Tuesday, October 24, 2017

Iman, Orang Benar dan Kasih Karunia (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Ibrani 11:7
===================
"Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya."

Seperti banyak orang, saya dahulu mengambil les mengemudi agar bisa menyetir mobil sendiri saat saya berusia 18 tahun. Selama dua minggu saya diajarkan dan langsung praktek di jalan raya. Saya dikenalkan pada jalan yang lengang dan menghadapi macet. Belajar mundur buat saya adalah yang tersulit karena posisinya terbalik ke belakang. Setelah lulus, saya menyadari bahwa ternyata saya harus menyesuaikan diri lagi untuk benar-benar terjun ke jalan. Masalahnya, selama kursus menyetir instruktur punya rem dan kopling sendiri. Jadi kalau saya lupa atau kurang injak, instrukturlah yang akan mencegah terjadinya tabrakan dengan kendaraan lain. Kalau setir kurang lurus atau terlalu mepet, dia juga yang memperbaiki arah mobil. Kalau terlalu kencang diingatkan, kalau terlalu pelan diingatkan. Saat tidak ada lagi instruktur dan ekstra kopling dan rem disamping saya, maka disanalah ujian sebenarnya untuk mengetahui apakah saya sudah cukup mahir atau belum. Lumayan sulit, karena ada banyak hal yang harus saya perhatikan seperti menjaga kecepatan yang pas dengan flow di jalan, menjaga agar mobil tidak berbenturan dengan mobil lain, menjaga jarak rem, bagaimana ganti kopling agar mesin jangan sampai mati dan deg-degannya jika harus parkir mundur apalagi parkir paralel. Kemudian melatih reflek mengerem atau membanting setir kalau-kalau ada situasi mendadak yang mungkin saja dilakukan oleh pengendara lain yang tidak disiplin.

Soal iman bisa jadi mirip proses di atas. Ada masa dimana kita belajar agar mengalami pertumbuhan iman, tapi apakah iman yang kita punya memang sudah cukup besar atau tidak baru akan teruji saat berhadapan langsung dengan situasi nyata. Dari reaksi kita menyikapi masalah dan keputusan yang kita ambil, kita bisa melihat apakah iman kita sudah semakin besar dan kuat atau masih tidak bertumbuh, atau jangan-jangan malah menyusut. Apakah kita gampang panik, cemas, takut saat berhadapan dengan masalah, segera kecewa dan menyalahkan Tuhan, tidak sabaran dan mengambil jalan-jalan pintas yang mengarah pada kuasa kegelapan, itu semua menunjukkan bahwa iman kita masih perlu dibenahi secara serius. Atau, dalam menghadapi panggilan atau tugas dari Tuhan, apakah kita taat melakukan tepat seperti yang Tuhan mau meski awalnya terlihat aneh, terlalu sulit atau sangat berat, atau kita terus menunda, tak henti bertanya dan lebih suka mengelak. Selain reaksi menghadapi masalah, reaksi dalam menyikapi tugas/panggilan pun bisa kita jadikan salah satu penanda sampai dimana iman kita saat ini.

Pertanyaannya, seberapa besar sebetulnya iman yang dibutuhkan agar bisa tetap berjalan dalam kebenaran dalam situasi apapun? Yesus mengatakan kita bukan butuh yang sebesar gunung, sebesar pulau atau bumi, tapi kalau kita punya sebesar biji sesawi saja maka tidak ada yang mustahil bagi kita. Sebesar apa biji sesawi itu? Biji sesawi bukan seperti biji salak atau jeruk, tapi jauh lebih kecil dengan diameter kurang dari satu milimeter. Punya iman sebesar itu saja dampaknya sudah luar biasa. Kalau kita masih mudah goyah, gampang panik, masih suka mengambil cara-cara keliru, menduakan Tuhan dan sebagainya saat menghadapi masalah atau tugas dari Tuhan, itu artinya iman kita masih jauh lebih kecil ketimbang biji sesawi yang kecil itu.

Iman sebagai sebuah kata sangat mudah untuk diucapkan tapi seringkali sulit untuk dipraktekkan. Padahal implikasi dan aplikasi iman sungguh luas, begitu luas sehingga Yesus berkata bahwa jika sekiranya saja kita memiliki iman sebesar biji sesawi saja maka gunung sekalipun akan pindah, dan dengan iman tidak akan ada hal yang mustahil lagi bagi kita. (Matius 17:20). Kita mudah mengatakan bahwa kita beriman pada Kristus terutama saat hidup sedang berada pada keadaan baik, nyaman tanpa gangguan masalah. Tapi bisa menjadi begitu sulit untuk direalisasikan ketika berbagai masalah sedang menjungkirbalikkan kita ke titik terendah. Semua orang boleh mengaku sudah memiliki iman tapi segalanya akan terlihat jelas dari bagaimana reaksi dan tindakan kita dalam menghadapi situasi sulit, sebuah ketidakpastian, hal yang secara logis mustahil atau bahkan hal yang belum bisa kita lihat secara nyata. Reaksi dan tindakan kita akan menunjukkan secara nyata sejauh dan sebesar apa iman kita, sejauh mana kita percaya, sejauh mana kita bisa taat kepada Tuhan.

Apa yang dimaksud dengan iman? Penulis Ibrani sudah memberikan jawabannya. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Dalam bahasa Inggris, dikatakan demikian: "Now faith is the assurance of the things we hope for, being the proof of things we do not see and the conviction of their reality" Iman adalah jaminan atas segala sesuatu yang kita harapkan, bukti dari segala sesuatu yang tidak/belum kita lihat, dan mempunyai kepastian sebagai sesuatu yang nyata, meski tidak terlihat sekalipun. Kemudian penjelasan selanjutnya: "Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat." (Ay 2-3). Berbagai kesaksian luar biasa yang dialami begitu banyak nabi dalam Perjanjian Lama semuanya oleh karena iman mereka. Dan iman lah yang membuat kita bisa mengerti bahwa alam semesta yang bisa kita lihat saat ini, semua terjadi karena firman Tuhan, yang tidak dapat kita lihat.

Dalam beberapa renungan terdahulu kita sudah melihat banyak inspirasi dan bukti dari kisah Nuh. Hari ini mari kita fokus dari sisi imannya.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker