Monday, October 23, 2017

Ikan Salmon dan Nuh (3)

webmaster | 10:00:00 PM |
(sambungan)


Seperti yang kita sudah bahas dalam renungan sebelumnya, Nuh ditugaskan Tuhan untuk membangun bahtera berukuran super besar. Jelas hal ini tidak mudah apalagi untuk orang yang sudah lanjut usia seperti Nuh. Dia belum pernah melihat kapal, ia tinggal di dataran tinggi, jadi ia pasti bingung dengan tugas ini. Belum lagi ia harus menebang pohon-pohon besar supaya bisa menyelesaikan pembangunan bahtera alias kapal kayu berukuran raksasa seperti yang dipesan Tuhan. Apa yang ia alami semasa membangun? Saya yakin ia harus menghadapi ejekan dari orang-orang bermoral rusak parah saat itu. Tapi ia tetap taat. Ia tidak ragu, tidak mengeluh, tidak banyak tanya, melainkan patuh melakukan tepat seperti yang diinginkan Tuhan. Lewat bahtera inilah kemudian Nuh dan keluarganya beserta segala jenis hewan sepasang-sepasang diselamatkan dari hujan lebat selama 40 hari 40 malam nonstop yang menenggelamkan seisi bumi. Ia diselamatkan dari bencana air bah dan mulai membangun peradaban lagi termasuk kelangsungan hidup hewan-hewan yang ada dalam bahtera.

Nuh berani tampil beda melawan arus dunia. Nuh sadar betul untuk mengambil pilihan hidup taat kepada Tuhan, sebuah standar hidup yang seharusnya dimiliki oleh umat Tuhan seperti yang Dia inginkan saat menciptakan kita secara begitu istimewa. Nuh tahu bahwa ia tidak harus ikut-ikutan terseret arus dunia dengan alasan apapun.

Seringkali kita memilih berkompromi terhadap dosa dan mencari pembenaran karena kita terlalu takut untuk disisihkan atau dipinggirkan dari pergaulan, takut dianggap tidak gaul dan sebagainya. Kita mudah jatuh pada cara berpikir dunia yang begitu terobsesi kepada kemewahan sehingga menghalalkan segala cara agar bisa memperoleh semuanya. Tapi kalau Nuh bisa, dan kita lihat bahwa ia merupakan satu-satunya kepala keluarga yang mendapat kasih karunia Tuhan pada jamannya, kenapa kita tidak?

Bukan itu saja, kedekatan Nuh yang bergaul dengan Tuhan secara erat membuatnya memiliki iman yang luar biasa. Jika membaca alkitab sebelum jaman Nuh, tidak ada satupun catatan yang menyatakan bahwa hujan besar pernah turun. Dan pada saat itu, Nuh disuruh membangun sebuah bahtera berukuran sangat besar saat sudah tua, di atas bukit, ditengah masyarakat yang sudah sangat parah kerusakannya. Tapi Nuh tidak peduli dengan semua itu. Itu bentuk iman Nuh, yang memilih untuk taat kepada perintah Allah meski apa yang akan terjadi belum dapat dilihat oleh Nuh sama sekali. Penulis Ibrani pun menyinggung hal ini. "Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya." (Ibrani 11:7).

Nuh berani memutuskan untuk hidup tidak serupa dengan dunia. Nuh berani menghadapi konsekuensi dibenci, disisihkan atau disingkirkan dari pergaulan di sekelilingnya. Baginya hubungan erat dengan Tuhan adalah jauh lebih penting dari segala kepentingan dunia dan itu keputusan yang membuat Tuhan berkenan unuk menyingkapkan rahasiaNya kepada Nuh.

Apa yang dilakukan Nuh adalah melangkah dengan iman, sebuah keputusan untuk taat sepenuhnya kepada Allah dengan langkah mantap, tanpa keraguan. Dan itulah yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan. Dari masa ke masa dunia akan selalu menjadi medan yang sulit bagi kita, namun sesulit apapun jangan sampai kita memilih untuk berkompromi dengan berbagai hal yang menyakiti hati Tuhan demi kepentingan duniawi sesaat. Kita bisa belajar dari teladan Nuh dan imannya yang taat. Jadilah orang-orang yang berani tampil beda, yang berani melawan arus dunia, tidak serupa dengan dunia yang cenderung mengecewakan Tuhan.

Firman Tuhan berkata: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Firman Tuhan sudah mengingatkan bahwa dunia memiliki cara pandang yang sangat berbeda dengan prinsip kebenaran KerajaanNya. Sepintas dunia menawarkan begitu banyak kenikmatan, tapi sesungguhnya saat kita mengikutinya, kita sedang bersama-sama dengannya menuju kehancuran. "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:17).

Karena itulah kita jangan sampai serupa dengan dunia yang penuh kerusakan dan kesesatan, tetapi kita harus terus menghidupi jati diri kita sebagai manusia baru yang terus bertumbuh terus menerus, sehingga kita bisa peka membedakan mana yang menjadi kehendak Allah dan mana yang bukan, lantas melakukan kehendak Allah sepenuhnya. Itulah yang akan membawa kita tetap berada dalam kasih karuniaNya dan akan hidup kekal bersama Tuhan selama-lamanya.

Hidup melawan arus kesesatan dunia akan membawa kita menerima kasih karunia Allah

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker