Thursday, November 30, 2023

Kota Yope dan Simon si Penyamak Kulit (9)

 (sambungan)

Jangan pernah berpikir demikian! Dari kisah ini kita belajar bahwa apapun pekerjaan kita, seperti apapun manusia menilainya, apabila pekerjaan itu berkenan dan menyenangkan hati Tuhan, Tuhan bisa pakai itu untuk menyatakan kemuliaanNya, bahkan mendatangkan keselamatan buat orang lain. Tidak perlu merasa rendah diri, tidak perlu membandingkan dengan pekerjaan orang lain yang kelihatannya lebih baik. Apapun pekerjaan yang dipercayakan Tuhan atas diri kita masing-masing hari ini, lakukan dengan sebaik-baiknya, dan bersyukurlah karena ada banyak orang yang masih belum mendapatkan pekerjaan terlebih di masa kesukaran seperti sekarang. Selain apa yang anda kerjakan bisa berdampak luar biasa bagi orang lain, jika Tuhan mendapati anda bisa dipercaya untuk perkara kecil, Tuhan akan percayakan perkara lebih besar lagi kelak pada waktunya.

Apa yang kotor atau rendah dalam anggapan manusia belum tentu rendah dalam pandangan Tuhan. Sebaliknya, apa yang dianggap hebat oleh manusia belum tentu pula dianggap sama oleh Tuhan. Tuhan tidak memandang manusia dari tinggi rendahnya pekerjaan. Tuhan tidak memandang muka, melainkan melihat hati (1 Samuel 16:7).

Hati yang takut akan Tuhan, hati yang mengasihi, hati yang menyembah, hati yang rindu membawa jiwa-jiwa, hati yang rindu melayani, hati yang taat, hati yang mampu menggerakkan pemiliknya untuk bekerja dengan sungguh-sungguh seperti untuk Tuhan bukan sekedar untuk manusia tanpa memandang besar kecilnya pekerjaan itu. Hati yang bisa membuat pekerjaan seperti apapun menjadi sesuatu yang membuat Tuhan bangga, dan hati yang membawa kita rindu untuk membawa kemuliaan Tuhan dalam segala yang kita kerjakan. Sekecil apapun pekerjaan kita, jika hati seperti itu yang men-drive kita, maka hasilnya bisa sangat berdampak, lebih dari gugus tugas itu sendiri.

Pandanglah hati tokoh-tokoh yang ada pada renungan hari ini. Hati Petrus, hati Tabita, hati Simon dan hati Kornelius. Lihatlah bagaimana mereka mendapat perkenanan Tuhan dan bisa menjadi inspirasi hingga ribuan tahun sesudah masa hidup mereka. Tuhan menanti kita untuk memiliki sikap hati yang sama. Mari kita sama-sama renungkan dan lakukan, dan lihatlah kelak betapa luar biasanya Tuhan bekerja atas diri, hidup dan pekerjaan kita.

Give impacts through our works, no matter how small it is







Wednesday, November 29, 2023

Kota Yope dan Simon si Penyamak Kulit (8)

 (sambungan)

Mungkin tidak banyak orang yang mengetahui tentang dirinya karena tertutupi kisah Tabita alias Dorkas, mungkin juga karena banyaknya nama Simon di dalam Alkitab. Tidak banyak pula yang membahas kisah dibaptisnya prajurit bernama Kornelius bersama orang-orang yang berkumpul disana yang mendengar pemberitaan Petrus. Tapi yang jelas, nama Simon sang Penyamak ditulis di dalam Alkitab. Bukan cuma satu kali tapi bahkan sampai tiga kali. Itu menunjukkan bahwa perannya penting dalam pemberitaan Injil dan pertobatan orang-orang lewat pelayanan para rasul.

Kota Yope merupakan sebuah kota pelabuhan kecil di sebelah barat daya dari Laut Tengah. Lokasinya di sekitaran Tel Aviv kalau di jaman sekarang.  Kota ini sebenarnya bukanlah kota yang asing, karena sebelum di Kisah Para Rasul sudah pernah pula muncul jauh sebelumnya, seperti di kitab Yosua, hanya saja di kitab Yosua kota ini disebut Yafo, sesuai namanya pada masa itu (Yosua 19:47). Hingga hari ini kota pelabuhan ini masih berdiri dan aktif seperti halnya ribuan tahun lalu.
'
Tabita alias Dorkas hanyalah penjahit di kota itu, dan di kota yang sama ada Simon penyamak kulit, seorang yang melakukan pekerjaan bau dan kotor. Tapi dari keduanya kita bisa melihat besarnya curahan kasih karunia keselamatan dan mukjizat Tuhan turun atas orang-orang bukan cuma di kota mereka tapi hingga ke kota lain. Pekerjaan mereka yang tidak dianggap istimewa oleh manusia ternyata sanggup menghasilkan hal-hal luar biasa saat Tuhan bekerja lewat mereka.

Apa yang kita kerjakan hari ini? Mungkin ada yang merasa bahwa pekerjaannya rendah, tidak terpandang, bergaji kecil  atau bahkan kotor seperti Simon sang Penyamak, sehingga bahkan malu untuk mengakuinya. Atau, mungkin juga ada di antara teman-teman yang merasa punya masa lalu atau sedang berada pada titik yang 'kotor' sehingga merasa seperti tidak layak untuk melayani Tuhan. Kalau sudah begitu, kita akan mengira bahwa apa yang kita lakukan tidak akan berarti apa-apa atau tidak membawa manfaat besar, apalagi menyukakan Tuhan. Haruskah kita berpikir seperti itu?

Jangan pernah berpikir demikian!


(bersambung)

Tuesday, November 28, 2023

Kota Yope dan Simon si Penyamak Kulit (7)

 (sambungan)

Saya menganjurkan teman-teman untuk membaca kelanjutannya karena disana tercatat dengan jelas semua yang dikatakan Petrus akan hal ini. Dalam ayat 44 kita bisa melihat bahwa kemudian Roh Kudus turun atas semua orang yang mendengar pemberitaan Petrus. Orang Yahudi yang ada disana pun tercengang melihat fakta, bahwa ternyata karunia Roh Kudus pun dicurahkan kepada bangsa-bangsa lain diluar Yahudi. Maka Kornelius dan orang-orangnya yang saleh seperti dirinya kemudian dibaptis dalam nama Yesus.

Sekarang mari bayangkan jika tidak ada kisah Tabita. Kalau ibu Tabita bukan orang  yang baik, tidak ada  yang tergerak memanggil Petrus saat ia meninggal. Petrus tidak akan pergi dan menginap sebentar di Yope. Selanjutnya, bayangkan seandainya tidak ada rumah Simon sang Penyamak, Petrus mungkin sudah melanjutkan lagi perjalanannya dan tidak bertemu dengan Kornelius.

Tempat Simon sang penyamak yang kotor dan bau menjadi awal terjadinya banyak pemulihan dan pertobatan. Penglihatan yang didapat Petrus mengajarkan bahwa kita tidak boleh menghakimi orang-orang yang belum percaya. Mereka sama seperti kita, layak untuk menerima keselamatan, mendapat karunia Roh Kudus apabila mereka menjalankan hidup yang berkenan di hadapan Allah. Apa yang dipandang kotor atau bahkan najis oleh manusia ternyata bisa dipakai Tuhan sebagai awal datangnya keselamatan bagi orang lain.  Itu adalah poin penting berikutnya.

Simon sang penyamak melakukan pekerjaan yang dianggap kotor oleh orang Yahudi. Produk yang ia hasilkan dibutuhkan, tapi ia sendiri disisihkan dari lingkungan. Tapi Simon tetap setia melakukan pekerjaannya. Saya percaya Tuhan berkenan kepadanya sehingga ia dan rumahnya dipakai Tuhan sebagai bagian dari datangnya keselamatan atas orang-orang lain di kota yang berjarak 60 kilometer-an dari tempat tinggalnya yang bahkan tidak ia kenal. Dan ia pun tercatat dalam Alkitab.


(bersambung)

Monday, November 27, 2023

Kota Yope dan Simon si Penyamak Kulit (6)

 (sambungan)

Ternyata itu adalah untuk menyiapkan petunjuk tentang apa yang harus ia lakukan saat bertemu dengan Kornelius. Setelah sampai di Yope, ketiga penjemput juga menginap di rumah Simon Penyamak juga selama satu malam bersama dengan Petrus. Keesokan harinya mereka berangkat ke Kaisarea.

Sesampainya mereka di Kaisarea, Petrus mengatakan kepada Kornelius dan orang-orang disana: "Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir. Itulah sebabnya aku tidak berkeberatan ketika aku dipanggil, lalu datang ke mari. Sekarang aku ingin tahu, apa sebabnya kamu memanggil aku." (ay 28-29).

Lihatlah bagaimana Tuhan mengajar Petrus lewat sebuah penglihatan. Penglihatan di atas rumah Simon itu  menuntunnya untuk bagaimana bersikap saat bertemu Kornelius.

Sedikit catatan, pada masa itu ada aturan bahwa orang Yahudi dilarang keras bergaul dengan non Yahudi, juga tidak boleh masuk ke dalam rumahnya. Tapi lewat penglihatan itu, Petrus sadar bahwa ia tidak boleh menyebut orang non Yahudi sebagai orang yang najis atau tidak tahir. Petrus menyadari bahwa penglihatannya bukan soal halal dan tidak halalnya sesuatu menurut hukum Israel tapi juga tentang hubungan sesama manusia dan bagaimana pandangan Tuhan terhadap mereka yang belum selamat. Dia mendapat pencerahan bahwa Tuhan menerima siapa saja yang bertobat dan taat kepadaNya.

Itulah kemudian yang ia sampaikan kepada orang-orang disana setelah mendengar penjelasan Kornelius tentang alasan pemanggilannya. "Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang." (ay 34-36).


(bersambung)

Sunday, November 26, 2023

Kota Yope dan Simon si Penyamak Kulit (5)

 (sambungan)


Itulah sebabnya mereka yang berprofesi sebagai penyamak kulit diharuskan tinggal di pikiran kota, jauh dari masyarakat ramai. Alkitab mencatat dua kali bahwa rumah Simon memang berada di tepi laut (Kisah Rasul 10:6 dan 32).

Sebagai tambahan, dalam sebuah literatur yang pernah saya baca, penyamak kulit ini dianggap najis seperti halnya penderita penyakit menular pada masa itu. Jadi jelas, mereka tidak boleh berada di pusat atau tengah kota. Mereka mau tidak mau harus ditempatkan jauh terpencil supaya tidak mengotori kota.

Selama di Yope, Petrus ternyata dituntun Tuhan untuk menginap disana, di rumah yang jauh dari higienis, nyaman dan bebas bau. Petrus bisa saja memilih untuk tinggal di tempat yang lebih baik, apalagi kalau ia tinggal di kota maka aksesnya untuk mengajar juga akan lebih mudah. Tapi dia justru menginap di rumah Simon sang penyamak kulit. Hal itu buat saya menjadi fakta yang menarik.

Saya katakan fakta menarik, karena nyatanya Tuhan menuntunnya untuk tinggal disana bukan tanpa alasan. Kisahnya berlanjut dengan cerita berikut. Di kota Kaisarea yang berjarak sekitar 60 km dari Yope ada seorang perwira pasukan Italia bernama Kornelius. Kornelius dicatat sebagai orang baik yang takut akan Tuhan, rajin berdoa dan sering memberi sedekah kepada orang-orang Yahudi yang miskin. (Kisah Para Rasul 10:2). Pada suatu hari ia dijumpai malaikat yang menyampaikan pesan bahwa Tuhan berkenan atas hidupnya dan mengingatnya. (ay 4). Ia pun kemudian disuruh menjemput Petrus yang tengah menginap di rumah Simon Sang Penyamak di kota Yope.

Sementara tiga orang penjemput berada di jalan, pada tengah hari saat Petrus naik ke atas rumah untuk berdoa, ia mendapat penglihatan. "Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: "Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!" (ay 11-13). Petrus awalnya menolak, tapi Tuhan mengingatkannya bahwa "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram." (ay 15). Hal itu terjadi sampai tiga kali, kemudian kain itu pun terangkat kembali ke langit.


(bersambung)

Saturday, November 25, 2023

Kota Yope dan Simon si Penyamak Kulit (4)

 (sambungan)

Poin pertama yang akan saya bahas adalah tentang keputusan Petrus untuk tinggal selama beberapa hari lagi di Yope.

Kita tahu pada waktu itu ia sedang berada di Lida dan sepertinya tidak ada rencana untuk mengunjungi Yope. Ia tidak akan kesana kalau bukan karena dipanggil oleh para janda yang sedih karena sosok ibu Tabita baik hati yang mereka sayangi meninggal dunia. Petrus merespon panggilan mereka, berangkat ke Yope dan membangkitkan sang ibu, dan bukan saja mukjizat kebangkitan datang pada sang ibu tapi juga hal itu membuat banyak orang yang menjadi percaya pada Yesus.

Mungkin hal itu membuat Petrus memutuskan untuk tinggal beberapa hari lagi di Yope. Dia ingin menyampaikan berita keselamatan kepada mereka yang baru bertobat disana, memberikan dasar-dasar untuk nantinya mereka kembangkan setelah Petrus meninggalkan kota mereka.

Jadi, poin pertama yang bisa kita dapati adalah bahwa kebaikan hati Tabita yang melakukan sesuatu yang sederhana ternyata mampu mendatangkan keselamatan bagi banyak orang.

Mari kita lihat poin berikutnya. Dimana Petrus menginap saat berada di Yope? Di hotel? Rumah mewah? Jauh dari itu. Dengan jelas dikatakan bahwa ia tinggal di rumah seorang penyamak kulit bernama Simon.

Pekerjaan seperti apakah menyamak kulit itu? Pekerjaan menyamak kulit adalah pekerjaan mengolah kulit mentah hewan hingga menjadi kulit yang bisa digunakan untuk membuat berbagai jenis produk. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan kotor dalam peradaban masyarakat kuno termasuk oleh kaum Yahudi karena sifat pekerjaannya yang membuat mereka jauh dari bersih secara fisik.

Seorang penyamak harus terus bersentuhan dengan hewan mati, mengupas bulu-bulunya, menguliti, membuang sisa daging, lemak yang melekat, mencucinya dengan air laut dan proses-proses lainnya. Bisa dibayangkan, rumah seorang penyamak kulit akan penuh dengan hewan mati, serpihan daging, bulu, dan tentu kuburan dimana sisa-sisa hewan ini ditanam. Pasti disana ada bau busuk yang akan tercium bagi siapapun yang berada disana.


(bersambung)

Friday, November 24, 2023

Kota Yope dan Simon si Penyamak Kulit (3)

 (sambungan)

Kita tahu kemudian mukjizat turun atas ibu Tabita. Ia dibangkitkan lagi dari kematiannya, dan berita itu pun dengan segera menyebar di seantero kota. Dan karenanya, banyak orang yang kemudian bertobat menjadi percaya kepada Yesus. (ay 42).

Itu ringkasan kisah tentang ibu Tabita alias ibu Doris dari kota Yope. Tapi yang mau saya bahas adalah yang terjadi setelahnya, yang sepertinya jarang dibahas. Dan kisah lanjutannya dimulai langsung setelah kisah bu Tabita selesai, yaitu pada ayat yang menjadi penutup perikopnya.

"Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit." (ay 43).

Sepertinya banyak yang menganggap bahwa ayat terakhir itu hanyalah sebagai penutup informasi mengenai kisah Tabita hingga ia dibangkitkan lewat Petrus. Tapi kalau  kita lanjutkan membaca di pasal berikutnya maka kita bisa menjumpai beberapa hal menarik yang menunjukkan bahwa ayat 43 ini sebenarnya sangat penting.  Ayat tersebut sebenarnya  bukan sebagai penutup melainkan sebagai awal dari hal besar lainnya saat Tuhan bekerja di area itu lewat Petrus.

Apa yang juga tak kalah menarik bagi saya adalah fakta bahwa informasi tentang tempat menginap Petrus yaitu rumah Simon si penyamak kulit bukan hanya disebutkan satu kali tapi tiga kali, yaitu ada juga pada pasal 10 ayat 6 dan 32. Kalau sampai disebutkan tiga kali, berarti informasi ini jelas penting.


(bersambung)

Thursday, November 23, 2023

Kota Yope dan Simon si Penyamak Kulit (2)

 (sambungan)

Saya lalu menggendongnya pulang, membersihkannya dan kemudian mencari orang yang mau mengadopsinya via sosial media. Puji Tuhan, ada yang tergerak untuk mengadopsinya hanya dua hari setelah direscue. Sampai hari ini ia hidup bahagia jadi bagian dari keluarga. Dan itu sudah terjadi sekitar 4 tahun lalu.

Kalau saya menolak untuk kotor main lumpur, saya tidak akan bisa menyelamatkannya. Dalam melakukan pekerjaan, ada kalanya kita harus rela kotor, terkadang disertai resikonya sendiri. Saya masih mending karena tidak tiap hari harus bermain lumpur, karena ada orang-orang yang harus melakukan itu sebagai profesinya. Misalnya tukang sumur bor, petani, petugas kebersihan yang mengangkut sampah rumah tangga dan lain-lain. Selain itu ada pula pekerjaan lainnya yang mewajibkan pelakunya untuk kotor seperti pekerja bangunan, montir dan sebagainya. Bayangkan kalau tidak ada yang mau melakukan pekerjaan-pekerjaan ini, apa jadinya kita? Pekerjaan mereka itu sama penting dan berharganya, yang kalau dikerjakan dengan sungguh-sungguh sama pula nilainya di mata Tuhan.

Masih ingatkah teman-teman tentang kisah seorang wanita bernama Tabita alias Dorkas, wanita di kota Yope? Kisah tentang ibu penjahit ini dicatat dalam Kisah Para Rasul 9:32-43. Alkitab menjadi saksi bahwa ibu Tabita sudah "banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah." (ay 36). Perbuatan baik dan sedekahnya ia lakukan sesuai keahliannya, yaitu dalam bentuk membuat/menjahit baju dan jubah buat para janda miskin di kotanya. Profesinya ia pakai untuk melakukan perbuatan baiknya. Bu Tabita bukanlah seorang bos dari perusahaan bonafit, pengusaha kaya, sarjana dan lain-lain yang mungkin penghasilannya jauh diatasnya.Tapi hebatnya ia tetap bisa, dan mau memberkati orang lain sesuai kemampuannya.

Pada suatu hari ia meninggal dunia. Para janda pun menangis sedih kehilangan ibu Tabita yang selama ini sudah begitu baik pada mereka. Ditengah kesedihan mereka, mereka mendengar kabar bahwa Petrus sedang berada di Lida, kota yang tidak jauh dari Yope, jaraknya kurang lebih cuma 22 kilometer. Para janda ini pun lalu mengirimkan dua utusan untuk menjumpai Petrus dan memintanya datang ke kota mereka. Petrus langsung berkemas-kemas dan ikut menuju Yope. Setibanya disana, ia disambut para janda yang sambil menangis menunjukkan pakaian-pakaian yang dijahitkan Tabita buat mereka semasa hidupnya.

(bersambung)

Wednesday, November 22, 2023

Kota Yope dan Simon si Penyamak Kulit (1)

 Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 9:43
=========================
"Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit."


Saya pernah menceritakan bahwa istri saya adalah seorang penyayang hewan, dan saya merasa itulah panggilannya. Karena itu sebagai suami saya wajib mendukung panggilannya, terutama untuk hal-hal yang ia tidak sanggup lakukan, seperti misalnya, rescue.

Pada suatu hari ada kabar sampai ke saya bahwa di perkampungan yang letaknya tidak terlalu jauh, ada seekor anjing yang terperangkap di tanah kosong yang dibatasi tembok-tembok rumah warga. Ia sudah ada disana sekitar dua hari dan ketakutan karena saat ia keluar ia dilempari batu dan mau dibunuh. Mendengar kabar itu, saya pun pergi ke lokasi. Ya, anjing itu ada disana dalam kondisi takut. Ketika saya masuk kesana, ia lari ke sudut dan berusaha memproteksi dirinya dengan geraman. Yang saya pikir pada waktu itu, apapun ceritanya saya harus selamatkan anjing ini.

Maka saya pulang lagi dan membawa sebagian dari makanan anjing di rumah. Dalam kondisi ketakutan seperti itu, anjing bisa menggigit demi menyelamatkan diri. Saya tahu itu, oleh karenanya saya memilih untuk duduk saja di lumpur dalam jarak aman. Kondisi tanah yang basah habis hujan membuat saya tidak punya pilihan lain. Tapi saya harus selamatkan anjing ini. Cuma itu yang ada dipikiran saya. Ditengah saya menanti, hujan turun lagi. Kepalang basah, ya sudah saya teruskan saja sambil hujan-hujanan.

Sekitar setengah jam berlalu, kami masih pada posisi masing-masing. Beberapa kali saya coba panggil, tapi ia tidak merespon. Meski demikian, ia terlihat sudah lebih tenang dan duduk di sudut. Tapi kemudian, ia mulai menghampiri saya pelan-pelan. Saya tidak bergerak, dan tidak menatapnya. Saya membiarkannya berjalan pelan semakin dekat. Dan ia pun mulai makan dari makanan yang saya letakkan disamping saya.

Singkat cerita, saya kemudian mulai bisa menyentuhnya. Anjing ini ternyata tidak galak. Ia mulai menggoyang-goyangkan ekornya dan tidak takut lagi pada saya. Ia bahkan duduk disamping saya, mungkin ia berharap agar saya menyelamatkannya dari kemungkinan terburuk. Sudah dua hari ia tidak makan dan ketakutan, dan saya jadi orang yang sepertinya bisa jadi harapannya untuk selamat.

(bersambung)

Tuesday, November 21, 2023

Antara Tomas dan Pilatus (6)

 (sambungan)

Sesungguhnya ada perbedaan nyata ketika kita memiliki hati yang tulus. Tuhan senantiasa akan membantu kita untuk percaya, karena Dia begitu mengasihi kita dan tidak ingin satupun dari kita binasa.

Ada begitu banyak kesaksian dari masa ke masa, lebih dari itu firman Tuhan pun berbicara pada kita sepanjang isi Alkitab. Hati nurani kita terus mengingatkan kita bahkan lewat kejadian-kejadian atau orang lain pun Tuhan kerap mengingatkan kita. Itu adalah sifat Tuhan yang penuh inisiatif. Sayang sekali jika semua itu kita lewatkan dan pada akhirnya kita tidak termasuk dalam tuaian besar di akhir jaman. Semua itu hendaknya cukup untuk membuka mata kita untuk bisa percaya tanpa diliputi keraguan lagi.

Tidak perlu mengikuti jejak saya yang harus membuktikan dahulu sebelum percaya, walaupun anugerah Tuhan tetap sanggup memberi tetes-tetes air untuk memuaskan dahaga akan kebenaran. Saya bersyukur, tapi bagi saya, orang yang belum mengalami pengalaman spiritual seperti saya tapi bisa percaya penuh dengan iman yang kuat jauh lebih hebat dibanding saya. Bukankah dikatakan: "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Yohanes 20:29). Jangan tunggu lebih lama lagi, dengarkanlah suara Tuhan segera.

Marilah kita ingat pesan Tuhan ini. "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibrani 4:7), karena "dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Roma 10:10)

He reaches out, He cares, He loves us

Monday, November 20, 2023

Antara Tomas dan Pilatus (5)

 (sambungan)

Jika Tuhan Yesus tidak berinisiatif untuk hadir di depan Tomas dan membiarkan Tomas membuktikan bahwa itu benar diriNya, mungkin Tomas akan tetap menjadi sosok yang tidak percaya Tuhan dan terus mencari-cari kebenaran sepanjang hidupnya. Sangat menyedihkan jika itu yang terjadi. Tapi puji Tuhan, Dia adalah Allah yang tidak keberatan untuk repot demi kita semua. Dia adalah Tuhan yang selalu berinisiatif untuk menolong kita, dan selalu setia melakukannya.

Itulah anugerah luar biasa yang Dia berikan kepada kita. Hal yang penting adalah sebentuk hati yang kita miliki. Apakah kita rindu untuk mengetahui dan mengenal Kristus lebih lagi, rindu untuk tahu jalan keselamatan yang sesungguhnya, atau kita hanya butuh itu untuk kepentingan-kepentingan duniawi seperti memuaskan ego, membuktikan asumsi, berharap akan kemudahan-kemudahan atau hal-hal duniawi, atau bahkan tetap tidak mau percaya.

Tetap tidak mau percaya? Ya, karena pada kenyataannya di akhir jaman akan ada banyak orang yang belum juga mau percaya meski mereka telah melihatnya secara langsung. "Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya." (Yohanes 6:36). Tidak heran jika "orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:13). Bahkan setelah sangkakala ke 6 dibunyikan dan serentetan penghukuman sudah berlangsung, malapetaka besar silih berganti menimpa manusia, masih saja "mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian" (Wahyu 9:21).

Tuhan kita adalah Allah yang sangat peduli dan ingin kita semua selamat. Tapi apakah kita sudah memiliki hati yang rindu untuk mengetahui itu semua, rindu untuk mendapatkan kebenaran dan diselamatkan, atau kita masih saja terus menuntut tanpa mau berubah? Masihkah kita harus terus menolak dan mengabaikan Tuhan yang selalu mengetuk pintu hati kita agar kita tidak binasa melainkan beroleh kehidupan yang kekal?

(bersambung)

Sunday, November 19, 2023

Antara Tomas dan Pilatus (4)

 (sambungan)

Apa yang membedakan antara Tomas dan Pilatus?

Untuk menjawab hal itu, mari lihat sekali lagi ayat ini: "Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka...." (Yohanes 20:26a). Lihatlah meskipun ia ragu bahwa Yesus telah bangkit, meski ia belum sepenuhnya percaya terhadap kesaksian teman-temannya, namun ia tetap berada bersama mereka.

Artinya, meski hatinya diliputi keraguan, tapi ia masih rindu untuk mencari kebenaran. Ia tetap setia berkumpul bersama-sama murid lainnya dan tidak memilih untuk meninggalkan Yesus. Ini sebuah langkah penting yang membuatnya mengalami perjumpaan secara langsung dengan Kristus yang telah bangkit.

Sementara kasus Pilatus berbeda. Ia tidak sungguh-sungguh ingin mengenal Tuhan Yesus. Pertanyaannya mengenai "apakah kebenaran itu" (Yohanes 18:38a) bukanlah ditujukan bahwa ia ingin mengetahui kebenaran, namun lebih kepada kepentingannya agar ia bisa terlepas dari dilema yang tengah menimpanya. Hati nuraninya tahu bahwa Yesus adalah Raja, tidak ada kesalahan apapun yang pantas dihukum, tapi rasa takutnya kehilangan jabatan atau mungkin nyawanya di depan massa Yahudi yang beringas membuatnya ingin segera melemparkan tanggung jawab dan cuci tangan.

Ini sebuah perbedaan yang nyata di antara keduanya. Dan itu pun terlihat dari reaksi Tuhan. Kepada Pilatus Yesus tidak bereaksi, namun kepada Tomas, Yesus berinisiatif membantunya agar percaya.

(bersambung)

Saturday, November 18, 2023

Antara Tomas dan Pilatus (3)

 (sambungan)

I won't believe until I see and prove it myself! Begitu kira-kira katanya. Apa yang terjadi kemudian? Alkitab mencatatnya demikian: "Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" (Yohanes 20:26).

Yesus hadir lagi, dan kali ini Tomas melihatnya. "Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." (Yohanes 20:28). Dan Tomas pun kini percaya. Yesus kemudian berkata "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (ay 29).

Jika kita bandingkan dengan kisah Pilatus kemarin, Tomas pun berada pada zona abu-abu. Dia diliputi keraguan sama seperti Pilatus. Pilatus ragu apakah Yesus adalah Raja, sementara Tomas ragu apakah Yesus benar-benar telah bangkit. Sama-sama ragu, tapi kejadian selanjutnya berbeda. Kepada Tomas, Yesus berinisiatif menampakkan diri dan berbicara kepadanya. Yesus secara langsung menjumpainya dan membantunya untuk percaya. Tapi kepada Pilatus, Yesus hanya menjawab seperlunya, bahkan tidak seluruh pertanyaan Pilatus Dia jawab.

Apa yang membedakan antara Tomas dan Pilatus?

(bersambung)

Friday, November 17, 2023

Antara Tomas dan Pilatus (2)

 (sambungan)

Tomas mengalami hal yang kurang lebih sama. Mungkin ia merupakan tipe skeptis sama seperti saya, orang yang sulit percaya tanpa adanya bukti yang bisa diterima sebagai sebuah fakta tak terbantahkan. Mari kita lihat lagi kisahnya.

Setelah kebangkitan Yesus, Yesus menampakkan diri di hadapan murid-muridNya pada suatu malam. Pada saat itu murid-murid tengah dicekam ketakutan, takut ditangkap dan mengalami perlakuan yang sama dari orang-orang Yahudi seperti apa yang mereka lakukan terhadap Yesus.

"Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi." (Yohanes 20:19a). Pada waktu itulah Yesus tiba-tiba datang. "Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" (ay 19b). Melihat itu, para murid pun bersukacita. (ay 20). Dan pada malam itu juga, mereka menerima Roh Kudus. (ay 22).

Saat itu tidak ada lagi ketakutan di hati mereka, karena alkitab mencatat selanjutnya bagaimana para murid dengan giat mewartakan firman dan siap menanggung resiko apapun, termasuk menyerahkan nyawa mereka. Hampir semua dari mereka berakhir sebagai martir dengan cara yang mengenaskan, tapi itu tidak membuat mereka takut lagi. Sebab mereka sudah menyaksikan sendiri bagaimana Yesus mampu mengalahkan maut. Mereka tahu apa yang ada di depan mereka lewat kebangkitan Kristus.

Tapi Tomas kebetulan malam itu tidak berada disana. Karena ia tidak menyaksikan sendiri, ia pun skeptis. "Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." (Yohanes 20:25).

(bersambung)

Thursday, November 16, 2023

Antara Tomas dan Pilatus (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 20:26
=======================
"Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"


Saya merupakan orang yang bertipe skeptis dan logis. Saya sangat sulit untuk percaya sesuatu sebelum hal itu terbukti secara nyata, atau dalam kasus saya, secara ilmiah dan ada buktinya. Termasuk dalam hal kepercayaan. Dahulu saya sempat bertualang untuk mencari mana yang benar. Cukup lama saya hidup tanpa memakai 'atribut' apapun, sambil menunggu sesuatu yang akhirnya bisa membukakan mata saya terhadap kebenaran.

Puji Tuhan, pada suatu kali melalui kejadian ibu saya yang jatuh sakit, a terminal illness, saya mengalami perjumpaan secara langsung dengan Yesus. Tidak itu saja, ada berbagai hal yang saya alami beruntun menyusul setelahnya, termasuk bagaimana damainya hadirat Allah, waktu itu dalam bentuk sinar terang yang bagaikan memeluk saya. Ketika itulah saya langsung memutuskan untuk bertobat dan sangat lega akhirnya menemukan kebenaran yang saya cari selama ini.

Itu terjadi lebih 20  tahun yang lalu, dan hari ini semuanya menjadi semakin jelas. Kalau saya tidak benar-benar menerima kebenaran itu, saya tidak akan duduk menuliskan sebuah renungan yang hadir di ruang baca teman-teman hari ini. Dan itu sudah saya lakukan sangat lama, lebih 15 tahun.

Saya senang bahwa ternyata Tuhan begitu peduli dan mau berinisiatif untuk menjawab skeptisme saya. Tapi di sisi lain, saya pun merasa malu karena harus membuat Tuhan repot-repot hadir langsung untuk menyelamatkan saya yang sulit menerima sesuatu tanpa bukti, sementara saya hanyalah satu dari milyaran manusia, dan sangat tidak ada apa-apanya dibanding Tuhan. Saya yakin ada jauh lebih banyak orang yang lebih penting untuk dijangkau dan dicelikan matanya dibanding saya, orang yang sulit percaya, yang melakukan begitu banyak sekali dosa. Tapi itulah faktanya. Sampai hari ini saya tidak henti-hentinya bersyukur, karena kalau Tuhan tidak lebih dahulu meraih saya, saya tidak berani membayangkan jadi apa saya hari ini. I praise God everyday for that.

(bersambung)

Wednesday, November 15, 2023

Pilatus (5)

 (sambungan)

Ada ayat menarik dalam Mazmur yang mengatakan bahwa tangan yang bersih saja belum cukup, tapi hati yang murni pun harus pula menjadi syarat utama agar bisa mendapat keselamatan dan berkat dari Allah. "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mazmur 24:4-5).

Kita mungkin mengira bahwa kita bisa melempar tanggung jawab dalam pengambilan keputusan yang salah, tetapi Firman Tuhan berkata: "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13).

Belajar dari Pilatus dan keputusannya yang salah, marilah kita semua benar-benar menjaga hati kita. Menjaga hati itu lebih penting dari apapun. Demikian terjemahan dari bahasa asli Amsal 4:23 yang berisikan perihal keharusan untuk menjaga hati. Selain itu, berhati-hatilah dalam membuat setiap keputusan dalam hidup kita, hendaklah semua itu berasal dari hati yang benar. Dengarkan baik-baik hati nurani karena Tuhan kerap berbicara disana.

Terimalah firman Tuhan dengan hati yang lembut agar firman itu bisa tumbuh subur dan membuat hati kita terjaga setiap saat untuk dapat membedakan mana yang benar dan salah. Dan berpeganglah secara total pada kebenaran tanpa harus menjualnya atas dasar apapun.

Jagalah hati lebih dari apapun karena kualitas hati menentukan kualitas hidup

Tuesday, November 14, 2023

Pilatus (4)

 (sambungan)

Pilatus menjadi semakin jauh terperosok akibat ditekan rasa takutnya. Ia merasa kehidupan Yesus tergantung kepadanya dan bukan sebaliknya. "Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" (Yohanes 19:10). Tekanan membuatnya takut, massa yang beringas membuatnya khawatir, dan ia semakin jauh meninggalkan hati nuraninya. Maka Yesus disalib pun lahir dari keputusannya.

Kita bisa belajar dari kisah Pilatus dalam hal menjaga hati kita. Jauh sebelum kejadian itu Amsal Salomo berkata: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23).  

Ini sesungguhnya benar, karena dari hatilah kita bisa percaya, tidak percaya dan ragu-ragu, dan itu sangat menentukan seperti apa kehidupan kita, kualitas hidup dan keputusan-keputusan kita. Lebih lanjut firman Tuhan berkata "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." (27:19)

Hati yang baik akan mengeluarkan perbendaharaan yang baik, sedang hati yang jahat akan memproduksi hal-hal jahat. "Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat." (Matius 12:35).

Adalah sangat penting bagi kita untuk menjaga hati kita. Pilatus mungkin mengira bahwa ia bisa membersihkan dirinya dengan membasuh tangannya. Tangannya mungkin jadi bersih dari kuman, tapi hatinya tidak.

Karena hatinya tidak terjaga, ia jadi abai terhadap hati nuraninya sendiri yang sejak awal tahu bahwa Yesus tidaklah bersalah dan patut dihukum. Jauh di dalam lubuk hatinya ia tahu bahwa Yesus adalah Raja, namun hatinya terkontaminasi dengan segala keraguan, ketakutan kehilangan posisi dan sebagainya, sehingga ia pun harus menyerah pada pengambilan keputusan yang salah atas desakan orang-orang yang jahat.

(bersambung)

Monday, November 13, 2023

Pilatus (3)

 (sambungan)

Setelah itu kita melihat bagaimana pergulatan hati Pilatus. "Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?" Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." (Yohanes 18:38a-38b). Pilatus menanyakan arti kebenaran, karena sepertinya hatinya sedang diketuk berkali-kali lewat kebenaran itu. Karena itulah ia lalu keluar dan berkata bahwa Yesus tidak bersalah apa-apa. Tapi para imam besar Farisi dan orang-orang Yahudi yang ada di luar gedung pengadilan masih bersikeras agar hukuman dijatuhkan, bukan oleh mereka tapi atas keputusan Pilatus.

Pilatus kemudian mendapat ide. Ia membawa seorang penjahat besar bernama Barabas dan meminta mereka untuk memilih antara Yesus atau Barabas, sambil berharap bahwa Barabaslah yang akan dipilih dan ia pun terbebas dari penghakiman hati nuraninya sendiri kalau nantinya ia harus menjatuhkan hukuman pada Yesus. Tapi yang dipilih tetap Yesus.

Dari sanalah Yesus mengalami penyiksaan yang mengerikan. Setelahnya Yesus kembali Yesus dibawa keluar, dan dia berharap ada belas kasih melihat siksaan itu yang akan membuat Yesus dilepaskan. Tapi mereka malah bertambah beringas dan berteriak "Salibkan Dia, salibkan Dia!" (19:6). Pilatus pun menyerah. "Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" (Matius 27:24).

Pilatus lebih mementingkan kedudukannya. Ia takut kehilangan posisi, harta dan kenyamanan hidup, atau mungkin juga ia takut dihujat, didemo, atau bisa celaka. Ia mengira bahwa ia bisa lepas dari tanggung jawab, terutama digambarkan dengan perbuatannya mencuci tangan di hadapan orang banyak.

(bersambung)

Sunday, November 12, 2023

Pilatus (2)

 (sambungan)

Pilatus diliputi keragu-raguan, apakah benar Yesus seorang Raja atau tidak. Ia tidak berani memutuskannya sendirian. Mungkin pada saat itu ia berpikir, "kenapa harus saya ya yang ada di posisi ini." Dan Alkitab pun mencatat serangkaian keputusan yang didasarkan atas keraguannya.

Pertama ia mengirim Yesus kepada Herodes, dengan memakai alasan bahwa Yesus berasal dari Yerusalem, yang tidak lain merupakan wilayah kekuasaan Herodes. "Dan ketika ia tahu, bahwa Yesus seorang dari wilayah Herodes, ia mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu itu ada juga di Yerusalem." (Lukas 23:7). "Dari pada saya yang kena dan harus bertanggungjawab, mending Herodes saja." mungkin begitu
pikirnya.

Pilatus berusaha untuk lepas dari tanggung jawab. Ia tetap mengirim Yesus kepada Herodes meski pada saat itu hubungan Pilatus dan Herodes sedang tidak baik. (ay 12). Tapi Herodes sendiri juga tidak berani mengambil keputusan apa-apa. Padahal sikap berbeda ia tunjukkan dengan memenggal kepala Yohanes Pembaptis. (baca Matius 14:1-12). Maka Yesus pun balik lagi ke hadapan Pilatus.

Saling melempar tanggung jawab pun kemudian bisa kita saksikan.  Pilatus mencoba mengembalikan Yesus kepada orang-orang Yahudi, terutama imam-imam besar yang menangkap Yesus. "Kalian yang menangkap, kalian dong yang mengadili sesuai hukum tauratmu.." kata Pilatus. Apa jawaban mereka? " Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang." (Yohanes 18:31b).

(bersambung)

Saturday, November 11, 2023

Pilatus (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 18:38a-38b
=========================
"Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?" Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."


Sepertinya dalam setiap kumpulan orang-orang, apakah di kantor, di komunitas dan sebagainya akan selalu ada orang yang diistilahkan bermain aman, atau ada juga yang menyebut mereka sebagai orang yang bermain di zona abu-abu, alias tidak hitam, tidak juga putih. Mereka sepertinya berada di tengah, tidak ke kiri dan tidak ke kanan, tapi di sisi lain mereka pun biasanya sering plin-plan dan tidak tegas.

Jika orang seperti ini yang ada dalam posisi pengambil keputusan, biasanya keputusan akan menjadi lambat dibuat. Pertimbangan harus matang sebelum memutuskan sesuatu, itu tentu saja benar dan harus. Tapi juga harus ada ketegasan agar pengambilan keputusan tidak jadi bertele-tele apalagi untuk urusan-urusan yang penting atau strategis. Ada pula yang mendadak jadi abu-abu kalau pengambilan warna yang tegas itu dirasa bisa mendatangkan resiko pada dirinya. Ada pula yang jadi bunglon bisa berubah warna tergantung warna mana yang dirasa akan mendatangkan keuntungan.

Dibilang percaya ya tidak, tidak percaya juga bukan. Banyak orang yang beranggapan bahwa berada di zona abu-abu ini adalah solusi paling aman alias win-win solution buat mereka. Ini biasanya akan menjadi pilihan yang paling tepat ketika seseorang takut kehilangan sesuatu sementara ia masih diliputi keraguan untuk memutuskan, dengan menimbang untung dan ruginya. Ragu-ragu, itu berasal dari hati.

Saya masih ingin melanjutkan tentang masalah hati dengan mengajak teman-teman melihat kisah tentang seorang gubernur Roma bernama Pilatus. Pada masa Yesus turun ke bumi, Pilatus tengah menjabat posisi gubernur. Saat tuduhan-tuduhan terhadap Yesus semakin besar hingga ditangkap, Yesus kemudian dihadapkan ke depan Pilatus.

(bersambung)

Friday, November 10, 2023

Protecting Our Hearts (6)

 (sambungan)

Tetapi jangan lupa bahwa hati yang baru ini tetaplah rentan akan pencemaran. Meski sudah dipulihkan dan diperbaharui, kita tetap perlu menjaganya agar tidak kembali kotor seperti sebelumnya. Caranya adalah menjaga diri agar tetap berada dekat dari kasih karunia Allah. Tetap berjalan bersama Tuhan, mengandalkanNya dalam setiap langkah dan tetap mengisi hati kita dengan firmanNya. "Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang." (Ibrani 12:15).

Seperti contoh-contoh tokoh Alkitab yang sudah saya sebut sebelumnya, hati yang tidak terjaga dan kemudian tercemar bisa menjadi tempat subur bagi tumbuhnya akar-akar pahit yang bukan saja menyusahkan kita tetapi juga bisa mencemarkan banyak orang.

Ditengah masa sulit seperti sekarang, pencemaran hati bisa jadi semakin mudah dan subur. Iri hati, sirik, dengki, keinginan untuk curang, itu bisa dengan mudah tumbuh, dan itu tumbuh dari dalam hati. Cepat emosi, gampang tersinggung, itu juga dari hati. Merasa paling benar, angkuh, ego, itu pun sama.

Sekali lagi, adalah sangat penting bagi kita untuk terus tekun menjaga hati kita dengan sungguh-sungguh, karena dari sanalah seluruh kehidupan kita akan terpancar.

Teruslah jaga agar kita bisa memiliki hati yang lembut, hati yang mau mengampuni, hati yang tidak kehilangan harapan, hati yang penuh ucapan syukur dan bersukacita, terlebih hati yang mengasihi, lalu pancarkan itu untuk memberkati sesama. Kita bisa memberkati orang lain, itupun akan sangat tergantung dari bagaimana hati kita.

Make it a priority to protect our hearts

Thursday, November 9, 2023

Protecting Our Hearts (5)

 (sambungan)

Apapun yang ada dalam hati kita akan terlihat jelas dari cara, gaya dan sikap hidup kita. Dan itu akan sangat menentukan kemana kita akan pergi kelak. Itulah sebabnya kita diingatkan untuk menjaga hati dengan segala kewaspadaan. Hati yang tidak terjaga bisa sangat berbahaya. Apa saja hal yang bisa timbul dari polluted heart alias hati yang terkontaminasi? Alkitab sudah menyebutkan hal itu.  "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19). Dan firman Tuhan kemudian berkata: "Itulah yang menajiskan orang." (ay 20).

Saat kita bertobat dan menerima Kristus kita sudah diubahkan menjadi ciptaan baru. Pada saat itu hati kita pun diperbaharui sehingga tidak seharusnya ada lagi segala kepahitan, kekecewaan, keraguan dan keputus-asaan masih bercokol dalam diri kita. Dengan hati yang bersih itulah kita lalu bisa mendekati Allah karena hati kita tidak lagi berisi hal-hal yang jahat yang bisa merintangi hubungan kita dengan Tuhan, tetapi sudah penuh dengan iman yang teguh dan ketulusan.

Dalam Ibrani dikatakan: "Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." (Ibrani 10:22). Lihatlah bagaimana pentingnya sebuah kemurnian hati itu.

Pemulihan hati setelah pertobatan ini pun sudah disinggung dalam kitab Ulangan, "Dan TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup." (Ulangan 30:6).

(bersambung)

Wednesday, November 8, 2023

Protecting Our Hearts (4)

 (sambungan)

Satu kesimpulan yang bisa kita ambil, hati akan sangat menentukan bagaimana kita menjalani hidup. Apakah kita optimis atau pesimis, apakah kita bersukacita atau penuh kepahitan, apakah kita baik-baik saja atau stres, apakah kita orang yang ramah atau penuh kebencian, semua bermuara pada satu hal, yaitu kondisi hati kita.

Firman Tuhan sudah mengingatkan hal itu sejak dulu. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Hati ternyata bukan saja jadi pusat kontrol perasaan, tapi kehidupan kita secara keseluruhan, itu pun dikatakan terpancar dari hati.

Ketahuilah bahwa keberhasilan menjaga hati merupakan ukuran keberhasilan kita. Kalau kita lihat dari bahasa aslinya, ayat ini mengatakan sebagai berikut: jagalah hatimu lebih dari apapun juga. Lebih dari kita menjaga kebugaran fisik, lebih dari kita menjaga menjaga pikiran kita agar tetap jernih dan rasional.

Ada banyak yang tidak menyadari hal ini, sehingga yang lebih di jaga justru hal-hal lain selain hati. Orang akan sangat berhati-hati menjaga hartanya, atau benda-benda berharga, atau aset-aset mereka dengan berbagai cara.  Takut sekali kalau hartanya hilang. Sementara, hati jarang dianggap sebagai sesuatu yang sebenarnya pun harus dijaga. Kenapa? Sekali lagi, karena dalam hati itu terpancar yang namanya kehidupan. Artinya, seberapa hati kita, segitu pula hidup kita. Dengan kata lain, kualitas hati akan menjadi penentu kualitas kehidupan.

(bersambung)

Tuesday, November 7, 2023

Protecting Our Hearts (3)

 (sambungan)

Teman-teman, bagaimana perasaan anda hari ini? Jika diibaratkan seperti cuaca, seperti apa temperaturnya sekarang, panas atau sejuk? Sedang baik-baik saja atau sedang tertekan oleh sesuatu? Ketahuilah bahwa suhu atau kondisi hati kita akan sangat menentukan reaksi kita dalam memandang kehidupan kita dan bagaimana kita bersikap ditengah persinggungan dengan banyak orang. Ketika hati sedang panas,kita akan mudah terpancing emosi, gampang tersinggung dan sebagainya. Kalau dibiarkan maka kita akan jadi orang-orang penuh kebencian. Dan disaat seperti itu berbagai kejahatan pun akan mudah mengobrak abrik kita. It starts from the polluted heart.

Mari kita ambil satu contoh dalam Alkitab, yaitu ketika Kain membunuh saudara kandungnya sendiri, Habel. Mengapa ia membunuh saudaranya? Karena ia iri. Darimana iri itu muncul? Ya, dari hati. Dan Alkitab mencatatnya dengan jelas. "tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram." (Kejadian 4:6). Bermula dari hati yang menjadi panas, itu kemudian membuat air wajahnya berubah. Itu kemudian diikuti dengan reaksi menjadi gelap mata, tidak lagi bisa berpikir sehat dan akhirnya ia pun melakukan kekejian, yang rasanya tidak akan mungkin dilakukan oleh manusia normal. Sebuah kejahatan yang fatal terjadi, dan itu semua berasal dari hati yang tidak terjaga baik.

Dalam contoh lain tentang hati, kita bisa melihat bahwa kepahitan pun bisa timbul dari hati yang kecewa. Dalam hal ini mungkin Naomi bisa menjadi contoh. Tidak tanggung-tanggung, Naomi mengalami kepahitan karena kecewa kepada Tuhan. "Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku." (Rut 1:20).

Selain Naomi, Ayub pun merupakan salah satu contoh yang sempat mengalami kepahitan.

(bersambung)

Monday, November 6, 2023

Protecting Our Hearts (2)

 (sambungan)

Masalah perasaan adalah masalah hati. Disana pusat kontrol perasaan, dan kita harus sadar pula bahwa apa yang dihasilkan disana akan menyatakan siapa diri kita. Apakah kita dianggap pemarah, orang yang labil, orang negatif, mudah membenci, baperan, atau penyabar, ramah, baik, kalem, orang yang menyenangkan, lucu dan sebagainya.

Disisi lain, saat kita berhadapan dengan kondisi keras atau sulit dalam hidup, itupun bisa mempengaruhi hati kita. Ada begitu banyak orang hari-hari ini yang mulai putus asa dan kehilangan harapan dalam hidupnya. Dan itu bisa kita ketahui dengan mudah dari apa yang paling sering keluar dari mulut mereka, atau yang paling sederhana, air muka saja sudah bisa menyiratkan itu. Disaat keadaan sedang kurang baik, perasaan negatif bisa mengkontaminasi hati. Orang bisa begitu gampang tersulut emosi, menjadi sangat sulit untuk sabar lalu menjadi orang pemarah.

Di sisi lain ada orang yang semakin lama semakin tidak yakin akan kemampuan dirinya sendiri setelah mengalami kegagalan berkali-kali. Mereka menolak peluang-peluang yang terbuka di depan mata karena merasa diri mereka pasti tidak sanggup untuk melakukannya bahkan sebelum mereka mencoba atau setidaknya memikirkan baik-baik terlebih dahulu. Ada orang optimis, tapi lebih banyak orang pesimis. Ada orang sabar, ada yang cepat marah. Ada yang tidak jemu-jemu berusaha meski sudah terjatuh beberapa kali, ada yang menyerah sebelum bertanding. Ada yang terus percaya akan rencana Tuhan walau masih berada dalam situasi sulit, tetapi ada pula yang masih terus ragu.

Ada banyak faktor yang menjadi dasar perbedaan karakter, cara pandang atau pola pikir seperti ini, tetapi apapun itu, pada akhirnya  kita akan sampai pada satu kesimpulan bahwa semuanya bermuara dari satu hal, yaitu hati.

(bersambung)

Sunday, November 5, 2023

Protecting Our Hearts (1)

 Ayat bacaan: Amsal 4:23
===================
"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."


Pandemi ini merubah banyak sistem hidup manusia. Kita jadi mengenal sistem WFH alias work from home disaat virus mengganas. Rapat onine, dan sistem pembelajaran online pun jadi hal baru yang segera jadi gaya hidup saat dunia sedang tidak bersahabat. Anak saya mulai mengikuti playgroup saat memasuki usia 3 tahun secara daring atau online. Dengan sistem itu, kami orang tuanya bisa menyaksikan langsung bagaimana cara para guru ini mengajar anak di usia dini.

Ada satu hal menarik dari apa yang dilakukan guru sekolah playgroup anak saya. Ia kerap bertanya bagaimana perasaan anak-anak muridnya satu persatu. Kamu bagaimana perasaannya pagi ini? Dan si anak bebas mengutarakan apa yang ia rasakan. Apakah senang, sedih, sedang marah atau sedang kesal dan sebagainya.

Hal ini menurut saya sangat bagus. Ada banyak orang tua yang masih memaksakan anaknya untuk menahan perasaan mereka. Kalau mereka lagi marah langsung dimarahi balik, kalau lagi nangis disuruh berhenti seketika itu juga, bisa dalam bentuk perintah atau bisa juga dengan bentakan. Kalau anak tertawa keras-keras disuruh diam karena bising. Atau atas alasan yang buat saya lucu, anaknya disuruh berhenti ketawa karena nanti kalau keterusan bakal nangis. Hal seperti ini tidak baik untuk perkembangan mental mereka.

Memang seharusnya sejak dini mereka diajarkan untuk mengeksplor emosi mereka. Peran kita adalah mengajar mereka untuk mengontrol emosi, tapi bukan melarang atau memberhentikan apa yang mereka rasa menurut kehendak kita. Apa yang mereka rasakan itu mutlak milik mereka. Mereka punya emosinya, kita punya emosi kita juga. So they have to be able to feel and express their feeling. Jangan sampai mereka tumbuh dengan perasaan tertekan dan merasa kalau emosi mereka bukanlah milik mereka. Itu bisa berdampak pada perkembangan mental mereka bahkan sampai mereka dewasa nanti.  

(bersambung)

Saturday, November 4, 2023

Keep Calm (5)

 (sambungan)

Sementara menantikan pertolongan Tuhan, jangan panik. Tetaplah pegang janji Tuhan, luangkan waktu lebih banyak bukan untuk terus berkeluh kesah dan menangis dalam doa-doa kita, tapi untuk diam, menghampiri hadiratNya, memandang wajahNya dan mendengarkan suara Tuhan lebih lagi.

Ingatlah bahwa sesungguhnya "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita.." (Ibrani 6:19). Percayalah dengan iman yang teguh hanya kepadaNya, maka pertolongan Tuhan pun akan datang yang akan datang bagai fajar menyingsing atau hujan yang menyejukkan.  "Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi." (Hosea 6:3).

Mungkin jawaban dan pertolongan Tuhan belum datang hari ini, mungkin anda masih bergumul, tapi pada waktunya, sesuai waktu Tuhan, segala yang terbaik akan menjadi milik anda, dan Tuhan akan segera mengangkat anda, tepat seperti janji Tuhan yang tertulis dalam Mazmur: "Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong. Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku." (Mazmur 40:2-3)

And always remember that "Salvation belongs to the Lord." "Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu!"(Mazmur 3:9). Dari Tuhanlah datangnya segala pertolongan, bukan dari yang lain. Jadi, mengapa tidak mengarahkan pandangan kepadaNya? Tetap bawa dalam doa setiap langkah yang diambil. Bawa kepada Tuhan, dengar suaraNya dan lakukan tepat seperti apa yang Dia katakan. Itu hanya bisa kita lakukan apabila kita tetap tenang dan mengambil waktu untuk diam. You can't handle it anymore? Do you feel being pushed to the edge? Be calm, be still, arahkan pandangan pada Tuhan dan tetaplah bertekun dalam doa. Percayalah, Tuhan tidak pernah kekurangan cara untuk melepaskan anda.

Keep calm and pray on

Friday, November 3, 2023

Keep Calm (4)

 (sambungan)

Dalam menghadapi serangan masalah beruntun kita akan terpancing untuk sibuk melakukan segala sesuatu tanpa pikir panjang dan akan terus kecewa apabila situasi tidak kunjung menjadi baik meski kita sudah mati-matian berusaha mengatasinya. Dalam situasi seperti itu bisa jadi hati kita terus berteriak sehingga membuat kita tidak lagi merasa tenang dan bisa berpikir jernih. Kita seringkali lupa bahwa sebenarnya kita harus mengambil waktu untuk diam lalu mendatangi Tuhan. Duduk diam di hadiratNya untuk mendengar suaraNya, menikmati kedekatan terhadap Tuhan yang sangat mengasihi kita, menyerahkan segala permasalahan kita ke dalam tanganNya dan mengijinkan kehendak dan rencanaNya turun atas kita, karena itulah yang terbaik.

Jangan pernah lupa bahwa Tuhan sanggup menghadirkan kelegaan (Matius 11:28), bahkan menggendong, menanggung dan memikul dan menyelamatkan kita sampai kapanpun. "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:4). Kita bisa lupa akan semua ini apabila kita membiarkan diri kita dikuasai rasa takut dan panik. Kita lupa bahwa di atas segalanya, ada Tuhan yang berkuasa lebih dari apapun di dunia ini. Kita lupa bahwa ada Tuhan yang kuasanya tak terbatas melebihi kemampuan kita yang terbatas, bahwa kebesaranNya melebihi masalah sebesar apapun.

Sekali lagi mari kita lihat lagi suara Tuhan: "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mazmur 46:11) dan resapi dalam-dalam kata Yeremia "Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN." (Yeremia 3:26). Saat badai menerpa, diamlah dan arahkan pandangan kepada Tuhan. Dalam menghadapi serangan masalah, akan sangat mudah bagi pikiran kita untuk merasa seolah-olah semua janji Tuhan seperti terasa sangat jauh dari jangkauan kita, atau sangat lambat datangnya. Tapi terus ingatkan jiwa kita, bahwa meski saat ini kita masih berhadapan dengan ketidakpastian, ada saat dimana kita harus menunggu disertai harapan yang tetap menyala. Teruslah menanti-nantikan Tuhan, dan itu tidak pernah sia-sia. Ada banyak kuasa luar biasa yang disediakan Tuhan kepada anak-anakNya yang terus tekun menanti-nantikanNya.

(Bersambung)

Thursday, November 2, 2023

Keep Calm (3)

 (sambungan)

Jika dalam Ratapan kita diingatkan oleh Yeremia, dalam Mazmur kita bisa mendengar seruan Tuhan. "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" (Mazmur 46:11).

Dalam bahasa Inggris tertulis seperti ini: "Let be and be still, and know that I am God."

Bukankah kita sering lupa kepada Tuhan ketika kepanikan sedang berkecamuk menguasai kita? Atau kalau kita ingat Tuhan, bukankah kita suka dengan jeritan hati dalam doa berteriak kepadaNya? Ayat ini mengingatkan kita untuk mengambiljeda sejenak, diam dan berhentilah panik. Lalu ajak pikiran dan hati anda kembali mengingat bahwa ada Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu, mampu melakukan sesuatu bahkan hal yang paling mustahil sekalipun. Kembali mengingat janji-janji Tuhan yang begitu mengasihi kita, kuasaNya yang ajaib yang mengatasi bumi.

Dalam renungan kemarin kita sudah melihat bagaimana Daud bisa tetap tenang meski berada dalam situasi yang genting. Dia tetap bisa tidur karena imannya percaya pada Tuhan sepenuhnya. Dalam keadaan tekanan berat, Daud bisa tetap tenang dan mengarahkan pandangannya pada Tuhan.

Masalah mungkin tidak serta merta selesai, pergumulan masih akan terus berlangsung, tapi ada saatnya kita harus mengambil langkah untuk let be and be still, sebelum kita mengambil langkah yang keliru. Disamping itu, adalah jauh lebih baik bagi kita untuk diam ketimbang terus mengisi hidup dengan keluhan dan kata-kata lain yang negatif, yang bukan saja merugikan kita sendiri tapi juga akan menambah lebih banyak lagi masalah.

(Bersambung)

Wednesday, November 1, 2023

Keep Calm (2)

 (sambungan)

Yang lebih berbahaya, saat kehilangan kesabaran, kita bisa terjebak untuk mencari alternatif-alternatif lainnya. Disana ada banyak jebakan yang bisa membuat segalanya menjadi lebih runyam, membuat kita semakin menjauh dari Tuhan dan akhirnya menjerumuskan diri sendiri ke dalam jurang kesesatan. Kalau tidak sampai separah itu, kita bisa bermasalah dengan kesehatan seperti terkena stres, depresi, kehilangan kontrol diri, darah tinggi dan lain-lain apabila membiarkan kepanikan melanda kita.

Sebelum semua itu terjadi dan sebelum terlambat, ada baiknya kita mengetahui sebuah tindakan penting yang dianjurkan beberapa kali di dalam Alkitab. Dari pada terus berteriak, mengeluh, mengaduh, menangis atau malah melakukan tindakan-tindakan yang didasari emosi hinga merugikan diri sendiri dan orang lain, ada baiknya kita turuti apa yang diajarkan menurut Tuhan. Dan itu adalah dengan melakukan sesuatu yang sangat sederhana: mengambil waktu untuk diam.

Di dalam kitab Ratapan ada sebuah ayat yang mengingatkan hal ini. "Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN." (Ratapan 3:26) It's good to wait for His help in silence.

Kenapa baik bagi kita untuk diam dalam menanti pertolongan Tuhan? Karena dengan diam kita bisa terhindar dari berbagai godaan yang menyesatkan. Dengan diam kita bisa fokus mengambil momen perenungan, introspeksi ke dalam diri kita, mencari tahu kalau-kalau ada yang masih belum kita bereskan. Dengan diam kita bisa terhindar dari mengambil langkah-langkah yang hanya didasarkan kepada perasaan emosional, tidak rasional dalam memutuskan. Dengan diam itu bisa mencegah kita melakukan kesalahan-kesalahan yang hanya akan menambah masalah. Dengan diam, kita bisa berpikir jernih dan bijak dalam mengambil keputusan. Dengan diam, kita akan bisa terhubung dengan Tuhan.

Dengan diam, kita bisa mendengar suaraNya.

(Bersambung)

Lanjutan Sukacita Kedua (5)

 (sambungan) Satu jiwa pun begitu berharga di mata Tuhan. Ketika jiwa itu kembali ditemukan, sang gembala akan menggendongnya dengan gembira...