Thursday, November 2, 2017

Bijak Menyikapi Popularitas (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Yohanes 3:30
=====================
"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil."

"Kamu mau jadi apa kalau besar?" "Saya mau jadi orang terkenal oom!" Itu jawaban dari seorang anak kecil dengan mantap saat saya tanyakan cita-citanya. Jawaban yang tidak terlalu lazim, karena biasanya anak kecil akan mengacu pada sebuah profesi seperti dokter, polisi, pilot, insinyur dan sebagainya. Saya pun tergelitik untuk bertanya lagi pada si anak, kenapa ia mau jadi terkenal. Dan jawabannya membuat saya tertawa karena lucu. "Orang terkenal kan enak oom, mau kemana-mana mudah, disambut meriah, dikasih hadiah, pokoknya saya mau seperti itu kalau sudah besar". katanya. Entah dari mana anak balita bisa mengerti soal terkenal. Mungkin ia melihat dari banyak acara selebrita di televisi dimana orang terkenal itu tampak keren dan beda dari kebanyakan orang. Dapat sambutan meriah, dilayani, disambut dengan karpet merah, dihormati orang, bahkan seringkali mendapat banyak kemudahan dibanding orang biasa.

Apa yang dikatakan si anak kecil mewakili keinginan banyak orang. Mereka akan berusaha dengan segala cara untuk bisa mencapai status populer atau terkenal. Segala cara, berapapun harganya, itu akan dihalalkan agar bisa memperoleh status populer di kalangan dunia. Lihatlah bagaimana berbagai kontes-kontes atau acara mencari bakat terus menjamur dan laris. Itu menunjukkan bahwa menjadi populer itu sangatlah penting bagi begitu banyak orang. Ingin dikagumi, dikenal, diperhatikan dan diidolakan. Mungkin sebagian hanya ingin sukses menjalankan hobi atau bakatnya, tapi tidak bisa dipungkiri sebagian besar ingin bisa tenar. Salahkah kalau terkenal? Bisa ya bisa tidak. Tidak apa-apa kalau terkenal secara alami karena berprestasi, sepanjang tidak melakukan pelanggaran terhadap Firman Tuhan. Tapi masalahnya, ada banyak orang yang tidak sungkan menabrak larangan-larangan Tuhan yang bisa jadi dianggap penghalang untuk bisa mencapai popularitas di mata dunia. Seringkali untuk sukses orang harus mengorbankan bahkan imannya, dan itu bukanlah sesuatu yang baru. Banyak pemimpin yang memilih membuat keputusan-keputusan yang salah karena tidak mau popularitasnya tergerus. Posting aneh-aneh di media sosial, itu pun sekarang bisa membuat orang terkenal dalam waktu singkat.

Bagi saya yang bergerak di dunia musik, ada banyak musisi atau artis yang tadinya ramah, baik dan taat tapi kemudian berubah sikapnya setelah sukses. Popularitas bisa baik kalau itu membuat kita bisa lebih lagi menjadi saluran berkat Tuhan untuk orang lain, popularitas bisa baik kalau itu membuat kita bisa semakin memuliakan Tuhan dalam setiap yang kita kerjakan. Tapi kalau popularitas malah membuka jurang antara kita dengan Tuhan, membuat kita salah menyikapi rencana Tuhan dan nantinya menggagalkan kita untuk mencapai garis akhir dengan tetap memelihara iman, wah nanti dulu.

Masalahnya, popularitas bisa menjadi salah satu penyebab terbesar kejatuhan manusia dan menjadi salah satu cara paling favorit buat si jahat untuk membinasakan manusia. Dunia terus mengajarkan untuk mengejar popularitas sebagai satu dari sekian hal yang dikatakan bisa mendatangkan kebahagiaan dan keamanan. Dari beberapa contoh nyata, berada di puncak popularitas dengan harta bertimbun ternyata tidak menjamin kebahagiaan. Seorang artis terkenal mengatakan bahwa ia bahkan tidak lagi bisa berjalan di mall atau berekreasi seperti dahulu. Ia harus pergi dulu ke negara lain untuk bisa bersantai tanpa terganggu. Ada yang jatuh pada berbagai dosa seperti obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, kesombongan, iri hati dan sebagainya, yang justru hadir setelah kesuksesan dan popularitas datang menghampiri. Tidak heran kalau ada beberapa selebritis yang kemudian meninggalkan gemerlapnya dunia popularitas karena mereka sudah pernah mengalami kejatuhan disana.

Sekali lagi, saya tidak mengatakan bahwa populer itu sudah pasti salah. Tapi bagaimana kita sikap hati kita dalam menyikapi popularitas akan sangat menentukan seperti apa perjalanan kita ke depan. Yang perlu diingatkan, popularitas ini seringkali bagai arus deras yang siap menghanyutkan dan melemparkan kita ke dasar air terjun dalam sekejap mata. Waspadai betul setiap kesuksesan dan ketenaran, terutama kondisi hati kita, itu menjadi sesuatu yang sangat penting dan harus kita lakukan saat kesuksesan atau ketenaran mulai hadir dalam hidup kita.Pada akhirnya, bukan siapa kita di mata manusia atau dunia yang penting, tapi bagaimana, siapa atau seperti apa kita di mata Tuhan, itulah sesungguhnya yang terpenting.

Menariknya, Alkitab sudah mengingatkan kita agar mewaspadai bahaya yang bisa ditimbulkan oleh popularitas, bahkan tidak pernah mengajarkan kita untuk mengejar popularitas di mata dunia. Malah Tuhan secara tegas berfirman: "Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu." (Lukas 6:26). Celaka? Itu keras betul. Mengapa Firman Tuhan harus berbunyi sekeras itu? Karena semua itu bisa membuat kita lupa diri kemudian melupakan Sang Pemberinya. Itu bisa membuat kita lupa diri dan merebut hak Tuhan. Terus mengejar popularitas dunia bisa membuat kita terjebak pada kesalahan itu. Apa yang dituntut dari kita bukanlah berlomba-lomba menjadi terkenal melainkan terus berupaya menjadi orang benar, semakin sempurna seperti Bapa di sorga (Matius 5:48), menghayati keberadaan kita sebagai manusia baru yang terus diperbaharui untuk lebih mengenal Allah dengan lebih dalam (Kolose 3:10) dan terus semakin menyerupai Yesus dengan pertolongan Roh Kudus yang telah dianugerahkan untuk diam di dalam diri kita. (2 Korintus 3:18). Itulah yang sesungguhnya dituntut dari kita, dan bukan untuk mengejar popularitas di mata manusia yang hanya fana sifatnya.

Mari kita lihat perbedaan nyata antara pandangan dunia dengan pandangan Tuhan. Ketika dunia terus mengajarkan kita untuk terus mencari popularitas lebih dan lebih lagi, Alkitab justru mengatakan sebaliknya. Semakin tinggi kita menapak naik, kita seharusnya semakin kecil, dan Tuhan lah yang seharusnya semakin besar.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker