Saturday, October 21, 2017

Ikan Salmon dan Nuh (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Kejadian 6:11-12
=========================
"Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi."

Apakah anda suka dengan ikan salmon? Ikan salmon adalah ikan yang dianggap banyak orang punya gizi tertinggi di antara jenis-jenis ikan. Kalaupun bukan yang tertinggi, kandungan gizinya memang sangat tinggi. Ditambah rasanya yang enak, ikan ini terbilang mahal harganya dan bisa dengan mudah ditemukan di restoran-restoran kelas atas. Penggemar sushi akan familiar dengan ikan ini, sedang penggemar steak ala Eropa pun tentu menyukai steak salmon. Ada banyak fakta menarik tentang ikan salmon. Ikan salmon adalah satu dari sedikit ikan yang bisa hidup di air tawar dan air laut. Salmon bereproduksi/bertelur di hulu sungai lantas menghabiskan sebagian besar kehidupannya di laut. Selain kemampuannya hidup di dua jenis air, ikan salmon kuat untuk berenang melawan arus dan sanggup melompat mendaki air terjun (kemampuan lompatnya bisa mencapai 3 meter) agar bisa bertelur di hulu sungai.

Berenang melawan arus dan mendaki air terjun jelas bukan urusan mudah. Jika anda pernah tercebur di sungai dengan arus deras, anda pasti tahu bahwa berenang melawan arus itu bukan main sulitnya. Kalau tidak cukup kuat dan punya daya tahan tinggi, sebentar kemudian kita pasti sudah menyerah hanyut terbawa arus. Bagi ikan salmon melawan arus juga bukan perkara gampang. Seringkali mereka harus luka-luka saat berenang melawan arus, bertemu pemangsa seperti beruang yang menanti di atas air terjun dan lain-lain. Perjalanan ikan salmon selalu penuh resiko dan bahaya, saking bahayanya hanya setengah atau kurang dari itu yang akhirnya berhasil tiba di hulu sungai dan bertelur. Meski berat dan berbahaya, mereka tetap melakukan itu demi kelangsungan spesiesnya. Bayangkan apabila ikan salmon memilih untuk 'menghanyut' saja mengikut arus, atau tiba-tiba mogok dan demo seperti yang hobi atau profesinya banyak orang di negara ini, ikan salmon bisa punah dalam waktu singkat.

Kita tinggalkan sebentar fakta ikan salmon yang berani melawan arus dan mari lihat kondisi bangsa hari ini. Untuk urusan kepentingan pribadi dan kelompok saja kerukunan bangsa dengan tega dikorbankan. Antar teman yang tadinya baik jadi jaga jarak bahkan bermusuhan. Lalu lihat kasus korupsi, pencurian, pembunuhan, obat-obatan terlarang, mabuk, pelanggaran lalu lintas, intoleransi, penindasan sampai terorisme. Bukan main susahnya. Padahal kita masih sangat bermasalah dengan kesejahteraan apalagi kemakmuran. Daya beli terus merosot, ekonomi makro terus dijadikan parameter keberhasilan padahal ekonomi mikro megap-megap yang berdampak pada semakin kecilnya daya beli masyarakat terutama yang berpenghasilan menengah ke bawah. Pendapatan tetap (kalau tidak berkurang) tapi harga terus naik. Pemerintah sekarat juga soal pendapatan lalu main tekan lewat banyak cara seperti amnesti pajak yang salah sasaran menghantam orang kecil. Harga listrik, gas dan kebutuhan-kebutuhan mendasar lainnya juga makin tinggi sementara pendapatan tidak bertambah kalau bukannya malah menurun.

Orang yang sudah susah makin susah. Kapan harga di negara kita bisa stabil seperti di negara-negara yang lebih maju? Ini pekerjaan berat yang harusnya diatasi dulu karena daya beli dan ekonomi mikro itu berkaitan dengan urusan substansial atau primer seperti urusan perut. Tapi alih-alih bersatu memecahkan masalah-masalah mendasar yang membuat kita sulit bangkit dari keterpurukan, ternyata banyak orang yang entah karena sengaja atau gagal paham justru menambah masalah dengan sibuk terjebak paham kebencian berlatarbelakang sara.

Masalah terorisme dengan tingkat kesadisan luar biasa menjadi isu global. Negara manapun rentan terkena teror. Kekerasan dengan latar belakang isu sara makin marak terjadi dimana-mana. Merasa diri paling benar dan merasa berhak menghakimi yang berbeda paham atau kepercayaan. Hebatnya, mereka mengatasnamakan Tuhan untuk menindas, menyakiti atau sekedar menyebar kebencian. Benci sama orang, benci sama suku, benci sama program bahkan benci sama bunga. Bagaimana mungkin orang membenci dan menyakiti kalau beriman pada Tuhan? Bagaimana orang mengaku punya Tuhan tapi hatinya penuh kebencian dan kemarahan? Itu adalah hal yang berlawanan, karena sepanjang yang saya tahu, Tuhan yang penuh kasih bahkan adalah kasih itu sendiri bukan sosok bengis, kejam dan sadis seperti pikiran beberapa orang atau kelompok.

Lalu lihat bagaimana cara dunia mencari kebahagiaan lewat popularitas, status, kekayaan dan kepemilikan barang-barang mewah bermerek. Mau kerja jujur bukannya baik tapi malah dipandang aneh, sok suci atau bodoh. Harus kaya baru bisa bikin orang segan, harus berada berlimpah baru bisa diakui dalam dunia pergaulan. Mau susah harus hedon, kalau tidak siap-siap saja tersingkir. Mau gampang? Ya ikut arus saja, mengalir, menghanyut sama-sama dengan mereka yang hidup dengan cara dunia, atau turuti apa kata mereka supaya aman. Seperti menghanyut di sungai mengikuti arus, itu lebih mudah tapi kemudian kita bisa binasa terbentur bebatuan tajam sampai terlempar ke bawah dari air terjun. Apa yang ditawarkan dunia tampaknya gemerlap, gegap gempita penuh kenikmatan. Tapi seperti apa yang dikatakan Alkitab dua ribu tahun lalu, dunia sedang lenyap dengan keinginannya (1 Yohanes 2:17) bersama orang-orang yang hidup menuruti caranya. Jadi kita harus berani dan kuat seperti ikan salmon untuk melawan arus.

Tidak mudah dan butuh pengorbanan serta daya tahan mental yang tinggi. Arus kesesatan itu begitu deras dan padat sehingga tentu saja sulit bagi kita untuk berenang melawan arus tersebut. Kalau untuk melangkah ke arah berlawanan saja sudah berat, kita harus pula siap dicap aneh, bodoh atau bego, disisihkan, disingkirkan. Untuk jangka pendek di dunia yang singkat ini mungkin terasa merugikan, tapi sebenarnya dalam fase kekekalan kita tidak perlu ragu untuk menerima kehidupan yang akan penuh kebahagiaan selama-lamanya asal kita tetap melakukan kehendak Allah. Inilah sambungan dari ayat 1 Yohanes 2:17 diatas.


(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker