tag:blogger.com,1999:blog-88644759128934249502024-03-18T21:00:31.768+07:00Renungan HarianRenunganHarianOnline.com adalah Renungan Harian Kristen untuk waktu Saat Teduhwebmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.comBlogger4513125tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-61566592545254194672024-03-18T21:00:00.002+07:002024-03-18T21:00:00.148+07:00What Would Jesus Do? (7)<p> (sambungan)<br /><br />Selain itu, kita harus terus memeriksa dan menjaga kemurnian hati. Kita harus sadari betapa pentingnya hati dimana kehidupan itu sesungguhnya terpancar (Amsal 4:23). Seperti apa kualitas kehidupan kita, kemana kita selanjutnya menuju sangatlah tergantung dari seberapa murni hati kita. <br /><br />Tuhan sudah menyiapkan pelita lewat roh kita, yang akan mampu menyelidiki segala sisi dari lubuk hati kita yang terdalam. Seperti pohon, produk apa yang keluar dari hidup kita berasal dari hati. Apakah kasih atau kebencian, apakah mengampuni atau mendendam, apakah kepedulian atau tidak, apakah bersumber pada kebenaran atau terus berpaling dari Tuhan, apakah kita punya kerinduan untuk menjadi pelaku Firman dan terus semakin serupa dengan Kristus atau terus melanggar dan semakin menjadi batu sandungan bagi banyak orang.<br /><br />Tuhan mau kita untuk memeriksa hati dan mengusahakan kemurniannya. Secara lebih khusus, hari ini kita diingatkan untuk bersama-sama menaruh, menaklukkan pikiran dan perasaan kita selaras dengan Yesus. Itulah yang akan menjaga agar kita tetap berada di jalur yang benar dan dengan demikian tidak menyia-nyiakan anugerah Tuhan yang terbesar bagi umat manusia. <br /><br />So, when you are dealing with something, or even anything, start thinking "what would Jesus do". <br /><br />Make sure our mind and heart are connected to and sync with Jesus</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-6320280248106500342024-03-17T21:00:00.002+07:002024-03-17T21:00:00.242+07:00What Would Jesus Do? (6)<p> (sambungan)<br /><br />Kita diingatkan agar jangan khawatir terhadap segala perihal yang menyusahkan hidup kita, tetapi bawakanlah semuanya kepada Allah dengan disertai doa dan ucapan syukur. Lalu ayat berikutnya setelah ayat 7 mengingatkan kita untuk tetap mendasarkan pikiran kita terhadap segala sesuatu "yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji" (ay 8), lalu kita diminta pula untuk mempelajari apa yang sudah kita terima baik lewat pendengaran atau penglihatan. Dan disanalah damai sejahtera Allah akan ada beserta kita. (ay 9).<br /><br />Kunci untuk bisa mensinkronkan perasaan dan pikiran jelas tergambar dari rangkaian ayat-ayat ini. Ini adalah hal yang sangat penting yang seharusnya kita renungkan baik-baik. Tapi ingatlah bahwa kita jangan berhenti hanya pada apa yang telah kita pelajari atau ketahui karena itu hanyalah tersimpan dalam pikiran, tapi selaraskanlah dengan apa yang ada di dalam Yesus dan praktekkanlah langsung lewat cara hidup kita. Itulah yang akan bisa membangun jembatan antara pikiran dan perasaan agar keduanya berisi nilai-nilai kebenaran yang bisa terpancar keluar secara sinergi.<br /><br />Antara pikiran dan perasaan terdapat hubungan erat, dimana kondisi salah satu atau keduanya bisa sangat menentukan perjalanan pertumbuhan keimanan kita. Karena itu kita perlu memeriksa keduanya secara serius dan menyelaraskan hubungan antara keduanya dalam pikiran dan perasaan Kristus. Pikiran dan perasaan harus sejalan mengarah kepada kebenaran. Selaraskan dengan Yesus Kristus, lantas pelihara dengan memiliki damai sejahtera Allah. <br /><br />Kalau kita menyadari dan bersyukur bahwa Tuhan rela turun ke dunia, mengambil rupa manusia meninggalkan segala hakNya untuk mengemban misi menyelamatkan kita, manusia yang Dia ciptakan secara istimewa, dan melayakkan kita untuk mengalami pemulihan hubungan denganNya, maka sudah seharusnya kita menghargai betul anugerah luar biasa besar itu dengan menyikapi sungguh-sungguh setiap sisi hidup kita. Itulah yang akan memastikan agar hidup kita tidak menguap sia-sia dan tidak membawa dampak positif bagi sekitar kita. <br /><br />(bersambung)</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-48978190056576473322024-03-16T21:00:00.002+07:002024-03-16T21:00:00.125+07:00What Would Jesus Do? (5)<p> (sambungan)<br /><br />Apakah ada ayat dalam Alkitab yang secara spesifik menyinggung akan hal ini? <br /><br />Tentu saja ada. <br /><br />Ayat hari ini secara jelas menyatakan itu. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Filipi 2:5). Ayat ini menunjukkan bahwa Firman Tuhan lewat Paulus sudah memberi peringatan mengenai pentingnya mengawal atau memperhatikan pikiran dan perasaan dengan serius, dan dalam keselarasan dengan yang terdapat juga dalam Yesus. <br /><br />Firman Tuhan ini menyerukan bahwa kita harus menaruh pikiran dan perasaan seperti Kristus. Dengan kata lain, adalah penting bagi kita untuk menggali, menyelidiki dan kemudian mempedomani cara pikir dan perasaan Yesus agar selaras dengan pikiran dan perasaan kita. Itulah yang akan memampukan kita untuk bisa mensinkronkan pikiran dan perasaan kita agar keduanya mengacu kepada kebenaran Allah yang akan mencegah kita dari banyak kesesatan maupun pelanggaran yang bisa berakibat buruk bagi kita.<br /><br />Selanjutnya kita juga perlu mengetahui bahwa apa yang bisa memelihara hati (perasaan) dan pikiran kita dalam Yesus tidak lain adalah damai sejahtera Allah. Hal ini disebutkan dalam Filipi 4:7, "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Ayat ini didahului dengan pesan bagaimana seharusnya kita bereaksi saat menghadapi masalah. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (ay 6).<br /><br />(bersambung)</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-79552000530793309432024-03-15T21:00:00.003+07:002024-03-15T21:00:00.134+07:00What Would Jesus Do? (4)<p> (sambungan)<br /><br />Saya sudah lama berproses menerapkan apa yang saya sebut dengan "What Would Jesus Do" dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang saya maksud dengan What Would Jesus Do adalah saya mencoba belajar bereaksi terhadap berbagai hal dengan menempatkan reaksi saya selaras dengan apa yang kira-kira menjadi reaksi Yesus jika berhadapan dalam situasi yang sama. What would Jesus do in any given situation, so when I'm facing the same circumstances I'd react the same. Saya berusaha meneladani Yesus bukan hanya dari apa yang Dia ajarkan, dari perintah maupun laranganNya, tapi juga dari bagaimana Yesus bertindak, bereaksi maupun berinteraksi yang sesungguhnya bisa kita pelajari lewat Alkitab. <br /><br />Misalnya adalah seperti ini:<br />- Bagaimana reaksi Yesus saat berada dalam kondisi sulit?<br />- Bagaimana Yesus bersikap terhadap orang-orang yang membenci atau bersikap jahat kepadaNya?<br />- Bagaimana Yesus membagi waktu, di satu sisi sibuk melayani tapi juga serius dalam menempatkan waktu untuk bersama Bapa?<br />- Ditengah situasi yang menakutkan, bagaimana reaksi Yesus menyikapinya?<br />- Saat segala sesuatu terlihat mustahil, apa kata Yesus? <br />- Dalam keadaan sedih, tertekan, down, kecewa, kesal, bagaimana Yesus bersikap?</p><p>dan seterusnya.<br /><br />Saya mencoba menyelami, mempedomani dan meniru Yesus saat saya berada dalam situasi atau kondisi yang sama. Ketika iman dikatakan harus disertai perbuatan, saya rasa sudah pada tempatnya kita mempedomani sikap dan cara hidup Yesus dalam keseharian kita. Alangkah sayang apabila kita hanya belajar lewat perkataanNya tapi tidak meneladani sikap dan cara hidupNya saat Dia hadir di bumi. Apakah saya sudah sempurna dalam penerapannya? Tentu saja belum. Masih jauh. Tapi saya menganggap setiap detik hidup yang masih saya jalani merupakan bagian dari proses untuk terus menjadi semakin seperti Yesus. It's a part of a long process, that will never end until the day I leave this world. <br /><br />Apakah ada ayat dalam Alkitab yang secara spesifik menyinggung akan hal ini? <br /><br />(bersambung)</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-39272007420067452502024-03-14T21:00:00.002+07:002024-03-14T21:00:00.133+07:00What Would Jesus Do? (3)<p> (sambungan)<br /><br />Anak saya saat ini berusia 5 tahun. Sejak ia mulai belajar tentang interaksi, ia kelihatannya mencontoh bagaimana reaksi dari papa dan mamanya terhadap berbagai hal. Dan seperti itulah anak-anak, mereka belajar dari contoh yang ditunjukkan baik dari orang tua maupun orang-orang terdekat di sekitar mereka. Kalau orang tuanya ramah terhadap orang lain, maka mereka pun akan tumbuh seperti itu. Kalau orang tuanya gampang takut, demikian pula halnya dengan mereka. Orang tua yang sering menunjukkan sikap curiga terhadap orang lain akan membuat anak-anaknya pun seperti itu. Pendeknya, seperti apa kita mau anak kita tumbuh dalam reaksi terhadap lingkungan, contohkan saja maka mereka pun akan jadi seperti itu.<br /><br />Benar, setiap individu termasuk anak-anak kita punya sifatnya sendiri-sendiri yang bisa jadi berbeda dari kita. Atau ada pula faktor turunan. Tapi bagai buku kosong saat mereka lahir, mereka akan terisi dengan berbagai hal yang akan sangat tergantung dengan meniru tingkah dan pola orang tua atau kerabat dekat yang ada bersama mereka sehari-hari. <br /><br />Lantas bagaimana kita harus bersikap terhadap segala sesuatu, baik apakah itu untuk menjadi contoh buat anak-anak kita atau bagi perjalanan hidup kita sendiri? Karena kalau kita salah bersikap dalam hidup ini, maka kita bisa gagal menerima keselamatan yang sudah diberikan atas dasar kasih Allah yang begitu besar bagi kita. <br /><br />Saya sudah lama berproses menerapkan apa yang saya sebut dengan "What Would Jesus Do" dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang saya maksud dengan What Would Jesus Do adalah saya mencoba belajar bereaksi terhadap berbagai hal dengan menempatkan reaksi saya selaras dengan apa yang kira-kira menjadi reaksi Yesus jika berhadapan dalam situasi yang sama. What would Jesus do in any given situation, so when I'm facing the same circumstances I'd react the same. Saya berusaha meneladani Yesus bukan hanya dari apa yang Dia ajarkan, dari perintah maupun laranganNya, tapi juga dari bagaimana Yesus bertindak, bereaksi maupun berinteraksi yang sesungguhnya bisa kita pelajari lewat Alkitab. <br /><br />(bersambung)</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-67463312305839892722024-03-13T21:00:00.002+07:002024-03-13T21:00:00.139+07:00What Would Jesus Do? (2)<p> (sambungan)<br /><br />Salah satunya bisa mengganggu pertumbuhan iman, atau malah dua-duanya saling berkomplimen untuk menekan pertumbuhan iman kita. Mari kita ambil contoh. Pikiran anda sudah mengingatkan akan Firman Tuhan yang berkata jangan takut, tapi perasaan anda masih sering diliputi rasa cemas, khawatir, dihantui ketakutan bahkan atas hal yang sepele. Dalam kaitannya dengan hati nurani, perasaan anda mungkin sudah mengingatkan lewat hati nurani akan sesuatu hal, tetapi pikiran anda meyakinkan bahwa sebuah langkah harus diambil karena secara logika manusia terlihat menjanjikan keuntungan.<br /><br />Saat hati mengingatkan, pikiran bisa mengabaikan. Begitu pula sebaliknya, saat pikiran mengingatkan, hati bisa membuat kita abai. Ini dua contoh dari bagaimana pikiran dan perasaan dalam hubungannya dengan kondisi iman kita. Yang parah kalau pikiran dan perasaan masih belum ditundukkan dalam Tuhan. Bayangkan pikiran dan perasaan seperti apa yang bisa timbul dari orang yang belum mengenal Tuhan, kepribadianNya, kasihNya, janjiNya dan kasih karuniaNya. Itu bisa mendatangkan banyak masalah. Pikiran dan perasaan bisa tak terkendali, bisa begitu liar sehingga membuat kita terus semakin jatuh dalam begitu banyak macam dosa. <br /><br />Dari pengalaman saya ketemu banyak orang maupun pengalaman pribadi, saya mengambil kesimpulan bahwa pikiran dan perasaan, baik salah satu maupun keduanya bisa menjadi celah bagi si jahat untuk merusak kehidupan iman kita. Jadi kita tentu sepakat bahwa antara perasaan dan pikiran harus sinkron, tersambung dengan baik untuk mengacu kepada kebenaran. Pertanyaannya: bagaimana caranya dan kemana? Adakah ayat dalam Alkitab yang menyinggung soal itu? What should we do? <br /><br />(bersambung)</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-17803100345321424182024-03-12T21:00:00.008+07:002024-03-12T21:00:00.141+07:00What Would Jesus Do? (1)<p><b>Ayat bacaan:</b> Filipi 2:5<br />==============<br /><i>"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus"</i><br /><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhW0If4OKFXTuHDEEaHjv50SuUt5BOqD_f9wGltgrJbTD3EZxT65yiB_7us64UH7xan0pVKcRH1QZytZ_ySJLcgLUY-MGrXk8qY09TjpNIX-ouAmpW6qB99HUqWwyPdhoq-3MlVKiLN1DJox7rZqz-02FiyybPA0gjoBfg2QCwsHyjCGSdq_-88Bg3JDnlx/s150/wwyd.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="126" data-original-width="150" height="126" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhW0If4OKFXTuHDEEaHjv50SuUt5BOqD_f9wGltgrJbTD3EZxT65yiB_7us64UH7xan0pVKcRH1QZytZ_ySJLcgLUY-MGrXk8qY09TjpNIX-ouAmpW6qB99HUqWwyPdhoq-3MlVKiLN1DJox7rZqz-02FiyybPA0gjoBfg2QCwsHyjCGSdq_-88Bg3JDnlx/s1600/wwyd.jpg" width="150" /></a></div><br />Ada sebuah film menceritakan tentang seorang pria yang kehilangan ingatannya. Film fiksi ilmiah ini kemudian menunjukkan beberapa ahli mencoba mengembalikan lagi dengan menggali alam bawah sadarnya dengan memasang beberapa alat dan lewat kabel-kabel, sehingga apa yang ada pada memorinya bisa terlihat secara visual pada layar. Penggalian memori ternyata membuat emosinya bergejolak. Ia terlihat gelisah, wajahnya mulai berkerut menampilkan kesedihan terutama saat ia melihat istri dan anaknya. Meski ini adalah sebuah film fiksi ilmiah, premisnya bisa membawa kita melihat adanya keterkaitan antara pikiran dan perasaan.<br /><br />Dalam kesempatan lain, seringkali pula kita melihat saat seorang ahli psikiater menggali alam bawah sadar seseorang lewat hipnotis, maka raut muka menunjukkan adanya perubahan emosi yang tentunya berasal dari perasaan.<br /><br />Pikiran dan perasaan. Antara keduanya, meski seringkali saling berhubungan satu sama lain, tentu saja terdapat perbedaan yang mendasar. Pikiran berisi hal-hal tentang logika, ilmu pengetahuan, akal juga imajinasi atau proyeksi rekaman otak. Sedang perasaan merupakan perkara 'sensasi rasa' yang hanya bisa diakses melalui jiwa dan hati. Rasa senang, bahagia, sedih, kecewa, kesal, marah, takut, semua itu merupakan produk perasaan. Dan produk-produk perasaan ini kerap berhubungan dengan pikiran. <br /><br />Rasa takut muncul dalam hati saat orang berpikir akan sesuatu yang menyeramkan, itu salah satu contohnya. Atau saat kita berpikir tentang sebuah perpisahan dengan orang yang kita sayangi, perasaan kita pun menjadi sedih. Pikiran dan perasaan dimiliki oleh semua manusia normal. Orang yang kejam sering disebut tidak punya perasaan, atau di sisi lain, orang yang bertindak grusa-grusu sering menjadi tertuduh sebagai orang yang tidak memakai pikirannya. Sadarkah kita bahwa seringkali kedua hal inilah yang menentukan langkah-langkah pengambilan keputusan dan proses lainnya dalam hidup? Pertanyaan selanjutnya,sadarkah kita bahwa pikiran atau perasaan bisa sangat menentukan tingkat keimanan kita? <br /><br />(bersambung) <br /><p></p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-54340135567919477412024-03-11T21:00:00.002+07:002024-03-11T21:00:00.133+07:00Filadelfia (6)<p> (sambungan)<br /><br /><br />Seperti yang dipesankan Yesus kepada jemaat Filadelfia yang bertekun menantikan kedatanganNya kali kedua, sesungguhnya kedatangan Kristus tidak akan lama lagi. Oleh karena itu kita harus benar-benar hidup dalam kasih persaudaraan ini agar mahkota yang telah kita pegang tidak sampai lepas dari genggaman kita. (Wahyu 3:11). <br /><br />Pada saat kedatangan Kristus, semua bangsa akan dikumpulkan dan dipisahkan bagai memisahkan kambing dengan domba. Dan kepada domba (mengacu kepada orang-orang yang diselamatkan) Sang Raja akan berkata: "Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku." (Matius 25:34-36). Itulah bentuk kasih persaudaraan yang tidak memandang latar belakang apapun.<br /><br />Hari ini marilah kita belajar menjadi gereja/jemaat yang memiliki kasih persaudaraan dalam diri kita. Sapalah kiri dan kanan anda, dan ulurkan salam sebagai sesama saudara yang saling mengasihi dengan bersungguh hati. Berikan bantuan nyata sekiranya anda bisa kepada mereka yang membutuhkan. Dan perlebar jarak jangkau kasih hingga bisa menyentuh orang-orang di luar sana. <br />Mari terus belajar untuk menghilangkan sekat-sekat yang merintangi kasih untuk dapat bertumbuh. Tumbuhkan sikap kasih persaudaraan, dan peliharalah agar selalu hidup di dalam diri kita. Hiduplah senantiasa dalam kasih persaudaraan.<br /><br />Jadilah gereja yang memiliki filadelfia yang kuat di dalamnya</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-90554653354123607592024-03-10T21:00:00.002+07:002024-03-10T21:00:00.132+07:00Filadelfia (5)<p> (sambungan)<br /><br /><br />Seperti inilah cara dan gaya mereka.<br /><br /><br />- Mereka dikatakan selalu tekun dalam pengajaran dan persekutuan, selalu berkumpul, bersama-sama memecah roti dan berdoa (ay 42). <br />- mereka semua bersatu, tanpa memandang latar belakang, status sosial dan sebagainya. <br />- Bahkan dikatakan "segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing." (ay 44-45). <br /><br />Tidaklah heran jika gereja itu berkembang sangat pesat. Perikop ini dimulai dengan pertobatan ribuan jiwa (ay 41) dan diakhiri dengan berkat Tuhan yang terus menambah jumlah mereka dengan orang-orang yang diselamatkan. (ay 47). Salah satu hal penting yang membuat mereka diberkati secara luar biasa seperti itu adalah karena mereka memegang teguh kasih persaudaraan dan menjadikannya sebagai sebuah gaya hidup.<br /><br />Sebuah gereja dan jemaat yang diberkati haruslah memiliki kasih persaudaraan sebagai landasan utamanya. Jangan menjadi sebuah ikatan yang eksklusif, hanya terbatas pada dinding dan kotak-kotak/sekat-sekat yang justru semakin bertolak belakang dari pesan kasih tanpa pamrih seperti yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Pada kenyataannya alkitab bercerita begitu banyak mengenai kasih, dan ini menggambarkan betapa pentingnya bagi kita anak-anakNya untuk selalu hidup dalam kasih.<br /><br />Kasih persaudaraan juga merupakan sebuah bukti apakah kita sudah mengenal Tuhan yang kita sembah atau belum. Karena dikatakan demikian: "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:7-8). Dan ingatlah pula bahwa "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (ay 16).<br /><br /><br />(bersambung)</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-47241516219725450062024-03-09T21:00:00.002+07:002024-03-09T21:00:00.142+07:00Filadelfia (4)<p> (sambungan)<br /><br /><br />Bicara soal Filadelfia atau kasih persaudaraan, saya teringat kepada sebuah gereja yang disebutkan dalam kitab Wahyu. Dalam Wahyu 3:7-13 ada pesan yang diberikan secara khusus kepada jemaat di Filadelfia. Filadelfia dalam kitab Wahyu ini bukanlah kota Filadelfia di Amerika Serikat melainkan sebuah kota di atas bukit yang terletak di Asia Kecil, hari ini Turki bagian Asia. Menurut penelitian, kota ini merupakan kota penghasil anggur dan dikenal sebagai pintu masuk ke Asia kecil. Puing-puing peninggalannya masih bisa dikunjungi hingga hari ini, seperti yang tampak pada gambar di atas.<br /><br />Apa yang menarik dari jemaat Filadelfia? Kalau kita perhatikan, kitab Wahyu berisi pesan maupun teguran Yesus kepada jemaat di tujuh gereja. Ada yang dapat teguran keras, tapi kalau kita perhatikan hanya ada jemaat di dua gereja saja yang sama sekali tidak mendapat teguran, dan itu adalah jemaat Filadelfia dan Smirna.<br /><br />Kepada jemaat Filadelfia pesan Tuhan sungguh indah. "Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi." (ay 10). Seperti itulah besarnya janji Tuhan kepada jemaat dan umatNya yang menerapkan bentuk kasih persaudaraan dalam kehidupannya.<br /><br />Jika kita mau melihat lebih jauh, bentuk yang jelas dari kasih persaudaraan ini bisa kita lihat lewat cara dan gaya hidup gereja mula-mula. Dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 kita bisa saksikan bagaimana cara hidup jemaat yang pertama. <br /><br />Seperti inilah cara dan gaya mereka.<br /><br />(bersambung)<br /><br /></p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-89554077048423931282024-03-08T21:00:00.002+07:002024-03-08T21:00:00.154+07:00Filadelfia (3)<p> (sambungan)<br /><br /><br />Kasih persaudaraan, filadelfia, fhileo-delfho ini merupakan pesan yang sangat penting untuk dimiliki oleh semua gereja dan umat Tuhan di muka bumi ini dan seharusnya jangan dilupakan apalagi diabaikan karena masih tetap penting baik saat ini atau sampai kapanpun.<br /><br />Menariknya Penulis Ibrani kemudian melanjutkannya seruan tadi dengan: "Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat." (ay 2). Lihatlah bahwa sebegitu pentingnya kita untuk memelihara kasih persaudaraan sehingga dengan melakukannya bisa jadi kita tengah menjamu malaikat-malaikat.<br /><br />Coba bayangkan seandainya anda mendapat kehormatan untuk menjamu malaikat-malaikat. Itu adalah sesuatu yang bisa jadi sulit untuk kita bayangkan. Menyambut tamu penting saja kita sudah bisa bangga luar biasa, bagaimana kalau malaikat yang kita sambut dan jamu? Mungkin segala perbendaharaan terbaik yang kita punya di rumah akan kita suguhkan kepada mereka disertai pelayanan terbaik yang bisa kita beri.<br /><br />Tapi coba pikir, seandainya ada malaikat yang berkeliaran di sekitar kita, dan mereka bisa jadi bukan tampil dengan sosok berkilauan dengan sayap putih bersih seperti ilustrasi di film atau gambar melainkan seperti orang biasa, bahkan dalam wujud yang tertolak bagi dunia. Kenapa tidak? Itu mungkin saja kan? Dan kita akan gagal menjamu mereka kalau kita masih tidak tergerak untuk melakukan apa-apa kepada sesama. <br /><br /> Tapi yang jadi permasalahannya, apakah kita perlu memastikan dulu bahwa mereka adalah malaikat baru kita tergerak untuk menolongnya? Seharusnya tidak. Karena apakah mereka malaikat atau bukan, itu bukan soal. Yang menjadi persoalan adalah apakah kita mengetahui dan menghidupi kasih persaudaraan seperti yang Tuhan inginkan sebagai orang yang percaya kepada Kristus.<br /><br />(bersambung)<br /><br /></p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-12087613690441308372024-03-07T21:00:00.002+07:002024-03-07T21:00:00.155+07:00Filadelfia (2)<p> (sambungan)<br /><br />Sangatlah ironis jika kasih hanya sampai sebatas ucapan saja namun tidak mampu menyentuh sesuatu yang faktual, riil atau nyata. Kalau pada yang kita kenal saja kita sulit menerapkan kasih secara nyata, bagaimana mungkin kita bisa menerapkannya pada orang-orang di luar sana, yang tidak kita kenal, yang tengah mengalami kesulitan, tekanan, penderitaan, apalagi kepada mereka yang anti pati atau bahkan membenci kita? Padahal kasih merupakan hukum yang terutama yang menjadi dasar utama dari kekristenan, yang secara luas harus menyentuh siapapun yang berada di sekitar kita tanpa terkecuali. Kita mengasihi Tuhan dengan segenap diri kita, kita mengalirkan kasih Tuhan kepada semua orang di sekitar kita. Tapi bagaimana mungkin itu bisa kita lakukan jika terhadap saudara-saudara seiman saja itu masih sulit untuk diwujudkan?<br /><br />Masih ada begitu banyak sekat-sekat duniawi yang selalu kita sematkan kepada perorangan, golongan atau kelompok tertentu. Sama-sama percaya Yesus, tapi saling menghakimi karena beda tata cara hingga beda denominasi? Itu masih sering terjadi diantara sesama pengikut Kristus hingga hari ini. Kalau ini terus terjadi, maka mustahil kita bisa menjadi saluran kasih dan berkat Tuhan di luar sana. <br /><br />Kasih persaudaraan itu sangatlah penting bagi kita. Begitu penting, sampai seruan akan hal ini sudah disampaikan sejak 2000 tahun lalu seperti yang tertulis dalam Alkitab. Dan begitu penting, sehingga pesan ini sudah menjadi perhatian untuk dicermati sejak tumbuhnya jemaat mula-mula. <br /><br /><br />Mari kita lihat kitab Ibrani. Sang Penulismembuka sebuah perikop dengan seruan "Peliharalah kasih persaudaraan!" (Ibrani 13:1). Kasih Persaudaraan, itu berasal dari kata Filadelfia. Kata Filadelfia sendiri yang merupakan gabungan dari dua kata yaitu Fhileo dan Delfho.<br /><br />- Fhileo artinya kasih tulus tanpa menuntut imbalan/balasan<br />- Delfho yang artinya ikatan persaudaraan yang kuat<br /><br />(bersambung)</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-78726597633718468792024-03-06T21:00:00.001+07:002024-03-06T21:00:00.351+07:00Filadelfia (1)<p><b> Ayat bacaan: </b>Ibrani 13:1<br />=======================<br /><i>"Peliharalah kasih persaudaraan!"</i><br /><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMCttqrVTCEq3VsU7MVCxU0SUMl9359bS1bIrV-UAK0hx4qGvmombLIrJST-MKWzt2aGVwkIP7SDTv3O99LYGwP9TUjHzE95EdlbeeNSV8cfAUhZByOAbym7BglKF7fawtF_25vY5vsZYh7QT8e56Sq3TlWIQz4z4_yhqzFTxKPvLU1NiL2OcnibPNbVZE/s150/glv.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="90" data-original-width="150" height="90" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMCttqrVTCEq3VsU7MVCxU0SUMl9359bS1bIrV-UAK0hx4qGvmombLIrJST-MKWzt2aGVwkIP7SDTv3O99LYGwP9TUjHzE95EdlbeeNSV8cfAUhZByOAbym7BglKF7fawtF_25vY5vsZYh7QT8e56Sq3TlWIQz4z4_yhqzFTxKPvLU1NiL2OcnibPNbVZE/s1600/glv.jpg" width="150" /></a></div><br />Ada seorang teman yang memutuskan untuk pindah berjemaat ke gereja lain. Saat saya tanyakan bagaimana ia disana, ia berkata bahwa sejauh ini ia merasa lebih nyaman di tempat barunya. "Oke sih, tidak se-fake di sana" katanya sambil tersenyum tipis. Sedikit catatan, teman saya ini sudah bertahun-tahun aktif melayani di gerejanya yang lama, dan pada akhirnya memutuskan untuk pindah karena ia sudah jenuh melihat segala kepalsuan yang ada di sana.<br /><br />Saya tidak ingin menghakimi siapa yang benar siapa yang salah. Apakah teman saya itu benar, atau ia hanya berburuk sangka atau terlalu negatif, entahlah. Apa yang ada di pikiran saya adalah bahwa ternyata sikap ketulusan merupakan faktor yang sangat penting dan berpengaruh dalam sebuah perkumpulan termasuk di gereja. Saya berpikir, kalau saudara seiman saja bisa pergi meninggalkan gerejanya, bagaimana kita bisa berharap untuk menjangkau jiwa di luar sana? Jangan-jangan untuk mengenal sesama saudara seiman yang sama-sama berjemaat di gereja yang sama saja terasa berat, padahal Setiap minggu bertemu. Kalau berat untuk saling kenal, apakah sekedar menyapa atau tersenyum saja masih sulit? Atau hanya sebatas formalitas saja? <br /><br />Kasih merupakan hukum yang terutama yang menjadi dasar utama dari kekristenan, yang secara luas seharusnya mampu menyentuh siapapun yang berada di sekitar kita tanpa terkecuali. Jika kita mengasihi Tuhan dengan segenap diri kita, sudah seharusnya kita mengalirkan kasih Tuhan kepada semua orang di sekitar kita. Tapi bagaimana mungkin itu bisa kita lakukan kalau terhadap saudara-saudara kita seiman saja masih sulit? Masih ada begitu banyak sekat-sekat duniawi yang selalu kita sematkan kepada perorangan, golongan atau kelompok tertentu. Kaya-miskin, suku, budaya, bahasa, bangsa, status, latar belakang, usia dan sebagainya, seringkali menjadi hambatan bagi kita untuk bisa saling kenal dan saling mengasihi. Perbedaan dikedepankan, persamaan dikesampingkan, dan alangkah sulitnya berharap akan tumbuhnya kasih persaudaraan di antara saudara seiman, apalagi berharap bahwa kasih itu bisa menjangkau saudara-saudara kita di luar sana. <br /><br />Hari ini kita masih terus melihat besarnya potensi perpecahan yang terjadi di masyarakat. Semakin lama orang hanya semakin peduli pada kelompoknya dan anti kepada yang berbeda pandangan atau paham dengan mereka. Sadar atau tidak, kalau sikap membeda-bedakan ini dipelihara, seperti penyakit itu bisa menular dan bertambah parah. Kalau tadinya masih peduli pada kelompok sendiri, lama-lama dalam kelompok yang sama pun friksi bisa terjadi. Dari hanya peduli pada kelompok, orang kemudian menjadi individualis yang egoistis. Ironisnya ini pun terjadi di kalangan orang percaya. Mungkin kita sudah bisa menyapa dan tersenyum dengan tulus, mungkin kita sudah terbiasa mengatakan happy Sunday, God bless you dengan sungguh-sungguh kepada orang lain, tapi ketika mereka membutuhkan pertolongan, sudahkah kita peduli? <br /><br />(bersambung)<br /><br /><p></p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-74430050191497720412024-03-05T21:00:00.002+07:002024-03-05T21:00:00.250+07:00Kuasa Kasih Menutupi Banyak Sekali Dosa (7)<p> (sambungan)<br /><br />Ambil satu contoh. Kita mengasihi orang, tapi kemudian orang tersebut berbuat jahat pada kita. Kita terganggu karenanya, lalu mulai membenci dan sulit mengampuni. Bukankah kita jadi begitu karena mereka yang mulai? Bukankah mereka yang memprovokasi? Bisa jadi. Tapi kasih yang tetap terjaga kehangatannya seharusnya memampukan kita untuk saling mengampuni, mengatasi luka-luka di masa lalu, sehingga seharusnya sulit bagi dosa untuk tumbuh dalam sebuah kehidupan yang kaya akan kasih Kristus. Dan itu akan membuat kita terhindar dari banyak sekali peluang perbuatan dosa dalam perjalanan hidup kita.<br /><br />Kasih yang dibiarkan dingin lalu semakin lenyap dari diri kita akan membawa kita masuk pada perbuatan-perbuatan dosa. Di sisi lain kasih yang terjaga suhunya dalam diri kita bisa menjauhkan kita dari begitu banyak dosa. Selain itu, kasih pun bisa menjadi jendela bagi orang-orang di sekitar kita untuk mengenal dan mengalami Tuhan lewat diri kita. Itu jelas disebutkan Yesus sendiri. "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35).<br /><br />Oleh karena itu tetaplah dekat dengan Tuhan. Terus kenal pribadiNya lebih dalam lagi, itu akan berfungsi sebagai penjaga kehangatan kasih di dalam diri kita. Jangan abaikan saat teduh, jangan lewatkan waktu-waktu berdoa dan bersekutu denganNya, jangan lupa bersyukur, tekunlah membaca dan merenungkan Firman Tuhan, dan jangan hindari pertemuan-pertemuan ibadah dimana kita bisa terus bertumbuh dan saling membangun dengan saudara-saudara seiman. Selanjutnya, terus aplikasikan kasih tersebut kepada sesama. Itu akan membuat kita hidup lebih bahagia, lebih tenang, lebih damai dan tenteram. Periksalah hati kita saat ini. Apakah masih ada kasih disana, dan apakah kasih itu masih hangat?<br /><br />Kasih yang hangat menutupi banyak sekali dosa, kasih yang dingin membuka banyak sekali celah dosa</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-33575779222639818562024-03-04T21:00:00.002+07:002024-03-04T21:00:00.177+07:00Kuasa Kasih Menutupi Banyak Sekali Dosa (6)<p> (sambungan)<br /><br />Kasih merupakan hukum yang paling utama dan terutama dalam kekristenan. Akan hal ini, Tuhan Yesus sendiri telah terlebih dahulu memberi teladan. Lihat bagaimana Dia rela memberikan nyawaNya bagi kita ketika kita masih berdosa, dan oleh karena Dia kita diselamatkan. "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Oleh karenanya tepatlah jika Yesus mengajarkan "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34).<br /><br />Kasih dikatakan akan membuat perbuatan-perbuatan baik kita bermakna, juga bermakna di hadapan Tuhan. Kasih pun mampu membuat kita terhindar dari jebakan berbagai jenis dosa. Lihatlah apa yang dikatakan Petrus dalam ayat bacaan kita kali ini. "Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa." (1 Petrus 4:8).<br /><br />Kasih ternyata mampu menutupi banyak sekali bentuk dan jenis dosa. <br /><br />Ayat ini bukan berarti bahwa dengan mengasihi maka dosa kita dihapus, atau dengan kata lain perbuatan baik bisa menjamin keselamatan dan pengampunan dosa, karena itu hanya disediakan lewat atau dalam Kristus. Yang dimaksudkan Petrus mengacu pada ketidaksempurnaan kita. Meski sudah lahir baru, kita tidak akan sepenuhnya bebas dari dosa. Meski kita sudah menjauhi larangan, ada waktu-waktu dimana kita gagal untuk taat. Kita masih kerap berbuat kesalahan, kita masih bisa tergoda oleh tipu muslihat si jahat. Daging yang lemah masih sering mengganggu dan mengatasi roh yang penurut. Dan kasih akan mampu mencegah kita untuk jatuh ke dalam hal-hal yang bersifat mendatangkan dosa seperti itu.<br /><br />(bersambung)<br /><br /></p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-83027885616227297032024-03-03T21:00:00.002+07:002024-03-03T21:00:00.127+07:00Kuasa Kasih Menutupi Banyak Sekali Dosa (5)<p> (sambungan)<br /><br />Jika tidak dijaga kehangatannya dan hanya dibiarkan, kasih bisa menjadi dingin. Saat itu terjadi, meskipun kita melakukan berbagai perbuatan baik, tapi jika tidak disertai dengan dasar yang benar yaitu kasih, maka semua itu tidaklah berarti apa-apa. Ada begitu banyak penyesatan dimana-mana, baik yang nyata-nyata kelihatan maupun yang samar-samar atau terselubung lewat berbagai bentuk yang bisa sangat menipu. Berbagai paham yang bertentangan dengan kebenaran yang terus tumbuh bisa dengan cepat semakin mengarahkan kita seperti itu. Dan tanpa kasih, maka kita akan terekspos kepada berbagai macam kegelapan. <br /><br />Yesus mengatakan bahwa apa yang menyebabkan kasih menjadi bertambah dingin adalah bertambahnya kedurhakaan. Kejahatan, kesesatan, itu membuat manusia semakin jauh berpaling meninggalkan Tuhan. Melawan eksistensi Tuhan, menentang kebenaranNya. Melakukan laranganNya dan tidak lagi mau mendengarNya. Kalau itu dilakukan dengan sadar, maka konsekuensi yang datang tentu harus siap ditanggung. Bagaimana kalau kita tidak sadar, mengira bahwa kita masih hidup dengan kasih tetapi sebenarnya kasih sudah dingin membeku dalam hati kita? Tentu tidak satupun dari kita orang percaya yang mau itu terjadi.<br /><br />Oleh karena itulah dalam menghadapi hidup di jaman yang sulit ini kita harus tetap memastikan bahwa kasih tetap hidup dalam diri kita dan menjadi dasar dari segala perbuatan baik yang kita lakukan. Kita harus terus menjaga agar kasih jangan sampai menjadi dingin tapi tetap hangat. Dan caranya adalah dengan tetap menghidupi sebuah kehidupan berdasarkan kasih, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama, dan menjaga diri kita agar tidak terkontaminasi oleh berbagai bentuk kedurhakaan, kesesatan dan pengaruh-pengaruh negatif lainnya.<br /><br />Selanjutnya perhatikan pula bahwa pengenalan yang baik akan Tuhan merupakan kunci utama untuk membuat kasih ini tidak menjadi dingin. Yohanes mengingatkan hal itu. "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:7-8). Kasih bukan saja menjadi sifat Allah, tapi kasih itu sejatinya adalah pribadiNya sendiri. Allah adalah kasih. Karena itulah ketika kita mengenal Allah, yang tidak lain adalah kasih, kita pun dengan sendirinya akan terus memiliki kasih yang menyala-nyala dalam diri kita. Ketika Allah yang adalah kasih tinggal di dalam diri kita, maka hidup kita pun akan senantiasa memiliki kasih.<br /><br />(bersambung)<br /><br /></p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-1669257380468661022024-03-02T21:00:00.002+07:002024-03-02T21:00:00.142+07:00Kuasa Kasih Menutupi Banyak Sekali Dosa (4)<p> (sambungan)<br /><br />Pada suatu kali Paulus sempat menyatakan sebesar apa pentingnya kasih itu. "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku." (1 Korintus 13:1-3).<br /><br />Kemampuan bernubuat, kemampuan mengetahui segala rahasia dan pengetahuan, kepemilikan atas iman yang sempurna, semua yang disebutkan Paulus adalah hal-hal besar yang akan langsung membuat kita menjadi manusia super atau manusia terhebat di dunia. Bayangkan kalau kita punya kemampuan tak terbatas. Bayangkan kalau kita mengetahui segala rahasia kehidupan, menguasai segala ilmu pengetahuan, tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bayangkan kalau kita memiliki iman yang sempurna yang bisa memindahkan gunung. Tanpa kasih semua itu tidak ada gunanya sama sekali. <br /><br />Di sisi lain, tidak peduli seberapa hebatnya kita merasa sudah melayani, bekerja bahkan berkorban demi Tuhan, tanpa kasih semua itu akan sia-sia saja alias tidak berarti apa-apa. Apa yang disampaikan Paulus jelas. Kasih adalah hal yang paling mendasar, paling utama dan terutama dalam kehidupan anak-anak Tuhan. Kita bisa menjadi orang terpintar, terkaya, terhebat dan sebagainya, tapi tanpa kasih, semuanya tidak akan berguna atau memberi manfaat apapun.<br /><br />(bersambung)</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-2969234751254669432024-03-01T21:00:00.002+07:002024-03-01T21:00:00.259+07:00Kuasa Kasih Menutupi Banyak Sekali Dosa (3)<p> (sambungan)<br /><br />Yesus mengingatkan bahwa menjelang kesudahan dunia akan semakin banyak kedurhakaan. Kejahatan merajalela di mana-mana, kesesatan tumbuh subur. Dan berbagai hal itu akan mengakibatkan kasih kebanyakan orang menjadi dingin. Bukankah itu yang terjadi hari ini? Kasih digantikan kebencian yang bermanifestasi pada banyak perbuatan jahat. <br /><br />Lihatlah saat kasih menjadi terus semakin dingin, orang semakin mengarah pada berbagai perbuatan jahat, dimana dosa berkuasa di atasnya. Terang kasih berganti dengan kuasa kegelapan. Orang bisa berubah dengan seketika saat kasih lenyap dari hidup mereka. Hari ini kita dengan mudah bisa menemukan contohnya. <br /><br />Kasih menguap, menjadi dingin. Ada yang memang masih suka menyatakan kasih sayangnya seringkali terbatas pada perkataan di bibir saja, hanya disinggung dan dibicarakan, tapi semakin jarang diaplikasikan dalam kehidupan secara nyata. <br />Dan semakin lama dunia semakin terbiasa mengacu pada teori ekonomi semata berdasarkan prinsip untung rugi. Kalau mau membantu kita melihat dahulu keuntungan apa yang bisa kita peroleh atau motivasi-motivasi lain, bukan lagi didasarkan kasih. <br /><br />Terhadap Tuhan pun sama. Kasih pada Tuhan tergantung pada pemenuhan atau dikabulkannya permintaan. Kalau situasi baik, Tuhan baik, maka kita menyatakan kasih. Tapi kalau sebaliknya yang terjadi, banyak yang langsung kecewa dan berpaling dengan cepat. Kalau kita biasakan perilaku ini, maka kasih yang semakin dingin akan membuatnya kehilangan kekuatan dan kita pun beresiko untuk terperangkap pada berbagai bentuk dosa.<br /><br />(bersambung)</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-59373252523085639082024-02-29T21:00:00.002+07:002024-02-29T21:00:00.144+07:00Kuasa Kasih Menutupi Banyak Sekali Dosa (2)<p> (sambungan)<br /><br />Kapan dosa mempunyai peluang untuk menancapkan kukunya? Seringkali dosa mulai masuk menguasai kita saat kita mulai kehilangan kasih. Semakin hilang kasih dalam diri kita, maka kita pun akan semakin terekspos pada berbagai perbuatan dosa. Disanalah dosa akan menemukan jalannya untuk masuk ke dalam kita, lalu mengobok-obok kita sampai habis. Dengan kasih kita bisa mengampuni, tanpa kasih kita membenci dan mendendam. Dengan kasih kita bisa berbahagia atas kebaikan yang dialami orang lain, tanpa kasih kita menjadi iri, sirik dan dengki. Dengan kasih kita memberi, tanpa kasih kita merampas. Lihatlah bahwa pada saat kasih sirna dari diri kita, kita pun terekspos pada begitu banyak perbuatan dosa. <br /><br />Bahayanya, semua contoh ini hanyalah awal dari datangnya dosa-dosa yang lebih parah yang pada akhirnya mendatangkan maut. Dari iri kita kemudian melakukan kejahatan, dari membenci kita kemudian berusaha menyakiti atau menghancurkan, dari merampas kita kemudian menghancurkan hidup orang lain. Dari satu dosa ke dosa berikutnya, demikian seterusnya sampai jurang maut siap menelan kita.<br /><br />Bagaimana kasih bisa menghilang dari diri kita? Saya akan beri sebuah ilustrasi. Jika anda memanaskan air untuk membuat segelas teh atau kopi, anda harus segera menuangnya ke gelas setelah mendidih agar anda bisa membuat minuman dengan baik. Apabila setelah mendidih anda diamkan atau biarkan selama beberapa waktu, air akan kehilangan kehangatannya dan menjadi dingin. Jika anda membuat makanan yang nikmat dimakan pada saat panas atau hangat seperti sop atau soto, kenikmatannya akan berkurang jika tidak langsung dimakan begitu dihidangkan. Dan air yang sudah terlanjur dingin tentu saja akan gagal membuat kopi. <br /><br />Kasih yang ada dalam diri kita pun seperti itu. Jika dibiarkan saja, kasih lama-lama bisa menguap, kehilangan kehangatannya lalu menjadi dingin. Pertanyannya, apa yang menyebabkan kasih bisa menjadi dingin? Yesus mengatakan: "Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12)<br /><br />(bersambung)<br /><br /></p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-5010556596865718442024-02-28T21:00:00.001+07:002024-02-28T21:00:00.158+07:00Kuasa Kasih Menutupi Banyak Sekali Dosa (1)<p> <b>Ayat bacaan</b>: 1 Petrus 4:8<br />=====================<br /><i>"Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa." </i><br /><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisFkriSUM9y49oKHerGLtSf4Nf_dwqH5_HNkcWh95WdrP3cIYno_Ga4KjkwuJL2KQsSDe7GSpazXonHkBr4N2J9fYM86r2FtgRIrS1eumVeWwa4OREOcVylJGDxNfYkaTQuH9V7R9FYDa-N-YpbA8ESeTceD9JXWyzPqECeUEUMGRUld7ly44vwmVOzfiF/s500/ls.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="500" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisFkriSUM9y49oKHerGLtSf4Nf_dwqH5_HNkcWh95WdrP3cIYno_Ga4KjkwuJL2KQsSDe7GSpazXonHkBr4N2J9fYM86r2FtgRIrS1eumVeWwa4OREOcVylJGDxNfYkaTQuH9V7R9FYDa-N-YpbA8ESeTceD9JXWyzPqECeUEUMGRUld7ly44vwmVOzfiF/w200-h200/ls.jpg" width="200" /></a></div><br />Di negara dimana pemadaman aliran listrik masih kerap terjadi dan tanpa pemberitahuan, senter atau lilin maupun korek api menjadi sangatlah penting. Karena apabila listrik padam tiba-tiba di malam hari, maka kita membutuhkan sumber penerangan sesegera mungkin.<br /><br />Ini adalah salah satu pengalaman saya. Dahulu saya tidak begitu mempedulikan letak sumber penerangan alternatif ini. Saya pikir, nanti pelan-pelan dicari walau harus meraba-raba juga pasti nemu. Suatu kali saat aliran listrik mendadak padam, saya kerepotan mencari senter atau apapun yang bisa menerangi ruangan. Karena kurang hati-hati, secara tidak sengaja menyenggol gelas. Gelasnya jatuh dan pecah di atas kaki saya. Kaki saya terluka kena pecahan kaca. Tapi saya tidak boleh bergerak karena saya tidak mau menginjak pecahan kaca dan menambah luka lain. Mau tidak mau, saya harus menunggu sampai listrik menyala kembali. Pengalaman itu membuat saya belajar untuk memastikan ada senter dan lilin pada tempat tertentu, tempat yang mudah dijangkau dan diingat. <br /><br />Kegelapan membuat kita tidak bisa melihat. Dan dari ilustrasi berdasarkan pengalaman saya di atas, kita bisa belajar bahwa kegelapan ternyata bisa mendatangkan bahaya, seperti gelas yang jatuh dan pecah di kaki saya tadi. Dalam kehidupan rohani kita, kegelapan yang menggantikan terang juga bisa membawa kita masuk dalam bahaya. Ada banyak dosa yang siap masuk dan merusak tatanan kehidupan yang selama ini sudah susah payah kita bangun. <br /><br />Maka apa yang harus kita lakukan adalah jangan memberi peluang bagi kegelapan, melainkan tetaplah hidup sebagai anak-anak terang. Kita harus sadari bahwa kegelapan sekelam apapun tidak akan pernah bisa menang melawan seberkas cahaya. Bahkan, semakin gelap sebuah tempat, semakin terang pula cahaya disana. Jika anda menyalakan senter di saat lampu menyala atau di siang hari, tentu cahaya senter itu tidak begitu jelas terlihat. Akan tetapi saat senter dipakai dalam ruang gelap, terang cahayanya akan dengan seketika mengalahkan gelap.<br /><br />Kapan dosa mempunyai peluang untuk menancapkan kukunya? <br /><br />(bersambung)<p></p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-69453482790516878982024-02-27T21:00:00.001+07:002024-02-27T21:00:00.141+07:00Lebih Jauh Tentang Kasih (6)<p> (sambungan)<br /><br />Rangkaian pesan ini menegaskan pesan kasih yang harus kita jalankan di dunia jika kita mengaku mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita. Dan perhatikanlah bahwa akan selalu ada objek dimana kita bisa menyatakan kasih. <br /><br />Memang tidak mudah untuk mengasihi orang yang suka mengecewakan atau menyakiti kita. Tetapi setidaknya kita bisa belajar untuk melakukannya dengan mengimani pribadi Tuhan yang tidak lain adalah kasih. Seperti kasih yang terus menerus Dia curahkan pada kita yang sebenarnya jauh dari layak untuk menerima itu semua, seperti itu pula kita seharusnya berbuat kepada orang lain.<br /><br />Kasih adalah sebuah sikap hati yang memerlukan objek. Kita tidak bisa mengatakan kita mengasihi tanpa ada objek untuk dikasihi. Tapi meski objeknya ada namun kita tidak peduli, kasih pun tidak ada disana. Baik kasih terhadap sesama dalam wujud kepedulian, bantuan dalam berbagai bentuk, kepada hewan jalanan yang menderita, atau apapun, yang jelas kasih selalu membutuhkan objek. Kita tidak bisa hanya duduk diam dan menutup mata dari sekitar kita, melupakan orang-orang yang dekat dengan kita, mengabaikan penderitaan orang yang Tuhan tempatkan dekat kita, mudah membenci, mendendam dan kemudian sulit melepas pengampunan tapi mengaku punya kasih.<br /><br />Ketika Tuhan begitu mengasihi kita, tidakkah kita yang mengaku anak-anakNya sudah sepantasnya berusaha pula untuk mengasihi orang lain? Saat kita sebagai manusia selalu rindu untuk menjadi objek kasih Tuhan, adakah orang disekitar anda saat ini yang bisa anda jadikan objek kasih? Maukah anda mengasihi dan berbagi kasih dengan mereka? What can you do for them, and can/will you let them feel God's love through you? <br /><br />Kasih yang merupakan Pribadi Tuhan butuh objek untuk bisa berfungsi sempurna<br /><br /></p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-19602550983672251712024-02-26T21:00:00.001+07:002024-02-26T21:00:00.151+07:00Lebih Jauh Tentang Kasih (5)<p> (sambungan)<br /><br /><br />Tidak terhitung banyaknya ayat yang mencatat betapa Tuhan mengasihi kita. Kita dikatakan sebagai ciptaan yang dahsyat dan ajaib. Tuhan membentuk setiap bagian tubuh kita, menenun kita langsung dalam rahim ibu kita (Mazmur 139:13-14), kita dilukiskan Tuhan dalam telapak tanganNya dan terukir di ruang mataNya (Yesaya 39:16), dan lain-lain. Bahkan begitu besar Tuhan mengasihi kita sehingga Kristus pun Dia berikan agar kita semua selamat dari maut. (Yohanes 3:16). Semua kisah kasih Tuhan terhadap manusia yang penuh dosa ini begitu menggugah hati, sehingga seharusnya jika kita mengenal pribadiNya yang kasih, kita pun sudah pada tempatnya senantiasa termotivasi untuk mengasihi orang lain pula.<br /><br />Tuhan sangat menantikan eratnya hubungan dengan anak-anakNya yang khusus diciptakan segambar dan serupa dengan Dia, yang dapat Dia kasihi. Tuhan menciptakan manusia, baik pria maupun wanita dengan begitu istimewa, dalam gambarNya sendiri, karena Dia menginginkan kita sebagai sosok untuk berbagi kasih.<br /><br />Kalau demikian, apabila kita renungkan kasih dari sisi objeknya, maka anda akan mendapati bahwa pesan ini sesungguhnya sangatlah menakjubkan. Kita objek-objek yang menerima kasih Allah, bentuk kasih yang sempurna. Terlebih ketika Allah sudah terlebih dahulu mengulurkan tanganNya untuk mengasihi kita. Wujud mengasihi Tuhan ini tidaklah bisa lepas dari wujud mengasihi sesama kita, seperti apa yang dipesankan Tuhan Yesus.<br /><br />Yohanes menuliskan demikian: "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1 Yohanes 4:19-21). <br /><br /><br />(bersambung)</p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-49816911085062676912024-02-25T21:00:00.001+07:002024-02-25T21:00:00.132+07:00Lebih Jauh Tentang Kasih (4)<p> (sambungan)<br /><br /><br />Kemudian, dalam ayat berikut kita membaca "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (ay 16). Sedemikian pentingnya sebuah ungkapan kasih kepada sesama manusia, sedemikian pentingnya untuk hidup dikuasai oleh kasih dan bukan kebencian sampai-sampai itu dikaitkan dengan seberapa jauh pengenalan dan kedekatan kita dengan Allah sendiri. <br /><br />Menariknya, apa yang disampaikan ayat ini bukan hanya sebatas Tuhan sebagai Pribadi yang Maha Pengasih, tetapi Tuhan sebagai kasih itu sendiri. Tuhan selalu rindu untuk memberikan kasihNya kepada kita, karena PribadiNya adalah kasih.<br /><br />Selanjutnya, mari kita lihat kasih dari sudut objek. Tuhan mempunyai banyak sifat seperti adil, kudus, maha kuasa, maha besar dan seterusnya. Menariknya, sifat-sifat ini bisa dimiliki Tuhan tanpa membutuhkan kita alias sebenarnya tidak butuh objek. <br /><br />Apa yang saya maksud adalah, Tuhan tidak perlu kita, manusia, untuk menjadi Yang Maha Kudus, tidak membutuhkan kita untuk menjadi Maha Adil, Maha Besar dan sebagainya. Tapi dari sisi pribadiNya sebagai Kasih itu nyatanya berbeda. Kasih tidak dapat Dia berikan tanpa kehadiran kita, manusia-manusia yang dibentuk sesuai dengan gambar dan rupaNya. Artinya, kita ada sebagai objek dimana Tuhan bisa menyatakan kasihNya. Logikanya, kasih akan berlangsung jika ada yang mengasihi dan ada yang dikasihi, dan saat kedua pihak saling mengasihi, maka disanalah kasih itu akan menjadi luar biasa indahnya. Singkatnya, kasih ternyata butuh objek.<br /><br />(bersambung)<br /><br /></p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-4804840893088622012024-02-24T21:00:00.001+07:002024-02-24T21:00:00.143+07:00Lebih Jauh Tentang Kasih (3)<p> (sambungan)<br /><br /><br />Selanjutnya, mari kita gali lebih dalam. Kita diperintahkan untuk meningkatkan level kasih kita, tidak hanya seperti mengasihi diri sendiri, melainkan seperti Kristus sendiri telah mengasihi kita. (Yohanes 13:34). Yesus juga berkata: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (15:13). <br />Tingkatan seperti itulah yang Tuhan sampaikan, dan itu sudah Dia contohkan sendiri secara langsung. Bisakah kita melakukan itu kepada orang lain? Mungkin bisa kepada orang yang sangat kita sayangi, tapi bagaimana kalau kepada orang lain, apalagi yang bermasalah dengan kita? Berat, itu pasti. Tetapi kalau kita bicara soal kasih dalam standar Kerajaan Surga, kita harus terus meningkatkan kekuatan otot kasih dalam hati kita agar setapak demi setapak bisa mencapai standar tersebut.<br /><br />Dalam renungan hari ini saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat sebuah sisi lain dari penerapan kasih Allah, yaitu dari sisi hubungan antara kasih dan objeknya. Sebelum kita masuk kesana, mari kita lihat dahulu ayat berikut ini. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8).<br /><br />Ayat ini sangat sederhana dan tidak asing lagi bagi kita, tetapi sesungguhnya berbicara sangat dalam dan fundamental, yaitu mengenai hubungan antara mengasihi orang lain dengan pengenalan kita akan pribadi Allah. Artinya, seberapa besar kita mengasihi sesama kita akan mencerminkan sejauh mana kita mengenal Allah, yang bukan cuma sumber kasih tapi juga merupakan Kasih itu sendiri. <br /><br />Perhatikanlah bahwa ayat tersebut tidak mengatakan bahwa "barangsiapa tidak mengasihi keluarganya, istrinya, anaknya, orang tuanya", tapi berbicara mengenai mengasihi terhadap orang lain secara umum, siapapun mereka. Jadi, kalau kita masih menyimpan dendam, jika kita masih membenci seseorang, yang artinya kita tidak mengasihi mereka, itu sama saja dengan tidak mengenal Allah. <br /><br />(bersambung)<br /><br /></p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8864475912893424950.post-51961560407078066582024-02-23T21:00:00.001+07:002024-02-23T21:00:00.131+07:00Lebih Jauh Tentang Kasih (2)<p> (sambungan)<br /><br />Atau mungkin mudah kalau kita menyatakan kasih kepada pasangan atau keluarga, tapi akan sulit saat itu berhubungan dengan orang lain, terlebih yang pernah menyakiti, mengecewakan atau orang-orang yang tabiatnya memang sulit dan cenderung mengesalkan. Kalau kita berhadapan dengan tipe orang seperti itu, tidak bereaksi negatif saja mungkin sudah menjadi keberhasilan besar bagi kita. Bagaimana mau mengasihi mereka yang bersikap jahat pada kita? Enak saja. Itu reaksi normal kebanyakan orang. Kalau harus mengasihi, tentu sulit sekali, atau malah hampir-hampir tidak mungkin. Dan secara manusiawi, alasannya banyak dan rata-rata secara manusiawi masuk akal. <br /><br />Padahal kasih merupakan dasar dari kekristenan yang seharusnya dimiliki atau dihidupi oleh orang-orang percaya. Ada juga yang seolah peduli, tetapi bukan karena mereka mengasihi melainkan karena motivasi-motivasi atau agenda yang bisa mendatangkan keuntungan pribadi kepada diri mereka, keluarga atau kelompok, misalnya ingin mendapat pujian, ingin terlihat hebat, ingin seperti pahlawan rohani atau ketika mengincar jabatan atau kursi seperti yang selalu dengan mudah kita lihat setiap ada pemilihan kepala daerah, anggota dewan dan sebagainya. Ada juga yang tampaknya memaafkan, tapi di dalam hati masih menyimpan benci dan masih menantikan saat kehancuran dari seterunya terjadi. Belum lagi orang-orang yang mendoakan hal buruk, padahal doa tidak boleh sama sekali berisi hal-hal sedemikian. Hal-hal seperti ini belumlah menggambarkan seperti apa bentuk kasih yang sebenarnya seperti yang Tuhan mau kita miliki.<br /><br />Dua perintah yang terutama dari Yesus itu berkaitan dengan kasih. Perintah tersebut adalah:<br />- mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi<br />- mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Matius 22:37-40)<br /><br />Jadi dua hal tentang kasih ini menjadi perintah yang terutama dari Yesus, dan itu menunjukkan betapa pentingnya kasih bagi kita, dan betapa pentingnya pula kasih di mata Tuhan.<br /><br />(bersambung)<br /><br /></p>webmasterhttp://www.blogger.com/profile/10150596613283522091noreply@blogger.com0