Thursday, November 23, 2017

Luas Jangkauan Murah Hati (3)

webmaster | 11:00:00 PM |
(sambungan)

Dari kisah orang Samaria ini kita bisa belajar beberapa hal mengenai murah hati.

1. Orang yang murah hati tidak akan berdiam diri saat ada orang yang ditimpa kesusahan dan membutuhkan bantuan

Saat kedua petinggi rohani memilih untuk tidak melakukan apa-apa dengan alasan tertentu, orang Samaria yang murah hati melakukan sesuatu tanpa memandang sekat apapun. Kalau melihat jejak permusuhan antara Samaria dan Yahudi, seharusnya orang Samaria ini tertawa puas melihat ada orang Yahudi yang sekarat disana, kalau tidak menambahkan satu dua penderitaan lagi terhadap korban yang sudah tidak berdaya.

Tertawa di atas penderitaan orang lain, tidak kunjung puas menyiksa, itu dilakukan oleh banyak orang yang hatinya dipenuhi kebencian sampai hari ini. Bahkan belakangan bangsa kita tengah terluka akibat sekelompok orang yang sikapnya seperti itu. Yesus mengajarkan bahwa orang yang memiliki kemurahan hati tidak akan berdiam diri melihat ada yang tengah menderita dan butuh bantuan, apapun alasannya. Kapanpun, dimanapun, untuk siapapun, kalau kita melihat ada yang butuh bantuan kita tidak boleh berdiam diri. Itulah kemurahan hati poin pertama.

2. Orang yang murah hati membantu tanpa memandang latar belakang yang ditolong

Orang Samaria menunjukkan kemurahan hati karena ia bergerak menolong orang Yahudi ini tanpa memandang latar belakangnya. Inilah bentuk sebuah kemurahan hati yang seharusnya ada pada kita, yang tidak terhenti hanya karena adanya perbedaan-perbedaan seperti suku, ras, agama, golongan dan lain-lain.

Bagaimana jika orang yang hendak kita tolong bukannya berterimakasih tapi malah merugikan kita? Itu pun terjadi hari ini. Sudah menikmati kebaikan tapi malah menyakiti orang yang sudah memberikannya. Bahkan bukan cuma dalam hubungan horizontal antar manusia, kita pun kerap melakukan hal yang sama dalam hubungan vertikal dengan Tuhan. Sudah kita nikmati berkat dan kasihNya, kita masih tega menyakiti Tuhan lewat perbuatan-perbuatan kita yang buruk. Tapi hati Bapa terus setia mengasihi. Dia bahkan menganugerahkan AnakNya sendiri untuk menebus orang-orang berdosa yang butuh pertolongan termasuk kita.

Pertama, murah hati menurut kekristenan jelas punya daya jangkau sangat luas yang menembus sekat-sekat dan batas perbedaan. Kedua, murah hati menurut kekristenan tidak pernah tergantung dari latar belakang penerimanya atau reaksi apa yang akan kita dapat dari mereka melainkan tergantung dari seperti apa kondisi hati kita, apakah dipenuhi kasih karena adanya Roh Allah berdiam disana atau tidak. Jadi bukan karena orang, tapi karena Tuhan. Seperti itulah murah hati seharusnya menurut kekristenan.

3. Murah Hati bukan saja mendatangkan kebaikan bagi sesama tapi juga pada diri sendiri

Kalau kita mundur ke belakang, dalam Amsal disebutkan "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri." (Amsal 11:17). Sebuah sikap murah hati dikatakan Firman Tuhan mendatangkan banyak kebaikan kepada diri sendiri, bukan hanya kepada orang-orang yang kita bantu saja. Sebaliknya orang yang tega melihat kesusahan orang lain dan menutup pintu hatinya rapat-rapat, itu tidaklah mendatangkan manfaat tapi malah merugikan bahkan menyiksa diri sendiri.

Bukankah hati yang dipenuhi kebencian, sikap apatis, tidak punya empati dan simpati tidak akan pernah membuat kita bahagia? Bukankah sikap-sikap negatif pada hati yang berlawanan dengan murah hati merupakan kontradiksi dari kasih? Kalau sudah begitu bagaimana kita mau merasakan damai sejahtera? Hidup yang tidak merasakan kedamaian dan sukacita akan sangat berat dijalani. Itu akan sangat menyiksa kita. Bangun pagi sudah merasa pahit di hati, sudah merasakan kebencian dan kemudian menyebar kebencian dalam kehidupan yang dijalani.

Bayangkan betapa menderitanya hidup seperti itu. Orang baru bisa murah hati kalau hatinya dipenuhi kasih. Orang yang hatinya seperti itu akan sangat bahagia kalau bisa membantu orang lain. Semakin banyak yang dibantu, semakin bahagia pula hatinya. Itu berarti kita berbuat baik pada diri kita sendiri. Tapi yang hatinya berisi hal-hal berlawanan dengan kasih sama saja dengan menyiksa badannya sendiri, baik saat masih di dunia maupun nanti pada masa kekekalan. Siksaan yang kekal nanti akan jauh lebih mengerikan dibanding sekarang. Karena itu Firman dalam Amsal 11:17 di atas sangat penting untuk kita ingat.

(bersambung)

(sambungan)

Firman Tuhan pun sudah berkata bahwa "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24) dan "Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki." (28:27). Firman Tuhan sudah mengatakan bahwa kerelaan memberi, membagikan sebagian dari apa yang ada pada kita untuk saudara-saudara kita yang tengah kesusahan tidak akan pernah membuat kita berkekurangan. Ini sejalan dengan bagian dari kotbah Yesus di atas bukit yang sudah saya sampaikan dalam renungan sebelumnya "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Matius 5:7).

4. Murah Hati harus ditunjukkan lewat perbuatan nyata

Cukupkah murah hati itu diwakili oleh sebuah perasaan kasihan, ungkapan simpati yang hanya berhenti hingga kata-kata yang keluar dari mulut saja tapi tidak disertai perbuatan nyata? Kita tahu jawabannya adalah tidak, tapi banyak dari kita yang berhenti sebatas itu saja karena malas atau takut repot dan rugi.

Firman Tuhan berkata: "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17). Ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat mendasar. Bagaimana mungkin kita mengaku memiliki kasih Allah, mengaku sebagai anak Allah, tetapi kita tidak melakukan apa-apa secara nyata dan hanya bilang kasihan saja? Maka apa yang harus kita lakukan pun hadir dalam ayat berikutnya. "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (ay 18). Bukan hanya dengan perkataan, bukan sebatas di bibir atau lidah saja, tetapi haruslah lewat perbuatan-perbuatan yang dilakukan/diaplikasikan secara nyata dan berakar dalam kebenaran.

Yakobus juga menyinggung perihal kemurahan hati yang diikuti dengan perbuatan nyata ini. Mari kita lihat apa yang ia utarakan. Ia berkata "Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?" (Yakobus 2:15-16). Bukankah banyak diantara kita yang masih tanpa sadar melakukan ini? Ketika orang butuh bantuan, kita mungkin menunjukkan rasa prihatin, bahkan mungkin mengeluarkan kata-kata nasihat yang panjang, menguliahi atau mengkotbahi mereka, tetapi kita tidak melakukan apapun secara nyata untuk meringankan beban mereka. Yakobus mengingatkan bahwa semua itu tidaklah berguna. Itu sama saja dengan iman yang hanya kita katakan, kita hanya mengakui kita memiliki iman, tapi kita tidak menyertainya dengan perbuatan. Dan iman seperti ini dikatakan pada hakekatnya adalah mati. (ay 17).

Kemurahan hati seperti halnya iman haruslah diikuti dengan sebuah perbuatan nyata. Contoh orang Samaria yang murah hati sangat baik untuk dijadikan  pelajaran yang baik mengenai bagaimana sejatinya murah hati itu kita terapkan dalam bentuk-bentuk nyata, bukan sebatas omongan atau retorika.

5. Murah Hati tidak mengharapkan imbalan

Penerapan kemurahan hati yang berdasarkan sebab akibat dan untung rugi tidak akan pernah mendapat pembenaran dari Tuhan. Memberi hanya karena membalas pemberian orang, atau berharap diberi kembali, berbuat baik karena orang baik kepada kita, mengasihi orang karena mereka mengasihi kita, itu semua masih terlalu dangkal.

Yesus mengatakan "Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?" (Matius 5:46-47). Benar. Dan ini sangatlah mudah kita mengerti kalau melihat apa yang terjadi saat ini. Alangkah menyedihkan kalau kita yang mengaku umatNya malah ikut berperilaku seperti itu.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker