Tuesday, April 30, 2024

Kuasa Di Atas Puji-Pujian : Yosua dan Gideon (7)

 (sambungan)

Pada kasus keruntuhan kota Yerikho, Tuhan secara spesifik meminta mereka untuk merebut kota tersebut lewat sorak sorai dan tiupan sangkakala bagi Tuhan. Kisah ini menunjukkan dengan sangat jelas betapa besarnya kuasa di balik puji-pujian, dimana Tuhan sendirilah yang bertahta/bersemayam di atasnya. (Mazmur 22:4).

Seringkali kita hanya fokus kepada permasalahan yang terjadi ketimbang menyadari kasih setia Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Lewat kitab Ayub kita bisa melihat betapa seringnya ini terjadi pada manusia. "Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan, berteriak minta tolong oleh karena kekerasan orang-orang yang berkuasa" kata Ayub (Ayub 35:9), "tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam.." (ay 10).  

Itu sungguh benar. Mengapa kita hanya ingat berteriak dalam kesesakan tetapi lupa untuk memuji penyertaan Tuhan yang tidak pernah hilang dari hidup kita? Pemazmur tahu betul akan hal itu, ia berkata "TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9).

Sepanjang kita melakukan berbagai aktivitas di siang hari Tuhan dengan setia terus bersama kita, tidakkah indah apabila pada malam hari sebelum kita beristirahat kita pun memanjatkan nyanyian-nyanyian pujian dan penyembahan kepadaNya? Bukan saja Tuhan lebih dari layak untuk menerima puji-pujian kita, tetapi sadarilah bahwa ada kuasa yang sangat besar dibalik puji-pujian. Ingatlah bahwa nyanyian bukan hanya untuk kita nikmati saja, bukan hanya terbatas sebagai media hiburan tetapi akan sangat baik jika dipakai pula sebagai sarana pujian dan penyembahan untuk Tuhan.

(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...