Thursday, June 28, 2018

Simon Sang Penyamak Kulit (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 9:43
=========================
"Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit."

Beberapa tahun lalu saya harus membuat sumur bor. Setelah tanya sana sini, akhirnya lewat salah satu warga yang saya kenal di perkampungan belakang rumah, saya dikenalkan pada seorang bapak yang berprofesi sebagai pembuat sumur bor. Harganya jauh lebih murah dibandingkan beberapa tempat yang sempat saya tanyakan. Selama ia bekerja, saya sempat ngobrol dengannya. Ia berkata bahwa pekerjaan itu sudah ia geluti selama puluhan tahun mengikuti jejak ayahnya. Setiap bekerja ia penuh lumpur. Kotor dan karena basah-basahan tentu tidak juga baik buat kesehatan. Ia bercerita bahwa anaknya tidak mau lagi melanjutkan pekerjaan karena tidak mau kotor. "Sekarang lebih banyak pilihan buat bekerja pak, siapa yang mau lagi kerjaan yang kotor seperti ini." katanya.

Saya kagum karena ia berkata bahwa harga kerjanya yang lebih murah dibanding kebanyakan tukang lainnya adalah karena ia memandang kerja sebagai amanah dan ibadah. Ia bisa saja melebihkan harga, atau ada juga katanya yang sengaja memperlambat kerja karena dibayar harian. Jadi jumlah hari bertambah, demikian pula upah. Tapi ia tidak mau melakukan itu. "Jangan cuma karena ingin lebih sedikit saya tidak bisa mempertanggungjawabkan hidup kepada yang diatas." katanya.

Bagi saya apa yang ia katakan terasa sangat memberkati. Ditengah banyaknya orang yang berpikir pendek mencari keuntungan secepat-cepatnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya tanpa peduli apakah mereka merugikan orang lain atau tidak, saat banyak orang tidak lagi malu menipu dan menganggapnya sebagai hal yang wajar, bapak pembuat sumur bor ini memegang teguh prinsip jujur dalam bekerja. Meski pekerjaannya jauh dari bersih, ia harus mandi lumpur, itu adalah pekerjaan yang harus ia lakukan dengan sungguh-sungguh sebagai ibadah dan amanah. Wah, kalau saja semua orang seperti ini, betapa makmurnya kita.

Saya berpikir, kalau orang tidak lagi mau mengerjakan pekerjaan yang dianggap 'kotor' seperti bengkel, sumur bor, pekerja bangunan, petani dan lain-lain, kita tentu tidak bisa maju. Masalahnya, seperti yang saya sampaikan kemarin, ada banyak orang yang merasa pekerjaannya lebih kecil di banding orang lain sehingga mereka merasa tidak bisa berdampak. Mereka lebih tertarik membandingkan pekerjaannya, mendengar apa kata orang daripada mendengar pandangan Tuhan dan melakukan sesuatu disana yang bisa membuat Tuhan senang dan bangga.

Si bapak pembuat sumur bor melakukan pekerjaan yang mengotori tubuhnya. Pekerjaannya mungkin bukanlah pekerjaan favorit, tapi bagaimana kalau tidak ada pembuat sumur bor di kota kita? Bukankah pekerjaannya penting dan berdampak bagi masyarakat di sekitarnya? Sementara ada banyak orang yang sudah bekerja dalam kondisi yang lebih bersih dan baik masih saja mengeluh atau merasa kurang.

Dalam renungan terdahulu saya sudah membagikan kisah mengenai seorang wanita bernama Tabita atau Dorkas yang tinggal di kota Yope.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker