tetapi kita pun akan diberi kelegaan, kekuatan, semangat dan sukacita baru untuk terus melangkah melewati hari demi hari yang sulit, bahkan kemenangan yang ajaib pun bisa hadir lewat puji-pujian itu. Malam ini marilah kita panjatkan pujian dan penyembahan dengan sepenuh hati kepadaNya.

Pujilah Tuhan dan jangan lupakan kasih setiaNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, February 25, 2012

Puji-Pujian Mendahului Kemenangan

Ayat bacaan: 2 Tawarikh 20:21
=======================
"Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: "Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!"

pujian mendahului kemenanganAnda tentu masih ingat lagu-lagu perjuangan yang sering dinyanyikan oleh para pejuang dalam membela tanah air di masa perang dahulu. Maju Tak Gentar, Hari Merdeka, Halo-Halo bandung dan lain-lain pada masa itu sering dinyanyikan untuk membangkitkan semangat juang dalam menghadapi penjajah, dan hingga hari ini kita masih mengenal baik lagu-lagu tersebut. Di setiap negara tentara pun sering bernyanyi sembari berlatih agar mereka tetap bersemangat setiap waktu. Lagu atau nyanyian bagi saya yang berkecimpung di dunia musik merupakan salah satu anugerah terindah dari Tuhan. Saya sulit membayangkan bagaimana keringnya hidup ini tanpa adanya lagu. Bagi banyak orang lagu memberi hiburan, tapi lagu juga bisa berfungsi lebih dari sekedar hiburan. Ada beberapa artis yang bisa membuat komposisi-komposisi begitu indah sehingga ketika mendengarkannya serasa tengah mengagumi potret atau lukisan. Bagi para pejuang atau tentara lagu bisa menaikkan semangat dan keberanian. Lagu yang kita sukai bisa menjadi cerminan siapa diri kita dan apa isi hati kita. Jelaslah bahwa lagu memiliki makna yang jauh lebih banyak ketimbang sekedar hiburan. Bagi Tuhan pun ternyata lagu-lagu pujian yang diberikan kepadaNya bermakna sangat besar. Tuhan menyukai musik dan lagu, sehingga lagu pujian kita kepada Tuhan bisa membawa perubahan besar dalam hidup kita, bahkan saya bisa berkata bahwa lagu pujian itu mendahului atau membawa kemenangan.

Sebuah contoh nyata bisa kita lihat pada akhir pemerintahan raja Yosafat yang tertulis dalam 2 Tawarikh 20. Alkitab mencatat bahwa pada masa itu ada laskar yang besar datang dari berbagai penjuru untuk menyerang Israel. Sementara pasukan Israel sangat sedikit jumlahnya, tidak sebanding dengan jumlah besar kekuatan yang hendak menghancurkan mereka. Tidak mengherankan apabila Yosafat kemudian menjadi takut. Kita pun tentu takut jika mengalami hal yang sama. Tetapi meski takut, Yosafat mengambil sebuah keputusan yang benar dalam merespon rasa takutnya. "Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa." (2 Tawarikh 20:3). Bukan hanya keputusan untuk pribadinya sendiri saja, tetapi ia pun mengajak serta memimpin bangsanya untuk mengambil keputusan yang benar."Dan Yehuda berkumpul untuk meminta pertolongan dari pada TUHAN. Mereka datang dari semua kota di Yehuda untuk mencari TUHAN." (ay 4). Mereka berdoa dan berpuasa secara nasional, isi doanya pun bisa kita baca dalam perikop ini. Lantas Tuhan pun menjawab doa mereka lewat Yahaziel. Yahaziel dikatakan dihinggapi Roh Tuhan (ay 14) dan menyampaikan pesan dari Tuhan kepada Yosafat dan bangsa Yehuda. "Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman TUHAN kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah." (ay 15). Tidakkah pesan ini sangat luar biasa? Tuhan dengan jelas berkata bahwa mereka tidak perlu takut, karena Tuhan sendiri yang akan berperang melawan mereka. Kita tahu bahwa kuasa Tuhan tidak terbatas dan tidak tertandingi oleh apapun. Apa yang harus ditakutkan kalau Tuhan yang Maha Kuasa sudah menjanjikan itu? Tuhan bahkan berkata: "Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggallah berdiri di tempatmu, dan lihatlah bagaimana TUHAN memberikan kemenangan kepadamu. Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, TUHAN akan menyertai kamu." (ay 17).

Apa yang kemudian dilakukan Yosafat dan bangsa Yehuda dalam merespon pesan Tuhan ini? Diluar dugaan mereka membentuk kelompok paduan suara untuk memuji Tuhan! Mereka mengangkat para penyanyi dan pemuji lalu mengutus mereka untuk ditempatkan di barisan depan. "Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: "Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" (ay 21). Kita mungkin dengan cepat menganggap hal ini sebagai sebuah keputusan yang aneh dalam menghadapi perang, tetapi iman mereka percaya sepenuhnya kepada Tuhan sehingga mereka tahu bahwa apa yang terpenting bagi mereka adalah menyatakan ucapan syukur mereka dan memuliakan kebesaran Allah lebih dari apapun. Dan ketika mereka mulai menyanyikan puji-pujian, terjadilah keajaiban seperti yang dijanjikan Tuhan itu. "Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah." (ay 22). Alkitab tidak mencatat adanya pasukan Yehuda yang gugur. Tapi Alkitab jelas mencatat bahwa tidak satupun musuh yang luput. Dan itu terjadi tanpa mereka perlu bertempur. "Lalu bani Amon dan Moab berdiri menentang penduduk pegunungan Seir hendak menumpas dan memunahkan mereka. Segera sesudah mereka membinasakan penduduk Seir, mereka saling bunuh-membunuh. Ketika orang Yehuda tiba di tempat peninjauan di padang gurun, mereka menengok ke tempat laskar itu. Tampaklah semua telah menjadi bangkai berhantaran di tanah, tidak ada yang terluput." (ay 23-24). Tidak itu saja, tapi merekapun kemudian mendapat jarahan yang sangat banyak. Saking banyaknya sampai-sampai mereka membutuhkan waktu tiga hari untuk mengangkut ternak, barang berharga dan pakaian untuk dibawa pulang. (ay 25). Lihatlah bagaimana puji-pujian mendahului kemenangan dan membawa hasil yang luar biasa mengatasi batas logika dan pikiran kita. Bangsa Yehuda dibawah pimpinan Yosafat memperoleh kemenangan besar, dan semua itu dimulai dengan pengambilan keputusan yang benar dan didahului lewat puji-pujian.

Apakah anda hari ini tengah mencari kemenangan sejenis atas berbagai masalah yang anda hadapi? Apakah ada diantara teman-teman yang tengah bergumul dan merasa putus asa menghadapi sejumlah besar tekanan hidup? Apakah semua ini mulai membuat logika anda berkata bahwa anda sudah harus menyerah kalah? Jika ya, berdirilah tegak dan lakukan hal yang sama seperti Yosafat dan bangsanya. Panjatkan puji-pujian dan serukan kemuliaan bagi Tuhan. Bernyanyilah dengan penuh sukacita dan iman yang percaya, dan anda bisa mengalami situasi serupa seperti yang mereka alami saat itu. Ada sepasukan musuh menyerang anda. Apakah itu tumpukan masalah, sakit penyakit, krisis keuangan dan sebagainya. Itu bisa hadir menyerang, tetapi ingatlah bahwa Yesus sudah mengalahkan semua itu. Yesus sudah memenangkan pertempuran itu bagi anda dan saya pada saat kebangkitanNya. Ada kuasa besar dibalik puji-pujian, dan Alkitab sudah menyatakan bahwa ada Tuhan yang bertahta/bersemayam di atas puji-pujian. (Mazmur 22:4). Apa yang perlu kita lakukan hanyalah mempercayainya secara penuh dan mulai memujiNya. Hari ini anda bisa mulai melakukannya. Berikan puji-pujian kepada Tuhan, nyanyikanlah disertai iman dan semua itu akan mematahkan masalah apapun yang tengah kita hadapi saat ini. Bernyanyilah bagi Tuhan, dan anda akan melihat bahwa tidak satupun dari musuh atau masalah yang berpeluang sama sekali untuk meruntuhkan anda.

Puji-pujian mendahului datangnya kemenangan besar

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, February 24, 2012

Sadar Sepenuhnya (2)

(sambungan)

Dalam Kolose pasal 2 Paulus menyatakan dengan jelas status kita setelah kita bertobat dan menerima Kristus. 
"Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati. Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib." (Kolose 2:11-14).

Seperti itulah tepatnya kondisi atau keadaan kita setelah bertobat. Kita telah dilahirkan kembali dalam keadaan yang benar-benar bersih dan disiapkan untuk menuju kepada kehidupan kekal setelah fase kita di dunia ini berakhir. Tuhan Yesus sendiri yang telah melakukannya untuk kita. Seluruh "surat hutang" atau "surat dakwaan" telah dihapuskan lewat karya penebusan Yesus di atas kayu salib. Singkatnya, kita telah diampuni dan ditahirkan, bersih sepenuhnya. Tetapi kita seharusnya tidak berhenti berpuas diri sampai disitu saja, karena masih ada tugas selanjutnya yang menanti. Menjaga diri kita agar tetap bersih dan kudus setelah menjalani lahir baru menjadi tugas kita selanjutnya. Meski kita sudah menjadi ciptaan baru, kita bisa kembali kotor jika kita membiarkan diri kita tercemar lagi dengan berbagai penyimpangan. Maka dari itu, seberapa jauh kesadaran kita akan sangat menentukan hasil akhirnya.

Paulus dengan jelas mengingatkan kita agar tidak terbuai dan lengah terhadap kesadaran. "Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!" (1 Korintus 15:34). Sadarlah kembali, dan sadarlah benar-benar, jangan setengah-setengah. Demikian peringatan Paulus, dan itulah yang bisa membuat kita awas akan jebakan-jebakan iblis agar kita kembali tercemar oleh berbagai dosa. Iblis akan terus berkeliling mengaum-aum mencari celah seperti yang disebutkan dalam 1 Petrus 5:8 kemarin, tetapi ia tidak akan bisa berbuat apa-apa jika kita tidak memberi celah sedikitpun baginya untuk masuk. Ia hanya bisa berkeliling tanpa bisa melakukan apapun. oleh karena itulah menjaga kesadaran sebaik-baiknya merupakan tugas yang sangat penting untuk kita ingat setiap saat. Hari ini, besok dan seterusnya, iblis akan terus berusaha tanpa lelah untuk menipu dan menjebak kita. Dia akan terus berusaha agar kita kembali menjadi hamba dosa. Tetapi iblis tidak akan sanggup berbuat apa-apa jika kita tetap berada dalam kondisi sadar penuh setiap hari, termasuk di dalamnya sadar sepenuhnya mengenai status atau jati diri kita sebenarnya di dalam Kristus seperti yang telah dinyatakan dalam rangkaian ayat 1 Korintus di atas. Yesus pun pernah beberapa kali mengatakan "jangan berbuat dosa lagi" secara langsung seperti dalam kisah "perempuan yang berzinah" (Yohanes 7:53-8:11). Ketika perempuan yang berzinah itu hampir dihakimi oleh para ahli Taurat dan orang Farisi dengan hukuman dirajam sampai mati akibat kesalahannya, Yesus datang memberikan pengampunan. Satu pesan yang disampaikan Yesus kepadanya: "..jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (8:11). Lalu pada kesempatan lain kita bisa mendapatkan pesan yang sama dengan sebuah tambahan dari Yesus, yaitu dalam kisah kesembuhan seorang yang sakit di kolam Betesda. (Yohanes 5:1-18). Kepada orang yang disembuhkan, Yesus berpesan hal yang sama: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi". Mengapa? "supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (ay 14). Dosa yang dilakukan berulang-ulang bisa mendatangkan akibat yang semakin buruk. Begitulah berat resikonya apabila kita terus bermain-main dengan dosa. Oleh karena itulah kita harus mengingat betul pesan Paulus agar kita benar-benar memperhatikan kesadaran kita sebaik-baiknya.

Kesadaran yang sepenuhnya sangatlah penting dalam menentukan apakah kita bisa menjaga kekudusan diri kita atau tidak, apakah kita bisa tetap bersih atau kembali tercemar oleh banyak dosa. Apabila kita tahu apa yang salah namun kita terus melakukannya karena kita tidak serius dalam menjaga kesadaran, maka yang terjadi bisa lebih buruk dari yang kita duga, dari yang sebelumnya. Tidaklah cukup bagi kita untuk sekedar tahu saja akan mana yang baik dan buruk tanpa benar-benar menjaga kesadaran kita secara baik. Jika itu kita lakukan, itu hanya akan memperburuk status kita dan dengan sendirinya kita tengah mengeluarkan diri kita dari jalan keselamatan yang sudah dibukakan Kristus untuk kita. Kelengahan akan selalu menjadi celah yang lezat buat iblis untuk kembali menancapkan kukunya atas diri kita. Maka dari itu, pastikan diri kita untuk sadar sebaik-baiknya, sepenuhnya, tidak setengah-setengah setiap saat agar kita terhindar dari berbagai bahaya yang mengancam keselamatan kita bukan saja di dunia ini melainkan untuk sesuatu yang kekal nanti.

Tuhan telah mengampuni dan mentahirkan, tugas kita untuk menjaga dengan kesadaran yang sepenuhnya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, February 23, 2012

Sadar Sepenuhnya (1)

Ayat bacaan: 1 Korintus 15:34
=======================
"Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!"

sadar penuhSemengantuk-mengantuknya saya dan semepet-mepetnya jadwal temu janji, mengajar atau kegiatan lainnya di pagi hari, saya selalu harus memastikan terlebih dahulu bahwa saya sudah benar-benar sadar sebelum melakukan aktivitas apalagi mengemudi. Karena itu saya selalu memasang alarm beberapa jam sebelumnya agar saya punya waktu untuk memulihkan kesadaran sepenuhnya sebelum mulai bersibuk-sibuk dengan kegiatan sehari-hari. Kalaupun sekiranya saya kebablasan tidur, adalah jauh lebih baik terlambat ketimbang mengambil keputusan untuk pergi kemana-mana dalam kondisi setengah sadar. Saya tidak mau gegabah dan main-main mengenai hal kesadaran penuh, meski sebagian orang menganggapnya sebagai sesuatu yang normal, wajar, biasa atau manusiawi. Seorang teman dosen pernah terjatuh di jalan raya ketika mengendarai motor karena ia mengantuk. Keadaan mengantuk membuatnya tidak awas sehingga motornya masuk menghantam sebuah lubang. Ia pun terbanting ke atas aspal. Untunglah ia hanya cedera ringan saja. Tapi bayangkan seandainya tangan atau kakinya patah, atau yang lebih parah lagi tergiling kendaraan lain yang berada dibelakangnya, apa jadinya?

Ada begitu banyak kejahatan yang terjadi ketika seseorang tengah kehilangan akal sehatnya. Ketika kesadaran kita tidak penuh, disanalah berbagai jebakan mengintip dan siap masuk menerkam kita. Ketika Petrus berbicara mengenai iblis yang "berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 Petrus 5:8), ia sebenarnya tengah menggambarkan bagaimana situasi yang sebenarnya. Perhatikanlah bahwa disana dikatakan iblis berkeliling mengaum-aum mencari celah untuk masuk lalu menelan korbannya. Iblis tidak bisa berbuat apa-apa jika kita tidak memberi celah apapun kepadanya dan tetap menyerahkan hidup sepenuhnya ke dalam tuntunan Roh Kudus. Iblis cuma bisa berputar-putar mencari celah, dan di saat kita lengah ia pun akan menyergap dan menelan kita. Keadaan setengah sadar atau dalam keadaan terlena, ketidakwaspadaan kita merupakan sebuah celah yang sering dipakai sang lawan untuk menghancurkan kita. Dalam situasi yang ekstrim kita bisa melakukan kejahatan dengan konsekuensi berat yang akan menjadi penyesalan sepanjang hidup. Orang bisa gelap mata membunuh, mencuri, korupsi, atau menghancurkan orang lain di saat mereka tidak berpikir jernih. Dalam situasi berbeda, kita bisa mencelakakan diri kita sendiri atau orang lain ketika kita berada dalam kondisi setengah sadar. Lupa mematikan kompor gas disaat mengantuk, lupa mengunci pintu rumah atau menyetir di saat mengantuk atau mabuk bisa mengakibatkan kecelakaan fatal. Kita sering menganggap bahwa adalah manusiawi apabila kita berada dalam kondisi tidak sadar, tetapi sesungguhnya Tuhan menganggap kesadaran sebagai hal serius yang harus tetap kita waspadai.

Dari ayat 1 Petrus 5:8 di atas, Petrus mengawalinya dengan "Sadarlah dan berjaga-jagalah!" Yesus sendiri dalam begitu banyak kesempatan mengingatkan kita untuk terus berjaga-jaga. Iblis bisa memakai kelengahan kita sebagai celah buatnya untuk masuk, dan kemudian Yesus pun mengingatkan kita untuk berjaga-jaga karena tidak satupun dari kita yang tahu kapan waktunya tiba. (Markus 13:33). Bahkan Yesus mengingatkan kita seperti ini: "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala." (Lukas 12:35). Karena itulah kewaspadaan merupakan hal yang mutlak untuk kita beri perhatian khusus.

Setengah sadar bisa mendatangkan banyak resiko. Cobalah menghadapi ujian dalam keadaan setengah sadar, meski sudah mati-matian belajar kita bisa gagal lulus karena sulit konsentrasi. Resiko-resiko yang lebih fatal pun bisa menjadi akibatnya pula. Sebuah kesadaran mutlak diperlukan untuk mencegah kita melakukan hal-hal bodoh yang nantinya hanya akan tinggal menjadi penyesalan. Dalam segala aspek kehidupan kesadaran penuh diperlukan, demikian pula dalam hal kerohanian. Dalam keadaan sadar kita mungkin bisa membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan mana yang salah, tetapi dalam keadaan setengah sadar pertimbangan kita bisa menjadi sangat lemah dan kita pun rawan melakukan sesuatu yang salah sehingga terjebak dalam dosa. Seringkali jebakan dosa ini berhasil mengecoh kita bukan karena ketidaktahuan kita, tetapi karena kita lengah dalam mengawasi kesadaran kita sendiri. Paulus pun sempat berpesan agar kita tidak hanya sekedar sadar, tetapi sadar dengan keadaan sebaik-baiknya. "Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!" (1 Korintus 15:34). Bukan setengah sadar, tetapi sadarlah sepenuhnya.

(bersambung)

Wednesday, February 22, 2012

Gereja sebagai Panggung Hiburan

Ayat bacaan: 2 Timotius 2:3-4
=======================
"Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng."

panggungSeorang Pendeta pernah bercerita bahwa ada beberapa gereja yang mewanti-wanti terlebih dahulu agar kotbah yang dibawakan jangan sampai terdengar menyindir atau memakai topik teguran Tuhan yang keras. "Yang berkat-berkat sajalah..dan jangan lupa pakai banyak humor, supaya jemaat tidak mengantuk." kata salah satunya kepada si bapak Pendeta ini. Ia pun geleng-geleng kepala karena di gereja-gereja seperti ini, ibadah Minggu bukan lagi momen dimana kita bisa mendengar pesan Tuhan lewat hambaNya, tetapi sudah berubah menjadi sebuah panggung hiburan yang hanya ditujukan untuk memuaskan "penonton", terutama memuaskan telinga mereka.

Demikianlah kecenderungan banyak orang hari ini untuk hanya ingin mendengar yang baik-baik saja demi pemuasan telinga mereka. Kalau kotbah berkat, jemaat senang. Tetapi sebaliknya jika kotbahnya menyentuh area dosa, maka banyak jemaat pun menjadi bersungut-sungut atau bahkan tersinggung. Memang Tuhan menjanjikan banyak berkat, yang kalau dihitung bisa berjumlah ribuan di dalam Alkitab. Tetapi disisi lain, berbagai ayat pun menunjukkan apa yang akan menjadi konsekuensinya jika kita melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam hidup kita.

Sudah menjadi kecenderungan bagi manusia untuk lebih ingin mendengar apa yang menyenangkan untuk didengar dan menolak mendengar teguran-teguran yang sering dianggap menghalangi kesenangannya. Memang ada hal-hal yang secara dunia terasa nikmat namun dibaliknya mengandung begitu banyak pelanggaran. Tapi apakah mengikuti Tuhan itu sama artinya dengan membatasi kita untuk menikmati sukacita atau kebahagiaan? Sama sekali tidak. Tanpa melakukan berbagai kenikmatan yang ditawarkan dunia tapi mengandung jebakan-jebakan berbahaya pun hidup ini bisa terasa sangat indah, bahkan lebih indah dari yang bisa kita bayangkan. Persinggungan dengan dunia membuat kita bersentuhan dengan berbagai godaan yang menjanjikan begitu banyak kenikmatan, dan ketika kita sudah terjebak di dalamnya maka beratlah bagi kita untuk lepas darinya. Dan kotbah-kotbah yang "keras" sesungguhnya mengingatkan kita akan bahaya jebakan dosa. Tetapi bagi banyak jemaat, kotbah seperti ini menjadi sesuatu yang tidak populer bagi mereka. Ironisnya ada banyak gereja yang berkompromi dengan hal ini. Mereka memilih jalan aman untuk menyampaikan apa yang disukai jemaat untuk didengar. Mereka lebih peduli terhadap kuantitas ketimbang kualitas, hanya memikirkan jumlah ketimbang sampai tidaknya suara Tuhan bagi jemaat mereka. Di antara pendeta pun ada yang memilih jalan seperti ini. Mereka lebih tertarik untuk bisa mencapai ketenaran atau popularitas dengan hanya memilih jalan aman, bahkan ada banyak pula yang hanya fokus pada masalah kekayaan. Bisa dibayangkan bagaimana para jemaat yang masih belum mengerti betul akan kandungan Firman Tuhan bisa terjebak pada harapan akan kekayaan secara materi untuk diri sendiri. Kita bisa melihat pula bahwa gereja-gereja seperti ini ternyata bertumbuh pesat di luar sana. Soundsystem bagus, tata lampu, bahkan artis-artis terkenal dijadikan inti dari peribadatan. Bukan lagi Tuhan yang diutamakan, tetapi sisi entertainment atau hiburan lah yang penting bagi mereka. Promosi pun lebih diutamakan kepada siapa pendeta atau artis yang bakal hadir, itu ditulis besar-besar untuk menjaring orang. Pola seperti ini membuat semakin banyak orang yang cenderung memilih apa yang suka mereka dengar ketimbang mendalami betul apa bunyi Firman Tuhan sepenuhnya. Dan itu sebenarnya sudah disebutkan sejak dahulu di dalam Alkitab.

Ayat bacaan hari ini menyatakan hal itu secara jelas."Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng." (2 Timotius 4:3-4). Itulah yang terjadi saat ini. Orang tidak mau lagi mendengar kebenaran dan hanya mau mendengar apa yang menyenangkan bagi telinga mereka, sesuatu yang membuai bagai mendengarkan dongeng menghibur. Karena itulah Paulus mengingatkan agar kita selalu siap sedia kapan saja untuk menyatakan apa yang salah dengan tegas, tetapi ingatlah bahwa itu tetap harus dalam kesabaran dan bukan dengan paksaan apalagi kekerasan. (ay 2). Apakah hal ini mudah untuk dilakukan? Tentu saja tidak. Tanyakan kepada Paulus, ia pasti tahu betul bagaimana sulitnya. "Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." (2 Timotius 2:9). Tetapi dia tahu bahwa orang percaya seharusnya siap menanggung semua itu dengan penuh kesabaran agar orang lain pun berkesempatan untuk diselamatkan. "Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal." (ay 10). Dalam kesempatan lainnya Paulus sempat bersaksi: "Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa." (2 Korintus 6:4-5). Semua itu rela ia lakukan demi menyelamatkan lebih banyak lagi, dan itulah sesungguhnya jati diri dari pelayan Allah yang sejati, yang lebih mementingkan penyampaian firman Tuhan secara utuh. Bukan hanya yang enak didengar tetapi juga "makanan keras", karena itupun penting bagi kita untuk bisa memperoleh keselamatan yang sudah disediakan Tuhan bagi kita.

Ada saat dimana orang-orang yang baru bertobat masih memerlukan pengajaran yang lembut, tetapi ada pula waktu dimana mereka harus disapih dari itu dan beralih kepada makanan yang keras. Penulis Ibrani mengatakan hal ini secara tegas. "Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat." (Ibrani 5:13-14). Pancaindera, termasuk telinga di dalamnya, haruslah siap mendengarkan Firman-Firman Tuhan yang bunyinya keras sekalipun agar kita benar-benar tahu dan bisa membedakan mana yang baik dan tidak, mana yang benar dan salah. Bayi tidaklah bisa terus-terusan dikasih susu seumur hidupnya. Ada saat dimana bayi mulai bertumbuh besar dan disaat itu susu tidak lagi cukup untuk mendukung pertumbuhannya secara baik. Makanan keras akan menjadi makanan yang tepat bagi orang dewasa. Begitu juga pertumbuhan kedewasaan secara rohani tidak akan bisa tercukupi hanya dengan yang lembut-lembut saja. Ada kalanya kita harus diingatkan oleh teguran keras agar kita bisa tetap berada di jalur yang benar, atau kalau sudah terlanjur melenceng kita bisa segera kembali ke dalam arah yang benar.

Firman Tuhan berkata: "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:17). Betapa pentingnya hal ini untuk kita pikirkan, terlebih pada jaman di mana orang lebih tertarik untuk hanya mendengarkan segala sesuatu yang nyaman bagi telinganya dan merasa risih bahkan tersinggung ketika ada Firman Tuhan yang terasa keras dalam teguran. Hanya orang yang melakukan kehendak Tuhanlah yang akan hidup selama-lamanya. Jika memang masih ada yang tidak benar dalam perbuatan kita, terimalah dengan lapang dada dan rasa syukur teguran-teguran termasuk yang keras sekalipun. Sebab di dalamnya sesungguhnya ada tujuan yang baik untuk menghindarkan kita dari kematian kekal. Ingat pula bahwa kita perlu menguji segala pengajaran yang kita terima, seperti kata Alkitab: "Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik". (1 Tesalonika 5:21). Kita tidak akan bisa menguji dan bakal menelan bulat-bulat seluruhnya termasuk yang salah apabila kita tidak memahami betul-betul isi hati Tuhan. Karena itulah kita perlu terus membaca dan merenungkan Firman Tuhan yang sudah tertulis lengkap di dalam Alkitab agar kita tidak gampang goyang bagaikan daun tipis yang ditiup angin kesana kemari oleh berbagai pengajaran yang salah.

Meski Tuhan menjanjikan berkat berkelimpahan, kita harus memperhatikan benar segala bentuk pengajaran yang mengarah kepada hal-hal seperti itu karena belum tentu semua itu benar-benar sesuai dengan Firman Tuhan. Saya tidak anti kepada gereja yang memiliki soundsystem, tata mimbar atau dekorasi yang baik. Selama itu semua bisa mendekatkan jemaat kepada Tuhan dan bisa membawa mereka untuk mengenal Tuhan lebih baik lagi tentu tidak ada salahnya. Tetapi jangan sampai itu semua malah merebut posisi Tuhan yang seharusnya atau malah menjauhkan jemaat dari Tuhan. Bagi yang melayani, tegaslah dalam mengingatkan, tetapi bersikaplah lemah lembut dan tidak kasar. Sampaikan dengan benar apa kata Firman Tuhan, meski belum tentu orang senang mendengarnya. Mungkin kita perlu menderita seperti halnya Paulus, tetapi jika itu membawa keselamatan bagi banyak orang dan tidak membuat kita digolongkan sebagai penyesat, mengapa tidak?

Jangan hanya memilih yang enak didengar telinga saja, tetapi sampaikanlah Firman Tuhan seperti apa adanya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Tuesday, February 21, 2012

Berfungsi Benar Sebagai Terang (2)

(sambungan)

Kita harus memperhatikan betul dimana kita bisa maksimal dan berfungsi benar sebagai terang.Tanpa meletakkan dan memfungsikannya dengan benar, terang kita tidak akan terlihat dan tidak akan mampu menjangkau orang lain. Lalu kitapun gagal untuk melakukan amanat agung yang difirmankan Tuhan Yesus sesaat sebelum Dia naik ke Surga. Dan hal ini akan diperhitungkan pada hari penghakiman, dimana saat itu tidak lagi ada hal yang tersembunyi. One day all will be revealed. Hal inilah yang menjadi kelanjutan ayat bacaan di atas. "Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap." (Markus 4:22). Pada saat itu, siap atau tidak, kita harus mempertanggungjawabkan segala yang kita lakukan. Apakah kita hidup sesuai firman Tuhan atau tidak. Apakah kita sudah melakukan segalanya atas dasar kasih, atau malah mementingkan diri sendiri selama hidup. Apakah kita sudah melayani Tuhan dan pekerjaanNya, atau kita malas-malasan dan hanya menuntut berkat tanpa ingin memberkati. Semua itu akan dibuka pada hari penghakiman.

Tuhan melengkapi kita dengan talenta yang cukup untuk bisa menjadi terang, Dia bahkan telah memberikan terangNya sendiri untuk menyinari kita dan memampukan kita untuk bersinar di tengah dunia yang kelam, Hendaklah talenta-talenta itu dilipat gandakan, digunakan untuk melayani dan menyelamatkan orang lain, digunakan untuk bekerja di ladang Tuhan dan membawa jiwa-jiwa untuk diselamatkan, bukan dipendam dalam tanah seperti yang tertulis dalam perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30, Lukas 19:12-27). Lihat apa yang diputuskan Tuhan terhadap hamba yang malas dan hanya menimbun talentanya dalam perumpamaan tentang talenta ini. Pertama apa yang ia miliki diambil dan diberikan kepada orang yang melipat gandakan talenta (Matius 25:28), lalu ia dilempar ke dalam kegelapan tergelap, tempat yang penuh ratap dan kertak gigi. (ay 30).

Adalah menarik jika memperhatikan bahwa ada kesamaan ayat antara perumpamaan tentang talenta dan perumpamaan tentang pelita. Perhatikan kesamaan ayat dalam perumpamaan tentang talenta: "Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya" (Matius 25:29) dengan ayat dalam perumpamaan tentang pelita. "Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (Markus 4:25). Dengan demikian kita bisa melihat dengan jelas keterkaitannya, bahwa jika kita menyia-nyiakan talenta kita, dan menyimpannya di bawah kolong, maka segalanya akan diambil dan kita akan menerima ganjarannya di tempat yang penuh ratap dan kertak gigi. Sebaliknya, jika kita mempergunakan talenta-talenta kita untuk menjadi terang dan berkat bagi banyak orang, maka kepada kita akan ditambahkan lebih banyak lagi. Tuhan akan mencurahkan lebih banyak lagi berkat, yang kemudian mampu anda pergunakan pula untuk memberkati orang lain lebih banyak lagi.

Tuhan mengasihi kita dan menjanjikan hidup yang kekal. Tetapi hal tersebut bukan berarti bahwa kita boleh melakukan apapun dengan sesuka hati. Jangan pernah menyalah gunakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Pada saatnya nanti kita harus mempertanggungjawabkan segala yang dipercayakan Tuhan selama masa hidup kita. Ketika Tuhan telah mengaruniakan kita dengan terang, Dia akan melihat apa yang akan kita lakukan dengan terang itu. Apakah kita menerangi banyak orang dan lebih banyak lagi, apakah kita melipatgandakan talenta-talenta itu untuk tujuan mempermuliakan nama Tuhan dan membawa jiwa-jiwa untuk diselamatkan, atau sebaliknya memilih untuk tidak melakukan itu semua sama sekali dan menjadi orang yang egois dan menutup diri tanpa peduli terhadap orang lain. Pilihan ada di tangan kita, karena Tuhan sudah mencurahkan segalanya secara cukup bagi kita untuk mulai berbuat sesuatu. Tidak perlu malu, takut, merasa tidak sanggup dan sebagainya untuk menyatakan terang, karena "Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu." (Markus 4:24). Inilah perumpamaan tentang Pelita yang disebutkan Yesus. Hendaknya kita semua mampu menjadi terang yang benar, seperti halnya Kristus sang "Terang Dunia". Dunia yang kita hidupi saat ini penuh dengan kegelapan dan sangat membutuhkan seberkas sinar untuk meneranginya. Jika kita mau menjadi terang sesuai firman Tuhan, maka Tuhan akan berkata: "Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu." (Yesaya 58:8).

Jadilah pelita yang berfungsi benar memberikan cahaya terang di dunia yang gelap

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Monday, February 20, 2012

Berfungsi Benar Sebagai Terang (1)

Ayat bacaan: Markus 4:21
===================
"Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian."

menjadi terangTengah asyik-asyiknya mengetik, tiba-tiba listrik di rumah padam. Istri saya lalu mengambil beberapa buah lilin, meletakkan lilin-lilin itu pada tempatnya dan kemudian menyalakannya agar rumah tidak gelap gulita. Ia mempunyai posisi-posisi sendiri untuk meletakkan lilin, seperti di atas rak di ruang tamu, di atas meja kerja saya dan di atas rak di kamar tidur. Jika anda menyalakan lilin dalam situasi yang sama, tentu anda juga meletakkannya pada tempat-tempat seperti itu. Tidak akan ada orang yang menyalakan lilin lalu diletakkan di tempat tertutup atau terhalang sesuatu, seperti di bawah tempat tidur, dalam peti dan sebagainya. Disana lilin tidak akan bisa berbuat banyak untuk menghalau gelap dan menggantikannya dengan terang yang ia miliki. Lilin itu hanya akan berfungsi baik menerangi kegelapan apabila diletakkan di posisi terbuka yang cukup tinggi. Jika anda pegang tempat lilin dan anda angkat ke atas di dalam ruang yang gelap, disanalah lilin itu akan mampu menerangi ruang yang gelap gulita. Lilin berfungsi sebagai alat penerang, tetapi dimana kita menempatkannya akan menentukan apakah lilin itu bisa berfungsi maksimal atau sebaliknya.

Yesus pun mempergunakan fakta ini dalam perumpamaannya tentang kita sebagai terang dunia. Ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita, maka kita pun menerima terang, sebab Yesus adalah terang yang sejati. Yesus bersabda: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12). Saat terang Yesus hadir dalam diri kita, maka terang itu pun akan menyinari kita semua; Kristus sendiri yang akan bercahaya atas kita. (Efesus 5:14). Dengan demikian kita yang dulu hidup dalam kegelapan, kini berubah menjadi anak-anak terang. "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang." (Efesus 5:8). Hidup sebagai terang akan nyata ketika hidup kita berbuah kebaikan, keadilan dan kebenaran. (ay 9). Dan dengan hidup dalam terang,  darah Yesus menyucikan kita dari segala dosa. (1 Yohanes 1:7). Artinya, kita dilayakkan untuk menerima keselamatan. Namun terang yang kita peroleh dari sang "Terang Dunia" bukanlah dimaksudkan hanya untuk diri kita sendiri saja melainkan juga untuk menyinari saudara-saudara kita yang masih berada dalam kegelapan. Firman Tuhan berkata: "Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu." (Yesaya 60:1-2).

Pelita, lilin atau alat penerang lainnya harus dipergunakan sesuai fungsi. Alat-alat penerangan ini dinyalakan bukan untuk ditempatkan di bawah kolong atau ditutupi, namun haruslah ditempatkan pada posisi yang benar agar cahayanya bisa menerangi kegelapan. Yesus mengatakannya seperti ini: "Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian." (Markus 4:21). Bagaimana terang yang kita miliki mampu untuk menyinari orang lain, apabila kita terus menyembunyikannya? Bagaimana kita bisa maksimal apabila ibadah hanya dilakukan dalam ruang lingkup tembok gereja sekali seminggu saja? Firman Tuhan jelas berkata: "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Ibadah yang sejati sesungguhnya adalah sebuah kehidupan yang hidup, kudus dan berkenan dalam kehidupan kita sehari-hari, baik di rumah, pekerjaan, tempat pendidikan, lingkungan pertemanan dan ditengah-tengah kehidupan sosial kita.

(bersambung)

Sunday, February 19, 2012

Air Muka

Ayat bacaan: Amsal 15:13
==================
"Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat."

air mukaAir muka  seperti apa yang mendominasi wajah kita saat ini? Apakah senyum lebih banyak, atau cemberut atau muka dingin yang justru lebih sering muncul? Satu hal yang pasti, kerap kali air muka kita bisa mempengaruhi suasana di tengah-tengah lingkungan di mana kita berada. Ketika kita hadir kita bisa membuat suasana menjadi ceria, atau justru sebaliknya, kehadiran kita seolah membawa awan kelabu dan langsung membuat suasana menjadi suram dan muram. Apakah orang lain menjadi bersemangat dan gembira lewat kehadiran kita, atau malah langsung membuat orang menjadi malas serta kehilangan gairah? Sadar atau tidak, air muka yang kita tunjukkan kepada lingkungan sekitar kita akan sangat berpengaruh terhadap suasana. Ramahkah, bersahabatkah, mudah tersenyum kah, atau angkuh, kaku dan tidak menunjukkan sikap bersahabat, semua itu bisa tergambar dari raut muka kita. Apakah bibir kita melengkung ke atas  atau melengkung ke bawah, apa yang terlihat itu bisa menentukan situasi di sekitar kita. Ada banyak anak yang ketakutan melihat ayahnya karena setiap ayahnya pulang raut mukanya tidak pernah senyum dan selalu terlihat seperti marah. Mendengar suara mobil saja anak-anak sudah  berlari ke kamarnya masing-masing dan segera pura-pura tidur karena ketakutan. Di kantor pun demikian. Apa yang anda rasa jika pimpinan anda memiliki wajah yang ketus dan dingin? Bandingkan dengan pimpinan yang ramah, suka tersenyum dan mau menyapa bawahannya. Ini gambaran sederhana mengenai pengaruh air muka terhadap lingkungan sekitar. Sesuatu yang sepele, tapi seringkali tidak kita sadari dampaknya terhadap orang-orang disekitar kita.

Hari ini saya hadirkan sebuah pertanyaan penting, apakah Tuhan peduli dengan air muka yang kita tampilkan setiap hari? Jawabannya ya. Tuhan juga sangat peduli. Lihatlah sebuah contoh di awal-awal kitab Kejadian ketika Kain mulai merasa cemburu terhadap saudara kandungnya Habel. (Kejadian 4). Ketika korban persembahan Habel diterima dan korban persembahan Kain ditolak Tuhan, hatinya dikatakan menjadi sangat panas, dan itu mengakibatkan mukanya menjadi muram. (Kejadian 4:5). Lalu lihatlah tanggapan Tuhan setelahnya. "Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." (ay 6-7). Tuhan sudah mengingatkan jelas bahwa air muka seharusnya berseri if we do well, tetapi sebaliknya jika tidak, maka dosa pun akan mengintip di depan pintu, menunggu untuk masuk, menyerang dan menghancurkan kita. Dan lihatlah ayat 6 di atas. Disana Tuhan menyatakan langsung bahwa ada keterkaitan antara suasana hati dengan air muka. Hati dikatakan sebagai sumber kehidupan, karenanya kita harus menjaga hati jika kita tidak mau kehilangan sukacita dan kemudian kehilangan senyum dan kegembiraan dalam hidup kita. (Amsal 4:23). Itu akan terlihat jelas dari raut atau air muka kita. Akan halnya Kain, kita tahu apa yang ia lakukan selanjutnya. Sebuah kejahatan keji pembunuhan pun kemudian terjadi, dan itu dilakukan oleh saudara kandung dari korban sendiri. Tuhan padahal sudah mengingatkan sebelum itu terjadi. Hati tidak terjaga akan mengakibatkan air muka menjadi muram, lalu dibalik itu dosa pun akan mengintip menanti saat yang tepat untuk menusuk masuk dan menghancurkan kita. Kain tidak mengindahkan itu dan lihatlah akibatnya.

Dalam salah satu bagian kitab Amsal dikatakan: "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Adalah penting bagi kita untuk memiliki muka yang berseri-seri, dan itu semua secara tegas dikatakan berasal dari hati yang gembira. Dari hatilah sebenarnya kehidupan kita terpancar, salah satunya lewat air muka kita. Karenanya kita diminta untuk senantiasa mengawal hati dengan serius. Dari apa yang terjadi pada Kain di atas kita bisa melihat dengan jelas korelasi antara hati yang gembira dan air muka serta akibat yang ditimbulkan setelahnya. Tuhan mengingatkan bahwa raut wajah yang muram akan timbul ketika tidak ada sukacita dalam diri kita, ketika tidak ada kasih Tuhan berkuasa atas kita. Dan ketika itu terjadi, ada dosa yang sudah mengintip di depan pintu dan tengah bersiap-siap untuk menerkam kita. Jadi ada hubungan yang kuat antara apa yang ada dalam hati dengan apa yang terpancar keluar lewat air muka kita.

Lantas bagaimana caranya agar kita bisa memiliki air muka yang menyenangkan? Caranya tidak lain adalah dengan terus menjaga kondisi hati kita agar terus berisi sukacita. Hati yang dipenuhi sukacita akan memancarkan sinar cerah di wajah kita yang bisa membahagiakan orang lain dan diri sendiri. Tidak heran bahwa Tuhan sendiri pun memerintahkan kita untuk setiap saat terus bersukacita dalam keadaan apapun. "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Sukacita sungguh membawa banyak manfaat. Selain membawa pengaruh kepada orang-orang disekitar kita, hati yang gembira penuh sukacita juga akan membuat kita lebih luwes dalam pergaulan bahkan menyehatkan kita. Kita tidak akan pernah bisa menjadi terang dan garam apabila belum apa-apa orang sudah bereaksi negatif dan anti pati terhadap kehadiran kita. Dalam hal kesehatan pun itu berhubungan. Firman Tuhan lewat hikmat Salomo sudah mengatakan: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bayangkan ada berapa banyak penyakit yang mengantri untuk merobohkan kita apabila kita tidak memiliki sukacita dalam hidup kita.

Tuhan senang melihat orang-orang yang selalu gembira penuh sukacita dan tidak suka kepada orang yang air mukanya muram. Lihatlah bagaimana kesal dan kecewanya Tuhan melihat bangsa Israel yang terus saja bersungut-sungut meski mereka terus mendapat curahan berkat dan penyertaan Tuhan. Haruskah kita mencontoh perilaku mereka dan terus mengecewakan Tuhan? Apakah baik jika kita terus menjadi orang yang cepat marah, cepat tersinggung, egois, tidak mau mengerti orang lain dan memasang wajah kaku tak bersahabat kepada orang lain? Tuhan sendiri tidak menginginkan hal seperti itu untuk dilakukan anak-anakNya. Kasih Tuhan yang tercurah setiap hari kepada anak-anakNya seharusnya mendatangkan sukacita, dan selanjutnya terpancar lewat raut  muka, sikap dan perilaku yang bersinar terang, yang seharusnya dapat dengan mudah dilihat oleh dunia.  Jadilah orang yang ramah, murah senyum, punya sikap bersahabat. Jangan pernah biarkan kesulitan-kesulitan dan tekanan dalam hidup merampas sukacita dalam diri kita dan menghilangkan senyum dari wajah kita. Untuk itu, selalu jaga hati kita supaya tetap bersukacita. Air muka apa yang ada hari ini pada wajah kita akan sangat tergantung dari apa yang tengah mengisi hati kita. Oleh karena itu pastikanlah wajah kita tetap penuh senyum dan gembira, dan alirkanlah kegembiraan itu untuk menyentuh orang-orang disekitar kita.

Air muka kita tergantung dari suasana hati

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Saturday, February 18, 2012

Service Excellence

 Ayat bacaan: Kejadian 18:6
=======================
"Lalu Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata: "Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!"

service excellenceHari ini saya masih ingin bercerita mengenai pengalaman saya dalam berlibur ke pulau Penang beberapa waktu lalu. Pada suatu malam saya dan istri pergi ke sebuah gerai pujasera dengan banyak stal makanan berjejer di sekeliling tempat. Setelah kami kenyang makan, ternyata ada sebuah lagi pojok makanan yang kembali menarik perhatian istri saya. Lalu kami pun menuju kesana. Penjualnya adalah seorang bapak tua yang ternyata sangat menyenangi pekerjaannya. Dia dengan bersemangat menerangkan makanan yang dijualnya. Apa saja isinya, bumbunya, sampai rasanya. Ia bahkan memberi kami kesempatan untuk mencicipinya tanpa kami minta terlebih dahulu. Semangatnya menjual membuat kami kemudian memesan satu untuk dibungkus pulang. Kembali dengan bersemangat ia menyarankan kami untuk memakannya ditempat karena menurutnya akan jauh lebih nikmat untuk dimakan langsung ketimbang dibungkus dan dibawa ke hotel. Kami yang sudah kenyang pun kemudian menghabiskan sepiring berdua sambil ditemani oleh si bapak penjual yang terus bercerita macam-macam dengan ramahnya. Setelah selesai ia masih memberi diskon harga tanpa diminta. Untuk teman harga spesial, katanya sambil tertawa. Padahal kami baru saja mengenalnya kurang dari setengah jam. Bapak tua ini menunjukkan sebuah service excellence, going extra mile, yang semakin lama semakin jarang kita temui dalam bisnis modern terutama di negara ini.

Ada banyak strategi penjualan yang menawarkan berbagai kemudahan dan potongan harga. Tetapi banyak sekali diantaranya memiliki motivasi tersembunyi atau jebakan dibalik tawaran itu. Tidaklah heran jika kita mendapati begitu banyak keluhan tentang pelayanan atau penipuan di kolom surat pembaca setiap harinya. Jenis keluhan yang muncul di koran itu begitu beragam, mulai dari pelayanan purna jual yang buruk, merasa tertipu, dikasari dan sebagainya. Persaingan antar produsen pun berlangsung sengit bahkan cenderung kasar. Persaingan tidak lagi cukup berbicara mengenai mutu dan harga, tapi harus pula ke dalam zona pelayanan. Sebaik-baiknya sebuah produk, jika tidak didasari dengan pelayanan yang baik lama kelamaan akan ditinggalkan oleh pelanggannya. Kesigapan, kecepatan pelayanan, keramahan dan kepedulian dalam menangani konsumen menjadi hal mutlak yang harus diperhatikan oleh penjual sebagai salah satu bagian penting dari pelayanan untuk memenuhi kepuasan konsumen. Costumer Service  yang siaga 24 jam dan cakap dalam menangani keluhan konsumen menjadi sesuatu yang wajib untuk dimiliki perusahaan-perusahaan besar hari ini. Pelayanan yang cepat, ramah dan cakap akan mampu memberikan perbedaan signifikan dari keberhasilan sebuah perusahaan dalam memasarkan produknya. Bapak tua itu bukan direktur perusahaan, ia hanya penjual makanan pinggir jalan. Tetapi "service excellence" yang diberikannya ternyata berkesan sangat baik bagi konsumen seperti saya. Dan saya pun belajar dari dirinya akan pentingnya memperhatikan sebuah pelayanan ekstra yang akan memberikan perbedaan signifikan dari keberhasilan menjual.

Sejak jaman dahulu sebenarnya Alkitab sudah menekankan akan pentingnya memberi pelayanan yang baik, setidaknya sejak jaman Abraham seperti yang bisa kita baca dalam Kejadian 18. Mari kita lihat bagaimana reaksi Abraham ketika mendapat kunjungan 3 "orang" di kala ia sedang duduk lelah kepanasan di depan kemahnya. Mendapat kunjungan 3 Sosok istimewa seperti itu, kita melihat gambaran kesigapan Abraham dalam memberi pelayanan yang terbaik bagi mereka. "Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini; biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali; kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya; sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini." (Kejadian 18:4-5a). Abraham tengah melepas lelah ditengah teriknya matahari. Tapi ia tetap menunjukkan kesigapan dalam melayani. He showed one excellent service. Tidak cuma sekedar kata, tapi lihatlah ayat selanjutnya, bagaimana Abraham dengan cekatan langsung bergerak meminta Sara untuk menyediakan yang terbaik dengan secepat mungkin. "Lalu Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata: "Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!" (ay 6). Sementara Sara menyediakan roti, Abraham pun kemudian bergegas menyediakan yang lainnya. "Lalu berlarilah Abraham kepada lembu sapinya, ia mengambil seekor anak lembu yang empuk dan baik dagingnya dan memberikannya kepada seorang bujangnya, lalu orang ini segera mengolahnya. Kemudian diambilnya dadih dan susu serta anak lembu yang telah diolah itu, lalu dihidangkannya di depan orang-orang itu; dan ia berdiri di dekat mereka di bawah pohon itu, sedang mereka makan." (ay 7-8). Ini menunjukkan sebuah service excellence.

Kisah ini menunjukkan bagaimana kesigapan Abraham dalam melakukan pelayanan yang terbaik bagi tamunya. Ia memberikan bentuk respon yang sangat cepat lebih dari apa yang diharapkan. Kita tahu usia Abraham sudah lanjut pada saat itu, dan ia tengah lelah kepanasan. Jika ia bergerak lambat sekalipun mungkin kita bisa mengerti. Jika ia hanya menyuruh bujangnya atau berteriak saja kepada istrinya pun kita tentu maklum. Tapi tidaklah demikian halnya dengan Abraham. Meski ia sudah lanjut usia, Abraham ternyata masih berpikir pentingnya bersikap gesit dalam memberikan pelayanan terbaik. Tidak heran jika Abraham menjadi orang yang berhasil dan diberkati dengan memiliki gaya hidup seperti ini.

Apa yang ditunjukkan oleh Abraham sesungguhnya harus kita adopsi hari ini, apalagi di tengah dunia yang semakin mementingkan kecepatan seperti sekarang. Sikap seperti ini perlu dimiliki oleh kita semua, termasuk dalam pekerjaan kita. Dan kita melakukan itu bukan saja untuk memberi sebuah pelayanan yang berbeda kepada konsumen, tetapi terlebih untuk Tuhan. Yesus pun mengingatkan kita akan hal ini. "Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil." (Matius 5:41). Berikan yang terbaik bukan hanya sebagai kewajiban tetapi terlebih karena kita mengasihi Tuhan dan ingin memuliakan Tuhan lewat segala sesuatu yang kita kerjakan. Konsep seperti ini akan mampu memberi perbedaan signifikan yang mengarah kepada keberhasilan. Jangan pernah puas untuk memberi "performance" standar sesuai kewajiban, tapi mari kita melangkah memasuki mil kedua sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan yang tidak pernah habis-habisnya memberkati kita.

Berikan service excellence dan muliakan Tuhan didalamnya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Friday, February 17, 2012

Hati yang Gembira

Ayat bacaan: Amsal 17:22
=====================
"Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang."

hati gembiraKetika berlibur di pulau Penang Malaysia saya dan istri duduk melepas lelah di sebuah pinggiran pantai di suatu senja. Ada banyak orang yang duduk disepanjang lokasi yang memang menyediakan tempat bersantai itu. Kemudian lewatlah seorang pria paruh baya mengendarai motor secara perlahan dengan banyak koran bergelantungan di dekatnya. Sepertinya ia bertugas sebagai loper koran yang menyalurkan koran terbitan sore ke gerai-gerai di sekitaran pantai. Sepanjang jalan ia terus menyapa orang yang dilewatinya. "Hello..", "Have a Nice Day", "Enjoy your stay" katanya sambil tersenyum kepada orang-orang disana yang sebagian besar merupakan turis seperti saya. Disaat orang berlibur duduk di pinggir pantai, ia harus bekerja membawa begitu banyak koran. Tapi itu tidak membuatnya bersungut-sungut. Ia tersenyum bahagia dan menyapa orang yang dilaluinya dengan ramah. Ini sebuah pemandangan yang bagi saya mencerahkan. Ketika banyak orang yang mengeluh karena harus membanting tulang, pria paruh baya ini memilih untuk bersukacita sambil menyapa orang-orang yang tidak ia kenal dengan ramah. Sukacita ternyata tidak tergantung dari besar kecilnya pendapatan dan capai tidaknya kita bekerja. Sukacita bukan tergantung dari kenyamanan atau kemewahan hidup. Sukacita pun tidak bergantung pada ada tidaknya masalah. Sukacita adalah masalah hati, dan itu adalah pilihan.

Kita bisa bersukacita, kita bisa murung dan bersungut-sungut. Kita bisa tetap bergembira di tengah kesesakan, sebaliknya kita pun bisa terus merasa tidak puas atau gelisah ketika hidup sebenarnya baik-baik saja. Sukacita merupakan sebuah pilihan dan itu tergantung dari bagaimana sikap hati kita dalam menyikapi dan menikmati hidup. Terkadang kita lupa bahwa berkat yang relatif "lebih kecil" dibandingkan orang-orang yang hidupnya kita lihat makmur yang kita punyai pun sebenarnya merupakan berkat Tuhan juga yang patut kita syukuri. Pria paruh baya yang bekerja sebagai loper koran itu pun tentu menyadari bahwa setidaknya ia memiliki pekerjaan dan itu jauh lebih baik dari menganggur. Gajinya tentu tidak seberapa dibandingkan pengusaha kaya atau direktur perusahaan, tapi itu tidak membuatnya bersedih. Ia menikmati pekerjaannya, ia menikmati hidupnya. Dan itulah gambaran bagaimana kita, anak-anak Tuhan seharusnya bersikap terhadap orang asing atau orang yang tidak kita kenal. Ironisnya banyak dari kita yang justru bersikap eksklusif dan tidak mau peduli kepada orang yang tidak dikenal. Mereka memilih untuk menjaga jarak bahkan memandang curiga orang lain. Sedikit senyum ketika berpapasan mata pun dirasa sebagai sesuatu yang mubazir atau tidak berguna. Ada banyak pula yang memilih untuk terus hidup tanpa sukacita. Sekali lagi, semua itu tergantung dari sikap hati dalam memandang hidup, dan itu adalah pilihan.

Penulis Amsal berkata: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22) Dengan jelas ayat ini mengatakan bahwa kegembiraan yang berasal dari hati sangatlah bermanfaat, saking bermanfaatnya bahkan mampu berfungsi sebagai obat yang manjur. Dalam pasal lain kita bisa pada kitab Amsal kita bisa menemukan ayat lainnya mengenai ini. "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Hati yang gembira akan mendatangkan senyum ceria, wajah kita akan terlihat ceria  dan membuatnya berseri-seri. Hati yang gembira ini pun bisa mendatangkan kebahagiaan dan meningkatkan harapan hidup disamping bermanfaat bagai obat yang manjur, sebaliknya kepedihan atau kepahitan hati bisa menjadi racun yang berbahaya bagi hidup kita.

Tekanan hidup memang terkadang berat untuk dihadapi. Berbagai beban akan segera mencoba merampas kegembiraan dari hidup kita. Murung, depresi, cemas, takut atau stres jika semakin dibiarkan akan semakin menghilangkan senyuman dari wajah kita. Fokus kepada kekurangan dan tidak melihat kelebihan dan berkat yang ada akan membuat kita kehilangan sukacita dalam hati kita. Dan bukan itu saja, berbagai penyakit seperti stroke, darah tinggi dan sebagainya hingga kanker pun bisa menyerang kita dan menamatkan usia kita dalam waktu singkat. Bapak paruh baya tadi tentu punya kesulitan hidupnya sendiri, sama seperti anda dan saya. Tapi dari sikapnya kita bisa belajar bahwa sukacita atau kegembiraan itu bukan tergantung dari kondisi melainkan merupakan pilihan. Artinya, apakah kita mau tetap bersukacita atau memilih untuk tenggelam dalam masalah dan depresi, itu semua tergantung dari pilihan dan keputusan kita. Sebuah sukacita sejati seharusnya tidak tergantung dari apa yang kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari. Mengapa? Karena sukacita sejati sesungguhnya berasal dari Tuhan dan bukan karena keadaan sekitar. Lewat Nehemia Firman Tuhan berkata "Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita  karena TUHAN itulah perlindunganmu!" (Nehemia 8:10b). Dalam Mazmur pun kita bisa membaca "dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4). Kegembiraan atau sukacita sejati yang berasal dari Tuhan bahkan mampu menurunkan berkat-berkat Tuhan, memenuhi keinginan hati kita. Jika kita membaca dalam versi Bahasa Inggrisnya, kegembiraan dalam Tuhan ini bukan saja menjawab "what our hearts desire" tetapi juga mampu menggerakkan Tuhan untuk mengabulkan "secret petitions of your heart" alias keinginan-keinginan yang bahkan tidak kita sadari. Meski tekanan hidup sedang berat, atau anda sedang jenuh, kehilangan semangat, gairah atau mood hari ini, sukacita tidak sepatutnya hilang dari diri anda karena sebuah sukacita sejati sesungguhnya berasal dari Tuhan dan bukan dari situasi yang sedang anda hadapi saat ini. Semua itu adalah masalah sikap hati kita, dan itu pula yang diingatkan oleh Firman Tuhan. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23).

Sebagai anak-anak Tuhan seharusnya kita bisa selalu tersenyum bahagia lalu memberkati orang lain dengan kebahagiaan kita itu. Buat apa kita harus cemas, takut, depresi, stres, murung, mengeluh, bersungut-sungut dan sebagainya ketika kita seharusnya hidup dalam pengharapan yang tidak akan pernah mengecewakan lewat kasih Allah yang telah dicurahkan oleh Roh Kudus seperti yang dijanjikan Tuhan dalam Roma 5:5? Paulus mengingatkan kita untuk terus bersukacita dalam Tuhan dalam segala hal, bahkan dalam himpitan beban sekalipun. "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Jika anda merasa bahwa kegembiraan anda mulai dirampas oleh himpitan beban yang anda hadapi hari ini, jika itu membuat senyum dari wajah anda terampas dan sudut bibir anda mulai sulit melengkung ke atas, ambillah keputusan untuk menghentikan itu semua. Gantikan dengan janji-janji Tuhan dan kembalilah bersukacita. Memelihara perasaan negatif tidak akan membawa manfaat apa-apa selain menambah lebih banyak lagi masalah. Apakah anda merasa gembira hari ini? Apakah anda sudah tersenyum? Sudahkah anda merasakan kebahagiaan karena kebaikan Tuhan nyata atas diri anda hari ini? Mari pancarkan kebahagiaan itu kepada sekitar kita dengan sebuah senyuman yang berasal dari hati bersukacita.

Sukacita bukan tergantung dari situasi melainkan merupakan pilihan sikap hati kita

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Thursday, February 16, 2012

Memberi Tumpangan

Ayat bacaan: Ibrani 13:2
====================
"Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat."

tumpanganSebuah film yang baru saja saya tonton dalam sebuah adegannya mengisahkan sang tokoh yang tengah tersesat di sebuah jalan kosong. Ia berusaha memperoleh tumpangan dari kendaraan yang lewat agar bisa mencapai kota terdekat untuk melanjutkan perjalanannya. Ia mengacungkan jempolnya tetapi semua kendaraan berlalu begitu saja tanpa mempedulikan dirinya. Itu gambaran dari sikap manusia saat ini. Di jaman modern ini manusia semakin berubah menjadi individualis yang tidak lagi peduli terhadap orang lain yang tidak mereka kenal. Di kota besar hampir tidak lagi mungkin untuk mendapatkan tumpangan, persis seperti apa yang digambarkan film tadi. Memang kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya untuk tidak memberi tumpangan, karena ada banyak orang jahat pula yang berpura-pura seperti itu untuk melancarkan aksi jahatnya. Karena itulah saya merasa kagum terhadap seorang ibu di gereja saya yang dengan murah hati sering memberi tumpangan bahkan terhadap orang-orang yang tidak ia kenal tanpa terkecuali. Saya sempat bertanya, "Tidak takut bertemu orang jahat, bu?" Ia tertawa dan berkata, "Saya hanya menjalankan kewajiban saya sebagai pengikut Kristus..soal jahat atau tidak, Tuhan pasti jaga saya." Ibu itu melakukan panggilannya dengan senang hati. Dan Alkitab sudah mengingatkan kita untuk tidak berat dalam memberi tumpangan atau bantuan. Bahkan dikatakan bisa jadi pada suatu ketika kita malah menjamu malaikat dalam melakukannya tanpa kita ketahui.

Dalam surat Ibrani 13, sang Penulis menyatakannya seperti ini: "Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat." (Ibrani 13:2). Terbayangkankah oleh anda bahwa kita hidup dikelilingi oleh banyak malaikat yang bisa jadi tampil dalam wujud-wujud tak ubahnya seperti kita manusia? Alkitab menyatakan seperti itu. Dalam bahasa Inggrisnya (Amplified) dikatakan: "Do not forget or neglect or refuse to extend hospitality to strangers, for through it some have entertained angels without knowing it." Jangan lupa, jangan mengabaikan atau menolak untuk menawarkan bantuan dalam keramahan untuk orang-orang asing. karena dengan berbuat demikian bisa jadi kita tengah menyenangkan para malaikat tanpa kita sadari. Luar biasa bukan?

Meski menjamu malaikat itu rasanya luar biasa, tetapi apa yang harus kita ingat adalah motivasi utama kita dalam memberi bantuan kepada orang asing yang tidak kita kenal sekalipun. Biar bagaimanapun motivasi dalam melakukannya seharusnya adalah kasih. "Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan." (Kolose 3:14). Ini sebuah pesan penting yang hendaknya harus selalu kita ingat. Dan kemudian Kristus sendiri mengingatkan kita untuk mencerminkan kemurahan hati Bapa dalam hidup kita seperti yang bisa kita baca dalam ayat yang sudah saya tuliskan kemarin. "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Dalam memberi tumpangan atau bantuan, bisa jadi memang kita menjamu malaikat tanpa kiat sadari, tetapi seharusnya bukan itu yang menjadi motivasi utama kita, melainkan atas dasar kasih. Menyadari bahwa Allah mengasihi kita, dan juga mengasihi semua manusia termasuk orang-orang yang tidak kita kenal disekitar kita, sudah seharusnya kita bisa menjadi perantara Allah dengan menjadi saluran kasih yang mengalirkan kasih Surgawi kepada mereka. Sudah saatnya gereja berhenti bersikap eksklusif dan hanya bertumpu pada kehidupan di balik tembok-tembok masing-masing saja. Itu bukanlah bentuk gereja yang digambarkan Tuhan, karena bentuk kasih yang sesungguhnya diinginkan Tuhan untuk kita miliki seharusnya jauh lebih luas dari ukuran gedung atau ruang gereja. Sudah saatnya kita menjadi terang dan garam yang mengaplikasikan bentuk iman dan kasih secara nyata, lewat perbuatan-perbuatan yang nyata pula. Simaklah bahwa Yakobus sudah mengingatkan seperti ini: "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:2). Ada hubungan erat antara iman dan perbuatan nyata, dan disanalah iman itu akan kemudian menjadi sempurna.

Petrus mengatakan: "Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut." (1 Petrus 4:9). Dan ayat ini hadir mengikuti ayat sebelumnya yang berbunyi: "Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa" (ay 8). Gambaran bahwa ada keterkaitan antara iman dan perbuatan dimana lewat perbuatan itu iman menjadi sempurna salah satunya tergambar jelas dari ayat ini. Dalam kesempatan lain Paulus pun menyerukan hal yang sama. "Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!" (Roma 12:13). Tumpangan atau bantuan bisa jadi kecil nilainya buat kita, tetapi bisa sangat besar maknanya bagi orang yang sedang membutuhkan.

Kita harus ingat betul untuk apa kita diberkati Tuhan. Perhatikan ayat berikut ini: "...hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat..." (1 Petrus 3:9). Kita tidak akan pernah bisa menjadi terang dan garam apabila kita hidup tanpa perasaan peduli dan murah hati. Kita tidak akan pernah bisa menjadi anak-anak Tuhan yang sejati tanpa memiliki kasih. Memberi tumpangan atau bantuan merupakan salah satu bentuk nyata yang bisa kita lakukan dalam memenuhi kewajiban kita sebagai anak-anak Tuhan. Ya, mungkin saja tanpa kita ketahui kita sudah menjamu malaikat ketika mengulurkan tangan buat orang-orang yang membutuhkan meski mereka tidak kita kenal sama sekali. Tetapi lebih dari itu, milikilah hati yang mengasihi tanpa pandang bulu. Bentuknya bisa bermacam-macam, dan tergantung dari kesanggupan atau kemampuan kita. Selama itu berasal dari kasih yang keluar dari hati yang tulus, itu bisa memberikan sebuah perbedaan nyata dalam kehidupan disekitar kita. Dunia mungkin masih perlu memandang tujuan untuk apa seseorang membantu, apa motivasinya, keuntungan apa yang bisa mereka peroleh atau bahkan hanya melegalkan untuk membantu kelompok sendiri atau hanya menjangkau sesama penganut kepercayaan tertentu saja, tetapi kasih Kristus seharusnya bisa menjangkau semua orang tanpa terkecuali. Mari kita miliki sikap murah hati yang siap memberi bantuan atau tumpangan sejauh yang kita mampu kepada saudara-saudari kita yang membutuhkan, siapapun mereka.

Alirkan kasih kepada sesama tanpa terhalang oleh sekat perbedaan dalam bentuk apapun

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Wednesday, February 15, 2012

Murah Hati

Ayat bacaan: Lukas 6:36
==================
"Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."

murah hatiBeberapa waktu yang lalu saya mengambil cuti sejenak untuk berlibur bersama istri ke Penang, Malaysia. Betapa kagumnya saya melihat sistim transportasi yang tertata rapi di sana. Tidak sulit sama sekali untuk pergi kemana-mana dengan menggunakan bus yang biayanya sangat murah. Karenanya kami pun pergi kemana-mana dengan menggunakan bus. Pada suatu kali di malam hari bus yang kami naiki penuh sesak. Saya dan istri beruntung masih sempat memperoleh tempat duduk sebelum bus menjadi penuh dengan masuknya banyak penumpang lainnya. Diantara penumpang itu terdapat seorang nenek tua yang jalannya tertatih-tatih. Ia tampaknya sendirian saja memasuki bus. Karena penuh, ia pun bersiap-siap untuk berpegangan saja. Saya memilih untuk berdiri dan mempersilahkannya duduk di kursi saya. Ia sangat senang dan berkali-kali mengucapkan terima kasih. "Jarang sekali ada yang peduli kepada orang tua seperti saya", katanya dengan bahasa yang patah-patah. Perjalanan masih lumayan jauh, saya harus berdiri sambil menenteng tas ransel berat dan banyak barang bawaan. Apakah saya menyesal karena otomatis menjadi kecapaian setelahnya? Tidak, saya justru merasa bersuka cita. Apakah saya kemudian merasa menjadi superhero alias pahlawan dengan berbuat itu? Sama sekali tidak. Apakah saya berbuat itu untuk sok baik atau sok hebat? Sama sekali tidak terpikir sedikitpun. Apa saya melihat-lihat dulu siapa ibu, apa latar belakang, suku atau kepercayaannya sebelum saya beri kursi saya? Nope, tidak sama sekali juga. Apa yang saya lakukan hanyalah sebagian kecil dari kewajiban yang sudah seharusnya dilakukan oleh anak-anak Tuhan. Yesus mengorbankan diriNya di atas kayu salib demi saya, anda dan juga ibu itu, tanpa memandang latar belakang dan lain-lain, termasuk seberapa besar dosa kita di masa lalu. Jika Yesus rela mengorbankan nyawaNya demi saya, apa yang saya lakukan untuk ibu itu hanyalah sepersejuta atau sepersemiliar kecilnya dibandingkan pengorbanan Tuhan sendiri buat saya. Dan saya yakin dua ratus persen, seandainya Yesus tengah berada disana, Dia pasti akan memberikan tempat duduknya dengan senang hati dan memberkati ibu itu.

Kemurahan hati merupakan salah satu sikap yang harus memenuhi orang-orang percaya tanpa terkecuali dan tanpa terkait dengan situasi atau kondisi apapun. Kemurahan hati tidak selalu harus berbentuk sumbangan berbentuk uang atau benda, tapi hal-hal kecil yang kita lakukan sebagai perwujudan kasih pun bisa menunjukkan sebuah kemurahan hati. Alkitab berkata: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong." (1 Korintus 13:4). Disini jelas bahwa murah hati merupakan bagian dari perwujudan kasih yang bisa nyata dirasakan oleh orang lain, dan merupakan salah satu hal yang bisa menunjukkan sejauh mana kita mengaplikasikan kasih Surgawi dan memuliakan Bapa di dalamnya dalam segala sesuatu yang kita lakukan adlam kehidupan kita. Kata kemurahan hati menunjukkan bahwa kemurahan adalah jelas merupakan sikap hati. Karena merupakan sikap hati, artinya kemurahan tidaklah pernah tergantung dari berapa jumlah harta yang kita miliki. Ketika kemurahan mewarnai sikap hati kita, kita akan rela memberi dengan sukacita tanpa peduli apapun keadaan kita saat ini. Mengapa kita harus memiliki sikap kemurahan ini? Karena Allah yang kita sembah adalah Bapa yang murah hati. Hal ini ditegaskan Yesus sendiri yang bisa kita baca di dalam Alkitab. "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Tidakkah memalukan apabila kita mengaku anak Tuhan tetapi tidak memiliki kasih, dimana salah satu bentuknya adalah keengganan atau beratnya dalam memberi, atau juga ketidakpedulian kita? Yohanes mengatakan: "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih" (1 Yohanes 4:8). God is not just the source of love, but He is THE LOVE itself. Mengaku mengenal Allah artinya kita mengenal kasih. Jika kita mengenal Allah sebagai Kasih, seharusnya kita pun hidup dengan penuh kasih. Setiap saat kita berhadapan dengan kesempatan-kesempatan dimana kita bisa menyatakan kasih Allah kepada sesama kita, menjalankan kewajiban kita sekaligus memuliakan Tuhan di dalamnya, dan seharusnya kita bisa bersukacita dalam mempergunakan setiap kesempatan yang ada.

Paulus mengingatkan kita bahwa sejatinya kita bukan sekedar orang-orang percaya yang tidak terlihat di dunia ini, tetapi kita dikatakan sebagai "surat Kristus" (2 Korintus 3:3), Ayat ini selanjutnya menyatakan kita sebagai surat Kristus yang istimewa yang ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. Dan sudah seharusnya surat itu dikenal dan dapat dibaca oleh semua orang, seperti yang dikatakan Paulus dalam satu ayat sebelumnya. Seharusnya kita bisa mencerminkan Kristus lewat sikap hidup, gaya, tingkah laku dan perbuatan kita. Seharusnya kita bisa memperkenalkan pribadi Kristus lewat cara hidup kita. Itulah yang dimaksud dengan surat Kristus. Sebagaimana adanya Kristus, sebuah surat Kristus tentu penuh dengan pernyataan kasih Bapa kepada semua manusia, dan itu harusnya tergambar dari segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdiri sekitar hampir satu jam dengan ransel berat beserta barang bawaan lain, itu hanyalah sepersekian kecil dari apa yang Tuhan sudah lakukan buat saya. Tuhan sangat mengasihi ibu itu, dan jika ada sedikit saja dari kasih Kristus dalam diri saya, itu sudah cukup untuk membuat saya berdiri dan mempersilahkan ibu itu duduk. Saya tidak mengenalnya, saya mungkin tidak akan pernah bertemu lagi dengannya, tetapi saya tahu Tuhan mengenal dan mengasihi ibu itu. Saya merasa bahagia dan bersyukur diberi kesempatan untuk bertemu dengannya dan membagi sedikit kasih Kristus kepadanya lewat perbuatan nyata. Masih ada banyak disekitar kita yang membutuhkan uluran tangan dalam berbagai bentuk, masih ada banyak orang di dekat kita yang saat ini tengah menghadapi kesulitan atau merasa sendirian menghadapi beban hidup. Jangan abaikan mereka, mari kita nyatakan kasih Kristus kepada mereka tanpa dibatasi oleh sekat apapun. Sekedar memberi tempat duduk, memberi tumpangan atau sekedar senyuman dan pelukan bisa menjadi sebuah bentuk kemurahan hati yang tidak saja mungkin besar maknanya bagi mereka yang tengah berbeban berat, tetapi juga akan sangat dihargai oleh Bapa.

Jadilah surat Kristus yang penuh kemurahan hati dan penuh kasih bagi sesama

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)

 (sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...