(sambungan)
Menyadari keuntungan teritorial mereka secara
geografis, orang Edom merasa sangat aman. Bukannya bersyukur, mereka
malah terjerumus pada sikap lupa diri dan sombong. Mereka berpikir bahwa
tidak akan ada bangsa manapun yang akan mampu menandingi mereka.
Jangankan menandingi atau menyerang, mengganggu saja mereka yakin tidak
akan ada yang berani.
Ironisnya, meski bangsa Edom ini memiliki
hubungan darah dengan Israel, tetapi kedua bangsa ini tidaklah harmonis.
Ketidakakuran mereka sudah terjadi sejak jaman nenek moyang mereka dan
terus berlanjut ke generasi-generasi berikutnya.
Pada suatu kali
nabi Obaja mendapat sebuah penglihatan mengenai situasi yang bisa
menghancurkan negeri Edom. Dari Tuhan ia mengetahui bahwa Tuhan sedang
mengirim utusan ke tengah bangsa itu untuk memeranginya. Beginilah yang
pesan yang ia dapat dari Tuhan. "Sesungguhnya, Aku membuat engkau kecil
di antara bangsa-bangsa, engkau dihinakan sangat." (ay 2).
Mengapa
Tuhan sampai sebegitu marah? Obaja menyatakan bahwa itu disebabkan
Tuhan sangat tidak berkenan melihat keangkuhan bangsa itu. Demikian
Tuhan berkata: "Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau, ya engkau
yang tinggal di liang-liang batu, di tempat kediamanmu yang tinggi;
engkau yang berkata dalam hatimu: "Siapakah yang sanggup menurunkan aku
ke bumi?" (ay 3).
Kesombongan atau keangkuhan bangsa ini muncul
hanya karena mereka punya posisi strategis di gunung dengan tebing
terjal dan jurang. Itu membuat mereka sombong dan merasa tidak ada
kekuatan apapun yang bisa menandingi mereka. Mereka lupa bahwa meski
keadaan geografis yang strategis dan terlihat sangat aman, kekuatan
mereka tidaklah berarti apa-apa dibanding kekuatan Tuhan yang memiliki
kuasa diatas segala-galanya. Kesombongan mereka ternyata menjadi
perhatian serius dari Tuhan. Begitu tidak sukanya Tuhan atas sikap
mereka hingga siap menjatuhkan hukuman. "Sekalipun engkau terbang
tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan
di antara bintang- bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau,
--demikianlah firman TUHAN." (ay 4).
Kenapa Tuhan sampai semarah
itu? Sejauh mana sebenarnya kesombongan mereka sampai mendatangkan murka
Tuhan jatuh atas mereka? Kalau hanya melihat dari bagian ini saja,
kemarahan Tuhan bisa terlihat seperti hanya dipicu oleh keangkuhan atau
arogansi bangsa Edom atas kelebihan kondisi geografis mereka. Tapi
sebenarnya, kalau kita baca lebih jauh Obaja pasal 1 kita bisa melihat
bahwa bangsa ini memang sudah keterlaluan sombongnya.
Dalam ayat
11-14 kita bisa membaca bahwa mereka memandang rendah saudara-saudaranya
orang Yehuda saat mengalami serangan bangsa lain. Mereka bukannya
menolong atau setidaknya bersimpati, tapi malah senang melihat
kehancuran Yerusalem yang diserang dan dirampas kekayaannya. Tidak
sampai disitu, mereka bahkan menghadang orang-orang Yehuda yang berhasil
melarikan diri, menangkap dan menyerahkan mereka pada lawan. Bukan main
jahat dan angkuhnya mereka, dan lihatlah ada berapa banyak prinsip
Allah yang sebenarnya sudah mereka langgar.
Jadi tidaklah mengherankan kalau Allah sampai marah. Apa yang turun sebagai murka Allah pada bangsa Edom sangat mengenaskan. Kita bisa lihat bahwa Tuhan akan menurunkan/merendahkan mereka (ay 4), akan diserang/diperangi (ay 1), orang-orang bijaksananya akan dilenyapkan dan para pahlawannya akan terbunuh, dan harta kekayaan bangsa itu akan disapu habis para musuh (ay 5-7). Puncaknya, Tuhan menyatakan bahwa akibat kekejaman mereka terhadap bangsa Yehuda, bangsa Edom akan dilenyapkan untuk selama-lamanya (ay 10), dibinasakan dan dicela orang sepanjang jaman (versi BIS). Semua nubuatan ini kemudian terbukti. Bangsa Edom sudah lama punah. Hari ini puing-puing yang tinggal dari sebuah bangsa yang tadinya makmur hanya menjadi saksi bisu bagaimana mengerikannya saat hukuman Tuhan turun akibat kesombongan satu bangsa.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment