Thursday, March 22, 2018

Raja Hizkia dan Nebukadnezar (3)

webmaster | 10:00:00 PM |
(sambungan)

Untunglah ia memiliki sikap yang benar setelah hukuman itu. Ia segera sadar dan mengakui kebesaran Tuhan. Bentuk pengakuannya atas kesalahannya tertulis jelas dalam ayat selanjutnya.

"Tetapi setelah lewat waktu yang ditentukan, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun. Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya: "Apa yang Kaubuat?" Pada waktu akal budiku kembali kepadaku, kembalilah juga kepadaku kebesaran dan kemuliaanku untuk kemasyhuran kerajaanku. Para menteriku dan para pembesarku menjemput aku lagi; aku dikembalikan kepada kerajaanku, bahkan kemuliaan yang lebih besar dari dahulu diberikan kepadaku. Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga, yang segala perbuatan-Nya adalah benar dan jalan-jalan-Nya adalah adil, dan yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak." (ay 34-37).

Dari kisah kehidupan dua raja pada jaman yang berbeda ini kita bisa melihat betapa berbahayanya keangkuhan atau kesombongan itu. Hukuman yang bisa jatuh tidak main-main. Itu bisa mendatangkan murka Allah yang hanya akan merugikan kita sendiri maupun bisa mendatangkan malapetaka yang lebih luas. Kita cenderung menganggap itu sebagai hal wajar, atau mengira boleh dilakukan sekali-sekali, tapi sesungguhnya itu bisa mendatangkan konsekuensi yang berat.

Keangkuhan sangatlah berlawanan dengan kerendahan hati yang menjadi ciri khas kekristenan. Allah sangat menentang keangkuhan seperti yang disampaikan Yakobus. "Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."(Yakobus 4:6) Tinggi hati akibat keangkuhan membuat orang menolak bergantung pada Allah dan memberikan kepada diri sendiri kehormatan yang seharusnya diberikan pada Tuhan. Seperti halnya keinginan daging dan keinginan mata, perkara keangkuhan pun dapat membuat kita tersandung dalam proses pertumbuhan kita. Ada banyak dosa mengintip dari kesombongan, dan Tuhan sangat membenci sikap ini.

Kita harus terus meneladani perilaku Kristus yang melayani siapapun dengan penuh kasih. Dan ingatlah bahwa keangkuhan tidak akan pernah mendapat tempat dalam kasih. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong." (1 korintus 13:4).

Ketika kita mendapat limpahan berkat baik dari segi kemakmuran, ketrampilan maupun talenta, bersyukurlah pada Tuhan dan pakailah itu untuk memberkati sesama. Hindari sikap sombong dalam kondisi apapun, dalam alasan apapun. Marilah kita semua belajar hidup rendah hati dan penuh kasih seperti Kristus.

"A person full of the Holy Spirit cannot be full o self. Pride never accompanies power in the fully yielded life." - Beth Moore

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker