Sunday, August 6, 2017

Belajar dari Bangsa Edom (2)

webmaster | 10:00:00 PM |
(sambungan)

Kemarahan Tuhan tampaknya dipicu oleh keangkuhan atau arogansi bangsa Edom dari kondisi geografis mereka. Tapi sebenarnya, kalau kita baca lebih jauh Obaja pasal 1 kita bisa melihat bahwa bangsa ini memang sudah keterlaluan sombongnya. Dalam ayat 11-14 kita bisa membaca bahwa mereka memandang rendah saudara-saudaranya orang Yehuda saat mengalami serangan bangsa lain. Mereka bukannya menolong atau setidaknya bersimpati, tapi malah senang melihat kehancuran Yerusalem yang diserang dan dirampas kekayaannya. Tidak sampai disitu, mereka bahkan menghadang orang-orang Yehuda yang berhasil melarikan diri, menangkap dan menyerahkan mereka pada lawan. Bukan main jahatnya, dan lihatlah ada berapa banyak prinsip Allah yang mereka langgar.

Maka tidak heran kalau Allah pun marah. Kita bisa lihat bahwa Tuhan akan:
menurunkan/merendahkan mereka (ay 4)
- diserang/diperangi (ay 1)
orang-orang bijaksananya akan dilenyapkan dan para pahlawannya akan terbunuh, dan harta kekayaan bangsa itu akan disapu habis para musuh (ay 5-7).
- Puncaknya, Tuhan menyatakan bahwa akibat kekejaman mereka terhadap bangsa Yehuda, bangsa Edom akan dilenyapkan untuk selama-lamanya (ay 10), dibinasakan dan dicela orang sepanjang jaman (versi BIS).

Semua nubuatan ini terbukti. Bangsa Edom sudah lama punah. Hari ini puing-puing yang tinggal dari sebuah bangsa yang tadinya makmur menjadi saksi bisu bagaimana mengerikannya saat hukuman Tuhan turun akibat kesombongan satu bangsa.

Tuhan sangat tidak suka orang yang sombong. Firman Tuhan berkata: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6). Lewat Paulus kita sudah diingatkan "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:12). Jika kita lupa dan mengira kita boleh sombong atau tinggi hati, itu artinya kita tengah membiarkan diri kita berjalan menuju kehancuran. Firman Tuhan lewat Salomo berkata "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18). Ini hanyalah sebagian saja dari begitu banyak pesan untuk menghindari sikap angkuh atau sombong dalam hidup kita, apapun alasannya.

Kita harus bersyukur saat sukses, boleh menikmati keberhasilan atas hasil kerja keras kita, karir menanjak, bisnis bagus dan meningkat. Apalagi dalam situasi ekonomi yang sulit seperti sekarang ini, bisnis yang masih meningkat tentu merupakan anugerah luar biasa. Benar, kita boleh memberi kredit atas keseriusan dan usaha keras kita, tapi kita harus ingat bahwa semua itu tidak akan terjadi tanpa perkenan Tuhan. Sebesar-besarnya kekuatan atau rasa aman, jangan sampai itu membuat kita lupa diri kemudian berubah sikap menjadi sombong. Karena kalau kita berhadapan dengan Tuhan karena sikap buruk kita tersebut, kita bisa habis dalam sekejap mata. Dia bisa menjungkir-balikkan semuanya dalam seketika semudah membalik telapak tangan.  Kehancuran atau kejatuhan yang terjadi bisa sangat serius, karena seringkali bukan hanya terjadi untuk pribadi atau individu saja, tapi bisa menjadi kolektif bahkan menimpa satu bangsa besar sekalipun, seperti yang terjadi pada bangsa Edom. Inilah yang harus kita sikapi dengan baik agar kehidupan kita bisa jauh dari murka Tuhan melainkan terus diberkati Tuhan hingga kesudahannya.

Ingtlah bahwa kita diselamatkan untuk menyelamatkan. Kita diberkati untuk memberkati. Semua itu bukanlah untuk ditimbun sendiri, apalagi kalau malah dipakai untuk menyombongkan diri. Bukan karena kuat dan hebat kita, bukan karena kepandaian atau kehebatan kita, tapi semua itu berasal dari Tuhan. Oleh karena itulah kita jangan sampai merasa berada di atas angin lantas menjadi sombong dan mengabaikan bahwa keberhasilan tetap merupakan berkat dari Tuhan. Bukankah kepandaian kita pun berasal dari anugerahNya juga? Bukankah kesehatan untuk terus bisa bekerja keras, peluang-peluang yang terbuka, kepintaran kita dalam berpikir, talenta-talenta yang kita miliki, itupun semuanya berasal dari Tuhan? Bukankah keadaan baik kita, kondisi aman, tenang jauh dari kesulitan hidup juga merupakan karunia Tuhan? Kalau begitu, tidak ada alasan apapun yang bisa membuat kita berhak menjadi sombong.

Firman Tuhan berkata "Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain." (Mazmur 75:7-8). Perkara naik dan turun sesungguhnya berada dalam keputusan Tuhan. Maka dari itu Petrus berkata "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya." (1 Petrus 5:6). Tanpa Tuhan kita tidak akan mungkin bisa mempertahankan apa yang sudah sukses kita peroleh hari ini, tidak peduli sehebat apapun diri kita. Dalam sekejap mata semua itu bisa berlalu dari kita, lenyap tanpa bekas.

Dengan berkaca pada konsekuensi mengenaskan yang diterima bangsa Edom, mari kita menjaga diri kita untuk terhindar dari kesombongan, sikap angkuh, tinggi hati, dendam, bersenang diatas penderitaan orang dan sejenisnya. Pakai segala yang diberikan Tuhan untuk anda bukan untuk membanggakan atau meninggikan diri tetapi untuk menjadi saluran berkat buat orang lain, menjadi terang dan garam dimana anda ditempatkan, dan pakai semua itu untuk memuliakan Tuhan.

Kesombongan mendahului kehancuran

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker