Friday, September 16, 2022

Istri: Teman Sekutu dan Seperjanjian (4)

webmaster | 9:00:00 PM |

 (sambungan)


Saya dan istri saya harus menunggu selama 10 tahun. Apakah kami bahagia setelah ada anak? Oh yes, very much. Apakah kami merasa jadi sempurna? Absolutely. Tapi apakah kami tidak bahagia selama 10 tahun sebelum anak perempuan kami yang masih balita ini dianugerahkan Tuhan? Kami bahagia. Sangat bahagia meski pada waktu itu masih berdua. Kami merindukan anak, ya, tapi bukan berarti kami tidak sempurna, karena bagi kami, kesempurnaan itu ada jika Tuhan ada dalam pernikahan kami sepanjang jalan. Kami terus memegang janji Tuhan bahwa keturunan Ilahi akan hadir dalam pernikahan kami. Namun sebelum itu terjadi, kami harus terus menjaga agar pernikahan kami tetap hangat dipenuhi kasih baik antara kami berdua dan dari kami dengan Tuhan. Nanti pada kesempatan lain saya akan angkat mengenai hal ini lebih jauh secara khusus, karena paradigma di masyarkat bahwa keluarga yang belum punya anak adalah keluarga yang tidak lengkap atau malah gagal bisa sangat menekan perasaan pasangan yang belum kunjung dikaruniai anak, apalagi kalau sampai bawa-bawa ayat. Jadi nanti saya akan bahas khusus soal ini.

Kembali pada Maleakhi pasal 2, disana kita bisa melihat betapa Tuhan membenci perceraian, Tuhan tidak suka orang yang berkhianat. Dan ketika ini terjadi, jangan heran jika hidup tidak lagi memiliki sukacita dan damai, karena Tuhan tidak lagi berkenan menerima persembahan apapun dari tangan mereka.

Gaya hidup modern saat ini penuh dengan kawin-cerai. Celakanya itu pun terjadi di kalangan orang percaya. Saya sudah menangani beberapa di antaranya, dan banyak diantara mereka ini secara logika sudah tidak lagi bisa dipersatukan. Seringkali butuh waktu lama dan usaha keras untuk menyadarkan dan memulihkan mereka. Saya gelisah untuk mereka, saya menangis untuk mereka, saya berdoa untuk mereka. Karena perceraian tidak akan membuat mereka lebih bahagia tapi justru akan mendatangkan banyak masalah baru, apalagi kalau mereka menyadari bahwa perpisahan itu sama artinya dengan memutus sepihak perjanjian yang dimateraikan Tuhan. Saya tidak berani membayangkan apa yang bisa terjadi kalau kita berani-beraninya merendahkan Tuhan dengan membatalkan apa yang sudah Dia ikat.

Sebuah pernikahan sesungguhnya sakral, suci, kudus dan jelas melibatkan Tuhan di dalamnya. Bukan hanya soal ketertarikan secara fisik, hanya sebatas menikah karena tidak baik berlama-lama pacaran, bukan pula hanya sebatas kemeriahan pesta, foto pre-wedding keren dan sebagainya. Tujuan pernikahan adalah untuk menggenapi kehendak Tuhan, tempat kita ditempa dan dilatih, serta peluang kita untuk merasakan kehadiran surga di bumi. It's not about physical attractions but commitment. Puji Tuhan, RohNya bekerja melembutkan hati mereka-mereka yang saya mediasi sehingga semuanya kembali bersatu dengan baik sampai hari ini. Semoga mereka semua, saya dan anda bisa merasakan hadirnya surga di dunia dalam keluarga kita masing-masing, semoga keluarga kita semua senantiasa berjalan bersama dengan Tuhan yang hadir didalamnya.

Masalah akan selalu ada, baik dalam keluarga yang paling harmonis di dunia sekalipun. Yang membedakan adalah bagaimana menyikapinya, bagaimana kita memandang pasangan kita dan bagaimana serius kita berusaha untuk menjalani dan mengerjakan dengan sebaik mungkin. Semua masalah bisa diselesaikan dengan keterbukaan dan kejujuran, dan hendaklah diselesaikan dengan cepat, jangan ditunda-tunda hingga menumpuk dan menjadi rumit. Mencari pelarian di luar bukanlah sebuah penyelesaian, malah seringkali membuka permasalahan demi permasalahan baru yang akan mempersulit segalanya. Lebih dari itu, hal tersebut pun dibenci Tuhan.

Walaupun ada teman-teman pembaca yang saat ini belum menikah, suatu saat nanti akan tiba saatnya bagi anda untuk memasuki jenjang pernikahan ini. Baik teman-teman yang sudah menikah maupun yang belum, mari kita bangun sebuah hubungan pernikahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip firman Tuhan, sehingga rumah tangga kita bisa menjadi sebuah kesaksian yang indah bagi keluarga-keluarga lainnya. Pernikahan yang benar-benar disadari dipersatukan oleh Tuhan seharusnya bisa memberkati dan menginspirasi. Ketika dunia penuh dengan kawin-cerai, ini saatnya kita memperkenalkan keindahan keluarga Ilahi yang dimateraikan langsung oleh Tuhan. Adalah tugas kita untuk menyatakan seperti apa pernikahan yang harmonis itu agar bisa diteladani oleh orang lain.

"Marriage is not a noun, it's a verb. It isn't something you get, it's something you do. It's the way you love your partner every day." - Barbara De Angelis



No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker