Friday, June 15, 2018

The Will of God vs The Will of the World (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: 1 Yohanes 2:15-16
========================
"Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."

Mengejar yang fana, menomorsatukannya tapi mengabaikan atau menomorduakan kekekalan? Itu secara logika terdengar aneh. Tapi nyatanya banyak orang yang melakukan itu, baik sadar maupun tidak. Salah satu letak permasalahannya adalah bahwa kita hidup di dunia dan terus dikelilingi pola pikir dan sistim dunia dari segala arah sejak kita kecil. Tentu sulit untuk hidup mengadopsi prinsip Kerajaan Allah sementara kita hidup di dunia. Disamping paradigma berpikir kita yang sudah terkontaminasi oleh cara hidup mayoritas orang di sekitar kita, baik di lingkungan sekitar maupun pertemanan, kita pun bisa-bisa dianggap sok alim, orang aneh, bodoh bahkan gila kalau tidak ikut arus seperti cara pikir dunia.

Merubah paradigma atau pola pikir yang sudah mengeras selama bertahun-tahun itu bukan main sulitnya, apalagi kalau di sekitar kita orang tetap memakai cara dunia dalam menjalani hidup. Dunia terus mengajarkan konsep kekayaan sebagai solusi untuk mencapai kebahagiaan baik secara individu maupun keluarga. Semuanya dinilai dengan uang. Dunia terus mengagung-agungkan popularitas, tingginya jabatan yang bisa dipakai sebagai etalase kebanggaan diri, untuk menciptakan pribadi yang berpengaruh besar sehingga posisinya bahkan bisa berada di atas hukum. Kepemilikan atas benda-benda yang up to date atau trendy akan membuat kita terpandang di masyarakat. Dan untuk bisa memiliki semua itu tentu butuh uang. Karena itu, kejarlah uang sebanyak-banyaknya agar bahagia. Itu kata dunia.

Uang pelicin, uang rokok, atau bentuk-bentuk sogokan lain untuk memuluskan kita memperoleh apa yang kita inginkan dianggap sesuatu yang wajar bahkan wajib saat ini. Kalau tidak ikutan ya pasti tersingkir kalah. Benarkah demikian?

Seorang pengusaha sukses yang membawahi lebih dari seratus anak perusahaan di tempatnya bekerja membuktikan bahwa itu tidak benar. Ia memilih untuk hidup takut akan Tuhan sejak ia menerima Yesus secara pribadi saat ia muda, dan ia berusaha keras untuk tetap hidup sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Ia memulai karirnya dari bawah sekali, dan ia membuktikan bahwa ia bisa mengalami peningkatan sampai pada tahap dimana ia berada sekarang, dan ia bisa memenangkan tender dan bermitra tanpa harus menyogok seperti cara-cara dunia. "Lebih sulit, ya. Tapi bukan tidak mungkin." katanya sambil tersenyum. Ia berkali-kali sudah membuktikan janji-janji Tuhan kepada orang yang setia melakukan Firman, dan itu ternyata menginspirasi banyak karyawannya yang melihat langsung bagaimana hebatnya saat Tuhan yang bekerja. Bukan pakai kekuatan manusia, bukan pakai kekuatan uang.

Manusia langka? Mungkin ya, kalau melihat jumlah orang yang 'militan' dalam iman sepertinya dibanding orang percaya yang masih mengikuti cara dunia. Dunia dan akhirat adalah dua bagian yang terpisah. Urusan beribadah itu hanya untuk nanti setelah mati, urusan dunia terlepas dari soal-soal rohani. Rohani seminggu sekali dan ironisnya hanya dikaitkan dengan kebiasaan mengunjungi gereja, sepulang dari sana hidup akan kembali duniawi lagi sepenuhnya, tidak ada urusan lagi dengan ibadah.

Ada yang mencoba mencari 'jalan tengah' dengan hidup di dua dunia. Mereka beribadah, melakukan kewajiban-kewajiban, berdoa, tapi kalau memang diperlukan mereka bisa switch memakai cara dunia. Beribadah, tapi nyogok dan menggunakan cara dunia bilamana dipandang 'perlu'. Menjaga hidup kudus di satu sisi, tapi memberi toleransi memasukkan dan melakukan hal-hal yang mencemarkan hidup agar tidak tersingkir dari pergaulan atau relasi.

Atau banyak pula yang mengira bahwa ke gereja, bersedekah atau berbuat baik pada waktu-waktu tertentu bisa 'mencuci' tindak-tindak kejahatan yang kita lakukan yang suka saya sebut dengan 'cuci dosa' alias 'sin laundering'. Kalau melakukan korupsi tapi takut kena dosa, ya bangun rumah ibadah supaya uang hasil kejahatan jadi bersih. Atau sumbangkan sebagian ke orang, lembaga atau departemen tertentu, maka itupun bisa me'mutih'kan dosa mereka. Perhatikanlah, bukankah banyak orang yang melakukan itu hari ini? Semua ini merupakan kekeliruan yang umumnya bersumber dari paradigma berpikir yang keliru dan sama sekali jauh dari kebenaran.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker