Saturday, October 7, 2017

Bergembira Atas Pekerjaan (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Pengkhotbah 3:22
=======================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"

Ada seorang bapak tua penjual nasi/mi goreng tek-tek yang setiap malam lewat di depan rumah saya. Saya mengenalnya dengan baik karena sering membeli jualannya. Ia punya dua orang anak yang masih sekolah dan seorang istri yang tinggal di kota lain. Istrinya sering sakit-sakitan di bagian perut, dan kalau lagi kumat ia pun harus pulang melihat istrinya, artinya ia terpaksa tidak jualan selama beberapa hari. Ia berjualan sampai lewat tengah malam, menempuh jarak begitu jauhnya setiap hari dengan berjalan kaki dan memanggul pikulan. Mau langit cerah, mau hujan, ia harus tetap jualan kalau mau memperoleh penghasilan. Berat? Pasti. Ia berkata bahwa kondisi jauh dari istri yang sakit-sakitan sangatlah menyita pikirannya. Belum lagi memikirkan kontrakan dan biaya sekolah anak. Mungkin kita menganggap pekerjaannya bukanlah pekerjaan favorit. Tapi menariknya, bapak ini tidak pernah murung saat berjualan. Ia tetap ceria dan mengatakan bahwa adalah sebuah berkah saat ia masih diberi kesehatan dan kekuatan untuk jualan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. "Coba kalau tidak pak, bagaimana nasib keluarga saya?" katanya.

Sikap bapak ini sangat memberkati saya. Tidaklah mudah untuk keluar setiap malam berjalan puluhan kilometer memanggul beban lumayan berat. Dan tidaklah mudah untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga termasuk biaya sekolah anak dengan hanya berjualan nasi dan mi goreng. Tapi ternyata ia masih bisa memenuhi semua itu. Dan ya, bapak ini benar. Itu jelas merupakan berkat dari Tuhan. Kalau berkat Tuhan turun atas kita, bukankah kita seharusnya bisa mensyukuri dan bersukacita di dalamnya?

Seharusnya mungkin demikian. Tapi kenyataannya ada banyak orang yang tidak menikmati pekerjaannya. Mereka hanya melakukan karena terpaksa dengan berbagai alasan, diantaranya untuk mencari nafkah atau karena diturunkan dari orang tua, bukan karena passion pada pekerjaan itu atau bahkan merasa bahwa apa yang dikerjakan bukanlah panggilannya. Ada yang terus gonta-ganti pekerjaan yang bedanya sangat kontras. Hari ini buka usaha fotokopi, besok ikut MLM, minggu depan sudah jualan makanan dan seterusnya. Tidak ada satupun pekerjaan yang bisa membuatnya betah. Hari ini dirintis, lusa sudah ganti lagi. Kalau sudah begitu bagaimana bisa menikmati, dan kemudian bergembira atas pekerjaan? Ada orang yang saya kenal sudah menjadi dosen sukses, tapi kemudian secara drastis berubah jadi petugas penjaga pantai di negara lain. Meninggalkan anak dan orang tuanya di usia yang sudah hampir 50 tahun.

Mau cari yang lebih mapan? Tidak juga, karena profesinya sebagai dosen sebenarnya sudah sangat mapan dan lebih dari cukup. Alasan mereka ini punya benang merah: mereka tidak merasa bahagia dengan pekerjaannya. Selain dua alasan umum di atas, ada juga alasan lain yang mendatangkan ketidakbahagiaan dalam bekerja ini seperti pendapatan tidak cukup memadai,  bosan, merasa tidak berkembang bahkan tidak sedikit yang merasa kerjanya kurang bonafit atau juga merasa salah profesi. Ada lagi yang saya kenal baik sebenarnya sangat sukses sebagai pengusaha dengan banyak karyawan, secara finansial dia lebih dari cukup tapi tetap saja ia mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya. "Semakin lama saya semakin merasa bukan ini yang harusnya saya lakukan. Tapi mau bagaimana lagi, masa mau ditutup usaha yang sudah turun temurun ini?" katanya.

Di satu sisi, kita perlu mencari tahu dengan sepenuhnya apa yang sebenarnya menjadi panggilan Tuhan untuk kita. Itu sangatlah penting karena bukan saja kita tidak bisa memenuhi rencana Tuhan yang Dia cetak dalam blueprint saat menciptakan kita tapi juga bisa membuat kita sulit menikmati apa yang kita kerjakan, bergembira atasnya. Kalau tidak gembira, kita pun jadi sangat sulit untuk bersyukur. Bagaimana mau bersyukur dengan sepenuh hati kalau hati tidak merasa bahagia? Tapi di sisi lain, apapun pekerjaan kita, kita harus tahu bahwa Tuhan ingin kita bergembira dalam apa yang kita kerjakan, dalam apa yang menjadi profesi kita hari ini.

Adalah menarik jika melihat bahwa Pengkotbah sudah menyatakan hal itu yang tampaknya ia peroleh lewat perenungan, pengalaman dan kesaksiannya sendiri. "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). Dalam versi New International Version dikatakan "So I saw that there is nothing better for a person than to enjoy their work, because that is their lot. For who can bring them to see what will happen after them?" Merasa profesi sesuai minat dan bakat atau tidak, Pengkotbah menyimpulkan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada bergembira dalam pekerjaannya. Mengapa? Karena itu adalah bagian kita masing-masing, itu lahannya kita. Sebab, siapa yang tahu apa yang akan terjadi nanti? Bagaimana kalau nantinya usaha kita itu dipakai untuk menjadi berkat luar biasa bagi orang lain tapi kita tidak bisa sampai kesana karena mungkin keburu menyerah, atau karena kita tidak maksimal melakukannya gara-gara kita tidak bahagia dalam melakukannya?

Jika kita tidak berbahagia dengan pekerjaan, apa yang bisa kita dapatkan? Dan reaksi apa yang akan menjadi buah dari ketidakbahagiaan itu? Berkeluh kesah sepanjang hari? Mengasihani diri berlebihan? Emosi dan kemudian menjadikan orang-orang terdekat kita sebagai sasaran tembak muntahan emosi itu? Terus merasa tidak puas dan kehilangan damai sejahtera? Adakah itu membawa manfaat atau malah membuat etos kerja kita menurun, mengganggu orang lain bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri? Apakah baik apabila kita sulit bersyukur dan hanya bersungut-sungut tidak pernah merasa puas? Lihatlah seperti apa bahayanya kalau kita tidak bisa menikmati dan berbahagia atas pekerjaan atau profesi kita. Tidaklah mengherankan kalau Firman Tuhan mengingatkan kita untuk bisa menikmati dan bergembira atas pekerjaan kita.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker