Ayat bacaan: Yohanes 13:34
======================
"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."
Seorang pendeta pernah memberi kesaksian yang menarik. Ia bercerita bahwa selama belasan tahun, setiap kali membeli ayam untuk istrinya, ia selalu membelikan bagian dada. Selama masa pacaran, ia melihat istrinya selalu makan bagian dada, sehingga ia beranggapan pastilah istrinya menyukai dada ayam. Setelah belasan tahun berjalan, ketika mereka saling membuka diri satu sama lain, barulah ia tahu bahwa sebenarnya istrinya paling suka bagian paha ayam. Lalu mengapa istrinya dulu selalu memilih bagian dada? Ternyata dada ia pilih karena ia tahu suaminya menyenangi bagian paha. Belasan tahun berjalan, tapi masih juga ada hal-hal yang belum diketahui mengenai pasangan hidup. Ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anda dan saya.
Seringkali kita menganggap bahwa apa yang kita sukai pastilah disukai juga oleh pasangan kita, anak kita, keluarga, teman-teman atau orang lain. Ada banyak ayah yang beranggapan bahwa jika mereka mampu mencukupi kebutuhan materi dari anak-anak atau istrinya, ia sudah menjalankan fungsi sebagai ayah teladan. Padahal mungkin pada banyak kesempatan, anak dan istrinya jauh lebih membutuhkan perhatian dan kehadirannya ketimbang pemenuhan kebutuhan materi. Selama saya mengajar dan berinteraksi dengan banyak orang sepanjang hidup saya, saya sampai pada satu kesimpulan: manusia diciptakan Tuhan berbeda-beda. Baik dari sifat, tingkah laku, hobi, kegemaran, dan sebagainya. Artinya, apa yang saya suka, belum tentu orang lain suka. Apa yang terbaik bagi saya, belum tentu terbaik bagi orang lain.
Tuhan Yesus mengajarkan demikian: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Kemudian di kesempatan lain: "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu." (Yohanes 15:12) dan "Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."(Yohanes 15:17). Perintah Yesus adalah untuk mengasihi orang lain, seperti Tuhan Yesus sendiri telah mengasihi kita. Bagaimana Yesus mengasihi kita? Tuhan Yesus mengasihi kita secara luar biasa, hingga mengorbankan diriNya untuk mati di atas kayu salib agar kita semua tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Mengasihi sesama seperti bagaimana Yesus mengasihi kita akan membuat kita harus mulai memikirkan untuk mengasihi orang lain sesuai dengan apa yang mereka butuhkan/inginkan, dan kemudian berusaha untuk memberikan tepat seperti itu. Bukan menurut kita, namun menurut mereka. Karena semua orang berbeda kebutuhan/keinginannya.
Dalam kondisi seperti ini, dibutuhkan sebuah pengertian mendalam mengenai "bahasa kasih" agar kita bisa menjangkau hati orang-orang disekitar kita. Yang saya maksudkan dengan bahasa kasih adalah sesuatu yang kita berikan kepada orang lain yang didasarkan sesuai dengan apa yang mereka harapkan, bukan menurut apa yang kita sukai. Ada 5 hal yang biasanya menjadi "bahasa kasih" bagi orang:
1. Kata-kata pujian
Orang yang memiliki bahasa kasih ini biasanya akan bahagia atau merasa dikasihi jika mereka mendapatkan kata-kata positif, seperti dukungan, pujian, pengakuan dan lain-lain. Jika mereka mendapatkan sebaliknya, seperti cacian, kata kasar, melecehkan dan sebagainya, akan menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan.
2. Saat Bersama
Jenis ini akan merasa dikasihi jika orang yang mereka sayangi mau meluangkan waktu untuk mendengarkan mereka, berbincang-bincang dari hati ke hati, jalan-jalan dan sebagainya.
3. Hadiah
Tipe seperti ini akan sangat senang jika mendapat pemberian, meski yang paling sederhana sekalipun.
4. Bantuan
Orang dengan tipe bahasa kasih seperti ini akan sangat bahagia jika orang yang mereka sayangi mau meluangkan waktu untuk membantu mereka, meski sedang sangat sibuk. Itu akan sangat berarti bagi mereka.
5. Sentuhan
Tapping on the shoulder, atau bagi suami-istri atau orang tua pada anak: pelukan, ciuman atau gandengan tangan, bisa berarti yang sangat besar bagi mereka.
Beda orang, beda bahasa kasih. Sudahkah anda mengetahui bahasa kasih dari pasangan anda,anak-anak anda, teman anda, dan orang tua anda? Dalam menggenapkan perintah Kristus untuk mengasihi orang seperti halnya Dia mengasihi kita, kita harus tahu apa yang paling mereka butuhkan, sama seperti Yesus mengetahui betul apa yang paling kita butuhkan. Meskipun segala sesuatu yang kita berikan dengan tujuan baik didasari kasih yang tulus tetaplah baik adanya, ada kalanya curahan kasih kita tidak akan maksimal jika kita salah memberi. Terkadang tanpa mengetahui bahasa kasih dari orang yang kita sayangi, kita bisa gagal dalam menyatakan kasih kita pada mereka. Malah bisa berujung pada pertengkaran, karena kita merasa pemberian kita tidak dihargai, mereka merasa tidak diperhatikan dan lain-lain. Jika Yesus mengasihi kita dengan memberikan yang terbaik buat kita, karena Dia tahu betul apa yang kita butuhkan, ini saatnya kita memberikan yang terbaik pula buat orang-orang yang kita kasihi, dengan mengenal terlebih dahulu apa yang paling mereka butuhkan sesuai dengan bahasa kasih mereka. Mari kenali bahasa kasih masing-masing, dan nyatakanlah kasih dengan maksimal.
Kenali bahasa kasih dari orang-orang yang kita sayangi
Thursday, April 30, 2009
Wednesday, April 29, 2009
Mengingini Milik Orang Lain
Ayat bacaan: Keluaran 20:17
======================
"Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."
"Waduh cantiknya... tapi sayang sudah ada yang punya.. coba jadi pacar gue.." kata seorang siswa di kampus tempat saya mengajar sambil cengar-cengir. Komentar itu keluar ketika ia melihat seorang gadis yang sedang duduk di kantin bersama pasangannya. Komentar seperti ini atau yang mirip-mirip mungkin biasa kita dengar, atau mungkin kita ucapkan tanpa sadar. Bisa jadi kita melihat mobil mewah, rumah yang indah, baju, sepatu, atau lainnya. Sebuah keinginan tidak harus selalu salah, karena keinginan bisa memotivasi kita untuk berusaha lebih giat. Namun pada titik tertentu, mengingini milik orang lain bisa menjadi sebuah awal yang mengarahkan kita untuk terjerumus jatuh ke dalam berbagai dosa.
Ketika kita mulai menginginkan milik orang lain, rasa iri hati mudah timbul. Ketika iri hati timbul, cercaan atau hujatan, bahkan kutukan bisa keluar dari kita. Ada banyak orang yang kemudian tergiur untuk korupsi, mencuri bahkan membunuh ketika mereka tidak lagi bisa mengendalikan dirinya dari mengingini milik orang lain. Maka Tuhan pun mengingatkan sejak awal mengenai hal ini. Dalam 10 Perintah Allah, firman ke 10 berbunyi demikian: "Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu." (Keluaran 20:17). Menginginkan milik orang lain tidak berbeda jauh dengan serakah. Serakah adalah sebuah rasa tidak puas yang muncul atas apa yang sudah diperoleh dan selalu ingin memperoleh lebih dari sesuatu yang bukan milik kita. Bentuk mengingini milik orang lain yang mengarah pada keserakahan atau ketamakan, rasa tidak pernah puas ini bisa membawa kita ke dalam banyak bentuk dosa. Mari kita lihat salah satu contoh. Lihatlah kisah antara Daud dan Batsyeba. Daud menginginkan Batsyeba, yang bukan miliknya. Ia berhasil mengambil Batsyeba, ini melanggar perintah Allah ke 8, "jangan mencuri" (ay 15). Ia melakukan skandal dengan Batsyeba yang merupakan istri orang lain, ini melanggar perintah ke 7, "jangan berzinah" (ay 14). Lalu ia mengatur agar suami Batsyeba mati terbunuh, ini melanggar perintah ke 6, "jangan membunuh". (ay 13). Serangkaian pelanggaran firman Tuhan ini semuanya bermula ketika Daud menginginkan Batsyeba, yang notabene bukan miliknya. Jika kita tidak mengendalikan keinginan kita dengan hati-hati, kita bisa terjerumus ke dalam serentetan dosa.
Dosa mengingini milik orang lain ini termasuk salah satu dosa yang "samar", karena tidak begitu kelihatan sebagai sebuah dosa seperti membunuh misalnya. Namun kita harus tetap waspada, karena hal tersebut bisa menjadi awal dari kejatuhan kita. Paulus berulang kali mengingatkan kita agar mewaspadai bentuk keserakahan yang timbul akibat mengingini sesuatu yang bukan milik kita. Keserakahan menurut Paulus sama dengan penyembahan berhala yang mendatangkan murka Allah. "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)." (Kolose 3:5). Akibatnya orang-orang yang dikuasai keinginan berlebihan dan tidak mampu mengendalikannya tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. "Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah."(Efesus 5:5). Dalam sebuah firmanNya, Yesus menyinggung soal ini. "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya." (Matius 5:28). Semua ini mengingatkan kita harus hati-hati dalam menyikapi sebuah keinginan.
Sebuah keinginan bisa memikat orang untuk menjadi jahat. Yakobus menggambarkan alurnya dengan sangat jelas : "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15). Sebuah keinginan berlebihan untuk memiliki milik orang lain menunjukkan bahwa kita belumlah bisa mensyukuri segala yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Untuk mengendalikan keinginan seperti ini, kita harus bisa belajar untuk bersyukur. Ingatlah bahwa Tuhan telah begitu banyak memberkati dan melengkapi segalanya bagi saya dan anda untuk sukses. Untuk itu, kita haruslah berterima kasih dan memenuhi mulut kita dengan ucapan syukur. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Kita harus mampu mengolah segala talenta yang telah diberikan Tuhan kepada kita, dan yang paling penting, teruslah mencari Kerajaan Allah beserta kebenarannya, maka semua akan ditambahkan Tuhan pada kita. (Matius 6:33). Dan dalam setiap langkah atau proses, tetaplah bersyukur. Apa yang terbaik bagi orang belum tentu terbaik bagi kita. Kita belum tentu tahu apa yang terbaik, Tapi Tuhan tahu pasti apa yang terbaik untuk kita, dan Dia telah menyediakannya. Hindarilah pikiran-pikiran yang mengingini milik orang lain, dan isilah selalu pikiran dan hati kita dengan ucapan syukur. Tuhan mengajak kita untuk merasa puas dengan segala yang telah Tuhan berikan. Berterimakasih dan bersyukurlah.
Mengingini milik orang lain adalah awal dari serangkaian dosa yang mengarahkan kita ke dalam maut
======================
"Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."
"Waduh cantiknya... tapi sayang sudah ada yang punya.. coba jadi pacar gue.." kata seorang siswa di kampus tempat saya mengajar sambil cengar-cengir. Komentar itu keluar ketika ia melihat seorang gadis yang sedang duduk di kantin bersama pasangannya. Komentar seperti ini atau yang mirip-mirip mungkin biasa kita dengar, atau mungkin kita ucapkan tanpa sadar. Bisa jadi kita melihat mobil mewah, rumah yang indah, baju, sepatu, atau lainnya. Sebuah keinginan tidak harus selalu salah, karena keinginan bisa memotivasi kita untuk berusaha lebih giat. Namun pada titik tertentu, mengingini milik orang lain bisa menjadi sebuah awal yang mengarahkan kita untuk terjerumus jatuh ke dalam berbagai dosa.
Ketika kita mulai menginginkan milik orang lain, rasa iri hati mudah timbul. Ketika iri hati timbul, cercaan atau hujatan, bahkan kutukan bisa keluar dari kita. Ada banyak orang yang kemudian tergiur untuk korupsi, mencuri bahkan membunuh ketika mereka tidak lagi bisa mengendalikan dirinya dari mengingini milik orang lain. Maka Tuhan pun mengingatkan sejak awal mengenai hal ini. Dalam 10 Perintah Allah, firman ke 10 berbunyi demikian: "Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu." (Keluaran 20:17). Menginginkan milik orang lain tidak berbeda jauh dengan serakah. Serakah adalah sebuah rasa tidak puas yang muncul atas apa yang sudah diperoleh dan selalu ingin memperoleh lebih dari sesuatu yang bukan milik kita. Bentuk mengingini milik orang lain yang mengarah pada keserakahan atau ketamakan, rasa tidak pernah puas ini bisa membawa kita ke dalam banyak bentuk dosa. Mari kita lihat salah satu contoh. Lihatlah kisah antara Daud dan Batsyeba. Daud menginginkan Batsyeba, yang bukan miliknya. Ia berhasil mengambil Batsyeba, ini melanggar perintah Allah ke 8, "jangan mencuri" (ay 15). Ia melakukan skandal dengan Batsyeba yang merupakan istri orang lain, ini melanggar perintah ke 7, "jangan berzinah" (ay 14). Lalu ia mengatur agar suami Batsyeba mati terbunuh, ini melanggar perintah ke 6, "jangan membunuh". (ay 13). Serangkaian pelanggaran firman Tuhan ini semuanya bermula ketika Daud menginginkan Batsyeba, yang notabene bukan miliknya. Jika kita tidak mengendalikan keinginan kita dengan hati-hati, kita bisa terjerumus ke dalam serentetan dosa.
Dosa mengingini milik orang lain ini termasuk salah satu dosa yang "samar", karena tidak begitu kelihatan sebagai sebuah dosa seperti membunuh misalnya. Namun kita harus tetap waspada, karena hal tersebut bisa menjadi awal dari kejatuhan kita. Paulus berulang kali mengingatkan kita agar mewaspadai bentuk keserakahan yang timbul akibat mengingini sesuatu yang bukan milik kita. Keserakahan menurut Paulus sama dengan penyembahan berhala yang mendatangkan murka Allah. "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)." (Kolose 3:5). Akibatnya orang-orang yang dikuasai keinginan berlebihan dan tidak mampu mengendalikannya tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. "Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah."(Efesus 5:5). Dalam sebuah firmanNya, Yesus menyinggung soal ini. "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya." (Matius 5:28). Semua ini mengingatkan kita harus hati-hati dalam menyikapi sebuah keinginan.
Sebuah keinginan bisa memikat orang untuk menjadi jahat. Yakobus menggambarkan alurnya dengan sangat jelas : "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15). Sebuah keinginan berlebihan untuk memiliki milik orang lain menunjukkan bahwa kita belumlah bisa mensyukuri segala yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Untuk mengendalikan keinginan seperti ini, kita harus bisa belajar untuk bersyukur. Ingatlah bahwa Tuhan telah begitu banyak memberkati dan melengkapi segalanya bagi saya dan anda untuk sukses. Untuk itu, kita haruslah berterima kasih dan memenuhi mulut kita dengan ucapan syukur. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Kita harus mampu mengolah segala talenta yang telah diberikan Tuhan kepada kita, dan yang paling penting, teruslah mencari Kerajaan Allah beserta kebenarannya, maka semua akan ditambahkan Tuhan pada kita. (Matius 6:33). Dan dalam setiap langkah atau proses, tetaplah bersyukur. Apa yang terbaik bagi orang belum tentu terbaik bagi kita. Kita belum tentu tahu apa yang terbaik, Tapi Tuhan tahu pasti apa yang terbaik untuk kita, dan Dia telah menyediakannya. Hindarilah pikiran-pikiran yang mengingini milik orang lain, dan isilah selalu pikiran dan hati kita dengan ucapan syukur. Tuhan mengajak kita untuk merasa puas dengan segala yang telah Tuhan berikan. Berterimakasih dan bersyukurlah.
Mengingini milik orang lain adalah awal dari serangkaian dosa yang mengarahkan kita ke dalam maut
Tuesday, April 28, 2009
Hidup Nyaman Dalam Dosa
Ayat bacaan: Yunus 1:5
====================
"Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak."
Dosa tampaknya tidak lagi menyeramkan bagi banyak orang. Ada begitu banyak orang hari-hari ini yang terlalu terpaku pada kebutuhan duniawi, sehingga merasa tidak punya masalah jika harus mendapatkan harta dari cara yang tidak benar sekalipun. Menggelapkan uang, mark-up, korupsi, penipuan, penyalah-gunaan jabatan/wewenang dan sebagainya, menjadi sesuatu yang sangat biasa di mana-mana. Jika sudah bisa menutupi kejahatan mereka dari mata aparat, menghilangkan barang bukti atau menyuap aparat yang dianggap "berbahaya" bagi keselamatan mereka, mereka pun bisa dengan tenang hidup dari segala kemewahan yang tidak sah itu. Bahkan mereka berani tampil di depan publik, penuh senyum dan gaya berlebihan. Padahal pengadilan Tuhan, jauh lebih berat ketimbang pengadilan yang ada di dunia ini. Katakanlah di dunia hukumannya 20 tahun jika terbukti korupsi. Di tahta Tuhan nanti, ketika hari penghakiman tiba, dosa itu bisa mendatangkan maut yang kekal sifatnya. Sangat mengerikan. Dan kita tidak akan bisa menyuap Tuhan, meski seluruh uang yang ada di dunia ini adalah milik kita.
Melakukan dosa adalah kekejian bagi Tuhan. Dalam Amsal kita baca seperti ini: "karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat." (Amsal 3:32). Melakukan dosa dan menyadari bahwa itu adalah salah, namun tidak bertobat, itu saja sudah berat. Apalagi jika kita malah menikmati hidup dalam dosa. Itu lebih mengerikan lagi. Saya ingin mengajak teman-teman untuk membaca kisah Yunus. Pada suatu kali, Yunus diberi tugas oleh Tuhan untuk mempertobatkan penduduk Niniwe, sebuah kota besar dan makmur. Apakah Yunus menurut? Tidak. Dia malah memilih untuk melanggar kehendak Tuhan, dengan jalan melarikan diri dengan kapal ke tempat lain dengan harapan agar ia jauh dari hadapan Tuhan. (Yunus 1:3). Maka Tuhan pun mendatangkan angin ribut yang mengakibatkan badai besar. (ay 4).Penumpang kapal pun menjadi panik ketakutan dan menyembah allah mereka masing-masing. "Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya." (ay 5a). Perhatikan kata "allahnya", dalam huruf kecil, berarti para awak kapal itu bukanlah orang percaya.
Ketika keadaan sedang genting, apa yang dilakukan Yunus, sang penyebab bencana itu? Alkitab mencatat ia malah sedang tidur dengan nyenyak. "Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak." (ay 5b). Keterlaluan. Sudah melanggar perintah Tuhan, sudah menghadapi kemarahan Tuhan akibat pelanggaran itu, tapi masih juga bisa tidur nyenyak! Kita tahu kisah selanjutnya. Yunus diketahui menjadi penyebab dari badai besar itu yang setiap saat siap untuk menenggelamkan kapal. Yunus pun menyadari hal itu, dan meminta agar dirinya dicampakkan saja ke laut. (ay 12). Namun lihatlah hal yang luar biasa yang dicatat di ayat berikutnya. "Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka." (ay 13). Ternyata, para awak kapal masih berusaha untuk menyelamatkan kapal tanpa harus membuang Yunus ke laut. Mereka, yang bukan orang percaya saja mau memikirkan nyawa 1 orang, sementara Yunus tidak mau memikirkan keselamatan dari seisi kota besar, dan memilih untuk mementingkan dirinya sendiri saja. Lalu kita tahu, Yunus akhirnya ditelan ikan besar, dan berada di dalam perut ikan itu selama 3 hari 3 malam. Saya yakin itu bukanlah tempat yang menyenangkan untuk ditinggali selama 3 hari 3 malam. Bau, lembab dan menjijikkan, saya yakin dirasakan Yunus pada saat itu. Dan ia pun akhirnya bertobat dan memilih untuk menjalankan perintah Tuhan. Hasilnya? Seluruh kota Niniwe, termasuk raja bahkan ternak-ternak bertobat dan melakukan puasa serta mengenakan kain kabung. Satu orang Yunus bisa dipakai Tuhan untuk menyelamatkan seisi kota. Luar biasa.
Berhati-hatilah terhadap dosa, jangan sampai terlena di dalamnya. Kita harus menjaga diri kita agar tidak memberi toleransi atau berkompromi dengan dosa, walau sekecil apapun. Dosa yang kecil, mampu membuat kita lama-lama terbiasa hidup berselubung dosa, hidup nyaman bersama dosa, bahkan bisa tidur nyenyak bersamanya! Jika kita tidak bisa mengendalikan keinginan-keinginan kita sendiri, kita akan terseret masuk ke dalam dosa, dan pada saatnya dosa akan melahirkan maut. "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."(Yakobus 1:14-15). Lihatlah apa yang terjadi pada Yunus, yang harus mengalami hidup dalam perut ikan selama 3 hari 3 malam terlebih dahulu baru bertobat. Marilah berbalik dengan cepat jika kita berbuat dosa, sehingga kita tidak perlu "dilemparkan ke dalam perut ikan" agar mau bertobat. Dosa adalah pelanggaran hukum Allah yang akan selalu menjadi penghalang hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kita mendapat teguran dari Roh Kudus ketika melakukan kesalahan, jangan keraskan hati, dan berbaliklah segera, agar kita tidak perlu mengalami sesuatu yang menyakitkan terlebih dahulu untuk bisa bertobat.
Cegah dosa sejak dini sebelum kita terbiasa untuk hidup nyaman bersama dosa
====================
"Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak."
Dosa tampaknya tidak lagi menyeramkan bagi banyak orang. Ada begitu banyak orang hari-hari ini yang terlalu terpaku pada kebutuhan duniawi, sehingga merasa tidak punya masalah jika harus mendapatkan harta dari cara yang tidak benar sekalipun. Menggelapkan uang, mark-up, korupsi, penipuan, penyalah-gunaan jabatan/wewenang dan sebagainya, menjadi sesuatu yang sangat biasa di mana-mana. Jika sudah bisa menutupi kejahatan mereka dari mata aparat, menghilangkan barang bukti atau menyuap aparat yang dianggap "berbahaya" bagi keselamatan mereka, mereka pun bisa dengan tenang hidup dari segala kemewahan yang tidak sah itu. Bahkan mereka berani tampil di depan publik, penuh senyum dan gaya berlebihan. Padahal pengadilan Tuhan, jauh lebih berat ketimbang pengadilan yang ada di dunia ini. Katakanlah di dunia hukumannya 20 tahun jika terbukti korupsi. Di tahta Tuhan nanti, ketika hari penghakiman tiba, dosa itu bisa mendatangkan maut yang kekal sifatnya. Sangat mengerikan. Dan kita tidak akan bisa menyuap Tuhan, meski seluruh uang yang ada di dunia ini adalah milik kita.
Melakukan dosa adalah kekejian bagi Tuhan. Dalam Amsal kita baca seperti ini: "karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat." (Amsal 3:32). Melakukan dosa dan menyadari bahwa itu adalah salah, namun tidak bertobat, itu saja sudah berat. Apalagi jika kita malah menikmati hidup dalam dosa. Itu lebih mengerikan lagi. Saya ingin mengajak teman-teman untuk membaca kisah Yunus. Pada suatu kali, Yunus diberi tugas oleh Tuhan untuk mempertobatkan penduduk Niniwe, sebuah kota besar dan makmur. Apakah Yunus menurut? Tidak. Dia malah memilih untuk melanggar kehendak Tuhan, dengan jalan melarikan diri dengan kapal ke tempat lain dengan harapan agar ia jauh dari hadapan Tuhan. (Yunus 1:3). Maka Tuhan pun mendatangkan angin ribut yang mengakibatkan badai besar. (ay 4).Penumpang kapal pun menjadi panik ketakutan dan menyembah allah mereka masing-masing. "Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya." (ay 5a). Perhatikan kata "allahnya", dalam huruf kecil, berarti para awak kapal itu bukanlah orang percaya.
Ketika keadaan sedang genting, apa yang dilakukan Yunus, sang penyebab bencana itu? Alkitab mencatat ia malah sedang tidur dengan nyenyak. "Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak." (ay 5b). Keterlaluan. Sudah melanggar perintah Tuhan, sudah menghadapi kemarahan Tuhan akibat pelanggaran itu, tapi masih juga bisa tidur nyenyak! Kita tahu kisah selanjutnya. Yunus diketahui menjadi penyebab dari badai besar itu yang setiap saat siap untuk menenggelamkan kapal. Yunus pun menyadari hal itu, dan meminta agar dirinya dicampakkan saja ke laut. (ay 12). Namun lihatlah hal yang luar biasa yang dicatat di ayat berikutnya. "Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka." (ay 13). Ternyata, para awak kapal masih berusaha untuk menyelamatkan kapal tanpa harus membuang Yunus ke laut. Mereka, yang bukan orang percaya saja mau memikirkan nyawa 1 orang, sementara Yunus tidak mau memikirkan keselamatan dari seisi kota besar, dan memilih untuk mementingkan dirinya sendiri saja. Lalu kita tahu, Yunus akhirnya ditelan ikan besar, dan berada di dalam perut ikan itu selama 3 hari 3 malam. Saya yakin itu bukanlah tempat yang menyenangkan untuk ditinggali selama 3 hari 3 malam. Bau, lembab dan menjijikkan, saya yakin dirasakan Yunus pada saat itu. Dan ia pun akhirnya bertobat dan memilih untuk menjalankan perintah Tuhan. Hasilnya? Seluruh kota Niniwe, termasuk raja bahkan ternak-ternak bertobat dan melakukan puasa serta mengenakan kain kabung. Satu orang Yunus bisa dipakai Tuhan untuk menyelamatkan seisi kota. Luar biasa.
Berhati-hatilah terhadap dosa, jangan sampai terlena di dalamnya. Kita harus menjaga diri kita agar tidak memberi toleransi atau berkompromi dengan dosa, walau sekecil apapun. Dosa yang kecil, mampu membuat kita lama-lama terbiasa hidup berselubung dosa, hidup nyaman bersama dosa, bahkan bisa tidur nyenyak bersamanya! Jika kita tidak bisa mengendalikan keinginan-keinginan kita sendiri, kita akan terseret masuk ke dalam dosa, dan pada saatnya dosa akan melahirkan maut. "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."(Yakobus 1:14-15). Lihatlah apa yang terjadi pada Yunus, yang harus mengalami hidup dalam perut ikan selama 3 hari 3 malam terlebih dahulu baru bertobat. Marilah berbalik dengan cepat jika kita berbuat dosa, sehingga kita tidak perlu "dilemparkan ke dalam perut ikan" agar mau bertobat. Dosa adalah pelanggaran hukum Allah yang akan selalu menjadi penghalang hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kita mendapat teguran dari Roh Kudus ketika melakukan kesalahan, jangan keraskan hati, dan berbaliklah segera, agar kita tidak perlu mengalami sesuatu yang menyakitkan terlebih dahulu untuk bisa bertobat.
Cegah dosa sejak dini sebelum kita terbiasa untuk hidup nyaman bersama dosa
Monday, April 27, 2009
Sesal Kemudian Tak Berguna
Ayat bacaan: Lukas 16:24
====================
"Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini."
Sebuah pepatah mengatakan, "Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna". Sebuah pepatah yang mengingatkan kita untuk selalu memikirkan segala sesuatunya dengan cermat, hati-hati dan baik, agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Rasanya setiap orang pernah mengalami sesuatu yang menimbulkan rasa menyesal. Mulai dari rasa menyesal yang biasa sampai yang bahkan bisa menimbulkan kepahitan, membuat orang menjadi sulit untuk maju dan sebagainya, semua itu bisa hadir dalam hidup kita jika kita tidak hati-hati melangkah. Pernah menyesal karena salah beli barang? Saya pernah mengalaminya berkali-kali. Karena terburu-buru membeli, saya seringkali menyesal karena ternyata harganya kemahalan dibanding di tempat lain. Atau saya pernah pula salah membeli jenis perangkat dalam komputer, sehingga tidak bisa dipergunakan. Mau dikembalikan, barang sudah terlanjur dibeli. Masih untung penyesalan-penyesalan seperti ini bukanlah sebuah kesalahan yang fatal, karena masih ada yang bisa dilakukan untuk itu. Setidaknya barang yang terlalu mahal itu masih bisa dipakai, setidaknya yang tipenya salah masih bisa dijual lagi. Tapi kesalahan fatal bisa berujung pada siksa kekal di alam maut, ketika kita salah melangkah di dunia semasa hidup kita. Sebuah perikop mengenai Lazarus dan orang kaya menggambarkan sebuah penyesalan yang hadir di alam maut ketika semuanya sudah terlambat.
Neraka, tempat api yang tidak terpadamkan, akan menjadi tempat dimana penyesalan akan selamanya menyertai penghuninya. Disana, kesakitan dan penderitaan yang tak terperikan akan membuat orang-orang di dalamnya dipenuhi rasa menyesal, mengapa mereka salah langkah ketika hidup di dunia. Di sana, semuanya sudah terlambat. Tidak lagi ada waktu untuk bertobat dan memperbaiki diri. Alkisah, ada seorang kaya yang selalu hidup berkemewahan. Di dekat pintunya ada Lazarus yang miskin, penuh borok, selalu memakan remah-remah sisa buangan si orang kaya. (Lukas 16:19-21). Pada suatu saat, Lazarus mati, demikian pula si orang kaya. Perbedaannya, Lazarus dibawa oleh malaikat ke pangkuan Abraham (ay 22), sementara si orang kaya di masukkan ke dunia orang mati. (ay 23). Ia sangat menderita akibat siksaan disana. Ketika ia melihat Lazarus tengah dipangku Abraham, ia pun berkata: "Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini." (ay 24). Tapi Abraham menjawab bahwa ia begitu terlena dengan segala kemewahannya di dunia, dan akhirnya diganjar siksa kekal di alam maut. (ay 25). Selain itu antara surga dan neraka pun terbentang jurang yang besar, sehingga penghuninya tidak bisa saling menyeberang. Berada di alam maut artinya terpisah dari Tuhan untuk selama-lamanya, dan mengalami siksa kekal, di tempat yang paling gelap, penuh ratap dan kertak gigi (Matius 8:12). Sementara yang berada di sisi lain, yang hidup bersama-sama dengan Tuhan mengalami sukacita kekal, dimana tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi maut, perkabungan, ratap tangis atau dukacita. (Wahyu 21:4).
Salah melangkah dalam kehidupan di dunia bisa berakibat fatal. Kita berada di dunia hanya untuk jangka waktu tertentu, namun yang kita perbuat selama di dunia ini sangat menentukan untuk sebuah kekekalan, apakah itu kehidupan kekal atau kematian kekal. Ketika kita memilih hidup untuk menjadi sahabat Yesus yang sejati, anak-anak Allah yang taat, selalu menghasilkan buah-buah sesuai pertobatan kita, menjadi terang dan garam bagi sesama, selalu hidup menuruti tuntunan Roh Kudus, mengasihi sesama kita tanpa pandang bulu,menerima firman Allah dengan segenap hati, semua itu bisa mengarahkan kita kepada kehidupan kekal yang penuh sukacita. Sebaliknya, jika kita terlena dengan segala kemewahan, mencintai uang , berfoya-foya, berlaku jahat, sombong, egois, menjadi batu sandungan di mana-mana, atau menolak firman Tuhan, maka kita akan mendapat porsi siksaan kekal di alam maut.
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup." (Yohanes 5:24). Hidup dalam Kristus dan mendengar perkataanNya akan memperoleh kehidupan yang kekal dan tidak turut dihukum. Dan ketika kita menerima Yesus, mendengar dan menerima firman kebenaran, kita pun dimateraikan dengan Roh Kudus. "Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu." (Efesus 1:13). Ketika anda mendengar firman Tuhan hari ini, janganlah abaikan. Jangan hanya mempedulikan kesenangan diri anda sendiri saja, sehingga lupa untuk memikirkan konsekuensi kelak di kemudian hari. Kita hidup penuh dengan pilihan. Salah memilih bisa berujung pada penyesalan tanpa akhir.
Hidup mengikuti Yesus terkadang tidaklah gampang. Alkitab menuliskan bahwa ada saat dimana kita menderita, dihujat, dihina, diolok-olok, ditindas, ditekan dan sebagainya. "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12). Kita harus siap untuk memikul salib, dan itu tidaklah mudah. Namun ingatlah bahwa Tuhan akan selalu memperhitungkan semuanya kelak. Sebaliknya orang yang jahat, akan semakin jahat, mereka akan saling meyesatkan dan disesatkan (ay 13). Jika kita tidak berhati-hati sejak dini, berbalik dari jalan-jalan yang sesat secepatnya, maka kita akan semakin jauh tenggelam dalam kesesatan, semakin jahat dari hari ke hari. Tidak ada satu orangpun yang mampu mengetahui berapa lama lagi ia memperoleh kesempatan untuk hidup, sehingga jika tidak cepat-cepat bertobat, salah-salah sebuah penyesalan terlambat yang dialami si orang kaya kisah Lazarus di atas terjadi pada diri kita. Jangan tunda lagi, jangan tunggu lagi dengan alasan apapun. Selagi kita masih punya kesempatan untuk bertobat, bertobatlah segera. Ingatlah bahwa penyesalan seringkali datang ketika semuanya sudah terlambat.
Bertobatlah sungguh-sungguh sekarang juga sebelum semuanya terlambat
====================
"Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini."
Sebuah pepatah mengatakan, "Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna". Sebuah pepatah yang mengingatkan kita untuk selalu memikirkan segala sesuatunya dengan cermat, hati-hati dan baik, agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Rasanya setiap orang pernah mengalami sesuatu yang menimbulkan rasa menyesal. Mulai dari rasa menyesal yang biasa sampai yang bahkan bisa menimbulkan kepahitan, membuat orang menjadi sulit untuk maju dan sebagainya, semua itu bisa hadir dalam hidup kita jika kita tidak hati-hati melangkah. Pernah menyesal karena salah beli barang? Saya pernah mengalaminya berkali-kali. Karena terburu-buru membeli, saya seringkali menyesal karena ternyata harganya kemahalan dibanding di tempat lain. Atau saya pernah pula salah membeli jenis perangkat dalam komputer, sehingga tidak bisa dipergunakan. Mau dikembalikan, barang sudah terlanjur dibeli. Masih untung penyesalan-penyesalan seperti ini bukanlah sebuah kesalahan yang fatal, karena masih ada yang bisa dilakukan untuk itu. Setidaknya barang yang terlalu mahal itu masih bisa dipakai, setidaknya yang tipenya salah masih bisa dijual lagi. Tapi kesalahan fatal bisa berujung pada siksa kekal di alam maut, ketika kita salah melangkah di dunia semasa hidup kita. Sebuah perikop mengenai Lazarus dan orang kaya menggambarkan sebuah penyesalan yang hadir di alam maut ketika semuanya sudah terlambat.
Neraka, tempat api yang tidak terpadamkan, akan menjadi tempat dimana penyesalan akan selamanya menyertai penghuninya. Disana, kesakitan dan penderitaan yang tak terperikan akan membuat orang-orang di dalamnya dipenuhi rasa menyesal, mengapa mereka salah langkah ketika hidup di dunia. Di sana, semuanya sudah terlambat. Tidak lagi ada waktu untuk bertobat dan memperbaiki diri. Alkisah, ada seorang kaya yang selalu hidup berkemewahan. Di dekat pintunya ada Lazarus yang miskin, penuh borok, selalu memakan remah-remah sisa buangan si orang kaya. (Lukas 16:19-21). Pada suatu saat, Lazarus mati, demikian pula si orang kaya. Perbedaannya, Lazarus dibawa oleh malaikat ke pangkuan Abraham (ay 22), sementara si orang kaya di masukkan ke dunia orang mati. (ay 23). Ia sangat menderita akibat siksaan disana. Ketika ia melihat Lazarus tengah dipangku Abraham, ia pun berkata: "Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini." (ay 24). Tapi Abraham menjawab bahwa ia begitu terlena dengan segala kemewahannya di dunia, dan akhirnya diganjar siksa kekal di alam maut. (ay 25). Selain itu antara surga dan neraka pun terbentang jurang yang besar, sehingga penghuninya tidak bisa saling menyeberang. Berada di alam maut artinya terpisah dari Tuhan untuk selama-lamanya, dan mengalami siksa kekal, di tempat yang paling gelap, penuh ratap dan kertak gigi (Matius 8:12). Sementara yang berada di sisi lain, yang hidup bersama-sama dengan Tuhan mengalami sukacita kekal, dimana tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi maut, perkabungan, ratap tangis atau dukacita. (Wahyu 21:4).
Salah melangkah dalam kehidupan di dunia bisa berakibat fatal. Kita berada di dunia hanya untuk jangka waktu tertentu, namun yang kita perbuat selama di dunia ini sangat menentukan untuk sebuah kekekalan, apakah itu kehidupan kekal atau kematian kekal. Ketika kita memilih hidup untuk menjadi sahabat Yesus yang sejati, anak-anak Allah yang taat, selalu menghasilkan buah-buah sesuai pertobatan kita, menjadi terang dan garam bagi sesama, selalu hidup menuruti tuntunan Roh Kudus, mengasihi sesama kita tanpa pandang bulu,menerima firman Allah dengan segenap hati, semua itu bisa mengarahkan kita kepada kehidupan kekal yang penuh sukacita. Sebaliknya, jika kita terlena dengan segala kemewahan, mencintai uang , berfoya-foya, berlaku jahat, sombong, egois, menjadi batu sandungan di mana-mana, atau menolak firman Tuhan, maka kita akan mendapat porsi siksaan kekal di alam maut.
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup." (Yohanes 5:24). Hidup dalam Kristus dan mendengar perkataanNya akan memperoleh kehidupan yang kekal dan tidak turut dihukum. Dan ketika kita menerima Yesus, mendengar dan menerima firman kebenaran, kita pun dimateraikan dengan Roh Kudus. "Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu." (Efesus 1:13). Ketika anda mendengar firman Tuhan hari ini, janganlah abaikan. Jangan hanya mempedulikan kesenangan diri anda sendiri saja, sehingga lupa untuk memikirkan konsekuensi kelak di kemudian hari. Kita hidup penuh dengan pilihan. Salah memilih bisa berujung pada penyesalan tanpa akhir.
Hidup mengikuti Yesus terkadang tidaklah gampang. Alkitab menuliskan bahwa ada saat dimana kita menderita, dihujat, dihina, diolok-olok, ditindas, ditekan dan sebagainya. "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12). Kita harus siap untuk memikul salib, dan itu tidaklah mudah. Namun ingatlah bahwa Tuhan akan selalu memperhitungkan semuanya kelak. Sebaliknya orang yang jahat, akan semakin jahat, mereka akan saling meyesatkan dan disesatkan (ay 13). Jika kita tidak berhati-hati sejak dini, berbalik dari jalan-jalan yang sesat secepatnya, maka kita akan semakin jauh tenggelam dalam kesesatan, semakin jahat dari hari ke hari. Tidak ada satu orangpun yang mampu mengetahui berapa lama lagi ia memperoleh kesempatan untuk hidup, sehingga jika tidak cepat-cepat bertobat, salah-salah sebuah penyesalan terlambat yang dialami si orang kaya kisah Lazarus di atas terjadi pada diri kita. Jangan tunda lagi, jangan tunggu lagi dengan alasan apapun. Selagi kita masih punya kesempatan untuk bertobat, bertobatlah segera. Ingatlah bahwa penyesalan seringkali datang ketika semuanya sudah terlambat.
Bertobatlah sungguh-sungguh sekarang juga sebelum semuanya terlambat
Sunday, April 26, 2009
Saved By An Angel
Ayat bacaan: Mazmur 34:8-9
======================
"Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!"
Masihkah Malaikat hadir ditengah-tengah kita? Kira-kira setahun lalu, teman saya seorang musisi jazz pemain saxophone mengalami sebuah kesaksian yang luar biasa. Dia seorang musisi yang berasal dari Amerika yang selalu menjaga kekudusannya dengan baik. Ketika ia hadir di Java Jazz tahun 2008 lalu, ia bercerita meskipun sempat mengalami kekecewaan ketika teman baiknya meninggal saat mendaki gunung bersama-sama, namun ia tetap mengambil komitmen untuk setia pada Tuhan. Kira-kira 2 bulan setelah ia kembali ke Amerika, ia mengalami sebuah musibah. Sepulangnya dari sebuah show, mobil yang ia kendarai menabrak sebuah truk besar. Tabrakan itu cukup mengerikan. Mobilnya remuk tak berbentuk. Dalam kondisi seperti itu, rasanya sulit membayangkan ada orang yang bisa selamat. Setidaknya mungkin mengalami luka berat. "I should have died at that time, because the crash was terrible" katanya.Saat itu ketika musibah tabrakan terjadi, ia mengaku melihat sebuah sosok yang mengulurkan tangan dan menariknya keluar dari mobil. Luar biasa, meskipun sempat diopname selama seminggu, ia tidak mengalami masalah berarti. Dua minggu setelah kejadian itu, ia sudah tampil lagi di panggung. "He sent His Angel to save me. I'm very thankful, and I'm gonna praise him forever.." katanya dalam email.
Luar biasa ketika kita melihat kesaksian-kesaksian yang bisa semakin meneguhkan iman seperti ini. Lihatlah bahwa Tuhan tetaplah peduli dengan kehidupan kita. Dia masih tetap, dan akan tetap siap mengutus Malaikat-MalaikatNya untuk hadir di tengah-tengah kita, dan meluputkan kita dari bencana, jika kita tetap hidup dengan takut akan Tuhan. Daud menulis demikian: "Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8-9). Yang dimaksud dengan takut akan Tuhan bukanlah bentuk ketakutan duniawi, sebab untuk bentuk-bentuk ketakutan duniawi ini kita telah dilepaskan. "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7) Dan jika kita tetap takut, artinya kita belumlah sempurna dalam kasih. "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih." (1 Yohanes 4:18). Takut akan Tuhan menjelaskan tentang bagaimana kekuatan, kebesaran, kekudusan dan otoritas Tuhan. Tidak seperti ketakutan duniawi, takut akan Tuhan adalah bentuk rasa takut yang sehat. Takut akan Tuhan berarti kita patuh pada perintahNya, hidup dengan menghormatiNya, berpegang kepadaNya, mengenal pribadiNya dan kemudian hidup memuliakanNya. Rasa takut akan Tuhan akan membawa kita lebih dekat lagi kepadaNya, bukan sebaliknya menjauhkan. Takut akan Tuhan juga bukan berarti bahwa kita hidup benar semata-mata karena takut akan hukuman yang dijatuhkan Tuhan, tapi lebih kepada besarnya kasih kita kepadaNya, dan menyadari betapa besar kasihNya pada kita, sehingga kita tidak ingin ada hal yang bisa merusak hubungan harmonis antara kita dengan Sang Pencipta kita. Ketika hidup kita selalu didasarkan pada takut akan Tuhan, lihatlah bagaimana Tuhan menjanjikan perlindungan dalam setiap langkah kita, termasuk dengan menurunkan MalaikatNya untuk berkemah di sekitar kita untuk senantiasa menjaga dan meluputkan kita dari bencana.
Di atas segala upaya manusia untuk membuat sistem perlindungan yang terbaik, ingatlah bahwa ada Tuhan di atas segalanya yang mampu memberikan perlindungan dan rasa aman pada jiwa anda beserta keluarga. Mari kita baca Mazmur 91:9-16. "Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu.Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga." (Mazmur 91:9-13). Bagaimana agar kita bisa mendapat janji Tuhan yang sungguh luar biasa ini? Ayat berikutnya memberi penjelasan. "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku." (ay 14). Ya, dengan mengenal nama Tuhan, dengan takut akan Tuhan. Selanjutnya Allah berfirman: "Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku." (ay 15-16). Haleluya.
Apa yang terjadi pada musisi peniup saxophone Amerika di atas bisa juga terjadi pada kita, karena Tuhan menjanjikan sebuah perlindungan yang pasti pada semua orang yang hidup dengan takut akan Tuhan. Sudahkah kita menjaga hidup kita dengan benar? Sudahkah kita mentaati perintah Tuhan, menjauhi laranganNya, bukan semata-mata karena kita merasa takut berdosa atau takut masuk neraka, tapi terlebih karena kita mengasihiNya dan tidak ingin mengecewakan Dia yang sudah begitu baik pada kita? Ketika kita mengamalkan pola hidup seperti ini, bersiaplah untuk mendapati para Malaikat Tuhan berkemah di sekitar kita. Lalu kecaplah, dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!
Tuhan menjaga hidup kita yang takut akan Tuhan dan siap meluputkan kita dari bencana
======================
"Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!"
Masihkah Malaikat hadir ditengah-tengah kita? Kira-kira setahun lalu, teman saya seorang musisi jazz pemain saxophone mengalami sebuah kesaksian yang luar biasa. Dia seorang musisi yang berasal dari Amerika yang selalu menjaga kekudusannya dengan baik. Ketika ia hadir di Java Jazz tahun 2008 lalu, ia bercerita meskipun sempat mengalami kekecewaan ketika teman baiknya meninggal saat mendaki gunung bersama-sama, namun ia tetap mengambil komitmen untuk setia pada Tuhan. Kira-kira 2 bulan setelah ia kembali ke Amerika, ia mengalami sebuah musibah. Sepulangnya dari sebuah show, mobil yang ia kendarai menabrak sebuah truk besar. Tabrakan itu cukup mengerikan. Mobilnya remuk tak berbentuk. Dalam kondisi seperti itu, rasanya sulit membayangkan ada orang yang bisa selamat. Setidaknya mungkin mengalami luka berat. "I should have died at that time, because the crash was terrible" katanya.Saat itu ketika musibah tabrakan terjadi, ia mengaku melihat sebuah sosok yang mengulurkan tangan dan menariknya keluar dari mobil. Luar biasa, meskipun sempat diopname selama seminggu, ia tidak mengalami masalah berarti. Dua minggu setelah kejadian itu, ia sudah tampil lagi di panggung. "He sent His Angel to save me. I'm very thankful, and I'm gonna praise him forever.." katanya dalam email.
Luar biasa ketika kita melihat kesaksian-kesaksian yang bisa semakin meneguhkan iman seperti ini. Lihatlah bahwa Tuhan tetaplah peduli dengan kehidupan kita. Dia masih tetap, dan akan tetap siap mengutus Malaikat-MalaikatNya untuk hadir di tengah-tengah kita, dan meluputkan kita dari bencana, jika kita tetap hidup dengan takut akan Tuhan. Daud menulis demikian: "Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8-9). Yang dimaksud dengan takut akan Tuhan bukanlah bentuk ketakutan duniawi, sebab untuk bentuk-bentuk ketakutan duniawi ini kita telah dilepaskan. "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7) Dan jika kita tetap takut, artinya kita belumlah sempurna dalam kasih. "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih." (1 Yohanes 4:18). Takut akan Tuhan menjelaskan tentang bagaimana kekuatan, kebesaran, kekudusan dan otoritas Tuhan. Tidak seperti ketakutan duniawi, takut akan Tuhan adalah bentuk rasa takut yang sehat. Takut akan Tuhan berarti kita patuh pada perintahNya, hidup dengan menghormatiNya, berpegang kepadaNya, mengenal pribadiNya dan kemudian hidup memuliakanNya. Rasa takut akan Tuhan akan membawa kita lebih dekat lagi kepadaNya, bukan sebaliknya menjauhkan. Takut akan Tuhan juga bukan berarti bahwa kita hidup benar semata-mata karena takut akan hukuman yang dijatuhkan Tuhan, tapi lebih kepada besarnya kasih kita kepadaNya, dan menyadari betapa besar kasihNya pada kita, sehingga kita tidak ingin ada hal yang bisa merusak hubungan harmonis antara kita dengan Sang Pencipta kita. Ketika hidup kita selalu didasarkan pada takut akan Tuhan, lihatlah bagaimana Tuhan menjanjikan perlindungan dalam setiap langkah kita, termasuk dengan menurunkan MalaikatNya untuk berkemah di sekitar kita untuk senantiasa menjaga dan meluputkan kita dari bencana.
Di atas segala upaya manusia untuk membuat sistem perlindungan yang terbaik, ingatlah bahwa ada Tuhan di atas segalanya yang mampu memberikan perlindungan dan rasa aman pada jiwa anda beserta keluarga. Mari kita baca Mazmur 91:9-16. "Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu.Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga." (Mazmur 91:9-13). Bagaimana agar kita bisa mendapat janji Tuhan yang sungguh luar biasa ini? Ayat berikutnya memberi penjelasan. "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku." (ay 14). Ya, dengan mengenal nama Tuhan, dengan takut akan Tuhan. Selanjutnya Allah berfirman: "Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku." (ay 15-16). Haleluya.
Apa yang terjadi pada musisi peniup saxophone Amerika di atas bisa juga terjadi pada kita, karena Tuhan menjanjikan sebuah perlindungan yang pasti pada semua orang yang hidup dengan takut akan Tuhan. Sudahkah kita menjaga hidup kita dengan benar? Sudahkah kita mentaati perintah Tuhan, menjauhi laranganNya, bukan semata-mata karena kita merasa takut berdosa atau takut masuk neraka, tapi terlebih karena kita mengasihiNya dan tidak ingin mengecewakan Dia yang sudah begitu baik pada kita? Ketika kita mengamalkan pola hidup seperti ini, bersiaplah untuk mendapati para Malaikat Tuhan berkemah di sekitar kita. Lalu kecaplah, dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!
Tuhan menjaga hidup kita yang takut akan Tuhan dan siap meluputkan kita dari bencana
Saturday, April 25, 2009
Hidup Ini Singkat
Ayat bacaan: Ayub 14:1
====================
"Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. (Man who is born of a woman is of few days and full of trouble.)"
Beberapa hari yang lalu saya dikejutkan dengan berita meninggalnya teman baik saya. Ia memang sudah beberapa bulan terakhir sakit, tapi saya tidak menyangka bahwa sakitnya itu ternyata mematikan. Siapa yang menyangka, jika teman saya yang umurnya masih muda, baru 26 tahun, ternyata meninggal akibat penyakit lever. Saya mengira ia cuma kecapaian dan butuh beristirahat, karena sebelumnya ia terlihat sehat-sehat saja. Rasa kehilangan bagi orang-orang yang ia tinggalkan sungguh terasa, karena ia adalah orang baik yang selalu setia kawan. Termasuk saya, yang merupakan satu dari sedikit teman terdekatnya. Ditengah rasa kehilangan itu, saya seperti diingatkan bahwa umur manusia ini memang singkat adanya. Ada orang yang bisa mencapai usia lanjut, ada yang mencapai sekitar setengah abad, tapi ada pula yang harus berakhir di usia yang masih sangat muda seperti halnya teman saya. Tidak ada diantara kita yang tahu berapa lama lagi kita punya kesempatan untuk hidup di dunia ini. Yang saya tahu, satu saat nanti semua orang akan mencapai akhir perjalanannya, dimana semuanya harus siap mempertanggungjawabkan segala perbuatan dan ucapannya selama hidup. Tuhan memang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi kita untuk berbalik kembali kepada jalanNya. Tuhan tidak pernah menutup pintu pertobatan. Tapi itu semua hanyalah berlaku selama kita masih hidup di dunia ini, karena pada suatu saat nanti, semua akan berakhir. Ada saatnya dimana kita akan sampai di penghujung kehidupan dunia untuk masuk kepada sebuah kekekalan. Apakah itu kekekalan yang penuh damai sukacita, atau penuh kegelapan dan kertak gigi.
Malam ini saya diingatkan pada Ayub pasal 14. Judul dari perikop ini adalah "Setelah mati tidak ada harapan lagi". Pasal ini diawali oleh sebuah pembuka: "Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan." (Ayub 14:1) Kata "penuh kegelisahan" ini dalam bahasa inggrisnya sebenarnya ditulis "full of trouble" alias "penuh kesulitan" atau dalam versi BIS disebut "penuh derita". Ayub memulainya dengan memberi sebuah peringatan penting betapa umur manusia ini singkat adanya dan penuh pergumulan. Tidak ada manusia yang bisa sepenuhnya lepas dari pergumulan dan tidak ada manusia yang bisa hidup di dunia ini selamanya. Meninggalnya teman baik saya itu semakin membuka mata saya bahwa siapapun kita, bisa dipanggil Tuhan setiap saat. Betapa singkatnya hidup manusia. Jika saat ini kita yang dipanggil, sudahkah kita siap untuk mempertanggungjawabkan segala yang kita perbuat di dunia ini? Sudahkah kita mampu mempertanggungjawabkan penggunaan waktu dan kesempatan yang telah diberikan? Ayub mengatakan demikian: "Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku; maka Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu." (ay 14-15) Ayub menekankan bahwa siapapun kita manusia, saat untuk mati pasti tiba. Pada satu saat nanti ketika waktunya tiba, tidak ada kesempatan bagi kita untuk mengulang hidup ini lagi. Tidak ada orang yang bisa membeli waktu. Tidak ada waktu yang dapat diperpanjang. Waktu, hanyalah bisa dipergunakan dan diisi. Diisi dengan baik atau tidak, waktu akan terus berjalan dan tidak akan pernah menunggu sampai kita mau menggunakannya dengan baik. Ayub bukannya orang yang selalu hidup tanpa masalah. Kita tahu apa yang dialami Ayub begitu tragis. Tapi adalah penting bagi kita, seperti halnya bagi Ayub, untuk terus menaruh harap selama hari-hari pergumulan kita. Adalah penting untuk menjaga setiap langkah, dalam menghadapi masalah dan sebagainya, agar kita tidak salah melangkah dan jatuh pada kesalahan yang fatal, yang bisa mengarahkan kita pada ujung yang salah. Ayub mengingatkan akan pentingnya untuk terus menaruh harap dengan sabar, terus percaya dan patuh pada Tuhan, hingga giliran kita tiba.
Dalam Mazmur kita bisa melihat sepenggal dari doa Musa mengenai masa kehidupan. "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Masa hidup rata-rata yang ideal menurut Mazmur adalah 70 tahun. Tapi tidak selalu harus 70 tahun, karena bisa lebih, dan sebaliknya bisa kurang. Teman baik saya ternyata hidupnya berakhir pada angka 26 tahun, yang secara relatif masih sangat muda. Sekali lagi, tidak ada yang tahu kapan semuanya berakhir, kapan kita dipanggil Tuhan dan diminta untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah kita lakukan, pikirkan dan ucapkan. Maka Musa pun berdoa agar diberi hikmat untuk sadar akan singkatnya hidup dan mampun mengisinya dengan baik. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (ay 12). Paulus mengingatkan demikian: "dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:16). Ada begitu banyak kesempatan untuk berbuat dosa, karena hari-hari ini adalah jahat adanya, penyesatan ada dimana-mana. Tapi sebaliknya ada begitu banyak pula kesempatan bagi kita untuk bertobat, berbalik dari jalan-jalan yang salah untuk kembali kepada jalan yang benar, sesuai dengan kehendak Tuhan. Berapa panjangpun umur kita di dunia ini, semua itu singkat adanya dibanding kekekalan yang menunggu kita di depan. Ketika waktunya tiba, kita akan sampai pada titik dimana kesempatan untuk bertobat pun berakhir, dan kita tinggal diminta untuk mempertanggungjawabkan segalanya. Hendaklah kita bijaksana dan tidak menyia-nyiakan waktu selama kesempatan masih ada. Tuhan siap menghapus segala dosa kita, menutup pelanggaran kita ketika kita kembali secara total lewat sebuah pertobatan yang sungguh-sungguh. Pergunakanlah waktu-waktu yang tersisa ini untuk memperbaiki cara hidup kita sebelum semuanya terlambat.
Pergunakan waktu dengan bijaksana karena umur manusia ini singkat adanya
====================
"Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. (Man who is born of a woman is of few days and full of trouble.)"
Beberapa hari yang lalu saya dikejutkan dengan berita meninggalnya teman baik saya. Ia memang sudah beberapa bulan terakhir sakit, tapi saya tidak menyangka bahwa sakitnya itu ternyata mematikan. Siapa yang menyangka, jika teman saya yang umurnya masih muda, baru 26 tahun, ternyata meninggal akibat penyakit lever. Saya mengira ia cuma kecapaian dan butuh beristirahat, karena sebelumnya ia terlihat sehat-sehat saja. Rasa kehilangan bagi orang-orang yang ia tinggalkan sungguh terasa, karena ia adalah orang baik yang selalu setia kawan. Termasuk saya, yang merupakan satu dari sedikit teman terdekatnya. Ditengah rasa kehilangan itu, saya seperti diingatkan bahwa umur manusia ini memang singkat adanya. Ada orang yang bisa mencapai usia lanjut, ada yang mencapai sekitar setengah abad, tapi ada pula yang harus berakhir di usia yang masih sangat muda seperti halnya teman saya. Tidak ada diantara kita yang tahu berapa lama lagi kita punya kesempatan untuk hidup di dunia ini. Yang saya tahu, satu saat nanti semua orang akan mencapai akhir perjalanannya, dimana semuanya harus siap mempertanggungjawabkan segala perbuatan dan ucapannya selama hidup. Tuhan memang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi kita untuk berbalik kembali kepada jalanNya. Tuhan tidak pernah menutup pintu pertobatan. Tapi itu semua hanyalah berlaku selama kita masih hidup di dunia ini, karena pada suatu saat nanti, semua akan berakhir. Ada saatnya dimana kita akan sampai di penghujung kehidupan dunia untuk masuk kepada sebuah kekekalan. Apakah itu kekekalan yang penuh damai sukacita, atau penuh kegelapan dan kertak gigi.
Malam ini saya diingatkan pada Ayub pasal 14. Judul dari perikop ini adalah "Setelah mati tidak ada harapan lagi". Pasal ini diawali oleh sebuah pembuka: "Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan." (Ayub 14:1) Kata "penuh kegelisahan" ini dalam bahasa inggrisnya sebenarnya ditulis "full of trouble" alias "penuh kesulitan" atau dalam versi BIS disebut "penuh derita". Ayub memulainya dengan memberi sebuah peringatan penting betapa umur manusia ini singkat adanya dan penuh pergumulan. Tidak ada manusia yang bisa sepenuhnya lepas dari pergumulan dan tidak ada manusia yang bisa hidup di dunia ini selamanya. Meninggalnya teman baik saya itu semakin membuka mata saya bahwa siapapun kita, bisa dipanggil Tuhan setiap saat. Betapa singkatnya hidup manusia. Jika saat ini kita yang dipanggil, sudahkah kita siap untuk mempertanggungjawabkan segala yang kita perbuat di dunia ini? Sudahkah kita mampu mempertanggungjawabkan penggunaan waktu dan kesempatan yang telah diberikan? Ayub mengatakan demikian: "Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku; maka Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu." (ay 14-15) Ayub menekankan bahwa siapapun kita manusia, saat untuk mati pasti tiba. Pada satu saat nanti ketika waktunya tiba, tidak ada kesempatan bagi kita untuk mengulang hidup ini lagi. Tidak ada orang yang bisa membeli waktu. Tidak ada waktu yang dapat diperpanjang. Waktu, hanyalah bisa dipergunakan dan diisi. Diisi dengan baik atau tidak, waktu akan terus berjalan dan tidak akan pernah menunggu sampai kita mau menggunakannya dengan baik. Ayub bukannya orang yang selalu hidup tanpa masalah. Kita tahu apa yang dialami Ayub begitu tragis. Tapi adalah penting bagi kita, seperti halnya bagi Ayub, untuk terus menaruh harap selama hari-hari pergumulan kita. Adalah penting untuk menjaga setiap langkah, dalam menghadapi masalah dan sebagainya, agar kita tidak salah melangkah dan jatuh pada kesalahan yang fatal, yang bisa mengarahkan kita pada ujung yang salah. Ayub mengingatkan akan pentingnya untuk terus menaruh harap dengan sabar, terus percaya dan patuh pada Tuhan, hingga giliran kita tiba.
Dalam Mazmur kita bisa melihat sepenggal dari doa Musa mengenai masa kehidupan. "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap." (Mazmur 90:10). Masa hidup rata-rata yang ideal menurut Mazmur adalah 70 tahun. Tapi tidak selalu harus 70 tahun, karena bisa lebih, dan sebaliknya bisa kurang. Teman baik saya ternyata hidupnya berakhir pada angka 26 tahun, yang secara relatif masih sangat muda. Sekali lagi, tidak ada yang tahu kapan semuanya berakhir, kapan kita dipanggil Tuhan dan diminta untuk mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah kita lakukan, pikirkan dan ucapkan. Maka Musa pun berdoa agar diberi hikmat untuk sadar akan singkatnya hidup dan mampun mengisinya dengan baik. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (ay 12). Paulus mengingatkan demikian: "dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:16). Ada begitu banyak kesempatan untuk berbuat dosa, karena hari-hari ini adalah jahat adanya, penyesatan ada dimana-mana. Tapi sebaliknya ada begitu banyak pula kesempatan bagi kita untuk bertobat, berbalik dari jalan-jalan yang salah untuk kembali kepada jalan yang benar, sesuai dengan kehendak Tuhan. Berapa panjangpun umur kita di dunia ini, semua itu singkat adanya dibanding kekekalan yang menunggu kita di depan. Ketika waktunya tiba, kita akan sampai pada titik dimana kesempatan untuk bertobat pun berakhir, dan kita tinggal diminta untuk mempertanggungjawabkan segalanya. Hendaklah kita bijaksana dan tidak menyia-nyiakan waktu selama kesempatan masih ada. Tuhan siap menghapus segala dosa kita, menutup pelanggaran kita ketika kita kembali secara total lewat sebuah pertobatan yang sungguh-sungguh. Pergunakanlah waktu-waktu yang tersisa ini untuk memperbaiki cara hidup kita sebelum semuanya terlambat.
Pergunakan waktu dengan bijaksana karena umur manusia ini singkat adanya
Friday, April 24, 2009
Shiny, Happy People
Ayat bacaan: Pengkhotbah 3:22
=============================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"
Sedianya renungan yang saya rencanakan untuk ditulis hari ini adalah mengambil tema yang lain. Saya sudah memikirkannya sejak pagi, namun pada siang hari hingga sore, Tuhan menuntun saya melihat banyak hal seragam. Seragam? Ya, seragam, seperti judul renungan hari ini. Saya melihat shiny, happy, people all around. Agak aneh, karena sepanjang siang hingga sore sebenarnya hari sangat panas. Matahari bersinar sangat terik, tapi itulah yang saya lihat. Sehingga saya pun sampai pada ayat bacaan hari ini, and here I am, writing for you a really pleasuring experience for me today.
Tidak setiap hari kita bisa melihat wajah-wajah gembira, apalagi ketika krisis menerpa hampir seluruh belahan dunia. Hidup saat ini jauh lebih sulit, dan kata banyak orang akan semakin sulit. Di koran kita melihat hampir-hampir tidak ada tulisan yang membangun lagi. Isinya adalah PHK, bangkrut, dan kemudian berita-berita kriminal. Ketika hidup sulit, biasanya tersenyum pun menjadi barang langka. Itu yang biasa kita hadapi dan alami. Tapi hari ini saya bersyukur diberikan kesempatan untuk melihat sisi lain dari sebuah senyum bahagia, justru dari berbagai profesi yang mungkin dianggap rendah bagi sebagian orang.
Saya mulai dari yang pertama, seorang supir angkot. Saya mengenal supir angkot itu. Dia pernah bercerita bahwa tadinya ia hidup mapan dengan bekerja di sebuah pabrik. Namun ketika krisis moneter tahun 1998 melanda negeri kita, ia pun terkena PHK dan kemudian menjadi supir angkot hingga kini. Terhempas, itu kata orang, namun dia kelihatan tetap bisa menikmati profesinya saat ini. Beberapa kali saya naik angkotnya, atau berpapasan dengannya, dia tetap terlihat ceria, termasuk hari ini ketika saya bertemu dengannya. Dia senang bernyanyi ketika mengemudi, dan selalu ramah pada penumpangnya. Lalu saya melihat sekumpulan pengamen. Mereka menyanyi di pinggir jalan, bukan sedang menyanyi dari mobil ke mobil, dan kelihatan gembira.Padahal saya yakin hidup seperti itu sangat berat. Bayangkan apa yang anda hadapi sebagai pengamen. Penolakan, penolakan dan lagi-lagi penolakan. Itu jadi sesuatu yang biasa bagi mereka. Ketika kita dikritik sedikit saja mungkin sudah emosi, mereka menghadapi tangan-tangan terangkat yang tidak mau memberi bahkan sebelum mereka mulai menyanyi. Tapi itulah yang saya lihat hari ini, mereka bergembira! Kemudian seorang pengendara motor yang sedang mengangkut sayur. Orangnya kelihatan lusuh, namun ketika orang memberi jalan padanya, ia mengangguk dengan sangat ramah sambil mengacungkan jempol. Lalu satpam di kampus, yang terlihat begitu gembira hari ini. Dia terus tertawa, terus tersenyum. Seorang bapak yang bekerja sebagai administrasi di kampus saya, yang biasanya raut mukanya kaku, hari ini terlihat sangat ceria. Dia membawa putranya yang masih berusia 2 tahun ke tempat kerja dan bermain bersama anaknya. What a day, dan ini memberikan saya sebuah persepsi yang sangat indah. Kegembiraan bukan mengenai tinggi rendahnya pekerjaan, bukan mengenai banyaknya penghasilan yang diperoleh lewat pekerjaan, namun bagaimana hati kita menyikapi pekerjaan itu. Whether we like our job or not, what matter most is we enjoy it and be thankful for it.
Lihatlah apa yang ditulis Pengkotbah. "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). Mencintai profesi atau tidak, Pengkotbah menyimpulkan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada bergembira dalam pekerjaannya. Jika kita tidak berbahagia dengan pekerjaan, apa yang bisa kita dapatkan? Berkeluh kesah sepanjang hari? Mengasihani diri berlebihan? Emosi? Adakah itu membawa manfaat atau malah membuat etos kerja kita menurun, mengganggu orang lain bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri? Amsal mengatakan bahwa "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Atau lihatlah ayat lain: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu adalah obat yang manjur dan menjaga kita agar tetap memiliki semangat untuk melakukan yang terbaik.
Mungkin ada saat ini di antara kita yang mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya, mungkin ada yang merasa bahwa pekerjaan saat ini tidak cukup baik, namun saya ingin mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk memberkati kita. Yang dituntut dari kita adalah bekerja sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23), dan alangkah sulitnya untuk bekerja dengan segenap hati jika kita tidak memiliki hati yang gembira dalam melakukannya. Tinggi rendah pendapatan bukanlah alasan untuk bergembira atau tidak, karena hari ini saya menyaksikan begitu banyak orang dengan profesi yang bagi sebagian orang dianggap rendah, namun mereka tetap bahagia dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya, tidak jarang kita melihat keluarga yang hancur, hidup orang yang jauh dari bahagia, padahal mereka memiliki kekayaan yang besar. Jika demikian, mengapa kita tidak mencoba memberikan setitik cinta pada pekerjaan kita, apapun itu, mengucap syukur atas pekerjaan itu kepada Tuhan, memberikan yang terbaik dari kita, dan melihat bagaimana luar biasanya Tuhan bisa memberkati kita lewat apapun yang kita kerjakan? Mari, kita belajar untuk bersyukur dan menikmati pekerjaan kita bersama Tuhan. Let's become the shiny happy people!
Bergembira dan mengucap syukurlah senantiasa atas berkat yang diberikan Tuhan
=============================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"
Sedianya renungan yang saya rencanakan untuk ditulis hari ini adalah mengambil tema yang lain. Saya sudah memikirkannya sejak pagi, namun pada siang hari hingga sore, Tuhan menuntun saya melihat banyak hal seragam. Seragam? Ya, seragam, seperti judul renungan hari ini. Saya melihat shiny, happy, people all around. Agak aneh, karena sepanjang siang hingga sore sebenarnya hari sangat panas. Matahari bersinar sangat terik, tapi itulah yang saya lihat. Sehingga saya pun sampai pada ayat bacaan hari ini, and here I am, writing for you a really pleasuring experience for me today.
Tidak setiap hari kita bisa melihat wajah-wajah gembira, apalagi ketika krisis menerpa hampir seluruh belahan dunia. Hidup saat ini jauh lebih sulit, dan kata banyak orang akan semakin sulit. Di koran kita melihat hampir-hampir tidak ada tulisan yang membangun lagi. Isinya adalah PHK, bangkrut, dan kemudian berita-berita kriminal. Ketika hidup sulit, biasanya tersenyum pun menjadi barang langka. Itu yang biasa kita hadapi dan alami. Tapi hari ini saya bersyukur diberikan kesempatan untuk melihat sisi lain dari sebuah senyum bahagia, justru dari berbagai profesi yang mungkin dianggap rendah bagi sebagian orang.
Saya mulai dari yang pertama, seorang supir angkot. Saya mengenal supir angkot itu. Dia pernah bercerita bahwa tadinya ia hidup mapan dengan bekerja di sebuah pabrik. Namun ketika krisis moneter tahun 1998 melanda negeri kita, ia pun terkena PHK dan kemudian menjadi supir angkot hingga kini. Terhempas, itu kata orang, namun dia kelihatan tetap bisa menikmati profesinya saat ini. Beberapa kali saya naik angkotnya, atau berpapasan dengannya, dia tetap terlihat ceria, termasuk hari ini ketika saya bertemu dengannya. Dia senang bernyanyi ketika mengemudi, dan selalu ramah pada penumpangnya. Lalu saya melihat sekumpulan pengamen. Mereka menyanyi di pinggir jalan, bukan sedang menyanyi dari mobil ke mobil, dan kelihatan gembira.Padahal saya yakin hidup seperti itu sangat berat. Bayangkan apa yang anda hadapi sebagai pengamen. Penolakan, penolakan dan lagi-lagi penolakan. Itu jadi sesuatu yang biasa bagi mereka. Ketika kita dikritik sedikit saja mungkin sudah emosi, mereka menghadapi tangan-tangan terangkat yang tidak mau memberi bahkan sebelum mereka mulai menyanyi. Tapi itulah yang saya lihat hari ini, mereka bergembira! Kemudian seorang pengendara motor yang sedang mengangkut sayur. Orangnya kelihatan lusuh, namun ketika orang memberi jalan padanya, ia mengangguk dengan sangat ramah sambil mengacungkan jempol. Lalu satpam di kampus, yang terlihat begitu gembira hari ini. Dia terus tertawa, terus tersenyum. Seorang bapak yang bekerja sebagai administrasi di kampus saya, yang biasanya raut mukanya kaku, hari ini terlihat sangat ceria. Dia membawa putranya yang masih berusia 2 tahun ke tempat kerja dan bermain bersama anaknya. What a day, dan ini memberikan saya sebuah persepsi yang sangat indah. Kegembiraan bukan mengenai tinggi rendahnya pekerjaan, bukan mengenai banyaknya penghasilan yang diperoleh lewat pekerjaan, namun bagaimana hati kita menyikapi pekerjaan itu. Whether we like our job or not, what matter most is we enjoy it and be thankful for it.
Lihatlah apa yang ditulis Pengkotbah. "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). Mencintai profesi atau tidak, Pengkotbah menyimpulkan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada bergembira dalam pekerjaannya. Jika kita tidak berbahagia dengan pekerjaan, apa yang bisa kita dapatkan? Berkeluh kesah sepanjang hari? Mengasihani diri berlebihan? Emosi? Adakah itu membawa manfaat atau malah membuat etos kerja kita menurun, mengganggu orang lain bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri? Amsal mengatakan bahwa "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Atau lihatlah ayat lain: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu adalah obat yang manjur dan menjaga kita agar tetap memiliki semangat untuk melakukan yang terbaik.
Mungkin ada saat ini di antara kita yang mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya, mungkin ada yang merasa bahwa pekerjaan saat ini tidak cukup baik, namun saya ingin mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk memberkati kita. Yang dituntut dari kita adalah bekerja sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23), dan alangkah sulitnya untuk bekerja dengan segenap hati jika kita tidak memiliki hati yang gembira dalam melakukannya. Tinggi rendah pendapatan bukanlah alasan untuk bergembira atau tidak, karena hari ini saya menyaksikan begitu banyak orang dengan profesi yang bagi sebagian orang dianggap rendah, namun mereka tetap bahagia dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya, tidak jarang kita melihat keluarga yang hancur, hidup orang yang jauh dari bahagia, padahal mereka memiliki kekayaan yang besar. Jika demikian, mengapa kita tidak mencoba memberikan setitik cinta pada pekerjaan kita, apapun itu, mengucap syukur atas pekerjaan itu kepada Tuhan, memberikan yang terbaik dari kita, dan melihat bagaimana luar biasanya Tuhan bisa memberkati kita lewat apapun yang kita kerjakan? Mari, kita belajar untuk bersyukur dan menikmati pekerjaan kita bersama Tuhan. Let's become the shiny happy people!
Bergembira dan mengucap syukurlah senantiasa atas berkat yang diberikan Tuhan
Thursday, April 23, 2009
Jangan Bimbang
Ayat bacaan: Yakobus 1:6-7
=====================
"Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."
Hari ini saya melihat sebuah proses video editing di kampus tempat saya mengajar. Beberapa siswa tengah membuat sebuah animasi lucu, dimana orang bergerak maju dan mundur terus menerus, sehingga tidak akan pernah sampai ke garis finish. Saya pun berpikir, betapa seringnya kita mengalami keraguan untuk melangkah. Ingin maju, semangat, lalu pudar, mundur lagi, lalu semangat dan maju lagi selangkah, tapi kemudian mundur lagi, demikian seterusnya. Pernah mengalami hal ini? Saya pernah, bahkan sering. Saya akhirnya hanya berjalan di tempat dan tidak ada kemajuan apa-apa. Kemarin begitu, sekarang pun begitu. Masih untung tidak malah lebih jelek dari kemarin. Tapi itu dulu. Saya ingin membagikan sesuatu. Sebulan yang lalu, hanya beberapa hari menjelang Java Jazz Festival, saya sedianya harus berangkat untuk meliput. Istri saya ingin ikut serta, kita berdua sudah siap berangkat, namun saya sempat pusing memikirkan dari mana biaya untuk berangkat dan menetap di Jakarta selama 4 hari bersama istri saya. Belum lagi tiket dan sebagainya. Ya, saya sempat pusing, tapi saya tidak mundur. Saya yakin, jika keberangkatan kesana sesuai kehendak Tuhan, Dia pasti tahu apa yang kami butuhkan. Saya tidak perlu merengek-rengek, berkeluh kesah. Yang saya lakukan hanyalah menyerahkan semuanya ke dalam tanganNya. Biar Tuhan yang memutuskan apa yang terbaik. Lihatlah, ternyata Tuhan secara ajaib menurunkan berkatnya di saat-saat terakhir. Lewat pendapatan dari iklan buat situs, biaya untuk berangkat Dia sediakan buat kami. That's our God. Dia sungguh luar biasa dan tahu apa yang kita butuhkan.
Apa yang bisa diakibatkan kebimbangan? Selain kita tidak akan pernah maju, Alkitab pun mencatat bahwa kita tidak akan bisa menerima sesuatu dari Tuhan jika kita terus menerus bimbang dan ragu. Yakobus menyatakan bahwa jika kita kekurangan hikmat, hendaklah kita memintanya pada Allah. "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya." (Yakobus 1:5). Syaratnya hanyalah kita harus meminta dalam iman, dan jangan pernah bimbang. Kebimbangan itu ibarat gelombang laut yang diombang ambingkan angin kesana kemari, tanpa arah, tanpa tujuan. Dan orang yang demikian, jangan berharap akan menerima apa-apa dari Tuhan. "Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yakobus 1:6-7). Orang yang mendua hati pun tidak akan pernah tenang dalam hidupnya. (ay 8).
Tuhan kita adalah Allah yang menyediakan. Dia lebih dari sanggup menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan. Apakah itu kebutuhan kita sehari-hari, kebutuhan insidentil atau khusus atau yang mustahil sekalipun, jika memang benar-benar kita butuhkan, dan jika kita memiliki iman yang teguh, tidak ada kebimbangan, keraguan atau ketakutan, Dia pasti sediakan. Apakah itu soal makanan, pemeliharaan hidup, penyertaan, peneguhan, damai sejahtera, solusi atau jalan keluar, kelegaan, bahkan jaminan hidup yang kekal, semua Dia sediakan bagi kita. Bacalah ayat ini: "Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1). Jika sebuah kehidupan kekal saja dia sediakan bagi kita, mengapa kita harus bimbang mengenai kehidupan di dunia yang hanya sementara? Dia sanggup, pasti sanggup. Dia tahu apa yang kita butuhkan, pasti tahu. Itu saya percaya betul.
Mazmur Daud mengingatkan juga agar kita tidak perlu khawatir, jika kita memiliki hidup yang mentaati Tuhan. "Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik." (Mazmur 34:10-11). Dalam kesempatan lain, Daud kembali mengingatkan: "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat." (Mazmur 37:23-26). Tuhan begitu luar biasa mengasihi kita. Dia tahu, Dia peduli terhadap segala masalah yang kita hadapi. Dia siap dan sanggup menopang kita, memberkati kita, melepaskan kita, memberi jalan keluar dan sebagainya.
Jika demikian, buat apa kita harus bimbang? Iman, yang merupakan "dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibrani 11:1), haruslah kita miliki. Iman yang benar-benar teguh akan membuat sebuah perbedaan. Kita tidak perlu ragu untuk melangkah maju, karena apabila kita hidup berkenan kepada Tuhan, maka Dia akan menopang kita untuk melangkah, bahkan diatas kemustahilan sekalipun. Mari bebaskan diri anda dari belenggu kebimbangan, dan serahkanlah semuanya ke tangan Tuhan, karena Dia sanggup, bahkan lebih dari sanggup untuk memelihara hidup kita.
Pertolongan Tuhan akan selalu hadir tepat pada waktuNya
=====================
"Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."
Hari ini saya melihat sebuah proses video editing di kampus tempat saya mengajar. Beberapa siswa tengah membuat sebuah animasi lucu, dimana orang bergerak maju dan mundur terus menerus, sehingga tidak akan pernah sampai ke garis finish. Saya pun berpikir, betapa seringnya kita mengalami keraguan untuk melangkah. Ingin maju, semangat, lalu pudar, mundur lagi, lalu semangat dan maju lagi selangkah, tapi kemudian mundur lagi, demikian seterusnya. Pernah mengalami hal ini? Saya pernah, bahkan sering. Saya akhirnya hanya berjalan di tempat dan tidak ada kemajuan apa-apa. Kemarin begitu, sekarang pun begitu. Masih untung tidak malah lebih jelek dari kemarin. Tapi itu dulu. Saya ingin membagikan sesuatu. Sebulan yang lalu, hanya beberapa hari menjelang Java Jazz Festival, saya sedianya harus berangkat untuk meliput. Istri saya ingin ikut serta, kita berdua sudah siap berangkat, namun saya sempat pusing memikirkan dari mana biaya untuk berangkat dan menetap di Jakarta selama 4 hari bersama istri saya. Belum lagi tiket dan sebagainya. Ya, saya sempat pusing, tapi saya tidak mundur. Saya yakin, jika keberangkatan kesana sesuai kehendak Tuhan, Dia pasti tahu apa yang kami butuhkan. Saya tidak perlu merengek-rengek, berkeluh kesah. Yang saya lakukan hanyalah menyerahkan semuanya ke dalam tanganNya. Biar Tuhan yang memutuskan apa yang terbaik. Lihatlah, ternyata Tuhan secara ajaib menurunkan berkatnya di saat-saat terakhir. Lewat pendapatan dari iklan buat situs, biaya untuk berangkat Dia sediakan buat kami. That's our God. Dia sungguh luar biasa dan tahu apa yang kita butuhkan.
Apa yang bisa diakibatkan kebimbangan? Selain kita tidak akan pernah maju, Alkitab pun mencatat bahwa kita tidak akan bisa menerima sesuatu dari Tuhan jika kita terus menerus bimbang dan ragu. Yakobus menyatakan bahwa jika kita kekurangan hikmat, hendaklah kita memintanya pada Allah. "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya." (Yakobus 1:5). Syaratnya hanyalah kita harus meminta dalam iman, dan jangan pernah bimbang. Kebimbangan itu ibarat gelombang laut yang diombang ambingkan angin kesana kemari, tanpa arah, tanpa tujuan. Dan orang yang demikian, jangan berharap akan menerima apa-apa dari Tuhan. "Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yakobus 1:6-7). Orang yang mendua hati pun tidak akan pernah tenang dalam hidupnya. (ay 8).
Tuhan kita adalah Allah yang menyediakan. Dia lebih dari sanggup menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan. Apakah itu kebutuhan kita sehari-hari, kebutuhan insidentil atau khusus atau yang mustahil sekalipun, jika memang benar-benar kita butuhkan, dan jika kita memiliki iman yang teguh, tidak ada kebimbangan, keraguan atau ketakutan, Dia pasti sediakan. Apakah itu soal makanan, pemeliharaan hidup, penyertaan, peneguhan, damai sejahtera, solusi atau jalan keluar, kelegaan, bahkan jaminan hidup yang kekal, semua Dia sediakan bagi kita. Bacalah ayat ini: "Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1). Jika sebuah kehidupan kekal saja dia sediakan bagi kita, mengapa kita harus bimbang mengenai kehidupan di dunia yang hanya sementara? Dia sanggup, pasti sanggup. Dia tahu apa yang kita butuhkan, pasti tahu. Itu saya percaya betul.
Mazmur Daud mengingatkan juga agar kita tidak perlu khawatir, jika kita memiliki hidup yang mentaati Tuhan. "Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik." (Mazmur 34:10-11). Dalam kesempatan lain, Daud kembali mengingatkan: "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat." (Mazmur 37:23-26). Tuhan begitu luar biasa mengasihi kita. Dia tahu, Dia peduli terhadap segala masalah yang kita hadapi. Dia siap dan sanggup menopang kita, memberkati kita, melepaskan kita, memberi jalan keluar dan sebagainya.
Jika demikian, buat apa kita harus bimbang? Iman, yang merupakan "dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibrani 11:1), haruslah kita miliki. Iman yang benar-benar teguh akan membuat sebuah perbedaan. Kita tidak perlu ragu untuk melangkah maju, karena apabila kita hidup berkenan kepada Tuhan, maka Dia akan menopang kita untuk melangkah, bahkan diatas kemustahilan sekalipun. Mari bebaskan diri anda dari belenggu kebimbangan, dan serahkanlah semuanya ke tangan Tuhan, karena Dia sanggup, bahkan lebih dari sanggup untuk memelihara hidup kita.
Pertolongan Tuhan akan selalu hadir tepat pada waktuNya
Wednesday, April 22, 2009
Harakiri
Ayat bacaan: Ayub 2:9
==================
Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"
Dalam budaya tradisional Jepang kita mengenal istilah harakiri. Harakiri adalah sebentuk pertanggung jawaban atas kegagalan dengan cara mengakhiri hidup alias bunuh diri. Ketika seorang pejuang samurai jatuh ke tangan lawan, ketimbang mereka harus menderita malu akibat kegagalan mereka, maka menurut budaya tradisional Jepang, mereka lebih baik melakukan harakiri. Cara yang dilakukan lumayan mengerikan jika dideskripsikan. Mereka akan menusuk perut mereka dengan samurai, dan mengirisnya kesamping. Meskipun harakiri dikenal dalam budaya tradisional Jepang, bukan berarti bunuh diri hanya terjadi di sana saja. Di seluruh dunia, bahkan Indonesia, hampir setiap hari kita mendengar kasus bunuh diri. Baik karena tidak tahan lagi menanggung aib, tidak kuat lagi menahan sakit, tidak sanggup lagi menderita, diputus pacar dan sebagainya. Caranya pun berbeda-beda. Minum racun serangga, menggantung diri, melompat dari gedung tinggi dan banyak lagi.
Banyak orang mengira bahwa mengakhiri hidup adalah jalan pintas untuk mengatasi masalah. Mereka lupa bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara saja. Hidup yang kekal, atau mati yang kekal, itu akan kita masuki justru setelah kehidupan singkat di dunia ini kita jalani. Namun bentuk pemikiran ini ternyata bukanlah hal baru. Sejak jaman dulu ternyata pola mengakhiri hidup dengan berbagai alasan pun sudah ada. Sesaat setelah Ayub mengalami serangkaian penderitaan yang tak terperikan, kehilangan anak, harta benda dan ditimpa penyakit kulit mengerikan dari ujung kepala hingga ke telapak kakinya, istri Ayub dengan sinis berkata: "Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (Ayub 2:9). Buat apa terus memuji Tuhan dengan setia jika malah penderitaan yang diperoleh? Lebih baik mati saja. Itu kira-kira yang dikatakan istrinya. Untunglah Ayub saat itu punya pemikiran lain, meskipun saya yakin hatinya hancur berantakan dan ia merasakan sakit yang luar biasa, baik perasaannya maupun fisiknya. Luar biasa ketika Ayub mengalami penderitaan begitu besar dalam waktu yang sangat singkat, ia masih bisa berkata demikian: "Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (ay 10). Ya, banyak diantara kita hanya mau menerima yang baik dari Tuhan. Pola pikir kita seringkali sangat sederhana. Ketika diberkati, Tuhan baik. Ketika menderita, Tuhan jahat. Padahal Tuhan bisa memakai bentuk-bentuk masalah dan problema kehidupan, termasuk penderitaan sebagai sarana untuk melatih diri kita agar bisa bertumbuh secara rohani. Terkadang melalui ujian kehidupan kita diajarkan Tuhan agar berhenti mengandalkan kekuatan sendiri, dan menyadari bahwa kita harus mulai belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita.
Paulus mengingatkan demikian kepada jemaat Korintus: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13) Paulus mengingatkan agar kita jangan sampai putus pengharapan, dan Tuhan, Allah kita yang setia akan selalu sanggup memberikan jalan keluar dan kekuatan bagi kita untuk menanggungnya. Mungkin sekarang belum, namun suatu saat, itu pasti, bagi mereka yang terus bertekun dengan setia dan tidak putus harapan. Secara logika manusia mungkin tidak ada jalan keluar, namun tidak ada satupun yang tidak mungkin bagi Tuhan. Lebih lanjut Yesus pun menawarkan bantuan untuk meringankan dan memberi kelegaan ketika kita sedang tertimpa masalah. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28).
Kepada Nuh, Tuhan mengingatkan demikian: "Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri." (Kejadian 9:5-6). Ya, kita tidak diperbolehkan mengakhiri nyawa sesama manusia, ini termasuk nyawa kita sendiri, yang juga manusia, karena manusia itu semuanya diciptakan menurut gambarNya sendiri. Tidak kurang perihnya penderitaan yang dialami Ayub, namun dia tidak terburu-buru bertindak gegabah dengan melakukan "harakiri" alias bunuh diri. Paulus dan kawan-kawan pun mengalami begitu banyak pengalaman pahit dalam penderitaan, namun dia tetap kuat menghadapinya dengan pertolongan Tuhan. "Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik;dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu." (2 Korintus 6:4-10). Ketika anda mengalami masalah yang sangat sukar, hadapilah dengan iman yang kuat pada Tuhan Yesus. Memilih untuk bunuh diri berarti kita sudah tidak lagi memiliki iman kepada Yesus, dan karenanya bagi orang yang tidak percaya pada Yesus, hasil akhirnya pun sudah jelas. Ingatlah bahwa ada Roh Kudus yang akan selalu membantu kita dalam setiap kelemahan. "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."(Roma 8:26). Tetaplah teguh, berpeganglah terus pada Yesus dengan iman yang kokoh, dengan pengharapan penuh. Selalu ada jalan keluar pada saatnya, karena dalam Tuhan tidak ada yang mustahil.
Bunuh diri sama sekali bukan jawaban untuk mengatasi masalah
==================
Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"
Dalam budaya tradisional Jepang kita mengenal istilah harakiri. Harakiri adalah sebentuk pertanggung jawaban atas kegagalan dengan cara mengakhiri hidup alias bunuh diri. Ketika seorang pejuang samurai jatuh ke tangan lawan, ketimbang mereka harus menderita malu akibat kegagalan mereka, maka menurut budaya tradisional Jepang, mereka lebih baik melakukan harakiri. Cara yang dilakukan lumayan mengerikan jika dideskripsikan. Mereka akan menusuk perut mereka dengan samurai, dan mengirisnya kesamping. Meskipun harakiri dikenal dalam budaya tradisional Jepang, bukan berarti bunuh diri hanya terjadi di sana saja. Di seluruh dunia, bahkan Indonesia, hampir setiap hari kita mendengar kasus bunuh diri. Baik karena tidak tahan lagi menanggung aib, tidak kuat lagi menahan sakit, tidak sanggup lagi menderita, diputus pacar dan sebagainya. Caranya pun berbeda-beda. Minum racun serangga, menggantung diri, melompat dari gedung tinggi dan banyak lagi.
Banyak orang mengira bahwa mengakhiri hidup adalah jalan pintas untuk mengatasi masalah. Mereka lupa bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara saja. Hidup yang kekal, atau mati yang kekal, itu akan kita masuki justru setelah kehidupan singkat di dunia ini kita jalani. Namun bentuk pemikiran ini ternyata bukanlah hal baru. Sejak jaman dulu ternyata pola mengakhiri hidup dengan berbagai alasan pun sudah ada. Sesaat setelah Ayub mengalami serangkaian penderitaan yang tak terperikan, kehilangan anak, harta benda dan ditimpa penyakit kulit mengerikan dari ujung kepala hingga ke telapak kakinya, istri Ayub dengan sinis berkata: "Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (Ayub 2:9). Buat apa terus memuji Tuhan dengan setia jika malah penderitaan yang diperoleh? Lebih baik mati saja. Itu kira-kira yang dikatakan istrinya. Untunglah Ayub saat itu punya pemikiran lain, meskipun saya yakin hatinya hancur berantakan dan ia merasakan sakit yang luar biasa, baik perasaannya maupun fisiknya. Luar biasa ketika Ayub mengalami penderitaan begitu besar dalam waktu yang sangat singkat, ia masih bisa berkata demikian: "Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (ay 10). Ya, banyak diantara kita hanya mau menerima yang baik dari Tuhan. Pola pikir kita seringkali sangat sederhana. Ketika diberkati, Tuhan baik. Ketika menderita, Tuhan jahat. Padahal Tuhan bisa memakai bentuk-bentuk masalah dan problema kehidupan, termasuk penderitaan sebagai sarana untuk melatih diri kita agar bisa bertumbuh secara rohani. Terkadang melalui ujian kehidupan kita diajarkan Tuhan agar berhenti mengandalkan kekuatan sendiri, dan menyadari bahwa kita harus mulai belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita.
Paulus mengingatkan demikian kepada jemaat Korintus: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13) Paulus mengingatkan agar kita jangan sampai putus pengharapan, dan Tuhan, Allah kita yang setia akan selalu sanggup memberikan jalan keluar dan kekuatan bagi kita untuk menanggungnya. Mungkin sekarang belum, namun suatu saat, itu pasti, bagi mereka yang terus bertekun dengan setia dan tidak putus harapan. Secara logika manusia mungkin tidak ada jalan keluar, namun tidak ada satupun yang tidak mungkin bagi Tuhan. Lebih lanjut Yesus pun menawarkan bantuan untuk meringankan dan memberi kelegaan ketika kita sedang tertimpa masalah. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28).
Kepada Nuh, Tuhan mengingatkan demikian: "Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri." (Kejadian 9:5-6). Ya, kita tidak diperbolehkan mengakhiri nyawa sesama manusia, ini termasuk nyawa kita sendiri, yang juga manusia, karena manusia itu semuanya diciptakan menurut gambarNya sendiri. Tidak kurang perihnya penderitaan yang dialami Ayub, namun dia tidak terburu-buru bertindak gegabah dengan melakukan "harakiri" alias bunuh diri. Paulus dan kawan-kawan pun mengalami begitu banyak pengalaman pahit dalam penderitaan, namun dia tetap kuat menghadapinya dengan pertolongan Tuhan. "Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik;dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu." (2 Korintus 6:4-10). Ketika anda mengalami masalah yang sangat sukar, hadapilah dengan iman yang kuat pada Tuhan Yesus. Memilih untuk bunuh diri berarti kita sudah tidak lagi memiliki iman kepada Yesus, dan karenanya bagi orang yang tidak percaya pada Yesus, hasil akhirnya pun sudah jelas. Ingatlah bahwa ada Roh Kudus yang akan selalu membantu kita dalam setiap kelemahan. "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."(Roma 8:26). Tetaplah teguh, berpeganglah terus pada Yesus dengan iman yang kokoh, dengan pengharapan penuh. Selalu ada jalan keluar pada saatnya, karena dalam Tuhan tidak ada yang mustahil.
Bunuh diri sama sekali bukan jawaban untuk mengatasi masalah
Tuesday, April 21, 2009
Melihat Sisi Menarik
Ayat bacaan: Filipi 4:8
==================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."
Ketika meliput Java Jazz kemarin, saya ditemani oleh dua orang rekan fotografer yang dengan tangkas meliput sekian banyak pentas pertunjukan selama 3 hari. Betapa beda hasil tangkapan kamera mereka dengan orang awam di dunia fotografi seperti saya. Dengan kamera yang sama sekalipun, hasil jepretan mereka ternyata jauh berbeda. Mereka bisa menangkap ekspresi-ekspresi musisi dari sudut pandang yang tepat, mereka tahu benar dari sisi mana mereka harus menangkap si objek sehingga hasilnya jauh lebih menarik. Maka gemerlap Java Jazz bisa didokumentasikan dengan baik. Foto-foto yang dihasilkan berbicara sangat banyak mengenai kemeriahan dan gemerlap sebuah pesta musik tahunan terbesar di dunia saat ini. Ketika mereka mengambil foto-foto candid dari penonton pun demikian. Orang yang menggendong anak misalnya, mungkin itu hal biasa yang kita jumpai di tengah keramaian. Tapi di tangan mereka, foto orang yang menggendong anak tersebut bisa terlihat begitu luar biasa. Sementara jika saya yang memotret, hasil fotonya tidak kabur saja sudah syukur. Itu sebuah analogi dari bagaimana sudut pandang yang berbeda bisa menghadirkan hasil yang berbeda.
Ada banyak orang yang sangat cepat melihat keburukan orang lain. Sisi negatif orang begitu mudah terlihat, namun begitu sulit rasanya melihat sisi baik dari orang lain. Padahal siapapun dia, dia adalah ciptaan Tuhan yang sama seperti kita. Perbedaan status sosial, perbedaan suku, ras atau kepercayaan seringkali membuat kita membuat dinding-dinding dan sekat pembeda atau pembatas. Padahal di mata Tuhan, siapapun mereka, mereka tetaplah masterpiece, hasil ciptaanNya yang istimewa. Daud pernah memikirkan hal ini. Mungkin pada suatu malam ia memandang keindahan langit yang bertaburan bintang-bintang dan bulan yang bersinar dengan indahnya. Itu ciptaan Tuhan yang luar biasa. Namun tetap saja manusia, yang mungkin sering dipandang tidak berarti bagi sesamanya sendiri, ternyata jauh lebih berharga dari segala keindahan alam yang terindah sekalipun. Daud pun menulis demikian: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5). Daud menyadari betul betapa berharganya manusia di mata Tuhan. "Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan." (ay 6-9). Dan Daud menutup tulisannya pada pasal ini dengan sebuah pengakuan akan keagungan Tuhan. "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!" (ay 10).
Jika manusia memang diciptakan seistimewa itu, sesuai gambar dan rupa Allah sendiri, tentu kita tidak bisa menyangkal bahwa manusia itu sungguh berharga di mata Tuhan. Alangkah ironis ketika kita yang sama-sama ciptaan Tuhan malah saling menghujat, menghakimi, merendahkan atau menghina satu sama lain. Dalam mengangkat nabi-nabiNya di Perjanjian Lama, hingga murid-murid yang dipilih Yesus, kita melihat bahwa orang-orang yang dipakai pun adalah orang biasa. Bukan raja, melainkan orang biasa yang kemudian menjadi raja. Bukan pewarta firman luar biasa, tapi malah pembunuh orang Kristen yang kemudian bertobat dan bekerja secara luar biasa demi Tuhan. Nelayan, pemungut cukai, gembala dan lain-lain, bisa diubahkan Tuhan secara luar biasa. Artinya, orang yang mungkin tidak berarti di mata sesamanya manusia pun punya sisi-sisi menarik, yang bisa menjadi mutiara yang sangat berharga di mata Tuhan. Karena itulah kita harus mampu melatih pikiran kita agar tidak berpusat pada hal-hal negatif semata, namun dasarkanlah pada segala sesuatu yang baik, yang manis dan sebagainya, seperti yang ditulis oleh Paulus dalam suratnya untuk jemaat di Filipi. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Dalam versi BIS kita baca demikian: "Akhirnya, Saudara-saudara, isilah pikiranmu dengan hal-hal bernilai, yang patut dipuji, yaitu hal-hal yang benar, yang terhormat, yang adil, murni, manis, dan baik." Ini adalah penting, karena dengan menghormati ciptaan Tuhan kita juga menghormatiNya.
Mari kita senantiasa tekun menjaga kemurnian hati. Tidak memandang rendah orang lain, tidak menghakimi, tidak menghujat satu sama lain, dan sebagainya. Ingatlah bahwa siapapun mereka, mereka punya sisi menarik yang jika kita pandang dengan berdasar pada segala hal yang manis, baik, dan sebagainya seperti apa yang dikatakan Paulus, maka kita akan bisa melihat sisi lain dari seseorang. Sesuatu yang menarik dan istimewa pasti ada pada diri seseorang, siapapun mereka. Seperti analogi fotografer di awal, meski dari "kamera" yang sama, hasil yang diperoleh bisa berbeda, ketika kita tahu dari sudut mana kita harus memandang dan melihat sesuatu. Kita harus senantiasa menjaga hati dan pikiran kita agar tidak terbiasa melihat sisi negatif dari segalanya. Mazmur Daud berkata: "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mazmur 24:4-5). Kita berharga dimataNya, maka mari kita menghargai pula sesama kita, yang sangat istimewa di mata Tuhan.
Latih terus hati dan pikiran kita agar mampu melihat sisi baik dan menarik dari orang lain
==================
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."
Ketika meliput Java Jazz kemarin, saya ditemani oleh dua orang rekan fotografer yang dengan tangkas meliput sekian banyak pentas pertunjukan selama 3 hari. Betapa beda hasil tangkapan kamera mereka dengan orang awam di dunia fotografi seperti saya. Dengan kamera yang sama sekalipun, hasil jepretan mereka ternyata jauh berbeda. Mereka bisa menangkap ekspresi-ekspresi musisi dari sudut pandang yang tepat, mereka tahu benar dari sisi mana mereka harus menangkap si objek sehingga hasilnya jauh lebih menarik. Maka gemerlap Java Jazz bisa didokumentasikan dengan baik. Foto-foto yang dihasilkan berbicara sangat banyak mengenai kemeriahan dan gemerlap sebuah pesta musik tahunan terbesar di dunia saat ini. Ketika mereka mengambil foto-foto candid dari penonton pun demikian. Orang yang menggendong anak misalnya, mungkin itu hal biasa yang kita jumpai di tengah keramaian. Tapi di tangan mereka, foto orang yang menggendong anak tersebut bisa terlihat begitu luar biasa. Sementara jika saya yang memotret, hasil fotonya tidak kabur saja sudah syukur. Itu sebuah analogi dari bagaimana sudut pandang yang berbeda bisa menghadirkan hasil yang berbeda.
Ada banyak orang yang sangat cepat melihat keburukan orang lain. Sisi negatif orang begitu mudah terlihat, namun begitu sulit rasanya melihat sisi baik dari orang lain. Padahal siapapun dia, dia adalah ciptaan Tuhan yang sama seperti kita. Perbedaan status sosial, perbedaan suku, ras atau kepercayaan seringkali membuat kita membuat dinding-dinding dan sekat pembeda atau pembatas. Padahal di mata Tuhan, siapapun mereka, mereka tetaplah masterpiece, hasil ciptaanNya yang istimewa. Daud pernah memikirkan hal ini. Mungkin pada suatu malam ia memandang keindahan langit yang bertaburan bintang-bintang dan bulan yang bersinar dengan indahnya. Itu ciptaan Tuhan yang luar biasa. Namun tetap saja manusia, yang mungkin sering dipandang tidak berarti bagi sesamanya sendiri, ternyata jauh lebih berharga dari segala keindahan alam yang terindah sekalipun. Daud pun menulis demikian: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5). Daud menyadari betul betapa berharganya manusia di mata Tuhan. "Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan." (ay 6-9). Dan Daud menutup tulisannya pada pasal ini dengan sebuah pengakuan akan keagungan Tuhan. "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!" (ay 10).
Jika manusia memang diciptakan seistimewa itu, sesuai gambar dan rupa Allah sendiri, tentu kita tidak bisa menyangkal bahwa manusia itu sungguh berharga di mata Tuhan. Alangkah ironis ketika kita yang sama-sama ciptaan Tuhan malah saling menghujat, menghakimi, merendahkan atau menghina satu sama lain. Dalam mengangkat nabi-nabiNya di Perjanjian Lama, hingga murid-murid yang dipilih Yesus, kita melihat bahwa orang-orang yang dipakai pun adalah orang biasa. Bukan raja, melainkan orang biasa yang kemudian menjadi raja. Bukan pewarta firman luar biasa, tapi malah pembunuh orang Kristen yang kemudian bertobat dan bekerja secara luar biasa demi Tuhan. Nelayan, pemungut cukai, gembala dan lain-lain, bisa diubahkan Tuhan secara luar biasa. Artinya, orang yang mungkin tidak berarti di mata sesamanya manusia pun punya sisi-sisi menarik, yang bisa menjadi mutiara yang sangat berharga di mata Tuhan. Karena itulah kita harus mampu melatih pikiran kita agar tidak berpusat pada hal-hal negatif semata, namun dasarkanlah pada segala sesuatu yang baik, yang manis dan sebagainya, seperti yang ditulis oleh Paulus dalam suratnya untuk jemaat di Filipi. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Dalam versi BIS kita baca demikian: "Akhirnya, Saudara-saudara, isilah pikiranmu dengan hal-hal bernilai, yang patut dipuji, yaitu hal-hal yang benar, yang terhormat, yang adil, murni, manis, dan baik." Ini adalah penting, karena dengan menghormati ciptaan Tuhan kita juga menghormatiNya.
Mari kita senantiasa tekun menjaga kemurnian hati. Tidak memandang rendah orang lain, tidak menghakimi, tidak menghujat satu sama lain, dan sebagainya. Ingatlah bahwa siapapun mereka, mereka punya sisi menarik yang jika kita pandang dengan berdasar pada segala hal yang manis, baik, dan sebagainya seperti apa yang dikatakan Paulus, maka kita akan bisa melihat sisi lain dari seseorang. Sesuatu yang menarik dan istimewa pasti ada pada diri seseorang, siapapun mereka. Seperti analogi fotografer di awal, meski dari "kamera" yang sama, hasil yang diperoleh bisa berbeda, ketika kita tahu dari sudut mana kita harus memandang dan melihat sesuatu. Kita harus senantiasa menjaga hati dan pikiran kita agar tidak terbiasa melihat sisi negatif dari segalanya. Mazmur Daud berkata: "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mazmur 24:4-5). Kita berharga dimataNya, maka mari kita menghargai pula sesama kita, yang sangat istimewa di mata Tuhan.
Latih terus hati dan pikiran kita agar mampu melihat sisi baik dan menarik dari orang lain
Monday, April 20, 2009
Mau atau Tidak
Ayat bacaan: Markus 1:40-41
===========================
"Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
Seringkali permasalahan yang paling mendasar bagi kita bukanlah bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. Ada banyak orang yang tidak berani mengambil langkah bukan karena mereka tidak bisa, tapi karena mereka tidak mau repot-repot. Maka ada perbedaan yang mendasar dari "mau tapi tidak sanggup", dengan "sanggup tapi tidak mau". Kenyataan di lapangan, banyak orang yang sebenarnya sanggup, namun tidak banyak yang mau menggunakan kapasitas dan kemampuannya secara penuh untuk menolong sesamanya. Ketika anda melihat ada orang yang tergeletak di tengah jalan akibat tertabrak mobil, apa yang anda lakukan? Puji Tuhan jika anda memilih untuk menolongnya. Tapi saya rasa akan jauh lebih banyak orang yang memilih untuk menghindar dari tempat kejadian perkara dengan berbagai alasan. Takut darah si korban mengotori kendaraan, takut terlibat masalah, takut jadi terseret-seret berurusan dengan polisi, atau malah berpikir jangan-jangan itu hanyalah pura-pura. Maka kita kembali pada sebuah pertanyaan mendasar. Bukan bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. That's the question.
Mari kita lihat kisah perjumpaan Yesus dengan seorang penderita kusta. Pada saat itu, kusta adalah penyakit yang sangat menjijikkan dan belum ada obatnya. Seorang penderita kusta akan disingkirkan jauh-jauh dari kehidupan sosial, alias dibuang. Pada suatu kali bertemulah seorang penderita kusta dengan Yesus. Dia berlutut di hadapan Yesus dan memohon untuk disembuhkan. Menarik melihat kata-kata yang ia pergunakan. "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." (Markus 1:40). Dia tidak bertanya, "Yesus, sanggupkah engkau menyembuhkan aku?" Tidak. Yang ia katakan adalah, jika mau, maka Yesus bisa. Artinya, ia tahu pasti bahwa Yesus sanggup menyembuhkannya. Yang ia minta adalah kesediaan Yesus. Dan Yesus sangat mengerti penderitaannya. Maka jawaban Yesus: "Aku mau, jadilah engkau tahir." (ay 41) Betapa sejuknya jawaban Yesus pada seseorang yang begitu hina di mata masyarakat pada waktu itu. Tidak saja menyejukkan dan menyentuh hati, namun Yesus juga menyembuhkannya. Kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk memenuhi kehendak Bapa di Surga (Yohanes 6:38). Dia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (Matius 20:28), meskipun sebenarnya Yesus lebih dari layak untuk mendapat pelayanan kelas satu, bahkan lebih dari itu. Menyembuhkan orang sakit, memberi harapan baru, menjamah orang-orang yang sakit dan menderita, itu merupakan bagian dari pelayanan Tuhan Yesus ketika Dia ada di dunia. Termasuk si orang kusta yang sudah dibuang oleh sesamanya manusia.
Sudahkah kita meluangkan waktu untuk menolong sesama kita yang butuh pertolongan? Sudahkah kita mau membantu mereka, atau kita masih penuh dengan alasan-alasan seperti masih terlalu muda, masih belum siap, masih belum sanggup, dan sebagainya? Sebagai murid-murid Yesus, kita diingatkan untuk selalu saling menolong satu sama lain. "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2). Kita pun diingatkan untuk menyatakan kasih : "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."(Yohanes 15:8) Dan kita bisa menyatakan kasih itu dalam hal membantu orang lain. ".... Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2b). Yesus telah memberi teladan luar biasa mengenai bagaimana menterjemahkan kasih secara nyata, bukan hanya jargon atau semboyan semata. Dan kini, siapkah kita melanjutkan karya-Nya di dunia?
Sekecil apapun perbuatan yang didasari kasih akan bermakna besar bagi orang lain
===========================
"Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
Seringkali permasalahan yang paling mendasar bagi kita bukanlah bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. Ada banyak orang yang tidak berani mengambil langkah bukan karena mereka tidak bisa, tapi karena mereka tidak mau repot-repot. Maka ada perbedaan yang mendasar dari "mau tapi tidak sanggup", dengan "sanggup tapi tidak mau". Kenyataan di lapangan, banyak orang yang sebenarnya sanggup, namun tidak banyak yang mau menggunakan kapasitas dan kemampuannya secara penuh untuk menolong sesamanya. Ketika anda melihat ada orang yang tergeletak di tengah jalan akibat tertabrak mobil, apa yang anda lakukan? Puji Tuhan jika anda memilih untuk menolongnya. Tapi saya rasa akan jauh lebih banyak orang yang memilih untuk menghindar dari tempat kejadian perkara dengan berbagai alasan. Takut darah si korban mengotori kendaraan, takut terlibat masalah, takut jadi terseret-seret berurusan dengan polisi, atau malah berpikir jangan-jangan itu hanyalah pura-pura. Maka kita kembali pada sebuah pertanyaan mendasar. Bukan bisa atau tidak, tapi mau atau tidak. That's the question.
Mari kita lihat kisah perjumpaan Yesus dengan seorang penderita kusta. Pada saat itu, kusta adalah penyakit yang sangat menjijikkan dan belum ada obatnya. Seorang penderita kusta akan disingkirkan jauh-jauh dari kehidupan sosial, alias dibuang. Pada suatu kali bertemulah seorang penderita kusta dengan Yesus. Dia berlutut di hadapan Yesus dan memohon untuk disembuhkan. Menarik melihat kata-kata yang ia pergunakan. "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." (Markus 1:40). Dia tidak bertanya, "Yesus, sanggupkah engkau menyembuhkan aku?" Tidak. Yang ia katakan adalah, jika mau, maka Yesus bisa. Artinya, ia tahu pasti bahwa Yesus sanggup menyembuhkannya. Yang ia minta adalah kesediaan Yesus. Dan Yesus sangat mengerti penderitaannya. Maka jawaban Yesus: "Aku mau, jadilah engkau tahir." (ay 41) Betapa sejuknya jawaban Yesus pada seseorang yang begitu hina di mata masyarakat pada waktu itu. Tidak saja menyejukkan dan menyentuh hati, namun Yesus juga menyembuhkannya. Kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk memenuhi kehendak Bapa di Surga (Yohanes 6:38). Dia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (Matius 20:28), meskipun sebenarnya Yesus lebih dari layak untuk mendapat pelayanan kelas satu, bahkan lebih dari itu. Menyembuhkan orang sakit, memberi harapan baru, menjamah orang-orang yang sakit dan menderita, itu merupakan bagian dari pelayanan Tuhan Yesus ketika Dia ada di dunia. Termasuk si orang kusta yang sudah dibuang oleh sesamanya manusia.
Sudahkah kita meluangkan waktu untuk menolong sesama kita yang butuh pertolongan? Sudahkah kita mau membantu mereka, atau kita masih penuh dengan alasan-alasan seperti masih terlalu muda, masih belum siap, masih belum sanggup, dan sebagainya? Sebagai murid-murid Yesus, kita diingatkan untuk selalu saling menolong satu sama lain. "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2). Kita pun diingatkan untuk menyatakan kasih : "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."(Yohanes 15:8) Dan kita bisa menyatakan kasih itu dalam hal membantu orang lain. ".... Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2b). Yesus telah memberi teladan luar biasa mengenai bagaimana menterjemahkan kasih secara nyata, bukan hanya jargon atau semboyan semata. Dan kini, siapkah kita melanjutkan karya-Nya di dunia?
Sekecil apapun perbuatan yang didasari kasih akan bermakna besar bagi orang lain
Sunday, April 19, 2009
Penipu
Ayat bacaan: Mazmur 32:2
=====================
"Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!"
Menipu tidak apa-apa, asal jangan ketahuan. Ini sebuah ungkapan yang mungkin valid bagi begitu banyak orang akhir-akhir ini. Dalam melakukan korupsi misalnya, agar tidak ketahuan, maka para koruptor ini akan menyisakan sebagian dari hasil korupsinya untuk menutup mulut orang-orang yang mungkin berpotensi sebagai ancaman. Ada begitu banyak orang jujur yang akhirnya terpinggirkan, karena ia dianggap tidak berjalan dalam rel yang sama dengan teman-temannya yang curang. Soal tipu menipu bukan hanya berbicara mengenai mengemplang uang yang bukan menjadi haknya, namun berbicara lebih jauh mengenai bentuk-bentuk penipuan lainnya. Menjual barang bekas atau malah rusak tapi dikatakan bagus dan baru, berpura-pura baik namun menusuk dari belakang, dan sebagainya. Ada begitu banyak, mungkin ratusan bahkan ribuan bentuk penipuan yang kita alami sehari-hari, baik sebagai korban, maupun mungkin sebagai pelaku. Alkitab berbicara banyak mengenai tipu menipu, yang jika tidak kita sikapi dengan baik, bisa menjerumuskan kita ke dalam jurang kesesatan yang mengarah pada siksa kekal.
Ayat bacaan hari ini diambil dari salah satu Mazmur Daud yang berbunyi: "Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!" (Mazmur 32:2) Ya, jika anda saat ini sudah diubahkan menjadi manusia baru setelah menerima Kristus, dan tidak berjiwa penipu, anda pantas bersyukur dan berbahagia. Itu artinya anda menghargai betapa berharganya pengorbanan Kristus di kayu salib untuk menyelamatkan kita semua. Itu artinya anda tidak memberi ruang bagi iblis untuk mempengaruhi diri anda. Tuhan tidak menyukai seorang berjiwa penipu. Dalam Amsal 12:2 kita membaca demikian: "Orang baik dikenan TUHAN, tetapi si penipu dihukum-Nya." Dan dalam kesempatan lain, Mazmur menulis demikian: "Apakah yang diberikan kepadamu dan apakah yang ditambahkan kepadamu, hai lidah penipu? Panah-panah yang tajam dari pahlawan dan bara kayu arar." (Mazmur 120:3). Penipu akan mendapatkan upahnya yang mengerikan. Alkitab tidak mengenal tipu kecil atau besar, white lies atau black lies. Tipu adalah tipu. Iblis akan terus mencoba menyesatkan kita lewat kedagingan agar kita tergoda untuk melakukan aksi tipu menipu ini setiap waktu. Itu pekerjaan iblis. Namun ingatlah, ketika anda memandang ke atas, ada mata Tuhan yang akan selalu melihat segala sesuatu yang anda perbuat. Pada saatnya nanti, anda tetap harus mempertanggungjawabkan segalanya di hadapanNya. Manusia mungkin bisa ditipu, tapi Tuhan tidak akan pernah bisa. Tidak ada satupun yang tersembunyi, tidak ada satupun yang tertutup yang tidak akan dibuka, dan yang tidak akan diketahui oleh Tuhan. (Matius 10:26). Seorang penipu akan mendapatkan hukumannya. Di bumi mungkin bisa lolos, tapi di hadapan Tuhan, tidak akan ada yang bisa lolos dari perbuatan sesatnya.
Seorang penipu sama statusnya seperti penyemah berhala, penzinah, pencuri dan hal-hal buruk lainnya di mata Tuhan. Dan mereka ini tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (1 Korintus 6:9-10). Jika mungkin anda pernah melakukannya di masa lalu dan belum mengakuinya, segeralah akui di hadapan Tuhan dan bertobatlah. Dan setelahnya, tinggalkan pola tipu menipu ini dengan sungguh-sungguh. Alkitab berkata "Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita." (ay 11). Ketika anda sudah disucikan, dikuduskan bahkan dibenarkan dalam nama Yesus dan dalam Roh Allah, itu artinya anda sudah dibebaskan dari segala belenggu masa lalu. Maka tugas kita selanjutnya adalah menjaga diri kita agar tidak lagi terpeleset dan termakan jebakan iblis. Tetap rajin berdoa, bertekun membaca dan mendalami Alkitab, dan melakukan firman Tuhan dalam setiap sendi kehidupan kita, akan melatih diri dan jiwa kita untuk tetap berada dalam koridor hidup yang sesuai kehendak Tuhan.
Tidak perlu menipu untuk bisa hidup, tidak perlu menipu untuk bisa sukses, tidak perlu menipu untuk bisa hidup layak. Tidak ada satupun alasan yang bisa membenarkan penipuan. Tuhan adalah Allah yang Maha Adil, yang penuh kasih setia. Tuhan tidak akan pernah menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. (Mazmur 84:12). Tuhan akan selalu mencukupkan bahkan melimpahkan berkatNya kepada setiap anak-anakNya yang taat. Itu pasti. Hidup jujur tidak akan pernah merugikan. Janganlah tergiur untuk memperoleh keuntungan sesaat dan akibatnya harus menanggung resiko yang fatal di kemudian hari. Marilah kita terus melatih diri kita untuk hidup jujur dan benar di hadapan Tuhan. Dan Tuhan akan selalu melimpahkan segala kebaikan bagi kita yang berusaha sungguh-sungguh untuk hidup kudus sesuai kehendakNya.
Hindari segala bentuk penipuan, walau sekecil apapun
=====================
"Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!"
Menipu tidak apa-apa, asal jangan ketahuan. Ini sebuah ungkapan yang mungkin valid bagi begitu banyak orang akhir-akhir ini. Dalam melakukan korupsi misalnya, agar tidak ketahuan, maka para koruptor ini akan menyisakan sebagian dari hasil korupsinya untuk menutup mulut orang-orang yang mungkin berpotensi sebagai ancaman. Ada begitu banyak orang jujur yang akhirnya terpinggirkan, karena ia dianggap tidak berjalan dalam rel yang sama dengan teman-temannya yang curang. Soal tipu menipu bukan hanya berbicara mengenai mengemplang uang yang bukan menjadi haknya, namun berbicara lebih jauh mengenai bentuk-bentuk penipuan lainnya. Menjual barang bekas atau malah rusak tapi dikatakan bagus dan baru, berpura-pura baik namun menusuk dari belakang, dan sebagainya. Ada begitu banyak, mungkin ratusan bahkan ribuan bentuk penipuan yang kita alami sehari-hari, baik sebagai korban, maupun mungkin sebagai pelaku. Alkitab berbicara banyak mengenai tipu menipu, yang jika tidak kita sikapi dengan baik, bisa menjerumuskan kita ke dalam jurang kesesatan yang mengarah pada siksa kekal.
Ayat bacaan hari ini diambil dari salah satu Mazmur Daud yang berbunyi: "Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!" (Mazmur 32:2) Ya, jika anda saat ini sudah diubahkan menjadi manusia baru setelah menerima Kristus, dan tidak berjiwa penipu, anda pantas bersyukur dan berbahagia. Itu artinya anda menghargai betapa berharganya pengorbanan Kristus di kayu salib untuk menyelamatkan kita semua. Itu artinya anda tidak memberi ruang bagi iblis untuk mempengaruhi diri anda. Tuhan tidak menyukai seorang berjiwa penipu. Dalam Amsal 12:2 kita membaca demikian: "Orang baik dikenan TUHAN, tetapi si penipu dihukum-Nya." Dan dalam kesempatan lain, Mazmur menulis demikian: "Apakah yang diberikan kepadamu dan apakah yang ditambahkan kepadamu, hai lidah penipu? Panah-panah yang tajam dari pahlawan dan bara kayu arar." (Mazmur 120:3). Penipu akan mendapatkan upahnya yang mengerikan. Alkitab tidak mengenal tipu kecil atau besar, white lies atau black lies. Tipu adalah tipu. Iblis akan terus mencoba menyesatkan kita lewat kedagingan agar kita tergoda untuk melakukan aksi tipu menipu ini setiap waktu. Itu pekerjaan iblis. Namun ingatlah, ketika anda memandang ke atas, ada mata Tuhan yang akan selalu melihat segala sesuatu yang anda perbuat. Pada saatnya nanti, anda tetap harus mempertanggungjawabkan segalanya di hadapanNya. Manusia mungkin bisa ditipu, tapi Tuhan tidak akan pernah bisa. Tidak ada satupun yang tersembunyi, tidak ada satupun yang tertutup yang tidak akan dibuka, dan yang tidak akan diketahui oleh Tuhan. (Matius 10:26). Seorang penipu akan mendapatkan hukumannya. Di bumi mungkin bisa lolos, tapi di hadapan Tuhan, tidak akan ada yang bisa lolos dari perbuatan sesatnya.
Seorang penipu sama statusnya seperti penyemah berhala, penzinah, pencuri dan hal-hal buruk lainnya di mata Tuhan. Dan mereka ini tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (1 Korintus 6:9-10). Jika mungkin anda pernah melakukannya di masa lalu dan belum mengakuinya, segeralah akui di hadapan Tuhan dan bertobatlah. Dan setelahnya, tinggalkan pola tipu menipu ini dengan sungguh-sungguh. Alkitab berkata "Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita." (ay 11). Ketika anda sudah disucikan, dikuduskan bahkan dibenarkan dalam nama Yesus dan dalam Roh Allah, itu artinya anda sudah dibebaskan dari segala belenggu masa lalu. Maka tugas kita selanjutnya adalah menjaga diri kita agar tidak lagi terpeleset dan termakan jebakan iblis. Tetap rajin berdoa, bertekun membaca dan mendalami Alkitab, dan melakukan firman Tuhan dalam setiap sendi kehidupan kita, akan melatih diri dan jiwa kita untuk tetap berada dalam koridor hidup yang sesuai kehendak Tuhan.
Tidak perlu menipu untuk bisa hidup, tidak perlu menipu untuk bisa sukses, tidak perlu menipu untuk bisa hidup layak. Tidak ada satupun alasan yang bisa membenarkan penipuan. Tuhan adalah Allah yang Maha Adil, yang penuh kasih setia. Tuhan tidak akan pernah menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. (Mazmur 84:12). Tuhan akan selalu mencukupkan bahkan melimpahkan berkatNya kepada setiap anak-anakNya yang taat. Itu pasti. Hidup jujur tidak akan pernah merugikan. Janganlah tergiur untuk memperoleh keuntungan sesaat dan akibatnya harus menanggung resiko yang fatal di kemudian hari. Marilah kita terus melatih diri kita untuk hidup jujur dan benar di hadapan Tuhan. Dan Tuhan akan selalu melimpahkan segala kebaikan bagi kita yang berusaha sungguh-sungguh untuk hidup kudus sesuai kehendakNya.
Hindari segala bentuk penipuan, walau sekecil apapun
Saturday, April 18, 2009
Jangan Fokus Pada Resiko
Ayat bacaan: Amsal 26:13
====================
"Berkatalah si pemalas: "Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!"
Ada banyak orang yang sudah gagal sebelum memulai. Saya sendiri dulu pernah mengalami hal ini, bahkan berkali-kali. Ada banyak ide yang sebenarnya bisa saya realisasikan, namun ketika saya memikirkan faktor-faktor resiko yang mungkin muncul, saya akhirnya mundur, dan semua ide tersebut tidak jadi direalisasikan. Akibatnya saya tidak maju-maju, tetap jalan di tempat. Seringkali ketakutan berlebihan akan faktor resiko menjadi penghalang bagi seseorang untuk maju dan berkembang. Bayangan akan kesulitan yang akan timbul jika melakukan sesuatu, bayangan kesibukan yang pastinya akan menyita waktu dan merampas waktu-waktu bersantai, pikiran yang dihantui ketakutan akan ini dan itu, semuanya bisa membuat orang mengurungkan niat untuk mulai berbuat sesuatu.
Penyakit seperti di atas ternyata sudah merupakan penyakit lama. Beribu-ribu tahun yang lalu Salomo sudah menyinggung hal ini. Dalam Amsal, Salomo mengibaratkannya seperti seseorang yang berteriak akan adanya singa di jalan. "Berkatalah si pemalas: "Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!" (Amsal 26:13). Singa tempatnya di hutan. Atau jika di kota pun, mungkin kita hanya menjumpainya di kebun binatang atau sirkus. Singa bukanlah hewan yang berkeliaran bebas di tengah kota, di jalan-jalan seperti kucing atau anjing yang biasa kita jumpai. Maka ayat bacaan hari ini dengan jelas menggambarkan sebuah bentuk ketakutan yang berlebihan. Karena berpikir ada singa di jalan, maka orang yang berpikir seperti ini akan malas (atau takut) untuk keluar. Ayat selanjutnya berbunyi sebagai berikut: "Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya." (ay 14). Pintu hanya berputar pada engselnya. Bergerak tapi tidak berpindah, alias berjalan di tempat. Orang yang tidak berani mengambil langkah, orang yang terlalu malas untuk bangkit, orang yang malas untuk mulai melakukan sesuatu hanya akan berjalan di tempat dan tidak akan maju. Dalam ayat 16 kita membaca demikian: "Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana." (ay 16). Ayat ini menggambarkan lebih lanjut mengenai orang yang terlalu malas untuk mulai berbuat. Meskipun banyak orang yang memotivasi, bahkan mungkin siap membantu, mereka tetap saja tidak mau memulai. Mereka hanya fokus pada resiko, kemungkinan gagal, atau tidak mau repot. Mereka terlalu malas untuk keluar dari comfort zone alias zona kenyamanan mereka. Setiap kali mau mulai bertindak, si pemalas akan langsung fokus pada hal-hal negatif, melihat faktor resiko yang mungkin bakal ia hadapi, ketimbang melihat manfaat dan hasil yang mungkin bisa ia capai dari apa yang akan dia kerjakan. Mereka terbiasa untuk membesar-besarkan masalah, dan mencari pembenaran diri akibat kemalasannya sendiri.
Kemalasan tidak akan membawa manfaat apa-apa. Tuhan tidak suka pada pemalas. Dalam perumpamaan tentang talenta, kita melihat apa jawaban Tuhan pada si hamba yang tidak mempergunakan dan melipatgandakan talenta yang telah dipercayakan padanya. "Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?" (ay 25:26). Dan bagi mereka ini, tempat yang disediakan adalah tempat yang tergelap yang penuh ratap tangis dan kertak gigi. (ay 30). Jika kita melihat tokoh-tokoh Alkitab pilihan Allah, semuanya yang dipilih adalah orang-orang yang giat bekerja. Tuhan tidak mau memakai orang malas. Bahkan firman Tuhan berkata, "..jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, keluarlah dari "comfort zone" jika perlu, dan jangan hanya fokus pada resiko, tapi lihatlah manfaatnya. Adalah baik jika kita menimbang untung rugi dan resiko-resiko yang mungkin muncul, tapi hanya fokus pada segala resiko dan kesulitan akan membuat kita berjalan di tempat dan tidak akan pernah mengalami kemajuan. Untuk mencapai keberhasilan seringkali dibutuhkan pengorbanan. Seringkali tetesan keringat dan air mata harus kita tumpahkan, namun jika kita tetap giat bekerja dengan sungguh-sungguh, melibatkan dan mengatasnamakan Tuhan dalam segala pekerjaan yang kita lakukan, percayalah keberhasilan akan menjadi buah yang akan siap dipetik sebagai berkat dari Tuhan. Para Rasul tahu resiko dan konsekuensi yang mereka hadapi dari pekerjaan mereka, namun mereka tidaklah patah semangat dan takut. Demikian kata Paulus: "aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13b-14). Fokuslah pada manfaat yang akan dicapai, berhentilah fokus berlebihan pada resiko. Giatlah bekerja, dan tetaplah semangat.
Peluang tanpa perbuatan sama dengan nol
====================
"Berkatalah si pemalas: "Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!"
Ada banyak orang yang sudah gagal sebelum memulai. Saya sendiri dulu pernah mengalami hal ini, bahkan berkali-kali. Ada banyak ide yang sebenarnya bisa saya realisasikan, namun ketika saya memikirkan faktor-faktor resiko yang mungkin muncul, saya akhirnya mundur, dan semua ide tersebut tidak jadi direalisasikan. Akibatnya saya tidak maju-maju, tetap jalan di tempat. Seringkali ketakutan berlebihan akan faktor resiko menjadi penghalang bagi seseorang untuk maju dan berkembang. Bayangan akan kesulitan yang akan timbul jika melakukan sesuatu, bayangan kesibukan yang pastinya akan menyita waktu dan merampas waktu-waktu bersantai, pikiran yang dihantui ketakutan akan ini dan itu, semuanya bisa membuat orang mengurungkan niat untuk mulai berbuat sesuatu.
Penyakit seperti di atas ternyata sudah merupakan penyakit lama. Beribu-ribu tahun yang lalu Salomo sudah menyinggung hal ini. Dalam Amsal, Salomo mengibaratkannya seperti seseorang yang berteriak akan adanya singa di jalan. "Berkatalah si pemalas: "Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!" (Amsal 26:13). Singa tempatnya di hutan. Atau jika di kota pun, mungkin kita hanya menjumpainya di kebun binatang atau sirkus. Singa bukanlah hewan yang berkeliaran bebas di tengah kota, di jalan-jalan seperti kucing atau anjing yang biasa kita jumpai. Maka ayat bacaan hari ini dengan jelas menggambarkan sebuah bentuk ketakutan yang berlebihan. Karena berpikir ada singa di jalan, maka orang yang berpikir seperti ini akan malas (atau takut) untuk keluar. Ayat selanjutnya berbunyi sebagai berikut: "Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya." (ay 14). Pintu hanya berputar pada engselnya. Bergerak tapi tidak berpindah, alias berjalan di tempat. Orang yang tidak berani mengambil langkah, orang yang terlalu malas untuk bangkit, orang yang malas untuk mulai melakukan sesuatu hanya akan berjalan di tempat dan tidak akan maju. Dalam ayat 16 kita membaca demikian: "Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana." (ay 16). Ayat ini menggambarkan lebih lanjut mengenai orang yang terlalu malas untuk mulai berbuat. Meskipun banyak orang yang memotivasi, bahkan mungkin siap membantu, mereka tetap saja tidak mau memulai. Mereka hanya fokus pada resiko, kemungkinan gagal, atau tidak mau repot. Mereka terlalu malas untuk keluar dari comfort zone alias zona kenyamanan mereka. Setiap kali mau mulai bertindak, si pemalas akan langsung fokus pada hal-hal negatif, melihat faktor resiko yang mungkin bakal ia hadapi, ketimbang melihat manfaat dan hasil yang mungkin bisa ia capai dari apa yang akan dia kerjakan. Mereka terbiasa untuk membesar-besarkan masalah, dan mencari pembenaran diri akibat kemalasannya sendiri.
Kemalasan tidak akan membawa manfaat apa-apa. Tuhan tidak suka pada pemalas. Dalam perumpamaan tentang talenta, kita melihat apa jawaban Tuhan pada si hamba yang tidak mempergunakan dan melipatgandakan talenta yang telah dipercayakan padanya. "Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?" (ay 25:26). Dan bagi mereka ini, tempat yang disediakan adalah tempat yang tergelap yang penuh ratap tangis dan kertak gigi. (ay 30). Jika kita melihat tokoh-tokoh Alkitab pilihan Allah, semuanya yang dipilih adalah orang-orang yang giat bekerja. Tuhan tidak mau memakai orang malas. Bahkan firman Tuhan berkata, "..jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, keluarlah dari "comfort zone" jika perlu, dan jangan hanya fokus pada resiko, tapi lihatlah manfaatnya. Adalah baik jika kita menimbang untung rugi dan resiko-resiko yang mungkin muncul, tapi hanya fokus pada segala resiko dan kesulitan akan membuat kita berjalan di tempat dan tidak akan pernah mengalami kemajuan. Untuk mencapai keberhasilan seringkali dibutuhkan pengorbanan. Seringkali tetesan keringat dan air mata harus kita tumpahkan, namun jika kita tetap giat bekerja dengan sungguh-sungguh, melibatkan dan mengatasnamakan Tuhan dalam segala pekerjaan yang kita lakukan, percayalah keberhasilan akan menjadi buah yang akan siap dipetik sebagai berkat dari Tuhan. Para Rasul tahu resiko dan konsekuensi yang mereka hadapi dari pekerjaan mereka, namun mereka tidaklah patah semangat dan takut. Demikian kata Paulus: "aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13b-14). Fokuslah pada manfaat yang akan dicapai, berhentilah fokus berlebihan pada resiko. Giatlah bekerja, dan tetaplah semangat.
Peluang tanpa perbuatan sama dengan nol
Friday, April 17, 2009
Mempergunakan Talenta
Ayat bacaan: Matius 25:15
===================
"Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat."
Dari segi pendidikan formal, saya tidak ada apa-apanya. Siapalah saya ini. Saya cuma tamatan SMA. Sempat kuliah, tapi kemudian tidak saya selesaikan. Jadilah saya seorang tanpa gelar, yang dalam dunia modern tidak berarti apa-apa. Tidak ada embel-ember Dr, Ir, SH, SE, ST atau apapun itu di depan dan belakang nama saya. Tapi mari saya bagikan sebuah cerita mengenai kehidupan saya. Saya sejak kecil menyukai musik jazz. Saya tidak pernah mendapat pendidikan formal dalam bahasa Inggris, namun saya sedikit-sedikit bisa berbicara dan setidaknya memahami tanpa masalah berarti. Saya menyukai dunia desain. Siapa sangka, saya yang bagaikan "kartu mati" di dunia lowongan pekerjaan ternyata saat ini bisa menjadi seorang dosen, sekaligus mengelola sebuah situs musik yang sudah menghasilkan pendapatan yang lumayan mencengangkan? Tuhan sanggup memberkati pekerjaan kita, jika kita mengerjakannya sungguh-sungguh. Pekerjaan Tuhan seringkali misterius bagi kita, maksud saya, sulit untuk dicerna secara nalar manusia yang terbatas, diluar kesanggupan logika kita mencerna. Dan satu hal lagi yang penting, yang saya angkat hari ini sebagai tema renungan, adalah bagaimana Tuhan memberikan talenta kepada semua orang tanpa terkecuali. Ada bekal yang diberikan Tuhan bagi setiap kita, bekal yang bisa menjadi modal berharga dalam kehidupan kita.
Ini sebuah hal yang terkadang luput dari pengamatan kita. Ada banyak orang yang menyesali hidupnya di masa lalu mengenai pendidikan. "Ah..seandainya saya dulu kuliah di A, pasti saya sukses.." , "jika saja saya belajar B, pasti sekarang saya sudah hidup enak..", dan sebagainya. Mudah bagi kita untuk menjadikan masa lalu sebagai kambing hitam yang empuk, namun sulit bagi kita untuk menggali potensi apa yang sebenarnya telah Tuhan tanam dalam diri kita sejak awal. Ada banyak orang yang menyalahkan nasib, atau bahkan menyalahkan Tuhan atas kesulitan hidupnya. Ada banyak yang iri dengan kesuksesan orang lain, atau menginginkan talenta yang dimiliki orang lain. Padahal, Tuhan memberikan semua orang talenta tertentu, dalam jumlah tertentu, yang dalam Alkitab dikatakan sesuai dengan kesanggupannya. "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya.." (Matius 25:15). Dari ayat bacaan hari ini, kita melihat bahwa semua orang diberikan talenta. Tidak ada yang tidak. Semua talenta bisa menjadi sangat istimewa apabila kita tahu bagaimana mengembangkannya, apapun talenta itu, tidak peduli sekecil apapun talenta itu. Semua bisa menjadi sangat luar biasa, ketika kita memaksimalkan talenta kita, mengerjakannya sungguh-sungguh seperti untuk Tuhan, dan siapapun anda dan saya, kita akan sama-sama menyaksikan bagaimana Tuhan memberkati usaha kita secara luar biasa.
Kembali ke ayat bacaan hari ini yang diambil dari perikop "Perumpamaan Tentang Talenta" (Matius 25:14-30), kepada hamba yang melipatgandakan talenta yang dipercayakan tuannya, baik yang diberi 5 talenta maupun yang diberikan 2 talenta, jawaban yang diberikan adalah sama. "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (ay 21,23). Maka jelaslah apa yang dimaksud Yesus kemudian: "Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (ay 29). Tidak mempergunakan talenta, tidak memaksimalkan talenta, apalagi tidak tahu apa talenta yang disediakan Tuhan bagi kita, itu sama artinya dengan tidak menghargai berkat Tuhan. Ini adalah sebuah kesalahan besar, yang bisa berakibat fatal, menjerumuskan kita ke gelapan yang paling gelap, dimana hanya ada ratap dan kertak gigi. (ay 30).
Saya sudah sering mengatakan bahwa Tuhan sanggup memberkati dengan ajaib, penuh mukjizat, tapi seringkali Tuhan menyediakan kail dan kolam yang penuh ikan. Kita tetap harus bekerja sungguh-sungguh, dengan serius, dan tetap melibatkan Tuhan di dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Dan Tuhan pun akan memberkati pekerjaan kita. Adalah salah besar jika kita mengasihani diri secara berlebihan dan menganggap talenta orang lain jauh lebih hebat dari kita. Memaksimalkan talenta yang telah dipercayakan Tuhan pada kita adalah sebuah keharusan. Berapapun talenta yang ada pada kita saat ini, kembangkan dan maksimalkanlah sebaik-baiknya. Bisa jadi talenta yang ada pada kita kelihatannya sepele, namun jika Tuhan ada disana dan memberkati usaha serius kita, talenta yang mungkin sepele itu pun bisa berlipat ganda secara luar biasa. Itu pasti. Mungkin kita belum melakukan hal-hal yang kelihatannya besar saat ini, namun sekecil apapun itu, akan berharga sangat besar di mata Tuhan ketika lewat hal-hal kecil yang kita lakukan kita bisa memberkati orang lain. Dan Tuhan pun akan mempercayakan lebih besar lagi. Perumpamaan tentang talenta ini sudah tergenapi dari pengalaman dan kesaksian saya sendiri. Sudahkah anda menemukan potensi atau talenta yang ada di dalam diri anda? Sudahkah anda memakai dan mengolahnya semaksimal mungkin? Sudahkah anda mempergunakannya demi menyatakan kemuliaan Tuhan di tengah komunitas anda? Jika belum, mulailah sekarang, dan lihatlah bagaimana Tuhan memberkati dan melipatgandakan itu semua secara luar biasa.
Setiap orang telah dipercayakan dengan sejumlah talenta yang siap untuk diolah secara maksimal
===================
"Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat."
Dari segi pendidikan formal, saya tidak ada apa-apanya. Siapalah saya ini. Saya cuma tamatan SMA. Sempat kuliah, tapi kemudian tidak saya selesaikan. Jadilah saya seorang tanpa gelar, yang dalam dunia modern tidak berarti apa-apa. Tidak ada embel-ember Dr, Ir, SH, SE, ST atau apapun itu di depan dan belakang nama saya. Tapi mari saya bagikan sebuah cerita mengenai kehidupan saya. Saya sejak kecil menyukai musik jazz. Saya tidak pernah mendapat pendidikan formal dalam bahasa Inggris, namun saya sedikit-sedikit bisa berbicara dan setidaknya memahami tanpa masalah berarti. Saya menyukai dunia desain. Siapa sangka, saya yang bagaikan "kartu mati" di dunia lowongan pekerjaan ternyata saat ini bisa menjadi seorang dosen, sekaligus mengelola sebuah situs musik yang sudah menghasilkan pendapatan yang lumayan mencengangkan? Tuhan sanggup memberkati pekerjaan kita, jika kita mengerjakannya sungguh-sungguh. Pekerjaan Tuhan seringkali misterius bagi kita, maksud saya, sulit untuk dicerna secara nalar manusia yang terbatas, diluar kesanggupan logika kita mencerna. Dan satu hal lagi yang penting, yang saya angkat hari ini sebagai tema renungan, adalah bagaimana Tuhan memberikan talenta kepada semua orang tanpa terkecuali. Ada bekal yang diberikan Tuhan bagi setiap kita, bekal yang bisa menjadi modal berharga dalam kehidupan kita.
Ini sebuah hal yang terkadang luput dari pengamatan kita. Ada banyak orang yang menyesali hidupnya di masa lalu mengenai pendidikan. "Ah..seandainya saya dulu kuliah di A, pasti saya sukses.." , "jika saja saya belajar B, pasti sekarang saya sudah hidup enak..", dan sebagainya. Mudah bagi kita untuk menjadikan masa lalu sebagai kambing hitam yang empuk, namun sulit bagi kita untuk menggali potensi apa yang sebenarnya telah Tuhan tanam dalam diri kita sejak awal. Ada banyak orang yang menyalahkan nasib, atau bahkan menyalahkan Tuhan atas kesulitan hidupnya. Ada banyak yang iri dengan kesuksesan orang lain, atau menginginkan talenta yang dimiliki orang lain. Padahal, Tuhan memberikan semua orang talenta tertentu, dalam jumlah tertentu, yang dalam Alkitab dikatakan sesuai dengan kesanggupannya. "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya.." (Matius 25:15). Dari ayat bacaan hari ini, kita melihat bahwa semua orang diberikan talenta. Tidak ada yang tidak. Semua talenta bisa menjadi sangat istimewa apabila kita tahu bagaimana mengembangkannya, apapun talenta itu, tidak peduli sekecil apapun talenta itu. Semua bisa menjadi sangat luar biasa, ketika kita memaksimalkan talenta kita, mengerjakannya sungguh-sungguh seperti untuk Tuhan, dan siapapun anda dan saya, kita akan sama-sama menyaksikan bagaimana Tuhan memberkati usaha kita secara luar biasa.
Kembali ke ayat bacaan hari ini yang diambil dari perikop "Perumpamaan Tentang Talenta" (Matius 25:14-30), kepada hamba yang melipatgandakan talenta yang dipercayakan tuannya, baik yang diberi 5 talenta maupun yang diberikan 2 talenta, jawaban yang diberikan adalah sama. "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (ay 21,23). Maka jelaslah apa yang dimaksud Yesus kemudian: "Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya." (ay 29). Tidak mempergunakan talenta, tidak memaksimalkan talenta, apalagi tidak tahu apa talenta yang disediakan Tuhan bagi kita, itu sama artinya dengan tidak menghargai berkat Tuhan. Ini adalah sebuah kesalahan besar, yang bisa berakibat fatal, menjerumuskan kita ke gelapan yang paling gelap, dimana hanya ada ratap dan kertak gigi. (ay 30).
Saya sudah sering mengatakan bahwa Tuhan sanggup memberkati dengan ajaib, penuh mukjizat, tapi seringkali Tuhan menyediakan kail dan kolam yang penuh ikan. Kita tetap harus bekerja sungguh-sungguh, dengan serius, dan tetap melibatkan Tuhan di dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Dan Tuhan pun akan memberkati pekerjaan kita. Adalah salah besar jika kita mengasihani diri secara berlebihan dan menganggap talenta orang lain jauh lebih hebat dari kita. Memaksimalkan talenta yang telah dipercayakan Tuhan pada kita adalah sebuah keharusan. Berapapun talenta yang ada pada kita saat ini, kembangkan dan maksimalkanlah sebaik-baiknya. Bisa jadi talenta yang ada pada kita kelihatannya sepele, namun jika Tuhan ada disana dan memberkati usaha serius kita, talenta yang mungkin sepele itu pun bisa berlipat ganda secara luar biasa. Itu pasti. Mungkin kita belum melakukan hal-hal yang kelihatannya besar saat ini, namun sekecil apapun itu, akan berharga sangat besar di mata Tuhan ketika lewat hal-hal kecil yang kita lakukan kita bisa memberkati orang lain. Dan Tuhan pun akan mempercayakan lebih besar lagi. Perumpamaan tentang talenta ini sudah tergenapi dari pengalaman dan kesaksian saya sendiri. Sudahkah anda menemukan potensi atau talenta yang ada di dalam diri anda? Sudahkah anda memakai dan mengolahnya semaksimal mungkin? Sudahkah anda mempergunakannya demi menyatakan kemuliaan Tuhan di tengah komunitas anda? Jika belum, mulailah sekarang, dan lihatlah bagaimana Tuhan memberkati dan melipatgandakan itu semua secara luar biasa.
Setiap orang telah dipercayakan dengan sejumlah talenta yang siap untuk diolah secara maksimal
Thursday, April 16, 2009
Hidup Baik di Tengah Masyarakat
Ayat bacaan: 1 Petrus 2:12
=====================
"Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka."
Sulitkah hidup di tengah-tengah saudara kita yang berlainan kepercayaan? Mungkin ya, mungkin tidak. Bisa sulit, apabila kita ada ditengah sekelompok masyarakat yang punya fanatisme berlebihan dan memaksakan kepercayaan mereka kepada yang minoritas. Bisa sulit jika kita tidak tahu bagaimana menempatkan diri, jika kita tidak sanggup bersosialisasi dengan baik, atau jika kita memandang mereka sebagai orang asing yang tidak perlu dikenal. Sebaliknya bisa juga tidak sulit, jika kita tahu bagaimana menempatkan diri dan berada di tengah kelompok masyarakat dengan toleransi tinggi. Tapi meski jawaban anda ya atau tidak, satu hal yang pasti, siapapun kita, akan selalu ada orang lain yang mengamati seperti apa gaya dan cara hidup kita. Apalagi jika kita berbeda sendiri di tengah lingkungan tempat tinggal kita, maka kita biasanya akan semakin menjadi bahan pengamatan orang. Sekarang pertanyaannya, sudahkah kita mencerminkan gaya hidup Kristiani yang benar? Sudahkah kita hidup dengan mengasihi orang-orang di sekitar kita? Puji Tuhan jika sudah.. karena alangkah ironisnya ketika Yesus meminta kita untuk mewartakan kabar gembira ke seluruh dunia, kita malah menjadi batu sandungan bagi orang lain. Berbeda kepercayaan, berbeda status sosial, berbeda suku, bangsa, budaya atau bahkan bahasa sekalipun, tidaklah pernah bisa dijadikan alasan untuk menjauhi mereka. Apakah pagar rumah kita saat ini sangat tinggi, sehingga kita tidak pernah kenal siapa yang tinggal di sebelah rumah kita? Atau apakah disaat tetangga kita kelaparan, kita malah membuang-buang makanan atau berpesta di rumah? Apapun yang kita lakukan, semua itu ada yang memperhatikan. Terlebih lagi di atas segalanya, Tuhan melihat segala sesuatu yang kita perbuat.
Petrus mengingatkan demikian: "Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka." (1 Petrus 2:12). Kita diingatkan untuk terus hidup suci dan taat ditengah-tengah orang yang belum percaya. Kita dituntut untuk menjadi pelaku firman, menjadi terang dan garam dunia (Matius 5:13-16). Inilah yang dikatakan Yesus. "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Ada banyak orang yang mengira bahwa melayani Tuhan hanyalah ketika kita aktif mengkotbahi orang lain, padahal yang jauh lebih penting adalah memperhatikan betul bagaimana kita hidup. Apakah sudah sesuai dengan firman Tuhan, sudah mencerminkan Kristus yang penuh kasih, atau malah bertolak belakang? Serajin apapun kita menjalankan tata cara beribadah, sekuat apapun kita meneriakkan firman Tuhan, semua hanya akan sia-sia jika ternyata pola hidup kita bertolak belakang dengan itu semua. Bersikap seolah-olah alim, tapi hidupnya ternyata berbeda dengan apa yang dipertontonkan di depan orang banyak. Sikap seperti ini dikecam langsung oleh Yesus dalam Matius 5:1-36. Intinya, mereka ini tidak melakukan apa yang mereka ajarkan. (ay 3). Ingatlah bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (Yakobus 2:20), bahkan lebih parah lagi, berarti mati. (ay 26).
Kehidupan kita bisa menjadi sebuah kesaksian yang manis bagi saudara-saudara kita yang belum percaya. Mereka bisa mengenal siapa Yesus Kristus dan bagaimana kuasa Yesus sanggup bekerja secara luar biasa lewat hidup kita. Menjadi garam dan terang dunia, itulah yang seharusnya kita lakukan. Jika demikian, tidak ada jalan lain selain hidup sebagai pelaku firman. Mengasihi tetangga dan orang-orang disekitar kita, membantu mereka dalam kesulitan, peduli kepada mereka, bersikap ramah dan penuh kesabaran, menunjukkan sikap bersahabat, siapapun mereka, apapun latar belakang mereka, tanpa terkecuali. Hanya dengan demikian kita bisa menjadi duta-duta Kristus yang baik, sehingga kita bisa mengenalkan Kristus kepada mereka yang belum percaya. Pagar rumah kita boleh saja tinggi, namun janganlah ketinggian pagar itu menjadi pembatas kita dengan orang-orang yang bersebelahan dengan kita. Let them see who Jesus is through our lives.
Hiduplah baik, sehingga orang bisa mengenal Kristus lewat kehidupan kita
=====================
"Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka."
Sulitkah hidup di tengah-tengah saudara kita yang berlainan kepercayaan? Mungkin ya, mungkin tidak. Bisa sulit, apabila kita ada ditengah sekelompok masyarakat yang punya fanatisme berlebihan dan memaksakan kepercayaan mereka kepada yang minoritas. Bisa sulit jika kita tidak tahu bagaimana menempatkan diri, jika kita tidak sanggup bersosialisasi dengan baik, atau jika kita memandang mereka sebagai orang asing yang tidak perlu dikenal. Sebaliknya bisa juga tidak sulit, jika kita tahu bagaimana menempatkan diri dan berada di tengah kelompok masyarakat dengan toleransi tinggi. Tapi meski jawaban anda ya atau tidak, satu hal yang pasti, siapapun kita, akan selalu ada orang lain yang mengamati seperti apa gaya dan cara hidup kita. Apalagi jika kita berbeda sendiri di tengah lingkungan tempat tinggal kita, maka kita biasanya akan semakin menjadi bahan pengamatan orang. Sekarang pertanyaannya, sudahkah kita mencerminkan gaya hidup Kristiani yang benar? Sudahkah kita hidup dengan mengasihi orang-orang di sekitar kita? Puji Tuhan jika sudah.. karena alangkah ironisnya ketika Yesus meminta kita untuk mewartakan kabar gembira ke seluruh dunia, kita malah menjadi batu sandungan bagi orang lain. Berbeda kepercayaan, berbeda status sosial, berbeda suku, bangsa, budaya atau bahkan bahasa sekalipun, tidaklah pernah bisa dijadikan alasan untuk menjauhi mereka. Apakah pagar rumah kita saat ini sangat tinggi, sehingga kita tidak pernah kenal siapa yang tinggal di sebelah rumah kita? Atau apakah disaat tetangga kita kelaparan, kita malah membuang-buang makanan atau berpesta di rumah? Apapun yang kita lakukan, semua itu ada yang memperhatikan. Terlebih lagi di atas segalanya, Tuhan melihat segala sesuatu yang kita perbuat.
Petrus mengingatkan demikian: "Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka." (1 Petrus 2:12). Kita diingatkan untuk terus hidup suci dan taat ditengah-tengah orang yang belum percaya. Kita dituntut untuk menjadi pelaku firman, menjadi terang dan garam dunia (Matius 5:13-16). Inilah yang dikatakan Yesus. "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Ada banyak orang yang mengira bahwa melayani Tuhan hanyalah ketika kita aktif mengkotbahi orang lain, padahal yang jauh lebih penting adalah memperhatikan betul bagaimana kita hidup. Apakah sudah sesuai dengan firman Tuhan, sudah mencerminkan Kristus yang penuh kasih, atau malah bertolak belakang? Serajin apapun kita menjalankan tata cara beribadah, sekuat apapun kita meneriakkan firman Tuhan, semua hanya akan sia-sia jika ternyata pola hidup kita bertolak belakang dengan itu semua. Bersikap seolah-olah alim, tapi hidupnya ternyata berbeda dengan apa yang dipertontonkan di depan orang banyak. Sikap seperti ini dikecam langsung oleh Yesus dalam Matius 5:1-36. Intinya, mereka ini tidak melakukan apa yang mereka ajarkan. (ay 3). Ingatlah bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (Yakobus 2:20), bahkan lebih parah lagi, berarti mati. (ay 26).
Kehidupan kita bisa menjadi sebuah kesaksian yang manis bagi saudara-saudara kita yang belum percaya. Mereka bisa mengenal siapa Yesus Kristus dan bagaimana kuasa Yesus sanggup bekerja secara luar biasa lewat hidup kita. Menjadi garam dan terang dunia, itulah yang seharusnya kita lakukan. Jika demikian, tidak ada jalan lain selain hidup sebagai pelaku firman. Mengasihi tetangga dan orang-orang disekitar kita, membantu mereka dalam kesulitan, peduli kepada mereka, bersikap ramah dan penuh kesabaran, menunjukkan sikap bersahabat, siapapun mereka, apapun latar belakang mereka, tanpa terkecuali. Hanya dengan demikian kita bisa menjadi duta-duta Kristus yang baik, sehingga kita bisa mengenalkan Kristus kepada mereka yang belum percaya. Pagar rumah kita boleh saja tinggi, namun janganlah ketinggian pagar itu menjadi pembatas kita dengan orang-orang yang bersebelahan dengan kita. Let them see who Jesus is through our lives.
Hiduplah baik, sehingga orang bisa mengenal Kristus lewat kehidupan kita
Wednesday, April 15, 2009
Indah Pada Waktunya
Ayat bacaan: Pengkotbah 3:11
========================
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."
Saat ini jika sebuah pertanyaan diajukan kepada anda: apakah anda menganggap Tuhan sudah bersikap adil pada anda, apa yang menjadi jawabannya? Puji Tuhan jika anda menjawab ya. Tapi ada banyak orang yang menganggap belum, kurang atau bahkan tidak. Seringkali orang berdoa meminta sesuatu, namun ketika doanya belum dikabulkan, atau tidak dikabulkan, mereka akan merasa sangat kecewa dan menganggap Tuhan ingkar janji, pilih kasih dan tidak adil. Seorang teman pernah dengan kecewa mengatakan bahwa apa yang dijanjikan Yesus dalam Matius 7:7-8 hanyalah sesuatu yang hanya berlaku bagi orang tertentu, pastinya bukan dia. Benarkah demikian? Saya yakin sekali tidak demikian. Perasaan seperti itu bisa muncul apabila kita memandang firman Tuhan hanya secara sepihak dari kacamata manusia semata. Ketidaksabaran dan pengertian yang sangat dangkal akan janji Tuhan bisa membuat kita dengan cepat merasa dikecewakan.
Ayat hari ini berbicara mengenai hal yang sangat penting untuk kita perhatikan. "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir." (Pengkotbah 3:11). Ini sebuah pesan dari Tuhan agar kita tetap sadar dan tidak mencoba merasionalisasikan rencana Tuhan hanya secara sepihak lewat kacamata kita. Tidak tepat apabila kita "memerintah" Tuhan untuk memberikan segala yang kita inginkan, yang menurut kita terbaik bagi kita. Padahal Tuhan jelas Maha Tahu, dan Dia berjanji untuk memberikan segala yang terbaik kepada kita anak-anakNya. Artinya, Tuhan pasti jauh lebih tahu mana yang terbaik buat kita masing-masing. Apa yang menurut kita terbaik, belum tentu terbaik. Tapi Tuhan tahu apa yang terbaik buat kita. Itu pasti.
Mari kita lihat secara lengkap apa yang dikatakan Yesus dalam Injil Matius di atas. "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Matius 7:7-8). Jika kita hanya membaca ayat ini saja, maka kita akan mendapatkan pemahaman yang keliru mengenai janji Tuhan. Ya, benar bahwa Yesus mengatakan bahwa kita akan menerima apa yang kita minta. Tapi jika kita lanjutkan kepada ayat-ayat berikutnya, kita akan melihat pengertian yang lebih jelas mengenai hal pengabulan doa. "Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,atau memberi ular, jika ia meminta ikan?" (ay 9-10). Mungkinkah kita memberikan sesuatu yang membahayakan dan mematikan kepada anak-anak kita sendiri? Mungkinkah kita mau mencelakakan mereka? Sebagai orang tua yang baik, kita tidak mungkin memenuhi semua permintaan mereka. Saya ambil sebuah contoh. Jika mereka minta permen terus menerus, apa yang anda lakukan sebagai orang tua yang baik? Anda berikan setiap mereka minta, atau anda harus tahu kapan harus menolak? Tentu anda harus tahu kapan anda harus memberi, dan kapan anda harus menolak. Itu namanya orang tua yang baik. Menuruti mereka sepenuhnya sama artinya dengan menjerumuskan atau merugikan masa depan mereka! Anak-anak akan terus meminta permen karena mereka suka dengan rasanya yang manis, atau warna-warni menarik. Menurut mereka itu yang terbaik bagi mereka, padahal tidak demikian. Sebagai orang tua, tentu kita akan jauh lebih tahu apa yang terbaik bagi mereka. Jika orang tua saja tahu, apalagi Tuhan, Sang Pencipta yang sangat mengasihi kita. Dan itulah yang dikatakan Yesus dalam ayat selanjutnya. "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (ay 11).
Jika kita hubungkan dengan ayat bacaan hari ini, maka kita akan melihat gambaran keseluruhan dengan jelas. Tuhan selalu menyediakan segala sesuatu yang indah pada waktunya. Dia menyediakan segala yang terbaik bagi kita, bahkan yang tidak kita tahu sekalipun. Kemampuan manusia terbatas untuk menyadari apa yang terbaik bagi diri kita di masa depan, namun percayalah pada Tuhan, karena Dia tahu apa yang terbaik bagi kita, dan telah menyediakannya. Tuhan selalu siap memberikan jawaban yang tepat sesuai waktuNya, dan itulah yang terbaik. Bahkan ketika Tuhan tidak memberikan apa yang anda minta, itupun hanya untuk kebaikan kita sendiri juga. Bapa adalah Allah yang Maha Tahu. Jika orang tua kita pun tahu memberikan yang terbaik bagi kita, apalagi Bapa di surga. Kita dipersilahkan meminta pada Tuhan dalam doa-doa kita, tapi jangan memaksakan kehendak. Ingat bahwa Yesus sendiri mengajarkan demikian: "...tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42). Serahkan sepenuhnya pada Tuhan. He will give you nothing but the best.
Percayakan semua pada Tuhan Yang Maha Tahu, Dia telah menyediakan segala sesuatu indah pada waktunya
========================
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."
Saat ini jika sebuah pertanyaan diajukan kepada anda: apakah anda menganggap Tuhan sudah bersikap adil pada anda, apa yang menjadi jawabannya? Puji Tuhan jika anda menjawab ya. Tapi ada banyak orang yang menganggap belum, kurang atau bahkan tidak. Seringkali orang berdoa meminta sesuatu, namun ketika doanya belum dikabulkan, atau tidak dikabulkan, mereka akan merasa sangat kecewa dan menganggap Tuhan ingkar janji, pilih kasih dan tidak adil. Seorang teman pernah dengan kecewa mengatakan bahwa apa yang dijanjikan Yesus dalam Matius 7:7-8 hanyalah sesuatu yang hanya berlaku bagi orang tertentu, pastinya bukan dia. Benarkah demikian? Saya yakin sekali tidak demikian. Perasaan seperti itu bisa muncul apabila kita memandang firman Tuhan hanya secara sepihak dari kacamata manusia semata. Ketidaksabaran dan pengertian yang sangat dangkal akan janji Tuhan bisa membuat kita dengan cepat merasa dikecewakan.
Ayat hari ini berbicara mengenai hal yang sangat penting untuk kita perhatikan. "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir." (Pengkotbah 3:11). Ini sebuah pesan dari Tuhan agar kita tetap sadar dan tidak mencoba merasionalisasikan rencana Tuhan hanya secara sepihak lewat kacamata kita. Tidak tepat apabila kita "memerintah" Tuhan untuk memberikan segala yang kita inginkan, yang menurut kita terbaik bagi kita. Padahal Tuhan jelas Maha Tahu, dan Dia berjanji untuk memberikan segala yang terbaik kepada kita anak-anakNya. Artinya, Tuhan pasti jauh lebih tahu mana yang terbaik buat kita masing-masing. Apa yang menurut kita terbaik, belum tentu terbaik. Tapi Tuhan tahu apa yang terbaik buat kita. Itu pasti.
Mari kita lihat secara lengkap apa yang dikatakan Yesus dalam Injil Matius di atas. "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Matius 7:7-8). Jika kita hanya membaca ayat ini saja, maka kita akan mendapatkan pemahaman yang keliru mengenai janji Tuhan. Ya, benar bahwa Yesus mengatakan bahwa kita akan menerima apa yang kita minta. Tapi jika kita lanjutkan kepada ayat-ayat berikutnya, kita akan melihat pengertian yang lebih jelas mengenai hal pengabulan doa. "Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,atau memberi ular, jika ia meminta ikan?" (ay 9-10). Mungkinkah kita memberikan sesuatu yang membahayakan dan mematikan kepada anak-anak kita sendiri? Mungkinkah kita mau mencelakakan mereka? Sebagai orang tua yang baik, kita tidak mungkin memenuhi semua permintaan mereka. Saya ambil sebuah contoh. Jika mereka minta permen terus menerus, apa yang anda lakukan sebagai orang tua yang baik? Anda berikan setiap mereka minta, atau anda harus tahu kapan harus menolak? Tentu anda harus tahu kapan anda harus memberi, dan kapan anda harus menolak. Itu namanya orang tua yang baik. Menuruti mereka sepenuhnya sama artinya dengan menjerumuskan atau merugikan masa depan mereka! Anak-anak akan terus meminta permen karena mereka suka dengan rasanya yang manis, atau warna-warni menarik. Menurut mereka itu yang terbaik bagi mereka, padahal tidak demikian. Sebagai orang tua, tentu kita akan jauh lebih tahu apa yang terbaik bagi mereka. Jika orang tua saja tahu, apalagi Tuhan, Sang Pencipta yang sangat mengasihi kita. Dan itulah yang dikatakan Yesus dalam ayat selanjutnya. "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (ay 11).
Jika kita hubungkan dengan ayat bacaan hari ini, maka kita akan melihat gambaran keseluruhan dengan jelas. Tuhan selalu menyediakan segala sesuatu yang indah pada waktunya. Dia menyediakan segala yang terbaik bagi kita, bahkan yang tidak kita tahu sekalipun. Kemampuan manusia terbatas untuk menyadari apa yang terbaik bagi diri kita di masa depan, namun percayalah pada Tuhan, karena Dia tahu apa yang terbaik bagi kita, dan telah menyediakannya. Tuhan selalu siap memberikan jawaban yang tepat sesuai waktuNya, dan itulah yang terbaik. Bahkan ketika Tuhan tidak memberikan apa yang anda minta, itupun hanya untuk kebaikan kita sendiri juga. Bapa adalah Allah yang Maha Tahu. Jika orang tua kita pun tahu memberikan yang terbaik bagi kita, apalagi Bapa di surga. Kita dipersilahkan meminta pada Tuhan dalam doa-doa kita, tapi jangan memaksakan kehendak. Ingat bahwa Yesus sendiri mengajarkan demikian: "...tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42). Serahkan sepenuhnya pada Tuhan. He will give you nothing but the best.
Percayakan semua pada Tuhan Yang Maha Tahu, Dia telah menyediakan segala sesuatu indah pada waktunya
Tuesday, April 14, 2009
The World's Greatest Dad
Ayat bacaan: Keluaran 20:12
======================
"Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu."
Sudah menjadi problema umum ketika anak menginjak masa-masa puber, mereka akan menjadi sedikit (atau banyak) berubah sikapnya. Mereka biasanya bersikap memberontak, atau banyak pula yang menjadi berjarak/menjauh dari orang tuanya. Seorang teman yang baru saja ketemu lagi sejak sekian lama berkata, ia sedang menikmati masa-masa dimana anaknya lucu dan dekat dengannya. "Sebentar lagi, ketika ia remaja, saya harus siap kehilangan dia." begitu katanya. Rasanya kita semua mengalami fase-fase seperti ini. Saya sendiri tidak lebih baik dari anda. Saya sempat menjadi pemberontak, melawan orang tua walaupun mungkin dalam hati saya tahu bahwa apa yang mereka putuskan itu adalah yang terbaik buat saya. Namun saya tidak tahu mengapa, di usia baru menginjak remaja itu rasanya semuanya serba salah. Sebagian orang menyebut itu akibat perubahan hormon, yang kemudian menyebabkan adanya perubahan tingkah laku. Saya tidak tahu pasti, karena saya bukan dokter. Tapi memang, di usia-usia memasuki puber, ada perubahan signifikan dari perilaku anak terhadap orang tuanya. Dan terkadang perilaku memberontak itu tinggal menetap dalam perilaku si anak hingga dewasa, bahkan hingga tua. Sebagian berdalih bahwa orang tuanya kuno, tidak tahu perkembangan jaman, atau tidak bisa melihat anaknya senang dan sebagainya. Saya tidak memungkiri bahwa ada banyak orang tua yang gagal memenuhi fungsinya sebagai orang tua yang baik bagi anaknya. Ada banyak orang tua yang terlalu sibuk sehingga tidak sempat membagi waktu ketika anaknya membutuhkan mereka. Namun apakah itu berarti kita memiliki alasan kuat untuk melawan mereka?
Ayat hari ini hadir dalam hati saya menjelang ulang tahun ayah saya. Perjalanan hubungan saya dengan ayah saya bisa dibilang tidak mulus. Ketika menginjak remaja, saya mulai membuat jarak dengannya. Padahal waktu kecil saya sangat dekat dengannya. Saya sempat tidak bicara dengannya hingga bertahun-tahun, meski saya tinggal satu rumah! Padahal secara umum, ayah saya adalah orang yang luar biasa. Dalam keadaan seperti apapun dia tetap bertanggungjawab penuh terhadap keluarga. Dia juga orang yang luar biasa sabar. Tapi begitulah yang terjadi.. saya memberontak dan menjadi keras tanpa alasan jelas. Hal itu berlanjut hingga saya dewasa. Risih rasanya untuk ngobrol dengannya. Lalu setelah saya lahir baru, ia ternyata menentang hal tersebut. Ayah saya bukanlah pengikut Kristus. Saya sempat dilarang beribadah. Tapi Tuhan memang ajaib. Menghadapi hal itu, saya justru memiliki sikap yang berubah 180 derajat. Hati saya dilembutkan secara luar biasa dan tetap mengasihi ayah saya. Sejak saya lahir baru, satu janji Tuhan digenapi, bahwa ada pemulihan hubungan keluarga. Antara saya dengan ayah saya, antara saya dengan adik saya. Sayang ibu saya sudah keburu meninggal dunia ketika pemulihan terjadi. Saya yakin ia akan sangat bahagia jika berkesempatan melihat pemulihan luar biasa ini. Secara perlahan, hubungan saya dan ayah saya semakin baik dari waktu ke waktu. Hari ini, meskipun kami tinggal di kota yang berbeda, tapi hubungan kami begitu mesra. Ada perasaan menyesal bahwa saya menyia-nyiakan waktu untuk dekat dengannya selama bertahun-tahun, tapi yang pasti saat ini saya akan terus memanfaatkan waktu yang tersisa untuk menyayanginya. He is a great dad, and I'm proud of him.
Perintah ke 5 dari 10 perintah Allah yang diturunkan pada Musa berisi pesan dari Tuhan agar kita senantiasa menghormati orang tua kita. "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Keluaran 20:12). Disana tidak ditulis: "hormatilah ayah dan ibumu jika mereka baik padamu", atau "hormatilah ayah dan ibumu jika mereka menuruti permintaanmu". Tidak. Disana dengan tegas dikatakan "Hormatilah ayahmu dan ibumu", dalam kondisi apapun. Agar apa? Lanjutannya: "supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." Hal ini berbicara tegas mengenai betapa Tuhan menganggap penting sebuah penghormatan terhadap orang tua, dalam kondisi atau alasan apapun. Ya, terkadang ada orang tua yang gagal memberikan kasih dan perhatian, ada yang bersikap terlalu keras, kasar bahkan kejam. Namun tetap saja, seorang anak tidaklah boleh membenci orang tuanya, baik secara halus, apalagi secara kasar. Dalam kitab Keluaran, kita melihat Tuhan menuntut hukuman mati bagi orang yang memukul atau mengutuki orang tuanya. "Siapa yang memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati.....Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati." (Keluaran 21:15,17). Ini tidak main-main. Tuhan sejak lama sudah mengingatkan kita untuk tetap memberikan penghormatan yang sepantas-pantasnya bagi orang tua kita apapun alasannya. Mengasihi dan mendoakan mereka, membantu mereka, menghibur mereka. Dalam Perjanjian Baru kita masih mendapatkan pesan mengenai hal ini. "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan." (Kolose 3:20). Memang ada pengecualian, jika para orang tua memberikan perintah yang bertentangan dengan firman Tuhan. "..Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia." (Kisah Para Rasul 5:29). Namun tetap saja kita harus menghormati mereka, tidak membenci, tidak dendam apalagi sampai mengutuk.
Ketika kita mudah mengucapkan terima kasih ketika seseorang melakukan perbuatan baik, sudahkah kita mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kita yang telah mengorbankan begitu banyak dari mereka untuk membesarkan kita? Saya yakin, orang tua kita rindu kita datang pada mereka dan mengatakan betapa kita mencintai mereka dan sangat bersyukur memiliki orang tua yang luar biasa. Tahun lalu, saya membelikan ayah saya sebuah kaos oblong bertuliskan "The World's Greatest Dad", dan ia langsung memakainya kemana-mana dengan bangga. Saya bersyukur memiliki ayah yang luar biasa, terlepas dari masalah-masalah apapun yang pernah terjadi di masa lalu. Nobody's perfect, tapi saya tahu dia sudah berusaha sebaik mungkin menjadi ayah yang terbaik bagi saya. Katakan anda mencintai mereka sekarang juga, sebelum semuanya terlambat. Itu akan sangat berarti bagi mereka. Waktu akan terus berlalu, jangan sampai menyesal ketika waktu untuk menyatakan itu tidak lagi tersedia.
Express your love to your parents right now when you still have the chance
======================
"Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu."
Sudah menjadi problema umum ketika anak menginjak masa-masa puber, mereka akan menjadi sedikit (atau banyak) berubah sikapnya. Mereka biasanya bersikap memberontak, atau banyak pula yang menjadi berjarak/menjauh dari orang tuanya. Seorang teman yang baru saja ketemu lagi sejak sekian lama berkata, ia sedang menikmati masa-masa dimana anaknya lucu dan dekat dengannya. "Sebentar lagi, ketika ia remaja, saya harus siap kehilangan dia." begitu katanya. Rasanya kita semua mengalami fase-fase seperti ini. Saya sendiri tidak lebih baik dari anda. Saya sempat menjadi pemberontak, melawan orang tua walaupun mungkin dalam hati saya tahu bahwa apa yang mereka putuskan itu adalah yang terbaik buat saya. Namun saya tidak tahu mengapa, di usia baru menginjak remaja itu rasanya semuanya serba salah. Sebagian orang menyebut itu akibat perubahan hormon, yang kemudian menyebabkan adanya perubahan tingkah laku. Saya tidak tahu pasti, karena saya bukan dokter. Tapi memang, di usia-usia memasuki puber, ada perubahan signifikan dari perilaku anak terhadap orang tuanya. Dan terkadang perilaku memberontak itu tinggal menetap dalam perilaku si anak hingga dewasa, bahkan hingga tua. Sebagian berdalih bahwa orang tuanya kuno, tidak tahu perkembangan jaman, atau tidak bisa melihat anaknya senang dan sebagainya. Saya tidak memungkiri bahwa ada banyak orang tua yang gagal memenuhi fungsinya sebagai orang tua yang baik bagi anaknya. Ada banyak orang tua yang terlalu sibuk sehingga tidak sempat membagi waktu ketika anaknya membutuhkan mereka. Namun apakah itu berarti kita memiliki alasan kuat untuk melawan mereka?
Ayat hari ini hadir dalam hati saya menjelang ulang tahun ayah saya. Perjalanan hubungan saya dengan ayah saya bisa dibilang tidak mulus. Ketika menginjak remaja, saya mulai membuat jarak dengannya. Padahal waktu kecil saya sangat dekat dengannya. Saya sempat tidak bicara dengannya hingga bertahun-tahun, meski saya tinggal satu rumah! Padahal secara umum, ayah saya adalah orang yang luar biasa. Dalam keadaan seperti apapun dia tetap bertanggungjawab penuh terhadap keluarga. Dia juga orang yang luar biasa sabar. Tapi begitulah yang terjadi.. saya memberontak dan menjadi keras tanpa alasan jelas. Hal itu berlanjut hingga saya dewasa. Risih rasanya untuk ngobrol dengannya. Lalu setelah saya lahir baru, ia ternyata menentang hal tersebut. Ayah saya bukanlah pengikut Kristus. Saya sempat dilarang beribadah. Tapi Tuhan memang ajaib. Menghadapi hal itu, saya justru memiliki sikap yang berubah 180 derajat. Hati saya dilembutkan secara luar biasa dan tetap mengasihi ayah saya. Sejak saya lahir baru, satu janji Tuhan digenapi, bahwa ada pemulihan hubungan keluarga. Antara saya dengan ayah saya, antara saya dengan adik saya. Sayang ibu saya sudah keburu meninggal dunia ketika pemulihan terjadi. Saya yakin ia akan sangat bahagia jika berkesempatan melihat pemulihan luar biasa ini. Secara perlahan, hubungan saya dan ayah saya semakin baik dari waktu ke waktu. Hari ini, meskipun kami tinggal di kota yang berbeda, tapi hubungan kami begitu mesra. Ada perasaan menyesal bahwa saya menyia-nyiakan waktu untuk dekat dengannya selama bertahun-tahun, tapi yang pasti saat ini saya akan terus memanfaatkan waktu yang tersisa untuk menyayanginya. He is a great dad, and I'm proud of him.
Perintah ke 5 dari 10 perintah Allah yang diturunkan pada Musa berisi pesan dari Tuhan agar kita senantiasa menghormati orang tua kita. "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Keluaran 20:12). Disana tidak ditulis: "hormatilah ayah dan ibumu jika mereka baik padamu", atau "hormatilah ayah dan ibumu jika mereka menuruti permintaanmu". Tidak. Disana dengan tegas dikatakan "Hormatilah ayahmu dan ibumu", dalam kondisi apapun. Agar apa? Lanjutannya: "supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." Hal ini berbicara tegas mengenai betapa Tuhan menganggap penting sebuah penghormatan terhadap orang tua, dalam kondisi atau alasan apapun. Ya, terkadang ada orang tua yang gagal memberikan kasih dan perhatian, ada yang bersikap terlalu keras, kasar bahkan kejam. Namun tetap saja, seorang anak tidaklah boleh membenci orang tuanya, baik secara halus, apalagi secara kasar. Dalam kitab Keluaran, kita melihat Tuhan menuntut hukuman mati bagi orang yang memukul atau mengutuki orang tuanya. "Siapa yang memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati.....Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati." (Keluaran 21:15,17). Ini tidak main-main. Tuhan sejak lama sudah mengingatkan kita untuk tetap memberikan penghormatan yang sepantas-pantasnya bagi orang tua kita apapun alasannya. Mengasihi dan mendoakan mereka, membantu mereka, menghibur mereka. Dalam Perjanjian Baru kita masih mendapatkan pesan mengenai hal ini. "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan." (Kolose 3:20). Memang ada pengecualian, jika para orang tua memberikan perintah yang bertentangan dengan firman Tuhan. "..Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia." (Kisah Para Rasul 5:29). Namun tetap saja kita harus menghormati mereka, tidak membenci, tidak dendam apalagi sampai mengutuk.
Ketika kita mudah mengucapkan terima kasih ketika seseorang melakukan perbuatan baik, sudahkah kita mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kita yang telah mengorbankan begitu banyak dari mereka untuk membesarkan kita? Saya yakin, orang tua kita rindu kita datang pada mereka dan mengatakan betapa kita mencintai mereka dan sangat bersyukur memiliki orang tua yang luar biasa. Tahun lalu, saya membelikan ayah saya sebuah kaos oblong bertuliskan "The World's Greatest Dad", dan ia langsung memakainya kemana-mana dengan bangga. Saya bersyukur memiliki ayah yang luar biasa, terlepas dari masalah-masalah apapun yang pernah terjadi di masa lalu. Nobody's perfect, tapi saya tahu dia sudah berusaha sebaik mungkin menjadi ayah yang terbaik bagi saya. Katakan anda mencintai mereka sekarang juga, sebelum semuanya terlambat. Itu akan sangat berarti bagi mereka. Waktu akan terus berlalu, jangan sampai menyesal ketika waktu untuk menyatakan itu tidak lagi tersedia.
Express your love to your parents right now when you still have the chance
Subscribe to:
Posts (Atom)
Kacang Lupa Kulit (4)
(sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...