(sambungan)
Perhatikan bagaimana kedua rasul yaitu Petrus dan
Yohanes pada saat itu dikenal orang. Mereka dikenal bukan sebagai orang
terpelajar, bukan seperti para imam dan orang Saduki, orang-orang yang
merasa 'pintar' baik dalam hal keagamaan, merasa mereka adalah juru
kunci surga, paling suci dan lain-lain, juga punya posisi tinggi di
masyarakat. Tapi secara jelas Alkitab mencatat bahwa kedua rasul juga
dikenal sebagai pengikut Kristus, dan status sebagai pengikut Kristus
ini ternyata membuat mereka tampil beda sehingga mengherankan para
petinggi agama saat itu. Secara jelas citra Kristus tergambar dari cara
hidup, pikiran dan perkataan mereka. Lalu apa yang terjadi selanjutnya?
Keduanya dibebaskan karena memang tidak ada kesalahan apapun yang bisa
didakwa dari mereka. (ay 21).
Mau disadari atau tidak, tingkah
dan polah, lagak dan gaya kita dalam bermasyarakat akan mengarah kepada
pengenalan orang akan Kristus. Maka kita perlu menjaga perilaku kita
agar orang tidak salah mengenal siapa pribadi Kristus itu sebenarnya.
Tuhan Yesus sendiri mengingatkan kita agar selalu siap menjadi terang
dan garam. "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar,
dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan
diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas
gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita
lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian
sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya
terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu
yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:13-16).
Garam hanya akan berfungsi jika bercampur dengan makanan. Dan jika garam menjadi hambar maka garam akan kehilangan fungsi dan tujuannya. Demikian pula dengan terang. Terang hanya akan berfungsi dalam gelap. Jika semuanya terang benderang, untuk apa lagi kita menambahkan terang? Dan jika terang disembunyikan atau ditutupi, apakah gunanya terang itu? Tuhan Yesus pun mengingatkan kita agar kita senantiasa mampu menjadi terang dan garam agar Tuhan bisa dipermuliakan. Lebih jauh lagi,
Yesus
pun telah memerintahkan kita untuk saling mengasihi. Bukan hanya
sekedar mengasihi orang lain seperti mengasihi diri kita sendiri saja,
melainkan mengasihi orang lain seperti halnya Kristus sendiri telah
mengasihi kita. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya
kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian
pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Hal ini penting,
karena "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah
murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (ay 35). The world
should be able to know that we are His disciples if we applied love to
one another, that's where they can see the real image of Jesus through
us.
Tidak peduli apa pekerjaan, jabatan, status dan tempat kita
saat ini, kita selalu dituntut untuk siap menjadi terang dan garam yang
bisa mewakili gambaran Kristus di dunia saat ini. Bahkan orang yang
dianggap bodoh atau tidak terpelajar, yang dianggap tak berguna bagi
dunia sekalipun bisa Tuhan pakai. "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia,
dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang
lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat." (1
Korintus 1:27). Artinya, siapapun kita, anda dan saya, kita harus selalu
siap menjadi duta Kristus dimanapun kita ditempatkan dan mencerminkan
image Yesus secara benar di dunia. Alangkah ironis jika Yesus yang
mengasihi kita justru mendapat gambaran yang salah di dunia lewat
perilaku kita. Yesus sendiri telah mengingatkan kita dan telah
memberikan keteladanan yang luar biasa. Kita harus terus berusaha untuk
menjadi sosok yang penuh dengan kemuliaan Tuhan sehingga tidak diragukan
oleh siapapun disekeliling kita. Sudah seharusnya demikian, karena kita
sudah menjadi ciptaan baru, tidak lagi sama dengan dunia ini, yang
dipenuhi Roh Kudus.
Jagalah perilaku kita agar Tuhan senantiasa dipermuliakan di dalamnya, bukan dipermalukan
No comments :
Post a Comment