Saturday, September 24, 2022

Pak Pendeta dan 25 Sen (2)

webmaster | 9:00:00 PM |

 

(sambungan)

25 sen memang sangat kecil nilainya dan bagi dunia tidaklah berarti, tapi bukankah Tuhan menuntut kita untuk setia/jujur terhadap perkara tak peduli sekecil apapun, no matter how small it is?

Saya percaya bahwa Tuhan menganggap penting bagi kita untuk terus bersikap jujur dalam kondisi, situasi apapun dan atas jumlah berapapun. Godaan-godaan seperti itu akan terus datang dalam hidup kita. Manusia cenderung mengabaikan untuk bersikap jujur ketika ada keadaan yang menguntungkan dirinya seperti mendapat kembalian lebih ketika berbelanja misalnya. Kita berpikir, "Ah biar saja, siapa suruh salah ngasih kembalian? Jelas bukan salah saya, itu resiko dia." Pemikiran seperti itu akan cenderung muncul dipikiran kita sebagai alasan pembenaran tapi kita tidak sadar bahwa kita sudah terjebak melakukan hal yang salah.

 Atau mungkin bisa jadi kita sepemikiran dengan kotbah di awal renungan ini, kita langsung bereaksi senang saat melihat ada uang terjatuh di sebuah tempat. Bukannya berusaha mencari tahu siapa yang punya atau memberikan kepada petugas atau pegawai, kita langsung buru-buru mengambil sebelum keburu diambil orang lain, dan sebagai pembenaran, kita bilang puji Tuhan atau halleluya dan langsung mutlak menganggap itu dari Tuhan.

Ada pula orang yang menganggap mark-up atau menaikkan harga saat diminta membeli sesuatu oleh perusahaan atau badan dimana kita bekerja itu wajar. Uang rokok, uang kopi, uang lelah, uang jalan, dan entah apa lagi nama yang diberikan supaya kelihatan tidak masalah.

Apa yang membuat hati kecil saya menolak, adalah bahwa saya percaya, Tuhan tidak akan pernah memberi hadiah yang merugikan orang lain. Sebagai pemiliki segalanya, Dia tidak perlu merugikan orang lain demi menguntungkan kita. Dan kita sebagai orang percaya pun tidak boleh mencari keuntungan sendiri dengan merugikan orang lain, meski jumlahnya cuma seribu-dua ribu saja. Kecurangan tetap tidak dibenarkan. Ingatlah bahwa sekecil apapun,sebuah dosa tetaplah dosa. No matter how small it is.

Masalah kepercayaan sesungguhnya merupakan hal yang krusial. Coba kita pikir, apakah ada perusahaan yang mau mempekerjakan pegawai yang hobi nyuri meski kecil-kecilan? Atau, adakah diantara kita yang mau punya teman yang seperti itu? Saya yakin tidak. Kalau bagi manusia kepercayaan itu penting, apalagi di mata Tuhan. Tuhan tentu tidak menciptakan maling-maling kecil apalagi besar. Itu bertentangan dengan buah pikiranNya saat menciptakan manusia secara istimewa dengan mengambil rupaNya sendiri. Dia memberi hati, pikiran, nalar dan akal budi, Dia bahkan membekali kita dengan hati nurani yang bisa menjadi saranaNya untuk mengingatkan kita, juga memberi Roh Kudus agar kita bisa selamat dalam perjalanan hidup sampai akhir. Atas semua yang sudah dia sediakan agar kita bisa hidup dengan lurus, seharusnya bukan saja kita bisa menjadi orang-orang yang setia pada perkara kecil, tapi seharusnya kita orang percaya pun bisa menjadi teladan akan hal itu.

Selanjutnya mari kita lihat perumpamaan tentang talenta yang disampaikan Yesus dalam Matius 25:14-30 dan juga Lukas 19:12-27. Dalam perumpamaan tersebut, ada tiga hamba yang dipanggil tuannya yang hendak pergi ke luar negeri. Yang satu diberi 5 talenta, yang satu diberi 2, sedang yang satunya diberi 1. Kenapa beda-beda? Dengan jelas disebutkan bahwa pemberian itu didasarkan 'menurut kesanggupannya.' (Matius 25:15).

Setelah tuannya pergi, ketiga hamba ini pun melakukan tugasnya masing-masing. Hamba yang dapat 2 dan 5 talenta kemudian memperoleh laba yang sama dengan modal awal. Tapi hamba dengan satu talenta memilih untuk menggali lubang dan menanam uangnya. Mungkin ia mengira bahwa satu talenta itu terlalu sedikit untuk diputar, jadi disimpan saja supaya tidak habis ia pakai belanja.

Lalu pulanglah sang tuan. Kedua hamba yang beroleh laba sebesar modal awal mendapat pujian yang sama dari tuannya. " Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (ay 21, 23). Tapi hamba terakhir datang dengan sebuah pembelaan diri atas keputusannya tidak melakukan apa-apa dengan talenta yang dipercayakan kepadanya. Ia bahkan berani berkata buruk kepada tuannya. "Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!" (ay 24-25). 

(bersambung)

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker