Thursday, November 16, 2017

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hati (2)

webmaster | 11:00:00 PM |
(sambungan)

Itu jelas sebuah potret kehidupan serba kekurangan yang berat yang harus dipikul oleh sang ibu janda di Sarfat ini. Ia cuma punya segenggam tepung dan sedikit minyak serta dua tiga potong kayu api. Itupun masih harus dibagi dua dengan anaknya. Untuk bisa makan ia harus membuat roti dulu. Satu orang saja mungkin tidak kenyang, ia masih harus berbagi dengan anaknya. Dan kini, Elia datang meminta roti. Artinya, jika ia berikan, ia dan anaknya harus rela tidak makan.

Apa yang akan anda lakukan pada saat seperti itu? Si ibu janda jelas sama sekali tidak dalam kapasitas untuk memberi apapun. Ia justru butuh diberi agar bisa tetap hidup. Tetapi kemudian kita melihat bagaimana persediaan terakhirnya yang sangat sedikit itu rela ia berikan kepada Elia. Ia membuat roti untuk Elia dan merelakan Elia menghabiskannya. Keputusannya ternyata sangat dihargai Tuhan. Tidak saja ia diberkati dengan persediaan makanan yang cukup untuk berhari-hari lamanya, tidak habis-habis (ay 15-16), tapi anaknya pun dibangkitkan kembali dari kematian. (ay 22). Jika ibu ini seharusnya ada pada posisi yang ditolong tetapi masih menunjukkan kemurahan hati, memberikan bukan dari kelebihan tapi justru dari kekurangannya, dan karena itu ia kemudian menerima berkat dan mukjizat besar dari Tuhan, kita tentu seharusnya bisa belajar dari ibu luar biasa ini.

Sekarang mari kita lihat ibu janda lainnya yang hidup pada masa jauh sesudahnya. Ibu janda yang satu ini berada di Bait Allah, dimana perbuatannya ternyata menarik perhatian Yesus.

Tidak seperti orang-orang kaya yang mungkin memasukkan amplop tebal, janda miskin ini hanya sanggup memasukkan dua peser saja ke dalam peti. Apalah arti dua peser dibanding segepok uang dalam jumlah besar? Tetapi ternyata jumlah kecil itu mendapat reaksi sangat positif dari Yesus. Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu." (Lukas 21:3). Mengapa bisa demikian? "Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (ay 4).

Peser merupakan mata uang terkecil bangsa Yahudi pada masa itu. Kalau dikonversi ke rupiah pada jaman sekarang, 1 peser itu sekitar 200 rupiah. Jadi dua peser tentu nilainya sangat kecil, bahkan bayar uang parkir saja sudah tidak cukup. Kisah ini bukan mengajarkan kita untuk memberi dalam jumlah kecil tapi untuk memberi yang terbaik dari apa yang ada pada kita. Itu bentuk kemurahan hati sejati yang tidak tergantung dari berapa yang kita punya dan bukan didasari motivasi untuk mendapat lebih, tapi karena kemurahan hati dan kerinduan untuk bisa memberi yang terbaik kepada Tuhan. Janda di bait Allah pada masa Yesus turun ke dunia ini rela memberi dalam kekurangannya. Bahkan semua uang yang ia miliki ia berikan dengan sukarela. Dari kisah ini kembali kita melihat bahwa kemurahan hati tidaklah tergantung dari kaya tidaknya kita, tetapi lebih kepada sikap hati.

Dua janda dalam dua masa yang berbeda, sama-sama miskin, sama-sama menderita, sama-sama berkekurangan, tetapi keduanya sama-sama memiliki kemurahan hati yang luar biasa.Namanya kemurahan hati, itu berarti kemurahan jelas merupakan produk dari hati. Karena merupakan sebuah sikap hati maka itu tidak tergantung dari berapa jumlah harta yang kita miliki atau kondisi yang kita alami saat ini. Ketika kemurahan mewarnai sikap hati kita, kita akan rela memberi dengan sukacita tanpa peduli apapun keadaan kita atau berapapun yang kita punya. Kita hanya berpikir untuk memberi karena kita bersyukur dan mengasihi Tuhan, bukan karena mengharap sesuatu keuntungan sebagai imbalannya.

Ada banyak orang bahkan gereja yang salah kaprah menganggap bahwa kita memberi supaya mendapat lagi lebih banyak. Semakin banyak yang kita beri, semakin besar kelipatannya. Sebuah persembahan seharusnya bukanlah dipakai sebagai ajang mencari pamor atau popularitas baik di mata manusia apalagi di mata Tuhan. Alangkah menyedihkan jika ada banyak orang yang berusaha menyumbang besar agar punya 'gigi' di gereja, ingin dapat lebih banyak dan lain-lain. Di sisi lain, juga menyedihkan kalau ada banyak orang juga yang berpikir bahwa mereka belum harus memberi atau menolong sesama karena masih merasa kekurangan. Kedua ibu janda membuka mata kita tentang kemurahan hati yang terbukti tidak tergantung dari harta kepemilikan dan kondisi seseorang melainkan tergantung dari sikap hatinya.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker