Tuesday, November 21, 2017

Luas Jangkauan Murah Hati (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: Lukas 10:33
===================
"Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan."

Dalam beberapa renungan terdahulu kita sudah belajar banyak tentang sebuah sikap hati yang wajib dimiliki oleh orang percaya sebagai cerminan dari sikap hati Bapa sendiri, yaitu murah hati. Kita harus memiliki sikap murah hati terhadap sesama seperti halnya Bapa yang murah hati (Lukas 6:36). Sebuah pertanyaan muncul. Siapa yang dimaksud dengan sesama itu? Kata sama mengacu kepada satu golongan satu level, setingkat, sekelas.

Kalau begitu, seluas apa cakupannya, kepada siapa kita harus bermurah hati? Ini pertanyaan penting karena pada kenyataannya di luar sana banyak orang yang membatasi perbuatan baiknya hanya pada kelompoknya sendiri. Adalah salah jika memberkati orang yang berbeda dengan mereka, salah bila mengucapkan ucapan salam sejahtera kepada yang tidak sejalan dengan mereka, salah pula kalau menolong. Benar, aplikasinya tetap mengacu pada kata sesama, hanya saja cakupannya sangat segmented atau terbatas. Bagi orang percaya, sejauh mana luas dan lebar daya jangkau yang harus kita rentangkan dalam mengaplikasikan murah hati menurut prinsip kekristenan? Siapa saja yang harus kita jangkau, seluas apa kata sesama itu menurut Firman Tuhan?

Perihal luas jangkauan murah hati menurut prinsip Kerajaan Surga disampaikan oleh Yesus langsung ketika menanggapi pertanyaan yang sama dari seorang ahli Taurat seperti yang dicatat dalam Injil Lukas pasal 10. Ahli Taurat itu bertanya: "Dan siapakah sesamaku manusia?" (ay 29). Untuk menjawab hal ini, agar lebih mudah dicerna, Yesus pun memberikan sebuah perumpamaan yang tentunya tidak lagi asing bagi kita, yaitu perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati, yang juga menjadi judul dari perikop Lukas 10:25-37.

Yesus memulainya seperti ini. "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati." (Lukas 10:30). Dalam keadaan sekarat, orang itu ditinggalkan begitu saja di tengah jalan, sementara harta bendanya dirampas oleh perampok-perampok itu. Kemudian ada dua orang yang melintas di tempat kejadian. "Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan." (ay 31).

Seorang imam lewat disana. Kalau anda yang tengah sekarat, tentu anda merasa lega karena seorang imam seharusnya menjadi perpanjangan tangan Tuhan di dunia, jadi tentulah ia akan menolong. Sayangnya saat melihat orang yang sedang sekarat, imam ini malah bergegas melewati saja tanpa memberi pertolongan. Kenapa bisa begitu? Mungkin sang imam takut tersangkut masalah. Mungkin dia sedang buru-buru takut telat kotbah lalu tidak dipanggil lagi oleh gereja yang bersangkutan. Atau mungkin juga ia merasa itu bukan tugasnya tapi urusan dokter atau polisi. Atau ia sedang buru-buru hendak pulang karena merasa lelah sehabis melayani. Ada banyak alasan lain yang mungkin ada di benak sang imam sehingga ia melewati saja tanpa melakukan apa-apa terhadap orang yang sedang tertimpa musibah ini. Alasan persisnya hanya dia yang tahu. Yang jelas ia tidak melakukan apa-apa dan meneruskan perjalanannya.

Lantas orang Lewi lewat disana. "Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan." (ay 32). Bukannya menolong, orang Lewi ini malah menjauh ke seberang dan buru-buru berlalu seperti bapak imam tadi.

Siapakah orang Lewi? Kenapa Yesus menyebutkan orang Lewi sebagai contohnya? Jika kita melihat kitab Perjanjian Lama, kita akan mendapati bahwa orang Lewi berbicara tentang pelayan-pelayan dan hamba Tuhan. Dalam proyeksi ke jaman sekarang, orang Lewi berbicara tentang orang-orang Kristen yang melayani. Tapi sama seperti sang imam, ia pun hanya melewati saja tanpa berbuat apa-apa. Mungkin dia terburu-buru karena takut terlambat pelayanan. Mungkin dia takut ditegur oleh gembalanya. Mungkin dia tidak mau ribet berurusan dengan pihak berwajib, sedang lapar berat habis melayani, mau buru-buru pulang dan melanjutkan tidur yang tertunda atau alasan-alasan lainnya. Yang jelas, seperti halnya bapak imam, bapak Lewi ini pun melewati orang sebangsanya yang tengah sekarat tanpa melakukan apa-apa.

Kemudian lewatlah orang Samaria. "Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (ay 33). Dari awal ayat ini kita bisa langsung melihat adanya perbedaan. Tidak seperti bapak imam/pendeta atau bapak Lewi/pengerja, ia langsung merasakan belas kasihan dalam hatinya dan itu menggerakkannya untuk melakukan sesuatu.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker