Monday, October 2, 2017

Nilai Spiritual dari Profesi/Pekerjaan (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Kolose 3:23
===================
"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk  manusia."

Seperti yang telah kita bahas cukup panjang dalam renungan terdahulu, banyak orang yang memisahkan kehidupan rohaninya dan kehidupan sehari-hari. Mereka mengira bahwa profesi atau pekerjaan di market place itu tidak ada urusannya dengan kegiatan rohani. Kerja ya kerja, rohani ya nanti di gereja, atau kalau mau lebih ya nanti doa sebelum tidur atau saat teduh. Begitu urusan doa, nyanyi pujian penyembahan atau beribadah Minggu selesai, maka selesai pula yang namanya kegiatan rohani dan kembali masuk kepada urusan dunia. Urusan dunia dimana mereka akan berkejar-kejaran untuk mendapatkan lebih dan lebih lagi. Supaya lancar cari cara untuk menyogok, sikat kompetitor sebisa mungkin, manipulasi pendapatan supaya pajak bisa lebih kecil, pakai uang perusahaan untuk kepentingan pribadi merupakan bagian dari kerja. Ada orang yang suatu kali datang menjual produk kopi dan makanan ringan bermerek dengan harga sangat miring. Ia ternyata merupakan karyawan di pabrik itu yang tahu bagaimana mengambil sebagian hasil produksi untuk dijual diluar sehingga ia bisa mendapatkan uang dari sana.

Wah, mencuri dong? "Tenang saja, cuma sedikit kok. Perusahaan juga tidak bakalan bangkrut kalau cuma sedikit seperti ini." katanya ringan. Ketika saya ingatkan bahwa itu dosa, ia kembali berkata: "ah tenang saja pak, Tuhan ngerti kok saya butuh lebih." Tuhan ngerti? Tuhan kasih dispensasi untuk melakukan kecurangan yang mencemari kekudusanNya? I don't think so. Jangan salah, orang ini mudah ditemukan di ibadah raya dan tertanam pada sebuah gereja. Ironis dan menyedihkan kalau melihat perilaku seperti ini dilakukan orang percaya. Bagaimana mau mengharapkan perubahan ke arah yang lebih baik kalau anak-anak Tuhan masih ada yang punya mental seperti ini?

Kemarin kita sudah melihat pentingnya menempatkan profesi sebagai bagian dari kehidupan rohani kita sehari-hari. Sudah seharusnya pekerjaan tidak kita pisahkan dari keseriusan kita untuk membangun kerohanian. Meski kita punya kewajiban untuk bisa mendukung kegerakan gereja dimana kita tertanam seperti pohon yang memberi manfaat ke tanah dan lokasi dimana ia bertumbuh, kita tidak boleh memandang profesi kita sebagai bagian yang terpisahkan dari kehidupan rohani. Singkatnya, profesimu adalah pelayananmu yang punya makna spiritual seperti halnya ibadah-ibadah yang kita lakukan.

Hari ini saya ingin menggali lebih dalam mengenai makna spiritual atau rohani dari pekerjaan/profesi. Kita bekerja untuk menyambung hidup, itu benar. Bahwa kita harus bekerja untuk mencari nafkah, mencukupi kehidupan rumah tangga dan kebutuhan istri dan anak-anak, itupun benar. Bekerja merupakan kewajiban bagi kita untuk dilakukan dengan serius dan sungguh-sungguh, tentu saja. Dan Firman Tuhan memandang sangat serius akan hal itu. Bahkan secara tegas Paulus berkata "Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Tapi kita tidak boleh mengabaikan bahwa pekerjaan dan kehidupan rohani tidaklah boleh dipisahkan. Tidak ada kemalasan dalam kamus kehidupan kekristenan, dan tidak ada alasan apapun yang bisa membenarkan kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang melawan prinsip kebenaran dalam pekerjaan kita.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker