Friday, November 10, 2017

Kualitas Hati (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: Markus 7:21-23
======================
"sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."

Belum lama ini saya membeli sebotol salad dressing alias saus salad. Ketika berada di sebuah supermarket, ada banyak pilihan yang sempat membuat saya bingung mau pilih yang mana. Harga kurang lebih sama, masing-masing menonjolkan kelebihan produknya pada kemasan. Ada yang pakai ekstra ini, ada yang tidak mengandung zat pengawet, ada yang ditambah itu, pokoknya semua tampak menarik. Setelah menimbang-nimbang, saya akhirnya memutuskan untuk membeli salah satunya. Saya tertarik karena saya paling suka dengan kemasannya, dan warna sausnya pun terlihat lebih cerah dibanding yang lain. Lagipula itu produk impor, masa sih yang impor bakalan jelek kualitasnya, apalagi tampilan depannya sangat baik? Itu yang saya pikir. Setelah sampai di rumah dan membukanya, saya merasa kecewa karena apa yang tampak indah dan menarik dari luar ternyata tidak lantas menjamin kualitas di dalam. Bau tengik segera menyerang hidung begitu botol dibuka. Saya cek tanggal kadaluarsa ternyata masih jauh. Apakah karena masuk angin atau memang produknya berkualitas jelek, pokoknya bau itu sama sekali tidak saya harapkan dari produk yang saya beli.

Kualitas produk tergantung dari seberapa serius sebuah perusahaan itu memproduksinya. Hasil bisa asal-asalan, bisa bagus. Bisa inovatif, bisa hanya meniru. Bisa bebas dari bahan baku yang beresiko bagi kesehatan, bisa hanya mementingkan tampilan dan rasa tapi kandungannya berbahaya, atau dari pengalaman saya, tampilan pada kemasan bisa menipu kualitas isinya. Benar, ada yang memang benar, dalam artian apa yang disebutkan pada kemasan dan promosi atau iklannya sesuai dengan kualitas produk. Tapi tidak sedikit pula yang menipu. Ada produk yang kualitasnya bisa dirasakan langsung oleh konsumen, ada pula yang harus melalui uji laboratorium terlebih dahulu untuk mengetahui apakah produk tersebut punya kandungan berbahaya. Semua produk jelas mengaku nomor satu, karenanya kita memang harus teliti sebelum membeli.

Sikap, perilaku atau gaya hidup kita pun demikian. Kita bisa bersikap ramah, bisa sombong. Bisa baik, bisa jahat. Bisa jujur dan berintegritas, bisa curang dan manipulatif. Bisa tampil apa adanya dan tulus, bisa penuh kepura-puraan. Semua ini merupakan 'produk' sikap yang juga punya tempat produksinya. Dimana? Tempatnya ada di hati. Seringkali kita lupa bahwa hati merupakan pusat dari kehidupan kita, atau seperti ayat bacaan kemarin, dalam Firman Tuhan dikatakan sebagai sumber tempat terpancarnya kehidupan. Dengan kata lain, seperti apa sikap kita, cara kita memandang, menyikapi dan memutuskan sesuatu, sikap kita dalam bermasyarakat, reaksi kita menghadapi situasi, semua itu tergantung dari bagaimana kondisi hati kita saat ini. Hati yang terjaga baik, yang berpusat pada Kristus, dipimpin oleh Roh Allah dan menjadikan Yesus sebagai Pribadi yang bertahta disana akan menghasilkan produk-produk berkualitas baik dalam kehidupan. Sebaliknya hati yang tidak terjaga, yang berisi banyak kepahitan, luka dan berbagai bentuk pengajaran dunia yang menyesatkan akan menghasilkan kualitas kehidupan yang buruk pula.

Secara umum, sikap hati memang bisa tercermin pada air muka. Orang yang hatinya penuh kebencian akan menampilkan wajah dingin, sinis bahkan bengis. Orang yang hatinya penuh luka akan terlihat dari wajahnya. Jika hati berisi emosi, raut amarah pun tercetak di wajah. Dan hari-hari ini kita menyaksikan banyaknya orang yang menampilkan itu di sekitar kita. Kebencian, kecurigaan, kemarahan, keangkuhan, kesombongan menggantikan kasih, toleransi dan keramah-tamahan yang katanya merupakan ciri bangsa yang sudah jadi warisan turun temurun. Tapi jangan lupa bahwa ada banyak pula orang yang pintar menyembunyikan sikap hatinya. Dari luar tampak ramah, senyum, padahal dalam hati benci, iri dan sebagainya. Di luar santun, di rumah sikap kasar. Saat di depan orang tampaknya rohani, tapi begitu tidak ada lagi orang yang melihat, kelakuan aslinya jauh dari itu. Apapun yang tampak di luar, kehidupan kita akan tergantung dari pusat kontrolnya yaitu hati. Kondisi hati kita akan sangat menentukan seperti apa sikap hidup kita.

Seandainya dokter bisa mendeteksi kondisi hati lewat stetoskopnya, bagaimana kondisi hati kita saat ini? Apa isinya? Apakah hati kita dalam kondisi baik atau buruk? Apakah isinya kasih, kesabaran, kebesaran untuk mengampuni atau kekecewaan, kebencian, dendam dan marah? Apakah isinya kebahagiaan dan sukacita atau kepedihan dan kepahitan? Apakah hati masih melekat pada Tuhan atau sudah pergi jauh daripadaNya? Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, Penulis Amsal sudah mengingatkan kita pentingnya untuk terus menjaga hati karena dari sanalah sebenarnya sebuah kehidupan itu terpancar. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Artinya, baik terlihat atau tidak, mau nongol keluar atau disembunyikan, kehidupan kita merupakan pancaran dari apa isi hati kita.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker